laporan tutorial skenario b blok 14

Upload: shali-novizar

Post on 02-Jun-2018

286 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    1/44

    1

    LAPORAN TUTORIAL

    SKENARIO B BLOK 14

    Disusun Oleh: KELOMPOK B2

    Fadillah Amrina 04121401005

    Dhiya Silfi Ramadini 04121401008

    Alzena Dwi Saltike 04121401009

    Hatina Agsari 04121401012

    Avyandara Janurizka 04121401013

    M. Rezi Rahmanda 04121401054 (Moderator)

    Marisabela Oktaviani Lintang 04121401056 (Sekretaris Meja)

    M. Gufron Nusyirwan 04121401064

    Nia Fitriyanti 04121401079

    Dwi Lestari 04121401083

    Rofifah Dwi Putri 04121401089

    Risfandi Ahmad Taskura 04121401090

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    2/44

    2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 3

    KEGIATAN TUTORIAL 4

    SKENARIO ... 5

    KLARIFIKASI ISTILAH . 6

    IDENTIFIKASI MASALAH .. 7

    ANALISIS MASALAH .8

    KETERKAITAN ANTAR MASALAH28

    HIPOTESIS... 28

    KERANGKA KONSEP .29

    SINTESIS ..30

    KESIMPULAN 42

    DAFTAR PUSTAKA 43

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    3/44

    3

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

    sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario

    B Blok 14sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada

    junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-

    pengikutnya sampai akhir zaman.

    Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami

    mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.

    Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran.

    Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada Allah

    SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial, dr. Eny

    Rahmawati,M.Sc,SpPK selaku tutor kelompok 2, teman-teman sejawat FK Unsri, semua pihak

    yang telah membantu kami.

    Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita semua dan perkembangan ilmu

    pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

    Palembang, 27 Desember 2013

    Kelompok 2

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    4/44

    4

    KEGIATAN TUTORIAL

    Ruang : 2 ( Dua )

    Tutor : dr. Eny Rahmawati,M.Sc,SpPK

    Moderator : M. Rezi Rahmanda

    Sekretaris Meja : Marisabela Oktaviani Lintang

    Pelaksanaan :

    1. 24 Desember 2013 (Pukul. 07.30-10.00 WIB)

    2. 27 Desember 2013 (Pukul. (07.30-10.00 WIB)

    Peraturan selama tutorial :

    1. Tidak menggunakan alat telekomunikasi untuk kepentingan pribadi, tapi untuk

    kepentingan bersama tidak apa-apa (seperti mencari sumber literatur)2. Boleh minum, dilarang makan

    3. Bila hendak ke WC harus izin terlebih dahulu

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    5/44

    5

    Skenario B Blok 14 Tahun 2013

    Tn. D 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidak

    sadar sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarganya, pasien mengidap Dm tipe 2 sejak 5 tahun yang

    lalu dan setiap hari mengonsumsi obat glibenklamid 5 mg. Menurut keluarganya, sebelum tidak

    sadar Tn.D merasa dingin, berkeringat, jantung berdebar-debar, badan lemas dan merasa cemas,

    setelah minum obat sebelum makan pagi.

    Pemeriksaan fisik :

    Kesadaran : koma, TD 90/40 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36 C

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.

    Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glukometer: 40 mg/dl

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    6/44

    6

    I. KLARIFIKASI ISTILAH

    DM tipe 2 Penyakit kronik yang ditandai dengan

    tingginya kadar glukosa dalam darah karena

    resistensi insulin

    Glibenklamid Hipoglikemik oral derivate sulfonil urea yang

    bkerja aktif mmenurunkan kadar gula darah

    Koma Keadaan tidak sadar sama sekali dan tidak

    mampu memberi reaksi terhdap suatu

    rangsanga -suatu keadaan tidak sadarkan diri

    yang dalam hingga penderita tak dapat

    dibangunkan bahkan dengan rangsangan yang

    kuat

    Gula Darah Sewaktu Pemeriksaan gula darah pada sembarang

    waktu, tidak melihat pasien sudah makan atau

    belum.

    Glukometer Alat yang digunakan dalam menentukan kadar

    glukosa dalam darah.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    7/44

    7

    II. IDENTIFIKASI MASALAH

    Masalah 1

    Tn. D 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidak

    sadar sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarganya, sebelum tidak sadar Tn.D merasa dingin,

    berkeringat, jantung berdebar-debar, badan lemas dan merasa cemas, setelah minum obat

    sebelum makan pagi.

    Masalah 2 ***

    Menurut keluarganya, pasien mengidap Dm tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiap hari

    mengonsumsi obat glibenklamid 5 mg.

    Masalah 3

    Pemeriksaan fisik :

    Kesadaran : koma, TD 90/40 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36 C

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.

    Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glukometer: 40 mg/dl

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    8/44

    8

    III. ANALISIS MASALAH

    1. Tn. D 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidak

    sadar sejak 3 jam yang lalu. Menur ut keluarganya, sebelum ti dak sadar Tn.D merasa

    dingin , berkeri ngat, jantung berdebar-debar, badan l emas dan merasa cemas, setelah

    minum obat sebelum makan pagi.

    a) Apa saja tingkat kesadaran?

    Jawab :

    b) Apa hubungan ketidaksadaran yang diderita Tn. D dengan kasus ini ?

    Jawab :

    Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik

    akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti

    perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

    Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak

    tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tand-tanda gangguan

    fungsi sistem sara pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,

    vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo,

    gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

    penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (disamping

    gejala adrenergic) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

    Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat

    berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi

    hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku disorientasi,

    serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.

    (Smeltzer.2001)

    c)

    Bagaimana patofisiologi :

    Merasa dingin ?

    Jawab :

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    9/44

    9

    Epinefrin dilepaskan dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf sebagai

    respon terhadap rendahnya kadar gula di dalam darah. Epinefrin ini lah yang

    menyebabkan gejala yang menyerupai merasa dingin dengan cara mempengaruhi

    hipotalamus, juga merasa cemas, jantung berdebar, dll sebagai tanda

    hipoglikemik.

    Jantung berdebar-debar?

    Jawab :

    Adanya ephineprine sebagai mekanisme kontra regulator untuk mengatur metabolisme

    glukosa akibat hipoglikemi. Epineprine bekerja dihati, otot, dan ginjal dimana

    ephineprine akan mengatur proses glikogenolisis di organ tersebut. Selain itu juga yang

    kita tahu epineprine ini merupakan hormon adrenal yang bila bekerja akan menyebabkan

    efek jantung berdebar.

    Badan lemas ?

    Jawab :

    Badan lemas merupakan akibat hipoglikemi. Tubuh kita membutuhkan energi berupa

    ATP untuk melakukan aktifitas. Yang kita tahu bahan bakar metabolisme tubuh ialah

    glukosa, glukosa dibutuhkan dalam proses glikolisis, lalu diubah menjadi ATP dalam

    prosesnya. Pada kasus ini proses glikolisis tidak berjalan, akibat kurangnya kadar glukosa

    tubuh, otomatis tubuh tidak dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menjalankan

    aktifitasnya.

    Merasa cemas ?

    Jawab :

    Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah

    dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa

    ujung saraf. Epinefrin bukan hanya merangsang pelepasan gula dari cadangan

    tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan

    (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan

    kadang rakadang rasa lapar).

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    10/44

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    11/44

    11

    penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono &

    Sukarmin, 2008, hlm. 73).

    Usia, semakin dewasa seseorang maka resikonya terkena diabetes akan semakin

    tinggi.

    Jenis kelamin

    Prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada pria.

    jurnal umm ttg factor pencetus dm: Berdasarkan hubungan jenis kelamin dengan usia

    diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan dengan usia berkisar

    antara 40-71 Th adalah responden yang paling banyak menderita penyakit Diabetes

    Mellitus di Laboratorium Sumberpucung dan untuk hubungan antara usia, kadar

    glukosa dan jenis kelamin diketahui bahwa pada responden berjenis kelamin

    perempuan dengan kadar glukosa 118-350 merupakan responden yang paling banyak

    menderita DM yaitu sebanyak 17,81%.

    d) Farmakokinetik glibenklamid?

    Jawab :

    FARMAKOKINETIK GLIBENKLAMID

    Pola ADME ( Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi)

    Pemberian glibenklamid secara oral akan diabsorbsi melalui saluran cerna dengan

    cukupefektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorbsi. Kadar

    optimal dapatdicapai walau tidak harus diminum 30 menit sebelum makan. Hal ini

    disebabkan masa paruhglibenklamid yang panjang, dengan alasan dalam plasma

    sekitar 90%-99% terikat dengan protein plasma terutama albumin.Penggunaannya

    dengan single dose pagi hari yang dapat menstimulir sekresi insulin padasemua

    glukosa sewaktu makan. Dengan demikian tercapai regulasi gula darah optimal yang

    mirip pola normal selama 24 jam. Dalam hepar zat ini dirombak menjadi metabolit

    kurang aktif yangakan diekskresi lewat kemih 25% dan sisanya lewat empedu. Oleh

    karena glibenklamiddimetabolisme dan diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak

    boleh diberikan pada pasiengangguan fungsi hepar atau ginjal berat. Pada

    penggunaannya dapat terjadi kegagalan primer dansekunder, dengan seluruh

    kegagalan kira-kira 21% selama 1,5 tahun

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    12/44

    12

    Waktu Paruh

    Glibenklamid yang berpotensi 200x lebih kuat dari tolbutalid mempunyai waktu paruh

    selama4jam.

    Ikatan protein

    Glibenklamid berikatan dengan albumin

    BioavailabilityInteraksi Obat

    Obat yang dapat meningkatkan hipoglikemia sewaktu penggunaan glibenklamid

    adalah insulin,alkohol, sulfonamid, salisilat dosis besar, anabolic steroid.

    Propanolol dan penghambat adrenoseptor lainnya menghambat reaksi takikardia,

    berkeringatdan tremor pada hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk ADO,

    sehingga keadaan hipoglikemimenjadi lebih hebat tanpa diketahui.

    e)

    Farmakodinamik glibenklamid ?

    Jawab :

    Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanyamerangsangsekresi insulin dari granul sel-sel Beta Langerhans pankreas.

    Rangsanganya melalui interaksinyadengan ATP-sensitive K channel pada

    membran sel-sel Beta yang menimbulkan depolarisasimembran dan keadaan ini

    akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan

    masuk sel Beta, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi

    insulindengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea

    dapat mengurangiklirens insulin di hepar.Pada penggunaan jangka panjang atau

    dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.

    Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea generasi

    kedua. Glibenklamid merangsang sekresi insulin dengan terikat pada reseptor K

    channel yang peka terhadap ATP. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya

    penurunan permeabilitas K pada membran sel beta, sehingga terjadi deplarisasi

    memban. Membran yang terdepolarisasi akan membuka Ca channel dan

    menyebabkan influx Ca. Ca yang masuk ke dalam sel beta berikatan dengancalmodulin dan menyebabkan eksositosis vesikel yang mengandung insulin.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    13/44

    13

    Insulin akan merangsang pemasukan glukosa plasma ke dalam sel. Glibenklamid

    menurunkan glukosa darah puasa lebih besar daripada glukosa darah sesudah

    makan, yaitu 36% glukosa darah puasa dan 21% glukosa darah sesudah makan.

    f) Glibenklamid :

    Bagaimana bentuk sediaan dan dosis glibenklamid?

    Jawab :

    Dosis awal 1 kaptab sehari sesudah makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan

    1/2 - 1 kaptab sehari sampai kontrol metabolit optimal tercapai.

    Dosis awal untuk orang tua 2.5 mg/hari.

    Dosis tertinggi 3 kaptab sehari dalam dosis terbagi.

    Bagaimana cara pemakaian dan waktu pemberian glibenklamid?

    Jawab :

    Cara pemakaian glibenklamid adalah dengan cara oral.

    Waktu pemberiannya pada pagi hari, 30 menit sebelum makan dan dianjurkan

    hanya satu kali sehari.

    Bagaimana Indikasi dan Kontraindikasi glibenklamid?

    Jawab :

    indikasi

    Diabetes Melitus Tipe II ringan-sedang

    kontraindikasi

    Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea

    lainnya. Porfiria. Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma. Penggunaan OHO

    golongan sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal merupakan

    kontraindikasi, namun glibenklamid dalam batas-batas tertentu masih dapat

    diberikan pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal ringan.

    Diperkirakan mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    14/44

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    15/44

    15

    Glimepiride

    Efek Samping :

    Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 34 bulan

    pertama pengobatan

    Yang Harus Diperhatikan :

    Semua usaha menurunkan glukosa darah diluar obat seperti olahraga lebih dari

    biasanya, tidak makan atau makan terlalu sedikit, apabila dilakukan bersamaan dengan

    minum sulfonylurea, mudah menyebabkan hipoglikemia.

    b. Meglitinid

    Merangsang sekresi insulin dengan menutup kanal K yang ATP independent di sel

    beta pancreas.

    Repaglinid

    Nateglinid

    c. Biguanid

    Menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot

    dan adipose terhadap insulin

    Metformin

    Buformin

    Fenformin

    Efek Samping :

    Beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :

    Gangguan pengecapan

    Nafsu makan menurun

    Mual, muntah, kembung, sebah, atau nyeri perut, banyak gas di perut, atau diare

    Pada beberapa penderita, dilaporkan bisa menimbulkan ruam atau bintik-bintik di

    kulit.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    16/44

    16

    d. Tiazolidinedion

    Merupakan agonist potent dan selektif PPAR gamma (proliferators activated receptor

    gamma), mengaktifkan PPAR gamma membentuk kompleks PPAR gamma RXR

    dan terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adipose PPAR gamma mengurangi

    keluarnya asam lemak menuju otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi

    insulin. Juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak bebas di

    plasma dan remodeling jaringan adipose.

    Pioglitazone

    Rosiglitazone

    Efek Samping :

    Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan

    rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati. Keluhan gangguan

    hati yang mungkin terjadi antara lain:

    Mual dan muntah

    Nyeri perut

    Rasa capai

    Nafsu makan turun

    Warna urin kuning tua

    Warna kulit kuning

    e. Penghambat enzim alfa glikosidase

    Menghambat kerja enzim alfa glikosidase pada brush border intestine, memperlambat

    absorpsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida di intestine sehingga dapat mencegah

    peningkatan glukosa plasma.

    Akarbose

    Efek Samping :

    Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang

    mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    17/44

    17

    Yang Harus Diperhatikan

    Karena kerap timbul keluhan perut, maka acarbose jangan diberikan pada keadaan

    sebagai berikut :

    Irritable bowel syndrome

    radang usus kronis, ulcerative colitis atau Crohns disease

    gangguan penyerapan usus yang kronis, chronic malabsorption disorder.

    Dosis yang tinggi dari acarbose dapat menggangu fungsi hati, tetapi bila dosis obat

    diturunkan atau dihentikan maka hati akan pulih (reversible).

    h) Bagaimana penatalaksanaan DM tipe 2 ?

    Jawab :

    Penatalaksanaan Diabetes mellitus tipe 2

    Pengobatan

    Tersedia beberapa kelasobat anti-diabetes.Metformin umumnya dianjurkan sebagai

    terapi lini pertama karena terdapat sejumlah bukti bahwa obat ini menurunkan

    mortalitas. Obat oral kedua dari kelas yang berbeda dapat digunakan apabila

    metformin belum cukup.[46]Kelas obat lainnya

    termasuk:sulfonylurea,nonsulfonylurea secretagogue,penghambat alpha

    glucosidase,thiazolidinedione,glucagon-like peptide-1 analog, danpenghambat

    dipeptidyl peptidase-4. Metformin sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan

    gangguan ginjal dan hati yang berat. Pemberian injeksiinsulin dapat merupakan

    tambahan dari pengobatan oral atau juga digunakan tersendiri.

    Umumnya sebagian besar pasien pada awalnya tidak membutuhkaninsulin.Apabila

    digunakan, insulin kerja panjang biasanya ditambahkan pada malam hari, dengan

    pengobatan oral tetap dilanjutkan. Dosis kemudian ditingkatkan untuk memberi

    pengaruh (kadar glukosa darah terkontrol). Apabila insulin yang diberikan malam

    hari tidak cukup, insulin yang diberikan dua kali sehari dapat memberikan kontrol

    yang lebih baik. Insulin yang bekerja lama,glargine dandetemir,tidak tampak lebih

    baik daripada neutral protamine Hagedorninsulin (NPH) tetapi mempunyai biaya

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_anti-diabetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metformin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus_tipe_2#cite_note-46http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus_tipe_2#cite_note-46http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sulfonylurea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nonsulfonylurea_secretagogue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_alpha_glucosidase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_alpha_glucosidase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thiazolidinedione&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glucagon-like_peptide-1_analog&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_dipeptidyl_peptidase-4&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_dipeptidyl_peptidase-4&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Insulinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Insulinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_glargine&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_detemir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_NPH&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_NPH&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_detemir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_glargine&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Insulinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Insulinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_dipeptidyl_peptidase-4&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_dipeptidyl_peptidase-4&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glucagon-like_peptide-1_analog&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thiazolidinedione&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_alpha_glucosidase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penghambat_alpha_glucosidase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nonsulfonylurea_secretagogue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sulfonylurea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus_tipe_2#cite_note-46http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metformin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_anti-diabetes&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    18/44

    18

    pembuatan yang jauh lebih besar, seperti pada tahun 2010, yang tidak hemat biaya.

    Untuk pasien yang sedanghamilbiasanya insulin merupakan pilihan utama.

    Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

    1. Penyuluhan (edukasi)

    Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes

    adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam

    pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping

    kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,

    kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan

    (Waspadji, dkk, 2002).

    Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan diabetes,

    pada tiap kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini mempersulit

    pemisahan aspek-aspek edukasi yang terbaik sebagai faktor penyumbang efektivitas.

    Pengakuan bahwa 95% dari rawat kesehatan diabetes disediakan oleh diabetisi

    sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi saat ini yaitu program edukasi

    swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan pengertian bahwa pengetahuan sendiri

    tidak cukup untuk memberdayakan orang untuk mengubah perilaku dan

    memperbaiki hasil akhir. Dalam laporan teknologi yang memberitahukan

    panduannya atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE menyediakan suatutinjauan, bukan sekedar meta-analisa formal, karena perbedaan rancangan, durasi,

    pengukuran hasil akhir dapat mengurangi resiko penyakit Diabetes mellitus tipe 2

    (International Diabetes Federation, 2005).

    2. Perencanaan Makanan

    Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka

    penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan

    makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :

    - Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

    - Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil

    dan janinnya

    - Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

    3. Latihan Jasmani

    Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran

    penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes

    adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hamilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hamil
  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    19/44

    19

    darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,

    meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko

    kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).

    4. Obat Hipoglikemik

    Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur,

    namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat

    hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat

    dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor

    glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002)

    Terapi Obat Hipoglikemik

    Terapi InsulinInsulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang

    dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel

    glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak

    dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah

    yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan

    akan jadi lemah tidak ada sumber energi di dalam sel. Reseptor insulin ini dapat

    diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan

    Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kuncinya yang kurang, meskipun anak

    kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka

    glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar

    (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).

    i) Mengapa Tn. D tidak sadarkan diri setelah mengkonsumsi obat glibenklamid 5 mg

    sebelum makan pagi ?

    Jawab :

    Karena ketidakteraturan penderita saat mengonsumsi makanan sehabis memakan obat

    ini, gula di darah menjadi sedikit, karena banyak insulin yang dikeluarkan dari

    pancreas mengambil glukosa dari darah ke dalam sel (sesuai pula dengan fungsi obat,

    yaitu merangsang produksi insulin dari pancreas). Sedangkan seperti sebagian besar

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    20/44

    20

    jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk

    digunakan sebagai bahan bakar. Glukosa untuk otak ini juga didapat dari darah (yang

    memang bekerja untuk mendistribusikannya). Saat jumlah

    glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di

    astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang

    begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari

    darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam

    system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah

    menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,

    penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga

    di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10

    mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapatmenghasilkan koma.

    3. Pemeriksaan fisik :

    Kesadaran : koma, TD 90/40 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36C

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fi sik.

    Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glukometer: 40 mg/dl

    a) Interpetasi dan mekanisme dari pemeriksaan fisik?

    Jawab :

    Kesadaran = koma.

    TD = 90/40 (rendah/hipotensi). Normalnya menurut WHO tekanan sistolik 120-140

    mmHg , tekanan diastoliknya 80-90 mmHg.

    Nadi = 120x/menit (takikardi). Normalnya 60-100x/menit untuk umur diatas 18 tahun.

    Untuk usia lanjut 60-70x/menit.

    Suhu = 36oC ( agak rendah)

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    21/44

    21

    Kadar gula darah sewaktu = 40 mg/dl (rendah/hipoglikemia). Normalnya < 140 mg/dl

    Koma :

    Ambilan glukosa otak difasilitasi oleh 2 transporter glukosa yaitu GLUT 1 dan

    GLUT3 yang tidak tergantung dengan insulin. Dalam keadaan hipoglikemia, sistem

    transportasi glukosa ini mengalami gangguan. Sedangkan pada hipoglikemia kronik

    akan terjadi up regulasi transporter glukosa, suatu fenomena penting yang berperan

    dalam terjadinya hypoglycemia unawareness.

    Otak hanya menggunakan glukosa sebagai sumber energy dan mengalami kesulitan

    untuk menggunakan sumber energy lain. Kadar glukosa darah turun terlalu jauh

    gejala syok hipoglikemikkoma

    Tekanan Darah rendah :

    Pemakaian glibenklamid sekresi insulin berlebihan adiponektin meningkat

    insulin- induced NOxide meningkat anti-aterogenik terbentuk

    vasodilatasihipotensi.

    Takikardi :

    Epinefrin mengaktifkan reseptor 1 kontraktilitas jantung palpitasi

    takikardi

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    22/44

    22

    Pemakaian glibenklamid tidak diikuti makan tepat waktu hipoglikemia

    kompensasi dari epinefrinjantung berkontraksiCO meningkattakikardi

    Kelemahan myocardium akibat kekurangan energy merangsang reflex

    simpatikfrekuensi denyut jantung meningkatpeningkatan denyut nadi

    Hipoglikemia:

    Pengonsumsian glibenklamid perangsangan pelepasan insulin di sel beta pankreas

    insulin dalam darah dan uptake glukosa oleh sel meningkat. Namun saat

    pengkonsumsian obat ini tidak di barengi dengan asupan makanan, akibatnya hanya

    glukosa yang ada di darah saat itu saja yang di uptake ke sel tanpa adanya tambahan

    glukosa dari makanan. Sehingga kadar glukosa darah pun lama kelamaan mulai

    menurunhipoglikemi.

    b)

    Pemerikaan penunjang selain GDS ?

    Jawab :

    1. glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial

    2. HbA1C

    3. profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)

    4. kreatinin serum

    5. albuminuria

    6. keton, sedimen dan protein dalam urin

    7. elektrokardiogram

    8. foto sinar-x dada

    4. Template

    a) Working diagnosis?

    Jawab :

    Tn. D di diagnosa Hipoglikemia

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    23/44

    23

    b) Etiologi ?

    Jawab :

    Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 merupakan faktor

    penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal ataumendekati normal. Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat

    penting dalam pengelolaan diabetes adalah ketergantungan jaringan saraf pada asupan

    glukosa yang berkelanjutan. Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang

    utama untuk otak. Oleh karena otak hanya menyimpan glukosa dalam jumlah yang

    sangat sedikit, fungsi otak yang normal sangat tergantung asupan glukosa dari

    sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa yang berlangsung lebih dari beberapa menit

    dapat menimbulkan disfungsi sitem saraf pusat, gangguan kognisi, dan koma.

    c) Epidemiologi ?

    Jawab :

    1. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 /1000

    kelahiran hidup.

    2. Hipoglikemi bisa terjadi sampai 14% pada bayi sehat dalam kelahiran normal

    3. 16% pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita DM

    d) Cara menegakkan diagnosis ?

    Jawab :

    Diagnosis hipoglikemi ditegakkan berdasarkan trias Whipple, yaitu :

    Adanya gejala- gejala dan tanda-tanda hipoglikemi

    Kadar glukosa plasma yang rendah

    Terjadi pemulihan gejala setelah kadar glukosa plasma kembali normal melalui

    pemberian glukosa eksogen.

    Namun, nilai cutoff dari kadar glukosa plasma untuk menetapkan hipoglikemi masih

    simpang siur. Berbagai kepustakaan menggunakan rentang nilai antara 45 sampai 75

    mg/dl (2,5 4,2 mmol/l). Dalam praktek sehari-hari, definisi hipoglikemi

    disesuaikan dengan keadaan klinis. Walaupun tidak ada ketentuan pasti tentang

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    24/44

    24

    seberapa rendah kadar glukosa darah sebagai patokan mendefinisi-kan hipoglikemi,

    namun terdapat kesepakatan bahwa kadar glukosa plasma vena antara 45 sampai 60

    mg/dl (2,5 3,3 mmol/l) jelas mendukung diagnosis hipoglikemi, dan bila dibawah

    45 mg/dl (2,5 mmol/l) biasanya sudah menimbulkan gejala klinis yang berat. Bila

    kadar glukosa darah yang rendah disertai dengan gejala2 neurologik, kecurigaan

    terhadap hipoglikemi lebih tinggi dan perlu segera dicari faktor penyebabnya. Pada

    pasien diabetes yang diterapi dengan insulin, kadar glukosa darah hendaklah

    dipertahankan diatas 75 mg/dl (4,2 mmol/l) untuk mencegah kemungkinan terjadinya

    hipoglikemi simtomatis dan hypoglycemia unawareness.

    e) Diagnosis banding?

    Jawab :

    Hipoglikemia karena:

    a. obat:

    Sering ; insulin, sulfonilurea, alkohol.

    Kadang ; kinin, pentamidine

    Jarang : salisilat , sulfonamide.

    b.

    Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, kelainan sel B jenis lain, sekretagogue

    (sulfonylurea), autoimun, sekresi isnulin ektopik

    c. Penyakit kritis : gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi dan inasasi

    d.

    Defisiensi endokrin : kortisol, growth hormone, glucagon, epnefrin

    e. Tumon non-sel B : sarcoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukemia, limfoma,

    melanoma

    f.

    Pascaprandial : reaktif (setelah operasi gaster) diinduksi alkohol

    f) Komplikasi ?

    Jawab :

    1. Hipoglikemia merupakan suatu komplikasi dari penyakit diabetes

    2.

    Koma Hipoglikemi

    3. Kerusakan otak

    4.

    Kematian

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    25/44

    25

    g) Faktor resiko ?

    Jawab :

    Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)

    Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)

    Bayi prematur dan lebih bulan

    BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati

    dan lemak tubuh

    Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi

    cadangan kalori

    Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)

    Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,

    intoleransi glukosa)

    Neonatus puasa

    Neonatus dengan polisitemia

    Neonatus dengan eritroblastosis

    Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

    h)

    Penatalaksanaan ?

    Jawab :

    Stadium permulaan (sadar) :

    Beri larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula

    murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet / gula diabetes) dan makanan

    yang mengandung hidrat arang (karbohidrat)

    Stop obat hipoglikemik(OAD) sementara

    Pantau KGD 12 jam

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    26/44

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    27/44

    27

    juga menjadi dubia ad malam (meninggal) bila telah mencapai stadium neuro-

    glikopenik berat.

    Bila koma hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapat sulfonilurea

    sebaiknya pasien tersebut dirawat di rumah sakit, karena ada risiko jatuh koma

    lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dekstrosa diteruskan dengan infus

    dekstrosa 10% selama 3 hari. Monitor glukosa darah setiap 3-6 jam sekali dan

    kadarnya dipertahankan 90-180 mg%. Hipoglikemia karena sulfonilurea ini

    tidak efektif dengan pemberian glukagon. Sebagian kecil pasien tidak berespons

    terhadap pengobatan di atas dan tetap tidak sadar walaupun kadar glukosa darah

    sudah di atas normal. Pada pasien ini biasanya terjadi edema serebri dan perlu

    pengobatan dengan manitol atau deksametason. Dosis manitol 1,5-2 g/kg BB

    diberikan setiap 6-8 jam. Dosis awal deksametason 10 mg bolus dilanjutkan 2

    mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstrosa 10% dan glukosa darah

    di sekitar 180 mg%, di samping dicari penyebab koma yang lain. Hindari

    fluktuasi kadar glukosa yang besar karena akan memperberat edema serebri. Bila

    koma berlangsung lama perlu diberikan insulin dalam dosis kecil. Kematian

    dapat terjadi jika pengobatan terlambat.

    k) KDU (Kompetensi Dokter Umum ) ?

    Jawab : Hipoglikemi Berat

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    28/44

    28

    IV. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

    DM tipe 2 mengkonsumsi obat sebelum makan merasa dingin,

    berkeringat, jantung berdebar-debar, badan lemas, merasa cemas

    koma hipoglikemi

    V. HIPOTESIS

    Tn. D 65 tahun dengan DM tipe 2 diduga menderita hipoglikemi karena

    mengkonsumsi obat glibenklamid sebelum makan.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    29/44

    29

    VI. KERANGKA KONSEP

    Tn. D (65 th)

    menderita DM tipe 2

    Sel kekurangan energi

    dan O2

    Gangguan saraf pusat

    (neuroglikopenik)

    Vasodilatasi perifer

    Koma hipoglikemia

    Pelepasan asetilkolin oleh

    saraf simpatis kolinergik post

    ganglionik

    Pelepasan epinefrin

    Aktivasi saraf simpatis

    Hipoglikemia

    Mengonsumsi glibenklamid 5mg

    sebelum sarapan

    GDS 40 mg/dLTidak diimbangi dengan

    asupan makanan yangcukup

    Badan lemas

    Aktivasi reseptor

    adrenergik

    Berkeringat

    Suhu agak turun PalpitasiHipotensi Takikardi Cemas

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    30/44

    30

    VII. SINTESIS

    1.Hipoglikemi

    Hipoglikemia adalah suatu keadaan klinis yang terjadi akibat penurunan kadar glukosa darah

    dibawah rentang batas normal. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan dan

    berat ringannya ditentukan pula oleh lamanya terjadi penurunan kadar glukosa darah serta

    berat ringan gejala yang timbul. Pada pasien Diabetes melitus, hipoglikemia terutama terjadi

    akibat pemberian obat-obat golongan sulfonilurea dan pemakaian insulin. Pengaruh buruk

    hipoglikemia terutama akan menyebabkan gangguan fungsi syaraf otak yang bila

    berlangsung lama akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Kekawatiran akan

    terjadinya hipoglikemia dalam penatalaksanaan DM, terutama pada pasien usia lanjut

    menimbulkan permasalahan dalam kendali glukosa darah yang akan meningkatkan risiko

    komplikasi makro dan mikrovaskular akibat hiperglikemia. Tinjauan pustaka ini akan

    membahas patofisiologi dan penatalaksanaan hipoglikemia pada pemakaian insulin terutama

    pada pasien DM usia lanjut.

    Regulasi kadar glukosa darah (Homeostasis Glukosa)

    Sistem syaraf pusat sangat tergantung dengan oksidasi glukosa sebagai sumber energi

    utamanya. Gangguan suplai glukosa akan mengakibatkan gangguan fungsi otak

    (neuroglikopenia), dan bila berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan syaraf otak

    yang irreversibel dan kematian. Pada orang dewasa sehat dengan BB 70 kg, kebutuhan

    glukosa otak diperkirakan sebanyak 1 mg/kg/menit) atau sebanyak 100 g/hari. Ambilan

    glukosa otak difasilitasi oleh 2 transporter glukosa yaitu GLUT 1 dan GLUT3 yang tidak

    tergantung dengan insulin. Dalam keadaan hipoglikemia, sistem transportasi glukosa ini

    mengalami gangguan. Sedangkan pada hipoglikemia kronik akan terjadi up regulasi

    transporter glukosa, suatu fenomena penting yang berperan dalam terjadinya hypoglycemia

    unawareness.

    Dalam keadaan puasa, otak dapat menggunakan benda2 keton (-hydroksi-butirat dan aseto

    asetat) sebagai sumber energi alternatif. Ambilan benda2 keton oleh otak proporsional

    dengan kadarnya didalam darah. Oksidasi benda2 keton dapat menjadi sumber energi hanya

    bila kadarnya didalam sirkulasi mengalami peningkatan, seperti terjadi dalam keadaan puasa

    yang lama.

    Jadi bila kadar glukosa darah rendah, sedangkan kadar keton sangat tinggi, maka otaksebagian terlindung dari efek buruk hipoglikemia. Namun bila kadar glukosa dan keton

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    31/44

    31

    rendah, seperti terjadi pada hipoglikemi akibat pemberian insulin dan gangguan oksidasi

    asam lemak, otak akan sangat rentan terhadap gangguan metabolik. Kadar glukosa didalam

    sirkulasi ditentukan oleh keseimbangan antara asupan glukosa (absorpsi + produksi) dan

    utilisasi/ penggunaannya oleh berbagai jaringan. Dalam keadaan puasa, produksi glukosa

    tergantung pada ketersediaan substrat2 yang diperlukan bagi proses glikogenolisis dan

    glukoneogenesis. Sementara utilisasi glukosa ditentukan oleh ambilan glukosa dan

    ketersediaan sumber energi alternatif terutama bagi jaringan otot. Mekanisme utama yang

    berperan dalam pencegahan hipoglikemia ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Dalam

    keadaan puasa (post absorptive state), kadar insulin menurun, sehingga menurunkan ambilan

    glukosa oleh hepar, otot dan lemak. Glikogenolisis didalam hati merupakan proses paling

    penting untuk memenuhi kebutuhan glukosa dalam keadaan puasa selama 12 sampai 24 jam.

    Bila puasa berlangsung lebih lama, setelah simpanan glikogen hati berkurang, akan terjadilipolisis dan pemecahan protein untuk mempertahankan kadar asam lemak, gliserol dan

    asam amino didalam aliran darah. Asam lemak akan digunakan oleh otot sebagai sumber

    energi dan oleh hati untuk memproduksi benda2 keton yang akan digunakan sebagai sumber

    energi alternatif bagi jaringan2 tubuh lain. Gliserol dan asam amino akan diambil oleh hati

    dan ginjal yang akan digunakan sebagai bahan utama bagi proses glukoneogenesis.

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa produksi glukosa pada laki-laki sehat sekitar 1,8

    mg/kg/menit selama dalam keadaan puasa sampai 40 jam. Kontribusi proses

    glukoneogenesis terhadap produksi glukosa basal meningkat dari 41% setelah 12 jam

    sampai 92% setelah 40 jam puasa. Dalam keadaan puasa yang lama, ginjal memproduksi

    25% atau lebih dari total kebutuhan akan glukosa, terutama melalui proses glukoneogenesis

    dari glutamine, laktat dan gliserol. Pada insufisiensi ginjal kronik yang berat akan terjadi

    gangguan produksi glukosa renal sehingga akan menimbulkan hipoglikemi puasa. Bila kadar

    glukosa plasma berada dibawah nilai ambang hipoglikemi, akan terjadi pelepasan hormon2

    kontra regulasi, sebagai usaha untuk meningkatkan produksi glukosa. Nilai ambang ini

    diperkirakan pada kadar 67 mg/dl. Bagian ventromedial hipothalamus merupakan organ

    utama yang berperan dalam respons kontra regulasi.

    Hormon-hormon kontra regulasi terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :

    Hormon-hormon kerja cepat yaitu katekolamin dan glukagon.

    Hormon-hormon kerja lambat yaitu growth hormone dan kortisol.

    Katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) bekerja menghambat sekresi insulin dan secara

    langsung merangsang proses glukoneogenesis di hepar dan ginjal, menghambat utilisasi

    glukosa di jaringan perifer dan merangsang proses lipolisis. Selanjutnya proses lipolisis akan

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    32/44

    32

    menghasilkan substrat2 yang diperlukan untuk glikoneogenesis (yaitu gliserol) dan sumber

    energi alternatif bagi otot (yaitu asam lemak dan benda2 keton). Glukagon terutama bekerja

    merangsang produksi glukosa hati, namun sangat sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek

    terhadap utilisasi glukosa perifer atau stimulasi produksi glukosa ginjal. Walaupun glukagon

    merangsang lipolisis dan ketogenesis, namun hanya mempunyai efek minimal terhadap

    mobilisasi prekursor glukoneogenesis dari lemak. Efek kontra regulasi dari kortisol dan

    growth hormone terjadi beberapa jam setelah hipoglikemi. Jadi kedua hormon ini hanya

    berperan minimal dalam pencegahan hipoglikemi akut, namun penting dalam pencegahan

    hipoglikemi akibat puasa yang lama. Kortisol merangsang glukoneogenesis hati dan

    lipolisis, sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dan gliserol. Growth hormone

    juga mempunyai efek yang sama terhadap lipolisis dan glukoneogenesis, serta secara

    bersamaan menekan utilisasi glukosa di jaringan perifer. Kedua hormon diatas dapatmeningkatkan lipolisis untuk menghasilkan substrat penting bagi proses glukoneogenesis,

    serta asam lemak bebas dan benda2 keton yang akan digunakan sebagai sumber energi

    alternatif.

    Definisi Hipoglikemi

    Diagnosis hipoglikemi ditegakkan berdasarkan trias Whipple, yaitu :

    Adanya gejala-gejala dan tanda-tanda hipoglikemi

    Kadar glukosa plasma yang rendah

    Terjadi pemulihan gejala setelah kadar glukosa plasma kembali normal melalui pemberian

    glukosa eksogen. Namun, nilai cutoff dari kadar glukosa plasma untuk menetapkan

    hipoglikemi masih simpang siur. Berbagai kepustakaan menggunakan rentang nilai antara

    45 sampai 75 mg/dl (2,5 4,2 mmol/l). Dalam praktek sehari-hari, definisi hipoglikemi

    disesuaikan dengan keadaan klinis. Walaupun tidak ada ketentuan pasti tentang seberapa

    rendah kadar glukosa darah sebagai patokan mendefinisi-kan hipoglikemi, namun terdapat

    kesepakatan bahwa kadar glukosa plasma vena antara 45 sampai 60 mg/dl (2,5 3,3

    mmol/l) jelas mendukung diagnosis hipoglikemi, dan bila dibawah 45 mg/dl (2,5 mmol/l)

    biasanya sudah menimbulkan gejala klinis yang berat. Bila kadar glukosa darah yang rendah

    disertai dengan gejala2 neurologik, kecurigaan terhadap hipoglikemi lebih tinggi dan perlu

    segera dicari faktor penyebabnya. Pada pasien diabetes yang diterapi dengan insulin, kadar

    glukosa darah hendaklah dipertahankan diatas 75 mg/dl (4,2 mmol/l) untuk mencegah

    kemungkinan terjadinya hipoglikemi simtomatis dan hypoglycemia unawareness.

    Tanda-tanda dan gejala-gejala hipoglikemi

    Tanda-tanda dan gejala-gejala hipoglikemi dibagi dalam 2 kategori, yaitu otonomik dan

    neuroglikopenik. Tanda-tanda dan gejala-gejala otonomik terjadi akibat aktivasi sistem

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    33/44

    33

    syaraf otonom melalui pelepasan epinefrin dari medulla adrenal kedalam sirkulasi dan

    norepinefrin dari ujung-ujung syaraf simfatis postganglionik kedalam jaringan-jaringan

    target. Dalam keadaan normal, ambang glikemik bagi pelepasan katekolamin lebih tinggi

    daripada ambangnya bagi induksi gejala-gejala neuroglikopenik. Sehingga gejala-gejala

    otonomik mengawali timbulnya gejala-gejala neuroglikopenik. Gejala-gejala dan tanda-

    tanda yang berhubungan dengan pelepasan katekolamin dapat berupa tremor, muka pucat,

    palpitasi, takhikardia, tekanan nadi yang melebar dan rasa cemas (ansietas). Berkeringat,

    rasa lapar dan parestesia juga umum ditemukan, yang biasanya dimediasi oleh adanya

    pelepasan asetilkholin. Pada orang dewasa, pengeluaran keringat lebih mencolok, hal ini

    diduga akibat stimulasi oleh syaraf-syaraf simfatis kolinergik post ganglionik. Gejala-gejala

    neuroglikopenik terjadi akibat kekurangan glukosa didalam otak. Karena glukosa

    merupakan sumber energi utama untuk metabolisme jaringan otak, maka penurunan kadarglukosa darah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi otak. Gejala-gejala

    neuroglikopenik tidak dapat dibedakan dengan gejala-gejala akibat terjadinya hipoksia

    jaringan otak. Gejala-gejala tersebut antara lain berupa rasa lemas, kelelahan, pusing, sakit

    kepala, perubahan perilaku dan bingung. Pasien dapat mengalami letargi, mudah

    tersinggung dan bahkan dapat bersikap agresif. Dapat pula terjadi gangguan fungsi kognitif,

    gangguan berfikir dan berkonsentrasi, aphasia dan bicara kacau. Disamping itu,

    hipoglikemia dapat menyebabkan pandangan kabur, kebutaan, paresthesia, hemiplegi,

    hipotermi, dan bahkan koma, kejang dan berakhir dengan kematian. Episode hipoglikemi

    yang lama dan berat dapat menimbulkan kematian sel syaraf, sehingga menyebabkan

    gangguan fungsi otak yang permanen. Dengan bertambahnya usia, gejala-gejala hipoglikemi

    menjadi berkurang dan profil gejalapun mengalami perubahan.

    Dalam suatu studi di Inggeris yang membandingkan respons terhadap hipoglikemi pada 7

    orang dewasa (5 orang laki-laki) non diabetes yang berumur 65 sampai 80 tahun dengan 6

    orang (3 orang laki-laki) usia 24 sampai 49 tahun, menunjukkan bahwa skor gejala

    berkurang secara bermakna pada kelompok usia yang lebih tua. Pada pasien DM, faktor

    predisposisi terjadinya hypoglycemia antara lain faktor usia, gangguan fungsi jantung, ginjal

    dan hati serta adanya sepsis dan gizi buruk. Disamping itu, beberapa jenis obat dapat pula

    mengadakan interaksi dengan golongan sulfonilurea dan insulin, sehingga memperkuat efek

    hipoglikemik kedua jenis obat ini. Obat-obatan dapat menyebabkan hipoglikemi melalui

    beberapa mekanisme, yaitu melalui

    Peningkatan sekresi insulin :

    Disopyramide

    Quinine

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    34/44

    34

    Pentamidine

    Ritodrine

    Isoniazide

    Chloroquine

    Peningkatan ambilan dan utilisasi glukosa dijaringan perifer :

    Beta adrenergic blocker

    ACE inhibitor

    Biguanid

    PPAR agonist

    Penurunan produksi glukosa di hati:

    Alkohol

    Mekanisme otoimun : Hidralazine

    Procainamide

    Interferon a

    Obat2 yang mengandung gugus sulfhydryl (methimazole, penicillamine, captopril,

    Tidak jelas mekanismenya (diduga menurunkan klirens insulin) :

    Sulfonamide

    Salisilat

    Antikoagulan (dicumarol, warfarin)

    Analgetik, antiinflamasi (indomethazine, colchicin, parasetamol, fenilbutazon

    Anti psikotik (haloperidol, chlorpromazine)

    Ketoconazole

    Anti Parkinson (Selegiline)

    Octreotide

    Phenytoin

    Klasifikasi klinis hipoglikemi

    Secara klinis hipoglikemi dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

    Hipoglikemi ringan, yaitu bila gejala-gejala dan tanda-tanda hipoglikemi ringan dan dapat

    diobati sendiri oleh pasien. Hipoglikemi sedang, yaitu bila gejala-gejala dan tanda-tanda

    hipoglikemi disertai dengan gangguan kognitif ringan, namun pasien masih bisa

    menanggulanginya sendiri. Hipoglikemi berat, bila disertai dengan gangguan kognitif berat,

    bahkan sampai terjadi koma dan kejang sehingga pasien tidak dapat menanggulanginya

    sendiri.

    Penatalaksanaan Hipoglikemia

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    35/44

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    36/44

    36

    mengendalikan kadar glukosa darah. Insulin basal yang dikombinasi dengan OHO aman

    digunakan pada pasien-pasien DM tipe2. Dalam suatu review dari beberapa studi klinis acak

    terkendali, yang membandingkan pemberian insulin monoterapi dan kombinasi dengan

    OHO, 13 dari 14 diantaranya tidak menunjukkan perbedaan bermakna dari angka kejadian

    hipoglikemi. Penggunaan insulin analog terbukti mengurangi angka kejadian hipoglikemi.

    Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa angka kejadian hipoglikemi lebih rendah pada

    pemakaian insulin glargine dan insulin detemir, dibandingkan dengan insulin NPH. Sebelum

    dipulangkan, pasien dan keluarganya diberikan edukasi tentang cara-cara pengenalan dan

    penanggulangan hipoglikemi, pengaturan makan dan dosis OHO atau insulin.

    Simpulan :

    Hipoglikemia adalah suatu keadaan klinis yang terjadi akibat penurunan kadar glukosa darah

    dibawah rentang batas normal. Bila kadar glukosa darah turun sampai dibawah 40 mg/dl,akan memberikan gejala-gejala neurologik yang berat dan irreversibel. Pada pasien DM,

    hipoglikemia terutama terjadi akibat pemberian obat-obat golongan sulfonilurea dan

    pemakaian insulin. Kekawatiran akan terjadinya hipoglikemia dalam penatalaksanaan DM,

    terutama pada pasien usia lanjut menimbulkan permasalahan dalam kendali glukosa darah

    yang akan meningkatkan risiko komplikasi makro dan mikrovaskular akibat hiperglikemia.

    Pada kelompok usia lanjut, manifestasi gejala dan tanda2 hipoglikemia seringkali tidak jelas

    dikarenakan adanya neuropati otonom (hypoglycemia unawareness) , sehingga terkadang

    pasien datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan hipoglikemia yang berat. Hipoglikemia

    dapat memprovokasi terjadinya gangguan hemodinamik sehingga dapat meningkatkan

    angka kejadian stroke, infark miokard, dan aritmia ventrikel serta sudden death.

    Hipoglikemia dapat pula menimbulkan penurunan kesadaran dan kejang, yang pada usia

    lanjut akan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur karena adanya komorbiditas seperti

    osteoporosis. Dalam pencegahan dan penatalaksanaan hipoglikemia pada pasien DM tipe 2

    usia lanjut, edukasi terhadap keluarga memegang peranan yang sangat penting. Pemberian

    insulin analog yang bersifat lebih fisiologik dalam mengendalikan kadar glukosa darah,

    dapat mengurangi frekuensi kejadian hipoglikemia.

    2.Glibenklamid

    Nama dagang

    Abenon

    Diacella

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    37/44

    37

    Glimel

    Glyamid

    Latibet

    Prodiamel

    Semi Gliceta

    Dosis

    Terapi OHO selalu dimulai dari dosis rendah 1 kali pemberian per hari, setelah itu dosis

    dapat dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat. Dosis awal 2,5 mg bersama sarapan,

    maksimal 15 mg per hari.

    IndikasiDiabetes Melitus Tipe II ringan-sedang

    Kontraindikasi

    Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea lainnya.

    Porfiria. Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma. Penggunaan OHO golongan

    sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal merupakan kontraindikasi,

    namun glibenklamid dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada beberapa pasien

    dengan kelainan fungsi hati dan ginjal ringan. Diperkirakan mempunyai efek terhadap

    agregasi trombosit.

    Efek samping

    Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara

    lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna

    berupa mual, diare, sakit perut, dan hipersekresi asam lambung. Gangguan susunan syaraf

    pusat berupa sakit kepala, vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik

    termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi

    walau jarang sekali. Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu

    ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering

    diakibatkan oleh obat-obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang. Golongan

    sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.

    Interaksi

    - Dengan Obat Lain :

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    38/44

    38

    Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik

    Analgetika (azapropazon, fenilbutazon, dan lain-lain): meningkatkan efek sulfonilurea.

    Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa.

    Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO; oktreotid

    dapat menurunkan kebutuhan insulin dan OHO

    Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik

    Antibakteri (kloramfenikol, kotrimoksasol, 4-kuinolon, sulfonamida dan trimetoprim):

    meningkatkan efek sulfonilurea

    Antibakteri rifampisin: menurunkan efek sulfonilurea (mempercepat metabolisme)

    Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek hipoglikemik

    Antijamur: flukonazol dan mikonazol menaikkan kadar plasma sulfonilurea

    Anti ulkus: simetidin meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis efek

    hipoglikemia

    Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditif terhadap

    OHO

    Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala

    peringatan, misalnya tremor

    Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik

    Urikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek sulfonilurea

    - Dengan Makanan :

    -Mekanisme kerja

    Merangsang sekresi insulin dari sel-sel -Langerhans; menurunkan keluaran glukosa dari

    hati; meningkatkan sensitivitas sel-sel sasaran perifer terhadap insulin

    Bentuk sediaan

    Kaptab 5 mg, Tablet 2,5 dan 5 mg, Tablet Ss 5 mg

    Parameter monitoring

    Merangsang sekresi insulin dari sel-sel -Langerhans; menurunkan keluaran glukosa dari

    hati; meningkatkan sensitivitas sel-sel sasaran perifer terhadap insulin

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    39/44

    39

    Stabilitas penyimpanan

    Stabil jika disimpan dalam keadaan kering, jauh dari sinar matahari langsung.

    Informasi pasien

    Selama mengkonsumsi glibenklamid, jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau

    apoteker. Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh. Obat ini

    hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah pengendalian

    diet (pola makan) dan olah raga. Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang

    diberikan dokter. Monitor kadar glukosa darah sebagaimana yang dianjurkan oleh dokter.

    Jika Anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan

    berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung

    meningkat, segera hubungi dokter. Jika Anda sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalubawa sekantung kecil gula jika Anda bepergian. Segera makan gula begitu Anda mendapat

    serangan hipoglikemia. Laporkan pada dokter jika Anda berencana untuk hamil. Obat ini

    tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui, kecuali sudah diizinkan oleh dokter.

    3.DM tipe 2

    Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM) merupakan

    tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi

    darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada

    banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon

    insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap

    insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi

    gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan

    kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

    Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,

    yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat

    diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau

    mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun

    semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang

    menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas

    sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    40/44

    40

    ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2

    kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir

    telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

    Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2

    biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya

    pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Langkah yang

    berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs (Anonima, 2009).

    Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2 dapat dibagi menjadi 4

    kelompok:

    a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal

    b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes Kimia

    (Chemical Diabetes)c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma puasa

    < 140mg/dl)

    d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma puasa >

    140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).

    Etiologi Diabetes Mellitus tipe 2

    Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

    pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam

    proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang

    berhubungan yaitu :

    a. Usia

    Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan

    cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi

    endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).

    b. Obesitas

    Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh

    terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan

    beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu

    banyak. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm.73).

    c. Riwayat Keluarga

    Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik), risiko

    menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat

    yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    41/44

    41

    tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan

    bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing

    memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan.

    (Robbins, 2007, hlm. 67).

    d. Gaya hidup (stres)

    Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya

    pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres

    juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber

    energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas

    mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. ( Smeltzer and Bare,1996, hlm.

    610).

    Penatalaksanaan Diabetes mellitus tipe 2

    Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

    1. Penyuluhan (edukasi)

    Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah

    pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes

    yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien diabetes, edukasi

    juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan

    pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan (Waspadji, dkk, 2002).

    Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan diabetes, pada tiap

    kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini mempersulit pemisahan aspek-aspek

    edukasi yang terbaik sebagai faktor penyumbang efektivitas. Pengakuan bahwa 95% dari

    rawat kesehatan diabetes disediakan oleh diabetisi sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam

    terminologi saat ini yaitu program edukasi swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan

    pengertian bahwa pengetahuan sendiri tidak cukup untuk memberdayakan orang untuk

    mengubah perilaku dan memperbaiki hasil akhir. Dalam laporan teknologi yang

    memberitahukan panduannya atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE menyediakan

    suatu tinjauan, bukan sekedar meta-analisa formal, karena perbedaan rancangan, durasi,

    pengukuran hasil akhir dapat mengurangi resiko penyakit Diabetes mellitus tipe 2

    (International Diabetes Federation, 2005).

    2. Perencanaan Makanan

    Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka

    penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan

    makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    42/44

    42

    - Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

    - Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan

    janinnya

    - Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

    3. Latihan Jasmani

    Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama

    pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes adalah memperbaiki

    metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja

    insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa

    percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).

    4. Obat Hipoglikemik

    Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namunpengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik

    baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk

    golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa (Waspadji, dkk,

    2002)

    Terapi Obat Hipoglikemik

    Terapi Insulin

    Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat

    membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu

    dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan

    akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam

    darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi

    di dalam sel. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu

    masuk ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kuncinya yang

    kurang, meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)

    kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar

    (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).

    VIII. KESIMPULAN

    Tn. D 65 tahun dengan DM tipe 2, mengalami koma hipoglikemi.

  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    43/44

    43

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    United Kingdom Prospective Diabetes Study Group: Intensive blood-glucose controlwith sulphonylureas or insulin compared with conventional treatment and risk of

    complications in patients with type 2 diabetes (UKPDS 33). Lancet 1998; 352:837

    852.

    Cryer PE: Hypoglycaemia: the limiting factor in the glycaemic management of type I

    and type II diabetes.Diabetologia 2002; 45:937948.

    Tomky D. Detection, Prevention, and Treatment of Hypoglycemia in the Hospital.

    Diab Spectr. 2005;18(1):42

    Zammit NN, Frier BM. Hypoglycemia in type 2 diabetes. Diab Care

    2005;28(12):2948-2957.

    Fowler MJ. Hypoglycemia. Clinical Diabetes 2008; 26,(4):170-173

    Kaukonen KM,Rantala M, Pettila.V, Hynninen M. Severe hypoglycemia during

    intensive insulin therapy. Acta Anaesthesiol Scand 2009; 53: 6165.

    Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan

    Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta. PB Perkeni. p. 30-31

    Departemen Farmakologi dan Terupetik Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia.

    2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, 2012. Jakarta

    http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-

    2004-deniindria-631&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985

    http://reny-yulita.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-diabetes-melitus.html

    http://blogger-ver.blogspot.com/2013/03/hipoglikemia.html

    http://reny-yulita.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-diabetes-melitus.htmlhttp://blogger-ver.blogspot.com/2013/03/hipoglikemia.htmlhttp://blogger-ver.blogspot.com/2013/03/hipoglikemia.htmlhttp://reny-yulita.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-diabetes-melitus.html
  • 8/10/2019 Laporan Tutorial Skenario b Blok 14

    44/44