laporan tutorial om

45
LAPORAN TUTORIAL ILMU PENYAKIT MULUT Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Pembimbing : DR. drg. Sri Hernawati, M. Kes

Upload: rachellouwrensya

Post on 21-Dec-2015

373 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Skenario 3 blok Oral Diagnosa dan rencana perawatan penyakit dentomaksilofasial

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial OM

LAPORAN TUTORIAL

ILMU PENYAKIT MULUT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial

Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :

DR. drg. Sri Hernawati, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Laporan Tutorial OM

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : DR. drg. Sri Hernawati, M. Kes

Ketua : Fatimatuz Zahroh (131610101051)

Scriber Meja : Hesti Rasdi Setiawati (131610101020)

Scriber Papan : Primawati Dyah (131610101077)

Anggota :

1. Afifannisa Dienda Rifani (131610101013)

2. Jerry Daniel (131610101018)

3. Duati Mayangsari (131610101039)

4. Arini Al Haq (131610101040)

5. Pungky Anggraini (131610101042)

6. Rachel P W (131610101049)

7. Cholida Rachmatia (131610101056)

8. Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)

9. Iman Santoso Adji (131610101060)

2

Page 3: Laporan Tutorial OM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Ilmu Penyakit

Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok V pada

skenario pertama.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. DR. drg. Sri Hernawati, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya

diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan

memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah

didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 12 April 2015

Tim Penyusun

3

Page 4: Laporan Tutorial OM

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ 3

Daftar Isi ........................................................................................................... 4

Skenario ............................................................................................................. 5

BAB I. Pendahuluan ......................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 6

BAB II. Pembahasan ......................................................................................... 7

Step I. Klarifikasi Istilah ............................................................................... 7

Step II. Menetapkan Masalah ....................................................................... 7

Step III. Menganalisis Masalah .................................................................... 7

Step IV. Mapping ......................................................................................... 9

Step V. Learning Object ............................................................................... 9

Step VII ...................................................................................................... 10

Cara Anamnesis .................................................................................... 10

Pemeriksaan Klinis IO dan EO ............................................................... 11

Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 16

Etiologi ................................................................................................... 18

Diagnosis .............................................................................................. 22

Rencana Perawatan ............................................................................... 23

BAB III. Penutup .............................................................................................. 26

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 26

Daftar Pustaka .................................................................................................. 27

4

Page 5: Laporan Tutorial OM

SKENARIO III

Pasien laki-laki usia 50 tahun, datang dengan keluhan sariawan ada lidah tidak

sembuh-sembuh, tanpa diketahui penyebabnya, sejak satu bulan lalu. Sudah diobati

dengan albothyl tapi tidak ada perbaikan.Sebelumnya penderita sering sariawan

dengan lokasi berpindah-pindah tanpa diketahui penyebabnya, kadang muncul saat

penderita kurang istirahat, namun yang muncul kali ini paling parah.

Klinis:

BMI : 17

Lateral lidah : ulser, single, diameter 15 mm, tengah putih, tepi

kemerahan, sakit

Mukosa pipi ka/ki : garis putih, setinggi oklusal gigi, tidak dapat dikerok,

tidak sakit

5

Page 6: Laporan Tutorial OM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Penyakit Mulut (Oral medicine) adalah suatu area dalam lingkup bidang

kedokteran gigi yang khusus bersangkutan dengan penyakit yang melibatkan

struktur oral dan paraoral.Ilmu Penyakit Mulut mencakup prinsip-prinsip

medisin/kedokteran yang berkaitan dengan mulut maupun riset dalam bidang

biologik, patologik, dan klinik.Ilmu Penyakit Mulut juga mencakup diagnosis dan

manajemen medik penyakit spesifik jaringan orofasial dan manifestasi penyakt

sistemik.

Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan mempelajari cara

pemeriksaan pasien secara intra oral dan ekstra oral untuk menegakkan diagnosa

serta rencana perawatan. Penegakan diagnosaberdasarkan analisis hasil

pemeriksaan riwayat penyakit, temuan laboratoris dan temuan alat bantu yang lain.

6

Page 7: Laporan Tutorial OM

BAB II

PEMBAHASAN

Step 1: Klarifikasi Istilah

1. Albothyl :

Tergolong obat luar yang bekerja sebagai antiseptic (membunuh kuman dan

mencegah infeksi), homostatik (menghentikan perdarahan) dan astringent

(menciiutkan luka dan merangsang pertumbuhan kulit baru).

2. Sariawan :

Radang terjadi pada mukosa mulut berupa bercak putih kekuningan.

3. Ulser :

Permukaan lesi yang cekung tepinya meninggi, biasanya berwarna putih

kekuningan dengan tepi kemerahan.

Step 2 : Menetapkan masalah

1. Apakah ada hubungan umur, jenis kelamin dan BMI dengan gejala pasien?

2. Kenapa albothyl tidak memberi kesembuhan?

3. Bagaimana cara anamnesa dibidang penyakit mulut?

4. Apakah ada hubungan lesi dimukosa pipi dengan penyakit sariawan pada

lidah pasien? Kenapa terasa sakit yang di lateral lidah?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang digunakan?

6. Apa diagnosa dari skenario?

Step 3 :Menganalisis masalah

1. Hubungan umur yaitu menyebabkan imun menurun sehingga semua penyakit

mudah terjadi di mukosa.

7

Page 8: Laporan Tutorial OM

Jenis kelamin biasanya berpengaruh pada manusia yang mengalami

menstruasi dan menopause dikarenakan factor hormonal.

BMI pasien di skenario termasuk underweight.Pasien underweight biasanya

dua kali lebih sering terserang RAS dikarenakan mengalami defisiensi zat

besi, asam folat dan vitamin B complex.

2. Karena lesi bersifat mayor dan penyembuhannya membutuhkan waktu yang

lama. Dan cara kerja albothyl adalah chemical burn yang menyebabkan

mukosa terasa terbakar.

3. Keluhan utama, kapan terjadinya lesi, riwayat penyakit pasien dan keluarga,

apa saja etiologinya, bentuk lesi, ukuran lesi, jumlah lesi, lokasi lesi apakah

berpindah-pindah atau tidak, apakah pasien menggunakan denture, apakah

pasien mempunyai kebiasaan buruk seperti kebiasaan merokok, perawatan

gigi yang pernah dilakukan, riwayat memakan makanan yang panas,

mempunyai hipersensitivitas/ alergi. Jika lesi >1cm dan lesinya banyak

kemungkinan terjadi HIV.

4. Tidak ada hubungannya. Karena garis di mukosa pipi dikarenakan adanya

oklusi yang terus menerus, dan itu bersifat fisiologis sehingga tidak

menyebabkan rasa sakit. Sedangkan sariawan bisa karena herediter, traumatic

ulser.

5. Tes penunjang dilakukan jika lesi lebih dari 3 minggu tidak kunjung sembuh.

Tes penunjang yang bisa dilakukan adalah

- Gambaran HPA untuk lesi yang bisa dikerok

- Tes darah untuk melihat penderita mengalami HIV atau tidak

- Biopsy melihat keganasan lesi

- Mikrobiologi

- Serologi untuk imunitas

6. RAS tipe mayor. Karena lesi muncul berulang-ulang.dan ukuran diameter

lebih dari 1 cm dan lesi ditengah putih serta tepi kemerahan.

8

Page 9: Laporan Tutorial OM

Step 4 : Mapping

Step 5 :Learning Object

1. Mahasiswa mampu memahami cara anamnesis yang benar dalam bidang

penyakit mulut

2. Mahasiswa mampu memahami cara pemeriksaan ektra oral dan intra oral

untuk bidang penyakit mulut

3. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

dalam bidang penyakit mulut

4. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit mulut

5. Mahasiswa mampu memahami diagnosa dalam bidang penyakit mulut

6. Mahasiswa mampu memahami rencana perawatan dalam bidang penyakit

mulut

9

Etiologi

Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis

Rencana perawatan

Anamnesis

Keluhan utama

Page 10: Laporan Tutorial OM

Step 7

1. CARA ANAMNESIS

Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang

didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan keadaan pasien.

Anamnesis meliputi :

A. Pencatatan data pribadi pasien, meliputi :

a. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang

dimaksud pasien

b. Umur : Pencatatan umur diperlukan untuk menentukan dosis obat

yang akan diberikan apabila pada saat terapi diperlukan obat.

c. Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan

segi psikologi perawatan :

- Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu

perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut

dari pasien lelaki.

- Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten

dari pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.

- Pasien wanita keadaan hormonal lebih berpengaruh terhadap

kondisi rongga mulutnya

d. Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan agar

operator dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan .

Sebaliknya pasien juga diberi alamat (dan nomer telepon) operator

untuk mempermudah komunikasi.

e. Pekerjaan : Dengan mengetahui pekerjaan pasien, operator dapat

mengetahui kondisi sosial dan tingkat pendidikan pasien guna

penyesuaian cara memberi penerangan dan cara memotivasi pasien.

10

Page 11: Laporan Tutorial OM

f. Status Perkawinan : Dengan mengetahui status perkawinan pasien

dapat mengetahui apakah pasien mengkonsumsi obat KB atau tidak.

g. Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu

kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri

spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut

(misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk

normal).

B. Riwayat Kasus, berupa :

a. Keluhan Utama (chief complain/main complain) :

Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien

datang untuk dirawat. Pada skenario pasien mengeluh sariawan pada

lidah tidak sembuh-sembuh.

b. Riwayat Penyakit :

Terjadi tidak diketahui penyebabnya sejak 1 bulan yang lalu, sering

sariawan dan lokasi berpindah-pindah, sudah diobati dengan albothyl

tapi tidak ada perbaikan, kadang muncul saat penderita kurang

istirahat

c. Keadaan umum :

BMI 17

2. PEMERIKSAAN KLINIS (IO, EO)

Pemeriksaan objektif dilakukan dengan pengamatan intraoral maupun

ekstraoral. Pemeriksaan obyektif terdiri dari:

Inspeksi

Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan

merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien.

Inspeksi juga merupakan proses observasi. Dokter gigi menginspeksi

untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan.

Palpasi

11

Page 12: Laporan Tutorial OM

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah

kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data

yang telah diperoleh melaluiinspeksi sebelumnya.. Pengkajian lebih lanjut

terhadap bagian tubuh yang dilakukan melalui indera peraba. Melalui

palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif

terhadap tanda fisik termasuk posisi, ukuran, kekenyalan, kekasaran,

tekstur dan mobilitas.Jenis-jenis palpasi adalah sebagai berikut:

1. Palpasi ringan: perawat memberikan tekanan perlahan, lembut dan

hati2, sedalam kira-kira 1 cm.

2. Palpasi dalam: untuk memeriksa kondisi organ, penekanan sedalam 2-4

cm.

Perkusi

Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan

tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan

densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Perkusi juga

merupakan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi

ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan

adanya cairan di dalam rongga tubuh. Perkusi juga dapat dilakukan

dengan menggunakan alat-alat tertentu.

Persiapan Pasien

Pasien duduk dan pemeriksa duduk atau berdiri langsung di depannya.

Wajah pasien harus mendapat pencahayaan yang cukup. Pemeriksa harus

bekerja secara sistematis dari depan ke belakang sehingga tidak ada daerah

yang terlewati. Pemeriksa harus memakai sepasang sarung tangan sewaktu

mempalpasi setiap struktur di dalarn mulut. Kalau menemukan lesi,

konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan. Jika pasien memakai

gigi palsu, ia harus diminta untuk melepaskannya.

Pemeriksaan extra oral :

12

Page 13: Laporan Tutorial OM

1. Perawakan :Terlalu gemuk / kurus / tinggi / pendek , pemeriksaan ini

berhubungan dengan status gizi pasien.

2. Leher :Operator berdiri dibelakang pasien

Palpasi daerah parotid →→Kebawah kebody dari mandibula → daerah

sub-maxilla →sub--lingual →triangle of the neck

Pemeriksaan Struktur Rongga Dalam Mulut

Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam

cavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukal, dll. Lihat ada tidaknya

kelainan berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital.

Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Perhatikan

struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring.

Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak. Dengan menggunakan sarung

tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah

palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut.

Inspeksi Bibir

Warna bibir harus diperhatikan. Apakah ada sianosis? Apakah ada lesi

pada bibir? Jika ada lesi, palpasi yang cermat harus dilakukan untuk

menentukan tekstur dan konsistensi lesi tersebut.

Pemeriksaan Intra Oral

Pasien harus diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus

disinari dengan sumber cahaya. Periksalah mukosa pipi untuk melihat lesi atau

perubahan warna, dan rongga pipi diperiksa untuk melihat tanda-tanda

asimetri atau daerah injeksi (pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya

menunjukkan peradangan). Mukosa pipi, gigi dan gusi mudah diperiksa

dengan memakai spatula lidah untuk mendorong pipi menjauhi gusi. Inspeksi

untuk melihat adanya perubahan warna, tanda-tanda trauma, dan keadaan

orifisium duktus parotis. Apakah ada ulserasi pada mukosa pipi? Apakah ada

13

Page 14: Laporan Tutorial OM

lesi putih pada mukosa pipi? Lesi putih tak nyeri yang paling sering

ditemukan di dalam mulut adalah liken planus, yang terlihat sebagai erupsi

retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi.

Inspeksi Gusi dan Gigi

Gusi diperiksa apakah membengkak, atau ada tanda-tanda peradangan dan

tanda-tanda perdarahan pada gusi. Gigi harus diperiksa untuk melihat adanya

karies dan maloklusi. Apakah ada perubahan warna pada gigi? Apakah ada

gigi yang tanggal?

Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Ludah

Orifisium duktus kelenjar parotis dan submandibula harus terlihat. Inspeksi

keadaan papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan

mengeringkan papilla dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang

dihasilkan dengan melakukan tekanan eksternal pada kelenjar itu sendiri.

Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan

pembesaran kelenjar. Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada

pembesaran? Apakah ada nyeri tekan?

Inspeksi Dasar Mulut

Dasar mulut diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lidahnya ke

atap mulut. Apakah ada edema pada dasar mulut? Muara duktus Wharton

harus diperiksa.

Inspeksi Lidah

Perhatikan permukaan atas dan tepi lidah, bagaimana warnanya? Apakah

ada massa? Apakah lidah tampak lembab? Mintalah pasien untuk mengangkat

lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan bawah lidah dapat diperiksa.

14

Page 15: Laporan Tutorial OM

Pemeriksaan Saraf Kranialis XII

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut

berdeviasi ke satu sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis

kedua belas membuat otot-otot lidah pada sisi yang terkena tidak dapat

berkontraksi dengan normal Oleh karena itu, sisi kontra lateral ”mendorong”

lidah ke sisi lesi.

Palpasi Dasar Mulut

Dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan

dengan meletakkan satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk

memeriksa adanya penebalan atau massa. Sewaktu mempalpasi mulut pasien,

pemeriksa harus memegang pipi pasien seperti diperlihatkan pada. Ini adalah

tindakan pencegahan kalau-kalau pasien berusaha berbicara atau menggigit

jari pemeriksa.

Palpasi Lidah

Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan

dengan palpasi yang seksama. Palpasi lidah dilakukan dengan meminta pasien

untuk menjulurkan lidahnya ke dalam sepotong kasa. Lidah itu kemudian

dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika sisi-sisi lidah diinspeksi dan

dipalpasi dengan tangan kanan. Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah

dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks muntah. Adalah sangat penting

untuk mempalpasi tepi lateral lidah, karena lebih dari 85% dari semua kanker

lidah timbul di daerah ini Sernua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-

tanda indurasi (pengerasan dan indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada

karsinoma). Setelah palpasi lidah, lidah tersebut dikeluarkan dari kasa dan

kasanya dibuang.

15

Page 16: Laporan Tutorial OM

Pemeriksaan faring dan struktur disekitarnya

Inspeksi Faring

Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan

orofaring secara memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan

spatula lidah. Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar,

menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya.

Kadang-kadang, membiarkan lidah tetap berada di dasar mulut akan

membuatnya dapat dilihat dengan lebih baik. Pemeriksa memegang spatula

lidah dengan tangan kanannya dan sumber cahaya di tangan kirinya. Spatula

lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah Iidah. Lidah ditekan dan dibawa

ke depan. Pemeriksa harus berhati-hati agar tidak menekan bibir bawah atau

lidah pada gigi dengan spatula lidah. Jika spatula lidah diletakkan terlalu

anterior, bagian posterior lidah akan membentuk gundukan, sehingga inspeksi

faring menjadi sulit; jika diletakkan terlalu posterior, akan timbul refleks

muntah.

Inspeksi Tonsil

Periksalah ukuran tonsil. Pembesaran tonsil disebabkan oleh infeksi atau

tumor. Pada infeksi tonsil kronis kripta tonsil profunda mungkin mengandung

debris seperti keju. Apakah ada membran di atas tonsil? Membran ini

berkaitan dengan tonsilitis akut mononukleosis infeksiosa, atau difteri.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah.

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah dilakukan guna

menetahui adanya ketidakseimbangan kandungan darah pada penderita

RAS. Pada pemeriksaan darah penderita RAS diketahui bahwa terjadi

penurunan jumlah White Blood Cell (WBC). Hal ini menunjukkan respon

imunitas yang dialami penderita RAS.

16

Page 17: Laporan Tutorial OM

b. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologi dilakukan guna

mengetahui ada tidaknya kandungan patologis dari serum darah pasien.

Mediator humoral yang paling penting untuk imunitas mukosa mulut

adalah igA. IgA mewakili urutan kedua terbanyak dalam serum tubuh

manusia dan tersebar luas dalam saliva dalam bentuk diametriknya (igA)

yang lebih baik dalam lingkungan seperti mulut. Menurut penelitian

martinez KDO dkk, level igA saliva pada pasien RAS pada waktu lesi

insipiren dan akut, regresi dan penyembuhan yang lengkap, menunjukkan

peningkatan igA pada periode akut dan penurunannya pada periode

penyembuhan dan regresi. Pada beberapa kelompok wanita level igA

dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan tidak ada hubungan dengan RAS.

Menurut penelitian para ahli selain igA, ditemukan peningkatan level pada

igG dan IgM. igG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai

opsonin (mempermudah fagositosis) pada pemusnahan antigen.

Pada stadium akhir lesi berat terlihat dominasi limfosit dan histokrit. Pada

masa pra-ulserasi banyak terlihat sel CD-4, sedangkan sel CD-8 sedikit.

Dengan perbandingan CD4/CD8 = 2 : 1. Pada masa ulserasi CD8

meningkat sedangkan CD4 menurun dengan perbandingan CD4/CD8 = 1 :

10. Pada fase penyembuhan CD4 meningkat kembali dan CD8 menurun

dengan perbandingan CD4/CD8 = 10 : 1. Gambaran ini menunjukkan

limfotoktosisitas berperan pada terjadinya lesi pada RAS dan

menunjukkan tidak adanya ketidakseimbangan sistem kekebalan lokal

pada penderita RAS.

c. Pemeriksaan biopsy

Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsy digunakan untuk mengukuhkan

suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang dicurigai dan sebagai

penunjang diagnosa dalam mengevaluasi kelainan.

17

Page 18: Laporan Tutorial OM

4. ETIOLOGI

Etiologi yang pasti dari RAS belum diketahui dengan pasti. Tetapi, para

ahli mengatakan terdapat beberapa faktor yang turut berperan dalam

timbulnya lesi-lesi RAS . Faktor-faktor tersebut terdiri dari : pasta gigi, obat

kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, herediter, infeksi bakteri an

virus, psikologi atau emosi, gangguan hipersensitif atau alergi, merokok,

hormonal contohnya premenstruasi dan menopouse, penyakit gastrointestinal

contohnya penyakit kolon, penyakit darah contohnya defisiensi Fe, defisiensi

B12 dan defisiensi asam folat, dan gangguan sistem imun yang sampai

sekarang belum juga diketahui penyebabnya. Dokter gigi sebaiknya

mempertimbangkan bahwa faktorfaktor tersebut dapat memicu perkembangan

ulser RAS.

Imunologi

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa perubahan sistem

imun bertanggung jawab terhadap patogenese dari RAS.Sebagian

besar ahli menganggap bahwa mekanisme yang menimbulkan RAS

ada yang bersifat humoral dan ada yang bersifat selular.Mediator

humoral yang paling penting untuk imunitas mukosa adalah IgA. IgA

berfungsi untuk bekerja sama dengan sejumlah mekanisme proteksi,

menghasilkan daya tahan yang lebih besar terhadap degradasi

proteolitik yang disebabkan oleh imunoglobulin lainnya dan untuk

dilokasikan secra khusus di saluran pencernaan dan pernapasan yang

berkontak rapat dengan lingkungan dan mencegah pengeluaran antigen

dalam jumlah besar dan pembebanan yang berlebihan di sistem imun.

Defisiensi IgA adalah defek imun humoral, sedangkan pada sistem

imunitas selular yang paling dominan adalah Limfosit.Pada stadium

akhir pada lesi berat terlihat dominasi limfosit dan histokit.Juga

diketahui neutrofil darah perifer berperan penting dalam memfagosit

dan mengeliminasi materi antigen atau produk dari jaringan ikat yang

18

Page 19: Laporan Tutorial OM

rusak pada RAS ketika mengevaluasi fungsi limfosit.Bazrafshani dkk,

terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6 terhadap resiko terjadinya

RAS.Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk, terdapat

karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita RAS.

Pasta Gigi dan Obat Kumur SLS

Penelitian menunjukkan bahwa produk yang mengandungi SLS

yaitu agen berbusa paling banyak ditemukan dalam formulasi pasta

gigi dan obat kumur, yang dapat berhubungan dengan peningkatan

resiko terjadinya ulser, disebabkan karena efek dari SLS yang dapat

menyebabkan epitel pada jaringan oral menjadi kering dan lebih rentan

terhadap iritasi. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa peserta

yang menggunakan pasta gigi yang bebas SLS mengalami RASiawan

yang lebih sedikit.Penurunan ini ditemukan setinggi 81% dalam satu

penelitian. Studi yang sama juga melaporkan bahwa subjek penelitian

merasa bahwa RASiawan yang mereka alami kurang menyakitkan

daripada pada saat mereka menggunakan pasta gigi yang

menggandung SLS.

Trauma Ulcer

Trauma Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka

penetrasi akibat trauma.Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan

klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan

pada mukosa mulut.Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat

berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan

gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi.Trauma

bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya

RAS pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan

sebagai faktor pendukung.

Genetik

Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada

pasien yang menderita RAS.Faktor genetik RAS diduga berhubungan

19

Page 20: Laporan Tutorial OM

dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen (HLA), namun

beberapa ahli masih menolak hal tersebut.HLA menyerang sel-sel

melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel

mononukleus ke epitelium.Sicrus (1957) berpendapat bahwa bila

kedua orangtua menderita RAS maka beRAS kemungkinan timbul

RAS pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga RAS akan

menderita RAS sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien

tanpa riwayat keluarga RAS.

Stres

Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh

terhadap fisik dan emosi.Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor

yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren

ini.

Defisiensi Nutrisi

Defisiensi Nutrisi Wray (1975) meneliti pada 330 pasien RAS

dengan hasil 47 pasien menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari

57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi

vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam

folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita RAS dengan

defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi

subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut

mengalami perbaikan. Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada

timbulnya RAS adalah vitamin B1, B2 dan B6.

Hormon

Hormonal Pada wanita, sering terjadinya RAS di masa pra

menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali.Keadaan

ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang

dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron.20,26 Dua

hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan

20

Page 21: Laporan Tutorial OM

progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan

terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke

perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel

termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga

menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan

rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi RAS. Progesteron

dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.

Infeksi Bakteri

Infeksi Bakteri Graykowski dan kawan-kawan pada tahun 1966

pertama kali menemukan adanya hubungan antara bakteri

Streptokokus bentuk L dengan lesi RAS dengan penelitian lebih lanjut

ditetapkan bahwa Streptokokus sanguis sebagai penyebab RAS.

Donatsky dan Dablesteen mendukung pernyataan tersebut dengan

melaporkan adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptokokus

sanguis 2A pada pasien RAS dibandingkan dengan kontrol.

Alergi dan Sensitifitas.

Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan

(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu.Alergi merupakan suatu

reaksi antigen dan antibodi.Antigen ini dinamakan alergen, merupakan

substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak

dapat membentuk antibodinya sendiri. RAS dapat terjadi karena

sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada

dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi

palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan.29,30 Setelah

berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan

meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas, kadang-

kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi

sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan

ulser yang kemudian berkembang menjadi RAS.

21

Page 22: Laporan Tutorial OM

Obat-obatan

Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta

blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan

berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih

beRAS untuk terjadinya RAS.

Penyakit Sistemik

Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan

kehadiran RAS.Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-

menerus dengan RAS harus dipertimbangkan adanya penyakit

sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian

oleh dokter.Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan

keberadaan ulser di rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit

disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan

sindroma Sweet’s.

Merokok

Adanya hubungan terbalik antara perkembangan RAS dengan

merokok.Pasien yang menderita RAS biasanya adalah bukan perokok,

dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari RAS

diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan

perokok.Beberapa pasien melaporkan mengalami RAS setelah

berhenti merokok.

5. DIAGNOSIS

Diagnosis RAS didasarkan pada sejarah, manifestasi klinis, dan

histopatologi. RAS dibagi menjadi 3, yaitu :

Secara umum RAS ditandai dengan serangan berulang ulkus menyakitkan

dangkal soliter atau multiple, pada interval beberapa bulan untuk beberapa

hari pada pasien yang dinyatakan dengan baik. RAS telah dijelaskan di bawah

22

Page 23: Laporan Tutorial OM

tiga varian klinis yang berbeda seperti yang diklasifikasikan oleh Stanley pada

tahun 1972.

1. RAS minor juga dikenal sebagai aphthae Miculiz atau borok aphthous

ringan. Ini adalah varian yang paling umum, yang merupakan 80% dari

RAS. Ulkus bervariasi dari 8 sampai 10 mm. Hal ini paling sering terlihat

pada permukaan mukosa mukosanya tidak berkeratin seperti mukosa

labial, mukosa bukal, dan dasar mulut. Bisul sembuh dalam 10-14 hari

tanpa bekas luka.

2. Mayor RAS juga dikenal sebagai periadenitis mukosa recurrens necrotica

atau penyakit Sutton. Ini mempengaruhi sekitar 10-15% pasien. Ulkus

melebihi 1 cm. Situs yang paling umum dari keterlibatan bibir, langit-

langit lunak, dan tenggorok. Mukosa pengunyahan seperti dorsum lidah

atau gingiva mungkin kadang-kadang terlibat. Ulkus bertahan sampai 6

minggu dan menyembuhkan dengan jaringan parut.

3. Herpetiform ulserasi ditandai dengan berulang beberapa ulkus; mungkin

sampai 100 jumlahnya. Ini adalah kecil dalam ukuran, mengukur 2-3 mm.

Lesi dapat bergabung membentuk bisul tidak teratur besar. Borok ini

berlangsung selama sekitar 10-14 hari. Tidak seperti bisul herpes, ini tidak

didahului oleh vesikel dan tidak mengandung sel-sel yang terinfeksi virus.

Ini lebih sering terjadi pada wanita dan memiliki usia lanjut onset dari

varian klinis lain dari RAS.

6. RENCANA PERAWATAN

Dalam upaya melakukan perawatan terhadap pasien RAS, tahapannya

adalah : Edukasi bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit

yang dialami yaitu RAS agar mereka mengetahui dan menyadarinya.Instruksi

bertujuan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menghindari

faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya RAS.Pengobatan bertujuan untuk

mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien dapat mendapatkan kualitas

hidup yang menyenangkan. Tindakan pencegahan timbulnya RAS dapat

23

Page 24: Laporan Tutorial OM

dilakukan diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari

stres serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung

vitamin B12 dan zat besi. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga

dilakukan dengan berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau obat

kumur. RAS juga dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan

kaya serat seperti sayur dan buah yang mengandung vitamin C, B12,dan

mengandung zat besi. Karena penyebab RAS sulit diketahui maka

pengobatannya hanya untuk mengobati keluhannya saja. Perawatan

merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan untuk mengurangi gejala,

mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas

penyakit.

Pada pasien dengan ulser aftosa minor yang jarang, biasanya tidak ada

perawatan yang diperlukan selain obat kumur sodium bikarbonat dalam air

hangat untuk menjaga kebersihan mulut. Jika pasien terkena lebih parah,

beberapa bentuk perawatan dapat memberikan kontrol yang baik. Perawatan

rasional meliputi obat-obatan yang dapat memanipulasi atau meregulasi

respons imun. Kortikosteroid adalah pilihan terbaik. Pada pasien yang terkena

lebih parah, steroid sistemik dapat digunakan. Prednisone dosis rendah atau

sedang jangka waktu pendek efektif (20-40 mg sehari selama seminggu,

diikuti dengan pekan berikutnya setengah dosis). Pada pasien yang ringan

sampai sedang, hanya terapi topical steoid. Topical steroid yang boleh

digunakan pada mukosa adalah clobetasol propionate (Temovate), clobetasol

propionate plus oral adhesive (50% Temovate ointment plus 50% Orabase),

betamethasone dipropionate (Diprosone), fluocinonide (Lidex), dan

betamethasone plus clotrimazole (Lotrisone). Injeksi intralesi triamsinolon

dapat digunakan pada pasien atau focal problematic lesion. Pada kasus di

mana terjadi episode ulser berulang dan penggunaan steroid sistemik tidak

mungkin dan agen topical tidak efektif, administrasi montelukast sistemik

dapat berguna.

24

Page 25: Laporan Tutorial OM

Antibiotik digunakan pada perawatan ulser aftosa dengan hasil yang

cukup baik. Suspensi tetrasiklin dan tetrasiklin congener, digunakan secara

topical, seringkali menghasilkan hasil yang memuaskan. Dosis yang

digunakan 250 mg capsul tetrasiklin ke dalam 30 ml air hangat dan berkumur

beberapa menit, diulang 4 kali sehari selama 4 hari. Hasilnya paling baik jika

obat kumur digunakan pada hari pertama ulser muncul atau pada tahap

prodromal.

Obat imunosupresif seperti azathioprine dan cyclophosphamide digunakan

hanya untuk perawatan pasien yang parah (untuk mengurangi dosis

prednisone). Thalidomide dapat menyembuhkan pada pasien AIDS. Obat lain

yang menunjukkan efisiensi terapeutik adalah pentoxifylline dan colchicines.

Perawatan Sesuai frekuensi RAS, yaitu:

Tipe A

Durasi hanya beberapa hari, kekambuhan setahun hanya beberapa kali,

perawatannya carapredisposidi dan kumur antiseptik

Tipe B

Durasi 3-10 hari, kambuh tiap bulan, perawatannya cari predisposisi,

kumur antiseptik dan pemberian kortikosteroid topikal.

Tipe C

Seakan tidak pernah sembuh karena satu ulser sembuh lalu timbul

yang baru.Perlu pemeriksaan lab komprehensif.Perawatannya atasi

kondisi medis sesuai penemuan lab dan pemberian kortikosteroid atau

imunosupresan sistemik

Pada kasus di skenario, berikut rencana perawatan yang yang kami berikan:

a. Menghilangkan faktor predisposisi, yaitu stres

a. Pemberian vitamin B kompleks

b. Hentikan penggunaan albothyl yang terlalu sering

c. Instruksi istirahat cukup dan perbaikan gizi, agar BMI menjadi normal

25

Page 26: Laporan Tutorial OM

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagnosis yang tepat akan memberikan rencana perawatan yang tepat

pula, sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat dan adekuat terhadap

penyakit ulceratif ini.Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesa dan gambaran

klinis dari pasien. Pada skenario III, dari anamnesis didapatkan pasien sering

mengalami sariawan dengan lokasi berpindah-pindah tanpa diketahui

penyebabnya dan kadang muncul saat penderita kurang istirahat. Kemudian dari

gambaran klinis lesi adalah ulser, single, diameter 15 mm, tengah putih, tepi

kemerahan, dan sakit. Dengan gejala klinis serta anamnesis, dapat disimpulkan

bahwa pasien terkena penyakit Recurent Apthous Stomatitis tipe mayor. Rencana

perawatan yang diperlukan yaitu memperbaiki gizi dan nutrisi penderita,

menghilangkan faktor predisposisi yaitu stres, dan mengurangi penggunaan

albothyl.

26

Page 27: Laporan Tutorial OM

DAFTAR PUSTAKA

Greenberg MS, Glick M. Burkets oral medicines diagnosis and treatment. 10th ed.,

Philadelpia, London, Mexico City, New York, St.Louis, San Paulo, Sydbey :

J.B. Lippincott Company., 2004; 63-64.

Robinson Na, Poster SR. Low frequency of anti-endomysial antibodies in recurrent

apthous stomatitis. Departement of Oral Medicine University college london

United Kingdom 2004; 33 (4).

Silverman MR, Hajeer AH, Ollier WER, Thomhill MH. IL-1b and IL-6 gene

polymorphisms encode sognificant risk for the development of recurrent

aphthous stomatitis (ras). Brief Communication : genes and Immunity 2002; 3 :

305-5.

Scully C, Gorsky M, Lozada-Nur F. The diagnosis and management of recurrent

apthous stomatitis. J Am Dent Assoc 2003; 134 (2) : 200-7.

Sistig S et al. Natural immunity in recurrent apthous ulceration. J Oral Pathol Med.

2001.

Savage WN, Boras VV. 2007., Recurrent aphthous ulcerative disease : presentation

and management. Aus Dent J; 52(1): 10-15.

27