laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

31
HASIL DISKUSI KASUS 5 TUTORIAL BLOK DMS SKENARIO KASUS TULANG LENGANKU Muskel berusia 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan kanannya.Ia baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor.Ia melihat lengannya bengkak dan nampak deformitas.Akhirnya ia tidak dapat menggerakkan lengan bawahnya. Penduduk yang datang membantu,Muskel kemudian dibawa ke dokter praktek umum yang ada di tempat kejadian.Oleh sang dokter,lengan muskel dibalut lalu digantung pada bahunya dengan menggunakan selendang.Selanjutnya Muskel dirujuk ke rumah sakit dan setibanya di sana Muskel lalu dirontgen sesuai permintaan.Hasilnya dikatakan bahwa lengannya patah. 1

Upload: annida-nurul-haq

Post on 27-Jun-2015

398 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

HASIL DISKUSI KASUS 5

TUTORIAL BLOK DMS

SKENARIO KASUS

TULANG LENGANKU

Muskel berusia 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan kanannya.Ia

baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor.Ia melihat lengannya bengkak dan

nampak deformitas.Akhirnya ia tidak dapat menggerakkan lengan bawahnya.

Penduduk yang datang membantu,Muskel kemudian dibawa ke dokter praktek

umum yang ada di tempat kejadian.Oleh sang dokter,lengan muskel dibalut lalu

digantung pada bahunya dengan menggunakan selendang.Selanjutnya Muskel

dirujuk ke rumah sakit dan setibanya di sana Muskel lalu dirontgen sesuai

permintaan.Hasilnya dikatakan bahwa lengannya patah.

1

Page 2: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

A. STEP I

Klasifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui

Rontgen : satuan internasional untuk radiasi sinar x dan sinar γ

2

Page 3: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

B. STEP II

Definisi Masalah

1. Fraktur (definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan,

komplikasi)

2. respon akibat trauma (mekanisme inflamasi)

3. proses penyembuhan tulang

4. pembidaian

5. jenis fraktur pada kasus

3

Page 4: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

C. STEP III

Curah Pendapat

1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan

akibat radupaksa.

Klasifikasi Fraktur, berdasarkan :

a. Komplit/tidak komplit

Fraktur komplit

Fraktur tidak komplit

b. Bentuk garis patah

Garis patah transversal.

Garis patah oblik

Garis pata spiral

Fraktur kompresi

Fraktur avulsi

c. Jumlah garis patah

Fraktur kominutif

Fraktur segmental

Fraktur multipel

d. Bergeser/tidak bergeser

Fraktur undisplaced (tidak bergeser

Fraktur displaced (bergeser),terbagi :

o Dislokasi ad axim

o Dislokasi ad latus

e. Terbuka-tertutup

f. Komplikasi-tanpa komplikasi

Komplikasi dapat komplikasi segera,dini dan komplikasi lambat.

Etiologi Fraktur

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

4

Page 5: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

1. Fraktur akibat peristiwa trauma

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan berulang.

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

Diagnosis fraktur

I. Riwayat trauma

Dilakukan anamnesis untuk menggali riwayat mekanisme cedera

(posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan

cedera tersebut.

II. Pemeriksaan fisik

Look

Dilihat adanya deformitas dan ada luka atau tidak

Feel

Nyeri tekan dan nyeri sumbu

Gerakan / Moving 

Aktif dan pasif

NVD (Neuro Vaskular Distal)

dilihat arteri distal dan saraf sensoris dan motoris distal

III. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi

Membantu dalam penegakan diagnosis dari dislokasi,

mengevaluasi dislokasi tulang, mempelajari penyebab fraktur.

CT scan dan MRI

Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Arteriogram

Bila dicurigai kerusakan vasculer.

Laboratorium

Hitung darah lengkap : Hematokrit, sel darah putih.

Kreatinin

Meningkatkan beban kliens ginjal Profil koagulasi.

Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip 3 R :

5

Page 6: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Reposisi

Retain

Rehabilitasi

Komplikasi Fraktur

1.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan

gangguan fungsi pernafasan.

2.      Komplikasi Lokal

a.      Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca

trauma

Pada Tulang

Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

Osteomielitis 

Pada jaringan lunak

Lepuh

Dekubitus

Pada otot

Trombus

Pada pembuluh darah

Iskhemi Volkmann

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),

aksonometsis (kerusakan akson)

b.  Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion

2. Respon akibat trauma

Memiliki 3 komponen penting :

6

Page 7: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Perubahan penanpang pembuluh darah dengan akibat meningkat

aliran darah

Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang

memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan aliran

darah

Agregasi leukosit di lokasi jejas

3. Proses penyembuhan tulang

Ada 5 stadium penyembuhan tulang :

Tahap pembentukan hematoma

Tahap proliferasi sel

Tahap pembentukan kallus

Tahap penulangan kallus(konsolidasi)

remodelling

4. Pembidaian

Prinsip pembidaian :

Lakukan pembidaian pada bagian yang cedera

Melewati 2 sendi proksimal dan distal

Lakukan pembidaian pada kecurigaan patah tulang

5. Jenis fraktur pada kasus

Frkatur antebrachii, terdapat 4 jenis :

Fraktur colles

Fraktur smith

Fraktur galeazzi

Montegia

7

Page 8: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

D. STEP IV

Analisis Masalah

1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan

akibat radupaksa.

Klasifikasi Fraktur, berdasarkan :

a. Komplit/tidak komplit

Fraktur komplit

bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang

Fraktur tidak komplit

bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

b. Bentuk garis patah

Garis patah transversal

Garis patah oblik

8

Page 9: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Garis patah spiral

Fraktur kompresi

Fraktur avulsi

c. Jumlah garis patah

Fraktur kominutif

garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

Fraktur segmental

garis patah lebih dari satu tapi tidak saling berhubungan

Fraktur multipel

9

Page 10: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

garis patah lebih dari satu pada tulang yang berlainan tempatnya.

d. Bergeser/tidak bergeser

Fraktur undisplaced (tidak bergeser )

garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,periosteumnya

masih utuh

Fraktur displaced (bergeser)

terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi

fragmen, terbagi :

o Dislokasi ad axim

pergeseran yang membentuk sudut

o Dislokasi ad latum

pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh (sejajar)

e. Terbuka-tertutup

Fraktur tertutup

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia

luar. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis

fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang

lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang

akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan

kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung

mengakibatkan  fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan

sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada

olahragawan, penari dan tentara  dapat pula terjadi fraktur pada

tibia, fibula atau  metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma

yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang

seperti. tumor atau pada penyakit Paget dengan energi  yang

minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang

normal hal tersebut belum tentu menimbulkan  fraktur.

10

Page 11: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Fraktur tertutup

Fraktur terbuka

Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar karena

adanya perlukaan di kulit.

Fraktur terbuka

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat :

Derajat I

Luka < 1 cm

Kerusakan jaringan sedikit,tak ada tanda luka remuk

Fraktur sederhana,transversal,oblik,kominutif sederhana

Kontaminasi minimal

Derajat II

Laserasi > 1 cm

Kerusakan jaringan lunak tidak luas,avulsi

Fraktur kominutuf sedang

Kontaminasi sedang

Derajat III

Terdapat kerusakan jaringan yang luas,meliputi struktur kulit,otot,dan

neurovaskular serata kontaminasi derajat tinggi.Fraktur derajat III terbagi

atas :

11

Page 12: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Jaringan lunak yang menutupi tulang adekuat,meskipun terdapat

laserasi luas/avulsi,atau fraktur segmental/sangat kominutif yang

disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran

luka.

Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

kontaminasi masif

Luka pada pembuluh darah atau saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

Etiologi Fraktur

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang

dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau

penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat

yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan

biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.

Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada

kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur

komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan berulang.

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain

akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan

pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon

tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

12

Page 13: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh

tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor)

atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh

Diagnosis fraktur

I. Riwayat trauma

Dilakukan anamnesis untuk menggali riwayat mekanisme cedera

(posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan

cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat

sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,

riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain. 

II. Pemeriksaan fisik

Look

Dilihat adanya deformitas angulasi, rotasi, pemendekan,

pemanjangan,  bengkak

Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

Feel

Nyeri tekan : di tekan dari lokasi yg sehat ke lokasi distal yg cedera

Nyeri sumbu

Gerakan / Moving 

Aktif : pasien bergerak sendiri, dilihat ada rasa nyeri pergerakan

Pasif : pasien dibantu dengan dokter, dilihat ada krepitasi atau tidak

NVD (Neuro Vaskular Distal)

dilihat arteri distal dan saraf sensoris dan motoris distal

III. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi

Membantu dalam penegakan diagnosis dari dislokasi,

mengevaluasi dislokasi tulang, mempelajari penyebab fraktur.

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri

dari :

13

Page 14: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

I.  2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang

cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali,

yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan foto

rontgen pada fraktur tulang :

Patah tulang harus berada di pertengahan foto rongen

Persendian proksimal dan distal termasuk dalam foto.

Harus dibuat 2 foto yang saling tegak lurus atau bersilangan

90 o,yang utama dibuat pada posisi AP dan lateral

Sinar yang mengenai daerah patahan harus tegak

lurus,karena jika miring dapat membuat gambar menjadi

kabur dan tidak jelas.

Pengguanaan foto rongen selain untuk penegakan diagnosis juga

digunakan untuk evaluasi dan kontrol pada patah tulang, yaitu :

Setelah reposisi digunakan untuk menilai kedudukan

fragmen.Bila dilakukan reposisi terbuka perlu diperhatikan

kedudukan pen-intramedular (kadang-kadang pen menembus

tulang),plate,dan screw (kadang-kadang screw lepas).

Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur

Pembentukan callus

Fibrosa callus : tidak terlihat dengan sinar X.

Primary callus :dapat terlihat pada sinar X.

Secondary callus : densitas sama seperti tulang.

Konsolidasi

Remodelling (pada anak-anak)

Adanya komplikasi

CT scan dan MRI

14

Page 15: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Arteriogram

Bila dicurigai kerusakan vasculer.

Laboratorium

Hitung darah lengkap : Hematokrit, sel darah putih.

Kreatinin

Meningkatkan beban kliens ginjal Profil koagulasi.

Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip 3 R :

Reposisi

Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment proximal sehingga

mencapai posisi acceptabl e

Retain

Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam

Rehabilitasi

mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan

( LEARNING OBJEKTIF )

Komplikasi Fraktur

1.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan

gangguan fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat

terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau

minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme.

Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam

(DVT), tetanus atau gas gangren

2.      Komplikasi Lokal

a.      Komplikasi dini

15

Page 16: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca

trauma

Pada Tulang

Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan

operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat

menimbulkan delayed union atau bahkan non union.

Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang

sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang

melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan

berakhir dengan degenerasi

Pada jaringan lunak

Lepuh

Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial

karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering

dan melakukan pemasangan elastik

Dekubitus

terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh

karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah

yang menonjol

Pada otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot

tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek

melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.

Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup

lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley &

Solomon,1993).

Pada pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus

menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh

darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan.

16

Page 17: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan

nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi

dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah

sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh

darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri

yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi

sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair

untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon,

1993) Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra

kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah

sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena

ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan

gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan

terjadi edema dalam otot. Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama

tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis

otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara

periahan-lahan menjadi pendek dan disebut

dengan kontraktur volkmann.  Gejala klinisnya adalah 5 P

yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut

nadi hilang) dan Paralisis 

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),

aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan

eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993).

b.  Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau nonunion

Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan 

atau perpanjangan.

 

-  Delayed union

17

Page 18: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal.

Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada

ujung-ujung fraktur,

Terapi  konservatif selama 6 bulan  bila  gagal dilakukan  Osteotomi

Lebih 20 minggu  dilakukan cancellus grafting  (12-16 minggu)

 

-  Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

            Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses

penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus

yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi

fiksasi dan bone grafting.

            Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi

palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi

beserta rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai

walaupun dilakukan imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum

yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu

imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai,

distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis) 

 

-  Mal  union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan

deformitas.  Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .

 

-  Osteomielitis  

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan

operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed

union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak

yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang

berupa osteoporosis dan atropi otot

 

18

Page 19: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

-  Kekakuan sendi  

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan

imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan

intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa

memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif

pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan

pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).

( LEARNING OBJEKTIF )

2. Respon akibat trauma

Memiliki 3 komponen penting :

Perubahan penanpang pembuluh darah dengan akibat meningkat

aliran darah

Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang

memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan aliran

darah

Agregasi leukosit di lokasi jejas

Bertambah aliran darah pada daerah terjejas karena dilatasi arterior dan

pembukaan anyaman kapiler. Peningkatan permeabilitas vaskular

menyebabkan timbunnya cairan ekstravaskular yang kaya protein (eksudat).

Protein plasma meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antara

endotel yang melebar. Pertemuan antar endotel bermigrasi ke daerah jejas

dibawah pengaruh agen kemotaksis.

Menghasilkan tanda-tanda:

Rubor yang terjadi karena jaringan yang mengandung banyak darah

akibat kapiler-kapilernya melebar

Panas akibat sirkulasi darah yg meningkat

Bengkak oleh hiperemi dan eksudat

Nyeri karena pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaskan

oleh sel yang cedera dan tekanan yang tinggi dalam jaringan akibat

eksudat.

19

Page 20: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

3. Proses penyembuhan tulang

Ada 5 stadium penyembuhan tulang :

Tahap pembentukan hematoma

Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang

masuk ke area fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah

hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari

kelima

Tahap proliferasi sel

Dalam waktu sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.

Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk

jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast

yang akan menghasilkan kolagen dan paroteoglikan sebagai matriks

kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan

tulang rawan

Tahap pembentukan kallus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh

mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan

tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang

serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung

dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.

Tahap penulangan kallus(konsolidasi)

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu

patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus

menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini

memerlukan waktu 3-4 bulan.

Remodelling

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas

dan osteoklas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya

( LEARNING OBJEKTIF )

4. Pembidaian

20

Page 21: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

Prinsip pembidaian :

Lakukan pembidaian pada bagian yang cedera

Melewati 2 sendi proksimal dan distal

Lakukan pembidaian pada kecurigaan patah tulang

Tujuan pembidaian :

Mengurangi dan menghilangi rasa nyeri

Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan

jaringan lunak sekitar seperti pembuluh darah, saraf, otot, dan lainnya

( LEARNING OBJEKTIF )

5. Jenis fraktur pada kasus

Frkatur antebrachii, terdapat 4 jenis :

Fraktur colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan. Pasien

terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta

lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi

di tanah berputar ke luar (eksorotasi)

Fraktur smith

Fraktur dislokasi kearah anterior (volar). Sering disebut reverse colles

fracture. Pasien terjatuh dengan tanganmenahan badan sedang posisi

tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan

pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang

intraartikular

Fraktur galeazzi

Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat

jatuh pasien dengan tangan terbuka yang menahan berat badan, terjadi

pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat

badan yang memberikan gaya supinasi

Montegia

Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna

proksimal. Terjadi karena trauma langsung

21

Page 22: laporan tutorial kasus 5 kel 7 dms 2009

E. STEP V

Tujuan Pembelajaran (Menentukan LO)

1. prinsip pembidaian dan pembalutan

2. penatalaksanaan fraktur

3. komplikasi fraktur

4. proses penyembuhan tulang

5. diagnosis banding pada kasus

6. anatomi tulang

22