laporan tahunan tahun 2016 -...
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya atas
Rahmat dan HidayahNya sehingga Laporan Tahunan Dinas Pertanian Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 telah selesai disusun.
Buku Laporan Tahunan ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas
Pelaksanaan Program/Kegiatan Pembangunan Pertanian yang bersumber dari
anggaran APBD/Rutin dan anggaran APBN mulai bulan Januari s/d Desember
2016 berdasarkan laporan dari masing-masing Sekretariat / Bidang / UPTD
lingkup Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta.
Disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan
laporan ini di masa mendatang .
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
penyusunan laporan tahunan ini diucapkan banyak terima kasih. Semoga
Laporan ini bermanfaat.
Yogyakarta, Desember 2016
Kepala Dinas
IR. SASONGKO, M.Si. NIP 19591216 198603 1 007
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
i
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II KEADAAN UMUM 12
BAB III SEKRETARIAT 21
BAB IV BIDANG TANAMAN PANGAN 42
BAB V BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA 50
BAB VI BIDANG PETERNAKAN 62
BAB VII BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERTANIAN 76
BAB VIII UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPTD) LINGKUP DINAS
PERTANIAN D.I.YOGYAKARTA 89
BAB IX PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA 406
BAB X KESIMPULAN DAN SARAN 416
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan unsur
Pelaksana Pemerintah Daerah dibidang pertanian yang dibentuk melalui
Peraturan Gubernur DIY Nomor: 94 Tahun 2015 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tatakerja Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas Pertanian dan Peraturan Gubernur DIY
Nomor: 64 Tahun 2015, tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Pertanian
yang menyebutkan bahwa struktur Dinas Pertanian Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta terdiri atas seorang Kepala Dinas dibantu oleh:
1. Sekretariat, terdiri dari:
a. Subbagian Umum;
b. Subbagian Kepegawaian dan Keuangan; dan
c. Subbagian Program dan Informasi.
2. Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari:
a. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan
b. Seksi Produksi Tanaman Pangan; dan
c. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Pangan.
3. Bidang Tanaman Hortikultura, terdiri dari:
a. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Holtikultura;
b. Seksi Produksi Tanaman Holtikultura; dan
c. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Holtikultura.
4. Bidang Peternakan, terdiri dari:
a. Seksi Sarana Prasarana Produksi Peternakan;
b. Seksi Produksi Ternak; dan
c. Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner.
5. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, terdiri dari:
a. Seksi Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;
b. Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Pertanian; dan
c. Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil Pertanian
6. UPT; dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
2
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Tugas dan Fungsi
Menurut Peraturan Gubernur Nomor: 64 Tahun 2015 Bab III Pasal 3
Dinas Pertanian mempunyai Tugas melaksanakan urusan Pemerintah
Daerah di bidang pertanian, kewenangan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah, sedangkan Fungsi Dinas
Pertanian antara lain:
1. Penyusunan program dan pengendalian bidang pertanian.
2. Perumusan kebijakan teknis bidang pertanian.
3. Pelaksanaan, Pengembangan, pengolahan dan pemasaran tanaman
pangan, hortikultura, peternakan.
4. Pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan kewenangannya.
5. Penyelenggaraan penyuluhan tanaman pangan, hortikultura dan
peternakan.
6. Pemberian fasilitasi penyelenggaraan bidang pertanian kabupaten/
kota.
7. Penyelenggaraan kegiatan di bidang pertanian lintas kabupaten/kota
8. Perlindungan dan pemanfaatan tradisi pertanian.
9. Pemberdayaan sumber daya pertanian dan mitra kerja di bidang
pertanian
10. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan, dan
11. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Salah satu sektor Pembangunan Nasional di antaranya adalah
pembangunan pertanian yang merupakan tugas dan tanggung jawab
bersama dari tiga penyusun pilar negara lainnya yaitu: Pemerintah sebagai
fasilitator, dunia usaha sebagai fungsi marketing, Akademisi/Perguruan
Tinggi sebagai partner Pemerintah dan sebagai referensi bidang ilmu, dan
masyarakat tani selaku subyek pembangunan pertanian.
Sejalan dengan semangat reformasi, Pemerintah dituntut untuk
merubah pola manajemen pemerintahan kearah good governance, clean
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
3
goverment, dan social accountability, oleh karena itu paradigma manajemen
pembangunan pertanian menempatkan posisi Pemerintah selain sebagai
fasilitator juga sebagai dinamisator, akselerator, regulator, dan stabilisator
yang berpihak kepada petani, dengan menempatkan dan meningkatkan
peran petani sebagai subyek pembangunan. Program pembangunan
pertanian diarahkan pada pemberdayaan masyarakat tani, sehingga peran
birokrat difokuskan untuk mendorong investasi swasta dan pemberdayaan
masyarakat tani agar mampu mendapatkan nilai tambah dan meningkatkan
pendapatanya.
Tugas penting yang diemban sektor pertanian antara lain: menjamin
kecukupan pangan bagi masyarakat, menyediakan bahan baku bagi industri
terkait, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pertanian. Dalam situasi
krisis multidimensional yang sudah berlangsung lebih dari satu dasa warsa
melanda negara kita hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda perbaikan
yang signifikan, terlebih lagi dengan munculnya kasus terbongkarnya korupsi
tingkat tinggi yang sangat mempengaruhi fluktuasi saham dan masuknya
invenstasi dari luar negeri, kenaikan tarif daya listrik periodik setiap bulan,
beberapa hal ini menyebabkan hampir semua kebutuhan sehari-hari hampir
periodik juga mengalami kenaikan harga. Seperti dapat dilihat pada data
yang diakumulasi oleh BPS bahwa sektor pertanian telah dapat
menunjukkan kemampuannya dalam mempertahankan diri dari goncangan
ekonomi di mana sektor pertanian menjadi katup pengaman bagi berbagai
kerawanan antara lain pada keadaan rawan pangan dan rawan sosial.
Dengan keadaan yang demikian itu sektor pertanian merupakan penopang
utama ketahanan pangan nasional yang sanggup memberi kontribusi besar
dalam stabilisasi sosial dan politik nasional.
Jika mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas maka perlu
dilakukan penyesuaian kebijakan untuk pembangunan pertanian. Oleh
karena itu kebijakan dan program pembangunan pertanian di masa datang
perlu disusun menjadi lebih efektif dan efisien agar sasaran teknis yang
berupa peningkatan produksi dan pendapatan petani dapat terwujud.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
4
Program pemberdayaan masyarakat tani melalui pengembangan
usaha kelompok baik dalam bentuk kelompok tani tanaman pangan,
kelompok tani tanaman hortikultura, kelompok tani peternakan, kelompok
wnita tani, maupun gapoktan pada subsektor agribisnis dan ketahanan
pangan telah dan sedang difasilitasi secara besar-besaran oleh Pemerintah.
Fasilitasi tersebut berwujud BPLM maupun hibah, yaitu antara lain berupa
sarana produksi, permodalan, usaha produksi, usaha pengolahan hasil,
pemasaran, supervisi, konsultasi, SLPHT, dan usaha-usaha jasa penunjang
lainnya. Oleh karena itu diharapkan pada kawasan pengembangan dapat
tumbuh dan berkembang sistem usaha agribisnis secara terpadu,
berkelanjutan agar tercapai usaha pertanian dari hulu hingga hilir.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan yang
dilaksanakan di sektor pertanian mengarah pada optimasi pemanfaatan
semua sumberdaya pertanian antara lain: sarana, prasarana, sumber daya
alam, dan sumberdaya manusia. Semua sumber daya yang ada diarahkan
pada pencapaian kesejahteraan masyarakat petani melalui peningkatan
pendapatannya dan sedapat mungkin dalam mempertahankan ketahanan
pangan nasional.
Pengembangan agribisnis diharapkan dapat mempercepat
peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan penyerapan angkatan kerja,
dan kenaikan perolehan devisa negara melalui ekspor produk-produk
pertanian dan hasil olahan pertanian, sehingga dalam rangka mewujudkan
sasaran teknis berupa peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat
tani, sasaran fungsional yang berupa efektivitas dan efisiensi manajemen
pembangunan, swadaya dan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan pertanian, kebijakan dan program pembangunan pertanian
harus disusun secara akurat dan tajam sesuai skala prioritas.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
5
C. Visi
Visi Dinas Pertanian Provinsi DIY adalah “Mewujudkan Pertanian
Tangguh, Berdaya Saing, Berbasis Potensi Lokal dan Berkelanjutan,
Sebagai Penggerak Perekonomian Regional”.
1. Pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah sistem pengusahaan lahan
dan ternak yang pada pokoknya terdiri atas aktivitas budidaya, dengan
memanfaatkan semua potensi sumberdaya serta sarana dan prasarana
yang diperlukan. Di samping itu, aspek pengolahan dan pemasaran
produk tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan ternak merupakan
aspek-aspek yang perlu diberi penekanan secara simultan. Dengan
demikian, sistem pertanian yang akan dikembangkan bersifat
komprehensif, berwawasan agribisnis, yang meliputi subsistem hulu
(upstream), yakni industri input atau sarana; subsistem usahatani (on-
farm), yakni kegiatan yang menggunakan input, sarana dan sumberdaya
alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer; subsistem
pengolahan/hilir (downstream), yakni industri yang mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk antara atau produk akhir; subsistem
pemasaran (marketing), yakni kegiatan untuk memperlancar pemasaran
komoditas pertanian baik segar maupun olahan, dalam dan luar negeri;
subsistem jasa, yakni penyediaan data bagi subsistem hulu ke hilir,
seperti penelitian dan pengembangan, perkreditan, asuransi, transportasi,
penyuluhan, sistem informasi, dan dukungan kebijakan pemerintah.
2. Tangguh. Tangguh berarti mampu menghadapi berbagai goncangan,
yang dimungkinkan oleh kemandirian petani karena tidak harus
tergantung pada faktor-faktor luar. Pertanian tangguh berarti pertanian
yang efisien, berbasis pengetahuan dan teknologi, dengan meminimalkan
ketergantungan pada input eksternal dan peran pihak luar, melalui
penggunaan sarana produksi pertanian secara bijaksana yang bisa
menjamin kelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Pertanian tangguh dicirikan oleh kemampuannya
dalam penyediaan produk pertanian berkualitas dalam jumlah cukup,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
6
mutu terjamin dan berkelanjutan, dan pada saat yang bersamaan terjadi
peningkatan kesejahteraan petani.
3. Berdayasaing dicirikan antara lain oleh pilihan komoditas dan bentuk
ketersediaan berdasarkan orientasi pasar, upaya terus-menerus untuk
meningkatkan kualitas produk agar mampu merebut pangsa pasar dan
mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan
modal, inovasi teknologi serta kreativitas sumberdaya manusia dan
bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga
kerja tidak terdidik.
4. Berbasis potensi lokal adalah bahwa pembangunan pertanian di DIY
harus berdasar pada seperangkat kekuatan nilai positif dan kearifan yang
dapat digali dari khazanah kultural adiluhung, seperti semangat gotong-
royong, hubungan saling memberi dengan alam, dan penyelarasan
praktek pertanian dengan perilaku alam.
5. Berkelanjutan adalah terus bergerak tanpa berhenti.
6. Penggerak perekonomian regional adalah memiliki arti yang penting
untuk menggerakkan perekonomian Jawa bagian Tengah.
Pertanian dengan atribusi atau kualitas semacam itu akan terjamin
keberlanjutannya karena bertumpu pada perangkat nilai (value set) yang
luhur.
D. Misi
Misi pembangunan daerah Pemerintah DIY dalam RPJMD 2012-2017
yang berkaitan dengan pembangunan pertanian yaitu pada misi 2 yaitu
”Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat
kerakyatan, inovatif dan kreatif.”
Pernyataan misi mengandung hal-hal yang harus diemban oleh Dinas
Pertanian untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Mengingat
pernyataan visi di muka mendasarkan diri pada peran yang bisa dilakukan
oleh Dinas Pertanian DIY dalam rangka mewujudkan pertanian tangguh,
maka misi Dinas perlu mencakup dua sudut pandang, yakni sudut pandang
ke dalam (inward looking) dan sudut pandang keluar (outward looking).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
7
Pernyataan misi dimaksudkan agar seluruh aparat Dinas mengetahui peran
yang akan dilakukan Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
mencapai tujuan. Selengkapnya, misi Dinas Pertanian Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
“Mendorong peningkatan produksi, kualitas, dan nilai tambah produk
pertanian melalui peningkatan SDM, ketersediaan dan optimasi sarana
prasarana pertanian, teknologi yang spesifik, inovatif, kreatif dan ramah
lingkungan”
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Dengan mengacu pada visi, misi dan analisis isu strategis Dinas
Pertanian yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam kurun waktu 2012-2017 adalah terwujudnya peningkatan
produksi, kualitas dan nilai tambah produk pertanian
2. Sasaran
Dengan memperhatikan kondisi saat ini dan tantangan yang
dihadapi serta visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan,
maka pembangunan pertanian diarahkan pada pencapaian sasaran
pembangunan sebagai berikut :
Sasaran I : Meningkatkan produksi pertanian (tanaman pangan dan
hortikultura),
dengan indikator kinerja yaitu :
a. Jumlah produksi tanaman pangan.
b. Jumlah produksi hortikultura.
Sasaran II : Meningkatkan populasi ternak,
dengan indikator kinerja yaitu :
a. Jumlah populasi ternak.
Sasaran III : Meningkatkan nilai tambah produk pertanian,
dengan indikator kinerja yaitu :
a. Komoditas olahan memenuhi jaminan mutu.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
8
F. Cara Pencapaian Sasaran
Tujuan dan sasaran sebagaimana diuraikan di atas akan dapat
dicapai dengan penentuan-penentuan seperangkat kebijakan. Kebijakan-
kebijakan tersebut selanjutnya dijabarkan dan disusun dalam program-
program yang implementatif dan secara operasional diwujudkan melalui
kegiatan-kegiatan dengan indikator kinerja yang terukur.
Secara keseluruhan, kerangka strategi Dinas Pertanian Provinsi DIY
adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan teknologi produksi melalui penerapan Good
Agriculture Practces (GAP)/Standart Operating Procedure (SOP);
b. Pengamanan produksi melalui pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan, pengendalian penyakit hewan menular strategis dan
penanganan dampak bencana alam dan perubahan iklim;
c. Fasilitasi dan optimasi Sarana prasarana Tanaman pangan dan
hortikultura (pupuk, benih, bahan pengendalian OPT, alsintan,
sumberdaya air, dan permodalan);
d. Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui penerapan Good
Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP);
e. Promosi pemasaran produk pertanian di pasar domestik maupun inter-
nasional;
f. Perlindungan petani melalui regulasi subsidi harga produk;
g. Fasilitasi prasarana dan sarana penyediaan pangan asal hewan yang
aman, sehat, utuh dan halal (ASUH);
h. Pemberdayaan petani dalam melakukan agribisnis produk unggul
pertanian melalui penguatan kelembagaan dan usahanya;
i. Peningkatan kemampuan petani melalui pelatihan, kursus, magang,
sekolah lapang;
j. Pengembangan minat generasi muda bekerja di sektor pertanian
melalui penumbuhan wirausahawan muda pertanian, pemberian modal
usaha bagi generasi muda yang bergerak di sektor pertanian,
pendidikan dan latihan khusus pertanian/agribisnis pertanian bagi
generasi muda;
k. Peningkatan aplikasi teknologi pertanian oleh masyarakat;
l. Pelaksanaan pembinaan petani dalam menjalankan usaha taninya
oleh petugas;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
9
m. Pengembangan kemitraan antar poktan/gapoktan/ lembaga petani
dengan pihak ketiga dalam membangun rantai pasokan (suply chain
management);
n. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan;
o. Penguatan kelembagaan kelompok;
p. Peningkatan nilai tambah petani miskin melalui pemberian bantuan
sarana prasarana pertanian dan penguatan usahanya untuk
meningkatkan kesejahteraan petani miskin.
Kebijakan
Kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian DIY dalam rangka
mendukung kebijakan pro poor, pro job dan pro enviroment
Program
Program yang akan dilaksanakan untuk Meningkatkan Produksi, Kualitas,
dan Nilai Tambah Produk Pertanian yaitu :
a. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
b. Program Peningkatan Produksi Hortikultura
c. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
d. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian
e. Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani
G. RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) 2017
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta
tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Anggaran
Meningkatkan produksi pertanian (tanaman pangan dan hortikultura)
Jumlah produksi tanaman pangan dan hortikultura (ton)
2.603.465 8.851.132.403
Meningkatkan populasi ternak
Jumlah populasi ternak (ekor/animal unit)
641.416 8.162.906.850
meningkatkan nilai tambah produk pertanian
Rerata Peningkatan NTP sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan (%)
99 3.742.844.383
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
10
Uraian Program dan kegiatan dari RKT tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
1. Pelayanan administrasi perkantoran:
a. Penyediaan Jasa, Peralatan, dan Perlengkapan Perkantoran
b. Penyediaan Jasa Pengelola Pelayanan Perkantoran
c. Penyediaan Rapat-Rapat, Koordinasi, dan Konsultasi
2. Peningkatan sarana & prasarana aparatur
a. Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD BPSDMP serta
Penyediaan Sarana Pendukungnya (DAK)
b. Pembangunan/Rehabilitasi Rumah dan Gedung Kantor
c. Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan
d. Pemelihataan Rumah dan Gedung Kantor
e. Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan
f. Pemeliharaan Kendaraan Dinas/Operasional
3. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
Pembinaan, Pengembangan Kualitas Profesi dan Penilaian Angka
Kredit Jabatan Fungsional Tertentu
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Dan Keuangan
a. Penyusunan Laporan Kinerja SKPD
b. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
c. Penyusunan Rencana Program Kegiatan SKPD serta
Pengembangan Data dan Informasi
d. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Kegiatan SKPD
5. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan:
a. Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai dan
Pengelolaan Irigasi Partisipatif (Pendampingan WISMP)
b. Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
11
c. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai dan
Pengelolaan Irigasi Partisipatif (Loan WISMP)
d. Budidaya Tanaman Pangan
e. Pengendalian OPT Tanaman Pangan
f. Pembinaan SDM Tanaman Pangan
g. Incubator Agribisnis
6. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
a. Pengembangan Pembibitan Ternak
b. Pengawasan Kesehatan dan Keamanan Pangan Asal Hewan
c. Pengembangan Populasi Ternak
d. Pembinaan SDM Peternakan
e. Pengawasan dan Penanggulangan Penyakit Hewan
7. Program Peningkatan Produksi Hortilkutura
a. Pengembangan Perbenihan Hortikultura
b. Budidaya Tanaman Hortikultura
c. Pengendalian OPT Tanaman Hortikultura
d. Pembinaan SDM Hortikultura
e. Pengelolaan Sumber Daya Air dan Irigasi
8. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
12
BAB II. KEADAAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
A. Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 34
provinsi yang ada di Indonesia, terletak di Pulau Jawa Bagian Tengah,
sebelah Selatan Jawa Tengah.
Adapun batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta adalah di bagian
Selatan dibatasi oleh Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut,
Tenggara, Barat dan Barat Laut berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah,
yaitu :
1. Kabupaten Klaten di bagian Timur Laut,
2. Kabupaten Wonogiri di bagian Tenggara,
3. Kabupaten Purworejo di bagian Barat,
4. Kabupaten Magelang di bagian Barat Laut.
B. Letak Fisiografis
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada koordinat 7o.33’ – 8o.12’
Lintang Selatan dan 110o.00’ – 110o.50’ Bujur Timur, dengan wilayah seluas
3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia. DIY merupakan provinsi yang
terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terbagi dalam 4
kabupaten dan 1 kota, yaitu :
1. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km2 (18,40 %)
2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km2 (15,91 %)
3. Kabupaten Gunung Kidul, dengan luas 1.485,36 km2 (46,62 %)
4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km2 (18,04 %)
5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2 (1,02 %).
Secara keseluruhan terbagi atas 78 kecamatan, 45 kelurahan dan 393 desa.
Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri
dari:
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
13
1. Pegunungan Selatan lebih kurang seluas 1.656,25 km2, dengan
ketinggian 150 – 700 m dpl
2. Pegunungan berapi Merapi lebih kurang seluas 582,81 km2, dengan
ketinggian 80 – 2.911 m dpl
3. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon
Progo lebih kurang seluas 215,62 km2, dengan ketinggian 0 – 80 m dpl
4. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan lebih kurang
seluas 706,25 km2, dengan ketinggian 0 – 572 m dpl.
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar wilayahnya terletak
pada ketinggian 100 - 499 m dari permukaan laut yaitu sebesar 63,18 %,
ketinggian kurang dari 100 m sebesar 31,56 %, ketinggian antara 500-999 m
sebesar 4,79 %, dan ketinggian diatas 1000 m sebesar 0,47 %. Beriklim
tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau, dengan
curah hujan berkisar antara 100 – 499 mm.
Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi atas beberapa jenis,
tanah di Kabupaten Gunungkidul sebagian besar berjenis tanah Lithosol,
Kabupaten Bantul didominasi oleh jenis tanah Regosol, Kota Yogyakarta
didominasi oleh jenis tanah Regosol, Kabupaten Sleman didominasi jenis
tanah Regosol, sedangkan Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh jenis
tanah Latosol. Secara rinci pembagian jenis tanah, luas dan penyebarannya
dapat dilihat pada Tabel 1.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
14
Tabel 1. Luas Tanah Menurut Jenisnya di DIY.
Sumber: DIY Dalam Angka, BPS DIY.
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 318.580 hektar.
Sekitar 17,74% atau 56.539 hektar berupa lahan sawah yang bisa ditanami
Padi dan Palawija atau Hortikultura. Di samping itu di wilayah Kabupaten
Gunungkidul juga banyak dijumpai lahan tegalan yang ditanami Padi,
Palawija dan Hortikultura. Dengan bertambahnya penduduk dan
berkembangnya daerah perkotaan, maka luas lahan sawah di Provinsi
Daerah istimewa Yogyakarta terus mengalami penurunan. Kompetisi dalam
penggunaan sumberdaya lahan dan air berakibat pada semakin
berkurangnya alokasi lahan bagi pertanian. Data selengkapnya tentang
luas lahan pertanian dan bukan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
15
Tabel 1. Luas lahan pertanian dan Luas lahan bukan pertanian menurut Kabupaten/Kota di DIY.
No. Kabupaten/
Kota
Luas lahan pertanian Luas lahan bukan
pertanian
Jumlah sawah
Bukan sawah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kulon Progo 10,297 35,027 13,303 56,627
2 Bantul 15,471 14,125 21,089 50,685
3 Gunung Kidul 7,865 117,829 22,842 148,536
4 Sleman 22,835 15,449 19,198 57,482
5 Yogyakarta 71 191 2,988 3,250
J U M L A H 56,539 182,621 56,539 318,580
Sumber: DIY Dalam Angka, BPS DIY.
Tabel- : Luas Lahan Sawah Dengan Irigasi Teknis Di DIY
No. Kabupaten/
Kota
Irigasi Teknis
Jumlah Ditanami Padi Tidak Ditanami Padi *)
Sementara Tidak
Diusahakan Tiga kali Dua kali Satu kali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kulon Progo 384 6,792 254 19 - 7,449
2 Bantul 70 80 80 - - 230
3 Gunung Kidul 130 - - - - 130
4 Sleman 3,140 4,841 - 91 - 8,072
5 Yogyakarta 11 - - - - 11
J U M L A H 3,735 11,713 334 110 - 15,892
Sumber : Dinas Pertanian dan BPS DIY
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
16
Tabel- : Luas Lahan Sawah Dengan Irigasi Setengah Teknis Di DIY
No. Kabupaten/Kota
Irigasi Setengah Teknis
Jumlah Ditanami Padi Tidak Ditanami Padi *)
Sementara Tidak
Diusahakan Tiga kali
Dua kali
Satu kali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kulon Progo - 697 - - - 697
2 Bantul 4,935 6,390 382 802 148 12,657
3 Gunung Kidul 538 580 - - - 1,118
4 Sleman 2,705 7,348 127 - - 10,180
5 Yogyakarta 41 22 - 1 1 65
J U M L A H 8,219 15,037 509 803 149 24,717
Sumber : Dinas Pertanian dan BPS DIY
Tabel- : Luas Lahan Sawah Dengan Irigasi Sederhana di DIY
No. Kabupaten/Kota
Irigasi Sederhana
Jumlah Ditanami Padi Tidak Ditanami Padi *)
Sementara Tidak
Diusahakan Tiga kali
Dua kali
Satu kali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kulon Progo - 684 126 - - 810
2 Bantul 53 82 273 - - 408
3 Gunung Kidul 313 545 179 10 - 1,047
4 Sleman - 3,555 388 - - 3,943
5 Yogyakarta 7 - - - - 7
J U M L A H 373 4,866 966 10 - 6,215
Sumber : Dinas Pertanian dan BPS DIY
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
17
Tabel- : Jumlah Luas Lahan Sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Kabupaten/Kota
Jumlah
Jumlah Ditanami Padi Tidak Ditanami Padi *)
Sementara Tidak
Diusahakan Tiga kali
Dua kali
Satu kali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kulon Progo - 9,080 1,064 19 - 10,163
2 Bantul 4,190 6,423 3,922 905 148 15,588
3 Gunung Kidul 1,246 6,093 513 15 - 7,867
4 Sleman 9,459 12,384 687 111 - 22,641
5 Yogyakarta 31 30 4 1 1 67
J U M L A H 14,926 34,010 6,190 1,051 149 56,326
Sumber : Dinas Pertanian dan BPS DIY
Tabel . Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah dan Lahan Bukan Pertanian di DIY
Penggunaan Lahan Bukan
Sawah
Kabupaten/Kota
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Lahan Bukan Sawah 35,027 14,125 117,829 15,449 191 182,621
1. Tegal/Kebun 15,697 6,738 66,253 8,628 4 97,320
2. Ladang/Huma - - - - - -
3. Perkebunan - - - - - -
4. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat
- - - - - -
5. Padang Penggembalaan
- - - - - -
6. Lahan Sementara Tidak Diusahakan
696 - 196 50 4 946
7.
Lainnya (Tambak,
kolam, empang, hutan Negara, dll)
18,634 7,387 51,380 6,771 183 84,355
Lahan Bukan Pertanian
(Jalan, pemukiman, kantor, dll)
13,303 21,089 22,842 19,198 2,988 79,420
Jumlah/Total 48,330 35,214 140,671 34,647 3,179 262,041
Sumber : BPS DIY
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
18
C. Perekonomian
1. Pencapaian NTP
Pembangunan sektor pertanian secara luas, diarahkan untuk
mewujudkan pertanian tangguh yang mempunyai arti bahwa pertanian
komersial yang efisien, yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi.
Pertanian tangguh dicirikan oleh masyarakat tani yang mampu
mengenali masalahnya sendiri, menganalisis masalah, dan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan bahan pangan dalam jumlah cukup, berkelanjutan dan
mampu mensejahterakan petani dalam sistem perekonomian
kerakyatan, telah ditempuh strategi pembangunan pertanian yaitu
dengan mendukung pembangunan sektor terkait dalam sistem
perekonomian melalui pemberdayaan masyarakat tani.
Indikator nilai tukar petani (NTP) menunjukkan capaian NTP untuk
rerata tanaman pangan, dan hortikultura menunjukkan kenaikan indek
capaian dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan rerata peternakan
menunjukkan capaian yang menurun daripada tahun sebelumnya.
Capaian NTP sub sektor tanaman pangan naik 2.60%, sub sektor
hortikultura naik 2.99% dan sub sektor peternakan turun 0.63%, secara
indek capaian rerata NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan
peternakan pada tahun 2016 sebesar 100.06 (dengan rincian NTP
subsektor tanaman pangan sebesar 100.17, NTP sub sektor hortikultura
sebesar 101.50, dan NTP sub sektor peternakan sebesar 98.50).
Capaian rerata NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan
peternakan sebesar 100.06, memiliki tingkat capaian dengan prosentase
sebesar 100.06% dibandingkan tahun 2015 (capaian sebesar 98.93).
Sub sektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, kecil dan
unggas dan hasil ternak lainnya menurun akibat indeks harga yang
diterima petani (It) lebih kecil dari indeks yang harus dibayar petani (lb).
Kenaikan harga yang diterima petani karena meningkatnya harga
kelompok ternak besar tidak sebanding dengan kenaikan indeks harga
yang harus dibayarkan petani. Indeks harga yang dibayar petani naik
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
19
karena dipengaruhi kenaikan indeks konsumsi rumah tangga serta
Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).
Indeks Harga Konsumen (IHK) di DIY secara umum dipengaruhi
naiknya indeks pada kelompok bahan makanan, diikuti kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok kesehatan,
kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Secara umum nilai NTP yang berada di bawah nilai 100 terjadi
pada sub sektor peternakan, disebabkan oleh laju peningkatan
konsumsi masyarakat peternak yang meningkat tidak sebanding dengan
peningkatan pendapatan peternak.
Berkaitan dengan tingkat ketercapaian sejumlah sasaran pada
urusan pertanian, maka telah dilakukan penyesuaian sasaran target
pada tahun 2017-2018. Penyesuaian sasaran urusan pertanian
dilakukan pada indikator : produksi tanaman pangan, populasi ternak,
rerata NTP sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan.
Penyesuaian data produksi tanaman pangan mengikuti laju alih fungsi
lahan pertanian yang setiap tahun mengalami peningkatan alih fungsi
lahan dengan rata-rata 200-250 ha/tahun atau 0.4%. Perubahan target
data populasi ternak di karenakan menyesuaikan hasil sensus pertanian
tahun 2013 dimana koreksi data ternak yang secara nasional mengalami
penurunan 20%.
NTP 2016 dibandingkan 2015
No Nilai Tukar Petani
(NTP) 2015* 2016**
1 Pertanian Pangan 97.57 100,172
2 Pertanian Hortikultura 98.47 101,503
3 Peternakan 99.12 98,4982
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
20
2. Pencapaian PAD
Kontribusi Dinas Pertanian Provinsi DIY terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dihasilkan dari UPTD pada tahun 2016 dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini:
Tabel-1 : Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun 2016
Tahun Target (Rp)
Realisasi ( Rp)
Realisasi (%)
Keterangan
2015 1.271.546.545 1.318.681.618 103,70 Kenaikan
2016 1.287.083.622 1.285.592.364 99,88 Penurunan
Keterangan :
Pendapatan asli daerah tahun 2016 turun 3,82%
3. Penyerapan tenaga kerja
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, terjadi penurunan
persentase rumah tangga pertanian terhadap total rumah tangga di DI
Yogyakarta sebesar 9,32%, dengan konstalasi terakhir sebesar 47,17%
(472.082 rumah tangga). Dari jumlah tersebut, 80,29% (374.811 rtp)
termasuk rumah tangga petani gurem dengan pemilikan lahan (land
endowment) kurang dari 0,5 hektar. Skala usahatani minimal tidak
tercapai sehingga sering menimbulkan inefisiensi dalam usaha tani,
petani terdorong mencari tambahan pedapatan di luar pertanian
(fenomena petani samben).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
21
BAB III
SEKRETARIAT
Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan ketatausahaan,
penyusunan program, pengelolaan data dan informasi, monitoring, evaluasi i dan
pelaporan kinerja Dinas.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. penyusunan program Sekretariat;
b. penyusunan program Dinas;
c. fasilitasi perumusan kebijakan teknis bidang pertanian;
d. penyelenggaraan kearsipa, kerumahtanggaan, pengelolaan barang,
kehumasan, kepustakaan, dan ketatalaksanaan Dinas;
e. penyelenggaraan kepegawaian Dinas;
f. pengelolaan keuangan Dinas;
g. pengelolaan data dan pengembangan sistem informasi;
h. penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program serta penyusunan
laporan kinerja Dinas;
i. fasilitasi pelaksana koordinasi dan pengembangan kerjasama teknis;
j. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Sekretariat; dan
k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Sekretariat terdiri dari tiga subbagian dengan tugas dan fungsi
sebagai berikut :
a. Subbagian Umum, yang mempunyai tugas melaksanakan kearsipan,
kerumahtanggaan, pengelola barang, efisiensi dan tatalaksana serta
kepustakaan Dinas. Untuk melaksanakan tugas tersebut didukung pula
dengan fungsi sebagai berikut :
1). penyusunan program kerja;
2). pengelolaan kearsipan;
3). penyelenggaraan kehumasan;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
22
4). pengelolaan barang dinas;
5). pengelolaan kepustakaan Dinas;
6). penyiapan bahan ketatalaksanaan Dinas;
7). pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Subbagian Umum; dan
8). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
b. Subbagian Kepegawaian dan Keuangan mempunyai tugas mengelola
kepegawaian dan keuangan Dinas yang didukung pula dengan fungsi
sebagai berikut :
1) penyusunan program kerja;
2) pengelolaan data kepegawaian Dinas;
3) penyiapan bahan mutasi pegawai Dinas;
4) penyiapan kesejahteraan pegawai Dinas;
5) penyiapan bahan pembinaan pegawai Dinas;
6) pengelolaan administrasi jabatan fungsional;
7) Pengelolaan keuangan Dinas;
8) penyelenggaraan perbendaharaan Dinas;
9) penyelenggaraan akuntansi keuangan Dinas;
10) pelaksanaan verifikasi anggaran;
11) penyusunan pertanggungjawaban anggaran Dinas;
12) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program subbagian Kepegawaian dan Keuangan; dan
13) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Subbagian Program dan Informasi mempunyai tugas menyusun program,
mengelola data, mengembangkan sistem informasi, monitoring, evaluasi
dan menyusun laporan kinerja Dinas yang didukung dengan fungsi sebagai
berikut :
1) penyusunan program kerja;
2) penyusunan program pembangunan pertanian;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
23
3) penyusunan rencana anggaran Dinas;
4) pengelolaan data, penyajian informasi dan pengembangan sistem
informasi pertanian;
5) pembinaan dan pengawasan manajemen pengelolaan data dan
statistik komoditas serta sumber daya strategis;
6) penyusunan, pengembangan dan pengawasan kerjasama teknik/
kemitraan usaha pertanian;
7) penyusunan rencana penataan dan pengembangan pewilayahan
komoditas pertanian;
8) pelaksanaan monitoring dan evaluasi program Dinas;
9) penyusunan laporan pelaksanaan program Dinas;
10) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Subbagian Program dan Informasi; dan
11) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
A. Subbagian Umum.
1. Melaksanakan Tata Kearsipan dan Surat-menyurat
Segala urusan Surat Dinas dan UPTD lingkup Dinas Pertanian
DIY dilaksanakan oleh petugas yang telah mendapatkan bimbingan
Sistem Kearsipan Pola Baru oleh Arsiparis BPAD.
2. Menyelenggarakan alat Komunikasi Elektronik
Untuk menunjang dan membantu kelancaran pelaksanaan
tugas Dinas Pertanian DIY mempunyai jaringan komunikasi
elektronik pada masing-masing Bidang, Sekretariat dan UPTD yaitu :
a Dinas Pertanian DIY (Sekretariat), dengan pesawat telepon
nomor: (0274) 563937 dan (0274) 588938;
b Bidang Tanaman Pangan dengan pesawat telepon nomor (0274)
511031;
c Bidang Tanaman Hortikultura dengan pesawat telepon nomor:
(0274) 561030;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
24
d Bidang Peternakan dengan pesawat telepon nomor: (0274) 511001;
e Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan
pesawat telepon nomor: (0274) 544901;
f UPTD BPPTPH , dengan pesawat telepon nomor: (0274) 586516;
g UPTD BPTP, dengan pesawat telepon nomo r: (0274) 582839, dan
(0274) 367029;
h UPTD BPSBP, dengan pesawat telepon nomor: (0274) 566687;
i UPTD BPBPTDK, dengan pesawat telepon nomor: (0274) 552241.
Selain alat komunikasi tersebut di atas, Dinas Pertanian DIY juga telah
memiliki dua titik jaringan internet di Kantor Induk (Sekretariat) serta
Bidang Tanaman Pangan dan Bidang Tanaman Hortikultura
sebagaimana upaya untuk meningkatkan pelayanan data dan informasi
pada Web Dinas Pertanian dan Agricenter bagi masyarakat yang
membutuhkan.
3. Langganan Listrik, Pemadam Kebakaran, Air minum dan Gas
1. Langganan Listrik, Pemadam Kebakaran, Air minum dan Gas
Dinas Pertanian, Jl.Gondosuli No. 6. Yogyakarta.
2. Langganan Listrik, Air minum dan Gas Bidang Tanaman Pangan
dan Bidang Tanaman Hortikultura, Jl.Gondosuli No 2.
Yogyakarta.
3. Langganan Listrik, Air minum dan Gas Bidang Peternakan, Jln.
Gondosuli no. 2 Yogyakarta.
4. Menyelenggarakan Perpustakaan
5. Penyelenggaraan Rumah Tangga dan Perlengkapan
Kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun anggaran 2016
meliputi antara lain:
a Melayani tamu Dinas yang berkunjung ke Dinas Pertanian
DIY seperti kunjungan Menteri Pertanian, Dirjen Pertanian serta
membantu kegiatan Pusat yang dilaksanakan di Yogyakarta.
b Pemeliharaan Gedung Dinas Pertanian selama tahun 2016
meliputi : Penataan perkantoran terus dilakukan agar pelayanan
satu atap dapat terlaksana secara baik, untuk itu telah disusun
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
25
Master Plan DIY ke depan
c Pemeliharaan dan Pengelolaan Kendaraan Dinas.
d Umumnya sarana transportasi yang dimiliki oleh Dinas
Pertanian DIY diperoleh dari sumber dana APBN (Kementerian)
karena prestasi yang telah diraih oleh Dinas dalam kinerja
tertentu.
e Pemeliharaan Kebersihan Gedung Kantor, Taman dan Tempat
Parkir dengan jasa cleaning service untuk seluruh gedung induk
Dinas Pertanian DIY (Gedung A,B dan C) dan UPTD lingkup
Dinas Pertanian D I Yogyakarta .
f Penyelenggaraan Inventarisasi Barang Inventaris yang meliputi :
1) Mengadakan stockopname fisik persediaan barang milik
Daerah;
2) Mengadakan stockopname aset tetap persediaan barang
milik Daerah;
3) Mengadakan stockopname fisik barang milik Negara;
4) Pembuatan Surat Penetapan Pemegang Kendaraan Dinas
(SPPKD);
5) Pembuatan Kartu Inventaris Ruangan (KIR);
6) Penyusunan/ pembuatan KIB;
7) Membuat dan menyampaikan usulan Penghapusan Barang
Inventaris;
8) Pembuatan Daftar Rencana Tahunan Barang (DRTB);
9) Pembuatan Daftar Rencana Kebutuhan Barang( DRKB);
10) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan kendaraan roda
2,4,dan 6;
11) Menyiapkan dan melaksanakan apel dan Upacara Hari
Besar Nasional.
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dinas Pertanian DIY merupakan gabungan dari Kanwil
Pertanian, Sekretariat Pembina, Dinas Pertanian TP, Dinas
Peternakan dan UPT Pusat; sehingga aset yang dimiliki mulai dari
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
26
tanah, gedung kantor, sarana transportasi, sarana perkantoran dan
lain-lain sangat banyak dan tersebar di beberapa wilayah kerja.
Dengan adanya pengelolaan aset melalui SIMAK-BMN
untuk aset yang diperoleh dari Anggaran APBN dan SIMBADA Aset
yang diperoleh dari Anggaran APBD sehingga semakin jelas asal
perolehannya sehingga tersusun jumlah aset yang dimiliki oleh Dinas
Pertanian DIY (Proses dan laporan aset disajikan khusus oleh Bagian
Umum Sekretariat Dinas).
Fasilitas yang tersedia pada Dinas Pertanian Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas
sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Ruang Rapat:
a Gedung A : 3 Unit
b Gedung B : 2 Unit
c Gedung C : 2 Unit
2. Tempat Upacara dan Apel Pagi terletak di Gedung C dengan
ukuran luas 310 m2 (31 m x 10 m)
3. Tempat Parkir Kendaraan Bermotor:
a Gedung A : 1 Unit, dengan luas: 81 m2
b Gedung B : 2 Unit, dengan luas: 25 m2 dan 100 m2
c Gedung C : 1 Unit, dengan luas: 24 m2
4. Kamar Kecil/Toilet:
a Gedung A : 8 Unit
b Gedung B : 9 Unit
c Gedung C : 4 Unit
5. Halaman Kantor:
a Gedung A : Depan : 400 m2 Belakang : 100 m2
b Gedung B : Tengah : 100 m2
c Gedung C : Depan : 310 m2 Belakang : 160 m2
6. Daya Listrik
a Gedung A : 35 A (7.000 VA)
b Gedung B : 20 A (4.400 VA)
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
27
20 A (4.400 VA)
50 A (11.000 VA), berupa Cool Room
c Gedung C : 100 A (22.000 VA)
7. Telekomunikasi/Jaringan Telepon Kabel:
a Gedung A : 2 Unit (no tlp: 561030 dan 511031)
b Gedung B : 2 Unit (no tlp: 511001 dan 586516)
c Gedung C : 4 Unit (no tlp: 588938, 563937, 519530,
544901)
B. Subbagian Keuangan dan Kepegawaian.
1. Keuangan
a. Pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dinas Pertanian DIY
adalah bersumber dari UPTD dengan unit-unitnya dan Dinas Induk
yang berasal dari penjualan hasil benih padi, benih palawija, benih
hortikultura, semen beku, susu segar , penjualan sapi perah afkir,
penjualan pedet sapi perah jantan, penjualan sapi potong afkir,
penjualan kambing afkir, daging (ternak afkir, ternak bibit, pedet),
pengujian mutu anak ayam, sewa kamar, sewa kelas, sewa aula,
sewa mobil box, jasa sertifikasi benih dan Uji laboratorium.
Realisasi PAD Dinas Pertanian DIY TA. 2016 adalah
sebesar Rp. 1.285.592.364,- atau 99,88 % dari target sebesar Rp.
1.287.083.622,-
b. Pencapaian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah/ APBD (SKPD)
Capaian realisasi fisik dan keuangan belanja langsung APBD
tahun 2016 untuk realisasi keuangan mencapai 93.60 % dan realisasi
fisik 99.94 %.
Realisasi anggaran TA. 2016 sebesar 93,60%, sisa anggaran
disebabkan oleh efisiensi karena ada sisa lelang pengadaan
barang/jasa, efisiensi perjalanan dinas (baik dalam maupun luar
daerah karena at cost). Target dan realisasi anggaran APBD tahun
2016 sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Target dan realisasi anggaran APBD tahun 2016
No Program/Kegiatan Pagu (Rp) Anggaran Fisik
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
28
Target
(%) Real (%)
Target
(%)
Real
(%)
1 PROGRAM PELAYANAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
2,120,379,695.00 100.00 90.62 100.00 100.00
1.1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 1,905,000.00 100.00 99.92 100.00 100.00
1.2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air Dan Listrik
729,145,202.00 100.00 84.34 100.00 100.00
1.3
Penyediaan Jasa Pemeliharaan Dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
22,442,000.00 100.00 88.34 100.00 100.00
1.4 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
119,260,000.00 100.00 98.54 100.00 100.00
1.5 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 395,243,176.00 100.00 99.94 100.00 100.00
1.6 Penyediaan Alat Tulis Kantor 109,193,500.00 100.00 97.89 100.00 100.00
1.7 Penyediaan Barang Cetakan Dan Penggandaan
88,906,450.00 100.00 89.97 100.00 100.00
1.8 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor
32,938,700.00 100.00 82.88 100.00 100.00
1.9 Penyediaan Peralatan Rumah Tangga 22,538,600.00 100.00 98.53 100.00 100.00
1.10 Penyediaan Bahan Bacaan Dan Peraturan Perundang-Undangan
22,999,000.00 100.00 94.42 100.00 100.00
1.11 Penyediaan Makanan Dan Minuman 62,280,000.00 100.00 86.35 100.00 100.00
1.13 Rapat-Rapat Koordinasi Dan
Konsultasi Ke Luar Daerah
313,900,000.00 100.00 84.74 100.00 100.00
1.14 Penyediaan Jasa Keamanan Kantor/Gedung/Tempat Kerja
133,605,067.00 100.00 96.09 100.00 100.00
1.15 Penyediaan Retribusi Sampah 4,500,000.00 100.00 100.00 100.00 100.00
1.16 Pengelolaan Arsip Dinamis SKPD 61,523,000.00 100.00 99.87 100.00 100.00
2 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR
14,852,562,177.00 100.00 94.54 100.00 100.00
2.1 Pembangunan Gedung Kantor 2,438,165,000.00 100.00 99.90 100.00 100.00
2.2 Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional
164,228,000.00 100.00 100.00 100.00 100.00
2.3 Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 566,081,047.00 100.00 98.35 100.00 100.00
2.4 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
126,153,522.00 100.00 99.29 100.00 100.00
2.5 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
715,734,418.00 100.00 89.91 100.00 100.00
2.6 Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
55,900,000.00 100.00 94.44 100.00 100.00
2.7 Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor
44,550,000.00 100.00 87.29 100.00 100.00
2.8 Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor
366,985,690.00 100.00 99.86 100.00 100.00
2.9
Pembangunan dan rehabilitasi
gedung kantor BPPTPH dan Sarana Pendukungnya (DAK)
1,809,310,000.00 100.00 87.19 100.00 100.00
2.10
Pembangunan/Reabilitasi/Renovasi UPTD Perbibitan dan Laboratorium
Hewan dan Sarana Pendukungnya (DAK)
2,389,800,000.00 100.00 95.60 100.00 100.00
2.11
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD BPSDMP serta Penyediaan
Sarana Pendukungnya (DAK)
6,175,654,500.00 100.00 93.85 100.00 100.00
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
29
No Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Anggaran Fisik
Target
(%) Real (%)
Target
(%)
Real
(%)
3
PROGRAM PENINGKATAN
KAPASITAS SUMBERDAYA APARATUR
34,916,500.00 100.00 92.89 100.00 100.00
3.1
Pembinaan, Pengembangan Kualitas
Profesi Dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Tertentu
34,916,500.00 100.00 92.89 100.00 100.00
4
PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
237,316,750.00 100.00 90.99 100.00 100.00
4.1 Penyusunan Laporan Kinerja SKPD 3,314,300.00 100.00 99.93 100.00 100.00
4.2 Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 9,487,200.00 100.00 96.79 100.00 100.00
4.3
Penyusunan Rencana Program Kegiatan SKPD serta Pengembangan Data dan Informasi
197,205,100.00 100.00 93.55 100.00 100.00
4.4 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Program Kegiatan SKPD
27,310,150.00 100.00 69.42 100.00 100.00
5
PROGRAM PENINGKATAN PEMASARAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN/PERKEBUNAN
2,125,854,750.00 100.00 86.29 100.00 99.66
5.1
Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggulan Daerah
563,686,600.00 100.00 79.06 100.00 99.00
5.2 Penyebarluasan Informasi
Perbenihan
39,635,700.00 100.00 95.68 100.00 100.00
5.3 Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Hortikultura
25,539,000.00 100.00 84.68 100.00 100.00
5.4 Penanganan Pasca Panen dan
Pengolahan Hasil Peternakan
220,170,000.00 100.00 98.11 100.00 100.00
5.5 Peningkatan Keamanan Pangan Asal Hewan
455,397,300.00 100.00 97.48 100.00 100.00
5.6 Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Pertanian
73,100,000.00 100.00 99.35 100.00 100.00
5.7
Peningkatan Mutu Hasil Pertanian Standard Nasional Indonesia (TP,
Hortikultura, Peternakan)
336,916,750.00 100.00 78.59 100.00 100.00
5.8 Penerapan Sistem Jaminan Mutu
Pangan Olahan Hasil Pertanian
114,999,600.00 100.00 88.31 100.00 100.00
5.9 Pengembangan Sistem Informasi
Pasar
113,329,300.00 100.00 79.45 100.00 100.00
5.10 Pengembangan Pasar Tani 183,080,500.00 100.00 76.60 100.00 100.00
6 PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI HASIL PETERNAKAN
6,620,773,255.00 100.00 97.85 100.00 100.00
6.1 Pengembangan Ternak Kambing 118,540,000.00 100.00 95.27 100.00 100.00
6.2 Pengembangan Ternak Sapi Perah 78,439,975.00 100.00 99.15 100.00 100.00
6.3 Pengembangan Ternak Sapi Potong 219,970,000.00 100.00 98.68 100.00 100.00
6.4 Pengembangan Ternak Unggas 23,239,975.00 100.00 84.20 100.00 100.00
6.5 Pengembangan Produksi Semen Beku Sapi
1,630,438,655.00 100.00 99.11 100.00 100.00
6.6 Pengembangan Pembibitan Ternak 2,938,048,950.00 100.00 97.43 100.00 100.00
6.7 Penanggulangan Penyakit Hewan
Menular Strategis
304,673,000.00 100.00 98.52 100.00 100.00
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
30
No Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Anggaran Fisik
Target
(%) Real (%)
Target
(%)
Real
(%)
6.8
Pemeliharaan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit Menular Strategis (Pengujian Laboratoris)
488,957,700.00 100.00 97.89 100.00 100.00
6.9 Kaji Terap Teknologi Peternakan 333,649,500.00 100.00 96.03 100.00 100.00
6.10 Pengawasan Lalu Lintas Ternak 239,942,000.00 100.00 99.51 100.00 100.00
6.11 Pengembangan Bibit HMT di UPTD BPBPTDK
229,986,000.00 100.00 95.59 100.00 100.00
6.12 Akreditasi / Pemeliharaan Status
Akreditasi
14,887,500.00 100.00 98.32 100.00 100.00
7 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS S D M DAN KELEMBAGAAN PETANI
840,031,225.00 100.00 93.04 100.00 99.96
7.1 Diklat Agribisnis Peternakan 71,853,400.00 100.00 100.00 100.00 100.00
7.2 Pengkajian Diklat 34,541,600.00 100.00 47.24 100.00 99.00
7.3 Temu Teknis Teknologi Pertanian 59,969,400.00 100.00 91.81 100.00 100.00
7.4 Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan
29,973,675.00 100.00 97.95 100.00 100.00
7.5 Diklat Organik Farming 39,280,650.00 100.00 100.00 100.00 100.00
7.6 Evaluasi Pasca Latihan Dan Bimbingan Lanjutan
24,734,300.00 100.00 99.32 100.00 100.00
7.7
Diklat Penangkaran Benih Padi, Bawang Merah, dan Buah-buahan
Bagi Petani/Penangkar
39,988,100.00 100.00 98.47 100.00 100.00
7.8 Operasionalisasi Laboratorium Pengelolaan Hasil Pertanian
99,998,900.00 100.00 95.54 100.00 100.00
7.9 Diklat Integrated Farming 39,978,600.00 100.00 97.91 100.00 100.00
7.10 Diklat Pemanfaatan Limbah Peternakan Sebagai Energi Alternatif
39,990,300.00 100.00 95.75 100.00 100.00
7.11 Diklat Kewirausaahan bagi Generasi
Muda
119,970,000.00 100.00 93.83 100.00 100.00
7.12 Apresisasi Perencanaan Diklat 9,916,800.00 100.00 99.99 100.00 100.00
7.13 Diklat Budidaya dan Pengelolaan HMT
81,981,800.00 100.00 93.89 100.00 100.00
7.14 Penguatan Kelembagaan Tingkat Usaha
74,977,400.00 100.00 85.20 100.00 100.00
7.15 Diklat Zoonosis 72,876,300.00 100.00 95.25 100.00 100.00
8 PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN PANGAN
2,989,736,205.00 100.00 87.83 100.00 99.98
8.1
Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai dan Pengelolaan Irigasi Partisipatif (Pendampingan WISMP)
100,000,000.00 100.00 97.16 100.00 100.00
8.2 Pemberdayaan P3A dan Peningkatan Jaringan Irigasi Tersier
86,471,200.00 100.00 100.00 100.00 100.00
8.3 Penanganan Lahan Pertanian
Berkelanjutan
465,633,630.00 100.00 79.04 100.00 100.00
8.4 Penyusunan Rencana Kebutuhan 212,760,000.00 100.00 90.16 100.00 100.00
8.5 Pengembangan Alsin Tanaman Pangan
32,209,900.00 100.00 40.29 100.00 99.00
8.6 Pelayanan Sertifikasi Padi dan Palawija
108,111,500.00 100.00 93.52 100.00 100.00
8.7 Pengembangan Perbenihan Tanaman 974,125,300.00 100.00 97.59 100.00 100.00
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
31
No Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Anggaran Fisik
Target
(%) Real (%)
Target
(%)
Real
(%)
Pangan
8.8 Perbanyakan Benih Sumber di Tingkat Petani
65,465,000.00 100.00 98.09 100.00 100.00
8.9 Penyediaan Benih dan Pengembangan Jabal Kedelai
158,945,400.00 100.00 99.14 100.00 100.00
8.10 Peningkatan Produksi Ubi Kayu 76,962,600.00 100.00 33.56 100.00 100.00
8.11 Pengembangan dan Pembinaan Budidaya Garut
62,049,000.00 100.00 27.17 100.00 100.00
8.12 Pengembangan Tanaman Kacang Hijau
43,079,800.00 100.00 99.60 100.00 100.00
8.13 Uji Ketahanan Varietas 17,521,800.00 100.00 67.60 100.00 100.00
8.14 Bimbingan Teknis Pengendalian OPT 159,239,600.00 100.00 91.63 100.00 100.00
8.15 Pemberdayaan Petani Pemandu
SLPHT
30,787,900.00 100.00 99.99 100.00 100.00
8.16 SLPHT Berkelanjutan 72,387,800.00 100.00 47.56 100.00 100.00
8.17 Analisa Standar dan Pengawasan Mutu Benih
102,389,000.00 100.00 96.45 100.00 100.00
8.18
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai dan Pengelolaan Irigasi Partisipasif (Loan WISMP)
168,837,475.00 100.00 94.92 100.00 100.00
8.19 Pengamatan dan Analisa Kehilangan Hasil Karena OPT Tanaman Pangan
33,384,500.00 100.00 71.47 100.00 100.00
8.20 Identifikasi Varietas Tanaman Pangan
19,374,800.00 100.00 23.17 100.00 100.00
9 PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI HORTIKULTURA
2,353,690,175.00 100.00 92.79 100.00 99.75
9.1 Pengembangan GAP Hortikultura 50,418,500.00 100.00 97.39 100.00 100.00
9.2 Pengembangan Hortikultura Terpadu 58,599,600.00 100.00 89.65 100.00 100.00
9.3 Peningkatan Budidaya Hortikultura di Lahan Pekarangan
258,475,250.00 100.00 99.96 100.00 100.00
9.4
Pengelolaan Lahan dan Air untuk Pengembangan Buah Sayur dan
Tanaman Obat
70,733,250.00 100.00 94.65 100.00 100.00
9.5 Pengembangan Perbenihan Hortikultura
1,443,868,725.00 100.00 99.51 100.00 100.00
9.6 Pengembangan Benih Sayuran di Tingkat Petani
720,000.00 100.00 100.00 100.00 100.00
9.7 Pengembangan Buah, Sayur, dan Biofarmaka
224,390,550.00 100.00 55.19 100.00 100.00
9.8 Dukungan Sarana Pengendalian OPT dan Brigade Proteksi Hortikultura
116,845,000.00 100.00 77.21 100.00 100.00
9.9 Pengembangan Tanaman Hias 47,424,300.00 100.00 74.54 100.00 100.00
9.10
Dukungan Sarana dan Prasarana Pengembangan Buah, Sayur dan
Biofarmaka
43,281,400.00 100.00 94.40 100.00 100.00
9.11 Observasi Varietas Tanaman Hortikultura
4,903,600.00 100.00 69.10 100.00 99.00
9.12 Pelayanan Sertifikasi Hortikultura 34,030,000.00 100.00 76.01 100.00 100.00
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
32
No Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Anggaran Fisik
Target
(%) Real (%)
Target
(%)
Real
(%)
JUMLAH ANGGARAN BELANJA LANGSUNG 32,175,260,732.00 100.00 93.60 100.00 99.94
Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2016
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pembangunan dari APBN yang tersedia mendukung
program dan kegiatan Dinas Pertanian DIY pada TA. 2016 terdapat 7
Satker baik Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan yang dikelola oleh
Dinas dengan total anggaran sebesar Rp. 55.958.197.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 45.461.423.795,- (81.24 %). Adapun target dan
realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 : Pencapaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
2016
No Satker / Program /
Kegiatan
Sumbe
r Dana
PAGU ANGGARAN Realisasi sd 31 Desember
2016
Rupiah Rupiah (%)
1 TANAMAN PANGAN DK 7.241.206.000,- 4.238.003.902,- 58,53
2 TANAMAN PANGAN TP 13.614.881.000,- 8.714.889.348,- 64,01
3 HORTIKULTURA DK 4.390.540.000,- 3.312.733.607,- 75,45
4 PETERNAKAN DK 6.759.870.000,- 6.507.916.546,- 96,27
5 PETERNAKAN TP 2.620.270.000,- 2.286.890.215,- 87,27
6 PSP DK 4.764.310.000,- 4.303.691.577,- 90,33
7 PSP TP 16.567.120.000,- 16.097.298.600 97,16
Jumlah Anggaran APBN 55.958.197.000 45.461.423.795 81,24
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
33
Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2016
2. Kepegawaian
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kepegawaian sampai
dengan Desember 2016 adalah sebagai berikut :
a. Upacara Bendera dalam rangka Peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ke 68 dan Upacara Bendera dalam rangka
peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2016, peringatan Hari
Pahlawan tanggal 10 November 2016.
b. Peningkatan kesegaran fisik Pegawai Negeri Sipil di lingkup
Dinas Pertanian DIY, Sub Bagian Kepegawaian bekerja sama
dengan Sub Bagian Umum melaksanakan kegiatan Senam
Kesegaran Jasmani yang pelaksanaannya pada setiap hari Jum’at
pagi minggu ke dua dan ke empat jam 07.00 – 08.00 WIB.
c. Pendataan Pegawai Negeri Sipil lingkup Dinas Pertanian DIY sampai
dengan 31 Desember 2016 menurut Sekretariat/ Bidang/UPTD:
Jumlah pegawai lingkup Dinas Pertanian DIY pada tahun 2016 secara
keseluruhan berjumlah 349 orang, sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
tingkat pendidikan, golongan dan jabatan adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis kelamin
1) Laki laki : 248 orang
2) Perempuan : 101 orang
b. Berdasarkan tingkat pendidikan :
1) Pasca Sarjana (S2) : 31 orang
2) Sarjana (S1) : 115 orang
3) D-III/Sarmud : 17 orang
4) SLTA Sederajat : 151 orang
5) SLTP Sederajat : 17 orang
6) SD : 18 orang
c. Berdasarkan golongan :
1) Golongan IV : 40 orang
2) Golongan III : 225 orang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
34
3) Golongan II : 71 orang
4) Golongan I : 13 orang
d. Berdasarkan jabatan struktural :
1) Pejabat eselon II : 1 orang
2) Pejabat eselon III : 7 orang
3) Pejabat eselon IV : 26 orang
e. Berdasarkan unit kerja :
1) Kantor Dinas Pertanian Provinsi DIY :
a) Sekretariat : 29 orang
b) Bidang Tanaman Pangan : 17 orang
c) Bidang Tanaman Hortikultura : 16 orang
d) Bidang Peternakan : 24 orang
e) Bidang P2HP : 16 orang
2) UPTD BPBPTDK : 49 orang
3) UPTD BPSDMP : 34 orang
4) UPTD BPSBP : 39 orang
5) UPTD BPTP : 58 orang
6) UPTD BP2TPH : 47 orang
---------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah : 349 orang
f. Berdasarkan Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat :
1) Pengawas Benih Tanaman (PBT) : 21 orang
2) Pengendali OPT (POPT) : 35 orang
3) Pengawas Bibit Ternak (PBT) : 3 orang
4) Medik Veteriner : 5 orang
5) Paramedik Veteriner : 2 orang
6) Widyaiswara : 8 orang
7) Pengawas Mutu Pakan : 1 orang
8) Penyuluh Pertanian : 5 orang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
35
9) PMHP : 5 orang
10) AHP : 4 orang
C. Subbag Program dan Informasi
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Subbag PI bersumber
dari Anggaran Rutin (APBD) maupun Anggaran APBN, kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi :
1. Kegiatan Anggaran Rutin (APBD)
a. Penyusunan Rencana Program dan kegiatan (RKA,DPA,ROPK).
Kegiatan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan
bahan perencanaan pembangunan pertanian tahun 2016 dari
Kabupaten dan Kota se DIY serta menyusun usulan kegiatan
pembangunan/DPA Dinas Pertanian DIY Tahun 2017.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1). Workshop Penyusunan Program/kegiatan Musrenbang Dinas
Pertanian D.I.Yogyakarta.
2) Penyusunan dokumen perencanaan tahun 2016 meliputi Renja
2016, Rancangan KUA-PPAS 2016, penyusunan RKA,
penyusunan RKA perubahan, Penyusunan DPA 2016.
b. Pengembangan Data dan Informasi
Kegiatan dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan
data pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan hasil
pembangunan serta mendukung kelancaran komunikasi dan
informasi dalam meningkatkan pelayanan publik bidang data dan
informasi pertanian kepada masyarakat melalui jaringan internet.
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
1) Penyusunan data hasil pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
peternakan) setiap bulan pada bulan Januari s/d Desember
2016.
2) Pemeliharaan, pengelolaan dan pengoperasionalan jaringan
internet untuk dua website Dinas Pertanian Provinsi DIY yaitu
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
36
http://www.distan.jogjaprov.go.id dan hhtp:
//agricenter.jogjaprov.go.id.
c. Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dengan tujuan untuk melakukan
koordinasi, pengendalian, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Program DPA-SKPD dan penyaluran penguatan
modal usaha kelompok (PMUK) bagi petani/peternak baik yang
bersumber dari APBD maupun APBN lingkup Dinas Pertanian di
Provinsi DIY. Kegiatan meliputi :
1). Monitoring ke Bidang dan UPTD;
2). Mengikuti Sosialisasi Kegiatan 2016;
3) Monitoring ke lokasi kegiatan masyarakat pertanian antara lain
Gapoktan, kelompok tani, KWT, UPJA, Alsintan dan penerima
bantuan hibah;
4) Penyusunan laporan hasil pembinaan, pengendalian, monitoring
dan evaluasi sebagai acuan perbaikan pelaksanaan kegiatan
dimasa mendatang.
2. Kegiatan APBN
a.. Bidang Tanaman Pangan
1). Pengeloaan data tanaman pangan
a). Koordinasi penyusunan data SP tahun 2016 secara periodik
sebanyak 12 kali ;
b). Koordinasi penyusunan ASEM dan ATAP tahun 2015,
Penyusunan ARAM I, penyusunan Aram II, Penyusunan
Aram III tahun 2016;
c) Mengikuti Rakornas ASEM 2015 dan ARAM I tahun
2016; Rakornas ATAP 2015 dan ARAM II tahun 2016 dan
Rakornas ARAM III tahun 2016.
d) Tersusunnya data SP tahun 2016, ASEM 2015 , ARAM I,
ARAM II, ARAM III tahun 2016 Tanaman Pangan D I Y.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
37
2). Koordinasi perencanaan penyusunan program dan anggaran
a). Sinkronisasi program kegiatan pengembangan tanaman
pangan, dengan peserta terdiri dari Dinas Pertanian lingkup
Kabupaten/Kota, Bidang/UPTD lingkup Dinas Pertanian
Prov. DIY serta instansi terkait lainnya dengan materi yang
disampaikan adalah :
(1). Arah kebijakan pengembangan tanaman pangan tahun
2017 di Prov. DIY;
(2). Pengawalan kegiatan peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan tahun 2016;
(3). Sasaran produksi tanaman pangan tahun 2017;
(4). Program kegiatan tanaman pangan tahun 2017 di Kabu-
paten Sleman,Kabupaten Bantul, Kabupaten
Gunungkidul dan kabupaten Kulon Progo.
b). Menyusun buku Juklak , Juknis dan ROK sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan tahun 2016;.
c). Penyusunan Program/rencana kerja/RKAKL tahun 2016
(1). Mengikuti koordinasi perencanaan pembangunan
pertanian nasional yang dilaksanakan di Jakarta;
(2). Mengikuti koordinasi penyusunan RKAKL pagu
sementara;
(3). Koordinasi penyusunan RKAKL pagu difinitif.
e). Menyusun sasaran produksi tanaman pangan DIY tahun
2017 per kabupaten/kota se DIY.
b. Bidang Tanaman Hortikultura
1). Pengembangan data statistik hortikultura, yang terdiri dari :
a). Penyajian data Statistik SPH SBS bulanan Januari s/d.
Desember 2016, BST, TBF dan TH triwulan I, II, III dan IV
tahun 2016;
b). Memberikan insentif bagi petugas kabupaten dan biaya
operasional bagi petugas statistik kecamatan;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
38
c). Menyusunan Angka sementara SPH tahun 2016 dan angka
tetap tahun 2015.
2). Penyusunan Rencana Teknis dan Sinkronisasi Program 2016
a). Menyusun ROPAK, Juklak dan Juknis sebagai pedoman
para pelaksana kegiatan pada kegiatan tahun 2016.
b). Sinkronisasi dan Sosialisasi kegiatan 2016 dengan peserta
dari petugas tingkat Proviinsi dan kabupaten/Kota lingkup
pertanian dan instansi terkait .
3). Workshop penyusunan sasaran Hortikultura 2017
a). Workshop dengan menghasilkan sasaran produksi buah
sayuran tahunan (BST), sayuran buah semusim (SBS),
tanaman hias (TH) dan tanaman biofarmaka (TBF);
b). Menyusun sasaran luas tanam,luas panen, produksi dan
kebutuhan benih hortikultura berdasarkan Renstra
Kementan 2015 s/d 2019 per kabupaten/kota se Prov. DIY
untuk komoditas BST, SBS,TH dan TBF serta rencana
kebutuhan benih hortikultura utama .
4). Koordinasi perencanaan program kegiatan 2017
5). Pembinaan Administrasi dan pengelolaan Keuangan
Pelaporan SAI terdiri dari SAK dan SIMAK BMN, Laporan
SAK dan Simonev setiap bulan (untuk SAK harus rekonsiliasi
dengan KPPN Yogyakarta), laporan SIMAK BMN setiap
semester yang dikirim ke KPPN, Unit Akuntansi wilayah, Kanwil
Ditjen Perbendaharaan XIV Yogyakarta dan Ditjen Hortikultura.
6). Monev kegiatan Dekonsentrasi
Pembinaan kegiatan dekonsentrasi dilaksanakan di lokasi
kelompok penerima bantuan sosial dan dari hasil monitoring
diketahui bahwa penggunaan dana sesuai RUK, kebutuhan
benih bermutu masih bermasalah serta kelompok
merencanakan perguliran dengan tertulis, merintis pasar satu
pintu di kelompok dan melaksanakan diversifikasi tanaman.
7). Monev Kegiatan Tugas Pembantuan DAK
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
39
a). Pembinaan, Monitoring DAK dan Tugas Pembantuan
(1). Melaksanakan monitoring ke kelompok penerima
bantuan sosial Kegiatan Tugas Pembantuan Kab.
Sleman dan Kab. Kulon Progo.
(2). Melaksanakan Monitoring kegiatan DAK di Kab.
Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo.
c. Bidang Peternakan
1). Penyusunan, pengumpulan, pengolahan,updating,analisa data
dan statistik dengan :
a). Menyusun buku hasil verifikasi dan validasi data peternakan
ATAP tahun 2015;
b). Menyusun buku hasil verifikasi dan validasi data peternakan
ASEM tahun 2016;
c). Melaksanakan rapat koordinasi pengumpulan data
peternakan tahun 2016 dan menyusun data populasi dan
produksi kabupaten dan kota se DIY Tahun 2016 (Angka
Sementara).
2). Penyusunan Program dan Rencana Kerja/ Teknis/ Program
dengan
a). Melaksanakan sosialisasi program kegiatan 2016;
b) Menyusunnya program dan kegiatan pembangunan
peternakan tahun 2017;
c) Menyusun Juklak, Juknis dan ROK 3 paket;
d) Menyusun sasaran kegiatan pembangunan peternakan
tahun 2017.
3). Perencanaan/Implemantasi/Pengelolaan Sistem Akuntansi
Pemerintah dengan penyusunan dan mengirim laporan SAI
dan SABMN selama 12 bulan.
4) Monitoring dan evaluasi program.
a). Melaksanakan evaluasi kegiatan peternakan setiap bulan
b). Melaksanakan monitoring kegiatan peternakan
c). Menyusun laporan Tinjauan Hasil yang merupakan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
40
evaluasi pelaksanaan program pembangunan peternakan..
d. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
1). Melaksanakan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi antara lain:
a). Penyelenggaraan rapat,koordinasi, pengadaan ATK dan
komputer
b). Pertemuan Sosialisasi PPHP 2016
d). Pertemuan penyusunan Juklak, Juknis dan ROK
e). Workshop perbaikan proposal kegiatan APBN 2017
f). Rapat/pertemuan verifikasi proposal PPHP, penyusunan
masalah pengembangan PPHP, rencana kegiatan
pengembangan PPHP tahun 2017
g). Pembinaan dan Koordinasi kegiatan PPHP ke Kab. Bantul,
Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul
h). Mengikuti rapat/pertemuan /workshop tingkat nasional.
2). Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kegiatan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian melalui kegiatan-kegiatan :
a). Pertemuan bulanan evaluasi setiap awal bulan untuk
membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan
b) Penyelenggaraan Sinkronisasi kegiatan PPHP 2016
c). Melaksanakan kegiatan pembinaan,monitoring dan
evaluasi ke Kab. Gunungkidul, Bantul, Sleman dan Kulon
Progo.
e). Pertemuan Evaluasi Pembangunan Pertanian Provinsi
DIY
f). Mengikuti pertemuan/workshop tingkat nasional.
e. Bidang PSP
1) Verifikasi Proposal
a). Melaksanakan Pertemuan Verifikasi Proposal, antara lain
membahasl :
(1). Arah dan Kebijakan pembangunan tahun 2017
(2). Outline proposal usulan kegiatan PSP tahun 2017
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
41
(3). Usulan kegiatan ke Ditjen PSP dari 4 kabupaten.
b). Melaksanakan perjalanan verifikasi proposal .
2). Melaksanakan pertemuan penyusunan perencanaan kegiatan
PSP tahun 2017.
3). Melaksanakan monitoring lokasi kegiatan PSP di 4 Kabupaten
se DIY. Kegiatan yang dimonitoring adalah pembangunan
jaringan irigasi teknis dan alat mesin pertanian ,
pengembangan/Rehab jaringan irigasi, pembangunan rumah
kompos, pembangunan embung/dam parit, irigasi
permukaan/bak penampung/pengadaan pompa air. Monitoring
pelaksanaan upsus padi jagung kedelai.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
42
BAB IV
BIDANG TANAMAN PANGAN
Bidang Tanaman Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinaan, fasilitasi dan pengembangan sarana prasarana produksi tanaman
pangan, produksi tanaman pangan, serta lahan dan air untuk tanaman pangan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidangan Tanaman Pangan
mempunyai fungsi:
a. Penyusunan program Bidang Tanaman Pangan;
b. Penyelenggaraan fasilitasi dan pengembangan sarana dan prasarana
produksi tanaman pangan;
c. Penyelenggaraan fasilitasi dan pengembangan produksi tanaman pangan;
d. Penyelenggaraan fasilitasi dan pengembangan pengelolaan lahan dan air
untuk tanaman pangan;
e. Perumusan perijinan usaha tanaman pangan;
f. Perumusan bahan kebijakan pengembangan teknologi produksi tanaman
pangan;
g. Penyelenggaraan kemitraan usaha produksi tanaman pangan;
h. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program
Bidang Tanaman Pangan;
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Bidang Tanaman Pangan terdiri dari seksi – seksi yaitu :
a. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan;
b. Seksi Produksi Tanaman Pangan;
c. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Pangan
Adapun tugas pokok dan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan, fasilitasi dan pengembangan sarana dan
prasarana produksi tanaman pangan, yang didukung pula dengan fungsi
sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
43
1). Penyusunan program Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan;
2). Penyelenggaraan pengawasan pengadaan, peredaran, penggunaan
dan standar mutu pupuk;
3). Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis penggunaan pestisida
tanaman pangan;
4). Pelaksanaan identifikasi, inventarisasi kebutuhan alat mesin tanaman
pangan dan penyusunan bahan kebijakan alat dan mesin pertanian
serta penentuan kebutuhan prototipe, penerapan, pembinaan dan
pengawasan standar mutu alat dan mesin pertanian;
5). Penyiapan bahan kebijakan benih antar lapang, pemantauan benih dan
pengaturan penggunaan benih tanaman pangan;
6). Penyiapan bahan perijinan usaha tanaman pangan.
7). Pengelolaan data dan penyiapan pedoman pengembangan sarana dan
prasarana produksi tanaman pangan;
8). Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program
Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan.
b. Seksi Produksi Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanaan bimbingan
dan fasilitasi pengembangan produksi dan teknologi budidaya tanaman
pangan yang didukung pula oleh fungsi sebagai berikut :
1). Penyusunan program Seksi Produksi Tanaman Pangan;
2). Penyelenggaraan bimbingan penerapan pedoman teknis pola tanam
dan perlakuan terhadap tanaman pangan;
3). Penyelenggaraan bimbingan kelembagaan usaha tani,manajemen
usaha tani tanaman pangan dan penyelenggaraan pola
kerjasama/kemitraan usaha tani;
4). Fasilitasi pemberian kompensasi karena eradikasi dan jaminan
penghasilan bagi petani tanaman pangan yang mengikuti program
pemerintah;
5). Penyiap bahan promosi komoditas tanaman pangan;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
44
6). Penyelenggaraan pembinaan, supervisi,fasilitasi pengembangan dan
penerapan hasil pengkajian teknologi tanaman pangan spesifik lokasi;
7). Penyiapan perijinan penggunaan varietas lokal tanaman pangan untuk
pembuatan varietas turunan esensial yang sebaran geografisnya
meliputi lintas kabupaten/kota;
8). Pengaturan pembagian keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya
genetik tanaman pangan di beberapa kabupaten/kota;
9). Pengelolaan data dan penyiapan pedoman teknis produksi tanaman
pangan;
10). Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan Seksi
Produksi Tanaman Pangan.
c. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas menyelenggarakan
bimbingan, fasilitasi dan pengembangan pengelolaan lahan dan air untuk
tanaman pangan, yang didukung dengan fungsi sebagai berikut :
1). Penyusunan program Seksi Pengelolaan Lahan dan Air;
2). Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis bimbingan pengembangan,
rehabilitasi, konservasi,optimasi,pemanfaatan air irigasi dan
pengendalian lahan pertanian untuk tanaman pangan;
3). Pemetaan dan pelaksanaan pengembangan, rehabilitasi, konservasi,
optimasi dan pengendalian lahan pertanian untuk tanaman pangan;
4). Pemantauan dan pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber-
sumber air, air irigasi dan pemberdayaan kelembagaan petani pemakai
air untuk tanaman pangan;
5). Penyusunan rencana teknis antisipasi iklim untuk tanaman pangan;
6). Pengelolaan data dan penyiapan pedoman teknis lahan dan air untuk
tanaman pangan.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 318.580 hektar.
Sekitar 18,40% atau 58.608 hektar berupa lahan sawah yang bisa ditanami Padi
dan Palawija atau Hortikultura. Di samping itu di wilayah Kabupaten Gunungkidul
juga banyak dijumpai lahan tegalan yang ditanami Padi, Palawija dan
Hortikultura. Dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya daerah
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
45
perkotaan, maka luas lahan sawah di Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta terus
mengalami penurunan. Kompetisi dalam penggunaan sumberdaya lahan dan air
berakibat pada semakin berkurangnya alokasi lahan bagi pertanian. Fenomena
ini secara nyata ditunjukkan dengan berkurangnya lahan sawah beririgasi
sebesar rata-rata 250 hektar per tahun.
Pengembangan tanaman pangan tidak dapat terlepas dari pengaruh
perubahan lingkungan yang strategis yang terjadi dewasa ini. Perubahan
lingkungan strategis pada era reformasi dan otonomi daerah, peningkatan jumlah
penduduk, kesempatan kerja, penciutan lahan subur, isu pelestarian lingkungan
hidup. Krisis ekonomi serta adanya gejolak berkembangnya produk-produk
transgenik hasil rekayasa bioteknologi yang sangat berpengaruh terhadap
pembangunan tanaman pangan masa kini dan mendatang. Pembangunan
pertanian tanaman pangan dapat dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang mengimplementasikan konsep agribisnis secara utuh dan terkait erat
dengan pembangunan wilayah pedesaan melalui pemanfaatan sumber daya
pertanian yang ada. Sebagai suatu rangkaian kegiatan pada sistem dan usaha
agribisnis, subsistem budidaya tanaman pangan (on farm) merupakan subsistem
yang penting dan perlu didukung oleh subsistem terkait seperti sistem sarana
dan prasarana (hulu), subsistem pengolahan dan pemasaran hasil (hilir) serta
penunjang lainnya.
Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan tidak terlepas atas
kebijakan pemenuhan pangan masyarakat yang bermuara pada isu ketahanan
atau kedaulatan pangan. Pasokan pangan suatu wilayah sangat bergantung
pada ketersediaan dari aspek produksi dan konsumsi masyarakat dalam wilayah
tersebut, termasuk komoditas yang dibudidayakan untuk mendukung konsumsi
pangan setempat. Data menunjukkan produktivitas sub sektor tanaman pangan
di DIY mempunyai kecenderungan meningkat. Komoditas padi bahkan berada di
atas rerata nasional.
Komoditas padi Secara nasional dan wilayah DIY, memiliki peran sebagai
bahan pangan strategis. Karena peran strategis itu produksi produksi dan harga
dikendalikan oleh Pemerintah. Masih ada dua komoditas lainnya yang memiliki
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
46
peran strategis yaitu jagung dan kedelai, sebagai bahan baku industri dan
sebagai pakan ternak. Upaya peningkatan produksi padi kedelai dan jagung
terus memenerus diupayakan.
Gambaran luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan
tahun 2014 dan 2015 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel : Data Produksi Tanaman Pangan Tahun 2015 dan Tahun 2016
No Komoditas Produksi (ton)
2015* 2016**
1. Padi sawah 746.810 712.282
2. Padi ladang 198.326 170.417
Total padi 945.136 882.699
3. Jagung 299.084 310.257
4. Kedelai 18.822 16.677
5. Kacang Tanah 83.300 75.816
6. Kacang Hijau 230 289
7. Ubi Kayu 873.362 915.667
8. Ubi Jalar 6.070 3.256
9. Sorghum 51 56
Sumber Data: SubBag PI Sekretariat Distan DIY. 2016
Keterangan : * 2015 ATAP : Angka Tetap ** 2016 ARAM 2 : Angka Ramalan 2
Tabel : Data Luas Panen Tanaman Pangan Tahun 2015 dan Tahun 2016
No Komoditas Luas Panen (ha)
2015* 2016**
1. Padi sawah 113.027 116.133
2. Padi ladang 42.811 41.952
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
47
Total padi 155.838 158.085
3. Jagung 65.485 65.632
4. Kedelai 13.886 12.990
5. Kacang Tanah 70.888 63.128
6. Kacang Hijau 394 461
7. Ubi Kayu 55.626 52.850
8. Ubi Jalar 407 244
9. Sorghum 160 178
Sumber Data: SubBag PI Sekretariat Distan DIY. 2016
Keterangan : * 2015 ATAP : Angka Tetap ** 2016 ARAM 2 : Angka Ramalan 2
Tabel : Data Produktivitas Tan. Pangan Tahun 2015 dan Tahun 2016
No Komoditas Produktivitas (ku/ha)
2015*
2016**
1. Padi sawah 66,07 61,33
2. Padi ladang 46,33 40,62
Total padi 60,65 55,84
3. Jagung 45,67 47,27
4. Kedelai 13,55 12,85
5. Kacang Tanah 11,75 12,01
6. Kacang Hijau 5,84 6,27
7. Ubi Kayu 157,01 173,26
8. Ubi Jalar 149,14 133,44
9. Sorghum 3,15 3,15
Sumber Data: SubBag PI Sekretariat Distan DIY. 2016
Keterangan : * 2014 ATAP : Angka Tetap ** 2015 ASEM : Angka Ramalan II
Produksi padi berdasarkan Angka sementara tahun 2016,
produksi padi turun dari angka tetap tahun 2015 sebesar (-6,6%.).
Penurunan ini disumbang oleh produksi padi sawah maupun padi ladang.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
48
Luas panen padi sawah 2016 naik 3.106 ha (2,72%) dari tahun 2015.
Kenaikan ini terjadi di 4 kabupaten dan terbesar di Kabupaten Sleman
yaitu sebesar 2.411 Ha, hal ini disebabkan adanya peralihan dari tanaman
jagung dan tembakau karena curah hujan yang tinggi di 2016 sehingga
petani memilih tanam padi. Produktivitas padi sawah 2016 turun 4,74
ku/ha (7,17%) dari tahun 2015. Penyebab produktivitas turun : karena
intensitas hujan tinggi sehingga mengganggu penyerbukan dan pengisian
bulir (banyak bulir hampa). Meskipun luas panen padi sawah meningkat
namun karena produktivitas turun menyebabkan produksi padi sawah
pada tahun 2016 turun sebesar 34.528 ton (4,62%) dari tahun 2015.
Sentra produksi utama padi ladang di kabupaten Gunungkidul.
Penurunan luas panen di Gunungkidul pada SR-1 disebabkan pada saat
pertumbuhan awal pada SR-1 tidak ada hujan selama 14 hari,sedangkan
pada SR-2 petani tidak menanam padi Ladang seperti tahun sebelumnya
dan bergeser pola tanam dari padi ladang menjadi palawija. Pada SR-3
tahun 2015 yang ada tanaman padi ladang di kabupaten Kulon Progo dan
pada SR-3 tahun 2016 tidak tanam padi ladang lagi beralih ke Jagung.
Produktivitas padi ladang tahun 2016 turun sebesar 5,71 ku/ha (12,32%)
dari tahun 2015 yang terjadi pada SR-1 karena pada saat pertumbuhan
awal pada SR-1 tidak ada hujan selama 14 hari, kemudian hujan turun 1-2
hari, setelah itu tidak ada hujan sampai dengan pembungaan. Hal ini
menyebabkan provitas padi ladang turun. Karena luas panen dan
produktivitas padi ladang turun menyebabkan produksi padi ladang pada
tahun 2016 turun sebesar 27.909 ton (14,07%) dari tahun 2015
Beberapa Upaya yang dilakukan untuk peningkatan produksi
pangan yang merupakan amanah Tanaman Pangan yaitu UPSUS (Upaya
Khusus) Padi Jagung Kedelai (Pajale), aneka kacang dan umbi adalah :
1. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan mutu benih.
2. SLPTT (Padi, jagung dan kedelai), Penerapan Teknologi Tajarwo, SRI
dll
3. Peningkatan Indek Pertanaman.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
49
4. Upaya Penurunan Konsumsi Beras.
5. Pengembangan dan Penerapan Varietas Unggul.
6. Introduksi Teknologi Pupuk Berimbang.
7. Pengamanan Produksi Tanaman Pangan dari serangan OPT dan DPI
(koordinasi dengan UPTD BPTP Dinas Pertanian DIY)
8. Penyuluhan dan Pendampingan.
9. Fasilitasi Pestisida
10. Fasilitasi Alsin
11. Fasilitasi Pupuk Bersubsidi
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, pupuk yang disubsidi berasal dari
dua perusahaan yaitu PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Petrokimia Gresik.
Adapun jumlah distributor dan pengecernya seperti pada tabel di
bawah ini.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 50
BAB V
BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA
Bidang Tanaman Hortikultura mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinaan,fasilitasi dan pengembangan sarana prasarana produksi tanaman
hortikultura serta lahan dan air untuk tanaman hortikultura.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Tanaman Hortikultura
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan tanaman
hortikultura
c. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan
sarana dan prasarana produksi tanaman hortikultura
d. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan
teknis produksi tanaman hortikultura
e. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan
teknis pengelolaan lahan dan air untuk tanaman hortikultura
f. Perumusan bahan kebijakan pengembangan teknologi produksi tanaman
hortikultura
g. Penyelenggaraan kemitraan usaha produksi tanaman hortikultura
h. Penyiapan bahan pertimbangan teknis perijinan bidang hortikultura
i. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Bidang Tanaman Hortikultura
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Bidang Tanaman Hortikultura terdiri atas tiga seksi dengan tugas dan
fungsi masing-masing :
a. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Hortikultura;
b. Seksi Produksi Tanaman Hortikultura;
c. Seksi Pengelolaan Lahan dan air Tanaman Hortikultura.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 51
Seksi Sarana Prasarana Tanaman Hortikultura mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan, fasilitasi, serta pengembangan sarana dan prasarana
produksi tanaman hortikultura. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud Seksi Sarana Prasarana Tanaman Hortikultura mempunyai fungsi:
1. Penyusunan program kerja
2. Penyiapan bahan kebijakan teknis pengelolaan sarana prasarana tanaman
hortikultura
3. Penyiapan bahan kebijakan teknis penanggulangan wabah hama dan
penyakit tanaman hortikultura
4. Pelaksanaan identifikasi, inventarisasi, penyusunan bahan kebijakan dan
penentuan kebutuhan alat dan mesin pertanian tanaman hortikultura
5. Penyusunan kebutuhan sarana prasarana budidaya tanaman hortikultura
6. Penyiapan bahan pertimbangan teknis perijinan usaha tanaman hortikultura
7. Pengelolaan data dan penyiapan pedoman teknis sarana dan prasarana
produksi tanaman hortikultura
8. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi
Sarana Prasarana Tanaman Hortikultura
9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Seksi Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan
bimbingan, fasilitasi, serta mengembangkan produksi dan teknologi budidaya
tanaman hortikultura. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Seksi
Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai fungsi :
1. Penyusunan program kerja
2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan tanaman
hortikultura
3. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan sarana
dan prasarana produksi tanaman hortikultura
4. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan teknis
produksi tanaman hortikultura
5. Penyelenggaraan bimbingan penerapan dan fasilitasi pengembangan teknis
pengelolaan lahan dan air untuk tanaman hortikultura
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 52
6. Perumusan bahan kebijakan pengembangan teknologi produksi tanaman
hortikultura
7. Penyelenggaraan kemitraan usaha produksi tanaman hortikultura
8. Penyiapan bahan pertimbangan teknis perijinan bidang hortikultura
9. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi
Produksi Bidang Tanaman Hortikultura
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Hortikultura mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan, fasilitasi, serta pengembangan pengelolaan lahan dan
air untuk tanaman hortikultura. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Hortikultura mempunyai
fungsi:
1. Penyusunan program kerja
2. Penyiapan bahan kebijakan teknis pengelolaan lahan dan air tanaman
hortikultura
3. Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis pengelolaan lahan dan air
tanaman hortikultura
4. Penyusunan data penggunaan lahan dan air tanaman hortikultura
5. Pelaksanaan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, dan optimasi lahan
pertanian tanaman hortikultura
6. Pemantauan dan pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber-
sumber air, air irigasi dan pemberdayaan kelembagaan petani pemakai air
untuk tanaman hortikultura
7. Bimbingan teknis antisipasi iklim untuk tanaman hortikultura
8. Mengelola data dan penyiapan pedoman pengelolaan lahan dan air tanaman
hortikultura
9. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi
Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Hortikultura
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 53
Pengembangan sub sektor hortikultura dalam perspektif paradigma baru
tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi komoditas saja namun
terkait dengan isu-isu strategis dalam pembangunan yang lebih luas.
Pembangunan sub sektor hortikultura juga mengacu pada pencapaian target
sukses Kementerian Pertanian lainnya yaitu: peningkatan diversifikasi pangan,
peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan
kesejahteraan petani. Selain itu, pengembangan sub sektor hortikultura juga
diarahkan untuk mengantisipasi meningkatnya nilai impor komoditas pertanian
dan sebaliknya mampu meningkatkan nilai ekspor.
Pembangunan sub sektor hortikultura memerlukan dukungan dari berbagai
pihak yang terkait, baik itu pelakunya sendiri dalam hal ini petani, pelaku usaha
horti, pemerintah sebagai pengambil dan penentu kebijakan, lembaga penelitian,
perbank kan dlsb. Pengembangan hortikultura bertujuan untuk : 1) Pelestarian
lingkungan agar tercipta lingkungan yang asri, membuka lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan, 2) Menarik investasi skala kecil dan menengah, 3)
Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas strategis (cabai merah dan
bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan identitas nasional (anggrek,
jamu, dll), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui penyediaan karbohidrat
alternative (pisang, kentang, dll), dan 6) Menunjang pengembangan sektor
pariwisata (agro wisata).
.Potensi Komoditas Hortikutura di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup
beragam mulai dari komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka dan
tanaman hias. Dengan luas 3.185,80 km² dengan ketinggian tempat berkisar
antara 0 m s/d 850 m dpl dan beragam jenis tanahnya telah terbentuk sentra-
sentra kawasan untuk hortikultura, di masing – masing kabupaten sebagai
berikut:
1. Kabupaten Gunungkidul
a. Sentra Pengembangan Buah
1) Durian : Kecamatan Patuk dan Nglipar
2) Pisang : Kecamatan Ngawen, Semin
3) Jambu Kristal : Kecamatan Patuk
b. Sentra Pengembangan Sayuran
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 54
1) Bawang Merah : Wonosari, Playen
2) Cabai Merah : Wonosari, Playen, Paliyan, Karangmojo
2. Kabupaten Sleman
a. Sentra Pengembangan Buah
1) Salak : Kecamatan Turi, Tempel, Pakem
2) Jambu dalhari : Kecamatan Berbah
b. Sentra Pengembangan Sayuran
Cabai besar dan rawit : Kecamatan Cangkringan, Pakem, Ngaglik,
Ngemplak, Kalasan
c. Sentra Tanaman Hias
1) Krisan : Kecamatan Pakem
2) Tanaman Hias Landscape : Kecamatan Sleman
3. Kabupaten Kulon Progo
a. Sentra Pengembangan Buah
1) Durian : Kecamatan Kalibawang, Kokap dan
Samigaluh
2) Salak : Kecamatan Girimulyo
b. Sentra Pengembangan Sayuran
1) Cabe besar : Kecamatan Panjatan, Temon, Wates
2) Bawang Merah : Kecamatan Sentolo, Panjatan, Wates,
Pengasih
c. Sentra Tanaman Hias Krisan : Kecamatan Samigaluh
d. Sentra Pengembangan Biofarmaka Jahe dan Kencur :
Kokap, Pengasih, Girimulyo
4. Kabupaten Bantul
a. Sentra Pengembangan Buah Pisang : Kecamatan Bambanglipuro,
Kretek
b. Sentra Pengembangan Sayuran Cabe Besar dan Bawang Merah :
Kecamatan Kretek, Sanden dan Imogiri
c. Sentra Tanaman Biofarmaka Kecamatan Dlingo, Imogiri
5. Kota Yogyakarta
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 55
Angrek dan tanaman hias landscape lainnya : Kecamatan Kraton, Tegalrejo,
Mantri Jeron, Umbul Harjo
Merujuk RENSTRA Kementerian Pertanian RI Th 2015 - 2019, disebutkan
dua agenda prioritas di bidang pertanian yaitu (1) Peningkatan Agroindustri, dan
(2) Peningkatan Kedaulatan Pangan. Peningkatan Agroindustri, sebagai bagian
dari agenda 6 Nawa Cita (Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional. Sasaran dari peningkatan agroindustri adalah :
1. Meningkatnya PDB Industri Pengolahan Makanan dan Minuman serta
produksi komoditas andalan ekspor dan komoditas prospektif
2. Meningkatnya jumlah sertifikasi untuk produk pertanian yang diekspor
3. Berkembangnya agroindustri terutama di perdesaan. Komoditi yang menjadi
fokus dalam peningkatan agroindustri diantaranya kelapa sawit, karet,
kakao, teh, kopi, kelapa, mangga, nenas, manggis, salak, kentang
Untuk mencapai sasaran pokok peningkatan nilai tambah dan daya saing
komoditi pertanian yang telah ditetapkan tersebut, maka arah kebijakan
difokuskan pada: (1) peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian komoditi
andalan ekspor, potensial untuk ekspor dan substitusi impor; dan (2) mendorong
pengembangan industri pengolahan terutama di perdesaan serta peningkatan
ekspor hasil pertanian. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan tersebut ditetapkan
beberapa strategi yaitu meliputi:
1. Revitalisasi perkebunan dan hortikultura rakyat
2. Peningkatan mutu, pengembangan standardisasi mutu hasil pertanian dan
peningkatan kualitas pelayanan karantina dan pengawasan keamanan
hayati
3. Pengembangan agroindustri perdesaan
4. Penguatan kemitraan antara petani dengan pelaku/ pengusaha pengolahan
dan pemasaran
5. Peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumbersumber
pembiayaan serta informasi pasar dan akses pasar
6. Akselerasi ekspor untuk komoditas-komoditas unggulan serta komoditas
prospektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 56
Fokus komoditas yang dikembangkan terdiri dari delapan kelompok
produk, yaitu: 1. Bahan makanan pokok nasional: padi, jagung, kedelai, gula,
telur dan daging unggas, daging sapi/kerbau 2. Bahan makanan pokok lokal:
sagu, jagung, umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar) 3. Produk pertanian penting
pengendali inflasi: cabai, bawang merah, bawang putih 4. Bahan baku industri
(konvensional): sawit, karet, kakao, kopi, lada, pala, teh, susu, ubi kayu 5. Bahan
baku industri: sorgum, gandum, tanaman obat, minyak atsiri, cengkeh 6. Produk
industri pertanian (prospektif): aneka tepung dan jamu 7. Produk energi pertanian
(prospektif): biodiesel, bioetanol, biogas 8. Produk pertanian berorientasi ekspor
dan subtitusi impor : buah-buahan (nanas, manggis, salak, mangga, jeruk),
kambing/ domba, babi, florikultura.
Merujuk pada Rencana Strategis Dinas Pertanian DIY 2012 – 2017
Strategi/Kebijakan Dinas Pertanian yang terkait dengan komoditas hortikultura
adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan teknologi produksi melalui penerapan Good Agriculture
Practces (GAP)/Standart Operating Procedure (SOP)
2. Pengamanan produksi melalui pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan, pengendalian penyakit hewan menular strategis dan penanganan
dampak bencana alam dan perubahan iklim
3. Fasilitasi dan optimasi Sarana prasarana Tanaman pangan dan hortikultura
(pupuk, benih, bahan pengendalian OPT, alsintan, sumberdaya air, dan
permodalan)
4. Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui penerapan Good
Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP)
5. Promosi pemasaran produk pertanian di pasar domestik maupun inter-
nasional
6. Perlindungan petani melalui regulasi subsidi harga produk
7. Pemberdayaan petani dalam melakukan agribisnis produk unggul pertanian
melalui penguatan kelembagaan dan usahanya
8. Peningkatan kemampuan petani melalui pelatihan, kursus, magang, sekolah
lapang
9. Pengembangan minat generasi muda bekerja di sektor pertanian melalui
penumbuhan wirausahawan muda pertanian, pemberian modal usaha bagi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 57
generasi muda yang bergerak di sektor pertanian, pendidikan dan latihan
khusus pertanian/agribisnis pertanian bagi generasi muda
10. Pelaksanaan pembinaan petani dalam menjalankan usaha taninya oleh
petugas
11. Pengembangan kemitraan antar poktan/gapoktan/lembaga petani dengan
pihak ketiga dalam membangun rantai pasokan (suply chain management)
12. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan;
13. Penguatan kelembagaan kelompok
14. Peningkatan nilai tambah petani miskin melalui pemberian bantuan sarana
prasarana pertanian dan penguatan usahanya untuk meningkatkan
kesejahteraan petani miskin
Program/Kegiatan Pengembangan Hortikultura 2016 telah dilaksanakan
di Bidang Tanaman Hortikultura dengan pencapaian fisik sebesar 100% dan
keuangan mencapai. Upaya pencapaian sasaran hortikultura ditempuh melalui
dua program yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas Ramah
Lingkungan (APBN) dan Peningkatan Produksi Hortikultura (APBD).
Dari hasil pelaksanaan kegiatan APBD penyerapan keuangan rendah
namun fisik terlaksana 100 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perbedaan pada anggaran DPA Perubahan dengan usulan perubahan yang
diajukan pelaksana pada Bulan Agustus untuk melakukan efisiensi anggaran.
Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah upaya untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas di petani sayur, buah, hias dan
tanaman obat melalui kegiatan pembinaan, koordinasi, monitoring maupun
fasilitasi pemberian bantuan hibah ke kelompok tani.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai besar, cabai rawit dan
bawang merah menjadi focus sasaran kegiatan. Melalui dana APBN
dekonsentrasi di Dinas Pertanian DIY serta UPTD BPSB dan UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP2TPH) serta
Tugas Pembantuan di 4 kabupaten telah dilakukan pendampingan untuk
pengembangan komoditas tersebut meliputi:
1. Peningkatan kapabilitas petugas/petani pada 4 kabupaten
2. Pemberdayaan kelembagaan usaha
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 58
3. Gerakan pengendalian OPT
4. Pembinaan dan monitoring ditingkat lapang
5. Pengembangan Sistem Perbenihan
6. Pengembangan Sistem Pengendalian OPT
7. Dukungan Teknis Manajemen yang salah satunya adalah pengelolaan data
Kebijakan Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) melalui
penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya merupakan salah
satu materi utama dalam pembinaan ke kelompok tani. Selain bertujuan untuk
meningkatkan produksi, produktivitas hortikiltura yang ramah lingkungan dan
aman konsumsi diharapkan kelompok tani mau mengajukan registrasinya
untuk kebun maupun lahan usaha yang sudah menerapkan GAP dan SOP
agar dapat diakui sebagai produk yang aman konsumsi. Dengan adanya
registrasi kebun/lahan usaha ini diharapkan meningkatkan kepercayaan
konsumen dan meningkatkan pasar dan nilai jual. Namun demikian pengajuan
registrasi belum banyak dilakukan oleh petani kecuali pada kelompok tani
salak yang menjadi pemasok ekspor. Pasar ekspor mensyaratkan adanya
registrasi kebun/lahan usaha sebagai jaminan kualitas produk hortikultura.
Oleh karena belum ada pembedaan nilai jual pada produk sayuran, obat dan
buah kecuali pada salak ekspor. Untuk itu perlu terus dilakukan penyadaran ke
petani untuk menerapkan GAP dan SOP serta melakukan registrasi untuk
mengahadapi pasar bebas yang menuntut persaingan kualitas produk.
Beberapa SOP Budidaya Tanaman Hortikultura baik buah, sayur, hias
dan tanaman obat telah disusun dan pada tahun 2016 ini disusun SOP
budidaya cabai rawit. Hal ini di sebabkan karena komoditas cabai rawit
merupakan salah satu komoditas penting dan mulai banyak diusahakan petani
karena mempunyai prospek ekonomi yang cukup tinggi. Namun demikian luas
tanam untuk cabai rawit masih belum sebesar cabai besar karena petani yang
belum terbiasa menanam cabai rawit secara monokultur.
Dalam hal kelembagaan, fungsi kelompok tani dalam peningkatan
pendapatan usaha kelompok masih belum optimal. Kelompok masih sebatas
berfungsi sebagai gabungan anggota untuk wadah menerima bantuan dari
pemerintah dan mengelolanya diantara anggota. Pemasaran secara bersama
untuk memperkuat posisi tawar dan kontinyuitas hasil belum banyak dilakukan.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 59
Penguatan kelembagaan masih sangat diperlukan agar angota mendapatkan
maanfaat yang lebih dari aktivitas berkelompok.
Beberapa kendala kelembagaan yang ada ditingkat petani diantaranya adalah :
1. Kelembagaan petani yang sekarang umumnya masih setingkat kelompok
tani/gapoktan, diharapkan ke depan dapat meningkat menjadi asosiasi.
2. Petani belum sepenuhnya dapat memanfaatkan teknologi yang ada.
Kedepan, diharapkan kelompok tani/gapoktan/asosiasi dapat
memanfaatkan teknologi untuk memaksimalkan akses informasi terutama
informasi pasar.
3. Peluang yang terbuka dengan tumbuhnya pasar modern maupun
tradisional, belum mampu dimanfaatkan oleh para pelaku agribisnis,
khususnya petani yang memiliki skala usaha kecil dan menengah.
4. Keterbatasan di tingkat petani maupun kendala struktural yang ada
terutama disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang karakteristik
pasar modern dan tradisional.
Pada kelembagaan kelompok tani ini diharapkan menjadi titik awal
pembentukan kelembagaan yang lebih besar. Budidaya hortikultura dalam skala
sempit sulit mendapatkan pasar. Namun bila tanaman hortikultura ditanam dalam
skala luas, tentu lebih mudah diingat oleh pelaku pasar sebagai sentra
hortikultura. Pencapaian target produksi untuk tahun 2016 tercapai sebesar
570.885 ton naik sebesar 178.085 ton atau 45% dibandingkan dengan sasaran
yang telah ditetapkan dalam renstra Dinas Pertanian yaitu 392.800 ton.
Kenaikan ini terjadi pada beberepa komoditas unggulan seperti bawang
merah, cabae merah, cabe rawit, durian, salak, pisang dan jahe.
Untuk target produksi sayuran utama yang ditetapkan secara nasional,
pencapaian untuk 3 komoditas yaitu cabe besar, cabe rawit dan bawang
merah adalah bawang merah dari taarget sebesar 12.430 ton hanya tercapai
12.204 ton; Cabe besar dari terget 18.787 ton terealisasi sebesar 24.168 ton
dan pada cabai rawit target sebesar 3.652 ton teralisasi sebesar 4.528 ton.
Penurunan produktivitas terjadi pada komoditas cabe merah, namun luas
penanaman dan luas panen meningkat dibandingkan tahun 2015. Kenaikan
luas tanam ini dikarenakan tingginya harga cabe, sedangkan penurunan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 60
produktivitas disebabkan oleh banyaknya serangan OPT dan banyaknya lahan
yang terendam air hujan pada lahan-lahan sawah.
Pada akhir tahun 2016 dari kementerian Pertanian RI melalui Direktorat
Jenderal Hortikultura telah disosialisasikan mengenai Upaya Khusus (Upsus)
untuk Cabae merah dan Bawang Merah yang dimulai pada Januari 2017. Melalui
program ini telah ditetapkan sasaran tambah tanam setiap daerah serta sebaran
tanam per bulan untuk provinsi dan selanjutnya dirinci menjadi sasaran provinsi
dan kabupaten. Selain itu daerah diwajibakan untuk melaporkan data tambah
tanam harian ke pusat agar dapat diketahui kondisi lapangan yang selalu up to
date dari hari ke hari. Sasaran tanam selengkapnya terlampir.
Luas panen dan produksi tanaman hortikultura pada tahun 2015 dan tahun
2016 tersaji pada table berikut :
Tabel 1.13 Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di DIY, 2015-
2016
No Komoditas Luas Panen Produksi
Satuan 2015 2016* Satuan 2015 2016*
1 Cabai besar ha 2.296 2.873 Ton 23.045 23.487
2 Cabai rawit ha 823 900 Ton 3.262 3.276
3 Bawang merah
ha 1.030 1.031 Ton 8.790 8.898
4 Salak rumpun 5.234.500 5.301.071 Ton 73.283 74.215
5 Pisang rumpun 1.113.435 1.139.478 Ton 51.218 52.416
6 Jahe m2 2.308.500 2.492.500 Ton 4.617 4.985
7 Krisan m2 68.047 70.467 Tangkai 5.312.785 5.325.840
Keterangan: AngkaTetap 2015, * Angka Sementara = 2016 Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2017
Peningkatan luas panen komoditas cabe besar, cabe rawit dan bawang merah
mendukung peningkatan produksi cabai besar, cabe rawit dan bawang merah
sehingga pada tahun 2016 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,92%;
0,5 % dan 1,23 % dibandingkan tahun 2015.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 61
Produksi salak tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,27%,
disebabkan oleh kenaikan luas panen dan siklus produksi tahunan. Produksi jahe
mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya luas panen, disebabkan
harga jahe relative konstan disbanding komoditas biofarmaka yang lain, sehingga
petani beralih ke komoditas jahe. Sedangkan untuk komoditas krisan masih stabil
dan mengalami peningkatan meskipun sedikit (0,25 %), hal ini karena adanya
dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Kulon Progo sebagai daerah tujuan wisata.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
62
BAB VI
BIDANG PETERNAKAN
Bidang Peternakan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan,
fasilitasi pengembangan produksi peternakan, sarana prasarana produksi
peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Bidang Peternakan
mempunyai fungsi:
1. Penyusunan program kerja;
2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan peternakan;
3. Fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana teknis produksi
peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
4. Fasilitasi dan pengembangan teknis produksi peternakan;
5. Fasilitasi dan pengembangan kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner;
6. Penyelenggaraan kerjasama bidang peternakan;
7. Penyelenggaraan pemberian rekomendasi/perijinan usaha
peternakan;
8. Perumusan bahan kebijakan produksi peternakan, kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner;
9. Pengawasan peredaran lalu lintas produk ternak;
10. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Bidang Peternakan; dan
11. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Peternakan terdiri dari :
a. Seksi Sarana Prasarana Produksi Peternakan;
b. Sekdi Produksi Ternak;
c. Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
63
Adapun tugas pokok dan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Seksi Sarana dan Prasarana Produksi Peternakan mempunyai tugas
menyelenggarakan bimbingan, fasilitasi dan pengembangan sarana dan
prasarana produksi peternakan.
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Sarana dan Prasarana Produksi
Peternakan mempunyai fungsi:
1. Penyusunan program kerja;
2. Penyiapan bahan kebijakan teknis sarana/prasarana produksi
peternakan;
3. Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis pengembangan sarana
prasarana produksi peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner;
4. Pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin
peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner;
5. Penerapan standar mutu, pembinaan dan pengawasan standar mutu
dan standar teknis alat dan mesin peternakan serta kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
6. Penerapan pedoman pengawasan produksi, peredaran,
penggunaan, dan pengujian alat dan mesin peternakan, serta
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
7. Pembinaan dan pengawasan rekayasa dan pemeliharaan alat dan mesin
peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner;
8. Pembinaan pengembangan sarana prasarana, kelembagaan
peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner;
9. Pelaksanaan bimbingan pemanfaatan air untuk usaha
peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
64
10. Pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi optimalisasi
pengelolaan pemanfaatan air untuk usaha peternakan serta kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
11. Pengelolaan data dan penyiapan pedoman sarana dan prasarana
produksi peternakan;
12. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Sarana Prasarana Produksi Peternakan; dan
13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya
b. Seksi Produksi Ternak mempunyai tugas mengembangkan produksi dan
teknologi budidaya ternak.
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Produksi Ternak mempunyai
fungsi:
1. Penyusunan program kerja;
2. Penyiapan bahan kebijakan teknis produksi ternak;
3. Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis produksi peternakan ;
4. Pemantauan dan pengawasan penerapan standar teknis mutu bibit
Day Old Chick Final Stock;
5. Pemantauan dan pengawasan penerapan standar teknis mutu bibit
ternak;
6. Pengaturan kawasan sumber-sumber dan plasma nutfah;
7. Pembinaan dan pengawasan sertifikasi produksi bibit ternak;
8. Pembinaan mutu genetik ternak dengan rekayasa teknologi tepat guna
(inseminasi buatan, embrio transfer);
9. Pembinaan sumber bibit ternak (hasil inseminasi buatan
crossing);
10. Pembinaan dan pengawasan breeding replacement melalui rearing cool
(mempercepat penyediaan bibit);
11. Pembinaan dan pengawasan penjaringan bibit dan pelestarian plasma
nutfah di kawasan produksi peternakan;
12. Pengawasan peredaran lalu lintas bibit/benih ternak;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
65
13. Pemberian rekomendasi penyebaran dan pengembangan ternak antar
wilayah;
14. Pemberian pelayanan pembuatan rekomendasi izin ekspor/impor ternak
budidaya;
15. Pembinaan dan penerapan standarisasi mutu bibit dan mutu pakan
ternak;
16. Pelaksanaan kemitraan bidang peternakan;
17. Pengelolaan data dan penyiapan pedoman produksi ternak;
18. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Produksi Ternak; dan
19. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas
membina, mengawasi dan menyelenggarakan kegiatan kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner.
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Kesehatan Hewan dan
Masyarakat Veteriner mempunyai fungsi:
1. Penyusunan program kerja;
2. Penyiapan bahan kebijakan teknis kesehatan hewan dan
masyarakat veteriner;
3. Penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis kesehatan hewan,
kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan;
4. Pembinaan dan pengawasan praktek hygiene-sanitasi produsen
Produk Asal Hewan (PAH);
5. Pengamatan, peramalan dan pemetaan penyakit hewan dan
pencegahan penyakit hewan menular;
6. Pengaturan dan pengawasan pelaksanaan pelarangan
pemasukan hewan dan bahan asal hewan ke/dari wilayah
Indonesia antar provinsi;
7. Pengaturan dan pengawasan lalu lintas ternak, produk asal hewan,
dan hewan kesayangan dari/ke DIY;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
66
8. Pelaksanaan sertifikasi dan surveilans Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
unit usaha pangan asal hewan yang memenuhi syarat;
9. Penerapan dan pengawasan norma standar teknis pelayanan
kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan
kesejahteraan hewan;
10. Pembinaan dan fasilitasi pengembangan laboratorium kesehatan
hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan pusat kesehatan
hewan;
11. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan hewan, peredaran produk asal hewan dan peredaran obat
hewan;
12. Pelaksanaan kebijakan pengawasan, pembinaan, dan standar mutu
obat hewan;
13. Penerapan kebijakan obat hewan, pemetaan, identifikasi dan
inventarisasi kebutuhan obat hewan;
14. Pelayanan rekomendasi pemasukan/pengeluaran ternak hewan
kesayangan dan ijin ekspor/impor produk asal hewan;
15. Pembinaan dan pengawasan Rumah Pemotongan Hewan dan
Rumah Pemotongan Unggas;
16. Pembinaan dan sertifikasi pelayanan medik veteriner (dokter
hewan praktek, klinik hewan dan rumah sakit hewan) ;
17. Pembinaan penyidikan dan epidemiologi penyakit hewan, parasit,
bakteri, virus dan penyakit hewan lainnya ;
18. Pembinaan peramalan, pemberantasan dan pencegahan wabah
penyakit hewan menular strategis mewabah;
19. Pembinaan, pengawasan dan pemantauan penyakit hewan
zoonosis;
20. Pembinaan penerapan standar teknis pelayanan kesehatan
hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan
hewan;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
67
21. Pembinaan dan pelaporan pelayanan medik/paramedik veteriner di
lembaga-lembaga pemerintahan dan unit-unit pelayanan
medik/paramedik veteriner;
22. Pengelolaan data dan penyiapan pedoman kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner ;
23. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan penyusunan laporan
program Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner; dan
24. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Keberhasilan pembangunan pertanian pada umumnya dan pembanguan
peternakan pada khususnya sangat terkait dengan arah kebijakan dan program
yang disusun, serta monitoring dan evaluasi kegiatan yang
dilaksanakan.Monitoring dan evaluasi berperan penting dalam menilai tercapai
atau tidaknya kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan.Monitoring dan evaluasi
juga merupakan salah satu bagian dari siklus manajemen yang dapat menjadi
umpan balik (feedback) kepada perencanaan (planning) sehingga merupakan
satu kesatuan siklus manajemen yang utuh dan berkelanjutan.
Peran Pertanian dalam kurun waktu 20-30 tahun ke depan masih akan
tetap strategis, oleh karena itu diperlukan evaluasi kembali dan introspeksi
terhadap pelaksanaan Pembangunan Pertanian yang kita lakukan dari tahun ke
tahun dilihat dari perspektif pembangunan nasional. Dalam rangka melakukan
kinerja dan produktivitas di sektor pertanian, maka diperlukan perbaikan
mengarah terhadap dua hal, yaitu: (1) Kualitas dan kuantitas penyerapan
anggaran, dan (2) Fokus penggunaan anggaran pada program dan kegiatan
yang terkait dengan sasaran Pembangunan Pertanian
Pembangunan peternakan merupakan sub sektor pertanian yang
strategis dalam upaya ketahanan pangan dan mencerdaskan manusia yang
berkualitas. Komoditas ternak dengan kandungan fungsi protein hewaninya
sangat menentukan dalam mencerdaskan manusia karena kandungan asam
amino didalamnya tidak dapat tergantikan (irreversible) sebagai agen
pembangun. Ujung tombak dan pelaksana riil pembangunan peternakan adalah
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
68
masyarakat peternak, sektor swasta penyedia sarana produksi dan jasa
pengolahan/pemasaran. Sedang pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator
dan dinamisator agar roda pembangunan dapat bergulir dan berjalan lancar.
Semuanya diarahkan pada satu tujuan untuk terbentuknya usaha peternakan
yang efisien, tangguh dan berkelanjutan dengan mengkaitkan berbagai sumber
daya dan pelaku usaha yang saling membutuhkan saling menguatkan dan saling
menguntungkan antara subsistem hulu, onfarm dan hilir.
Pembangunan peternakan merupakan sub sektor pertanian yang
strategis dalam upaya ketahanan pangan dan mencerdaskan manusia yang
berkualitas. Komoditas ternak dengan kandungan fungsi protein hewaninya
sangat menentukan dalam mencerdaskan manusia karena kandungan asam
amino didalamnya tidak dapat tergantikan (irreversible) sebagai agen
pembangun. Untuk sub-sektor peternakan, wilayah DIY memiliki sebaran ternak
besar maupun kecil pada sejumlah kabupaten dan kota. Untuk ternak besar pada
wilayah DIY, sebagian besar atau 99% terdiri atas jenis sapi potong, kambing,
dan domba. Sapi potong secara umum mempunyai fungsi sosial ekonomi yang
sangat penting di dalam kehidupan masyarakat pedesaan Indonesia dan
khususnya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagian besar sapi
potong yang dipelihara masyarakat DIY di masa lalu adalah sapi Peranakan
Ongole (PO), namun demikian akhir-akhir ini peternak sudah banyak memilih
sapi hasil persilangan antara sapi betina PO dengan pejantan Simmental dan
Limousin lewat teknologi inseminasi buatan (IB).Sentra kawasan pengembangan
sapi potong di DIY adalah kabupaten Gunungkidul, hal ini juga didukung dengan
terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
48/Kpts/SR.120/1/2015 tertanggal 16 Januari 2015 tentang Wilayah Sumber Bibit
sapi peranakan Ongole (PO) di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gununungkidul
Tabel III.6 Target dan Realisasi Kinerja Sasaran Strategis (populasi ternak)
No Indikator Capaian
2015
2016 Target
Akhir
Renstra
(2017)
Capaian
s/d 2015
terhadap
2017 (%)
Target Realisasi %
Realisasi
1 Jumlah
populasi 616.000 620.320 620.516 100,03 641.416 96,74
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
69
ternak
(Animal
Unit / AU)
(*)
Keterangan : (*) = pengukuran indikator dengan cara menghitung populasi ternak dalam
satuan Animal Unit (AU) dimana populasi (AU) = jumlah populasi ternak (ekor)x satuan konversi (AU/ekor) dan menjumlahkan populasi ternak besar, ternak kecil dan unggas pada periode tertentu (akhir tahun)
Dari tabel di atas menunjukkan Kenaikan populasi komoditas ternak total
di DIY relatif kecil, realisasi indikator populasi ternak tahun 2016 sebesar 620.516
animal unit dibandingkan tahun 2015 sebesar 607.812 animal unit, mengalami
kenaikan sebesar 12.704 animal unit (2,09%). Kendala dalam upaya
peningkatan populasi ternak antara lain belum terbebasnya penyakit AI pada
ternak unggas dan target bebas AI di DIY pada tahun 2020; keterbatasan
penyediaan pakan hijauan ternak; sekitar 70% total sapi potong sudah
mengalami persilangan yang menyebabkan gangguan reproduksi; kebijakan
pemerintah yang membatasi mutasi ternak betina produktif antar daerah
sehingga tidak dapat memperoleh indukan yang berkualitas dari daerah lain.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya peningkatan populasi ternak
khususnya sapi potong antara lain dengan peningkatan produksi semen beku
dan melakukan IB.
Tabel 1.15 Populasi Ternak DIY, 2015 – 2016
No Jenis Ternak Jumlah (ekor)
2015 2016*
1 Sapi Potong 300.686 304.450
2 Sapi Perah 4.011 4.045
3 Kambing 389.674 395.895
4 Itik 508.692 509.246
Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2017
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
70
Keterangan: Angka Tetap 2015,
* = Angka Sementara 2016
Populasi sapi potong di D.I.Yogyakarta tahun 2016 menunjukkan
peningkatan sebanyak 3.764 ekor(1,25%) dibandingkan tahun 2015. Kenaikan
populasi sapi potong disebabkan adanya kegiatan penanggulangan gangguan
reproduksi dalam rangka mendukung upaya peningkatan populasi ternak dalam
penyediaan protein asal hewan untuk pemenuhan konsumsi masyarakat
Indonesia. Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun 2016 dilaksanakan secara
serentak dan terjadwal yang diawali dengan pemeriksaan kebuntingan ternak
dan difokuskan pada wilayah-wilayah potensial yang telah ditetapkan. Poin
utama yang mendukung keberhasilan kegiatan adalah pencatatan atau recording
yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan secara tertib sebagai data base
pelaporan kegiatan. Kegiatan ini juga didukung dengan keterlibatan aktif tim
teknis lapang terdiri dari petugas teknis reproduksi dilapangan yang terdiri dari
medik veteriner, ATR, petugas IB dan petugas PKB yang berkompeten dengan
sentra koordinasi kegiatan di Puskeswan sebagai pusat data dan informasi
kegiatan tingkat lapangan. Selain itu di akhir tahun 2016 mulai dicanangkan
gerakan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB).
Disamping komoditas strategis juga ada komoditas unggulan peternakan
DIY yaitu Sapi perah, kambing dan itik. Sentra produksi utama sapi perah berada
di Kabupaten Sleman, sentra populasi kambing berada di kabupaten Kulon
Progo (terutama jenis kambing PE) dan kabupaten Gunungkidul sedangkan
sentra populasi itik berada di kabupaten Bantul dan kabupaten Sleman. Populasi
sapi perah, kambing dan itik tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Dibandingkan dengan tahun 2015 populasi sapi perah pada tahun 2016
meningkat 0,85%. Kenaikan populasi sapi perah ini disebabkan oleh adanya
kegiatan Village Breeding Stock/ VBC sehingga menjaga agar induk cepat
bunting dan bakal calon pedet tidak keluar daerah. Selain itu juga ada kegiatan
uji zuriat yang menjadi salah satu upaya percepatan produksi bibit dengan
menghasilkan pejantan unggul sebagai penghasil bibit sapi perah yang cocok
dengan kondisi dan agroklimat di Indonesia.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
71
Upaya penanganan kesehatan kambing, bantuan di sentra pembibitan
kambing, peningkatan kualitas pakan baik hijauan dan peningkatan manajemen
pemeliharaan dengan sistem kandang “panggung” mampu meningkatkan
populasi kambing pada tahun 2016. Sehingga mengalami kenaikan sebesar
1,60% dibanding tahun 2015.
Ternak itik merupakan salah satu ternak sebagai penghasil telur dan
daging sehingga ternak itik dapat berkontribusi sebagai penyumbang kebutuhan
bahan pangan yang bergizi bagi masyarakat. Dalam rangka mendukung
pengembangan itik tersebut, tahun 2015 Itik Turi ditetapkan oleh Kementerian
Pertanian sebagai plasma nutfah di DIY. Dengan adanya berbagai program
tersebut mempengaruhi peningkatan populasi itik pada tahun 2016 yang
mengalami kenaikan 0,11% dibanding tahun 2015. Peningkatan ini didukung
juga oleh kegiatan pengembangan ternak itik di sentra pengembangan Itik Turi di
Kabupaten Bantul.
Beberapa hal yang telah dilaksanakan dan dihasilkan selama tahun
2016 terkait dengan sub sektor peternakan, adalah sebagai berikut:
Aspek Produksi Ternak
a. Pengembangan Ternak Sapi Potong
1. Penjaringan sapi potong (Brahman/PO)
2. Lomba kelompok sapi potong dan bibit ternak sapi potong tingkat
provinsi di 5 kab/kota.
3. Pembinaan kelompok untuk meningkatkan produktivitas sapi potong
dalam rangka P2SDS di 4 kabupaten
4. Optimalisasi PKB (Pemeriksaan Kebuntingan) dan ATR (Asisten Teknis
Reproduksi)
5. Pemeriksaan sampel semen beku dan pemeriksaan sampel pakan
ternak ruminansia
6. Fasilitasi pengembangan sapi Brahman/PO di 4 kabupaten
7. Pengadaan semen beku (KSO) dengan BIB Lembang dan BIB
Singosari
8. Fasilitasi pengembangan KSP Sapi Potong di 4 kabupaten
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
72
b. Pengembangan Ternak Sapi Perah
1. Pelaksanaan Uji Zuriat di koperasi susu
2. Pengadaan timbangan sapi 1 unit
3. Pengadaan timbangan susu, alat ukur
4. Apresiasi VBC (Village Breeding Centre/Pembibitan Ternak Rakyat)
5. Fasilitasi pengembangan sapi perah di koperasi susu
6. Fasilitasi pengembangan pakan hijauan silase
c. Pengembangan Ternak Kambing
1. Penjaringan bibit kambing PE di Kabupaten Kulon Progo
2. Fasilitasi pengembangan kambing untuk buruh petani di 4 kabupaten
Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner
Kegiatan-kegiatan dalam aspek ini meliputi:
1. Menyelenggarakan pembekalan kepada petugas pemantau hewan qurban
yang terdiri dari mahasiswa bekerjasama dengan Bagian Kesmavet FKH
UGM.
2. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pemotongan ternak baik di
Tempat Pemotongan Hewan maupun di Rumah/Tempat Pemotongan
Unggas serta ternak qurban.
3. Memberikan bantuan contoh alas pengulitan hewan qurban dengan maksud
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang alas pengulitan yang
sehat dan didistribusikan di 5 kabupaten/kota dan provinsi.
4. Memberikan bantuan Pembuatan Percontohan Tempat Pemotongan Hewan
Qurban
5. Menyelenggarakan ”Apresiasi Pemotongan Ternak” bagi pengurus ta’mir
masjid dan panitia Idul Qurban dari lima kabupaten/kota yang dlaksanakan.
6. Sosialisasi penanganan daging ASUH (aman, sehat, utuh dan halal) di media
elektronika.
7. Pemantauan penyakit zoonosa, yang dilaksanakan dalam rangka
pengendalian penyakit zoonosa pada saat menjelang Idul Qurban dan pada
saat pemotongan hewan qurban.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
73
8. Pengawasan peredaran pangan asal hewan pada saat menjelang hari besar,
bekerjasama dengan Dinas Ketertiban, Disperindagkop, Balai POM dan
Kabupaten/Kota.
9. Program penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat, terutama dalam
hal cara menangani produk pangan asal hewan yang baik termasuk hygiene
personil dan sanitasi lingkungan. Program tersebut dituangkan melalui
program peduli ASUH dengan sasaran ibu-ibu PKK, produsen dan konsumen
pangan asal hewan pada umumnya melalui kegiatan sosialisasi “Peduli
ASUH”.
10. Pengadaan antigen tuberculine dilengkapi dengan spuit dan jarum/needle
yang pelaksanaannya di 5 kabupaten/kota serta propinsi (UPTD BPBPTDK)
11. Pembinaan dan pengawasan RPH/TPH, RPU/TPU,Peredaran pangan asal
hewan dan Kesejahteraan Hewan.
12. Pembinaan dan pengawasan peredaran produk hewan
Monitoring ke tempat-tempat penjualan daging (pasar, depo,
supermarrket, dan penampungan susu)
Rekomendasi pemasukan produk hewan
Bantuan tempat penjajaan kepada penjual daging
Operasi Yustisi dan non-Yustisi bersama Dinas Ketertiban, Dinas
Perindagkop, Balai POM, serta Kabupaten/Kota.
13. Pengendalian dan penanggulangan penyakit zoonosa
Sosialisasi “Peduli Asuh” secara berkesinambungan tiap tahun 10 paket
(kecamatan) melalui Ibu-ibu PKK
Workshop dan penyebaran leaflet maupun poster
Pengujian berkala (tahunan) untuk penyakit TBC pada sapi perah
14. Pembinaan dan pengawasan pemotongan ternak
Monitoring rutin tempat-tempat pemotongan ternak besar dan unggas
Pembekalan bagi ta’mir masjid, mahasiswa dan petugas pengawasan
lapang
Penyebaran VCD dan booklet tentang penanganan dan pemotongan
hewan qurban
Percontohan pembungkus daging qurban dan alas pengulitan sapi.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
74
Aspek Kesehatan Hewan
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Rabies:
a. Vaksinasi Rabies pada Anjing/Kucing/Kera di 4 Kabupaten dan 1 Kota
b. Supervisi dan monitoring penyakit Rabies di lokasi bekas kasus tertular
dan daerah wisata dan perbatasan
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Anthrax:
a. Vaksinasi Anthrax pada hewan Ruminansia di Kabupaten endemis.
b. Sosialisasi penyakit Anthrax dibekas kasus tertular
c. Supervisi dan monitoring penyakit Anthrax di Kabupaten endemis.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Brucellosis:
a. Pemeriksaan darah dengan metoda RBT (Rose Bengal Test) pada Sapi
Perah
b. Supervisi dan monitoring penyakit Brucellosis di bekas kasus tertular dan
daerah padat ternak
4. Fasilitasi Poskeswan:
a. Terlaksananya penanganan gangguan reproduksi di 4 Kabupaten dan 1
Kota
b. Terlaksananya penanganan kesehatan kuda di Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul
c. Terlaksananya Apresiasi sterilitas kontrol untuk tenaga medis veteriner
d. Supervisi dan monitoring Poskeswan dan Laboratorium Tipe C di 4
Kabupaten dan 1 Kota
e. Supervisi dan monitoring Dokter Hewan praktisi
5. Pengendalian dan pemberantasan penyakit Avian Influenza:
a. Vaksinasi penyakit Avian Influenza pada unggas
b. Operasional desinfektansia
c. Pembuatan leaflet tentang penyakit Avian Influenza
d. Pembuatan poster tentang penyakit Avian Influenza
e. Pelaksanaan pengendalian:
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
75
Pengendalian Penyakit AI (Avian Influenza) ditangani oleh Tim PDSR
yang berada di tingkat Kota/Kabupaten se DIY yang secara fungsional
dikoordinasi oleh Unit Pengendali Penyakit AI-UPPAI DIY sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Seksi Kesehatan Hewan, baik di
tingkat Provinsi maupun Kota/Kabupaten;
Desa terlacak secara kumulatif (sudah dilakukan surveillensi) per
tahun.
Kurangnya petugas Tim PDSR di bandingkan luasan wilayah, sarana
dan prasarana transportasi, perilaku dan tingkat partisipasi
masyarakat, serta advokasi lalu lintas perdagangan ternak unggas,
sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
76
BAB VII
BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN
Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian merupakan salah
satu bagian dalam struktur organisasi Dinas Pertanian Provinsi D.I.Yogyakarta
mempunyan tugas menyelenggarakan pembinaan, fasilitasi dan pengembangan
penanganan pasca panen, pengolahan, pemasaran hasil pertanian tanaman
pangan, hortikultura, dan peternakan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai fungsi:
a. penyusunan program kerja;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian;
c. penyelenggaraan dan fasilitasi pengembangan teknis pengolahan hasil
pertanian;
d. penyelenggaraan pembinaan usaha, fasilitasi kegiatan, serta
pemberdayaan sumber daya pertanian dan kelembagaan pengolahan
hasil pertanian;
e. penyelenggaraan pembinaan usaha, fasilitasi kegiatan, serta
pemberdayaan sumber daya pertanian dan kelembagaan pemasaran
hasil pertanian;
f. penyelenggaraan dan pengelolaan pembiayaan usaha pertanian;
g. penyelenggaraan pembinaan dan fasilitasi pengembangan mutu dan
standarisasi hasil pertanian;
h. perumusan bahan kebijakan pengembangan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian;
i. penyelenggaraan kemitraan usaha pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian;
j. penyelenggaraan perijinan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian;
k. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian; dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
77
l. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Secara struktural Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
memiliki tiga seksi yaitu :
a. Seksi Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;
b. Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Pertanian;
c. Seksi Mutu dan Standardisasi Hasil Pertanian.
Adapun tugas pokok dan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Seksi Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan,
pengembangan, dan fasilitasi kegiatan penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Penanganan Pasca Panen
dan Pengolahan Hasil Pertanian mempunyai fungsi:
1) penyusun program kerja;
2) penyiapan bahan kebijakan teknis penaganan pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian;
3) penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis penanganan pasca
panen dan pengolahan hasil pertanian;
4) pengelolaan data dan penyiapan bahan kebijakan penanganan
pasca panen dan pengolahan hasil pertanian;
5) pemantauan dan evaluasi penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian;
6) penyebarluasan, pembinaan, pemantauan, dan pengendalian
penerapan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pertanian;
7) pelaksanaan bimbingan teknis pembangunan dan sarana fisik
(bangunan) penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian;
8) pelaksanaan bimbingan penghitungan perkiraan kehilangan hasil
pertanian;
9) pelaksanaan bimbingan, pemantauan dan pemeriksaan hygiene
dan sanitasi lingkungan usaha pertanian;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
78
10) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Pertanian; dan
11) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
b. Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Pertanian mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, pengembangan, fasilitasi kegiatan
pemasaran hasil serta permodalan pertanian.
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Pemasaran Hasil dan
Pembiayaan Pertanian mempunyai fungsi:
1) penyusunan program kerja;
2) penyiapan bahan kebijakan teknis pemasaran hasil dan
pembiayaan pertanian;
3) penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis pemasaran hasil dan
permodalan pertanian;
4) pembinaan analisis pemasaran hasil pertanian;
5) pelaksanaan bimbingan teknis pembangunan sarana pemasaran hasil
pertanian;
6) pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil pertanian dan harga
komoditas pertanian;
7) pelaksanaan fasilitasi dan pengembangan sarana, kelembagaan dan
pasar hasil pertanian;
8) pelaksanaan fasilitasi promosi, penyebarluasan informasi pasar dan
pemasaran hasil pertanian;
9) penerapan kebijakan dan pemantauan pengembangan investasi dan
kebijakan permodalan melalui lembaga perbankan dan non
perbankan;
10) pembinaan dan pengawasan penyaluran serta pemanfaatan
kredit program pertanian;
11) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pedoman pembiayaan
dari lembaga keuangan perbankan, non perbankan dan dana
yang bersumber dari masyarakat;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
79
12) pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil pertanian dan harga
komoditas pertanian;
13) pelaksanaan kemitraan pemasaran hasil pertanian;
14) pengelolaan data dan penyiapan pedoman pemasaran hasil dan
pembiayaan pertanian;
15) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Pertanian; dan
16) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
c. Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil Pertanian mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, fasilitasi, pengembangan mutu dan
standarisasi hasil pertanian.
Untuk melaksanakan tugas di atas, Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil
Pertanian mempunyai fungsi:
1) penyusunan program kerja;
2) penyiapan bahan kebijakan teknis mutu dan standardisasi hasil
pertanian;
3) penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis mutu dan
standarisasi hasil pertanian;
4) pelaksanaan bimbingan peningkatan mutu hasil pertanian;
5) pengawasan standar unit pengolahan, alat transportasi, unit
penyimpanan dan kemasan hasil pertanian;
6) pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis, serta
pembinaan peningkatan mutu dan pengolahan hasil pertanian;
7) penyusunan rekomendasi aspek teknis, sosial dan ekonomi untuk
penyusunan rencana dan program standarisasi, rencana
pemberdayaan wajib SNI dan pemberlakukan wajib SNI;
8) penerapan sistem manajemen mutu kelembagaan untuk proses
akreditasi bidang pertanian;
9) penerapan sistem sertifikasi untuk mendukung standarisasi
bidang pertanian;
10) pelabelan dan sertifikasi mutu produksi hasil pertanian;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
80
11) pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu,
pengembangan laboratorium penguji dan lembaga inspeksi hasil
pertanian;
12) pelaksanaan kerjasama standarisasi dan penyampaian
rekomendasi teknis dalam rangka penerapan standar
peningkatan daya saing produk pertanian;
13) penyebaran dokumentasi dan pemasyarakatan standar mutu hasil
pertanian;
14) penyiap bahan perijinan mutu produk hasil pertanian;
15) pelaksanaan kemitraan pengembangan mutu produk hasil
pertanian;
16) pengelolaan data dan penyiapan pedoman mutu dan
standarisasi hasil pertanian;
17) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil Pertanian; dan
18) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian merupakan
pengembangan sistem dan usaha-usaha bidang pengolahan hasil pertanian
yang meliputi kegiatan-kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan untuk
memproses produk segar menjadi produk setengah jadi, produk jadi, dan produk
samping atau produk ikutan serta pengembangan mutu dan pemasaran, baik
dengan tujuan pasar domestic maupun pasar internasional. Manfaat yang dituju
melalui pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian antara lain : 1)
tercipta wawasan agribisnis dan budidaya industri pada masyarakat; 2)
berkembangnya kegiatan sub-sistem agribisnis hilir berupa aktivitas pascapanen,
pengolahan, pemasaran dan jasa; 3) tumbuh industri di pedesaan; 4)
berembangnya investasi di pedesaan; 5) meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah; 6)
bertambahnya lapangan kerja baru; 7) meningkatnya perolehan devisa bagi
negara; serta 8) berkurangnya arus urbanisasi.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
81
Peningkatan daya saing produk pertanian dapat dilakukan melalui
mekanisme penjaminan mutu dan kemanan pangan. Bentuk jaminan mutu
produk hasil pertanian adalah sertifikat jaminan mutu dan atau label yang
menyatakan kesesuaian produk terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
persyaratan teknis minimal lain yang diacu. Dalam upaya mewujudkan sistem
jaminan mutu di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
standardisasi melalui Peraturan Pemerintah No.102 tahun 2000 tentang
“Standardisasi Nasional” yang selanjutnya PP dimaksud dijabarkan di sektor
pertanian melalui keputusan-keputusan Menteri Pertanian No.170 tahun 2006
tentang Pelaksanaan Standardisasi Nasional di sektor pertanian. Dalam
keputusan ini juga memuat tentang kebijakan sistem jaminan mutu di sektor
pertanian. Untuk mendapatkan sertifikat jaminan mutu dan keamanan pangan,
pelaku usaha pertanian harus menerapkan sistem jaminan mutu. Penerapan
jaminan mutu merupakan langkah penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan
pengakuan formal terkait dengan jaminan mutu yang diwujudkan dalam bentuk
sertifikat. Sertifikat menjadi alat bukti penerapan sistem manajemen mutu dan
dapat menjadi jaminan keberterimaan pangan baik di pasar domestik maupun
internasional.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan produsen sekaligus
konsumen pangan segar sehingga Pemda DIY berkewajiban untuk melindungi
masyarakat dari komsumsi pangan segar yang cukup, aman, bermutu, dan
bergizi seimbang, serta jaminan pemasaran pangan segar produksi lokal di
daerah. Ruang lingkup dari Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 meliputi
jaminan mutu dan keamanan pangan segar serta peredaran dan pemasaran
pangan segar. Dengan diberlakukannya Perda ini diharapkan produk hasil
pertanian yang dihasilkan oleh pelaku usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
beredar di masyarakat mempunyai jaminan mutu dan keamanan pangan.
Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian mulai
kegiatan-kegiatan penanganan pascapanen dan prosesing produk segar menjadi
produk setengah jadi, produk jadi, dan produk samping atau produk ikutan serta
pengembangan mutu dan pemasaran, baik dengan tujuan pasar domestic
maupun pasar internasional diharapkan mampu meningkatkan nilai tukar petani
(NTP). Indikator nilai tukar petani (NTP) menunjukkan capaian NTP untuk rerata
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
82
tanaman pangan, dan hortikultura menunjukkan kenaikan indek capaian
dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan rerata peternakan menunjukkan
capaian yang menurun daripada tahun sebelumnya.
Tabel 4.60 NTP 2016 dibandingkan 2015
No Nilai Tukar Petani (NTP) 2015 2016
1 Pertanian Pangan 97,57 100,00
2 Pertanian Hortikultura 98,47 101,55
3 Peternakan 99,12 98,324
Sumber: BPS DIY, 2017
Capaian NTP sub sektor tanaman pangan naik 2,49%, sub sektor
hortikultura naik 3,13% dan sub sektor peternakan turun 0,80%, secara indek
capaian rerata NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan
pada tahun 2016 sebesar 99,96 (dengan rincian NTP subsektor tanaman pangan
sebesar 100,00, NTP sub sektor hortikultura sebesar 101,55, dan NTP sub
sektor peternakan sebesar 98,324). Capaian rerata NTP sub sektor tanaman
pangan, hortikultura, dan peternakan sebesar 98,39, memiliki tingkat capaian
dengan persentase sebesar 101,43% dibandingkan tahun 2015 (capaian
sebesar 99,96).
NTP Sub sektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, kecil dan
unggas dan hasil ternak lainnya menurun akibat indeks harga yang diterima
petani (It) lebih kecil dari indeks yang harus dibayar petani (lb). Kenaikan harga
yang diterima petani karena meningkatnya harga kelompok ternak besar tidak
sebanding dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan petani. Selain
itu, adanya dampak fluktuasi harga BBM pada tahun 2016, menyebabkan
adanya perubahan pola konsumsi petani yang tidak seimbang dengan stagnasi
pendapatan petani. Kenaikan harga sejumlah barang pokok untuk konsumsi,
tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan petani yang cenderung stagnan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
83
Beberapa hal yang telah dilaksanakan dan dihasilkan selama tahun
2016 terkait dengan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, adalah
sebagai berikut:
Aspek Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
1. Terlaksananya kegiatan Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
dapat menambah wawasan bagi gabungan kelompok tani / produsen beras
dan petugas pendamping dari instansi terkait mengenai penerapan sistem
jaminan mutu yang didasarkan pada acuan standar keamanan pangan
seperti Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices
(GMP), dan Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP)
2. Kedepan diperlukan pendampingan penerapan keamanan pangan dan
jaminan mutu masih perlu dilaksananakan bagi gabungan kelompok tani
yang sudah menerapkan Good Handling Practices (GHP), Good
Manufacturing Practices (GMP), dan Sanitation Standard Operational
Procedure (SSOP) karena masih ada yang perlu dibenahi. Selain itu juga
komunikasi dan koordinasi dengan OKKP-D DIY untuk melakukan
sinkronisasi agar registrasi PD dapat berlangsung dengan lancar.
3. Kegiatan fasilitasi sertifikasi pertanian organik ini dilaksanakan untuk
memfasilitasi sertifikasi organik di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul,
yaitu:
a. Kelompok Tani Sido Rukun, Klampengan, Jogotirto, Berbah, Sleman
b. Kelompok Tani Madya, Jayan, Kebun Agung, Imogiri, Bantul
4. Apresiasi sistem jaminan mutu pertanian organik dilaksanakan untuk
memberikan sosialisasi kepada kelompok tani calon operator organik
mengenai sistem pertanian organik. Melalui apresiasi ini, kelompok tani diberi
pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar pertanian organik sesuai dengan
SNI 6729:2013 tentang Sistem Pertanian Organik dan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian
Organik. Dalam apresiasi ini juga diberikan wawasan bahwa melalui
sertifikasi organik, produk akan memiliki nilai tambah yang secara tidak
langsung berdampak pada harga jual produk yang lebih baik. Dengan
kegiatan ini diharapkan kelompok tani yang sudah mulai menerapkan sistem
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
84
pertanian organik semakin berkomitmen dan dapat memberikan motivasi bagi
kelompok yang belum menerapkan sistem pertanian organik.
5. Penyusunan Dokumen Sistem Mutu Organik dan Pembentukan ICS.
Kelompok tani calon operator organik wajib memilik dokumen sistem mutu
pertanian organik. Kelompok tani harus menyusun dokumen sistem mutu
sesuai dengan pelaksanaan di lapangan mengacu pada SNI 6729:2013
tentang Sistem Pertanian Organik dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik. Dokumen
sistem mutu digunakan sebagai pedoman. Dokumen sistem mutu menjadi
penting sebagai pedoman pelaksanaan jaminan mutu sesuai standar.
Dokumen sistem mutu berfungsi sebagai acuan dalam penerapan dan
pengembangan sistem mutu, pedoman dalam peyediaan bahan. Selain itu
dengan adanya dokumen sistem mutu dapat memungkinkan orang lain untuk
meneruskan pekerjaan yang belum selesai karena isinya menerangkan
dengan jelas bagaimana mengerjakan sesuatu dengan menggunakan acuan
yang pasti sehingga dapat menjadi bukti penerapan sistem mutu.
Internal Control System (ICS) sistem penjaminan kualitas yang dilakukan dan
didokumentasikan kelompok melalui inspeksi internal yang dilakukan secara
berkala. Oleh karena itu pembentukan ICS menjadi penting untuk mengawasi
penerapan sistem pertanian organik agar sertifikasi dapat berlangsung
dengan lancar
6. Magang Internal Control System (ICS) dilaksanakan untuk memberikan
wawasan bagi operator organik maupun calon operator organik mengenai
usaha organik. Dengan ini diharapkan ICS dapat menjaga komitmen
kelompoknya untuk menerapkan sistem pertanian organik.
7. Pembinaan penerapan dan pencatatan
Penerapan sistem pertanian organik di kelompok harus dipantau sebelum
pelaksanaan sertifikasi organik. Pencatatan rekaman juga merupakan
dokumen yang penting dan harus dibuat oleh kelompok tani calon operator
organik. Pencatatan yang dilakukan kelompok tani merupakan cerminan dari
penerapan sistem pertanian organik. Terkadang terdapat kendala pada
anggota kelompok yang sudah lanjut usia yang susah untuk mencatat. Untuk
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
85
itu perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan agar pencatatan dapat
rutin dilaksanakan oleh kelompok. Pencatatan harus lengkap mulai dari
catatan budidaya, catatan panen, catatan pembelian produk dari anggota
oleh kelompok tani, catatan pembelian jasa dan perbekalan, maupun catatan
penjualan.
8. Pengajuan sertifikasi ke LSO
Kelompok tani yang sudah siap baik dari segi lahan maupun dokumen harus
mengisi aplikasi permohonan sertifikasi kepada Lembaga Sertifikasi Organik.
Kriteria Lembaga Sertifikasi Organik yang ditunjuk harus terakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). Pengajuan sertifikasi harus dilaksanakan
segera agar proses sertifikasi dapat segera dimulai.
9. Pembinaan hasil inspeksi
Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan sertifikasi organik, perlu
dilaksanakan pembinaan hasil inspeksi. Dalam proses sertifikasi,
auditor/inspektor akan melaksanakan inspeksi dokumen dan lahan kelompok.
Hasil inspeksi yang tidak sesuai terbagi menjadi mayor dan minor yang
memiliki tenggat waktu penyelesaian untuk menutup hasil temuan agar
sertifikasi organik dapat lolos. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pembinaan
hasil inspeksi agar kelompok dapat menyelesaikan perbaikan sebelum
tenggat waktu berakhir.
Aspek Sarana Prasarana Pengolahan Hasil Pertanian
Kegiatan-kegiatan dalam aspek ini meliputi:
1. Secara umum, sifat dan karakteristik produk pertanian khususnya hortikultura
adalah (1) nilai ekonomis tergantung tingkat kesegarannya, (2) bulky dan
mudah rusak,(3) produknya melimpah pada musimnya, (4) bukan merupakan
sumber karbohidrat utama, tetapi merupakan sumber vitamin, serat dan
mineral, dan (5) sangat intensif dalam perawatan, baik dalam proses
produksi, maupun dalam penanganannya. Sifat dan karakteristik ini juga
mempengaruhi kebijakan penyediaan konsumsi masyarakat terhadap produk
hortikultura oleh pemerintah
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
86
2. Pemberian fasilitasi alat alat pengolahan hasil hasil pertanian (tanaman
pangan, hortikultura dan peternakan) pada UPH yang berpotensi untuk
dikembangkan dan berada pada sentra olahan.
3. Pembuatan leaflet. Leaflet berisi informasi dan standard penanganan
pasca panen dan pengolahan yang dicetak di selembar kertas kecil agar
mudah dibagikan dan dibawa orang dan terlihat lebih ringkas dan praktis.
Tujuan dari leaflet adalah untuk menyebar luaskan informasi mengenai
standard dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian
(tanaman pangan, hortikultura dan peternakan). Leaflet dicetak dalam
jumlah banyak dan dibagikan ke pelaku usaha yang menjadi target
penyampaian informasinya.
4. Pembinaan/pendampingan/pertemuan/sosialisasi penanganan pasca
panen hasil pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan peternakan).
5. Pembangunan bangsal pasca panen.
Aspek Pengembangan Sistem Informasi Pasar
Kegiatan-kegiatan dalam aspek ini meliputi:
1. Operasional Pengumpulan dan Pengiriman Data
Operasional pengumpulan data dilakukan dengan survey ke tempat
responden data.Responden yang dituju yaitu Responden harga baik di
tingkat produsen, grosir, pengecer, dan responden data produksi, biaya
usaha tani, biaya pemasaran dan responden data supplier.Pelaksanaan
pengumpulan data dilaksanakan rutin setiap minggunya.Hal ini agar data
yang diperoleh dapat memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu cepat, tepat,
akurat, kontinyu, up to date serta dapat dipercaya.
Setelah data terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengirima data ke
pusat.Pengiriman data ke pusat diperlukan agar bisa diketahui harga dan
biaya pemasaran dari provinsi DIY untuk dibandingkan secara nasional.
2. Operasional Entry dan Pengolahan Data
Operasional Entry data dilaksanakan tepat setelah pengumpulan data harga
dan biaya pemasaran dilaksanakan.Hal ini untuk menjaga agar data yang
diberikan adalah data yang memenuhi kriteria cepat, tepat, akurat, kontinyu,
up to date serta dapat dipercaya.Operasional entry dilaksanakan dengan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
87
merekap data/informasi yang masuk untuk selanjutnya diolah sebagai bahan
analisa. Pengirimai data dilaksanakan melalui sms sender yang
dikembangkan pusat (pusdatin) dengan alamat aplikasi.pertanian.go.id.
Update data dilaksanakan setiap hari kerja.
Sementara proses Pengolahan dan Analisa Data dilakukan untuk mengetahui
perkembangan harga dan trend pada periode yang ditentukan. Menganalisa
perkembangan dan juta tren perkembangan harga dan biaya
pemasaran.Pelaksanaan pengolahan data dilakukan oleh petugas Analis
Pasar Hasil Pertanian (APHP) khususnya yang menangani komoditas
tanaman pangan
3. Penyebaran Informasi Pasar Melalui Media Massa
Penyebaran Informasi Pasar Melalui Media Massa dilaksanakan dengan
memberikan data harga yang paling cepat, akurat, tepat dan up to date pada
komoditas tanaman pangan. Penyebaran dilakukan melalui media massa
surat kabar/radio. Penyebaran informasi dilakukan pada komoditas tanaman
pangan yang dirasa penting untuk diketahui perkembangan harganya.
Terutama pada saat kondisi harga yang bergejolak (menjelang Idul Adha dan
Idul Fitri)
4. Penyusunan Buletin Informasi Pasar
Pemantauan perkembangan harga dan biaya pemasaran untuk komoditas
tanaman pangan perlu dirangkum informasinya secara ringkas agar mudah
dipahami dan dimengerti informasi perkembanganya pada periode
pemantauan.Penuangan informasi pemantauan harga dan biaya pemasaran
dilakukan dengan penyusunan bulletin informasi pasar.Buletin dibuat secara
ringkas, padat, jelas dan komprehensif.Dengan pembuatan buletin ini
informasi perkembangan harga dan biaya pemasaran tanaman pangan bisa
dipahami dan dianalisa secara lebih mudah
5. Pelayanan Informasi Pasar (Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo
dan Sleman)
Kegiatan pengembangan Informasi Harga dilakukan di Kabupaten Bantul,
Gunungkidul, Kulon Progo dan Sleman. Pelaksanaan kegiatan secara garis
besar sama dengan yang dilaksanakan di provinsi hanya saja untuk
Kabupaten data yang dikumpulkan berupa data harga komoditas tanaman
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
88
pangan tingkat produsen & harga eceran di pasar Kabupaten. Sementara
kegiatan di Provinsi dikumpulkan data berupa harga grosir dan eceran di
pasar induk provinsi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
89
BAB VIII UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS ( UPTD )
LINGKUP DINAS PERTANIAN DIY
Berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
94 Tahun 2015 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan
Fungsi serta Tatakerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pertanian, bahwa
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 5 (lima) Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu :
a. UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPPTPH);
b. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP);
c. UPTD Balai Pengembangan Bibit,Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan
(BPBPT DK);.
d. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP);
e. UPTD Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPSDMP)
Adapun kegiatan secara rinci di masing-masing Unit Pelaksana Teknis
Dinas sebagai berikut :
A. UPTD BALAI PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN
DAN HORTIKULTURA (UPTD BPPTPH)
UPTD BPPTPH merupakan salah satu unit Pelaksana Teknis
Operasional Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mempunyai tugas melaksanakan perbenihan tanaman pangan dan
hortikultura. Untuk melaksanakan tugas tersebut UPTD mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja Balai;
2. Pengembangan dan pelayanan perbenihan tanaman pangan;
3. Penyediaan benih tanaman pangan;
4. Pengembangan dan pelayanan perbenihan tanaman hortikultura;
5. Penyediaan benih tanaman hortikultura;
6. Pelaksanaan ketatausahaan;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
90
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai; dan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kantor Induk UPTD BPPTPH berada di Gedung B Dinas
Pertanian D I Yogyakarta di Jalan Gondosuli no. 6 Yogyakarta. Struktur
Organisasi UPTD BPPTPH terdiri dari :
1. Kepala Balai;
2. Sub Bagian Tata Usaha;
3. Seksi Pengembangan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan;
4. Seksi Pengembangan Produksi Perbenihan Tanaman Hortikultura;
5. Kelompok jabatan fungsional.
Adapun uraian pelaksanaan tugas dan fungsi Subbag dan
Seksi adalah sebagai berikut :
1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kearsipan ,
keuangan,kepegawaian ,pengelolaan barang , kerumahtanggaan,
kehumasan, kepustakaan serta penyusunan program dan laporan
kinerja. Dalam pelaksanaan tugas tersebut didukung oleh fungsi
sebagai berikut :
a Penyusunan program kerja subbagian Tata Usaha;
b Penyusunan program kerja Balai;
c Pengelolaan kearsipan;
d Pengelolaan keuangan;
e Pengelolaan kepegawaian;
f Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan;
g Pelaksanaan Kehumasan;
h Pengelolaan barang;
i Pengelolaan kepustakaan;
j Pengelolaan data, pelayanan informasi dan pengembangan
sistem informasi;
k Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Balai;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
91
l Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan Subbagian Tata Usaha; dan
m Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Seksi Pengembangan Teknologi dan Produksi Perbenihan Tanaman
Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengembangan teknologi dan
produksi serta pelayanan benih tanaman pangan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut didukung oleh fungsi sebagai berikut :
a Penyusunan program kerja Seksi Pengembangan Teknologi dan
Produksi Perbenihan Tanaman Pangan;
b Pengembangan produksi benih sumber tanaman pangan;
c Identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal;
d Pelaksanaan kerjasama teknis teknologi dan produksi benih
sumber;
e Pemasaran produksi benih sumber;
f Pemurnian/pemutihan varietas-varietas;
g Pengelolaan sarana prasarana produksi benih;
h Fasilitasi pemberdayaan penangkar dan produsen benih;
i Pembinaan dan pengembangan jalinan arus benih antar lapang
(JABAL);
j Pelayanan dan penyebaran informasi perbenihan;
k Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program seksi Pengembangan Produksi Perbenihan Tanaman
Pangan.
l Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pengembangan Teknologi dan Produksi Perbenihan Tanaman
Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan pengembangan,
pelayanan dan penyaluran benih tanaman hortikultura. Dalam
melaksanakan tugas tersebut didukung oleh fungsi sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
92
a Penyusunan program kerja Seksi Pengembangan Teknologi dan
Produksi Perbenihan Tanaman Hortikultura;
b Pengembangan produksi benih hortikultura;
c Identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal;
d Pelaksanaan kerjasama teknis teknologi produksi benih
hortikultura;
e Pemasaran produksi benih hortikultura;
f Pemurnian/pemutihan varietas-varietas;
g Pengelolaan sarana prasarana produksi benih;
h Penyebarluasan varietas unggul baru;
i Fasilitasi pemberdayaan penangkar dan produsen benih;
j Pelayanan dan penyebaran informasi perbenihan;
k Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program seksi Pengembangan Produksi Benih Tanaman
Hortikultura; dan
l Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
UPTD BPPTPH dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
didukung oleh sumberdaya manusia dan unit-unit yang berada dilokasi
sesuai dengan jenis ketugasannya . Jumlah pegawai UPTD BPPTPH
sebanyak 49 orang , dan untuk tugas teknis lapangan dibantu oleh tenaga
harian lepas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan dana
yang tersedia. Adapun unit UPTD yang berada dilokasi adalah sebagai
berikut :
1. Komoditas Padi
a. Unit Wijilan, Wijirejo, Nanggulan, Kulon Progo luas lahan 15 ha.
b. Unit Gesikan, Pajangan, Bantul luas lahan 2 ha
c. Unit Berbah, Sleman luas lahan 2,5 ha
2. Komoditas Palawija
a. Unit Gading, Playen, Gunung Kidul luas lahan 6,5 ha
b. Unit Panggang, Kec. Panggang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
93
c. Unit Kedung Poh, Kec. Nglipar
3. Komoditas Hortikultura
a. Unit Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman luas 6,5 ha
b. Unit Tambak, Triharjo, Wates, Kulon Progo luas 0,2 ha
c. Unit Wonocatur, Laboratorium kultur jaringan (perbanyakan bibit
hortikultura)
UPTD BPPTPH dalam menjalankan tugas dan fungsinya
didukung oleh anggaran APBD maupun APBN . Adapun hasil pelaksanaan
kegiatan yang bersumber dana dari APBN maupun APBD tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan APBD
Hasil kegiatan Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan yang
di danai oleh APBD adalah sebagai berikut :
a. Realisasi Keuangan
Tabel 8.1. Realisasi Keuangan APBD BPPTPH DIY tahun 2016
NO U R A I A N ANGGARAN REALISASI
Rp. Rp. Keu (%) Fisik (%)
BELANJA 7.878.340.053 7.501.001.968 95,21 100
BELANJA TIDAK LANGSUNG
2.855.363.760 2.772.159.171 97,09 100
BELANJA LANGSUNG 5.022.976.293 4.728.842.797 94,14 100
1 BELANJA ADMINISTRASI 2.379.851.868 2.118.814.117 89,03 100
Pelayanan Administrasi Perkantoran
Penyediaan Jasa Surat Menyurat
195.000 195.000 100 100
Penyediaan Jasa Komunikasi,Sumber daya air dan listrik
101.949.937 88.945.625 87,24 100
Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Izin Kendaraan
3.245.000 2.773.800 85,48 100
Penyediaan Jasa 20.007.000 19.407.300 97,00 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
94
Administrasi Keuangan
Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
63.373.176 63.373.176 100 100
Penyediaan Alat Tulis Kantor 12.693.500 12.693.500 100 100
Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
14.350.000 14.349.975 99.89 100
Penyediaan Komp. Intalasi Listrik/Penerangan Bangunan
4,810.000 4.810.000 99,83 100
Penyediaan Peralatan Rumah Tangga
7.505.000 7.225.000 98,27 100
Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan
4.795.000 4.665.000 97,29 100
Penyediaan Makanan dan Minuman
5.880.000 5.232.000 88,98 100
Penyediaan Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
24.960.000 21.426.300 86,84 100
Penyediaan Jasa Keamanan 53.274.517 48.063.900 90.22 100
Pengadaan Perlengkapan Gedung/Kantor
23.082.000 23.082.000 100 100
Pengadaan Peralatan Gedung/Kantor
72.003.847 72.003.847 100 100
Pemeliharaan Rutin/ Berkala Gedung Kantor
43.193.522 43.193.522 100 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional.
106.474.069 102.360.469 96,14 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan gedung Kantor
3.600.000 3.600.000 100 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Kantor
5.150.000 4.650.000 100.00 100
Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung Kantor BPPTPH (DAK)
1.809.310.000 1.577.602.125 87,19 100
2 BELANJA OPERASIONAL 2.643.124.425 2.610.028.680 96,75 100
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
974.125.300 950.703.055 97,60 100
Perbanyakan Benih Sumber di Tingkat Petani
65.465.000 64.218.000 98,10 100
Penyediaan Benih dan Pengembangan Jabal Kedelai
158.945.400 157.589.400 99,15 100
Pengembangan Perbenihan Hortikultura
1.443.868.725 1.436.798.225 99,51 100
Pengembangan Benih Sayuran di Tingkat Petani
720.000 720.000 100 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
95
b. Hasil Kegiatan
Kegiatan yang didanai dengan sumber dana APBD dilaksanakan
pada bulan Januari-Desember 2016. Hasil kegiatan sebagai berikut :
1. Tujuan kegiatan ini adalah :
i. Menyediakan sarana prasarana dan pemeliharaan gedung lingkup
UPTD BPPTPH
ii. Menyediakan benih sumber padi sawah yang unggul dan bermutu
spesifikasi lokasi bagi petani.
iii. Meningkatkan kelancaran operasional UPTD Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP2TPH) umumnya
dan Seksi Pengembangan Teknologi dan Produksi Tanaman Pangan
khususnya, melalui peningkatan prasarana dan sarana berupa :
pemeliharaan/eksploitasi alsintan, penggantian suku cadang alsintan,
bahan bakar, oli, kantong plastik dan karung plastik untuk proses
produksi benih sumber tanaman pangan.
iv. Menyediakan benih sumber tanaman pangan (BD dan BP) yang
berkualitas yang memenuhi standar mutu benih dan meningkatkan
standar pelayanan minimal bagi pengguna benih sumber tanaman
pangan.
v. Menyalurkan benih sumber tanaman pangan(BD dan BP) hasil
kegiatan Pengembangan dan Tehnologi Produksi Tanaman Pangan
kepada produsen/penangkar benih tanaman pangan atau kelompok-
kelompok penangkar binaan Dinas Pertanian Kabupaten, sesuai
kebutuhan dan varietas yang diinginkan.
vi. Terlaksananya penangkar benih kedelai jabal seluas 20 hektar di 4
kabupaten @ 5 hektar
vii. Terlaksananya perbanyakan benih sumber padi bekerja sama
dengan petani
viii. Memperbanyak benih Tomat Kaliurang.
ix. Memperbanyak benih Cabe Lokal Pakem, Branang, dan Gantari.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
96
x. Memurnikan Tomat Kaliurang.
xi. Memurnikan Cabe Lokal Pakem, Branang, dan Gantari.
xii. Memelihara Pohon Induk buah-buahan dan Memperbanyak
Tanaman buah-buahan.
xiii. Memelihara dan memperbanyak benih Tanaman Hias.
xiv. Memperbanyak Jamur Edibel.
xv. Memproduksi benih Tomat Kaliurang, Cabe dan Kacang Panjang
melalui pemberdayaan kelompok tani penangkar benih hortikultura
dengan pola kerjasama kemitraan.
2. Lokasi
Lokasi kegiatan rutin yang dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan sumber dana
APBD meliputi
i. Pengembangan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura :
a. Unit Kerja Wijilan
b. Unit Kerja Gading
c. Unit Kerja Ngipiksari
d. Unit Kerja Berbah
e. Unit Kerja Gesikan
f. Unit Kerja Wonocatur
g. Unit Kerja Tambak
ii. Pengembangan benih padi di tingkat petani di kelompok tani
KT “Tani Maju” , Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten
Bantul
iii. Penyediaan benih dan pengembangan Jabal Kedelai
1. Kelompok Ngudi Mulyo, Bantar wetan, Banguncipto, Sentolo,
Kulon Progo
2. Kelompok Manunggal, Duwet Gentong, Srimulyo, Piyungan,
Bantul.
3. Kelompok Margo Mulyo, Bendungan, Sumberharjo, Prambanan,
Sleman.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
97
4. Kelompok Gamparan, Gamparan, Sumberharjo, Prambanan,
Sleman.
3. Hasil Kegiatan
b. Program Pelayanan Adminitrasi Perkantoran
1) Terbayar gaji Pegawai Negeri Sipil yang ada di UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura tahun 2016.
2) Terlaksana Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
Tanaman Pangan dan Hortikultura sebesar Rp 797.642.800 (
92,47 %) dari target yang ditetapkan tahun 2016 sebesar Rp
862.625.000,-
3) Tersedia meterai Rp 3000,- sebanyak 31 lembar dan meterai
Rp 6000,- sebanyak 17 lembar guna mendukung administrasi
di UPTD BPPTPH.
4) Terfasilitasi pembayaran jasa telepon setiap bulan selama satu
tahun pada 9 unit, pembayaran air pada 3 unit, pembayaran
listrik 22 titik dan internet sebanyak 2 titik lingkup UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
5) Terfasilitasi jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan yang
meliputi KIR kendaraan Roda 4 sebanyak 2 unit ( AB 8105 UA,
AB 8075 UA), pembayaran STNK kendaraan Roda 2 sebanyak
10 unit ( AB 2224 UH, AB 2218 UH, AB 2518 IH, AB 2650 UB,
AB 2397 UH, AB 2730 IH, AB 2371 IH, AB 2372 IH, AB 2729
IH, AB 2444 UH), Pembayaran STNK Kendaraan Roda 4 yaitu
AB 1630 UA, AB 1090 UA, AB 8075 UA, AB 1098 UA, AB
8105 UA.
6) Terfasilitasi jasa administrasi yang berupa honorarium
pengelolaan keuangan 7 orang, honorarium pemegang barang
sebanyak 2 orang dan honorarium pengelola kepegawaian
sebanyak 1 orang, kasir dirangkap oleh pengelola keuangan.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
98
7) Terfasilitasi jasa kebersihan kantor UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura selama 1 tahun yang meliputi untuk pemeliharaan
kebersihan tegel (7.488 m2), kebersihan keramik (10.476 m2),
kebersihan kaca ( 4.248 m2), kebersihan kamar mandi/WC
(1.068 m2),kebersihan halaman (36.504 m2), kebersihan
taman (1.800 m2)
8) Tersedia Alat Tulis Kantor (ATK) sebanyak 45 jenis untuk
mendukung operasional UPTD Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2016.
9) Tersedia barang cetakan sebanyak 31 jenis dan barang
penggandaan sebanyak 10.368 lembar serta jilid sebanyak 25
buku guna mendukung operasional UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura tahun 2016.
10) Tersedia komponen instalasi listrik sebanyak 5 jenis meliputi
lampu TL 40 watt komplit sebanyak 13 buah, LED 14 watt
sebanyak 15 buah, LED 9 watt sebanyak 15 buah, kabel roll 2
buah, Taspen 1 buah , guna mendukung operasional UPTD
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura tahun 2016.
11) Tersedia peralatan rumah tangga sebanyak 15 jenis alat dan
terisinya tabung gas kompor sebanyak 24 kali guna
mendukung operasional UPTD Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2016.
12) Tersedia bahan bacaan untuk UPTD Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura yang meliputi
majalah trubus sebanyak 24 eksp, dan surat kabar Kedaulatan
Rakyat sebanyak 59 bulan.
13) Tersedia hidangan rapat selama satu tahun untuk operasional
Balai.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
99
14) Terfasilitasi perjalanan dalam daerah selama satu tahun yang
dimanfaatkan untuk pembinaan, evaluasi dan monitoring ke
unit kerja lingkup UPTD dan terfasilitasinya perjalanan luar
daerah selama satu tahun.
15) Terfasilitasi honor Pegawai Tidak Tetap (PTT) sebanyak 3
orang yang meliputi 2 orang di Unit kerja Gading dan 1 orang
di Unit Kerja Ngipiksari selama 13 kali pembayaran untuk
tahun 2016.
c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1) Terlaksana pembangunan gedung kantor yang meliputi :
Pembangunan kontruksi /pembelian Talut unit Ngipiksai
oleh CV Cempaka senilai Rp 16.582.000,-
Belanja modal pengadaan/pembelian tangga 4 meter untuk
warertron unit Tambak
Belanja modal pengadaan/pembelian watertorn Unit
Tambak
2) Tersedia peralatan gedung kantor di UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura sebanyak 13 macam yang meliputi pengadaan
almari 2 pintu 1 unit, pengadaan Fillingkabinet 1 unit,
pengadaan AC 1 unit, pengadaan gordyn 20 meter,
pengadaan rak arsip 2 unit, pengadaan komputer PC 2 unit,
pengadaan printer 2 unit, pengadaan printer laserjet 1 unit,
pengadaan printer multifungsi 1 unit, pengadaan printer
dotmetrix 1 unit, pengadaan sofa 1 unit pengadaan instalasi
listrik berupa tambah daya di unit kedungpoh 1 paket.
3) Terlaksana pemeliharaan/rehab gedung kantor yang meliputi
a) Pemeliharaan /rehab kamar mandi di unit tambak 1 paket
b) Penggantian Pintu Kantor di Unit Gesikan dan Tambak 1
paket
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
100
c) Pemeliharaan / rehab pintu gudang unit Gesikan 1 paket
d) Pemeliharaan/rehab pintu regol besi unik Wonocatur 1
Paket
4) Terfasilitasi pemeliharaan rutin kendaraan baik Roda 2
sebanyak 10 unit dan Roda 4 sebanyak 5 unit yang meliputi
dana untuk penggantian suku cadang dan belanja Bahan
Bakar Minyak/gas dan Pelumas.
5) Kendaraan Roda 2 yang difasilitasi adalah AB 2224 UH, AB
2218 UH, AB 2518 IH, AB 2650 UB, AB 2397 UH, AB 2730 IH,
AB 2371 IH, AB 2372 IH AB 2729 IH, AB 2444 UH),
Kendaraan Roda 4 meliputi AB 1630 UA, AB 1090 UA, AB
8075 UA, AB 1098 UA, AB 8105 UA
6) Terpeliharanya peralatan kantor di UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura berupa pemeliharaan AC sebanyak 3 unit
7) Terpeliharanya peralatan kantor di UPTD Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura berupa pemeliharaan rutin AC 6 unit,
pemeliharaan ketik manual, pemeliharaan PC komputer,
pemeliharaan laptop/notebook. Pemeliharaan peralatan ini
tersebar pada unit kerja UPTD Balai P2TPH DIY
8) Terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi gedung kantor
BPPTPH dengan sumber pendanaan dari Dana Alokasi
Khusus (DAK). Beberapa pekerjaan yang telah dilaksanakan
adalah
a. Pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor roda dua
senilai Rp 173.080.000,- oleh CV Sumber Baru Niaga
b. Pengadaan Konstruksi/pembelian Gedung Gudang alat-
alat mesin pertanian Unit Gading.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh CV Sekar Kenanga dengan
biaya sebesar Rp 313.590.000,- berupa rehab Gedung
Gudang alat-alat mesin pertanian Unit Gading seluas 155
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
101
m2, perencanaan dilakukan oleh Pola Prakarya sebesar
Rp 11.400.000,- dan pengawas oleh CV Citra Matra
Ardhitama sebesar Rp 7.750.000,-
c. Rehab konstruksi/pembelian gedung gudang alsintan Unit
Ngipiksari
Rehab konstruksi/pembelian gedung gudang alsintan Unit
Ngipiksari seluas 147 m2 dilakukan oleh CV Citra Perkasa
senilai Rp 204.000.000,- perencanaan dilaksanakan oleh
CV Nusa Griya Cipta dengan nilai Rp 6.500.000,- dan
pengawasan senilai Rp 4.391.000,-
d. Rehab kontruksi/pembelian gedung gudang alsintan Unit
Tambak
Rehab kontruksi/pembelian gedung gudang alsintan Unit
Tambak
dilaksanakan oleh CV Yoga Karya dengan biaya sebesar
Rp 95.800.000,- , dengan gedung gudang alsin unit
Tambak seluas 64 m2, dan perencanaan sebesar Rp
2.630.000,- dilakukan oleh CV Mitra Gutama Lima
e. Pembuatan saluran air/irigasi di Unit Wijilan
Pembuatan saluran air/irigasi spanjang 250 m” di Unit
Wijilan dilaksanakan oleh CV Lintas Cakrawala dengan
biaya sebesar Rp 147.207.000,-. Dengan perencana
dilakukan oleh Cipta Adi Tama sebesar Rp 4.465.000,-
f. Pembelian Jalan Usahatani (Corblok) seluas 1.500 m2 di
Unit Wijilan
Pembelian Jalan Usahatani (Corblok) seluas 1.500 m2 di
Unit Wijilan dilaksanakan oleh CV Yoga Karya dengan
biaya sebesar Rp 348.820.000,-. Perencanaan
dilaksanakan adalah CV Cipta Adi Tama senilai Rp
13.500.000,- dan pengawas dilakukan oleh CV Mitra
Gutama Lima senilai Rp 8.975.000,-
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
102
g. Pembuatan talud jalan usaha tani (200 m2) di unit
Ngipiksari
Kegiatan dilaksanakan oleh CV Karya Setia Abadi dengan
biaya Rp.158.000.000.- untuk pembangunan talud jalan
usaha tani sebanyak 200 m2, dengan perencanaan
dilakukan oleh CV Cipta Adi Tama senilai Rp 4.764.000,-
h. Pembangunan kontruksi jalan usahatani (konblok) di unit
Ngipiksari
Dilaksanakan oleh CV Yoga Karya dengan biaya Rp
62.140.000,- menyelesaikan pembangunan jalan usaha
tani konblok seluas 250 m2, dengan perencanaan
dilakukan oleh CV Cipta Adi Tama senilai Rp 1.875.000,-
c. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
Penyediaan Benih Dasar(FS) dan Benih Pokok(SS) tanaman pangan
khususnya padi, kedelai, jagung, kacang tanah, dan kacang hijau
dilaksanakan oleh Seksi Pengembangan Tehnologi dan Produksi
Tanaman Pangan, Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BP2TPH),
Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta. Penyediaan benih sumber tersebut
diatas mengacu pada kebutuhan benih di D.I.Yogyakarta yang dapat
diketahui melalui sasaran luas areal tanam tanaman pangan di DIY
pada tahun 2016.
Kegiatan Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dari target
keuangan anggaran sebesar Rp. 992.430.550,- dalam perjalanan
waktu dilakukan efisiensi sehingga menjadi Rp. 974.125.300,-.
Anggaran kegiatan yang disediakan sebesar Rp. 974.125.300,-
tersebut dapat direalisasikan Rp. 950.703.055,- atau 97,60% yang
dipergunakan untuk pembayaran honor tenaga kerja, belanja ATK,
sarana produksi, perlengkapan, sertifikasi, rapat, perjalanan dinas dan
pemeliharaan alsin. Sisa anggaran merupakan sisa mati dan efisiensi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
103
karena terjadi selisih antara anggaran dengan harga pasar pada
waktu pembelian/belanja.
Adapun realisasi kegiatan fisik sebagai berikut :
a. Target luas penangkar padi palawija seluas 46,5 hektar,
terealisasi seluas 46,5 hektar (100 %).
b. Target produksi benih palawija dapat terealisasi sesuai dengan
jumlah benih yang diharapkan (100 %) bahkan untuk
perbanyakan benih kedelai BS-BD dan kacang hijau BD-BP
dapat mememenuhi target yang ditetapkan. Sedangkan target
produksi padi tidak terpenuhi (91,56%) karena adanya
gangguan hujan/angin dan adanya serangan hama burung.
c. Penyaluran benih sumber padi kelas BD 2.045 Kg dan BP
85.150 kg . Klas BD masih tersisa 3.155 kg, sedangkan untuk
palawija dari target 10.175 kg tersalur 8.580 kg. Adapun benih-
benih yang belum tersalur : kedelai (BD) 650 kg, kedelai (BP)
1.125 kg, kacang hijau 20 kg.
d. Adapun sisa stok benih-benih yang masih tersimpan di gudang
akan disalurkan pada musim tanam (MH2) bulan Maret/April
2017.
Benih sumber padi dan palawija yang tersalur pada tahun 2016
dapat mendukung kebutuhan penangkaran benih kelas di bawahnya
dengan rincian sebagai berikut :
a. Benih padi kelas BD sebanyak 2.045 kg dapat mendukung
penangkaran benih padi BD-BP seluas 81,8 hektar.
b. Benih padi kelas BP sebanyak 85.150 kg dapat mendukung
penangkaran benih padi BP-BR seluas 3.406 hektar.
c. Benih Jagung kelas BP sebanyak 2.500 kg dapat mendukung
penangkaran benih jagung BP-BR seluas 100 hektar.
d. Benih kedelai kelas BP sebanyak 4.500 kg dapat mendukung
penangkaran benih kedelai BP-BR seluas 112,5 hektar.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
104
e. Benih kacang tanah kelas BP sebanyak 900 kg dapat
mendukung penangkaran benih kacang tanah BP-BR seluas 9
hektar.
f. Benih kacang hijau kelas BP sebanyak 680 kg dapat
mendukung penangkaran benih kacang hijau BP-BR seluas 34
hektar.
1) Pengembangan Benih Padi di Tingkat Petani
Balai Benih melaksanakan kegiatan pengembangan benih padi di
tingkat petani, sekaligus melaksanakan pendampingan
penangkar bagi kelompok tani. Diharapkan kelompok tani
mampu menghasilkan calon benih yang bermutu dan nantinya
akan di opkup oleh Balai Benih sehingga dapat meningkatkan
nilai tukar hasil pertanian. Hasil Kegiatan sbb :
1. Target luas 10 ha dan realisasi luas 10 ha (100 %), Target
opkup calon benih 10.000 kg dan realisasi opkup calon
benih 10.000 kg (100 %). Calon benih sebanyak 10.000 kg di
proses di Balai Benih menghasilkan benih sebanyak 6.130
kg, klas BP (Benih Pokok).
2. Dalam melaksanakan perbanyakan benih sumber di tingkat
petani dilakukan pembinaan kepada anggota KT Tani Maju,
melalui kegiatan Pendampingan Penangkar. dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
3. Kegiatan pendampingan penangkar dilaksanakan pada tanggal
12 Mei 2016, berlokasi di Gedung C, ruang “Flamboyan”, Dinas
Pertanian DIY , Jln. Gondosuli No. 6. Yogyakarta .
Isi pokok pertemuan pendampingan penangkar:
a. Pertemuan pendampingan penangkar dihadiri peserta
sebanyak 40 orang terdiri dari petugas pertanian dan para
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
105
kelompok tani/penangkar, sedangkan narasumber berasal
dari Kepala Balai (Balai P2TPH), UPTD BPSBP, UPTD
BPTP, BPTP Yogyakarta (Karangsasi).
b. Dari Balai P2TPH disampaikan bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan
menggunakan benih bermutu dan bersertifikat. Balai Benih
P2TPH di masing- masing unit produksi menghasilkan
benih bermutu dan berkualitas. Dengan menggunakan
benih bersertifikat terdapat jaminan mutu sesuai dengan
deskripsinya. Produksi Balai P2TPH meliputi klas BD dan BP
sehingga dapat digunakan sebagai benih lagi sesuai
dengan urutan klasnya.
c. Dari BPSBP disampaikan bahwa untuk sertifikasi benih
harus memenuhi beberapa syarat, misalnya ; mengajukan
permohonan sertifikasi ke BPSBP, penggunaan benih harus
bersertifikat dan sesuai dengan klasnya (BD, BP), lahan
harus bebas endemic hama/penyakit, melakukan seleksi
lapangan (fase pertumbuhan, generative, menjelang panen),
dalam bermitra mengikuti aturan perbenihan diantaranya
kerjasama produksi dan kerjasama pemasaran.
d. Dari UPTD BPTP (Proteksi), disampaikan bahwa agar
tanaman menghasilkan produk yang optimal maka
dibutuhkan benih yang sehat. Benih yang sehat dimulai dari
pemilihan benih yang sehat, benih bebas dari penyakit,
karena teknis pengendalian OPT benih sebetulnya pada
hama/penyakit (pathogen) yang sudah ada pada benih.
Pengendalian OPT sebaiknya menghindari cara kimia
tetapi diusahaka cara organic yang ramah lingkungan,
sehingga hukum alam (siklus) masih terpelihara/terjaga.
Pemberantasan hama/penyakit secara kimia dapat
memutus siklus alam, sehingga jika terjadi serangan
hama/penyakit maka tidak akan terkendali (meledak).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
106
Misalnya mengendalikan hama/penyakit yang ramah
lingkungan dengan menanam tanam bunga (kenikir)
disepanjang pinggar petak sawah.
e. Dari BPTP Yogyakarta disampaikan bahwa, petani harap
memanfaatkan limbah disekitar wilayahnya, misalnya
jerami, kotoran ternak, dan limbah lainnya. Proses limbah
menjadi pupuk organic harus melalui proses fermentasi baik
secara alami maupun buatan. Fermentasi buatan dapat
menggunakan larutan bakteri decomposer (misal dari EM4
dsb) ditambah tetes disemprotkan ke limbah dan didiamkan
sampai terjadi proses fermentasi. Hasilnya jika disebar ke
lahan pertanian maka dapat untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
4. Temu lapang dimaksudkan untuk saling tukar informasi, evaluasi
kegiatan, dan solusi dalam permasalahan yang dihadapi. Temu
lapang dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2016 di lokasi
perbanyakan benih, wilayah KT Tani Maju, Argorejo, Sedayu,
Bantul. Hasil temu lapang sebagai berikut:
a. Kegiatan Temu Lapang dihadiri Bapak Lurah Desa Argorejo,
Mantri Tani, PPL Sedayu, pengurus Kelompok Tani “ Tani
Maju” , anggota kelompok tani “ Tani Maju ” dan masyarakat
tani sekitar desa Argorejo.
b. Kegiatan perbanyakan benih sumber di tingkat petani seluas 10
ha, varietas Inpari Sidenuk dan hasil pemeriksaan lapangan
dari BPSBP dinyatakan lulus lapangan sehingga dapat dipanen
yang nantinya diproses menjadi benih.
c. Laporan dari kelompok tani, bahwa berdasarkan ubinan rata-
rata sebanyak 4,6 kg, sehingga jika di konversi produktivitas
menjadi 7,3 ton, merupakan hasil yang cukup baik, mengingat
varietas Inpari Sidenuk mempunyai deskripsi anakan sedikit.
d. Bapak Lurah sangat mendukung adanya kegiatan perbanyakan
benih di wilayahnya, apalagi varietas yang ditanam merupakan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
107
varietas baru, sehimgga dapat menjadi alternative pilihan bagi
warganya untuk menentukan varietas apa yang akan ditanam.
Selama varietas yang ditanam menguntungkan, maka akan
dipilih petani untuk ditanam pada musim tanam berikutnya.
e. Petugas BPSBP menegaskan bahwa, pertanaman lulus
lapangan disebabkan karena besarnya CVL (campuran) masih
dibawah angka maksimum yang diperbolehkan. Hal ini
disebabkan seleksi yang ketat dari anggota kelompok tani, oleh
karena itu kegiatan seleksi sangat penting dalam menentukan
kelulusan pertanaman di lapangan. Dianjurkan petani jangan
segan-segan melakukan seleksi, makin kecil angka CVL maka
kualitas benih makin meningkat.
f. Kepala Balai berpesan bahwa pergantian varietas lama dengan
varietas baru dapat memutus kekebalan serangan OPT,
sehingga pertanaman akan tumbuh dengan sehat, produksi
meningkat. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memilih
varietas yang spesifik lokasi dan menguntungkan dan tentunya
menggunakan benih bersertifikat.
2) Penyediaan benih dan pengembangan Jabal Kedelai
Hasil Kegiatan Pengembangan Jabal Kedelai adalah sebagai
berikut :
Pada kegiatan Penyediaan Benih dan Pengembangan Jabal
Kedelai tahun 2016 tidak diperbolehkan memberikan bantuan
berupa : benih, pupuk kimia, pupuk cair, obat-obatan pertanian dan
papan nama maka kelompok penangkar mengadakan sarana
produksi tanaman tersebut secara swadaya, sehingga anggaran
tidak dicairkan.
Kegiatan Penyediaan Benih dan Pengembangan Jabal Kedelai dari
target keuangan anggaran sebesar Rp 158.945.400,- dapat
terealisasi Rp 157.589.400. Adapun realisasi kegiatan fisik
sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
108
e. Target luas penangkar seluas 20 hektar, terealisasi seluas 20
hektar (100 %).
f. Target bimbingan teknis 4 kabupaten @ 30 orang = 120 orang
dapat terealisasi peserta bimbingan teknis sebanyak 120
orang (100 %).
g. Target calon benih sebanyak 16.000 kg, terealisasi sebanyak
16.000 kg (100 %).
Mekanisme dan harga pembelian calon benih kedelai dari
penangkar berdasarkan penetapan HPS dengan Surat Keputusan
Kepala UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
dan Hortikultura (BPPTPH).
Benih kedelai hasil kegiatan sebanyak 12.960 kg belum akan
disalurkan ke para petani untuk benih jabal musim tanam bulan
Maret/April 2017.
Penyaluran benih kedelai kelas BR merupakan benih hasil kegiatan
tahun 2015 sebanyak 7.680 kg.
Hasil penjualan benih kedelai sebanyak 7.680 kg merupakan
Pendapatan Asli Daerah telah disetor ke Kas Daerah sebesar Rp
61.440.000,00. Benih jabal kedelai yang tersalur pada tahun 2016
sebanyak 7.680 kg dapat mendukung kebutuhan benih di petani
pada MT. 2015/2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,94
% dari kebutuhan benih kedelai kelas BR sebanyak 815.280 kg,
dengan catatan alur penangkaran benih (flow of seed) dapat
berjalan sebagaimana mestinya/sesuai yang diharapkan.
Hasil ubinan (2,5 x 2,5 m) pada saat Temu lapang, dari 4 lokasi
dihasilkan angka rata-rata ubinan sebagai berikut :
a. Lokasi Kelompok Penangkar Gamparan, Gamparan,
Sumberharjo, Sleman didapatkan hasil ubinan rata-rata : 0,808
ton/ha.
b. Lokasi Kelompok Penangkar Margo Mulyo, Bendungan,
Sumberharjo, Prambanan, Sleman didapatkan hasil ubinan
rata-rata : 0,945 ton/ha
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
109
c. Lokasi Kelompok Penangkar Manunggal, Duwet Gentong, Sri
Mulyo, Piyungan, Bantul didapatkan hasil ubinan rata-rata :
0,895 ton/ha.
d. Lokasi Kelompok Penangkar Ngudi Mulyo, Banguncipto,
Sentolo, Kulon Progo didapatkan hasil ubinan rata-rata : 0,875
ton/ha.
Setelah dilakukan pembelian calon benih di setiap kelompok, di
kelompok penangkar masih terdapat sisa calon benih yang tidak
dapat teropkup (dibeli) oleh Dinas seluruhnya sebanyak + 1.420 kg,
yang mestinya dapat diproses sebagai benih, sehingga dapat
menaikkan ketersediaan benih kedelai di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Selanjutnya oleh kelompok tani disalurkan sebagai
pemenuhan benih antar lapang (jabal).
d. Program Pengembangan Perbenihan Hortikultura
1) Pengembangan Perbenihan Hortikultura
a) Capaian keuangan Kegiatan Pengembangan dari target
anggaran sebesar Rp 1.443.868.725 dapat terealisasi Rp
1.436.798.225,00 atau 99,15 %.
b) Perbanyakan benih tomat varietas kaliurang seluas 1 ha
terealisasi 1 ha, perbanyakan benih cabai varietas lokal
pakem, varietas branang, varietas gantari seluas 5.000 m2
terealisasi 5.000 m2 . Pelaksanaan kegiatan pengembangan
benih hortikultura sesuai target yang dihasilkan dari luasan 1
ha untuk benih tomat varietas kaliurang menghasilkan
sebanyak 70 kg, cabe varietas lokal pakem, varietas branang,
varietas gantari sesuai target dari luasan 5.000 m2 untuk
benih cabe menghasilkan sebanyak 35 kg dan untuk
pemurnian sesuai target yang direncanakan dengan luasan
masing-masing untuk tomat seluas 1.000 m2, cabe lokal
pakem 500 m2, branag 250 m2, gantari 250 m2 sesuai
dengan target yang dihasilkan benih sumber tomat varietas
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
110
kaliurang 200 gram, cabe varietas lokal pakem 200 gram,
cabe varietras branang 200 gram, cabe varietas gantari 200
gram.
Tabel 8.2. Realisasi fisik kegiatan pengembanagn perbenihan hortikultura tahun 2016
No Komoditas Target
(gr/Kg/Batang/ Botol)
Realisasi (gr/Kg/Batang/
Botol) (%)
1 Perbanyakan tomat kaliurang
70 70 100
2 Perbanyakan cabai
35 35 100
3 Pemurnian tomat kaliurang
0,200 0,375 187.5
4 Pemurnian cabe 0,200 1.150 575
5 Perbanyakan tanaman hias
2.250 2.400 106.7
6 Perbanyakan tanaman buah
5.850 5.850 100
7 Perbanyakan jamur edibel
8.400 8.400 100
8 Perbanyakan pohon induk buah
2.721 2.721 100
9 Perbanyakan aneka buah
42.100 42.100 100
c) Pemeliharaan pohon induk buah-buahan sebanyak 2.721
batang terealisasi 2.721 batang karena adanya penghapusan
pohon induk yang sudah tidak produktif lagi. Untuk
perbanyakan benih buah-buahan hasil perbanyakan 5.850
batang terealisasi sebanyak 6.145 batang dengan perincian
sebagai berikut : unit kerja Wonocatur pisang 3.275 batang,
unit kerja Tambak durian sebanyak 1.850 batang, jambu
Dalhari sebanyak 700 batang, unit kerja Ngipiksari sisrat
sebanyak 110 batang, jambu Kristal sebanyak 210 batang.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
111
Perbanyakan benih jamur edible dari target sebanyak 8.400
botol terealisasi 8.400 botol. Pemeliharaan tanaman hias dan
perbanyakan benih tanaman hias dari target sebanyak 2.250
batang terealisasi sebanyak 2.400 batang. Perbanyakan
aneka buah dari target 42.100 batang terealisasi 42.100
batang (100%)
2) Pengembangan Benih Sayuran di Tingkat Petani
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya dinas
pertanian DIY mewajibkan penerima bantuan hibah untuk
berbadan hukum. Berdasar Undang-undang nomor 23 Tahun
2014 tentang pemerintah daerah (organisasi kemasyarakatan
yang berbadan hukum Indonesia adalah organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum yayasan atau organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum perkumpulan yang telah
mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementrian hukum
dan hak asasi manusia).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kegiatan pengembangan
perbanyakan benih hortikultura ditingkat petani tidak dapat
dilaksanakan karena terkendala kelompok belum berbadan
hukum/ penerima hibah harus sudah bersertifikat/ harus berbadan
hukum. Disamping itu karena adanya kebijakan efiseinsi anggaran
di Pemda DIY.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
112
2. Kegiatan APBN
Kegiatan yang dikelola oleh Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura terdiri dana Dekonsentrasi, dengan Hasil
sebagai berikut
A.1. DANA DEKONSENTRASI TANAMAN PANGAN
A.1.1. REALISASI KEUANGAN
Tabel 8.3. Realisasi Keuangan Satker Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta (049059)
Dekonsentrasi (Tanaman Pangan) Tahun 2016
KODE
KEGIATAN
ANGGARAN
REALISASI
Rp. Rp. Keu (%)
Fisik (%)
1 2 3 4 5 6
1763 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
264.090.000 262.663.93
9 99,46 100
1763.301
Ketersediaan Benih Tanaman Pangan Bersertifikat
264.090.000 262.663.93
9 99,46 100
051 Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Kegiatan penyediaan Benih tan Pangan
99.627.000 98.221.306 98.59 100
F Administrasi dan Honor Pengelola Keuangan BBI
22.063.000 22.062.900 99,99 100
G KoordinasiPerbanyakan Benih Tanaman Pangan
36.314.000 34.908.406 96,13 100
H Eksploitasi Sarana dan Prasarana BBI
41.250.000 41.250.000 100 100
526211 Belanja Barang Penunjang kegiatan Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada Pemerintah Daerah
41.250.000 41.250.000 100 100
Jaringan Air pipa PVC, Bak penampung air dan Pompa Submersible
41.250.000 41.250.000 100 100
062
Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Kegiatan Penyediaan Benih Tanaman
15.600.000 15.599.800 99,99 100
H Peningkatan SDM Balai Benih dalam rangka Peningkatan Kualitas Produksi Benih
15.600.000 15.599.800 99,99 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
113
055 Melaksanakan Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan
138.273.000 138.253.40
3 99,99 100
A Perbanyakan Benih Dasar Padi (2 ha)
34.624.000 34.623.250 99,99 100
B Perbanyakan Benih Dasar kedelai (1 ha)
17.994.000 17.984.940 99,95 100
C Perbanyakan Benih Pokok Padi (4 ha)
69.866.000 68..865.25
0 99,99 100
D Perbanyakan Benih Pokok Kedelai (1 ha)
16.789.000 16.779.963 99,95 100
056 Melaksanakan monitoring, evaluasi dam pelaporan kegiatan penyediaan benih tanaman pangan
10.590.000 10.389.430 99,99 100
G Pembinaan pengawalan, monitoring perbanyakan benih tanaman pangan
5.800.000 5.800.000 100 100
H Pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan perbanyakan benih sumber tanaman pangan
4.790.000 4.789.430 99,99 100
A1.1.2 HASIL KEGIATAN
Kegiatan yang didanai dengan sumber dana APBN dekonsentrasi
ini dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2016. Perincian
pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.4 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Satker Dinas Pertanian Prov. DI Yogyakarta (049059) Dekonsentrasi TAHUN 2016
No Kegiatan Waktu
1 Administrasi Kegiatan BBI Januari-Desember 2016
2 Koordinasi perbanyakan benih tanaman Pangan
3 Eksploitasi Sarana dan Prasarana BBI
4 Peningkatan SDM Balai Benih dalam rangka peningkatan kualitas produksi benih sumber
Agustus 2016
5 Perbanyakan Benih Dasar Padi 2 ha Februari-Desember 2016
6 Perbanyakan Benih Dasar Kedelai 1 ha Mei-Desember 2016
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
114
7 Perbanyakan Benih Pokok Padi 4 ha Februari - Desember 2016
8. Perbanyakan Benih Pokok Kedelai 1 ha Mei-Desember 2016
9. Pembinaan pengawalan, monitoring perbanyakan benih tanaman pangan
Januari-Desember 2016
10 Pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan perbanyakan benih sumber tanaman pangan
Nopember - Desember 2016
Lokasi Kegiatan yang didanai dengan sumber dana APBN adalah
di UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura yang meliputi Unit Kerja Wijilan dan Unit Kerja Gading.
Adapun perincian lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.5. Lokasi Kegiatan Satker Dinas Pertanian Prov. DI Yogyakarta
(049059) Dekonsentrasi tahun 2016
Sedangkan hasil pelaksanaan per kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Administrasi Kegiatan BBI
Administrasi kegiatan dilaksanakan guna mendukung manajemen
pelaksanaan kegiatan yang ada di UPTD Balai P2TPH khususnya dari
Satker Dinas Pertanian Prov. DI Yogyakarta antara lain :
No Kegiatan Lokasi
1 Administrasi Kegiatan BBI Jl Gondosuli no 6
2 Koordinasi perbanyakan benih tanaman Pangan Jl Gondosuli no 6
3 Eksploitasi Sarana dan Prasarana BBI UPTD BPPTPH, Kedungpoh, Gunungkidul
4 Peningkatan SDM Balai Benih dalam rangka peningkatan kualitas produksi benih sumber
Goeboek Resto
5 Perbanyakan Benih Dasar Padi 2 ha UPTD BPPTPH, Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo
6 Perbanyakan Benih Dasar Kedelai 1 ha BPPTH dan Unit Gading, Playen, Gunungkidul
7 Perbanyakan Benih Pokok Padi 4 ha UPTD BPPTPH, Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo
8. Perbanyakan Benih Pokok Kedelai 1 ha BPPTH dan Unit Gading, Playen, Gunungkidul
9. Pembinaan pengawalan, monitoring perbanyakan benih tanaman pangan
Semua Unit Produksi benih Tanaman Pangan
10 Pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan perbanyakan benih sumber tanaman pangan
Jl Gondosuli no 6
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
115
a. Pemberian Honor kepada PPK, Pembantu Bendahara, Staf Pengelola
serta staf Petuga Penerima PNBP selama 12 bulan.
b. Melaksanakan koordinasi guna mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan setiap bulannya (satu kali), yang dilaksanakan
pada tanggal : 22 Februari, 12 April, dan 1 Juni tahun 2016
Kegiatan administrasi ini apabila dilihat secara fisik dapat terealisasi
sebesar 100%, dan keuangan satker dapat terealisasi sebesar Rp
254.540.833,- (95,16%) dari total anggaran Rp. 267.476.000,- sedangkan
anggaran administrasi dapat terserap 85,21 % dari anggaran Rp
22.326.000,- terserap Rp 19.022.900,-
Beberapa Surat keputusan yang telah ditetapkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.6. Surat keputusan yang telah ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen
Tanggal No. Keputusan Perihal
31 Desember 2015
10616 Tahun 2015 Surat Keputusan KPA tentang Pengangkatan Jabatan Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi Satuan Kerja Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Anggaran 2016 ( 03.049059) Dana Dekonsentrasi DI UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
6 Januari 2016 00152 Tahun 2016 Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian DIY tentang Mekanisme Penerima dan Penyetor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun Anggaran 2016
15 Maret 2016 02313 Tahun 2016 Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian DIY selaku Kuasa Pengguna Anggaran tentang Pengelola Anggaran Satuan Kerja Dinas Pertanian DIY Tahun Anggaran 2016 (3.049059) Dana Dekonsentrasi di UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
116
15 Maret 2016 01 /KPTS/03/III/2016 Mekanisme, Tata Kerja Penggunaan Barang Dan Biaya Perjalanan Dinas Serta Penunjukan Petugas Pemegang Uang Kegiatan (PPUK), Pelaksana Kegiatan dan Atasan Langsung pada Satuan Kerja Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta (049059) Tahun Anggaran 2016
15 Maret 2016 02 /KPTS/03/III/2016 SK Pejabat Pembuat Komitmen Tentang Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) pada Satuan Kerja Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Anggaran 2016 ( 03.049059) Dana Dekonsentrasi DI UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
15 Maret 2016 03 /KPTS/03/III/2016 Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Honorarium Pengelola Anggaran pada Satuan Kerja Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta (049059) Tahun Anggaran 2016
2. Koordinasi Perbanyakan benih tanaman pangan
Pelaksanaan Koordinasi perbanyakan benih tanaman pangan pada
tanggal 11 Mei 2016 di Gubug Resto untuk meningkatkan
Kemampuan petugas dan penangkar benih TP dapat dilaksanakan
dengan jumlah peserta 40 orang petugas pendamping/kabupaten.
Dari anggaran kegiatan sebesar Rp 36.314.000,00. Realisasi
keuangan kegiatan Koordinasi perbanyakan benih tanaman pangan
untuk petugas dan penangkar benih sebesar Rp 34.908.406,00 atau
96,13 % dan sisa mati sebesar Rp 1.405.594,00.
Sebelum pelaksanaan diadakan rapat koordinasi yang membahas
siapa yang diundang meliputi para petugas dari Dinas kabupaten,
Dinas Pertanian D.I. Yogyakrta UPTD BPTPH, dan instansi terkait
lainnya pada tanggal 29 April 2016 yang menghasilkan kesimpulan
rapat sebagai berikut : Peserta sebanyak 40 orang yang terdiri 11
orang penangkar benih dan 29 orang petugas pendamping
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
117
kabupaten dan provinsi. Menyusun rencana kebutuhan materi
koordinasi yang dibutuhkan oleh para peserta pelatihan, serta
menentukan jadwal pelaksanaan dan rencana tempat koorsinasi.
Koordinasi perbanyakan benih tanaman pangan untuk petugas dan
penangkar benih Tanaman Pangan dilaksanakan selama 1 hari, di
Ruang Rapat Goebog Resto tanggal 11 Mei 2016.
Materi pelatihan sebanyak 6 OJ, yang terdiri :
a. Kebijakan perbenihan tanaman pangan di DIY TA. 2016
b. Kegiatan perbanyakan benih sumber tanaman pangan di UPTD
Balai P2TPH tahun 2016 dan rencana tahun 2017
c. Peraturan atau informasi terbaru kaitan perbenihan tanaman
pangan
d. Teknologi perbenihan dalam rangka peningkatan produksi
tanaman pangan (padi, kedelai)
e. Rencana Tindak Lanjut Perbanyakan Benih Tanaman Pangan di
Balai P2TPH Tahun 2017
3. Pembinaan pengawalan, monitoring Perbanyakan Benih Tanaman
Pangan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melaksanakan pembinaan,
pengawalan dan monitoring perbanyakan benih tanaman pangan.
Secara fisik kegiatan pembinaan, pengawalan, dan monitoring
perbanyakan benih tanaman pangan meliputi pengadaan
ATK/supplies komputer, koordinasi dengan instansi terkait,
monitoring ke lokasi perbanyakan benih, dan penyusunan laporan
kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%),
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Koordinasi rutin perbanyakan benih sebanyak 4 kali, hanya
dilaksanakan 1 kali, yaitu pada tanggal 21 Maret 2016 dengan
maksud dan tujuan untuk menyamakan presepsi, mencari
solusi dari permasalahan yang timbul terutama pada kegiatan
perbanyakan benih tanaman pangan. Sedangkan koordinasi 3
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
118
kali tidak dilaksanakan karena ada blokir anggaran dari DJA
sebesar Rp 2.800.000,00.
b. Penggandaan dan penjilidan blokir anggaran dari DJA sebesar
Rp 150.000,00
c. ATK dan suplies komputer blokir anggaran dari DJA sebesar Rp
600.000,00.
d. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sebanyak 5 kali di 2 kebun
Balai Benih (Unit Produksi Padi dan Unit Produksi Palawija)
dengan waktu pelaksanaan sebagai berikut :
- Tanggal 9 Juni 2016 sebanyak 5 orang, lokasi Unit Produksi
Padi Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo.
- Tanggal 10 Juni 2016 sebanyak 5 orang, lokasi Unit Produksi
Palawija, Gading, Playen, Gunungkidul.
- Tanggal 22 Juni 2016 sebanyak 5 orang, lokasi Unit Produksi
Palawija, Gading, Playen, Gunungkidul.
- Tanggal 23 Juni 2016 sebanyak 5 orang, lokasi Unit Produksi
Padi Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo.
- Tanggal 8 Agustus 2016 sebanyak 2 orang, lokasi Unit
Produksi Padi Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo.
Adapun laporan hasil perjalanan dinas monitoring dan evaluasi
sebagai berikut :
- Kegiatan perbanyakan benih padi dari anggaran APBN
2016 dilaksanakan di lahan Balai Benih (Unit Produksi
Padi Wijilan, Nanggulan, Kulonprogo) Yogyakarta seluas 6
hektar meliputi 2 ha untuk perbanyakan benih dasar (
BS-BD) dan 4 ha untuk kegiatan perbanyakan benih
pokok (BD-BP). Secara rinci alokasi perbanyakan yaitu
perbanyakan benih dasar (BS-BD) terdiri : luas 0,5 ha
varietas Sri Putih (Pepe) tanam 13 Maret 2016 panen 10
Juni 2016 lulus uji laboratorium dengan kelas benih BD
sebanyak 1.180 kg, varietas Ciherang luas 1 hektar tanam 5
April 2016 panen 28 Juni 2016 lulus uji laboratorium benih
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
119
kelas BD sebanyak 2.360 kg, varietas Situ Bagendit luas
0,5 hektar tanam 27 Maret 2016 panen 01 Juli 2016 lulus
uji laboratorium benih kelas BD sebanyak 1.100 kg.
- Sedangkan perbanyakan benih pokok padi seluas 4 hektar,
terdiri : luas 0,5 ha varietas Pepe tanam 10 Maret 2016
panen 09 Juni 2016 dan lulus uji laboratorium dengan hasil
benih kelas BP sebanyak 1.375 kg, luas 0,9 hektar varietas
Situ Bagendit tanam 27 Maret 2016 panen 21 Juni 2016
dan lulus uji laboratorium dengan hasil benih kelas BP
sebanyak 2.480 kg, luas 1,6 hektar varietas Situ Bagendit
tanam 24 Maret 2016 panen 02 Juli 2016 lulus uji
laboratorium dengan hasil benih kelas BP sebanyak 4.100
kg, dan luas 1,0 ha varietas Ciherang tanam 30 Maret 2016
dan panen 25 Juni 2016 lulus uji laboratorium dengan kelas
benih BP sebanyak 2.750 kg.
- Benih kelas BD dan BP tersebut di atas telah tersalur ke
para penangkar/produsen benih dengan rincian sebagai
berikut :
1) Kelas BD var. Sri Putih/Pepe (0,5 ha) stok awal benih
1.180 kg, tersalur 870 kg, sis 310 kg
2) Kelas BD var. Ciherang ( 1,0 ha) stok awal benih 2.360
kg, belum tersalur , sisa 2.360 kg
3) Kelas BD var. Situ Bagendit (0,5 ha) stok awal benih
1.100 kg, tersalur 820 kg, sisa 280 kg
4) Kelas BP var. Sri Putih/Pepe (0,5 ha) stok awal benih
1.375 kg, tersalur 1.375 kg.
5) Kelas BP var. Situ Bagendit (2,5 ha) stok awal benih
6.580 kg, tersalur 3.105 kg, sisa 3.475 kg.
6) Kelas BP var. Ciherang (1 ha) stok awal benih 2.750 kg,
tersalur 2.750. kg.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
120
- Dari hasil penjualan benih-benih tersebut di atas dihasilkan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp
124.584.000 yang telah disetor ke Kas Negara.
- Pola tanam di Kabupaten Kulonprogo sudah diatur oleh
Pemda, yaitu padi-padi-palawija, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengaturan pengairan dan pemantauan
pergiliran tanaman. Selama ini, masyarakat (termasuk areal
Kebun Balai Benih) masih patuh dan mendukung
pengaturan pola tanam tersebut, demi mendukung
ketersediaan pangan di wilayah Kulonprogo. Bahkan
sistim tanam padi sudah dihimbau oleh petugas pertanian
untuk menggunakan sistim tanam legowo, karena sistim
legowo diharapkan dapat meningkatkan produksi.
- Beberapa permasalahan yang sering terjadi di Balai
Benih dan wilayah Kulonprogo yaitu serangan hama
tikus. Selain itu, serangan hama walangsangit sering
menyerang tanaman, jika serangannya meluas dapat
menurunkan produksi. Kendala lain, posisi lahan Balai
Benih pada jalur pengairan mendapatkan giliran yang
terakhir sehinga pasokan air berkurang, sering terjadi
kondisi pertanaman kekurangan air.
- Harapan dari petugas, selalu berkoordinasi dengan
petugas OPT untuk melaksanakan secara bersama-sama
dengan petani sekitar pemberantasan tikus melalui
gropyokan, emposan dan pembongkaran sarang tikus.
Serangan walangsangit dapat diberantas dengan
penyemprotan insektisida. Sedangkan kekurangan
pengairan, dapat diatasi dengan pemanfaatan air
pengairan secara maksimal misalnya dengan
memperbaiki saluran air yang rusak sehingga tidak terjadi
kebocoran, pemanfaatan air sungai dengan menggunakan
pompa air yang dimiliki Balai Benih.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
121
Adapun laporan hasil perjalanan dinas monitoring dan evaluasi
dilaksanakan di Kebun Balai Benih (Unit Produksi Palawija)
Gading, Playen, Gunungkidul sebagai berikut :
a. Kegiatan perbanyakan benih dasar seluas 1 ha varietas
Anjasmoro tanam bulan 14 Maret 2016 dan panen tanggal 9
Juni 2016. Varietas Anjasmoro dipilih karena sangat
disukai masyarakat dan laris di pasaran. Beberapa waktu
yang lalu masyarakat menyukai varietas Grobogan, karena
untuk tahu/tempe tetapi sekarang permintaan sudah
bergeser ke Anjasmoro. Balai Benih banyak
memproduksi benih kedelai varietas Anjasmoro melalui
dana APBD. Selain kedelai Balai Benih juga menanam
komoditas jagung, kacang tanah dan kacang hijau.
Perbanyakan benih dasar kedelai seluas 1 hektar dihasilkan
calon benih sebanyak 800 kg namun tidak lulus sertifikasi
karena daya tumbuh hanya 79,8 %, sehingga tidak
memenuhi standard mutu benih (80 %).
b. Kegiatan perbanyakan benih pokok seluas 1 ha varietas
Anjasmoro tanam tanggal 21 Maret 2016 panen 29 Juni
2016 dan lulus uji laboratorium BPSB dengan hasil benih
kelas BP sebanyak 900 kg.
4. Peningkatan SDM Balai Benih dalam rangka peningkatan kualitas
produksi benih
Secara fisik sudah dilaksanakan kegiatan Peningkatan SDM
Balai Benih dalam rangka peningkatan kualitas produksi benih
sumber tanaman pangan Balai Benih meliputi :
Sudah dilaksanakan pengadaan ATK dan bahan computer,
konsumsi peserta, nara sumber dan moderator, honor moderator,
honor narasumber/instruktur, sarana peningkatan SDM,
spanduk/banner dan transport peserta untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan peningkatan SDM Balai Benih dalam
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
122
rangka peningkatan kualitas produksi benih sumber tanaman
pangan Balai Benih .
Sudah dilaksanakannya rapat persiapan pelaksanaan
peningkatan SDM sebanyak 1 kali yaitu pada tanggal 15
Agustus 2016 dengan maksud untuk menyamakan presepsi,
mencari solusi dari permasalahan yang timbul terutama pada
pelaksanaan kegiatan peningkatan SDM Balai Benih.
Kegiatan peningkatan SDM Balai Benih ini apabila dilihat secara
fisik dapat terealisasi sebesar 100% dan keuangan satker dapat
terealisasi sebesar Rp 15.599.800,- (100%) dari total anggaran
Rp. 15.600.000,-.
Tabel 8.7. Materi-materi dalam pertemuan peningkatan SDM Balai
Benih
No Materi Pembicara
1 Kebijakan perbenihan tanaman pangan di Daerah
Istimewa Yogyakarta TA. 2016 sekaligus pembukaan
pertemuan.
Kepala Dinas
Pertanian DIY
2 Teknik pengeringan benih dalam musim penghujan BPTP Yogyakarta
3 Sosialisasi peraturan perbenihan UPTD BPSBP
4 Pengelolaan produksi benih berkualitas dan bersertifikat Produsen benih
5 Sistem pelayanan publik dalam rangka kepuasan
konsumen
Produsen Benih
Kebutuhan benih yang semakin meningkat dituntut untuk
peningkatan kualitas dan kauantitasnya, bagaimana alur penangkaran
benihnya apakah dapat berjalan dengan baik. Untuk petani padi saat
ini menggunakan benih SS ini menuntut penyediaan benih BD.
Sedangkan untuk palawija khususnya kedelai benih untuk DIY belum
mencukupi sehingga harus mendatangkan dari luarD IY. Berbagai
varietas telah dikembangkan/dikenalkan kepada petani untuk dapat di
kembangkan di tingkat petani, oleh karena itu Dinas Pertanian DIY
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
123
telah menjalin kerjasama dengan Batan untuk mengembangkan 2
varietas baru antara lain :Mugibat, Sidenuk.
Balai benih dapat berfungsi sebagai model percontohan, penampilan
yang menarik, dengan tampilan pertanaman dibalai benih dapat lebih
baik. Agar tampilan balai benih dari luar tampak sebagai instansi
balai benih dengan pertanaman yang produktif.
Pengering tenaga surya kombinasi terpal dan lantai jemur lebih
efektif untuk pengering gabah di musim hujan, berbentuk tenda
dengan ketinggian sekitar 50 cm, dimana ketika cuaca panas terpal
dibiarkan terbuka, ketika hujan ditutup dengan naungan terpal yang
tidak bersentuhan dengan gabah. Pengeringan dengan sinar
matahari lebih efektif dan efisien dalam segi biaya dibandingkan
pengeringan dengan alat book dreyer. Cara pengeringannya sebagai
berikut : Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7
cm untuk musim kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk penghujan,
Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari
dengan menggunakan garuk dari kayu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjemuran:
- Usahakan lantai jemur/ alas untuk penejemuran / terpal dalam
kondisi bersih. Pastikan tidak ada satu-pun benih yang tertinggal,
untuk menghindari kontaminasi.
- Lakukan pembalikan secara hati-hati dan merata (tidak terjadi
kerusakan kulit benih)
- Lama penjemuran tergantung kadar air awal dan suhu udara saat
penjemuran, sehingga lakukan pengecekan kadar air secara
berkala dengan menggunakan moisture meter.
Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016 dengan tujuan
sebagai berikut :
a. Menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi inbrida,
padi hibrida, dan kedelai denganmutu yang terjamin untuk
memenuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan
budidaya tanaman pangan.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
124
b. Membantu petani agar dapat membeli benih dengan harga
terjangkau.
Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh
bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan
ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-
kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan
Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman adalah pejabat yang
berdasarkan keahliannya diangkat oleh Menteri dan ditugasi untuk
melakukan pemeriksaan substantif dan memberikan rekomendasi
atas permohonan hak Perlindungan Varietas Tanaman.
Benih harus disebar dalam pesemaian supaya : Pembibitan dalam
pesemaian menjamin perkecambahan yang sempurna dari benih
tetua dan sistem pesemaian memberikan bibit yang sehat dan kuat
untuk tanam pindah (transplanting).
Pengujian daya kecambah benih perlu dilakukan supaya :
Sebelum dikemas dan dijual sebagai benih hibrida, benih harus
diuji daya kecambah dan kemurniannya.
Balai pengujian benih melakukan pengujian dan
pemberiansertifikasi. Daya kecambah benih minimal 85% agar
dapatmemperoleh sertifikasi.
Pengepakan dan Pelabelan Benih
Pengepakan benih dilakukan dalam keadaan bersih, dalam
karung yang baru.
Apabila benih di simpan dalam karung, kantungnnya harusdisuci
hamakan terlebih dahulu untuk menjaga dari seranganserangga
selama di simpan.
Pengelolaan produksi benih berkualitas dan bersertifikat yang
dilakukan produsen benih yang mempunyai tugas dan fungsi yaitu :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
125
* Memproduksi benih padi secara terarah dan kontinyu
* Memberikan informasi perbenihan padi kepada masyarakat
* Sebagai penghasil benih padi sumber kelas BD dan BP
* Sebagai tempat penyuluhan dan sumber informasi perbenihan
padi
* Sebagai tempat pengujian varietas baru serta uji adaptasi
tanaman padi
5. Perbanyakan Benih Dasar Padi 2 ha
Perbanyakan benih dasar padi secara fisik sudah dilaksanakan seluruhnya
dengan luas 2 ha, di lahan BBI DIY (UPTD BPPTPH Dinas Pertanian DIY
Unit Wijilan). Hasil kegiatan tersebut berupa benih sumber padi kelas Benih
Dasar (BD) yang terdiri dari 3 (tiga) varietas dengan luas dan produksi
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 8.8. Produksi benih kegiatan perbanyakan benih dasar padi TA. 2016
No Varietas Luas
(ha)
Kelas Produksi (kg) Keterangan
Target Realisasi
1 Pepe 0,5 BD 1.250 1.180
2 Ciherang 1,0 BD 2.500 2.360
3 Situ Bagendit 0,5 BD 1.250 1.100
Jumlah 2,0 5.000 4.640
Benih tersebut selanjutnya disalurkan/dijual kepada petani/kelompok tani
yang memerlukan. Penyaluran benih sumber padi kelas Benih Dasar (BD)
Tahun Anggaran 2016 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 8.9. Penyaluran benih dasar padi TA. 2016
No Varietas Kelas Produksi (kg) Keterangan
Stok Tersalur Sisa
1 Mekongga BD 295 295 - Sisa TA. 2015
2 Ciherang BD 730 730 - Sisa TA. 2015
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
126
3 Inpari 30 BD 1.020 - 1.020 Sisa TA. 2015
4 Situ Bagendit BD 270 270 - Sisa TA. 2015
5 Pepe BD 1.550 1.550 - Sisa TA. 2015
6 Pepe BD 1.180 870 310 Produksi 2016
7 Ciherang BD 2.360 - 2.360 Produksi 2016
8 Situ Bagendit BD 1.100 820 280 Produksi 2016
Jumlah 8.505 4.535 3.970
Hasil penjualan benih tersebut disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak). Hingga akhir tahun anggaran 2016
PNBP hasil penjualan benih sumber padi kelas Benih Dasar (BD) yang
sudah disetor sebesar Rp. 48.945.000,-.
Kegiatan perbanyakan benih dasar padi sudah dilaksanakan sesuai dengan
target luasan yaitu 2 ha. Seluruh tahapan kegiatan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana, sehingga kondisi pertanaman sejak fase
pertumbuhan hingga fase menjelang panen cukup baik. Akan tetapi ketika
pertanaman berada fase menjelang panen terjadi gangguan cuaca yang
sangat serius berupa hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan
sebagian besar tanaman rebah dan tergenang air. Sebagi dampak dari
kejadian tersebut hasil panen menjadi tidak maksimal sehingga benih dasar
yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yaitu sebanyak 4.640 kg atau 360
kg lebih rendah dari target sebesar 5.000 kg (92,80%). Benih padi hasil
kegiatan perbanyakan benih dasar TA. 2016 tersebut sebagian telah
disalurkan kepada petani/kelompok tani penangkar benih padi. Benih padi
kelas Benih Dasar yang berhasil disalurkan pada TA. 2016 sebanyak 4.535
kg yang terdiri dari benih produksi TA. 2016 sebanyak 1.690 kg dan benih
sisa stok TA. 2015 sebanyak 2.845 kg. Hasil penyaluran/penjualan benih
tersebut sudah disetorkan ke kas Negara sebagai PNBP TA. 2016 sebesar
Rp. 48.945.000,-.
6. Perbanyakan Benih Pokok Padi seluas 4 ha
Perbanyakan benih pokok padi secara fisik sudah dilaksanakan seluruhnya
dengan luas 4 ha, di lahan BBI DIY (UPTD BPPTPH Dinas Pertanian DIY
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
127
Unit Wijilan). Hasil kegiatan tersebut berupa benih sumber padi kelas Benih
Pokok (BP) yang terdiri dari 3 (tiga) varietas, dengan luas dan produksi
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 8.10. Produksi benih kegiatan perbanyakan benih pokok padi TA. 2016
No Varietas Luas
(ha)
Kelas Produksi (kg) Keterangan
Target Realisasi
1 Pepe 0,5 BP 1.375 1.375
2 Ciherang 1,0 BP 2.750 2.750
3 Situ Bagendit 2,5 BP 6.875 6.580
Jumlah 4,0 11.000 10.705
Benih tersebut selanjutnya disalurkan/dijual kepada petani/kelompok tani
yang memerlukan. Penyaluran benih sumber padi kelas Benih Pokok (BP)
Tahun Anggaran 2016 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 8.11. Penyaluran benih pokok padi TA. 2016
No Varietas Kelas Produksi (kg) Keterangan
Stok Tersalur Sisa
1 Situ Bagendit BP 650 650 - Sisa TA. 2015
2 Inpari 30 BP 315 315 - Sisa TA. 2015
3 Pepe BP 865 865 - Sisa TA. 2015
4 Pepe BP 1.375 - 1.375 Prod. TA. 2016
5 Ciherang BP 2.750 2.750 - Prod. TA. 2016
6 Situ Bagendit BP 6.580 - 6.580 Prod. TA. 2016
Jumlah 12.535 4.580 7.955
Hasil penjualan benih tersebut disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak). Hingga akhir tahun anggaran 2016
PNBP hasil penjualan benih sumber padi kelas Benih Pokok (BP) yang
sudah disetor adalah sebesar Rp. 34.830.000,-.
Kegiatan perbanyakan benih pokok padi dengan luas 4 ha yang sudah
dilaksanakan menghasilkan benih pokok sebanyak 10.705 kg atau 295 kg
lebih rendah dari target 11.000 kg (97,32%). Benih padi hasil kegiatan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
128
perbanyakan benih pokok TA. 2016 tersebut sebagian telah disalurkan
kepada petani/kelompok tani penangkar benih padi. Benih padi kelas Benih
Pokok yang berhasil disalurkan pada TA. 2016 sebanyak 2.750 kg. Hasil
penyaluran/penjualan benih tersebut sudah disetorkan ke kas Negara
sebagai PNBP sebesar Rp. 34.830.000,-.
7. Perbanyakan Benih Dasar Kedelai 1 ha
Realisasi fisik kegiatan Perbanyakan Benih kedelai BS-BD varietas
Anjasmoro seluas 1 ha dapat terealisasi 1 ha atau dengan capaian kinerja
100 %. Dari hasil kegiatan perbanyakan tersebut didapatkan calon benih
kedelai varietas Anjasmoro sebanyak 800 kg, namun tidak lulus uji
laboratorium BPSB karena daya tumbuh 79,8 %. Realisasi keuangan
kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Kedelai 1 hektar dari anggaran sebesar
Rp 18.204.000,00 blokir DJA Rp 150.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp
17.984.940,00 atau 99,62 % sisa mati sebesar Rp 69.060,00. Sisa mati
merupakan efisiensi anggaran pemeriksaan lapangan, uji laboratorium, label
dan belanja operasional lainnya. Hasil kegiatan Perbanyakan Benih Dasar
Kedelai seluas 1 hektar dihasilkan calon benih sebanyak 800 kg, namun
tidak lulus uji laboratorium disebabkan daya tumbuh hanya 79,8 %, (hasil uji
laboratorium terlampir). Calon benih kedelai sebanyak 800 kg yang tidak
lulus uji laboratorium/sertifikasi dijual sebagai produk konsumsi dan disetor
untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 4.800.000,00
8. Perbanyakan Benih Pokok kedelai 1 ha
Realisasi fisik kegiatan Perbanyakan Benih kedelai BD-BP varietas
Anjasmoro seluas 1 ha dapat terealisasi 1 ha atau dengan capaian kinerja
100 %. Dan hasil kegiatan perbanyakan tersebut didapatkan benih kedelai
varietas Anjasmoro sebanyak 900 kg, yang lulus uji laboratorium BPSB
dengan kelas benih pokok (BP). Realisasi keuangan kegiatan Perbanyakan
Benih Pokok Kedelai 1 hektar dari anggaran sebesar Rp 17.741.000,00
blokir DJA Rp 952.000,00 dan terealisasi sebesari Rp 16.779.963,00 atau
99,95 % sisa mati sebesar Rp 9.037,00 Sisa mati merupakan efisiensi dari
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
129
biaya label dan operasional lainnya. Adapun realisasi fisik kegiatan dapat
mencapai 100 %. Setoran PNBP dari penjualan benih sebanyak 900 kg
sebesar Rp 6.300,00 (Enam juta tiga ratus ribu rupiah).
9. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring Perbanyakan Benih Tanaman Pangan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk Melaksanakan pembinaan, pengawalan
dan monitoring perbanyakan benih tanaman pangan. Secara fisik kegiatan
pembinaan, pengawalan, dan monitoring perbanyakan benih tanaman
pangan meliputi koordinasi dengan instansi terkait, monitoring ke lokasi
perbanyakan benih dan penyusunan laporan kegiatan sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana (100%), dapat dijelaskana sebagai berikut :
e. Sudah dilaksanakannya koordinasi rutin perbanyakan benih
sebanyak 1 kali dengan maksud untuk menyamakan presepsi,
mencari solusi dari permasalahan yang timbul terutama pada
kegiatan perbanyakan benih tanaman pangan.
f. Sudah dilaksanakannya monitoring dan evaluasi kegiatan
perbanyakan benih tanaman pangan meliputi wilayah Bantul,
Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul.
g. Beberapa permasalahan yang sering terjadi di Balai Benih
dan wilayah Kulonprogo yaitu hujan yang sangat lebat
mengakibatkan tidak lulusnya benih di Balai Benih Unit Wijilan.
Selain itu, serangan hama burung yang menyerang tanaman di
Unit Berbah, mengakibatkan menurunkan produksi. Kendala
lain, posisi lahan BBI pada jalur pengairan mendapatkan giliran
yang terakhir sehinga pasokan air berkurang, sering terjadi
kondisi pertanaman kekurangan air.
Permasalahan yang dijumpai pada komoditi palawija
yaitu mendapatkan benih sumber sangat terbatas terutama
varietas yang diminati masyarakat. Kedele mempuyai masa
simpan yang pendek, karena tidak mempunyai masa dormansi
seperti padi.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
130
10. Pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan perbanyakan benih sumber
Tanaman Pangan
Pelaporan kegiatan perbanyakan benih tanaman pangan sudah
dilaksanakan (realisasi 100%), meliputi :
a. Pengiriman laporan kegiatan perbanyakan benih tanaman
pangan secara periodik selama 12 bulan.
b. Validasi data perbenihan tanaman pangan.
Kegiatan Perbanyakan benih tanaman pangan seluas 8 ha ,
meliputi :
- Perbanyakan Beninh Dasar Padi (BS – BD) seluas 2 ha.
- Perbanyakan Benih Dasar Kedelai (BS – BD) seluas 1 ha.
- Perbanyakan Benih Pokok Padi (BD – BP) seluas 4 ha
- Perbanyakan benih Pokok Kedelai (BD – BP) seluas 1 ha.
Lokasi perbanyakan benih, untuk komoditas kedelai di unit
Gading, Gunungkidul, sedangkan komoditas padi di unit Wijilan
Kulonprogo.
Berdasarkan validasi data untuk kegiatan perbanyakan benih
dasar (BS – BD) dan pokok (BD – BP) tanaman pangan maka
disusun tabel 16 dibawah ini :
Tabel 8.12 Perbanyakan benih tanaman pangan di UPTD BPPTPH tahun 2016
No Uraian Luas
Ha
Varietas Tgl
Tanam
Tgl
Panen
Produksi
Kg
A Perbanyakan
Benih Dasar
-Padi
-Kedelai
0,5
1,0
0.5
1,0
Pepe
Ciherang
St bagendit
Anjasmoro
10/3/’16
5/4/’16
27/3/’16
10/6/’16
28/6/’16
1/7/’16
1.180
2.360
1.100
800
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
131
B Perbanyakan
Benih Pokok
-Padi
-Kedelai
0,5
1,0
0,9
1,6
1,0
Pepe
Ciherang
St Bagendit
St bagendit
Anjasmoro
10/3/’16
30/3/’16
27/3/’16
24/3/’16
9/6/’16
25/6/’16
21/6/’16
2/7/’16
1.375
2.750
2.480
4.100
900
jumlah 8,0
c. Teknik pelaksanaan perbanyakan benih tanaman pangan
Dalam pelaksanaan perbanyakan benih tanaman mengacu pada
SOP yang telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perbenihan, sehingga hasil benih yang didapatkan sesuai
dengan kualitas yang diharapkan.
Teknik pelaksanaan perbanyakan benih tanaman pangan meliputi
:
- Benih sumber yang digunakan harus bersertifikat.
- Persiapan tanam s/d pengolahan lahan sampai siap tanam
- Tanam
- Pemeliharaan pertanaman (pengairan, pengendalian OPT,
pemupukan, penyiangan)
- Seleksi lapangan minimal 3 kali pada saat fase
pertumbuhan, fase generative, dan fase menjelang panen.
- Panen
- Prosesing hasil panen
- Penyimpanan calon benih
- Pengambilan sampel untuk uji laboratorium
- Pengemasan benih
- Penyimpanan benih, siap salur
d. Penyaluran benih dan PNBP
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
132
Benih yang bersertikat disalurkan ke :
- Balai Benih untuk dilakukan perbanyakan lanjutan untuk
klas satu tingkat dibawahnya, misalnya untuk memperoleh
benih klas BP maka melakukan perbanyakan benih pokok
BD-BP.
- Penangkar/petani. Hasil penyaluran benih ke penangkar
harus disetor ke Negara (PNBP)
Tabel 8.13 Penyaluran benih tanaman pangan tahun 2016
No Uraian Luas Ha
Varietas Produksi Kg
Penyaluran Kg sisa Kg Balai Petani
A Perbanyakan Benih Dasar
-Padi -Kedelai
0,5 1,0 0.5 1,0
Pepe Ciherang St Bagendit Anjasmoro
1.180 2.360 1.100
800
275 -
150 -
905 -
950 800
0 2.360
0 0
B Perbanyakan Benih Pokok
-Padi -Kedelai
0,5 1,0 0,9 1,6 1,0
Pepe
1.375
900
- -
- -
1.375 2.750 2.480 4.100
900
jumlah 8,0
Tabel 8.14 Setoran PNBP benih tanaman pangan tahun 2016
No Kegiatan PNBP Rp.
1
2
Perbanyakan benih dasar (BS-
BD)
-Padi
-Kedelai
Perbanyakan benih pokok
-Padi
-Kedelai
28.665.000,-
4.800.000,-
22.320.000,-
41.398.000,-
A. Eksploitasi Sarana dan Prasarana BBI
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
133
526211. Belanja barang penunjang kegiatan Dekonsentrasi untuk
diserahkan kepada Daerah
Realisasi fisik kegiatan Jaringan air pipa PVC, bak penampung air,
pompa submersible meter air sebanyak 1 unit senilai Rp 41.250.000,-
dengan capaian kinerja 100 %. Pekerjaan jaringan air pipa PVC, bak
penampung air, pompa air submersibel, meter air dilaksanakan oleh
CV. Kartika Jaya yang beralamat Toboyo Barat RT. 022 RW. 006,
Plembutan, Playen, Gunungkidul dengan SPK Nomor :
01/SPK/03/VIII/2016 tanggal 15 Agustus 2016 selama 30 hari dengan
nilai kontrak Rp 41.250.000,00 (Empat puluh satu juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah). Pekerjaan telah diperiksa oleh Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan dan diserahkan dengan Berita Acara Serah Terima
Nomor : 110/BAST/CV.KJ/VIII/2016 tanggal 25 Agustus 2016
dilaksanakan sesuai kontrak (tepat waktu). Dengan terpasang dan
berfungsinya jaringan air pipa PVC, bak penampung air, pompa
submersible, meter air dapat mengairi lahan di Unit Kerja Kedungpoh
seluas 1 hektar untuk perbanyakan benih sumber palawija dan dapat
meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 1 menjadi 2.
A.2. DANA DEKONSENTRASI TANAMAN HORTIKULTURA
A.2.1. REALISASI KEUANGAN
Tabel 8.15. Realisasi Keuangan Satker Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta Dekonsentrasi (Hortikultura) Tahun 2016
NO KEGIATAN ANGGARAN REALISASI
Rp. Rp. Keu (%)
Fisik (%)
1. 1. Produksi Benih Tanaman Buah Lainnya
27.000.000 25.801.500 95,56 100
2. Produksi Benih bawang merah 209.350.000 207.868.175 99,29 100
3. 2. Fasilitasi Penguatan kelembagaan Perbenihan Hortikultura
57.550.000 48.149.200 83,66 100
TOTAL 312.000.000 281.818.875 90,32 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
134
A1.2.2 HASIL KEGIATAN
1. Produksi Benih Tanaman Buah Lainnya
Hasil Pelaksanaan Kegiatan.
1. Terlaksananya perbanyakan benih tanaman buah lainnya dari
target produksi perbanyakan benih tanaman buah lainnya
sebanyak 2.000 batang terealisasi sebanyak 2.040 batang
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 8.16. Data produksi perbanyakan benih tanaman buah
lainnya
No. Komoditas Varietas Target Batang
Realisasi Batang
OPT/Mati Batang
Tersalur Batang
1. Sirsak Ratu 800 800 - -
2. Jambu Biji Kristal 0 40 - -
3. Jambu Air Dalhari 900 900 - -
4. Durian Menoreh
Kuning
300 300 - -
JUMLAH 2.000 2.040 - -
2. Terlaksananya pengadaan sarana produksi perbanyakan benih
tanaman buah lainnya melalui Pejabat Pengadaan Barang/Jasa
Dinas Pertanian DIY sesuai SPK Nomor :522/00768/VII tanggal
24 Mei 2016
3. Terlaksana pemeliharaan pohon induk buah-buahan sebanyak 2.358
batang antara lain jambu dalhari, deli hijau, manggis, mangga,
durian, buah naga, jambu citra, jambu kristal, sirsak ratu, dan jeruk.
4. Terlaksana pembinaan penangkar dan monitoring kegiatan
perbanyakan benih buah lainya diwilayah Dinas Pertanian Tingkat
Kabupaten dengan hasil sebagai berikut : Monitoring dan evaluasi
kegiatan produksi benih tanaman buah lainnya di wilayah kebupaten
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
135
Kulon Progo yang bekerjasama untuk perbanyakan benih buah-
buahan antara lain durian, manggis,jeruk, mangga untuk
ketersediaan aneka benih buah-buahan. Untuk penangkar tersebut
juga telah mengikuti kegiatan Direktorat Perbenihan yang pernah
diadakan di Yogyakarta, untuk itu pada tahun 2016 mendapatkan
bantuan benih untuk plasma/pohon induk benih mangga garifta
sebanyak masing-masing penangkar 20 batang untuk digunakan
sebagai pohon induk nantinya dapat digunakan sebagai bahan
batang atas, namun demikian juga kerjasama dengan BPSBP DIY
terkait pohon induk yang nantinya akan digunakan sebagai batang
atas dengan sayrat-syarat yang telah dibimbing oleh petugas BPSBP
DIY.
2. Produksi Benih Bawang Merah
Hasil Pelaksanaan Kegiatan.
1. Penanaman perbanyakan benih bawang merah fisik 100% seluas 1.5 ha
dengan hasil produksi 9.583 kg.
1. KT. Rukun, Karang, Tirtomartani, Kalasan, Sleman yang mendapat
bantuan benih bawang merah varietas Crok Kuning sebanyak 500 kg
dengan hasil panen 2.313. kg.
2. KT. Malangan, Srigading, Sanden, Bantul yang mendapat bantuan
benih bawang merah varietas Biru Lancor sebanyak 500 kg dengan
hasil panen sebanyak 4.770 kg.
3. KT. Ngudi Makmur, Dukuh, Karangtengah, Panjatan,Kulon Progo
yang mendapat bantuan benih bawang merah varietas Crok Kuning
sebanyak 500 kg dengan hasil panen sebanyak 2.500 kg.
2. Terlaksana koordinasi dengan instansi terkait yang melibatkan : Kab.
Bidang Hortikultura, Kab, PBT, POPT, Kec, dan petani/penangkar
bawang merah dengan hasil koordinasi sbb : Perserta yang hadir petugas
tk kab. ,petugas kecamatan, PBT dan POPT dan petani wilayah
perbanyakan benih bawang merah.Penjelasan rencana tanam, bagi hasil
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
136
perbanyakan benih bawang merah, bantuan benih dan saprodi yang
nantinya untuk perbanyakan benih bawang merah.Dari Dinas Pertanian
DIY khususnya UPTD BPPTPH mengharapkan adanya pendampingan
petugas dari kab,kec maupun provinsi terkait kegiatan perbanyakan benih
bawang merah antara lain : proses sertifikasi, pengamatan lapangan
secara dini untuk mengantisipasi secara dini apabila ada permasalahan
dilapangan. Dari kegiatan perbanyakan harapan dari Dinas Pertanian
nantinya jadi benih semua hasil perbanyakan yang ada dikelompok yang
telah ditunjuk dengan harapan dapat menyediakan benih sendiri untuk
musin tanam berikutnya mengingat harga benih bawang merah yang
selalu mengalami fluktuasi harga yang tidak menentu.Dengan
kesepakatan antara UPTD BPPTPH dengan Kelompoktani telah dibuat
kerjasama bagi hasil pihak I menerima pengembalian 60% pihak ke II
40%. Dari masing-masing kelompok rencana tanam antara tanggal 25 s.d
30 Juli 2016 dengan luas masing-masing kelompok 0.5 ha, untuk
Kab.Sleman ada 2 kali tanam dengan pertimbangan lahan yang siap
tanam baru 2.000m untuk itu dibuat 2 permohonan proses sertifikasinya.
Berhubung untuk 2 kelompok belum memiliki kompentsi sebagai
penangkar untuk proses sertifiksi atas nama UPTD BPPTPH Dinas
Pertanian DIY.
3. Terlaksana pengadaan benih bawang merah, di Dinas Pertanian DIY
melalui Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa sesuai Surat Perintah Kerja
Nomor : 522/01174/VII tanggal 28 Juni 2016.
Tabel 8.17. Pengadaan Benih Bawang Merah
No. Nama Varietas Jumlah
1. Benih Bawang Merah Crok Kuning 1000 kg
Biru Lancor 500 kg
Tabel 8.18. Jumlah benih bawah merah yang dibantukan ke Kelompok Penangkar
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
137
No. Nama Benih Jumlah
1. KT. Rukun, Karang, Tirtomartani,
Kalasan , Sleman yang mendapat
bantuan benih bawang merah
varietas Crok Kuning sebanyak
500 kg .
Bawang
Merah
Varietas Crok
Kuning
500 KG
2. KT. Malangan, Srigading, Sanden,
Bantul yang mendapat bantuan
benih bawang merah varietas Biru
Lancor sebanyak 500 kg.
Bawang
Merah
Varietas Biru
Lancor
500 KG
3. KT. Ngudi Makmur, Dukuh,
Karangtengah, Panjatan,Kulon
Progo
yang mendapat bantuan benih
bawang merah varietas Crok
Kuning sebanyak 500 kg.
Bawang
Merah
Varietas Crok
Kuning
500
4. Terlaksananya pengadaan sarana produksi dan perlengkapanya, di
Dinas Pertanian DIY melalui Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa sesuai
Surat Perintah Kerja Nomor : 522/01129/VII tanggal 27 Juni 2016.
5. Terlaksana pembinaan dan monitoring kegiatan perbanyakan benih
bawang merah dengan hasil sbb : Di Kab. Kulon Progo pembinaan
penangkar benih tanaman buah yang ada di Kabupaten Kulon Progo
diwilayah Kecamatan Kalibawang, Panjatan kondisi saat ini untuk
Kecamatan Kalibawang khusunya benih Durian yang ada di Kajoran
masih terus melaksanakan perbanyakan benih, Kecamatan Panjatan
untuk benih buah naga petani kurang begitu respon untuk
perbenihannya. Permasalahah yang dihadapi untuk perbanyakan benih
durian masih sangat sulit tingkat keberhasilannya setelah dilakukan
okulasi/sambung perlu teknis-teknis ekstra dan pas untuk batang bawah
dan batang atasnya. Upaya yang telah dilakukan umur batang bawah dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
138
waktu okulasi/sambung harus tepat waktu dan tepat musim dengan
demikian untuk perbanyakanya benih buah-buahan yang ada diwilayah
kabupaten kulon Progo terus dilakukan sampai berhasil dengan cara
media tepat, sarana pas, waktu tepat untuk mengurangi kegagalan.Di
Kabupaten Bantul pembinaan penangkar dalam rangka kegiatan
produksi benih bawang merah yang ada diwilayah Kecamatan Sanden
KT.Malangan, Srigading sudah berumur 16 hari setelah tanam dengan
pertumbuhan baik dengan varietas biru lancur tanam seluas 0.5 ha,
harapan dari Dinas Pertanian khusunya balai benih mengingatkan jangan
lupa untuk melakukan proses sertifikasi dari pendahuluan sampai fase-
fase yang telah menjadi syarat proses sertifikasi sampai menjadi benih
berlabel yang natinya untuk ketersediaan benih anggota kelelompoktani
maupun ketersediaan benih diluar DIY.Di Kabupaten Sleman pembinaan
penangkar dalam rangka kegiatan produksi benih bawang merah yang
ada diwilayah Kecamatan Kalasan KT.Rukun, Karang, Tirtomartani sudah
berumur 6 hari setelah tanam dengan dengan varietas crok kuning
lahannyang siap tanam baru seluas 0.2 ha, karena kelompok belum
mempunyai surat kompentesi dari BPSB untuk itu sertifikasi melalui BBH
untuk proses sertifikasi dari pendahuluan sampai fase-fase yang telah
menjadi syarat proses sertifikasi sampai menjadi benih berlabel . Untuk
itu anggota terus koordinasi denga petugas BBH dan BPSBP untuk
melakukan/mendampingi proses sertifikasi dalam rangka produksi benih
bawang merah yang ada dikelompoktani.Di Kabupaten Kulon Progo
pembinaan penangkar dalam rangka kegiatan produksi benih bawang
merah yang ada diwilayah Kecamatan Sanden KT.Ngudi Makmur,
Gotakan, Panjatan sudah berumur 16 hari setelah tanam dengan
pertumbuhan baik dengan varietas crok kuning, dengan luasan 0.5 ha,
karena kelompok belum mempunyai surat kompentesi dari BPSB untuk
itu sertifikasi melalui BBH untuk proses sertifikasi dari pendahuluan
sampai fase-fase yang telah menjadi syarat proses sertifikasi sampai
menjadi benih berlabel . Untuk itu anggota terus koordinasi denga
petugas BBH dan BPSBP untuk melakukan/mendampingi proses
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
139
sertifikasi dalam rangka produksi benih bawang merah yang ada
dikelompoktani. Di Kabupaten Kulon Progo.pembinaan penagkar di
KT.Ngudi Makmur,Dukuh,Gotakan VII,Panjatan,Kulon Progo yang
ditanam sebagian anggota kelompok dalam rangka produksi benih
bawang merah yang sudah dilaksanakan kurang lebih 10 hari sudah mau
panen, dengan adanya hujan yang terus menerus dari petugas
mengharap diperhatikan saluran irigasi dipertanaman agar air tidak
mengenangi pertanaman.Untuk panen benih harapan dari BBH sebelum
panen koordinasi petugas tingkat kec,kab,propinsi untuk mengetahui
hasil ubinan umbi basah, dilihat dari pertumbuhan baik namun demikian
untuk benih agak kurang berhasil permasalahan cuaca yang kurang
mendukung,OPT jamur dan tanaman sebagian terendam air untuk itu
mohon nanti kalau panen betul-betul diperhatikan perlakuan pasca
panennya. Di Kabupaten Bantul pembinaan penagkar di
KT.Malangan,Srigading,Sanden,bantul yang ditanam sebagian anggota
kelompok dalam rangka produksi benih bawang merah yang sudah
dilaksanakan kurang lebih 10 hari sudah mau panen, dengan adanya
hujan yang terus menerus dari petugas mengharap diperhatikan saluran
irigasi dipertanaman agar air tidak mengenangi pertanaman.Untuk panen
benih harapan dari BBH sebelum panen koordinasi petugas tingkat
kec,kab,propinsi untuk mengetahui hasil ubinan umbi basah, dilihat dari
pertumbuhan baik namun demikian untuk benih agak kurang berhasil
permasalahan cuaca yang kurang mendukung,OPT jamur dan tanaman
sebagian terendam air untuk itu mohon nanti kalau panen betul-betul
diperhatikan perlakuan pasca panenya. Di Kabupaten Bantul Monitoring
& Evaluasi kegiatan dalam rangka produksi benih bawang merah di
penangkar KT.Malangan, Srigading, Sanden, Bantul sebagian lahan
produksi benih bawang merah sudah panen ada sebagian yang belum
karena waktu tanam tidak bersamaan, akan tetapi mengingat intensitas
hujan yang sangat tinggi terpaksa ikut segera dipanen petugas dai BBH
mohon hasil panen dikeringkanginkan/digantung agar tidak busuk dan
kena jamur untuk itu anggota harus sering-sering olakalik benih agar
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
140
supaya benih terselamatkan untuk ketrsediaan mt 1 anggota maupun
diluar anggota kelompoktani wilayah Bantul. Di Kabupaten Sleman.
Monitoring & Evaluasi kegiatan dalam rangka produksi benih bawang
merah di penangkar KT.Rukun, Karang, Tirtomartani, Kalasan, Sleman
umur pertanaman baru 52 hari hujan terus menerus kondisi pertanaman
agak rusak dan tergenang air umbi sebagian sudah pada busuk, untuk itu
petugas meminta untuk saluran irigasinya mohon diperhatikan untuk
pembuangan air agar tanaman terselamatkan sampai umur panen dan
perlu pengawalan secara kontinyu untuk pengendalian OPT dilapangan
khusunya serangan jamur dan busuk umbi untuk itu agar berkoordinasi
dengan petugas POPT setempat untuk pengawalan pertanaman bawang
merah untuk penyelamatan tanaman.
3. Fasilitasi penguatan kelembagaan Perbenihan Hortikultura
Hasil Pelaksanaan Kegiatan sebagai berikut :
1. Fasilitasi Sarana Mendukung Penguatan Kelembahaan Perbenihan
Hortikultura dari target 1 lembaga terealisasi sebanyak 1 lembaga
fasilitasi yang diterima antara lain pompa air 1 unit, AC 2 unit, komputer 1
unit.
Tabel 8.19. Fasilitasi Sarana Mendukung Penguatan Kelembahaan
Perbenihan Hortikultura
No. Uraian Fasilitasi Volume
1. Unit Kerja Tambak UPTD Balai P2TPH DIY Pompa Air 1 Unit
2. Unit Kerja Wonocatur UPTD Balai P2TPH
DIY
AC 2 Unit
3. Unit Kerja Ngipiksari UPTD Balai P2TPH
DIY
Komputer 1 Unit
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
141
2. Terlaksana monitoring dan evaluasi kegiatan penguatan kelembagaan
perbenihan hortikultura pada tanggal 13,14,16 Juni 2016 dan 10,11,24
Oktober 2016 dengan hasiI sbb : di Kabupaten SlemanMonitoring
kegiatan fasilitasi penguatan kelembagaan yang ada di wilayah
Kecamatan Prambanan di KT. Tunas
Muda,Kebondalem,Madurejo,Prambanan yang mendapatkan Bantuan
Net House untuk Benih Jambu Air Dalhari kondisi saat dimonitoring
bantuan yang diberikan kurang dirawat sehingga kondisi sangat
memprihatinkan untuk itu kami dari balai benih hortikultura Dinas
Pertanian DIY agar bantuan yang telah diterima dimanfatkan untuk
penangkaran benih buah-buahan yang ada di kelompotani sekitarnya. Di
kabupaten BantulMonitoring kegiatan fasilitasi penguatan kelembagaan
yang ada di wilayah Kecamatan Kretek di KT. Dewi Sri,
Gegunung,Trihargo,Kretek,Bantul yang mendapatkan Bantuan Gudang
Bawang Merah kondisi saat dimonitoring bantuan yang diberikan belum
dimanfaatkan karena belum tersedia sarana perlengkapanya rencana
kesepakatan anggota kelompoktani untuk sarana perlengkapan swadaya
kelompok untuk mendukung gudang benih bawang yang telah dibantukan
dari balai benih hortikultura Dinas Pertanian DIY agar segera dilengkapan
sarana supaya segera bias dimanfaatkan gudang benih yang ada.Di
Kabupaten Kulon Progo Monitoring kegiatan fasilitasi penguatan
kelembagaan yang ada di wilayah Kecamatan Kalibawang di KT.
Mamrih Makmur, Kajoran,Banjarharjo,Kalibawang,Kulon Progo yang
mendapatkan Bantuan Screen House untuk Benih Durian kondisi saat
dimonitoring bantuan yang diberikan sudah dimanfaatkan dan anggota
kelompoktani sangat berterima kasih dengan adanya bantuan screen
house untuk perbanyakan benih durian sangat bermanfaat dan
dipeliharaan/dirawat keberadaan screen house yang dibantukan sehingga
bias untuk kegiatan perbanyakan benih duriang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat/kelompok di DIY maupun luar DIY serta
melaukan proses administrasi sertifikasi untuk perbanyakan benih durian.
Di Kabupaten Sleman Monitoring dan Evaluasi fasilitasi penguatan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
142
kelembagaan perbenihan hortikultura di KT.Taruna Bumi, Pondok 2,
Wedomartani, Kalasan, Sleman pada tahun 2015 menerima bantuan
rumah persemaian cabe masih dimanfaatkan dan kondisi masih bagus,
petugas dari BBH mengharapkan adanya pemeliharan rumah persemaian
agar dijaga keberadaan bantuan dan lingkungan supaya manfaatkannya
bisa berlamngsung lama dan dikelola bersama anggota dalam rangka
ketersediaan benih cabe dianggota maupun diluar angota yang
membutuhkan benih cabe. Di Kabupaten Bantul Monitoring dan Evaluasi
fasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura di KT. makmur,
Srimartani, Piyungan, Bantul pada tahun 2015 menerima bantuan rumah
persemaian cabe masih dimanfaatkan dan kondisi masih bagus, petugas
dari BBH mengharapkan adanya pemeliharan rumah persemaian agar
dijaga keberadaan bantuan dan lingkungan supaya manfaatkannya bisa
berlamngsung lama dan dikelola bersama anggota dalam rangka
ketersediaan benih cabe dianggota maupun diluar angota yang
membutuhkan benih cabe dengan adanya bantuan rumah persemaian
anggota/masyarakat tidak perlu keluar wilayahnya untuk kebutuhan benih
cabe. Di Kabupaten Bantul Monitoring dan Evaluasi fasilitasi penguatan
kelembagaan perbenihan hortikultura di KT. Dewi Sri, Gegunung,Kretek,
Bantul pada tahun 2015 menerima bantuan gudang bawang merah
belum dimanfaatkan secara optimal karena untuk fasilitasi anggota
kelompok dengan kesepakat swadaya untuk para-paranya belum
semuanya terpasang sesuai dana swadaya kelompoktani, petugas dari
BBH mengharapkan adanya pemeliharan/perawatan gudang supaya
manfaatkannya bisa berlangsung lama dan dikelola bersama anggota
dalam rangka ketersediaan benih bawang merah untuk kebutuhan
anggota maupun diluar anggota yang membutuhkan benih bawang merah
dengan adanya bantuan gudang bawang merah anggota/masyarakat
tidak perlu keluar wilayahnya untuk ketersediaan/kebutuhan benih
bawang merah.
3. Terlaksana pengawalan dan pendampingan kegiatan penguatan
kelembagaan perbenihan hortikultura pada tanggal 22,23 Agustus 2016
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
143
dan 17,18,26 Oktober 2016 dengan hasil sbb : Di Kabupaten Sleman
pengawalan dan pendampingan kegiatan fasilitasi penguatan
kelembagaan perbenihan hortikultura untuk kabupaten Sleman yang
tahun 2015 mendapatkan bantuan rumah persemaian cabe, net house
perbenihan buah sudah diamanfaatkan dengan baik dan dikelola oleh
kelompok untuk rumah persemaian kegiatan ketersedian benih cabe dan
untuk net housenya untuk ketersediaan benih jambu dalhari. Harapan dari
dinas pertanian DIY untuk bantuan yang telah diserahkan untuk
kelanjutannya pengelolaan,pemeliharan,perawatan fasilitasi agar dikelola
dengan baik dan dapat meningkatkan penguatan kelembagaan
penangkar. Di Kabupaten Bantul pengawalan dan pendampingan
kegiatan fasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura untuk
kabupaten Bantul yang tahun 2015 mendapatkan bantuan gudang benih
bawang merah dan rumah persemaian yang sudah diamanfaatkan
dengan baik dan dikelola oleh kelompok untuk rumah persemaian
kegiatan ketersedian benih cabe dan untuk gudang benih bawang merah
belum dimanfaatkan dengan baik karena sarana yang kesepakatn
anggota kelompok untuk swadaya untuk kelengkapanya belum
terlaksanaka untuk itu dari dinas pertanian DIY untuk bantuan yang telah
diserahkan harapan kami dinas pertanian nantinya dapat dikelola dengan
baik dan bermanfaat untuk penguatan kelembagaan penangkar. Di
Kabupaten Kulon Progo Pengawalan dan pendampingan kegiatan
fasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura diwilayah
Kecamatan Kokap dan Kec.Kalibawang dimana tahun-tahun sebelumnya
penangkar benih buah mendapatkan bantuan scren 1 unit untuk kec.
Kalibawang dan 1 net house untuk kec.Kokap kedua kelompoktani
tersebut perbanyakan benih durian dimana bantuan tersebut yang
kec.Kalibawang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perbenihan buah-
buahan khususnya durian, untuk kec.Kokap belum maksimal digunakan
karena wilayah tersebut belum mempunyai varietas unggulan masih
varietas lokal namun demikian kedepan harapan petugas dari BBH agar
bantuan net house bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
144
perbanyakan perbenihan durian untuk itu dari BBH akan selalu monitoring
semua fasilitasi yang dibantukan kelompok untuk pengembangan
kelembagaan perbenihan hortikultura. Di Kabupaten Sleman Pengawalan
dan pendampingan kegiatan fasilitasi penguatan kelembagaan
perbenihan hortikultura diwilayah Kec. Berbah dan Kec.Turi dimana
tahun-tahun sebelumnya penangkar benih buah mendapatkan bantuan 1
net house dan sarana pengairan, untuk kedua kelompoktani tersebut
perbanyakan benih jambu dalhari dan salak waktu itu untuk yang ada
dikec.Berbah sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perbenihan buah-
buahan khususnya jambu dalhari namun demikain kurang dalam
pemeliharaan bantuan sehingga kurang maksimal, untuk kec.Turi sudah
dimanfaatkan harapan petugas dari BBH agar bantuan net house bisa
dimanfaatkan secara maksimal untuk perbanyakan perbenihan untuk itu
dari BBH akan selalu monitoring semua fasilitasi yang dibantukan
kelompok untuk pengembangan kelembagaan perbenihan hortikultura. Di
Kabupaten Kulon Progo Pengawalan dan pendampingan kegiatan
fasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura diwilayah
kec.Wates bagian dari unit kerja tambak UPTD Balai P2TPH pada tahun
2016 pengadaan pompa air sebanyak 1 unit sudah dimanfaatkan untuk
mendukung kegiatan produksi benih tanaman buah lainnya harapan dari
Balai P2TPH fasilitasi sarana dimanfaatkan secara maksimal untuk
perbanyakan perbenihan buah-buahan dan juga
perawatan/pemeliharaan alat tersebut diatas secara rutin untuk
mendukung pengembangan kelembagaan perbenihan hortikultura pada
seksi pengembangan produksi benih hortikultura
4. Terlaksana sinkronisasi kegiatan 2016 dan koordinasi pengembangan
benih 2017 pada tanggal 21 s.d 23 Juni 2016 dengan hasil sbb : Dasar
hokum pelaksanaan RK-KL TA 2017 mengacu pada UU No.17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara UU No.1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, PP No.90 tahun 2010 tentang Penyususnan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementeerian Negara/lembaga (RK-KL),
Perpres No.2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
145
Menengah Nasional tahun 2015-2019, Perpres No.45 tahun 2016 tentang
RKP tahun 2017 dan SEB No.0163/M.PPN/05?2016 dan No.S-
378/MK.02/2016 tentang RKP Tahun 2017 dan pagu Indikatif K/L TA
2017. Belanja Pembangunan prioritas nasional K/L tahun 2017 yang
berkaitan dengan kedaulatan pangan ; cetak sawah baru,perluasan areal
pertanian lahan kering,rehabilitasi jaringan irigasi,pembangunan gudang
dengan fasilitas pegolahan pasca panen,pengadaan kapal
tangkap,pembangunan pasar ikan terintergrasi dan sentra kuline serta
pembangunan bendungan, embung dan sarana air. Rambu-rambu dalam
penyusuanan RKA-KL TA 2017 yaitu : Penyusunan Renja RKA-KL th
2017, mengacu hasil musrengbang yang dilengkapi dengan E-proposal.
RKP trilateral (DPR,Menkeu,mentan) menjadi acuan penyusunan RKA-
KL, cpcl diharapkan T-1 sehingga dapat memacu srapan anggaran
pengadan di tahun anggaran berjalan.ntuk pemanatapan CPCL
pengembangan kawasan masing-masing daerah peeria TP Prov dan TP
kab dialokasikan GPS (Global Positiong System); target dan pioritas
untuk pengembangan system perbenihan hortikultura tahun 2017 yaitu :
Peningkatapan kapasitas produksi benih bawang merah, dukungan
ketersediaan benih unggul komoditas potensi pasar.
5. Terlaksana forum perbeniahan hortikultura pada tanggal 6 s.d 8 April 2016
di Padang, Sumatra Barat dengan hasil pertemuan sebagai berikut:
peserta forum perbenihan dari 32 propinsi yang hadir pembukaan Kadis.
Sumbar diteruskan arahan dan kebijakan pengembangan perbneihan
hortikultura oleh Direktur Perbenihan Hortikultura. Hari kedua dilanjutkan
paparan evaluasi kegiatan 2015, percepatan kegiatan pelaksanaan
perbenhan 2016 dan rencana 2017 dengan nara sumber BBH,BPSB
Jabar, Jateng, Sumut, Jambi, Lampung,Papua Barathari ke duan
Paparan manegemen pengelolaan kebun dan pemasaran hasil
hortikultura Buah & Sayuran, evalusi dari Aceh, Sumbar, Sumsel, NTT,
Bengkulu, Sumsel, Riau, Maluku, Sulbar, Kalteng dan Kep.Riau,DIY,bali,
Sulut, kaltim, Kalsel, DKI, Sulsel, banten, Sultar, Maluku, Gorontalo hari
ketiga kunjungan lapang ke BBH Lubuk Minturun Sumbar. Dari rangkaian
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
146
acara forum perbenihan kegiatan kedepan lebih focus pada komoditas-
komoditas tertentu terutama sayuran Bawang Merah dan Cabe Merah
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, untuk buah-buahahn
khususnya komoditas jeruk dan juga setiap propinsi pengembangan
varietas prioritas yang dipilih untuk unggulan masing-masing kabupaten.
6. Terlaksana evaluasi perbenihan hortikultura pada tanggal 17 s.d 19
Oktober 2016 di Semarang, Jawa Tengah dengan hasil sbb: Pertemuan
Evaluasi kegiatan Perbenihan Hortikultura 2016 diikuti seluruh pelaksana
kegiatan Perbenihan yaitu balai Benih Hortikultura dan BPSB seluruh
Provinsi di Indonesia yang dibuka oleh Direktur Jenderal Hortikultura
Bapak Sputbik Sujono Kamino yang didampingai Direktur Perbenihan
tanaman Hortikuktura dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Hortikultura
dan Pangan Provinsi Jawa Tengah. Serapan anggaran Direktorat
Jenderal hortikultura (Pusat&daerah) per 17 Oktober 2016 sebesra
63.87%. rancangan kegiatan 2017 dalam penentuaa atau CPCL kawasan
bawang merah dengan memastikan adanya Mou dengan penangkar
terkait harga benih bawang merah sebesar Rp.25.000,-, sehingga petani
dalam menjual benih tidak melebihi harga dalam Mou.Kegiatan
pengembangan kawasan bawang merah tahun 2017 di seluruh Indonesia
sebesar 7.000ha dengan kebutuhan benih sebesar 8.400 ton
benih,sedangkan untuk DIY seluas 100ha dengan kebutuahan benih 120
ton yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Perlu
dilaksanakan perencanaan kebutuhan benih dan pelaksana kegiatan
kawasan bawang merah tahun 2017 yang dilaksanakan oleh Tugas
pembantuan sehingga kebutuhan benih sesuai dengan pelaksaan
kegiatan kawasan yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
B. KEMITRAAN BATAN
Kegiatan Demo Pemanfaatan Teknologi Nuklir Bidang Pertanian
di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 merupakan
implementasi dari perjanjian kerjasama antara BATAN dengan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
147
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilaksanakan oleh
Dinas Pertanian D I Y bekerjasama dengan kelompok tani. Dana
kegiatan sebesar Rp 100.000.000,- dengan realisasi keuangan
sebesar Rp 95.693.700,- sedangkan realiasasi fisik sebesar 100%.
Adanya sisa mati dari harga harga benih kedelai.
Adapun hasil pelaksanaan kegiatan DPTN 2015 sebagai berikut :
1. Introduksi Iptek Nuklir Hasil Litbang BATAN
Pertemuan introduksi iptek nuklir hasil litbang BATAN
dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2016 di Gedung C Dinas
Pertanian D I Yogyakarta, dihadiri 40 peserta terdiri dari
petani/penangkar/produsen dan petugas pertanian lingkup
Dinas Pertanian provinsi/Kabupaten, sedangkan narasumber
berasal dari Kepala Dinas Pertanian DIY, pimpinan BATAN
Jakarta, dan Jogja Benih.
Pelaksanaan Introduksi Iptek Nuklir Hasil Litbang BATAN atau
sosialisasi PHLIN sangat membantu tim pelaksana kegiatan
PHLIN di DIY, baik secara teknis maupun administrasi, sehingga
dalam pelaksanaan kegiatan PHLIN dapat dipersiapkan sebaik-
baiknya. Selain itu, dengan adanya penyampaian informasi hasil
litbang BATAN langsung dari PHLIN maka dapat dijadikan
referensi dalam penyampaian sosialisasi nantinya di masyarakat.
2. Penangkaran
B. Penangkaran Padi
Penangkaran benih pada Tahap I , BS menjadi FS sebanyak
1 unit atau 0,250 ha melalui penangkaran benih dasar padi
BS – FS yang berlokasi di lahan Balai Benih yaitu Unit
Wijilan UPTD BPPTPH, Desa Wijimulyo, Kecamatan
Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo. Kegiatan penangkaran
benih dasar BS – FS menggunakan benih klas BS varietas
Mugibat berasal langsung dari BATAN sebanyak 5 kg.
Pelaksanaan sebar tanggal 20 Maret 2016 , penanaman
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
148
tanggal 6 April 2016, teknik budiddaya tanam
menggunakan system legowo 4 : 1. Penggunaan system
tanam legowo diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
hasil panen. Pemeliharaan pertanaman meliputi penyiangan,
pengendalian OPT, dan pemupukan. Pemberian pupuk
meliputi pupuk organic dan pupuk an organik. Pupuk organik
sebanyak 125 kg, kemudian disusul dengan pupuk an
organic yaitu pupuk Phonska sebanyak 63 kg, pupuk urea
sebanyak 50 kg. Selama pertanaman dilakukan
pengendalian hama dan penyakit melalui penyemprotan
pestisida, sehingga serangan hama masih dapat terkendali
dengan baik, panen tanggal 1 Juli 2016, setelah melalui
prosesing, masa dormansi, uji laboratorium, maka
menghasilkan benih klas FS sebanyak 625 kg. Diharapkan,
benih dapat didistribusikan kepada penangkar/produsen
benih, sehingga benih dapat berkembang di wilayahnya
sesuai dengan pola tanamnya.
Tabel 8.20. Penangkaran BS – FS padi di UPTD BPPTPH Dinas Pertanian DIY, tahun 2016
No Uraian Vol/luas Varietas Tgl Tanam
Tgl Panen
Produksi kg
Klas benih
1 Penangkaran BS - FS
1 unit/ 0,250 ha
Mugibat 6/4/’16 1/7/’16 625 FS
C. Penangkaran Kedelai
Penangkaran kedelai dari BS menjadi FS sebanyak 2 unit
atau 0,5 ha berlokasi di Unit Gading UPTD BPPTPH
Gunungkidul terletak di Desa Gading, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunungkidul. Penangkaran benih dasar BS –FS
kedelai ini terdiri 2 (dua) varietas yaitu varietas Gamasugen
dan varietas Mutiara 1 masing-masing seluas 0,250 ha.
Pelaksanaan tanam pada tanggal 23 Maret 2016 dan panen
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
149
untuk varietas Gamasugen tanggal 13 Juni 2016 dan panen
varietas Mutiara 1 tanggal 20 Juni 2016 (lihat table 2).
Tabel 8.21 Penangkaran BS – FS kedelai di UPTD BPPTPH
Dinas Pertanian DIY tahun 2016
D. Penyebaran
1. Penyebaran Padi.
Pelaksanaan penyebaran benih padi bersertifikat hasil
Litbang BATAN meliputi 4 Kabupaten di DIY yaitu di
Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulonprogo,
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Benih yang
disebarkan ke lokasi kelompok tani varietas Bestari, klas
SS ( BP-benih pokok)) sebanyak 600 kg untuk areal
seluas 24 hektar dengan rata-rata 25 kg per ha. Tanam
dilaksanakan antara bulan Mei – Agustus 2016 karena
masing - masing wilayah mempunyai pola tanam berbeda.
Kegiatan penyebaran benih padi varietas Bestari kelas SS
sebanyak 600 kg ke kelompok tani tersebar di 4
(empat) Kabupaten di D I Yogyakarta, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Uraian Vol/luas Varietas Tgl Tanam
Tgl Panen
Produksi kg
Klas benih
1 Penangkaran BS - FS
1 unit/ 0,250 ha
Mutiara 1 23/3/’16 20/6/’16 180 FS
2 Penangkaran BS - FS
1 unit/ 0,250 ha
Gamasugen 23/3/’16 13/6/’16 47 FS
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
150
Tabel 8.22. Realisasi fisik kegiatan penyebaran padi varietas
Bestari kelas SS
No
Alamat Kelompok Tani
Jml Benih
Kg
Luas Ha
Tgl Sebar
Tgl Tanam
Tgl Panen
Produktivitas Kg/ ha
1 KT Sedyo Manunggal Desa Sriharjo Kec. Imogiri Kab. Bantul Ketua KT : Ngatijo
200
8
25/4/’16
10/6/’16
25/8/’16
8.640
2 KT Ngudi Subur Desa Sendangmulyo Kec. Minggir Kab. Sleman Ketua KT : Yusuf R
200
8
10/5/’16
30/5/’16
31/8/’16
6.720
3 KT Ngudi Makmur Desa Sentolo Kec. Sentolo Kab. Kulonprogo Ketua KT : Paidi
50
2
5/5/’16
20/5/’16
20/8/’16
7.520
4 KT Pule Desa Argorejo Kec. Sedayu Kab. Bantul Ketua KT : Sugiman
100
4
15/7/’16
1/8/’16
-
-
5 KT Sri Makmur
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
151
Desa Umbulrejo Kec. Ponjong Kab. Gunungkidul Ketua KT Kasno
50
2
15/7/’16
30/7/’16
-
-
600 24
Kelompok Tani Sedyo Manunggal Imogiri menanam
varietas Bestari seluas 8 ha, panen bulan Agustus 2016,
rata-rata ubinan 5,4 kg, tanam sistim legowo, 4 : 1,
menggunakan pupuk organic dan pupuk an organic,
produktivitas 8.640 kg GKP, konversi produksi 69.120 kg
GKP. Demikian pula, KT Ngudi Subur, Desa Sendang
Mulyo, Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman menanam
varietas Bestari seluas 8 ha, tanggal tanam 10 Mei 2016
dan panen bulan Agustus 2016. Kondisi pertanaman
bagus, serangan hama terkendali dan jumlah anakan rata-
rata 20 batang, rata-rata ubinan 4,2 kg, produktivitas
6,720 kg/ ha GKP , konversi produksi 53.760 kg GKP.
Kelompok Tani Ngudi Makmur, Desa Sentolo, Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo menanam varietas
Bestari seluas 2 ha, tanam 5 Mei 2016 dan panen bulan
Agustus 2016, rerata ubinan 4,7 kg, produktivitas 7.520
kg/ha GKP konversi produsi 15.040 kg GKP. Kelompok
tani Pule, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten
Bantul merupakan wilayah pertanian yang cukup bagus,
pengairannya cukup dan masyarakatnya respon terhadap
perkembangan pertanian. Tahun 2016 menerima benih
varietas Bestari sebanyak 100 kg, klas SS ditanam seluas
4 ha, tanggal sebar 15 Juli 2016 tanam tanggal 1
Agustus 2016, kondisi pertanaman bagus, rencana panen
bulan November 2016. Kelompok Tani Sri Makmur, Desa
Umburejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunugkidul
menerima benih verietas Bestari sebanyak 50 kg, ditanam
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
152
seluas 2 ha pada tanggal 30 Juli 2016, kondisi
pertanaman bagus, anakan cukup banyak, rencana
panen bulan November 2016.
E. Pertemuan Koordinasi Mitra Kerja
Kegiatan koordinasi mitra kerja dilaksanakan sesuai dengan
rencana 6 (empat) kali. Lokasi di Kelompok Tani setempat ,
dihadiri oleh petugas pertanian Provinsi/ Kabupaten dan para
penangkar/petani/ masyarakat tani, sedangkan narasumber
dari petugas pertanian Provinsi/Kabupaten/, PPL/mantri tani.
Koordinasi mitra kerja ini dimaksudkan nantinya kelompok
tani dapat mengenal lebih baik lagi varietas padi produksi
BATAN, dan mengembangkan varietas tersebut
diwilayahnya.
Pertemuan koordinasi mitra kerja akan dilaksanakan
sebanyak 6 (empat) kali, berlokasi di :
1. KT Sedyo Manunggal, Bantul, pada tanggal 3 Juni 2016
.yang dihadiri sebanyak 30 orang meliputi : Kepala Desa,
Mantri Tani, PPL dan pengurus kelompok tani dan
anggotanya. Hasil pertemuan yaitu : tentang cara secara
teknis budidaya padi seluas 8 ha varietas Bestari KT
Sedyo Manunggal, dan pemanfaatan varietas lainnya
Mugibat, Sulutan Unsrat 1 sebagai pilihan alternative.
Disampaikan, sebagai hasil Demfarm tahun 2015, bahwa
varietas Mugibat, Sidenuk, Bestari, dan Sulutan Unsrat 1
hampir mempunyai sifat yang sama,takstur nasi pulen, dan
enak rasanya. Hai ini dapat dibuktikan pada saat uji rasa di
kelompok tani Sedyo Makmur Bantul (tahun 2015), bahwa 4
(empat) varietas Mugibat, Sidenuk, Bestari, dan Sulutan
Unsrat menurut masyarakat pulen dan enak. Dalam diskusi
banyak petani yang menanyakan ketersediaan benih hasil
litbang BATAN dipasaran. Petugas berharap bahwa petani
akan mengembangkan sendiri secara swadaya masyarakat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
153
untuk benih-benih hasil litbang BATAN untuk ditangkarkan,
sedangkan benih klas BS disediakan oleh BATAN.
2. KT Ngudi Makmur Kulonprogo, menerima 50 kg benih
varietas Bestari klas SS ditanam seluas 2 ha pada
tanggal 12 Juli 2016. Pertemuan koordinasi mitra kerja
dihadiri Kepala Desa, PPL, Ketua dan anggota kelompok
tani, sedangkan narasumber dari petugas pertanian
Provinsi/Kabupaten. Materi yang disampaikan meliputi
teknik budidaya padi dan pengenalan varietas-varietas hasil
litbang BATAN. Dalam diskusi disampaikan bahwa saat ini
berkaitan dengan serangan busuk leher, maka varietas
lama (Ciherang, IR-64) produksi menurun, sedangkan
varietas dari BATAN (Sidenuk) masih dapat berproduksi
diatas Ciherang, IR-64, menurut masyarakat, Sidenuk
merupakan pilihan yang tepat untuk ditanam karena masih
dapat berproduksi dengan baik, walaupun disekitarnya
varietas lain terkena busuk leher. Mudah-mudahan dengan
varietas Bestari yang ditanam dan menunggu saat panen
kondisinya tidak jauh berbeda dengan varietas Sidenuk.
3. KT Ngudi Subur, Sleman dilakukan 1 kali yaitu pada
tanggal 31 Agustus 2016. Pada tanggal 31 Agustus
2016, dihadiri Kepala Desa, Aparat keamanan (TNI dan
POLRI), perangkat desa, warga masyarakat. Bpk Lurah,
sangat mendukung penggunaan benih varietas baru
terutama varietas varietas yang sifatnya hampir sama
dengan varietas lama yang masih digemari masyarakat.
yang ditanam sekarang varietas Bestari. Aparat (Polisi
dan TNI) sangat mendukung sekali memanfaatkan varietas
Bestari dan memberi motivasi agar selalu memelihara dan
mengelola pertanaman sebaik mungkin sehingga produksi
meningkat. 7. Dengan melihat deskripsi dan sifat-sifat
varietas tersebut, maka diharapkan varietas Bestari dapat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
154
mengganti varietas – varietas lama, karena varietas lama
sudah rentan terhadap penyakit. Pada tanggal 17 Oktober
2016, dihadiri petugas pertanian, perangkat Desa ,
pengurus kelompok tani, masyarakat tani.
Dari petugas pertanian disampaikan untuk mencermati
dan membandingkan hasil pertanamannya dengan
varietas lain, sehingga dapat dipilih mana yang lebih
menguntungkan. . Selama ini, kebiasaan masyarakat
menanam padi varietas lama misalnya IR-64 dan
Ciherang, yang sudah jelas sudah rentan terhadap
serangan hama/penyakit. Dari masyarakat, menginginkan
mau menanam varietas lain yang lebih menguntungkan.
Disampaikan bahwa dari balai benih tersedia benih padi
bersertifikat varietas Sidenuk hasil penangkaran tahap II
FS – SS sudah siap salur. Selanjutnya masyarakat
mohon untuk dapat memperoleh benih tersebut untuk
ditanam setelah panen varietas Bestari. Dari petugas
berpesan, untuk selalu mengganti varietas setiap tanam
untuk memutus siklus hama/penyakit.
4. KT Pule, Sedayu Bantul dilaksanakan 3 kali yaitu pada
tanggal 19 September 2016 dan tanggal 10 Oktober
2016, dan 17 Oktober 2016
Pertemuan koordinasi mitra kerja pada tanggal 19
September 2016 dihadiri oleh Perangkat Desa, petugas
Pertanian dan masyarakat petani setempat. Dari petugas
disampaikan bahwa varietas Bestari sifat-sifatnya mirip
dengan varietas lama yang selama ini ditanam petani
missal IR-64 dan Ciherang, yaitu umur 115 hari, tektur
pulen rasa enak, masih tahan terhadap serangan
hama/pnyakit dan mempunyai potensi hasil sekitar 9 ton.
Selama ini, kebiasaan masyarakat menanam varietas
Ciherang, oleh karena itu, masyarakat ingin mengganti
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
155
varietas lain misalnya varietas dari BATAN (varietas
Bestari). Diharapkan hasil panennya nanti akan lebih
baik. Dari petugas mengharapkan, untuk selalu mengganti
varietas setiap musim tanam untuk memutus siklus
hama/penyakit. Pertemuan koordinasi mitra kerja pada
tanggal 10 Oktober 2016 dihadiri petugas pertanian,
anggota kelompok tani, dan masyarakat tani sekitar.
Dari ketua kelompok tani dilaporkan bahwa kondisi
pertanaman varietas Bestari baik, dilakukan pemupukan
baik pupuk kandang, pupuk Urea, NPK, dan
pengendalian hama/penyakit melalui penyemprotan.
Dari petugas disampaikan bahwa varietas Bestari sifatnya
hampir sama dengan varietas lama yang selama ini
sering ditanam petani yaitu varietas IR-64 dan varietas
Ciherang misalnya umur panen sekitar 115 hari, tekstur
pulen rasa nasi enak, potensi produksi sekitar 9 ton.
Dari petugas disampaikan bahwa untuk selalu mengganti
varietas setiap musim tanamuntuk memutus siklus
hama/penyakit.
Pada tanggal 17 Oktober 2016, dihadiri petugas
pertanian, perangkat Desa, pengurus kelompok tani,
masyarakat tani.
Dari petugas pertanian disampaikan untuk mencermati
dan membandingkan hasil pertanamannya dengan varietas
lain, sehingga dapat dipilih mana yang lebih
menguntungkan. . Selama ini, kebiasaan masyarakat
menanam padi varietas lama misalnya IR-64 dan
Ciherang, yang sudah jelas sudah rentan terhadap
serangan hama/penyakit. Dari masyarakat, menginginkan
mau menanam varietas lain yang lebih menguntungkan.
Disampaikan bahwa dari balai benih tersedia benih padi
bersertifikat varietas Sidenuk hasil penangkaran tahap II
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
156
FS – SS sudah siap salur. Selanjutnya masyarakat
mohon untuk dapat memperoleh benih tersebut untuk
ditanam setelah panen varietas Bestari. Dari petugas
berpesan, untuk selalu mengganti varietas setiap tanam
untuk memutus siklus hama/penyakit.
F. Temu Lapang
Kegiatan Temu Lapang dilaksanakan pada tanggal 21
Oktober 2016, tempat di Kelompok Tani Pule , Argorejo,
Sedayu, Bantul. Acara Temu lapang dihadiri oleh Petugas
Pertanian Provinsi/ Kabupaten, Perangkat Desa, anggota
kelompok tani Pule beserta pengurusnya. Dalam sambutan
Kepala Desa disampaikan dukungannya berkaitan dengan
penanaman varietas dari hasil produk BATAN. Wilayah
desa Argorejo, cukup luas dan banyak dimanfaatkan untuk
lahan sawah. Masyarakat tani yang tergabung dengan
kelompok tani cukup aktif dan respon terhadap
perkembangan pertanian. Sebagian lahan sudah pernah
dimanfaatkan untuk penangkaran oleh kelompok tani atau
kerjasama dengan produsen benih. Kemampuan SDM
bidang pertanian cukup maju, bahkan kelompok tani
mampu membuat benih padi. Sehingga, wilayah Argorejo
cukup potensi untuk pengembangan varietas baru yang
tentunya menjadi pilihan petani, salah satunya varietas
Bestari. Sedangkan Kepala Balai Benih (BP2TPH, Dinas
Pertanian) menyampaikan bahwa masyarakat tani selama
ini masih banyak menanam varietas padi yang sudah
lama misalnya IR-64, Ciherang. Sesuai dengan informasi
lapangan, varietas lama tersebut sudah rentan terhadap
serangan hama/penyakit, oleh karena itu perlu varietas
baru yang masih tahan terhadap serangan hama/penyakit,
varietas Bestari merupakan alternative sebagai pengganti
varietas lama. Selain itu, dengan penanaman varietas yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
157
berbeda dapat memutus siklus hama dan penyakit.
Penduduk DIY selalu meningkat sedangkan luas lahan
sawah menyusut karena alih fungsi lahan oleh karena itu
dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
DIY produktivitas padi harus meningkat, salah satu factor
penentu produktivitas padi adalah pemilihan varietas benih
unggul bersertifikat. Varietas hasil litbang BATAN
merupakan alternative pilihan, misalnya varietas Sidenuk,
Bestari, Mugibat. Diharapkan varietas dari BATAN dapat
disukai masyarakat dan dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Dari petugas pertanian Kabupaten
menyampaikan bahwa deskripsi padi dari hasil litbang
BATAN ( varietas Sidenuk, Mugibat, Bestari) mempunyai
sifat yang sama dengan padi varietas non BATAN,
misalnya Ciherang, IR- 64 yaitu tekstur pulen rasa nasi
enak. Oleh karena itu, dipersilahkan untuk dicoba dulu
varietas yang sesuai dan spesifik lokasi, maka dapat
dijadikan varietas pilihan. Varietas Bestari mempunyai
deskripsi mirip IR – 64 atau Ciherang, tekstur nasi pulen,
enak rasa nasinya, produksi > 7 ton/ha GKP, diharapkan
varietas Bestari dapat disukai masyarakat dan dapat
meningkatkan pendapatannya.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
158
B. UPTD BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH PERTANIAN
(UPTD BPSBP).
UPTD BPSBP merupakan salah unit pelaksana teknis Dinas
yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang
pengawasan mutu benih dan sertifikasi benih pertanian. Untuk
melaksanakan tugas tersebut didukung fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja Balai
2. Pelaksanaan pelayanan teknis perbenihan
3. Pengawasan penerapan standar mutu benih dan peredaran benih
pertanian
4. Pelaksanaan sertifikasi benih pertanian
5. Pelaksanaan penilaian kultivar
6. Pelaksanaan ketatausahaan
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program Balai; dan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Struktur UPTD BPSBP adalah sebagai berikut :
1. Kepala Balai
2. Subbagian Tata Usaha
3. Seksi Pelayanan Teknis
4. Seksi Pengendalian Mutu.
5. Kelompok jabatan Fungsional
Adapun tugas dan fungsi Subbagian dan Seksi adalah sebagai
berikut :
1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kearsipan,
keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang, kerumahtanggaan,
kehumasan, kepustakaan, serta penyusunan program dan laporan
kinerja yang didukung oleh fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja subbagian Tata Usaha
b. Penyusunan program kerja Balai
c. Pengelolaan kearsipan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
159
d. Pengelolaan keuangan
e. Pengelolaan kepegawaian
f. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan
g. Pelaksanaan kehumasan
h. Pengelolaan barang
i. Pengelolaan kepustakaan
j. Pengelolaan data, pelayanan informasi dan pengembangan sistem
informasi
k. Pelaksanaan monitoring,evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai
l. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan Subbagian
Tata Usaha
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
2. Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan teknis yang didukung oleh fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja Seksi Pelayanan Teknis
b. Pengelolaan data pelayanan teknis
c. Pengelolaan sarana dan prasarana kegiatan teknis
d. Pengaturan pelayanan dan pemantauan penggunaan sarana dan
prasarana teknis
e. Pelaksanaan penilaian kultivar
f. Identifikasi dan pengembangan varietas unggul local
g. Pendampingan pelaksanaan pelepasan dan pendaftaran varietas
local yang sebaran geografisnya meliputi lintas kabupaten/kota
h. Pelaksanaan kerjasama bidang teknis perbenihan.
i. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi
Pelayanan Teknis.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
3. Seksi Pengendalian mutu mempunyai tugas melaksanakan
pengendalian mutu benih yang didukung oleh fungsi sebagai berikut:
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
160
a. Penyusunan program kerja Seksi Pengendalian Mutu Benih.
b. Pelaksanaan inventarisasi, identifikasi serta penyusunan rencana
sarana dan prasarana kegiatan teknis.
c. Penilaian kelayakan dan pengusulan pengadaan sarana dan
prasarana teknis.
d. Pendokumentasian dan pelaksanaan tindaklanjut permasalahan
perbenihan.
e. Pelaksanaan legalisasi label benih
f. Pengawasan penerapan standar mutu benih
g. Pengawasan dan sertifikasi benih
h. Pemantauan dan evaluasi penarapan pedoman perbenihan
tanaman .
i. Pengelolaan dan pelaksanaan kerjasama pengendalian mutu benih.
j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program Seksi Pengendalian Mutu.
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
4. Kelompok jabatan fungsional
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari pemangku jabatan
fungsional di bidang pengawasan mutu benih yaitu Pengawas Benih
Tanaman Pangan (PBT) yang mempunyai uraian tugas sebagai
berikut :
a. Menilai kultivar/varietas
b. Melaksanakan sertifikasi benih
c. Menganalisa benih secara laboratories
d. Mengawasi pemasaran benih berdasarkan peraturan yang berlaku.
Secara keseluruhan UPTD BPSBP DIY tahun 2014 didukung
tenaga struktural dan tenaga fungsional sebanyak 42 orang dengan
perincian :
1. Pejabat Struktural : 4 orang
a. Kepala Balai : 1 orang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
161
b. Kepala Subbag Tata Usaha : 1 orang
c. Kepala Seksi Pelayanan Teknis : 1 orang
d. Kepala Seksi Pengendalian Mutu: 1 orang
2. Pejabat Fungsional (PBT) : 23 orang
a. PBT Ahli Madya : 6 orang
b. PBT Muda : 3 orang
c. PBT Pertama : 4 orang
d. PBT Terampil Penyelia : 9 orang
e. PBT Terampil Pelaksana Lanjutan : 1 orang
3. Staf Subbag TU dan Staf Seksi : 15 orang
a. Staf Subbag TU : 9 orang
b. Staf Seksi Pelayanan Teknis: 2 orang
c. Staf Seksi Pengendalian Mutu : 4 orang
Kegiatan UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian Pemda
DIY dapat dibagi menjadi kegiatan fisik dan keuangan dari 2 sumber dana yaitu
APBN dan APBD T.A. 2014. Kegiatan yang didanai dari sumberdana APBN
terdiri dari 2 Satker yaitu Satker Tanaman Pangan UPTD BPSBP (03) dan Satker
Hortikultura UPTD BPSBP (04) T.A. 2014.
A. CAPAIAN KINERJA
1. APBN
Kegiatan dari Anggaran APBN Satuan Kerja Tanaman Pangan
Anggaran kegiatan Satuan Kerja Tanaman Pangan UPTD BPSBP Tahun
Anggaran 2014 setelah revisi adalah sebesar Rp. 848.290.000,- (Delapan
Ratus Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Sembilan Puluh ribu rupiah),
terealisasi sebesar Rp 839.808.000,- atau sebesar 99,00 % dari anggaran
yang tersedia. Rincian kegiatan dan realisasi keuangan dapat dilihat pada
table 8.23.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
162
Tabel 8.23: Realisasi Kegiatan Satker Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta ( 03 )
BPSBP TA. 2014
BULAN : 31 DESEMBER 2014
LAPORAN REALISASI KEGIATAN PEMOTONGAN ANGGARAN (Revisi s.d 16 Juli 2014 )
No. Kegiatan/ Dana REALISASI Sisa Output s.d Bulan lalu bulan Ini s.d Bulan Ini Dana %
I 1763.036
ADMINSITRASI DAN HONOR PENGELOLA KEUANGAN
521114 2.400.000
1.800.000
600.000
2.400.000 0 100,00
521115 26.400.000
22.000.000
4.400.000
26.400.000 0 100,00
521211 15.100.000
14.122.000
978.000
15.100.000 0 100,00
521213 66.000.000
54.000.000
9.000.000
63.000.000 3.000.000 95,45
521219 8.500.000
6.000.000
2.500.000
8.500.000 0 100,00
522191 1.800.000
1.512.000
-
1.512.000 288.000 84,00
120.200.000 99.434.000 17.478.000 116.912.000 3.288.000 97,26
No. Kegiatan/ Dana REALISASI Sisa
Output s.d Bulan lalu bulan Ini s.d Bulan Ini Dana %
II 1763.037
RANCANGAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN
521211 8.500.000 8.500.000,00
-
8.500.000 0
100,00
522151 2.200.000 2.200.000,00
-
2.200.000 0
100,00
541114 16.880.000 16.880.000,00
-
16.880.000 0
100,00
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
163
5241119 3.769.000 1.843.300
-
1.843.300 1.925.700
48,91
JML 31.349.000 29.423.300
-
29.423.300 1.925.700
93,86
III 1763.39 HASIL PENILAIAN VARIETAS
521211 73.350.000 64.037.000
8.900.000
72.937.000 413.000
99,44
521213 45.050.000 42.900.000
2.150.000
45.050.000 0
100,00
521219 9.700.000 9.260.000
440.000
9.700.000 0
100,00
522191 29.200.000 25.540.000
3.200.000
28.740.000 460.000
98,42
524111 107.000.000 103.525.000
3.400.000
106.925.000 75.000
99,93
522151 5.100.000 4.100.000
1.000.000
5.100.000 0
100,00
524114 11.625.000 11.000.000
625.000
11.625.000 0
100,00
522141 3.200.000 3.200.000
-
3.200.000 0
100,00
JML 284.225.000 263.562.000
19.715.000
283.277.000 948.000
99,67
IV 1763.040
HASIL PENGAWASAN PEREDARAN BENIH
521119 5.400.000 5.400.000
-
5.400.000
-
100,00
521211 13.826.000 12.360.000
1.400.000
13.760.000
66.000
99,52
521219 6.880.000 4.480.000
2.400.000
6.880.000
-
100,00
524111 62.250.000 62.250.000
-
62.250.000
-
100,00
JML 88.356.000 84.490.000,00 3.800.000 88.290.000 66.000 99,93
No. Kegiatan/ Dana REALISASI Sisa
Output s.d Bulan lalu bulan Ini s.d Bulan Ini Dana %
V. 1763.041
HASIL SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN
521115 2.000.000
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
164
1.000.000 - 1.000.000 1.000.000 50,00
521119 12.420.000 12.420.000
-
12.420.000
-
100,00
521211 32.880.000 32.785.000
-
32.785.000
95.000
99,71
521213 37.500.000 30.000.000
7.500.000
37.500.000
-
100,00
521219 15.480.000 13.800.000
1.680.000
15.480.000
-
100,00
522191 5.500.000 1.500.000
4.000.000
5.500.000
-
100,00
524119 28.981.000 25.177.600
2.929.700
28.107.300
873.700
96,99
524111 111.250.000 110.387.500
850.000
111.237.500
12.500
99,99
JML 246.011.000 227.070.100
16.959.700
244.029.800
1.981.200
99,19
VI. 1763.044
LAPORAN KEGIATAN PERBENIHAN
521211 5.263.000 4.989.000,00
274.000,00
5.263.000
-
100,00
521219 300.000 -
300.000
300.000
-
100,00
524119 13.836.000 10.633.200
2.929.700
13.562.900
273.100
98,03
524111 38.750.000 37.350.000
1.400.000
38.750.000
-
100,00
58.149.000 52.972.200
4.903.700
57.875.900
273.100
99,53
VII. 1763.046
SARANA PRASARANA PERALATAN LABORATORIUM
523121 20.000.000 19.280.000
720.000
20.000.000
-
100,00
20.000.000 19.280.000
720.000
20.000.000
-
100,00
JML SELURUH 848.290.000
776.231.600
63.576.400
839.808.000
8.482.000
99,00
Kegiatan dari Anggaran APBN Satuan Kerja Hortikultura
Anggaran kegiatan Satuan Kerja Hortikultura UPTD BPSBP Tahun
Anggaran 2014 adalah sebesar Rp.939.174.000 ,- (Sembilan Ratus Tiga
Puluh Sembilan Juta Setarus Tujuh Puluh Empat ribu rupiah), terealisasi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
165
sebesar Rp 826.616.400 ,- atau sebesar 88,02% dari anggaran yang
tersedia. Rincian kegiatan dan realisasi keuangan dapat dilihat pada table
3.
Tabel 8.24. Realisasi Keuangan dan fisik pada Satuan kerja Balai Pengawasan
dan sertifikasi benih pertanian Provinsi DI Yogyakarta (04) Tahun
2014.
REALISASI DANA PER KEGIATAN
PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN PROVINSI DIY
TAHUN ANGGARAN : 2014
KODE SUB. KEGIATAN DANA SPM INI SPM LALU SPM S/D REALISASI SISA DANA
BULAN INI %
018.04.07
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
1772 Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura
1772. 002 Ketersediaan Benih Tanaman Sayur
011 Koordinasi Ketersediaan Benih Sayur
2.300.000
600.000
1.689.000
2.289.000 99,52%
11.000
012 Perbanyakan Benih
162.500.000
107.312.800
107.312.800 66,04% 55.187.200
013 Pembinaan Penangkar
43.450.000
1.353.000
31.755.000
33.108.000 76,20% 10.342.000
014 Monitoring / Evaluasi dan Pelaporan
12.650.000
5.987.000
5.923.000
11.910.000 94,15%
740.000
JUMLAH :
220.900.000
7.940.000
146.679.800
154.619.800 70,00% 66.280.200
1772. 003 Ketersediaan Benih
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
166
Tanaman Florikultura
011 Koordinasi Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura
1.000.000
1.000.000
1.000.000 100,00%
-
012 Perbanyakan Benih
33.000.000
2.000.000
24.602.750
26.602.750 80,61% 6.397.250
014 Monitoring / Evaluasi dan Pelaporan
12.000.000
662.000
2.275.000
2.937.000 24,48%
9.063.000
JUMLAH :
46.000.000
3.662.000
26.877.750
30.539.750 66,39% 15.460.250
1772. 004 Ketersediaan Benih Tanaman Obat
012 Perbanyakan Benih
26.100.000
1.100.000
24.830.850
25.930.850 99,35%
169.150
014 Monitoring / Evaluasi dan Pelaporan
6.400.000
3.834.000
2.250.000
6.084.000 95,06%
316.000
JUMLAH : 32.500.000 4.934.000 27.080.850 32.014.850 98,51% 485.150
KODE SUB. KEGIATAN DANA SPM INI SPM LALU SPM S/D REALISASI SISA DANA
BULAN INI %
1772. 005 Ketersediaan Benih Tanaman Buah
012 Perbanyakan Benih
55.770.000
4.100.000
51.380.000
55.480.000 99,48%
290.000
014 Monitoring / Evaluasi dan Pelaporan
9.230.000
932.000
5.330.000
6.262.000 67,84%
2.968.000
JUMLAH :
65.000.000
5.032.000
56.710.000
61.742.000 94,99% 3.258.000
1772. 006 Penguatan Kelembagaan
011. A Koordinasi / Identifikasi
23.798.000
7.412.400
3.506.000
10.918.400 45,88%
12.879.600
012
Fasilitasi Sarana Mendukung Penguatan Kelembagaan
190.000.000
9.475.000
177.857.000
187.332.000 98,60%
2.668.000
013 Pembinaan Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih
52.176.000
4.320.000
47.681.000
52.001.000 99,66%
175.000
013. B Pengawasan Mutu Benih
74.200.000
4.718.500
68.671.500
73.390.000 98,91%
810.000
016 Monitoring / Evaluasi dan Pelaporan
5.550.000
5.400.000
5.400.000 97,30%
150.000
JUMLAH :
345.724.000
25.925.900
303.115.500
329.041.400 95,17%
16.682.600
1772. 008 Pemasyarakatan Benih Bermutu
011 Koordinasi / Identifikasi / CPCL
5.000.000
4.920.000
4.920.000 98,40%
80.000
012 Pemasyarakatan Benih Hortikultura Bermutu
013 Monitoring, pendampingan/pengawalan,
200.000 0,00%
200.000
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
167
evaluasi dan lap
JUMLAH :
5.200.000 -
4.920.000
4.920.000 94,62%
280.000
1772. 009.001
Pengadaan Sarana Prasarana Pendukung Produksi Benih
012 Fasilitasi Sarana Prasarana
50.000.000
500.000
48.275.000
48.775.000 97,55%
1.225.000
JUMLAH :
50.000.000
500.000
48.275.000
48.775.000 97,55%
1.225.000
1772. 994 Layanan Perkantoran
011 Administrasi
173.850.000
11.190.000
153.773.600
164.963.600 94,89%
8.886.400
JUMLAH :
173.850.000
11.190.000
153.773.600
164.963.600 94,89%
8.886.400
JUMLAH SELURUHNYA:
939.174.000 59.183.900
767.432.500
826.616.400 88,02%
112.557.600
2. APBD
Sumber Daya Manusia (SDM)
Secara keseluruhan UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 didukung tenaga
struktural dan tenaga fungsional sebanyak 41 orang dengan perincian :
4. Pejabat Struktural : 4 orang
a. Kepala Balai : 1 orang
b. Kepala Subbag Tata Usaha : 1 orang
c. Kepala Seksi Pelayanan Teknis : 1 orang
d. Kepala Seksi Pengendalian Mutu: 1 orang
5. Pejabat Fungsional (PBT) : 23 orang
f. PBT Ahli Madya : 5 orang
g. PBT Muda : 3 orang
h. PBT Pertama : 4 orang
i. PBT Terampil Penyelia : 9 orang
j. PBT Terampil Pelaksana Lanjutan : 1 orang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
168
6. Staf Subbag TU dan Staf Seksi : 15 orang
d. Staf Subbag TU : 9 orang
e. Staf Seksi Pelayanan Teknis: 2 orang
f. Staf Seksi Pengendalian Mutu : 4 orang
Karyawan di UPTD BPSBP dapat digolongkan berdasarkan tingkat
pendidikan atau golongan kepangkatan, dengan rincian seperti tertera
pada tabel 5:
Tabel 8.25: Jumlah Karyawan di UPTD BPSBP Pemerintah Daerah DIY
berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Kepangkatan, Tahun 2014.
Jenjang
Pendidikan Golongan Ruang
S2 S1 D2 &
D3 SLTA SLTP SD Jml IV III II I Jml
Orang 4 16 2 17 2 - 41 8 27 6 - 41
Kegiatan Rutin Perkantoran.
Kegiatan rutin perkantoran yang dilakukan UPTD Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) Pemerintah Daerah DIY telah berjalan
lancar meliputi:
- Penyediaan Jasa Surat Menyurat.
- Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber Daya Air dan Listrik.
- Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas /
Operasional.
- Penyediaan Jasa Administrasi keuangan.
- Penyediaan Jasa Kebersihan kantor.
- Penyediaan Alat Tulis Kantor.
- Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan.
- Penyediaan Komponen Instalasi Listrik / Penerangan Bangunan Kantor.
- Penyediaan Peralatan Rumah Tangga.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
169
- Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan.
- Penyediaan Makanan dan Minuman.
- Rapat;rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke Luar Daerah.
- Penyediaan Retribusi Sampah.
- Pengadaan Peralatan Gedung Kantor.
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor.
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional.
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor.
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor.
Keuangan (Sumber Dana, Target dan Realisasi)
Kegiatan UPTD BPSB DIY dapat dibagi menjadi kegiatan fisik dan
keuangan dari sumber APBD adalah sebagai berikut:
Kegiatan dari Anggaran APBD
Pada tahun 2014, UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian
mendapatkan anggaran dari APBD sebesar Rp. 450.217.350,- yang terdiri
dari Belanja Alokasi Umum (BAU) sebesar Rp. 156.795.350,- dan Belanja
Operasional (BOP) sebesar Rp. 293.422.000,-. Realisasi kegiatan
sebeesar Rp. 420.374,741,- atau 92,61 % dari jumlah dana yang tersedia
Tabel 8.26. Realisasi Keuangan dan Kegiatan APBD Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tahun Anggaran 2014 :
NO KEGIATAN ANGGARAN Realisasi %
(Rp) (Rp)
A. Belanja Alokasi Umum (BAU)
1 Belanja Langsung 156.795.350,00 147.592.441,00 94,13
B. Belanja Operasional (BOP)
1. Penyebarluasan informasi Perbenihan dalam mendukung Jogya Benih
50.000.000,00
46.534.200,00 93,07
2. Analisa Standar dan Pengawasan Mutu Benih 85.190.000,00 83.038.100,00 97,47
3. Pelayanan Sertifikasi Padi dan Palawija 73.000.000,00 64.391.500,00 88,21
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
170
4. Penyebarluasan Informasi Perbenihan 50.000.000,00 48.675.000,00 97,35
5. Pelayanan Sertifikasi Bibit Ternak Kambing PE 20.000.000,00 15.806.900,00 79,03
6. Identifikasi Padi Hitam 15.232.000,00 14.327.600,00 94,06
Jumlah 450.217.350,00 420.374.741,00 92,61
SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana yang ada di UPTD BPSBPTPH terdiri atas:
PERALATAN KANTOR BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH PERTANIAN PEMDA DIY
NO NAMA BARANG SATUAN KONDISI JUMLAH KETERANGAN
1 Alat Transportasi / Kendaraan Roda 4 Unit Baik 4
2 Alat Transportasi / Kendaraan Roda 2 Unit Baik 37
3 Alat Kantor / R Tangga Unit Baik 552
antara lain:
a Meja Kursi Unit Baik 191
b Komputer Unit Baik 16
c Lemari dan lain-lain Unit Baik 18
4 Alat-alat Laboratorium Unit Baik 1254
a Mikroskop Unit Baik 6
b Grinder Unit Baik 2
c Devider Oven dan lain-lain Unit Baik 6
5 Gedung Kantor Unit Baik 1 dua lantai KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN OLEH UPTD BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH PERTANIAN (BPSBP) YANG DIBIAYAI DANA
APBD.
1. Penyebaran Informasi Perbenihan dalam mendukung Jogya Benih.
2. Analisa Standar dan Pengawasan Mutu Benih.
Capaian Kinerja
Pengambilan sampel dilakukan di empat kabupaten dan satu Kota
Yogyakarta sebanyak 25 lokasi atau di pedagang/ penyalur, untuk Kabupaten
Bantul sebanyak 5 penyalur, Kabupaten Kulon Progo 9 penyalur, Kabupaten
Sleman 5 penyalur, Kabupaten Gunung Kidul 5 penyalur dan 1 penyalur
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
171
untuk Kota Yogyakarta. Pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan
menjelang musim tanam sehingga bisa diketahui kualitas benih yang akan
dipakai pada musim tanam. Pengujian Laboratorium terdiri dari kegiatan
Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih , jumlah pengujian laboratorium
sejumlah 567 analisa atau 168 sampel yang terdiri dari analisa , kadar air,
kemurnian, dan daya tumbuh, jumlah sampel padi sebanyak 69 sampel atau
sejumlah 207 analisa dan palawija sejumlah 120 sampel dengan 360 analisa,
sehingga dari target 300 analisa melebihi target 567 analisa atau 187 % .
Dari hasil pengujian di laboratorium pengujian palawija yang paling banyak
360 analisa atau 120 sampel, semua jagung sedang kedelai tidak ada
sampel. Pengujian padi yang terbanyak adalah varietas Situbagendit 19
sampel dan Ciherang 17 sampel, IR. 64 16 sampel hal ini menandakan
bahwa varietas padi yang banyak diperedaran adalah varietas Ciherang dan
Situbagendit. Dan IR. 64 Benih jagung hibrida yang beredar dipasaran sangat
beragam varietasnya sehingga dari hasil pengujian laboratorium sangat ber
variasi., secara terinci pada Tabel
Tabel 8.27. REALISASI PENGUJIAN STANDART LABORATORIUM BENIH PADI DAN PALAWIJA . PENGAWASAN MUTU BENIH TAHUN 2014
No Jenis tanaman Varietas JBB Pengujian Jumlah
KA KM DT 1 Padi Situbagendit 19 19 19 19 57
Ciherang 17 17 17 17 51
IR. 64 16 16 16 16 48
Pepe 6 6 6 6 18
Membramo 2 2 2 2 6
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
172
Ketonggo 2 2 2 2 6
Cisadane 2 2 2 2 6
Mekongga 2 2 2 2 6
Inpari. 19 1 1 1 1 3
Gilirang 1 1 1 1 3
Cigeulis 1 1 1 1 3
Jumlah 69 69 69 69 207
2 Jagung Bisi 2 33 33 33 33 99
P.21 16 16 16 16 48
Bis1 222 11 11 11 11 33
Bis1. 816 9 9 9 9 27
NK.33 7 7 7 7 21
Pertiwi 3 11 11 11 11 33
P.27 6 6 6 6 18
P.11 6 6 6 6 18
Jaya. 2 2 2 2 2 6
Bima. 3 3 3 3 3 9
P.31 1 1 1 1 3
DK.85 2 2 2 2 6
DK.888 1 1 1 1 3
DK.7711 1 1 1 1 3
Bisma 2 2 2 2 6
NK.22 3 3 3 3 9
P.30 3 3 3 3 9
Bisi.18 2 2 2 2 6
DK.6818 1 1 1 1 3
3 Kedelai Baluran 1 1 1 1 3
Jumlah 121 121 121 121 363
Jumlah Total 190 190 190 190 570
Tabel 8.28. Hasil Pengawasan Mutu Benih Padi dan Palawija Tahun 2014
No Jenis Tanaman
Jml sampel
Hasil Pengujian Laboratorium % Kelulusan
Volume yg diuji (ton)
Vol. Lulus (ton)
Vol.Tidak lulus (ton)
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
173
1 Situbagendit 19 7,485 5.585 1.900 74.6
2 Ciherang 17 6,185 6.085 0.100 98.3
3 IR.64 16 4,800 4.525 0.275 94.27
4 Pepe 6 1,350 1.050 0.300 77.77
5 Membramo 2 0,130 0.130 0 100
6 Ketonggo 2 0,350 0 0.350 0
7 Cisadane 2 1,600 1.600 0 0
8 Inpari 19 1 3.000 3.000 0 0
9 Cigeulis 1 3,400 0.400 0 0
10 Gilirang 1 0,200 0 0.200 0
11 Mekongga 2 0,240 0.240 0 100
Jumlah 69 25,740 22,615 3,125 87,85
Palawija
1 Kedele 1 0,400 0 0,400 0
Jagung
1 Bisi 2 33 1.717 1.113 0.584 64.82
2 P.21 16 0.667 0.574 0.093 86.05
3 Bis1 222 11 0.308 0.143 0.165 46,42
4 Bis1. 816 9 0.352 0.067 0.285 19.03
5 NK.33 7 5.546 0.046 5.500 0.83
6 Pertiwi 3 11 0.405 0.385 0.020 95.06
7 P.27 6 0.414 0.404 0.010 97.58
8 P.11 6 0.089 0.079 0.010 88.76
9 Jaya. 2 2 0.250 0.250 0 100
10 Bima. 3 3 0.115 0.105 0.010 91.30
11 P.31 1 0.060 0 0.060 0
12 DK.85 2 0.815 0 0.815 0
13 DK.888 1 0.007 0.007 0 100
14 DK.7711 1 0.020 0 0.020 0
15 Bisma 2 1.169 0 1.169 0
16 NK.22 3 2.117 0 2.117 0
17 P.30 3 0.130 0.130 0 100
18 Bisi.18 2 0.117 0.117 0 100
19 DK.6818 1 3.493 3.493 0 100
Jumlah 120 17.791 6.933 10.858 38.96
Jml Total 190
3. Pelayanan Sertifikasi Padi dan Palawija.
Capaian Kinerja
Hasil sertifikasi padi dan palawija yang dilaksanakan di kabupaten Bantul, Sleman, KL.Progo
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
174
dan Gunung Kidul untuk padi sejumlah 162,450 ha dengan produksi sejumlah 228,685 ton.
Secara rinci dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel.8.29. Hasil Sertifikasi Padi BD, BP, BR di.DIY Tahun 2014 (APBD)
No Kabupaten Jml unit
Klas benih
Luas/ ha
Produksi ton
Lulus ton
% lulus
1 Sleman 4 BD 4.90 14.300 14.300 100
2 Bantul 4 BD 1.15 3.500 3.500 100
3 Gunung Kidul 0 BD 0 0 0
4 Kulon Progo 2 BD 1.30 3.285 3.285 100
5 Kota Yogyakarta
0 BD 0 0 0
Jumlah 10 BD 7,35 21,085 21,085
1 Sleman 11 BP 41.0 65.200 65.200 100
2 Bantul 10 BP 28.0 65.190 65.190 100
3 Gunung Kidul 10 BP 18.70 21.250 21.250
4 Kulon Progo 11 BP 46.90 54.960 54.960 100
5 Kota Yogyakarta
0 BP 0 0 0
Jumlah 42 BP 134.60 206.600 206.600
1 Sleman 3 BR 20.50 1.000 1.000 100
2 Bantul 0 BR 0 0 0
3 Gunung Kidul 0 BR 0 0 0
4 Kulon Progo 0 BR 0 0 0
5 Kota Yogyakarta
0 BR 0 0 0
Jumlah 3 BR 20.50 1.000 1.000
No Kabupaten Varietas Luas Klas Produksi Lulus Tidak %
(ton) Lulus Lulus
1 Sleman
2 Bantul
3 Gunung Kidul
4 Kulon Progo
5 Kota Yogyakarta
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa dari jumlah sertifikasi untuk Benih Dasar sejumlah 12
unit dengan luas 4,860 Ha, rata –rata pengajuan sertifikasi untuk Benih Dasar dibawah
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
175
1(satu) ha atau hanya 0,405 ha. Sedang rpduksi 13,665 ton atau rata –rata 2,811 ton
Untuk benih Pokok sejumlah 36 unit dengan luas sebanyak 100,400 ha, dengan produksi
sebesar 184,440 ton, rata –rata produksi 1,837 ton , produksi sangat kecil karena ada
sertifikasi yang belum panen baru fase menjelang panen, selain itu juga dari hasil produksi
tidak semua bisa dijadikan benih karena untuk konsumsi sendiri dan harga kurang sesuai
dengan yang diinginkan petani sehingga tidak jadi benih menjadi konsumsi.
Pada Benih Sebar Sejumlah 12 unit dengan luas penangkaran 83,500, sedang
produksinya sejumlah 62,500 ton atau rata –rata produksi sebesar 0,749 ton, hal ini
disebabkan karena pengajuan sertifikasi Benih Sebar masih banyak dipertanaman belum
panen .
T abel.8.30. Hasil Sertifikasi Palawija di Provi nsi DIY Tahun 2014 (APBD)
No Kabupaten Jml / Unit
Klas Benih
Luas/ Ha
Produksi/ Ton
Lulus Uji Lab (Ton)
Tdk lulus Uji lab(ton)
Palawija
Kedelai
1 Sleman 4 BR 8,360 3,900 3,900 0
2 Bantul 3 BR 6,200 2,931 2,931 0
3 G.Kidul 7 BR 40,500 36,430 36,430 0,580
4 KL. Progo 4 BR 17,000 4,100 4,100 0
5 Kota YK 0 BR 0 0 0 0
Jumlah 18 BR 72,060 47,361 47,361 0
Hasil Sertifikasi Palawija pada tahun 2012 sebanyak 18 unit dengan luas 72 ,060 ha
sedang produksi 47 ,361 ton , atau rata-rata produksi 0, 657 ton jadi produksi per hektar
kurang dari satu ton. Hal ini terjadi karena pada saat panen tidak ada yang membeli
sebagai benih. Selain itu produkti itas tanaman kedelai yang rendah. Produksi kedelai di
Provinsi DI.Yogyakarta di dominasi Kabupate Gunung Kidul dengan 36,430 ton atau 5l,467
% dari produksi DIY.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
176
4. Penyebaran Informasi Perbenihan.
CAPAIAN KINERJA
Tabel 8.31. Realisasi fisik dan keuangan
Kegiatan Rincian Kegiatan Pagu (Rp)
Realisasi
Keuangan (Rp) Fisik (%)
021 Penyebarluasan Informasi Perbenihan
Honorarium PNS - publikasi melalui media radio - publikasi melalui media cetak
4.000.000 2.000.000 2.000.000
4.000.000 2.000.000 2.000.000
100
Belanja Alat Tulis Kantor 620.000 620.000 100
Belanja Publikasi - publikasi melalui media radio - publikasi melalui media cetak - publikasi melalui media tv
29.000.000 4.000.000 5.000.000
20.000.000
28.600.000 4.000.000 5.000.000
19.600.000
100
Belanja Cetak - cetak leaflet - cetak buku peraturan perbenihan
3.700.000 2.500.000 1.200.000
3.700.000 2.500.000 1.200.000
100
Belanja Penggandaan 205.000 205.000 100
Belanja Makanan dan Minuman Rapat
1.270.000 1.270.000 100
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah
11.205.000 9.040.000 80,68
50.000.000 46.610.000 93,22
Capaian Kinerja Kegiatan yang dilaksanakan oleh UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian yang dibiayai dari Dana SATKER HORTIKULTURA:
. Realisasi keuangan Rp. 130.791.000 (99,14%),dengan rincian:
- Realisasi keuangan pada kegiatan Pembinaan Sertifikasi dan Pengawasan Mutu
Benih sebesar Rp. 52.001.000,- (99,66%)
- Realisasi keuangan pada kegiatan Pengawasan Mutu Benih sebesar Rp.
74.200.000,- (98,91%)
- Realisasi keuangan pada kegiatan Monev sebesar Rp.5.400.000,- (97,30%)
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
177
Capaian Kegiatan APBN Satker Tanaman Pangan:
1. Administrasi Kegiatan BPSB DIY
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan fisik dan keuangan untuk kegiatan administrasi tahun 2014 adalah sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Administrasi kegiatanBPSBP DIY
1 tahun
54.200.000 53.912.000 99.47 100
2. Insentif Pengawas Benih Tanaman
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan fisik dan keuangan untuk kegiatan Insentif Pengawas Benih Tanaman sebagai berikut ;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Insentif Pengawas benih tanaman
1 tahun
66.000.000,-
63.000.000,-
95,45 95,45
3. Koordinasi Teknis Pengawasan Mutu Benih
Capaian Kinerja
Realisasi pelaksanaan kegiatan Koordinasi Teknis Pengawasan Mutu Benih keuangan 93,86 % dan fisik 100 % secara terperinci sbb;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Koordinasi Teknis Pengawasan Mutu Benih
1 paket
31.349.000 29.423.300 93,86 100
4. Adaptasi dan Persiapan Pelepasan Varietas
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan Adapatasi persiapan pelepasan varietas padi dan palawija tahun 2014 secara fisik dan keuangan sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi % Keu % Fisik
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
178
( Rp ) angan
Adaptasi Persiapan Pelepasan Varietas
Padi Dan Palawija
1 paket
57.500.000 57.432.000 99,88 100
5. Pemurnian Varietas
Capaian Kinerja
Realisasi keuangan dan fisik kegiatan Pemurnian varietas 99,63 % keuangan dan 100 % untuk fisik sbb;
Uraian Kegiatan
Volume PAGU (Rp)
Realisasi (Rp)
% Keuangan
% Fisik
Pemurnian Varietas
5 Unit (4 Unit Padi , 1 Unit Palawija)
54.650.000 54.447.000 99,63 100
6. Inventarisasi Penyebaran Varietas
Capaian Kinerja
Kegiatan Inventarisasi Penyebaran Varietas Padi dan palawija realisasi keuangan 100 % dan realisasi fisik 100 %
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Inventarisasi Penyebaran Varietas Padi dan Palawija
1 Paket 70.050.000,- 70.050.00
0,- 100 100
7. Display Varietas Padi Inbrida dan Kedelai
Capaian Kinerja Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Display varietas sebagai berikut;
Uraian Kegiatan Volume Anggaran
(Rp)
Realisasi (Rp)
% keuang
an
% Fisik
Display Varietas 3 Unit (2 Unit Padi , 1 Unit Palawija)
67.850.00
0,-
67.798.000
99,92 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
179
8. Denbul Padi Hibrida
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan Dembul padi hibrida untuk keuangan dan fisik sebesar 100 % perincian sbb;
Uraian
Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Dembul Padi Hibrida
2 unit 34.175.000,
- 34.175.000,
- 100 100
9. Pengawasan Peredaran Benih
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan Pengawasan Peredaran Benih untuk fisik dan keuangan sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Pengawasan Peredaran Benih
4 unit 45.876.000 45.865.000 99.98 100
Jumlah contoh benih yang diambil dalam rangka pengecekan mutu benih
terhadap kelompok benih yang berlabel sampai dengan Desember 2014
mencapai 365 contoh benih yang terdiri dari 153 contoh benih padi (
41,91 % ), 203 contoh benih jagung (55,61 %), 9 contoh benih kedelai
( 2,48 %), Apabila dilihat dari jumlah contoh benih yang diambil dari
setiap kabupaten berturut-turut adalah sebagai berikut Kulon Progo 116
contoh benih ( 31,78 %); Sleman 87 contoh benih (23,84 %), Bantul 81
contoh benih (22,19 %); Gunungkidul 75 contoh benih (20,55 %); dan
Kota Yogya 6 contoh benih (1,64 % ). Komoditas yang paling banyak
diceking adalah benih jagung. Hal ini karena komoditi jagung jumlah
varietas yang beredar paling banyak yaitu sampai 24 varietas dan juga
komoditi jagung lebih lama tersalurnya dibanding benih padi, sehingga
ketersediaan stok benih di tingkat pedagang selalu ada .
Sedangkan untuk benih kedelai relatif sedikit, hal ini memang karena di
tingkat pengedar /pedagang jarang sekali dijumpai benih kedelai berlabel,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
180
disamping karena produsen benih kedelai jumlahnya relatif sedikit.
Berdasarkan asal benih yang beredar, dapat dibedakan antara benih
yang berasal dari produsen dalam provinsi dan dari luar provinsi. Pada
tahun 2014 sebanyak 19 produsen benih yang diceking berasal dari
dalam provinsi (DIY) dan yang berasal dari luar provinsi ada sebanyak
40 produsen benih
Tabel 8.32. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Padi Tahun 2014
No. Varietas Kelas
Jumlah Contoh benih
Volume benih Yang Diceking (KG)
Total MS Total MS %
1 Ciherang BP 35 31 25.605 24.630
BR 12 5 137.810 25.310
2 Situ Bagendit BP 32 29 87.230 85.895
BR 2 2 9.555 9.555
3 Pepe BP 12 7 3.625 2.350
BR 0 0 0 0
4 IR 64 BP 24 21 8.605 7.710
BR 0 0 0 0
5 Mekonga BP 16 15 41.370 41.020
BR 0 0 0 0
6 Cilamaya BP 1 1 7.500 7.500
BR 0 0 0 0
7 Sintanur BP 3 3 670 670
BR 1 1 400 400
8 Inpari 13 BP 0 0 0 0
BR 0 0 0 0
9 Memberamo BP 4 4 485 485
BR 0 0 0 0
10 Inpari Sidenuk BP 4 4 4.005 4.005
BR 0 0 0 0
11 Ketongo BP 2 0 350 0
BR 0 0 0 0
12 Cigeulis BP 1 1 400 400
BR 0 0 0 0
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
181
13 Inpari 10 BP 0 0 0 0
BR 0 0 0 0
14 Mendel BP 1 0 200 0
BR 0 0 0 0
15 Logawa BP 0 0 0 0
16 Padi Hib./Hipa 2 BR 0 0 0 0
17 Cisadane BP 2 2 1.550 1.550
18 Ciboga BP 0 0 0 0
19 Gilirang BP 1 0 200 0
20 Padi Hib/Maro BR 0 0 0 0
JUMLAH PADI 153 126 329.560 211.480
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa varietas Ciherang paling dominan
diikuti varietas Situbagendit dan IR 64 masih mendominasi di peredaran
atau masyarakat khusunya petani. Jumlah tonase yang diuji 329,560 ton
yang memenuhi syarat 211,480 ton atau 60,83 % berarti diperedaran
masih ada benih yang tidak memenuhi standart mutu benih.
Tabel. 8.34. Realisasi pengecekan Mutu benih palawija UPTD BPSBP DI.Yogyakart tahun 2014
No. Varietas Kelas Jumlah Contoh benih
Volume benih Yang Diceking (KG)
Total MS Jumlah (kg)
lulus uji (kg)
1 Bisi 2 BR 52 43 2.920 2.612
2 Jaya 2 BR 3 3 37 37
3 Bisi 222 BR 22 12 1.686 706
4 RK 789 BR 0 0 0 0
5 Bisi 18 BR 2 2 117 117
6 Bisi 816 BR 10 7 362 162
7 Pertiwi 3 BR 15 14 395 375
8 Pertiwi 2 BR 2 2 210 210
9 P 21 BR 28 21 1.339 1.108
10 P 31 BR 3 2 115 105
11 P 27 BR 14 10 803 624
12 P 4 BR 0 0 0 0
13 P 11 BR 8 6 219 114
14 P30 BR 3 3 95 95
15 NK 33 BR 15 9 9.912 2.878
16 NK 22 BR 4 2 2.197 160
17 DK 6818 BR 1 1 3.493 3.493
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
182
18 NK 6326 BR 1 0 150 0
19 DK 7711 BR 2 0 35 0
20 SHS 11 BR 0 0 0 0
21 SHS 4 BR 3 3 2.510 1.550
22 DK 77 BR 1 0 30 0
23 Pasific 224 BR 0 0 0 0
24 Srikandi Putih BR 0 0 0 0
25 Bima 3 BR 2 1 100 40
26 DK 95 BR 0 0 0 0
27 Nusantara BR 1 0 20 0
28 Bisma BR 3 2 2.684 1.259
29 dk 86 BR 1 1 20 29
30 dk 85 BR 2 0 815 0
31 DK 888 BR 3 2 24 14
32 pac 313 BR 2 1 45 20
Jumlah 203 147 27.620 15.708
34 Kedele/Grobogan BP 9 2 38.174 30.500
10. Monitoring Ketersediaan dan Penyaluran Benih
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan monitoring penyaluran dan ketersediaan benih fisik
maupun keuangan sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Monitoring ketersediaan penyaluran benih
5 kab 21.530.000 21.530.00
0 100 100
Kegiatan fisik monitoring penyaluran dan ketersediaan benih untuk
tahun 2014 yang mencakup wilayah kegiatan kabupaten Bantul,
Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Kota seperti pada tabel
Tabel. 8.35. Monitoring Peredaran Benih Padi di DI. Yogyakarta tahun 2014
NO. VARIETAS KLAS BENIH
SISA STOK
TAHUN
Pengadaan 2014
Penyaluran 2014 (kg)
SISA STOK 2014
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
183
2013 (kg)
1 IR.64 BD 210 19.800 16.635 3.165
2 Ciherang BD 345 5.965 3.425 2.540
3 Pepe BD 3.250 11.650 5.470 6.180
4 Memberamo BD 0 1.000 1.000 0
5 Inpari 6 BD 0 0 0 0
6 Situ Bagendit BD 640 6.620 5.530 1.090
7 Inpari 10 BD 0 4.300 3730 570
8 Inpari 11 BD 0 0 0 0
9 Inpari 13 BD 0 15.000 5.000 10.000
10 Mekongga BD 0 3.290 2.170 1.120
11 Ciliwung BD 0 0 0 0
12 Cigeulis BD 0 0 0 0
13 Silugonggo BD 0 1.980 600 1.380
14 Logawa BD 0 0 0 0
15 IR.64 BP 10.260 32.2450 264.695 57.755
16 IR 74 BP 0 12300 2700 9600
17 Ciherang BP 31.575 441.000 340.505 100.495
19 Memberamo BP 200 16.480 7.400 9.080
20 Inpari 1 BP 0 0 0 0
21 Inpari 7 BP 7.000 7.000 7.000 0
22 Inpari 9 BP 0 0 0 0
23 Inpari 10 BP 0 4.750 100 4.650
24 Inpari 13 BP 0 675 255 420
25 Inpari 21 BP 45 45 45 0
26 Situ Bagendit BP 43.065 294.330 247.800 46.530
27 Mekongga BP 950 74.910 56.335 18.575
28 Inp.Sidenuk BP 1.350 1.350 13.50 0
29 Cigeulis BP 80 80 80 0
30 Silugonggo BP 0 0 0 0
31 Logawa BP 0 0 0 0
32 Cilamaya.M BP 0 0 0 0
33 SintaNur BP 1.225 14.875 5.525 9.350
34 Cibogo BP 500 500 500 0
35 Cisadane BP 0 250 250 0
36 IR.64 BR 3.080 47.580 41.250 6.330
37 Ciherang BR 26.185 644.545 623.395 21150
38 Pepe BR 0 9.270 0 9270
39 Memberamo BR 0 19.00 1.900 0
40 Inpari 1 BR 650 650 650 0
41 Inpari 3 BR 0 0 0 0
42 Inpari 7 BR 0 0 0 0
43 Inpari 8 BR 5 5 0 5
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
184
44 Inpari 6 BR 0 9.630 9.630 0
45 Inpari 9 BR 0 975 975 0
46 Inpari 10 BR 0 350 350 0
47 Inpari 13 BR 0 0 0 0
48 Situ Bagendit BR 1.175 219.840 197.440 22.400
49 Mekongga BR 4.860 97.405 79.365 18.040
50 Ciliwung BR 0 0 0 0
51 Cigeulis BR 0 0 0 0
52 Silugonggo BR 0 0 0 0
53 Logawa BR 0 0 0 0
54 Cimalaya Mucul BR 220 420 420 0
55 SintaNur BR 0 800 565 235
56 Cimelati BR 0 0 0 0
57 Ketan Lusi BR 0 850 720 130
58 Hibrida DG II BR 0 0 0 0
59 Hibrida Sembada BR 0 0 0 0
60 Cibogo BR 0 0 0 0
61 Ketonggo BR 0 7850 800 7.050
Jumlah 145,924 2,371.634 1.968,279 403,355
11. Inventarisasi dan Klasifikasi Pengedar Benih
Capaian Kinerja
Realisasi kegiatan Inventarisasi dan Klasifikasi Pengedar Benih keuangan 99,74 % dan Fisik 100 % perincian sbb;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Inventarisasi
dan klasifikasi
pengedar benih
1 paket 20.950.000,- 20.895.00
0,- 100 100
12. Pelayanan Sertifikasi dan Pelabelan Benih.
Capaian Kinerja
Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Sertifikasi Padi dan Palawija sbb
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Sertifikasi Padi dan Palawija
1.650 ha
153.270.000
152.993.000
99,82 126,7
3
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
185
Luas penangkaran benih tanaman pangan di DIY tahun 2014 yang
terdiri atas padi 1.871,85 ha dan palawija 349,060 ha (kedelai 222,110
ha, jagung 123,450 ha, kacang tanah 2,500 ha dan kacang hijau 1,000
ha). Total seluas 2.220,91 ha. Ini melebihi target luas penangkaran
sebesar 1.650 ha.
Luas penangaran benih padi sebesar 1.871,85 ha lulus lapangan
1.547,55 ha (82,67%) luas penangkaran ini melebihi target sebesar 1.150
ha. Jumlah calon benih yang diajukan uji laboratorium 2.783,458 ton, lulus
uji laboratorium 2.362,960 ton (84,89%). Ini berarti produktivitas gabah
nasional tahun 2013 sebesar 5,136 ton GKG/ha. Kondisi ini disebabkan
tidak semua calon benih hasil penangkaran diajukan uji laboratrium dalam
rangka pelabelan benih.
Sertifikasi Benih Tanaman Palawija
Penangkaran benih palawija yang terdiri atas kedelai, jagung, kacanng
tanah dan kacang hijau berjumlah 349,060 ha. Luasan tersebut lebih kecil
dari target sebesar 1.150 ha. Tidak tercapainya target disebabkan karena
sedikitnya penangkaran benih dari produsen benih BUMN. Khusus untuk
kedelai, calon benih yang diajukan uji laboratorium sebesar 63,098 ton,
lulus uji 50,048 ton (79,32%). Produktivitas benih kedelai 0,225 ton benih
kedelai/ha. Ini sangat rendah dibandinngkan dengan produktivitas kedelai
nasional sebesar 1,482 ton wose kering/ha. Kondisi ini disebaban banyak
penangkaran benih yang tidak diajukan uji laboratorium dalam rangka
pelabelan benih.
Tabel 8.36. Luas Penangkaran Benih Padi di DIY Tahun 2014 (Ha) Berdasarkan Kabupaten/Kota
No. Kabupaten/K
Kota Luas (ha) /Kelas Benih
Jumlah % BD BP BR
1. Bantul 10,45 446,95 71,30 528,70 28,25 2. Sleman 7,05 289,40 120,50 416,95 22,28 3. Kulonprogo 7,60 364,90 490,00 862,50 46,09 4. Gunungkidul 0,00 52,75 0,00 52,75 2,82 5. Yogyakarta 0,00 10,45 0,00 10,45 0,56
Jumlah 25,10 1.164,95 681,80
1.871,85 100 % 1,34 62,25 36,41
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
186
Tabel 8.37. Luas Penangkaran Benih Padi di DIY Tahun 2014 (Ha) BerdasarkanVarietas
No. Varietas Luas Penangkaran (Ha) % 1. Ciherang 1.218,500 65,11 2. IR 64 258,450 13,81 3. Situ Bagendit 202,050 10,79 4. Pepe 44,850 2,40 5. Mekongga 32,200 1,72 6. Inpari 10 L 19,750 1,05
7. Inpari 21 Sidenuk
15,000 0,80
8. Sintanur 13,400 0,70
9. Inpari 23 Bantul
12,100 0,65
10. Inpari 19 11,550 0,61 11. Lain-lain 43,500 2,36
Jumlah 1.871,850 100,00 Tabel 8.38. Luas Penangkaran Benih Palawija di DIY Tahun 2014 (Ha)Tahun 2014
No. Varietas Luas Penangkaran (Ha) % 1. Kedelai 222,110 63,63 2. Jagung 123,450 35,33 3. Kacang Tanah 2,500 0,72 4. Kacang Hijau 1,000 0,32 Jumlah 349,060 100,00
Tabel 8.38. Luas Penangkaran Benih Kedelai di DIY Tahun 2014 (Ha) Berdasarkan Kabupaten/Kota
No. Kabupaten/Kota Kelas Benih
Jumlah % BD BP BR
1. Bantul 0,06 31,00 0,00 31,06 13,98 2. Sleman 0,00 5,00 0,00 5,00 2,25 3. Kulonprogo 0,00 25,00 110,00 135,00 60,78 4. Gunungkidul 14,50 32,55 4,00 51,05 22,99 5. Yogyakarta 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 14,56 92,55 114,00
222,11 100,00 % 6,55 42,19 51,26
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
187
Tabel 8.39. Luas Penangkaran Benih Kedelai di DIY Tahun 2014 (Ha) Berdasarkan Varietas Tahun 2014
No. Varietas Luas Penangkaran
(Ha) %
1. Grobogan 122,50 55,15 2. Anjasmara 35,00 15,76 3. Baluran 23,00 10,35 4. Mallika 15,06 6,78 5. Kaba 9,00 4,05 6. Argomulyo 7,05 3,17 7. Burangrang 5,50 2,48 8. Wilis 4,50 2,03 9. Dering I 0,50 0,23 Jumlah 222,11 100,00
Tabel 8.40. Produksi Benih Jagung di DIY Tahun 2014 (Ton)
No. Kelas Benih Produksi Benih (ton) % 1. BD 4,400 15,24 2. BP 4,710 16,31 3. BR 19,764 68,45 Jumlah 28,874 100,00
Tabel 8.41. Produksi Benih Kacang Tanah di DIY Tahun 2014 (Ton)
No. Kelas Benih Produksi Benih (ton) % 1. BD 1,300 34,67 2. BP 2,150 57,33 3. BR 0,300 8,00 Jumlah 3,750 100,00
Tabel 8.42. Produksi Benih Padi di DIY Tahun 2014 (ton) Berdasarkan Kabupaten/Kota
No.
Kabupaten/Kota
Produksi (ton)/ Kelas Benih Jumlah %
BD BP BR
1. Bantul 27,543 848,2958 240,674 1.116,51
28 47,25
2. Sleman 19,665 476,3548 39,980 535,9908 22,68 3. Kulonprogo 18,650 351,3764 254,990 625,0164 26,45 4. Gunungkidul 0,000 51,6400 0,000 51,6400 2,18 5. Yogyakarta 0,600 33,2000 0,000 33,800 1,44
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
188
Jumlah 66,458
1.760,8580
535,644 2.362,9600
100 % 2,81 74,52 22,67
Tabel 8.43. Produksi Benih Padi di DIY Tahun 2014 (ton)
BerdasarkanProdusen
No. Produsen Kelas Benih
Jumlah % BD BP BR
I. Pemerintah
1. BBP Barongan 6,345 145,840 13,08
0 165,265 6,99
2. BPTP DIY 10,420 7,780 0,000 18,200 0,77 3. BPPTPH Wijilan 13,395 68,290 0,000 81,685 3,46
4. BPPTPH Gading
3,400 0,000 0,000 3,400 0,14
5. BPPTPH Gesikan
0,000 15,300 0,000 15,300 0,65
6. BBTPH G.kidul 0,000 9,140 0,000 9,140 0,39
7. BPPTPH Berbah
0,000 18,200 0,000 18,200 0,77
Jumlah 33,560 264,550 13,08
0 311,190 13,77
II. BUMN
1. PT. SHS 0,000 0,000 344,45
0 344,45
0 14,58
2. PT. Pertani 0,000 192,530 39,304 231,83
4 9,81
Jumlah 0,000 192,530 383,75
4 576,28
4 24,39
III. SWASTA
1. Usaha Tani Group
3,960 282,550 31,850 318,360 13,4
7
2. Tani Rejo Seed 10,29
0 145,177 0,000 155,467 6,58
3. Utomo Tani 4,600 119,575 5,000 129,175 5,47
4. Bina Usaha Seed
6,873 109,180 0,400 116,453 4,93
5. Tani Agung 0,000 88,500 0,000 88,500 3,74 6. Ngudi Mulyo 2,275 69,510 0,000 71,785 3,04 7. Gemah Ripah 1,850 60,290 89,000 151,140 6,40 8. Ngudi Makmur 1,600 59,900 0,000 61,500 2,60 9. Warga Rukun 0,000 52,900 0,000 52,900 2,24
10. Alam Raya 0,000 34,325 2,000 36,325 1,53
11. Lain-lain 1,450 281,871 10,560 293,881 12,4
4
Jumlah 32,89
8 1.303,77
8 138,81
0 1.475,48
6 62,4
4
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
189
Jumlah Total 66,45
8 1.760,85
8 535,64
4 2.362,96
0 100
Tabel 8.44. Produksi Benih Padi di DIY Tahun 2014 Berdasarkan Varietas (ton)
No. Varietas Produksi Benih (ton) % 1. Ciherang 716,631 30,33 2. IR 64 496,920 21,02 3. Situ Bagendit 421,660 17,84 4. Mekongga 78,202 3,31 5. Pepe 56,045 2,37 6. Membramo 55,350 2,34 7. Sintanur 52,750 2,23 8. Inpari 10 L 23,305 0,99 9. Segreng Handayani 20,150 0,85
10. Inpari 23 Bantul 19,505 0,82 11. Lain-lain 422,442 17,89
Jumlah 2.362,960 100,00
Tabel 8.45 Produksi Benih Padi di DIY Berdasarkan Waktu/Bulan Tahun 2014
No. Bulan Produksi Benih (ton) % 1. Januari 113,565 4,81 2. Februari 176,430 7,45 3. Maret 92,610 3,92 4. April 317,465 13,43 5. Mei 244,568 10,35 6. Juni 234,880 9,94 7. Juli 178,980 7,57 8. Agustus 216,980 9,18 9. September 272,546 11,53
10. Oktober 238,596 10,10 11. November 160,180 6,78 12. Desember 116,160 4,94
Jumlah 2.362,90 100,00
Produksi MT.MK : 1.465,419 ton (62,03%) MT.MH : 897,541 ton (37,97%) Tabel 8.46. Produksi Benih Kedelai di DIY Tahun 2014 (ton)
Berdasarkan Kabupaten/Kota
No. Kabupaten/Kota Kelas Benih
Jumlah % BD BP BR
1. Bantul 0,000 13,875 0,000 13,875 27,72 2. Sleman 0,080 0,990 0,300 1,370 2,60 3. Kulonprogo 0,000 7,040 2,540 9,580 19,14
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
190
4. Gunungkidul 10,760 13,713 0,750 25,223 50,54 5. Yogyakarta 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00
Jumlah 10,840 35,628 3,59
50,048 100 % 21,66 71,17 7,17
Tabel 8.47. Produksi Benih Kedelai di DIY Tahun 2014 Berdasarkan Varietas (ton)
No. Varietas Produksi Benih (ton) % 1. Mallika 12,380 24,740 2. Baluran 11,250 22,480 3. Anjasmara 7,065 14,120 4. Grobogan 6,540 13,070 5. Kaba 5,088 10,170 6. Argomulyo 3,988 7,970 7. Wilis 2,162 4,320 8. Burangrang 1,275 2,550 9. Gema 0,300 0,580 Jumlah 50,048 100,00
Tabel 8.48. Produksi Benih Kedelai BerdasarkanProdusen di DIY
Tahun 2014 (ton)
No. Produsen Kelas Benih
Jumlah % BD BP BR
I. Pemerintah
1. BPPTPH Gading
2,760 15,285 0,300 18,345 36,65
2. BPTP DIY 8,000 6,513 0,000 14,513 29,00 Jumlah 10,760 21,798 0,300 32,858 65,65
II. BUMN
1. PT. SHS 0,000 0,000 0,000 0,000 00,00 2. PT. Pertani 0,000 0,000 0,000 0,000 00,00 Jumlah 0,000 0,000 0,000 0,000 00,00
III. SWASTA 1. Black Bean 0,080 6,700 0,000 6,780 13,55 2. Mekar Mas 0,000 5,600 0,000 5,600 11,19 3. Ngudi Rukun 0,000 0,000 2,240 2,240 4,48 4. Rejo Mulyo 0,000 1,000 0,000 1,000 2,00 5. Sri Makmur 0,000 0,000 0,750 0,750 1,50 6. Ngudi Mulyo 0,000 0,520 0,000 0,520 1,04 7. Ngudi Makmur 0,000 0,000 0,300 0,300 0,59 Jumlah 0,080 13,820 3,290 17,190
Jumlah Total 10,840 35,618 3,590 50,048
Tabel 8.49. Produksi Benih Kedelai di DIY Berdasarkan Waktu/Bulan Tahun 2014
No. Bulan Produksi Benih (ton) %
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
191
1. Januari 0,300 0,60 2. Februari 0,000 0,00 3. Maret 0,000 0,00 4. April 0,000 0,00 5. Mei 2,710 5,41 6. Juni 10,650 21,28 7. Juli 5,400 10,790 8. Agustus 5,013 10,016 9. September 1,300 2,600
10. Oktober 17,910 35,78 11. November 0,000 0,00 12. Desember 6,765 13,524
Jumlah 50,048 100,00
Produksi MT.MK : 25,073 ton (50,10 %) MT.MH : 24,975 ton (49,90 %)
13. Analisa Benih Khusus
Capaian Kinerja
Realisasi Kegiatan Analisa Benih Khusus tahun 2014 sbb
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Analisa
Benih
Khusus
1 paket
2.140.000,- 2.140.000,
- 100 100
Selama tahun anggaran 2014 mulai Januari s/d Desember
2014 jenis analisa khusus yang dilaksanakan hanya satu jenis
yaitu penetapan berat 1.000 butir. Sedangkan pengujian
heterogenitas hanya dilakukan ketika melakukan pengembangan
metode pengujian, validasi metode dan melaksanakan uji
profisiensi antar analis di UPTD BPSBP DIY.
Jenis komoditi yang diajukan pengujian / penetapan berat 1.000
butir adalah i sebanyak 162 galur yang terdiri dari :
- Padi 75 galur
- Jagung 27 galur dan
- Kedelai 60 galur.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
192
14. Analisa Standart
Capaian Kinerja
Realisasi fisik dan keuangan kegiatan analisa standart mutu benih sbb
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Analisa Standar Mutu Benih
1 paket 19.650.000 18.707.100 95.20 126,7
3
Tabel.8.50 .Jumlah Contoh Benih Yang Diuji di Laboratorium Dalam Tahun 2014 No. Tujuan Jumlah CB Jumlah
Analisa I. Sertifikasi
1.Padi 611 1971
2.Jagung hibrida 13 63
3.Jagung komposit 7
4.Kedelai 34 98
5.Kacang tanah 4 13
6.Kacang hijau 1 3
Jumlah Sertifikasi 670 2148
II. Pelabelan Ulang
1.Padi 62 186
2.Jagung hibrida 19 78
3.Jagung komposit 7
4.Kedelai 14 42
Jumlah Pelabelan Ulang 102 306
III. Pengecekan Benih Berlabel
1.Padi 153 459
2.Jagung hibrida 201 609
3.Jagung komposit 2
4.Kedelai 9 27 Jumlah Pengecekan Benih
Berlabel
365 1.095
IV Pengecekan Benih Tanpa Label
1.Kedelai 8 24
2.Kacang tanah 4 12
3.Kacang hijau 2 6 Jumlah Pengecekan Benih Tanpa 14 42
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
193
label
No. Tujuan Jumlah CB Jumlah Analisa
V. Servis Umum
1.Padi 81 88 2.Jagung 27 27 3. Kedelai 60 60 4. Kacang tanah 36 36
Jumlah Servis Umum 204 211
JUMLAH TOTAL 1.355 3.802
Tabel 8.51 . Jenis dan Jumlah setiap Analisa/pengujian Yang
Dilaksanakan di laboratorium Dalam Tahun 2014 No. Tujuan KA KM DB CVL Jumlah
Analisa I. Sertifikasi
1.Padi 580 581 593 217 1971
2.Jagung 20 20 20 3 63
3. Kedelai 32 31 34 1 98
4. Kacang hijau 1 1 1 - 3
5.Kacang tanah 4 4 4 1 13
Jumlah Sertifikasi 637 637 652 222 2148
II. Pelabelan Ulang
1.Padi 62 62 62 - 186
2.Jagung 26 26 26 - 78
3. Kedelai 14 14 14 - 42
Jumlah Pelabelan
Ulang
102 102 102 - 306
III. Pengecekan Benih Berlabel
1.Padi 153 153 153 - 459
2.Jagung hibrida 203 203 203 - 609
3. Kedelai 9 9 9 - 27
Jumlah Pengecekan Benih Berlabel
365 365 365 - 1.095
IV Pengecekan Benih Tanpa Label
1.Kedelai 8 8 8 - 24
2.Kacang tanah 4 4 4 - 12
3.Kacang hijau 2 2 2 - 6
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
194
Jumlah Pengecekan Benih Tanpa Label
14 14 14 - 42
V. Servis Umum
1.Padi 79 6 3 - 88
2.Jagung 27 - - - 27
3. Kedelai 60 - - - 60
4. Kacang tanah 36 - - - 36
Jumlah Servis
Umum
202 6 3 211
JUMLAH TOTAL 1320 1123 1137 222 3.802
15. Uji Profesi / Uji Banding antar Analis
Capaian Kinerja Realisasi Keuangan dan Fisik kegiatan Uji Profesiensi/ Uji banding analis sbb;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Uji Profesiensi 1 pkt 7.980.000 7.930.000 99.37 100
Pelaksanaan uji banding tahun 2014 tertera pada Tabel 26. Tabel 8.52. Agenda Kerja Uji Banding Analis BPSBP DIY Tahun 2014
№ Jenis Kegiatan Waktu/ Bulan Pelaksana
1. Menyusun rencana kerja Mgg II Februari
Ir. Puji Y
2. Menyiapkan bahan uji Mgg. I Maret Ir.Puji Y + PBT Gunungkidul
3. Uji homogenitas Mgg. I-II Maret Ir. Puji Y
4. Uji banding Mgg. II-III Maret
1.Ismarmiyati,2.Nurhidayah SP, 3.Bernadin STP, 4.Sarjini, 5.Ina G SP
5. Pengumpulan dan pengolahan data
Mgg. III-IV Maret
Ir. Puji Y
6. Pengkajian dan penyu-sunan hasil akhir
Mgg II-III April Ir. Puji Y
Uji banding antar analis melibatkan 5 (lima) orang analis dari Labo-
ratorium BPSBPDIY, dengan nilai acuan /kontrol pembanding adalah 1
(satu) analis senior (penyelia) BPSBP DIY.Sebelum dilakukan uji banding,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
195
dilakukan uji homogenitas bahan uji yang akan dibagikan kepada peserta
uji banding
Tabel 8.53 Evaluasi Penetapan Kadar Air Benih Padi Dibandingkan Nilai Acuan Berdasarkan Analisis Dunnet
PERLAKUAN
RERATA
SELISIH DGN
KONTROL
DIBANDINGKAN PADA
DLSD 5 %
(0,185)
EVALUASI
DLSD 1 %
(0,287)
EVALUASI
Kontrol = A 12,33
B 12,24 0,10 < tn < tn
C 12,34 0,01 < tn < tn
D 12,38 0,05 < tn < tn
E 12,35 0,06 < tn < tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf (α = 5%) dan taraf (α = 1 %)
Tabel 8.54. Evaluasi Uji Kemurnian Benih Padi Dibandingkan Nilai
Acuan Berdasarkan Tabel 3C ISTA Rules 2011
No. Kode
Kemurnian Rata-rata
NPM Tabel 3E
Hasil evaluasi
NA -peser
ta
Kesimpulan pesert
a NA
1 B 99.38
99,39 99,38 1.0 ≥ 0.10 Toleran
2 C 99.25
99,39 99,32 1.0 ≥ 0.14 Toleran
3 D 98.80
99,39 99,45 1.0 ≥ -0,1 Toleran
4 E 99.23
99,39 99.31 1.0 ≥ 0.59 Toleran
Tabel 8.55. Evaluasi Hasil Pengujian Daya Berkecambah Benih Padi
Dibandingkan Nilai Acuan Berdasarkan Tabel Toleransi pada ISTA Rules 5 C Bagian 1.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
196
No.
Kode Benih Normal ( % ) NPM
Tabel 5 C
Data max-min
Evaluasi pengujian
Peserta NA r
1. B 91 91 91 4 0 Toleran
2. C 90 91 91 4 1 Toleran
3. D 91 91 91 4 0 Toleran
4. E 92 91 92 4 1 Toleran
Keterangan :
NA : Nilai Acuan r : Persentase rerata antar pengujian daya berkecambah NPM : Nilai Perbedaan Maksimum antar pengujian yang dapat
Diterima berdasarkan Tabel Toleransi ISTA 5 C bagian 1
16. Standarisasi Laboratorium
Capaian Kinerja Realisasi kegiatan Standarisasi laboratorium terealisasi keuangan 97,77 % dan realisasi fisik 100 % dengan perincian sbb;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Standarisasi
Laboratorium 1 pkt
54.824.000,-
53.603.400,- 97,77 100
17. Pengembangan Analisa Metode Benih
Capaian Kinerja
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Pengembangan Analisa Metode Mutu benih
1 pkt 8.147.000 8.147.000 100 100
18. Rapat Koordinasi Perbenihan
Capaian Kinerja
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Rapat Koordinasi Perbenihan
1 pkt 15.999.000 15.725.900 98,29 100
19. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Perbenihan Tanaman Pangan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
197
Capaian Kinerja
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Pembinaan monitoring dan evaluasi perbenihan tanaman pangan
1 pkt 21.550.000 21.550.000 100 100
20. Pembinaan Produsen dan Pedagang Benih
Capaian Kinerja
Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Pembinaan Produsen/Pengedar benih 100 % sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp ) % Keu angan
% Fisik
Pembinaan Produsen/ Pengedar Benih
1 pkt 20.600.000 20.600.000 100 100
21. Sarana Prasarana Peralatan Laboratorium BPSBTPH
Capaian Kinerja
Realisasi pelaksanaan kegiatan Sarana Prasarana Peralatan
Laboratorium UPTD BPSBP DI. Yogyakarta fisik dan keuangan 100 %
perincian sebagai berikut;
Uraian Vol. DIPA ( Rp ) Realisasi
( Rp )
% Keu
angan
% Fisik
Sarana Prasarana Peralatan Laboratorium BPSBP DIY
23 unit
20.000.000 20.000.0
00 100 100
Tabel 8.56. Daftar Pemilik setifikat kompetensi produsen Benih Hortikultura DIY tahun 2014 (diurutkan sesuai no sertifikat kompetensinya)
No Nama Produsen Alamat
1 UPTD BPPTPH Prov. DIY Jl. Kaliurang Km 23 Yogyakarta
2 UD. Argo Nusantara Prima Randubelang RT 04/97, Bangunharjo, Sewon, Bantul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
198
3 PT. Jogja Horti Lestari Jl. Kaliurang Km 11, Pedak, Sinduharjo, Ngaglik
4 CV. Panca Tani Raya Anugraha Regency, No 53 Krajan, Mancasan, Sleman
5 Sido Tani Kepil, Putat, Patuk, Gunungkidul
6 Kel. Tani Malangan Malangan, DK 13, Srigading, Sanden, Bantul
7 Kel. Tani Sri Makmur Sogesanden, Srigading, Sanden, Bantul
8 Kel. Tani Ngudi Makmur Samiran, Parangtritis, Kretek, Bantul
9 CV. Nusantara Genetika Agro
Jl. Kaliurang Km 11, Pedak, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman
10 UD. Kuping Gajah Randu, Hargobinangun, Pakem, Sleman
11 KT. Sido Dadi Jelok, Watugajah, Gedangsari, Gunungkidul
12 CV. Bina Karya Lestari Kepil, RT 28/06 Bandung, Playen, Gunungkidul
13 CV. Anugrah Alam lestari Siyono Tengah, Logandeng, Playen, Gunungkidul
14 UPTD Perbibitan TPH Kulonprogo
Sanggrahan, Banjarharjo, Kalibawang, kulonprogo
15 Arno Tani Bening, Merdikorejo, Tempel, Sleman
16 PT. Royal Agro Persada Jl. Persada 4, Purwomartani, Kalasan, Sleman
17 Artha Sifantara Tapanrejo, Maguwoharjo, Depok, Sleman
18 KT. Sari Madu Balerante, Wonokerto, Turi, Sleman
19 Tri Kustanto Balerante, Wonokerto, Turi, Sleman
20 CV. Volva Indonesia Niron, Pendowoharjo, Sleman, Sleman
21 KBH Dongkelan Malangan, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta
22 Kebun Plasma Nutfah Malangan, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta
23 UPTD BPPTPH Unit Wonocatur
Wonocatur, Banguntapan, Yogyakarta
24 UPTD BPPTPH Unit Tambak
Tambak, Triharjo, Watue, Kulonprogo
25 Taruna Tani Tunas Jaya Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman
26 PT. Raja Pilar Agrotama Jl. Arjuna 15, Kalanganbaru, Baturetno, Banguntapan, Bantul
27 PT. Takii Indonesia Jl. Kaliurang Km18, Padasan, Duwetsari, Pakembinangun, Pakem, Sleman
28 Sabilla Farm Jl. Kaliurang Km 18, Padasan RT 029, Duwetsari, Pakembinangun, Pakem, Sleman
29 Putra Tani Maredan, Sendangtirto, Berbah, Sleman
30 Tunas Tani Harapan Sokamartani,Merdikorejo,Tempel,Sleman
31 Kelompok Tani Tirto Asih Bungkus,Parangtritis,Kretek,Bantul
32 Kelompok Tani Ngudi Mulyo Sono,Parangtritis,Kretek,Bantul
33 KEL. TANI DEWI SRI Gegunung,Tirtohargo,Kretek,Bantul
34 M. Zuhri Warungboto UH 4991
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
199
A/RT.34/08,Umbulharjo,Yogyakarta
35 CV. Tunas Java mandiri Cubung RT.01,Gadingharjo,Sanden,Bantul
36 CV.Tiga Berlian Agrindo Jl. Magelang Km.8,Sendangadi,Mlati,Sleman,YK
Tabel 8.57. Daftar Pemilik setifikat kompetensi Pengedar Benih Hortikultura DIY
tahun 2014(diurutkan sesuai no sertifikat kompetensinya)
No Nama Pengedar Alamat
1 M SEED Jl. Kaliurang Km 19, Purwodadi, Pakembinangun, Pakem, Sleman
2 CV. Karya Handayani Kepil, Bandung, Playen, Gunungkidul
3 CV. Esa Yogyakarta Kepil, Bandung, Playen, Gunungkidul
4 CV. Buana Semesta Raya Logandeng, Logandeng, Playen, Gunungkidul
5 CV. Gunung Sewu Hijau Lestari
Pandansari, Wonosari, Gunungkidul
6 CV. Bahana Persada Raya Banaran, Banaran, Playen, Gunungkidul
7 CV. Putra Jaya Ngepung, Bunder, Patuk, Gunungkidul
8 UD. Permata Hijau Panggungan, Triharjo, Gamping, Sleman
9 UD. Wahyu Tani Klayar, Sendangtirto, Berbah, Sleman
10 UD. Trisna Tani Jaya Munggur, Sanggrahan, Depok, Sleman
11 CV. Awana Jl. Kabupaten No 78, Mayangan, Trihanggo, Gamping, Sleman
12 Fella Tani Watuadeg, RT 002 Desa Guwosari, Pajangan, Bantul
13 CV.Berkah Agrotama Jl. Gesikan Km.1,Jodog,Gilangharjo,Pandak,Bantul
14 Trubus Sari Alam Bendungan,Wates,Kulon Progo
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
200
C. UPTD BALAI PENGEMBANGAN BIBIT, PAKAN TERNAK DAN
DIAGNOSTIK KEHEWANAN
UPTD Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak Dan Diagnostik
Kehewanan (BPBPTDK) dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 38 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan
Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pertanian DIY yang
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah dari 5 UPTD yang ada
pada Dinas Pertanian DIY.
UPTD BPBPTDK mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
Pertanian DIY dibidang pengembangan bibit, pakan ternak dan diagnostik
kehewanan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, UPTD BPBPTDK
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja Balai;
2. Pengembangan semen baku;
3. Pengembangan pakan ternak;
4. Pengembangan ternak bibit;
5. Pelaksanaan diagnosa dan surveilans;
6. Pengendalian mutu produk asal hewan;
7. Penyelenggaraan ketatausahaan;
8. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan Program
Balai;
9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Struktur organisasi UPTD BPBPTDK :
Struktur organisasi UPTD BPBPTDK berdasarkan Peraturan
Gubenur nomor 38 tahun 2008 adalah terdiri dari :
a. Kepala Balai.
b. Subbagian Tata Usaha.
c. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit dan Pakan Ternak.
d. Seksi Diagnostik Kehewanan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
201
A. Tugas dan Fungsi
1) Tugas Subbagian Tata Usaha, melaksanakan kearsipan, keuangan,
kepegawaian, pengelolaan barang, kerumahtanggaan, kehumasan,
kepustakaan, serta penyusunan program dan laporan kinerja.
Fungsi Subbagian Tata Usaha :
a. Penyusunan program kerja Subbagian Tata Usaha
b. Penyusunan program kerja Balai
c. Pengelolaan Kearsipan
d. Pengelolaan Keuangan
e. Pengelolaan Kepegawaian
f. Pelaksanaan Kegiatan Kerumahtanggaan
g. Pelaksanaan Kehumasan
h. Pengelolaan Barang
i. Pengelolaan Kepustakaan
j. Pengelolaan Data, Pelayanan Informasi dan Pengembangan Sistem
Informasi
k. Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai
l. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
Subbagian Tata Usaha; dan
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2) Tugas Seksi Pengembangan Semen Beku, Ternak Bibit dan Pakan
Ternak, melaksanakan pengembangan semen, ternak bibit dan pakan
ternak.
Fungsi Seksi Pengembangan Semen Beku, Ternak Bibit dan Pakan
Ternak:
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
202
a. Penyusunan Program kerja Seksi Semen Beku, Ternak Bibit dan
Pakan Ternak
b. Pengelolaan sarana prasarana laboratorium semen beku, produksi
ternak bibit dan pakan ternak
c. Perawatan dan pemeliharaan ternak penghasil bibit
d. Pelaksanaan koleksi, prosesing, pemeriksaan / uji dan penyimpanan
semen
e. Pelaksanaan produksi dan distribusi semen beku dan ternak bibit
f. Penyusunan dan penyebaran informasi semen baku, ternak bibit dan
pakan ternak
g. Pengawasan bibit ternak
h. Pengelolaan lahan hijauan makanan ternak
i. Pelaksanaan pembibitan, pengembangan dan penyebaran bibit
hijauan pakan ternak
j. Pengawasan, uji dan analisa mutu pakan
k. Pelaksanaan kerjasama teknis terkit teknologi dan pengembangan
semen beku, embrio transfer, ternak bibit dan pakan ternak
l. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Seksi Bibit dan Pakan Ternak
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3) Tugas Seksi Diagnostik Kehewanan, melaksanakan diagnosa dan
surveilans serta pengendalian mutu produk asal hewan
Fungsi Seksi Diagnostik Kehewanan :
a. Penyusunan program kerja Seksi Diagnostik kehewanan
b. Pengelolaan sarana dan prasarana Laboratorium
c. Pelaksanaan surveilans dan monitoring cemaran mikroba dan residu
asal hewan
d. Pemeriksaan sampel produk asal hewan rujukan dari laboraturium
Kabupaten / Kota
e. Pengujian bahan pangan asal hewan untuk tujuan ekspor
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
203
f. Penyusunan dan penyebaran informasi laboraturium kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner
g. Pemeriksaan dan analisa hasil uji cemaran mikroba dan residu produk
pangan asal hewan
h. Pemeriksaan uji fisik kimia pada produk asal hewan daging, telur, susu
i. Pemberian saran teknis penaggulangan pencemaran mikroba dan
residu produk asal hewan
j. Pendokumentasian data hasil pemeriksaan dan pengujian produk asal
hewan
k. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan endemis dan pengawasan
keseharan hewan yang keluar masuk provinsi
l. Pengujian ternak untuk tujuan ke luar daerah dan/atau ekspor
m. Pengamatan dan penyidikan penyakit hewan
n. Pelaksanaan diagnosa penyakit dan pemeriksaan kesehatan hewan
o. Pelaksanaan uji dan analisa penyakit hewan
p. Pemeriksaan spesimen rujukan Laboratorium Kabupaten/Kota
q. Pemberian saran teknis penanggulangan dan penolakan penyakit
hewan
r. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Seksi Diagnostik Kehewanan; dan
s. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Kegiatan UPTD BPBPTDK Dinas Pertanian DIY dapat dibagi menjadi
kegiatan fisik dan keuangan dari 2 sumber dana yaitu APBN dan APBD T.A.
2015.
A. APBD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 302.217.315,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 299.923.631,- atau (99,24%), ada sisa mati Rp. 2.293.684,-
Realisasi kegiatan fisik mencapai 100%.
1) Penyediaan Jasa Surat Menyurat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
204
a. Terlaksananya pengadaan Materai dibawah satu juta (materai
3.000) sebanyak 25 buah.
b. Terlaksananya pengadaan Materai diatas satu juta (materai 6.000)
sebanyak 20 buah.
c. Terlaksananya Pengadaan Surat Keluar sebanyak 600 surat
d. Terlaksananya Pengadaan Surat Masuk sebanyak 700 surat
e. Terlaksananya Pengadaan Pengiriman Dokumen Sebanyak 300
surat.
f. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 195.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 195.000,- atau (100%), tidak ada sisa mati. Realisasi
fisik mencapai 100%.
2) Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber Daya Air dan Listrik
a. Terlaksananya Pembayaran Telepon 3 unit : 12 bulan.
b. Terlaksananya Pembayaran Listrik 2 unit : 12 bulan.
c. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 91.311.265,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 90.591.231,- atau (99,21%), ada sisa mati Rp.
720.034,- Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya
deviasi atau sisa mati tersebut karena sesuai dengan penggunaan
masing – masing jasa serta untuk anggaran jasa internet sudah
dibebankan di pemerintah daerah DIY.
3) Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas
Operasional
a. Terbayarnya biaya KIR kendaraan roda 6 sebanyak 2 kali.
b. Terbayarnya biaya KIR kendaraan roda 4 sebanyak 2 kali.
c. Terbayarnya biaya STNK kendaraan roda 2 sebanyak 10 unit.
d. Terbayarnya biaya STNK kendaraan roda 3 sebanyak 1 unit.
e. Terbayarnya biaya STNK kendaraan roda 4 sebanyak 3 unit.
f. Terbayarnya biaya STNK kendaraan roda 6 sebanyak 1 unit.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 3.019.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 2.161.700,- atau (71,60%), ada sisa mati Rp. 857.300,-
Realisasi fisik mencapai 100%.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
205
4) Penyediaan Jasa Administrasi Perkantoran/ Keuangan
a. Terbayarnya Honorarium PPK 1 orang
b. Terbayarnya Honorarium Petugas Verifikasi SPJ 1 orang
c. Terbayarnya Honorarium Bendahara Pengeluaran Pembantu 1
orang
d. Terbayarnya Honorarium Bendahara Penerimaan Pembantu 1
orang
e. Terbayarnya Honorarium Pembuat Dokumen Pengeluaran 1
orang
f. Terbayarnya Honorarium Penyiap Gaji 1 orang
g. Terbayarnya Honorarium Penyimpan Barang 1 orang.
h. Terbayarnya Honorarium Pengurus Barang 1 orang
i. Terbayarnya Honorarium Petugas Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan 1 orang
j. Terbayarnya Honorarium Pencatat Pembukuan Pengeluaran 1
orang
k. Terbayarnya Honorarium Pengadministrasi Kepegawaian 1
orang.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 25.864.100,- realisasi keuangan
sebesar Rp 25.863.850,- atau (100%), tidak ada sisa mati hanya Rp.
250. Realisasi fisik mencapai 100%.
5) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
a. Terlaksananya pemeliharaan lantai keramik seluas 20.940 m²
b Terlaksananya pemeliharaan kebersihan kaca seluas 9.600 m²
c. Terlaksana pemeliharaan kebersihan halaman seluas 9.750 m²
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 70.830.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 70.830.000,- atau (100%), sehingga tidak ada sisa mati.
Realisasi fisik mencapai 100%.
6) Penyediaan Alat Tulis Kantor
Terlaksananya Pengadaan Alat Tulis Kantor sebanyak 35 jenis.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
206
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 7.500.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp 7.500.000,- atau (100%), sehingga tidak ada sisa mati,-.
Realisasi fisik mencapai 100%.
7) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
a. Terlaksananya Barang Cetakan sebanyak 18 Jenis.
b. Terlaksananya Penggandaan sebanyak 13.500 lembar.
c. Terlaksananya Penjilidan sebanyak 20 buah.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 9.562.500,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 9.562.500,- atau (100,00%), sehingga tidak ada sisa
mati,- . Realisasi fisik mencapai 100%.
8) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Kantor
Terlaksananya Pengadaan Alat Listrik/Penerangan kantor 13 alat
listrik. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 3.541.500,- realisasi keuangan
sebesar Rp 3.541.500,- atau (100%), sehingga tidak ada sisa mati.
9) Penyediaan Peralatan Rumah Tangga
a. Terlaksananya Pembelian Peralatan Kebersihan 8 buah
b. Terlaksananya Pengisian Tabung Pemadam Kebakaran 7 buah.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 3.333.600,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 3.333.600,- atau (100%), sehingga tidak ada sisa mati.
Realisasi fisik mencapai 100%.
10) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan
a. Terlaksananya Pembayaran Biaya Langganan Surat Kabar Harian
Kedaulatan Rakyat sebanyak 36 bulan
b. Terlaksananya Pembayaran Biaya Langganan Surat Kabar
Kompas 12 bulan
c. Terlaksananya Pembayaran Biaya Langganan Buletin Sinar Tani
36 kali.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
207
d. Terlaksananya Permbayaran Biaya Langganan Majalah Trubus 12
eksemplar
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 4.200.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 4.200.000,- atau (100,00%), sehingga tidak ada sisa
mati,-. Realisasi fisik mencapai 100%.
11) Penyediaan Makanan dan Minuman
Terlaksananya Pengadaan Makanan dan Minuman pada rapat –
rapat dinas selama 490 OS. Anggaran kegiatan sebesar Rp.
5.880.000,- realisasi keuangan sebesar Rp. 5.880.000,- atau
(100,00%), sehingga tidak ada sisa mati,- . Realisasi fisik 100%.
12) Rapat – rapat Koordinasi Keluar Daerah
a. Terlaksananya Perjalanan dinas dalam daerah selama 1 Tahun
b. Terlaksananya Perjalanan dinas luar daerah selama 1 Tahun
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 33.940.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 33.223.900,- atau (97,89%), ada sisa mati Rp. 716.100,-
Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab adanya sisa mati karena
adanya efisiensi, selain itu untuk rapat-rapat ke luar daerah
tergantung dari undangan Kementerian Pertanian Pusat.
13) Penyediaan Jasa Keamanan Kantor/ Gedung/ Tempat Kerja
a. Terlaksananya Pembayaran Honor dan Makan Minum Pegawai
Tidak Tetap (PTT) sebanyak 2 orang selama 1 tahun.
b. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 43.040.350,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 43.040.350,- atau (100%), tidak ada sisa mati.
Realisasi fisik mencapai 100%.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasaran Aparatur*
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 2.801.215.549,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 2.682.311.822,- atau (95,76%), ada sisa mati Rp.
118.903.727,- Realisasi kegiatan fisik mencapai 100%.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
208
1) Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional
a. Terlaksananya Pengadaan Mobil Pick up sebanyak 1 unit
b. Terlaksananya Honorarium pejabat pengadaan kendaraan
sebanyak 1 orang
c. Terlaksananya Honorarium pejabat penerima pengadaan
kendaraan sebanyak 1 orang
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 164.228.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp164.228.000,- atau (100,00%), tidak ada sisa mati,-.
1) Pengadaan Peralatan Gedung Kantor
a. Terlaksananya Pembelian Almari Arsip sebanyak 1 unit
b. Terlaksananya Pembelian Rak Gantung Surat Kabar 1 unit
c. Terlaksananya Pembelian AC sebanyak 6 unit
d. Terlaksananya Pembelian Printer sebanyak 3 unit
e. Terlaksananya Pembelian Kursi Kerja sebanyak 34 unit
f. Terlaksananya Pembelian Kursi Komputer PC sebanyak 2 unit
g. Terlaksananya Pembelian LCD sebanyak 1 unit
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 88.077.200,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 86.956.245,- atau (98,73%), ada sisa mati Rp.
1.120.955,- Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya
deviasi atau sisa mati adalah terjadinya efisiensi.
2) Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
Kegiatan ini berupa pemeliharaan kandang 3 unit, yaitu :
a. Terlaksananya Pemeliharaan Kandang unit Sumberagung 1 tahun
b. Terlaksananya Pemeliharaan Kandang unit Sumedang 1 tahun
c. Terlaksananya Pemeliharaan Kandang unit Ngipiksari 1 tahun.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 35.000.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 35.000.000,- atau (100,00%), sehingga tidak ada sisa
mati Rp. 0,- Realisasi fisik mencapai 100%.
4) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
a. Terlaksananya Service Kendaraan dinas roda 2 sebanyak 10 unit.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
209
b. Terlaksananya Service Kendaraan dinas roda 3 sebanyak 1 unit.
c. Terlaksananya Service Kendaraan dinas roda 4 sebanyak 3 unit.
d. Terlaksananya Service Kendaraan dinas roda 6 sebanyak 1 unit.
e. Terlaksananya Penggantian Suku Cadang Kendaraan roda 2
sebanyak 10 unit.
f. Terlaksananya Penggantian Suku Cadang Kendaraan roda 3
sebanyak 1 unit.
g. Terlaksananya Penggantian Suku Cadang Kendaraan roda 4
sebanyak 3 unit.
h. Terlaksananya Penggantian Suku Cadang Kendaraan roda 6
sebanyak 1 unit.
i. Terlaksananya Pembelian Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas
Kendaraan Roda 2 sebanyak 10 unit.
j. Terlaksananya Pembelian Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas
Kendaraan Roda 3 sebanyak 1 unit.
k. Terlaksananya Pembelian Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas
Kendaraan Roda 4 sebanyak 3 unit.
l. Terlaksananya Pembelian Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas
Kendaraan Roda 6 sebanyak 1 unit.
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 99.710.349,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 87.153.349,- atau (87,41%), ada sisa mati Rp.
12.557.000,- Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya
deviasi atau sisa mati adalah sesuai dengan kebutuhan masing-
masing kendaraan tersebut diatas.
5) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
a. Terlaksananya Pemeliharaan Rutin AC (suku cadang, jasa service, isi
freon) sebanyak 15 unit
b. Terlaksananya Pemeliharaan Rutin Lemari Es sebanyak 4 unit
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 9.400.000,- realisasi keuangan sebesar
Rp. 9.340.000 ,- atau (99,36%), sisa mati Rp 60.000 karena ada efisiensi
penggunaan anggaran.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
210
6) Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor
Terpeliharanya Peralatan Gedung Kantor sebanyak 9 jenis, yaitu :
a. Faximile/Telpon sebanyak 2 unit
b. Komputer sebanyak 12 unit
c. Genset sebanyak 2 unit
d. Mesin Pompa Air sebanyak 2 unit
e. Handtraktor sebanyak 1 unit
f. Chopper sebanyak 3 unit
g. Mesin Ketik sebanyak 3 unit
h. LCD sebanyak 2 unit
i. Notebook sebanyak 3 unit
Anggaran kegiatan sebesar Rp.15.000.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp.14.787.000,- atau (98,58%), ada sisa mati Rp. 213.000,-
Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya deviasi atau sisa
mati adalah terjadinya efisiensi penggunaan anggaran.
1) Pembangunan / Rehabilitasi / Renovasi UPTD Perbibitan dan
Laboraturium Hewan dan Sarana Pendukungnya (DAK)
a. Terlaksananya Pengadaan Alat angkutan darat bermotor sepeda
motor berupa kendaraan roda 2 sebanyak 15 unit
b. Terlaksananya Pengadaan Peralatan semen beku sebanyak 1 paket
c. Terlaksananya Pembangunan/Rehabilitasi gudang pakan kambing/
domba, garasi kendaraan dan alat alat pertanian sebanyak 1 paket
d. Terlaksananya Pembangunan kandang kambing domba 6 unit
Anggaran kegiatan sebesar Rp 2.389.800.000 realisasi keuangan
sebesar Rp. 2.284.867.228,- atau (95,61%). Realisasi fisik mencapai
100%. Penyebab munculnya deviasi atau sisa mati adalah terjadinya
efisiensi atau system lelang rehab gudang pakan (kompetisi)
menghasilkan efisiensi yang maksimal.
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
211
Anggaran kegiatan sebesar Rp455.397.300,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 443.949.100,- atau (97,49%), ada sisa mati Rp11.488.200,-
Realisasi kegiatan fisik mencapai 100%.
1) Peningkatan Keamanan Pangan Asal Hewan
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 455.397.300,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 443.949.100,- atau (97,49%), ada sisa mati Rp.
11.488.200,- Realisasi fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya
deviasi atau sisa mati adalah terjadinya efisiensi.
Dalam rangka memberikan jaminan Pangan Asal Hewan yang ASUH
bagi masyarakat, maka Seksi Diagnostik Kehewanan secara rutin
melakukan pengujian terhadap daging yang dijual di pasar-pasar
seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, selengkapnya adalah :
a) Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Ayam
Penyediaan daging ayam yang kandungan mikrobanya tidak
melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) sangat
diharapkan dalam memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
daging sapi yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Produk
makanan asal hewani terutama daging segar dapat dikategorikan
aman jika total koloni bakteri (Total Plate Count/TPC) tidak
melebihi 1 x 106 Coloni Forming Unit per gram (CFU/gram).
Pasar merupakan salah satu tempat pemasaran daging,
tempat tersebut merupakan tempat yang rawan dan berisiko cukup
tinggi terhadap cemaran mikroba patogen. Sanitasi dan
kebersihan lingkungan penjualan (pasar) perlu mendapat
perhatian baik dari pedagang itu sendiri maupun petugas terkait
untuk meminimumkan tingkat cemaran mikroba.
Pasar dibagi menjadi dua jenis, yaitu pasar modern
(swalayan) dan pasar tradisional. Pasar swalayan merupakan
pasar yang menjual produk pangan yang sudah melewati standar
mutu tertentu dan keamanan pangan.
Pasar swalayan juga dipandang sebagai tempat yang sangat
memperhatikan aspek kebersihan, kenyamanan dan keamanan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
212
dalam berbelanja. Daging yang dijual di pasar swalayan disebut
daging beku dan tidak bisa dikatakan daging segar karena telah
mengalami berbagai proses. Daging tersebut dikemas dan
disimpan pada suhu tertentu sehingga kemungkinan untuk bakteri
tumbuh itu sangat sedikit. Keberadaan pasar tradisional masih
menjadi tumpuan bagi masyarakat Indonesia, terutama pelaku
usaha yang terlibat langsung (penjual dan pembeli) ataupun
masyarakat yang terlibat tidak langsung dengan adanya aktivitas
pasar tradisional. Daging segar pada khususnya di pasar
tradisional merupakan daya tarik yang paling tinggi karena untuk
komoditas ini tidak bisa ditemukan di pasar modern.
Pada tahun 2016 dilakukan pengujian cemaran daging ayam
pada 365 sampel daging ayam dari kabupaten/kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta.Sampel yang diuji berasal dari Kota
Yogyakarta sebanyak 82 sampel, Kabupaten Bantul sebanyak 90
sampel, Kabupaten Kulonprogo sebanyak 48 sampel, Kabupaten
Gunungkidul sebanyak 77 sampel serta Kabupaten Sleman
sebanyak 68 sampel. Jika ditilik dari jumlah unit usaha yang
diambil sampelnya yaitu 28 unit usaha dan sisanya merupakan
sampel dari individu. Cara kerja pengujian cemaran daging ayam
yaitu dengan metode Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli,
dan Salmonella serta pengujian residu Oxytetracyclin,
Streptomycin, Penicillin dan Makrolida.
Sesuai dengan hasil pengujian cermaran mikroba yang telah
dilakukan, ternyata mikroba pada bahan pangan asal ternak
terdeteksi sebagian melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba
(BMCM) seperti yang tercantum dalam SNI. Yaitu sampel daging
yang melebihi BMCM pada metode TPC adalah 7%, sampel yang
melebihi BMCM pada metode Coliform 79%, sampel yang melebihi
BMCM pada metode E. coli 26% dan positif Salmonella sebanyak
0,3%. Hal ini mengindikasikan belum maksimalnya penerapan
aspek sanitasi dan hygiene dalam pengelolaan bahan pangan asal
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
213
hewan. Sedangkan hasil pengujian residu menunjukkan hasil
negatif pada semua sampel (Tabel 3).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
214
KABUPATEN
JUMLAH
TPC COLIFORM E.COLI Salmonell
a Oxytetra
cyclin Streptom
ycin Penicillin Makrolida
< BMCM
> BMCM
%> BMCM
< BMCM
> BMCM
%> BMCM
< BMCM
> BMCM
%> BMC
M P N
% P
P N %
P P N
%
P P N
% P
P N % P
KOTA 82 75 7 2 10 72 20 66 16 4 1 81
0.3
0 82 0 0 82 0 0 82 0 0 82 0
BANTUL
90 77 13 4 8 82 22 61 29 8 0 90
0.0
0 90 0 0 90 0 0 90 0 0 90 0
KULON PROGO
48 48 0 0 15 33 9 35 13 4 0 48
0.0
0 48 0 0 48 0 0 48 0 0 48 0
GUNUNG KIDUL
77 75 2 1 25 52 14 62 15 4 0 77
0.0
0 77 0 0 77 0 0 77 0 0 77 0
SLEMAN
68 65 3 1 17 51 14 47 21 6 0 68
0.0
0 68 0 0 68 0 0 68 0 0 68 0
DIY 365 340 25 7 75 290 79 271 94 26 1 364
0.3
0 365
0 0 365
0 0 365
0 0 365
0
Tabel 8.58.Hasil Pengujian Cemaran Mikroba dan Residu pada Daging Ayam
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
215
Grafik 1. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Ayam
713
0 2 3
7282
33
52 51
16
29
13 1521
1 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00
102030405060708090
TPC >BMCM
Coliform >BMCM
E. coli >BMCM
Positif Salmonella
PositifOxytetracyclin
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
216
Grafik 2. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Ayam
Tahun 2009-2012, 2014-2016
Cemaran Coliform pada daging ayam dapat terjadi karena
penanganan daging ayam yang kurang higienis, terutama dalam
penggunaan air dalam mencuci yang belum dapat dipastikan kualitasnya
karena sebagian besar pelaku usaha tidak pernah menguji kualitas air yang
digunakan. Sedangkan kontaminasi Eschericia coli pada daging ayam
dapat berasal dari hewan, kebersihan alat perlengkapan dan air yang
digunakan serta tangan penjual dan pembeli. Pencemaran daging ayam
oleh bakteri Salmonella spp. disebabkan pencemaran oleh feses dan
penanganan daging ayam yang buruk dengan peralatan, perlengkapan dan
alat angkut yang kotor sejak dari peternakan hingga ke tempat distribusi.
Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena hasil pengujian terhadap
bakteri Salmonella spp harus negatif.
Unit usaha rumah potong ayam yang menjadi tempat pengambilan
sampel umumnya masih sederhana. antara ruang kotor dan ruang bersih
belum terpisah. penanganan daging ayam setelah disembelih dilakukan di
lantai. air yang digunakan untuk mencuci daging belum semuanya teruji
sehingga kualitasnya tidak terjamin begitu pula dengan pengemasan hanya
menggunakan bagor plastik dan pengangkutan ke tempat pemasaran
58
30
0 1 ,00 3,007,00
7580
68
37 40,00
63
79
2520
48
30 28,00 29 26
12
2 2 3 4,00 2 0,3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2009 2010 2011 2012 2014 2015 2016
% TPC > BMCM
% Coliform > BMCM
% E Coli > BMCM
% Positif Salmonella
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
217
dilakukan secara sederhana. Pemasaran di pasar tradisional terkesan asal
saja karena umumnya tidak dilengkapi dengan pelindung daging dari
polusi, bahkan terdapat penjual daging ayam yang tidak bertempat di los
daging. namun ada beberapa unit usaha rumah potong hewan dan pasar
swalayan yang telah memiliki nomor kontrol veteriner dimana unit usaha
tersebut telah menerapkan prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan
produk pangan asal hewan.
Pembinaan kepada para pelaku usaha pangan asal hewan
hendaknya dilakukan lebih intensif agar mereka memahami tentang higiene
sanitasi sehingga dapat menerapkan Good Hygiene Practises dalam
penanganan dan pengolahan produk pangan asal hewan.
b) Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Sapi
Permintaan pangan hewani (daging, telur, susu) dari waktu ke waktu
cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk,
perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran
akan gizi, dan perbaikan pendidikan masyarakat. Sumber pangan, baik
yang berasal dari sumber nabati maupun hewani perlu penanganan
khusus, terutama pangan hewani segar seperti daging sapi, ayam, ikan
dan lainnya.
Produk pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Setelah ternak di potong,
mikroba yang terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga
bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat
penangan yang baik. Daging sapi mudah rusak dan merupakan media
yang cocok bagi pertumbuhan mikroba, karena tingginya kandungan air
dan zat gizi seperti protein. Oleh karena itu penanganan yang baik harus
dilakukan selama proses produksi berlangsung.
Beberapa mikroba patogen yang biasa mencemari daging adalah E.
Coli, Salmonella, dan Staphylococcus sp. Kontaminasi mikroba pada
daging sapi dapat berasal dari peternakan dan rumah potong hewan yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
218
tidak higienis, begitu juga sumber air dan lingkungan tempat diolahnya
daging tersebut sebelum sampai kepada konsumen. Kelompok mikroba
pembusuk akan mengubah makanan segar menjadi busuk bahkan dapat
menghasilkan toksin (racun), oleh sebab itu sebelum manusia
mengkonsumsi bahan pangan, perlu dilakukan pengawasan melalui
pengujian laboratorium untuk memastikan bahwa bahan pangan asal
ternak tersebut bebas dari mikroorganisme yang berbahaya.
Pengujian cemaran daging sapi tahun 2016 dilakukan 220 sampel
daging sapi dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel
yang berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak 92 sampel, Kabupaten Bantul
sebanyak 57 sampel, Kabupaten Kulonprogo sebanyak 25 sampel,
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 23 sampel serta Kabupaten Sleman
sebanyak 23 sampel. Pengujian yang dilakukan pada sampel daging sapi
yaitu untukTotal Plate Count (TPC), Coliform, E. coli, dan Salmonella serta
pengujian residu Oxytetracyclin, Streptomycin, Penicillin dan Makrolida.
Sesuai dengan hasil pengujian yang telah dilakukan, ternyata
terdapat sebagian sampel pangan asal hewan yang terdeteksi melebihi
Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) yang tercantum dalam
SNI.Sampel yang melebihi BMCM pada uji TPC adalah 1%, sampel yang
melebihi BMCM pada uji Coliform 70%, sampel yang melebihi BMCM pada
metode E. Coli 23% dan positif Salmonellaspp. sebanyak 0%. Sedangkan
hasil pengujian residu menunjukkan hasil negatif pada semua sampel.
Kabupaten Jumla
h
TPC COLIFORM E.COLI SALMONELLA
< BMCM
> BMCM
< BMCM
> BMCM
< BMCM
> BMCM
POSITIF
NEGATIF
Kota 57 57 0 46 11 53 4 2 55
Bantul 52 52 0 22 30 37 15 0 52
Kulon Progo 28 28 0 15 13 18 10 1 27
Gunungkidul 39 38 1 21 18 23 16 1 38
Sleman 44 44 0 29 15 37 7 2 42
220 219 1 133 87 168 52 6 214
Tabel 8.58. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Sapi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
219
Grafik 3. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Sapi
Cemaran Coliform pada daging dapat terjadi karena penanganan
daging yang tidak higienis, penggunaan air yang kualitasnya tidak terjamin.
Kontaminasi Eschericia coli dapat berasal dari hewan, alat perlengkapan
dan tangan yang tidak bersih dan air yang digunakan. Pencemaran daging
oleh bakteri Salmonella spp. disebabkan pencemaran oleh feses,
penanganan daging yang buruk, penggunaan peralatan, perlengkapan dan
alat angkut yang kotor sejak dari peternakan hingga ke tempat
distribusi.Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena hasil pengujian
terhadap bakteri Salmonella spp harus negatif. Hal ini mengindikasikan
belum maksimalnya penerapan aspek sanitasi dan hygiene dalam
pengelolaan pangan asal hewan.
3 50 1 1
74
32
19
9
1915 16
7 6 60 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
KOTA BANTUL KULONPROGO
GUNUNGKIDUL
SLEMAN
TPC >BMCM
Coliform >BMCM
E. coli >BMCM
Positif Salmonella
Positif Oxytetracyclin
Positif Streptomycin
Positif Eritromycin
Positif Makrolida
56
22
73
2 ,450 2,00 1,00
65
73 73
4640,00
56
70
18 17
45
31
24,00 22 23
11
2 2 2 3,00 2 00
10
20
30
40
50
60
70
80
2009 2010 2011 2012 2014 2015 2016
% TPC > BMCM
% Coliform > BMCM
% E Coli > BMCM
% Positif Salmonella
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
220
Grafik 4. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Daging Sapi Tahun 2009-
2012, 2014-2016
Pembinaan kepada para pelaku usaha pangan asal hewan
hendaknya dilakukan lebih intensif agar mereka memahami tentang higiene
sanitasi sehingga dapat menerapkan Good Hygiene Practises dalam
penanganan dan pengolahan produk pangan asal hewan.
c) Pengujian Cemaran Mikroba pada Susu Sapi
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak
menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-
komponennya tidak dikurangi dan tidak pula ditambahkan bahan-
bahan lain. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan,
susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu
pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu segar merupakan cairan yang
berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu
yang masih dalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar
dari puting dapat terjadi kontaminasi. Faktor yang berpengaruh besar
terhadap kualitas susu segar adalah adanya bakteri baik bakteri patogen
maupun bakteri non patogen. Jumlah bakteri dalam susu dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik yang berasal dari hewannya sendiri (faktor
intrinsik) maupun yang berasal dari luar tubuhnya (faktor ekstrinsik).
Susu yang baik adalah susu yang memenuhi persyaratan, antara lain
kandungan jumlah bakteri yang cukup rendah, bebas dari spora dan
mikroorganisme penyebab penyakit, memiliki rasa yang baik, bersih, bebas
dari debu atau kotoran. Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak
untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan
aroma, bau susu yang berubah menjadi tidak segar dan susu menggumpal
atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan warna biasanya
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
221
menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan
bakteri dan peningkatan asam.
Pada tahun 2016 dilakukan pengujian cemaran susu sapi pada 110
sampel susu sapi dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
terdiri dari Kota Yogyakarta sebanyak 5 sampel, Kabupaten Bantul
sebanyak 28 sampel, Kabupaten Sleman sebanyak 77 sampel. Sampel
susu diuji untuk pengujian Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli, dan
Salmonella serta pengujian residu Oxytetracyclin, Streptomycin, Penicillin
dan Makrolida. Adapun hasil uji tercantum dalam tabel sebagai berikut :
Kabupate
n
Jumla
h
TPC COLIFORM E.COLI SALMONELLA
<
BMC
M
>
BMC
M
<
BMC
M
>
BMC
M
<
BMC
M
>
BMC
M
POSITI
F
NEGAT
IF
Kota 8 8 0 7 1 8 0 0 8
Bantul 25 25 0 24 1 25 0 0 25
Kulon
Progo 18 18 0 15 3 18 0 0 18
Gunungki
dul 3 3 0 3 0 3 0 0 3
Sleman 56 48 8 22 34 56 0 0 56
110 102 8 71 39 110 0 0 110
Tabel 8.59. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Susu Sapi
2 0 0 0
13
4
19
0 0
44
15
0 0
11
0 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00
10
20
30
40
50
KOTA BANTUL KULONPROGO
GUNUNGKIDUL
SLEMAN
TPC >BMCM
Coliform >BMCM
E. coli >BMCM
Positif Salmonella
Positif Oxytetracyclin
Positif Streptomycin
Positif Eritromycin
Positif Makrolida
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
222
Grafik 5. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Susu Sapi
Grafik 6. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Susu Sapi Tahun 2009-
2012, 2014-2016
Hasil pengujian menunjukkan hasil bahwa sampel susu yang
melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM)untuk uji TPC adalah
14%, sampel untuk Coliform 61%, uji E. Coli 15% sedangkan untuk uji
Salmonella tidak ada sampel yang melebihi BMCM.Untuk pengujian residu
semua sampel menunjukkan hasil negatif. Terdapatnya sampel yang
melebihi batas dapat disebabkan belum maksimalnya penerapan aspek
sanitasi dan hygiene dalam pengelolaan susu pada sebelum, selama dan
setelah proses pemerahan dimulai dari peternak sampai konsumen.
Cemaran ini dapat berasal dari lingkungan pemerahan, kebersihan
pemerah, wadah susu perah. Oleh karena itu menjadi perhatian bagi pihak
terkait baik dalam hal pengawasan, pembinaan agar pada tahun
mendatang semua susu yang dikonsumsi dinyatakan memenuhi standar
sehingga aman untuk dikonsumsi.Sedangkan hasil pengujian residu
menunjukkan hasil negatif pada semua sampel (Tabel 5).
Kerusakan susu dapat terjadi apabila telah menunjukkan
penyimpangan yang melebihi batas yang dapat diterima secara normal
oleh panca indera atau parameter lain yang biasanya digunakan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu meliputi faktor
30
12
0
16
7,00 9,0014,00
50
28
46,66752
35,00
49
61
0 0
16,66720
,00
915
0 0 0 0 ,00 0 00
10
20
30
40
50
60
70
2009 2010 2011 2012 2014 2015 2016
% TPC > BMCM
% Coliform > BMCM
% E Coli > BMCM
% Positif Salmonella
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
223
penyakit dan faktor perlakuan seperti: alat yang digunakan untuk memerah,
tindakan sanitasi dan pemberian pakan sapi.
d) Pengujian Cemaran Mikroba pada Telur
Telur merupakan produk asal hewan yang paling sering dikonsumsi
masyarakat. Komoditas ini berhubungan dengan cemaran mikroba
terutama Salmonella spp. Telur ayam buras adalah salah satu jenis bahan
pangan asal hewan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
campuran madu, susu, atau jamu. Telur ayam buras lebih disukai
masyarakat karena warna kuning telur yang lebih tua dan rasa lebih gurih
jika dibandingkan dengan telur ayam ras. Telur ayam buras sedikit atau
bahkan tidak mengandung residu yang berbahaya bagi konsumen, tetapi
perlu diwaspadai adanya penularan bakteri pada telur ayam buras sebab
dalam pemeliharaan ayam buras, peternak sering menggunakan sistem
semi intensif bahkan secara ekstensif yang memungkinkan ayam terinfeksi
bakteri.
Salah satu tempat pemasaran telur ayam adalah pasar tradisional
yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, secara
langsung, bangunan pasar terdiri atas kios–kios, dan los, kebanyakan yang
dijual adalah kebutuhan sehari–hari seperti bahan makanan berupa ikan,
buah, sayur, daging, kue, telur, dan lain–lain. Para konsumen khususnya
kalangan menengah ke bawah kebanyakan membeli kebutuhan sehari–
hari di pasar tradisional, termasuk juga membeli telur ayam baik untuk
dikonsumsi maupun dijual kembali. Kondisi sanitasi pasar tradisional
umumnya sangat buruk, hal ini dapat dilihat dari lingkungan yang kotor,
becek, bau, tidak nyaman dan tidak aman bagi pembeli. Keadaan inilah
yang memudahkan bakteri berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau
kontaminasi silang.
Tahun 2016 pengujian cemaran telur pada 100 sampel telur dari
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Spesimen yang diuji
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
224
berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak 20 sampel, Kabupaten Bantul 20
sampel, Kabupaten Kulonprogo 25 sampel, Kabupaten Gunungkidul 23
sampel dan Kabupaten Sleman 12 sampel. Cara kerja pengujian cemaran
daging sapi yaitu dengan metode Total Plate Count (TPC), Coliform, E.
Coli, dan Salmonella.
Kabupaten Jumlah
TPC COLIFORM E.COLI SALMONELLA
< BMCM
> BMCM
< BMCM
> BMCM
< BMCM
> BMCM
POSITIF NEGATIF
Kota 20 20 0 19 1 20 0 0 20
Bantul 20 20 0 18 2 18 2 0 20
Kulon Progo 25 25 0 24 1 24 1 0 25
Gunungkidul 23 23 0 23 0 23 0 0 23
Sleman 12 12 0 9 3 12 0 0 12
100 100 0 93 7 97 3 0 100
Tabel 8.60. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Telur
Grafik7. Hasil Pengujian Residu dan Cemaran Mikroba pada Telur
0 0 0 0 00
1
0
3
2
0
1 1
0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00
0,51
1,52
2,53
3,5 TPC >BMCM
Coliform >BMCM
E. coli >BMCM
Positif Salmonella
Positif Oxytetracyclin
Positif Streptomycin
Positif Eritromycin
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
225
Grafik 8. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba pada Telur Tahun 2011, 2012,
2014-2016
Hasil uji cemaran mikroba yang telah dilakukan terhadap sampel telur
menunjukkan yang melebihi BMCM untuk uji Coliform 6%, uji E. Coli 2%
sedangkan untuk uji TPC tidak ada sampel yang melebihi BMCM dan untuk
uji Salmonella tidak ada yang positif. Sedangkan hasil pengujian residu
menunjukkan hasil negatif pada semua sampel (Tabel 6).
Cemaran mikroba pada telur dapat berasal dari kotoran ayam dalam
kloaka atau dalam kandang. Pencemaran dapat terjadi pada kondisi suhu
dan kelembaban yang tinggi, penanganan telur yang tidak dilakukan
dengan baik, misalnya kotoran unggas masih menempel pada cangkang
telur, maka kemungkinan mikroba dapat mencemari telur. Terdapatnya
bakteri yang melebihi ambang batas mengindikasikan belum maksimalnya
penerapan aspek sanitasi dan hygiene dalam penanganan telur. Para
pengumpul telur kurang memperhatikan asal telur, kebersihan tempat
penyimpanan telur, alat angkut telur, kemasan telur, kebersihan karyawan
pengumpul telur. Salah satu tempat pemasaran telur ayam adalah pasar
tradisional yang merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli.Kondisi sanitasi pasar tradisional yang umumnya buruk, hal ini
dapat dilihat dari lingkungan yang kotor, becek, bau, tidak nyaman dan
tidak aman bagi pembeli. Keadaan inilah yang memudahkan
bakteriberpindah dari satu tempat ke tempat lain atau kontaminasi silang.
0
4,00
0 0 0
13,333
2
7
3
6
3,3334
3
12
0 0 0 0 00
2
4
6
8
10
12
14
2011 2012 2014 2015 2016
% TPC > BMCM
% Coliform > BMCM
% E Coli > BMCM
% Positif Salmonella
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
226
e) Pengujian Formalin pada Daging Ayam dan Olahan
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37%
dan larutan ini biasa di gunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau
mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan kimia yang sering
disalahgunakan untuk pengawetan tahu, mie basah, dan bakso (Djoko,
2006). Formaldehid merupakan bahan kimia dengan berat molekul 30,03
(suhu kamar) dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau
pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut
dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Penggunaannya sangat bermanfaat untuk antibakteri atau pembunuh
kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni disinfektan,
pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun
berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan
sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.
Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk
urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika dan
pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah
korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan
sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam
kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet berbagai
barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).
Pengujian formalin pada tahun 2016 dilakukan terhadap 112 sampel
daging ayam dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
dari Kota Yogyakarta sebanyak 21 sampel, Kabupaten Bantul 28 sampel,
Kabupaten Kulonprogo 24 sampel, Kabupaten Gunungkidul 17 sampel dan
Kabupaten Sleman sebanyak 22 sampel. Pengujian formalin di
Laboratorium Kesmavet UPTD BPBPTDK menggunakan reagen formalin
formaldehyde. Kadar formalin yang mampu terdeteksi menggunakan alat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
227
ini minimal 10 mg/l kadar formalin sehingga jika kadar di bawahnya tidak
dapat terdeteksi.
Hasil uji tahun 2016 menunjukkan hasil tidak ada sampel yang positif
dari kelima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan
demikian kesadaran para pedagang untuk tidak menggunakan formalin
sebagai pengawet pada daging dan olahan sudah baik. Dengan hasil ini,
masyarakat dapat merasa aman dalam mengkonsumsi pangan asal
hewan. Namun demikian, konsumen harus tetap berhati-hati dalam memilih
produk pangan asal hewan dan bersikap cerdas dapat membedakan
produk pangan asal hewan mengandung formalin atau tidak.
KABUPATEN JUMLAH HASIL UJI
POSITIF NEGATIF % POSITIF
KOTA 21 0 21 0
BANTUL 28 0 28 0
KULONPROGO 24 0 24 0
GUNUNG KIDUL 17 0 17 0
SLEMAN 22 0 22 0
TOTAL DIY 112 0 112 0
Tabel 8.61. Hasil Pengujian Formalin Tahun 2016
Grafik 9. Hasil Pengujian Formalin Pada Tahun 2016
0 0 0 0 0
21
2824
1722
05
1015202530
Positif
Negatif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
228
Grafik 10. Hasil Pengujian Formalin Tahun 2019-2012, 2014-2016
Ciri-ciri produk daging dan olahan yang mengandung formalin
adalah tekstur daging kencang dan padat, warnanya sudah pucat dan
tidak lagi merah, tidak dihinggapi lalat, aroma daging tidak lagi segar
dan bau formalin agak menyengat. Kegiatan monitoring dan
pengambilan sampel harus terus dilaksanakan untuk menjaga
keamanan pangan. Selain pengujian formalin, perlu juga dikembangkan
pengambilan sampel dan pengujian untuk pengawet lain seperti boraks,
tawas dan lain-lain.
Dari data juga dapat dibandingkan bahwa jumlah sampel yang
menunjukkan hasil positif mengandung formalin yaitu pada tahun 2011
0%, tahun 2012 2%, tahun 2013 0%, tahun 2014 0%, tahun 2015 0%
dan tahun 2016 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan dan
pendampingan yang dilakukan kepada pedagang menunjukkan hasil
yang baik yaitu positif 2% pada tahun 2012 menjadi positif 0% pada
tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016. Hendaknya hasil
ini tidak mengurangi pengawasan terhadap produk asal hewan, dan
hendaknya diiringi pencermatan penyimpangan terhadap daging yang
lain seperti penyimpangan dengan menggunakan borax atau tawas.
f) Pemalsuan Daging Sapi dengan Daging Babi (Spesies)
Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan hewani yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia karena kaya akan protein
0 0 0
2
0 0 00
0,5
1
1,5
2
2,5
2009 2010 2011 2012 2014 2015 2016
Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
229
dan asam amino lengkap yang diperlukan oleh tubuh. Selain protein,
daging sapi juga kaya akan air, lemak, dan komponen organik lainnya.
Daging yang dibutuhkan konsumen tidak hanya sehat dan bergizi
semata, tapi lebih dari itu harus terjamin keamanannya termasuk dari
tindakan pemalsuan daging sapi dengan daging babi.
Kasus pemalsuan daging sapi dengan daging babi merupakan
tindakan yang merugikan konsumen baik dari dari sisi kesehatan
maupun dari sisi kehalalannya. Daging babi banyak mengandung agen
penyakit seperti cacing dan kandungan lemaknya sangat tinggi
sehingga dapat menyebabkan kolesterol tinggi dan yang lebih utama
dari segi hukum syariat agama, babi tergolong makanan haram untuk
dikonsumsi umat muslim.
Kegiatan monitoring pengambilan sampel dan pengujian yang
dilakukan UPTD BPBPTDK Dinas Pertanian DIY terhadap pemalsuan
daging sapi dengan daging babi ini merupakan salah satu perlindungan
konsumen untuk tetap terjamin daging yang aman, sehat, utuh, dan
halal untuk dikonsumsi. Tahun 2016 pengujian dilakukan terhadap 160
sampel, terdiri dari 39 sampel daging sapi dan 136 sampel olahan
daging di 5 Kabupaten/Kota. Hasil pengujian sebagai berikut :
Kabupaten Jumlah Hasil Uji
Positif Negatif
Kota 51 2 49
Bantul 28 0 28
Kulon Progo 38 1 37
Gunungkidul 25 10 15
Sleman 18 0 18
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
230
Total DIY 160 13 147
Tabel 8.62. Hasil Uji Pemalsuan Daging Sapi dengan Daging Babi Tahun 2016
Grafik 11. Persentase Hasil Uji Pemalsuan Daging Sapi dengan Daging Babi
Tahun 2016
Grafik 11. Persentase Hasil Pengujian Pemalsuan Daging Sapi dengan
Daging Babi Tahun 2016
3%
97%
Positif
Negatif
1 0 1 2 0
3237
40
30
17
05
1015202530354045
Positif
Negatif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
231
Grafik 13. Hasil Pengujian Pemalsuan Daging Tahun 2009-2016
Hasil pengujian prosentase hasil positif dari Kota Yogyakarta 1%,
Kabupaten Kulon Progo 1% dan Gunungkidul 1%, sedangkan hasil
negatif dari Kabupaten Bantul 0% dan Sleman sebanyak 0%. Secara
keseluruhan total positif dari D. I. Yogyakarta sebesar 3% dengan
jumlah positif 4 sampel dari 160 sampel. Nilai ini mencerminkan bahwa
kejadian pemalsuan daging sapi dengan daging babi di D. I. Yogyakarta
masih tinggi.
Jika ditilik dari jenis sampel yang diperiksa, sampel menunjukkan
hasil positif menunjukkan bahwa kasus pemalsuan daging sapi tidak
hanya terjadi pada daging sapi tapi juga pada olahan daging sapi seperti
bakso, kikil, rambak, rendang, abon, dendeng, dan lain-lain. Daging sapi
matang menunjukkan persentase positif 0,6%, daging sapi mentah
menunjukkan persentase positif 0,6%, sedangkan bakso menunjukkan
persentase positif 1,3%, sedangkan abon dan rambak menunjukkan
persentase positif 0%.
15
25
12
24
18
8 9
3
0
5
10
15
20
25
30
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
232
Grafik 14. Prosentase Hasil Pengujian Pemalsuan Daging Sapi Tahun
2016 (Berdasarkan Jenis Sampel)
- Mahalnya daging sapi dijadikan alasan oleh para pedagang yang curang
untuk memalsukan daging sapi dengan daging babi, hal ini menunjukkan
tingkat kesadaran pedagang untuk menyediakan produk yang ASUH
(terutama halal) untuk dikonsumsi masih rendah. Pengawasan dan
pembinaan perlu dilakukan pihak berwenang dari pemerintah mengingat
ada beberapa pelaku usaha sama yang masih melakukan tindakan
tersebut secara berulang-ulang.
- Mengingat rawannya pengoplosan daging sapi dengan daging babi, maka
masyarakat diminta waspada dalam memilih daging sapi. Masyarakat
harus memahami perbedaan daging sapi dari segi warna, tekstur dan
aromanya. Warna daging babi lebih pucat dari daging sapi, dan warna
daging babi mendekati warna daging ayam, serat daging sapi lebih padat
dan garis-garis seratnya terlihat jelas berbeda dengan babi yang seratnya
samar dan sangat renggang, lemak daging babi memiliki tekstur lebih
elastis sedangkan lemak sapi lebih kaku dan berbentuk, lemak pada babi
sangat basah dan sulit dilepas dari dagingnya sementara lemak daging
sapi agak kering dan tampak berserat, tekstur pada daging sapi lebih
kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan mudah
diregangkan, aroma daging sapi dengan babi juga berbeda.Untuk daging
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
233
babi memiliki aroma khas tersendiri sedangkan aroma daging sapi adalah
anyir seperti yang telah diketahui semua masyarakat.
- Dari data juga dapat dibandingkan bahwa jumlah sampel yang
menunjukkan hasil positif pemalsuan daging sapi dengan daging babi
yaitu pada tahun 2011 sebesar 12%, tahun 2012 sebesar 24%, tahun
2013 sebesar 18%, tahun 2014 sebesar 8%, tahun 2015 sebesar 9% dan
tahun 2016 sebesar 3%.Hal ini menunjukkan bahwa pemalsuan daging
sapi dengan daging babi masih banyak terjadi di masyarakat setiap
tahunnya, meskipun telah mengalami penurunan.
g) Pengujian Daging Bangkai (Tiren) pada Daging Ayam
Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan mayoritas
yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena harga
daging ayam dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Daging ayam
mengandung protein yang tinggi serta berlemak rendah (Murtidjo, 2003)
menjelaskan bahwa daging ayam memiliki tekstur lebih halus dan lunak
jika dibandingkan dengan daging sapi dan ternak lain sehingga lebih
mudah dicerna dan banyak mengandung zat gizi sehingga sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Di zaman yang semakin modern ini, banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan pangan hewani yang berasal dari ayam, salah satunya
adalah maraknya penjualan daging ayam yang berasal dari ayam yang
telah mati tanpa proses penyembelihan yang halal atau ayam tiren. Hasil
pengujian daging bangkai tahun 2016 sebanyak 120 sampel dari 5
Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta dengan hasil sebagai berikut :
KABUPATEN JUMLA
H
HASIL UJI
POSITIF NEGATIF % POSITIF
KOTA 26 3 23 3
BANTUL 36 2 34 2
KULONPROGO 20 3 17 3
GUNUNG KIDUL 14 6 8 5
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
234
SLEMAN 24 3 21 3
TOTAL DIY 120 17 103 14
Tabel 8.63. Hasil Pengujian Daging Bangkai (Tiren) Tahun 2016
Grafik 15. Hasil Pengujian Daging Bangkai (Tiren) Pada Tahun 2016
Grafik 16. Persentase Hasil Pengujian Daging Bangkai (Tiren) Pada
Tahun 2016
Grafik 17. Hasil Pengujian Daging Bangkai (Tiren) Pada Tahun 2012-
2016
3 2 3 6 3
23
34
17
8
21
0
10
20
30
40
Positif
Negatif
14%
86%
Positif
Negatif
44
1 14
14
0
10
20
30
40
50
2012 2013 2014 2015 2016
Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
235
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
sampel dari lima Kabupaten/Kota, hasil positif dari Kota Yogyakarta 3
sampel (3%), Kabupaten Bantul 2 sampel (2%), Kabupaten Kulon Progo
3 sampel (3%), Kabupaten Gunungkidul 6 sampel (5%) dan Kabupaten
Sleman 3 sampel (3%). Prosentase keseluruhan total positif Daerah
Istimewa Yogyakarta sebanyak 14%. Nilai ini meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 4%. Penjualan ayam bangkai oleh pedagang
ayam sangat merugikan konsumen karena dari segi kesehatan dapat
menyebabkan gejala sakit perut ringan hingga berat.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa kasus pemanfaatan ayam tiren
termasuk rendah, tetapi kita perlu waspada terhadap pemanfatan ayam
tiren menjadi olahan matang seperti dijadikan bakso, sosis, abon, dll
karena dengan cara pengolahan menjadikan produk tidak dapat dikenali
sebagai ayam bangkai dibandingkan dijual sebagai produk mentah.
Harga yang murah dapat sebagai indikasi, oleh karena itu jika harga
terpaut jauh dengan harga pasaran, maka konsumen sebaiknya mulai
mempertanyakan kualitas pangan asal hewan tersebut. Mengkonsumsi
makanan semacam ini jelas tidak memenuhi nilai gizi, kehalalan,
keamanan pangan. Yang paling berbahaya, kandungan bahan kimia
dalam olahan ayam tiren selama bertahun-tahun akan memicu kanker.
Tindakan monitoring, pengambilan sampel, dan pengujian
terhadap daging bangkai perlu terus dilaksanakan secara rutin untuk
melindungi konsumen. Kepada para pelaku usaha yang terbukti
melakukan kecurangan dengan menjual daging bangkai perlu diberikan
pembinaan lebih lanjut, dan ke depan perlu dikembangkan pengujian
yang dapat mengidentifikasi pemanfaatan daging bangkai dalam bentuk
olahan matang.
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang
menunjukkan hasil positif daging bangkai (tiren) pada tahun 2012
sebesar 44%, tahun 2013 sebesar 1,2%, tahun 2014 sebanyak 1%,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
236
tahun 2015 sebanyak 4% dan tahun 2016 sebesar 14%.Hal ini
menunjukkan perlunya pembinaan dan pendampingan yang lebih
intensif lagi kepada pedagang.
h) Pengujian Campylobacter jejuni pada Daging Ayam
Campylobacter jejuni adalah spesies bakteria berbentuk lengkung,
batang, non-spora, Gram- negatif dan bersifat motil. Pada umumnya,
bakteria tersebut ditemukan di kotoran hewan, tumbuh pada suhu 37-
42°C. Bakteria ini bersifat zoonosis dan menyebabkan penyakit yang
disebut dengan campylobacteriosis. Gastroenteritis pada manusia di
dunia salah satunya juga disebabkan oleh bakteria tersebut. Keracunan
makanan yang disebabkan oleh spesies Campylobacter dapat
menimbulkan penyakit, tetapi sangat jarang mengakibatkan kematian.
Campylobacter jejuni secara alami ada dalam saluran pencernaan
ayam. Gejala klinis tidak terlihat meskipun invasi bakteri ini terjadi pada
organ internal ayam. Bakteri ini diperlukan dalam jumlah besar untuk
dapat menimbulkan penyakit pada ayam yang terinfeksi dan dapat
diisolasi dari swab kloaka dan feses dalam periode yang lama. Sumber
terjadinya infeksi pada ayam dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
mulai dari infeksi day old chick (DOC) sampai pada ayam dewasa,
kontaminasi pakan dan kontaminasi air. Campylobacter jejuni pada ayam
terdapat di dalam sel epitelia dan sel monokulear dari lamina propria yang
dapat menyebabkan jejenum dan ileum rusak parah. Pada umumnya
Campylobacter pada unggas (ayam, kalkun) menyebabkan gejala
subklinis, ditandai dengan turunnya produksi telur secara drastis, kurus,
kering, layu (shriveled), pial bersisik (scaly combs), tidak berdaya dan
menyendiri. Pada pemeriksaan histopatologis ditemukan perdarahan dan
daerah-daerah nekrotik dalam jaringan hati, ascites dan
hydropericardium, ginjal pucat dan membesar. Campylobacteriosis
biasanya menyebabkan infeksi intestinal akibat mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi dengan Campylobacter jejuni. Gejala yang timbul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
237
akibat penyakit ini adalah berupa sakit kepala, demam, gangguan saluran
pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare yang sering
disertai dengan darah, bahkan menyerang otot yang menimbulkan nyeri
otot. Bakteri ini merupakan salah satu penyebab terjadinya Guillain barre
syndrome pada kondisi tertentu yang berkaitan dengan sistem imun.
Campylobacter jejuni pada ayam tidak menyebabkan penyakit
tetapi kejadian kontaminasi karkas ayam oleh bakteri ini cukup tinggi yang
mengakibatkan campylobacteriosis pada manusia. Kasus
campylobacteriosis pada manusia disebabkan oleh adanya kontaminasi
Campylobacter jejuni pada karkas ayam. Selama proses pemotongan
bakteri Campylobacter jejuni akan menyebar ke karkas ayam.
Pada tahun 2016, UPTD BPBPTDK melakukan pengujian
Campylobacter jejuni sebanyak 125 sampel dari 5 Kabupaten/Kota D.I.
Yogyakarta. Dari 125 sampel tersebut yang dilakukan pengujian
sebanyak 41 sampel dengan hasil 6 sampel (15%) positif.Hal ini
mengindikasikan bahwa sanitasi danhygiene dalam pengelolaan bahan
pangan asal ternak masih harus terus diperbaiki.
Kabupaten/Kota Jumlah Positif Negatif % Positif
KOTA 25 0 0 0
BANTUL 25 0 0 0
KULON PROGO 24 0 15 0
GUNUNG KIDUL 26 6 20 15
SLEMAN 25 0 0 0
TOTAL DIY 125 6 35 15
Tabel 8.64. Hasil pengujian Campylobacter jejuni pada Daging Ayam tahun
2016
4. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 5.875.910.305,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 5.750.964.755,- atau (97,87%), ada sisa mati Rp.
124.945.550,- Realisasi kegiatan fisik mencapai 100%.
1) Pengembangan Produksi Semen Beku Sapi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
238
Sumber dana berasal dari dana APBD DIY tahun 2016 pada kegiatan
pengembangan produksi semen beku sebesar Rp. 1.630.438.655 meliputi
belanja pegawai Rp. 149.780.000; belanja barang dan jasa Rp.
1.326.658.655; belanja modal Rp. 154.000.000. Realisasi keuangan
sebesar Rp. 1.615.973.655 atau (99,11%). Capaian fisik melebihi 100%
yaitu tercapai produksi semen beku 40.086 dosis dari target 40.000 dosis.
Tercapainya distribusi semen beku di 4 kabupaten sebanyak 10.830
dosis dan terlaksananya Uji sampel semen beku secara mandiri. SDM
yang ada ada meliputi Medik Veteriner ada 2 Orang PNS, Pengawas
Bibit Ternak ada 4 Orang PNS, Pengelola Semen Beku ada 1 Orang
PNS, Laboran ada 2 Orang THL dan Petugas Kandang ada 5 Orang THL.
a) Hasil Pengujian dan Pemeriksaan Semen Beku
Pelaksanaan kegiatan bulan Januari sampai Desember 2016. Dengan
adanya hasil pengadaan bahan uji semen beku, maka UPTD BPBPTDK
seksi Penembangan Semen Ternak Bibit dan Pakan Ternak, telah
mampu menguji sampel semen beku secara mandiri.
Pengambilan sample semen segar dan beku BIBD Yogyakarta
dilakukan setiap koleksi dan setiap bulan sekali dengan mengambil dari
depo Semen beku tiap Kabupaten dan ada juga yang diambil dari
container inseminator. Kemudian semen beku diperiksa di laboratorium
semen beku UPTD BPBPTDK untuk mengetahui Motilitas, Konsentrasi,
PH, Persentase Hidup.
b) Distribusi Semen Beku
Distribusi Semen Beku BIBD ke Paguyuban Inseminator
Rapat koordinasi sosialisasi semen beku dan evaluasi distribusi
semen beku
Rapat koordinasi dilaksanakan antara pelaksana kegiatan provinsi
dengan aparat kabupaten dimaksudkan untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan sosialisasi semen beku ke kelompok ternak
serta distribusi semen beku.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
239
Pelaksanaan Distribusi di bulan Januari s/d Desember 2016.
Pendistribusian semen beku ke paguyuban IB di wilayah
Kabupaten/Kota di DIY.
Pembinaan dan evaluasi distribusi semen beku
Pembinaan kelompok dilakukan di kelompok-kelompok atau
paguyuban IB yang menerima dana bantuan dan para petugas IB
yang berada di kabupaten di Provinsi DIY. Pembinaan dan evaluasi
distribusi semen beku dapat dilaksanakan di dinas maupun di
kelompok/paguyuban.
Apresiasi penanganan semen beku
Apresiasi penenganan semen beku dilaksanakan dengan
mengundang narasumber yang kompeten di bidang penanganan
semen beku dan teknik IB agar pelaksanaan IB di DIY dapan
terlaksanan dengan baik dan dengan hasil yang lebih memuaskan.
Penyusunan laporan
Pembuatan laporan disusun setelah keseluruhan kegiatan selesai
dilaksanakan.
c) Target dan Realisasi Produksi / Distribusi Semen Beku
TARGET DAN REALISASI PRODUKSI / DISTRIBUSI SEMEN BEKU TAHUN ANGGARAN 2016
Target Produksi : 40.000 ds Target Distribusi : 20.000 ds
Realisasi Produksi : 40.086 ds Realisasi Distribusi : 10.830 ds
LAPORAN PRODUKSI SEMEN BEKU
NO BULAN PRODUKSI
(Dosis)
DISTRIBUSI STOCK
SB
DOSIS KAB
SISA PRODUKSI SEMEN BEKU 2016 (STOCK SB) 83.646
1 JANUARI 625
2 FEBRUARI 1.855
3 MARET 2.486
4 APRIL 4.425 1.600 BANTUL
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
240
5 MEI 1.758 2.000 BID NAK
6 JUNI 4.490
7 JULI 1.868
8 AGUSTUS 4.177 960
3.000
SLEMAN G.
KIDUL
9 SEPTEMBER 3.984
10 OKTOBER 5.271
11 NOVEMBER 6.162
12 DESEMBER 2.986 1.270 2.000
BANTUL G.
KIDUL
-Des 2016
40.086 10.830 29.256
SISA PRODUKSI 2015 (STOCK SB) 83.646 29.256 112.902
Tabel 8.65. Laporan Produksi dan Distribusi Semen Beku 2016
HASIL PRODUKSI SEMEN BEKU BULAN DESEMBER 2016
NO NAMA
PEJANTAN
SISA STOK
TH 2015
PRODUKSI TH 2016 DROPING KE BIDANG
PETERNAKAN STOK
S.B
s/d Bulan Lalu
Bulan Ini
s/d Bulan
Ini
s/d Bulan Lalu
Bulan Ini
s/d Bulan
Ini
s/d Bln ini
( Dosis ) ( Dosis )
( Dosis
)
( Dosis
)
( Dosis
)
( Dosis
)
( Dosis
) ( Dosis )
1 Sembada 2,418 751 0 751 1,460 1,709 3,169 0
2 Suryo 7,859 7,266 451 7,717 2,000 1,000 3,000 12,576
3 Samodro 4,804 0 0 0 1,000 561 1,561 3,243
4 Satrio 6,849 1,726 174 1,900 600 600 8,149
5 Aster Konan 1,813 1,180 227 1,407 0 3,220
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
241
6 Eyser 5,571 1,323 256 1,579 500 500 6,650
7 Egan 4,393 0 0 0 1,000 1,000 3,393
8 Esmond 3,505 0 0 0 1,000 1,000 2,505
9 Supala 0 0 0 0 0 0
10 Subali 0 0 0 0 0 0
11 Sandyaga 0 3,005 0 3,005 0 3,005
12 Sanjaya 0 0 0 0 0 0
13 Lucky 8,347 3,061 384 3,445 0 11,792
14 Orlando 8,665 6,904 779 7,683 0 16,348
15 Ontoseno 2,019 54 0 54 0 2,073
16 Brawijaya 7,957 4,714 588 5,302 0 13,259
17 Brajamusti 8,324 4,827 126 4,953 0 13,277
18 Lion 939 1,764 0 1,764 0 2,703
19 Java 2,210 526 0 526 0 2,736
20 Lorenzo 7,973 0 7,973
Jumlah 83,646 37,101 2,985 40,086 7,560 3,270 10,830 112,902
Tabel 8.66. Hasil Produksi Semen Beku Bulan Desember 2016
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
242
Tabel 8.67. Jenis Pejantan dan Jumlah Dosis
2) Pengembangan Pembibitan Ternak
Berupa pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit sapi perah
sebanyak 55 ekor, sapi potong sebanyak 31 ekor, kambing/domba
sebanyak 122 ekor
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 2.938.048.950,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 2.862.635.150,- atau (97,43%). Realisasi fisik mencapai
100%. Penyebab munculnya deviasi atau sisa mati adalah system lelang
pakan konsentrat (kompetisi) menghasilkan efisiensi yang maksimal.
3) Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular
Strategis (Pengujian Laboratoris)
Berupa realisasi fisik sebesar 100% yaitu terlaksananya pengujian
Pullorum sebanyak 6.000 spesimen, pengujian Toxoplasmosis sebanyak
100 spesimen, pengujian Helminthiasis sebanyak 720 spesimen,
pengujian Anthrax serologi pada sapi sebanyak 278 spesimen, pengujian
Kultur Anthrax sebanyak 25 sampel, pengujian Brucellosis pada sapi
perah sebanyak 500 spesimen, pengujian Newcastle Disease pada ayam
sebanyak 4.000 spesimen, pengujian Avian Influenza pada ayam
sebanyak 4.000 spesimen, serta pengujian Rabies sebanyak 300
spesimen. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 488.957.700,- realisasi
keuangan sebesar Rp. 478.656.800,- atau (97,89%).
A. Pembahasan Hasil Kegiatan
JENIS SAPI Jumlah Produksi
Bln ini JUMLAH STOK
SIMENTAL 1,108 50,714
LIMOUSIN 384 11,792
PO 779 23,860
BRAHMAN 714 26,536
Jumlah 2,985 112,902
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
243
a) Pengujian Pullorum Test
Pullorum merupakan penyakit pada ayam yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella pullorum yang merupakan bakteri berbentuk batang
pendek, Gramnegatif, tidak berspora dan unggas sebagai host spesifiknya.
Penularan penyakit pullorum dapat terjadi secara vertikal melalui telur dan
induk kepada anaknya atau secara horizontaldengan cara kontak langsung
atau tidak langsung. Secara langsung dapat melalui airminum, pakan,
peralatan kandang dan secara tidak langsung melalui vektor atau hewan
perantara seperti serangga dan tikus.
Gejala penyakit pullorum antara lain berak putih dan pada ayam atau
unggas yang masih muda menyebabkan kematian yang tinggi, sedangkan
pada ayam dewasa bertindak sebagai karier.
Penyebaran penyakit pullorum sangat luas dan hampir di seluruh
dunia pernah terserang, secara ekonomi penyakit ini menyebabkan
penurunan produksi telur, daya tetas menurun dan angka morbiditas serta
mortalitas yang tinggi yaitu 80-100%.
Pada usaha pembibitan ayam, pullorum tes wajib dilakukan dan jika
terdapat ayam positifpullorum harus dilakukan culling atau dimusnahkan
sehingga siklus S. pullorum terputus.Tipe kandang ayam petelur juga
berpengaruh terhadap seroprevalensi pullorum. Kandang dengan tipe litter
seroprevalensi pullorum lebih tinggi dibandingkan dengan kandang
individual.
Karena dampak ekonomisnya yang cukup tinggi maka dilaksanakan
pengujian Pullorum terhadap 6.000 spesimen dari 5 Kabupaten/Kota yang
terdiri dari 4.000 spesimen berasal dari unit pembibitan yaitu PT.Malindo
Feedmill Tbk. Semanu Gunungkidul, dan sisanya 2.000 spesimen berasal
dari Kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kota
Yogyakarta sebanyak 301 spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 363
spesimen, Kabupaten Kulon Progo sebanyak 387 spesimen, Kabupaten
Gunungkidul sebanyak 475 spesimen, dan Kabupaten Sleman sebanyak
474 specimen.Spesimen terdiri dari 1.389spesimen ayam buras/Jawa
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
244
Super/KUB dan 1.389 spesimen ayam layer.Data hasil pengujian per
kabupaten tersaji pada Tabel 3.
Hasil pengujian yaitu51,7% spesimen yang diuji menunjukkan hasil
seropositif dan sisanya sebanyak 48,4% menunjukkan hasil seronegatif.
Berdasarkan cakupan wilayah, hasil pengujian ditunjukkan pada Grafik 2
dan Grafik 3 yaitu Kabupaten Sleman memiliki persentase kejadian positif
paling tinggi yaitu 57,8%, diikuti Kabupaten Kulon Progo 57,4%, Kabupaten
Bantul 52,9%, kemudian Kabupaten Gunungkidul 46,5% dan terakhir Kota
Yogyakarta sebesar 41,2%. Jika berdasar jenis ayam maka persentase
positif pada ayam buras/Jawa Super/KUB adalah 53,02% dan persentase
positif pada ayam layer sebesar 51,04%.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Positif % Negatif %
Yogyakarta 301 124 41,2 177 58,8
Bantul 363 192 52,9 171 47,1
Kulon Progo 387 222 57,4 165 42,6
Gunungkidul 475 221 46,5 254 53,5
Sleman 474 274 57,8 200 42,2
DIY 2000 1033 51,7 967 48,4
Tabel 8.68. Hasil Pemeriksaan Pullorum Test Tahun 2016
Grafik 18. Persentase Hasil Pengujian Pullorum Test Tahun 2016
51,65048,350% Positif
% Negatif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
245
Grafik 19. Hasil Pengujian Pullorum Test Tahun 2016
Grafik 20. Rekapitulasi Hasil Pengujian Pullorum Tahun 2011-2016
Berdasarkan data pengujian yang tersaji di Grafik 3, maka prevalensi
penyakit pullorum terus meningkat yaitu pada tahun 2011 0%, tahun 2012
10%, tahun 2013 22 %, tahun 201426,3%,tahun 2015 35,9%, dan tahun
201651,7%. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bersama, hendaknya
41,196 52,893 57,364 46,526 57,806,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunungkidul Sleman
% Positif
0
10
22
26,3
35,9
51,650
0
10
20
30
40
50
60
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
246
sosialisasi dan pembinaan kepada peternak dan masyarakat tentang
penyakit pullorum harus terus ditingkatkan.
Beberapa alternatif tindakan untuk mengurangi kejadian penyakit
pullorum antara lain mengeliminasi atau tidak mencampur antara ayam
bebas dengan ayam karier dan menjaga sanitasi kandang dan lingkungan
terutama dari tikus dan serangga lain sebagai pembawa Salmonella.
Sedangkan pengobatan dapat dilakukan dengan amoxicilin,
poteniated sulfonamide, tetracyclines, dan fluoroqunolone.Selain tindakan
penanganan di atas, dapat pula dilakukan penerapan biosekuriti yang
meliputi :
Berikan kondisi kandang yang nyaman untuk ayam,
perhatikanaspek sirkulasi udara, suhu, kelembaban dan
kepadatan kandang yang sesuai serta sistem pemeliharaan all
in all out (ayam masuk dan keluar dalam satu waktu yang
sama).
Desinfeksi kandang isi dan lingkungan (luar) kandang untuk
meminimalkan jumlah bibit penyakit di dalam kandang.
Cuci peralatan kandang (tempat ransum dan tempat minum)
kemudian rendam dengan menggunakan desinfektan.
2. Pengujian Toxoplasma
Toxoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit
zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii.Pada
manusia, infeksi toxoplasmosis selalu menghantui kaum wanita terutama
ibu-ibu hamil.Apabila infeksi toxoplasmosis terjadi secara kongenital
dapat menyebabkan akibat pada bayi berupa perkapuran, korioretinitis,
hidrosefalus, mikrosefalus, gangguan psikologis, serta gangguan
perkembangan mental pada anak setelah lahir.Pada hewan,
toxoplasmosis banyak menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak kalah
pentingnya, karena dapat menyebabkan abortus, kematian dini, dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
247
kelainan kongenital.Dalam hal ini, hewan memegang peranan yang
sangat penting sebagai salah satu bentuk penularan.
Toksoplasmosis pada kambing dan domba memegang peranan yang
sangat penting, mengingat kasus abortus yang banyak terjadi terutama
pada domba. Kasus Toxoplasmosis pada manusia pertama kali diteliti di
Indonesia pada tahun 1965 dengan hasil menunjukkan bahwa 27,4 %
positif terkena toxoplasmosis. Sejak itu, prevalensi toksoplasmosis di
Indonesia diduga terus meningkat seiring dengan perubahan pola hidup
yang ada pada masyarakat. Sedangkan pada hewan, terdapat prevalensi
seropositif 75,6 % pada anjing dan 72,7 % pada kucing di Jakarta, 61 %
pada kambing di Kalimantan, 51 % pada babi di Jawa Barat (Ma’aruf,
1990). Kejadian di Jogjakarta pada domba dan babi masing masing 50 %
dan 40 % (Sri Hartati et al., 1993).
T. gondii dapat menginfeksi semua bangsa kambing dan domba baik
jantan maupun betina.Infeksi parasit T. gondii pada kambing dan domba
secara klinis sukar diketahui, dan hanya dapat dideteksi secara
serologik.Mengingat prevalesinya yang tinggi dan kejadiannya yang sukar
diketahui, maka dilakukanlah pengujian terhadap 100 spesimen yang
berasal dari 5 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 86 spesimen darah
kambing, dan 14 spesimen darah domba, yang terdiri dari 91 ekor betina
dan 9 ekor jantan.
Seperti yang digambarkan pada Grafik 4, hasil pengujian yaitu dari
100 spesimen menunjukkan 57 spesimen (57%) positif dan 43 spesimen
(43%) negatif. Data hasil pengujian per kabupaten tersaji pada Tabel 4.Jika
mempertimbangkan jenis hewan, hasil pengujian menunjukkan hasil 54,7%
positif pada kambing, dan 71,4% pada domba. Jika mempertimbangkan
jenis kelamin maka persentase kejadian positif pada betina adalah lebih
tinggi daripada pada jantan. Pada betina kejadian positif menunjukkan
60,4% sedangkan pada jantan kejadian positif menunjukkan 22,2%.
Sedangkan dari cakupan wilayah, hasil pengujian ditunjukkan pada
Grafik 6 dan Grafik 7 yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul memiliki
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
248
persentase kejadian positif paling tinggi yaitu 70%, diikuti oleh Kabupaten
Sleman 60%, Kabupaten Gunungkidul 55%, dan Kabupaten Kulonprogo
30%.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Positif % Negatif %
Yogyakarta 20 14 70 6 30
Bantul 20 14 70 6 30
Kulon Progo 20 6 30 14 70
Gunungkidul 20 11 55 9 45
Sleman 20 12 60 8 40
DIY 100 57 57 43 43
Tabel 8.69. Hasil Pengujian Toxoplasma tahun 2016
Grafik 21. Persentase Hasil Pengujian Toxoplasmosis Tahun 2016
57
43 % Positif
% Negatif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
249
Grafik 22. Hasil Pengujian Toxoplasmosis Tahun 2016 (Persentase Per
Kabupaten)
Grafik 23. Rekapitulasi Hasil Pengujian Toxoplasmosis Tahun 2011-2016
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kasus toxoplasmosis pada
kambing dan domba memiliki persentase yang tinggi dan perlu perhatian
yang serius.Seperti tersaji dalam Grafik 6, toxoplasmosis setiap tahunnya
70 70 30 55 600
10
20
30
40
50
60
70
80
% Positif
1923
32
63
56 57
0
10
20
30
40
50
60
70
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
250
selalu menunjukkan angka kejadian yang tinggi yaitu pada tahun 2011
prevalensi toxoplasmosis sebesar 19%, pada tahun 2012 sebesar 23%,
tahun 2013 sebesar 31%, tahun 2014 sebesar 63%, tahun 2015 56%, dan
tahun 2016 sebesar 57%.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, hendaknya perlu dilakukan
tindak lanjut pengobatan terhadap ternak yang dinyatakan positif
toxoplasma. Pengobatan untuk domba dan kambing dengan
pirimetaminmemperlihatkan respon yang berbeda terhadap daya bunuh
parasit.
Untuk pertumbuhan 50% proliferasi T.gondii tipe 1 diperlukan dosis
pirimetamin 30–100 kali lebih besar dibandingkan dengan dosis yang
diperlukan untuk toxoplasma tipe 2 dan tipe 3.T.gondii tipe 3 sangat
sensitif terhadap pirimetamin dibandingkan dengan tipe lainnya, obat ini
dapat menghambat proliferasi T.gondii tipe 3 sampai 80–90%, atau lebih
dengan meningkatkan dosis obat.
Pemberian klindamisin pada domba dan kambing dengan dosis 25–
50 mg/kg bobot hidup per hari dapat membunuh takizoit, diberikan selama
2 minggu. Jika tidak ada klindamisin, bisa diberi sulfadiazine dengan
dosis 30 mg/kg bobot hidup diberikan per oral setiap 12 jam bersama
dengan pemberian pirimetamin 0,5 mg/kg bobot hidup. Untuk mengurangi
efek samping seperti muntah yang timbul setelah pemberian obat, perlu
ditambah asam folat 5 mg/hari.
Selain pengobatan, hal yang tak kalah penting adalah tindakan
pencegahan untuk memutus mata rantai siklus hidup T. gondii antara
laindalam pemberian pakan rumput pada kambing dan domba
diusahakan dari rumput yang dipotong/diarit tidak terlalu dekat dengan
permukaan tanah. Penyimpanan konsentrat diusahakan tertutup untuk
menghindari cemaran ookista asal tinja kucing, yang dapat menularkan T.
gondii secarsa horizontal.
Mengingat pandangan masyarakatyang lebih mengenal Toxoplasma
menular lewat kucing, hendaknya diperlukan pula sosialisasi dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
251
penjelasan penularan Toxoplasma melalui hewan lain. Disertai penjelasan
pencegahannya antara lain dengan tidak mengkonsumsi makanan
mentah, daging domba, kambing atau daging hewan lain yang kurang
masak, juga menghindari kontak langsung dengan kucing.
3. Pengujian Helminthiasis
Infestasi parasit internal masih menjadi faktor yang sering
mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian
ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat karena penerapan
sistem pemeliharaan dan kebersihan lingkungan yang buruk.Infestasi
parasit internal dapat menyebabkankerugian ekonomis yang sangat
besar, misalnya saja pada infestasi oleh Fasciola sp. secara global
kerugian yang ditimbulkan mencapai 20 triliun/tahun.
Dampak subklinis secara umum dari infestasi parasit internal seperti
penurunanproduksi karena hypoproteinemia ataukekurangan protein
dalam darah, penurunansistem kekebalan tubuh, kerusakan organ
dananemia sering tidak terlihat.Pada umumnyagejala klinis yang muncul
seperti penurunankonsumsi pakan, penurunan bobot badan danlain-lain
baru terlihat jelas setelah terjadiserangan akut yang sering kali berujung
padakematian.
Pemeriksaan feses secara rutin sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya parasit gastrointestinal pada ternak, terutama
jenis dan derajat infeksinya.Dengan mengetahui jenis cacing yang
menginfeksi maka segera dapat dilakukan pengobatan dengan jenis obat
antiparasit yang tepat, sehingga pengobatannya menjadi lebih efektif.
Sebanyak 720 spesimen menunjukkan 500spesimen (69,4%)
positif dan 220 spesimen (30,6%). Sedangkan dari cakupan wilayah,
hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 5 yaitu Kota Yogyakarta memiliki
persentase kejadian positif paling tinggi yaitu 82,1%, diikuti oleh
Kabupaten Bantul 73,8%, kemudian Kabupaten Gunungkidul 67,2%,
Kabupaten Kulon Progo 62,7% dan Kabupaten Sleman 60,9%.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
252
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Positif % Negatif %
Yogyakarta 39 32 82,1 7 17,9
Bantul 336 248 73,8 88 26,2
Kulon Progo 102 64 62,7 38 37,3
Gunungkidul 128 86 67,2 42 32,8
Sleman 115 70 60,9 45 39,1
DIY 720 500 69,4 220 30,6
Tabel 8.70. Hasil Pengujian Helminthiasis tahun 2016
Grafik 24. Persentase Pengujian Helminthiasis Tahun 2016
Grafik 25. Hasil Pengujian Helminthiasis Tahun 2016 (Per Kabupaten)
69,444
30,556% Positif
% Negatif
82,051 73,810 62,745 67,188 60,870,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
% Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
253
*F : Fasciola sp., S :Strongyle, P : Paramphistomum sp.,A : Ascaris sp.,
E : Eimeria sp., St : Strongyloides sp., T : Trichuris sp., To :
Trichostrongylus sp..
Grafik 26. Data Prevalensi Hasil Pengujian Helminthiasis Tahun 2016
Jenis spesies cacing yang menginfestasi ada 8 yaitu Strongyle,
Fasciola sp., Paramphistomum sp.,Ascaris sp., Eimeria sp.,
Strongyloides sp., Trichuris sp., danTrichostrongylussp..Cacing yang
paling banyak menginfestasi sapi adalahFasciola sp.
sebanyak38,0%,Strongyle sebanyak 33,2%, Paramphistomum sp.
24,6%,Strongyloides sp. sebanyak 2,3%, Ascaris sp. sebanyak 1,3%,
dan Trichuris sp., Trichostrongylus sp. dan Eimeria sp. masing-masing
kurang dari 1%.
38
33,2
24,6
2,3 1,3 0,2 0,2 0,20
5
10
15
20
25
30
35
40
F S P St A T To E
%
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
254
Grafik 27. Rekapitulasi Hasil Pengujian Helminthiasis Tahun 2011-2016
Mengingat tingginya kejadian helminthiasis setiap tahunnya, yaitu
pada tahun 2011 prevalensi helminthiasis sebesar 70%, tahun 2012
sebesar 66%, tahun 2013 79%, tahun 2014 sebesar 69,6%, dan tahun
2016 53,8%, maka aspek pengendalian parasit internal sebagai salah
satu unsur manajemen produksi ternak perlu ditingkatkan. Strategi
pengendalian parasit internal yang disusun secara tepat dapat
meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas ternak, mencegah
kerugian ekonomis yang disebabkan oleh parasit internal dan mencegah
terjadinya resistensi terhadap obat.
Pengobatan cacing kelompok nematoda dan juga trematoda
disarankan menggunakan senyawa benzimidazole yang memiliki
spektrum luas dan memiliki kemampuanmembunuh larva serta
telurcacing, sehingga diharapkan memberi kemudahan
dalampemberantasan parasit.Namun perlu diperhatikan bahwa
pemakaian senyawa benzimidazole secara terus menerus dapat
menimbulkan resistensi pada cacing.Kadang–kadang tingkat
resistensinya demikian tinggi, sehingga menyebabkan penggunaan
7066
79
69,6
53,8
69,444
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
255
senyawa benzimadozole kurang memuaskan dan harus diganti dengan
preparat levamizole atau avermectin.
Cara yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit
cacingan adalah dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
a) Pemberian obat cacing. Sebaiknya dilakukan pengobatan
secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing.
b) Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan
meliputi kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan
desinfektan serta memotong rumput di sekitar area
peternakan.
c) Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi
peluang yang tinggi bagi infestasi cacing.
d) Pemberian ransum dengan kandungan mineral dan protein
yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh tetap baik.
e) Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering,
tidak menggumpal dan tidak lembab.
f) Peternakan dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah
ternak dalam kandang tidak terlalu padat serta ventilasi
kandang yang cukup.
Teknik pengobatan harus dilakukan dengan tepat sehingga
efektivitas pengobatan optimal, usaha yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemilihan obat yang tepat. Obat cacing dikatakan efektif jika
mempunyai spektrum kerja terhadap cacing tersebut.
Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis
cacing yang menginfeksi. Selain itu juga harus dengan dosis
yang tepat dan cara pemberian yang tepat.
2. Pengulangan pemberian obat cacing. Pengobatan infeksi
cacing memerlukan proses pengulangan. Pengulangan ini
bertujuan membasmi cacing secara total karena secara umum
obat cacing tidak bisa membasmi semua fase hidup cacing
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
256
(telur, larva dan cacing dewasa). Pengulangan tersebut
disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan kondisi kandang.
3. Kombinasi obat. Pemberian obat cacing kadang-kadang
bersamaan dengan antibiotik jika ada infeksi sekunder oleh
bakteri. Jika kombinasi tersebut ternyata menimbulkan
interaksi yang merugikan, pilih antibiotik lain atau antibiotik
diberikan 1 hari setelah pemberian obat cacing. Dari
segifarmakologi, pemberian obat cacing bersamaan dengan
vitamin umumnya tidak terjadi interaksi yang merugikan
sehingga bisa dilakukan setiap saat.
4. Resistensi obat cacing. Resistensi tidak hanya terjadi pada
mikrobia terhadap antibiotik saja, tetapi cacing juga bisa
menjadi resisten terhadap anthelmintik. Hingga saat ini
resistensi cacing yang pernah dilaporkan terjadi antara
lainOesophagostonum sp. yang menginfeksi babi resisten
terhadap pyrantel dan levamisol atau cyathostomes pada
kuda resisten terhadap benzimidazol. Kasus resistensi
tersebut kemungkinan besar karena penggunaan obat cacing
yang terlalu sering dalam satu tahun (5-12 kali).
4. Pengujian Anthrax Serologi pada sapi dan Kultur Anthrax pada
sampel tanah
Anthrax adalah penyakit yang disebabkan Bacillus anthracis.
Penyakit ini dapat menyerang hewan domestik maupun liar, terutama
hewan herbivora,seperti sapi, domba, kambing, beberapa spesies
unggas dan dapat menyerang manusia (zoonosis).
Anthrax merupakan penyakit zoonosis penting dan strategis
sehingga perlu ditangani dengan baik.Tingkat kematian karena Anthrax
sangat tinggi terutama pada hewan herbivora, mengakibatkan kerugian
ekonomi dan mengancam keselamatan manusia.Diagnosis Anthrax
umumnya dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
257
di laboratorium untuk mengisolasi agen penyebab, uji serologis dan
molekuler .
Gejala penyakit pada hewan Hewan dapat tertular Anthrax melalui
pakan (rumput) atau minum yang terkontaminasi spora. Spora yang
masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami germinasi,
multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin sehingga
menyebabkan kematian (biasanya mengandung ± 10 9 kuman/ml
darah).
Anthrax pada hewan dapat ditemukan dalam bentuk perakut, akut,
subakut sampai dengan kronis. Untuk ruminansia biasanya berbentuk
perakut dan akut ; kuda biasanya berbentuk akut ; sedangkan anjing,
kucing dan babi biasanya berbentuk subakut sampai dengan kronis.
Gejala penyakit pada bentuk perakut berupa demam tinggi (42°C),
gemetar, susah bernafas, kongesti mukosa, konvulsi, kolaps dan mati.
Darah yang keluar dari lubang kumlah (anus, hidung, mulut atau vulva)
berwarna gelap dan sukar membeku.Bentuk akut biasanya menunjukan
gejala depresi, anoreksia, demam, nafas cepat, peningkatan denyut
nadi, kongesti membran mukosa.Sedangkan pada bentuk subakut
sampai dengan kronis, terlihat adanya pembengkakan pada
lymphoglandula pharyngeal karena kuman Anthrax terlokalisasi di
daerah itu. Di Indonesia, kejadian Anthrax biasanya perakut, yaitu :
demam tinggi, gemetar, kejang-kejang, konvulsi, kolaps dan mati.
Pengujian AnthraxSerologi dilakukan pada 278 spesimen yang
berasal dari Kabupaten Sleman. Pengujian anthrax serologi
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction belum dapat
dilaporkan karena belum adanya kontrol positif Anthrax yang
menentukan validitas hasil pengujian. Kontrol positif masih menunggu
dari BBVet Wates. Hasil pengujian nantinya akan tetap diinformasikan
kepada kabupaten.
Sedangkan pengujian kultur Anthrax dilakukan pada 25 sampel
tanah yang diambil di Pasar Hewan di wilayah DIY yaitu pengujian
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
258
menunjukkan semua spesimen negatif. Pelaksanaan vaksin anthrax
untuk ternak hendaknya ditingkatkan dan vaksinasi harus tetap
dilakukan secara terencana dan teratur meskipun penyakit anthrax
tidak ditemukan dalam waktu puluhan tahun. Perlu secara ketat
dilakukan penutupan daerah endemik anthrax bagi keluar masuknya
ternak.
Kabupaten Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Positif Negatif
Bantul 3 - 3
Kulon Progo 4 - 4
Gunungkidul 9 - 9
Sleman 9 - 9
DIY 25 - 25
Tabel 8.71. Hasil Rekapitulasi Pengujian Kultur Anthrax tahun 2016
5. Pengujian RBT (Rose Bengal Test) pada Sapi
Brucellosis atau penyakit keluron menularmerupakan salah satu
penyakit hewan menularstrategis karena penularannya yang relatif
cepat antar daerah dan lintas batas sertamemerlukan pengaturan
lalulintas ternak yang ketat. Brucellosismengakibatkan tingginya angka
keguguranpada sapi, pedet lahir mati/ lemah, infertilitas,sterilitas dan
turunnya produksi susu.
Penyakit Bruselosis disebabkan oleh Brucella abortus. Spesies
Brucella diketahui memiliki 9 biotipe, yang rupanya semuanya
menghasilkan penyakit yang sama. Sumber utama penularan Brucella
pada sapi di antaranya sekresi cairan uterus, jaringan placenta, janin,
kolostrum dari susu penderita atau semen beku yang tercemar
Brucella.
Pada wilayah penyebaran ternak yang tidak terkendali terutama
tidak adanya pengawasan penyakit, screening test dapat di lakukan
pada daerah produksi susu sebelum susu dikirim. Pada industri
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
259
pengolahan susu dapat dilakukan pemeriksaan Milk Ring Test (MRT)
tetapiharus dilanjutkan dengan pemeriksaan individu pada sapi mana
saja yang terinfeksi dengan pengujian serologi test atau Rose Bengal
Plate Testdan uji Complement Fixation Test, bahkan lebih teliti lagi
yaitu dengan pengujian ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent
Assay).
Pulau Jawa sebagai sentra sapi perah dengan populasi
mencapai 98% dari populasi nasional menghadapi masalah brucellosis
dengan angka prevalensi yang masih cukuptinggi.Tingginya populasi
serta sanitasi danhigiene kandang yang kurang memadaimemudahkan
penularan penyakit melaluikontak langsung.
Selain itu tidak telihatnyagejala klinis pada ternak reaktor
brucellosis,sukarnya monitoring lalu-lintas ternak, belumoptimalnya
pelaksanaan test and slaughter,tidak sesuainya biaya kompensasi
denganjumlah kasus, pemakaian vaksin B. abortusS19 di beberapa
daerah, dan belum optimalnyakeikutsertaan petani dalam
penaggulanganmenjadi penyebab sulitnya melakukanpemberantasan
dan pengendalian brucellosispada sapi perah.
Untuk mencegah kerugian yangditimbulkan akibat brucellosis
perlu ditetapkansuatu program yang bersifat menyeluruh
untukmelakukan pemberantasan dan pengendalianpenyakit pada
sapi.Salah satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pengambilan
spesimen secara rutin untuk mengethaui kejadian bruselosis di
lapangan.
Spesimen yang diuji dengan RBT berasal dari Kota Yogyakarta
sebanyak39 spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 120 spesimen,
Kabupaten Kulonprogo sebanyak100 spesimen, Kabupaten
Gunungkidul 120 spesimen, serta Kabupaten Sleman sebanyak 121
spesimen. Spesimen tersebut terdiri dari 124 ekor sapi perah dan 376
sapi potong. Hasil pengujian menunjukkan 0,4% ternak yang diperiksa
menunjukkan hasil positif terhadap penyakit Brucellosis.Keberhasilan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
260
penanggulangan brucellosis pada sapi banyak tergantung pada para
pemegang kebijakan. Sangat diperlukan dukungan pemerintah, dana,
sumber daya manusia dan waktu untuk keberhasilan pengendalian
brucellosis.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Positif % Negatif %
Yogyakarta 39 0 0,0 39 100,0
Bantul 120 0 0,0 120 100,0
Kulon Progo 100 1 1,0 99 99,0
Gunungkidul 120 0 0,0 120 100,0
Sleman 121 1 0,8 120 99,2
DIY 500 2 0,4 498 99,6
Tabel 8.72. Hasil Rekapitulasi Pengujian RBT 2016
Grafik 28. Hasil Pengujian RBT Tahun 2016
,400
99,600
% Positif
% Negatif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
261
Grafik 29. Rekapitulasi Hasil Pengujian Brusellosis Tahun 2011-2016
Pada tahun 2016 terdapat kasus positif RBT sebanyak 2
spesimen yaituspesimen Kabupaten Kulonprogo sebanyak 1 spesimen,
serta Kabupaten Sleman sebanyak 1 spesimen. Hewan dengan hasil
positif dikarantina dan dimonitor sambil menunggu hasil uji Complement
Fixation Test (CFT). Setelah dikonfirmasi dengan Uji CFT 1 (satu)
spesimen yang menunjukkan hasil postif yaitu spesimen dari
Kabupaten Sleman. Sapi positif Brucella (reaktor) kemudian
diperlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengingat adanya kasus positif di tahun 2016 meskipun sejak
tahun 2011 pengujian bruselosis menunjukkan hasil negatif, hendaknya
pengujian secara rutin tetap harus dilakukan, ternak reaktor dengan
diberi tanda khusus, tidak boleh dipasarkan dan harus dipotong di
Rumah Potong Hewan. Ternak dengan hasil uji negatif diberi sertifikat
uji yang berlaku 1 tahun dan boleh ditransportasikan secara
terbatas.Dan tak kalah penting, lalu lintas ternak antar daerah terus
diperketat dan disertai pengawasan dokumen lalu lintas ternak secara
ketat.
6. Pengujian Newcastle Disease
0 0 0 0
2
,400
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% Positif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
262
Penyakit ND (Newcastle Disease) pada ayam masih
merupakan ancaman bagi para peternak di Indonesia, karena
menyebabkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit. Upaya
menanggulangi dengan vaksinasi yang menggunakan berbagai
vaksin dan berbagai program vaksinasi telah dilakukan, namun
demikian seringkali titer antibodi yang dihasilkan tidak seperti yang
diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal. Untuk mengetahui keberhasilan
program vaksinasi, secara berkala perlu dilakukan pemeriksaan
serologik sehingga apabila hasilnya kurang memuaskan dapat
segera dilakukan revaksinasi.
Berbagai uji serologi dapat dilakukan untuk evaluasi titer
antibodi antara lain : Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI). Uji Pengikatan
Komplemen (CFT), uji Virus Netralisasi maupun uji ELISA (Enzym
Linked Immunosorbent Assay). Uji HI lebih banyak dipakai karena
selain mudah dan murah, uji ini spesifik dan dapat menunjukkan status
kekebalan pada ayam.Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa
ayam-ayam kebal terhadap serangan ND bila hasil titer antibodi HI
tinggi.
Pada tahun 2016 dilakukan pengujian AI pada 4.000 spesimen
darah ternak dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Spesimen yang diuji berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak 187
spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 613 spesimen Kabupaten
Kulonprogo sebanyak 881 spesimen, Kabupaten Gunungkidul
sebanyak 1.173 spesimen serta Kabupaten Sleman sebanyak 1.146
spesimen. Spesimen kemudian diuji dengan metode uji serologi HI di
Laboratorium Kesehatan Hewan UPTD BPBPTDK.
Hasil pengujian menunjukkan 2.422 spesimen (60,6%) protektif
terhadap ND, sedangkan sisanya 1.578 spesimen (39,5%) non
protektif. Data hasil pengujian selengkapnya tersaji dalam Tabel 8.Hasil
pengujian ini menunjukkan jumlah ternak yang protektif cukup baik,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
263
sehingga hendaknya dapat menjadi bahan evaluasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan program vaksinasi. Jika dibandingkan
dengan hasil pengujian tahun lalu, maka angka protektif mengalami
kenaikan yaitu dari 23 % menjadi 60,6%.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Protektif % Tidak Protektif %
Yogyakarta 424 145 34,2 279 65,8
Bantul 537 237 44,1 300 55,9
Kulon Progo 959 798 83,2 161 16,8
Gunungkidul 930 727 78,2 203 21,8
Sleman 1150 515 44,8 635 55,2
DIY 4000 2422 60,6 1.578 39,5
Tabel 8.74. Hasil Rekapitulasi Pengujian Newcastle Disease 2016
Grafik 30. Hasil Pengujian Newcastle Disease Tahun 2016
60,550
39,450% Protektif
% NonProtektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
264
Grafik 31. Hasil Pengujian Newcastle Disease Tahun 2016(Per
Kabupaten)
Grafik 32. Rekapitulasi Hasil Pengujian Newcastle Disease Tahun 2014-
2016
Jika ditilik dari asal specimen, maka jumlah spesimen yang
berasal dari ayam yang telah divaksin yaitu sebanyak 3.545 spesimen,
dengan hasil vaksinasi yang menunjukkan titer protektif adalah
sebanyak 2.304 spesimen (65%), namun ada beberapa vaksinasi yang
34,198 44,134 83,212 78,172 44,783,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
% Protektif
37,8
23
60,550
0
10
20
30
40
50
60
70
2014 2015 2016
% Protektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
265
menunjukkan titer yang tidak protektif dan bahkan tidak menunjukkan
titer.
Jumlah Sampel Protektif Non Protektif % Protektif
Tidak Vaksin 455 118 337 25,9
Vaksin 3.545 2.304 1.241 65,0
Tabel 8.75. Hasil Pengujian ND Tahun 2016 berdasarkan riwayat vaksin
Tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit ND. Program vaksinasi yang secara
umum diterapkan, yaitu (1) pada infeksi lentogenik ayam pedaging,
dicegah dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes mata pada anak
ayam umur sehari dengan menggunakan vaksin Hitchner B dan
dilanjutkan dengan booster melalui air minum atau secara aerosol (2)
pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan pemberian
vaksin Hitchner B secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10.
Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu
dengan vaksin Hitchner B atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan
pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak
pada umur 18 – 20 minggu. Vaksin multivalen ini dapat diberikan lagi
pada umur 45 minggutergantung kepada titer antibodi kawanan ayam,
resiko terjangkitnya penyakit dan faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan pemeliharaan.Tindakan pencegahan selain vaksinasi adalah
sanitasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Sebelum kandang dipakai, kandang dibersihkan kemudian
dilabur dengan kapur yang dibubuhi NaOH 2%. Desinfeksi
kandang dilakukan secara fumigasi dengan menggunakan
fumigant berupa formalin 1 – 2% dan KMnO4, dengan
perbandingan 1 : 5000.
2. Liter diupayakan tetap kering, bersih dengan ventilasi yang
baik. Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
266
memindahkan virus ND. Kandang diusahakan mendapat
cukup sinar matahari.Hindari penggunaan karung bekas.
3. DOC harus berasal dari perusahaanpembibit yang bebas
dari ND
4. Sediakan di pintu-pintu masuk tempat penghapus hamaan,
baik untuk alat transportasi maupun orang.
5. Memberikan pakan yang cukup kuantitas maupun kualitas.
7. Pengujian Avian Influenza
Avian Influenza(AI) adalah penyakit influenza pada unggas
disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk dalam famili
Orthomyxovirus. Virus ini berukuran 80–120 nm,
berbentukpleomorphic, mempunyai amplop, mengandung
ribonucleatacid (RNA) dengan penjuluran glikoprotein yang mempunyai
aktivitas haemaglutinasi, neurominidase dan antigenisitas.Virus AI tipe
A ini dibagi menjadi subtipe dan varian berdasarkan haemaglutinin
(H1–H15) yang berbeda secara antigenik dan berbeda pula pada
Neuraminidase (N1–N9). Penyakit influenza pada unggas bersifat
sangat akut dengan gejala klinis, berupa gangguan pernafasan bagian
atas dan gangguan reproduksi serta dapat menimbulkan kematian
hingga 100% pada kasus virus yang sangat patogen.
Di Indonesia influenza pada unggas mulai terdeteksi pada tahun
1983 dengan prevalensi antara 6,76-100% pada itik. Sejak awal
Agustus 2003 hingga sekarang penyakit influenza unggas mewabah
pada peternakan ayam di beberapa daerah di Pulau Jawa, Bali,
Sumatera dan Kalimantan dengan tingkat kematian yang sangat tinggi.
Penyebab penyakit influenza unggas tersebut telah berhasil diisolasi
dan dikarakterisasi secara lengkap oleh Balai Penelitian Veteriner yaitu
berupa virus influenza A dengan sub tipe H5N1.
Penyakit influenza unggas yang disebabkan oleh sub tipe H5N1
dapat ditanggulangi dengan melakukan pemusnahan hewan tersangka,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
267
sedangkan pencegahan penyakit dapat dilaksanakan program
vaksinasi yang sesuai dengan sub tipe virus kasus lapang.Pemerintah
Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, telah
memutuskan penggunaan program vaksinasi sebagai program
eradikasi, oleh karena itu dipilih pengembangan vaksin dengan biang
virus yang sesuai dengan virus lapang.Disamping itu, untuk menunjung
program vaksinasi AI, diperlukan perangkat diagnostik untuk memonitor
titer antibodi yang dihasilkan dari ayam yang telah divaksinasi dengan
uji hemaglutinasi inhibisi (HI). Selanjutnya dapat diketahui titer proteksi
terhadap virus lapang H5N1 pada uji tantang.
Merebaknya kasus penyakit AI di berbagai wilayah Indonesia
diduga mempunyai dampak yang cukup serius secara lintas
sektoral,mengingat dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Hal
ini meliputi: (a) Keterpurukan industri perunggasan dan sarana
pendukungnya; (b) Meningkatnya impor produk peternakan; (c)
Kepanikan masyarakat, yang berakibat sebagian menghindari
konsumsi telur dan daging ayam.
Pada tahun 2016 dilakukan pengujian AI pada 4.000 spesimen
darah ternak dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Spesimen yang diuji berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak 338
spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 646 spesimen, Kabupaten
Kulonprogo sebanyak 803 spesimen, Kabupaten Gunungkidul
sebanyak 736 spesimen serta Kabupaten Sleman sebanyak 1.477
spesimen. Spesimen kemudian diuji dengan metode uji serologi di
Laboratorium Kesehatan Hewan UPTD BPBPTDK. Hasil pengujian
seperti ditunjukkan pada Tabel 10 dan Grafik 16, yaitu582 spesimen
atau 14,6% protektif sedangkan sisanya 3.418 spesimen atau 85,5%
non protektif.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Protektif % Non Protektif %
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
268
Yogyakarta 338 0 0,0 338 100,0
Bantul 646 57 8,8 589 91,2
Kulon Progo 803 228 28,4 575 71,6
Gunungkidul 736 333 45,2 403 54,8
Sleman 1.477 214 14,5 1.263 85,5
DIY 4000 832 20,8 3.168 79,2
Tabel 8.76. Hasil Rekapitulasi Pengujian Avian Influenza 2016
Grafik 33. Hasil Pengujian Avian Influenza Tahun 2016
Jika ditilik dari asal spesimen, maka jumlah spesimen yang
berasal dari ayam yang telah divaksin yaitu sebanyak 2.488 spesimen,
dengan hasil vaksinasi yang menunjukkan titer protektif adalah
sebanyak 826 spesimen (33,2%), namun ada beberapa vaksinasi yang
menunjukkan titer yang tidak protektif dan bahkan tidak menunjukkan
titer. Jika dibandingkan dengan hasil pengujian tahun lalu, maka angka
protektif mengalami kenaikan yaitu dari 28% menjadi 33,2%. Hasil
pengujian ini menunjukkan jumlah ternak yang protektif masih rendah,
sehingga hendaknya dapat menjadi bahan evaluasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan program vaksinasi.
20,800
79,200
% Protektif
% NonProtektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
269
Grafik 34. Hasil Pengujian Avian Influenza Tahun 2016(Per Kabupaten)
Jumlah Sampel
Protektif Non Protektif % Protektif
Tidak Vaksin 1.512 6 1.506 0,4
Vaksin 2.488 826 1.662 33,2
Tabel 8.77. Hasil Pengujian Avian Influenza 2016 berdasarkan riwayat
vaksin
,00 8,824 28,394 45,245 14,489,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunungkidul Sleman
% Protektif
18
14
23
15
20,800
0
5
10
15
20
25
2009 2012 2014 2015 2016
% Protektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
270
Grafik 35. Rekapituasi Hasil Pengujain AI Tahun 2009, 2012, 2014, 2015,
2016
Diperlukan kontrol yang ketat dan tindakan pencegahan penyakit
untuk menekan kejadian penyakit AI dan penularan AI ke manusia,
antara lain :
1. Sanitasi
Menghindari kontak dengan ternak penderita dan
bahan-bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas
serta reservoir virus, dengan beberapa langkah, yaitu alat-alat
yang digunakan dalam peternakan dibersihkan, dicuci dengan
deterjen dan didesinfeksi.
Di lingkungan kandang peternakan, desinfektan yang
bisa digunakan berupa campuran Kalium Permanganat
(KMnO4), dengan formalin. Hal ini dilakukan pada kandang
yang tertutup rapat, dengan cara mencampur 7 gram KMnO4
dengan 14 ml formalin untuk tiap 1 meter kubik kandang.
Pada saat desinfeksi, suhu ruangan harus tidak lebih dari 15
derajat Celcius, kelembaban relative 60 sampai dengan 80
persen. Bejana diisi lebih dahulu dengan KMnO4, ditambah
larutan formalin, pintu dan ventilasi ditutup rapat selama 7
jam, sehingga desinfeksi akan sempurna. Setelah selesai,
pintu dan ventilasi kembali dibuka agar udara segar masuk
dan menghilangkan bau tak sedap.
Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan dan setiap orang yang berhubungan dengan
bahan yang berasal dari saluran pencernaan unggas harus
menggunakan pelindung berupa masker dan kacamata
renang.
Mengkonsumsi daging dan telur yang dimasak sampai
matang sempurna.Virus AI peka terhadap panas, pada suhu
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
271
70 derajat Celsius mati selama 2 sampai dengan 10
menit.Tidak perlu panik, daging unggas, telur dan produk
olahan yang sudah matang serta dijual dipasar boleh
dikonsumsi. Melaksanakan kebersihan lingkungan dan
kebersihan diri dengan cara mandi setelah bekerja bagi
kelompok rawan.
b) Vaksinasi
Vaksin unggas yang dibuat harus cocok dengan virus
yang akan mewabah, karena vaksin untuk infeksi sub tipe
virus tertentu tidak efektif digunakan sebagai vaksin untuk
infeksi sub tipe virus lain. Oleh karena virus influenza mudah
berubah sifat, maka sangat penting upaya bisa memprediksi
virus yang akan mewabah guna pembuatan vaksin. Hal ini
tentunya diperlukan tenaga ahli di bidang epidemiologi dan
juga peralatan laboratorium yang memadai.Unggas yang
sehat yang berada sekitar 5 kilometer sekitar daerah wabah
harus divaksinasi darurat.
c) Eliminasi
Eliminasi penyakit dilakukan dengan upaya karantina,
pemotongan dan pemusnahan, dekontaminasi, desinfeksi,
yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
d) Isolasi
Tindakan isolasi dilakukan dengan mencegah penularan
dari flok unggas yang terinfeksi ke flok lain, membatasi lalu
lintas orang dan barang dari dan ke peternakan yang
terinfeksi guna mencegah penularan penyakit ke peternakan
dan wilayah lain.
5. Biosekuritas
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
272
Biosekuritas merupakan hal yang utama dalam kontrol
dan pencegahan penyakit AI.
8. Pengujian Rabies pada Anjing
Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis yang sangat
penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila penyakit
tersebut menyerang manusia dan tidak sempat mendapat perawatan
medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis yang
mengharukan. Penyakit rabies tersebar luas di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia.Hampir semua kematian pada manusia yang
disebabkan oleh rabies terjadi di daerah tropik, dengan kejadian
penularan melalui gigitan anjing. Bila ditinjau dari aspek perkembangan
industri peternakan, dampak rabies mungkin kecil artinya, tetapi ditinjau
dari segi kesehatan masyarakat, serta dari segi sosial ekonomi, maka
dampaknya cukup dirasakan, terutama dari segi pariwisata .
Penyakit rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus,
famili Rhabdoviridae, menyerang susunan syaraf pusat atau central
nervous system (CNS) .Berdasarkan patogenesisnya, virus rabies ini
menjalar dan merambat dari susunan syaraf perifer (tempat luka
gigitan) menuju CNS dengan kecepatan 3 mm/jam.Virus rabies berada
dalam air liur hewan penderita (anjing) beberapa hari sebelum
menunjukkan gejala-gejala klinis dengan variasi antara 1-13 hari.
Diagnosis penyakit di laboratorium dilakukan berdasarkan
pemeriksaan spesimen otak dengan metode Fluorescent Antibody
Technique(FAT), inokulasi pada mencit (mouse inoculation test),
sedangkan uji serologi yang direkomendasikan oleh Office
Internationale des Epizooties adalah Fluorescent Antibody Virus
Neutralization(FAVN). Teknik ELISA untuk deteksi antibodi virus rabies
dalam serum manusia dengan menggunakan antigen glikoprotein virus
dikembangkan oleh GRASSI et al. (1989).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
273
Pengujian Rabies dengan metode ELISA baru dapat dilaksanakan
sebnayak 198 spesimen dikarenakan ketidaktersediaan kit pengujian.
Sisa sampel pengujian akan diuji jika kit telah datang dan akan tetap
diinformasikan kepada kabupaten. Dari hasil pengujian pada 300 ekor
anjing yang diambil specimen darahnya, didapatkan hasil73specimen
(24,3%)anjing yang diperiksa menunjukkan hasil protektif, sedangkan
sisanya 227specimen (75,7%) menunjukkan hasil non protektif.Jika
ditilik lebih lanjut, dari 134 hewan yang divaksin, yang menunjukkan
hasil protektif adalah 73 spesimen atau 54,7%, meningkat dari tahun
2015 yaitu 34%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas vaksinasi harus
dipertahankan dan ditingkatkan. Sedangkan serum darah hewan yang
tidak divaksin tidak ada yang menunjukkan hasil protektif.
Kabupaten/Kota Jumlah Sampel
Hasil Pemeriksaan
Protektif % Non Protektif %
Yogyakarta 36 14 38,9 22 61,1
Bantul 51 1 2,0 50 98,0
Kulon Progo 70 1 1,4 69 98,6
Gunungkidul 83 34 41,0 49 59,0
Sleman 60 23 38,3 37 61,7
DIY 300 73 24,3 227 75,7
Tabel 8.78. Hasil Rekapitulasi Pengujian Rabies Tahun 2016
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi
antara lain saat pelaksanaan vaksin dibawa tanpa pendingin, sarana
penyimpanan vaksin di banyak daerah sangat minim sehingga akan
dapat mempengaruhi potensi vaksin yang digunakan, wilayah kerja
yang sangat luas, ditambah medan yang berat, tenaga SDM karantina
kesehatan hewan yang kurang memadai.Selain itu faktor hewan dan
faktor vaksin juga dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
274
Grafik 36. Hasil Pengujian Rabies Tahun2016
Grafik 37. Hasil Pengujian Rabies Tahun2016 (Per Kabupaten)
24,333
75,667
% Protektif
% Non Protektif
38,889 1,961 1,429 40,964 38,333,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
% Protektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
275
Grafik 38. Hasil Pengujian Rabies Tahun2014-2016
Pencegahan dan pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan
antara lain dengan :
1. Kontrol yang ketat terhadap lalu lintas hewan anjing, kucing,
kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies
2. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing,kucing dan
kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km
disekitar lokasi kasus.
3. Pemberian tanda bukti atau peningterhadap setiap kera,
anjing, kucing yang telah divaksinasi.
4. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak
bertuan.
5. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran,
harus didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau
Petugas Dinas Peternakan setempat.
6. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka
gigitan dengan sabun selama 5-10 menit dibawah air
mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau
Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke
24,3
21,2
24,333
19,5
20
20,5
21
21,5
22
22,5
23
23,5
24
24,5
25
2014 2015 2016
% Protektif
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
276
Puskesmas/Dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan
sementara sambil menunggu hasil observasi hewan.
4) Kaji Terap Teknologi Peternakan
Kaji Terap Teknologi Pertanian didalamnya mengkaji tentang
pembuatan pakan dari roti sisa pasar, kaji terap pembuatan
cassapro, kaji terap pembuatan pupuk kompos, kaji terap pembuatan
demplot HPT, dan kaji terap pembuatan kajian penyelamatan dan
pengembangbiakan sapi dalam kawasan. Anggaran kegiatan sebesar
Rp. 333.649.500,- realisasi keuangan sebesar Rp. 320.429.500,-
atau (96,04%), ada sisa mati Rp. 13.220.000,- Realisasi fisik
mencapai 100%. Penyebab munculnya deviasi atau sisa mati adalah
terjadinya efisiensi.
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya
terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap
ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda
pula. Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (
National Research Council ) mengenai standardisasi kebutuhan ternak
terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak
ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan
untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan
dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang
mudah diperoleh di lapangan.
Untuk mengefisienkan biaya pakan yang merupakan 60% dari biaya
produksi maka peternak harus pandai memilih bahan-bahan pakan yang
tersedia kontinyu, murah dan nutrisinya tinggi. Atau bisa meramu bahan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
277
pakan ketika bahan X sedang langka/mahal bisa mencari pengganti dengan
nutrisi yang sama atau lebih baik, dengan harga murah/bersaing.
Dalam kegiatan ini disosialisasikan roti sisa pasar sebagai pengganti
bekatul dalam pakan sapi perah.Dilihat dari kandungan nutrisi roti sisa pasar
(Protein kasar 12,6%) dan bekatul (Protein kasar 12-14%), maka kedua
bahan tersebut bisa saling menggantikan apalagi dengan harga yang hampir
sama.Hal tersebut terbukti dalam kajian bahwa roti bisa sebagai pengganti
bekatul dan tidak mengurangi produksi susu, bahkan produksi susu
meningkat 5% untuk sapi yang diberi pakan roti sisa pasar dibandingkan
tidak diberi roti sisa pasar.. Dari hasil kajian disebutkan bahwa oenggantian
bekatul dengan roti sisa pasar tidak menurunkan konsumsi pakan
Kelebihannya harga roti relative stabil, sedangkan harga katul fluktuatif.
Kekurangan dari roti adalah jumlahnya lebih sedikit dibanding bekatul dan
ketersediaan roti kurang lancar dibanding bekatul. Roti sisa pasar sebagai
pengganti bekatul sebenarnya bisa sebagai pakan ternak yang lain selain
sapi perah.
Bahan pakan lain yang dapat sebagai alternative pengganti bahan
pakan adalah cassapro. Nutrisi cassapro cukup tinggi dengan protein kasar
lebih dari 20%, lebih tinggi dari pollar yaitu 16%. Pada kajian dijelaskan
bahwa perubahan kandungan nutrisi tidak mempengaruhi produksi susu
secara nyata, Dengan kata lain cassapro bisa sebagai pengganti pollar
walaupun tidak meningkatkan produksi susu secara nyata. Pemberian
cassapro tidak menurunkan tingkat konsumsi pakan (palatabilitas) hijauan
dan konsentrat. Hal ini terlihat dari konsumsi hijauan dan konsentrat yang
tidak meninggalkan sisa.
Kotoran hewan perlu diproses menjadi pupuk kompos supaya
kandungan hara lebih tinggi, pupuk bisa disimpan lebih lama, tekstur
menjadi remah sehingga lebih mudah untuk diberikan ke tanaman, dan juga
bisa dijual sehingga akan meningkatkan pendapatan peternak. Sampah-
sampah dedaunan, rerumputan, sisa pakan bisa ditambahkan dalam
pembuatan kompos, dan bila ada sekam atau limbah penggergajian kayu
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
278
bisa dicampurkan bersama kohe.Proses pembuatan pupuk kompos bisa
lebih cepat dengan penambahan activator seperti EM4, fermentor/bakteri
rumen atau stardex. Aktivator mengandung berbagai jenis bakteri yang
berfungsi menguraikan kohe dan sampah menjadi pupuk yang mengandung
unsur hara tinggi. Pemberian activator pada pupuk kompos bisa dipilih
diantara beberapa activator, demikian juga penambahan bahan-bahan
pupuk selain kohe tergantung bahan yang ada disekitar kita. Pupuk kompos
yang sudah jadi berwarna coklat kehitaman dan kering. Pada hari ke 7,
pupuk sudah siap dipakai, untuk sawah/tegalan diberikan 5 ton/ha.
Demplot rumpun rumput terdiri dari rumput gajah varitas Taiwan,
rumput kolonjono, Mexicana, odot/gajah mini, brachiaria brizanta, setaria,
king grass, cipelang. Jenis-jenis rumput tersebut hanya sebagian kecil dari
berbagai jenis rumput. Sampel tersebut terdiri dari rumput produksi tinggi
seperti: king grass, gajah, cipelang, odot dan lainnya termasuk produksi
sedang/rendah. Rumput ditanam sesuai jarak tanamnya dan setiap jenis
berbeda jarak tanamnya. Jarak tanam tergantung perkembangan
anakan/tunas, besar batang dan ketinggian rumput, dan besar dan
banyaknya daun. Demplot rumput dipelihara agar selalu hijau segar, bersih
dari rumput liar dan tumbuh dengan maksimal. Demplot ini sangat
bermanfaat bagi peternak/masyarakat, karena ditempat demplat bisa dilihat
jenis rumput beserta identitasnya, sehingga sangat praktis sebagai wahana
pembelajaran. Lokasi demplot sangat strategis karena berada di bagian
depan perkantoran.
Rumpun leguminosa terdiri dari lamtoro, kaliandra, tayuman, turi,
gamal dan indigofera. Penanaman leguminosa sesuai jarak tanamnya,
dipelihara agar tetap hijau segar, dibersihkan dari rumput liar, dapat tumbuh
maksimal, ranting/cabang yang mengganggu tanaman lain dipotong.
Pertumbuhan tanaman yang kurang berkembang terjadi pada lamtoro dan
turi. Kedua tanaman itu agak susah perawatannya tetapi dengan
penyulaman, pemupukan , pengairan, pembersihan dari rumput liar maka
kedua tanaman tersebut dapat tumbuh. Leguminosa mempunyai nutrisi lebih
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
279
baik dari rumput, sehingga leguminosa bisa sebagai penambah gizi bagi
ternak dan juga untuk mengganti rumput saat musim kering/susah air.
Peternak/masyarakat yang datang ke BPBPTDK bisa melihat langsung
leguminosa dan identitasnya.
Demplot produksi rumput merupakan contoh penanaman rumput
yang baik dan benar. Rumput yang ditanam adalah rumput gajah dengan
jarak tanam (60x90) cm. Rumput gajah termasuk produksi tinggi/rumput
unggul, bila dikelola dengan baik maka produksi per tahun per hectare bisa
lebih 120 ton atau 12 kg/m.. Pemeliharaan rumput dimulai dari penyiapan
lahan dengan membersihkan dari rumput liar, dibajak/dicangkul, dibuat
guludan, dipupuk kandang. Setelah lahan dibiarkan seminggu , kemudian
ditanami stek bibit rumput pada bagian bawah guludan. Stek yang mati
disulami. Bila rumput sudah tumbuh sekitasr 30 cm , lahan didangir sambil
menghilangkan rumput liar. Rumput dipupuk dengan pupuk buatan berupa
air kencing ternak, khusus pada demplot ini tidak diberikan pupuk pabrik.
Lahan rumput dialiri air minimal seminggu sekali. Panen dilakukan setelah
kelihatan dua ruas batang dan dipotong setinggi 10 cm diatas tanah.Setelah
panen, lahan dipupuk kandang dan didangir. Rumpun yang sedikit
tunas/mati harus segera disulam. Produksi rumput pada demplot ini
sebanyak 10 kg/m. Perbedaan produksi disebabkan jenis tanah yang tandus
dan rumput demplot tidak diberikan pupuk urea.
Program-program penyelamatan dan pengembangbiakan sapi dalam
kawasan harus dijabarkan lebih rinci dalam bentuk rencana aksi sebagai
berikut :
1. Pembentukan, pemantapan kembali program beternak kelompok
(kelompok ternak) dan menggerakkan organisasi, meliputi kegiatan :
a. Pemilihan ketua kelompok/koordinator kelompok.
b. Menjadwalkan pertemuan/agenda rutin kelompok.
c. Menugaskan tenaga medis, paramedik, inseminator, penyuluh
peternakan, petugas pencatatan dan pelaporan , masing-masing
minimal 1 orang untuk 1 kawasan pengenbangbiakan sapi.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
280
d. Pelatihan bagi tenaga medis, paramedik, inseminator, penyuluh
peternakan, petugas pencatatan dan pelaporan dan beberapa
peternak mengenai manajemen penyelamatan dan
pengembangbiakan sapi dalam kawasan dan teknis sesuai
tugasnya.
e. Pengadaan sarana-prasarana administrasi, komunikasi dan
transportasi.
2. Sosialisasi dan pelatihan beternak, penanganan kesehatan,
pengolahan dan penyimpanan pakan bagi para peternak anggota,
meliputi kegiatan :
a. Sosialisasi/memotivasi para peternak anggota pada
pertemuan rutin.
b. Pelatihan bagi peternak tentang teknologi produksi, pengolahan
dan penyimpanan pakan, kesehatan ternak reproduksi dan
manajemen bisnis.
3. Inventarisasi sapi induk yang akan dimasukkan dalam program
penyelamatan dan pengembangbiakan sapi dalam kawasan, meliputi
kegiatan :
a. Menyusun kriteria induk yang akan digunakan dalam
pengembangbiakan sapi dalm kawasan.
b. Registrasi sapi induk dirinci menurut umur dan performanya.
c. Membuat peta lokasi sapi-sapi induk tersebut.
d. Menyusun dokumen profil sapi induk dan peternak pada setiap
unit kawasan.
4. Pengadaan sapi pejantan unggul dan semen beku (straw) dari dinas
sesuai kebutuhan optimal, meliputi kegiatan :
a. Pengadaan sapi pejantan unggul dengan proporsi yang ideal.
b. Pengadaan semen beku (straw) dari dinas terkait dan disimpan di
pos IB.
c. Pendistribusian pejantan pada kelompok-kelompok ternak induk
dalam wilayah pengembangbiakan sapi dalam kawasan.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
281
d. Pendistribusian semen beku (straw) pada kelompok-kelompok
ternak induk dalam wilayah pengembangbiakan sapi dalam
kawasan melalui paguyuban dan inseminator terampil.
5. Pembangunan Infrastruktur (pengairan dan jalan), meliputi kegiatan :
a. Pembuatan irigasi dan sumur bor pada areal pengembangbiakan
sapi dalamkawasan, minimal 1 unit per kelompok kawasan
peternakan.
b. Pembuatan jalan pada zona perkandangan/perlengkapan dan
ruang administrasi.
6. Pembangunan sarana-prasarana sesuai kebutuhan manajemen
konsep penyelamatan dan pengembangbiakan sapi dalam kawasan
berbasis kandang kelompok, meliputi kegiatan :
a. Pembangunan kandang berteduh dan perlengkapannya
b. Pembangunan gudang pakan sekaligus sebagai tempat
pengolahan pakan
c. Pengadaan gudang sapronak dan ruang penyimpanan produk
sementara (susu/daging).
d. Pengadaan mesin dan peralatan pengolahan pakan (mesin
pencacah/chopper dan mixer).
e. Penanaman hijauan pakan ternak pada zona hijauan pakan ternak
f. Pengadaan sarana-prasarana administrasi, komunikasi dan
transportasi : gedung administrasi dan diskusi, computer dan
printer, mebel dan motor untuk petugas pencatatan dan
pelaporan. Jika dipandang perlu, pada tahap awal dapat dilakukan
melalui proses peminjaman beberapa saranyang ada di
pemerintah daerah atau peternak.
7. Penyelenggara IB terkontrol untuk sekitar 50% sapi induk dan dara
meliputi kegiatan :
a. Pembuatan Pos IB lengkap dengan perlengkapannya
b. Penyediaan bahan IB
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
282
c. Rekruitmen inseminator terampil atau inseminator dari
puskeswan.
8. Pelaksanaan subsidi pakan untuk induk bunting dan menyusui,
meliputi kegiatan:
a. Subsidi pakan untuk sapi bunting dan menyusui selama 3 bulan.
b. Pengelolaan khusus sapi bunting dalam kandang khusus.
9. Sosialisasi dan pelatihan pengolahan hasil ternak (susu, daging dan
kulit) menjadi produk yang bernilai gizi dan nilai jual yang tinggi.
a. Sosialisasi program pengolahan produk-produk hasil peternakan.
b. Pelatihan pengolahan produk-produk hasil peternakan dan
pendampingan proses pemasarannya.
10. Sosialisasi dan pelatihan pengolahan limbah peternakan.
a. Sosialisasi program pengolahan- pengolahan limbah peternakan
menjadi pupuk organik.
b. Pelatihaan pengolahan-pengolahan limbah peternakan menjadi
pupuk organik dan pendampingan proses pemasarannya.
5) Pengawasan Lalu Lintas Ternak
Untuk alokasi anggaran sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) UPTD
BPBPTDK Dinas Pertanian DIY Tahun 2016, kegiatan Pengawasan Lalu
Lintas TernakProgram Peningkatan Produksi Hasil Peternakan mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 239.942.000,00. Capaian realisasi
keuangan sebesar Rp. 238.773.000,00 atau 99,51%.
Sedangkan realisasi fisik dari kegiatan Pengawasan Lalu Lintas
Ternaksebesar 100% yaitu terlaksananya pengawasan lalu lintas hewan di
5 lokasi Pos Lalu Lintas Ternak selama satu tahun.
UPTD BPBPTDK mempunyai Pos Lalu Lintas Ternak yang terletak di
perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu Pos
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
283
Lalu Lintas Ternak Tempel dan Ngemplak di Kabupaten Sleman, serta
Pos Lalu Lintas Ternak Temon I, Temon II, dan Kalibawang di Kabupaten
Kulonprogo.
Kegiatan monitoring Pos Lalu Lintas Ternak dilakukan untuk
mengawasi dan memeriksa ternak yang keluar masuk ke suatu daerah.
Adapun maksud dan tujuan adanya Pos Lalu Lintas Ternak adalah untuk
mengantisipasi penyebaran penyakit ternak dari satu daerah ke daerah
lain, mencegah adanya perdagangan ternak ilegal, memeriksa kesehatan
ternak yang keluar masuk suatu daerah, serta pendataan jenis dan
jumlah ternak yang keluar masuk suatu daerah. Dengan adanya
pemeriksaan di Pos Lalu Lintas Ternak, maka penyakit ternak yang
keluar/masuk wilayah DIY penyebarannya dapat segera diantisipasi.
Berdasarkan Tabel 2. data rekapitulasi jumlah ternak yang
keluar/masuk DIY yaitu sapi keluar sejumlah 7.892 ekor, masuk sejumlah
911 ekor, transit sejumlah 4.924 ekor. Babi keluar sejumlah 9.608 ekor,
masuk sejumlah 0 ekor, transit sejumlah 4.287 ekor. Kambing dan domba
keluar sejumlah 15.966 ekor, masuk sejumlah 2.060ekor, transit sejumlah
2.363 ekor. Ayam keluar sejumlah 64.058 ekor, masuk sejumlah 35.852
ekor, transit sejumlah 185.184 ekor. Itik dan puyuh keluar1.652 ekor,
masuk7.550 ekor, dan transit 1.000 ekor.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
284
Grafik 39. Rekapitulasi Lalu Lintas Sapi Tahun 2016
Grafik 40. Rekapitulasi Lalu Lintas Babi Tahun 2016
912
2092
2547
2185
15619 31
306 205350
1909
3015
0 0 00
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
PLLTTemon I
PLLTTemon II
PLLTKalibawang
PLLTTempel
PLLTNgemplak
Sapi Keluar
Sapi Masuk
Sapi Transit
8927
0741
0 00 0 0 0 0
4287
0 0 0 00
100020003000400050006000700080009000
10000
Babi Keluar
Babi Masuk
Babi Transit
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
285
Grafik 41. Rekapitulasi Lalu Lintas Kambing/Domba Tahun 2016
Grafik 42. Rekapitulasi Lalu Lintas Ayam Tahun 2016
Beberapa kendala yang terjadi pada pendataan ternak di
perbatasan adalah kurangnya kesadaran pedagang akan pencatatan lalu
lintas ternak terutama pada pedagang yang hanya melintas dalam jarak
dekat. Petugas Pos Lalu Lintas Ternak tidak atau belum mampu
melakukan tindakan yang nyata dalam menegakkan peraturan terhadap
para pedagang yang melakukan pelanggaran, misalnya pedagang yang
membawa hewan ternak tanpa membawa dokumen lengkap. Masih
banyak truk/ mobil pengangkut ternak yang sengaja tidak melapor di Pos
Lalu Lintas Ternak atau bahkan diberhentikan tidak mau berhenti,
1614
14237
0 115 00 0 107 682 1271417
19460 0 0
02000400060008000
10000120001400016000
Kambing / Domba Keluar
Kambing / Domba Masuk
Kambing / Domba Transit
3930 0 0 1850
58278
0 0 0 7100
28752
174372
0 0 010812
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
PLLT Temon I PLLT TemonII
PLLTKalibawang
PLLT Tempel PLLTNgemplak
Ayam Keluar
Ayam Masuk
Ayam Transit
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
286
petugas tidak mampu mengatasi karena payung hukum Lalu Lintas
Ternaksudah tidak relevan.
Jumlah personil Petugas Pos Lalu Lintas Ternak juga belum
memadaikarena tiap pos rata-rata hanya memiliki 3 (tiga) sampai 4
(empat) personil, sehingga masih terjadi rangkap tugas. Selain jumlah,
Petugas Pos Lalu Lintas Ternak sebagai petugas teknis di lapangan
baiknya dilengkapi dengan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah
pelanggaran di Pos Lalu Lintas Ternak, sehingga hendaknya Petugas
Pos Lalu Lintas Ternak juga diberi pelatihan, kursus, dan pembinaan
berkala.
NO LOKASI Dari Tujuan Hasil Keleng
kapanKet.
K M T K M T K M T K M T K M T
Peme
riksaa
n
Admini
strasi
1 PLLT Temon I 912 19 1.909 8.927 - 4.287 1.614 - 417 3.930 - 174.372 - - -
DIY,
Jaten
g,
Jatim,Jate
ng
Baik /
SehatSKKH
DKI, Jabar
2 PLLT Temon II 2.092 31 3.015 - - - 14.237 - 1.946 - - - - - -
DIY,
Jaten
g,
Jatim,
Jateng
Baik /
SehatSKKH
DKI, Jabar
3PLLT
Kalibaw ang2.547 306 - 741 - - - 107 - - - - - - -
DIY,
Jaten
g
Jatim,
Jateng
Baik /
SehatSKKH
Jabar, DKI
Σ Ternak melalui
5.551 356 4.924 9.668 - 4.287 15.851 107 2.363 3.930 - 174.372 - - -
4 PLLT Tempel 2.185 205 - - - - 115 682 - 1.850 7.100 - 2 - -
DIY,
Jaten
g
Jateng,
Jatim
Baik /
SehatSKKH kerbau
Jatim Jabar, DKI
5PLLT
Ngemplak156 350 - - - - - 1.271 - 58.278 28.752 10.812 1.650 7.550 1.000
DIY,
Jaten
g
Jatim,
Jateng
Baik /
SehatSKKH
Itik,
puyuh
DKI, Jabar kerbau
Σ Ternak melalui
PLLT Sleman 2.341 555 - - - - 115 1.953 - 60.128 35.852 10.812 1.652 7.550 1.000
JUMLAH TOTAL 7.892 911 4.924 9.668 - 4.287 15.966 2.060 2.363 64.058 35.852 185.184 1.652 7.550 1.000
Keterangan :
K : Keluar dari DIY M : Masuk Ke DIY
PLLT Kulon
Progo
T : Transit di DIY
DATA TERNAK KELUAR MASUK MELALUI POS LALU LINTAS TERNAK
DI WILAYAH D.I.YOGYAKARTA
BULAN JANUARI - DESEMBER 2016
Sapi Babi Kambing / Domba Ayam Lain-lain
Tabel 8.79. Rekapitulasi Data Jumlah Ternak yang melalui Pos Lalu
Lintas Ternak Tahun 2016
6) Pengembangan Bibit HMT di UPTD BPBPTDK
Berupa penyediaan bibit kaliandra dan indigofera sebanyak 10.000
polybag, penyediaan bibit rumput sebanyak 100.000 stek serta
terpenuhinya kebutuhan bibit kaliandra dan indigofera dan Stek Rumput
kebutuhan peternak DIY selama 1 Tahun.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
287
Anggaran kegiatan sebesar Rp. 229.986.000,- realisasi keuangan sebesar
Rp. 219.858.150,- atau (95,60%), ada sisa mati Rp. 10.127.850,- Realisasi
fisik mencapai 100%. Penyebab munculnya deviasi atau sisa mati adalah
terjadinya efisiensi.
Kegiatan pengolahan lahan hijauan pakan ternak merupakan jenis
pekerjaan yang banyak menyita waktu. Kegiatan ini meliputi : peremajaan
rumput, pendangiran dan menghilangkan rumput pengganggu/
penyiangan, pemupukan dengan urea/ SP 36 atau pupuk kandang,
pengairan terutama musim kemarau dan pemanenan. Untuk menjaga
produktivitas rumput, maka rumput yang rendah produksinya perlu segera
diganti/ diremajakan.
Pekerjaan ini meliputi: penyiapan lahan, pembuatan bibit rumput dan
penanamannya. Peremajaan biasanya dilakukan musim hujan karena
akan lebih memperlancar pengerjaannya. Saat peremajaan harus
tersedia bibit rumput yang akan ditanam. Peremajaan akan mengganggu
produksi rumput maka peremajaan harus bergilir.
Rumput yang sudah tinggi kira-kira 30 cm harus dibersihkan dari
rumput liar , karena rumput liar akan mengganggu/ merebut makanan /
pupuk yang disediakan untuk rumput yang ditanam.Rumput yang sudah
bersih dari rumput liar segera dipupuk urea dan SP 36. Satu hektar kebun
rumput diperlukan pupuk urea sebesar 200 kg.
Pemupukan dilakukan satu kali selama masa tanam. Pemberian
pupuk kandang dilakukan setelah pemanenan, namun tidak bisa semua
lahan rumput terkena pupuk kandang disebabkan keterbatasan jumlah
pupuk kandang. Pupuk kandang sangat diperlukan untuk
menggemburkan tanah.Tanah yang sudah masam karena terlalu banyak
dipupuk dengan urea harus diberikan pupuk kandang untuk menjadikan
tanah gembur kembali.
Drainase yang kurang lancar pada kebun rumput akan menyebabkan
rumput tumbuh kerdil dan berdaun kuning. Pemberian pupuk kandang
akan membuat aerasi tanah lancar sehingga tanah bisa menyerap air dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
288
lebih sehat yang menyebabkan rumput akan tumbuh lebih optimal.
Pemberian pupuk kandang dapat menambah tinggi rumput, daun bisa
hijau sampai tua dan batang rumput menjadi empuk.
Tanaman rumput yang kurang air maka pertumbuhannya lambat,
bisa kerdil, daun menguning dan alot yang tidak disukai ternak. Air sangat
dibutuhkan rumput terutama dimusim kemarau, minimal 1 minggu sekali
rumput harus diberikan air pada musim kemarau. Air pada musim
kemarau sangat terbatas karena harus berbagi dengan petani sekitar
lahan kantor.
Pengairan dilahan Sumedang tidak cukup jika hanya diberi
kesempatan sekali dalam seminggu untuk mengairi lahan seluas 1,7 ha,
maka kami memohon ke masyarakat melalui pengatur air untuk
menambah jatah satu hari lagi dalam seminggu. Sebagian lahan rumput
Kaliurang dengan tanaman rumput pendek (setaria, Bebe, Bede) diganti
dengan rumput gajah untuk meningkatkan produksi rumput Air menjadi
masalah terberat saat musim kemarau. Pengairan dilakukan dengan air
dari embung dan mengambil dari pipa air sumber, namun jumlahnya tetap
jauh dari mencukupi.Rumput dipanen setelah berumur sekitar 50-60 hari.
Meskipun banyak kendala namun produksi rumput Kaliurang meningkat
tinggi dari 120,345 kg (2015) menjadi 176,750 kg (2016), dan juga terjadi
peningkatan produksi dilahan Sumedang dari168,280 kg menjadi 242.640
kg .Total produksi rumput dilahan Sumedang + Kaliurang + Barongan
sebesar 619,390 kg. Kekurangan hijauan dengan membeli rumput atau
tebon.
Salah satu kegiatan di UPTD BPBPTDK adalah menyediakan bibit
rumput gajah sebanyak 100.000 stek untuk disebarluaskan ke peternak
se DIY. Kegiatan ini dilakukan pada musim hujan karena peternak mau
diberi bibit rumput saat musim hujan. Pada musim hujan pengerjaan
penyiapan lahan untuk ditanami rumput lebih mudah dan bibit rumput
yang ditanam perlu tanah berair/basah. Jumlah stek tersebut dibagi
untuk 4 kabupaten sesuai dengan permintaan dari kelompok ternak.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
289
Sebelum stek bibit rumput gajah dibagikan ke kelompok ternak, dilakukan
identifikasi kelompok untuk mengetahui apakah kelompok tersebut benar-
benar membutuhkan bibit rumput. Adapun kelompok ternak yang
mendapat bantuan bibit kaliandra dan indigofera adalah sebagai berikut:
No Nama Kelompok Jumlah stek
1 Kelompok ternak Andini Lestari, Budegan II, Piyaman, Wonosari, G. Kidul
12.500
2 Kelompok ternak Tegal Rejo, Sawahan II, Bleberan, Playen, G. Kidul
12.500
3 Kelompok ternak Ngudi Makmur, Milir, Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo
12.500
4 Kelompok ternak Akur, Salam II, Plumbon, Temon, Kulon Progo
12.500
5 Kelompok ternak Timbul Lestari, Banyusumurup, Girirejo, Imogiri, Bantul
12.500
6 Kelompok ternak Sumber Barokah, Gayam, Jati Mulyo,Dlingo, Bantul
12.500
7 Kelompok ternak Sido Rukun, Dusun III Randusongo, Donokerto, Turi, Sleman
12.500
8 Kelompok ternak Andini Mulyo, Brengosan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman
12.500
Jumlah
100.000
Tabel 8.80. Daftar kelompok penerima bantuan bibit rumput tahun
UPTD-BPBPTDK juga membantu peternak se DIY berupa 10.000
batang bibit kaliandra dan indigofera. Pemberian bibit kaliandra
dimaksudkan untuk mengenalkan legume yang bernutrisi tinggi. Bibit
kaliandra disemai dalam polybag hingga tinggi tanaman sekitar 15 cm.
Kaliandra banyak cabang dan daunnya, mudah tumbuh diberbagai jenis
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
290
tanah, bisa sebagai penahan erosi tanah terutama jika ditanam didaerah
pegunungan dan sangat disukai ternak baik kambing maupun sapi.
Sebelum bibit kaliandra dibagikan ke kelompok ternak, terlebih dahulu
mereka diidentifikasi untuk mengetahui kebutuhan bibit leguminosa
terutama kaliandra dan indigofera. Sebagian kelompok yang menerima
bibit kaliandra dan indigofera adalah kelompok ternak kambing, karena
memang kaliandra dan indigofera sangat disukai kambing.. Adapun
kelompok ternak yang menerima bantuan bibit kaliandra dan indigofera
adalah sebagai berikut:
No Nama kelompok JumlahKaliandra/batang
1 Kelompok ternak Subur, Segajih, Hargotirto, Kokap, Kulon Progo
1.250
2 Kelompok ternak Wira merapi, Sekendal, Hargotirto, Kokap, Kulon Progo
1.250
3 Kelompok ternak Ngudi Mulyo, Duwet, Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo
1.250
4 Kelompok ternak Andini Mulyo, Karang, Tirto Hargo, Kretek, Bantul
1.250
5 Kelompok ternak Taruna Bumi, Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman.
1250
6 Kelompok ternak Trukan, Siraman II, Siraman, Wonosari, Gunung Kidul
1,250
Jumlah 7.500
Tabel 8.81. Daftar kelompok penerima bantuan kaliandra dan indigofera tahun
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
291
Kaliurang ( kg ) Ngepas ( kg ) Sumedang ( kg )
Januari 8,100 6,400 8,280
Februari 4,000 6,560 6,600
Maret 2,400 0 7,360
April 8,100 17,280 9,600
Mei 7,900 3,200 12,160
Juni 2,525 7,680 14,000
Juli 5,250 3,880 9,600
Agustus 600 4,080 15,920
September 13,525 0 10,400
Oktober 0 0 7,200
November 0 4,240 17,600
Desember 7,875 8,960 15,520
Jumlah 60,275 62,280 134,240
LahanBulan
Produksi Rumput Tahun 2014
Tabel 8.82. Produksi Rumput Tahun 2016
Dari hasil kaji terap didapatkan hasil bahwa :
a) Roti sisa pasar sebagai pengganti bekatul tidak berpengaruh
terhadap produksi susu.
b) Cassapro sebagai pengganti pollar tidak berpengaruh terhadap
produksi susu.
c) Pupuk kompos dengan activator, EM4, satardex, Fermentor
dengan bahan utama feses ditambah sampah dedaunan.
d) Demplot rumpun rumput, leguminosa dan produksi rumput
e) Program-program pokok penyelamatan dan pengembangbiakan
sapi dalam kawasan yaitu :
Pembentukan, pemantapan kembali program beternak
kelompok (kelompok ternak) dan penyehatan organisasinya.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
292
Sosialisasi dan pelatihan beternak, penanganan kesehatan,
pengolahan dan penyimpanan pakan bagi para peternak
anggota.
Inventarisasi sapi induk yang akan dimasukkan dalam program
penyelamatan dan pengembangbiakan sapi dalam kawasan
sesuai dengan kriteria tertentu.
Pengadaan sapi pejantan unggul dan semen beku (straw) dari
dinas sesuai kebutuhan optimal.
Pembangunan infrastruktur (pengairan dan jalan) sesuai
kebutuhan.
Pembangunan sarana-prasarana sesuai kebutuhan
manajemen konsep penyelamatan dan pengembangbiakan
sapi dalam kawasan berbasis kandang kelompok, seperti
pembangunan zona hijauan pakan ternak, zona
penggembalaan/umbaran, zona perkandangan dan
perlengkapan, perkantoran/ruang adminnistrasi dan diskusi,
serta pergudangan (gudang pakan, sapronak dan ruang
penyimpanan produk sementara).
Penyelenggaraan IB terkontrol pada konsep penyelamatan dan
pengembangbiakan sapi dalam kawasan untuk dara dan induk-
induk tertentu.
Pelaksanaan subsidi pakan untuk induk bunting dan menyusui.
1. Sosialisasi dan pelatihan pengolahan hasil ternak (susu,
daging dan kulit) menjadi produk yang bernilai gizi dan nilai
jual yang tinggi.
2. Sosialisasi dan pelatihan pengolahan limbah peternakan.
7) Akreditasi / Pemeliharaan Status Akreditasi
Kegiatan Akreditasi/Pemeliharaan Status Akreditasi mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 14.887.500,- Capaian realisasi keuangan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
293
sebesar Rp. 14.638.500,00 atau 98,33%. Sisa mati sebesar Rp. 249.000,-
(1,67%). Adapun perincian realisasi dan sisa sebagai berikut :
Uraian Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Sisa (Rp)
Belanja ATK 418.000 418.000 -
Belanja cetak 73.150 73.150 -
Belanja makan minum rapat 360.000 360.000 -
Perjalanan dinas luar daerah 5.956.000 5.956.000 -
Belanja pemeliharaan alat 8.080.350 7.831.350 249.000
Jumlah 14.887.500 14.638.500 249.000
Tabel 8.83. Realisasi Keuangan Kegiatan Akreditasi/Pemeliharaan
Status Akreditasi Tahun 2016
Sedangkan realisasi fisik dari kegiatan Akreditasi/Pemeliharaan Status
Akreditasi sebesar 100% yaitu terlaksananya pendaftaran akreditasi dan
assesment masih menunggu jadwal dari Komite Akreditasi Nasional.
Pedoman pelaksanaan dan system akreditasi laboratorium yang
diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) berisi tentang
‘Sistem akreditasi laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji –
Persyaratan umum untuk pelaksanaan dan pengakuan’. Dalam Sistem
Standardisasi Nasional, lembaga yang berwenang untuk melakukan
akreditasi terhadap laboratorium penguji dan kalibrasi adalah Komite
Akreditasi Nasional (KAN).
Prosedur awal untuk Akreditasi Laboratorium ISO-17025, sebagai
berikut :
1. Telah tersedia Dokumentasi Sistem Mutu ISO-17025:2005
secara lengkap seperti Panduan Mutu (Level 1), Dokumen
Prosedur (Level 2), Instruksi Kerja (Level 3), Rekaman dan
Formulir (Level 4).
2. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten.
3. Implementasi Dokumen (minimal 3 bulan dengan bukti
rekaman).
4. Dokumen Audit Internal dan perbaikan.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
294
5. Melakukan uji profisiensi sekurang-kurangnya satu parameter
uji baik itu uji profisiensi dalam negeri atau luar negeri. Hasil uji
profisiensi in layer atau outlayer tetapi telah dilakukan langkah
perbaikan.
6. Mengisi Formulir dari KAN terrmasuk di dalamnya menyertakan
penandatangan sertifikat dan CV-nya. Silahkan mengisi secara
lengkap.
7. Membayar administrasi untuk assessment. Juga harus
menyediakan akomodasi dan tiket asesor serta lunsump
selama asesmen.
8. Dilaksanakan assessment dengan dihadiri oleh semua personel
terlibat dan menugaskan personel untuk menemani asesor.
Pelaksanaan asesmen ini diawali dengan pembukaan, yang
kemudian diakhiri dengan penandatangan penutupan oleh
personel terkait dan manager puncak serta kesanggupan
perbaikan.
9. Perbaikan Assesment sampai memuaskan (maksimum 3
bulan).
10. Penerbitan sertifikat akreditasi yang nantinya akan diberikan
setelah rapat Panitia Teknis Akreditasi di KAN. Sebagai
informasi, rapat hanya akan dilakukan bila perbaikan temuan
telah dinyatakan memuaskan oleh Asesor Kepala. Apabila
dalam jangka 3 bulan tidak dapat melakukan perbaikan,
pengajuan akreditasi bisa dinyatakan gugur. Setelah rapat
panitia teknis setuju, sertifikat baru diberikan.
Kalibrasi alat dan mesin laboratorium pada tahun 2016 ini telah
selesai dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT),
Universitas Gadjah Mada. Peralatan yang telah dikalibrasi antara lain
thermometer digital sebanyak 4 buah, thermohygrometer sebanyak 1 buah,
pHmeter sebanyak 1 buah, inkubator sebanyak 1 buah, timbangan sebanyak
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
295
1 buah, kulkas sebanyak 5 buah, sentrifuse sebanyak 2 buah, oven
sebanyak 1 buah, dan mikropipet sebanyak 8 buah.
Pendaftaran akreditasi laboratorium di KAN telah selesai dilakukan
yang kemudian diikuti dengan pengiriman/upload dokumen lengkap ke
sistem KAN dan menunggu proses penjadwalan assesment.
Daftar dokumen yang telah diupload di Sistem KAN :
1. Permohonan Akreditasi
2. Panduan Mutu
3. Prosedur Kerja
4. Sertifikat Kalibrasi Alat
5. Laporan Audit Internal
6. Laporan Kaji Ulang Manajemen
7. Rencana Pengembangan
B. APBN 2016
1. Program Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba
Program Penjaminan Pangan asal Hewan yang Aman dan halal serta
Pemenuhan Persyaratan Produk Hewan Non Pangan Sub Kegiatan
Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba.
a. Masukan
Dana Rp. 126.225.000,00 terealisasi : Rp. 126.189.290,00 (99,97%)
Perincian penggunaan dana :
Belanja bahan target Rp. 1.000.000,00 terealisasi Rp. 999.290,00
(99,93%)
Honor output kegiatan target Rp. 10.000.000,00 terealisasi Rp.
10.000.000,00 (100%)
Belanja Perjalanan Biasa target Rp.38.250.000,00 terealisasi Rp.
38.250.000,00 (100%)
Belanja Paket Meeting Luar Kota target 11.000.000,00 terealisasi
Rp. 11.000.000,00 (100%)
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
296
SDM sebanyak 5 orang dengan sarana prasaran gedung dan
peralatan Laboratorium Kesmavet, peralatan pengambilan sampel,
kendaraan dan pengolah data.
b. Keluaran
Terlaksananya pengujian dengan data hasil pengujian residu dan
cemaran mikroba pada daging ayam sebanyak 75 sampel, residu
dan cemaran mikroba pada daging sapi sebanyak 75 sampel, residu
dan cemaran mikroba pada susu sapi sebanyak 60 sampel, residu
dan cemaran mikroba pada telur sebanyak 40 sampel.
1. Program Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular
Strategis dan Penyakit Zoonosis Sub Kegiatan Pengambilan Sampel
pada Pengendalian dan Penanggulangan AI.
a. Masukan
Dana Rp 39.000.000,00 terealisasi : Rp38.952.000,00 (99,85%)
Perincian penggunaan dana :
Belanja bahan non operasional Rp. 22.000.000,00 terealisasi
Rp.22.000.000,00 (100%)
Belanja bahan Rp. 11.000.000,00 terealisasi Rp. 10.952.000,00
(99,56%)
Belanja perjalanan biasa Rp. 6.000.000 terealisasi Rp. 5.990.000
(99,83%)
SDM sebanyak 5 orang dengan sarana prasarana : Gedung
laboratorium dan peralatan laboratorium, peralatan pengambilan
spesimen, kendaraan, dan pengolah data
b. Keluaran
Data hasil pengujian Avian Influenza sebanyak 1.000 ekor..
3. Program Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular
Strategis dan Penyakit Zoonosis Sub Kegiatan Pengamatan Penyakit Hewan
(Bantuan Operasional Lab B)
a. Masukan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
297
Dana Rp. 239.942.000,00 terealisasi : Rp. 238.773.000,00
(99,51%).
Perincian penggunaan dana :
Honorarium harian Rp. 216.000.000,00 terealisasi : Rp
215.235.000,00 (99,64%)
Belanja ATK Rp. 599.750,00 terealisasi : Rp 599.750,00 (100%)
Belanja bahan kimia Rp. 1.998.750,00 : terealisasi 1.998.750
(100%)
Belanja Alat perlengkapan Rp. 7.158.500,00 : terealisasi Rp.
7.158.500,00 (100%)
Belanja penggandaan Rp 625.000,00 : terealisasi Rp 225.000,00
(36%)
Belanja sewa Rp 11.570.000,00 : terealisasi Rp 11.570.000,00
(100%)
Belanja Rapat Rp 220.000,00 : terealisasi Rp 216.000,00 (98,18%)
Perjalanan Dinas dalam daerah Rp 1.770.000,00 : terealisasi Rp
1.770.000,00 (100%)
SDM sebanyak 19 orang dengan sarana prasarana : gedung dan
peralatan, kendaraan dan pengolah data.
b. Keluaran
Pendataan ternak yang keluar/masuk Daerah Istimewa Yogyakarta
melalui Pos Lalu Lintas Ternak
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
298
D. UPTD BALAI PROTEKSI TANAMAN PERTANIAN (UPTD BPTP)
UPTD BPTP merupakan salah satu unit pelaksanan teknis Dinas
yang berada dilapangan yang mempunyai tugas dalam bidang proteksi
tanaman pangan dan hortikultura..
Proteksi atau perlindungan tanaman pertanian merupakan bagian
integral dari sistem produksi dan pemasaran hasil pertanian yang bertujuan
untuk memperkecil resiko kehilangan hasil akibat serangan OPT pada
budidaya tanaman pangan dan hortikultura, sehingga produksi akan
mantap baik kualitas ,kuantitas dan kotinyuitas sehingga menguntungkan
petani yang berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani ,
menjamin kesehatan manusia serta mempertahankan kelestarian
lingkungan hidup.
Untuk mendukung tugas tersebut didukung oleh fungsi sebagai
berikut :
1. Penyusunan program kerja Balai;
2. Pelaksanaan pengamatan, penetapan diagnosa, peramalan organisme
pengganggu tanaman OPT dan dampak fenomena iklim;
3. Penyebaran informasi keadaan serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT)/dampak fenomena iklim;
4. Pelaksanaan pengembangan teknologi pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT);
5. Pelaksanaan penanggulan wabah hama dan penyakit tumbuhan;
6. Pelaksanaan ketatausahaan;
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai; dan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Struktur Organisasi UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Balai;
2. Subbagian Tata Usaha;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
299
3. Seksi Pelayanan Teknis;
4. Seksi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT);
5. Kelompok jabatan fungsional.
Adapun uraian pelaksanaan tugas dan fungsi dari subbagian
dan seksi adalah sebagai berikut :
1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
kerasipan,keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang, kerumah-
tanggaan, kehumasan, kepustakaan, serta penyusunan program dan
laporan kinerja. Dalam melaksanakan tugas tersebut maka didukung
oleh fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja subbagian Tata Usaha;
b. Penyusunan program kerja Balai;
c. Pengelolaan kearsipan;
d. Pengelolaan keuangan;
e. Pengelolaan kepegawaian;
f. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan;
g. Pelaksanaan kehumasan;
h. Pengelolaan barang;
i. Pengelolaan kepustakaan;.
j. Pengelolaan data, pelayanan informasi dan pengembangan sistem
informasi.
k. Pelaksanaan monitoring, evalausi dan penyusunan laporan
program Balai.
l. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan subbagian
Tata Usaha.
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melaksanakan diagnosa,
peramalan dan penyebaran informasi organisme pengganggu
tanaman (OPT). Dalam melaksanakan tugas tersebut didukung oleh
fungsi-fungsi sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
300
a. Penyusunan program kerja Seksi Pelayanan Teknis.
b. Pengelolaan data hasil pengamatan, identifikasi, pemetaan,
peramalan, perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) dan dampak fenomena iklim.
c. Penyajian informasi keadaan serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)/dampak fenomena iklim.
d. Pelaksanaan bimbingan pemantauan,pengamatan dan peramalan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)/dampak fenomena iklim.
e. Pemantauan dan pengamatan daerah yang diduga sebagai sumber
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)/dampak fenomena iklim
f. Pemantauan, peramalan, pengendalian dan penanggulangan
eksplosi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)/dampak
fenomena iklim
g. Penyusunan bahan pedoman tentang pelaksanaan teknik
penetapan diagnosa pengamatan, peramalan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)/dampak fenomena iklim
h. Pelaksanaan analisa dan evaluasi hasil diagnosa,pengamatan dan
peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baru.
i. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan tugas seksi pelayanan teknis.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Balai di bidang
pengembangan teknologi pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) dan dampak fenomena iklim. Dalam melaksanakan
tugas tersebut didukung oleh fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja Seksi Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman
b. Penetapan teknik pengendalian dan penanggulangan eksplosi
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
301
c. Pelaksanaan bimbingan pengendalian dan penanggulangan
eksplosi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) serta antisipasi
dampak perubahan iklim
d. Pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan penyakit tanaman
e. Pengendalian, eradikasi tanaman, bagian tanaman dan antisipasi
dampak fenomena iklim
f. Pengamatan, identifikasi, pemetaan, pengendalian dan analisis
dampak kerugian Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT)/dampak fenomena iklim
g. Pemberian rekomendasi pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dan antisipasi dampak perubahan iklim
h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
program Seksi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seorang tenaga
fungsional senior selaku Ketua Kelompok yang berkedudukan dibawah
dan bertanggungjawab Kepala Dinas (Keputusan Menteri Pertanian
No. 54/Kpts/OT.210/1/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengendali OPT).
A. Kegiatan APBD UPTD BPTP DIY TA. 2016
1. Bimbingan Pengendalian OPT 2016
1. Terlaksananya rapat koordinasi kegiatan Bimbingan dan Dukungan
pengendalian OPT dan Brigade Proteksi Tanaman Pangan TA. 2016
baik tingkat DIY maupun tingkat kabupaten .
2. Terlaksananya pembayaran honor THL penjaga kantor 2 orang
selama 365 hari yaitu :
Nama Lokasi kantor Waktu Jaga
Eko Suryanto UPTD. BPTP Jl.
Gondosuli Yogyakarta Pukul 22.00 – 07.30 WIB
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
302
Anis Rohayati Lab PHP Gesikan Bantul Pukul 07.30 – 16.00 WIB
3. Terlaksananya pembayaran honor THL POPT S1 3 orang, D3 5 orang
dan SLTA 10 orang selama 2 bulan, terinci sebagai berikut :
No Nama Pendidikan
Wilayah Kerja Pengamatan
Honorarium/
Bulan (Rp)
1. Rumiyati, S.Si
SARJANA ( S.1 )
Kec. Bambanglipuro, Bantul
1.450.000,-
2. Yoeke Kusumayanti, SP
SARJANA ( S.1 ) Kec. Sleman Sleman
1.450.000,-
3. Wiwik Widiyatmi, SP
SARJANA ( S.1 ) Kec. Depok, Sleman
1.450.000,-
4. Tri Hernawan
D.III Kec. Gamping Sleman
1.300.000,-
5. Rahmat Syaifudin, A.Md.
D.III Kec. Ngaglik Sleman
1.300.000,-
6. Tri Astono, A.Md.
D.III Kec. Purwosari, Gunung Kidul
1.300.000,-
7. Untoro, A.Md.
D.III Kec. Panggang Gunung Kidul
1.300.000,-
8. Minal Khoiri, A.Md.
D.III Kec. Sentolo, Kulon Progo
1.300.000,-
9. Tho’ad Sri Biastuti
SLTA Kec. Pandak, Bantul
1.150.000,-
10. Asrowi
SLTA Kec. Pundong, Bantul
1.150.000,-
11. Mukhlis Wibowo
SLTA Kec. Jetis, Bantul
1.150.000,-
12. Gani Arwanto
SLTA Kec. Banguntapan, Bantul
1.150.000,-
13. Dwiwo Santoso
SLTA Kec. Ngemplak, Sleman
1.150.000,-
14. Suharman
SLTA Kec. Mlati, Sleman
1.150.000,-
15. Dian Suhartaji
SLTA Kec. Tanjungsari Gunungkidul
1.150.000,-
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
303
16. Kismadi
SLTA Kec. Girisubo Gunungkidul
1.150.000,-
17. Sarno
SLTA Kec. Rongkop, Gunungkidul
1.150.000,-
18. Suronto
SLTA Kec. Tepus, Gunungkidul
1.150.000,-
4. Terlaksananya pengadaan bahan kimia berupa belerang sebanyak
150 kg dengan harga Rp 16.500,-/kg total biaya Rp 2.640.000,- dan
telah digunakan sebagai racun tikus yang dibakar dengan emposan.
5. Terlaksananya pengadaan bahan pameran untuk tahun 2016 berupa
produks pertanian Organik berupa Beras hitam, merah, dan menthik
susu, Emping garut, ketela rambat dan bahan pengendalian OPT
tanaman pangan dan hortikultura yang ramah lingkungan berupa
produk agensia hayati Beuveria bassiana, Tricorderma sp,
Gliocadium dan PGPR
6. Terlaksananya pembuatan brosur pengendalian OPT WBC 500 lb.
7. Terlaksananya bimbingan tehnis pengendalian OPT bagi RPT
8. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT bersama RPT 24 kali
No Lokasi gerakan pengen dalian OPT
Tanggal Hasil gerakan
1. Srijati, Bejaten, Jatisarono, Nanggulan Kulon Progo
9 Nopember 2016
Penyemprotan WBC seluas 30 Ha
2. Ngangin-angin, Banyuroto, Nanggulan Kulon Progo
9 Nopember 2016
Penyemprotan WBC seluas 25 Ha
3. Martani, Dobangsan Giripeni, Wates Kulon Progo
10 Nopember 2016
Penyemprotan WBC pada pesemaian padi
4. Praneman, Tempel, Panjatan, Kulon Progo
16 Nopember 2016
Penyemprotan WBC seluas 30 Ha
5. Bolu, Margomulyo, Seyegan Sleman
21 Nopember 2016
Pemasangan TBS untuk pengendalian Tikus seluas 30 Ha
Pengendalian OPT yang dilaksanakan oleh RPT di Daerah
Istimewa Yogyakarta secara umum difokuskan untuk pengendalian
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
304
OPT Wereng batang coklat (WBC) karean situasi dan kondisi cuaca
yang mendukung perkembangan OPT WBC dimana tahun 2016 curah
hujan cukup tinggi dsertai kelembapan yang tinggi, sedang luas
serangan OPT tikus di wilayah kabupaten Sleman pada tahun 2016
mengalami penurunan dan dapat panen dengan baik sehingga
Gerakan pengendalian oleh RPT tidak dapat direalisasikan di 24
lokasi dan anggota kelompok tani telah melakukan gerakan
pengendalian secara mandiri di masing masing kelompok tani
sehingga lokasi gerakan bersama RPT tidak dapat dilakukan 100 % .
Introduksi predator tikus dengan burung hantu (Tyto Alba )
dengan cara pendirian Rumah Burung hantu (RUBUHA) di beberapa
hamparan kelompok tani merupakan salah satu faktor lain terjadi
penurunan luas serangan khusunya OPT Tikus pada daerah kronis
endemis serangan terutama di Sleman barat
9. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT kelompok tani 40 kali.
No Lokasi gerakan pengendalian OPT
Tanggal
Hasil gerakan
1. Pringombo, Rongkop Gunungkidul
22 April 2016 Gropyokan dan pengemposan Tikus
2. Tegalsempu, Caturharjo, Pandak Bantul
21 Maret 2016 Penyemprotan WBC
3. Krido Upoyo, Karangajir, Sumbeagung, Moyudan Sleman
22 Maret 2016 Gropyokan dan pengemposan tikus
4. Ngudi Makmur, Pangkah, Sumberagung, Jetis, Bantul
22 Maret 2016 Penyemprotan WBC
5. Kemusu, Banyurejo, Tempel Sleman
22 Juni 2016 Gropyokan dan pengemposan
6. Wonorejo,Tempel, Panjatan, Kulon Progo
19 Juni 2016 Penyemprotan WBC
7. Barak Gede, Margoluwih, Seyegan Sleman
1 Juli 2016 Penyemprotan WBC
8. Gadusubur, Bedoyo, Wukir Sari, Cangkringan,
19 Juli 2016 Penyemprotan WBC
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
305
Sleman
Gerakan pengendalian OPT pada tahun anggaran 2016 di
targetkan sebanyak 40 kali gerakan pengendalian, karena petani telah
melakukan pengendalian secara pre emtif dan mandiri baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga terjadi penurunan luas
serangan OPT dan dapat panen dengan rata produksi 9,7 ton /ha ,
disamping itu dibeberapa lokasi hamparan telah terpasang rumah
burung hantu ( RUBUHA) menjadi faktor lain petani dapat panen padi.
10. Terlaksananya keikutsertaan dalam Pameran Pekan peramalan OPT
di Balai Besar POPT di Karawang Jawa Barat pada tanggal 23-29 Mei
2016
2. Dukungan Sarana Pengendalian OPT dan Brigade Proteksi Hortikultura
1. Terlaksananya rapat koordinasi kegiatan Bimbingan dan Dukungan
pengendalian OPT dan Brigade Proteksi Hortikultura TA. 2016 tingkat
kabupaten dengan hasil koordinasi sebagai berikut :
Bantuan Gerakan pengendalian OPT hortikultura di arahkan untuk
pengendalian OPT pada komoditas cabe dan bawang merah
(sayuran ),
Alokasi bantuan gerakan pengendalian OPT untuk masing masing
Kabupaten di DIY sebanyak 6 lokasi gerakan pengendalian oleh RPT,
sedang untuk gerakan pengendalian oleh petani masing masing
kabupaten dialokasikan 10 lokasi /kali gerakaan pengendalian OPT
Waktu pelaksanaan gerakan pengendalian OPT disesuaikan dengan
keadaan di lapangan mulai bulan Maret – Desember 2016
2. Tersedianya bahan kimia dan bahan percontohan untuk membuat agens
hayati yaitu
Beauveria bassiana : 4.000 Dos
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
306
Trichoderma harsianum : 1.500 Dos
Gliocladium Sp. : 1.000 Dos
Pengadaan bahan kimia untuk pembuatan agens hayati tersebut diatas
yaitu Alumunium Foil 10 pak harga Rp. 25.000 = Rp 250.000,00. Untuk
bahan kimia yang lainnya tidak dilakukan pembelian karena bahan kimia
pembelian tahun lalu masih tersedia dan layak digunakan kembali.
Pengadaan bahan percontohan untuk pembuatan agens hayati tersebut
diatas yaitu sebagai berikut :
No. Jenis Bahan Volume Harga
satuan
Total Nilai
1 Bahan Pameran 1 Paket 2.000.000 2.000.000
2 Zeolit 300 Kg 1.100 330.000
3 Kaolin 8 sak 110.000 880.000
4 Beras 300 Kg 8.000 2.400.000
5 Serbuk Gergaji 120 Kg 600 72.000
6 Dedak 40 kg 2.000 80.000
7 Kentang 15 Kg 13.000 195.000
8 Terasi 1 Kg 60.000 60.000
9 Gula pasir 5 Kg 12.000 60.000
10 Botol Plastik
Kemasan Paenibac
75 Buah 6.000 450.000
11 Plastik Perbanyakan
(12x20x0,5)
50 pak 8.500 425.000
13 Plastik Kemasan 6.500 lembar 400 2.600.000
14 Dos Kemasan 6.500 buah 1.750 11.375.00
0
15 Spiritus 2 liter 50.000 100.000
3. Terlaksananya pengadaan alat pengendalian OPT berupa hand sprayer
elektrik sebanyak 10 unit yang digunakan untuk Operasional Brigade
Proteksi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
307
4. Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura yang dilaksanakan oleh RPT
sebanyak 2 kali.
Gerakan pengendalian OPT tanaman Hortikultura tidak terlaksana
dikarenakan oleh :
Budidaya tanaman hortikultura ( cabe, Bawang merah) yang
diusahakan petani umumnya diusahakan secara mandiri oleh petani
dengan luasan yang relatif sempit sehingga petani dalam praktek
pengendalian OPT dilakukan secara mandiri dan terjadwal sehingga
Regu Pengendali Tanaman ((RPT ) jarang di libatkan dalam
pengendalian oleh petani karena luasan pertanaman yang sempit dan
petani telah menguasai teknologi pengendalian OPT Hortikultura .
Petani telah melakukan pengendalian secara dini dan mandiri ( pre
emtif ) dengan menggunakan tehnologi yang dikuasai oleh petani,
agar OPT yang menyerang tidak menimbulkan kerugian terhadap
budidaya hortikultura yang diusahakan
Pada bulan September 2016 dari pemerintah pusat diluncurkan
kebijakan penghematan sehingga kegiatan gerakan pengendalian
tidak dapat dilaksanakan karena biaya untuk pengendalian OPT tidak
dapat dicairkan
5. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT kelompok tani 8 kali
No Lokasi gerakan pengendalian OPT tanggal Hasil gerakan
No Lokasi Tanggal
pelaksanan
Hasil gerakan
1
Wonocatur, Banguntapan, Bantul
5 Sept 2016
Pengendalian OPT
Penggorok ranting
mangga ,
2 Tempel, Caturtunggal, Depok
Sleman
6 Sept 2016 Pengendalian OPT
pengorok ranting
mangga
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
308
9.
Wonorejo I, Bangunkero, Turi Sleman 15 April 16
Pengendalian OPT
Trips, virus kuning
Cabe
10. Tempel,Panjatan, Kulon Progo 23 April 2016
Pengendalian Trips
cabe
11. Koripan I, Sumbersari Ponjong
Gunungkidul 26 April 2016
Pengendalian Trips
cabe
12. Sumbersari, Sodo, Paliyan
Gunungkidul 28 April 2016
Pengendalian lalat
buah cabe
13. Kalipentung, Kalitirto, Berbah Sleman 26 April 16 Pengendalian OPT
Aphis Cabe
14. Potrowangsan,Candibinangun,Pakem,
Sleman 20-Mei -16
Pengendalian OPT
Aphis Cabe
15. Bumirejo, Lendah Kulon Progo 09-Mei -15 Pengendalian OPT
Aphis Cabe
16. Kalibulus, Bimomartani, Ngemplak
Sleman 23- Mei 15
Pengendalian OPT
Aphis Cabe
Alasan tidak terealisaainya sesuai target jumlah gerakan :
Budidaya tanaman hortikultura (cabe, Bawang merah ) yang
diusahakan petani umumnya diusahakan secara mandiri oleh petani
dengan luasan yang relatif sempit sehingga petani dalam praktek
pengendalian OPT dilakukan secara mandiri ,terjadwal dan petani
telah menguasai tehnologi pengendalian OPT Hortikultura .
Petani telah melakukan pengendalian secara dini dan mandiri ( pre
emtif ) dengan menggunakan tehnologi yang dikuasai oleh petani,
agar OPT yang menyerang tidak menimbulkan kerugian terhadap
budidaya hortikultura yang diusahakan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
309
Keadaan luas serangan di tingkat lapang relatif kecil baik intensitas
maupun jenis Organisme pengganggu tanaman karena luas
pertanaman hortikultura yang dilaporkan relatif tidak luas
Pada bulan September 2016 dari pemerintah pusat diluncurkan
kebijakan penghematan sehingga kegiatan gerakan pengendalian
tidak dapat dilaksanakan karena biaya untuk pengendalian OPT tidak
dapat dicairkan
6. Realisasi setoran Pendapatan Asli Daerah (PAD ) dari penjualan agensia
hayati pada tahun 2016 sebesar Rp.7.065.000,- (tujuh juta enampuluh
lima ribu rupiah ) dari target Rp. 6.500.000,- (Enam juta lima ratus rupiah )
dengan rincian sebagai berikut
No Bulan Penerimaan PAD Keterangan
1 Januari sd Agustus Rp. 4.920.000,-
2 September Rp. 665.000,-
3 Oktober Rp. 475.000,-
4 Nopember Rp. 655.000,-
5 Desember Rp. 350.000,-
Jumlah Rp. 7.065.000,-
3. Pemberdayaan Petani Pemandu
1. Peserta
Peserta pemberdayaan petani pemandu SLPHT adalah alumni
SLPHT berasal dari 4 kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
kabupaten 6 orang, Kulonprogo 6 orang, Bantul 7 orang dan
Gunungkidul 6 orang. Jumlah peserta 25 orang terdiri dari laki-laki
20 orang dan perempuan 5 orang yang dipilh oleh masing –masing
kabupaten. Data peserta terlampir pada Lampiran 1.
2. Proses pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan pada pertemuan mingguan
sebanyak 10 kali pertemuan dengan jam belajar efektif 5 jam setiap
pertemuan. Materi/kegiatan belajar bersama setiap pertemuan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
310
dilaksanakan secara tertib dan baku seperti pada jadwal tercantum
pada Lampiran 2.
Proses pemberdayaan dalam kepemanduan SLPHT dengan
menerapkan daur /siklus belajar orang dewasa melalui pengalaman,
yaitu : mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan
menerapkan. Dengan proses ini setiap peserta didorong mampu
tampil untuk dapat melakukan kepemanduan karena setiap peserta
adalah sekaligus murid dan juga guru.
a. Pengamatan agroekosistem
Peserta yang telah dibagi dalam 5 kelompok masing-masing
mengamati pertanaman padi mulai dari pembenihan sampai
panen. Unsur-unsur yang diamati meliputi : keadaan tanaman,
hama penyakit, musuh alami, gejala kerusakan, keadaan air,
cuaca, gulma, dan keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi
agroekosistem lahan. Hasil pengamatan dianalisis, disimpulkan
selanjutnya diputuskan dan diambill tindakan penanganannya.
Berdasar pengamatan OPT utama padi yang ditemukan adalah
penyakit kresek.
b. Kepemanduan
Pemandu lapangan terdiri dari 3 (tiga) petani pemandu yang
mendampingi peserta selama kegiatan. Pelaksanaan
kepemanduan oleh petani pemandu sudah cukup baik, namun
demikian keterampilan kepemanduan petani pemandu masih perlu
terus ditingkatkan. Petani pemandu dituntut untuk lebih menguasai
materi pelatihan, mengetahui latarbelakang, tujuan, dan sasaran,
serta mampu mengatasi permasalahan yang muncul selama
proses kegiatan.
c. Topikkhusus
Materi topik khusus diberikan untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan petani peserta untuk menjadi petani pemandu SLPHT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
311
Materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi pada setiap pertemuan mingguan.
3. Evaluasi Belajar
Berdasar evaluasi dari tingkat kehadiran, aktivitas dan pemahaman
terhadap materi yang dipelajari melalui uji ballot box, peserta
pemberdayaan petani pemandu SLPHT melaksanakan dengan baik :
a. Petani peserta aktif dan mengikuti setiap pertemuan
b. Peserta mendapatkan nilai rata-rata tes ballot box awal 6,0dan
rata-rata tesakhir7,36.Dengan demikian terjadi peningkatan nilai
rata-rata 1,36 atau 22,67 %.
c. Semua peserta pemberdayaan petani pemandu SLPHT berhasil
lulus dan mendapatkan sertifikat. Data tes ballot box terlampir
pada Lampiran 3.
4. Pengamatan dan Analisa Kehilangan Hasil karena Serangan OPT
Tanaman Pangan
Dari data diatas terlihat bahwa sampai dengan tahun anggaran
berakhir, penyerapan dana dari kegiatan Pengamatan Kehilangan Hasil
karena OPT TA 2015 ini terserap 47,58 % atau sebesar Rp. 23.763.000,-.
Terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 26.171.500,- , yang terdiri dari
belanja barang dan jasa sebesar Rp. 19.271.500,- , dan belanja honorarium
non PNS sebesar Rp. 6.900.000,- Hal tersebut dikarenakan : Walaupun
dana blokir dapat di ambil (blokir tidak jadi di stop) yang turun pada bulan
Oktober akhir, tetapi karena kegiatan dilapangan telah selesai dilakukan
(akhir Agustus telah panen). Maka kesepakatan tidak dapat direalisasikan,
hal tersebut disebabkan pengamatan telah dihentikan sehingga tidak ada lagi
data data pengamatan dilapangan. Selanjutnya untuk dana Seminar Hasil
tidak dilakukan karena hasil kajian analisis belum dilakukan karena tidak ada
untuk analisa pada saat dana terblokir sehingga sisepakati tidak dilakukan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
312
pengolahan analisis, tetapi saat laporan akhir laporan akhir ubinan dan
pengolahan hasil sudah diperhitungan dalam laporan Pelaksanaan kegiatan
Pengamatan Kehilangan Hasl karena OPT Tanaman Pangan TA. 2016
adalah sebagai berikut :
Survei Lokasi / Identifikasi dan inventarisasi daerah serangan OPT
Kegiatan survei lokasi dimaksudkan untuk menghimpun informasi/data
lokasi yang memenuhi persyaratkan untuk dilaksanakan kegiatan
Pengamatan Kehilangan Hasil karena OPT Tanaman pangan. Lokasi
yang terpilih adalah lokasi yang merupakan daerah endemis serangan
OPT dan mempunyai potensi sumber serangan OPT pada tanaman Padi.
Adapun lokasinya adalah sebagai berikut :
Kab. Bantul : Jayan, Kebonagung, Imogiri, Bantul
Kab. Sleman : Kenaji, Tamanmartani, Kalasan, Sleman
Kab. Kulon Progo : Dusun II, Kanoman, Panjatan, Kulon Progo
Kab. Gunungkidul : Nglegi, Nglegi, Patuk, Gunungkidul
Koordinasi tingkat BPTP
Kegiatan koordinasi dimaksudkan untuk menyampaikan informasi tentang
adanya kegiatan pemantauan kehilangan hasil karena serangan OPT
tanaman pangan di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung
Kidul.
Adapun koordinasi yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
o Pertemuan Tanggal 5 Februari 2016
Hal yang dibahas dalam pertemuan :
Uraian tentang teknis pelaksanaan kegiatan dimulai dari latar belakang,
tujuan, sasaran dan sumber pendanaan. Koordinasi dipimpin oleh Kepala
Balai dan diikuti Kasubag TU, Kepala Seksi, Koordinator Fungsional,
Koortikab dan petugas POPT Kabupaten/Kota serta petugas BPTP.
Permintaan kepada para petugas teknis yang ditunjuk untuk mendukung
kegiatan ini sesuai dengan bidang keahlian dan peran yang ditunjuk oleh
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
313
pelaksana kegiatan. Disampaikan pula informasi tentang kerusakan
tanaman semakin beragam. Sifat tanaman, faktor lingkungan, kepadatan
populasi OPT, teknik budidaya tanaman dan tindakan petani dalam
mengelola usaha taninya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan tanaman selain jenis OPT dan saat berlangsungnya infestasi.
Mengingat hal tersebut maka kegiatan monitoring kehilangan hasil akibat
serangan OPT perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran susut hasil akibat OPT dengan berbagai tingkat
serangan dan kehilangan hasil yang dapat diselamatkan oleh petani.
Dengan terkumpulnya informasi tersebut diharapkan strategi
pengendalian OPT yang tepat guna dan berhasil guna dapat segera
disusun, sehingga produksi yang hilang dapat ditekan dan pendapatan
petani dapat ditingkatkan. Tikus dan OPT lainnya (Penggerek batang dan
Wereng) merupakan hama utama pada tanaman padi di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang serangannya mampu menurunkan produksi
padi. Oleh karena itu informasi mengenai gambaran kehilangan hasil
karena hama OPT Tanaman Pangan tersebut, sangat diperlukan dalam
rangka menyusun strategi pengendalian yang tepat dan berhasil guna.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui kehilangan hasil karena
serangan Tanaman Pangan pada berbagai tingkat serangan dan
mengetahui kehilangan hasil yang dapat diselamatkan oleh petani.
Adapun lokasi yang digunakan diharapkan dapat mewakili wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penyampaian informasi, meliputi :
1. Teknis Pelaksanaan :
Menentukan lokasi untuk kegiatan pengamatan
kehilangan hasil.
Melakukan ploting untuk masing-masing kategori
serangan yaitu ringan, sedang, berat, puso, petak kontrol
dan petak petani.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
314
Melakukan pengamatan OPT dimulai sejak tanaman
berumur 30 hst sampai menjelang panen sebanyak 7 kali
pengamatan dengan interval 7 hari sekali.
Melakukan ubinan pada saat panen dengan ukuran 2,5 x
2,5 m2 kemudian hasilnya ditimbang.
2. Tanggapan-tanggapan dari petani antara lain :
a. Petani cukup antusias dengan adanya kegiatan tersebut,
karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan
petani tentang OPT (Tikus, Wereng & Penggerek
batang) dan seberapa besar tingkat kerugian yang
ditimbulkan.
b. Diharapkan hasil pengamatan dapat diinformasikan ke
petani.
c. Diharapkan ada sosialisasi tentang upaya-upaya
pengendalian hama OPT (Tikus, Wereng & Penggerek
batang) di lapang.
Penetapan Petugas Pengamat PNS dan Non PNS
Berdasarkan rapat koordinasi yang telah dilakukan maka ditetapkan
bahwa petugas pengamat OPT non PNS adalah petani setempat
yang wilayahnya digunakan sebagai lokasi pengamatan. Masing-
masing lokasi pengamatan ditetapkan 2 (dua) orang petani pengamat
OPT selama 7 (tujuh) hari pengamatan. Sedangkan pengamat PNS,
ditentukan oleh BPTP DIY .
Ploting lokasi pengamatan dengan pemasangan ajir
Ploting dilakukan di masing-masing lokasi pengamatan yang telah
ditentukan. Ukuran masing-masing petak contoh di empat lokasi
pengamatan adalah 7 x 7 m2 dengan ulangan sebanyak 4 kali. Petak
contoh atau petak perlakuan merupakan petak pengamatan
berdasarkan katagori serangan ringan, sedang, berat, puso, petak
petani dan kontrol. Masing-masing petak perlakuan dipasang ajir
batas dan ajir perlakuan sebagai tanda batas perlakuan dan tanda
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
315
pengamatan sampel. Papan nama sebagai informasi kegiatan di
pasang di empat lokasi (empat kabupaten).
Pelaksanaan kegiatan pengamatan di lokasi yang telah
ditentukan
Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali untuk pengamat PNS dan 7
kali untuk pengamat non PNS. Interval pengamatan selama 7 hari
dimulai sejak tanaman berumur 40 HST hingga menjelang panen.
Jumlah sampel yang diamati sebanyak 30 rumpun tiap petak
perlakuan. Petak perlakuan merupakan petak pengamatan
berdasarkan katagori serangan ringan, sedang, berat, puso, petak
petani dan kontrol. Hal–hal yang diamati meliputi jumlah tunas, tunas
terserang, intensitas serangan OPT lainnya sebagai OPT sekunder,
serta musuh alami yang ada.
Pengamatan sampel dilakukan secara diagonal sesuai dengan
metode pengamatan yang berlaku. Pengamatan rumpun tanaman
dilakukan pada rumpun di sekitar ajir batas dan ajir perlakuan di
masing-masing petak perlakuan dan tidak berpindah-pindah.
Petak perlakuan adalah petak katagori serangan dengan kriteria
sebagai berikut :
Petak Serangan Ringan
yaitu apabila tingkat serangan berada diantara ambang pengendalian
≥ 25 %.
Petak Serangan Sedang
yaitu apabila tingkat serangan > 25 % sampai dengan ≤ 50 %.
Petak Serangan Berat
yaitu apabila tingkat serangan > 50 % sampai dengan ≤ 90 %.
Petak Serangan Puso
yaitu apabila tingkat serangan > 90 %.
Petak Petani
yaitu petak dengan perlakuan pengendalian petani.
Petak Kontrol
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
316
Tanaman sehat / tanaman dengan populasi OPT yang rendah.
Pembinaan dan monitoring
Pembinaan dan monitoring dilaksanakan dalam rangka pemantauan
pelaksanaan kegiatan di lapang agar sesuai dengan perencanaan
kegiatan. Pembinaan dilakukan sebanyak 3 kali di masing-masing
lokasi pengamatan dengan pembina dari BPTP DIY dan POPT.
Segala permasalahan pengamatan OPT di lapang di sampaikan pada
saat pembinaan.
Ubinan setelah panen
Ubinan dilakukan setelah panen dengan ukuran ubinan ditentukan 2,5
x 2,5 m2 pada masing-masing petak perlakuan dan petak ulangan.
Data hasil ubinan diolah dalam konversi hektar. Data Ubinan masing-
masing lokasi pengamatan secara rinci terlampir.
5. SLPHT Berkelanjutan
a) Terlaksananya 1 kali koordinasi di DIY yang dikuti 12 orang peserta telah
dilaksanakan pada tanggal 22 Febuari 2016 dengan hasil pelaksanaan
SLPHT Berkelanjutan akan dilaksanakan di Kelompok Tani
Kaweden,Tirtoadi, Kecamatan Mlati dengan penanggung jawab lapangan
POPT Mlati di bantu PPL dan akan dimulai pada bulan Mei 2016 diawali
dengan pertemuan persiapan pelaksanaan SLPHT berkelanjutan.
b) Terlaksananya pertemuan persiapan SLPHT di lokasi kegiatan dengan
peserta 12 orang bertempat di Balai desa Tirtoadi Mlati Sleman pada
tanggal 22 April 2016 dengan hasil.
Pelaksanaan SLPHT Musim I akan di laksanakan pada tanggal 25
Mei 2016
Peserta berasal dari utusan kontak tani alumni SLPHT dari kelompok
tani se Desa Tirtoadi Mlati Sleman
Jumlah peserta SLPHT Musim I sejumlah 25 orang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
317
Lokasi SLPHT berkelanjutan Musim I di Balai Dusun Kaweden,
Tirtoadi, Mlati Sleman
c) Terlaksananya pertemuan pembukaan SLPHT di lokasi kegiatan dengan
peserta 30 orang bertempat di Balai Dusun Kaweden Tirtoadi, Mlati
Sleman pada tanggal 25 Mei 2016
d) Terlaksananya SLPHT musim I dengan pertemuan sebanyak 10 kali
setiap 1 minggu sekali tiap hari Rabu.
Pelaksanaan Lokasi Pelaksanaan Tanggal pertemuan
MT I Kaweden, Tirtoadi , Mlati,
Sleman
25 Mei s/d 7
September 2016 tiap
hari Rabu
e) Kegiatan MT II dan kegiatan Field day di lokasi SLPHT Berkelanjutan
tidak dilaksanakan karena ada kebijakan penghematan anggaran per
tanggal 1 September 2016
6. Uji Ketahanan Varietas
Alokasi dana Kegiatan Uji Ketahanan Varietas Padi Tahun 2016
bersumber dari dana APBD I serbesar : Rp. 39.991.800,- (Tiga puluh
sembilan juta sembilan ratus Sembilan pulih satu ribu delapan ratus rupiah).
Pada bulan Agustus ada pemotongan/ evisiensi I anggaran APBD sebesar
Rp. 22.470.000 Sehingga pagu anggaran menjadi Rp. 17.521.800 (Tujuh
belas juta lima ratus dua pulih satu ribu delapan ratus rupiah).
Pada bulan September ada rencana evisiensi II sebesar Rp.
5.040.000, sehingga secara teknis pelaksaan fisik yang direncanakan
dilaksanakan untuk 2 musim tanam, hanya dilaksanakan satu musim saja.
Akan tetapi evisiensi II tidak terlaksana sehingga pagu tetap Rp. 17.521.800,
meskipun anggaran tetap tetapi bulan September sudah lewat musim tanam
sehingga untuk kegiatan di musim tanam II tetap tidak dapat dilaksanakan.
Pencapaian realisasi anggaran sebesar Rp. 11.809.800,- (Sebelas
juta delapan ratus Sembilan ribu delapan ratus rupiah) atau sebesar 67,4%.
Pada kegiatan ini terdapat sisa dana sebesar : Rp. 5.712.000,- (Lima juta
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
318
tujuh ratus dua belas ribu rupiah) atau sebesar 32,6% merupakan sisa mati
yang harus disetor ke kas negara. Sisa mati ini dikarenakan pelaksanaan
kegiatan di musim tanam kedua tidak dapat dilaksanakan. Tidak
terlaksananya kegiatan di musim tanam kedua ini karena waktu tanam yang
sudah jauh mundur kebelakang sehingga apabila dilaksankan tidak akan
dapat diselesaikan di TA. 2016.
Pelaksanaan kegiatan Uji Ketahanan Varietas TA. 2016 adalah sebagai
berikut :
Intensitas serangan kompleks OPT
Jenis OPT dari golongan hama yang menyerang selama kegiatan
berlangsung antara lain Penggerek batang padi, Wereng Batang Coklat,
Kepinding Tanah, Walang Sangit, Thrips, Hama Putih Palsu, dan Keong.
Sedangkan jenis OPT dari golongan penyakit antara lain BLB dan Blas.
Grafik berikut menunjukkan tingkat populasi komples Hama tertinggi
pada varietas IR 64 dan varietas Pepe, sedangkan populasi hama
terendah pada varietas Pandan Wangi dan Situbagendit. Pada populasi
hama yang tinggi dapat diasumsikan varietas disukai oleh hama dan
sebaliknya pada serangan hama yang rendah varietas tersebut kurang
disukai oleh hama.
Tingkat Intensitas serangan penyakit tertinggi pada varietas
Sidenuk, Inpari 23 dan varietas Pepe, sedangkan intensitas serangan
penyakit terendah pada varietas Pandan Wangi dan Melati Menoreh.
Pada intensitas serangan penyakit yang tinggi dapat diasumsikan varietas
disukai oleh penyakit sebagi inang dan sebaliknya pada intensitas
serangan yang rendah varietas tersebut kurang disukai oleh OPT.
Cekaman komples OPT tertinggi pada varietas Sidenuk, Pepe dan
varietas Inpari 23, sedangkan terendah serangan OPT pada varietas
Melati menoreh dan Pandan wangi. Pada serangan tinggi oleh OPT
adapat di asumsikan varietas disukai oleh OPT sebagai inang OPT dan
sebaliknya pada serangan OPT yang rendah varietas tersebut kurang
disukai oleh OPT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
319
Bila di hubungkan antara serangan komplek OPT dengan
produksi, maka penurunan produksi yang rendah pada varietas Ciherang
dan IR 64 di sebabkan oleh adanya serangan OPT yang cukup tinggi
(rentan). Sedangkan pada varietas Pepe dan Inpari 23 produksi relatif
tinggi walaupun ada serangan OPT yang agak cukup juga, artinya
veriatas Pepe dan Inpari 23 termasuk varietas toleran terhadap serangan
OPT.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan varietas yang toleran
terhadap OPT yang lain adalah varietas Melati menoreh, Situbagendit
dan varietas Pepe karena masih bisa menghasilkan produksi yang cukup
tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya meskipun cekaman OPT
juga cukup tinggi.
Populasi, intensitas dan perkembangan serangan OPT
Penggerek Batang Padi (PBP)
Perkembangan serangan hama penggerek batang pada 10
varietas yang diuji dapat di gambarkan seperti pada Grafik dibawah ini.
Intensitas serangan hama penggerek batang padi masih di bawah 2 %,
hal ini tergolong masih sangat rendah. Kondisi ini juga dapat diduga
karena pupulasi hama yang ada di lapangan juga relatif rendah.
Serangan mulai mengalami peningkatan dari umur tanaman 25 HST
sampai dengan puncaknya pada umur 67 HST, bentuk grafik serangan
pengerek batang sigmoid, sedangkan serangan puncak hama penggerek
batang padi pada umur 31-39 HST.
Bila dibandingkan antar varietas maka, serangan penggerek batang
(PB) teringgi pada varietas Code dan varietas Melati Menoreh,
sedangkan serengan paling rendah hama penggerek batang adalah IR 64
dan Mikongga.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan Penggerek Batang
terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
320
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan
terkait serangan Penggerek batang terhadap 10 varietas yang diuji, maka
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antar rata-rata perlakuan.
Kepinding Tanah
Kepinding tanah yang menyerang malai mengakibatkan malai
tidak berkembang sempurna dan bulir kosong. Pada populasi tinggi,
dapat menyebabkan pertanaman mati. Penurunan hasil padi pada
infestasi stadia anakan (30 hst) pada kepadatan 25–75 ekor per rumpun
hasilnya akan berkurangantara 51–71%. Sedang jika infetasi pada stadia
tanaman generatif, pada kepadatan 25–75 ekor per rumpun hasilnya
akan berkurang antara 37–48%. Pada serangan berat dapat menurunkan
hasil 60 sampai 80%.
Dari hasil pengamatan menunjukan perkembangan hama
kepinding tanah mulai mengalami peningkatan pada umur tanaman 25
HST hingga puncaknya pada umur 39 HST. Populasi tertinggi sebesar
3,74 ekor/rumpun pada varietas Pepe. Meskipun cukup tinggi tetapi
belum sampai pada ambang pengendalian maupun kehilangan hasil.
Populasi terendah pada varietas Pandan wangi.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan kepinding tanah terhadap
10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang diuji, uji
Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait
serangan kepinding tanah terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan.
Wereng Batang Coklat
Serangan hama Wereng Batang Coklat (WBC) di amati dengan
melihat dinamika populasi yang terjadi pada setiap varietas yang diuji.
Dari hasil pengamatan menunjukan perkembangan hama WBC sangat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
321
bervariasi populasi pada hari pengamatan dan bervariasi antar varietas,
namun demikian populasinya sangat rendah.
Populasi WBC selama kegiatan berlangsung cukup terkendali oleh
keberadaan musuh alami yang melimpah serta kondisi lingkungan yang
suhunya cukup tinggi. Puncak populasi WBC terjadi pengamatan hari 31
dan 60 HST. Populasi WBC tertinggi pada varietas Situbagendit dengan
rata-rata populasi 0,4 ekor/rumpun, sedangkan populasi rendah pada
varietas Pepe dengan populasi 0,01 ekor/rumpun. Hal ini dapat juga
dikatakan varietas Situbagendit lebih disukai WBC di bandingkan dengan
variatas Pepe.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan WBC, dari 10 varietas
sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova menginformasikan adanya
perbedaan yang signifikan terkait serangan WBC pada varietas
Situbagendit dengan 9 varietas lainnya yang diuji.
Berdasarkan hasil analisis tersebut rata-rata serangan WBC pada
9 varietas, ketan, Pepe, Pandang wangi, Melati menorah, Logawa,
Ciherang, IR 64 Inpari 23 dan Sidenuk tidak menunjukkan beda nyata,
tetapi pada varietas Situbagendit menunjukkan beda nyata terhadap
varietas yang lain.
Walang sangit
Perkembangan populasi hama walang sangit dapat dilihat pada
grafik di bawah. Kemunculan hama walang sangit sesuai dengan
perkembangan pertumbuhan tanaman padi saat pembentukan malai
baru. Hama walang sangit mulai muncul saat tanaman berumur 53 HST
hingga 67 HST dan populasi turun pada saat tanaman berumur 80 HST.
Dari 10 varietas padi yang diuji populasi hama walang sangit
mempunyai pola sebaran yang sama, artinya tidak ada varietas yang
berbeda dalam hubungan serangan hama walang sangit. Populasi hama
walang sangit juga relative rendah, populasi tertinggi hanya 1,85
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
322
ekor/rumpun pada varietas IR 64. Sedangkan populasi paling rendah
pada varietas Situbagendit dengan populasi 0,69 ekor/rumpun.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan Walang sangit terhadap 10
varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova
menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait
serangan Walang sangit terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan.
Keong
Perkembangan serangan hama keong pada 10 varietas yang diuji
dapat di gambarkan seperti pada Grafik dibawah ini. Intensitas serangan
hama keong tinggi diawal pertanaman karena memang kondisi
lingkungan dengan air tergenang sesuai dengan habitat keong. Serangan
mulai mengalami ppenurunan dari umur tanaman 25 HST dan sedikit
tinggi pada umur 46 HST, sedangkan serangan puncak hama penggerek
batang padi pada umur 10 HST.
Bila dibandingkan antar varietas maka, serangan Keong teringgi
pada varietas Pandan Wangi dan Pepe, bahkan diawal pertanaman
varietas Pandan wangi harus disulam karena serangan keong yang tinggi
sedangkan serengan paling rendah hama Keong adalah Logawa dan
Sidenuk.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan WBC, dari 10 varietas
sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova menginformasikan adanya
perbedaan yang signifikan terkait serangan WBC pada varietas
Situbagendit dengan 9 varietas lainnya yang diuji.
Rata-rata serangan hama keong pada varietas Pandan wangi
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan varietas Sidenuk,
Logawa, Inpari 23 dan Ketan. Tetapi tidak berbeda nyata dengan Melati
Menoreh, Ciherang, SItubagendit, Pepe, dan IR 64. Sedangkan Rata-rata
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
323
serangan hama keong pada 9 varietas selain Pandan Wangi
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sehingga dapat
disimpulkan varietas pandan wangi relative lebih disukai hama keong
dibandingkan dengan varietas lainnya.
Perkembangan Penyakit Tanaman BLB
Hasil pengamatan serangan penyakit BLB/Kresek (Xantomonas
orizae) pada sepuluh varietas yang diuji digambarkan pada grafik di
bawah.Serangan penyakit BLB mulai meningkat pada umur tanaman 25
HST terjadi peningkatan serangan sampai umur 53 HST dan 60 HST dan
gejala serangan terlihat sampai menjelang panen.
Bila di bandingkan serangan antar varietas ada perbedaan yang
menyolok yaitu pada varietas Sidenuk dan Inpari 23 tingkat serangan BLB
paling tinggi dengan intensitas serangan mencapa lebih darii 14 % pada
umur tanaman 60 HST. Sedangkan pada varietas IR 64 dan Melati
Menoreh meski terjadi serangan BLB sejak umur tanaman 18 HST tetapi
sampei menjelang panen serangan tidak lebih dari 4%, bila dilihat dari
perkembangan serangannya 2 varietas ini termasuk agak tahan bila di
bandingkan dengan varietas Sidenuk dan Inpari 23.
Sedangkan varietas Sidenuk sendiri pada umur tua terjadi
serangan yang agak tinggi. Dengan demikian dari 10 varietas yang di uji
varietas Sidenuk termasuk varietas yang lebih peka serangan BLB diikuti
varietas Inpari 23 dan Situbagendit. Sedang varietas yang relatif tahan
adalah varietas IR 64 dan Melati Menoreh.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata persentase serangan penyakit BLB
terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan
terkait serangan BLB terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan.
Perkembangan Penyakit Tanaman Blas
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
324
Perkembangan serangan penyakit Blas pada 10 varietas yang
diuji dapat dilihat pada grafik dibawah. Serangan penyakit Blas mulai
menyerang saat tanaman berumur 18 HST, dan perkembangan intensitas
serangan fluktuatif sampai menjelang panen. Dari 10 varietas tanaman
yang diuji menunjukan pola serangan yang mirip, namun terjadi
perbedaan tingkat serangan.
Serangan penyakit Blas tertinggi sebesar 0,899 % pada varietas
Ciherang, diikuti di bawahnya varietas Situbagendit dan varietas Inpari
23. Sedangkan varietas yang agak tahan dari serangan Blas adalah
Pandan wangi, Logawa dan varietas Melati mernoreh. Data selengkapnya
perkembangan serangan Blas pada 10 varietas yang diuji.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata persentase serangan penyakit Blas
terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan
terkait serangan Blas terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan.
Perkembangan Musuh Alami
Dari hasil pengamatan populasi musuh alami pada 10 varietas
tanaman padi yang diuji cukup melimpah dan beragam. Apabila
kelimpahan populasi musuh alami dibandingkan antar 10 varietas yang
diuji dapat dilihat bahwa pada varietas ketan populasi musuh alaminya
tertinggi dilanjutkan Sidenuk dan Situbagendit.
Pola perkembangan populasi musuh alami berbentuk pola
sigmoid, pola ini tentu mengikuti pola perkembangan inangnya (hama).
Jenis Musuh alami yang muncul adalah Paederus, Coccinelide dan Laba-
laba. Rata-rata tingkat populasi tertinggi sampai 4,224 ekor/rumpun pada
musih alami Laba-laba dan 4,124 pada musuh alami paederus.
Musuh Alami Paederus
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
325
Hasil pengamatan perkembangan populasi musuh alami hama
pada pada uji 10 varietas tanaman padi di gambarkan pada grafik
dibawah. Populasi musuh alami Paederus mulai muncul pada umur 10
HST, populasi paederus stabil hingga panen, hanya terjadi fluktuasi
peningkatan populasi pada umur tanaman 25 HST dan 60 HST.
Grafik dibawah menunjukkan tingkat kelimpahan populasi
paederus pada masing-masing varietas. Populasi musuh alami tertinggi
sebesar 5,1 ekor/rumpun pada varietas ketan. di bawahnya pada
varietas Sidenuk, Pepe dan Situbagendit masing-masing sebesar 4,84
ekor/rumpun; 4,31 ekor/rumpun dan 4, 21 ekor/rumpun.
Sedangkan populasi musuh alami terendah pada varietas
Pandanwangi sebesar 2,88 ekor/rumpun dan varietas Ciherang sebesar
3,29 ekor/rumpun.
Musuh Alami Kumbang Coccinelid
Perkembangan populasi musuh alami pada 10 varietas tanaman
padi yang diuji di gambarkan pada grafik di bawah ini. Pola
perkembangan populasi Coccinelide membentuk pola sigmoid, diawali
dari rata-rata populasi 0,037 ekor/rumpun pada umur tanaman 18 HST
meningkat sampai puncak populasi sebesar 0,62 ekor/rumpun pada umur
tanaman 46 HST dan populasi menurun lagi sampai menjelang panen.
Tingginya populasi musih alami ini dikarenakan selama kegiatan
ini berlangsung pertanaman hanya diberi perlakuan berupa pupuk organik
dan pupuk tambahan tanpa adanya perlakuan penyemprotan perstisida,
sehingga keberadan musuh alami dilapangan cukup melimpah.
Kelimpahan populasi musuh alami Coccinelide tertinggi sebesar
1,33 ekor/rumpun pada varietas Sidenuk di bawahnya pada varietas
Inpari 23 dan Ketan toris sebesar 1,31 ekor/rumpun dan 1,28
ekor/rumpun. Populasi Coccinelide yang rendah pada varietas
Pandanwangi 0,68 ekor/rumpun dan varietas IR 64 1,04 ekor/rumpun,
secara lengkap dapat dilihat pada grafik berikut.
Musuh Alami Laba-laba
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
326
Perkembangan populasi musuh alami Laba-laba pada 10 varietas yang
diuji dapat digambarkan pada grafik dibawah ini. Pola perkembangan
populasi musuh alami laba-laba dari 10 varietas yang diuji memiliki pola
yang hampir sama tidak berbeda antar varietas. Populasi laba-laba mulai
muncul pada umur tanaman 10 HST rata-rata sebesar 0,91 ekor/rumpun
meningkat sampai puncak populasi pada umur tanaman 60 HST sebesar
1,51 ekor/rumpun dan menurun sampai menjelang panen.
Kelimpahan populasi musuh alami Laba-laba tertinggi sebesar
4,97 ekor/rumpun pada varietas Ketan toris di bawahnya pada varietas
Situbagendit 4,61 ekor/rumpun dan Melati menoreh sebesar 4,37
ekor/rumpun. Populasi musuh alami laba-laba yang rendah pada varietas
IR 64 dengan populasi 3,32 ekor/rumpun dan varietas Inpari 23 dengan
jumlah populasi laba-laba 3,31 ekor/rumpun, secara lengkap dapat dilihat
pada grafik berikut.
Pertumbuhan Tanaman
Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman adalah jumlah
anakan , perhitungan jumlah anakan dilakukan sejak tanaman umur 10
HST sampai dengan 80 HST setelah tanam dengan jumlah rumpun
contoh 15 rumpun. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman padi
pada seluruh varietas yang diuji mempunyai kecenderungan pola
pertumbuhan yang sama hanya pada varietas Pandanwangi yang jumlah
anakan relatip rendah yakni rerata jumlah anakan maksimal 14,6 tunas/
rumpun dikarenakan serangan keong yang tingii di awal tanam dan
mengharuskan dilakukannya penyulaman sehingga varietas ini
perkembangannya lebih terlambat dibandingkan varietas lain.
Produksi
Untuk produksi padi pada kegiatan uji 10 varietas yang diuji
diambil dengan produksi ubinan 2,5 x 2,5 m pada setiap perlakuan dan
petak Secara umum produktivitas padi sangat jauh di bawah standar
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
327
dikarenakan keterlambatan dalam proses pemanenan. Sebelum dipanen
banyak bulir yang menjadi santapan hama burung sehingga menurunkan
jumlah ubinan. Sedangkan produktivitas varietas Pandan wangi yang jauh
lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya dikarenakan usia tanaman yang
jauh lebih muda. Tanaman tersebut merupakan hasil penyulaman akibat
serangan hama keong yang cukup tinggi diawal tanam. Dilanjutkan
varietas Menoreh dan Situbagendit.
Untuk produksi dari 10 varietas padi yang diuji, rerata ubinan
terendah 1,173 kg dan yang tertinggi 3,253 kg hal tersebut dapat
dikatakan jauh lebih rendah untuk potensi produksi masing-masing
varietas.
Hasil ubinan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
potensi produksi masing-masing varietas karena adanya serangan
burung pipit, sehingga jika dibandingkan dengan potensi produksi normal
pada varietas tersebut menunjukkan selisih hasil yang dapat dilihat pada
tabel berikut Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata selisih
produktivitas 10 varietas padi yang diuji dengan potensi varietas tersebut
sebesar 3,683 ton/ha atau 58,13%.
Penurunan hasil produksi yang lebih dari 50% ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor antara lain dapat disebabkan pemupukan
yang kurang intensif baik pupuk organik maupun pupuk tambahannya,
tidak adanya perlakuan pestisida selama musim tanam sehingga
keberadaan OPT tidak dikendalikan sama sekali kecuali oleh keberadaan
musuh alaminya, dan faktor terakhir yang paling nampak dampaknya
terhadap penurunan produktivitas adalah serangan hama burung pipit.
Serangan hama burung dimulai dari umur tanaman 67 hari hingga
80 hari ditambah mundurnya waktu panen menyebabkan serangan terus
berlangsung hingga panen tanpa adanya usaha pengendalian.
Serangan burung pipit menurut beberapa informasi dapat
menurunkan produksi secara signifikan. Data di Desa Utama Kec.
Cijeunjing, Kab. Ciamis pada Januari 2009 menunjukkan penurunan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
328
produksi akibat serangan burung pipit hingga 30%, di Kecamatan
Padangan, Kabupaten Bojonegoro pada bulan Juni 2014 menunjukkan
penurunan produksi sebesar 15%, dan di Desa Pasuruan Kabupaten
Lampung Selatan menunjukkan penurunan produksi sebesar 30%.
Mengacu pada data di beberapa tempat tersebut terlihat bahwa
serangan burung pipit dapat menurunkan produksi hingga 30%. Sehingga
sangatlah mungkin penurunan produksi hingga 58,13% faktor terbesarnya
serangan burung pipit, ditambah dengan kondisi pertanaman padi
disekitar petak percobaan telah dipanen semua dan tanpa adanya upaya
penghalauan sehingga serangan burung pipit sangat tinggi.
B. Kegiatan APBN Satker Tanaman Pangan
1.) Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan
Anggaran penyusunan Kebijakan Program dan Anggaran Kegiatan
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan TA 2016 telah diblokir
75,22% dan realisasi keuangan 24,67%, realisasi fisik mencapai
66,11% karena adanya dukungan pedoman umum arah kebijakan dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sehingga kegiatan tetap
dapat dilaksanakan dengan arah kebijakan dari pusat.
Adapun keluaran dan hasil yang dapat terlaksana adalah sebagai
berikut :
ROPAK dan Surat Keputusan mendukung kelancaran kegiatan.
Petunjuk pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan.
Pedoman Kegiatan Pengendalian OPT dengan Agens Hayati.
Pedoman pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
329
Verifikasi Penilaian POPT, POPT-PHP, LPHP/LAH< kelompok Tani
PPAH, Petani PHT Teladan
Data dan peta daeran rawan DPI tanaman pangan.
Data dan peta serangan OPT Tanaman pangan.
SOP pengujian mutu.
RKAKL rencana kegiatan TA. 2017
Output yang tidak dapat dilaksanakan karena adanya blokir anggaran
adalah :
Pedoman pelaksanaan PPHT padi skala luas.
Pedoman pelaksanaan PPHT kedelai skala luas.
Pedoman pelaksanaan Rintisan PPHT ubikayu skala luas.
leaflet/brosur OPT Utama.
Pertemuan perencanaan penerapan metode pengamatan OPT 2
kali diikuti 30 orang untuk 2 periode musim tanam.
Walaupun output tersebut diatas tidak dapat direalisasikan 100%
namun telah ada pedoman umum arah kebijakan dari pusat sehingga
kegiatan PPHT baik padi kedelai maupun rintisan ubikayu tetap dapat
dilaksanakan dengan baik sedangkan leaflet /brosur Opt utama batal
dicetak, sehingga dalam penyebarluasan informasi dengan leaflet yang
didanai dari APBD serta pembinaan langsung di tingkat petani/petugas
lapang.
Sedangkan pertemuan perencanaan petode pengamatan OPT juga
batal diselenggarakan sehingga dalam pelaksanaaan pengamatan OPT
oleh petugas POPT tetap dilakukan sesuai tupoksi dengan mengacu
pada buku pedoman dari pusat yang dikenal dengan buku putih.
2) Pertemuan RPH Tingkat Propinsi
Anggaran pertemuan RPH tingkat provinsi turut dalam penghematan
dan blokir sehingga yang dapat direalisasi 21,57% dan realisasi fisik
45% dengan keluaran yang dapat dilaksanakan adalah
Terlaksananya pertemuan RPH di 4 kabupaten masing-masing 1 kali
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
330
yang diikuti 40-50 orang petugas dan petani RPT dengan naeasumber
dari UPTD BPTP.
Keluaran yang tidak dapat dilaksanakan adalah :penyusunan Buku
pedoman Pengendalian OPT sebanyak 165 buku untuk POPT dan
petani RPT.
Nama Ketua Regu Pengendali Hama (RPH) DIY yaitu :
No kabupaten Nama RPH Ketua Alamat
1. Sleman RPH Sembada Tukimun Jlegong Margodadi
Seyegan Sleman
2. Bantul RPH Bantul Suhartoyo Kajor Kulon
Selopamioro Imogiri
3. Kulon progo RPH Binangun Untung Suharjo Dobangsan, Giripeni,
Wates Kulon Progo
4. Gunungkidul RPH Handayani Golo Riyanto Duwet, Duwet
Wonosari Gunungkidul
Hasil pelaksanaan :
No
Lokasi pelaksanaan
Pelaksanaa
n
Peserta
Keterangan
1.
Pereng,Srimulyo,Piyungan
Bantul
12 Mei 2016
60
orang
RPH
Kabupaten
Bantul
2
Duwet, Wonosari, Gunung
kidul
16 Mei 2016
30
RPH
Kabupaten
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
331
orang Gunungkidul
3
Tanjungharjo, Nanggulan
Kulon Progo
17 Mei 2016 35
orang
RPH
Kabupaten
Kulon Progo
4 Patran Madurejo Pramba
nan Sleman
19 Mei 2016 50
orang
RPH
Kabupaten
Sleman
Pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT khususnya
tanaman padi merupakan tugas utama di BPTP, pelaksanaan pengamanan
produksi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya tanpa peran aktif dari petani,
Regu Pengendalian Hama (RPH) merupakan stake holder pengendalian OPT di
tingkat lapang yang setiap saat dapat di berdayakan untuk melakukan
pengendalian OPT .
Keberadaan Regu Pengendalian Hama (RPH) merupakan salah satu
komponen yang penting dari perlindungan tanaman yang perlu di tingkatkan
ketrampilan, pengetahuan untuk pencapaian maksimal dari program peningkatan
produksi tanaman pangan yang dicanangkan pemerintah .
Pertemuan Regu Pengendalian Hama (RPH) yang dilaksanakan
sebagai salah satu sarana meningkatakan pengetahuan dan ketrampilan
anggota (RPH) tentang tugas fungsi bagi anggota RPH yang keberadanya
sangat dibutuhkan oleh petani dan pemerintah dalam rangka penyelamatan
produksi dari serangan OPT khususnya tanaman pangan sehingga tujuan yang
ditargetkan oleh pemerintah dapat dicapai. Dalam pertemuan RPH yang
dilaksanakan di masing masing Kabupaten dihadirkan narasumber yang
kompeten di bidang perlindungan tanaman untuk menyampaikan materi tentang
penguatan tehnis perlindungan tanaman dan penguatan manajemen
pengendalian OPT disampaikan oleh Ir. Paryoto MP( Koordinator Laboratorium
PHT Bantul ), dukungan sarana pengendalian OPT tanaman pangan dan hal hal
lain yang berhubungan dengan kegiatan perlindungan tanaman disampaikan
oleh Ir. Suparjono ( Ka BPTP DIY).
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
332
3) Koordinasi Penanggulangan OPT / DPI
Anggaran koordinasi penanggulangan OPT/DPI hanya dapat direalisasikan
3,68% dan realisasi fisik 45% yaitu kegiatan koordinasi penanggulangan
OPT/DPI yang dapat terselenggara hanya di kabupaten Bantul dari rencana
di 4 kabupaten masing-masing 1 kali yang diikuti 40 orang petugas dengan
narasumber dari UPTD BPTP, sehingga koordinasi dengan kabupaten lain
dilakukan secara informal melalui pembinaan rutin POPT.
4) Penerapan PHT Padi Skala Luas
Anggaran yang dapat direalisasikan 83,88% dan realisasi fisik 85%
dengan outputs/keluaran sebagai berikut :
Terlaksananya pengadaan ATK dan papan nama bagi 10 lokasi kegiatan
Penerapan PHT Padi Skala Luas.
Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Persiapan Penerapan PHT Padi Skala
Luas di 7 dari target 10 lokasi yang diikuti 40 orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan Pemetaan masalahan dan potensi wilayah
Penerapan PHT Padi Skala Luas di 7 dari target 10 lokasi yang diikuti 40
orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan penelusuran budidaya Penerapan PHT Padi Skala
Luas di 7 dari target 10 lokasi yang diikuti 40 orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan rencana aksi / Penyusunan RUK Penerapan PHT
Padi Skala Luas di 5 dari target 10 lokasi yang diikuti 40 orang petugas dan
petani.
Realisasi Pertemuan bimbngan dan sosialisasi PPHT :
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Pertemuan
Target Realisasi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
333
1. Margo Rukun, Kadisoro Gilangharjo
Pandak Bantul
4 kali 4 kali
2. . Sido Makmur, Madu gondo Sitimulyo
Piyungan Bantul
4 kali 4 kali
3. Bulus Makmur, Bulus Sumberagung Jetis
Bantul
4 kali Nihil
4. Gendingan, Ngrandu Salamrejo Sentolo
Kulon Progo
4 kali 4 kali
5. Martani, Dobangsari Giripeni Wates Kulon
Progo
4 kali Nihil
6. Tani Boga, Babadan Sendangagung
Minggir Sleman
4 kali 4 kali
7. Sido Makmur, Kalipentung Kalitirto Berbah
Sleman
4 kali 4 kali
8. Ngudi Mekar, Sorogedug, Madurejo
Prambanan Sleman
4 kali 4 kali
9. Ngudi Rejeki, Munggur Ngipak Karangmojo
Gunungkidul
4 kali 4 kali
10. Ngudi Subur, Plumbungan Putat Patuk
Gunungkidul
4 kali 4 kali
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
334
5) Rintisan Penerapan PHT Kedele Skala Luas
Anggaran yang dapat direalisasikan 99,99% dan realisasi fisik 100%
dengan outputs/keluaran sebagai berikut :
Terlaksananya pengadaan ATK dan papan nama bagi 1 lokasi kegiatan
Penerapan PHT kedelai Skala Luas.
Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Persiapan Penerapan PHT kedelai
Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 40 orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan Pemetaan masalahan dan potensi wilayah
Penerapan PHT kedelai Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 30 orang petugas
dan petani.
Terlaksananya Pertemuan penelusuran budidaya Penerapan PHT kedelai
Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 30 orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan rencana aksi / Penyusunan RUK Penerapan PHT
kedelai Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 30 orang petugas dan petani.
Realisasi pertemuan bimbinagn di lokasi PPHT kedelai :
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Pertemuan
Target Realisasi
1. Semangat Dusun Blunyahan Desa
Pendowoharjo Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul
9 kali 4 kali
6) Rintisan Penerapan PHT Ubi Kayu Skala Luas
Anggaran yang dapat direalisasikan 75,99% dan realisasi fisik 100%
dengan outputs/keluaran sebagai berikut :
Terlaksananya pengadaan ATK dan papan nama bagi 1 lokasi kegiatan
Rintisan Penerapan PHT ubikayu Skala Luas.
Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Persiapan Penerapan PHT ubikayu
Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 30 orang petugas dan petani.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
335
Terlaksananya Pertemuan Pemetaan masalahan dan potensi wilayah
Penerapan PHT ubikayu Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 25 orang
petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan penelusuran budidaya Penerapan PHT ubikayu
Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 25 orang petugas dan petani.
Terlaksananya Pertemuan rencana aksi / Penyusunan RUK Penerapan
PHT ubikayu Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 25 orang petugas dan
petani.
Realisasi pertemuan bimbingan di lokasi PPHT rintisan ubikayu :
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Pertemuan
Target Realisasi
1. Mapan Dusun Pendem Desa Karangduwet
Kecamatan Paliyan Kabupaten
Gunungkidul
4 kali 4 kali
7) Peningkatan Kompetensi petugas dalam managemen / administrasi / teknis
laboratorium
Anggaran yang dapat direalisasikan 30,11% dan realisasi fisik 45%
dengan outputs/keluaran sebagai berikut :
Keikutsertaan dalam pertemuan teknis Laboratorium pengujian mutu di
Jakarta.
Keikutsertaan dalam pelatihan Peningkatan Kompetensi Petugas dalam
Managemen / Administrasi / teknis laboratorium pengujian mutu di Jakarta.
8) Sosialisasi Laboratorium Pengujian Pestisida
Anggaran diblokir sehingga tidak dapat direalisasikan dan realisasi fisik 15%
hanya sampai pada tahap penyusuna petunjuk pelaksanaan kegiatan rencana
sosialisasi LPMPT sebagai laboratorium pestisida yang dimiliki Pemda DIY yang
diikuti 40 orang peserta.
9) Pengujian Mutu
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
336
Anggaran pengujian mutu turut dalam penghematan dan blokir sehingga yang
dapat direalisasi 38,41% dan realisasi fisik 65% dengan keluaran yang dapat
dilaksanakan adalah
Terlaksananya Pengadaan Bahan Makanan daya tahan tubuh petugas
laboratorium.
Terlaksananya koordinasi setiap triwulan.
Terlaksananya pembelian sampel produk tanaman untuk pengujian mutu
Terlaksananya Operasional dan Pemeliharaan Alat Laboratorium.
Pengadaan Bahan Makanan daya tahan tubuh petugas laboratorium
dimaksudkan untuk menetralisir racun atau sisa-sisa bahan kimia yang terserap
atau terhirup oleh petugas. Pembelian bahan makanan daya tahan tubuh
petugas laboratorium dilakukan setiap bulan mulai bulan Januari 2016 - Juli
2016, dengan rincian : Susu UHT kemasan 250 mL; Sari Kacang Hijau kemasan
250 mL;Madu murni kemasan botol 250 gr;
Koordinasi Rutin Triwulan dilaksanakan 3 kali di Laboratorium PHP, yaitu
pada tanggal : 6 April 2016 dan 12 juli 2016 serta 6 Oktober 2016, membahas
mengenai pencapaian kegiatan LPMPT antara lain Kegiatan inventarisasi alat
dan bahan kimia; Pembuatan Instruksi Kerja Alat (IKA) peralatan laboratorium;
Pembuatan Lembar Keselamatan Kerja Laboratorium (MSDS) bahan kimia
standar dan pestisida standar; Pelatihan Mandiri mengenai Petugas Pengambil
Contoh; Pelatihan pengoperasian Alat Gas Chromatograph Mass Spectrometer
(GC-MS); Pengadaan alat dan bahan kimia penunjang kegiatan laboratorium.
Dalam koordinasi 12 Juli 2016 membahas tentang operasional LPMPT
yang perlu disosialisasi kepada masyarakat tentang tupoksi LPMPT. Sosialisasi
ke petani dengan cara pengambilan sampel tanaman pangan di tingkat kelompok
tani dan sampel yang diambil akan diuji kandungan residu pestisida nya di
LPMPT sesuai dengan bahan standar yang dimiliki.Pengambilan sampel
difokuskan pada tanaman padi karena bulan Juli-Agustus banyak pertanaman
yang memasuki masa panen.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
337
Operasional LPMPT juga didukung dana APBD TA. 2016 dan telah
dilaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) mengundang narasumber dari BPMPT,
Ditlin TP Kementan. Jl. AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan yaitu Ibu Hasri dan
Syanti Asviatuti. Bimbingan Teknis pengujian residu pestisida dilaksanakan pada
tanggal 26 dan 27 April 2016 pada pukul 08.00 hingga selesai. Peserta yang
diundang untuk mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis sebanyak 12 orang
(masing-masing tiga orang) perwakilan dari LPMPT, LPHP, Dinas Pertanian
bidang PPHP dan BKPP DIY (PMHP). Bimbingan Teknis (Bimtek) dilakukan
tahap persiapan mulai dari pengambilan sampel, pembuatan larutan uji,
preparasi bahan uji yang nantinya akan dilanjutkan kegiatan pengujian dengan
menggunakan alat uji Gas Chromatograph Mass Spectrometer (GC-MS).
Pengujian lanjutan ini dilakukan setelah teknisi Gas Chromatograph Mass
Spectrometer (GC-MS) telah selesai melakukan reinstall. Pengujian residu
pestisida menggunakan alat Gas Chromatograph Mass Spectrometer (GC-MS)
dipandu oleh narasumber dari BPMPT dan teknisi alat Gas Chromatograph Mass
Spectrometer (GC-MS).
Koordinasi ke 3 pada bulan Oktober 2016 membahas mengenai
pencapaian kegiatan LPMPT (periode Januari –Oktober 2016) dan rencana
kegiatan tahun 2017. Pencapaian kegiatan LPMPT tahun 2016
1. Kegiatan pembelian sampel produk tanaman dilakukan di lokasi tanam
petani yang masih menggunakan/mengaplikasikan pestisida untuk
menanggulangi serangan OPT. sampel yang kita ambil adalah sampel
komoditas padi yang berupa gabah dan beras. Adapun lokasi dan tanggal
pembelian sampel yaitu :
i. Kabupaten Bantul pada tanggal :
1) 18 Juli 2016
2) 26 Juli 2016
3) 2 Agustus 2016
ii. Kabupaten Sleman pada tanggal :
1) 20 Juli 2016
2) 28 Juli 2016
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
338
3) 3 Agustus 2016
iii. Kabupaten Gunungkidul pada tanggal :
1) 19 Juli 2016
2) 25 Juli 2016
3) 4 Agustus 2016
iv. Kabupaten Kulon Progo pada tanggal :
1) 21 Juli 2016
2) 27 Juli 2016
Perkembangan pelaksanaan operasional LPMPT TA 2016 yaitu :
1. Inventarisasi Alat dan Bahan LPMPT telah didokumentasikan dengan
baik. Peralatan dan bahan dibedakan dari sumber perolehannya yaitu
sumber dana APBD atau sumber dana APBN.
2. Pengadaan Langsung Bahan Kimia Telah selesai dilaksanakan, dengan
tersedianya Bahan Kimia Quechers AOAC sebanyak 4 pack, Extran MA,
sebanyak 2 botol kemasan 2,5 liter dan Acetonitrile sebanyak 2 botol
kemasan 4 Liter.
3. Membuat Dokumen Sistem Mutu (DOKSISTU) LPMPT sudah selesai
disusun antara lain : Instruksi Kinerja Alat (IKA), Lembar Keselamatan
Kerja Bahan Kimia, Lembar Data Bahan Standar Pestisida.
4. Pelatihan Mandiri yang akan dilakukan antara lain :
5. Pelatihan Petugas Pengambil Contoh (PPC);
6. Pelatihan preparasi ( sampel residu pestisida);
7. Pelatihan pengoperasian alat dan pengujian residu pestisida.
8. Kunjungan Kantor dan Laboratorium Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kabupaten Bantul untuk mengetahui tata cara perijinan, pengelolaan dan
pembungan limbah.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
339
9. Pembuatan Tanda Peringatan Laboratorium berupa Tanda peringatan
dan gambar-gambar yang berisi anjuran dan larangan selama bekerja di
laboratorium telah terpasang.
10. Reinstall alat Gas Chromatograph Mass Spectrometer (GC-MS) telah
dilaksanakan dan peralatan siap digunakan, hanya menunggu untuk di
kalibrasi ulang di tahun 2017.
11. Bimbingan Teknis telah dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 April 2016.
Bimtek ini mengajarkan mengenai proses persiapan pengujian,
pembuatan larutan, dan proses inject sampel menggunakan GC-MS.
12. Pembuatan Daftar Bahan Aktif Pestisida dan BMR telah berhasil
didokumentasikan.
13. Pembersihan peralatan gelas (glassware) preparasi dilakukan sebelum
dan sesudah kegiatan preparasi berlangsung dengan dibilas Acetonitrille,
direndam dengan ektran MA dan di bilas menggunakan waterbath.
14. Pembuatan Larutan Standar Pestisida Tahap I (PelarutToluen) sudah
dilaksanakan dan tidak cocok dengan metode pengujian GC-MS karena
tidak muncul peak dari larutan standar pestisida yang diuji. Sehingga
dilakukan penggantian pelarut menggunakan Pelarut Acetonitrile, dan
diperoleh peak pada saat pengujian GC-MS dan hasilnya lebih stabil
pada saat pengujian.
15. Trial Methode menggunakan Gas Chromatograph Mass Spectrometer
(GC-MS) Tahap II (Pelarut Acetonitrile) menggunakan metode SCAn,
kemudian di post run dan di uji kembali dengan metode SIM untuk
memperkecil matriks yang muncul.
16. Pengambilan Sampel dilakukan di empat kabupaten di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Masing-masing
kabupaten, diambil 3 sampel yang berasal dari tiga kelompok tani yang
dipilih secara acak. Pengambilan sampel berupa komoditas padi berupa
beras dan gabah yang bersifat curah.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
340
17. Preparasi sampel telah dilaksanakan, Sampel beras dan gabah digiling,
kemudian disimpan dalam Alluminium foil, kemudian diproses
menggunakan metode QuEChERs. Hasil yang didapatkan dari proses
preparasi selanjutnya dapat diuji dengan menggunakan alat GC-MS untuk
mengetahui kandungan residu pestisida yang diaplikasikan oleh petani
terhadap komoditas padi yang dimilikinya.
18. Hasil Pengolahan sampel dengan peralatan GC-MS, menghasilkan data
22 sampel padi gabah dari ke-4 kabupaten dapat dikatakan hasilnya
bersih. Dari hasil Inject GC-MS tidak ditemukan “peak” yang dimaksud.
19. Sosialisasi LPMPT ke Petani pada saat Gerakan Pengendalian dilakukan
pada saat Gerakan Pengendalian. Petani dijelaskan tentang asal usul
berdirinya LPMPT dan kegunaan LPMPT ke depannya.
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Alat Laboratorium diwujudkan dengan
kegiatan Re-install GC-MS yang dilakukan oleh PT. Ditek Jaya pada tanggal 27
April 2016. Re-install GCMS dilakukan karena peralatan GC-MS sudah lama
tidak dioperasionalkan, sehingga di cek dan di program ulang supaya dapat
digunakan kembali.
10) Monitoring dan Evaluasi
Anggaran monitoring dan evaluasi pengujian mutu turut dalam penghematan
dan blokir sehingga yang dapat direalisasi 85,19% dan realisasi fisik 100%
dengan keluaran yang dapat dilaksanakan adalah
Terlaksananya Pengadaan AC dan perlengkapannya untuk memenuhi
persyaratan teknis operasional LPMPT.. Pengadaan Pengadaan Langsung
AC 1.5 pK telah selesai dilaksanakan, dengan terpasangnya 3 unit AC 1.5 pK
di ruang Preparasi 1 unit, ruang GC-MS 1 unit dan Ruang Tamu 1 unit.
Terlaksananya Monitoring dan evaluasi penggunaan pestisida di tingkat
lapang sebagai informasi penunjang dalam operasional LPMPT sebagai lab
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
341
residu pestisida di DIY dan Terlaksananya pengambilan sampel produk
tanaman untuk pengujian mutu.
Melalui monitoring ke kapbupaten sekaligus dilakukan Sosialisasi Kegiatan
Perlindungan Tanaman Pangan DIY Tahun 2016 memaparkan tentang
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perlindungan tanaman pangan
DIY. Oleh karena itu, harapannya LPMPT nantinya dapat melayani kegiatan
pengujian residu pestisida untuk semua kalangan dengan kualitas yang sama
dengan biaya yang murah. Dan yang paling utama, LPMPT dapat menjadi
laboratorium yang terakrediitasi (SNI ISO/IEC 17025 : 2015) yang memenuhi
persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium
kalibrasi.
Pengambian sampel pengujian produk di LPMPT berkoordinasi dengan
POPT untuk menentukan lokasi pengambilan sampel yang menggunakan
pestisida kimia, yaitu :
a. Kabupaten Gunung Kidul : kecamatan Playen dan Wonosari
b. Kabupaten Bantul : kecamatan Sanden dan Srandakan
c. Kabupaten Sleman : kecamatan Prambanan dan Berbah
d. Kabupaten Kulon Progo : kecamatan Temon, Wates dan Panjatan
11) Pelaksanaan Penerapan PHT Padi Skala Luas
Anggaran pelaksanaan PPHT skala luas padi turut dalam penghematan dan
blokir sehingga yang dapat direalisasi 75,87% dan realisasi fisik 85% dengan
keluaran yang dapat dilaksanakan adalah
Terlaksananya pengadaan bahan dan atau alat pendukung penerapan PHT
bagi 10 lokasi kegiatan Penerapan PHT Padi Skala Luas berupa pupuk
organic di 10 lokasi, bahan dan alat pembuatan agens hayati dan
benih/bibit refugia di 7 lokasi
Terlaksananya Pertemuan evaluasi I sampai dengan evaluasi IV Penerapan
PHT Padi Skala Luas di 8 lokasi dari target 10 lokasi yang diikuti 25 orang
petani.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
342
Terlaksananya Pertemuan RTL Penerapan PHT Padi Skala Luas di 2 lokasi
dari target 10 lokasi yang diikuti 25 orang petani.
Terlaksananya Pengamatan rutin secara mingguan sebanyak 12 kali
pengamatan oleh 5 orang Petani Pengamat.
Realisasi penyaluran pupuk organik melalui proses penunjukan langsung
yaitu :
1. Nomor dan tanggal
perjanjian atau Surat
Perintah Kerja
01/SPK/03/III/2016 tanggal 11 April 2016
2. Nomor dan tanggal
pesanan
027/02/03/III/2016 tanggal 11 April 2016
3. Nama Penyedia
CV. MONJALI ABADI UTAMA
4. Nama Direktur Ari Noegrahini
5. Alamat Penyedia Jl. Tegal Melati No. 63, Sariharjo, Ngaglik,
Sleman
6. Nilai SPK Rp. 148.125.000,-
(Seratus empat puluh delapan juta
seratus dua puluh lima ribu rupiah).
7. Uraian dan volume
pekerjaan
Pengadaan Belanja Barang Persediaan
lainnya berupa Pupuk Organik dalam
rangka Pelaksanaan Penerapan PHT Padi
Skala Luas Kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan Dari
Gangguan OPT dan DPI Satuan Kerja
Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta TA.2016 sebanyak 187.500 kg
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
343
8. Tanggal Berlaku SPK
30 hari kalender mulai tanggal11 April
2016 s.d 10 Mei 2016
9. Waktu dimulainya
pekerjaan
11 April 2016
10. Serah Terima 9 Mei 2016
Realisasi bahan pendukung dan pertemuan evaluasi PPHT di 10
lokasi :
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Bahan dan alat
pendukung
Pertemuan
Target Reals
1.
Margo Rukun, Kadisoro
Gilangharjo Pandak Bantul
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
2. .
Sido Makmur, Madu gondo
Sitimulyo Piyungan Bantul
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 5 kali
3. Bulus Makmur, Bulus
Sumberagung Jetis Bantul
18.750 kg pupuk
organik;nihil
5 kali Nihil
4.
Gendingan, Ngrandu Salamrejo
Sentolo Kulon Progo
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
5. Martani, Dobangsari Giripeni
Wates Kulon Progo
18.750 kg pupuk
organik; nihil
5 kali Nihil
6.
Tani Boga, Babadan
Sendangagung Minggir Sleman
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
7.
Sido Makmur, Kalipentung
Kalitirto Berbah Sleman
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
344
8. Ngudi Mekar, Sorogedug,
Madurejo Prambanan Sleman
18.750 kg pupuk
organik; nihil
5 kali 4 kali
9.
Ngudi Rejeki, Munggur Ngipak
Karangmojo Gunungkidul
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
10.
Ngudi Subur, Plumbungan
Putat Patuk Gunungkidul
18.750 kg pupuk
organik; 1 paket
alat dan refugia
5 kali 4 kali
Realisasi bahan dan alat pembuatan agensia hayati sebagai berikut :
1. Beauveria Bassiana
Incase 1 unit
Soblok uk 5 kg 1 unit
Nampan 2 buah
Kompor Gas 1 set
Beras 30 kg
Plastik Perbanyakan 9 pak
Lilin 1 dus
isolasi 1 rol
stapler 1 buah
Biang/bibit Permohonan ke Lab
2. Phaeni bassilus
Fermentor 1 unit
Kentang 20 kg
Gula Pasir 5 kg
Ember plastik 1 buah
Biang/bibit Permohonan ke Lab
3. Pembuatan PGPR
Fermentor 1 unit
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
345
Terasi 2 kg
Gula Pasir 10 kg
Ember plastik 1 buah
Biang/bibit Perakaran Bambu
Bahan dan alat pembuatan agensia hayati yang di adakan adalah agensia
yang banyak digunakan di petani yaitu pembuatan beauveria bassiana, PGPR
dan Phaini/chorine bakterium. Sedangkan untuk mendisain keseimbangan
ekosistim lahan pertanian terutama kesimbangan hama dan musuh ditanam
tanaman yang menghasilkan bunga (tanaman ferugia) yaitu benih kenikir 2 kg,
benih bunga matahari 3 kg dan benih turi merah 2 kg.
12) Pelaksanaan Penerapan PHT Kedelai Skala Luas
Anggaran pelaksanaan PPHT skala luas kedelai turut dalam penghematan dan
blokir sehingga yang dapat direalisasi 64,11% dan realisasi fisik 65% dengan
keluaran yang dapat dilaksanakan adalah
Terlaksananya pengadaan bahan dan atau alat pendukung penerapan PHT
bagi 1 lokasi kegiatan Penerapan PHT kedelai Skala Luas berupa pupuk
organik, bahan dan alat pembuatan agens hayati
Terlaksananya Pertemuan evaluasi I sampai dengan evaluasi IV Penerapan
PHT kedelai Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 20 orang petani.
Terlaksananya Pertemuan RTL Penerapan PHT kedelai Skala Luas di 1
lokasi yang diikuti 20 orang petani.
Terlaksananya Pengamatan rutin secara mingguan sebanyak 12 kali
pengamatan oleh 5 orang Petani Pengamat.
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Bahan dan alat
pendukung
Pertemuan
Target Reals
Semangat Dusun Blunyahan
Desa Pendowoharjo
7.560 kg pupuk
organik; 1 paket
5 kali 2 kali
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
346
Kecamatan Sewon Kabupaten
Bantul
alat agens
Realisasi bahan dan alat pembuatan agensia hayati di kelompok tani
Semangat Dusun Blunyahan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul sebagai berikut :
2. Alat Pembuatan Agensia Hayati
Incase 1 unit
Plastik Perbanyakan 5 pak
Lilin 1 dus
isolasi 1 rol
stapler 1 buah
Fermentor 1 unit
Biang/bibit Permohonan ke Lab
2. Bahan agensi hayati
Beras 25 unit
Terasi 1 kg
Gula Pasir 4 kg
Biang/bibit Permohonan ke Lab
Bahan dan alat pembuatan agensia hayati yang di adakan adalah agensia yang
banyak digunakan di petani yaitu pembuatan beauveria bassiana dan PGPR .
Sedangkan untuk mendisaian keseimbangan ekosistim lahan pertanian terutama
kesimbangan hama dan musuh ditanam tanaman yang menghasilkan bunga
(tanaman ferugia), atas dorongan dari petugas meskipun tidak mendapat
fasilitasi dari kegiatan namun petani tetap menanam tanaman refugia yaitu jenis
kenikir, turi merah, dan orok-orok.
13) Pelaksanaan Rintisan Penerapan PHT Ubi Kayu Skala Luas
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
347
Anggaran pelaksanaan PPHT ubikayu skala luas turut dalam penghematan
dan blokir sehingga yang dapat direalisasi 44,41% dan realisasi fisik 65%
dengan keluaran yang dapat dilaksanakan adalah
Terlaksananya pengadaan bahan dan atau alat pendukung penerapan
PHT bagi 1 lokasi kegiatan Penerapan PHT ubikayu Skala Luas berupa
pupuk organik, bahan dan alat pembuatan agens hayati
Terlaksananya Pertemuan evaluasi pengamatan ekosistem 10 kali
Penerapan PHT ubikayu Skala Luas di 1 lokasi yang diikuti 15 orang
petani.
Terlaksananya Pertemuan RTL Penerapan PHT ubikayu Skala
Luas di 1 lokasi yang diikuti 30 orang petani dan petugas.
Terlaksananya Pengamatan rutin secara bulanan sebanyak 10 kali
pengamatan oleh 2 orang Petani Pengamat.
No. NAMA KELOMPOK/ALAMAT Bahan dan alat
pendukung
Pertemuan
Target Reals
Mapan Dusun Pendem Desa
Karangduwet Kecamatan
Paliyan Kabupaten
Gunungkidul
4.520 kg pupuk
organik; 1 paket
alat agens
11 kali 6 kali
Realisasi bahan dan alat pembuatan agensia hayati di kelompok tani
Mapan Dusun Pendem Desa Karangduwet Kecamatan Paliyan
Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :
Pembuatan PGPR
Fermentor 1 unit
Terasi 1 kg
Gula Pasir 10 kg
Ember plastik 2 buah
Biang/bibit Perakaran Bambu
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
348
Bahan dan alat pembuatan agensia hayati yang di adakan adalah
agensia yang banyak digunakan di petani yaitu pembuatan PGPR .
Pengamatan oleh tim pengamatan dilakukan disetiap blok Petani
pengamat melakukan pengamatan dan pencatatan setiap harinya tentang
tinggi tanaman, kondisi tanaman, OPT yang menyerang, musuh alami
yang ada dan keadaan lingkungan tanaman baik air, tanah dan
kecukupan sinar matahari.
Petani pengamat dengan dibantu anggota kelompoknya mengamati dan
melakukan diskusi seminggu sekali mengenai keadaan tanaman dan
agroekositem dilahan pengamatanya dan menyampaikan hasil
pengamatan dan permasalahan yang ada pada saat pertemuan PPHT
dan mempresentasikan didepan para pemandu dan juga teman-teman
peserta PPHT. Selanjutnya peserta bersama pemandu membuat solusi
atau cara mengatasi permasalahan yang ada dilapangan
Dari hasil pengamatan di lapangan pada pertanaman ini ditemukan
adanya serangan hama tungau merah yang menyerang daun, kemudian
diambil langkah dengan pengendalian hayati.
14) Temu Lapang Dalam Rangka Pelaksanaan Panen di Lokasi Penerapan
PHT
Anggaran pelaksanaan Temu Lapang Dalam Rangka Pelaksanaan
Panen di Lokasi Penerapan PHT turut dalam penghematan dan blokir sehingga
yang dapat direalisasi 78.11% dan realisasi fisik 100% dengan keluaran
Terlaksananya Temu Lapang Dalam Rangka Pelaksanaan Panen di Lokasi
Penerapan PHT skala luas padi dengan dihadiri 200 org petani dan petugas.
15) Display Keragaan Kegiatan Perlindungan Tanaman
Anggaran kegiatan ini turut dalam penghematan dan batal diadakannya
Ekspo/Pertemuan MPTHI/Tk Nasional di Aceh
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
349
16) Rapat Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Ramah
Lingkungan
Anggaran kegiatan ini turut dalam penghematan.
17) Rapat Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Lingkup BPTPH
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini dapat direalisasi 97,89% dan realisasi fisik
100%.
Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman Pangan DIY Tahun 2016
diselenggarakan pada tanggal 21 April 2016 di Gubug Resto Jl Wonosari Km 4
Yogyakarta diikuti 30 orang.
Narasumber/pembicara dalam Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman Pangan
DIY Tahun 2016 meliputi dari :
1. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian DIY
2. Kepala UPTD BPTP
3. Koordinator LPHP
4. Koordinator LPMPT
5. POPT ahli Madya Pelaksana Kegiatan
Materi yang dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman Pangan
DIY Tahun 2016 yaitu :
1. Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai DIY
Tahun 2016
2. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI DIY
TA. 2016
3. Upaya Penerapan PHT skala luas dan Penerapan Penanganan DPI DIY
Tahun 2016
4. Upaya Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dan Pemberdayaan PPAH di
DIY
5. Langkah Operasional Laboratorium Pengujian Mutu Produk Tanaman
(LPMPT) DIY
Rumusan hasil adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
350
1. Koordinasi ini bertujuan untuk terwujudnya persamaan persepsi dan
koordinasi antar instansi yang terkait dalam upaya pengamanan produksi
tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan
kekeringan).
2. Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai
Pemerintah merangkul TNI AD, penyuluh dan mahasiswa dalam pendampingan
petani. Realisasi kegiatan di bawah payungan Upsus tahun 2016 diharapkan
nmemberikan kontribusi pada produksi tahun 2016 juga, di antaranya
melalui:Penyediaan sarana dan prasarana (benih, pupuk bersubsidi, alat mesin
pertanian), Perbaikan budidaya dengan teknik tanam jajar legowo, teknik
hazton, desa pertanian organik dan pengembangan padi hibrida.
3. Melalui program UPSUS pemerintah fokus mewujudkan kedaulatan pangan
dan pada tahun 2016.Untuk itu peran perlindungan tanaman sangat besar
dalam melakukan pengamanan produksi pangan. Dalam mensukseskan
Upaya Khusus (UPSUS) percepatan pencapaian swasembada pangan, telah
ditetapkan target atau sasaran pengamanan areal tanaman pangan dari
serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian: padi
93%, jagung 98%, kedelai 97%, kacang tanah 98%, kacang hijau 98%, ubi
jalar 98%, dan ubi kayu 98% dari luas pertanaman.
4. Kebijakan perlindungan tanaman pangan meliputi 2 hal yaitu PREEMTIF :
Perencanaan agroekosistem yang tahan/toleran terhadap OPT agar tidak
terjadi spot, dan RESPONSIF : Pengelolaan ekosistem berdasarkan
pengamatan periodik Apabila terjadi SPOT maka segera Dikendalikan
(STOP).
5. Dalam perlindungan tanaman konsep PHT merupakan komponen integral dari
sistem pertanian berkelanjutan dan diarahkan tidak hanya mengendalikan
populasi hama tetapi meningkatkan produksi dan kualitas produksi serta
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani. Untuk itulah penerapan
pengendalian hama terpadu skala luas pada padi dan kedelai akan
dilaksanakan di DIY dalam rangka mengimplementasikan prinsip PHT dalam
budidaya tanaman, khususnya dalam mengelola agroekosistem dan mengatasi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
351
permasalahan OPT di lapangan dan menumbuhkan prakarsa, motivasi, dan
kemampuan petani/ kelompok tani untuk melaksanakan gerakan pengendalian
OPT secara bersama-sama antar petani/kelompok tani dalam satu hamparan.
6. Disamping itu dalam rangka penanganan dampak perubahan iklim juga akan
dilasanakan penerapan PDPI skala luas untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan petani/kelompok tani dalam antisipasi dan adaptasi DPI.
7. Dalam koordinasi ini pula disosialisasikan mulai operasionalnya Laboratorium
pestisida diperkenalkan dengan nama LPMPT (Laboratorium Pengujian Mutu
Produk Tanaman) yag berada di Gesikan bantul berdampingan dengan
LPHP/LAH, dengan langkah operasional yaitu Bimbingan Teknis Pegujian,
Magang SDM lab (di BPMPT / LAB PASAR MINGGU, Lab DKI (Cibubur),
Penyusunan doksistu, Pengambilan sampel, Pengujian dan Evaluasi.
18) Penilaian POPT, POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani PPAH, Petani
PHT Teladan
Anggaran kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga realisasi
anggarannya 2,74%, fisik 92 % dengan telah terlaksanakannya kegiatan
verifikasi calon penerima penghargaan dan seleksi penilaian POPT, POPT-PHP,
Kelompok Tani PPAH dan Petani PHT dalam rangka pemberian penghargaan
kepada POPT, POPT-PHP, Kelompok Tani PPAH dan Petani PHT Teladan
tingkat Nasional yaitu :
POPT-PHP Teladan
Nama : Sujaka, STP
NIP : 19640614 198703 1 013
Pangkat/Golongan : Penata / III c
Jabatan : POPT Penyelia, wilayah kerja kecamatan Patuk dan
Playen Kabupaten Gunungkidul
Petani PHT Teladan
Nama : Chamim Tohari
Alamat : Pundak Kidul, Kembang, nanggulan, Kulonprogo
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
352
Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan
Nama Kelompok : Sido Mulyo
Ketua Kelompok : Jumeno
Alamat ; Karang Ploso, Sitimulyo, Piyungan, Bantul
Hasil penilaian tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta selanjutnya diusulkan
ke Direktur Perlindungan Tanaman di jakarta untuk mendapatkan penghargaan
teladan tingkat nasional. Hasil penilaian tingkat nasional salah satu usulan dari
DIY terpilih sebagai teladan nasional yaitu untuk kelompok tani pengembang
agens hayati kelompok Sido Maju dengan ketua Jumeno beralamat karang Ploso
Sitimulyo Piyungan Bantul.
POPT-PHP, Petani PHT dan Ketua Kelompok Tani pengembang Agens
Hayati hasil pemilihan di Daerah Istimewa Yogyakarta menurut rencana
dianggarkan untuk hadir dalam forum Masyarakat Perlindungan Tanaman dan
Hewan Indonesia (MPTHI) di Aceh, namun acara MPTHI tersebut dibatalkan
sehingga ada refokusing pengganggaran/diblokir perjalanan dalam rangka
penerimaan penghargaan sebesar Rp. 32.000.000,-
19) Pembinaan Jabatan Fungsional dan Sertifikasi Profesi POPT
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini dapat direalisasi 76,40% dan realisasi fisik
100%.
Kegiatan pembinaan jabatan fungsional dan sertifikasi profesi POPT tahun
2016 telah dilaksanakan dengan hasil kegiatan :
1. Penilaian dan pleno penilaian DUPAK POPT
Penilaian dan pleno penilaian DUPAK POPT pada tahun 2016
dilaksanakan 2 (dua) kali periode penilaian yaitu pada bulan Januari 2016
dan bulan Juli 2016. Pada bulan Januari 2016 sebanyak 24 Pejabat
fungsional POPT mengusulkan DUPAK untuk dilakukan penilaian,
sedangkan pada bulan Juli 2016 dilakukan penilaian empat POPT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
353
2. Bimbingan jabatan fungsional ke kabupaten
Monitoring dan evaluasi kinerja POPT dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja POPT dalam melaksanakan tugas fungsinya. Dilaksanakan oleh jajaran petugas BPTP dengan mendatangi secara langsung ke kabupaten maupun wilayah pengamatan (kecamatan) yang merupakan wilayah kerja POPT. Melakukan cek kegiatan perlindungan tanaman secara langsung dan evaluasi di lapangan, disamping pembinaan administrasi kerja meliputi kedisiplinan kerja dan administrasi hasil-hasil kegiatan/pelaporan.
4. Diklat dasar POPT
Dalam rangka memenuhi persyaratan pengangkatan kedalam
jabatan fungsional POPT diwajibkan mengikuti diklat dasar POPT.
Pada tahun 2016 telah diikutsertakan 4 (empat) orang mengikuti diklat
dasar POPT. Diklat dilaksanakan pada bulan April di Lembang Jawa
barat.
5. Sertifikasi POPT
Dalam rangka mewujudkan Pengendali OPT yang profesional,
diperlukan Sertifikasi Profesi Pengendali OPT. Pada tahun 2016 rencana
mengikutkan 2 (dua) POPT untuk mengikuti sertifikasi profesi Namun
karena ada pemblokiran anggaran sehingga tidak mengirimkan peserta
untuk mengikuti sertifikasi POPT.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti pada tahun 2016 :
No Nama Diklat Nama
Peserta
Waktu
pelaksa
naan
Lokasi Diklat
Diklat Pengawas Mutu
Hasil Pertanian Ahli di
Maftuchatul
Chaeriyah,
STP,
M.Ec.Dev,
18
Agustu
s
sampai
dengan
8
Septem
ber
2016
Balai Besar
Pelatihan
Pertanian
Lembang Jl.
Kayuambon
no 82
Kayuambon
Lembang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
354
Pelatihan Pengamatan,
Peramalan dan
Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT)
Angkatan IV
UNTORO,
A,Md
25 Juli
– 7
Agustu
s 2016
Balai Besar
Peramalan
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Jatisari
Karawang
Jawa Barat.
Pelatihan Pengamatan,
Peramalan dan
Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT)
Angkatan IIi
KISMADI 15 - 28
Mei
2016
Balai Besar
Peramalan
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Jatisari
Karawang
Jawa Barat.
Pelatihan Pengamatan,
Peramalan dan
Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT)
Angkatan II
KISMADI 25 April
– 8 Mei
2016
Balai Besar
Peramalan
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Jatisari
Karawang
Jawa Barat.
Pelatihan Pengamatan,
Peramalan dan
Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT)
Angkatan I
TRI
HERNAWA
N
11 – 24
April
2016
Balai Besar
Peramalan
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Jatisari
Karawang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
355
Jawa Barat.
Diklat POPT Ahli TRIASIH
KUNIAWAT
I, SP
19 April
– 14
Mei
2016
Balai Besar
Pelatihan
Pertanian
Lembang
Jawa Barat
Lembang
Jawa Barat.
RIZKI
PRADANA,
S.P
TAHLIYATI
N
WARDANA
H, S.P.
FITHA
SEPTI
HARYATI,
S.P.
Penyegaran petugas
Lapangan Perlindungan
Tanaman Pangan
Wilayah Tengah tahap I
SAPTA
DALYANA
22 -27
Maret
2016
Hotel
Lombok
Raya
Mataram
NTB.
SUWARJA
SUNARDI, SP
20) Surveillance OPT
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga
yang dapat direalisasi 21,22% dan realisasi fisik 40%.
Pelaksanaan kegiatan surveillance secara sederhana dilakukan dengan tujuan
untuk mempelajari distribusi OPT, namun secara luas mempelajari kelimpahan
dari beberapa jenis OPT. Tujuan dari mempelajari distribusi OPT adalah untuk
menetapkan lokasi dan membuat pemetaan distribusi secara geografis dari OPT
yang disurvey. Kegiatan tersebut berguna untuk menduga status masing-masing
OPT, mengetahui penyebarannya, penetapan daerah endemik berdasarkan area
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
356
atau wilayah. Dengan mengetahui distrubusi dan kelimpahan dari OPT
dimaksud dapat digunakan untuk menduga tingkat infestasi (serangan) dan
perpindahan OPT serta dapat digunakan untuk membandingkan pola serangan
antara waktu dan ruang (lokasi) yang berbeda. Tingkat serangan dan faktor
lingkungan yang berpengaruh pada waktu dan lokasi yang berbeda dapat
digunakan sebagai bahan untuk mengindikasikan terjadinya ledakan (outbbreak)
serangan dan membuat ramalan berdasarkan lokasi (regional). Surveillance
pada umumnya dilakukan khusus pada komoditi dan OPT tertentu yang
dilaporkan dan diduga akan terjadi ledakan serangan. Dengan demikian maka
pelaksanaan surveillance dilakukan secara insidentil. Akan tetapi dalam
hubungannya dengan kebutuhan peramalan maka surveillance perlu dilakukan
secara terprogram sesuai dengan periode waktu yang telah ditetapkan dalam
model peramalan.
21) Penerapan Penanganan DPI Serealia dan Akabi
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga
yang dapat direalisasi 70,36% dan realisasi fisik 80%.
LOKASI
NAMA KELOMPO
K TANI
VARIETAS FASILITA
SI HASIL
UBINAN NO KAB DESA/KEL/KEC
1. Sleman Brengosan Ngudi Rejeki
Cempo Merah ATK
terendah 2,5 kg
Donoharjo Sarana sumur
tertinggi 4 kg
Ngaglik Pompa Air
Sumur Bor 1 unit
2. Kulon Progo Keso Sido Maju Ciherang ATK
terendah 4 kg
Banyuroto Sarana sumur
tertinggi 4,5 kg
Nanggulan Pompa Air
Pembelian sarana dan pompa air 2 inc dilaksanakan pada tanggal 28
April 2016 di UPTD BPTP DIY dan kemudian diserahkan di kecamatan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
357
Nanggulan yang berpotensi terhadap DPI yaitu di Kelompok Tani ”Sido Maju”
Keso, Nanggulan, Kulon Progo dan kelompok tani Ngudji Rejeki Brengosan
Donoharjo Ngaglik Sleman.
Dalam penerapan penanganan dampak perubahan iklim setiap kelompok
memilih 5 orang petani sebagai petani pengamat yang bertugas mengamati
selama satu musim tanam sejak dari pesemaian sampai panen
Pengamatan dilakukan setiap 10 hari sekali (dasarian ) selama 12 kali adapun
yang diamati adalah :Agroekosistem meliputi tanaman OPT, Musuh alami,
Keadaan gulma ( faktor biotik danabiotik). Agroklimat meliputi unsur cuaca Suhu,
Kelembaban udara, Curah hujan, Tekanan udara,dan Angin.
Kegiatan Penerapan Penanganan DPI Serealia dan Akabi tahun
anggaran 2016 di DIY, dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar pada musim
tanam tahun 2016 meskipun terjadi efisiensi anggaran serta keadaan iklim yang
tidak sesuai dengan musimnya namun cukup mendukung terlaksananya kegiatan
tersebut.
Dalam upaya antisipasi pada penerapan penanganan dampak perubahan
iklim (PPDPI) terdiri dari salah satu pemilihan tehnologinya pembuatan sumur
pantek/ suntik Namun karena kendala tehnis dan kondisi geografis dikelompok
tani Sido Maju Keso Banyuroto Nanggulan Kulon Progo tanah berbatu sehingga
pembuatan sumur pantek sudah 4 lokasi tidak berhasil karena terhalang
bebatuan hitam yang keras. Sedangkan di Brengosan Ngaglik Sleman dapat
berhasil dibuat 1 sumur suntik.
Berdasarkan prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG dan LAPAN
menunjukkan bahwa musim kemarau tahun 2016 di Indonesia mengalami
kemunduran yaitu terjadi pada bulan Juni 2016. Namun kemunduran tersebut
tidak mempengaruhi pelaksanaan kegiatan Penerapan Penanganan DPI Serealia
dan Akabi. Pelaksanaan kegiatan yang dimulai dengan pertemuan persiapan,
pertemuan evaluasi dan penyusunan RTL ini dapat berjalan dengan baik dan
lancar meskipun mengalami efisiensi anggaran. Dengan terlaksananya kegiatan
ini maka dapat diketahui bahwa ternyata masih rendah kesadaran atau
pengetahuan petani tentang pentingnya mengetahui pengaruh cuaca dan iklim
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
358
yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya tanaman. Sehingga
dengan terlaksananya kegiatan ini, dapat meningkatkan kemampuan petani serta
memberdayakan petani untuk menerapkan upaya antisipasi kerusakan tanaman
akibat dampak perubahan iklim saat ini. Masih rendahnya partisipasi peserta dan
anggota dalam menerapkan informasi iklim dan cuaca dalam bercocok tanam,
menunjukkan bahwa masih perlunya bimbingan teknis antisipasi dampak
perubahan iklim di tingkat petani. Hal ini tentunya akan mendukung upaya-upaya
dalam mengurangi risiko kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim baik
banjir maupun kekeringan. Sehingga akan berdampak secara luas yaitu dapat
meningkatkan pengamanan produksi tanaman padi dari DPI.
22) Rapat Evaluasi Pelaksanaan PPDPI Padi
Anggaran kegiatan ini turut refokusing/penghematan.
23) Rapat Adaptasi DPI pada Tanaman Pangan
Anggaran kegiatan ini turut refokusing/penghematan.
24) Monitoring Perkembangan Lokasi Pelaksanaan PPDPI
Anggaran kegiatan ini turut refokusing/penghematan.
25) Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga
yang dapat direalisasi 43,27% dan realisasi fisik 70% yaitu :
Terlaksananya Gerakan Pengendalian OPT Padi 6 unit dari target 10 unit
lokasi.
Terlaksananya Gerakan Pengendalian OPT jagung 1 unit dari target 5 unit
lokasi.
Terlaksananya Gerakan Pengendalian OPT kedelai 5 unit lokasi.
Realisasi lokasi gerakan pengendalian OPT 12 unit dari target 20 unit terinci
sebagai berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
359
PADI
No
. Desa Kecamatan Kabupaten
Waktu
Pelaksanaa
n
Jenis OPT
1 Pandowan Galur Kulon
Progo 09/02/2016
PB, WBC
2 Tegalsari,
Wijimulyo Nanggulan
Kulon
Progo 09/05/2016
PB WBC
3
Batal/blokir
Panjatan Kulon
Progo
4 Girisubo Gunungkidu
l
5 Purwosari Gunungkidu
l
6 Jetis Bantul
7 Tamanan Banguntapan Bantul 30 Juni 2016
WBC, dan
P.
BATANG
8 Nglembu,
Panjangrejo Pundong Bantul
3 Agustus
2016
PB WBC,
Blast
9 Salakan
Trihanggo Gamping Sleman
4 Agustus
2016
PB WBC,
Tungro
10 Bimomartani Ngemplak Sleman 16 Juni 2016
TUNGRO
&
P.BATANG
JAGUNG :
No. Desa Kecamatan Kabupaten
Waktu
Pelaksanaa
n
Jenis OPT
1
Ngento,
Sendangsar
i
Pengasih Kulon
Progo 06/09/16 Pengg
tongkol
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
360
2
Batal/Blokir
Sentolo Kulon
Progo
3 Tanjungsari Gunungkidu
l
4 Pandak Bantul
5 Bambanglipu
r Bantul
KEDELAI :
No
. Desa Kecamatan Kabupaten
Waktu
Pelaksanaa
n Jenis OPT
1 Salam
Banjarharjo Kalibawang
Kulon
Progo 28 Juli 2016
PENGGE
REK
POLONG
2 Kanoman, Panjatan Kulon
Progo
8 Agustus
2016
Penggere
k polong
3 Temu,Puluta
n Wonosari
Gunungkidu
l 31 -8-16
Penggoro
k polong
4
Ngasem
utara,
Plembutan
Playen Gunungkidu
l 09/01/2016 Penggoro
k polong
5 Pangkah,
Candirejo Semin
Gunungkidu
l
2 Agustus
2016
Penggere
k polong
Ket. Data terinci terlampir.
Teknologi pengendalian OPT yang diterapkan dalam gerdal adalah
teknologi ramah lingkungan sesuai prinsip PHT, mengutamakan penggunaan
agens hayati, dan cara-cara lain misalnya pengendalian fisik-mekanis, dan
pengendalian OPT teknologi spesifik lokasi.Untuk memperoleh hasil yang
maksimal dalam penggunaan agens hayati, Gerdal dilaknakan pada tanaman
muda (tindakan pre-emtif) atau mencegah terjadinya spot, misalnya
pengendalian penggerek batang padi dengan Beauveria bassiana di pesemaian
padi. Gerakan perendaman biji padi, jagung, dan kedelai dengan menggunkan
PGPR maupun Phaenibacillus polymixa, dll.
Peserta Gerakan Pengendalian OPT meliputi :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
361
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) D.I. Yogyakarta
LPHP D.I. Yogyakarta
Regu Perlindungan Tanaman (RPT) per Kabupaten
Babinsa dan Babinkantibmas
Instansi terkait (Dinnas pertanian, BPP, badang ketahanan pangan, KCD)
Kecamatan dan pemerintah desa
Petugas lapang (POPT/PHP, PPL, Mantan)
Gapoktan, dan Kelompok Tani
Petani dan masyarakat tani
Tahap awal pelaksanaan perlu adanya peningkatan kapasitas,
ketrampilan serta semangat dari petani maupun RPT dalam pelaksanaan
penyemprotan. Perlu adanya pelatihan singkat tentang 5 tepat pengendalian
OPT, yaitu Tepat cara, Tepat sasaran, Tepat Dosis, Tepat Jenis dan Tepat
waktu. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan, karena dari itu
prosentase keberhasilan ditentukan. Juga perlu adanya keberlanjutan gerakan
pengalian yang dilakukan oleh petani pemilik lahan. Hal ini bertujuan untuk
menuntaskan OPT yang menyerang sampai titik aman ambang ekonomi. Dari
sisi tingkat kegotong royongan petani masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat
dari masih banyak petani yang hanya menonton tanpa ada kontribusi apaun
dalam gerakan pengendalian.
26) Persiapan Gerakan Pengendalian OPT
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga
yang dapat direalisasi 34,56% dan realisasi fisik 50% yaitu :
Keluaran yang terlaksana :
Terlaksananya rapat persiapan Gerakan Pengendalian OPT Padi, Kedelai
dan Jagung di tingkat kecamatan di 12 unit dari target 20 unit lokasi.
Terlaksananya penyediaan ATK dan bahan komputer
Terlaksananya penyediaan spanduk gerakan pengendalian OPT
Keluaran yang tidak dapat dilaksanakan /Blokir :
Terlaksananya penyediaan bahan dokumentasi
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
362
Terlaksananya penyediaan perlengkapan gerakan
Terlaksananya penyediaan biaya perjalanan persiapan gerakan
pengendalian OPT di tingkat kecamatan di 20 unit lokasi.
Gerakan pengendalian dilaksanakan berdasarkan data laporan bulanan
dari para POPT maupun hasil analisis dan evaluasi terhadap riwayat
perkembangan OPT di tiap wilayah kerja POPT. Secara umum OPT dominan
padi adalah; Penggerek batang, WBC dan Blast. OPT jagung yang dominan
adalah; penggerek tongkol. Sedangkan pada tanaman kedelai OPT yang
dominan adalah penggerek polong.
Tahap Persiapan : Persiapan yang dilaksanakan beberapa waktu
sebelum dilaksanakannya gerakan pengendalian masih perlu dioptimalkan baik
koordinasi SDM maupun persiapan alat dan bahan pengendalinya, Namun
secara umum sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan petunjuk teknis.
Inventarisasi SDM yang terampil perlu dilakukan untuk menyiapkan tenaga
pengendalian yang sudah mempunyai ketrampilan standar. Juga perlu adanya
pelatihan tenaga pengendali sesuai standar agar hasil dari gerkn akan lebih
optimal. Petani juga perlu dikenalkan berbagai varietas tahan OPT, atau lebih
luasnya dikenalkan tentang deskripsi varietas jagung untuk menambah wawasan
petani dalam mempertimbangkan pengambilan kebutusan pemilihan varietas.
27) Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan
Anggaran kegiatan ini turut refokusing/penghematan sehingga realisasi 21,05%
dan realisasi fisik 45% meliputi penyajian data OPT/DPI dan laporan
28) Operasional BPTPH Propinsi D.I. Yogyakarta
Anggaran pelaksanaan kegiatan ini turut penghematan dan diblokir sehingga
yang dapat direalisasi 77,80% dan realisasi fisik 80% yaitu :
Terlaksananya koordinasi rutin pelaksanaan kegiatan yang diikuti 25 orang
petugas sebanyak 8 kali dari target 10 kali yaitu pada tanggal 26 Februari
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
363
2016, 30 Maret 2016, 25 April 2016,30 mei 2016, 23 juni 2016,18 juli 2016,
29 agst2016, 21 nov2016.
Terlaksananya penyediaan honorarium bagi pengelola anggaran selama 12
bulan dengan pengelola anggaran kegiatan Penguatan perlindungan
tanaman pangan Satuan Kerja Dinas Pertanian DIY TA. 2016 dana
dekonsentrasi yaitu sebagai berikut :
NO NAMA JABATAN
1. Ir. Sasongko, MSi Kuasa Pengguna Anggaran
2. Ir Sarworini SA, Msc Pejabat Pembuat Komitmen
Induk
3. Windrati Bendaharawan Pengeluaran
4. Ir. Suharto Budiyono, MP Pejabat Penguji & Penerbit SPM
5. Ir. Christiana Yati Harjanti Pejabat Pembuat Komitmen
Kegiatan 1764
6. Nunung Mujirahayu, SP Bendahara Pengeluaran
Pembantu
7. Paulus Sukoco Pembantu PPK bid. Adm &
Keuangan
8. Samsul Hadi Urusan Barang / SIMAK - SABMN
29) Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat
terealisasi 12,61% dan fisik 50% dengan keluaran terlaksananya pendampingan
gerakan pengendalian OPT ke 4 wilayah kab, sedangkan koordinasi BPT tidak
dapat diselenggarakan.
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) dibentuk dengan SK Kepala Dinas
Pertanian Provinsi DIY Nomor : 188/VI/2013 tanggal 11 April 2013 dan belum
diperbaharui hingga saat ini (tahun 2016). Brigade Proteksi Tanaman (BPT )
berperan aktif dalam gerakan pengendalian OPT sesuai dengan tugas dan fungsi
pokok dari BPT ,BPT di Daerah Istimewa Yogyakarata tahun 2016 dengan
Personil BPT sebagai Berikut :
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
364
No Nama Jabatan
1. Ir. Paryoto MP Koordinator BPT
2. Ir.Sri Mulyani Sekretaris (pensiun dini 2016)
3 Heri Johandi SP Anggota
4 Rais Sulistyo SSi Anggota
5 Achmadi Anggota
6 Sukirno Anggota
Tugas pokok dan fungsi BPT :
a Memimpin operasional gerakan pengendalian OPT yang timbul
explosi dan pengendalian daerah sumber serangan
b Menyediakan, menyiapkan dan merencanakan pendis tribusian
bantuan sarana pengendalian , pestisida, tenaga pelaksana dan
perlengkapan lainnya apabila diperlukan
c Melaksanakan Inventarisasi perawatan dan perbaikan terhadap
sarana pengendalian yang dimiliki oleh BPT
d Melaksanakan bimbingan dan meningkatkan ketrampilan
RPH/petani dalam operasional pengendalian OPT di wilayah
kerja
e Mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan operasional dan
hasil pengendalian OPT
f Membantu upaya upaya penerapan pemasyarakatan dan
pelembagaan pengendalian hama terpadu (PHT)
g Melaksanakan Operasional penaggulangan dampak perubahan
iklim (Banjir dan kekeringan)
30) Penguatan Regu Pengendali Hama (RPH)
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat terealisasi
68,09% dan fisik 100% dengan keluaran Terlaksananya pertemuan penguatan
RPH tingkat DIY 1 kali yang diikuti 50 orang . terdiri dari 20 orang anggota RPH
, 5 orang Koordinator POPT Kab se DIY, Staf BPKP, Staf Bidang Pangan Dinas
pertanian DIY, Kasie Sarpras Dinas Pertanian Kabupaten Kota , Ka BPTP, Kasie
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
365
tehnis BPTP dan Staf Pengendalian BPTP DIY dengan narasumber dari UPTD
BPTP DI Hotel LPP Garden Yogyakarta Tanggal, 25 Agustus 2016.
Acara di mulai pukul 08.30 dibuka oleh MC , dilanjutkan dengan pengarahan
oleh Kepala Dinas Pertanian DIY Ir. Sasongko , MSi, dengan materi Upaya
Peningkatan Produksi Tanaman Pangan 2016,
Kebijakan yang ditempuh dalam Peningkatan produksi tanaman pangan
dengan langkah langkah sebagai berikut :
o Melaksanakan pemenuhan target tanam padi pada MT 2016 seluas
50.000 Ha di Daerah Istimewa Yogyakarta
o Melakukan upaya pengamanan target produksi tanaman pangan dan
optimalisasi penerapan tehnologi dan SDM
Kepala Dinas Pertanian DIY berkenan memberikan bantuan alat
pengendalian OPT berupa Hand Sprayer secara simbolik kepada RPH se
DIY masing masing Kabupaten mendapatkan 25 unit Hand Sprayer
Pemaparan materi upaya /usaha pengamanan produksi tanaman pangan
oleh Ir. Suparjono, Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian Dinas
Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan langkah langkah sebagai
Berikut
o Optimalisasi pengamatan oleh petugas POPT di tingkat lapang
o Melaksanakan bimbingan dan pendampingan di tingkat kelompok Tani
o Optimalisasi program Spot Stop dengan pendekatan perbaikan ekosistem
dengan penerapan pengendalian pre emtif menggunakan Agensia Hayati
o Optimalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT) dan pemberdayaan peran
Regu Perlindungan Hama (RPH) dalam setiap Gerakan Pengendalian
(Gerdal) OPT di tingkat lapang
Penyampaian materi Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan oleh
Ir. Supriyana , Koordinator Fungsional UPDT Balai Proteksi Tanaman
Pangan (BPTP) D I Yogyakarta
Keberhasilan pengendalian OPT yang menyerang tanaman pangan akan
mendapatkan hasil yang Optimal dengan langkah langkah sebagai berikut :
o Pengenalan bioekologi jenis OPT yang ditemukan di pertanaman
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
366
o Pengamatan yang intensif dan simultan
o Melakukan pemetaan daerah kronis dan endemis OPT
o Menjalin komunikasi dengan steakholder ( Petani Pengamat, POPT, BPT
dan RPH, PPL dan Mantri Tani )
Materi Pemberdayaan RPH dalam upaya pengendalian OPT di DIY oleh Ir.
Paryoto,MP Koordinator Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
Tanaman Bantul.
Regu pengendalian Hama (RPH) merupakan salah satu komponen penting
dalam keberhasilan pengendalian OPT di tingkat lapangan karena anggota
RPH menjadi penggerak petani dan anggota kelompok tani , motor gerakan
pengendalian dan sebagai salah satu patner petugas POPT di Wilayah Kerja
Pengamatan.Dalam operasional pengendalian OPT di lapangan, RPH
merupakan mitra utama Brigade Proteksi Tanaman (PBT) dalam gerakan
pengendalian (Gerdal) OPT di lapangan sehingga diperlukan jalinan
komunikasi yang intens dan berkelanjutan. PBT berusaha untuk melakukan
pembinaan pendampingan dan penguatan dengan melakukan pertemuan
secara berkala di masing masing wilayah .
Penyampaian materi Fasilitasi Sarana Pengendalian OPT oleh Kasie
Pengendalian BPTP DIY, Kuncoro,SP, MSi.Kebijakan pengendalian OPT
yang dilaksanakan di tingkat lapang pada tahun 2016 dititik beratkan pada
pengendalian yang ramah lingkungan dengan Agensia hayati dan
diutamakan dengan tehnis pengendalian preemtif dengan system
operasional SPOT STOP
Untuk antisipasi perluasan serangan OPT pada budidaya tanaman UPTD
BPTP saat ini masih mempunyai Stok pestisida disamping agensia hayati
dan Sarana dan alat alat pengendalian OPT jika di perlukan untuk gerakan
pengendalian OPT di tingkat lapang.
Untuk operasional gerakan pengendalian OPT UPTD BPTP akan dimotori
oleh Anggota BPT yang siap dengan Mobil SPOT STOP yang difasilitasi dari
dana operasional dari APBD dan APBN tahun anggaran 2016 .
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
367
31) Operasional Laboratorium PHP / LAH
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat terealisasi
36,15% dan fisik 40% dengan keluaran Terlaksananya koordinasi penyusunan
profil LPHPT dan LPMPT. Sedangkan yang tidak dapat dilaksanakan adalah
penggandaan buku profil LPHPT dan LPMPT DIY, pengadaan bahan
perbanyakan agens hayati dan bahan LPHP oleh LPHP DIY dan tidak dapat
Ikutserta pelatihan dalam rangka Peningkatan kompetensi LPMPT di LPPT UGM
YK.
Penyusunan profil lab (LPHP & LPMPT ) dilakukan pada tanggal :15 April 2016;
16 Mei 2016; 30 Mei 2016 dan 6 Juni 2016 dan menghasilkan :
o Visi dan misi Laboratorium ( LPHP dan LPMPT)
o Sarana an prasarana yang tersedia berupa bangunan, peralatan dan mesin
o Sarana pengujian dan parameter uji
o Kegiatan yang sudah dilakukan di LPHP dan LPMPT Gesikan Bantul.
Profil LPHP/LAH
Operasional LPHP DIY mengacu pada SK Kepala Dinas Pertanian No. 061/0906
tanggal 1 Maret 2012 dan belum diperbaharui hingga tahun 2016 ini.
SDM LPHP D.I. YOGYAKARTA :
Jumlah personalia LPHP Bantul dan standar minimum/maksimum menurut
standar yang direkomendasikan DITLIN tahun 2006
NO PERSONIL LPHP DIY
Standar Minimal
Standar Optimal
1. Kep. LPHP 1 1 1
2. Kel. Fungsional Tertentu S-1 Pertanian/HPT SLTA SLTP SD
4 1 - -
3 6
5
10
3. POPT/PHP dilapangan POPT/PHP THL-POPT
32 18
45
90
4. Tata Usaha : Keuangan Kepegawaian
- -
1 1
2 2
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
368
Umum 3 3 6
JUMLAH 59 60 116
TUGAS DAN FUNGSI LPHP :
1. Penyusunan rencana program/kegiatan laboratorium pengamatan hama
dan penyakit
2. Surveilans tanaman pangan dan hortikultura
3. Pengamatan OPT potensial dan dampak perubahan iklim (DPI)
4. Peramalan OPT dan DPI
5. Pemetaan daerah rawan serangan OPT
6. Pertemuan koordinasi dan sarasehan
7. Pengembangan agens hayati dan pemberdayaan PPAH
8. Bimbingan teknis SLPHT dan SLI
9. Bimbingan gerakan pengendalian OPT
10. Penguatan stasiun meteorologi pertanian khusus (SMPK) dan light trap
(lampu perangkap)
11. Rice garden/screening varietas
12. Dinamika populasi
13. Taksasi kehilangan hasil
14. Uji biotipe WBC
15. Uji patotipe BLB/kresek atau penyakit penting lainnya
16. Sistem peringatan dini (SMS base server)
17. Pengembangan teknologi pengendaian indegenus (local specifik/kearifan
lokal)
18. Kajian/demplot pengendalian hayati semi laboratorium
19. Rintisan desa PHT
20. Penyebaran informasi melalui media cetak dan/atau media elektronika
21. Penyusuan draf pest list (padi, kedelai, jagung)
22. Penyebaran peta peramalan dan perkembangan serangan OPT dan DPI
(padi, kedelai, jagung)
23. Klinik tanaman
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
369
24. Pelaksana BPT
SARANA PRASARANA LPHP
Kantor LPHP yaitu (ruang Koord. LPHP, ruang staf, ruang komputer, aula, ruang
Isolasi, ruang lab. APH, ruang Lab. Phytophatology, dan ruang lab.
Enthomology). Bahan-bahan laboratorium APH dan OPT;Mess 6 kamar;Gudang
pembuatan dan sterilisasi media;Gudang peralatanGudang produk APH Jadi;
Green house 2 buah; Tanah percobaan 1,3 ha; Tempat parker; Perangkat
teknologi informasi/Wifi; Kendaraan roda 4 spot stop 1 unit
PROFIL LPMPT
Laboratorium Pengujian Mutu Produk Tanaman (LPMPT) adalah unit pelaksana
kegiatan UPTD BPTP dibawah Dinas pertanian D.I. Yogyakarta. LPMPT dapat
memberikan informasi berupa Sertifikat Pengujian secara benar kepada semua
pihak yang membutuhkan.
Visi : LPMPT menjadi lembaga terdepan dibidangnya, dengan mengutamakan
manajemen pelayanan terhadap pelanggan secara profesional, menyediakan
informasi hasil uji yang valid, cepat, dan akurat
Misi :
1. Memastikan pengawasan yang ketat terhadap proses Pengujian yang
dilaksanakan
2. Memastikan tingkat kepuasan pelanggan terpenuhi terhadap informasi
hasil uji yang dihasilkan
3. Mengoptimalkan pengawasan dan monitoring prosedur pengujian
4. Menjadikan Petugas LPMPT profesional di Bagiannya dengan penuh rasa
tanggung jawab.
5. Meningkatkan kemampuan inovasi dan kualitas SDM
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
370
6. Mewujudkan manajemen kelembagaan yang terakreditasi Nasional dan
Internasional.
Jumlah kebutuhan personalia LPMPT D.I. Yogyakarta sesuai standar
minimum/maksimum menurut standar yang direkomendasikan ISO 17025-2005,
yaitu sebagai berikut :
NO PERSONIL LPMPT
DIY Standar Minimal
Standar Optimal
1. Ka UPTD BPTP - 1 1
2. Koord. LPMPT - 1 1
3. Mananjer (Mutu, Teknis, Adm.)
- 3 3
4. Staf Funsional Tertentu - PMHP Analis - PMHP Pengambil
sampel - PMHP Inspektor - PMHP Deputi
1 - - -
3 2 1 4
5 4 2 6
5. Tata Usaha : Keuangan Kepegawaian Umum
- - -
1 1 2
2 2 4
JUMLAH 1 19 30
SARANA PRASARANA LPMPT
Gedung utama LPMPT terdiri dari
1. Ruang Preparasi
2. Ruang penyimpanan sampel
3. Ruang penyimpanan bahan kimia
4. Ruang penyimpanan bahan aktif
5. Ruang instrumen GC-MS
6. 2 buah Kamar kecil
Bangunan pendamping
1. Kamar basuh (pembersihan sampel)
2. Kamar mandi
3. Dapur
4. Gudang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
371
Alat dan bahan Laboratorium
Terlaksananya penyediaan honorarium bagi THL POPT PHP sebanyak 18 orang
selama 10 bulan yaitu :
No Nama Pendidikan Wilayah Kerja Pengamatan
19. Rumiyati, S.Si ( S.1 ) Kec. Bambanglipuro, Bantul
20. Yoeke Kusumayanti, SP ( S.1 ) Kec. Sleman Sleman
21. Wiwik Widiyatmi, SP
( S.1 ) Kec. Depok, Sleman
22. Tho’ad Sri Biastuti, SP ( S.1 )
Kec. Pandak, Bantul
23. Tri Hernawan D.III Kec. Gamping Sleman
24. Rahmat Syaifudin, A.Md. D.III Kec. Ngaglik Sleman
25. Tri Astono, A.Md. D.III Kec. Purwosari, Gunung Kidul
26. Untoro, A.Md. D.III Kec. Panggang Gunung Kidul
27. Minal Khoiri, A.Md. D.III Kec. Sentolo, Kulon Progo
28. Asrowi SLTA Kec. Pundong, Bantul
29. Mukhlis Wibowo SLTA Kec. Jetis, Bantul
30. Gani Arwanto SLTA Kec. Banguntapan, Bantul
31. Dwiwo Santoso SLTA Kec. Ngemplak, Sleman
32. Suharman SLTA Kec. Mlati, Sleman
33. Dian Suhartaji SLTA Kec. Tanjungsari Gunungkidul
34. Kismadi SLTA Kec. Girisubo Gunungkidul
35. Sarno SLTA Kec. Rongkop, Gunungkidul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
372
36. Suronto SLTA Kec. Tepus, Gunungkidul
Terlaksananya penyediaan BOP bagi POPT PHP PNS selama 9 bulan dari
target 12 bulan dan bagi THL POPT PHP selama 10 bulan.
NO NAMA JABATAN DITUGASKAN
1 GUNTARA, S.P Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kota Yogyakarta
2 WIDODO, S.P. M.Sc
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
Koordinator POPT-PHP Wilayah Kabupaten Bantul dan membantu POPT-PHP wilayah kec. Bantul
3 SRI HANDOYO, SP
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Piyungan dan Kec. Banguntapan Kabupaten Bantul
4 SUHARDI Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Imogiri dan Kec. Dlingo Kabupaten Bantul
5 RM CANANG AGUS TRIBAWONO, SP
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Kasihan Kabupaten Bantul
6 MUHYIDIN, STP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Pleret dan Kec. Jetis Kabupaten Bantul
7 SUNARDI, SP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Kretek, Kec. Pundong dan Kec. Bambanglipuro Kabupaten Bantul
8 JAKA MARDAYA Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Sewon dan Kec. Bantul Kabupaten Bantul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
373
9 SUWARJA Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Sedayu dan Kec. Pajangan Kabupaten Bantul
10 BUDI SANTOSO, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
Koordinator POPT-PHP Wilayah Kabupaten Sleman dan membantu POPT-PHP Wilayah Kec. Tempel
11 HERMANTA, S.P. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Muda
POPT-PHP Wilayah Kec. Godean dan Kec. Gamping Kabupaten Sleman
12 JOKO PURNOMO, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Prambanan dan Kec. Kalasan Kabupaten Sleman
13 BIYONO, S.P. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Minggir dan Kec. Moyudan Kabupaten Sleman
14 SUHARNO, S.P Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Seyegan, Kec. Tempel dan Kec. Mlati Kabupaten Sleman
15 HERI JOHANDI, S.P
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Berbah dan Kec. Depok Kabupaten Sleman
16 SUKIMAN Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Ngemplak dan Kec. Cangkringan Kabupaten Sleman
17 GUNAWAN Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana
POPT-PHP Wilayah Kec. Pakem dan Kec. Turi Kabupaten Sleman
18 SUPOMO, S.TP. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
Koordinator POPT-PHP Wilayah Kabupaten Gunungkidul merangkap POPT-PHP Wilayah Kec. Wonosari
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
374
19 JAYADI, SP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Paliyan dan Kec. Saptosari Kabupaten Gunungkidul
20 SUJAKA, STP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Playen dan Kec. Patuk Kabupaten Gunungkidul
21 KUSMARTAAT DAHURU
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Gedangsari dan Kec. Nglipar Kabupaten Gunungkidul
22 SUGONDO Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Semanu dan Kec. Ponjong Kabupaten Gunungkidul
23 NURYADI, STP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Semin, Kec. Ngawen dan Kec. Karangmojo Kabupaten Gunungkidul
24 NGADIRAN, S.P. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Nanggulan dan Kec. Girimulyo Kabupaten Kulon Progo
25 SIGIT PURWIYANTARA, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
POPT-PHP Wilayah Kec. Lendah dan Kec. Galur Kabupaten Kulon Progo
26 SAPTA DALYANA Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pelaksana Lanjutan
POPT-PHP Wilayah Kec. Wates, Kec. Panjatan, Kec. Kokap dan Kec. Temon Kabupaten Kulon Progo
27 Ir. SUPRIYANA Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Madya
Koordinator Fungsional POPT dan membantu POPT-PHP Wilayah Kec. Kalasan Kabupaten Sleman
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
375
28 Ir. PARYOTO, MP Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Madya
Wakil Manajemen Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman dan membantu POPT PHP Wilayah Kec. Srandakan Kabupaten Bantul
29 Ir. SUHARYADI Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Madya
Pengendali OPT di Balai Proteksi Tanaman Pertanian dan membantu POPT-PHP Wilayah Kec. Turi Kabupaten Sleman
30 DWI ATMI ASIH PERTIWI, S.TP
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Muda
Pengendali OPT di Balai Proteksi Tanaman Pertanian dan membantu POPT-PHP Wilayah Kec. Pajangan Kabupaten Bantul
31 SUNGKONO Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Penyelia
Pengendali OPT di Balai Proteksi Tanaman Pertanian dan membantu POPT PHP Wilayah Kec. Galur Kabupaten Kulon Progo
32 RAIS SULISTYO WIDIYATMOKO, S.Si
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama
Petugas Bagian Mutu Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman dan membantu POPT PHP Wilayah Kec. Dlingo Kabupaten Bantul
Terlaksananya penyediaan honorarium bagi 38 orang petani pengamat
yang tersebar di 4 kabupaten se DIY selama 5 bulan dari target 10 bulan,
dengan personalia sebagai berikut :
No Nama Alamat Wilayah Pengamatan
SLEMAN
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
376
1 Sumaryanto Sumberahayu, Moyudan, Sleman
Moyudan, Sleman
2 Joko Wasiat Sumberahayu, Moyudan, Sleman
Moyudan, Sleman
3 Ahmad Sumberahayu, Moyudan, Sleman
Moyudan, Sleman
4 Wahyu Kiswanto
Sidokarto, Godean, Sleman
Godean, Sleman
5 Dwi Hartana Sidokarto, Godean, Sleman
Godean, Sleman
6 Hartono Sidokarto, Godean, Sleman
Godean, Sleman
7 Suharyanto Madurejo, Prambanan, Sleman
Prambanan, Sleman
8 Aan Suwandi Madurejo, Prambanan, Sleman
Prambanan, Sleman
9 Bambang Wijanarko
Margodadi, Seyegan, Sleman
Seyegan, Sleman
10 Mugiyono Margodadi, Seyegan, Sleman
Seyegan, Sleman
11 Tukimun Margodadi, Seyegan, Sleman
Seyegan, Sleman
BANTUL
12 Kadiso Parangtritis, Bantul Parangtritis, Bantul
13 Nukilam Parangtritis, Bantul Parangtritis, Bantul
14 Badar Parangtritis, Bantul Parangtritis, Bantul
15 Heri Haryanto Bangunharjo, Sewon, Bantul
Sewon, Bantul
16 Suyatno Pendowoharjo, Sewon, Bantul
Sewon, Bantul
17 Wahudiyono Jolosutro, Srimulyo, Piyungan, Bantul
Piyungan, Bantul
18 Agung Supriyadi
Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul
Piyungan, Bantul
19 Munawan Petir, Srimartani, Piyungan, Bantul
Piyungan, Bantul
20 Hartoyo Imogiri, Bantul Imogiri, Bantul
21 Wuryanti Imogiri, Bantul Imogiri, Bantul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
377
22 Jakiman Sedayu, Bantul Sedayu, Bantul
23 Hadi Wahyono Sedayu, Bantul Sedayu, Bantul
KULONPROGO
24 Untung S Giripeni, Wates, Kulonprogo
Wates, Kulonprogo
25 Kiswanto Giripeni, Wates, Kulonprogo
Wates, Kulonprogo
26 Supriyanto Giripeni, Wates, Kulonprogo
Wates, Kulonprogo
27 Chamim Tohari Kembang, Nanggulan, Kulonprogo
Nanggulan, Kulonprogo
28 Siyono Tanjungharjo, Nanggulan, Kulonprogo
Nanggulan, Kulonprogo
29 Sutrisno Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo
Kalibawang, Kulonprogo
30 Kuntoro Edi Pengasih, Kulonprogo
Pengasih, Kulonprogo
31 Tugiyo Pengasih, Kulonprogo
Pengasih, Kulonprogo
32 Suyanto Sentolo, Kulonprogo
Sentolo, Kulonprogo
No Nama Alamat Wilayah Pengamatan
GUNUNGKIDUL
33 Eko Prasetyo Wonosari, Gunungkidul
Wonosari, Gunungkidul
34 Suprapto Wonosari, Gunungkidul
Wonosari, Gunungkidul
35 Sumardi Wonosari, Gunungkidul
Wonosari, Gunungkidul
36 Gimin Ngawen, Gunungkidul
Ngawen, Gunungkidul
37 Sukardiyono Ngawen, Gunungkidul
Ngawen, Gunungkidul
38 Sriyana Ngawen, Gunungkidul
Ngawen, Gunungkidul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
378
Terlaksananya penyediaan ATK dan bahan komputer
Terlaksananya Pembinaan, Pengawalan, dan monitoring kegiatan ke 4
kabupaten.
Terlaksananya peninjauan calon lokasi kegiatan TA. 2016 dan TA. 2017.
Terlaksananya monitoring kegiatan PPHT dan PPDI TA. 2016.
Ada keikutsertaan dalam pertemuan luar kota.
Terlaksananya pengadaan alat pengolah data berupa laptop dan printer 2
unit dengan spesifikasi sebagai berikut :
No. Uraian Pekerjaan Kuan-
titas
Satuan
Ukuran
Harga
satuan
(Rp.)
Total (Rp.)
1. Lenovo notebook dengan
spesifikasi :
Lenovo Notebook
Ideapad 300 141BR 68
D Black Intel Quad core
3150 up to, 2.08GHz,
Memory Ram 2 gb, hdd
500 gb + ssh 8 gb, dvd
rw, 14” LED, Bluetooth.
Screen protector 14”
RBT
Key board Skin besar
Lenovo tas asesoris tas
14”
2 unit 3.825.250,
-
7.650.500,
-
2. Logitech wireless mouse
M235
2 unit 184.250,- 368.500,-
3. Printer Canon IP 2770 2 unit 709.500,- 1.419.000,
-
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
379
Jumlah 9.438.000,
-
32) Pertemuan Rutin Bulanan Petugas Lapang
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat terealisasi
52,05% dan fisik 60% dengan keluaran terlaksananya koordinasi petugas
lapang di kabupaten Gunungkidul dan Bantul .
33) Teknologi Pengendalian OPT menggunakan Agens Hayati
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat terealisasi
52,19% dan fisik 60% yaitu terlaksananya Rapat Teknologi Pengendalian OPT
menggunakan agensia hayati pada tanggal 30 Agustus 2016 di LPP Garden
Yogyakarta yang diikuti 50 orang petugas dan petani dan terlaksananya
pendampingan pelaksanaan PPHT dan PDPI DIY TA. 2016
Acara Rapat Teknologi Pengendalian OPT menggunakan agensia
hayati di mulai pukul 08.30 dibuka oleh MC , dilanjutkan dengan pengarahan oleh
Kepala Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) D.I. Yogyakarta Ir. Suparjono,
dengan materi Upaya Perlindungan Tanaman Pangan DIY TA 2016 , kebijakan
yang ditempuh dalam pengamanan produksi tanaman pangan dengan langkah
langkah sebagai berikut
a. Optimalisasi pengamatan oleh petugas POPT di tingkat lapang
b. Melaksanakan bimbingan dan pendampingan di tingkat kelompok Tani
c. Optimalisasi program Spot Stop dengan pendekatan perbaikan ekosistem
dengan penerapan pengendalian pre emtif menggunakan Agensia Hayati
d. Optimalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT) dan pemberdayaan peran
Regu Perlindungan Hama (RPH) dalam setiap Gerakan Pengendalian
(Gerdal) OPT di tingkat lapang
1. Pukul 09.45 – 10.45 pemaparan materi oleh Ir Supriyana Koordinator
Fungsional POPT DIY dengan Materi Upaya Pengendalian OPT dengan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
380
bahan pengendalian yang ramah lingkungan dengan materi bahasan
sebagai berikut :
a. Pengenalan bioekologi jenis OPT yang ditemukan di pertanaman
b. Pengamatan yang intensif dan simultan
c. Melakukan pemetaan daerah kronis dan endemis OPT dan
d. Memaksimalkan pengendalian OPT dengan agens hayati yang telah
diproduksi oleh PPAH dan Lab PHP Bantul pada setiap pengendalian
OPT
Penyampaian materi Upaya pemberdayaan petani /Kelompok tani
Pengembang/pembuat Agens hayati oleh Ir. Paryoto, MP , Koordinator
Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman BBantul, dengan langkah
langkah sebagai berikut :
a. 40 Kelompok PPAH sebagai mitra dari Lab PHP Bantul dapat selalu
berkomunaksi secara aktif dengan Lab Bantul
b. Laboratorium PHP Bantul akan menyiapkan F1 Agensia hayati yang
digandakan oleh kelompok PPAH
c. Setiap produk agens yang dihasilkan oleh PPAH secara berkala akan di
uji oleh Laboratorium PHP Bantul untuk menjaga kualitas
d. Memaksimalkan pengendalian OPT dengan agens hayati yang telah
diproduksi oleh PPAH dan Lab PHP Bantul pada setiap pengendalian
OPT
e. Secara periodic Lab PHP akan melakukan monitoring dan pembinaan ke
PPAH
Presentasi Pengalaman dalam pembuatan dan Penjualan agensia hayati Oleh
Hartoyo Petani Pengembang Agens Hayati di Selopamioro Imogiri
a. Agens hayati yang dibuat di PPAH Selopamioro Imogiri Bantul sejak
tahun 1989 ada tiga macam yaitu,
o Beuveria Bassiana , untuk bahan pengendalian OPT Wereng coklat,
Walang sangit, Hama Trips pada komoditas hortikultura
o Tricoderma , Geocladium untuk pengendalian penyakit layu fusarium
o PGPR untuk stimulant pada tanaman pangan dan hortikultura
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
381
b. Distribusi dan Penggunaan agensia hayati yang diproduksi digunakan
oleh petani sekitar lokasi PPAH khusunya Kecamatan Imogiri dan
sekitarnya dan sering dapat pesanan dari pihak lain seperti mahasiswa
atau Lab PHP Bantul sendiri bila agens dilaboratorium kekurangan untuk
bahan gerakan pengendalian
c. PPAH tidak menjual agens hayati tetapi setiap warga yang mengambil
hanya mengganti ongkos pembuatan agensia hayati
d. Untuk menjaga kualitas hasil produksi agensia hayati yang dibuat oleh
PPAH Selopamioro selalu berkomunikasi kepada pihak Laboratorium
PHP Bantul secara periodic paling tidak 3 bulan sekali termasuk
pengambilan FI agens hayati yang dibutuhkan untuk pembuatan agens
hayati yang dibuat
e. Kendala yang dihadapi dalam pembuatan Agensia hayati pada awalnya
sering terjadi kontaminasi agens lain yang tidak diharpakan hal ini karena
proses sterilisasi yang kurang sempurna atau FI yang telah kedaluwarsa
Presentasi pengalaman penggunaan angens hayati untuk pengendalian OPT di
lapangan oleh Ngadiran, SP POPT Kecamatan Nanggulan Kulon Progo sebagai
berikut
a. Sejak tahun 1989 dibeberapa kelompok tani di Wilayah Kecamatan
Nanggulan telah menggunakan agensia hayati berupa Beuveria Bassiana
untuk pengendalian OPT WBC, Penggerek Batang dan walang sangit
pada tanaman padi, Untuk tanmaman kedelai agensia hayati beuvaria
digunakan untuk mengendalian hama Riptortus dan Paedonia , dengan
hasil yang cukup memuaskan , sedang kendalanya petani mera sa
kurang sreg karena hasilnya tidak dapat diketahui secara lansung pasca
pengen dalian karena harus menunggu 2-3 hari setelah perlakuan
pengendalian
b. Untuk tanaman hortikultura umumnya yang banyak digunakan jenis agens
hayati tricoderma dan gleocadium untuk mengendalikan penyakit layu
fusarium
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
382
c. Pengalaman penggunaan Agensia hayati untuk pengendalian OPT yang
terpenting dan harus selalu ditekankan kepada petani adalah kesabaran
dan keihlasan dalam pengaplikasikan agens hayati karena merupakan
mahluk hidup yang perlu perlakuan yang khusus dan hasilnya tidak dapat
langsung dapat dibuktikan
Diskusi pengembangan agens hayati oleh kelompok tani yang dipandu oleh Heri
Johandi SP Staf BPTP DIY dengan fokus pada rencana tindak lanjut (RTL) serta
analisa kebutuhan dan kendala pengembangan agens hayati untuk pengendalian
OPT pada tanaman pangan dimasa yang akan datang.
34) Pemberdayaan PPAH
Anggaran direfokusing semua.
35) Pertemuan Rutin Bulanan POPT-PHP dan Koordinator POPT-PHP
Anggaran kegiatan ini direfokusing dan blokir sehingga yang dapat
terealisasi 33,33% dan fisik 50% yaitu terlaksananya koordinasi periodik 9 kali
yang dilakukan selama 9 bulan, yaitu pada tanggal 14 Januari, 1 Februari, 1
Maret, 1 April, 1 Mei, 1 Juni , 14 Juli,1 Agustus dan 1 September 2016. Kegiatan
Pertemuan Rutin Bulanan POPT-PHP dan Koordinator POPT-PHP dilaksanakan
sebagai sarana koordinasi antara Petugas POPT seluruh wilayah D.I.Yogyakarta
baik koordinasi secara teknis maupun berkaitan dengan kepegawaian dll.
Koordinasi teknis POPT ini sangat penting sekali dilakukan untuk melakukan
koordinasi berkaitan dengan kondisi lapangan baik yang berkaitan dengan OPT
( Organisme Pengganggu Tumbuhan) dan DPI (Dampak Perubahan Iklim).
Laporan OPT secara berkala dilaporkan 2 mingguan sekali ( 1 bulan/2 kali) yang
dilaporkan di awal bulan dan tengan bulan, untuk awal bulan laporan
dikumpulkan saat koordinasi POPT ini. Pertemuan ini sangat bermanfaat dalam
menunjang kinerja POPT, dengan kegiatan ini kondisi lapangan baik OPT
maupun DPI dengan permasalahannya dapat didiskusikan bersama sehingga
segera dapat diambil tindakan baik yang berkaitan dengan OPT/DPI. Sealain itu
dengan kegiatan ini kemampuan teknis POPT bertamabah, karena didalamnya
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
383
juga sebagai tempat berbagi lmu dengan mengu dang narasumber tertentu atau
dari interen BPTP.
Data/informasi kondisi OPT/DPI dilapangan yang tepat akurat dan cepat
ini sangat dibutuhkan dalam rangka pengambilan kebijakan untuk pengendalian
OPT, sehingga dengan manajemen pengendalian yang baik diharapkan kerugian
produksi pertanian karena serangan OPT/ DPI dapat diminimalkan. Pada
koordinasi ini juga disampaikan informasi-informasi yang berkaiatan dengan
ketugasan POPT sehingga diharapkan kinerja POPT lebih baik lagi.
C. Kegiatan APBN Satker Hortikultura
1. Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian OPT hortikultura dilakukan
dalam upaya pengamanan produksi hortikultura unggulan di wilayah D.I.
Yogyakarta. Sesuai kebijakan pemerintah dalam pengendalian OPT bahwa
pengendalian OPT menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat petani
dan pemerintah, maka gerakan pengendalian OPT hortikultura dilaksanakan
secara terpadu melibatkan semua pihak yang terkait utamanya anggota
kelompok tani hortikultura. Tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi
dan kemandirian masyarakat/petani dalam mengendalikan OPT hortikultura.
Berdasarkan lokasi pengembangan kawasan komoditas cabe dan
bawang merah di wilayah dan informasi OPT utama yang menyerang telah
dilakukan gerakan pengendalian OPT hortikultura pada tanaman cabai 22 unit,
dan bawang merah 8 unit yang meliputi :
a. Gerakan pengendalian OPT pada tanaman cabai
Gerakan pengendalian OPT pada tanaman cabai dilakukan paling
banyak dibandingkan gerakan pengendalian OPT bawang merah. Dari 30
unit gerakan, pada tanaman cabai dilakukan 22 lokasi gerakan pengendalian
yang dilaksanakan di 4 (empat) kabupaten dengan gerakan pengendalian
terbanyak dilakukan di kabupaten Kulonprogo. Kemudian disusul kabupaten
Sleman, Bantul dan Gunungkidul. Pengendalian terutama ditujukan untuk
OPT penyakit virus kuning, layu (Fusarium sp.), antraknose (Colletotrichum
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
384
spp.), Aphis sp, kutu kebul (Bemesia tabaci), trips (Thrips parvispinus), dan
lalat buah (Bactrocera spp). Gerakan-gerakan pengendalian yang dilakukan
meliputi Penggunaan jamur antagonis tricoderma sebagai antisipasi terhadap
serangan layu fusarium, sanitasi/eradikasi sumber serangan OPT, sanitasi
gulma di sekitar pertanaman, secara fisik/mekanis mengambil OPT yang
ditemukan, pemasangan perangkap likat kuning, pengendalian dengan
agens hayati/pestisida nabati dan pengendalian dengan pestisida kimia
secara bijaksana dengan prinsip 6 (enam) tepat.
b. Gerakan pengendalian OPT pada tanaman bawang merah
Pada tanaman bawang merah, gerakan pengendalian OPT dilakuan
sebanyak 8 kali meliputi kabupaten Bantul 4 (tujuh) kali, dan kabupaten
Gunungkidul 4 (empat) kali. OPT utama yang dikendalikan adalah penyakit
Layu fusarium, trotol/bercak ungu (Alternaria sp.), hama Trips (Thrips tabaci)
dan ulat grayak (Spodoptera exigua). Gerakan pengendalian yang dilakukan
adalah dengan Penggunaan jamur antagonis tricoderma sebagai antisipasi
terhadap serangan layu fusarium, sanitasi/eradikasi sumber serangan OPT,
fisik/mekanis dengan mengambil OPT yang ditemukan kemudian
dimusnahkan, pemasangan perangkap likat putih, dan penyemprotan
pestisida secara bijaksana.
Hasil evaluasi pelaksanaan gerakan secara umum baik. Gerakan
pengendalian yang dilakukan dapat menurunkan populasi atau intensitas
serangan OPT hortikultura yang menyerang. Namun dibeberapa lokasi
gerakan serangan OPT sudah terlanjur berkembang sehingga penurunan
populasi dan intensitas serangan kurang signifikan sehingga serangan OPT
masih tetap ada. Oleh karena itu gerakan pengendalian perlu ditindaklanjuti
oleh petani beserta kelompoknya secara mandiri dengan swadaya petani.
Kedepan pengendalian OPT supaya dilakukan sejak dini selagi luas dan
intensitas serangan masih kecil dengan menerapkan prinsip-prinsip PHT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
385
Secara keseluran Kegiatan Gerakkan Pengendalian OPT Hortikultura dapat
dilihat pada tabel 8.84.
Tabel 8.84. Kegiatan Gerakkan Pengendalian OPT Hortikultura 2016
NO NAMA
KELTAN ALAMAT KOMODITAS
Pert Persiapan
Gerdal
A. GUNUNGKIDUL
1 Makmur Siyono Tengah, Logandeng, Playen, Gunung Kidul
Bawang Merah
25/7/2016 30/8/2016
2 Podomoro Kedungpoh, Nglipar, Gunung Kidul
Bawang Merah 2/9/2016 5/9/2016
3 Guyup Belimbing, Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul
Bawang Merah 11/8/2016 16/8/2016
4 Sumber Agung
Semanu Selatan, Semanu, Gunung Kidul
Bawang Merah 3/10/2016 10/10/2016
5 Ngudi Lestari Pakel, Plajan, Saptosari, Gunung Kidul
Cabai Merah 11/10/2016 18/10/2016
6 Ngudi Mulyo Gobeh, Bendung Semin, Gunung Kidul
Cabai Merah 19/8/2016 22/8/2016
B. BANTUL
1 Sri Rejeki
Pundong, Panjangrejo, Krapyak Kulon
Cabai Besar 11/9/2016 14/11/2016
2 Tani Maju
Jetis, Canden, Suren Wetan
Cabai Besar 7/9/2016 22/10/2016
3
Langeng Maju
Mandungan, Srimartani, Piyungan
Cabai Rawit 3/11/2016 8/11/2016
4 Sumber Baru
Imogiri, Selopamioro, Kajor Wetan
Cabai Rawit 23/8/2016 26/8/2016
5
Ngudi Makmur
Jonggrangan, Srihardono, Pundong
Cabai Rawit 11/11/2016 17/11/2016
6 Tirto asih
Kretek, Parangtritis, Bungkus
Bawang Merah 12/8/2016 15/8/2016
7 Bismo
Srandakan, Poncosari, Talkondo
Bawang Merah 2/8/2016 31/8/2016
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
386
8 Bumi Mukti
Imogiri, Selopamioro, Srunggo I
Bawang Merah 22/8/2016 24/8/2016
9 Tani Subur
Sanden, Gadingsari, Sorobayan
Bawang Merah 11/8/2016 12/8/2016
C. SLEMAN
1
Sedyo Makmur
Keburlor, Argomulyo, Cangkringan
Cabai Merah 25/8/2016 6/10/2016
2
Merapi Makmur
Jetis, Argomulyo, Cangkringan
Cabai Rawit 23/8/2016 13/10/2016
3 Ngudi Rukun
Kebonagung, Tridadi, Sleman
Cabai Rawit 11/10/2016 15/11/16
4 Asih
Gabugan, Donokerto, Turi
Cabai Rawit 5/8/2016 20/10/2016
5 Subur
Gondang, Donokerto, Turi
Cabai Rawit 8/8/2016 27/10/2016
6
Krida Sembada
Wonorejo, Hargobinangun, Pakem
Cabai Rawit 10/8/2016 4/10/2016
7 Ngudi Rejeki
Randu, Hargobinangun, Pakem
Cabai Rawit 15/8/2016 11/10/2016
D. KULON PROGO
1 Sido Maju Brajan, Banjararum, Kalibawang
Cabai Rawit 25/10/2016 2/11/2016
2 Ngudi Makmur
Kemesu, Banjararum, Kalibawang
Cabai Besar 26/10/2016 4/11/2016
3 Ngudi Mulyo Janturan, Tawangsari, Pengasih
Cabai Besar 11/7/2016 6/9/2016
4 Manunggal Roso
Tegal Perang, Tawangsari, Pengasih
Cabai Besar 3/6/2016 5/10/2016
5 Subur Dukiuh RT 13, RW 06, Sidomulyo, Pengasih
Cabai Besar 1/6/2016 28/7/2016
6 Amrih Makmur
Gendol, Banyuroto, Nanggulan
Cabai Besar 26/7/2016 4/8/2016
7 Sido Maju Keso, Banyuroto, Nanggulan
Cabai Besar 3/8/2016 20/10/2016
8 Mandiri Tawang, Banyuroto, Nanggulan
Cabai Besar 2/7/2016 9/8/2016
2. Pengembangan Lab.PHP/ Lab. Agensia Hayati/ Lab Pestisida
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
387
Semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, adapun pada tahun
2016 kegiatan Fasilitasi Sarana Prasarana Laboraorium dan Klinik PHT
mendapatkan Anggaran dari APBN Hortikultura sebesar Rp.91.500.000,- adapun
pada perjalanannnya anggaran dilakukan efisiensi sebesar Rp.4.500.000,-
sehingga hingga akhir desember 2016 anggaran kegiatan ini sebesar
Rp.87.000.000,-. Walaupun untuk penyerapan anggaran untuk realisasi 94 %
akan tetapi untuk realisasi fisik sebesar 100 %.
Kegiatan Rapat koordinasi LPHP didalamnya merupaka sarana
berkoordinasi berkaiatan dengan pengelolaan LPHP dengan sistem manajemen
ISO 9001:2008 , untuk ruang lingkup perbanyakan agens hayati dan jasa
layanan Klinik tanaman ( Klinik PHT), koordinasi ini dilakukan 2 kali dlaam satu
bulannya, akan tetapi bisa dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan dan
kepentingan pengelola.Rapat koordinasi LPHP diikuti oleh semua personel
Laboratorium sesuai dengan masing-masing tanggungajawabnya.
Kalibrasi alat-alat laboratorium merupakan unsur penting dalam
pengelolaan LPHP terutama untuk memastikan produk agens hayati mempunyai
kualitas yang baik. Kalibrasi alat dilakukan pada peralatan lab dengan kategori
alat ukur dan alat lainnya yang berpengaruh terhadap hasil dalam hal ini seperti
pipet volum ( alat ukur), Autoclave ( pengecekkan suhu alat yang benar ),
timbangan analitik ( alat ukur, menentukan ketepaan berat timbangaan ) dan
peralatan lainnya sesuai daftar. Dengan Kalibrasi alat inin diharapkan peralatan
yang ketepana ukuran belum sesuai dapat disesuaikan sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Kalibrasi alat dapat terealisasi pada bulan Desember,
hal ini dikarenkaan lembaga sertifikasi yang terakreditasi untuk alat-alat tersebut
terbatas jumlahnya dan antri dalam pengerjaanya, sehingga Kalibrasi alat LPHP
baru dapat dilaksanakan pada Awal Desember.
Perbanyakan agens hayati pada kegiatan ini di fokuskan pada produk
Trichoderma sp ( 4000 pak), Beauveria bassiana(1000 pak) , PGPR ( 350 liter)
dan Phaenibacillus polymixa( 450 liter) . Trichoderma sp diproduksi sebanyak
4000 pak ( @ 100 gram) yang dikemas dalam kardus. Trichoderma sp ini
berguna sebagai agens hayati antagonis yang dipergunakan untuk
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
388
mengendalikan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. yang
menyerang pada tanaman Cabe, Pisang, semangka , melon, krisan. Dengan
aplikasi Trichoderma sp pada awal tanam dengan mencampur pada pupuk
kandang untuk komoditas tersebut diharapakan serangan layu Fusarium dapat
ditekan sehingga kerugian dapat diminimlkan. Adapun agens hayati Beauveria
bassiana dengan jumlah produksi 1000 pak (@ 100 gram) di aplikasikan pada
tanaman hortikultura untuk mengurangi serangan kutu-kutuan seperti Bemisia
tabaci (kutu kebul) yang banyak terdapat pada tanaman cabe yang merupakan
vektor virus kuning, sehingga diharapkan dengan berkurangnya populasi kutu
kebul ini penularan virus kuning dapat ditekan. PGPR ( 350 liter) yang dikemas
dalam botol1 literan serta Phaenibacillus polymixa ( 450 liter ) juga dikemas
dalam botol 1 liter . Agens hayati ini dimanfaatkan mulai dari perendaman benih
hingga aplikasi penyiraman dilapanagan. PGPR berfungsi sebagai
Meningkatkan fiksasi nitrogen di kacang-kacangan, Meningkatkan fiksasi
nitrogen yang bebas untuk bakteri, Meningkatkan pasokan nutrisi lainnya, seperti
fosfor, sulfur, besi dan tembaga, Memproduksi hormon tanaman, Meningkatkan
bakteri atau jamur yang menguntungkan , Mengendalikan penyakit, nematoda
dan serangga hama. PGPR sebagai pengendali penyakit pada beberapa
penyakit yang terbawa benih seperti Rhizoctonia solani . PGPR oleh petani
banyak digunakan terutama pada tanaman cabe dan bawang merah. Adapun
Phaenibacillus polymixa mempunyai karateristik yang hampir sama dengan
PGPR hanya saja perberdaan nya pada kandungan bakteri didalamnya klo
PGPR terdapat jenis baketeri seperti Pseudomonas sp, Bacillus sp dll.
Pada proses produksi perbnayaakn agens hayati tersebut tidak banyak
mngalami kendala hanya saja pada beberapa kali produksi terdapat kontaminan.
Kegiatan surveillannce OPT hortikultura dilakukan anatar alain di kecamatan
Pakem, Samigaluh dan Pundong dengan komoditas tanaman Krisan, Buah
Naga, dan Pepaya. OPT pada tanaman Krisan diwilayah samigaluh dan Pakem
hampir sama antara lain Layu Fusarium, Virus, Jamur Capnodium, Liryomiza,
Kutu kebul , ulat grayak. Sedangan OPT pada tanaman Buah naga anatar lain
Bekicot Achatina fulica , Aphis ( Aphis sp.) , Kumbang ( Protaetia fusca), Belalang (
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
389
Valanga sp) , Bercak Colletotrichum sp , Bercak Botryospheria sp. Untuk Tanaman
pepaya di kecamatan Pundong ditemukan tanaman pepaya terserang penyakit
bakteri Erwinia papaye dengan intensitas serangan sedang, bahkan beberapa
pohon pepaya mati. Aplikasi Agens hayati di lakukan di kecamtan sanden dengan
sentra tanaman bawang merah dan cabe adapun agens hayati yang diaplikasikan
yaitu penggunaan Trichoderma sp. Gliocladium sp, PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria), Beauveria bassiana, Phaeni Bacillus polymixa. dan
Imogiri dengan aplikasi PGPR dan Trichoderma sp untuk mengendaliakan serangan
Fusarium sp, Pseudoperonospors sp dan Colletotrichum sp. pada bawang
merah
Eksplorasi agens hayati merupakan kegiatan rutin yang dilakukan LPHP
dalam rangka pengembanagn agens hayati dimana pada kegiatan ini diharapkan
dapat diperoleh jenis agens hayati lainnya atau juga diperoleh jenis agen hayati
yang spesifik lokasi. Sampel diambil di tiga lokasi yaitu Srandakan, Minggir dan
temon adapun sampel yang diambil berupa tanah yang diambil dari tanah bawah
pohon bambau, tanah phon besar, tananh bawah pohon kolonjono serta tanah
kuburan dengan harapan tanah tersebut belum tercemar sehingga
kemungkinanan besar diperoleh agens hayati semakin besar. Eksplorasi dengan
pengambilan tanah ini dipergunakan untuk memperoleh agens hayati
Trichoderma sp, Gliocladium sp, Pseudomonas sp serta PGPR Tanah diambil
dengan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya tanah di
perlakukan di laboratorium sehingga diperoleh singel koloni jenis agens hayati,
yang selanjutnya dapat dipergunkaan sebagai stater untuk perbanayakan agens
hayati.
Surveillance Manajemen ISO 9001:2008 dilakukan pada awal bulan
Desember, hal ini dilakukan untuk melakukan surveillance terhadap penerapan
manajemen ISO 9001:2008 apakah sudah diterapkan pada runagn lingkup
perbanyakan agens hayati serta jasa Klinik tanaman ( Klinik PHT). Surveillance
dilakukan selama 2 hari kerja dengan melibatkan Auditor dari lembaga sertifikasi
PT MISB dari Jakarta. Audit dilakukan pada semua dokumen yang ada baik PSM
( Prosedur Sistem Mutu) maupun Formulir formulirserta kegiatan teknis yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
390
meliputi perbanyakan agens haayti dan klinik tanaman. Penerapan Manajemen
ISO 9001:2008 di LPH sudah dilaksanakan pada tahun ke-3 adapun Surveillance
Manajemen ISO 9001:2008 ini memasuki tahun ke 3. Pada Surveillance ini
didaptkan temuan dari auditor yaitu 1 mayor dan 7 minor, untuk temuan ini diber
kesempatan untuk memperbaiki maksimal selama 1 bulan untuk temuan minor
dan 2 bulan untuk temuan mayor.
3. Rekomendasi DPI: Kajiterap Adaptasi / Mitigasi DPI Pada komoditas
cabe di Musim Kemarau
Kegiatan Rekomendasi Dampak Perubahan Iklim tahun anggaran 2016 di
DIY, tidak dapat dilaksanakan pada musim kemarau tahun 2016 dikarenakan
iklim yang terjadi tidak mendukung. Berdasarkan prakiraan musim yang
dikeluarkan oleh BMKG dan LAPAN menunjukkan bahwa musim kemarau tahun
2016 di Indonesia mengalami kemunduran yaitu terjadi pada bulan Juni 2016.
Sedangkan pada bulan Juni 2016 yang diperkirakan telah memasuki musim
kemarau, kegiatan analisa adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada
tanaman cabe musim kemarau mulai mempersiapkan kegiatan di lapangan.
Kelompok tani mempersiapkan lahan dan penanaman bibit pada bulan Juli. Pada
bulan Juli, curah hujan masih normal meskipun terjadi hujan pada hari-hari
tertentu. Pada bulan Agustus dan September, curah hujan mulai meningkat tajam
hingga melebihi normal, bahkan di beberapa wilayah di DIY mengalami banjir.
Selanjutnya pada bulan Oktober, curah hujan masih tinggi (diatas normal) dan
musim telah memasuki musim hujan. Curah hujan ini sangat berpengaruh
terhadap pemanfaatan irigasi pipa yang akan diaplikasikan pada pelaksanaan
kegiatan adaptasi dan mitigasi DPI ini. Irigasi pipa dimaksudkan untuk
mengefisienkan kebutuhan air irigasi pada pertanaman cabe di musim kemarau
yang kering. Apabila musim kemarau kering atau sangat kering, maka
pemanfaatan irigasi pipa sederhana ini dapat lebih optimal pemanfaatanya serta
dapat dilakukan analisi kebutuhan air pertanaman sehingga hal tersebut dapat
digunakan sebagai bahan rekomendasi adaptasi terhadap dampak perubahan
iklim kepada kelompok tani. Namun sebaliknya, apabila musim kemarau yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
391
terjadi adalah musim kemarau basah atau sangat basah, maka pemanfaatan
irigasi pipa sederhana ini tidak dapat digunakan secara optimal karena
kebutuhan air sudah berlimpah dari air hujan yang ada dan kebutuhan air irigasi
pertanaman tidak dapat dianalisis. Sehingga analisis yang dihasilkannyapun
tidak dapat dijadikan suatu bahan rekomendasi kebutuhan air irigasi untuk
tanaman cabe pada musim kemarau.
Oleh karena keadaan iklim ekstrem yang terjadi pada musim kemarau
2016 sedemikian rupa sehingga musim kemarau yang terjadi adalah musim
kemarau yang sangat basah dengan curah hujan yang melebihi normal (yang di
beberapa wilayah di DIY bahkan mengalami banjir) maka asas kemanfaatan
aplikasi irigasi pipa sederhana pada pelaksanaan kegiatan kajiterap analisis
adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada tanaman cabe di musim
kemarau tidak dapat dilaksanakan secara optimal sehingga kegiatan ini tidak
dapat berjalan dengan baik.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
392
E. UPTD BALAI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
(BPSDMP)
UPTD Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian
(BPSDMP) Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk
berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 36
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
dan Unit Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Organisasi Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian
(BPSDMP) terdiri dari :
1. Kepala Balai
2. Sub Bagian Tata Usaha
3. Seksi Pelatihan Pengembangan Teknologi Pertanian
4. Seksi Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas pokok dan fungsi UPTD Balai Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian (BPSDMP) diatur di dalam Peraturan Gubernur Nomor
38 Tahun 2008, tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan UPTD pada
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Fungsi UPTD Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian
(BPSDMP) adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja Balai.
2. Pelaksanaan pelatihan keterampilan dan kerjasama tenaga teknis
pertanian bagi tenaga teknis pertanian.
3. Pelaksanaan pelatihan keterampilan dan kerjasama teknis pertanian bagi
masyarakat pertanian.
4. Pelaksanaan ketatausahaan.
5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
program Balai.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
393
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian (BPSDMP) adalah sebagai berikut :
1. Kepala Balai
a. Menyusun rencana kegiatan Balai.
b. Memimpin, membina dan mengkoordinasikan penyelenggaraan
kegiatan Balai.
c. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Balai.
d. Melaporkan pelaksanaan kegiatan Balai.
2. Sub Bagian Tata Usaha.
a. Penyusunan program kerja SubBagian Tata Usaha.
b. Penyusunan program kerja Balai.
c. Pengelolaan kearsipan.
d. Pengelolaan keuangan.
e. Pengelolaan kepegawaian.
f. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan.
g. Pelaksanaan kehumasan.
h. Pengelolaan barang.
i. Pengelolaan kepustakaan.
j. Pengelolaan data, pelayanan informasi dan pengembangan sistem
informasi.
k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program
Balai.
l. Pelaksanaan monitoring, evaluas dan penyusunan laporan kegiatan
Subbagian Tata Usaha.
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pelatihan Pengembangan Teknologi Pertanian
a. Penyusunan program kerja Seksi Diklat dan Pengembangan Teknologi
Pertanian.
b. Pemantauan penerapan norma, standar pendidikan keterampilan
tenaga teknis pertanian.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
394
c. Pelaksanaan pelatihan bagi tenaga teknis pertanian.
d. Pelaksanaan kerjasama teknis penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga teknis pertanian.
e. Pelaksanaan evaluasi dan bimbingan lanjutan pelatihan.
f. Penyusunan dan penyebaran informasi teknologi pertanian terapan
pada tenaga teknis pertanian.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program Seksi Pelatihan Pengembangan Teknologi
Pertanian
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Seksi Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian.
a. Penyusunan program kerja seksi Pelatihan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
b. Pemantauan penerapan norma dan standar pendidikan keterampilan
tenaga teknis pertanian.
c. Pelaksanaan pelatihan bagi tenafa teknis pertanian.
d. Pelaksanaan kerjasama teknis penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga teknis pertanian
e. Pelaksanaan evaluasi dan bimbingan lanjutan pelatihan
f. Penyusunan dan penyebaran informasi teknologi pertanian terapan
pada tenaga teknis pertanian.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program Seksi Pelatihan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional di Balai Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian (BPSDMP) Dinas Pertanian DIY adalah Widyaiswara
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
395
Kepala Balai. Para Widyaiswara dikoordinasikan oleh seorang
Koordinator Widyaiswara.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan memerlukan
kesiapan berbagai unsur, mulai dari sarana prasarana, administrasi,
anggaran, kurikulum hingga sumberdaya manusia (pelaksana, fasilitator,
peserta). Kegiatan yang dilaksanakan di UPTD BPSDMP Tahun Anggaran
2016 sebagai berikut.
1. APBN
A. APBD
1. Anggaran Kegiatan
Anggaran Kegiatan UPTD BPSDMP Tahun 2016 sesuai yang
tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas pertanian DIY adalah sebagai
berikut :
NO NAMA KEGIATAN Anggaran
(Rp)
1 Pembangunan / Rehabilitasi / Renovasi UPTD
BPSDMP beserta sarana dan prasarana
pendukungnya (DAK)
6.175.654.500
2 Apresiasi Perencanaan Diklat 9.999.100
3 Diklat Agribisnis Peternakan (Kambing Domba)
Bagi Petugas dan Petani
74.972.000
4 Evaluasi Pasca Latihan dan Bimbingan Lanjutan 24.955.000
5 Diklat Organik Farming Bagi Petugas 39.999.000
6 Diklat Budidaya danPengelolaan HMT Bagi
Petugas dan Petani
85.000.000
7 Diklat Zoonosis Bagi Petugas dan Bagi Petani 74.900.000
8 Diklat Pengolahan Hasil Peternakan Bagi Petugas 29.999.075
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
396
9 Diklat Integrated Farming Bagi Petani 40.000.000
10 Diklat Penangkaran Benih Padi, Bawang Merah
dan Buah buahan Bagi Petani/ Penangkar
40.000.000
11 Diklat Pemanfaatan Limbah Peternakan Sebagai
Energi Alternatif Bagi Petani
40.000.000
12 Diklat Kewirausahaan Bagi Generasi Muda 120.000.000
13 Pengkajian Diklat 40.000.000
14 Temu Teknis Teknologi Pertanian 60.000.000
15 Fasilitasi Praktek Lapangan dan Penggunaan
Laboratorium
100.000.000
16 Penguatan Kelembagaan Tingkat Usaha 75.000.000
Jumlah APBD 6.955.578.675
2. Capaian Kinerja (fisik dan keuangan)
Capaian kinerja kegiatan secara fisik dan keuangan ditunjukkan
pada tabel sebagai berikut :
Capaian Fisik
No Kegiatan Target Kinerja Realisasi Persen
tase
1 Pembangunan /
Rehabilitasi / Renovasi
UPTD BPSDMP beserta
sarana dan prasarana
pendukungnya (DAK)
Bangunan
gedung 1 paket
Sarana
prasarana 1
paket
Bangunan
gedung 1 paket
Sarana prasarana
1 paket
100
2 Apresiasi Perencanaan
Diklat
Pertemuan
apresiasi
Perencanaan
Diklat 50 orang
Pertemuan
apresiasi
Perencanaan
Diklat 50 orang
100
3 Diklat Agribisnis Diklat kambing- Diklat kambing- 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
397
Peternakan (Kambing
Domba) Bagi Petugas dan
Petani
domba bagi
petani 30 orang
Diklat kambing
domba bagi
petugas 30 orang
domba bagi
petani 30 orang
Diklat kambing
domba bagi
petugas 30 orang
4 Evaluasi Pasca Latihan
dan Bimbingan Lanjutan
Bimbingan
lanjutan bagi
petani 20 orang
Bimbingan
lanjutan bagi
petugas 20 orang
Evaluasi pasca
latihan bagi
petugas 60 orang
Bimbingan
lanjutan bagi
petani 20 orang
Bimbingan
lanjutan bagi
petugas 20 orang
Evaluasi pasca
latihan bagi
petugas 60 orang
100
5 Diklat Organik Farming
Bagi Petugas
Pelatihan organik
farming bagi
petugas 30 orang
Pelatihan organik
farming bagi
petugas 30 orang
100
6 Diklat Budidaya
danPengelolaan HMT
Bagi Petugas dan Petani
Diklat budidaya
dan pengelolaan
HMT bagi
petugas 30 orang
Diklat budidaya
dan pengelolaan
HMT bagi petani
30 orang
Diklat budidaya
dan pengelolaan
HMT bagi
petugas 30 orang
Diklat budidaya
dan pengelolaan
HMT bagi petani
30 orang
100
7 Diklat Zoonosis Bagi Diklat zoonosis 100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
398
Petugas dan Bagi Petani bagi petani 30
orang
Diklat zoonosis
bagi petugas 30
orang
8 Diklat Pengolahan Hasil
Peternakan Bagi Petugas
100
9 Diklat Integrated Farming
Bagi Petani
Diklat IF bagi
petani 30 orang
100
10 Diklat Penangkaran Benih
Padi, Bawang Merah dan
Buah buahan Bagi Petani/
Penangkar
Diklat
penangkaran
bawang merah
bagi petani 30
orang
Diklat
penangkaran
bawang merah
bagi petani 30
orang
100
11 Diklat Pemanfaatan
Limbah Peternakan
Sebagai Energi Alternatif
Bagi Petani
Diklat
pemanfaatan
limbah bagi
petani 30 orang
Diklat
pemanfaatan
limbah bagi
petani 30 orang
100
12 Diklat Kewirausahaan
Bagi Generasi Muda
Diklat
kewirausahaan
bagi generasi
muda 60 orang
Diklat KRPL bagi
petani 30 orang
Diklat
kewirausahaan
bagi generasi
muda 60 orang
Diklat KRPL bagi
petani 30 orang
100
13 Pengkajian Diklat Apresiasi hasil
pengkanjian 25
orang
Pengkajian
kediklatan
Apresiasi hasil
pengkanjian 25
orang
Pengkajian
kediklatan
100
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
399
peserta 70
orang
peserta 70 orang
14 Temu Teknis Teknologi
Pertanian
Gelar karya 30
orang
Temu teknis
teknologi
pertanian 60
orang
Gelar karya 30
orang
Temu teknis
teknologi
pertanian 60
orang
100
15 Fasilitasi Praktek
Lapangan dan
Penggunaan Laboratorium
Opresional
laboratorium
pengolahan dan
percontohan
florikultur 1 paket
Opresional
laboratorium
pengolahan dan
percontohan
florikultur 1 paket
100
16 Penguatan Kelembagaan
Tingkat Usaha
Diklat penguatan
kelembagaan
tingkat usaha 50
orang
Koordinasi
kepramukaan
dan pertemuan
nasional
pramuka 1
kegiatan
Diklat penguatan
kelembagaan
tingkat usaha 50
orang
Koo
rdinasi
kepramukaan dan
pertemuan
nasional pramuka
1 kegiatan
100
Capaian Keuangan
No Kegiatan Target Relisasi Persen
1 Pembangunan /
Rehabilitasi /
Renovasi UPTD
6.175.654.500 5.791.793.000 93,78
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
400
BPSDMP beserta
sarana dan
prasarana
pendukungnya
(DAK)
2 Apresiasi
Perencanaan
Diklat
9.999.100 9.916.300 99,17
3 Diklat Agribisnis
Peternakan
(Kambing Domba)
Bagi Petugas dan
Petani
74.972.000 71.853.400 95,84
4 Evaluasi Pasca
Latihan dan
Bimbingan
Lanjutan
24.955.000 24.566.300 98,44
5 Diklat Organik
Farming Bagi
Petugas
39.999.000 39.289.650 98,20
6 Diklat Budidaya
dan Pengelolaan
HMT Bagi Petugas
dan Petani
85.000.000 76.727.420 90,27
7 Diklat Zoonosis
Bagi Petugas dan
Bagi Petani
74.900.000
69.420.240 92,68
8 Diklat Pengolahan
Hasil Peternakan
Bagi Petugas
29.999.075 29.362.140 97,87
9 Diklat Integrated 40.000.000 37.280.000 80,07
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
401
Farming Bagi
Petani
10 Diklat
Penangkaran
Benih Padi,
Bawang Merah
dan Buah buahan
Bagi Petani/
Penangkar
40.000.000 39.376.500 98.44
11 Diklat
Pemanfaatan
Limbah
Peternakan
Sebagai Energi
Alternatif Bagi
Petani
40.000.000 39.092.050 97,73
12 Diklat
Kewirausahaan
Bagi Generasi
Muda
120.000.000 112.576.600 93,81
13 Pengkajian Diklat 40.000.000 16.320.000 40,08
14 Temu Teknis
Teknologi
Pertanian
60.000.000 55.061.150 91,76
15 Fasilitasi Praktek
Lapangan dan
Penggunaan
Laboratorium
100.000.000 95.542.900 95,54
16 Penguatan
Kelembagaan
Tingkat Usaha
74.977.400 63.887.000
85,20
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
402
3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
a. Kegiatan Pembangunan / Rehabilitasi / Renovasi UPTD BPSDMP
beserta sarana dan prasarana pendukungnya (DAK), sesuai
dengan sasaran target kinerja outcome adalah memenuhi sarana
dan prasarana guna menunjang kegiatan pelatihan, yang berupa :
- Gedung kelas untuk pelatihan sebanyak 4 ruangan
berkapasitas 40 orang, masing-masing dilengkapi dengan
meja kursi, papan tulis, LCD proyektor, pendingin ruangan.
- Tempat parkir kendaraan roda dua dan roda empat.
- Gudang peralatan
- Penambahan daya listrik 2 unit
b. Apresiasi Perencanaan Diklat, menghasilkan dokumen yang berisi
kesepakatan antar stake holder pertanian dalam rangka
optimalisasi pelaksanaan pelatihan pertanian di UPTD BPSDMP
Tahun 2016.
c. Kegiatan pelatihan teknis pertanian baik dari teknis budidaya
sampai pengolahan hasil pertanian telah dilaksanakan dengan
komoditas tanaman pangan, hortikultura dan peternakan. Dengan
pelatihan ini terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
baik bagi petuhgas maupun petani untuk peningkatan produksi
pertanian.
d. Kegiatan Evaluasi Pasca Latihan dan Bimbingan Lanjutan, telah
melaksanakan evaluasi terhadap 60 orang purnawidya. Dengan
evaluasi ini diperoleh data sampling sejauhmana tingkat
keberhasilan kegiatan pelatihan yang sudah dilaksanakan. Dari
data sampling ini mencerminkan keadaan seluruh populasi peserta
pelatihan secara keseluruhan. Dari kegiatan ini juga telah
dilaksanakan bimbingan lanjutan terhadap 20 orang petugas dan
20 orang petani purnawidya, sehingga diharapkan seluruh
purnawidya bisa menerapkan hasil pelatihan secara maksimal.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
403
e. Kegiatan penguatan kelembagaan tingkat usaha, melalui kegiatan
pelatihan telah menghasilkan peningkatan kualitas manajemen
lembaga pertanian. Disamping itu pada kegiatan ini telah
memfasilitasi kegiatan dan pembinaan terhadap lembaga
pertanian seperti Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya
(P4S), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Satuan Pramuka
Taruna Bumi. Dengan pembinaan dan fasilitasi ini kegiatan
lembaga pertanian bisa lebih optimal dalam rangka mendukung
peningkatan produksi pertanian.
B. APBN
1. Anggaran Kegiatan
No Kegiatan Anggaran
(Rp)
1 Penyusunan Program Kegiatan 40.050.000
2 Kerjasama Kegiatan 13.700.000
3 Identifikasi Kebutuhan Diklat 34.840.000
4 Pelatihan Teknis Pertanian bagi Aparatur 360.610.000
5 Pelatihan Teknis Pertanian bagi Non
Aparatur
220.966.000
6 Pengawalan pendampingan 33.530.000
7 Monitoring dan Evaluasi 61.240.000
8 Bimbingan Lanjutan 20.400.000
9 Magang Widya Iswara 43.200.000
10 Dukungan manajemen 97.964.000
Jumlah 926.500.000
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
404
2. Capaian Kinerja (fisik dan keuangan)
Capaian Fisik
No Kegiatan Target Fisik Capaian Persentase
1 Penyusunan Program Kegiatan 1 dokumen 1 dokumen 100
2 Kerjasama Kegiatan 1 dokumen 1 dokumen 100
3 Identifikasi Kebutuhan Diklat 1 laporan 1 laporan 100
4 Pelatih
an Teknis Pertanian bagi
Aparatur
150 orang 150 orang 100
5 Pelatihan Teknis Pertanian bagi
Non Aparatur
90 orang 90 orang 100
6 Pengawalan pendampingan 1 dokumen 1 dokumen 100
7 Monitoring dan Evaluasi 1 dokumen 1 dokumen 100
8 Bimbingan Lanjutan 80 orang 80 orang 100
9 Magang Widya Iswara 6 orang 6 orang 100
Capaian Keuangan
No Kegiatan Pagu Realisasi
(Rp)
Persentase
1 Penyusunan Program Kegiatan 40.050.000 31.214.020 77,94
2 Kerjasama Kegiatan 13.700.000 13.587.500 99,18
3 Identifikasi Kebutuhan Diklat 34.840.000 32.292.700 92,69
4 Pelatihan Teknis Pertanian bagi
Aparatur
360.610.000 341.341.925 94,66
5 Pelatihan Teknis Pertanian bagi
Non Aparatur
220.966.000 213.915.900 96,80
6 Pengawalan pendampingan 33.530.000 32.532.400 97,02
7 Monitoring dan Evaluasi 61.240.000 47.758.750 77,98
8 Bimbingan Lanjutan 20.400.000 19.368.400 94,94
9 Magang Widya Iswara 43.200.000 41.026.300 94,96
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
405
10 Dukungan manajemen 97.964.000 88.192.750 90,02
Jumlah 926.500.000 861.230.645 92,96
3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
1. Kegiatan pelatihan yang bersumber dari dana APBN meliputi kegiatan
pelatihan tamatik padi, jagung, kedelai, sapi potong dan bawang merah,
yang dilaksanakan di sejumlah lokasi BP3K kabupaten. Hasil dari
kegiatan pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
sebanyak 150 orang tentang teknis pertanian, identifikasi permasalahan,
penyusunanan rencana penyelesaian masalah dan pelaksanakaan
pemecahan masalah yang ada yang muncul di setiap kelompok yang
didampingi. Selain petugas (penyuluh pertanian) ada sebanyak 90 orang
petani (penyuluh swadaya) memperoleh pelatihan tematik teknis
pertanian, diharapkan para penyuluh swadaya ini mampu menerapkan
hasil pelatihan untuk mendampingi kelompok tani masing-masing.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
406
BAB IX
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
A. Permasalahan
1. Keterbatasan Ketersediaan Lahan
Tingginya alih fungsi atau konversi lahan pertanian ke non
pertanian akibat kebijakan sekarang sedang menjadi fenomena
yang terjadi di hampir seluruh wilayah. Berkurangnya luasan
lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian secara signifikan
dapat mengganggu stabilitas kemandirian, ketahanan dan
kedaulatan pangan baik lokal maupun nasional. Disamping itu,
produktivitas lahan menurun akibat intensifikasi berlebihan dan
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus serta masih
banyak lahan tidur yang belum dimanfaatkan.
Penggunaan lahan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam kurun waktu 1 tahun menurun sebesar 692 Ha.
Sedangkan lahan bukan pertanian (jalan, permukiman,
perkantoran, dll) mengalami peningkatan sebesar 0.22%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan
dari pertanian ke lahan bukan pertanian seluas 692 Ha atau 0,22
% selama 1 tahun.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian
SDM pertanian meliputi petani dan petugas. Sebagian besar
petani di DIY berusia lanjut dengan pendidikan relatif rendah.
Minat generasi muda untuk bekerja di sektor ini rendah,
terutama pada sisi on-farm (budidaya). Selain itu, jumlah
petugas (pengamat organisme pengganggu tumbuhan/POPT
dan pengawas benih tanaman/PBT) makin terbatas, dengan
angka pensiun yang tidak berimbang dengan perekrutan
petugas baru. Akibatnya, rasio antara petugas dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
407
petani/kelompok tani jauh dari ideal yaitu satu desa satu
petugas.
3. Tingginya harga input pertanian
Pada sektor pertanian, khususnya usahatani padi, dampak
kenaikan harga BBM dan listrik ternyata meningkatkan kinerja
usaha jasa input produksi (traktor, pompa air, power trhesher)
dan usaha penggilingan padi (RMU), sebaliknya menyebabkan
menurunnya profitabilitas berproduksi padi walaupun di sisi lain
terjadi kenaikan harga gabah. Fenomena ini menunjukkan
bahwa kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga BBM dan
listrik yang dialami oleh masing-masing usaha jasa input
produksi sepenuhnya dibebankan ke petani dengan cara
menaikkan sewa jasa alsintan. Tidak hanya semua tambahan
kenaikan biaya produksi yang dibebankan ke petani, malahan
juga usaha alsintan telah mengambil bagian pendapatan petani
dengan menaikan sewa yang terlalu tinggi dari sekedar untuk
mempertahankan keuntungan yang sama.
4. Keterbatasan Infrastruktur Pendukung
Masalah yang paling krusial dan sampai saat ini belum teratasi
dengan bijaksana yaitu pengembangan infrastruktur pertanian.
Keberadaan kelembagaan seperti balai karantina, laboratorium
uji mutu, irigasi, listrik, transportasi, keuangan, unit pengolahan
dan pemasaran masih terbatas akibatnya usaha pertanian
kurang berkembang. Terjadinya kerusakan infrastruktur
pertanian. Kondisi infrastruktur yang belum memadai
menyebabkan peningkatan biaya produksi dan inefisiensi usaha
tani.
5. Adopsi teknologi pertanian
Petani pada umumnya masih menggunakan cara-cara yang
sudah terbiasa dilakukan secara turun-temurun. Petani akan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
408
mengadopsi teknologi terbarukan apabila sudah meyakini
benar dan sudah terbukti bahwa teknologi baru tersebut benar-
benar mempunyai kelebihan dibandingkan dengan teknologi
yang sudah diyakininya selama bertahun-tahun. Temuan
teknologi terbarukan belum secara cepat dapat diinformasikan
ke tingkat lapang.
6. Akses terhadap permodalan
Akses petani terhadap sumber-sumber permodalan masih
sangat terbatas. Keterbatasan modal ini karena petani Indonesia
adalah petani kecil (gurem) yang kurang mampu memenuhi
persyaratan dan prosedur pengajuan kredit kepada bank
maupun lembaga keuangan formal lainnya. Akibatnya sebagian
besar petani lebih akrab dengan sumber-sumber pembiayaan
informal (pedagang input/output, tengkulak, dan kelompok)
karena sumber-sumber ini “sangat mengerti” kondisi dan
kebutuhan petani.
Sumber utama pembiayaan usaha tani sebagian besar berasal
dari modal sendiri. Sementara itu pemerintah telah menyediakan
beberapa skema pembiayaan/SKIM kredit bagi petani/peternak
dengan bunga yang relatif rendah dibanding skim kredit
komersial. Skema pembiayaan usaha tani antara lain Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Rakyat
(KUR), Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS). Namun demikian,
penyerapan skema kredit tersebut belum maksimal karena bank-
bank penyalur mensyaratkan agunan ataupun penjaminan
kepada petani/peternak, sehingga petani/peternak belum dapat
secara maksimal memanfaatkan kredit dimaksud.
7. Stabilitas harga pertanian
Fenomena adanya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok
menjelang atau selama hari raya keagamaan, khususnya Idul
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
409
Fitri dan Natal. Menjelang lebaran, sejumlah kebutuhan pokok
mengalami kenaikan harga. Namun pasca lebaran, bahkan
sampai menjelang natal, seharusnya diikuti penurunan harga ke
harga normal. Namun seringkali hal ini tidak terjadi karena tidak
ada pihak-pihak yang bisa mendistorsi pasar, bisa meng-create
permintaan semu sehingga seolah-olah permintaannya tinggi,
padahal ini hasil dari penggelembungan pasar untuk menaikkan
harga, dan ujung-ujungnya menaikkan profit. Dengan demikian,
pasar yang sempurna hanyalah ilusi. Dalam kenyataan tidak
pernah ada.
8. Dampak Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan
perubahan iklim adalah sektor pertanian. perubahan iklim akan
berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya
musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar.
Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran.
Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas
curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah
longsor serta angin.
Perubahan iklim akan mempengaruhi hasil panen yang
kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin
keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang.
Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat
mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi
pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang
sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di
kutub yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih
dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen
berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan
menjadi sangat tidak pasti. Perubahan iklim yang ekstrim
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
410
mengakibatkan fluktuasi dan penurunan produktivitas pertanian,
bahkan dapat menyebabkan gagal panen yang dapat terjadi
berulang-ulang.
9. Kelembagaan pertanian belum berfungsi secara maksimal.
Kelembagaan petani di tingkat desa sebagian besar merupakan
kelembagaan informal dimana sistem organisasi, manajemen,
maupun administrasi kelembagaannya belum dapat berfungsi
secara maksimal. Lembaga petani yang dapat menjadi alat
untuk meningkatkan skala usaha untuk memperkuat posisi tawar
petani sudah banyak yang tidak berfungsi.
10. Sinergitas Antar Sektor
Rendahnya sinergitas pembangunan sektor pertanian.
B. Upaya Pemecaahan Masalah
Dari permasalahan yang timbul selama tahun 2016 telah diusahakan
dan dilaksanakan upaya pemecahan masalahnya sebagai berikut :
1. Keterbatasan Ketersediaan Lahan
Untuk mengatasi pemilikan lahan yang sempit (rata-rata <0,5
Ha), Pemerintah Provinsi memfasilitasi pengembangan
usahatani lahan. sempit dengan prioritas komoditas bernilai
ekonomi tinggi dan efisien, diantaranya melalui pemanfaatan
lahan produktif untuk pengembangan perbenihan dan perbibitan,
mengingat harga jual produk benih selalu lebih tinggi dibanding
produk konsumsi. Di samping itu dilakukan integrasi terhadap
pengelolaan usahatani dalam satu wilayah tertentu (integrated
farming) di mana potensi sumberdaya lokal digarap secara
terpadu sejak aspek on-farm hingga off-farm sehingga
memberikan manfaat paling besar bagi petani di lokasi tersebut.
Pembatasan alih fungsi lahan pertanian dengan regulasi yang
ada (RTRW), Pembinaan tentang pelestarian lahan pertanian,
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
411
Fasilitasi cetak sawah baru
2. Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian
Peningkatan SDM pertanian melalui pendidikan dan pelatihan
baik bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani
(gapoktan) maupun petugas di tingkat lapangan. Metode
pendidikan dan pelatihan yang ideal adalah perpaduan antara
kegiatan pembelajaran di dalam ruangan, diluar ruangan, hingga
studi banding ke luar daerah. Selain itu, Pemerintah DIY
mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani
dan menumbuhkan penyuluh-penyuluh swadaya di perdesaan.
Sikap generasi muda yang skeptis untuk bekerja di sektor
pertanian merupakan konsekuensi dari persepsi yang tidak utuh
tentang pertanian. Kegiatan pembangunan pertanian selama ini
bukan hanya diarahkan pada pelestarian sentra produksi dan
penumbuhan sentra. produksi baru untuk komoditas tanaman
pangan, hortikultura, dan peternakan, tetapi juga pada
pengembangan subsektor penopangnya (pengembangan input
usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dan
pengembangan sumber daya manusia pertanian). Dengan itu
terjadi multiplier effects berupa peningkatan nilai tambah produk
pertanian serta terbukanya kesempatan kerja bagi angkatan
kerja berusia muda. Masalah rendahnya minat generasi muda
sebetulnya dapat ditanggulangi melalui perluasan pilihan minat,
yaitu:
a Pilihan komoditas, khususnya komoditas eksotis dengan
bidikan pasar khusus seperti tanaman hias dan produk
hortikultura lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi;
b pilihan sub-sistem usaha, on farm (budidaya), off-farm (non-
budidaya berupa pascapanen, pengolahan, dan pemasaran),
atau subsistem pendukung, termasuk jasa, perbankan, dan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
412
asuransi pertanian.
3. Keterbatasan Infrastruktur Pendukung
Untuk mencegah kerusakan fungsi jaringan irigasi akibat alih
fungsi lahan, maka dalam setiap proses alih fungsi lahan,
aparatur Pemerintah selalu dilibatkan pada tahap-tahap
negosiasinya. Dalam kesempatan itu aparat secara aktif
memberi masukan bagi penyelamatan jaringan irigasi yang tidak
akan lagi digunakan pada kawasan tersebut, namun aliran
airnya masih dibutuhkan untuk lahan-lahan di sekitarnya.
Bagi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan maupuan
jaringan yang masih sangat sederhana sehingga jangkauan
aliran airnya terbatas, emerintah memberikan fasilitasi berupa
bantuan social untuk perbaikan maupun pembangunan jaringan
irigasi tingkat usahatani (JITUT) serta jaringan irigasi desa
(JIDES). Pada jaringan yang terdampak aliran lahar dingin
Merapi, dilakukan upaya pembersihan melalui kegiatan padat
karya di Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Pakem dan Turi
Pemerintah, baik melalui dana alokasi khusus, dana tugas
pembantuan, maupun APBD Provinsi telah mengalokasikan
kegiatan pembangunan atau perbaikan jalan-jalan pertanian
yang bermanfaat bagi kelancaran pengangkutan sarana
produksi dan hasil produksi ke lokasi tujuan secara efisien, tepat
jumlah maupun tepat waktu.
Fasilitasi pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
pertanian.
4. Adopsi teknologi pertanian
Untuk menumbuhkan respon petani terhadap penggunaan
teknologi baru diperlukan metode yang mampu memberikan
keyakinan pada petani bahwa teknologi baru tersebut sudah
teruji dan benar-benar lebih baik dan memberikan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
413
manfaat/keuntungan bagi usaha taninya.
Pendekatan yang ditempuh berupa sosialisasi dan pelatihan
dengan metode khusus, antara lain Sekolah Lapangan (SL) dan
Laboratorium Lapangan (LL) di mana petani dilibatkan langsung
mulai dari perencanaan hingga evaluasi manfaat teknologi baru
tersebut. Di samping itu sosialisasi juga dilakukan melalui media
cetak maupun media elektronik dengan kemasan budaya lokal
sehingga lebih mudah diterima dan dipahami oleh petani.
5. Akses terhadap permodalan
Akses terhadap permodalan. Berbagai skema pembiayaan/skim
kredit, baik dari Pemerintah maupun BUMN tidak dapat
diimplementasi secara parsial, akan tetapi harus disertai dengan
pendampingan dan penguatan kelembagaan petani. Pembinaan
petani dilaksanakan dengan basis kelompok (kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani).
6. Stabilitas harga pertanian
Langkah-langkah yang telah diambil untuk melindungi petani
produsen dari akibat buruk mekanisme pasar bebas sekaligus
meningkatan nilai tambah dan daya saing produk unggulan
daerah, antara lain: 1 ) Penyusunan SOP (Standard Operasional
Procedure) dan penerapan GAP (Good Agricultural Practices)
pada beberapa produk hortikultura unggulan daerah (salak,
pisang, mangga, jamur, melon, cabe merah, bawang merah,
buah Naga, srikaya); 2) Registrasi kebun sebagai syarat ekspor
3) Penyusunan SOP dan penerapan GMP (Good Manufacturing
Practices) serta GHP (Good Handling Practices) pada tahap
pascapanen, pengolahan hasil panen hingga pemasaran produk
hasil pertanian; 4) Pemberdayaan kelembagaan kelompok tani
melalui fasilitasi Dana Penguatan Modal Pemasaran Hasil
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
414
Pertanian (DPM-PHP); 5) Fasilitasi penanganan pascapanen
dan pengolahan hasil untuk meningkatkan akseptabilitas
konsumen nilai tambah produk; 6) Meningkatkan promosi produk
unggulan dan membangun jejaring promosi ke provinsi lain
utamanya yang tergabung dalam Mitra Praja Utama (Sumatera,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) serta melakukan promosi
melalui keikutsertaan dalam pameran-pameran tingkat nasional.
Peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengembangan
agroindustri yang berbasis sumber daya domestik dan
perdesaan, sehingga dapat meningkatkan daya saing komoditas
pertanian dan kesempatan kerja terhadap perekonomian
perdesaan makin luas.
7. Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah telah melakukan upaya pembinaan dan
pendampingan petani dalam hal antisipasi terhadap ancaman
eksplosi OPT/penyakit, banjir, dan kekeringan akibat perubahan
iklim ekstrem melalui pola sekolah lapangan, antara lain: SL-
Iklim, SL-Hemat Air, SL-Pengelolaan Tanaman Terpadu, dan
SL-PHT.
Sosialisasi informasi prakiraan iklim yang handal guna menekan
angka gagal panen akibat perubahan iklim yang ekstrim.
Dengan adanya informasi prakiraan iklim yang handal petani
dapat menyesuaikan sistem budidaya atau strategi penanaman
dengan prakiraan iklim tersebut.
8. Kelembagaan pertanian belum berfungsi secara maksimal.
Penguatan sistem kelembagaan pertanian dan perdesaan
melalui penumbuhan kesadaran petani terhadap hak-hak petani
melalui pembinaan yang berkelanjutan, penguatan organisasi
dan jaringan tani
9. Sinergitas Antar Sektor
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
415
Meningkatkan sinergitas antar sektor terkait untuk mempercepat
pembangunan pertanian di DIY.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
416
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan laporan yang telah disampaikan,
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Produksi tanaman pangan tahun 2016 sebesar 2.204.717 ton
lebih rendah dibanding tahun 2015 sebesar 2.226.005 ton
(99,04%). Penurunan ini disumbang oleh penurunan produksi
padi sawah sebesar 34.528 ton (-4,62%) lebih rendah dari angka
2015 produksi. Untuk padi ladang produksi lebih rendah 27.909
ton dari tahun 2015 (-14,07%.). Penurunan produksi padi sawah
terjadi karena upaya intensitas hujan tinggi sehingga
menganggu penyerbukan dan pengisian bulir (banyak bulir
hampa), musim yang tidak menentu, dan pergeseran pola tanam
padi ladang menjadi palawija dan jagung.
2. Angka produksi jagung dan ubi kayu 2016 lebih tinggi dari 2015.
Peningkatan produksi jagung terkait dengan adanya program
UPSUS.
3. Wilayah DIY merupakan sentra tanaman sayuran terutama
untuk komoditas bawang merah dan cabai besar. Kedua
komoditas tersebut memiliki luasan panen terluas dari total 18
komoditas sayuran di DIY atau memiliki besaran areal sebesar
47%.
4. Produksi cabe besar pada tahun 2016 mengalami kenaikan
sebesar 1,92 % dibandingkan tahun 2015. Cabe rawit juga
mengalami peningkatan. Hal tersebut sebagai akibat dari petani
semakin sadar dalam menerapkan budidaya cabe secara baik
dan benar karena selalu diberikan sosialisasi tentang GAP/SOP
dan adanya peningkatan luas panen.
5. Produksi bawang merah tahun 2016 mengalami peningkatan
sebesar 0,5 % dari tahun 2015, karena peningkatan luas panen.
6. Produksi salak produksi tahun 2016 mengalami peningkatan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
417
sebesar 1,27 %, karena kenaikan luas panen dan siklus
produksi tahunan. Produksi jahe mengalami kenaikan seiring
dengan meningkatnya luas panen, hal ini disebabkan harga jahe
relatif konstan dibanding komoditas biofarmaka yang lain,
sehingga petani beralih ke komoditas jahe. Sedangkan untuk
komoditas krisan masih stabil dan mengalami peningkatan
meskipun sedikit (0,25 %), hal ini karena adanya dukungan dari
pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Kulon Progo sebagai daerah tujuan
wisata.
7. Populasi sapi potong di D.I.Yogyakarta tahun 2016 menunjukkan
peningkatan sebanyak 3.764 ekor(1,25%) dibandingkan tahun
2015. Kenaikan populasi sapi potong disebabkan adanya
kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi dalam rangka
mendukung upaya peningkatan populasi ternak dalam
penyediaan protein asal hewan untuk pemenuhan konsumsi
masyarakat Indonesia. Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun
2016 dilaksanakan secara serentak dan terjadwal yang diawali
dengan pemeriksaan kebuntingan ternak dan difokuskan pada
wilayah-wilayah potensial yang telah ditetapkan. Poin utama
yang mendukung keberhasilan kegiatan adalah pencatatan atau
recording yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan secara
tertib sebagai data base pelaporan kegiatan. Kegiatan ini juga
didukung dengan keterlibatan aktif tim teknis lapang terdiri dari
petugas teknis reproduksi dilapangan yang terdiri dari medik
veteriner, ATR, petugas IB dan petugas PKB yang berkompeten
dengan sentra koordinasi kegiatan di Puskeswan sebagai pusat
data dan informasi kegiatan tingkat lapangan. Selain itu di akhir
tahun 2016 mulai dicanangkan gerakan Upaya Khusus Sapi
Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB).
8. Sapi perah, kambing dan itik menjadi komoditas unggulan DIY.
Sentra produksi utama sapi perah di Kabupaten Sleman (92 %
dari total populasi sapi perah DIY), sentra populasi kambing
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
418
berada di kabupaten Kulonprogo (terutama jenis kambing PE)
dan kabupaten Gunungkidul sedangkan sentra populasi itik DIY
ada di kabupaten Bantul dan Sleman.
9. Populasi sapi perah pada tahun 2016 menunjukkan peningkatan
0,85% dibandingkan dengan 2015. Penyebab naiknya populasi
ini adalah adanya kegiatan Village Breeding Stock/ VBC
sehingga menjaga agar induk cepat bunting dan bakal calon
pedet tidak keluar daerah. Selain itu juga ada kegiatan uji zuriat
yang menjadi salah satu upaya percepatan produksi bibit
dengan menghasilkan pejantan unggul sebagai penghasil bibit
sapi perah yang cocok dengan kondisi dan agroklimat di
Indonesia.
10. Populasi kambing pada tahun 2016 mengalami kenaikan 1,60%
dibanding 2015 disebabkan oleh upaya-upaya penanganan
kesehatan kambing, bantuan di sentra pembibitan kambing,
peningkatan kualitas pakan baik hijauan dan peningkatan
manajemen pemeliharaan dengan sistem kandang “panggung”
mampu meningkatkan populasi kambing pada tahun 2016.
11. Populasi itik pada tahun 2015 mengalami kenaikan 0,11%
dibanding 2015. Peningkatan ini didukung oleh kegiatan
pengembangan ternak itik di sentra pengembangan itik turi di
kabupaten bantul. Tahun 2015 itik Bantul di tetapkan sebagai
plasma nutfah itik turi di DIY. Ternak itik merupakan salah satu
ternak sebagai penghasil telur dan daging sehingga ternak itik
dapat berkontribusi sebagai penyumbang kebutuhan bahan
pangan yang bergizi bagi masyarakat.
12. Kebijakan dan program Dinas serta pelaksanaan kegiatan dari
Anggaran Rutin, APBN( Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan)
dan lainnya telah mendukung tercapainya tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan melalui peningkatkan kemampuan SDM
pertanian (petugas dan petani) dan produksi serta produktivitas
pertanian yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan,
nilai tambah, nilai tukar petani, dan kesejahteraan petani.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
419
13. Kecenderungan semakin sempitnya kepemilikan lahan pertanian
pada petani telah diupayakan berbagai program terobosan yang
tepat dalam pembangunan pertanian antara lain Fasilitasi lahan
pertanian pangan berkelanjutan yang didukung dengan
Sosialisasi UU lahan pertanian pangan berkelanjutan yang
ditindaklanjuti dengan Perda no 10 tahun 2012 tentang Perda
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
14. Terobosan lain adalah Integrated Farming (IF) yaitu upaya
pengelolaanusahatani secara terpadu untuk mengusahakan
produksi yang efisien , menguntungkan dan ramah lingkungan
yang memadukan pertanian tradisional dan pertanian modern
dimana potensi sumberdaya lokal digarap dengan secara
terpadu dari on-farm sampai off-farm sehingga memberikankan
manfaat yang besar bagi petani di lokasi tersebut.
15. SDM yang dimiliki secara kualitas dan kuantitas belum memadai
sehingga perlu dilaksanakan pelatihan/ kursus dan
pengangkatan petugas teknis, medis dan paramedis.
16. Masih terbatasnya sarana dan prasarana di kantor, UPTD,
laboratorium, poskeswan khususnya bangunan, alsintan dan
kendaraan transportasi sehingga perlu pengadaan baru.
B. Saran
Berdasarkan uraian dan laporan yang telah disampaikan,
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait (Pusat dan
Daerah) dan kerja sama dengan mitra kerja;
2. Penataan dan pembinaan internal SDM Dinas dalam rangka
peningkatan kinerja dan pemenuhan rasio pelayanan;
3. Peningkatan kemampuan dan kinerja SDM Dinas melalui
pendidikan, pelatihan, magang dan lainnya;
4. Penerapan transformasi birokrasi, mekanisme reward and
punishment dan penumbuhan corporate culture pada SDM
Dinas;
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
420
5. Peningkatan SDM pertanian melalui pendidikan dan pelatihan
baik bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani
(gapoktan) maupun petugas di tingkat lapangan. Metode
pendidikan dan pelatihan yang ideal adalah perpaduan antara
kegiatan pembelajaran di dalam ruangan, di luar ruangan,
hingga studi banding ke luar daerah. Selain itu, Pemerintah DIY
mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani
dan menumbuhkan penyuluh-penyuluh swadaya di perdesaan.
6. Perluasan pilihan minat bagi generasi muda pertanian , antara
lain:
a Pilihan komoditas, khususnya komoditas eksotis dengan
bidikan pasar khusus seperti tanaman hias dan produk
hortikultura lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi;
b pilihan sub-sistem usaha, on farm (budidaya), off-farm (non-
budidaya berupa pascapanen, pengolahan, dan pemasaran),
atau subsistem pendukung, termasuk jasa, perbankan, dan
asuransi pertanian.
7. Akses terhadap permodalan. Berbagai skema pembiayaan/skim
kredit, baik dari Pemerintah maupun BUMN tidak dapat
diimplementasi secara parsial, akan tetapi harus disertai dengan
pendampingan dan penguatan kelembagaan petani. Pembinaan
petani dilaksanakan dengan basis kelompok (kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani).
8. Pengamanan data elektronik melalui pengembangan sistem
informasi berbasis IT;
9. Peningkatan layanan data dan informasi pertanian;
10. Pemberdayaan petani dalam agribisnis produk unggul pertanian
melalui penguatan kelembagaan;
11. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan petani melalui
pelatihan, kursus, magang;
12. Pelaksanaan pembinaan dan pendampingan petani dalam
menjalankan usaha taninya oleh petugas;
13. Mengembangkan kemitraan antara poktan/gapoktan dalam
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
421
membangun rantai pasokan (suply chain management);
14. Penyediaan dan perbaikan saluran irigasi tersier berupa jaringan
irigasi tingkat desa dan jaringan irigasi tingkat usaha tani;
15. Fasilitasi penyediaan benih unggul bersertifikat;
16. Fasilitasi penerapan pupuk berimbang (pupuk an organik
maupun organik).
17. Fasilitasi penyediaan alat-alat/mesin pertanian;
18. Pengendalian hama penyakit tanaman/ternak;
19. Promosi pemasaran produk pertanian di pasar domestik maupun
internasional;
20. Perlindungan petani melalui regulasi subsidi harga produk;
21. Perlindungan lahan produktif melalui fungsi regulasi dan
penyediaan insentif bagi pemilik lahan