laporan tugas family folder vifin

26
Laporan Tugas Family Folder Vifin Rotuahdo Saragih (102012232) Mahasiswa Fakultas Kedoteran UKRIDA Semester VI Email: [email protected] Laporan kasus Puskesmas : Kecamatan Grogol Petamburan (Jl Rawa Bahagia I No 32) Nomor register : Tanggal kunjungan : 24 juli 2015 I. Identitas Pasien : Nama : Ibu Marni Umur : 33 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : ibu rumah tangga Pendidikan : SMP Alamat : Jl. Muwardi II E/2 RT.07 RW.03 Grogol II. Riwayat Biologis Keluarga : Keadaan kesehatan sekarang : Baik Kebersihan perorangan : Baik Penyakit yang sering diderita : lemas, pucat Penyakit keturunan : Darah tinggi (ayah) Penyakit kronis/menular : Tidak ada Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada Pola makan : Sedang Pola istirahat : kurang Jumlah anggota keluarga : 3 orang III. Psikologis Keluarga : Kebiasaan buruk : sering bangun tengah malam Pengambilan keputusan : Suami Ketergantungan obat : ada (allopurinol) Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Pola rekreasi : sedang IV. Keadaan Rumah /lingkungan : Jenis bangunan : Permanen Lantai rumah : Keramik 1

Upload: hirumacool

Post on 11-Dec-2015

325 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

jhi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Laporan Tugas Family FolderVifin Rotuahdo Saragih (102012232)

Mahasiswa Fakultas Kedoteran UKRIDA Semester VI

Email: [email protected]

Laporan kasus

Puskesmas : Kecamatan Grogol Petamburan (Jl Rawa Bahagia I No 32)Nomor register : Tanggal kunjungan : 24 juli 2015

I. Identitas Pasien : Nama : Ibu Marni Umur : 33 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : ibu rumah tangga Pendidikan : SMP Alamat : Jl. Muwardi II E/2 RT.07 RW.03 Grogol

II. Riwayat Biologis Keluarga : Keadaan kesehatan sekarang : Baik Kebersihan perorangan : Baik Penyakit yang sering diderita : lemas, pucat Penyakit keturunan : Darah tinggi (ayah) Penyakit kronis/menular : Tidak ada Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada Pola makan : Sedang Pola istirahat : kurang Jumlah anggota keluarga : 3 orang

III. Psikologis Keluarga : Kebiasaan buruk : sering bangun tengah malam Pengambilan keputusan : Suami Ketergantungan obat : ada (allopurinol) Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Pola rekreasi : sedang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan : Jenis bangunan : Permanen Lantai rumah : Keramik Luas rumah : 10m x 13m =130m2 Penerangan : kurang Kebersihan : Baik Ventilasi : kurang Dapur : Ada Jamban keluarga : Ada Sumber air minum : Air tanah Sumber pencemaran air : Tidak ada Pemanfaatan pekarangan : Ada Sistem pembuangan limbah : Ada

1

Page 2: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Tempat pembuangan sampah : Ada Sanitasi Lingkungan : Sedang

V. Spiritual Keluarga : Ketaatan beribadah : Baik Keyakinan tentang kesehatan : kurang

VI. Keadaan Sosial Keluarga Tingkat pendidikan : Sedang Hubungan antar aggota keluarga : Baik Hubungan dengan orang lain : kurang Kegiatan organisasi sosial : kurang Keadaan ekonomi : Sedang

VII. Kultural Keluarga Adat yang berpengaruh : jawa Lain – lain : Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

Nama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluargaNo Nama Hub

keluargaUmur Pendidi

kanPekerjaan Keadaan kesehatan

1 Agus suami 37 SMP buruh sehat

2 Marni istri 33 SMP Ibu rumah tangga lemas

3 Indra anak 3 Sehat

4 Mamat Suami ibu ismawati

48 STM Pertanian Ispa, gastritis

5 Ismawati Kakak 38 SMP Penjaga kosn Nyeri sendi

6 Isan Keponakan 13 SMP pelajar Sehat

7 Irvan Keponakan 10 SD pelajar Sehat

8 Michrob Ayah 86 SMP Hipertensi

IX. Keluhan Utama : Sering lemas, pucat

2

1 2

3

Page 3: Laporan Tugas Family Folder Vifin

X. Keluhan Tambahan : Kaki kanan sering sakit, bengkak, merah, hangat (pasien ada riwayat asam urat),

XI. Riwayat Penyakit sekarang : Pasien sering mengeluh lemas, dan ditambah kaki kanan bengkak, merah, teraba hangat, dan sakit.Pasien memiliki riwayat penyakit anemia, dan asam urat, pasien menaggulangi dengan meminum obat allopurinol.

XII. Riwayat penyakit dahulu : Anemia, asam urat

XIII. Pemeriksaan fisik :

Status Generalis Keadaan umum : Sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Tekanan darah : 100/70 mmHg Pernapasan : 18x/menit Nadi : 70x/menit Asam urat : 8,3 mg/dl

XIV. Diagnosis Penyakit :Anemia Defisiensi besi, Gout

XV. Diagnosis keluarga :Riwayat Hipertensi dari ayah pasien

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit anemia dan asam urat b. Preventif : - mengkonsumsi daging merah (meningkatkan HB), vit C

- Hindari jeroan, kacang-kacanga, sayuran hijau- Istirahat yang cukup- Menghindari factor resiko : rokok, alkohol, stress

c. Kuratif : Terapi medikamentosa :

- Allopurinol 100 mg/hari- ferrous sulphat 3x200mg

Terapi nonmedikamentosa :1. Menambah asupan daging ke dalam tubuh. Vit C2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien. 3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Pola istirahat yang cukup.

d. Rehabilitatif : -

XVII. Prognosis : Penyakit : baikKeluarga : baikMasyrakat : baik

XVIII. ResumeDari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 24 juli 2015, didapatkan bahwa pasien adalah penderita anemia. Dilihat dari hasil anamnesis dan gejala fisik serta pemeriksaan fisik mengarah ke anemia. sebelumnya pasien pernah berobat ke dokter, dokter

3

Page 4: Laporan Tugas Family Folder Vifin

mengatakan pasien menderita anemia. Dan di beri terapi oleh dokter, hasilnya memberikan perubahan tetapi setelah itu pasien tidak lagi kontrol ke dokter dan akhirnya timbullah asam urat komplikasi dari pola makan daging dan kacang-kacangan yang di anjurkan untuk meningkatkan kadar hemoglobinnya. Pasien kembali ke dokter dan di beri obat allopurinol. Dilihat dari faktor keadaan ekonomi pasien termasuk menengah ke bawah. Hal ini yang menyebabkan pasien tidak dapat kontrol teratur ke dokter. Di tambah lagi dengan kurangnya pengetahuan. konsumsi daging untuk mencukupi kebutuhannya dalam hal memenuhi kebutuhan zat besi memang telah dilakukan oleh pasien, tetapi menimbulkan peningkatan asam urat. kurangnya pengetahuan tentang kesehatan waktu saat sedang hamil, kebiasaan buruk bangun tengah malam, dan kurang istirahat mempengaruhi kesegaran fisik pasien, pasien sering merasa lemas, terlihat pucat apalagi saat beraktifitas akibat anemia. Ini merupakan faktor resiko pada keluarga ibu Marni. Kurangnya konsumsi daging (zat besi) dan pengetahuan tentang masalah yang dialaminya. Hal ini dapat di cegah dengan melakukan pola hidup yang sehat, istirahat yang cukup, konsumsi daging atau kacang, sereal, vit C, untuk membantu mengatasi anemia, dan juga melakukan mengikuti program puskesmas kesehatan ibu dan anak, untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Pembahasan

Anemia defisiensi besiUntuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisis yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis ADB. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria yang dipilih, apakah kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.

Secara laboratoris untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (tahap satu dan tahap dua) dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut:Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80 dan MCHC <31% dengan salah satu dan a, b, c, atau d.

Dua dari tiga parameter di bawah ini:- Besi serum <50 mg/dl- TIBC>350 mg/dI- Saturasi transferin: <15%, atau

Ferritin serum <20 mg/l, atau Pewarnaan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) menunjukkan cadangan besi

(butir-butir hemosiderin) negatif, atau Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)selama 4

minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl.Pada tahap ketiga ditemukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi besi. Tahap ini sering merupakan proses yang rumit yang memerlukan berbagai jenis pemeriksaan tetapi merupakan tahap yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan defisiensi besi serta kemungkinan untuk dapat menemukan sumber perdarahan yang membahayakan. Meskipun dengan pemeriksaan yang baik, sekitar 20% kasus ADB tidak diketahui penyebabnya.1

Untuk pasien dewasa fokus utama aalah mencari sumber perdarahan. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti. Pada perempuan masa reproduksi anamnesis tentang menstruasi sangat penting, kalau perlu dilakukan pemeriksaan ginekologi. Untuk laki-laki dewasa di Indonesia dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing tambang. Tidak cukup hanya dilakukan pemeriksaan hapusan langsung (direct smear dengan eosin), tetapi sebaiknya dilakukan pemeriksaan semi kuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-Katz, untuk menentukan beratnya infeksi. Jika ditemukan infeksi ringan tidaklah serta merta dapat dianggap sebagai penyebab utama ADB, hams dicari penyebab lainnya. Titik kritis cacing tambang sebagai penyebab utama jika ditemukan telur per gram feses (TPG) atau egg per gram faeces (EPG) >2000 pada perempuan dan >4000 pada laki-laki. Dalam

4

Page 5: Laporan Tugas Family Folder Vifin

suatu penelitian lapangan ditemukan hubungan yang nyata antara derajat infeksi cacing tambang dengan cadangan besi pada laki-laki, tetapi hubungan ini lebih lemah pada perempuan.

Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh karena infeksi cacing tambang berat (TPG > 2000). Anemia akibat cacing tambang sering disertai pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium di samping tanda-tanda defisiensi besi yang disertai adanya eosinofilia. Pada suatu penelitian di Bali, anemia akibat cacing tambang dijumpai pada 3,3% pasien infeksi cacing tambang atau 12,2% dan 123 kasus anemia defisiensi besi yang dijumpai.

Jika tidak ditemukan perdarahan yang nyata, dapat dilakukan tes darah samar (occult blood test) pada feses, dan jika terdapat indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah.1,2

Pemeriksaaan fisik Inspeksi

1. Keadaan umum dan kesadaran : lihat apakah pasien sakit ringan atau berat, sering merasa sesak napas atau syok akibat kehilangan darah akut.

2. Adakah tanda-tanda ikterus yang ditandai dengan mata berwarna kuning, atau kulit yg berubah warna menjadi kuning contoh pada anemia hemolitik dapat dijumpai keadaan ini.

3. Adakah koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis angularis (peradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak pucat keputihan. Gejala tersebut terdapat pada anemia defisiensi Fe.

4. Adakah tanda kerusakan trombosit (memar dan petechiae) dan bila ada menandakan kadar trombosit yang menurun misal pada anemia aplastik.

5. Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa gejala ini timbul pada anemia defisiensi besi. 1

Palpasi 1. Konjungtiva

Minta pasien untuk melihat ke atas sementara pemeriksa menekan kedua kelopak mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan sehingga membuat sclera dan konjuctiva terpajan. Inspeksi sklera dan konjugtiva palpebralis untuk menilai warnanya. Patologis: Sklera yang berwarna kuning menunjukkan ikterus, konjunctiva dapat berwarna pucat yang disebut konjuctiva anemis dan merupakan salah satu sindrom anemia.3

2. KukuLakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki. Perhatikan warna dan bentuk

dan lesi yang ada. Patologis: Pada anemia defisiensi Fe dapat dijumpai koilonikia (kuku yang berbentuk seperti sendok, rapuh, bergaris vertical dan menjadi cekung mirip seperti sendok).

3. LimfaPalpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior yang lokasi nya di

sebelah anterior dan superficial M.Sternocleidomastoideus. kemudian lakukan plapasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal posterior di sepanjang M.Trapezius (anterior) dan M. Sternocleidomastoideus (posterior). Lakukan pemeriksaan nodus limfatikus supraklavikular pada sudut antara os clavicula dan M.Sternocleidomastoideus.Patologis : Bila terdapat limfadenopati mungkin menandakan adanya tanda infeksi atau keganasan. Bila limfa yang di palpasi sakit menandakan peradangan, limfa yang membesar dank eras menandakan keganasan. Nodus limfatikus supra klavikular yang membesar menandakan kemungkinan adanya keganasan di abdomen atau torax.

4. Palpasi hati , limpa, abdomenLakukan palpasi hati dan limpa untuk menilai apakah ada hepatomegali atau

splenomegali yang biasanya terdapat pada anemia hemolitik dan kadang pada anemia defisiensi besi juga dapat ditemukan bila anemia tersebut tidak diterapi.4

Pemeriksaan penunjang 1. Hitung sel darah lengkap

Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’, memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet).5

5

Page 6: Laporan Tugas Family Folder Vifin

a. Eritrosit- Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dari

paru ke bagian tubuh lain. Nilai rujukan : pria 13 g/dL, wanita 12 g/dL, wanita hamil 11 g/dL.

- Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah.Eritrosit, Hb dan Ht yang rendah menunjukkan adanya anemia. Nilai rujukan : pria 40-54 %, wanita 34-46 %. 7

- Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume(MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus adalah VER = Ht (%) / E ( juta/uL) x 10 (fL). Nilai rujukan : 82-92 fL. VER yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis.. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang besar dapat menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.4,5

- Red Blood CellDistribution Width (RDW) mengukur kisaran/variasi ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. Nilai normal 11,5-14,5 CV ( coefisient of variation ) dari ukuran eritrosit. Bila semua eritrosit ukuran mikrositik dan makrositik maka nilai RDW normal dan VER akan menurun atau meningkat. Bila ukuran eritrosit beraneka ragam namun ukuran rata-arta eritrosit normal makan RDW akan meningkat dan VER normal.

- Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin(MCH). Dapat dihitung dengan rumus: Hb (g/dL ) / E ( juta/uL) x 10 (pg) dan nilai rujukan 27-31 pg

- Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration(MCHC atau CHCM). Dapat dihitung dengan rumus : Hb (g/dL) / Ht ( % ) x 100 %. Nilai rujukan : 32-37 %.

b. LeukositHitung Leukosit Dapat menggunakan pipet Thoma atau pipet Sahli. Nilai rujukan: 4,5-11 x 103 /uL

c. TrombositTrombosit atau platelet dapat dihitung dengan menggunakan cara kuantitatif dan kualitatif. Nilai rujukan : 150-350 x 103 / uL.

d. RetikulositRetikulosit merupakan eritrosit muda tidak berinti, ada sisa RNA minimal 2 partikel granula atau 1 partikel granula dengan filament, tidak di tepi membrane sel.Dapat diperiksa dengan pewarnaan New Methylen Blue, Brilliant cresyl blue, purified azure B, acridine orange. Nilai relative : 0,5-1,5 %. Nilai absolute : 25000-75000 / uL darah.

2. Pemeriksaan Hapus Darah TepiPemeriksaan ini bertujuan untuk evaluasi morfologi sel darah tepi, memperkirakan jumlah

leukosit, dan trombosit serta mengidentifikasi parasit. Misalnya malaria, microfilaria, trypanosome. a. Eritrosit: pelaporan meliputi Size, Shape, dan warna ( staining characteristic). Eritrosit

normal ukuran 6-8 u, warna merah dengan daerah pucat bagian tengah. Ukuran normal diesbut normosit. Bila ukuran bervariasi disebut anisositosis, variasi abnormal bentuk disebut poikilositosis. Eritrosit hipokrom yaitu eritrosit dengan daerah berwarna pucat di tengah lebih luas. Polikromasi adalah eritrosit berwarna kebiruan di antara eritrosit normal berwarna merah.

b. Leukosit : Dilakukan dengan hitung jenis leukosit. Urutan baku : Basofil, eosinofil, batang, segmen, limfosit, monosit. Dilakukan pemeriksaan terhadap 100 sel.

Tabel 1.Hitung Jenis Leukosit6

6

Page 7: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Jenis Leukosit

% …/uL

Basofil 0-1 0-100

Eosinofil 1-3 50-300

Batang 1-5 50-500

Segmen 50-70

2500-7000

Limfosit 20-40

1000-4000

Monosit 1-6 50-600

3. Laju Endap DarahUntuk mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma pada suatu interval waktu.

Sensitif tapi tidak spesifik. Nilai rujukan : 0-10 mm/jam pada pria dan 0-15 mm/jam pada wanita.

4. Pemeriksaan Kadar / status besia. Kadar besi serum (BS): mengukur kadar besi serum yang berikatan dengan transferin. b. Total Iron Binding Capasity (TIBC): Mengukur banyaknya besi yang dapat diikat transferin

bila serum dijenuhkan dengan besi. Normal : rasio BS :DIBT = 1:3c. Saturasi Transferin : Persentase transferin yang berikatan dengan besi dengan rumus:BS /

DIBT x 100 %. Nilai rujukan : 20-45 % transferin jenuh dengan besi. d. Ferritin serum : indikator awal mendeteksi defisiensi besi. Nilai rujukan : wanita 10-200

ng/mL. Pria 30-300 ng/mL

Tabel 2. Tahapan Anemia Defisiensi Besi dan Pemeriksaan Laboratorium6

Ferritin Saturasi Transferin

Hemoglobin

Tahap I Menurun Normal NormalTahap II

Menurun Menurun Normal

Tahap III

Menurun Menurun Menurun

5. Pemeriksaan Sumsum TulangDapat dipakai untuk membantu menetapkan diagnosis kelainan hematologi, menentukan

stadium penyakit, memantau kemoterapi, dan menetapkan cadangan besi sumsung tulang. Hal yang dinilai :a. Penilaian kepadatan sel , normal densitas 25-50 % b. Penilaian trombopoesis : menilai keadaan megakariosit, mudah ditemukan/normal/ jarang.c. Aktivitas eritropoesis : dominan sel, kelainan morfologi, dll.d. Aktivitas granulopoesis : dominan sel, kelainan morfologi, dll.

Pada defisiensi besi periksa juga hemosiderin sumsung tulang dengan Perls Stain, pada anemia defisiensi besi hemosiderin sumsum tulang berkurang / kosong.

6. Pemeriksaan FesesMencari adanya perdarahan melalui traktus digestivus. Secara makroskopik dilihat warna

tinja, mikroskopik dilihat ada tidak nya eritrosit, telur cacing, parasit, untuk pemeriksaan kimia lakukan tes darah samar.

7. Pemeriksaan Urin

7

Page 8: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Mencari ada tidaknya perdarahan di traktus urinarius. Pemeriksaan makroskopik dilihat warna urin, mikroskopik dilihat ada tidak nya eritrosit, silinder eritrosit, dan hemosiderinuria. Kimia dilakukan tes darah samar.

8. Pemeriksaan HistopatologiTidak adanya iron stainable dijaringan tubuh, termasuk sumsum tulang dan hati, adalah

penemuan histologis yang paling berguna pada pasien yang kekurangan zat besi. Kelainan jaringan epitel yang non spesifik dilaporkan dalam kekurangan zat besi. Ini termasuk gastric atrophy dan clubbing dari vili usus halus.6

Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:

Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari

ringan sampai beart. MCV dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada anemia anemia defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis merupakan tanda awal defisiensi besi. Peningkatan anisositosis ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution width). Dulu dianggap pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik, tetapi sekarang RDW pada kedua jenis anemia ini hasilnya sering tumpang

Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan poikilositosis. Makin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromia. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis esktrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring cell), atau memanjang seperti clips, disebut sebagai sel pencil (pencil cell atau cigar cell). Kadangkadang dijumpai sel target.

Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi granulositopenia ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode perdarahan akut.Konsentrasi Besi Serum Menurun pada ADB, dan TIBC (total iron binding capacity) Meningkat

TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan saturasi transferin dihitung clan besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria diagnosis ADB, kadar besi serum menurun < 50 µg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat > 350 µg/dl, dan saturasi transferin < 15%. Ada juga yang memakai saturasi transferin < 16%, atau < 18%. Harus diingat bahwa besi serum menunjukkan variasi diurnal yang sangat besar, dengan kadar puncak pada jam 8 sampai 10 pagi.Feritin Serum Merupakan Indikator Cadangan Besi yang Sangat Baik, Kecuali pada Keadaan Inflamasi dan Keganasan Tertentu

Titik pemilah (cut off point) untuk feritin serum pada ADB dipakai angka < 12 µg/l, tetapi ada juga yang memakai < 15 µg/l. Untuk daerah tropik di mana angka infeksi dan inflamasi maslh tinggi, titik pemilah yang diajukan di negeri Barat tampaknya perlu dikoreksi. Pada suatu penelitian pada pasien anemia di rumah saint di Bali pemakaian feritin serum < 12 µg/l dan < 20 µg/l memberikan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan 96%. Sensitivitas tertinggi (84%) justru dicapai pada pemakaian feritin serum < 40 mg/1, tanpa mengurangi spesifisitas terlalu banyak (92%). Hercberg untuk daerah tropik menganjurkan memakai angka feritin serum < 20 mg/1 sebagai kriteria diagnosis ADB. Jika terdapat infeksi atau inflamasi yang jelas seperti arthritis rematoid, maka feritin serum sampai dengan 50-60 µg/l masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi. Feritin serum merupakan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis IDA yang paling kuat oleh karena itu banyak dipakai baik di klinik maupun di lapangan karena cukup reliabel dan praktis, meskipun tidak terlalu sensitif. Angka feritin serum normal tidak selalu dapat menyingkirkan adanya defisiensi besi. tetapi feritin serum di atas 100 mg/dl dapat memastikan tidak adanya defisiensi besi.Protoporfirin Merupakan Bahan Antara pada Pembentukan Heme

Apabila sintesis heme terganggu, misalnya karena defisiensi besi, maka protoporfirin akan menumpuk dalam eritrosit. Angka normal adalah kurang dari 30 mg/d1. Untuk defisiensi besi

8

Page 9: Laporan Tugas Family Folder Vifin

protoporfirin bebas adalah lebih dan 100 mg/d1. Keadaan yang sama juga didapatkan pada anemia akibat penyakit kronik dan keracunan timah hitam.Kadar Reseptor Transferin Datum Serum Meningkat pada Defisiensi Besi

Kadar normal dengan cara imunologi adalah 4-9 µg/L. Pengukuran reseptor transferin terutarna dipakai untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik. Akan lebih baik lagi apabila dipakai rasio reseptor transferin dengan log feritin serum. Rasio > 1,5 menunjukkan ADS dan rasio < 1,5 sangat mungkin karena anemia akibat penyakit kronik.Sumsum Tulang Menunjukkan Hiperplasia Normoblastik Ringan Sampai Sedang dengan Normoblas Kecil-kecil

Sitoplasma sangat sedikit dan tepi tak teratur. Normoblas ini disebut sebagai micronormoblast. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukkan cadangan

besi yang negatif (butir hemosiderin negatif). Dalam keadaan normal 40-60% normoblast mengandung granula feritin dalam sitoplasmanya, disebut sebagai sideroblas. Pada defisiensi besi maka sideroblast negatif. Di klinik, pengecatan besi pada sumsum tulang dianggap sebagai baku emas (gold standard) diagnosis defisiensi besi, namun akhir-akhir ini perannya banyak diambil alih oleh pemeriksaan feritin serum yang lebih praktis.Studi Ferokinetik

Studi tentang pergerakan besi pada siklus besi dengan menggunakan zat radioaktif. Ada dua jenis studi ferokinetik yaitu plasma iron transport rate (PIT)yang mengukur kecepatan besi meninggalkan plasma, dan erythrocyte iron turn over rate (EIT) yang mengukur pergerakan besi dan sumsum tulang ke sel darah merah yang beredar. Secara praktis kedua pemeriksaan ini tidak banyak digunakan, hanya dipakai untuk tujuan penelitian.Perlu Dilakukan Pemeriksaan untuk Mencari Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Antara lain pemeriksaan feses untuk cacing tambang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan semikuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-Katz, pemeriksaan darah samar dalam feses, endoskopi, barium intake atau barium inloop, tergantung dari dugaan penyebab efisiensi besi tersebut.

EtiologiAnemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, ganguan absorbsi, serta

kehilangan besi akibat perdarahan menahun: Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

- Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. Perdarahan kronik, khususnya uterus atau saluran cerna adalah penyebab yang utama, sebaliknya, defisiensi dari makanan jarang sekali menjadi penyebab tunggal di negara maju. Setengah liter darah mengandung sekitar 250 mg besi, walaupun absropsi besi dari makanan meningkat pada tahap awal defisiensi besi, keseimbngan besi negative biasa terjadi pada perdarahan kronik.

- Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagiaMenorrhagia sulit dinilai secara klinis, walaupun pardarahan berupa bekuan, peggunaan pembalut atau tampon dalam jumlah banyak, atau masa menstruasi yang lama kesemuanya menunjukkan perdarahan yang berlebih.

- Saluran kemih: hematuria- Saluran napas: hemoptoe

Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging). 9

Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan. Kebutuhan yang meningkat selama masa bayi, remaja, kehamilan, menyusui dan pada wanita yang mengalami menstruasi menyebabkan tingginya resiko anemia pada kelompok klinis tersebut. Bayi baru lahir mempunyai cadangan besi yang berasal dari pemecahan eritrosit yang berlebihan. Sejak usia 3 sampai 6 bulan, terdapat kecenderungan kesetimbangan besi negative akibat pertumbuhan. Susu formula bersuplemen serta makan campuran yang diberikan sejak usia 6 bulan, khusunya dengan makanan yang ditambah besi dapat mencegah difisiensi besi.Diperlukan lebih banyak besi untuk meningkatkan massa eritrosit ibu sekitar 35% pada kehamilan, transfer 300 mg besi ke janin, dan karena perdarahan pada saat persalinan. Walaupun absorpsi besi juga meningkat, terapi besi serigkali diperlukan bilah hemoglobin turun sampai

9

Page 10: Laporan Tugas Family Folder Vifin

kurang dari 10 g/dl atau MCV dibawah 82 fl pada trimester ketiga. Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Diperkirakan perlu 8 tahun bagi seorang pria dewasa normal untuk menderita anemia defisiensi besi hanya akibat diet yang buruk atau malabsorbsi yang menyebabkan tidak adanya asupan besi sama sekali. Dalam praktek klinik, asupan yang tidak adekuat atau malabsorbsi jarang meupakan penyebab tunggal anemua defisiensi besi, walaupun di negara berkembang dapat terjadi defisiensi besi akibat diet yang buruk seumur hidup, yang teutama terdiri dari biji-bijian dan sayuran. Meskipun demikian, enteropati yang diinduksi gluten, gasterktomi total atau parsial, dan gastritis atopic dapat merupakan factor predisposisi untuk terjadinya defisiensi besi.

Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia.

Terdapat perbedaan pola etiologi ADB di masyarakat dan di lapangan dengan ADB di rumah sakit atau praktek klinik. ADB di lapangan pada umumnya disertai anemia ringan atau sedang, sedangkan di klinikADB pada umumnya disertai anemia derajat berat. Di lapangan faktor nutrisi lebih berperan dibandingkan dengan perdarahan. Fakta, pada penelitian di Desa Jagapati, Bali, mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang mempunyai peran hanya pada sekitar 30% kasus, faktor nutrisi mungkin berperan pada sebagian besar kasus, terutama pada anemia derjat ringan sampai sedang. Sedangkan di klinik, seperti misalnya pada praktek swasta, ternyata perdarahan kronik memegang peran penting, pada laki-laki ialah infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%), sedangkan pada perempuan menorhagia (33%), hemoroid dan cacing tambang masing-masing 17%.7

Epidemiologi Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai baik di klinik

maupun di masyarakat. ADB merupakan anemia yang sangat sering dijumpai di negara berkembang. Dari berbagai data yang dikumpulkan sampai saat ini, didapatkan gambaran prevalensi anemia defisiensi besi seperti tertera pada tabel.

Tabel 6. Prevalensi Anemia Defisiensi Besi di Dunia2

Afrika Amerika Latin IndonesiaLaki dewasa 6% 3% 16-50%

Wanita tak hamil 20% 17-21% 25-48%

Wanita hamil 60% 39-46% 46-92%

Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi ADB di Indonesia. Martoatmojo et al memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan tidak hamil. Pada pensiunan pegawai negeri di Bali didapatkan prevalensi anemia 36% dengan 61% disebabkan oleh karena defisiensi besi. Sedangkan pada penduduk suatu desa di Bali didapatkan angka prevalensi ADB sebesar 27%.

Wanita hamil merupakan segmen penduduk yang paling rentan pada ABD. Di India, Amerika Latin dan Filipina prevalensi ABD pada perempuan hamil berkisar antara 35% sampai 99%. Sedangkan di Bali, pada suatu pungunjung puskesmas didapatkan prevalensi anemia sebesar 50% dengan 75 % anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi. Dalam suatu survei pada 42 desa di Bali yang melibatkan 1684 Perempuan hamil didapatkan prevalensi ADB sebesar 46%, sebagian besar derajat anemia ialah ringan. Faktor risiko yang dijumpai adalah tingkat pendidikan dan kepatuhan meminum pil besi.

Di Amerika Serikat, berdasarkan survei gizi (NHANES tahun1988 sampai tahun 1994, defisiensi besi dijumpai kurang dari 1% pada laid dewasa yang berumur kurang dari 50 tahun, 2-4% pada laki dewasa yang berumur lebih dari 50 tahun, 9-11% pada perempuan masa reproduksi, dan 5-7% pada perempuan pascamenopause.2

Manifestasi klinik

10

Page 11: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Klasifikasi Derajat Defisiensi BesiJika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat dibagi menjadi 3 tingkatan :

Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum terganggu.

Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) : cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.

Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besiGejala Anemia Defisiensi BesiGejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu : gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.Gejala umum anemia Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali sindroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan bails Anemia bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun di bawah 7g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konyungtiva dan jaringan di bawah kuku.Gejala Khas Defisiensi BesiGejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah: Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi

cekung sehingga mirip seperti sendok (Gambar 1). Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai

bercak berwama pucat keputihan Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, tern, dan lain-lain.Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.

Gejala Penyakit DasarPada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya penyakit anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut. Patofisiologi

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron balance. Keadaan ini ditandai dengan penurunan kadar ferritin serum, peningkatan absorpsi besi dalam usus, dan pengecatan besi dalam sumsung tulang negative. Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi akan kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis akan berkurang sehingga menimbulkan gangguan pembentukan eritrosit tapi secara klinis belum tampak, keadaan ini dinamakan iron deficiency erithropoesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorpyrin atau zinc protoporphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun atau TIBC meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferin serum. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibat nya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron

11

Page 12: Laporan Tugas Family Folder Vifin

deficiency anemia. Pada saat itu juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, dan faring serta gejala lainnya. Jika terjadi pengendapan fe yang berlebihan dalam tubuh terutama akan merusak hati, pancreas, dan miokardium (hemokromatosis).8

Penatalaksanaan Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi terhadap anemia defisiensi besi adalah:a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing tambang,

pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron replacement therapy): Terapi Besi Oral

Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif, murah dan aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus) merupakan preparat pilihan pertama oleh karena paling murah tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal.

Preparat lain: ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate dan ferrous succinate. Sediaan ini harganya lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama dengan sulfas ferosus. Terdapat juga bentuk sediaan enteric coated yang dianggap memberikan efek samping lebih rendah, tetapi dapat mengurangi absorbsi besi.

Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong. tetapi efek samping lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien yang mengalami intoleransi, sulfas ferosus dapat diberikan saat makan atau setelah makan.

Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal yang dijumpai pada 15 sampai 20%. yang sangat mengurangi kepatuhan pasien. Keluhan ini dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk mengurangi efek samping besi diberikan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3 x 100 mg.

Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang menganjurkan sampai 12 bulan, setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100 sampai 200 mg. Jika tidak diberikan dosis pemeliharaan, anemia sering kambuh kembali.

Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C, tetapi dapat meningkatkan efek samping terapi. Dianjurkan pemberian diet yang banyak mengandung hati dan daging yang banyak mengandung besi.

Terapi besi parenteralTerapi besi parenteral sangat efektif tetapi mernpunyai risiko lebih besar dan harganya lebih mahal. Oleh karena risiko ini maka besi parenteral hanya diberikan atas indikasi tertentu. Indikasi pemberian besi parenteral adalah:

- intoleransi terhadap pemberian besi oral- kepatuhan terhadap obat yang rendah- gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi- penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi- keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup

dikompensasi oleh pemberian besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic teleangiectasia

- kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan trimester tiga atau sebelum operasi

- defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.

12

Page 13: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi /ml), iron sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah iron ferric gluconate daniron sucrose yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan secara intramuskular dalam atau intravena pelan. Pemberian secara intramuskular memberikan rasa nyeri dan memberikan warna hitam pada kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, meskipun jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan sinkop.

Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg. Dosis yang diberikan dapat dihitung melalui rumus di bawah ini:

Dosis ini dapat diberikan sekaligus atau diberikan dalam beberapa kali pemberian.

Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg

c. Pengobatan lain diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal

dari protein hewani vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi transfusi darah: ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi

darah pada anemia kekurangan besi adalah: 1. Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung.2. Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang

sangat menyolok.3. Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepatseperti path

kehamilan trimester akhir atau preoperasi.Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.2

Pencegahan Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:

1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.

2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.

3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu. 4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu

meningkatkan penyerapan zat besi. Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi. Asupan zat besi yang memadai juga penting untuk bayi, vegetarian ketat dan pelari jarak jauh. Beberapa orang dengan beresiko tinggi terkena defisiensi besi harus di pertimbangkan dalam menggunakan terapi profilaksis. Orang-orang yang memerlukan terapi profilaksis tersebut adalah bayi, wanita hamil, anak-anak, pendonor darah, orang yang menggunakan terapi aspirin dosis tinggi.2,4

Komplikasi Anemia defisiensi besi mengurangi kinerja dengan memaksa otot untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi dari pada orang sehat, selama metabolisme anaerobik. Hal ini diyakini karena kekurangan enzim pernapasan yang mengandung besi daripada anemia.

Anemia berat karena penyebab apapun dapat menyebabkan hipoksemia dan meningkatkan terjadinya insufisiensi koroner dan iskemia miokard. Demikian pula, dapat memperburuk status paru pasien dengan penyakit paru kronis.

13

Page 14: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Cacat dalam struktur dan fungsi jaringan epitel dapat diamati pada defisiensi besi. Kuku menjadi rapuh atau kaku dengan perkembangan koilonychia (kuku berbentuk sendok). Lidah dapat menunjukkan atrofi papila lingual dan tampak mengkilap. Angular stomatitis dapat terjadi dengan fisure di sudut-sudut mulut. Disfagia mungkin terjadi dengan makanan padat, dengan anyaman dari mukosa pada pertemuan hipofaring dan esofagus (Plummer-Vinson sindrom); hal ini dapat dikaitkan dengan karsinoma sel skuamosa daerah krikoid. Atrophic gastritis terjadi pada defisiensi zat besi dengan kehilangan progresif sekresi asam, pepsin, dan faktor intrinsik dan pengembangan antibodi untuk sel parietal lambung. vili usus kecil menjadi tumpul.

Intoleransi udara dingin berkembang di seperlima dari pasien dengan anemia kekurangan zat besi kronis dan terjadi oleh karena gangguan vasomotor, nyeri neurologik, atau mati rasa dan kesemutan.

Anemia defisiensi besi berat dapat dikaitkan dengan papilledema, peningkatan tekanan intrakranial, dan gambaran klinis cerebri pseudotumor. Manifestasi ini diperbaiki dengan terapi besi.

Gangguan fungsi imun dilaporkan pada pasien kekurangan zat besi, dan ada laporan bahwa pasien rentan terhadap infeksi, namun bukti bahwa hal tersebut adalah akibat langsung yang disebabkan oleh kekurangan zat besi kurang meyakinkan karena adanya faktor lain.

Anak-anak kekurangan zat besi mungkin menunjukkan gangguan perilaku. Gangguan perkembangan neurologis pada bayi dan kinerja skolastik berkurang pada anak usia sekolah. IQ anak-anak sekolah dengan defisiensi zat besi terlihat lebih rendah daripada anak seusianya. Gangguan perilaku dapat bermanifestasi sebagai gangguan defisit perhatian. Pertumbuhan terganggu pada bayi dengan defisiensi besi. Semua manifestasi dapat membaik pada terapi besi.2,4

Prognosis Anemia defisiensi zat besi adalah gangguan yang mudah diobati dengan hasil yang sangat baik, namun bisa buruk jika disebabkan oleh suatu keadaan yang mendasarinya memiliki prognosis buruk, seperti neoplasia. Demikian pula, prognosis dapat diubah oleh suatu kondisi penyerta seperti penyakit arteri koroner.4

Daftar Pustaka 1. Conrad, Marcel. Iron deficiency anemia workup. 4 Agustus 2009. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/202333-workup#showall.Diunduh 19 April 20152. Isselbacher, Braunwald. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta :

EGC ; 2000. h. 1929-313. Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta:

EGC; 2009.h.1514. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK UI;

2006.h.634-405. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun Patologi Klinik

Hematologi. Jakarta: FK UKRIDA; 2009. h.38-43 ; 69-74; 79-81; 886. Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Sudiono, Herawati, dkk. Penuntun patologi klinik

hematologi. Jakarta: FK UKRIDA ; 2009. h.109

14

Page 15: Laporan Tugas Family Folder Vifin

7. A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. Kapita selekta hematologi Ed. 4. Jakarta : EGC, 2005.h.35-7

8. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Essensial haematology. Jakarta: EGC; 2005.h.28-31

Gambar 1. Teras Depan Rumah

15

Page 16: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Gambar 2. Ventilasi dan Pencahayaan Rumah

Gambar 3. Ruang Tengah

Gambar 4. Dapur

16

Page 17: Laporan Tugas Family Folder Vifin

Gambar 5. Kamar mandi

Gambar 6. Kamar Tidur

Gambar 7. Tempat Pembuangan Sampah dan Jemuran

17

Page 18: Laporan Tugas Family Folder Vifin

18