lapsus plasenta previa

47
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20- 30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium

Upload: dipta-anggara

Post on 24-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

31

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985) melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Plasenta previaA. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. (Menurut Cunningham 2006).

Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI).Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.B. Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu : 1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.

4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.

Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.Gambar 1. Plasenta Previa

Gambar 2. Lokasi Plasenta PreviaC. Etiologi

Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :

a. Perdarahan (hemorrhaging).

b. Usia lebih dari 35 tahun.

c. Multiparitas.

d. Pengobatan infertilitas.

e. Multiple gestation.

f. Erythroblastosis.

g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.

h. Keguguran berulang.

i. Status sosial ekonomi yang rendah.

j. Jarak antar kehamilan yang pendek.

k. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

D. Tanda dan gejala

a. Perdarahan tanpa nyeri.b. Perdarahan berulang.c. Warna perdarahan merah segar.d. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.e. Timbulnya perlahan-lahan.

f. Waktu terjadinya saat hamil.g. His biasanya tidak ada.h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.i. Denyut jantung janin ada.j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.l. Presentasi mungkin abnormal.

Jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bisa dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat perlekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut- serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.

Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.

E. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :

1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :

Kehamilan kembar (gamelli).

Tumbuh kembang plasenta tipis.

2. Kurang suburnya endometrium :

Malnutrisi ibu hamil.

Melebarnya plasenta karena gamelli.

Bekas seksio sesarea.

Sering dijumpai pada grandemultipara.3. Terlambat implantasi :

Endometrium fundus kurang subur.

Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

F. Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut tapak plasenta akan mengalami pelepasan akibat terbentuknya segmen bawah rahim. Tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim maka plasenta yang berimplantasi pada lokasi tersebut akan mengalami laserasi akibat pelepasan desidua dari tapak plasenta. Hal yang sama terjadi ketika serviks mendatar dan membuka, akan banyak bagian desidua yang mengalami laserasi. Pada lokasi laserasi tersebut akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus plasenta. Perdarahan pada plasenta previa berasal dari Ibu sehingga keadaan janin tidak membahayakan. Pada plasenta previa, perdarahan pasti akan terjadi oleh karena mekanisme pelepasan plasenta yang pasti terjadi. Pembentukan segmen bawah rahim berlangsung secara progresif dan bertahap sehingga menyebabkan laserasi baru yang akan mengulang perdarahan. Darah yang keluar dari vagina berwarna merah segar tanpa disertai nyeri. Perdarahan pertama sudah dapat terjadi pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu dan akan terus berulang. Berhubung letak perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak akan terbentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas. Dengan demikian, sangat jarang ditemui gangguan koagulopati pada plasenta previa.

Dinding segmen bawah rahim yang tipis mengakibatkan bagian ini sangat mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas sehingga plasenta akan melekat lebih kuat. Tidak jarang ditemukan plasenta akreta dan plasenta inkreta. Di sisi lain, segmen bawah rahim merupakan lokasi yang mudah cedera oleh karena kurangnya elemen otot yang terdapat di sana.G. Diagnosa dan Gambaran Klinisa. Anamneses

Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III

Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.

Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.b. Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.

Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.c. Palpasi abdomen

Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

Sering dijumpai kesalahan letak

Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating.d. Pemeriksaan penunjang USG

Metode paling sederhana, tepat, dan aman untuk mengetahui lokasi plasenta adalah dengan USG transabdominal . Menurut Laing rata-rata tingkat akurasinya adalah sekitar 96 persen, dan angka setinggi 98 persen pernah dicapai. Pemeriksaan Radio-Isotopik:

a. Plasentografi jaringan lunak, yaitu: membuat foto dengan sinar rontgen lemah untik mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh radiolog yang berpengalaman.

b. Sitografi: mula-mula kandung kemih dikosongkan,lalu dimasukkan 40 cc larutan 12,5% NaCl, kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul, dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, disangka kemungkinan plasenta previa.

c. Amniografi, dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat foto dan dibaca dimana daerah kosong dalam rongga rahim.

Pemeriksaan Inspekulo

Hati-hati dengan memakai speculum dilihat dari mana asal perdarahan,apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah dan lain-lain.

H. Komplikasi

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :

a. Pada ibu dapat terjadi :

Perdarahan hingga syok akibat perdarahan

Anemia karena perdarahan

Plasentitis

Endometritis pasca persalinan

b. Pada janin dapat terjadi :

Persalinan premature

Asfiksia berat

I. Penatalaksaan Plasenta Previa

a. Konservatif bila :

Kehamilan kurang 37 minggu. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal). Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit).Perawatan konservatif berupa : Istirahat.

Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.

Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

b. Penanganan aktif bila :

Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.

Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

Anak mati

Penanganan aktif berupa :

Persalinan per vaginam.

Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :

Plasenta previa marginalis

Plasenta previa letak rendah

Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

c. Penanganan (pasif) Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.

Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.

Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya tidak prematur

Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.

Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :

1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti

2. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis serta parsial.

J. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilana. Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk PAP. Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala mengapung.b. Sering terjadi partus prematur; rangsangan koagulum darah pada servix, jika banyak placenta yang lepas kadar progesterone menurun dan dapat terjadi His, pemeriksaan dalam.

K. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partusa. Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis.b. Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat terjadi prolaps funkuli.c. Sering dijumpai insersi primer.d. Perdarahan.

L. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan

Seksio Sesarea merupakan metode persalinan janin yang bisa diterima hampir pada semua kasus plasenta previa. Jika letak janin plasenta cukup jauh di posterior sehingga segmen bawah uterus dapat diinsisi tranversal tanpa mengenai jaringan plasenta dan jika posisi sefalik, maka insisi yang disukai adalah insisi transversal.

M. Prognosis

Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal, sekalipun penatalaksanaan plasenta previa seperti yang diharapkan sudah dilakukan. Di sisi lain, prognosis plasenta previa bisa lebih baik terutama dikarenakan oleh diagnosis yang lebih cepat dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan dan transfusi darah dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit.2.2. Ketuban Pecah Dini

A. Pengertian

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu ( Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2002)

Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

B. Etiologi Ketuban Pecah Dini

Menurut Ben-Zion Taher , M.D (1994) disebabkan oleh :

1. Inkompetensia serviks

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi ( Manuaba 2002 )

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b. Gemelli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. ( Abdul Bari, Saifudin. 2002 )c. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. ( Winkjosastro, Hanifah, 1999 ).

d. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.3. Kelainan letak

Misalnya pada letak sungsang dan lintang.

4. Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.(Ben-Zion Taher , M.D 1994)5. Penyakit infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.C. Diagnosis

Pastikan selaput ketuban pecah.

Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.

Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin tes ), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban ( alkalis ). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. pH air ketuban 7 7,5

Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.

Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

Tentukan ada tidaknya infeksi.

Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan berbau.

Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.

Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterin.

Tentukan tanda-tanda persalinan.

Tentukan adanya kontraksi yang teratur

Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )

Diagnosis Cairan Vagina

Gejala dan tanda selalu adaGejala dan tanda kadang-kadang adaDiagnosis kemungkinan

Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba

Caiaran tampak di introitus

Tidak ada his dalam 1 jam Ketuban pecah dini

Cairan vagina berbau

Demam atau menggigil

Nyeri perut Riwayat keluarnya cairan

Uterus nyeri

DJJ cepat

Perdarahan pervaginam sedikit Amnionitis

Cairan vagina berbau

Tidak ada riwayat ketuban pecah Gatal

Keputihan

Nyeri perut

Disuria Vaginitis atau servisitis

Cairan vagina berdarah Nyeri perut

Gerak janin berkurang

Perdarahan banyak Perdarahan antepartum

Cairan berupa darah lendir Pembukaan dan penipisan tipis

Ada his Awal persalinan aterm atau preterm

D. Pengaruh KPD

1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

E. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)IUFD

Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Syndrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.

F.Penatalaksanaan

Konservatif

Rawat di rumah sakit

Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

Jika ada tanda-tanda infeksi ( demam dan cairan vagina berbau ), berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan dari 37 minggu

InfeksiTidak ada infeksiinfeksiTidak ada infeksi

Diberikan penicillin, gentamicin dan metronidazolAmoxillin+ eritromicin untuk 7 hariDiberikan penicillin, gentamicin dan metronidazolLahirkan bayi

Lahirkan bayiSteroid untuk pematangan paruLahirkan bayiBerikan penicillin atau ampicillin

Antibiotika setelah persalinan

ProfilaksisAda infeksiTidak ada infeksi

Stop antibiotikLanjutkan untuk 24-48 jam setelah bebas panasTidak perlu antibiotik

Penatalaksanaan lanjutan

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.

2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum aw itan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi uteri.

3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:

a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda

c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan

5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.

BAB IIILAPORAN KASUSIDENTITAS PASIENNo. Rekam Medik :069563

Tanggal Masuk:04 Desember 2012

IdentitasNama Pasien: Ny. Yl.Umur:35 tahun

Agama:Islam

Pendidikan:SMAPekerjaan:Pegawai swastaNama Suami:Tn. F.Umur:31 tahunAgama:IslamPendidikan :S1Pekerjaan:Pegawai Swasta

Alamat:Jln.Kebon Bunga, RW 5, PalembangAnamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada 05 Desember 2012 pukul 15.00 WIB.

ANAMNESIS1. Keluhan UtamaOs mengeluh keluar air-air dari kemaluan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.2. Riwayat Perjalanan Penyakit

G1P0A0, usia 31 tahun hamil 33-34 minggu datang dengan keluhan keluar air-air dari kemaluan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Air berwarna bening dan tidak berbau. Os juga mengeluh gerakan anak semakin lama semakin berkurang. Os mengeluh ngilu di daerah pubis. Os pernah di USG dan dinyatakan bahwa plasentanya terletak di bawah. Os pernah dirawat di rumah sakit sebanyak 3 kali karena perdarahan saat usia kehamilan 2 bulan dan 5 bulan.Os merupakan kiriman dokter atas indikasi KPSW..3. Riwayat Penyakit Dahulu

Os mengaku pernah mengalami hemoragik antepartum saat usia kehamilan 2 dan 5 bulan.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Os mengakut tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, diabetes, penyakit menular, kerturunan dan kejiwaan.5. Riwayat Haid

Usia menarche:12 tahun

Siklus haid:28 hari

Lama haid:7 hari

Nyeri haid:(-)

HPHT:03-04-2012

TP:11-01-20126. Riwayat Pernikahan

Lama pernikahan:1 tahun

Usia waktu nikah I:34 tahun

7. Riwayat ANC

a. Dilakukan tiap bulan di dokterb. Imunisasi TT belum dilakukan8. Riwayat Persalinan

No.Tempat BersalinPenolongTahunAtermCara PersalinanJenis KelaminKeadaan

1.Hamil ini

PEMERIKSAAN FISIK1. Status Generalisa. Keadaan Umum:baik

b. Kesadaran :compos mentis

c. Tanda Vital: Tekanan darah:120/80 mmHg

Nadi:76 x/menit

Pernapasan:22 x/menit

Suhu:36,8 0C

d. Tinggi Badan:155 cme. Berat Badan:54 kgf. Kepala: Mata:konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikg. Leher:pembesaran tiroid (-)

h. Thoraks:jantung dan paru dalam batas normali. Abdomen:status obstetrikusj. Genitalia:status obstetrikusk. Ekstremitas:edema (-/-), refleks patella (+/+)2. Status Obstetrikusa. Pemeriksaan Luar Tinggi fundus uteri antara pusat dan procecus Xiphoideus Letak janin memanjang dengan kepala janin di sebelah kiri ibu DJJ (+) 138 x/menit teratur, di atas umbilikus sebelah kiri HIS (-)

b. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Tidak dilakukanDIAGNOSISG1P0A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan plasenta previa dan KPSW JTH preskep.RENCANA TERAPI1. Pro MRS

2. Observasi KU dan VS

3. Observasi DJJ

4. IVFD RL + duvadilan 1 ampul gtt XX/menit5. Ambacin 2 x 1/IV (skin test)6. Dexamethason 2x2 ampul/IV selama 2 hari7. Periksa laboratorium Hb

Leukosit

LED Diff Count

Golongan darah

Waktu perdarahan

Waktu pembekuan

Urine lengkap

HASIL LABORATORIUM (Tanggal 04 Desember 2012 )1. Hb : 10,4 g/dlNilai Normal:P:11,7-15,5 g/dl2. Leukosit : 9300

Nilai normal : 4000-10000

3. LED : 15

Nilai normal: