lapres_kel 20

Upload: bahtaria-rohmah

Post on 12-Jul-2015

168 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHUAN

1.1

Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, maka

pembelajaran yang diberikan tidak hanya berupa teori, namun juga dengan dilakukannya praktikum. Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah praktikan agar lebih memahami materi yang diberikan, yang dalam hal ini adalah tentang inferensi, interferometri dan inteferometer. Interferensi itu sendiri merupakan fenomena interaksi antara dua gelombang atau lebih yang bertemu dalam ruang dan titik tertentu sehingga menimbulkan pola baru dan bersuperposisi (konstruktif atau destruktif). Dalam praktikum ini yang diukur adalah jarak titik terang pertama, ke-dua dan ke-tiga pada interferensi Young, sehingga dari jarak antar titik tersebut dapat dihitung panjang gelombang laser He-Ne. Selain itu, praktikan mengamati perubahan pola dan frinji pada interferometer michelson. Dengan memanfaatkan prinsip kedua interferometer di atas, maka diharapkan praktikan dapat mengukur besaran-besaran optik antara lain panjang gelombang, indeks bias suatu medium, perubahan sudut rambat gelombang, dan lain-lain. Sehingga praktikan dapat mengerti dan memahami tentang prinsip dasar interferensi dan aplikasinya dikehidupan nyata.

1.2

Permasalahan Adapun permasalahan pada praktikum interferensi dan interferometer

adalah: 1. Bagaimana prinsip dasar mengenai interferensi? 2. Apakah fungsi dari interferometer? 3. Komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan

Interferometer Young dan Interferometer Michelson? 4. Bagaimana cara merancang interferometer Michelson? 5. Bagaimana aplikasi interferometer Michelson dikehidupan sehari-hari?

1

1.3

Tujuan Adapun tujuan pada praktikum interferensi dan interferometer adalah:

1. Mengetahui dan memahami prinsip dasar interferensi cahaya. 2. Mengetahui dan memahami fungsi dari interferometer Young dan Michelson. 3. Mengetahui dan memahami komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perancangan Interferometer Young dan Interferometer Michelson. 4. Memahami cara perancangan interferometer Michelson. 5. Memahami aplikasi interferometer Michelson dikehidupan sehari-hari

1.4

Sistematika Laporan Penulisan laporan praktikum interferensi dan interferometer ini dibagi

menjadi 5 bab. Pada Bab pertama yaitu pendahuluan, dijelaskan latar belakang, permasalahan, dan tujuan dari pelaksanaan praktikum beserta sistematika penulisan laporannya, Selanjutnya pada bab dua diberikan penjelasan mengenai interferensi dan interferometer. Bab tiga berisi tentang peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum beserta prosedur praktikumnya. Setelah melakukan praktikum, data-data yang didapatkan dianalisa dan dihitung pada bab empat untuk mendapatkan perbandingan antara teori dengan hasil praktikum, dalam bab empat juga terdapat pembahasan selama praktikum. Sedangkan bab terakhir berisi kesimpulan untuk menjawab tujuan praktikum dan saran untuk praktikum selanjutnya.

2

BAB II DASAR TEORI

2.1

Interferensi Cahaya Interferensi cahaya merupakan interaksi dua atau lebih gelombang cahaya

yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya. Interferensi cahaya menghasilkan suatu pola interferensi (terang-gelap). Secara prinsip, interferensi merupakan proses superposisi gelombang/cahaya.

Gambar 2.1. Interferensi dua gelombang Adapun syarat kondisi interferensi : 1. Dua buah gelombang akan menghasilkan pola interferensi yang stabil, jika memiliki frekuensi yang sama. 2. Perbedaan frekuensi yang signifikan mengakibatkan beda fasa yang bergantung waktu. 3. Jika sumber memancarkan cahaya putih, maka komponen merah

berinterferensi dengan merah, biru dengan biru dst. 4. Jika sumbernya monokromatik, maka pola interferensi adalah hitam-putih. Pola interferensi akan terlihat jelas, jika sumber memiliki amplitudo yang hampir sama atau sama.

3

5. Daerah pusat dari pola terang atau gelap menunjukkan interferensi yang konstruktif atau destruktif sempurna. 6. Sumber harus sefasa, atau memiliki beda fasa yang konstan, sehingga disebut koheren, baik koheren ruang maupun koheren waktu. 7. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain, termasuk cahaya natural/alami (Hukum Fresnel-Arago)

2.2

Interferometer Young Interferensi gelombang dari dua sumber pertama kali didemonstrasikan

oleh Thomas Young in 1801. gambar.

Skema eksperimen Young ditunjukkan dalam

Cahaya monokromatik dilewatkan pada suatu celah sempit S0 pada

penghalang pertama, tiba pada penghalang kedua mempunyai dua celah sejajar S1 dan S2. S1 dan S2 berfungsi sebagai suatu pasangan sumber cahaya koheren dan menghasilkan pada layar suatu pola interferensi yang terdiri dari frinji terang dan gelap.

Gambar 2.2 Interferensi Celah Ganda 2.2.1 Interferensi Young Slit Tunggal Pada Interferensi Young slit tunggal, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.

4

Gambar 2.3 Interferensi Young slit tunggal Adapun persamaan interferensi slit tunggal untuk interfernsi maksimum: ( )

Dimana: m : 0, 1, 2, 3, . : panjang gelombang d : lebar celah y : jarak terang ke terang R : jarak slit ke layar 2.2.2 Interferensi Young Slit Double Percobaan celah ganda merupakan eksperimen berupa pancaran berkas cahaya yang dibuat berdifraksi melalui dua celah, menciptakan "fringe" atau pola seperti-gelombang di layar. Fringe ini atau gangguan memiliki bagian terang dan gelap sesuai dengan cahaya yang mengalami gangguan membangun dan merusak.

Gambar 2.4 Interferensi Young slit double 5

Adapun persamaan interferensi slit double untuk interfernsi maksimum :

Dimana: m : 0, 1, 2, 3, . : panjang gelombang d : lebar celah y : jarak terang ke terang R : jarak slit ke layar

2.3

Interferometri Interferometri memanfaatkan prinsip interferensi sehingga menghasilkan

suatu pola yang dapat dianalisis. Teknik ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran secara akurat. Interferometri dapat melakukan pengukuran pergeseran maupun geometri hingga orde nanometer. Hal ini dipengaruhi cahaya sebagai tools dalam interferometri berada pada orde tersebut. Selain cahaya visibel, sinar IR dan UV merupakan sumber cahaya yang umum digunakan dalam berbagai aplikasi interferometri

2.4

Interferometer Michelson Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola

interferensi tersebut adalah interferometer. Alat ini dapat dipegunakan untuk mengukur panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi. Walaupun pada awal mula dibuatnya alat ini dipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter. Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang

memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik akan membentuk suatu frinji. Gambar dibawah merupakan diagram skematik (pembagi interferometer Michelson. Oleh permukaan beam splitter

berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya

ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin.

6

Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas oleh cermin datar juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang

ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang (frinji)

Gambar 2.3 Interferometer Michelson Dengan menggunakan persamaan hubungan antara perubahan lintasan optik, frinji yang terbentuk dan panjang gelombang yaitu Interferometer juga dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks bias suatu medium tertentu. Nilai indeks bias pada suatu benda dapat dihubungkan dengan sifat-sifat pada pola interferensi gelombang cahaya monokromatik yang terbentuk. Pola interferensi tersebut terakumulatif dalam pola frinji yang terbentuk dengan menggunakan bantuan interferometer. Sehingga nilai indeks bias dapat diketahui dengan menghubungkan antara nilai panjang gelombang monokromatik yang masuk, ketebalan medium kedua, dan perubahan sudut yang terjadi dengan pola-pola frinji yang terbentuk yang secara mudah dapat diketahui dari kuantitas frinji yang bersangkutan. Dalam persamaan yang diturunkan oleh Prof. Ernest Henninger dari DePauw University yang diambil dari buku Light: Principles and Measurements, oleh Monk, McGraw-Hill, 1937 dijelaskan dimana N merupakan jumlah frinji yang terbentuk, ialah panjang gelombang sumber cahaya, t merupakan ketebalan bahan gelas, ialah sudut rotasi bahan.

7

Selanjutnya, dengan memanfaatkan perubahan indeks bias yang terjadi ketika medium gelas dibiarkan kosong dibandingkan dengan pola interferensi yang terbentuk ketika medium diisi dengan larutan sampel maka selanjutnya akan dapat diketahui konsentrasi dari larutan tersebut dengan membuat grafik perbandingan antara indeks bias dan konsentrasi larutan dengan rumus berikut: ( )( ) ( )

8

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Eksperimen 1: Interferometer Young

3.1.1 Peralatan Eksperimen a. Laser He-Ne b. Slit tunggal dengan lebar slit 0,3 mm c. Slit Ganda dengan lebar slit 0,4 mm d. Mistar e. Layar sebagai penangkap sinar

3.1.2 Prosedur Eksperimen a. Semua peralatan dipersiapkan b. Slit tunggal atau slit ganda dipasang di depan laser He-Ne dengan jarak 5 cm c. Layar dipasang pada jarak 50 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm dan 250 cm d. di belakang slit tunggal atau slit ganda e. Laser He-Ne dinyalakan f. Pola interferensi yang terjadi diamati g. Menentukan nilai y1, y2 dan y3 (titik terang pertama, kedua dan ketiga) pada pola interferensi yang terjadi

3.2

Eksperimen 2: Interferometer Michelson

3.2.1 Peralatan Eksperimen a. Meja Optik b. Sumber cahaya (Laser He-Ne) c. Detektor cahaya (Thorlabs Optical Power Meter PM100D dan S100C) d. Beam Splitter 50:50 e. Movable mirror (M2) f. Fixed mirror (M1) g. Kaca preparat berbagai variasi

9

h. Layar pengamatan i. Convex lens j. Microdisplacement

3.2.2 Prosedur Eksperimen a. Peralatan disusun seperti di modul b. Laser He-Ne dinyalakan c. Frinji yang terbentuk pada layar pengamatan diamati, agar lebih jelas menggunakan convex lens. d. Jika frinji yang terbentuk tidak bergerak maka sistem telah stabil. Nilai intensitas yang nampak pada detektor diamati dan dicatat e. Movable mirror digeser dan diamati perubahan bentuk frinjinya

10

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1

Analisa Data

4.1.1 Interferometer Young Dari percobaan interferensi menggunakan dua jenis slit, yaitu Slit tunggal dengan lebar celah 0.3 mm He-Ne = 623,8 nm, Dengan menggunakan rumus ) ( ) atau (

, didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai ysebenarnya pada Slit Tunggal (nm) 623,8 623,8 623,8 623,8 623,8 l (mm) 500 1000 1500 2000 2500 ysebenarnya (mm) 0,519 = 0,5 1,038 = 1 1,55 = 1,5 2,07 = 2 2,59 = 2,6

Tabel 4.2 Jarak Frinji Slit Tunggal d (mm) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 l (mm) 500 1000 1500 2000 2500 y1 (mm) 1 3 4 6 7 y2 (mm) 2 6 8 12 14 y3 (mm) 3 9 12 18 21 (nm) 1200 1800 1600 1800 1616

Slit ganda dengan lebar celah 0.4 mm He-Ne = 623,8 nm Dengan menggunakan rumus didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: atau ,

11

Tabel 4.3 Nilai ysebenarnya pada Slit Ganda (nm) 623,8 623,8 623,8 623,8 623,8 l (mm) 500 1000 1500 2000 2500 ysebenarnya (mm) 0,77 = 0,8 1,55 = 1,6 2,33 = 2,3 3,11 = 3,1 3,89 = 3,9

Tabel 4.4 Tabel Jarak Frinji Slit Ganda d (mm) 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 l (mm) 500 1000 1500 2000 2500 y1 (mm) 3 7 9 13 16 y2 (mm) y3 (mm) 6 14 18 26 32 9 21 27 39 48 (nm) 2400 2800 2400 2600 2560

4.1.2 Interferometer Miclelson Tujuan utama dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan frinji jika dilakukan perubahan pada adjustable mirror. Dengan memutar skrup mirror, maka dihasilkan pola frinji sebagai berikut :

Gambar 4.1 Keadaan awal sebelum dilakukan perubahan jarak d

12

Gambar 4.2 Diambil setelah memutar skrup adjustable mirror

Gambar 4.3 Terlihat perubahan frinji akibat dari perubahan d

4.2

Pembahasan

4.2.1 Aditya Gautama Aji/(2409100006) pada praktikum interferensi single slit, dan double slit, didpatkan rata2 panjang gelombang yang jauh berbeda dengan panjang gelombang yang sebenarnya. Pengukuran dilakukan pada jarak 50, 100, 150, 200, dan 250 cm. hal ini menunjukkan bahwa rumus yang digunakan tidak berlaku untuk sembarang titik. Selain itu keterbatasan pengamatan juga menjadi faktor utama dalam

13

perbedaan panjang gelombang ini. Panjang gelombang yang sebenarnya berada pada satuan nanometer, sedangkan kita mengamati pada satuan millimeter. Penghitungan panjang gelombang akan semakin mendekati nilai sebenarnya pada jarak yang cukup jauh, karena semakin dekat jarak pengamatan, maka semakin kecil jarak frinji. Seperti pada analisa data di atas, jarak antar frinji seharusnya untuk panjang gelombang 623,8 nm dan jarak ke layar sebesar 50 cm adalah sebesar 0,5 mm. sedangkan alat ukur yang digunakan resolusinya hanyalah sebesar 1 mm (milimeterblock). maka dari itu pada jarak tersebut susah untuk dilakukan pengamatan. Jika semakin besar jaraknya, maka alat ukur kita akan semakin mampu untuk mengukurnya. Faktor lingkungan pada saat pengukuran juga mempengaruhi hasil pengamatan. Karena pada saat pengambilan data, layar tidak ditempatkan dengan benar (bergerak-gerak) maka bisa saja terjadi pergeseran titik terang frinji pada millimeter block dan akhirnya mempengaruhi hasil perhitungan. Pada percobaan interferometer Michelson, sangat sulit untuk mendapatkan hasil frinji yang stabil (tidak bergerak). Hal ini dikarenakan interferometer yang digunakan bukanlah interferometer sesungguhnya, namun hanyalah susunan susunan komponen pembentuk interferometer yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai interferometer sesungguhnya. Selain itu, berdasarkan referensi yang saya dapatkan, praktikum

interferometer seharusnya dilakukan pada meja interferometer yang dikondisikan untuk tetap diam dan tidak bergerak. Sedangkan pada praktikum kali ini, meja yang digunakan untuk praktikum juga digunakan oleh kelompok lain pada saat bersamaan, sehingga gerakan gerakan meja walaupun sedikit tidak bisa dihindarkan. Bagian tersulitnya adalah saat mengatur posisi komponen komponen interferometer agar membentuk frinji yang diinginkan. Setelah dirasa muncul frinji, didapatkan data hasil pengamatan seperti pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3. pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran kerapatan (jarak) antar frinji dalam satu luasan lingkaran yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa dengan merubah jarak adjustable mirror terhadap

14

jarak awalnya, maka dalam layar pengamatan didapatkan perbedaan jumlah frinji yang dihasilkan.

4.2.2 Mifta Nur Farid/(2409100012) Praktikum optik kali ini membahas tentang interferensi dan interferometri. Pada praktikum ini terdapat dua percobaan yaitu Interferometer Young dan Interferometer Michelson. Pada percobaan Interferometer Young, ada sebuah sumber cahaya yang berupa laser He-Ne dengan panjang gelombang sebesar 623,8 nm yang di kenai pada sebuah slit , slit pertama yang digunakan adalah slit tunggal dengan lebar celah 0.3 mm dan slit kedua yang digunakan adalah slit ganda dengan lebar celah 0.4 mm . Jarak slit dengan laser sendiri di atur dengan jaraknya 5 cm . Setelah itu kita amati pola interferensi yang terjadi pada jarak 50 cm , 100 cm , 150 cm , 200 cm dan 250 cm. Lalu kita mengamati jarak antar pola terangnya yaitu nilai y1 , y2 dan y3 yang tampak pada layar . Selanjut kita mencari nilai panjang gelombang melalui rumus slit tunggal dan ( ) untuk

untuk slit ganda. Selanjutnya dari hasil tersebut

kita membandingkan dengan nilai asli panjang gelombang pada laser He-Ne tersebut. perbandingan yang diperoleh berbeda dengan sebenarnya

dikarenakan pada saat pengambilan data y1, y2 dan y3 yang kurang tepat. Perbedaan dalam ukuran milimeter saja akan berdampak perbedaan yang sangat besar pada yang diperoleh. Selain itu juga, resolusi alatnya pun kurang bisa mengukur jarang yang terlalu kecil. Untuk percobaan kedua yaitu tentang Interferometer Michelson. Di sini kita merangkai sebuah Interferometer Michelson yang terdiri dari Beam Splitter , Moveable mirror, Fixed mirror dan Microdisplacement. Disini kita coba mengamati pola gelap terang yang terjadi pada layar dengan mengubah-ubah Microdisplacement. Pola gelap terang yang tampak pada layar tidak begitu terlalu jelas dan selalu bergerak-gerak, ini dikarenakan mekanika dari alat tersebut tidak terlalu mendukung. Jika ada pergeseran pada moveable mirror, maka pola gelap terang yang tampak pada layar akan terjadi perubahan. Di sini pola gelap terang juga bisa diamati untuk mendapatkan intensitas yang tampak pada layar tersebut. 15

4.2.3 Bahtaria Rohmah/(2409100033) Pada praktikum interferensi dan interferometer dilakukan dua percobaan. Percobaan pertama menggunakan Interferometer Young yang digunakan untuk mengukur jarak titik terang pertama, ke-dua dan ke-tiga dengan menggunakan slit tunggal dan slit ganda. Teori mengatakan bahwa jarak antara titik terang ke titik terang lainnya memiliki jarak yang sama, maka ketika diukur dari titik pusatnya, jarak ke-n memiliki panjang n kali lipat dari jarak titik pusat ke titik terang pertama. Setelah melakukan percobaan slit ganda dan slit tunggal, diperoleh data yang kemudian didapatkan hasil bahwa jarak titik terang ke-tiga terhadap titik terang pusat merupakan 3 kali jarak titik terang pertama terhadap titik terang pusat, begitu pula dengan titik terang kedua. Ketika percobaan menggunakan slit ganda diperoleh jarak antar titiknya lebih panjang dari pada slit tunggal. Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Setelah jarak antar titik terang tersebut diperoleh, kemudian dihitung panjang gelombang sumber cahayanya (laser He-Ne, =623,8 nm) yang akan dibandingkan dengan panjang gelombang yang sudah tertera pada spec sumber cahaya tersebut. Setelah dilakukan perhitungan dan perbandingan, didapatkan hasil bahwa panjang gelombang hasil perhitungan berbeda dengan panjang gelombang aslinya, untuk slit tunggal pada jarak 500 mm titik terang pertama di peroleh perbedaan panjang gelombangnya sebesar 576,2 nm sedangkan untuk slit ganda pada jarak 500 mm titik terang pertama di peroleh perbedaan panjang gelombangnya sebesar 1176,2 nm. Hal tersebut disebabkan rumus yang digunakan tidak dapat digunakan pada sembarang titik, karena panjang gelombang dan jarak antar pola adalah sebanding. Jika jarak antar celah besar, maka panjang gelombangnya besar juga, begitu sebaliknya. Sedangkan pada percobaan jarak layar terhadap slit tidak sesuai dengan nilai ysebenarnya (lebih besar dari jarak yang sesuai dengan panjang gelombang He-Ne), pada perhitungan slit tunggal nilai ysebenarnya = 0,5 mm sedangkan hasil praktikum y1 = 1 mm dan pada perhitungan slit ganda nilai ysebenarnya = 0,8 mm sedangkan hasil praktikum y1 = 3 mm, dari perbedaan itulah yang mengakibatkan nilai panjang gelombang berbeda, hal itu dikarenakan resolusi alatnya tidak bisa menampilkan jarak yang terlalu pendek (< 1 mm) dan

16

kekurang telitian praktikan dalam mengamati jarak antar frinji dan menentukan jarak layar terhadap slit (Human Error). Pada percobaan kedua menggunakan Interferometer Michelson yang digunakan untuk mengamati perubahan jumlah frinji ketika Moveable Mirror di geser-geser. Teori mengatakan bahwa ketika Moveable Mirror pada

Interferometer Michelson digeser-geser akan mengakibatkan perubahan jumlah frinji pada layar. Setelah melakukan pecobaan kedua didapatkan hasil yang tidak terlalu jelas pada layar, hal ini dikarenakan Interferometer Michelsonnya disusun secara manual sehingga ketelitian dalam perangkaiannya kurang bagus. Tetapi ketika dilakukan penggeseran pada Moveable Mirror, diperoleh data perubahan jumlah frinji pada layar.

4.2.4 Prim Arista W. P./(2409100059) Praktikum kali ini dibahas tentang interferensi dan interferometri. Terdapat 2 macam praktikum, yaitu tentang interferensi young yang terdiri dari interferensi slit double dan slit tunggal dan interferometer Michelson. Pada praktikum interferometer young terdapat suatu prosedur. Terdapat sumber cahaya berupa laser He-Ne yang dilewatkan pada 2 macam slit, yaitu tunggal 0.3 mm dan double 0.4 mm. Jarak slit dengan laser 5 cm. pada bagian depan diletakkan layar pada jarak 50, 100, 150, 200, dan 250 cm untuk masingmasing slit. Dengan ini praktikan dapat mengambil data berupa jarak terang pusat ke terang 1 (y1), terang 1 ke trang 2 (y2), terang 2 ke terang 3 (y3). Sehingga praktikan dapat mendapatkan nilai panjang gelombang ( ) hasil praktikum dengan ( ) rumus untuk slit double dan

untuk slit tunggal dengan nilai m=1 untuk y1, m=2 untuk y2,

dan m=3 untuk y3, kemudian dibandingkan dengan nilai penjang gelombang ( ) laser He-Ne yang telah diketahui, yaitu sebesar 623.8 mm. Dari hasil perhitungan, didapatkan rata-rata besar panjang gelombang ( ) pada praktikum slit tunggal sebesar 1603,2 nm, sedangkan pada slit doble sebesar 2552 nm. Selisih antara hasil praktikum dengan panjang gelombang yang telah diketahui disebabkan oleh

17

beberapa faktor, antara lain pada jarak R 50 cm didapatkan y sebesar 0,5 mm, padahal penggaris yang dipakai adalah berskala 1 mm; pada jarak R 250 cm intensitas laser semakin berkurang, sehingga barpengaruh pada frinji di layar; didapatkan frinji yang tidak sejajar dengan garis horizontal kertas millimeter blok sebagai layar, sehingga berpengaruh pada pengukuran y; dari rangkaian yang kurang mendukung; meja praktikum dipakai 2 kelompok praktikum, padahal sebenarnya meja dipakai 1 kelompok praktikum; pengaruh luar praktikum, misal AC. Praktikum kedua tentang interferometer Michelson dengan suatu prosedur. Dari rangkaian interferometer Michelson yang telah terangkai sebelumnya, diamati pola gelap-terang yang terjadi pada layar dengan mengubah-ubah moveble mirror, supaya dihasilkan pola gelap-terang yang konstan (tidak ada pergerakan pola dalam layar). Dari percobaan ini didapatkan hasil pola gelapterang yang tidak bisa konstan (selalu bergerak-gerak) dikarenakan rangkaian dari alat tersebut tidak mendukung karena interferometer dibuat secara manual.

4.2.5 Rhadityo Shakti B./(2410100038) Pada pratikum optik kali ini, kita membahas tentang interferensi dan interferometri. Di sini ada dua percobaan, yang pertama percobaan tentang Interferometer Young dan yang kedua Interferometer Michelson. Di percobaan Interferometer Young ada sebuah sumber cahaya yang berupa laser yang di kenai pada sebuah slit, di sini ada dua slit yang digunakan yaitu slit tunggal dengan lebar slit 0.3 mm dan slit ganda dengan lebar slit 0.4 mm. Jarak slit dengan laser sendiri di atur dengan jaraknya 5 cm. Setelah itu kita amati pola interferensi yang terjadi pada jarak 50 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm dan 250 cm. Kita amati nilai y1, y2 dan y3 yang tampak pada layar. Setelah kita dapatkan nilai y1, y2 dan y3, kita cari nilai panjang gelombang dari rumus( ) ( )

atau

untuk slit tunggal dan untuk slit ganda menggunakan rumus atau dan setelah itu di bandingkan dengan nilai asli

panjang gelombang pada laser He-Ne. Di sini hasil dari perhitugan pada slit

18

tunggal, besar panjang gelombangnya yang hamper mendekati panjang gelombang normal sebesar 1200 nm dan untuk slit ganda panjang gelombangnya yang hamper mendekati dengan panjang gelombang normal sebesar 280 nm. Jika dibandingkan dengan panjang gelombang yang sebenrnya pada laser He Ne yang sebesar 623,8 nm ini berbeda dengan hasil yang didapatkan dari perhitungan, ini dikarenakan adanya kesalahan pengukuran yang terjadi saat adanya perhitungan pada pola gelap terang yang dihasilkan. Selain itu seharusnya jika jarak semakin jauh dari sumber cahaya menuju layar panjang gelombang yang di hasilkan seharusnya resolusi pengukuran yang didapat lebih mendekati sebenarnya. Tetapi hasil yang didapatkan tidak seperti itu .Dari data yang sebenarnya dari slit tunggal y yang seharusnya didapatkan sebesar 0.5 mm, 1 mm, 1.5 mm, 2 mm, 2.6 mm dan untuk slit ganda y yang sebenanya yang harus didapatkan sebesar 0.8 mm,1.6 mm, 2.3 mm, 3.1 mm, 3.9 mm. Dan data jika dibandingkan dengan hasil percobaanya y yang didapatkan cukup jauh yaitu 1 mm, 3 mm, 4 mm, 6 mm, 7 mm. Dan untuk slit ganda y yang didapatkan dari hasil percobaannya sebesar 3 mm, 7 mm, 9 mm, 13 mm, 16 mm . Perbedaan data yang cukup signifikan ini selain adanya kesalahan pengukuran juga adanya pengaruh dari satuan yang dipakai untuk mencari panjang gelombang, disini data yang didapatkan mempunyai satuan mm sedangkan panjang gelombang yang sebenarnya mempunyai satuan nm . Untuk percobaan kedua yaitu tentang Interferometer Michelson. Di sini kita coba merangkai Interferometer Michelson yang terdiri dari Beam Splitter, Moveable mirror, Fixed mirror, Microdisplacement. Disini kita coba mengamati pola gelap terang yang terjadi pada layar dengan mengubah-ubah

microdisplacement. Hasil yang tampak pada layar tidak begitu terlalu jelas pola gelap terangnya, ini dikarenakan mekanika dari alat tersebut tidak terlalu mendukung. Hasil yang tampak selalu bergerak-gerak. Tetapi disini terlihat jika ada pergeseran pada moveable mirror mengakibatkan perubahan pola gelap terang yang tampak pada layar. Di sini pola gelap terang juga bisa diamati untuk mendapatkan intensitas yang tampak pada layar itu sebesar berapa.

19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Setelah melakukan percobaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut: 1. Interferensi adalah suatu merupakan interaksi dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya dan menghasilkan suatu pola interferensi (terang-gelap). 2. Interferometer adalah salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensi tersebut. 3. Interferometer Young menggunakan slit sedangkan Interferometer Michelson menggunakan beam splitter, movable mirror, fixed mirror, microdisplacement dan convex lens. 4. Interferometer Michelson disusun dengan meletakkan secara tegak lurus (sudut 90) posisi dari movable mirror dan adjustable mirror dan ditengahnya ada splitter. Dengan adanya posisi ini maka akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh pola reflektansi dan transmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lensa. Selanjutnya perbedaan dari lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan penguatan fase (interferensi) yang menyebabkan munculnya pola-pola frinji pada layar. 5. Aplikasi Interferometer Michelson untuk mengetahui panjang gelombang, indeks bias suatu medium dan perubahan sudut rambat gelombang

5.2

Saran Dalam praktikum ini, tepatnya pada percobaan Interferometer Michelson,

ada baiknya praktikan memperhatikan komponen-komponen pada interferometer tersebut apakah telah berfungsi dengan benar atau tidak, sehingga hasil yang diperoleh baik dan percobaan dapat berjalan dengan lancar.

20

DAFTAR PUSTAKA

[1] Soedojo, P. 1992. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern.Gadjah Mada University Press : Yogyakarta [2] Halliday, D. dan Resnick, R. 1999. Physics (terjemahan Pantur Silaban dan Erwin Sucipto). Jilid 2. Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta [3] Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta [4] Hecht, E., 1992, Optics, 2nd edition, Addison Wesley. [5] Suprayitno. 1997. Penentuan Panjang Gelombang Laser He-Ne dan Indeks Bias Udara dengan Metode Interferometer Michelson. Semarang: Skripsi S-1 FMIPA UNDIP.

21