laporann anodasi aluminium

21
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 1 ANODASI ALUMINIUM NAMA : YUNITA PARE ROMBE NIM : H311 12 012 KELOMPOK/ REGU : III ( TIGA)/ III (TIGA) HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 4 MARET 2014 ASISTEN : RISKAL HERMAWAN LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: yunitaparer

Post on 22-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Aluminium merupakan logam yang cukup ringan, mengkilap, keras tetapi mudah ditempa dan direnggangkan, sehingga dapat diubah sesuai dengan rancangan.Tidak mengherankan jika logam ini dipakai secara luas dalam masyarakat modern sebagai konstruksi bangunan dan kendaraan.Dan yang paling penting adalah bahwa aluminium tidak beracun, sehingga banyak dipakai sebagai perabot dapur dan kemasan makanan.Logam aluminiumyang paling banyak terkandung dalam kulit bumi. Aluminium menempati urutan ketiga sebagai unsur penyusun kulit bumi terbanyak sesudah oksigen dan silikon.Aluminium sangat reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam berupa unsur bebas, melainkan dalam wujud senyawaan.Logam aluminium bersifat lebih reaktif jika dibandingkan dengan seng.Logam aluminium mudah bereaksi dengan oksigen, larut dalam asam encer dan melepaskan hidrogen. Reaksi logam aluminium dengan oksigen akan menghasilkan oksida dan setiap permukaan logam aluminium akan dilapisi oleh Al2O3 yang sangat tipis, namun bersifat stabil, sangat keras, dan tidak berpori. Akibatnya logam ini akan tertutup rapat, sehingga reaksi oksida selanjutnya tidak akan terjadi.

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK

    PERCOBAAN 1ANODASI ALUMINIUM

    NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK/ REGU : III ( TIGA)/ III (TIGA)HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 4 MARET 2014ASISTEN : RISKAL HERMAWAN

    LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Aluminium merupakan logam yang cukup ringan, mengkilap, keras tetapi

    mudah ditempa dan direnggangkan, sehingga dapat diubah sesuai dengan rancangan.

    Tidak mengherankan jika logam ini dipakai secara luas dalam masyarakat modern

    sebagai konstruksi bangunan dan kendaraan. Dan yang paling penting adalah bahwa

    aluminium tidak beracun, sehingga banyak dipakai sebagai perabot dapur dan

    kemasan makanan. Logam aluminium yang paling banyak terkandung dalam kulit

    bumi. Aluminium menempati urutan ketiga sebagai unsur penyusun kulit bumi

    terbanyak sesudah oksigen dan silikon. Aluminium sangat reaktif, sehingga tidak

    ditemukan di alam berupa unsur bebas, melainkan dalam wujud senyawaan.

    Logam aluminium bersifat lebih reaktif jika dibandingkan dengan seng.

    Logam aluminium mudah bereaksi dengan oksigen, larut dalam asam encer dan

    melepaskan hidrogen. Reaksi logam aluminium dengan oksigen akan menghasilkan

    oksida dan setiap permukaan logam aluminium akan dilapisi oleh Al2O3 yang sangat

    tipis, namun bersifat stabil, sangat keras, dan tidak berpori. Akibatnya logam ini akan

    tertutup rapat, sehingga reaksi oksida selanjutnya tidak akan terjadi.

    Ketebalan lapisan oksida dari aluminium dapat dibuat menjadi tebal melalui

    proses anodasi, sehingga dapat diperoleh logam aluminium yang tahan terhadap

    proses disebut oksidasi sehingga tahan dalam melindungi suatu lapisan dibawahnya

    terhadap proses oksidasi yang berlangsung selanjutnya. Untuk mengetahui cara

    mempertebal lapisan oksidasi dari aluminium yaitu dengan cara pengecatan,

    melumuri dengan oli, pelapisan dengan zink.

  • 1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    1.2.1 Maksud Percobaan

    Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kemungkinan

    peningkatan tebal lapisan oksida logam aluminium melalui proses anodasi dan

    pewarnaan.

    1.2.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini yaitu:

    1. Menghitung berat logam aluminium sebelum dan sesudah proses anodasi.

    2. Menghitung rendamen logam aluminium hasil anodasi.

    1.3 Prinsip Percobaan

    Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan penebalah logam aluminium

    dianodasi melalui proses elektrokimia dengan cairan elektrolit asam sulfat.

    Pewarnaan logam hasil anodasi melalui pencelupan logam ke dalam campuran FeCl3

    dan amonium oksalat, kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Nama aluminium diturunkan dari kata alum yang menunjuk pada senyawa

    garam rangkap KAl(SO4)2.12H2O. Kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang

    artinya garam pahit. Oleh Humprey Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan

    dengan nama alumium dan kemudian berubah menjadi aluminum dengan konfigurasi

    elektron (10Ne) 3s23p1 (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

    Aluminium adalah salah satu unsur golongan IIIA yang merupakan unsur

    logam yang berwarna putih perak mengkilat (Sunardi, 2006). Aluminium logam

    yang dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-abu, dan melebur pada 659 oC. Bila

    terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaanya. Aluminium

    adalah trivalen dalam senyawa-senyawanya (Svehla, 1985). Logam Aluminium

    merupakan logam yang sangat elektropositif dan di udara aluminium akan

    terlindungi oleh lapisan transparan dari aluminium oksida yang menghambat

    perkaratan, sehingga aluminium merupakan logam yang tahan karat (Sunardi, 2006).

    Salah satu langkah anodasi aluminium pada suhu kamar adalah Penelitian ini

    bertujuan untuk membuat nano pori-pori pada aluminium pada suhu kamar; teknik

    anodization satu langkah yang digunakan dalam pekerjaan ini pada dasarnya adalah

    teknik yang normal yang tidak memerlukan etsa off oksida penghalang awal

    terbentuk selama proses anodization. Suhu (yaitu 0 0C, 2 0C, 7 0C, 10 0C dan 200C).

    Pembentukan aluminium dilakukan dengan bantuan suhu yang dikendalikan telah

    dilaporkan untuk membentuk nano pori-pori (Araoyinbo dkk, 2009).

    Pembentukan nano pada aluminium pada suhu 300 0C-380 0C dilakukan

    dengan menggunakan penganodasi, di mana lapisan oksida yang terbentuk tidak

  • diperlu dilaporkan, 20% elektrolit asid fosforik yang digunakan, mempunyai

    kepekatan tinggi daripada kepekatan penganodasi lazim sebanyak 5% hingga 10%

    pada sel 60 volt. Elektroda platinum digunakan sebagai elektroda katoda dimana

    substrat aluminium sebagai elekroda anoda dan yang paling utama adalah

    menyesuaikan dengan arus sel elektrokimia untuk jumlah yang diperlukan, suhu

    awal sesuai dengan pembentukan nano pada suhu kamar. Hasil yang diperoleh

    menunjukkan pembentukan nano pada suhu kamar mencapai diameter antara

    80-120 nm (Araoyinbo dkk, 2009).

    Salah satu proses pencetakan logam dengan menggunakan aluminium adalah

    Die soldering merupakan salah satu cacat proses pengecoran logam dimana cairan

    logam melekat pada permukaan baja cetakan. Proses ini merupakan hasil reaksi antar

    muka antara aluminium cair dengan permukaan cetakan. Aluminium dengan

    kandungan silikon 7% dan 11% serta baja cetakan SDK 61 merupakan hal yang

    umum digunakan sebagai cairan logam dan material cetakan pada proses pengecoran

    tekan (die casting) paduan aluminium ( Suharno dkk, 2007).

    Logam aluminium tahan terhadap korosi udara karena reaksi antara logam

    aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al2O3, yang merupakan

    lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam tersebut hingga tidak terjadi

    reaksi lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-410-6 mm sudah cukup mencegah

    terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi

    karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionik ~ 124 pm, tidak jauh berbeda dari jari-

    jari metalik atom aluminium (143 pm). Akibatnya kemasan permukaan hampir tidak

    berubah, karena jari-jari ion aluminium (~68 m) tepat menempati rongga-rongga

    struktur permukaan oksida sebagaimana dilukiskan gambar di bawah ini

    (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

  • Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron

    atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,

    keadaan oksidanya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi

    adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi

    oksidasi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat,

    lelehan maupun gas. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya

    suatu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur

    direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Suatu zat

    pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.

    Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat

    padat, lelehan maupun gas (Svehla, 1985).

    Menaikkan daya tahan terhadap korosi logam aluminium dapat dianodasi

    artinya permukaan logam aluminium sengaja dilapisi dengan aluminium oksida

    secara elektrolisis. Aluminium yang dianodasi ini mempunyai ketebalan lapisan

    ~0,01 mm dan lapisan oksida setebal ini mampu menyerap zat warna sehingga

    permukaan logam dapat diwarnai. Pada proses anodasi ini, logam aluminium

    dipasang sebagai elektrolit anoda, rafit sebagai katoda dalam larutan asam sulfat

    sebagai elektrolit. Logam aluminium berwarna putih, mengkilat dan mempunyai

    titik leleh lebih tinggi yaitu sekitar 660 0C. Penghantar konduktor panas dan

    konduktor listrik yang baik (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

    Manfaat yang istimewa bagi logam aluminium adalah afinitasnya

    (daya gabung) yang sangat kuat dengan oksigen. Logam aluminium bersifat

    amfoterik, yang dapat bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas hidrogen,

    (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

  • Endapan basa Al(OH)3 yang telah dipisahkan, selanjutnyta dikeringkan dan

    dipanaskan pada temperatur tinggi, kira-kira 1200 0C, untuk melepaskan molekul air

    dari basanya hingga diperoleh oksidanya. Oksida ini kemudian di proses dalam tahap

    kedua yaitu elektrolisis. Aluminium oksida dengan muatan ion yang tinggi

    mempunyai energi kisi yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan titik lelehnya juga

    sangat tinggi. Untuk keperluan elektrolisis diperlukan titik leleh yang lebih rendah,

    dan ini dapat dilakukan dengan melarutkan Al2O3 ke dalam elektrolit ke dalam

    kriolit. Titik leleh campuran ini jauh lebih rendah, sehingga proses ini dapat

    dioperasikan pada temperatur 950 0C. Dalam proses ini dicapai rangkaian anode

    karbon yang dipasang secara pararel dan katoda karbon yang dipasang sebagai

    pelapis bak sel (Sugiarto dan Suyanti, 2010).

    Oksigen yang dihasilkan pada proses dengan temperatur tinggi ini dapat

    bereaksi dengan anoda dan karbon, menghasilakn gas CO2 dan CO, sehingga lama

    kelamaan anoda karbon semakin berkurang dan harus diganti yang baru secara

    periodik. Lelehan logam aluminium hasil-hasil elektrolisis ini mengumpul pada

    bagian dasar bak sel, sehingga mudah dikeluarkan dan yang baru dapat ditambahkan

    (Sugianto dan Suyanti, 2010).

    Data potensial redoks Al3+ jauh lebih mudah berkurang dibandingkan kation

    tripositif lainnya dalam larutan air. Ini muncul sebagian dari hidrasi yang lebih

    banyak energi negatif dan lebih kecil, tetapi faktor kontribusi yang penting adalah

    peningkatan energi ionisasi antara Aluminium dan Galium (Sharpe, 1992).

    Serbuk aluminium terbakar dalam api menghasilkan debu awan aluminium

    oksida, karena logam aluminium bersifat amfoterik yang beraksi dengan dengan

    asam kuat membebaskan gas hidrogen, dan dengan basa kuat membentuk aluminat

    dan gas hidrogen (Sugiarto dan Suyanti, 2010).

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Bahan Percobaan

    Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan H2SO4 3 M,

    serbuk FeCl3, serbuk (NH4)2C2O4, plat aluminium, tissue roll, sabun, amplas dan

    akuades

    3.2 Alat Percobaan

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL, 250

    mL, pemanas listrik, batang pengaduk, sendok tanduk, power supply DC, penjepit

    alligator, gunting, pinset, dan neraca analitik.

    3.3 Prosedur Percobaan

    Lempengan aluminium digunting dan dilekukkan menyerupai silinder sesuai

    ukuran gelas kimia 50 mL. Dijepit dengan kawat penjepit aligator. Diambil 6 buah

    keping logam aluminium lain yang berukuran kira-kira 1,5 x 3 cm dibersihkan atau

    digosok dengan amplas, dicuci dengan sabun untuk menghilangkan lapisan lemak

    yang mungkin melekat pada logam dan dibilas dengan akuades. Direndam

    masing-masing keping di dalam air mendidih dan diangkat dengan menggunakan

    pinset. Keping-keping tersebut ditimbang dan dicatat bobotnya. Dihubungkan

    dengan kawat penjepit aligator. Keping diletakkan persis ditengah silinder

    aluminium di dalam gelas kimia, sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan

    silinder. Dituangkan 30 mL larutan asam sulfat ( H2SO4 ) 3 M ke dalam gelas

  • kimia sampai sebagian besar keping aluminium tercelup. Keping I dihubungkan ke

    sumber arus selama 5 menit. Keping II dihubungkan ke sumber arus selama 10

    menit. Keping III dihubungkan dengan sumber arus untuk 15 menit.

    Diamati sampai timbul gelembung gas H2. Sementara itu, disiapkan larutan pewarna

    dengan mencampurkan larutan FeCl3 dan larutan ammonium oksalat dengan

    akuades 200 mL ke dalam gelas kimia. Larutan tersebut dipanaskan hingga mendidih

    di atas penangas. Keping aluminium I hasil anodasi dimasukkan ke dalam larutan

    pewarna selama 5 menit dan untuk keping aluminium II selama 10 menit serta untuk

    keping aluminium III selama 15 menit. Setelah itu, keping I, II, dan III dimasukkan

    ke dalam air mendidih selama 10 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian

    masing-masing keping ditimbang dan dicatat beratnya dan dihitung rendamennya.

  • 3.4 Rangkaian Alat

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1.1 Hasil

    1.1.1 Tabel Hasil Penimbangan

    Keping AlBerat Sebelum

    Anodasi (g)Berat Setelah Anodasi (g)

    Berat Lapisan Oksida (g)

    Berat Rendamen

    (%)IIIIII

    0,520,580,51

    0,530,590,55

    0,00360,0002 0,0448

    1,36260,03785,6516

    1.1.2 Tabel Hasil Anodasi Dengan Variasi Waktu

    Keterangan:

    + : Warna kuning pudar

    ++ : Warna kuning muda

    +++ : Warna kuning tua

    1.2 Pembahasan

    Anodasi merupakan suatu teknik untuk meningkatkan tebal pelapisan oksida

    yang berguna untuk melindungi logam khususnya aluminium. Percobaan anodasi

    aluminium merupakan suatu proses elektrolisis dimana energi listrik diubah menjadi

    energi kimia. Percobaan anodasi dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik anodasi

    pada keping aluminium dan pewarnaan pada logam-logam yang dianodasi. Dalam

    percobaan ini akan dibuktikan kemungkinan peningkatan tebal lapisan oksida logam

    melalui proses anodasi.

    Waktu Anodasi (menit)

    Hasil Anodasi

    5 Kurang (+)10 Cukup (++)15 Sangat (+++)

  • Pada percobaan anodasi aluminium, lempeng aluminium dibersihkan sebelum

    digunakan. Kemudian, lempeng aluminium digunting dan dilekukkan menyerupai

    silinder lalu diletakkan ke dalam gelas kimia 50 mL. Setelah itu, silinder aluminium

    dihubungkan dengan kabel listrik melalui penjepit aligator. Silinder aluminium ini

    bertindak sebagai katoda sehingga akan terjadi reduksi pada silinder tersebut. Agar

    reaksi berjalan spontan, maka diperlukan energi dari luar berupa energi listrik.

    Silinder aluminium dihubungkan dengan kutub negatif. Warna hasil penimbangan

    aluminium sebelum anodasi berwarna perak.

    Keping aluminium lain yang bertindak sebagai anoda, dibersihkan kemudian

    dibilas dengan sabun cair. Pembilasan dengan sabun cair bertujuan untuk

    menghilangkan lapisan lemak yang mungkin terdapat pada permukaan aluminium

    yang dapat mengganggu bahkan menghambat proses anodasi nantinya. Hal seperti

    ini tidak perlu dilakukan pada silinder aluminium yang bertindak sebagai katoda

    karena yang akan mengalami anodasi atau penebalan lapisan oksida hanya

    aluminium yang bertindak sebagai anoda. Dengan kata lain, hanya aluminium yang

    bertindak sebagai anoda yang harus diperhatikan kesterilannya karena aluminium

    inilah yang nantinya akan ditimbang secara teliti sebelum dan sesudah anodasi.

    Setelah dibilas dengan sabun cair, dilanjutkan dengan pembilasan dengan

    menggunakan akuades. Pembilasan dengan akuades bertujuan untuk membawa sisa

    sabun cair yang melekat pada permukaan aluminium meninggalkan permukaan

    aluminium tersebut, kemudian masing-masing keping ditimbang untuk mengetahui

    mengetahiu berat kepingan sebelum dianodasi.

    Setelah itu, dengan menggunakan pinset, lempeng aluminium direndam ke

    dalam akuades panas. Perendaman ini bertujuan untuk melarutkan sisa lemak, sabun,

  • atau zat-zat lain yang mungkin masih terdapat pada permukaan aluminium. Perlu

    diketahui bahwa kelarutan zat akan meningkat dengan pemanasan. Selain itu,

    pemanasan bertujuan pula untuk menutup pori-pori yang mungkin masih terdapat

    pada permukaan aluminium akibat proses pengamplasan atau penyebab lain sehingga

    pada saat elektrolisis, ion sulfat tidak akan masuk pada bagian ini yaitu ke lapisan

    oksida yang telah ada sebelumnya. Adapun penggunaan pinset di sini bertujuan

    untuk menjaga kesterilan bahan atau dengan kata lain agar didapatkan keping

    aluminium yang bersih dan tidak terkontaminasi dengan kotoran-kotoran lainnya dan

    juga saat ditimbang agar didapat bobot keping yang murni. Setelah itu, dengan

    menggunakan pinset pula, keping aluminium bersih dihubungkan dengan kabel

    melalui penjepit aligator yang satunya. Kemudian, keping ini diletakkan persis di

    tengah silinder aluminium di dalam gelas kimia sedemikian rupa sehingga tidak

    bersentuhan dengan silinder. Hal ini dilakukan untuk menghindari silinder ikut

    teranodasi.

    Dengan hati-hati, dituangkan larutan asam sulfat 3 M ke dalam gelas kimia 50

    mL sampai sebagian besar keping aluminium tercelup. Permukaan asam sulfat tidak

    boleh mengenai penjepit aligator untuk mencegah logam pada penjepit aligator ikut

    bereaksi yakni teroksidasi di bagian anoda. Jika logam pada penjepit aligator itu

    adalah suatu logam yang memiliki potensial oksidasi lebih besar daripada air dan

    bukan aluminium, maka akan mengalami peristiwa korosi hingga mengeroposkan

    penjepit aligator tersebut.

    Dialirkan arus DC12 V ke dalam sistem tersebut sehingga terjadi elektrolisis

    dan terbentuk gelembung-gelembung gas. Peristiwa ini disebabkan pada peristiwa

  • elektrolisis tersebut dibebaskan sejumlah gas H2 pada katoda. Setelah dialiri arus

    listrik, pada anoda logam Al akan mengalami oksidasi dari Al menjadi Al3+

    sedangkan pada katoda terjadi reduksi ion H+ dari asam sulfat. Setelah 5 menit

    kemudian, arus litrik dinaikkan menjadi 12 volt. Pada percobaan ini, terjadi

    gelembung-gelembung pada kepingan aluminium yang menunjukkan bahwa proses

    elektrolisis berjalan dengan baik. Percobaan dilakukan terhadap 2 kepingan logam

    aluminium dengan lama anodasi masing-masing 5 menit dan 10 menit.

    Hasil ketiga perlakuan tersebut dengan masingmasing waktu perlakuan 5

    menit, 10 menit dan 15 menit, terdapat gelembung pada masing kepingan, dan yang

    lebih banyak terdapat gelembung adalah kepingan III, dengan waktu 15 menit.

    Ketiga kepingan logam tersebut kemudian dianodasi .

    Setelah itu, lempeng aluminium dicelupkan ke dalam pewarna yang terbuat

    dari 1 gram besi(III) klorida, 1 gram amonium oksalat, dan 200 mL akuades lalu

    direndam dalam akuades panas sehingga lempeng aluminium berubah warna menjadi

    kuning. Hal ini karena pewarna tersebut memasuki pori-pori. Pemanasan dilakukan

    setelah pewarnaan untuk mencegah pengotoran lebih lanjut karena beberapa oksida

    akan mengalami hidrasi, kemudian mengembang, dan dengan sendirinya akan

    menutupi pori-pori yang ada.

    Setelah proses elektrolisis dan pewarnaan dilakukan, lempeng aluminium

    ditimbang kembali. Setelah anodasi larutan menjadi berwarna kuning karena

    pewarna menempati pori-pori yang terdapat pada lapisan oksida hasil anodasi.

    Warna yang terbentuk pada permukaan aluminium setelah dilakukan proses

    pewarnaan adalah warna kuning muda. Warna yang dihasilkan semakin terang

    seiring dengan bertambahnya waktu. Warna kuning muda tersebut berasal dari

  • larutan FeCl3 yang berwarna kuning. Kemudian keping aluminium dikeringkan

    dengan menggunakan tissue dan ditimbang pada neraca analitik dengan berat yang

    diperoleh sesudah anodasi untuk keping I=0,53 gram,keping II=0,599 gram, keping

    III=0,55 gram.

    Setelah pewarnaan, keping dicelupkan pada air mendidih agar lapisan Al2O3

    mengalami hidrasi menjadi Al2O3.nH2O. Di mana, lapisan Al2O3.nH2O ini akan

    menutupi seluruh pori-pori lapisan. Alangkah baiknya diingat kembali sifat Al2O3

    yang dapat menyerap air sehingga mengembang karena adanya bagian kosong pada

    Al2O3 ini. Perlu diketahui pula, salah satu penggunaan Al2O3 adalah sebagai bahan

    zeolit dalam bentuk aluminosilikat yang dapat mengikat molekul air dalam jumlah

    yang besar.

    Semakin lamanya waktu anodasi, maka semakin besar penambahan lapisan

    oksidanya. Hal ini dapat diamati dengan pembentukan gelembung-gelembung gas H2

    pada saat anodasi berlangsung. Adapun masalah selisih bobot, hal ini disebabkan

    oleh faktor lain seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Intinya, anodasi pada

    lempeng Al tetap terjadi menghasilkan Al3+. Pada percobaan ini berat yang

    diperoleh juga semakin meningkat dengan bertambahnya waktu. Setelah dilakukan

    penimbangan, didapatkan berat aluminium setelah dianodasi untuk logam I sampai

    III, beratnya berturut-turut yaitu 0,53 gram, 0,59 gram, dan 0,55 gram. Selisih berat

    awal masing-masing keping berturut-turut yaitu 0,01 gram, 0,01 gram dan 0,04 gram.

    Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan berat rendamen untuk logam I

    yaitu 1,3626 %, logam II yaitu 0,0378 %, dan logam III berat rendamennya sebesar

    5,6516 %.

  • 1.3 Reaksi

    Reaksi elektrolisis yang terjadi pada elektroda dapat dituliskan :

    Setengah reaksi :

    Anoda : Al Al3+ + 3e- x2

    Katoda : 2H+ + 2e- H2 x3

    Anoda : 2Al 2Al3+ + 6e-

    Katoda : 6H+ + 6e- 3H2

    2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2

    Reaksi lengkap :

    2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2

    4Al(s) + 3H2SO4 Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2

    4Al(s) + 3H2SO4 + 3H2O Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu berat

    keping aluminium I sebelum dan setelah anodasi adalah 0,3964 gram dan 0,4000 g,

    pada keping aluminium II berat sebelum dan setelah anodasi adalah 0,4000 g dan

    0,4002 g sedangkan pada keping aluminium III berat sebelum dan setelah anodasi

    adalah 0,3500 g dan 0,3948 g. Warna setelah anodasi ialah kuning.

    Adapun untuk berat rendamen yang diperoleh yaitu untuk keping aluminium

    I adalah 1,3626 %, untuk keping aluminium II adalah 0,0378 %, dan untuk keping

    aluminium III adalah 5,6516 %

    5.2 Saran

    5.2.1Untuk laboratorium

    Bahan dan peralatannya dilengkapi dan diperbaharui, kalau perlu

    distandardisasi ulang demi kelancaran praktikum terutama penyediaan bahan-bahan

    praktikum seperti larutan-larutan yang sudah habis dan tidak layak pakai.

    5.2.2 Untuk Percobaan

    Sebaiknya kita menggunakan bahan yang masih dalam keadaan baik agar

    tidak mempengaruhi hasil pratikum dan bahan yang masih kurang sebaiknya

    dilengkapi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Araoyinbo, O.A., Fauzi, A.N.M., Sreekantan, S., Aziz, A., 2009, One-Step Of Aluminium At Room Temperatur, Sains Malaysiana, 38(4):521-524,(http://Journal-Aluminium.com), Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2014 Pukul 20.00 WITA.

    Sharpe, G.A., 1992, Inorganic Chemistry, Longman Scientific and Technical, New York

    Sugiyarto, K. H., dan Suyanti, R.D., 2010, Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu, Yogyakarta.

    Suharno, B., Nurhayati, O.N., Arifin, B., Harjanto, S., 2007, Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi Antar Muka Paduan Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%-Si Dengan Baja Cekatan Skd 61, Makara Teknologi, 11(2):85-91, (http://jurnal-anodasialuminium), Diakses Pada Tanggal 6 Maret 2014 Pukul 17.45 WITA.

    Svehla, G., 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Makassar, 4 Maret 2014

    Asisten Praktikan

    (Riskal Hermawan) (Yunita Pare Rombe)