laporann ligan yunita pare

36
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN II KUAT MEDAN ANTARA LIGAN AMIN–AIR NAMA : YUNITA PARE ROMBE NIM : H311 12 012 KELOMPOK / REGU : III(TIGA) / III(TIGA) HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 11 MARET 2014 ASISTEN : MUH. HASRIANDY

Upload: yunita-pare

Post on 29-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Terdapat berbagai macam unsur di bumi dengan bentuk dan jenis yang berbeda-beda pula. Dari sekian banyak unsur yang ada dan kita ketahui, kebanyakan unsur-unsur tersebut adalah berjenis logam. Salah satunya yaitu logam-logam yang berada pada golongan transisi.Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion logam terdiri atas satu atom pusat dan dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat (Svehla, 1985).Logam transisi biasanya mempunyai orbital d yang tidak terisi penuh sehingga memiliki kecenderungan yang besar untuk membentuk senyawa yang dinamakan dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks pada umumnya terdiri dari logam-logam yang bertugas sebagai atom pusatnya. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pembentukan senyawa kompleks di antaranya yaitu teori ikatan valensi, teori medan kristal, dan teori orbital molekul.Dalam senyawa kompleks, ada yang dinamakan ligan dan ada juga yang namanya ion atau atom pusat. Pada senyawa kompleks, elektron dipakai bersama antara kedua atom yang berikatan. Dalam hal ini, ligan berfungsi sebagai donor proton dan intinya sebagai akseptor. Ligan pada senyawa kompleks memilki peranan yang sangat penting yaitu ketika suatu ligan yang berikatan semakin kuat maka kompleks yang terbentuk akan semakin stabil.1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari kekuatan medan ligan antara amin dan air berdasarkan panjang gelombang maksimum. 1.2.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:1. Menentukan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M dengan menggunakan spektrofotometer.2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari ketiga larutan yang telah dibuat dengan melihat panjang gelombang maksimumnya. 1.3 Prinsip Percobaan Penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang panjang gelombang 460-520 nm dengan interval 20 nm. Panjang gelombang maksimum ketiga larutan digunakan untuk membandingkan kuat medan ligan amin dan air.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporann Ligan Yunita Pare

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN IIKUAT MEDAN ANTARA LIGAN AMIN–AIR

NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK / REGU : III(TIGA) / III(TIGA) HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 11 MARET 2014ASISTEN : MUH. HASRIANDY

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: Laporann Ligan Yunita Pare

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat berbagai macam unsur di bumi dengan bentuk dan jenis yang

berbeda-beda pula. Dari sekian banyak unsur yang ada dan kita ketahui, kebanyakan

unsur-unsur tersebut adalah berjenis logam. Salah satunya yaitu logam-logam yang

berada pada golongan transisi.

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan

reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion logam terdiri

atas satu atom pusat dan dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat

(Svehla, 1985).

Logam transisi biasanya mempunyai orbital d yang tidak terisi penuh

sehingga memiliki kecenderungan yang besar untuk membentuk senyawa yang

dinamakan dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks pada umumnya terdiri

dari logam-logam yang bertugas sebagai atom pusatnya. Ada beberapa teori yang

menjelaskan tentang pembentukan senyawa kompleks di antaranya yaitu teori ikatan

valensi, teori medan kristal, dan teori orbital molekul.

Dalam senyawa kompleks, ada yang dinamakan ligan dan ada juga yang

namanya ion atau atom pusat. Pada senyawa kompleks, elektron dipakai bersama

antara kedua atom yang berikatan. Dalam hal ini, ligan berfungsi sebagai donor

proton dan intinya sebagai akseptor. Ligan pada senyawa kompleks memilki peranan

yang sangat penting yaitu ketika suatu ligan yang berikatan semakin kuat maka

kompleks yang terbentuk akan semakin stabil.

Page 3: Laporann Ligan Yunita Pare

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

kekuatan medan ligan antara amin dan air berdasarkan panjang gelombang

maksimum.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Menentukan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02

M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran

3:1 antara air dan NH4OH 1 M dengan menggunakan spektrofotometer.

2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari ketiga larutan

yang telah dibuat dengan melihat panjang gelombang maksimumnya.

1.3 Prinsip Percobaan

Penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02

M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1

antara air dan NH4OH 1 M dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan

menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang panjang gelombang 460-520 nm

dengan interval 20 nm. Panjang gelombang maksimum ketiga larutan digunakan

untuk membandingkan kuat medan ligan amin dan air.

BAB II

Page 4: Laporann Ligan Yunita Pare

TINJAUAN PUSTAKA

Ligan adalah spesies yang mampu menyumbangkan pasangan elektron pada

atom logam pusat atau ion dan merupakan dasar Lewis dalam menerima pasangan

elektron, atom logam pusat atau tindakan ion sebagai asam Lewis. Ligan yang hanya

memiliki satu pasang elektron yang dapat menyumbangkan disebut ligan unidentate

(Petrucci dan Harwood 1989).

Teori Lewis dapat memberikan penjelasan yang luas tentang struktur-struktur

kimia dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana, untuk dapat dimengerti dengan

lebih mendalam sifat-sifat dari teori ligan, yang menjelkaskan tentang pembentukan

kompleks atas dasar medan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan yang

terkoordinasi sekeliling bulatan sebelah dalam ari atom pusat. Medan ligan

menyebabkan penguraian tinkatan energi orbital d atom pusat, lalu menghasilkan

energi untuk menstabilkan kompleks itu, jika molekul netral yang terlibat sebagai

ligan dalam pembentukan kompleks, muatan pada ion kompleks tetap sama seperti

muatan pada atom pusatnya. Kompleks dengan ligan-ligan campuran bisa

mempunyai muatan yang berbeda-beda (Svehla, 1985).

Beberapa contoh ligan unidentate adalah anion monoatomik seperti ion

halida, anion poliatomik seperti ion nitrit, molekul sederhana seperti amonia dan

molekul yang lebih kompleks seperti metal, dan CH3NH2. Beberapa ligan mampu

menyumbangkan lebih dari satu pasangan elektron tunggal dari atom yang berbeda,

dalam ligan dan situs yang berbeda dalam struktur geometris kompleks. Ini disebut

ligan multidentat. Molekul etilendiamin dapat menyumbangkan dua pasangan

elektron, satu dari setiap atom N dan dapat menyumbangkan dua pasang elektron,

Page 5: Laporann Ligan Yunita Pare

disebut ligan bidentat. Ketika ikatan ligan multidentat ke ion logam menghasilkan

cincin, dapat lihat kompleks sebagai kelat. Ligan multidentat disebut agen kelat, dan

proses pembentukan kelat disebut khelating (Petrucci dan Harwood 1989).

Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi group d adalah

kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral, seperti

karbon monoksida, isosoianida, fosfin tersubsitusi, arsin dan stibin, nitrat oksida, dan

berbagai molekul dengan orbital π yang terdelokalisai seperti piridin, 2,2-bipiridin,

dan 1,10-fenantrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks yang beragam, beranah dari

molekul senyawaan biner seperti Cr(CO)6 atau Ni(PF3)4 sampai ion kompleks seperti

[Fe(CN)5CO]3- (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Suatu ion kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang

terkikat erat dengan atom pusat. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam

kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun

tak dapat ditafsirkan didalam lingkup kompleks yang klasik. Atom pusat ditandai

oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan yang

dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan

kasus, bilangan koordinasi adalah 6 seperti Fe2+,Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+. Bilangan

koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat

yang disebut sebagai bulatan koordinasi, yang masing-masing dapat ditempati oleh

suatu ligan (Svehla, 1985).

Dalam banyak kompleks ini, atom logam berada dalam keadaan oksidasi

formal yang positif rendah, nol atau bahkan negatif. Ini adalah kekhasan ligan-ligan

yang menstabilkan keadaan oksidasi yang rendah. Sifat ini dihubungkan dengan fakta

bahwa ligan-ligan mempunyai orbital-orbital π yang kosong sebagai tambahan dari

Page 6: Laporann Ligan Yunita Pare

pasangan menyendiri. Orbital-orbital yang kosong ini dapat menerima rapatan

elektron dari orbital logam yang timbul dari sumbangan pasangan menyendiri.

Rapatan elektron yang tinggi pada atom logam dapat didelokalisasikan pada ligan.

Kemampuan ligan untuk menerima rapatan elektron kedalam orbital π kosong yang

letaknya lebih rendah, disebut keasaman π (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Kation divalen Mg2+ dan Ca2+ mengatur interaksi integrin dengan ligan Mg2+

dan memfasilitasi Ca2+ yang umumnya menghambat interaksi seperti pada vitro.

karena kedua kation yang hadir dalam konsentrasi dalam vitro, relevansi fisiologis

dalam vitro tidak jelas, sehingga dengan mengukur afinitas kedua kation ke aktif

dan aktif dari ligan dan kation mengikat A-domain (CD11bA) dari integrin

CD11b/CD18 dalam ketiadaan dan kehadiran single rantai 107 antibodi (scFv107)

sebagai aktivasi sensitif ligan antibodi mimesis (Ajroud dkk., 2004).

Teori medan ligan menunjuk keseluruhan yang berpusat pada sejumlah teori

yang dipergunakan untuk memahami ikatan dan hubungan elektronik (magnetis,

spektroskopik, dsb.) dari senyawa kompleks dan campuran lain yang dibentuk oleh

unsur transisi (Cotton dkk., 1995).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar tentang ikatan dalam

senyawa logam transisi dibandingkan dengan senyawa dari unsur-unsur golongan

utama. Semua bentuk umum dari teori ikatan valensi berlaku bagi unsur-unsur

golongan utama, dapat juga berhasil diaplikasikan bagi unsur-unsur transisi. Pada

umumnya, metode MO berlaku bagi senyawa logam transisi memberikan hasil yang

Page 7: Laporann Ligan Yunita Pare

benar dan berguna, sehingga tingkat perkiraan dinaikkan, sama halnya di semua

kasus lain (Cotton dkk., 1995).

Kompleks donor dari ligan golongan V dan golongan VI dari senyawaan

trivalensi fosfor, arsen, antimon, dan bismut dapat memberikan kompleks dengan

logam-logam transisi. Donor-donor ini adalah basa lewis seperti senyawaan BR3 di

mana orbital d tidak terlihat. Meskipun demikian atom donor memungkinkan orbital

d yang kosong dan penerimaan balik kedalam orbital. Berdasarkan data inframerah,

suatu derer ligan yang luas, dan melibatkan atom-atom donor golongan V dan

golongan VI, dapat dirancang dalam urutan dengan menurunnya keasaman π. Ligan

golongan V dan VI yang lain semuanya dapat menggantikan beberapa gugus CO,

membentuk senyawaan seperti (R3P3)Mo(CO)3 atau bahkan (R3P3)Mo(CO)2, namun

sangat jarang dapat menggantikan semua gugus CO, karena keasamannya π-nya yang

rendah. Meskipun demikian, terdapat beberapa molekul stabil seperti Ni(PCl3)4 dan

Cr(difos)3 (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Teori medan kristal menyediakan satu cara penentuan, dengan bahan

pertimbangan elektrostatik sederhana, bagaimana energi dari orbital ion logam akan

terpengaruh dari atom sekitar atau ligan. Itu bekerja dengan baik ketika simetrinya

tinggi tapi dengan upaya tambahan, dapat diterapkan lebih umum lagi. Teori medan

kristal adalah suatu model dan tak satu pun uraian yang realistis tentang kekuatan

sebenarnya dalam bereaksi (Cotton dkk., 1995).

Sebuah spektrofotometer dapat dianggap sebagai sebuah fotometer fotolistrik

yang diperhalus yang memungkinkan penggunaan pita-pita cahaya yang sinambung

variabelnya dan lebih mendekati monokromatik, atau lebih tepat, pita-pita sempit

energi cahaya dari sumbernya (Basset dkk., 1994).

Page 8: Laporann Ligan Yunita Pare
Page 9: Laporann Ligan Yunita Pare

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan ion logam Cu2+

0,1 M, larutan NH4OH 1 M, akuades, kertas label, sabun cair, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL,

spektronik 20 D+, labu ukur 50 mL, pipet tetes, pipet skala 10 mL, sikat tabung,

pipet volume 10 mL, pipet volume 20 mL, pipet volume 25 mL, bulb, dan labu

semprot, dan kuvet.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Larutan ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam Air

Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan

dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas

terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ sebelum dipakai. Setelah

itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur 50

mL. Diencerkan sampai tanda garis dan dikocok sampai larutan homogen. Diamati

absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang gelombang

460-500 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko. Diamati dan

dicatat panjang gelombangnya.

Page 10: Laporann Ligan Yunita Pare

3.3.2 Pembuatan Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1 : 1 air dan NH4OH 1 M

Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan

dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas

terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ 0,1 M sebelum dipakai.

Setelah itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam

labu ukur 50 mL. Lalu, ditambahkan 25 mL larutan NH4OH 1 M. Diencerkan

dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan homogen. Diamati

absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang gelombang

460-640 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko.

3.3.3 Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3 : 1 air dan NH4OH 1 M

Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan

dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas

terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ 0,1 M sebelum dipakai.

Setelah itu, Larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL kedalam

labu ukur 50 mL. Ditambahkan 12,5 mL larutan NH4OH 1 M ke dalam labu ukur

tersebut. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan

homogen. Diamati absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada

rentang gelombang 560-640 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai

blanko.

Page 11: Laporann Ligan Yunita Pare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada

absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari

tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang

kosong. Bila perbedaan energi antarorbital yang dapat mengalami transisi disebut

∆Ε, frekuensi absorpsi ν diberikan oleh persamaan ∆Ε = h ν. Transisi elektronik yang

dihasilkan oleh pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua

golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter

utama d, transisinya disebut transisi d-d atau transisi medan ligan, dan panjang

gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medan ligan. Bila satu

dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yang lain memiliki

karakter ligan.

Ion kompleks memiliki ion logam pada pusatnya dengan jumlah tertentu pada

setiap molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang mengelilinginya itu

dapat berhimpit dengan ion pusat melalui ikatan koordinasi (dative covalent).

Molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilingi suatu logam pusat disebut dengan

ligan-ligan. Yang termasuk pada ligan sederhana adalah air, amonia dan ion klorida

dimana semua ligan-ligan tersebut memiliki pasangan elektron tak berikatan yang

aktif pada tingkat energi paling luar. Pasangan elektron tak berikatan inilah yang

akan digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam.

Ketika sinar putih melewati larutan yang berisi salah satu dari ion tersebut,

atau dengan kata lain sinar putih tersebut direfleksikan oleh larutan itu, beberapa

Page 12: Laporann Ligan Yunita Pare

warna dari sinar dapat diabsorpsi atau diserap oleh larutan tersebut. Warna yang

dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal (tidak diabsorpsi). Pelekatan

ligan pada ion logam merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yang diserap

merupakan akibat dari perpindahan elektron diantara orbital d yang satu dengan yang

lain.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kuat medan antara ligan

amin-air dalam senyawa kompleks dengan atom pusat Cu2+ terhadap panjang. Ligan

yang digunakan adalah NH4OH dan akuades. Kuat medan antara ligan amin-air

ditentukan oleh perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang dengan

rentang 390-620 nm.

Pada percobaan kuat medan ligan antara amin dan air, hal pertama yang

dilakukan adalah membuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam labu ukur 50 mL dari larutan

Cu2+ 0,1 M. Jadi, perlu dilakukan pengenceran dengan mengukur larutan Cu2+ 0,1 M

sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet skala 10 mL lalu ditambahkan akuades

hingga mencapai tanda batas lalu dihomogenkan. Larutan akan berwarna biru pucat.

Ini dilakukan untuk melihat senyawa akuokompleks. Ketika ion Cu2+ berikatan

dengan ligan H2O, maka akan membentuk senyawa akuokompleks [Cu(H2O)4]2+.

Berikut reaksinya :

CuSO4 Cu2+ + SO42-

NH4OH NH3 + H2O

Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]SO4

Kemudian dapat diukur absorbannya dengan menggunakan alat Spektronik

20 D+ untuk menentukan panjang gelombang maksimumnya pada rentang panjang

gelombang 540-620 nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang

gelombang terhadap absorbansi.

Page 13: Laporann Ligan Yunita Pare

Tabel 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi

No.Panjang

gelombang (nm)Absorbansi

1 540 0,0022 550 0,0403 560 0,0834 570 0,1175 580 0,1376 590 0,1397 600 0,1258 610 0,0899 620 0,039

Selanjutnya adalah membuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran air dan

NH4OH 1 M 1:1 di dalam labu ukur 50 mL, dipipet larutan Cu2+ 0,1 M 10 mL

kemudian ditambahkan dengan 25 mL NH4OH 1 M kemudian ditambahkan lagi

akuades hingga tanda batas. Pada saat penambahan NH4OH, terjadi perubahan warna

dari biru pucat menjadi biru tua gelap. Ini menandakan terbentuknya kompleks

amina. Berikut reaksinya :

Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]SO4

2-

NH4OH NH3 + H2O

[Cu(H2O)4]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO4

2-

530 540 550 560 570 580 590 600 610 620 6300

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi

Panjang Gelombang (nm)

Abs

orba

nsi

Page 14: Laporann Ligan Yunita Pare

Kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 390-460

nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang gelombang terhadap

absorbansi.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi

No.Panjang

gelombang (nm)Absorbansi

1 390 0,0412 400 0,0953 410 0,1964 420 0,2465 430 0,2576 440 0,2347 450 0,1878 460 0,128

Setelah itu, dibuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan

NH4OH 1 M di dalam labu ukur 50 mL, dilakukan dengan dipindahkan larutan Cu2+

0,1 M sebanyak 10 mL dengan pipet volume 10 mL kemudian ditambahkan dengan

12,5 mL NH4OH 1 M dan ditambahkan lagi akuades hingga tanda batas. Sama

halnya di atas juga terbentuk warna biru tua gelap tetapi intensitasnya lebih kecil

dibandingkan untuk campuran 1:1 di atas. Hal ini sangat jelas karena jumlah

380 390 400 410 420 430 440 450 460 4700

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi

Panjang Gelombang (nm)

Abs

orba

nsi

Page 15: Laporann Ligan Yunita Pare

penambahan NH4OH di atas jauh lebih banyak dibandingkan pada campuran dengan

perbandingan 3:1 ini. Berikut reaksinya :

Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]2+SO4

2-

[Cu(H2O)4]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO4

2-

[Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO4

2- + H2O

[Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)3(H2O) ]2+SO4

2- + H2O

[Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)4]2+SO4

2- + H2O

Reaksi di atas lebih sedikit mengikat NH3. Reaksi ini dengan jelas

memperlihatkan kita bahwa dengan berkurangnya jumlah NH3 yang diikat oleh suatu

ion pusat seperti Cu2+, maka intensitas warna kompleks yang dihasilkannya pun

semakin menurun. Ini berarti bahwa senyawa NH3 merupakan ligan yang memilki

medan lebih kuat daripada air.

Kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 390-470

nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang gelombang terhadap

absorbansi.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi

NoPanjang

gelombang (nm)Absorbansi

1 390 0,0792 400 0,0953 410 0,2034 420 0,2585 430 0,2776 440 0,2597 450 0,2218 460 0,1639 470 0,104

Page 16: Laporann Ligan Yunita Pare

Pembacaan absorban pada spektrofotometer dilakukan dengan interval 10 nm

untuk mempercepat proses analisa. Panjang gelombang maksimum untuk larutan

pertama dalam tabel 1 adalah 590 nm. Ini sesuai dengan batas panjang gelombang

pengukuran pada prosedur percobaan yaitu 510-700 nm. Untuk larutan kedua

panjang gelombang maksimumnya adalah 430 nm sedangkan untuk larutan ketiga

panjang gelombang maksimumnya sama yaitu pada 430 nm.

Panjang gelombang maksimum pada larutan kedua dan ketiga yaitu pada

tabel 2 dan 3 tercapai pada panjang gelombang 430 nm dengan nilai absorbansi

larutan kedua sama dengan 0,257 dan larutan ketiga sama dengan 0,277. Sedangkan

untuk larutan 1 yang tidak memiliki ligan amin, panjang gelombang maksimumnya

tercapai pada 590 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,139. Terlihat bahwa nilai

absorbansi semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi ligan NH3 dalam

larutan. Ini berarti, dengan bertambahnya ligan NH3 pada larutan, warna kompleks

yang ditimbulkan semakin pekat. Ini berarti, amin adalah suatu ligan bermedan kuat

yang memiliki kuat medan lebih besar daripada air. Panjang gelombang maksimum

ion kompleks yang mengandung ligan amin dan air (larutan 2 dan 3) lebih pendek

380 390 400 410 420 430 440 450 460 470 4800

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi

Panjang Gelombang (nm)

Abs

orba

nsi

Page 17: Laporann Ligan Yunita Pare

daripada panjang gelombang maksimum ion kompleks yang hanya mengandung

ligan air (larutan 1). Artinya, larutan 2 dan 3 memiliki frekuensi yang lebih besar

daripada larutan 1. Akibatnya frekuensi larutan 2 dan 3 lebih besar daripada larutan

1, berarti tingkat energinya pun lebih besar sesuai dengan persamaan ΔE = hv di

mana ΔE = tingkat energi, h = tetapan Planck, dan v = frekuensi. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa ligan amin bermedan lebih kuat daripada air. Terbukti

dengan keberadaan ligan-ligan tersebut yang meningkatkan tingkat energi.

Page 18: Laporann Ligan Yunita Pare

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang

maksimum larutan Cu2+ 0,02 M adalah 590 nm, larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran

1:1 antara air dan NH4OH 1 M adalah 430 nm, serta larutan Cu2+ 0,02 M dalam

campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M adalah 430 nm.

Dengan melihat panjang gelombang maksimum yang dihasilkan, maka dapat

disimpulkan bahwa ligan amin memiliki kuat medan yang lebih besar daripada ligan

air.

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium

Peralatannya dilengkapi demi kelancaran praktikum terutama penyediaan

larutan, serta penambahan alat spektronik 20D+ atau spektrofotometer yang lebih

bagus agar tiap kelompok dapat bekerja dan memperoleh data secara terpisah, tidak

saling tunggu menunggu untuk memakai alat tersebut.

5.2.2 Percobaan

Sebaiknya pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali untuk memperkecil

kemungkinan kesalahan pengambilan data.

Page 19: Laporann Ligan Yunita Pare

DAFTAR PUSTAKA

Ajroud, K., Sugimori, T., Goldmann, H.W., Fathallah, M.D., 2004, Binding Affinity of Metal Ions to the CD11b A-domain Is Regulated by Integrin Activation and Ligands, The Journal Of Biological Chemistry,(Online), 279(24): 25484-25488, (http//:journal-chemistryligan.com, Diakses Pada Tanggal 12 Maret 2014 Pukul 17.45 WITA).

Basset, J., Denny, C.R., Jefrey, H.G., dan Menham, J., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi Keempat, Diterjemahkan oleh Seriono dan Pudjaatmaka, Penerbit Buku Kedokteran, London.

Cotton, F.A., Wilkinson, G., dan Gaus, P.L., 1995, Basic Inorganic Chemistry, Penerbit John Wiley dan Sons Inc, California.

Cotton, F.A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati Soharto, UI-press, Jakarta.

Petrucci, R.H., dan Harwood, W.S., 1989, General Chemistry, Sixth Edition, New York

Svehla, G., 1985, Analisis Anorganik Kualitatif,makro dan semimikro, diterjemahkan oleh Setiono L., dan Pudjaatmaka A., Kalma Media Pustaka, Jakarta

Page 20: Laporann Ligan Yunita Pare

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 11 Maret 2014

Asisten Praktikan

(MUH. HASRIANDI) (YUNITA PARE ROMBE)

Page 21: Laporann Ligan Yunita Pare

Lampitan I BAGAN KARJA

- Diukur absorbannya dengan spektrofotometer sinar tampak, untuk

larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dengan panjang gelombang

maksimum 460-500 nm dengan interval 20 nm, untuk larutan ion

logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH

1 M dengan panjang gelombang 460-640 nm dengan interval 20

nm, untuk larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1

antara air dan NH4OH 1 M dengan panjang gelombang 560-640 nm

dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko.

Larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 MLarutan ion logam

Cu2+ 0,02 M

Larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M

- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL

- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas

- Dihomogenkan

- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL

- Ditambahkan 25 mL NH4OH 1 M

- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas

- Dihomogenkan

- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL

- Ditambahkan 12,5 mL NH4OH 1 M

- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas

- Dihomogenkan

Larutan ion logam Cu2+ 0,1 M

0,1 M

Page 22: Laporann Ligan Yunita Pare

- Perbedaan kekuatan ligan air dan amin, dapat dilihat melalui

perbandingan panjang gelombang maksimum ketiga larutan di atas.

Lampiran

A. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam air

V1 x M1. = V2 x M2

V1 x 0,1 M = 50 ml x 0,02 M

0,1 V1 = 1

V1 (Cu)= 10 ml

B. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M

Air = 12

x 50 ml = 25 ml

NH4OH = 12

x 50 ml = 25 ml

C. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1M

Air = 34

x 50 ml = 37,5 ml

NH4OH = 14

x 50 ml = 12,5 ml

Hasil

Page 23: Laporann Ligan Yunita Pare

Gambar Hasil Percobaan

Page 24: Laporann Ligan Yunita Pare
Page 25: Laporann Ligan Yunita Pare