laporan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma pelvis.docx

33
LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS Written By Boby Kurniawan on Tuesday, 9 April 2013 | 18:51 BAB 1 KAJIAN TEORI A. Trauma Pelvis Merupakan 5 % dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. 10% diantaranya disertai trauma pada alat – alat dalam rongga panggul seperti uretra, buli – buli, rektum serta pembuluh darah. B. Mekanisme / patofisiologi trauma pelvis Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan osteomalasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis. Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas: 1. Kompresi anteroposterior Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open book injury. 2. Kompresi lateral Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena

Upload: nia-kurnia

Post on 01-Jan-2016

571 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

KMB

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS

Written By Boby Kurniawan on Tuesday, 9 April 2013 | 18:51

BAB 1KAJIAN TEORI

A.      Trauma Pelvis

Merupakan 5 % dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi akibat kecelakaan lalu

lintas. 10% diantaranya disertai trauma pada alat – alat dalam rongga panggul seperti uretra,

buli – buli, rektum serta pembuluh darah.

B.       Mekanisme / patofisiologi trauma pelvis

Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar atau

karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan osteomalasia dapat

terjadi fraktur stress pada ramus pubis.

Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas:

1.         Kompresi anteroposterior

Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan. Ramus pubis

mengalami fraktur, tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan

simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open book injury.

2.         Kompresi lateral

Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. Hal ini terjadi

apabila ada trauma samping karena kecalakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada

keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami fraktur dan bagian

belakang terdapat strain dari sendi sakroiliaka atau fraktur ilium atau dapat pula fraktur ramus

pubis pada sisi yang sama.

3.         Trauma vertikal

Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal disertai fraktur ramus

pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi yang sama. Hal ini terjadi apabila seseorang

jatuh dari ketinggian pada satu tungkai

4.         Trauma kombinasi

Page 2: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.

C.      Manifestasi klinis trauma pelvis

Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel yang dapat

mengenai organ – organ lain dalam panggul. Keluhan berupa gejala pembengkakan,

deformitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul. Penderita datang dalam keadaan

anemia dan syok karena perdarahan yang hebat. Terdapat Anamnesis:

a. Keadaan dan waktu trauma

b. Miksi terakhir

c. Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir

d. Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasi

e. Trauma lainnya seperti trauma pada kepala

Pemeriksaan klinik:

a. Keadaan umum

- Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi

- Lakukan survei kemungkinan trauma lainnya

b. Lokal

- Pemeriksaan nyeri: Tekanan dari samping cincin panggul, Tarikan pada cincin panggul

- Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan, pembengkakan dan deformitas

- Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramus dan simfisis pubis

- Pemeriksaan colok dubur

D.      Berdasarkan klasifikasi Tile:

-           Fraktur Tipe A: pasien tidak mengalami syok berat tetapi merasa nyeri bila berusaha

berjalan. Terdapat nyeri tekan lokal tetapi jarang terdapat kerusakan pada visera pelvis.

-           Fraktur Tipe B dan C: pasien mengalami syok berat, sangat nyeri dan tidak dapat berdiri,

serta juga tidak dapat kencing. Kadang – kadang terdapat darah di meatus eksternus. Nyeri

tekan dapat bersifat lokal tetapi sering meluas, dan jika menggerakkan satu atau kedua ala

ossis ilium akan sangat nyeri.

E.                 Pemeriksaan penunjang trauma pelvis

a.         Pemeriksaan radiologis:

-           Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan radiologis dengan prioritas

pemeriksaan rongent posisi AP.

Page 3: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna bila keadaan umum

memungkinkan.

b. Pemeriksaan urologis dan lainnya:

-           Kateterisasi

-           Ureterogram

-           Sistogram retrograd dan postvoiding

-           Pielogram intravena

-           Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal

F.                 Penatalaksanaan trauma pelvis

a. Tindakan operatif bila ditemukan kerusakan alat – alat dalam rongga panggul

b. Stabilisasi fraktur panggul, misalnya:

-           Fraktur avulsi atau stabil diatasi dengan pengobatan konservatif seperti istirahat, traksi,

pelvic sling

-           Fraktur tidak stabil diatasi dengan fiksasi eksterna atau dengan operasi yang dikembangkan

oleh grup ASIF

Berdasarkan klasifikasi Tile:

-           Fraktur Tipe A: hanya membutuhkan istirahat ditempat tidur yang dikombinasikan dengan

traksi tungkai bawah. Dalam 4-6 minggu pasien akan lebih nyaman dan bisa menggunakan

penopang.

-           Fraktur Tipe B:

        Fraktur tipe openbook

Jika celah kurang dari 2.5cm, diterapi dengan cara beristirahat ditempat tidur, kain

gendongan posterior atau korset elastis.

Jika celah lebih dari 2.5cm dapat ditutup dengan membaringkan pasien dengan cara miring

dan menekan ala ossis ilii menggunakan fiksasi luar dengan pen pada kedua ala ossis ilii.

        Fraktur tipe closebook

Beristirahat ditempat tidur selama sekitar 6 minggu tanpa fiksasi apapun bisa dilakukan, akan

tetapi bila ada perbedaan panjang kaki melebihi 1.5cm atau terdapat deformitas pelvis yang

nyata maka perlu dilakukan reduksi dengan menggunakan pen pada krista iliaka.

-           Fraktur Tipe C

sangat berbahaya dan sulit diterapi. Dapat dilakukan reduksi dengan traksi kerangka yang

dikombinasikan fiksator luar dan perlu istirahat ditempat tidur sekurang – kurangnya 10

Page 4: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

minggu. Kalau reduksi belum tercapai, maka dilakukan reduksi secara terbuka dan

mengikatnya dengan satu atau lebih plat kompresi dinamis.

G.      Komplikasi trauma pelvis

a.         Komplikasi segera

-         Trombosis vena ilio femoral : sering ditemukan dan sangat berbahaya. Berikan antikoagulan

secara rutin untuk profilaktik.

-         Robekan kandung kemih : terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis atau tusukan dari bagian

tulang panggul yang tajam.

-         Robekan uretra : terjadi karena adanya disrupsi simfisis pubis pada daerah uretra pars

membranosa.

-         Trauma rektum dan vagina

-         Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan perdarahan masif sampai syok.

-         Trauma pada saraf :

        Lesi saraf skiatik : dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat operasi. Apabila dalam

jangka waktu 6 minggu tidak ada perbaikan, maka sebaiknya dilakukan eksplorasi.

        Lesi pleksus lumbosakralis : biasanya terjadi pada fraktur sakrum yang bersifat vertikal

disertai pergeseran. Dapat pula terjadi gangguan fungsi seksual apabila mengenai pusat saraf.

b.        Komplikasi lanjut

-           Pembentukan tulang heterotrofik : biasanya terjadi setelah suatu trauma jaringan lunak yang

hebat atau setelah suatu diseksi operasi. Berikan Indometacin sebagai profilaksis.

-           Nekrosis avaskuler : dapat terjadi pada kaput femur beberapa waktu setelah trauma.

-           Gangguan pergerakan sendi serta osteoartritis sekunder : apabila terjadi fraktur pada daerah

asetabulum dan tidak dilakukan reduksi yang akurat, sedangkan sendi ini menopang berat

badan, maka akan terjadi ketidaksesuaian sendi yang akan memberikan gangguan pergerakan

serta osteoartritis dikemudian hari.

-           Skoliosis kompensator

BAB II

PEMBAHASAN

Trauma Pelvis Perempuan riwayat KLL dengan terlempar dari becak sejauh 5m,

ditemukan di pinggiran pagar selokan. Mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, ada luka

Page 5: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

aberasi di sekitar tonjolan tulang panggul. Pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada

psias kanan kiri, teraba krepitasi. Respirasi : 28x/menit, N : 120x/menit, TD : 110/90 mmHg.

A.     Pengkajian

1.        Data subyektif

-         Pasien mengalami trauma pada pelvis

-         Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

2.        Data obyektif

-         Respirasi : 28x/menit

-         Nadi : 120x/menit

-         TD : 110/90 mmHg

-         Teraba krepitasi pada psias kanan kiri

-         Ada luka di sekitar tonjolan tulang panggul

B.     Diagnosa keperawatan

1.        Nyeri akut (00132)

Domain 12 : comfort

Class 1 : physical comfort

Definisi : sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang timbul dari

kerusakan jaringan aktual atau potensial atau penggambaran dari kerusakan (International

association for the study of pain); yang terjadi tiba-tiba atau secara pelan-pelan dari intensitas

ringan hingga berat dengan diantisipasi atau dapat diprediksi dan dalam waktu kurang dari 6

bulan.

Defining characteristics :

a.                   Perubahan respirasi (normalnya 12-20x/menit)

b.                  Laporan secara verbal dari pasien

Faktor yang berhubungan :

Agen injuri

  NOC (Nursing Outcome Classifications) :

a.        Comfort level (tingkat kenyamanan)

Definisi : Perasaan fisik dan psikologi yang tenang

Indikator :

Page 6: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Melaporkan kesejahteraan fisik

-           Melaporkan kepuasan dengan kontrol gejala

-           Melaporkan kesejahteraan psikologis

-           Mengekspresikan kepuasan dengan kontrol nyeri

b.        Pain Control (kontrol nyeri)

Definisi : Tindakan seseorang untuk mengatasi nyeri

Indikator

-           Mengenal penyebab nyeri

-           Mengenal onset nyeri

-           Menggunakan tindakan pencegahan

-           Menggunakan pertolongan non-analgetik

-           Menggunakan analgetik dengan tepat

-           Mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan

-           Menggunakan sumber-sumber yang ada

-           Mengenal gejala nyeri

-           Melaporkan gejala-gejala kepada tenaga kesehatan profesional

-           Melaporkan kontrol nyeri

c.         Pain Level (Tingkat nyeri)

Definisi : Gambaran nyeri atau nyeri yang ditunjukkan

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan

gangguan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :

-         Melaporkan nyeri berkurang

-         Tidak menununjukkan ekspersi wajah menahan nyeri

-         Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

-         Tidak mual

-         Tanda vital dalam rentang normal

  Nursing Intervention Classification (NIC) Pain Acute

a.         Pemberian Analgetik

Definisi: Menggunakan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

Aktivitas

-           Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan berat nyeri sebelum memberikan

pengobatan

Page 7: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik

-           Kaji adanya alergi obat

-           Pilih analgetik atau kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu

obat.

-           Tentukan pilihan jenis analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti inflamasi non

steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri

-           Pilih rute, IV,IM untuk pemberian pengobatan injeksi

-           Berikan tanda pada narkotik dan obat terbatas lain, sesuai dengan protokol

-           Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama kali atau

jika muncul tanda yang tidak biasanya

-           Berikan analgetik lain dan atau pengobatan lain jika diperlukan untuk memperkuat reaksi

analgetik

-           Evaluasi keefektifan analgetik dengan frekuensi interval teratur setiap pemberian, tetapi

terutama setelah dosis awal, observasi tanda dan gejala serta efek obat (misalnya depresi

pernafasan, mual muntah, mulut kering, dan konstipasi)

-           Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul

-           Evaluasi dan dokumentasikan tingkat sedasi pasien yang mendapatkan opioid.

-           Lakukan tindakan untuk mengurangi efek analgetik (misal konstipasi dan iritasi lambung)

-           Kolaborasikan dengan dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval

diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan analgetik

b.        Cutaneus stimulation : stimulasi pada kutan

Definisi:  Stimulasi pada kulit dan dibawah jaringan untuk menurunkan tanda dan gejala yang

tidak diinginkan seperti nyeri, spasme otot, atau inflamasi

Aktivitas

-           Diskusikan variasi metode pada stimulasi kulit, efeknya terhadap sensasi, dan harapan pasien

selama kegiatan

-           Seleksi strategi stimulasi kutan yang spesifik, berdasar pada keinginan pasien, kemampuan

untuk berrpartisipasi, kesukaan, dukungan orang dekat, dan kontraindikasi

-           Lakukan sesuai indikasi, frekuensi, dan prosedur aplikasi

-           Aplikasikan stimulasi secara langsung disekitar area yang dipakai

-           Pilih tempat stimulasi, pertimbangkan alternatif tempat lain jika aplikasi langsung tidak

memungkinkan

-           Pertimbangkan titik penekanan pada area yang distimulasi, jika mungkin

-           Tentukan lama dan frekuensi stimulasi, sesuai metode yang dipakai

Page 8: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Anjurkan untuk menggunakan stimulasi yang teratur, jika mungkin

-           Ajak keluarga untuk berpartisipasi, jika mungkin

-           Seleksi metode atau tempat alternatif untuk stimulasi, jika tujuan tidak dapat tercapai 

-           Hentikan stimulasi, jika nyeri bertambah atau terjadi iritasi kulit

-           Evaluasi dan dokumentasikan respon klien selama stimulasi

c.         Pemberian Medikasi

Definisi:  Menyiapkan, memberikan, dan mengevaluasi keefektifan obat yag diresepkan dan

yang tidak diresepkan dokter

Aktivitas

-           Kembangkan kebijakan dan prosedur untuk keakuratan dan keamanan pemberian pengobatan

-           Kembangkan dan gunakan lingkungan yang aman dan efisien dalam pemberian pengobatan

-           Lakukan prinsip 5 benar

-           Verifikasi peresepan obat sebelum memberikan pengobatan

-           Menentukan dan atau merekomendasikan pengobatan, jika sesuai, menurut kewenangan

peresepan dokter

-           Monitor alergi, interaksi, dan kontraindikasi dari pengobatan

-           Catat jika pasien alergi terhadap pengobatan dan hentikan pengobatan

-           Pastikan hipnotik, narkotik, dan antibiotik tidak diteruskan atau diorderkan kembali setiap

hari

-           Siapkan pengobatan menggunakan peralatan yang tepat dan teknik pemberian obat yang

benar

-           Hindari memberikan obat yang tidak terlabel dengan baik

-           Monitor tanda vital dan hasil laboratorium sebelum pemberian obat

-           Berikan obat sesuai teknik dan rutenya

-           Monitor efek samping pada pasien, toksisitas, dan interaksi dari pemberian obat

-           Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien, menurut pedoman yang ada

d.        Manajemen Nyeri

Definisi: Teknik mengurangi nyeri sampai tingkat nyaman yang dapat diterima oleh pasien

Aktivitas

-           Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi

-           Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam

ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif

-           Berikan analgetik sesuai dengan anjuran

Page 9: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri

-           Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan,

aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran

-           Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,  keluarga dengan nyeri kronis

-           Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan

-           Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan

pencegahan

-           Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap

ketidaknyamanan  (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll)

-           Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik,

distraksi, aplikasi panas-dingin, massase, TENS, hipnotis, terapi bermain, terapi aktivitas,

akupresusure)

-           Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri

-           Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup

-           Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat

-           Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan

-           Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri

-           Lakukan pengkajian terhadap pasien dengan nyaman dan lakukan monitoring dari rencana

yang dibuat

-           Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, dukungan dari keluarga dekat dan

kontraindikasi ketika strategi penurun nyeri telah dipilih

-           Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika strategi penurun nyeri telah dipilih

-           Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain unntuk memilh

tenik non farmakologi

-           Berikan analgetik yang berguna optimal

-           Gunakan PCA (Patient Controlled Analgesia)

-           Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi

-           Berikan analgetik sebelum perawatan dan atau strategi nonfarmakologi sebelum prosedur

yang menyakitkan

-           Modifikasi kontrol nyeri sesuai respon pasien

-           Gunakan pendekatan multidisiplin dalam penanganan nyeri

-           Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dan respon

terhadap pengalaman nyeri

-           Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri

Page 10: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

2.        Gangguan mobilitas fisik (00085)

Domain 4 : activity/rest

Class 2 : activity/exercise

Definisi : keterbatasan pada kemandirian, pergerakan fisik dari tubuh dengan maksud tertentu

atau dari salah satu atau lebih dari ekstremitas.

Defining characteristics :

-                     Keterbatasan pergerakan

-                     Keterbatasan kemampuan untuk melakukan gerak yang benar

Faktor yang berhubungan :

-                     Intoleransi aktivitas

-                     Kehilangan integritas dari struktur tulang

-                     Gangguan musculoskeletal

-                     Nyeri

-                     Pembatasan bergerak sesuai medikasi dari medis

  NOC (Nursing Outcome Classifications):

a.         Joint Movement : Active

Range of Motion pada sendi

b.        Mobility Level

Kemampuan untuk bergerak dengan tujuan tertentu

c.         Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria

hasil:

        Klien meningkat dalam aktivitas fisik

        Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

        Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

        Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

  Nursing Intervention Classification (NIC) Gangguan Mobilitas Fisik

a.       Perawatan Bed Rest

b.      Pengaturan posisi

a.       Perawatan Bed Rest

Page 11: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

Definisi: dukungan kenyamanan dan keamanan dan pencegahan komplikasi pada pasien yang

tidak mampu untuk turun dari tempat tidur

Aktivitas

-           Jelaskan alasan mengapa pasien perlu bed rest

-           Letakkan pada bed yang tepat

-           Hindari penggunaan kasur yang teksturnya kasar

-           Jaga linen kasur tetap bersih, kering dan bebas dari kerutan

-           Gunakan perlengkapan pelindung bagi pasien pada bed

-           Monitor kondisi kulit

-           Melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif

-           Tingkatkan kebersihan

-           Bantu aktivitas sehari-hari pasien

-           Monitor fungsi perkemihan

-           Monitor terhadap konstipasi

-           Monitor status pernafasan

b.      Pengaturan posisi

Definisi: penentuan penempatan pasien atau bagian tubuh pasien untuk mendukung fisik dan

psikologis yang baik

Aktivitas

-           Meletakkan pasien pada tempat tidur yang sesuai

-           Membantu pasien dalam perubahan posisi

-           Monitor status oksigen/ pernafasan sebelum dan setelah perubahan posisi dilakukan

-           Pemberian dukungan pada bagian tubuh yang perlu diimobilisasikan

-           Fasilitasi posisi yang mendukung ventilasi/ perfusi

-           Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

-           Cegah penempatan pasien pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri

-           Minimalkan gesekan ketika positioning

-           Posisikan pasien pada posisi yang mendukung drainase perkemihan

-           Posisikan pada posisi yang dapat mencegah penekanan pada luka

-           Instruksikan pasien terkait bagaimana postur yang baik

-           Atur jadwal perubahan posisi pada pasien

c.         Resiko infeksi (00004)

Domain 11 : safety/protection

Page 12: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

Class 1 : infection

Definisi : terjadi peningkatan resiko terhadap terjangkitnya organisme patogenik

Faktor resiko :

-                     Pertahanan primer yang inadekuat ( kerusakan kulit, jaringan traumatis)

-                     Prosedur invasif

-                     Trauma

  NOC (Nursing Outcome Classifications):

1). Immune Status : ketahanan (natural dan didapat) yang adekuat terhadap antigen eksternal dan

internal.

2). Knowledge : Infection control

Peningkatan pemahaman mengenai pencegahan dan kontrol infeksi

3). Risk control

Tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi ancaman kesehatan yang aktual, personal,

dan modifikasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

                    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

                    Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

                    Jumlah leukosit dalam batas normal

                    Menunjukkan perilaku hidup sehat

                    Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

  Nursing Intervention Classification (NIC) Resiko Infeksi

a.       Kontrol Infeksi

Definisi: Meminimalkan paparan dan transmisi agen infeksi

Aktivitas

-           Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien

-           Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan

-           Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu

-           Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan

pasien

-           Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

-           Lakukan universal precautions

-         Gunakan sarung tangan steril

Page 13: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-         Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV

-         Lakukan teknik perawatan luka yang tepat

-         Tingkatkan asupan nutrisi

-         Anjurkan asupan cairan

-         Anjurkan istirahat

-         Berikan terapi antibiotik

b.        Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko

Aktivitas

-           Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

-           Monitor kerentanan terhadap infeksi

-           Monitor angka granulosit, WBC dan hasil yang berbeda

-           Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

-           Berikan perawatan kulit yang tepat pada area edematous

-           Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, atau drainase

-           Ispeksi kondisi luka

-           Dukungan masukkan nutrisi yang cukup

-           Dukungan masukan cairan

-           Dukungan istirahat

-           Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

c.       Skin surveillance/ pengawasan terhadap kulit

Definisi: Mengkoleksi dan menganalisis data pasien untuk mempertahankan integritas kulit dan

membran mukosa

Aktivitas

-           Mengamati ekstremitas terhadap kemerahan, panas, bengkak, tekanan, tekstur, edema dan

ulserasi

-           Mengamati kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas yang ekstrim, atau

drainase

-           Monitor kulit pada area yang kemerahan dan mengalami kerusakan

-           Monitor terhadap sumber penekanan dan friksi/ gesekan

-           Monitor terhadap infeksi

-           Monitor kulit dan membran mukosa terhadap area yang mengalami perubahan warna dan

memar

-           Monitor kulit terhadap kekeringan dan kelembaban yang berlebihan

Page 14: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

-           Monitor warna kulit

d.      Perawatan luka

Definisi: Mencegah komplikasi luka dan meningkatkan kesembuhan

Aktivitas

-           Monitor karakteristik luka meliputi drainase, warna, ukuran dan bau

-           Bersihkan luka dengan NaCl (normal saline)

-           Pertahankan teknik steril dalam perawatan luka

-           Inspeksi luka setiap melakukan pergantian dreesing

-           Bandingkan dan laporkan adanya perubahan pada luka secara reguler

-           Atur posisi untuk mencegah tekanan pada daerah luka

-           Tingkatkan intake cairan

-           Ajarkan pada pasien/anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka

-           Ajarkan pada pasien/anggota keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

-           Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan penampakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.2009.Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2009-2011.USA :

Wiley-Blackwell.

Johnson, M., Mass, M., Moorhead, S., 2000.  Nursing Outcomes Classification (NOC) second

edition. Missouri : Mosby

Dochterman, Joanne M., Bulecheck, Gloria N.2003.Nursing Intervention classification (NIC) 4 th

Edition.Missouri : Mosby

askep fraktur pelvis

Page 15: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

1. DEFINISI

Fraktur pelvis berhubungan dengan injuri arteri mayor, saluran kemih bagian bawah,

uterus, testis, anorektal dinding abdomen, dan tulang belakang. Dapat menyebabkan

hemoragi (pelvis dapat menahan sebanyak + 4 liter darah) dan umumnya timbul manifestasi

klinis seperti hipotensi, nyeri dengan penekanan pada pelvis, perdarahan peritoneum atau

saluran kemih.

Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa.

Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur pelvis relatif umum namun terutama lazim

dengan fraktur berkekuatan-tinggi. Kira-kira 15–30% pasien dengan cedera pelvis

berkekuatan-tinggi tidak stabil secara hemodinamik, yang mungkin secara langsung

dihubungkan dengan hilangnya darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab

utama kematian pada pasien dengan fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka kematian

antara 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan-tinggi rangkaian besar.

2. ETIOLOGI

1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat

tersebut.

2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan.

3. Proses penyakit: kanker dan riketsia.

4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan

fraktur kompresi tulang belakang.

5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat

menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

3. MANIFESTASI KLINIS

Page 16: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah riwayat kecelakaan sehingga luasnya

trauma tumpul dapat diperkirakan. Sedangkan untuk trauma penetrasi, pengkajian yang perlu

dilakukan adalah posisi masuknya dan kedalaman. Klien dapat menunjukkan trauma

abdomen akut. Pada kedua tipe trauma terjadi hemoragi baik baik internal maupun eksternal.

Jika terjadi rupture perineum, manifestasi peritonitis berisiko muncul,seluruh drainase

abdomen perlu dikaji untuk mengetahui isi drainase tersebut.

Bilas abdomen umumnya dilakukan untuk mengkaji adanya perdarahan diseluruh

abdomen yang mengalami luka, dengan cara memasukkan cairan kristaloid ke dalam rongga

peritoneum diikuti dengan paracentesis (rainase isi abdomen).Catat dan dokumentasikan

warna dan jumlah drainase.

4. KOMPLIKASI

1.      Komplikasi awal

a)      Shock Hipovolemik/traumatik

Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan

kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock

hipovolemi.

b)      Emboli lemak

c)      Tromboemboli vena

Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest.

d)     Infeksi

Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda

infeksi dan terapi antibiotik.

e)      Sindrom kompartemen

2. Komplikasi lambat

a. Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan

biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses

Page 17: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang.

b. Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini

disebabkan oleh fibrous union atau pseudoarthrosis.

c. Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan

bentuk).

d. Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang.

5. PATOFLOW

Page 18: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

 

6.

PENCEGAHAN

Pencegahan fraktur pelvis yaitu:

Daya 

Fraktur 

Terbuka 

Infeksi 

Reduksi 

Debdridemen 

Delayed Union 

Debdridemen 

Union

 

Malunion 

Page 19: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

1. dengan membuat lingkungan lebih aman

2. mengajarkan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai pada saat

bekerja berat.

7. PENATALAKSANAAN

1. Rekognisi:

menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di

rumah sakit.

a. Riwayat kecelakaan

b. Parah tidaknya luka

c. Diskripsi kejadian oleh pasien

d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah

e. Krepitus

2. Reduksi:

reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips

b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan,

biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam

medula tulang.

3. Retensi:

menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-

fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

4. Rehabilitasi:

Page 20: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan

fraktur karena sering kali pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang

sempurna (latihan gerak dengan kruck).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

1)      Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

2)      Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal

3)      Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan

bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP

adalah respons stress normal setelah trauma.

4)      CT scan merupakan pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan untuk mengkaji injuri

intrra abdomen Angiografi, pielografi intravena dan pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk

mengkaji derajat trauma pada organ yangberbeda.

9. PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, perlindungan yang

diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien atau klien dengan

menggunakan metode proses keperawatan. (Nasrul Efendy, 1995)

1. Pengkajian pada Pasien Fraktur

Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :

1. Aktivitas/istirahat

Tanda  : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur

itu sendiri, atau trjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)

2. Sirkulasi

Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas), atau

hipotensi (kehingan darah)

3. Neurosensori

Page 21: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

Gejala  :   Hilang gerak/sensasi,spasme otot Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda : Demormitas local; angulasi abnormal, pemendakan,ratotasi,krepitasi

(bunyi berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi).

4. Nyeri/kenyamanan

Gejala                 :     Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada arah

jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan

saraf.

5. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala                 :     Lingkungan cidera

Pertimbangan     :     DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari, panggul/pelvis

6-7 hari, lain-lainya 4 hari bila memerlukan perawatan dirumah sakit.

10. DIAGNOSA

NO

.

DX KEP Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan rasa nyaman,

nyeri berhubungan

dengan fraktur/trauma.

Tujuan :

Kebutuhan rasa

nyaman nyeri

terpenuhi.

a : Pertahankan

imobilisasi pada

bagian yang patah

dengan cara bed

rest, gips,    spalek,

traksi

b : Meninggikan

dan melapang 

bagian kaki yang

fraktur

c : Evaluasi rasa

nyeri, catat tempat

nyeri, sifat,

intensitas, dan

a. Mengurangi rasa

nyeri dan

mencegah dis

lokasi tulang dan

perluasan luka

pada  jaringan.

b.   Meningkatkan

aliran darah,

mengurangi edema

dan mengurangi

rasa nyeri.

c.   Mempengaruhi

penilaian

intervensi, tingkat

Page 22: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

tanda-tanda nyeri

non verbal

d.  : Kolaborasi

dalam pemberian

analgetik

kegelisahan

mungkin akibat

dari presepsi/reaksi

terhadap nyeri.

d.   Diberikan obat

analgetik untuk

mengurangi rasa

nyeri.

2 Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan

kerusakan rangka/tulang

neuromuskuler.

Tujuan :

ekstremitas yang

rusak dapat

digerakkan.

a.  : Kaji tingkat

mobilitas yang bisa

dilakukan pasien

b. : Anjurkan gerak

aktif pada

ekstremitas yang

sehat

c. : Pertahankan

penggunaan spalek

dan elastis verban

a. : Mengetahui

kemandirian pasien

dalam mobilisasi

b. : Rentang gerak

meningkatkan

tonus atau kekuatan

otot serta

memperbaiki

fungsi jantung dan

pernafasan

c.   :

Mempertahankan

imobilisasi pada

tulang yang patah.

3 Resiko tinggi terhadap

infeksi berhubungan

dengan alat fiksasi

invasive.

Tujuan                  

: Tidak terjadi

adanya infeksi

a.   Kaji tanda vital

dan tanda infeksi.

b. Ganti balutan

luka secara septik

aseptik setiap hari

c.   Anjurkan 

pasien untuk

menjaga

kebersihan.

a.   Mengetahui

keadaan umum

pasien dan dugaan

adanya infeksi.

b.   Meminimalkan

infeksi sekunder

dari alat yang

digunakan.

c.   Untuk

Page 23: LAPORAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS.docx

mencegah

kontaminasi

adanya infeksi.

4 Cemas/ takut/ berduka Mengatasi cemas/

takut/ berduka

Klien menerima

keadaan,

ekspresi,wajah

tampak tenang

Beri kesempatan

pada klien untuk

mengekspresikan

perasaannya

5 Gangguan perawatan diri Memperbaiki

cairan tubuh

Harga diri

meningkat

berperan aktif

selama rehabilitasi

Kaji kemampuan

klien perawatan

diri