lap.praktikum 10 zat organik

21
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN PERCOBAAN X ZAT ORGANIK OLEH : NAMA : MUHAMMAD SADIQUL IMAN NIM : H1E108059 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : M. FAHMI ARIF PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Upload: muhammad-sadiqul-iman

Post on 27-Jun-2015

3.720 views

Category:

Documents


97 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap.praktikum 10 Zat Organik

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN X

ZAT ORGANIK

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD SADIQUL IMAN

NIM : H1E108059

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : M. FAHMI ARIF

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

DESEMBER, 2010

Page 2: Lap.praktikum 10 Zat Organik

PERCOBAAN X

ZAT ORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan zat

organik pada suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan di muka bumi, tak terkecuali

bagi manusia. Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan

syarat-syarat kualitas air sesuai peruntukannya. Salah satu syarat yang penting

adalah ukuran banyaknya zat organik yang terdapat dalam air. Oleh karena itu

penentuan zat organik dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam

penentuan kualitas air. Banyaknya zat organik dalam air menjadi salah satu

ukuran seberapa jauh tingkat pencemaran pada suatu perairan (Febrian, 2008).

Penentuan kandungan zat organik dalam air biasanya dilakukan dengan

mengukur kebutuhan oksigen dalam air untuk mendegradasi zat organik, baik

dengan bantuan mikroorganisme, zat kimia dan cara lainnya. Saat ini telah ada

dua metode standar dalam pengukuran kebutuhan oksigen di air, yaitu

biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD).

Kedua metode tersebut berhubungan dengan kebutuhan oksigen untuk

mendegradasi zat organik yang ada pada contoh air. Pada metoda BOD

digunakan proses oksidasi melalui bantuan mikroorganisme. Sedangkan pada

metoda COD, proses oksidasi zat organik dalam sampel menggunakan

pereaksi kimia, seperti dikromat, sebagai oksidatornya (Febrian, 2008).

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari

binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,

protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan

oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut (SMK Negeri 3 Kimia

Madiun, 2008).

Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia

seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan

perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon,

Page 3: Lap.praktikum 10 Zat Organik

hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert,

1989 dalam SMK Negeri 3 Kimia Madiun, 2008).

Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan

yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam

bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan; sedangkan

bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun

anaerob. Dimanapun limbah organik berada, jika tidak dimanfaatkan oleh

fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan lainnya; maka akan

segera dimanfaatkan oleh mikroba; baik mikroba aerobik (mikroba yang

hidupnya memerlukan oksigen); mikroba anaerobik (mikroba yang hidupnya

tidak memerlukan oksigen) dan mikroba fakultatif (mikroba yang dapat hidup

pada perairan aerobik dan anaerobik) (Halim, 2007).

Makin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan

aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang

mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada

melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa menjadi nol

dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan

fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen (SMK

Negeri 3 Kimia Madiun, 2008).

Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah

tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat organik

merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Makin

tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air

tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009).

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari

binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,

protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan

oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Di dalam sistem air tanah

yang belum terkontaminasi senyawa organic yang dominan adalah senyawa

humus (humic substances). Senyawa tersebut merupakan hasil dekomposisi

tumbuhan dan hewan secara biologis dan tidak memiliki struktur yang baku

(Halim, 2007).

Page 4: Lap.praktikum 10 Zat Organik

Oleh karena itulah mengapa pengidentifikasiannya memerlukan

serangkaian proses yang cukup panjang. Ada tiga kelompok senyawa humus ,

yaitu:

1. Asam fulvik ( fulvic acid ), merupakan senyawa yang terlarut di dalam air

2. Asam humik (humic acid), senyawa yang tidak larut di dalam air pada pH

rendah

3. Humin, tidak larut di dalam air pada semua pH (Krisma, 2008).

Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan

kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini

didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat

telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun.

Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator

kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara

beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan

+7 (Day & Underwood, 1999).

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi

terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida dan sedikit

permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor, ada kemungkinan

terjadi reaksi :

2 MnO4−¿ ¿ + 10 Cl−¿¿ + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam

besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan

asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang

rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari

penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganat

bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih

dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat ini dapat

digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk

permanganat dalam larutan asam (Basset, 1994).

Kalium permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator

pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang

dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai

Page 5: Lap.praktikum 10 Zat Organik

kandungan bahan organik total atau TOM (Total Organik Matter). Akan

tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung

pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai oksigen

yang dikonsumsi dengan metode permanganat selalu memberikan hasil yang

lebih kecil dari nilai BOD (biological oxygen demand). Kondisi ini

menunjukkan bahwa permanganat tidak cukup mengoksidasi bahan organik

secara sempurna (Effendi, 2003).

Untuk mengatasi kelemahan permanganat ini, digunakan oksidator yang

lain, misalnya kalium dikromat dan kalium iodat. Ternyata kalium dikromat

dianggap sebagai oksidator yang paling baik untuk digunakan pada penentuan

nilai COD (chemical oxygen demand), karena dapat mengoksidasi berbagai

jenis bahan organik (Effendi, 2003).

Berdasarkan kesempurnaan proses oksidasi bahan organik, pada

penentuan nilai permanganat atau kandungan bahan organik total (TOM),

BOD dan COD, berturut-turut persentase bahan organik yang dioksidasi

adalah 25%, 70% dan 98%. Berdasarkan kemampuan oksidasi ini, penentuan

nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan

organik, baik yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable)

maupun yang sukar didekomposisi secara biologis (non biodegradable)

(Effendi, 2003).

Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium permanganat yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi organik dalam 1000 mL air pada kondisi

mendidih, larutan induk kalium permanganat, KMnO4 adalah larutan yang

mempunyai normalitas kalium permanganat, KMnO4 0,1 N yang digunakan

untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah sedangkan

larutan baku kalium permanganat, KMnO4 adalah larutan induk kalium

permanganat, KMnO4 0,1 N yang diencerkan dengan air suling sampai

normalitas 0,01 N (SNI 06-6989.22-2004, 2004). Penentuan zat organik

dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa.

a. Metode asam untuk air yang mengandung ion Cl < 300 ppm.

b. Metode basa untuk air yang mengandung ion Cl > 300 ppm (Sodik, 2009)

Page 6: Lap.praktikum 10 Zat Organik

III.ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur, pipet

tetes, gelas beaker, buret, labu erlenmeyer, dan hot plate.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan asam

oksalat (H2C2O4.2H2O), KMnO4, H2SO4, air kran dan sampel air sumur

landasan ulin.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik

1. Mengambil 50 ml air kran dan memasukkan ke dalam labu

erlenmeyer.

2. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N.

3. Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01 N hingga cairan berwarna

merah muda.

4. Memanaskan di atas hot plate dan membiarkan mendidih

5. Menambahkan larutan KMnO4 0,01 N, jika selama pendidihan warna

merah muda hilang sampai tidak hilang lagi.

6. Membuang cairan dalam erlenmeyer

B. Pemeriksaan Zat Organik

1. Mengambil 50 ml sampel air dan memasukkan ke dalam labu

erlenmeyer yang sudah dibebaskan dari zat organik pada prosedur

sebelumnya.

2. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N.

3. Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01 N hingga cairan berwarna

merah muda.

4. Memanaskan di atas hot plate sampai hampir mendidih

5. Menambahkan 5 ml KMnO4 0,01 N dan membiarkan memdidih selama

5 menit tepat.

6. Menambahkan 15 ml asam oksalat 0,01 N setelah selesai pemanasan.

7. Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai larutan berubah warna merah

muda dan mencatat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N yang digunakan.

Page 7: Lap.praktikum 10 Zat Organik

C. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik

1. Mengisikan 5 ml larutan asam oksalat pada labu Erlenmeyer.

2. Mentitrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai larutan berubah

warna merah muda dan mencatat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N

yang digunakan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Pengamatan

a. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik

Tabel 1. Hasil pengamatan pembebasan labu erlenmeyer dari zat

organik

No. Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

50 ml air kran diambil.

Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N.

Ditambahkan tetes demi tetes KMnO4

0,01 N, hingga berubah warna merah

muda.

Dipanaskan di atas hot plate.

Ditambahkan kembali tetes demi tetes

KMnO4 0,01 N, hingga berubah warna

merah muda kembali.

1 tetes KMnO4 0,01 N

Warna = merah muda

t = 19 menit

Warna = bening

1 tetes KMnO4 0,01 N

Warna = merah muda

Page 8: Lap.praktikum 10 Zat Organik

6. Dibuang cairan dalam labu

erlenmeyer.

b. Pemeriksaan Zat Organik

Tabel 2. Hasil pengamatan pemeriksaan zat organik

No. Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

50 ml sampel air sumur landasan ulin

diambil.

Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N.

Ditambahkan tetes demi tetes KMnO4

0,01 N, hingga berubah warna merah

muda.

Dipanaskan di atas hot plate.

Dipanaskan kembali + ditambah 5 ml

KMnO4 0,01 N

1 tetes

Warna = merah muda

Warna = bening

t = 20, 19 menit

warna = ungu pekat

Page 9: Lap.praktikum 10 Zat Organik

6.

7.

Ditambahkan larutan asam oksalat

Dititrasi larutan KMnO4 0,01 N,

hingga berubah warna dan dicatat

larutan NaOH yang digunakan.

V = 15 ml

Warna = bening

V awal = 36,5 ml

V akhir = 39 ml

V KMnO4 = 2,5 ml

Warna = orange

c. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik

Tabel 3. Hasil pengamatan penentuan faktor ketelitian KMnO4 zat

organik

No. Percobaan Pengamatan

1.

2.

5 ml larutan asam oksalat diambil.

Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01

N dan dicatat larutan NaOH yang

digunakan.

Warna = bening

V awal = 14,3 ml

V akhir = 18,8 ml

V KMnO4 = 4,5 ml

2. Perhitungan

a. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik

Diketahui : Volume KMnO4 = 4,5 ml

Page 10: Lap.praktikum 10 Zat Organik

Ditanya : Faktor Ketelitian …?

Jawab :

Faktor Ketelitian =V asamoksalat

V KMnO4

= 5ml

4,5 ml

= 1,11

b. Pemeriksaan Zat Organik

Diketahui : Volume KMnO4 = 5 ml

Volume titrasi KMnO4 (a) = 2,5 ml

Volume sampel air = 50 ml

Normalitas KMnO4 = 0,01 N

Berat ekivalen KMnO4 = 31,6

Faktor Ketelitian (F) = 1,11

Ditanya : Kandungan Zat Organik…?

Jawab :

Kandungan Zat Organik

=1000

V sampelx [ {(V KMnO 4

+a ) x F }−V KMnO4 ] x NKMnO 4x BEKMnO 4

= 1000

50x [ {(5+2,5 ) x1,11 }−5 ] x 0,01 x 31,6

= 20 x [3,325] x 0,01 x 31,6

= 21,014 mg/l KMnO4

B. Pembahasan

1. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik

Alat laboratorium dalam hal ini labu erlenmeyer, tentu tidak lepas

dari keberadaan adanya zat organik yang menempel pada permukaan

dinding labu erlenmeyer. Supaya percobaan mengenai perhitungan zat

organik pada sampel air sumur mendapatkan hasil yang akurat dan valid,

sebelumnya harus dilakukan pembebasan labu erlenmeyer dari zat organik

menggunakan air kran sebagai media bahan, dikarenakan air kran dapat

melarutkan keberadaan zat organik yang berada dalam labu erlenmeyer

dimana setelah dilakukan pemanasan dengan oven, penambahan 2,5 ml

Page 11: Lap.praktikum 10 Zat Organik

asam sulfat dan 1 tetes KMnO4 maka akan membuat labu erlenmeyer

terbebas dari kandungan zat organik dan dapat dilakukan untuk

pemeriksaan selanjutnya yaitu zat organik pada sampel air sumur landasan

ulin. Penambahan asam sulfat sebenarnya adalah sebagai pereaksi

terhadap KMnO4 dimana prinsip dari metode asam pada pengukuran

permanganat. Berikut ini reaksi yang terjadi ketika pembebasan

erlenmayer dari zat organic.

Zat Organik + KMnO4 berlebih → CO2 + H2O

2. Pemeriksaan Zat Organik

Tahapan setelah pembebasan labu erlenmeyer dari zat organik,

selanjutnya adalah pemeriksaan zat organik dengan menggunakan metode

ttitrasi permanganometri. Memasukkan sampel air sumur sebesar 50 ml ke

dalam labu erlenmeyer yang telah terbebas dari zat organik. Penentuan zat

organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau

basa. Diketahui bahwa air yang digunakan mengandung ion Cl < 300 ppm

sehingga menggunakan metode asam. Pada prinsipnya untuk penentuan

zat organik menggunakan metode asam, zat organik didalam sampel

dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan panas. Sisa

KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berlebih sebanyak 15 ml

hingga larutan berubah warna menjadi bening dari yang awalnya berwarna

ungu pekat. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4 atau

kalium permanganat sebanyak 2,5 ml dan menjadi warna orange dengan

reaksi :

2 KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + 10CO2 + K2SO4

Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.

Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu

bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak

ditambahkan indikator apapun dan langsung ditambahkan dengan larutan

asam oksalat yang merupakan standar yang baik untuk standarisasi

permanganat dalam suasana asam. Larutan ini mudah diperoleh dengan

derajat kemurnian yang tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada temperatur

kamar dan biasanya diperlukan pemanasan hingga 60OC. bahkan bila pada

Page 12: Lap.praktikum 10 Zat Organik

temperatur yang lebih tinggi reaksi akan berjalan makin lambat dan

bertambah cepat setelah terbentuknya ion mangan (II).

Hasil perhitungan untuk kandungan zat organik pada sampel air

sumur landasan ulin didapatkan sebesar 21,014 mg/l KMnO4. Artinya

yang dihitung adalah banyaknya tiap nilai kandungan zat organik dalam

mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik

dalam 1 liter air. Menurut peraturan menteri kesehatan (Permenkes)

Nomor: 416/MenKes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan

kualitas air menyatakan bahwa untuk parameter zat organik (KMnO4)

kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 10 mg/l. Dari sini dapat

diketahui bahwa ternyata kandungan zat organik pada sampel air sumur

landasan ulin sangatlah tinggi, karena kandungan zat organiknya jauh

diatas standar baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana sampel air yang diambil.

3. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik

Faktor ketelitian KMnO4 zat organik diperlukan agar hasil

perhitungan yang didapat dalam mencari kandungan zat organik pada

sampel air sumur landasan ulin menjadi akurat. Dimana volume titrasi

KMnO4 yang dibutuhkan sebanyak 4,5 ml untuk mereaksikan larutan asam

oksalat 5 ml menjadi berwarna merah muda. Dari volume KMnO4 yang

didapatkan, maka diperoleh hasil perhitungan untuk faktor ketelitian

KMnO4 zat organik sebesar 1,11.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah :

1. Pengujian kandungan zat organik menggunakan metode titrasi

permanganometri dengan prinsip metode asam.

2. Hasil perhitungan faktor ketelitian KMnO4 zat organik sebesar 1,11 .

3. Hasil perhitungan untuk kandungan zat organik pada sampel air sumur

landasan ulin didapatkan sebesar 21,014 mg/l KMnO4.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Lap.praktikum 10 Zat Organik

Basset. J. etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Erlangga, Jakarta.

Day, R.A.Jr & A.L. Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanius, Yogyakarta.

Febrian, M. B. 2008. Pengembangan Sensor Chemical.http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=9&ved=0CEYQFjAI&url=http%3A%2F%2Fwww.digilib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F122626-KIM.006-08-Pengembangan%2520sensor_Pendahuluan.pdf Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Halim. 2007. Bahan Organik.http://kmit.faperta.ugm.ac.id/artikel%20-%20organik.htmlDiakses tanggal 8 Desember 2010.

Krisma, A. 2008. Penyisihan Besi dan Zat Organik dari Air Tanah MenggunakanOzon (AOP).http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/632/jbptitbpp-gdl-anitakrism-31579-2-2008ts-1.pdfDiakses tanggal 8 Desember 2010.

Kuniawan, A. 2009. Penetapan Kadar Zat Organik (Bilangan Permanganat).http://sodiycxacun.blogspot.com/2009/10/penetapan-kadar-zatorganik-bilangan_09.htmlDiakses tanggal 8 Desember 2010.

SMK Negeri 3 Kimia Madiun. 2008. Dekomposisi Zat Organik. http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/12/dekomposisi-zat-organik/Diakses tanggal 8 Desember 2010.

SNI 06-6989.22-2004, 2004. Air dan Air Limbah - Bagian 22: Cara Uji Nilai Permanganat Secara Titrimetri.http://xa.yimg.com/kq/groups/9534928/152236470/name/SNI+06-6989.22-2004.pdf Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Sodik. 2009. Penetapan Kadar Zat Organik (Bilangan Permanganat).http://sodiycxacun.blogspot.com/2009/10/penetapan-kadar-zat-organik-bilangan_09.htmlDiakses tanggal 9 Desember 2010.

Page 14: Lap.praktikum 10 Zat Organik

PERTANYAAN 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan organik?

2. Jelaskan bagaimana memeriksa kandungan bahan organik pada suatu sampel!

JAWABAN

1. Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang

atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein,

dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh

bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut

2. Memeriksa kandungan bahan organik pada suatu sampel dengan metode

permanganometri. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan

menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai

titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.

Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih

dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan

indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat

beraksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2,

+3, +4, +6, dan +7