lapsus impetigo krustosa

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Impetigo Krustosa Page 1

Upload: miftahul-husnah

Post on 14-Sep-2015

255 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hhhk

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis, abses, dan lain-lain. Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. Dinamakan impetigo menurut bahsa Perancis dan Latin yang berarti erupsi keropeng yang menyerang. Impetigo adalah penyakit kulit superfisial yang disebabkan infeksi piogenik oleh bakteri Gram positif. Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-anak walaupun pada orang dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong tinggi, terutama melalui kontak langsung. Individu yang terinfeksi dapat menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan anak atau pada tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat penduduk.

BAB IILAPORAN KASUS

2.1. Identitas PasienNama: An. M UJenis Kelamin: perempuanUsia: 3 tahunAlamat: Taman Baru MataramNo. RM: 039320Tgl. Periksa :10 juni 2015

2.2. Autoanamnesis Keluhan Utama : Luka pada ketiak dan perut yang semakin melebar Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang dengan orang tuanya dengan keluhan timbul luka di ketiak dan di perut yang semakin melebar sejak 4 hari yang lalu dan terasa nyeri. Ibu pasien mengatakan telah terdapat luka tanpa memperhatikan adanya bintil-bintil sebelumnya. Awalnya luka sebesar biji jagung kemudian melebar hingga sebesar koin, luka mengering membentuk kerak berwarna kuning kecoklatan seperti madu. Sebelumnya ibu pasien mengeluh anaknya menderita batuk pilek kurang lebih 1 minggu yang lalu. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit kulit sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga : Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit kulit lainnya pada keluarga disangkal. Riwayat pengobatan :Belum pernah berobat Riwayat alergi :Pasien tidak pernah alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

2.3. Pemeriksaan fisik Status Present : Keadaan umum: Baik Kesadaran: Compos mentis Status gizi: cukup Nadi: 98 x/menit Respirasi :26 x/menit Suhu:36,7 0C BB:10 kg

Status Generalis : Kepala: normocephali Mata: Anemis (-/-), ikterik (-/-) Thoraks: Dalam batas normal Abdomen : Dalam batas normal Ekstremitas :Akral hangat, edema (-)

Status Dermatologis : Lokasi : Regio axila sinistra dan abdomen kuadran inferior Sinistra. Efloresensi: Tampak tepi eritema disertai erosi yang meluas dan di tengahnya terdapat krusta tebal berwarna kuning kecoklatan seperti madu.

Gambar 1. Foto regio axila sinistra Pasien

Gambar 2. Foto regio abdomen kuadran inferior sinistra

2.4. ResumeTimbul luka di ketiak dan di perut yang semakin melebar sejak 4 hari yang lalu dan terasa nyeri. Ibu pasien mengatakan telah terdapat luka tanpa memperhatikan adanya bintil-bintil sebelumnya. Awalnya luka sebesar biji jagung kemudian melebar hingga sebesar koin, luka mengering membentuk kerak berwarna kuning keemasan seperti madu. Sebelumnya ibu pasien mengeluh anaknya menderita batuk pilek kurang lebih 1 minggu yang lalu.Pada regio axila sinistra dan abdomen kuadran inferior sinistra ditemukan efloresensi berupa tepi eritema disertai erosi yang meluas dan di tengahnya terdapat krusta tebal berwarna kuning kecoklatan seperti madu. Sebelumya pasien belum pernah berobat kemanapun dan pada keluarga pasien juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tidak mempunyai alergi obat-obatan ataupun makanan.

2.5. Diagnosis banding Impetigo bulosa Ektima

2.6. Diagnosis kerjaImpetigo Krustosa2.7. Penatalaksanaan1. Topikal : natrium fusidat salep2. Sistemik : amoxicillin 250 mg 3x13. Edukasi :a. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit b. Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir serta membalut lesi.c. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan peralatan harian bersama-sama.d. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan sampai bersih.e. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.f. Kontrol kembali setelah 1 minggu

2.8. PrognosisDubia ad bonamBAB IIITINJAUAN PUSTAKA

4.1. DefinisiImpetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus pada isolasi lesi impetigo.1Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa Nampak pada daerah permukaan kulit. Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan). Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan impetigo Tillbury Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet.2

4.2. EpidemiologiDi Amerika Serikat, kurang lebih 9 10 % dari anak-anak yang datang ke klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.2Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun 2Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab, seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan, dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya impetigo krustosa seperti: hunian padat higiene buruk hewan peliharaankeadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga, herpes simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.1-2

4.3. EtiologiMikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena Staphylococcus aureus. Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan sedikit oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak penelitian yang menemukan 50-60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 20-45% kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus dengan Streptococcus pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigo krustosa adalah Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus banyak terdapat pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya penyakit impetigo krustosa.1-2

4.4.KlasifikasiImpetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:1. Impetigo krustosa2. Impetigo bulosa

Gambar . impetigo krustosa di ekstremitas superior pada anak-anak

Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai portal of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu.1-2Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder.1-2Infeksi PrimerInfeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas setelah trauma.Infeksi sekunderInfeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya (impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris, SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada semua umur.Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anak-anak yang telah terinfeksi.1-3

4.5. HistopatologiTerjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas. Terdapat vesikopustul di subkorneum yang berisi coccus serta debris berupa leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus Gram positif.1

4.6 Manifestasi KlinisImpetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas. Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan jaringan scar.2Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis membentuk ulkus (ektima).1-2Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai demam. Membran mukosa jarang terlibat. 1-2

4.7.Patofisiologi Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A dan/atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa kerusakan fisik yang tidak terlihat (mikrolesi) pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan.Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit yangerosif. Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.1-2

4.8. Diagnosis1,21. Pemeriksaan FisikTipe dan lokasi lesi:Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma. Makula merah atau papul sebagai lesi awal. Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta. Lesi dengan krusta berwarna seperti madu. Vesikel atau bula. Pustula. Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous. Lesi satelit. Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada impetigo bulosa). 2. Pemeriksaan Penunjang- pengecatan gram untuk mencari staphylococcus, streptococcus

4.9. Diagnosis Banding2Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari:a. Dermatitis AtopikTerdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.b. Dermatitis KontakGatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan. c. Herpes SimpleksVesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.d. VariselaTerdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi berbagai stadium).e. KandidiasisKandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di daerah selaput lendir atau daerah lipatan. f. Diskoid lupus eritematousDitemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut. g. EktimaLesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis. h. Gigitan seranggaTerdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri. i. SkabiesPapul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada malam hari.

4.10.Penatalaksanaan3,4,5A. Umum Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit. Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang terkena untuk mencegah infeksi. Mengurangi kontak dekat dengan penderita Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa: Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir serta membalut lesi. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan peralatan harian bersama-sama. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan sampai bersih. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi. Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.B. KhususPada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan kekambuhan.

1. Terapi SistemikPemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.a. Pilihan Pertama (Golongan Lactam)Golongan Penicilin (bakterisid) Amoksisilin+ Asam klavulanatDosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid) SefaleksinDosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari.3 KloksasilinDosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.b. Pilihan KeduaGolongan Makrolida (bakteriostatik) EritromisinDosis 30-50mg/kgBB/hari. AzitromisinDosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.2.Terapi TopikalPenderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.5 MupirocinMupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan sebagian besar Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus pyogenes.5 Asam Fusidat Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.1-3 Bacitracin Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial kulit seperti impetigo.1-2 Retapamulin Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin 1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007 sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin.1-3

4.11.Komplikasi1,21. EktimaImpetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai dengan adanya ulkus dan krusta tebal.

2. Selulitis dan ErisepelasImpetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai gejala prodromal.

3. Glomerulonefritis Post StreptococcalKomplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik. Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.

4. Rheumatic Fever.Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.

4.12.Prognosisa. Umumnya baikb. Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik, akan memiliki kesempatan untuk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasic. Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 10 harid. Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritise. Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan kultur.1-24.13.Pencegahan Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi. 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelaamin Edisi kelima). Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

2. Sukanto, martodihardjo, dan Zulkarnain. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. RSU dr. Soetomo: Surabaya.

3. Wolff, Goldsmith, Katz, David. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Seventh Edition. The Mc graw Hill Companies: New York.

4. Murtiastutik, Dewi; et al. 2011. Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 2. Surabaya. DEP/SMF Kesehatan Kulit dan kelamin FK UNAIR RSUD dr. SOETOMO

5. Lewis, Lisa. 20120. Impetigo: Treatment & Medication. Virginia. Dept of Pediatrics, Professor of Pediatrics, Virginia Commonwealth University

Impetigo KrustosaPage 23