laporan tahunan ta 2017 -...

113

Upload: lytruc

Post on 06-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TAHUNAN TA 2017

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian 2018

LAPORAN TAHUNAN TA 2017

Tim Penyusun

Penanggung Jawab : Abdul Basit

Ketua : Ketut Kariyasa

Sekretaris : Sri Hastuti Suhartini

Anggota : Erma Suryani Ikarianto Haryadi Eni Widjajati M. Suryadi Syahyuti Ening Ariningsih Ina Purwantini

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian 2018

i

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) sebagai institusi pemerintahan/negara dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang diembannya. Tupoksi PSEKP sebagai bagian dari Kementerian Pertanian adalah

memberikan opsi, pertimbangan, dan informasi bagi pimpinan agar dapat membuat dan melaksanakan program fasilitasi, kebijakan, dan peraturan terbaik untuk sebesar-besarnya kesejahteraan petani.

Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, laporan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh PSEKP selama tahun anggaran 2017 yang meliputi : struktur organisasi PSEKP, sumber daya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, laporan ini juga memuat sinopsis hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan PSEKP pada tahun 2017.

Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari persiapan sampai penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan kinerja PSEKP ke depan.

Bogor, Februari 2018

Kepala Pusat,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS NIP. 196109291986031003

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................   i 

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR............................................................................ vi

I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1 1.1. Visi dan Misi ...................................................................... 2 1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi ....................... 3 1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian .................... 4

II. SUMBER DAYA MANUSIA .......................................................... 6

III. SARANA DAN PRASARANA ......................................................... 13

IV. PROGRAM.................................................................................. 20 4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan.............................................. 20 4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2018.... 20

V. SINOPSIS PENELITIAN PSEKP TAHUN 2017 .............................. 25

5.1. Dinamika Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan di Wilayah Agro Ekosistem Lahan Kering Berbasis Sayuran dan Palawija .......................................... 25 5.2. Analisis Daya Tahan Sektor Pertanian terhadap Gangguan Eksternal dan Kebijakan yang Diperlukan Mendukung Ketahanan Pangan Berkemandirian ............... 27 5.3. Pengembangan Model Kelembagaan Petani dan Penyuluhan Pertanian Mendukung Implementasi Program Pertanian Modern ................................................ 29 5.4. Optimasi Sumber Daya dalam Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Tanaman Pangan................................. 31 5.5. Kajian Kebijakan Subsidi Pupuk: Harga, Distribusi, dan Dampaknya terhadap Permintaan Pupuk........................... 32 5.6. Kebijakan Insentif Harga Produk Pertanian Strategis Mendukung Ketahanan Pangan Berkemandirian ............... 35 5.7. Analisis Tipologi dan Penguatan Kelembagaan Petani Kecil

dalam Rangka Transformasi Menuju Petani Komersial....... 37 5.8. Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia......................... 41 5.9. Revitalisasi Kegiatan Hilirisasi Sistem Komoditas Pertanian sebagai Strategi Peningkatan Ekspor ................. 44 5.10. Kajian Efisiensi Rantai Pasok dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Cabai, dan Bawang Merah ................................................................................ 47

iv

5.11. Kajian Kebijakan Mendorong Akses Petani terhadap Pasar Komoditas.......................................................................... 48

5.12. Kajian Efisiensi Rantai Pasok Komoditas Ayam Ras Pedaging dan Petelur dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing dan Kesejahteraan Peternak ............................ 51

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL DAN KERJA SAMA PENELITIAN ........ 52

6.1. Publikasi Hasil-Hasil Penelitian.......................................... 52 6.1.1. Jenis-Jenis Publikasi.............................................. 52 6.1.2. Pendistribusian Hasil Publikasi .............................. 58 6.1.3. Dewan Redaksi ....................................................... 58

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian .................. 60 6.2.1. Seminar.................................................................. 61 6.2.2. Pengelolaan Website ............................................... 62

6.3. Perpustakaan..................................................................... 67 6.3.1. Pengadaan Bahan Pustaka ..................................... 68 6.3.2. Pengolahan Bahan Pustaka .................................... 75 6.3.3. Pelayanan Perpustakaan ........................................ 76 6.3.4. Stock Opname Bahan Pustaka ................................ 77 6.3.5. Perpustakaan Digital .............................................. 77 6.3.6. Kegiatan Administrasi............................................. 78

6.4. Kerja Sama Penelitian ........................................................ 79 6.4.1. Kegiatan penelitian kerja sama antara PSEKP dan ACIAR: “Improving Milk Supply Competitiveness and Livelihoods in Smallholder Dairy Chains in Indonesia (IndoDairy)” ............................................ 81 6.4.2. Kegiatan penelitian kerja sama antara PSEKP dan FAO: “Analysis and Mapping of Impacts under Climate Change for Adaptation and Food Security through South-South Cooperation (AMICAF-SSC)- Component 2”......................................................... 82 6.4.3. Kegiatan penelitian kerja sama antara PSEKP (Badan Litbang Pertanian) dan CAPSA: “Farm Risk Management and Sustainability of Integrated Dryland Development for Poverty Alleviation”.......... 82

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN...................................................... 84

7.1. Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan .................... 84 7.2. Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi............................ 85 7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2017................. 86

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian .......... 88 7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian...... 96 7.3.3. Pelayanan Perpustakaan ........................................ 100 7.3.4. Evaluasi dan Pelayanan Publikasi........................... 101 7.3.5. Sarana Penelitian.................................................... 103

v

DAFTAR TABEL Tabel Uraian Halaman

1. Jumlah pegawai PSEKP menurut kelompok umur, 2016.... 6

2. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2016 ........................................................................ 7

3. Jumlah pegawai PSEKP menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, 2017.................................................... 8

4. Jumlah tenaga fungsional PSEKP, 2017............................. 9

5. Peneliti PSEKP menurut disiplin ilmu dan tingkat pendidikan, 2017............................................................... 10

6. Kegiatan peningkatan kompetensi sumber daya manusia PSEKP, 2017 ....................................................... 10

7. Daftar kondisi barang inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2016 ......................................... 14

8. Perkembangan pelaksanaan keuangan kegiatan utama dan kegiatan penunjang Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2017................................................. 17

9. Realisasi anggaran per jenis pengeluaran Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2017 .......................... 17

10. Realisasi anggaran per kegiatan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2017 ......................................... 18

11. Rekapitulasi PNBP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2017 ................................................................. 19

12. Judul-judul proposal penelitian DIPA, tahun 2018 ............ 23

13. Judul dan penulis naskah JAE, 2017 ................................ 52

14. Judul dan penulis naskah FAE , 2017 ............................... 53

15. Judul dan penulis naskah AKP, 2017 ................................ 54

16. Judul dan penyusun buku tematik, 2017 .......................... 55

17. Daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter, 2017.... 56

18. Daftar judul leaflet, 2017 ................................................... 57

19. Distribusi publikasi ilmiah, 2017 ....................................... 58

20. Susunan Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana JAE, FAE, AKP, dan Agro-Socioeconomic Newsletter, Tahun 2017 .................................................................................. 59

21. Judul makalah dan pembicara pada seminar rutin, 2017 .................................................................................. 61

vi

22. Jumlah pengunjung website PSEKP, 2017 ......................... 63

23. Kata/frasa yang digunakan dalam pencarian, 2017........... 63

24. Materi website PSEKP yang diunduh (download), 2017 ...... 64

25. Materi website PSEKP yang diunggah (upload), 2017 ......... 66

26. Pengadaan bahan pustaka, 2017 ....................................... 68

27. Perkembangan koleksi database bahan pustaka di Perpustakaan PSEKP, 2015-2017 (record).......................... 76

28. Pengunjung Perpustakaan PSEKP, 2017............................ 77

29. Kegiatan untuk peningkatan profesi kepustakaan, 2017.... 78

30. Ringkasan kegiatan kerja sama penelitian PSEKP, 2017 .... 80

DAFTAR GAMBAR Gambar Uraian Halaman

1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian........................................................... 5 2. Persentase jumlah pegawai PSEKP berdasarkan kelompok umur, 2017........................................................ 6 3. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2017......................................................................... 7 4. Persentase pegawai PSEKP menurut tingkat pendidikan, 2017 .................................................................................. 8 5. Mekanisme perencanaan kegiatan penelitian internal PSEKP................................................................................ 22 6. Bagan keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian... 87

Laporan Tahunan 2017 1

I. PENDAHULUAN

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) merupakan sebuah lembaga penelitian setingkat eselon II yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Berdirinya lembaga ini berawal dari adanya Proyek Survei Agro Ekonomi (SAE) yang dibentuk pada tahun 1974. Seiring dengan dinamika permasalahan pembangunan pertanian, beberapa kali lembaga ini mengalami perubahan nama. Pada tahun 1976, SAE berubah menjadi Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE), kemudian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE) pada tahun 1990, dan selanjutnya menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek Pertanian). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, nama lembaga ini ditetapkan menjadi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian ditetapkan menjadi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Dengan nama yang sama sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT/010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, PSEKP adalah unsur pendukung Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Namun demikian melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 232/Kpts/OT.010/4/2016 Pembinaan teknis penelitian, pembinaan teknis pejabat fungsional peneliti PSEKP tetap berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang meliputi: penilaian angka kredit, pendidikan, pelatihan serta peningkatan kapasitas dan kompetensi. Pada tahun 2017 semua anggaran yang digunakan oleh PSEKP untuk membiayai belanja baik pegawai, modal, operasional maupun non operasional dialokasikan dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

Dalam kurun waktu lebih dari tiga dasawarsa dari sejak berdirinya (1976-2017), PSEKP telah dipimpin oleh tujuh Kepala Pusat, yaitu Prof. Dr. Syarifudin Baharsyah (1976-1983), Dr. Faisal Kasryno (1983-1989), Prof. Dr. Effendi Pasandaran (1989-1995), Prof. Dr. Achmad Suryana (1995-1998), Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (1998-2002), Prof. Dr. Pantjar Simatupang (2002-2005), Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (2005-2010), dan Dr. Handewi P. Saliem (2010-2016), serta Dr. Abdul Basit (2016-sekarang).

Laporan Tahunan 2017 2

Sebagai institusi lingkup Kementerian Pertanian yang diberi mandat melaksanakan penelitian sosial ekonomi secara nasional, PSEKP diharapkan menjadi lembaga yang mampu mengintegrasikan berbagai kegiatan, yaitu penelitian dan pengembangan sosial ekonomi pertanian (sebagai lembaga ilmiah), analisis kebijakan pembangunan pertanian (sebagai lembaga pemerintahan), penyuluhan (sebagai elemen penunjang sistem agribisnis), dan advokasi pembangunan pertanian (sebagai lembaga kemasyarakatan) guna mewujudkan tujuan pembangunan dengan pelayanan berkelanjutan. Progam analisis sosial ekonomi dan kebijakan PSEKP dirancang untuk meningkatkan peran dan kemampuan institusi PSEKP dalam merumuskan alternatif dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian ke depan. Hal ini secara rinci telah dituangkan dalam Renstra yang memayungi program tersebut serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk merealisasikannya. Program tersebut disusun berlandaskan visi dan misi yang futuristik sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan paradigma pembangunan pertanian masa datang.

Inovasi kebijakan yang dihasilkan PSEKP harus berkualitas, cepat, dan akurat serta difokuskan pada masalah-masalah aktual pembangunan sektor pertanian yang berkaitan dengan: (1) Perdagangan multilateral perjanjian regional dan bilateral; (2) Informasi dan data yang berkaitan dengan dinamika sosial ekonomi pedesaan secara berkala; (3) Informasi dan data mengenai penyebab penurunan produktivitas produk pertanian (supply constraint); (4) Peningkatan daya saing, nilai tambah, dan pengembangan produk pertanian (agroindustri); (5) Ketahanan pangan dan kemiskinan terkait SDG’s; dan (6) Penurunan kualitas infrastruktur dan sumberdaya pertanian.

1.1. Visi dan Misi

Visi

“Menjadi pusat pengkajian yang handal dan terpercaya dalam menghasilkan invensi dan inovasi di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian untuk kesejahteraan petani dalam rangka mewujudkan pemerintah yang baik dan bersih “.

Misi

Visi tersebut dirumuskan berdasarkan kesadaran bahwa PSEKP adalah lembaga pemerintah, sehingga harus berorientasi pada pelayanan masyarakat melalui partisipasi secara aktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Untuk mewujudkan visi di atas, misi yang akan dijadikan sebagai arahan kegiatan PSEKP adalah:

Laporan Tahunan 2017 3

1. Melakukan penelitian dan pengkajian guna menghasilkan informasi, inovasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian;

2. Melakukan analisis kebijakan, pengkajian untuk mengolah informasi dan ilmu pengetahuan hasil analisis, serta mengembangkan hasil inovasi menjadi rumusan alternatif kebijakan pembangunan pertanian;

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung pembangunan sistem pertanian bioindusri yang mandiri, berdaulat dan berkelanjutan; dan

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampu mewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan.

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.010/8/2015 Pasal 1225 dan Pasal 1226, tugas pokok dan fungsi PSEKP sebagai bagian dari institusi Kementerian Pertanian adalah memberikan opsi, pertimbangan, dan informasi bagi pimpinan agar dapat membuat dan melaksanakan program fasilitasi, kebijakan, dan peraturan terbaik untuk sebesar-besarnya kesejahteraan petani.

Tugas Pokok :

Melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian (Pasal 1225 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015).

Fungsi:

1. Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

2. Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan di bidang pertanian.

3. Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian.

4. Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

5. Pelaksanaan kerjasama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

Laporan Tahunan 2017 4

6. Evaluasi dan pelaporan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

7. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Pasal 1226 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/ 8/2015).

1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian

1. Pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian;

2. Pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Kementerian Pertanian;

3. Praktisi agribisnis;

4. Politisi, ilmuwan, dan masyarakat peminat pembangunan pertanian; dan

5. Peneliti.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/ OT.010/8/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, PSEKP dipimpin oleh seorang Kepala Pusat setingkat Eselon IIA, dibantu oleh 3 unit struktural setingkat Eselon IIIA, yaitu Bagian Umum, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil, dan Bidang Program dan Evaluasi serta dilengkapi dengan Kelompok Jabatan Fungsional. Sementara masing-masing eselon III dibantu oleh 2 unit eselon struktural dibawahnya, dengan Struktur Organisasi seperti disajikan pada Gambar 1. Pada tahun 2017 terjadi perubahan struktur organisasi PSEKP. Adapun pergantian struktur yang dimaksud yaitu pergantian Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Pertanian dari Dr. Sri Hery Susilowati kepada Dr. Erma Suryani dalam SK no 84/kpts/KP.230/2/2017. Bersamaan dengan pergantian tersebut, diikuti dengan pergantian dan pengangkatan pejabat eselon IV yaitu Pengangkatan Kepala Subbidang Pendayagunaan Hasil dari Dr. Ening Ariningsih kepada Dr. Syahyuti; SK 318/kpts/KP.230/5/2017. Pergantian Kepala Subbidang Kerjasama Penelitian dari Dr. Hermanto kepada Dr. Ening Ariningsih SK 318/kpts/KP.230/5/2017; dan Pengangkatan Kepala Subbagian Keuangan dan Perlengkapan dari Drs. Irawan Adi Sucipto kepada Ina Purwantini, SE dalam SK 562/kpts/KP.230/9/2017 tanggal 6 September 2017.

Laporan Tahunan 2017 5

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Dr. Ir. Abdul Basit, MS)

Kabid. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil (Dr. Erma Suryani)

Kabag. Umum (Ikarianto Haryadi, SE,

MM)

Kasubbid. Pendayagunaan Hasil

(Dr. Syahyuti)

Kasubbid. Kerjasama Penelitian

(Dr. Ening Ariningsih)

Kasubbid. Program (Muhammad Suryadi, SP, MSi)

Kasubbid. Evaluasi dan Pelaporan

(Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si)

Kelompok Jabatan Fungsional

1. Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional (Ketua : Dr. Saktyanu KD) 2. Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis (Ketua : Dr. Sumaryanto) 3. Kelti Sosio-Budaya Pedesaan (Ketua : Dr. Kurnia Suci Indraningsih)

Kabid. Program dan Evaluasi (Dr. Ketut Kariyasa)

Kasubbag.Kepegawaian dan Rumahtangga

(Eni Widjajati, SS, MAP)

Kasubbag.Keuangan dan Perlengkapan

(Ina Purwantini, SE)

Laporan Tahunan 2017 6

II. SUMBER DAYA MANUSIA

Berdasarkan data kepegawaian pada akhir tahun 2017, tercatat bahwa sumberdaya manusia yang ada di PSEKP jumlahnya terus menurun dari 153 pegawai pada tahun 2016 dan menjadi 135 pegawai pada tahun 2017. Penurunan jumlah tersebut karena adanya karyawan yang telah memasuki masa pensiun, disamping karena adanya mutasi kerja dan meninggal dunia. Struktur pegawai PSEKP berdasarkan umur pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar 46,67 persen berada pada kelompok umur 46-55 tahun dan 36,30 persen pada kelompok umur >55 tahun. Sedangkan sisanya masing-masing 11,87 persen berada pada kelompok umur 36-45 tahun, dan 5,19 persen pada kelompok umur 25-35 tahun (Tabel 1). Tampak bahwa jumlah SDM yang berada pada kelompok umur > 45 tahun adalah yang paling tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kalau tidak diikuti adanya kenaikan jumlah fungsional baik fungsional peneliti maupun fungsional lainnya, maka akan terjadi pensiun PNS secara bergelombang dengan jumlah pegawai yang cukup besar.

Tabel 1. Jumlah pegawai PSEKP menurut kelompok umur, 2017

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Pegawai (Orang)

Persentase (%)

25-35 7 5,19

36-45 16 11,87

46-55 63 46,67

>55 49 36,30

Jumlah 135 100

Gambar 2. Persentase jumlah pegawai PSEKP berdasarkan kelompok umur, 2017

Laporan Tahunan 2017 7

Jumlah karyawan PSEKP berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa yang memiliki masa kerja < 10 tahun hanya sebanyak 15 orang (11,11 %). Sebagian besar karyawan (88,88%) sudah mempunyai cukup pengalaman melaksanakan tugas di PSEKP >10 tahun. Banyaknya pegawai dengan masa kerja di atas 15 tahun, berbanding lurus dengan jumlah Golongan III dan IV (Tabel 2). Dengan meningkatnya masa bakti dan pengalaman kerja, diharapkan selain dapat meningkatkan kinerja dalam tugas keseharian di masing-masing bidang, juga berdampak pada peningkatan produktivitas kegiatan institusi secara keseluruhan, sehingga ouput yang dihasilkan PSEKP dapat sesuai dengan target yang diharapkan.

Tabel 2. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2017

Masa Kerja (Tahun) Golongan

< 10 11-15 16-20 21-25 26-30 >30 Jumlah Persen

I 0 0 II 4 4 3 1 12 8,89 III 14 20 26 11 71 52,59 IV 1 3 11 15 12 10 52 38,52 Jumlah 15 27 41 29 13 10 135 100 Persen 11,11 20 30,38 21,48 9,63 7,40 100 100

Gambar 3. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2017

Dilihat dari sebaran tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PSEKP (25,19%) berpendidikan S3, diikuti SLTA (22,96%), S2 (20,74%), dan S1 (17,04%). Selain itu, masih terdapat 1,48

Laporan Tahunan 2017 8

persen yang berpendidikan SD, 2,96 persen berpendidikan SMP (Tabel 3). Konfigurasi pendidikan pegawai PSEKP berdasarkan tugas pokok dan fungsi, memperlihatkan kecenderungan bahwa sebagian besar peneliti telah mengikuti program pendidikan pasca sarjana S2 dan utamanya S3. Sementara dinamika penjenjangan dan peningkatan pendidikan sebagian karyawan lainnya belum berjalan secara optimal, khususnya untuk mendukung kinerja sebagai tenaga penunjang.

Tabel 3. Jumlah pegawai PSEKP menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, 2017

Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total Persen

SD 2 - 2 1,48

SLTP 4 - 4 2,96

SLTA 26 5 31 22,96

Diploma 7 3 10 7,41

Sarjana Muda 1 2 3 2,22

S1 11 12 23 17,04

S2 13 15 28 20,74

S3 22 12 34 25,19

Jumlah 86 49 135 100,00

Gambar 4. Persentase pegawai PSEKP menurut tingkat pendidikan, 2017

Jumlah pejabat fungsional di PSEKP adalah sebanyak 68 pegawai (Tabel 4), dimana sebanyak 58 pegawai (85,29%) merupakan fungsional

Laporan Tahunan 2017 9

peneliti dan 10 pegawai (14,71%) lainnya merupakan pejabat fungsional non peneliti. Jumlah fungsional peneliti terbagi dalam beberapa jenjang yaitu 18 pegawai peneliti utama (31,04%), 22 pegawai peneliti madya (37,93%), 6 pegawai peneliti muda (10,34%), dan 12 pegawai peneliti pertama (20,69%). Dengan demikian masih ada 67 pegawai di lingkungan PSEKP yang belum memiliki jabatan fungsional.

Tabel 4. Jumlah tenaga fungsional PSEKP, 2017

No Jenjang Fungsional Jumlah (orang)

A. Fungsional Peneliti

1. Peneliti Ahli Utama 18

2. Peneliti Ahli Madya 22

3. Peneliti Ahli Muda 6

4. Peneliti Ahli Pertama 12

B. Fungsional Non-Peneliti

1. Pustakawan Ahli Pertama 2

2. Pustakawan Ahli Madya 1

3. Arsiparis Ahli Pertama 1

4. Arsiparis Ahli Muda 1

5. Arsiparis Ahli Penyelia 1

6. Pranata Humas Ahli Pertama 1

7. Pranata Humas Ahli Pelaksana 1

8. Analis Kepegawaian Ahli Pelaksana Lanjutan 1

9. Analis Kepegawaian Ahli Pelaksana 1

Total 68

Berdasarkan latar belakang disiplin ilmu dan tingkat pendidikan yang dimiliki, menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti PSEKP mempunyai keahlian dalam bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dengan jenjang pendidikan S1 (1 pegawai), S2 (8 pegawai), dan S3 (21 pegawai). Sementara peneliti lainnya adalah mempunyai keahlian dalam berbagai bidang antara lain : bidang Sosiologi Pertanian, Sistem Usaha Pertanian, Kebijakan Pertanian dan lain sebagainya (Tabel 5). Selain kepakaran tersebut, sampai dengan tahun 2017, PSEKP tercatat telah memiliki 5 orang tenaga ahli dalam Bidang Riset dengan jenjang penghargaan kepangkatan tertinggi sebagai Profesor Riset. Dalam waktu yang akan datang jumlah Profesor Riset dan Peneliti Utama PSEKP diharapkan akan terus bertambah sejalan dengan tuntutan profesionalisme kegiatan di bidang penelitian.

Laporan Tahunan 2017 10

Tabel 5. Peneliti PSEKP menurut disiplin ilmu dan tingkat pendidikan, 2017

Pendidikan No Disiplin Ilmu

S3 S2 S1 Total

1. Ekonomi Pertanian 21 8 1 30 2. Sistem Usaha Pertanian 1 1 2 3. Ekonomi Sumberdaya 1 1 4. Perencana Pembangunan Wilayah Pedesaan 1 1 2 5. Sosiologi Pertanian 1 3 4 6. Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga 2 2

7. Manajemen 1 1 2 8. Komunikasi Pembangunan Pertanian dan

Pedesaan 1 2 1 4

9. Manajemen Perusahaan 1 1 10. Penyuluh Pembangunan Pertanian 3 3 11. Ekonomi Perusahaan 1 1 12. Environment Sciences 1 1 13. Ekonomi 1 1

Dalam upaya peningkatan capacity building pegawai, PSEKP telah melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan dan sosialisasi peraturan kepegawaian sebagai upaya mendukung reformasi birokrasi. Adapun kegiatan peningkatan kompetensi SDM PSEKP dapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Kegiatan peningkatan kompetensi sumber daya manusia PSEKP, 2017

No. Jenis Kegiatan

1. Revisi dan Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) merupakan tindak lanjut dari sosialisasi yang telah dilakukan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian beserta Badan Kepegawaian Negara (BKN). Masing-masing unit kerja Eselon II Biro dan Pusat Lingkup Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian untuk segera memfinalisasi SKJ tersebut sehingga dapat disahkan oleh Menteri Pertanian RI

2. Sebagai tindak lanjut dari hasil audit manajemen kepegawaian telah ditindak lanjuti dengan melaksanakan penyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan menerbitkan Keputusan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) tentang pengenaan hukuman disiplin terhadap pegawai yang melanggar disiplin sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Permentan Nomor 06 tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja.

Laporan Tahunan 2017 11

No. Jenis Kegiatan

3. Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Perka LIPI) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Peneliti melalui Penyesuaian/Inpassing yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dengan nara sumber dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Biro Organisasi dan Kepegawaian. Dalam acara tersebut diharapkan Balitbangtan segera menindaklanjuti peraturan tersebut.

4. Sosialisasi Regulasi Jabatan Fungsional Peneliti dalam implementasi Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN. Kegiatan tersebut bertujuan melakukan pemetaan dan penyusunan formasi jabatan peneliti bidang pertanian yang dilaksanakan di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta dengan nara sumber dari LIPI dan Sekretariat Balitbangtan, pada bulan Maret 2017.

5. Mengikutsertakan pegawai PSEKP dalam Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa yang diselenggarakan oleh Biro Umum dan Pengadaan Kementan, bertempat di Pusat Pelatihan Manajemen Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) pada April dan November 2017.

6. Dalam rangka mendukung program Mentan terkait Gerakan Tanam Cabai, PSEKP dan Darma Wanita PSEKP membagikan bibit cabai kepada 10 kelompok PKK/KRPL di wilayah Bogor, masing-masing mendapatkan 100 bibit cabai. Acara penyerahan cabai secara simbolis dilaksanakan pada bulan April 2017.

7. Sosialisasi Reformasi Birokrasi dan Workshop e-kinerja dilaksanakan pada tanggal 12 September 2017 di Aula Balittro yang diikuti oleh seluruh pegawai PSEKP dengan narasumber Kepala Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai, Kepala Bagian Tatalaksana Biro Organisasi dan Kepegawaian dan Pusdatin. Materi yang disampaikan antara lain agenda reformasi birokrasi Kementan, Sosialisasi PP 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS dan PermenPANRB Nomor 26 tahun 2016 tentang Penyesuaian (Inpassing) ke Jabatan Fungsional dalam rangka peningkatan kinerja pegawai serta sosialisasi penerapan aplikasi e-kinerja. Sebagai tindaklanjutnya masing-masing PNS menginput data target kegiatan tahunan dan bulanan ke dalam aplikasi e-kinerja.

8. Pembahasan dan penyelesaian peta lintas fungsi (CFM) dan SOP Makro dengan Sekretariat Balitbangtan dan Biro/Pusat Lingkup Sekretariat Jenderal serta eselon I terkait. Peta lintas fungsi ini merupakan tahap hubungan kerja antara PSEKP dengan unit kerja teknis (Eselon I) lingkup Kementerian Pertanian.

9. Sebagai tindaklanjut dari penilaian Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM) telah dilaksanakan koordinasi kegiatan dalam rangka membangun zona integritas oleh Tim Pokja Integritas dengan hasil dan keputusan masing-masing anggota menyiapkan eviden dan penyusunan rencana kerja Tim Zona Integritas.

Laporan Tahunan 2017 12

No. Jenis Kegiatan

10. Inhouse training tentang Pemahaman Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2015 yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 November 2017 dengan Nara Sumber dari PT. Mutu Agung Lestari. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan pelatihan dan sertifikasi audit internal. Peserta training yaitu Tim ISO dan PIC masing-masing bidang/bagian dan kelompok peneliti. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka persiapan transisi dari SMM versi lama ISO 9001:2008 yang akan habis masa berlakunya pada bulan September 2018.

11. Pembinaan dan Sosialisasi Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2017 bertempat di Auditorium Ismunadji dengan Narasumber Prof. Elna Karmawati dari Tim Penilai Peneliti Instansi (TP2I) Kementerian Pertanian. Materi yang dibahas yaitu Pokok-pokok Aturan Fungsional Peneliti dan Bidang Kepakarannya. Kegiatan tersebut bertujuan melakukan sosialisasi terhadap peraturan-peraturan yang harus menjadi pedoman bagi pejabat peneliti dalam meningkatkan karirnya menjadi peneliti yang produktif dan profesional di bidangnya. Beberapa poin materi dan hasil diskusi sebagai berikut :

1. Tugas dan fungsi TP2I;

2. Menjaga dan mempertahankan akreditasi;

3. Memahami unsur-unsur penilaian untuk menambah angka kredit;

4. Hasil Kerja Minimal pada masing-masing jenjang fungsional berdasarkan Surat Edaran LIPI Nomor 5782/K/HK/XII/2012;

5. Permasalahan dan kendala dalam hal penilaian serta meningkatkan produktifitas peneliti khususnya dalam hal penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

12. Workshop Penderasan Informasi Publik tanggal 7-8 Maret 2017. Acara ini diselenggarakan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan. Workshop ini diselenggarakan dalam rangka penyebarluasan informasi terkait pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkup Kementerian Pertanian. Materi yang disampaikan antara lain: Pentingnya Penderasan Informasi Publik di Instansi Pemerintah, Program/Kerja dan Potensi Isu Strategis di Bidang Kelembagaan, manajemen ASN dan Pelayanan Administrasi Kepegawaian, pelayanan publik, ketatalaksanaan, dan Reformasi Birokrasi Kementan tahun 2017.

13. Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian mengharapkan kegiatan yang terkait 8 area perubahan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian yaitu: 1) Organisasi; 2) Tatalaksana; 3) Peraturan Perundang-undangan; 4) Sumber Daya Manusia Aparatur; 5) Pengawasan; 6) Akuntabilitas; 7) Pelayanan Publik dan 8) Mental Aparatur, dapat selalu diberitakan oleh Reporter Buletin dari masing-masing Unit Kerja. Setiap berita dari masing-masing unit kerja dijadikan salah satu indikator bahwa unit kerja tersebut melaksanakan kegiatan Reformasi Birokrasi.

Laporan Tahunan 2017 13

III. SARANA DAN PRASARANA

Pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai kegiatan utama PSEKP didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, yaitu terdiri dari barang-barang tidak bergerak dan barang-barang yang bergerak. Barang-barang yang tidak bergerak terdiri dari: (1) Tanah bangunan negara golongan II; (2) Tanah bangunan kantor pemerintah; (3) Bangunan gedung kantor permanen; dan (4) Rumah negara golongan II type A Permanen. Sementara barang-barang bergerak secara umum meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2), furniture, elektronik, serta aset tetap lainnya.

Pengelolaan Inventaris Kekayaan Milik Negara (IKMN) walaupun merupakan tanggung jawab Bagian Umum, tetapi secara moral adalah tanggung jawab seluruh pegawai yang menggunakan. Namun demikian, hal tersebut belum sepenuhnya disadari oleh berbagai pihak yang ditunjukkan oleh kepedulian terhadap rasa memiliki masih rendah. Secara rinci pada Tabel 7 disajikan daftar kondisi barang yang dimiliki PSEKP sampai pada periode 31 Desember 2017.

Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)

Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki PSEKP meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki PSEKP seluas 5.403 m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2 terletak di Ciapus dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2 terletak di Jalan A. Yani No. 70 Bogor. Sementara itu, bangunan yang dimiliki PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yang saling terhubung di Jl. A. Yani 70 dan dua unit bangunan di Jl. Tentara Pelajar 3B dengan total luas 5.231 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2, secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikan pada Tabel 7.

Barang-Barang Bergerak

Pada periode 2017, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh PSEKP sebesar 2.366 unit, dimana sebanyak 2.391 unit barang diantaranya dalam kondisi baik dan 57 unit lainnya dalam kondisi rusak. Barang-barang bergerak tersebut meliputi sarana transportasi/kendaraan dinas, mesin dan peralatan kantor, sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya. Fasilitas penunjang kerja yang menonjol adalah komputer 171 unit, Note Book 56 unit, Scanner 12 unit, dan Printer 117 unit (5 buah kondisi rusak).

Laporan Tahunan 2017 14

a. Barang Inventaris Alat Angkutan

Pada tahun 2017, kendaraan roda empat yang dimiliki PSEKP terdiri atas 13 unit minibus (kapasitas penumpang < 14 orang) dimana sebanyak 12 unit dalam kondisi baik dan 1 unit dalam keadaan rusak. Selain itu, ada sebanyak 11 unit sepeda motor roda dua dimana sebanyak 10 unit dalam keadaan baik dan 1 unit dalam keadaan rusak.

b. Barang Inventaris Peralatan Kantor

Pada tahun anggaran 2017 keadaan barang inventaris peralatan kantor adalah sebanyak 2.341 unit, yang terdiri dari 2.286 unit dengan kondisi baik dan sebanyak 55 unit barang yang rusak. Sumber dana pengadaan barang inventaris tersebut berasal dari akumulasi pengadaan pada tahun-tahun sebelumnya dan pengadaan anggaran tahun 2017.

Tabel 7. Daftar kondisi barang inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2017

Kondisi No. Nama Barang Jumlah

B R RS

I. BARANG TIDAK BERGERAK

1 Tanah Bangunan Rumah Negara Gol.II 1 (1,558m2) 1 0 0 2 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1 (3,845 m2) 1 0 0 Jumlah 2 (5,403 m2) 2 0 0

3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 4 (5,231 m2) 4 0 0 4 Rumah Negara Gol. II, Type C dan D 4 (240 m2) 4 0 0 Jumlah 8 (5,471 m2) 8 0 0

II BARANG BERGERAK 5 Mini Bus (penumpang 14 orang kebawah) 13 12 1 0 6 Sepeda Motor 11 10 1 0 7 Auto Lift 1 1 0 0 8 Tripood 7 7 0 0 9 Tes Generator 3 3 0 0 10 Mesin Ketik Manual Portable (11-13 inch) 7 7 0 0 11 Mesin Ketik Manual (18- 27 inch) 7 7 0 0 12 Lemari Besi/Metal 87 87 0 0 13 Lemari Kayu 59 59 0 0 14 Rak Besi/Metal 12 12 0 0 15 Rak Kayu 49 49 0 0 16 Filing Kabinet Besi 140 140 0 0 17 Brandkas 6 6 0 0 18 Meja Kerja Kayu 237 232 5 0 19 Meja Komputer 4 4 0 0 20 Kursi Besi/Metal 850 835 15 0 21 Sice/Sofa 28 28 0 0 22 Meja Rapat 81 79 2 0

Laporan Tahunan 2017 15

Kondisi No. Nama Barang Jumlah

B R RS

23 Jam Elektronik 7 7 0 0 24 A.C. Split 74 71 3 0 25 Televisi 7 7 0 0 26 Video Cassette 1 1 0 0 27 Tape Recorder 4 4 0 0 28 Finger Print 6 5 1 0 29 Wireless Transmision System 2 2 0 0 30 Router 2 2 0 0 31 Papan Visual 1 1 0 0 32 Power Amplifier 1 1 0 0 33 Amplifier 2 2 0 0 34 Equalizer 1 1 0 0 35 Loudspeaker 10 10 0 0 36 Mic Confrence System 23 23 0 0 37 Audio Mixing 36 36 0 0 38 UPS 6 5 1 0 39 Tustel 2 2 0 0 40 Camera Digital 6 6 0 0 41 Camera Film 2 2 0 0 42 Wireless Speaker TOA 8 8 0 0 43 Handycam 3 3 0 0 44 Wireles speaker 5 5 0 0 45 Blitzer 1 1 0 0 46 Power Suplly 1 1 0 0 47 Lensa Kamera 4 4 0 0 48 Layar Film OHP 7 7 0 0 49 Facsimile 5 5 0 0 50 P.C. Unit (Desktop) 171 160 11 0 51 Note Book/Lap Top 56 56 0 0 52 Printer Laser Jet/Deskjet/Dot Matrix 117 112 5 0 53 Scanner 12 12 0 0 54 Server 3 2 1 0 55 Mesin Jilid 1 1 0 0 56 Mesin Press 1 1 0 0 57 LCD (Infocus) 7 6 1 0 58 PABX 1 1 0 0 59 Handy Talky (HT) 4 4 0 0 60 Pesawat Telpon Extension 40 40 0 0 61 External Hardisk 59 59 0 0 62 Mesin Potong Rumput 1 1 0 0 63 Megaphone 1 1 0 0 64 Alat Pemotong Kertas 1 1 0 0 65 Penangkal Petir 1 1 0 0 66 Vacuum Cleaner 1 1 0 0 67 Voice Recorder 11 11 0 0

Laporan Tahunan 2017 16

Kondisi No. Nama Barang Jumlah

B R RS

68 CCTV 26 26 0 0 69 Software 11 11 0 0 70 Lemari Es/Kulkas 2 2 0 0 71 Dispenser 1 1 0 0 72 Diagnostik Set 1 1 0 0 73 Monitor Cctv LED 23 1 1 0 0 74 Roll Opek 3 3 0 0 75 A.C. Central 2 2 0 0 76 Touch Screen (Komputer Lainnya) 2 2 0 0 Total : 2,366 2,319 47 0

Keterangan : B = Baik; R = Rusak; RS = Rusak Sekali

Anggaran DIPA dan PNBP

Anggaran PSEKP tahun 2017 disusun berdasarkan variabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluaran dibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Sedangkan variabel kegiatan dibedakan menurut jenis kegiatan, yakni: Kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, serta kegiatan Penunjang. Total pagu anggaran PSEKP dalam DIPA TA. 2017 adalah Rp 36.659.799.000 yang terdiri dari (1) Belanja Pegawai Rp 14.712.991.000; (2) Belanja Barang Rp 16.708.799.000 dan (3) Belanja Modal Rp 5.238.009.000. Perkembangan pelaksanaan keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2017 periode 31 Desember 2017 menunjukkan bahwa, realisasi capaian keuangan secara total mencapai Rp 34.217.986.804 (93,34%), terdiri dari pengeluaran untuk belanja pegawai Rp 12.742.478.136 (86,61%), sementara belanja barang yang sudah direalisasikan Rp 16.264.279.587 (97,34%) dan belanja modal yang sudah direalisasikan Rp 5.211.229.081 (99,49%). Dengan demikian sisa anggaran per 31 Desember 2017 adalah Rp 2.441.812.196 (6,66%).

Perkembangan pelaksanaan keuangan PSEKP TA. 2017 periode 31 Desember 2017 secara rinci berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 8 hingga Tabel 11. Tabel 11 memperlihatkan capaian PNBP PSEKP Tahun 2017. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada PSEKP tahun 2017 senilai Rp. 58.090.100 yang diperoleh dari penerimaan umum, sedangkan PNBP dari penerimaan fungsional tidak ada (Tabel 11). Hal ini disebabkan keluaran kegiatan penelitian PSEKP tidak bersifat teknis, namun berupa rekomendasi kebijakan yang bersifat intangible dan ditujukan bagi stakeholder.

Laporan Tahunan 2017 17

Laporan Tahunan 2017 18

Laporan Tahunan 2017 19

Laporan Tahunan 2017 20

IV. PROGRAM

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan

Tujuan umum kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis agar pelaksanaan penelitian layak untuk dilaksanakan.

Secara rinci pelaksanaan kegiatan program bertujuan untuk:

1. Membuat perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP 2. Merencanakan penelitian tahun anggaran 2018 3. Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan

datang berdasarkan evaluasi kegiatan TA 2017

Luaran yang diharapkan:

1. Rencana dan kalender kegiatan penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

2. Program perencanaan penelitian tahun anggaran 2018 3. Saran tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2018

Tujuan perencanaan kegiatan penelitian adalah agar seluruh kegiatan PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan. Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, berdasarkan Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Nomor. B.36/HK.160/A.11/01/2017 tanggal 3 Januari 2017, telah dibentuk Tim Teknis Perencanaan Kegiatan dan Program Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Ketua Kelti, peneliti senior PSEKP dan Staf Sub Bidang Program.

Susunan Tim Teknis Penyusunan Program Penelitian untuk tahun 2017:

Pengarah : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi PSEKP (merangkap anggota )

Ketua : Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Dr. Bambang Irawan (merangkap anggota) Sekretaris : Kepala Sub Bidang Program PSEKP

(merangkap anggota )

Laporan Tahunan 2017 21

Anggota : 1. Ketua Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis

2. Ketua Kelti Makro Ekonomi dan Perdagangan Internasional

3. Ketua Kelti Sosial Budaya dan Pedesaan 4. Prof. Dr. Achmad Suryana 5. Prof. Dr. Pantjar Simatupang 6. Prof. Dr. Dewa K Sadra S 7. Dr. Erwidodo 8. Dr. Hermanto, MS 9. Dr. Handewi Purwati Saliem 10. Dr. Saptana

Staf Pelaksana : 1. Rangga Ditya Yofa, SP (Staf Sub Bidang Program)

2. Annisa Rika Rachmita, SP (Staf Sub Bidang Program)

3. Chaerudin, SE (Staf Sub Bidang Program) 4. Drs. Agus Abdul Syukur (Staf Sub Bidang

Program) 5. Hasni Handoko (Staf Sub Bidang Program) 6. Eni Darwati (Staf Sub Bidang Program) 7. Nur Intan Syamsiah (Staf Sub Bidang

Program)

Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2018 dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program

Penyusunan kegiatan penelitian TA 2018 diawali dengan penjaringan isu-isu aktual sebagai bahan penyusunan Matriks dan TOR kegiatan sesuai Tupoksi PSEKP serta arahan dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Saat yang sama dilakukan juga penyusunan kegiatan dan alokasi anggaran kegiatan penunjang dengan mengacu pada pagu anggaran yang tersedia serta ketentuan-ketentuan administratif yang berlaku.

Khusus untuk kegiatan penelitian, telah dilakukan pembahasan dan penajaman oleh Tim Teknis yang ditindak lanjuti dengan penyusunan proposal operasional penelitian oleh Tim Peneliti. Selanjutnya dilakukan perbaikan proposal oleh Tim Peneliti dan proposal akan diseminarkan pada forum Seminar Proposal Operasional TA. 2018.

Terkait dengan perubahan organisasi PSEKP menjadi berada di bawah koordinasi Sekjen (sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian). PSEKP diharapkan lebih mampu

Laporan Tahunan 2017 22

berperan besar dalam menghasilkan rekomendasi kebijakan pertanian lebih luas, tidak hanya untuk kepentingan Sekretariat Jenderal Kementan, tetapi untuk kepentingan pertanian secara luas.

Kegiatan perencanaan mengatur seluruh tahapan kegiatan penelitian, mulai dari inisiasi masalah sampai penyelesaian proposal penelitian yang akan diseminarkan pada seminar proposal penelitian PSEKP TA. 2018 yang dihadiri oleh narasumber yang ahli dan menguasai sesuai topik penelitian. Tahapan kegiatan perencanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme Perencanaan Kegiatan Penelitian Internal PSEKP

Proposal yang telah diperbaiki kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis internal PSEKP. Pada tahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyempurnaan proposal-proposal tersebut terhadap aspek-aspek: (a) Perumusan masalah, review hasil penelitian sebelumnya dan

Laporan Tahunan 2017 23

justifikasi penelitian; (b) Perumusan tujuan dan keluaran; (c) Kerangka pemikiran (landasan teoritis); (d) Perencanaan sampling (propinsi, kabupaten, kecamatan, desa, responden); (e) Analisis data dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian; dan (f) Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain).

Seiring dengan tahap-tahap perencanaan kegiatan penelitian tersebut (TOR-RKAKL-Proposal), terjadi perubahan-perubahan dalam hal judul penelitian, kegiatan penelitian, penanggung jawab penelitian, lokasi penelitian maupun biaya/anggaran penelitian. Beberapa penyebab perubahan tersebut antara lain: (1) Adanya perubahan kebijakan tingkat Kementerian Pertanian; (2) Penghematan anggaran akibat kebijakan nasional; dan (3) Perubahan terkait administrasi kegiatan sehingga berdampak pada pelaksanaan rencana.

Judul–Judul Proposal Penelitian DIPA Tahun 2018

Berdasarkan hasil pembahasan tim teknis PSEKP, peneliti senior PSEKP, Ketua Kelti dan mempertimbangkan dukungan PSEKP terhadap program Kementerian Pertanian dan Sekretariat Jenderal, serta ketersedian sumberdaya peneliti yang ada, maka pada Tahun 2018 PSEKP akan melakukan 12 kajian dan 10 analisis kebijakan. Judul-judul proposal tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Judul-judul proposal penelitian DIPA, 2018

No. Judul Proposal

1. Kaji Ulang Kebijakan Perbenihan dan Subsidi Benih Padi dan Jagung

2. Desain dan Alternatif Kebijakan Mewujudkan Swasembada Kedelai

3. Desain Implementasi dan Respon Stakeholder TTI dalam Pengendalian Harga Pangan Pokok Dan Penting

4. Peningkatan Manfaat Infrastruktur Air Untuk Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pendapatan Petani

5. Strategi Pemanfaatan Sumber Kapital Desa dalam Peningkatan Produksi Pertanian Dan Pendapatan Petani

6. Strategi Antisipatif Pengelolaan Surplus Produksi Padi dan Jagung

7. Kebijakan Penyediaan Lahan Pertanian Melalui TORA Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

8. Pengembangan Model Proyeksi Permintaan dan Penawaran Komoditas Pangan Menuju 2045

9. Kajian Dampak dan Kebijakan Sektor Pertanian dalam Kinerja MEA

10. Kajian Potensi Dampak Perubahan Lingkungan Strategis Global Terhadap Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian

11. Review Kinerja Program Pembangunan Pertanian 2015-2019

12. Panel Petani Nasional (Patanas) : Dinamika Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan di Wilayah Agroekosistem Lahan Kering Berbasis Komoditas Perkebunan.

Laporan Tahunan 2017 24

Permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaaan kegiatan di Sub Bidang Program pada Tahun 2017

Selama kurun waktu 2017, permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan di Subbidang Program adalah:

a. Sering terjadi perubahan kebijakan di tingkat atas, baik terkait waktu, alokasi anggaran, maupun substansi kajian. Kondisi tersebut menyebabkan persiapan dan pelaksanaan kegiatan terkesan kurang terencana dengan baik dan mengganggu keseluruhan proses perencanaan. Banyak kasus dijumpai bahwa sebuah kegiatan harus didesain dalam waktu yang sangat singkat, sementara kegiatan tersebut memerlukan koordinasi dan informasi dengan bagian atau sub bagian yang lain.

b. Sistem anggaran untuk membiayai kegiatan belum sepenuhnya kompatibel dengan kebutuhan riel yang diperlukan, sehingga menyulitkan pembiayaan kegiatan dan berakibat sebagian dana tidak terserap dengan baik.

c. Terlalu seringnya terjadi perubahan software dan aplikasi dalam sistem penganggaran seringkali menyebabkan kekurang cermatan dalam perencanaan program.

Upaya Mengatasi Permasalahan

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan di sub bidang program tersebut adalah:

a. Dokumentasi arsip-arsip perencanaan program dan menyusun kalender kegiatan, dan perbaikan koordinasi kegiatan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan perubahan perencanaan yang bersifat segera/mendadak baik dengan Sekretariat Jenderal Kementan dan Kementerian Keuangan.

b. Peningkatan kemampuan staf baik terkait dengan operasionalisasi software, pemahaman dalam pembebanan mata anggaran dan peraturan-peraturan administratif lainnya, serta selalu melakukan monitoring untuk updating software dan informasi lainnya.

Laporan Tahunan 2017 25

V. SINOPSIS PENELITIAN PSEKP TAHUN 2017

5.1. Dinamika Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan di Wilayah Agro Ekosistem Lahan Kering Berbasis Sayuran dan Palawija

Pemerintah membutuhkan informasi indikator pembangunan ekonomi, untuk mengetahui hasil dan dampak pembangunan pertanian khususnya yang berkaitan dengan target utama berupa peningkatan produksi dan kesejahteraan petani di perdesaan. Dalam rangka menyediakan informasi tersebut, maka data dan informasi yang bersifat panel menjadi sangat penting, untuk mengetahui dinamika perubahan sosial ekonomi perdesaan sebagai dampak dari pembangunan pertanian, dan selanjutnya dapat dipakai sebagai acuan untuk program dan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan ke depan.

Struktur penguasaan, pemilikan dan garapan lahan pada rumah tangga petani agroekosistem lahan kering baik di desa berbasis palawija maupun sayuran menunjukkan luas penguasaan yang relatif kecil dengan dinamika mengalami kenaikan (2008-2011) dan kemudian menurun kembali (2011-2017). Ketimpangan distribusi penguasaan dan garapan lahan kering baik di desa contoh sayuran lebih tinggi dibandingkan desa contoh palawija. Ketimpangan distribusi penguasaan lahan baik pada desa contoh palawija maupun sayuran berada pada ketimpangan sedang. Ketimpangan distribusi pada lahan garapan baik pada desa contoh palawija maupun sayuran berada pada ketimpangan sedang hingga tinggi. Ketimpangan distribusi lahan garapan lebih tinggi di desa contoh sayuran dibandingkan desa palawija.

Penerapan teknologi budidaya usaha tani palawija di lahan kering, tingkat perubahannya sangat rendah dalam kurun waktu tahun 2008-2017, kecuali untuk komoditas jagung. Sementara itu, penerapan teknologi usaha tani sayuran selama kurun waktu tahun 2009 s/d 2017 tergolong sangat progresif. Faktor lambannya penerapan teknologi pada komoditas palawija disebabkan kurangnya kegiatan penyuluhan pertanian dan rendahnya tingkat keuntungan. Sebaliknya, tingginya penerapan teknologi pada usaha tani sayuran lebih didorong adanya keuntungan yang tinggi khususnya pada komoditas sayuran bernilai ekonomi tinggi.

Kesempatan kerja di desa contoh Patanas lahan kering mengalami penurunan pada periode (2008-2011), kemudian meningkat kembali pada periode (2011-2017). Beberapa faktor yang menyebabkan kesempatan kerja di desa contoh Patanas lahan kering meningkat adalah meningkatnya akses terhadap lahan melalui sistem bawon dan

Laporan Tahunan 2017 26

pesanggem, terjadinya pergeseran tanaman ke arah komoditas yang lebih produktif dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif, meningkatnya pendidikan dan keterampilan generasi muda sehingga bisa memasuki pasar tenaga kerja, dan makin baik prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi. Tingkat partisipasi kerja juga memiliki pola yang hampir serupa, yaitu cenderung menurun dalam kurun waktu 2008-2011, kemudian dalam kurun 2011-2017 cenderung sedikit meningkat. Perubahan tingkat partisipasi kerja tidak semata-mata dapat dijelaskan dengan perubahan pada ketersediaan kesempatan kerja, namun juga dipengaruhi oleh kualitas angkatan kerja untuk meraih kesempatan kerja, etos kerja, serta usia sekolah yang makin panjang.

Struktur pendapatan rumah tangga lahan kering masih didominasi sektor pertanian. Pangsa pendapatan dari sektor pertanian di desa berbasis sayur lebih tinggi jika dibandingkan di desa berbasis palawija. Struktur pendapatan pertanian pada agroekosistem lahan kering didominasi dari usaha tani komoditas basis, namun beberapa lokasi komoditas basis tergeser atau bahkan ditinggalkan petani dan beralih pada komoditas alternatif yang lebih menguntungkan. Terdapat ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat di perdesaan, baik di desa palawija maupun sayuran. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan berada pada ketimpangan rendah hingga sedang, sedangkan pada desa contoh sayuran berada pada ketimpangan rendah hingga berat. Faktor penyebab perbedaan ketimpangan tersebut adalah perbedaan ketimpangan penguasaan dan garapan lahan, serta perbedaan nilai komoditas.

Tingkat kemiskinan rumah tangga di perdesaan agroekosistem lahan kering rata-rata menurun selama 2008-2011, namun pada kurun waktu 2011-2017 jumlah insiden kemiskinan meningkat. Peningkatan pendapatan tidak selalu dapat mengentaskan kemiskinan, karena penyebab kemiskinan bersifat multi faktor, seperti rendahnya pendapatan, kenaikan tingkat inflasi dan faktor sosial budaya masyarakat. Kedalaman dan keparahan kemiskinan menurun, hal ini mengindikasikan bahwa kesenjangan di antara penduduk miskin semakin menyempit.

Terjadi penurunan konsumsi pangan sumber karbohidrat dari beras dan sebaliknya konsumsi mie instan cenderung meningkat. Hingga kini belum terjadi penurunan pangsa pengeluaran pangan dan justru arah perubahannya semakin meningkat selama 2011-2017. Peningkatan pendapatan sebagian masih digunakan untuk konsumsi pangan yang mengarah ke pangan yang berkualitas. Pangsa pengeluaran pangan masih dominan untuk pangan sumber karbohidrat. Tingkat konsumsi energi masih di bawah standar angka

Laporan Tahunan 2017 27

kecukupan gizi. Tingkat konsumsi protein sudah mencapai standar kecukupan protein, namun konsumsi sumber protein tersebut masih didominasi protein nabati. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat dilakukan dengan pengembangan unggas lokal, kolam ikan, peningkatan pendapatan, dan pendidikan gizi keluarga.

5.2. Analisis Daya Tahan Sektor Pertanian terhadap Gangguan Eksternal dan Kebijakan yang Diperlukan Mendukung Ketahanan Pangan Berkemandirian

Berbagai gangguan terhadap sektor pertanian akhir-akhir ini semakin sering terjadi dan beragam penyebabnya. Konflik sosial dapat menyebabkan sektor pertanian terganggu, misalnya alokasi lahan pertanian menjadi tidak optimal karena kekurangan tenaga kerja atau rasa tidak aman bagi masyarakat. Bencana alam seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, letusan gunung api, dan gempa bumi sangat merugikan sektor pertanian dan masyarakat secara umum. Perubahan iklim seperti musim kemarau yang berkepanjangan atau curah hujan yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi produksi pertanian dan dapat menyebabkan gangguan terhadap ketahanan pangan. Fluktuasi harga yang tinggi karena suplai dalam negeri lebih sedikit dibanding permintaan domestik sehingga menyebabkan harga menjadi tinggi atau suplai berlebih karena panen raya sehingga harga menjadi rendah. Seperti dua sisi mata uang, harga jual produk pertanian yang terlalu rendah menyebabkan petani rugi dan sebaliknya harga produk pertanian yang terlalu tinggi menyebabkan tidak terjangkau oleh sebagian besar konsumen.

Banjir yang melanda sawah yang ditanami padi umumnya karena debit air yang relatif besar dibanding daya tampung saluran irigasi. Kerusakan daerah tangkapan hujan di hulu, erosi yang terus terjadi setiap musim hujan dan cenderung meningkat, serta pendangkalan saluran irigasi merupakan penyebab utama banjir. Frekuensi banjir di daerah penelitian terjadi setiap musim hujan dengan intensitas yang semakin tinggi. Padi sawah merupakan komoditas yang rentan banjir karena umumnya ditanam pada musim hujan agar mudah memperoleh irigasi.

Banjir menyebabkan erosi sehingga pendangkalan dan penyempitan saluran irigasi semakin memburuk. Hal ini diperparah lagi oleh kondisi tanpa perawatan saluran atau jarang sekali dilakukan pengerukan waduk, sungai, maupun saluran irigasi. Musim tanam padi umumnya mundur jika terjadi banjir yang cukup besar dan berlangsung lama. Kerusakan tanaman padi akibat banjir memaksa petani menyulam tanaman yang mati atau menanam ulang jika sebagian besar tanaman mati. Hasil panen dapat berkurang atau

Laporan Tahunan 2017 28

bahkan puso jika banjir terjadi ketika bulir padi sudah terisi. Secara umum petani akan rentan terpapar banjir jika sumber pendapatan rumahtangga sebagian besar berasal dari usaha tani padi.

Mengundur musim tanam pada awal musim hujan karena banjir merupakan cara petani bertahan menghadapi banjir. Selebihnya petani hanya akan menyulam tanaman yang mati karena banjir, atau menanam ulang untuk tanaman yang sebagian besar atau semuanya mati akibat banjir. Pada taraf tertentu petani memilih varietas padi yang lebih tahan rendaman agar risiko banjir bisa dikurangi. Memanen lebih awal sebelum waktu panen optimal juga dilakukan jika banjir dianggap merugikan petani. Daya tahan petani di daerah rawan banjir umumnya relatif kurang hingga cukup.

Petani melakukan antisipasi banjir seperti pembersihan saluran irigasi tersier dan pembersihan atau perbaikan pintu air. Secara responsif hampir tidak ada yang dilakukan petani, kecuali menunggu banjir surut lalu mulai menanam padi. Upaya pemulihan akibat banjir meliputi perubahan waktu awal tanam, menyediakan benih dan bibit cadangan, perubahan sistem pengairan dari penggenangan menjadi pengairan berselang, pengurangan penggunaan pupuk kimia, dan perubahan pilihan komoditas, dan perubahan pilihan varietas.

Di Jawa Barat, Jawa Timur, maupun Sulawesi Selatan tidak ada tindakan secara terstruktur oleh pemerintah dalam mengatasi banjir. Kerusakan resapan air hujan di daerah tidak diperbaiki. Tidak ada upaya pengerukan pendangkalan saluran irigasi maupun normalisasi saluran irigasi yang menyempit. Di Jawa Barat, pengerukan sungai yang ada dilakukan secara parsial pada saluran irigasi primer, tidak menyentuh saluran irigasi sekunder dan tersier. Program mengatasi banjir yang dilakukan pemerintah hanya memberi bantuan benih dari cadangan benih nasional. Disamping itu pemerintah memberi subsidi pembayaran premi bagi petani yang bersedia mengikuti asuransi pertanian.

Banjir yang melanda lahan sawah rutin terjadi setiap tahun yang sangat merugikan petani. Perbaikan daerah resapan air di hulu sungai yang umumnya sudah rusak akan dapat mengendalikan banjir pada musim hujan dan menyediakan air pada musim kemarau. Pengerukan dan normalisasi waduk serta sungai harus dilakukan agar air irigasi bisa lancar dan kapasitas saluran irigasi memadai sehingga banjir dapat berkurang. Jika saluran irigasi dipelihara secara baik akan menguntungkan petani dan bantuan seperti benih cadangan pada musim hujan tidak diperlukan lagi. Penyuluhan harus lebih intensif agar lebih banyak petani tertarik mengikuti asuransi pertanian untuk mengurangi risiko akibat banjir. Diversifikasi pendapatan rumah tangga

Laporan Tahunan 2017 29

petani padi akan meningkatkan daya tahan petani dan mengurangi kerentanan terhadap paparan banjir.

5.3. Pengembangan Model Kelembagaan Petani dan Penyuluhan Pertanian Mendukung Implementasi Program Pertanian Modern

Dalam pelaksanaan Program Pertanian Modern, yang merupakan salah satu program pembangunan pertanian, kelembagaan petani mempunyai peran yang penting. Namun kenyataan menunjukkan bahwa kelembagaan petani di Indonesia masih lemah dan adanya hambatan dalam menumbuhkan kelembagaan pada masyarakat petani. Kelembagaan petani diharapkan mampu membantu petani keluar dari persoalan kesenjangan ekonomi, namun sampai saat ini masih belum berfungsi secara optimal. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani dilakukan sejalan dengan kegiatan penyuluhan pertanian dengan memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam kelembagaan petani. Kesenjangan antara kelembagaan petani dan penyuluhan pertanian yang ideal dengan kondisi riil di lapangan merupakan hal menarik yang perlu diteliti sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.

Kelembagaan petani yang terlibat dalam Program Pertanian Modern adalah kelompok tani dan UPJA. Kelompok tani belum berperan sebagai wadah memperkuat daya tawar, media penyaluran, dan adopsi teknologi dalam implementasi Pertanian Modern, melainkan lebih banyak sebagai wadah penerima bantuan pemerintah.

Peran penyuluh pada Program Pertanian Modern masih berorientasi pada peningkatan produksi melalui transfer teknologi alsintan dan menggerakkan petani untuk menggunakannya. Pasca pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, penyelenggaraan penyuluhan sebagai media untuk memberdayakan dan mencerdaskan kehidupan para pelaku utama dan pelaku usaha menjadi melemah. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap penyuluhan terlihat beragam, komitmen terhadap pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di daerah cenderung menurun, sejalan dengan orientasi jangka pendek perolehan target pendapatan daerah.

Pemanfaatan alsintan dalam Program Pertanian Modern masih belum optimal karena masih terdapat beberapa kendala, baik dari aspek teknis (ketidak sesuaian dengan kondisi lahan, kurangnya dukungan operator yang terampil, perbengkelan dan suku cadang), ekonomi (pemanfaatan TR4 belum dikelola secara konsep bisnis, dengan mengedepankan imbangan pemasukan dan pengeluaran dari hasil operasional alat), dan sosial (belum semua alsintan diminati oleh

Laporan Tahunan 2017 30

petani, ada persaingan dengan buruh dan belum semua Pemda setempat memberikan dukungan secara penuh).

Dalam Program Pertanian Modern operator alsintan, pengurus UPJA, dan broker memegang peran penting serta sangat menentukan operasional alat. Penyuplai bahan baku dan jasa adalah para buruh combine harvester serta teknisi mesin. Petani penyakap dan penyewa memperoleh manfaat paling besar. Pada lingkaran luar, adalah staf dan instansi pemerintah yakni Dinas Pertanian, UPTD, Balai Penyuluhan Pertanian, serta petugas penyuluh lapangan yang tidak memiliki kekuasaan yang tinggi.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu berperan memfasilitasi dan memberdayakan kelembagaan petani (kelompok tani, Gapoktan, UPJA) agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri, tidak tergantung pada bantuan pemerintah. Kelembagaan petani perlu berbadan hukum, agar mempunyai posisi tawar yang kuat.

Peran penyuluh perlu bergeser ke arah mendiseminasikan teknologi alsintan (transplanter dan combine harvester) kepada petani nonpeserta Program Pertanian Modern, mendorong UPJA agar pengelolaan alsintan dilakukan secara bisnis dan profesional, sehingga UPJA dapat memiliki modal untuk biaya perawatan dan pengembangan alsintan. Dalam menyikapi perubahan kelembagaan penyuluhan, maka penyelenggaraan sistem penyuluhan di tingkat kecamatan (BPP) dan desa (Posluhdes) perlu diperkuat dengan dukungan peran serta seluruh penyuluh (PNS, swadaya, dan swasta), pemerintah daerah dan masyarakat secara aktif.

Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan bantuan alsintan dalam mendorong implementasi kegiatan Pertanian Modern, maka kebijakan yang harus dilakukan antara lain: (a) penetapan CP/CL harus dilakukan secara tepat sehingga bantuan alat sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi setempat, (2) Pemerintah harus memfasilitasi pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pengurus UPJA/Gapoktan/petani untuk dapat mengoperasikan alsintan secara baik, (3) Pemerintah harus memfasilitasi perbengkelan dan kelengkapan suku cadang untuk mengatasi kerusakan alat, (4) perlu dilakukan tindakan/sanksi secara tepat dan tegas bagi alsintan yang tidak dimanfaatkan. Selain itu diperlukan pendataan secara baik terkait dengan ketersediaan alsintan tingkat desa/kecamatan/kabupaten, rekapitulasi pola dan kalender tanam/panen tingkat desa/kecamatan/kabupaten, juga ketersediaan operator yang bersertifikat.

Diperlukan pendampingan yang lebih intensif dari tenaga penyuluh pertanian yang memiliki kemampuan relatif baik. Untuk optimalisasi dan keberhasilan mekanisasi pertanian dibutuhkan para

Laporan Tahunan 2017 31

penyuluh pertanian dengan sertifikasi sebagai “Pendamping UPJA”. Untuk itu dibutuhkan suatu program nasional dengan menyusun mulai dari TOT sampai dengan pelatihan penyuluh pertanian di lapangan, disertai dengan pemberian sertifikasi yang sistematis. Dari hasil pemetaan posisi dan peran stakeholder, maka dibutuhkan solusi dan strategi yang harus dilakukan terhadap seluruh stakeholder sesuai dengan posisinya. Perlu diupayakan sebuah sistem yang cukup adil namun cukup memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk memperoleh manfaat positif.

5.4. Optimasi Sumberdaya dalam Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Tanaman Pangan

Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan (KPP) merupakan bagian dari strategi komprehensif program peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Akselerasi pencapaian sasarannya memerlukan percepatan proses transformasi sistem perencanaan dari pendekatan berbasis wilayah administratif ke pendekatan kawasan dengan dukungan data dan informasi mengenai alokasi optimal sumber daya KPP. Implementasinya di lapangan membutuhkan kelembagaan pendukung di tingkat petani. Agar sesuai dengan kondisi obyektif di lapangan, model optimasi sumber daya KPP berlandaskan pemahaman bahwa aspirasi/tujuan pemangku kepentingan utama yakni Pemerintah dan petani pada dasarnya adalah multi tujuan dan hubungan antar tujuan tersebut tidak semuanya selalu searah, skala prioritasnya tidak selalu sama.

Faktor pendorong yang pengarus-utamaan pendekatan kawasan dalam pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Tanaman Pangan (KPBTP) masih lebih banyak bertumpu pada kebijakan dan program pemerintah. Faktor pendorong yang terkait dengan arah perkembangan yang terjadi di lapangan mulai terbentuk namun masih dalam bersifat sporadis. Faktor-faktor yang bersifat menghambat adalah masih terbatasnya forum koordinasi antar wilayah administratif. Hal ini terkait dengan masih sedikitnya daerah kabupaten yang belum menindak lanjuti Master Plan dari provinsi untuk diterjemahkan ke Action Plan di tingkat kabupaten.

Pada level usaha tani, kondisi optimal alokasi sumber daya KPBTP membutuhkan penyesuaian pola tanam. Untuk menuju kondisi optimal proporsi luas tanam komoditas non padi perlu ditingkatkan terutama pada MK II. Terkait dengan itu, strategi yang dipandang layak untuk meningkatkan produksi padi perlu lebih banyak bertumpu pada peningkatan produktivitas usaha tani padi MT I dan MT II. Peningkatan IP padi tetap dapat dilakukan namun perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengendalian OPT terpadu. Implementasi hasil optimasi dalam

Laporan Tahunan 2017 32

sistem pengelolaan yang terkonsolidasi membutuhkan peran nyata dari “social organizer”. Dalam konteks ini peran kelembagaan penyuluhan, kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan perkumpulan petani pemakai air sangat menentukan. Pengembangan sistem pengelolaan yang terkonsolidasi memerlukan pendekatan keutuhan sistem agribisnis dengan meningkatkan keterkaitan hulu – usaha tani - hilir.

Pembuatan “Action Plan” pada setiap kabupaten sebagai tindak lanjut dari “Master Plan” yang dibuat provinsi yang bersangkutan perlu dipercepat. Seiring dengan itu, forum-forum koordinasi antar wilayah administratif yang berkepentingan dalam pengembangan KPBTP perlu ditingkatkan frekuensi dan kualitasnya. Strategi peningkatan produksi padi yang bertumpu pada peningkatan produktivitas perlu lebih digalakkan. Untuk itu diseminasi dan pengawalan penerapan teknologi inovatif dari lembaga penelitian perlu ditingkatkan intensitas dan kualitasnya.

Untuk mendukung berkembangnya sistem pengelolaan usaha tani pada KPBTP yang terkonsolidasi, selain memerlukan revitalisasi kelembagaan penyuluhan diperlukan pula adanya peningkatan peran sebagai “social organizer. Selain itu diperlukan adanya “pilot project” agar antisipasi atas permasalahan yang menyentuh simpul-simpul kritis pengembangan KPBTP dapat diprediksi dengan baik sejak awal dan cara pemecahannya dapat dipersiapkan dengan baik.

5.5 Kajian Kebijakan Subsidi Pupuk: Harga, Distribusi, dan Dampaknya terhadap Permintaan Pupuk

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi penting dalam peningkatan produktivitas usaha tani tanaman pangan. Dalam konteks itu, pemerintah terus mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui kebijakan yang mencakup penyediaan dan distribusi serta harga melalui subsidi. Untuk menjamin ketersediaan dan kelancaraan distribusi pupuk bersubsidi, pemerintah senantiasa menyempurnakan proses penyalurannya kepada petani.

Hasil analisis menunjukkan: (1) Kebijakan subsidi pupuk didasari dari posisi penting pupuk yang merupakan input penting dalam produksi pertanian dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Subsidi tersebut diberikan melalui mekanisme harga jual pupuk; (2) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk ditetapkan pemerintah, dan pengecer resmi pupuk (kios resmi) wajib menjual pupuk bersubsidi kepada petani, petambak, dan atau kelompok tani sesuai HET yang sudah ditetapkan; (3) Kebijakan pengenai sistem distribusi pupuk terjadi beberapa periode: (a) periode sebelum krisis ekonomi, (b) periode era pasar bebas, (c) periode pasca krisis ekonomi, (d) periode sistem

Laporan Tahunan 2017 33

distribusi tertutup. Pada perkembangan berikutnya dengan keluarnya Permendag No. 15/2013, mekanisme distribusi pupuk untuk sektor pertanian sesuai rayonisasi. Sistem distribusi pupuk yang lebih baik diharapkan dapat lebih memberi jaminan enam tepat yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat harga, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat sasaran; (4) Sejak tahun 2016, pemerintah tengah melakukan uji coba yaitu dengan menggunakan kartu tani. Selain sebagai sarana penyaluran pupuk bersubsidi, kartu tani juga menjadi upaya dalam pendataan petani, maka ke depan kartu tani dapat digunakan untuk penebusan sarana produksi pertanian, kartu penerima kredit/bantuan dan sebagai kartu penjualan hasil panen; serta (5) Perubahan subsidi pupuk berpengaruh terhadap penggunaan/permintaan pupuk dan selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan produksi pangan nasional.

Terkait dengan mekanisme distribusi pupuk bersubsidi, yang paling utama diharapkan adalah akan lebih menjamin dari aspek ketersediaannya dibanding aspek lainnya. Untuk itu, diperlukan upaya perbaikan terkait beberapa hal berikut yaitu: (1) Sistem Rayonisasi wilayah pemasaran yang menjamin distribusi pupuk secara lancar; (2) Penjualan pupuk mulai di tingkat kabupaten hingga pengecer secara terkoordinasi, dan (3) Penetapan persyaratan distribusi dan penyaluran secara ketat agar distribusi pupuk efektif dan efisien.

Terkait dengan kebijakan subsidi pupuk, hal penting perbaikan yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan kedepan, yaitu: (1) Adanya perubahan pola pengusulan jumlah pupuk dari sistem RDKK manual ke e-RDKK dan Sistem Informasi Manajemen yang lebih baik; dan (2) Terdapatnya dukungan penuh dari pemerintah daerah dalam pelaksanaan Kartu Tani. Dalam upaya meningkatkan efisiensi distribusi dan peningkatan ketersediaan pupuk di tingkat petani, pola dan pendekatan billing system yang dilakukan di Provinsi Lampung bisa saja dijadikan referensi dengan modifikasi sesuai kebutuhan dan spesifik lokasi mendukung program Kartu Tani (KT).

Pembelian pupuk sesuai Harga Eceran tertinggi dapat dilakukan oleh petani terhadap kios/pengecer resmi atau kelompoktani yang bertindak sebagai pengecer resmi. Dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan peningkatan program lainnya, maka kebijakan penyesuaian harga pupuk dimana sejak kurun waktu 2003-2016 yang cenderung tetap perlu direview dan dipertimbangkan, agar pemerintah juga memiliki pilihan lain untuk alokasi subsidi untuk bidang lainnya di sektor pertanian. Perbaikan sistem distribusi pupuk diharapkan dapat memberi jaminan enam tepat yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat harga, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat kualitas. Dengan demikian, ada kepastian petani memperoleh pupuk bersubsidi yang telah dialokasikan.

Laporan Tahunan 2017 34

Dalam perubahan sistem pemberian subsidi pupuk dari tidak langsung menjadi langsung kepada petani melalui penerapan Kartu Tani, maka terdapat beberapa hal yang harus diantisipasi, diantaranya adalah: (1) Data petani yang lengkap sesuai kebutuhan, (2) Keseragaman infrastruktur perbankan sebagai penerbit Kartu Tani, (3) Kesiapan kios dan distributor pupuk yang ditunjuk, (4) Dukungan SDM yang memadai, terutama petugas untuk memverifikasi data e-RDKK, (5) Data dinamika sistem garapan di daerah, (6) Pengawasan penerapan subsidi pupuk langsung kepada petani, yaitu melalui penggunaan kartu tani, dan (7) infrastruktur pendukung, seperti jaringan telepon/internet dan sinyal internet.

Penggunaan Kartu Tani selain menjamin distribusi pupuk bersubsidi menjadi lebih tepat sasaran, juga ke depan dapat digunakan untuk penyaluran program pemerintah misalnya untuk program: benih bersubsidi, Kredit Usaha Rakyat (KUR), asuransi pertanian dan serta program lainnya. Selain itu, kartu tersebut bisa juga berfungsi sebagai kartu penjualan hasil panen.

Dalam konteks pelaksanaan perbaikan sistem distribusi pupuk melalui Kartu Tani, beberapa saran kedepan yang perlu dilakukan, antara lain: (1) Perlunya dibentuk tim khusus seperti halnya pada program UPSUS Pajale; (2) Perlunya sosialisasi agar penerapan Kartu Tani bisa lebih cepat; (3) Perlunya landasan hukum yang jelas, sehingga pelaksanaannya bisa cepat dan sistematis; dan (4) Hendaknya dilaksanakan secara bertahap, serta matangnya system programming khususnya yang terkait dengan perbankan. Terkait dengan kebijakan perubahan subsidi pupuk, ternyata pola billing system memiliki tingkat penerapan yang cukup tinggi dibanding dengan sistem Kartu Tani pada lokasi ujicoba di provinsi lokasi penelitian, karena pada billing system prakteknya lebih sederhana dibanding Kartu Tani, karena unit terkecil basis program pada billing system adalah kelompoktani bukan individu petani.

Subsidi input pertanian khususnya pupuk masih diperlukan oleh petani, sehingga yang perlu diperbaiki adalah mekanisme pemberian dan target yang jelas agar efektivitas dan efisiensi pengeluaran subsidi tersebut tercapai. Hasil analisis menunjukan bahwa perubahan subsidi pupuk berpengaruh terhadap penggunaan pupuk dan selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan produksi pangan nasional. Terdapatnya upaya mengurangi subsidi pupuk perlu disikapi dengan seksama agar tidak drastis dan perlu dilakukan secara bertahap. Seiring dengan itu, pengurangan subsidi tentu perlu dikompensasi dengan peningkatan program prasarana atau infrastruktur usaha tani.

Saat ini, pemerintah melakukan subsidi pupuk ke produsen pupuk, dan harga jual pupuk yang disubsidi dijual dengan HET (Harga Eceran Tertinggi) di level kios/pengecer. Dengan kondisi secara dominan (80%) petani Indonesia adalah merupakan petani kecil dengan

Laporan Tahunan 2017 35

kemampuan permodalan yang lemah, maka jika terjadi kenaikan harga input termasuk pupuk akan mempengaruhi kemampuan petani terhadap pembelian input pupuk tersebut. Akibatnya penurunan volume pupuk yang dibeli akan berdampak terhadap produktivitas padi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, upaya untuk terus memberikan dukungan permodalan usaha tani menjadi sarana penting dalam peningkatan usaha tani ke depan.

5.6. Kebijakan Insentif Harga Produk Pertanian Strategis Mendukung Ketahanan Pangan Berkemandirian

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan pokok yang terus meningkat setiap tahun, Pemerintah menetapkan kebijakan swasembada pangan yang dicapai melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri dengan sasaran pertumbuhan yang tinggi. Namun, peningkatan produksi pangan tersebut tidak selalu diikuti dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani selaku produsen, yang seringkali dihadapkan pada fluktuasi harga, yaitu pada saat panen raya harga turun dan pada saat paceklik harga naik. Salah satu upaya untuk menjamin stabilitas pendapatan petani tanaman pangan padi, jagung dan kedelai, Pemerintah menetapkan kebijakan stabilisasi harga pangan pokok, dengan salah satu instrumennya pengaturan harga pembelian di tingkat petani. Mulai tahun 2016 pengaturan kebijakan harga pangan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 63/2016, yang menetapkan harga acuan komoditas pangan strategis (HAP) di tingkat produsen dan konsumen. Untuk stabilisasi harga pangan di tingkat petani, kebijakan ini disebut HAP pembelian komoditas strategis di tingkat produsen.

Harga padi GKP per kg yang diterima petani saat penelitian sebesar Rp 4.060, lebih tinggi 8,9% dari HAP pembelian di tingkat petani sebesar Rp 3.700. Dengan landasan pemikiran bahwa kebijakan harga pembelian di tingkat petani bertujuan melindungi petani, pada saat ini HAP pembelian padi belum perlu dinaikkan. Ada dua alasan yang mendukung rekomendasi tersebut, yaitu :

i. Dengan harga pasar yang diterima petani sebesar Rp 4.060, usaha tani padi sawah irigasi menghasilkan keuntungan atas total biaya sebesar 27% dan atas biaya tunai 79%.

ii. Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras kualitas medium di Jawa dan Sumatera bagian selatan sebesar Rp 9.450/kg, yang perhitungannya berdasarkan besaran HAP pembelian padi tingkat petani sebesar Rp.3.700/kg GKP. Apabila HAP padi di tingkat petani dinaikkan, maka akan mengakibatkan perlunya meningkatkan HET beras. Kondisi sosial ekonomi pangan saat ini

Laporan Tahunan 2017 36

tidak kondusif bagi penerapan kebijakan peningkatan HET tersebut, karena dapat berdampak pada peningkatan proporsi penduduk miskin, termasuk di pedesaan (sektor pertanian) yang sebagian petani adalah net konsumen beras dan dapat mendorong kenaikan inflasi yang tinggi. Kedua variabel ekonomi ini dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap perekonomian nasional.

Harga jagung per kg pipilan kering di tingkat petani sebesar Rp 3.225, sedikit lebih tinggi dari HAP pembelian Rp 3.150 dengan tingkat kadar air 15%. Keuntungan usaha tani jagung atas total biaya dan biaya tunai masing-masing 61% dan 99%, tingkat keuntungan yang cukup besar untuk memberikan insentif berproduksi. Di lapangan juga diperoleh kesan petani bergairah untuk berusaha tani jagung walaupun harus membeli benih jagung hibrida dengan harga tinggi dan menggunakan pupuk secara intensif. Karena itu, apabila tujuan HAP di tingkat petani adalah untuk memberikan insentif kepada petani berproduksi, pada saat ini HAP jagung belum perlu dinaikkan sebab insentif berusaha tani jagung telah hadir di lapangan.

Untuk kedelai, harga yang diterima petani saat penelitian sebesar Rp. 6.255/kg, lebih rendah 26% dari HAP yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 8.500/kg. Dengan tingkat harga tersebut petani mengalami kerugian sekitar Rp 2,9 juta (24% dari total biaya usaha tani). Persoalan utama penyediaan insentif berusaha tani kedelai saat ini adalah bukan pada besaran HAP pembelian di tingkat petani, tetapi karena tidak efektifnya penerapan HAP pembelian kedelai di petani. Dengan demikian, fokus kebijakan operasional pemberian insentif bagi petani kedelai sebaiknya pada upaya untuk menjamin petani menerima harga kedelai pada tingkat yang sama atau lebih dari HAP sebesar Rp 8.550/kg. Untuk itu, alternatif kebijakan yang dapat diambil Pemerintah diantaranya (i) Menugaskan Bulog atau BUMN lain melakukan serapan kedelai petani dengan harga beli sesuai HAP dan (ii) mengenakan/meningkatkan tarif impor kedelai maksimum sesuai dengan ketentuan yang dibolehkan WTO.

Dalam jangka panjang direkomendasikan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani kedelai hingga mampu menghasilkan rata-rata produktivitas sekitar 2,5 ton/ha (naik 1 ton/hektare dari tingkat produktivitas kedelai nasional saat ini). Upaya pencapaian sasaran ini dilakukan dengan penerapan teknologi usaha tani rekomendasi, mulai dari penggunaan benih unggul, pemilihan lahan dan agroekosistem yang cocok untuk pengembangan sentra produksi kedelai, penerapan teknologi budidaya yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya, sampai pada penggunaan teknologi panen dan pasca panen.

Laporan Tahunan 2017 37

Apabila Pemerintah menghendaki penerapan kebijakan untuk meningkatkan harga pupuk bersubsidi 10% dan bersamaan dengan itu menjamin keuntungan usaha tani sebesar 50%, maka besaran HAP pembelian di tingkat petani untuk padi sebesar Rp. 4.845/kg (naik 31% dari HAP saat ini) dan untuk kedelai sebesar Rp 12,445/kg (naik 46% dari HAP). Peningkatan ini cukup tinggi, sehingga penerapan kebijakan ini perlu dikaji dengan seksama, terutama dampaknya bagi ketahanan pangan nasional. Untuk usaha tani jagung tidak dilakukan perhitungan, karena keuntungan usaha tani yang diraih sudah lebih dari 50%.

Pada usaha tani padi sawah sudah terjadi over dosis penggunaan pupuk anorganik (terutama unsur hara N dari Urea dan NPK), sementara penggunaan pupuk organik masih rendah. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan, aplikasi pemupukan berimbang dan spesifik lokasi termasuk pemupukan unsur hara mikro, merupakan kebijakan pemupukan yang perlu ditempuh. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi pemupukan diperlukan sosialisasi dan promosi penggunaan teknologi yang sudah tersedia seperti alat Bagan Warna Daun (BWD) untuk penentuan dosis hara N dan Perangkat Uji Tanah Spesifik (PUTS) untuk dosis hara P dan K spesifik lokasi. Selain itu kebijakan untuk mendorong petani menggunakan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah perlu lebih digiatkan lagi.

Tingkat komersialisasi usaha tani padi, jagung dan kedelai cukup tinggi (diukur dari pangsa penggunaan tenaga kerja luar keluarga), terutama untuk kegiatan pengolahan lahan, penanaman, dan panen. Di sisi lain, sudah terjadi fenomena kelangkaan tenaga kerja pertanian hampir di semua wilayah. Oleh karena itu kebijakan penyediaan jasa alsintan dan pemberian bantuan alsintan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani merupakan suatu kebijakan strategis dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha tani dan mensubstitusi kelangkaan tenaga kerja pertanian. Namun demikian, mengingat tidak semua lahan sawah berbentuk hamparan yang luas dan tidak semua struktur dan tanah sama; maka penentuan jenis, daya, dan bobot alsintan yang diberikan kepada kelompok tani perlu didahului dengan analisis kelayakan teknis kebutuhan alsintan di suatu lokasi usaha pertanian. 

5.7. Analisis Tipologi dan Penguatan Kelembagaan Petani Kecil dalam Rangka Transformasi Menuju Petani Komersial

Secara kelembagaan, petani kecil masih menghadapi berbagai keterbatasan terkait dengan kapasitas SDM maupun permodalan. Di tengah berbagai perkembangan faktor eksternal, penataan kelembagaan

Laporan Tahunan 2017 38

yang mengarah pada mobilisasi dan interaksi berbagai kepentingan yang memiliki basis dan landasan yang sama pasti diharapkan menghasilkan energi positif dan strategi yang amat kuat. Penguatan kelembagaan bisa dilakukan dengan memanfaatkan nilai-nilai dan tata laksana kelembagaan petani kecil yang sudah hidup di masyarakat. Keunggulan dan kekhasan lokal perlu dikembangkan untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam perekonomian dunia yang semakin bebas dan penuh persaingan. Secara eksplisit pasal 9 UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani menyatakan bahwa perencanaan perlindungan dan pemberdayaan terhadap petani harus disusun oleh Pemerintah. Pasal ini dilandasi pengertian perlunya pemahaman tipologi petani, faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sifat komersialisasi petani, dan pentingnya penguatan kelembagaan petani kecil dalam rangka melakukan transformasi menuju petani komersial.

Tipologi petani kecil berdasarkan karakteristik komersialisasinya terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu: (A) petani kecil subsisten dengan karakteristik utama antara lain: (a) lahan garapan sangat kecil bahkan tidak memiliki lahan sama sekali; (b) modal usaha tani sangat bergantung kepada patron, tetangga dan kerabatnya; (c) menjual hasil produksi untuk membayar utang dan kebutuhan mendesak lainnya; (d) tidak melakukan manajemen usaha tani secara tertulis; (e) kurang aktif di Poktannya; dan (f) sulit mengembangkan usaha dan bertransformasi menjadi petani komersial; (B) petani kecil transisi dengan karakteristik utama antara lain: (a) lahan sempit, menyewa lahan yang luasannya relatif kecil; (b) menjual hasil produksi karena fasilitas pascapanen menjadi pembatas untuk mengolah hasil produksi lebih lanjut; (c) cukup aktif di Poktan; (d) melakukan administrasi/manajemen usaha tani secara terbatas; dan (e) berpeluang melakukan transformasi menjadi petani komersial; serta (C) petani kecil komersial dengan karakteristik utama antara lain: (a) walaupun lahan miliknya sempit, tetapi lahan garapan luas dengan cara menyewa, menyatukan lahan keluarga atau petani dalam binaannya; (b) modal usaha sudah akses terhadap lembaga keuangan formal; (c) menjual hasil produksi dengan orientasi keuntungan/nilai tambah; (d) sangat aktif di Poktan malah menjadi lapisan teratas; dan (e) melakukan administrasi/manajemen usaha.

Pengukuran tingkat komersialisasi petani berdasarkan karakteristik teknologi budidaya, kualitas lahan, manajemen usaha tani, peranan kelompok tani dan tambahan pendapatan kegiatan melalui off farm dan nonfarm. Berdasarkan persentasi, diantara keempat lokasi penelitian menunjukkan bahwa petani kecil di Provinsi Jawa Timur masuk tipologi lebih komersial.

Laporan Tahunan 2017 39

Proses transformasi petani kecil ke arah komersial dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor-faktor yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi: (a) budaya bekerja keras dengan orientasi produksi dan pencapaian kehidupan lebih baik; (b) kemauan untuk terus belajar baik dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari agen pembaharu/petugas pemerintah, terutama belajar dari kegagalan; (c) pandai melihat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan bisnis yang ada; (d) berani memulai suatu usaha dengan kesiapan kemungkinan segala risikonya; (e) memelihara sistem usaha; dan (f) melakukan diversifikasi usaha yang bertumpu pada usaha utama/pertanian.

Faktor pendorong yang mempengaruhi petani kecil bertransformasi ke arah komersial antara lain: (a) karakteristik wirausaha seperti kerja keras, gigih, pandai melihat peluang dan memanfaatkannya; (b) memelihara jaringan usaha yang sudah terbangun serta mengembangkannya; (c) kesempatan untuk mengembangkan usaha, (d) fasilitasi berupa kebijakan atau bantuan dari pemerintah atau dari LSM, berupa program, proyek, kegiatan, penyuluhan ataupun bantuan material. Faktor penghambat yang mempengaruhi petani kecil bertransformasi ke arah komersial antara lain: (1) kebijakan yang tidak mendukung; (b) gangguan (shocks) seperti bencana alam, perubahan iklim, serangan OPT; (c) volatilitas harga komoditas; (d) krisis kesehatan terkait keamanan pangan dan pertanian; dan (e) konflik sosial politik.

Transformasi petani kecil menuju petani komersial adalah solusi yang memerlukan dukungan kelembagaan yang kuat. Bentuk kelembagaan ekonomi petani kecil yang kuat memiliki kriteria: (a) keterbatasan sumber daya lahan memastikan lembaga ekonomi yang dibangun berlandaskan usaha bersama dimana pemiliknya adalah kelompok petani kecil, bukan ekonomi perseorangan; (b) pengelolaannya secara profesional, manajemen yang tertib dan efisien, transparan, akuntable dan bankable, terpisah dari keuangan dan manajemen rumah tangga atau sistem pengelolaan tradisional kekeluargaan; (c) mendekatkan industri dengan komoditas bahan baku yang diproduksi petani kecil (hilir dan hulu); (d) kelembagaan ekonomi petani kecil memerlukan hubungan kemitraan dengan pihak lain yang dibangun setara dengan posisi tawar seimbang; dan (e) sebagai usaha bersama diberlakukan sistem berbagi (share system) yang adil, baik risiko maupun keuntungan terdistribusi secara proporsional.

Inovasi kelembagaan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang berbadan hukum dengan kriteria komersial seperti: (a) berorientasi bisnis agar mampu menjadikan modal sebagai leverage dalam menciptakaan nilai tambah; (b) mengorganisasi sarana produksi dengan

Laporan Tahunan 2017 40

tepat dan menyangga harga produk; (c) mampu melakukan inovasi teknologi; dan (d) mampu melakukan edukasi kepada petani. Untuk itu lembaga ini perlu mengupayakan hubungan sinergis dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan pelaku agribisnis dalam bentuk pengembangan konsep, penyelenggaraan riset-aksi partisipatif, pelatihan dan kemitraan dengan produsen saprodi, lembaga pemasaran dan lembaga asuransi.

Langkah operasional peningkatan kesejahteraan petani dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan pertanian oleh SKPD sektor pertanian terkait dan telah memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan. Program peningkatan produksi hasil pertanian seperti gerakan pengelolaan tanaman terpadu, pengembangan dan perbaikan jaringan irigasi, penggunaan alat dan mesin pertanian yang berdampak terhadap efisiensi pengembangan usaha tani petani kecil, penggunaan benih unggul (padi hibrida) serta kebijakan subsidi benih, pupuk dan bantuan biaya tanam yang menjadi faktor-faktor pengungkit proses transformasi.

Pengembangan lembaga BUMP perlu dukungan lembaga penyuluhan dan petugas yang menyuluh, mendampingi, memberdayakan dan menguatkan petani kecil agar lebih cepat melakukan pembenahan internal maupun eksternal sehingga proses transformasi bisa berjalan lebih cepat dan terarah. Struktur lembaga penyuluhan yang memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi penyuluh pertanian untuk menjalankan tujuh fungsi penyuluhan. Dukungan keberpihakan anggaran operasional dan pembinaan penyuluh serta pemberdayaan fungsi BPP bersifat mempercepat optimalisasi BUMP dalam mengantar petani menjadi lebih komersial dan sejahtera.

Berdasarkan karakteristik tingkat komersialisasi petani kecil agar bisa bertransformasi menuju petani komersial diperlukan intervensi dalam bentuk penguatan kelembagaan ekonomi yang berbasis petani seperti BUMP. Prioritas kebijakan berdasarkan desakan kepentingan dan fungsinya berupa pengembangan teknologi dan praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, konsisten memberikan subsidi input untuk produksi pangan dan melindungi hak atas lahan berupa legalisasi dan peraturan sistem penguasaan lahan yang tertib, membangun sistem usaha tani yang memiliki dasar manajemen yang kuat, dukungan melakukan pengembangan usaha pertanian dengan meningkatkan nilai tambah dalam rantai agribisnis, serta upaya diversifikasi usaha.

Petani kecil yang secara geografis dekat dengan perkotaan, mobilitas penduduk yang tinggi (di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Timur) secara prioritas memerlukan: pelatihan dan dukungan

Laporan Tahunan 2017 41

untuk kegiatan luar usaha tani (off-farm), pengembangan usaha kecil dan kewirausahaan. Khusus untuk petani yang sudah menuju komersial, mengorganisasi petani kecil untuk kegiatan pemasaran dan mendorong perusahaan agribisnis skala besar untuk bermitra dengan petani kecil menjadi kebijakan yang prioritas.

Guna mendukung penguatan dan pengembangan kelembagaan petani kecil menuju petani komersial, maka perlu: (a) mengatur pembentukan kelembagaan ekonomi petani kecil yang menghimpun sumberdaya dan kemampuan petani dalam bentuk badan usaha kolektif seperti BUMP dengan perangkat pedoman dan aturan operasional yang mudah dipahami petani; dan (b) perlu sosialisasi UU No. 23 tahun 2014 secara lebih jelas kepada daerah terutama tentang pembatasan jumlah kedinasan. Disarankan agar UPTD tingkat kecamatan ditiadakan dan BPP kembali difungsikan sebagai lembaga koordinasi penyuluh, media dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program penyuluhan dan pendampingan petani sekaligus mendukung penguatan kelembagan dalam rangka transformasi petani menuju komersial, diantaranya mengarahkan pembentukan lembaga ekonomi berbasis petani seperti BUMP.

Kelembagaan petani maupun penyuluhan sangat lemah baik dari segi kuantitas maupun penjalanan fungsi, akibat regulasi kurang sosialisasi dan ada indikasi saling menegasi. Diperlukan rekruitmen tenaga dan alokasi anggaran operasional penyuluhan pertanian yang lebih memadai khususnya oleh Pemda untuk mendukung pelaksanaan tupoksi penyuluh dalam mengajar, mendampingi, konsultasi dan agen perubahan bagi petani. Ke depan, sebaiknya penyuluh tidak dibebani berbagai tugas administrasi dan pendampingan yang berorientasi produksi semata, melainkan sosialisasi program, pembinaan petani menuju petani yang lebih komersial, berdaya saing tinggi dan memiliki kelembagaan ekonomi dan produksi yang kuat berbasis petani.

5.8. Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia

Dalam menghadapi persaingan global, maka upaya meningkatkan daya saing di Indonesia menjadi persoalan utama agar para pelaku usaha di sektor pertanian dapat bersaing di pasar global. Daya saing pertanian dan kebijakan yang mendukungnya belum sepenuhnya mendorong kekuatan dan keunggulan Indonesia untuk memasuki pasar global. Oleh karena itu, isu daya saing pertanian di setiap daerah perlu untuk dikaji. Faktor-faktor yang menentukan daya saing antar daerah perlu diidentifikasi serinci mungkin. Selanjutnya faktor-faktor yang menentukan tersebut perlu dikondisikan untuk meningkatkan perbaikan daya saing ekonomi nasional.

Laporan Tahunan 2017 42

Dari hasil analisis kajian terlihat bahwa peta daya saing pertanian ini hanya mencakup 68% wilayah Indonesia, artinya bila dilakukan program peningkatan daya saing (berdasarkan titik pengungkit) hanya memberikan pengaruh terhadap ke 68% wilayah tersebut. Dengan demikian untuk ke 68% wilayah ini secara relatif bisa memiliki kebijakan yang seragam untuk peningkatan daya saing pertanian. Artinya sisa wilayah lainnya (23%) tidak dapat menggunakan model ini, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk pertanian di daerah tersebut.

Beberapa kebijakan perlu mendapat perhatian pada tingkat nasional/provinsi adalah (a) kebijakan kapasitas sumberdaya manusia, (b) kebijakan inovasi, (c) kebijakan kapasitas sumberdaya lahan, (d) kebijakan struktur ekonomi, (e) kebijakan konsumsi pangan, dan (f) kebijakan kapasitas usaha.

Kebijakan kapasitas sumber daya manusia. Persaingan antar sektor dalam merebut tenaga kerja yang dapat melemahkan masuknya tenaga kerja pertanian akan memberikan pengaruh pada menurunnya minat menjadi petani di Indonesia. Peran kerja sama kemitraan pada komoditas unggulan akan memberikan jaminan penyaluran produk pertanian yang berdampak pada kestabilan harga sehingga akan meningkatkan dalam pengembangan produk. Oleh karena itu diperlukan program pengembangan sumber daya manusia berdasarkan kebutuhan spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri pengolahan pertanian.

Kebijakan inovasi. Diperlukan kebijakan inovasi yang efektif dan berkelanjutan yang mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, intensifikasi dan bersahabat dengan perubahan iklim (climate change smart innovation policies). Kebijakan mekanisasi pertanian yang dilaksanakan saat ini perlu dikembangkan terus untuk mengantisipasi baik keterbatasan jam kerja pertanian (termasuk biaya tinggi upah tani) dan semakin tingginya biaya usaha tani karena peningkatan resiko usaha tani. Inovasi bibit unggul, produktivitas tinggi, tahan kekeringan, yang dikombinasikan dengan inovasi pemupukan berimbang spesifik agroklimat dan permintaan konsumen masih perlu diperluas untuk mengantisipasi keterbatasan baik pemilikan dan atau pengusahaan lahan petani, sehingga dengan luasan lahan tertentu, produktivitas dan produksi petani dapat ditingkatkan dan tingkat keuntungan usaha taninya juga dapat lebih besar dan lebih terjamin.

Kebijakan sumberdaya lahan. Peluang dalam penciptaan nilai tambah dan tenaga kerja tidak lepas dari kebutuhan lahan yang menjadi tujuan dalam penggunaan lahan sebagai tempat budidaya pertanian. Peluang intensifikasi lahan non perkebunan bisa menjadi alternatif dalam meningkatkan pendapatan sehingga minat tenaga kerja meningkat. Oleh karena itu, perlunya kerja sama antara litbang dengan

Laporan Tahunan 2017 43

pemerintah daerah dan pelaku usaha baik di tingkat petani dan pengolahan dalam pengembangan tanaman pertanian yang sesuai dengan lahan dan prospek pemasarannya.

Kebijakan struktur ekonomi. Perlunya regulasi dalam memanfaatkan produk pertanian lokal dengan meningkatkan peluang pasar baru. E-commerce merupakan pilihan jaman sekarang dalam memanfaatkan teknologi informasi. Peran pemerintah pusat dalam menyediakan informasi yang tepat, khususnya dalam penyediaan produk pertanian, akan membantu pelaku e-commerce dalam menyiapkan sumber-sumber produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Upaya ini tidak lepas dari kerja sama dengan pemerintah baik pusat/daerah dengan provider e-commerce untuk menyusun strategi pemasaran petani di masing-masing wilayah.

Kebijakan konsumsi pangan. Perlunya regulasi dalam menghadirkan pelaku usaha industri pangan olahan agar dapat menghasilkan produk pangan olahan yang dibutuhan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antar kementerian terkait, khususnya antara kementerian pertanian dan kementerian perindustrian. Kerja sama tersebut dapat melalui kemitraan antara industri pengolahan pangan dengan petani yang disaksikan oleh pemerintah.

Kebijakan kapasitas usaha. Seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kebutuhan protein hewani, menjadikan peluang dalam meningkatkan penguasaan ternak. Penguasaan ternak meningkat dapat melalui usaha ternak unggas, ruminansia kecil atau besar sesuai kondisi alam yang menyertainya. Oleh karena itu diperlukan pendampingan penyuluh, agar petani/peternak dapat menyesuaikan usaha ternaknya dan termotivasi dalam meningkatkan kapasitas usaha ternaknya.

Pada umumnya kebijakan tingkat kabupaten merupakan luncuran dari kebijakan nasional/provinsi (seperti 6 kebijakan di atas), namun demikian terdapat program spesifik antar pemerintah kabupaten untuk aspek tertentu. Adapun kebijakan daerah yang masih perlu diperhatikan untuk kabupaten tertentu tersebut, seperti: (a) kebijakan keuangan, dan (b) kebijakan aspek kelembagaan.

Peta daya saing pertanian yang direkomendasikan dari penelitian ini dapat dipakai oleh para pemangku kepentingan pembangunan pertanian di daerah untuk meningkatkan daya saing pertanian daerah melalui kerja sama BPTP dengan Bappeda untuk meng-update program ini. Diharapkan BPTP dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam memperbaiki/menyesuaikan dengan kondisi daerah. Hasil ini lebih lanjut dapat dipakai oleh pimpinan kabupaten dalam mengukur kemajuan wilayahnya dalam pembangunan pertanian.

Laporan Tahunan 2017 44

5.9. Revitalisasi Kegiatan Hilirisasi Sistem Komoditas Pertanian sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

Kementerian Pertanian terus mendorong pengembangan hilirisasi komoditas pertanian dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Hal ini penting karena kegiatan hilirisasi memiliki kontribusi penting dalam proses industrilisasi dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun, dilihat dari perkembangan kegiatan hilirisasi saat ini terutama yang berbasis pada komoditas padi, jagung, dan cabai merah belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan domestik apalagi untuk memanfaatkan peluang ekspor.

Terkait dengan program Kementan yang sedang dijalankan, maka upaya revitalisasi hilirisasi sistem komoditas padi, jagung dan cabai merah saat ini penting untuk dilakukan. Apalagi permintaan terhadap produk-produk hilirisasi pertanian cenderung mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian revitalisasi kegiatan hilirisasi sistem komoditas pertanian dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan strategi kebijakan revitalisasi hilirisasi sistem komoditas padi, jagung dan cabai merah dalam upaya memenuhi kebutuhan domestik dan memanfaatkan peluang pasar ekspor.

Padi/Beras. Meskipun produksi padi terus meningkat, namun ekspor beras dan produk olahan beras tergolong sangat kecil baik volume maupun nilainya. Volume ekspor beras tahun 2012 tercatat 900 ton dengan nilai US$ 1,2 juta, meningkat menjadi 1.000 ton tahun 2016 dengan total nilai US$ 0,9 juta. Kondisi seperti ini juga terjadi pada impor produk olahan beras, bahkan trennya cenderung menurun selama periode 2012-2016. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hilirisasi beras cukup berhasil sehingga dapat memenuhi kebutuhan produk olahan beras domestik dan sekaligus untuk tujuan ekspor meskipun belum optimal karena berbagai permasalahan masih dihadapi dalam kegiatan hilirisasi komoditas tersebut, antara lain; (1) Keterbatasan modal; (2) Keterbatasan kemampuan tata kelola sehingga kegiatan hilirisasi beras belum dilakukan secara efisien; (3) Keterbatasan informasi terutama terkait teknologi pengolahan dan pasar; dan (4) Keterbatasan dalam pemasaran produk hilirisasi beras yang umumnya hanya berorientasi pada pasar.

Jagung. Selama tahun 2010-2016, meskipun fluktuatif, produksi dan produktivitas jagung cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan masing-masing 4,6% dan 3,2% per tahun. Meskipun demikian nilai ekspor jagung olahan cenderung menurun selama periode 2012-2016, dari US$ 17,2 juta menjadi hanya US$ 8,3 juta. Menurunnya ekspor jagung diperkirakan sebagai akibat dari terus meningkatnya permintaan jagung di pasar domestik. Sementara produk

Laporan Tahunan 2017 45

industri berbahan jagung di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini tidak terlepas karena produk-produk industri dari bahan jagung umumnya menggunakan teknologi tinggi, sementara kemampuan untuk mengembangkan teknologi tersebut belum sepenuhnya bisa terjangkau oleh masyarakat. Di sisi lain, dengan berkembang pesatnya industri peternakan menjadikan permintaan bahan baku jagung untuk industri pakan juga terus mengalami peningkatan.

Cabai Merah. Perkembangan kinerja produksi cabai merah selama ini belum dapat mengimbangi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat, baik konsumsi langsung cabai segar oleh rumah tangga maupun permintaan industri pengolahan dan restoran. Demikian halnya kebutuhan produk cabai olahan di pasar domestik juga terus meningkat, terbukti dengan meningkatnya total nilai impor cabai olahan dari US$ 23,1 juta tahun 2012 menjadi US$ 39,5 juta tahun 2016, atau meningkat dengan laju rata-rata 30,4% per tahun. Pengembangan hilirisasi komoditas cabai merah di Indonesia juga menghadapi banyak permasalahan, diantaranya: tingginya fluktuasi harga bahan baku cabai, kapasitas produksi untuk pengolahan masih terbatas, terbatasnya permodalan, terbatasnya penggunaan teknologi hilirisasi, minimnya kelengkapan infrastruktur pendukung serta regulasi yang belum sepenuhnya mendukung upaya meningkatkan kinerja kegiatan hilirisasi cabai merah.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peluang pengembangan hilirisasi pertanian sangat terbuka, namun, tantangan ke depan masih sangat berat karena iklim persaingan dalam dunia industri semakin tajam. Berbagai tantangan dalam pengembangan hilirisasi komoditas pertanian, antara lain; (1) Sebagian besar kegiatan hilirisasi pangan adalah skala usaha rumah tangga sehingga kapasitas produksi dan kontinuitas produksi menjadi terbatas untuk memenuhi permintaan ekspor; (2) Penguasaan teknologi sangat terbatas terutama mencakup kemampuan desain produk dan inovasi sehingga daya saing produk yang dihasilkan menjadi rendah; (3) Kurang tersedianya bahan baku secara kontinyu; (4) Keterbatasan pasar (umumnya untuk pemenuhan pasar dalam negeri); (5) Kurangnya fasilitas permodalan dan lemahnya infrastruktur pendukung; (6) Kualitas produksi dan prosesing belum mampu bersaing dengan produk impor; (7) Lemahnya entrepreneurship; dan (8) Kurang nyatanya dukungan kebijakan pemerintah terhadap penumbuhan kegiatan hilirisasi.

Perkembangan industri hilirisasi pangan menunjukkan gambaran bahwa produk hilirisasi pangan cukup beragam dengan keunggulan komparatif produksi pertanian yang cukup besar. Penerapan kebijakan yang bersifat protektif untuk mendorong tumbuhnya dan berkembangnya kegiatan hilirisasi, sudah tidak dimungkinkan

Laporan Tahunan 2017 46

dilakukan karena terikat dengan berbagai kesepakatan FTA regional dan global. Oleh karena itu, pengembangan kegiatan hilirisasi sistem komoditas pangan akan efisien dan efektif bila kebijakan peningkatan produktivitas di sektor hulunya seperti padi, jagung dan cabai merah dilakukan secara simultan dengan peningkatan produktivitas di sektor hilirnya.

Untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilirisasi komoditas pangan, khususnya padi, jagung dan cabai merah di perlukan dukungan kebijakan pemerintah, antara lain: (1) Peningkatan kemampuan teknologi industri hilirisasi pangan; (2) Penataan struktur industri hilirisasi; (3) Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM); (4) Penerapan standar keamanan produk di industri hilirisasi agar lebih berdaya saing di kancah global sehingga akan mendorong perluasan pasar ekspor; (5) Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan, termasuk juga pengembangan pendidikan vokasi sehingga dihasilkan SDM yang lebih terampil dan profesional sesuai kebutuhan dunia industri; dan (6) Penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk mendorong pertumbuhan industri hilirisasi.

Pengembangan kegiatan hilirisasi sistem komoditas pangan akan efisien dan efektif bila kebijakan peningkatan produktivitas di sektor hulu pangan seperti padi, jagung dan cabai merah dilakukan secara simultan dengan peningkatan investasi di sektor hilirnya. Kebijakan tersebut selain mendorong hilirisasi industri pangan, juga mampu meningkatkan pertumbuhan riil GDP, meningkatkan produksi dan ekspor serta menurunkan jumlah impor pangan olahan.

Pengembangan kegiatan hilirisasi sistem komoditas pertanian juga memerlukan upaya-upaya khusus, diantaranya adalah; (1) Melakukan industrial upgrading secara bertahap dengan meningkatkan struktur endowment (modal dan tenaga kerja). Modal (capital) harus terakumulasi lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja dan SDA. Akumulasi modal dapat diperoleh salah satunya melalui investasi FDI; (2) Mengembangkan hilirisasi yang bersifat Comparative Advantage Following (CAF), yaitu mengeksplorasi comparative advantage dengan learning and innovation; (3) Mendorong investasi asing masuk di sektor hilirisasi terutama yang membutuhkan intensive capital dan advance technology untuk membawa sektor hilirisasi masuk ke pasar internasional, membangun SDM, serta melakukan transfer ilmu pengetahuan; (4) Penetapan standar nasional yang sesuai dengan standar internasional serta penguatan infrastruktur standardisasi, antara lain, berupa laboratorium uji berstandar internasional; (5) Mendorong pengusaha lokal untuk melakukan joint venture dengan

Laporan Tahunan 2017 47

investor asing dan melakukan ekspor; dan (6) Menyelaraskan regulasi untuk trade promotion dan preferential treatment untuk menarik FDI.

5.10. Kajian Efisiensi Rantai Pasok dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Cabai, dan Bawang Merah

Fluktuasi harga merupakan salah satu risiko dan permasalahan yang harus dihadapi para petani dalam proses pemasaran produk hasil pertanian terutama pada saat panen baik untuk komoditas tanaman pangan, perkebunan maupun komoditas hortikultura. Fluktuasi harga akan menjadi polemik di tingkat konsumen pada saat harga di atas harga pasar sampai harga ekstrim tinggi dan cenderung volatil. Komoditas hortikultura yang sering mengalami fluktuasi harga adalah aneka cabai dan bawang merah. Permintaan terhadap dua komoditas ini yang cenderung merata setiap saat, sementara produksi cabai dan bawang merah bersifat musiman, menyebabkan adanya senjang antara pasokan dan permintaan yang menyebabkan terjadinya gejolak harga antar waktu pada dua komoditas tersebut. Kondisi tersebut sering mendorong tingginya inflasi di tingkat daerah dan nasional. Salah satu kondisi yang menarik dari fluktuasi harga di dua komoditas tersebut adalah bahwa peningkatan harga ekstrim tinggi di tingkat pasar dan konsumen ini tidak serta merta diikuti perubahan harga yang ekstrim di tingkat produsen. Atau dengan kata lain, peningkatan harga komoditas cabai maupun bawang merah di tingkat produsen tidak sebanding dengan kenaikan harga di tingkat konsumen.

Untuk mengatasi fluktuasi harga cabai dan bawang merah, dapat dilakukan pengaturan manajemen pola tanam di tingkat produsen dengan pengawasan dari Pemerintah Daerah sehingga waktu panen tidak bersamaan dengan daerah sentra yang lain agar tersedia pasokan sepanjang tahun. Dengan pengaturan pola tanam yang dilakukan Pemerintah Daerah dan bekerjasama dengan pemerintah pusat diharapkan tidak terjadi panen serentak di seluruh wilayah sentra yang berdampak pada jatuhnya harga komoditas tersebut dan akan tersedia pasokan sepanjang tahun.

Pestisida walaupun bukan komponen biaya yang paling tinggi yang dikeluarkan oleh petani tetapi sangat berpengaruh terhadap BEP di tingkat petani, ke depan perlu dipertimbangkan untuk memberikan label Harga Eceran Tertinggi di setiap kemasan pestisida sehingga harganya dapat dikontrol dan seragam di tingkat petani. Dengan adanya label HET di tiap kemasan akan menghindarkan petani membayar pestisida di atas harga yang wajar dan diharapkan dapat mengurangi biaya produksi.

Laporan Tahunan 2017 48

Cabai dan bawang merah merupakan dua komoditas yang cukup strategis baik dari sisi inflasi maupun sisi politik, sehingga perlu adanya kerjasama dengan media massa terkait dengan pemberitaan yang wajar dan berimbang sehingga tidak memicu gejolak harga secara nasional apabila terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi terutama yang diakibatkan oleh gagal panen. Dengan melakukan kerjasama yang baik dengan media, pemberitaan yang berimbang dan wajar akan mengurangi dampak pemicu harga di tingkat nasional karena sifat media yang sangat cepat menyebarkan informasi.

Pasar Induk merupakan acuan harga dasar penjualan untuk semua rantai pasok mulai dari petani sampai pedagang besar untuk itu perlu adanya pengaturan pasokan yang masuk ke pasar induk sehingga berdampak kepada kestabilan harga. Dengan adanya pengaturan pasokan yang masuk ke Pasar Induk diharapkan akan terbentuk kestabilan harga di tiap lini pelaku usaha.

5.11. Kajian Kebijakan Mendorong Akses Petani terhadap Pasar Komoditas Pertanian

Kemampuan petani untuk mengakses pasar sangat dipengaruhi oleh keterampilan, informasi dan organisasi petani produsen. Akses fisik ke pasar yang dipengaruhi oleh jarak ke pasar dan fasilitas jalan untuk sampai ke lokasi petani menjadi perhatian utama masyarakat pedesaan di seluruh negara berkembang. Akses fisik yang buruk akan menghambat kemampuan produsen untuk membeli input produksi dan menjual hasil panennya. Selain itu, kondisi ini juga mengakibatkan biaya transportasi dan biaya transaksi yang tinggi, baik untuk pembeli maupun penjual, serta mengarah ke pasar monopoli yang tidak kompetitif. Akses pasar merupakan penentu utama sistem produksi petani perdesaan. Pasar perdesaan ditandai oleh hubungan asimetris yang ekstrim antara sejumlah besar produsen/konsumen kecil dan pelaku pasar yang jumlahnya sedikit. Struktur pasar yang demikian mengindikasikan keadaan yang tidak kompetitif, tidak dapat diprediksi dan sangat tidak adil.

Hasil identifikasi penawaran dan permintaan beras, jagung, cabai, dan bawang merah di pasar dunia selama periode 2010 – 2016 menunjukkan bahwa terdapat dinamika pelaku pasar ekspor maupun impor untuk masing-masing komoditas. Namun demikian, lima sampai sepuluh negara eksportir dan importir utama masing-masing komoditas relatif tetap, kalaupun ada perubahan relatif terbatas pada posisi urutan besaran volume ekspor maupun impor dari negara-negara eksportir dan importir utama komoditas tersebut di pasar dunia. Pemain baru sebagai eksportir maupun importir komoditas di pasar dunia relatif terbatas.

Laporan Tahunan 2017 49

Standardisasi dan sertifikasi produk diberikan sebagai acuan dalam mengukur mutu produk dan atau jasa dalam perdagangan. Penerapan standar mutu ini dimaksudkan agar produk pertanian Indonesia masuk dalam daftar produk unggulan yang berorientasi pasar ekspor dan sekaligus mengangkat produk khas Indonesia menempati posisi strategis di pasar global. Codex, ISO, dan HACCP adalah beberapa standar mutu internasional yang juga diarahkan untuk dipenuhi komoditas ekspor pertanian asal Indonesia. Produk yang memenuhi standar mutu secara nasional dan internasional berarti mendapatkan pengakuan global atas produk yang dipasarkan.

Dari hasil analisis Herfindahl Index dan rasio konsentrasi dapat disimpulkan bahwa struktur pasar beras di pasar internasional merupakan struktur pasar oligopoli dengan konsentrasi pasar yang sedang. Pasar internasional jagung menunjukkan struktur pasar yang cenderung ke monopoli dengan konsentrasi pasar yang sedang. Struktur pasar internasional bawang merah mengarah ke persaingan monopolistik dengan konsentrasi pasar yang sedang. Struktur pasar internasional cabai merupakan struktur pasar oligopoli dengan konsentrasi pasar yang sedang.

Secara teknis petani belum mengimplementasikan teknologi yang disesuaikan dengan anjuran Good Farming Practice. Selain itu petani belum sepenuhnya dapat memenuhi persyaratan teknis terkait dengan karakteristik produk yang diinginkan oleh negara importir. Dari sisi ekonomi, petani masih menghadapi permasalahan modal untuk usaha tani. Petani sangat tergantung kepada subsidi pemerintah dan pinjaman untuk modal dari pedagang/kios saprodi dengan bunga yang relatif tinggi.

Selain itu, petani juga masih menghadapi kesulitan dalam mengakses pasar internasional karena harga yang kurang kompetitif, sehingga petani hanya memasarkan hasil panennya kepada pedagang pengumpul atau bakul di tingkat desa atau pedagang besar yang ada di desa. Upaya untuk meningkatkan akses pasar ke pasar internasional/luar negeri sangat penting, terutama bagi negara berkembang, seperti Indonesia. Keuntungan riil yang lebih besar akan dicapai dengan adanya liberalisasi perdagangan komoditas pertanian di negara lain. Keuntungan pendapatan riil (GDP) yang diproyeksikan untuk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 1%. Peningkatan riil GDP ini terlihat masih relatif kecil karena persentase peningkatan impor lebih besar dari ekspor.

Implikasi kebijakan peluang pasar ekspor beras, jagung, cabai dan bawang merah dari Indonesia masih terbuka mengingat masih adanya kecenderungan peningkatan permintaan komoditas-komoditas tersebut di pasar dunia. Namun demikian pemenuhan permintaan domestik

Laporan Tahunan 2017 50

yang juga terus meningkat perlu mendapat prioritas utama. Bersamaan dengan itu, peningkatan produksi keempat komoditas tersebut tidak cukup hanya di sisi kuantitas, namun perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan efisiensi produksi sehingga harga komoditas yang diekspor Indonesia mampu bersaing dengan harga yang terjadi di pasar dunia.

Dengan struktur pasar dunia komoditas yang diteliti memperlihatkan kecenderungan kepada pasar oligopsoni dan monopsoni maka posisi tawar negara produsen kecil akan semakin sulit. Pembeli cenderung mempunyai market power untuk dapat mempengaruhi harga yang terjadi di pasar internasional. Di pasar domestik, petani menghadapi persaingan yang sangat ketat di pasar komoditas yang diteliti. Selain harga yang harus kompetitif juga harus mempunyai sertifikat aman dengan karakteristik komoditas yang sesuai dengan permintaan pasar. Dengan kata lain, karakteristik produk yang diekspor harus sesuai dengan keinginan negara mitra dagang, baik rasa, ukuran dan warna.

Untuk meningkatkan kualitas agar sesuai dengan standar yang diminta, secara teknis diperlukan dukungan pemerintah terkait implementasi Good Farming Practice dan peraturan pemerintah untuk mendukung proses produksi komoditas pertanian agar dapat menembus pasar ekspor. Pembinaan petani untuk memiliki lembaga ekonomi yang mandiri sangat diperlukan, agar petani tidak mengandalkan sumber modal dari pihak lain. Pengetahuan petani tentang rantai pemasaran hingga menembus pasar ekspor perlu disosialisasikan disertai cara menjalin kemitraan terkait prosedur akses pasar ekspor.

Peningkatan akses pasar ekspor dapat terjadi karena karakteristik produk yang sesuai permintaan negara pengimpor dan produksi yang meningkat. Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan bantuannya kepada petani karena petani masih sangat tergantung pada subsidi dari pemerintah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa ekspor komoditas perkebunan, seperti karet, kelapa sawit, dan kakao tampak menurun. Oleh karena itu, pemerintah perlu juga memberikan subsidi kepada petani swadaya (pekebun), misalnya memberikan subsidi input (benih dan pupuk) untuk peremajaan di lahan pekebunan skala kecil (smallholder). Hal ini penting dilakukan karena komoditas perkebunan adalah komoditas andalan ekspor Indonesia.

Laporan Tahunan 2017 51

5.12. Kajian Efisiensi Rantai Pasok Komoditas Ayam Ras Pedaging dan Petelur dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing dan Kesejahteraan Peternak

Pada industri ayam ras, efisiensi menjadi pertimbangan penting bagi daya saing. Untuk meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan integrasi vertikal. Menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN, negara yang mendapat manfaat adalah yang memiliki daya saing dalam menghasilkan dan mendistribusikan produk ayam ras. Untuk itu, industri ayam ras nasional perlu meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk berbasis teknologi dan bisnis modern.

Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Terdapat lima pola usaha kemitraan dan satu pola usaha mandiri dan pola Kemitraan Kontrak Harga Nasional (KKHN) mendominasi usaha ayam ras pedaging nasional; (2) Usaha ayam ras umumnya sudah menerapkan Manajemen Rantai Pasok (MRP), namun belum mendorong peningkatan nilai tambah; (3) Kualitas DOC yang diterima peternak tidak sesuai harapan; (4) Pola KKHN diantaranya menggunakan kandang close house, memiliki kinerja efisiensi terbaik dan keuntungan tertinggi; (5) Usaha ayam ras petelur skala kecil layak secara finansial; dan (6) Pedagang telah melakukan usaha secara efisien dengan memotong rantai pasok dan melakukan penetrasi pasar pada daerah-daerah tertentu.

Beberapa rekomendasi kebijakan, diantaranya: (1) Agar bertahan hidup, pola kemitraan lokal dan regional mengadopsi pola KKHN; (2) Pemerintah mendorong peternak membentuk asosiasi dan membuka saluran komunikasi berkala melalui asosiasi; (3) Sebaiknya deposit peternak di perusahaan inti dapat digunakan peternak untuk melakukan renovasi kandang; (4) Penerapan Permentan 32/2017 keberadaan RPA dan rantai dingin tidak hanya untuk usaha mandiri tetapi perusahaan inti yang mengusahakan usaha kemitraan; (5) Pemerintah meningkatkan perannya dalam pengawasan peredaran DOC, ayam dan telur produksi pembibitan; (6) Perlu introduksi kandang close house dan semi-close house ke peternak skala kecil; (7) Rantai pasok ayam dan telur dapat memanfaatkan Toko Tani Indonesia (TTI) dan Rumah Pangan Kita (RPK).

Laporan Tahunan 2017 52

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL DAN KERJA SAMA PENELITIAN

6.1. Publikasi Hasil–Hasil Penelitian

6.1.1. Jenis–Jenis Publikasi

Sebagai lembaga penelitian, PSEKP telah banyak melakukan kegiatan penelitian baik dengan anggaran APBN maupun kerja sama dengan pihak luar. Hasil penelitian tersebut tentu saja akan memiliki kegunaan jika dapat dimanfaatkan oleh pengguna baik dari kalangan pengambil kebijakan, akademisi, peneliti, petani atau kalangan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, kegiatan publikasi menjadi sangat penting sebagai media diseminasi dan penyebarluasan informasi hasil penelitian. Publikasi dinilai sangat efektif dalam penyebarluasan hasil penelitian karena dapat mencapai khalayak secara luas, dapat bertahan dalam jangka panjang, serta memungkinkan untuk dibaca dan ditelaah secara berulang-ulang. Kegiatan publikasi hasil penelitian dan analisis sosial ekonomi pertanian merupakan aktivitas rutin yang dilakukan PSEKP setiap tahun. Pada tahun anggaran 2017 PSEKP telah menerbitkan enam jenis publikasi sebagai berikut:

(1) Jurnal Agro Ekonomi

Jurnal Agro Ekonomi (JAE) merupakan publikasi ilmiah yang memuat hasil penelitian primer sosial ekonomi pertanian. Penerbitan JAE dimaksudkan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional para ahli sosial ekonomi pertanian dan sarana untuk memperoleh informasi bagi pengambil kebijakan, pelaku, dan pemerhati pembangunan pertanian dan perdesaan. JAE terbit dua kali setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Tabel 13 menyajikan judul-judul dan penulis naskah JAE Vol. 34 No. 2 dan Vol. 35 No. 1.

Tabel 13. Judul dan penulis naskah JAE, 2017

No. Judul Penulis JAE Volume 34 No.2

1. Dampak Kebijakan Input, Output, dan Perdagangan Beras terhadap Diversifikasikan Pangan Pokok

Edi Setiawan, Sri Hartoyo, Bonar M.Sinaga, M. Parulian Hutagaol

2. Analisis Kepuasan Petani terhadap Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Padi

I Gusti Made Gama, Rina Oktaviani, Amzul Rifin

3. Peranan Koperasi terhadap Penurunan Biaya Transaksi Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Boyolali

Anis Nur Aini, Yusman Syaukat, Amzul Rifin

Laporan Tahunan 2017 53

No. Judul Penulis 4. Pengaruh Saluran Komunikasi Interpersonal

terhadap Keputusan Adopsi Inovasi Pertanian Bioindustri Integrasi Serai Wangi-Ternak di Provinsi Jawa Barat

Rushendi, Sarwititi Sarwoprasodjo, Retno Sri Hartati Mulyandari

5. Pembandingan Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Konsumsi dan Benih di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah

Astari Miranti, Yusman Syaukat, Harianto

No. Judul Penulis JAE Volume 35 No. 1

1. Mapping of Microfinance in Order to Support the Sustainability of Agriculture Financing in Padang

Zednita Azriani, Cindy Paloma, Yusri Usman

2. Dampak Kebijakan Pajak Ekspor dan Tarif Impor terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Kakao di Indonesia

Julia Forcina Sinuraya, Bonar M. Sinaga, Rina Oktaviani, Budiman Hutabarat

3. Impact of Indonesia-India Free Trade Agreements/FTA on Agricultural Sector of Indonesia: A CGE Analysis

Reni Kustiari, Hermanto

4. Pengaruh Ekspor, Impor dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Indonesia

Suharjon, Sri Marwanti, Heru Irianto

5. Analisis Kelayakan Pengembangan Usahatani pada Wilayah Lingkar Tambang Emas di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara

R. Marsuki Iswandi, La Baco, Lukman Yunus, La Ode Alwi

(2) Forum Agro Ekonomi

Forum Agro Ekonomi (FAE) merupakan publikasi ilmiah yang memuat critical review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dan juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan-gagasan ataupun konsepsi-konsepsi orisinil dalam bidang sosial dan ekonomi pertanian. FAE terbit dua kali setahun dan dicetak sebanyak 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Tabel 14 menyajikan judul-judul dan penulis naskah FAE Vol. 34 No.2 dan FAE Vol. 35 No. 1.

Tabel 14. Judul dan penulis naskah FAE, 2017

No. Judul Penulis

FAE Volume 34 No.2

1. Relevansi Konsep dan Gerakan Pertanian Keluarga (Family Farming) serta Karakteristiknya di Indonesia

Syahyuti

2. Kebijakan Insentif untuk Petani Muda: Pembelajaran dari Berbagai Negara dan Implikasinya bagi Kebijakan di Indonesia

Sri Hery Susilowati

Laporan Tahunan 2017 54

No. Judul Penulis

3. Transformasi Pertanian dan Krisis Air di Bali dalam Perspektif Ekologi Politik

Herlina Tarigan

4. Penerapan Konsep Manajemen Rantai Pasok pada Produk Unggas

Saptana, Rangga Ditya Yofa

5. Kinerja Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian dan Implikasinya dalam Upaya Percepatan Produksi Pangan di Indonesia

Bambang Sayaka, Rizma Aldillah

No. Judul Penulis FAE Volume 35 No. 1

1. Dinamika Perubahan Harga dan Perdagangan Padi Jagung Kedelai serta Implikasinya terhadap Pendapatan Usaha Tani

Rizma Aldillah

2. Determinant Factors of Organic Farming Adoption: International Research Result and Lesson Learned for Indonesia

Ashari

3. Kebijakan Harga Beras Ditinjau dari Dimensi Penentu Harga: Suatu Telaahan Konsepsional

Hermanto, Saptana

4. Urgensi Komunikasi dalam Kelompok Kecil untuk Mempercepat Proses Adopsi Teknologi Pertanian

Cut Rabiatul Adawiyah

5. Kelembagaan Lahan Petani untuk Meningkatkan Produksi, Produktivitas, dan Pendapatan Petani

Titik Ekowati, Edy Prasetyo, Bambang Trisetyo Eddy

(3) Analisis Kebijakan Pertanian

Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) adalah media ilmiah yang memuat isu-isu aktual kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. AKP terbit dua kali dalam setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Tabel 15 menyajikan judul-judul dan penulis naskah AKP Vol. 14 No. 2 dan AKP Vol. 15 No.1.

Tabel 15. Judul dan penulis naskah AKP, 2017

No. Judul Penulis AKP Volume 14 No. 2

1. Modernisasi Penyuluhan Pertanian di Indonesia: Dukungan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 terhadap Eksistensi Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Daerah

Syahyuti

2. Strategi Komunikasi Pemanfaatan Varietas Unggul Baru Padi Toleran Rendaman

Herlina Tarigan, Rita Nur Suhaeti, Rudy Sunarja Rivai

3. Ketahanan Pangan dan Kemiskinan di Provinsi Aceh

Zakiah

Laporan Tahunan 2017 55

No. Judul Penulis

4. Peningkatan Produksi Ubi Kayu Berbasis Kawasan di Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan

Ening Ariningsih

5. Perilaku Harga Produk Peternakan pada Hari Besar Keagamaan Nasional

Atien Priyanti, Ismeth Inounu

6. Urgensi dan Opsi Perubahan Kebijakan Subsidi Pupuk

Sri Hery Susilowati

No. Judul Penulis AKP Volume 15 No. 1

1. Kebutuhan dan Ketersediaan Lahan Cadangan untuk Mewujudkan Cita-Cita Indonesia sebagai Penyedia Pangan Dunia

Anny Mulyani, Fahmuddin Agus

2. Perdagangan Antarpulau Beras di Provinsi Sulawesi Selatan

Sri Hery Susilowati

3. Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di Indonesia

Rizma Aldillah

4. Kinerja Berbagai Pola Usaha Pembibitan Sapi Lokal di Beberapa Daerah Pengembangan Sapi Potong

Nyak Ilham, Kurnia Suci Indraningsih, Roosganda Elizabeth

5. Manajemen Rantai Pasok Komoditas Ternak dan Daging Sapi

Saptana, Nyak Ilham

(4) Buku Tematik

Buku Tematik adalah media cetak yang memuat tulisan ilmiah peneliti PSEKP mengenai topik yang sesuai dengan kepakaran dan spesialisasi peneliti atau terkait dengan topik yang sedang menjadi isu menarik. Pada tahun 2017 diterbitkan satu buah buku tematik, seperti disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Judul dan penyusun buku tematik, 2017

No. Judul Buku Penyusun

1. Temuan-Temuan Pokok dan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian dari Hasil-Hasil Penelitian PSEKP Tahun 2015

Syahyuti, Abdul Basit, Ketut Kariyasa, Sri Hery Susilowati, Sri Hastuti Suhartini, Yana Supriyatna, Ening Ariningsih

Laporan Tahunan 2017 56

(5) Agro-Socioeconomic Newsletter

Newsletter ini merupakan media berbahasa Inggris yang diterbitkan pertama kali tahun 2007. Media ini diterbitkan dalam upaya memperluas jangkauan pembaca, baik untuk berbagai mitra dan lembaga riset serta lembaga pemerintahan di dalam negeri dan di luar negeri. Oleh karena itu, untuk setiap terbitan, media ini disebarkan ke berbagai lembaga pemerintah, kalangan perguruan tinggi, lembaga riset lain, swasta, dan lain-lain. Untuk kalangan dari luar negeri, media ini disampaikan secara langsung kepada beberapa lembaga riset dan donor yang berkantor di Indonesia, serta melalui website (http://www.pse.litbang. pertanian.go.id).

Sebagai newsletter, informasi yang disajikan merupakan informasi yang bersifat paling baru dan sedang hangat dibicarakan. Harapannya adalah agar pembaca dapat mengetahui informasi paling baru serta memperoleh respon dari kalangan pembaca secara cepat pula. Topik-topik utama yang selalu hadir dalam setiap terbitan, yaitu temuan-temuan penelitian yang menarik (research findings), tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang terbaru tentang pembangunan pertanian (recent policy development), kegiatan penelitian di PSEKP (research activities), serta berita seputar lembaga PSEKP (ICASEPS news).

Newsletter diterbitkan dengan frekuensi penerbitan sebanyak tiga kali setiap tahun, masing-masing 500 eksemplar setiap terbit. Jumlah halaman tiap terbit adalah delapan halaman berwarna penuh (full color). Pada tahun 2017 Newsletter diterbitkan sebanyak tiga nomor terbitan, yaitu Vol. 09 No. 3, Vol. 10 No.1 dan No. 2. Tabel 17 menyajikan daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter tahun 2017.

Tabel 17. Daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter , 2017

Newsletter Volume 09 No. 3

1. Strengthening Seed Growers Institution to Support the Seed Self-Reliance Region Model (MKMB)

2. National Food Security in the Regional and Global Free Trade 3. New Regulation on People’s Business Credit 4. Regulation of Minister of Agriculture on Food crop and Forage

Seed 5. Policy on Rice Seed System 6. Publications 7. ICASEPS News

Newsletter Volume 10 No. 1 1. Dynamics of Food Consumption Patterns and Its Implications on

Agricultural Commodity Development 2. Irrigation Management for Sustainable Food Self-Sufficiency 3. Wetland (Sawah) Area Extension

Laporan Tahunan 2017 57

4. Research Activities 5. Publication 6. Agricultural and Rural Development Seminar 7. International Conference on “Advance Technologies and Their

Application in Agriculture” 8. 4th Singapore Dialogue on Sustainable World Resources

Newsletter Volume 10 No. 2 1. Growth Sources of Corn and Soybean Production 2. Cattle Breeding Patterns Assessment to Support the Beef Cattle

Breeding Stock Regional Development 3. Program to Accelerate the Population of Cattle and Water Buffalo 4. Research Activities 5. Publications 6. Sustainable Agriculture and Rural Poverty Reduction 7. The Crawford Parliamentary Conference and The Mobile Acquired

Data Showcase 8. ICASEPS’ Reguler Seminar 9. Welcome

(6) Leaflet

Leaflet adalah media cetak ilmiah peneliti PSEKP yang memberikan informasi detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta disesuaikan dengan kelompok sasaran, dan topik yang sedang menjadi isu menarik atau untuk kegiatan seminar yang sifatnya Nasional. Pada tahun 2017 diterbitkan sebanyak delapan leaflet, masing-masing 500 eksemplar setiap terbitannya. Tabel 18 menyajikan daftar judul leaflet yang diterbitkan selama tahun 2017.

Tabel 18. Daftar judul leaflet, 2017

No Judul 1. Dampak Bantuan Alsintan terhadap Percepatan Peningkatan

Produksi Pangan 2. Kita Membutuhkan Sumber-Sumber Pertumbuhan Baru untuk

Mendorong Produksi Jagung dan Kedelai Nasional 3. Profil Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)

Bahasa Inggris 4. Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Bukan Sawah 5. Sistem Komunikasi Pemanfaatan Varietas Unggul Baru Padi Toleran

Rendaman dalam Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan 6. Profil Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) 7. Publikasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) 8. Ragam Pola Usaha Pembibitan Ternak Sapi di Indonesia

Laporan Tahunan 2017 58

6.1.2. Pendistribusian Hasil Publikasi

Berbagai jenis publikasi yang telah dihasilkan PSEKP disebarluaskan ke berbagai instansi terkait seperti Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen, dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain. Pendistribusian dilakukan melalui paket pos, diantar langsung untuk wilayah Jabodetabek, dan melalui tamu-tamu yang datang ke PSEKP. Tabel 19 menyajikan distribusi publikasi ilmiah selama tahun 2017.

Tabel 19. Distribusi publikasi ilmiah, 2017

Jenis Publikasi

Penerima publikasi Jumlah

(Eks/Terbitan) JAE Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti

PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

FAE Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

AKP Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

Prosiding Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

275

Tematik Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

275

Agro-Socioeconomic

Newsletter

Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

6.1.3. Dewan Redaksi

Pengelolaan penerbitan publikasi PSEKP, baik berupa terbitan berkala ilmiah (jurnal) maupun terbitan berkala non ilmiah dilakukan

Laporan Tahunan 2017 59

oleh Dewan Redaksi yang ditetapkan secara khusus. Dewan Redaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian, sedangkan Dewan Redaksi Agro-Socioeconomic Newsletter ditetapkan berdasarkan Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Tabel 20).

Tabel 20. Susunan Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana JAE, FAE, AKP, dan Agro-Socioeconomic Newsletter, Tahun 2017

No. Nomor Surat Keputusan

/ Penugasan Publikasi Susunan Dewan Redaksi

1. 175.4/Kpts/OT.050/H/06/2017

JAE Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Dewan Redaksi: Prof. Dr. Pantjar Simatupang (Ketua) Prof. Dr. Dewa Ketut Sadra Swastika Dr. I Ketut Kariyasa Dr. Reni Kustiari Dr. Bambang Irawan Dr. Adang Agustian Dr. Saktyanu Kristyantoadi D. Dr. Kurnia Suci Indraningsih Redaksi Pelaksana: Dr. Syahyuti Dr. Erma Suryani Dr. Ening Ariningsih Ibnu Salman, A.Md. Agus Suwito

2.

175.5/Kpts/OT.050/H/06/2017

FAE Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Dewan Redaksi: Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (Ketua) Dr. Syahyuti Dr. Sri Hery Susilowati Dr. Saptana Dr. Rita Nur Suhaeti Dr. Erna Maria Lokollo Redaksi Pelaksana: Dr. Syahyuti Dr. Herlina Tarigan Dra. Tita Dvijati Permata, M.Si. Ni Nyoman Sri Sunari, S.E. Agus Suwito Ibnu Salman, A.Md.

Laporan Tahunan 2017 60

No. Nomor Surat Keputusan

/ Penugasan Publikasi Susunan Dewan Redaksi

3. 175.3/Kpts/OT.050/H/06/2017

AKP Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Dewan Redaksi: Prof. Dr. Achmad Suryana (Ketua) Dr. Handewi Purwati Saliem Dr. Bambang Sayaka Dr. Hermanto Dr. Erwidodo Dr. Nyak Ilham Dr. Henny Mayrowani Redaksi Pelaksana: Dr. Syahyuti Ir. Sunarsih, M.Si. Ir. Wahyuning K. Sejati, M.Si. Ir. Wartiningsih Restu Puji Hidayat, A.Md.

4. 517/Hm.140/A.11/04/ 2017

Agro-Socioeconomic Newsletter

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Dewan Redaksi: Dr. Sahat M. Pasaribu Dr. Bambang Sayaka Dr. Syahyuti Dr. Ening Ariningsih Koordinator Pelaksana: Kardjono Redaksi Pelaksana: Rina Cantayani, S.H. Ibnu Salman, A.Md. Eti Suhaeti

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian

Hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (termasuk PSEKP) baru akan memiliki makna dan manfaat setelah sampai kepada para stakeholder atau pengguna. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi (mulai dari pengolahan sampai penyebarluasan hasil penelitian) memegang peranan sangat penting. Dalam penyelenggaraan komunikasi, perlu juga didukung dengan dokumentasi yang baik. Kegiatan dokumentasi dapat berupa pengabadian suatu peristiwa/momen kegiatan komunikasi atau manajemen kearsipan bahan-bahan komunikasi.

Pada tahun anggaran 2017 kegiatan komunikasi dan dokumentasi penelitian yang dilaksanakan PSEKP meliputi (1) seminar rutin, seminar

Laporan Tahunan 2017 61

proposal, dan seminar hasil penelitian 2017, (2) rapat Dewan Redaksi; (3) pembuatan website; (4) dokumentasi; dan (5) penyebaran publikasi.

6.2.1. Seminar

Selama tahun 2017 PSEKP telah menyelenggarakan berbagai seminar, di antaranya Seminar Rutin, Seminar Proposal, dan Seminar Hasil Penelitian. Kegiatan seminar tersebut bertujuan untuk mengomunikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan untuk mendapatkan umpan balik atau masukan dari para stakeholder. Khusus Seminar Rutin, selain bertujuan untuk mencari masukan dari stakeholder, juga dijadikan sebagai ajang /media menumbuhkan “budaya ilmiah” di PSEKP sebagai salah satu lembaga penelitian. Tabel 21 menyajikan judul-judul makalah dan pembicara seminar rutin tahun 2017.

Tabel 21. Judul makalah dan pembicara pada seminar rutin, 2017

No. Tgl

Pelaksanaan Topik Seminar Pembicara

1. 13-01-2017 Menyikapi Kekalahan Indonesia dalam Proses Penyelesaian Sengketa Dagang DSB-WTO: Kasus Kebijakan Impor Hortikultura, Hewan dan Produk Hewan

Dr. Erwidodo

2 24-02-2017 Review dan Perumusan Indikator Kesejahteraan Petani

Prof. Pantjar Simatupang

3. 30-03-2017 Pemetaan Daya Saing Pertanian di Indonesia

Dr. Saktyanu Kristyantoadi D.

4. 26-04-2017 Subsidi Pupuk: Pengalaman dan Perlunya Perubahan Kebijakan

Dr. Sri Hery Susilowati

5. 08-06-2017 Pembelajaran dari Inovasi Kelembagaan Petani Perkebunan dan Proses Penyusunan UU Perkebunan

Prof. Dr. Agus Pakpahan

6. 20-07-2017 Tantangan dan Arah Kebijakan Pengembangan Asuransi Pertanian

Dr. Sahat M. Pasaribu

Laporan Tahunan 2017 62

7. 31-08-2017 Evaluasi Konsep dan Implementasi UPSUS SIWAB

Dr. Nyak Ilham

8. 28-09-2017 Sawit Indonesia yang Berkelanjutan, Tantangan dan Kebijakan yang Diharapkan

Dr. Delima Hasri Azahari

9. 26-10-2017 Keberadaan Surplus dan Cadangan Beras Masyarakat Serta Kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah

Prof. Dr. Achmad Suryana

10. 13-12-2017 Pemanfaatan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) untuk Perluasan Lahan Pertanian dan Kesejahteraan Petani

Dr. Syahyuti

6.2.2. Pengelolaan Website

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, PSEKP telah membangun situs atau Website sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah online dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam. Situs atau website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengelolaan website PSEKP menjadi tanggung jawab Tim Redaksi Website PSEKP yang ditetapkan melalui Surat Penugasan Kepala PSEKP Nomor 517/TI.130/A.11/4/2016. Adapun susunan Tim Redaksi Website PSEKP tersebut adalah sebagai berikut.

Penanggung jawab : Dr. Erma Suryani

Dewan Redaksi : 1. Dr. Syahyuti (Ketua) 2. Dr. Ening Ariningsih (Anggota) 3. Rizma Aldillah, S.P., M.Si. (Anggota)

Koordinator : Rina Cantayani, S.H.

Redaksi Pelaksana : 1. Ibnu Salman, A.Md. 2. Edi Ahmad Saubari, A.Md.

3. Restu Puji Hidayat, A.Md.

Laporan Tahunan 2017 63

Perkembangan jumlah pengakses website PSEKP dan frasa kata yang digunakan dalam pencarian selama tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23. Data materi yang diunduh dapat dilihat pada Tabel 24, sedangkan materi yang diunggah dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 22. Jumlah pengunjung website PSEKP, 2017

Bulan Jumlah

pengunjung Jumlah

kunjungan Jumlah halaman yang dikunjungi

Januari 14.522 27.374 426.561

Februari 18.406 42.330 594.199

Maret 24.745 59.358 661.112

April 2.1137 54.348 170.859

Mei 22.349 69.555 176.355

Juni 22.606 75.293 248.013

Juli 41.389 107.776 162.938

Agustus 23.624 65.779 253.486

September 22.754 63.206 245.246

Oktober 14,539 42,777 153,312

November 13,235 43,708 235,322

Desember 11,966 37,678 213,510

Tabel 23. Kata/frasa yang digunakan dalam pencarian, 2017

No. Kata/frasa Jumlah Kata/frasa Jumlah

1. hasil penelitian 310 pertanian 2.234

2. laporan hasil penelitian 240 kebijakan 1.643

3. kebijakan investasi 96 penelitian 914

4. kebijakan produksi 91 pangan 813

5. padi 81 hasil 772

6. krpl 80 ekonomi 712

7. kemandirian pangan 70 indonesia 589

8. hasil laporan penelitian 55 jurnal 572

9. lembaga keuangan mikro agribisnis

50 petani

522

10. pengertian gap good agricultural practices

39 pembangunan 471

11. bantuan sapi kementerian pertanian

36 sosial 442

Laporan Tahunan 2017 64

No. Kata/frasa Jumlah Kata/frasa Jumlah

12. kawasan rumah pangan lestari 33 laporan 404

13. luas lahan 33 investasi 364

14. gapoktan 32 analisis 359

15. kebijakan investasi di indonesia 32 harga 345

16. jurnal ekonomi pertanian 31 faktor 338

17. faktor ketersediaan pangan 30 lembaga 313

18. nilai tukar petani 30 lahan 309

19. krpl adalah 29 padi 277

20. gambar padi 27 pengembangan 261

Tabel 24. Materi website PSEKP yang diunduh (download), 2017

No. Artikel yang diunduh Jumlah

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi, dan Harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan

A. Husni Malian, Sudi Mardianto, dan Mewa Ariani

1.207

2. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia

Henny Mayrowani

1.705

3. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Pertanian

Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

1.536

4. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi Pangan

Bambang Irawan

1.283

5. Konsep dan Implementasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Rudy S. Rivai dan Iwan S. Anugrah

1.110

6. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Ashari, Saptana, dan Tri Bastuti Purwantini

1.027

7. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani

Akhmad Musyafak dan Tatang M. Ibrahim

968

8. Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Ketut Gede Mudiarta

953

9. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Keputusan Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu

Kurnia Suci Indraningsih

949

Laporan Tahunan 2017 65

No. Artikel yang diunduh Jumlah

10. Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu

S. Rusdiana dan Wahyuning K. Sejati

926

11. Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan

Henny Mayrowani dan Ashari

897

12. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani

Hermanto dan Dewa K.S. Swastika

850

13. Kendala Pelaksanaan Landreform di Indonesia: Analisa Terhadap Kondisi dan Perkembangan Berbagai Faktor Prasyarat Pelaksanaan Reforma Agraria

Syahyuti

819

14. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Situgede Kota Bogor

Siti Rochaeni dan Erna M. Lokollo

810

15. Analisis Fungsi Keuntungan, Efisiensi Ekonomi dan Kemungkinan Skema Kredit Bagi Pengembangan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor

Syafrudin Mandaka dan M. Parulian Hutagaol

784

16. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan

Mewa Ariani

755

17. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan

Ening Ariningsih dan Handewi P.S. Rachman

737

18. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani

Kedi Suradisastra

712

19. Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sujana Royat

669

20. Potensi dan Prospek Lahan Rawa sebagai Sumber Produksi Pertanian

Wayan Sudana

638

Laporan Tahunan 2017 66

Tabel 25. Materi website PSEKP yang diunggah (upload), 2017

Bulan Materi

Januari Berita

Menyikapi Keputusan Panel DSB-WTO: Kasus Kebijakan Impor Produk Hortikultura, Hewan, dan Produk Hewan

Rapat Kerja PSEKP TA 2017

Februari Berita

Indonesia Sudah Swasembada Protein dan Berupaya Meraih Swasembada Protein Hewani

April Berita

Gerakan Tanam Cabai Untuk Kemandirian Pangan

Subsidi Pupuk: Pengalaman dan Perlunya Perubahan Kebijakan

Juni Berita

Pembelajaran dalam Inovasi Institusi: Kasus Perkebunan

Juli Berita

Halal Bi Halal 1438 H dan Pelepasan Purna Bakti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Agustus Berita

Lesson Learn Program Asuransi Pertanian dan Merumuskan Model ke Depan

Sistem

Upgrading sistem CMS dan database web PSEKP dari Joomla v2.5.6 menjadi v.3.2

Buku

Newsletter Vol. 09

Tematik “Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan”

Booklet & Leaflet

Laporan Tahunan 2016

Informasi lainnya

Konten “hubungi kami”

Sejarah

Visi & Misi

Tupoksi

Struktur Organisasi

Fasilitas Pendukung

Perpustakaan

Agenda Kegiatan PSEKP

Laporan Tahunan 2017 67

Bulan Materi

Profil Pejabat Struktural

Profil Pejabat Fungsional

Analisis Kebijakan Tahun 2015

Kegiatan Penelitian 2017

Laporan Hasil Penelitian 2016

Policy Brief 2015

Informasi Publik (Daftar aset, RKA KL, Renstra, LAKIN, DIPA, RKT, PK, IKM)

Matriks Surat Masuk & Keluar 2014-Juli 2017

September Berita

Evaluasi Konsep dan Implementasi UPSUS SIWAB

Sosialisasi Reformasi Birokrasi Kementan dan Pelaksanaan Bimtek E-Kinerja PSEKP

Informasi lainnya

Policy Brief Tahun 2016

Oktober Berita

Kelapa Sawit Indonesia Semakin Menjadi Andalan Ekonomi Nasional

Keberadaan Surplus dan CPM Beras Serta Kebutuhan CPP Beras

November Berita

Sosialisasi Penggunaan Aplikasi CommCare Dalam Pengumpulan Data Primer Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian

Desember Berita

Gubernur Riau Ngajak Petani Mengembangkan Pertanian Modern pada Panen Raya di Bengkalis

Panen Padi Sebagai Awal Terjadinya Proses Regenerasi dan Wahana Kumpul Keluarga Bagi Petani di Kabupaten Rokan Hulu-Riau

6.3. Perpustakaan

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang besar terhadap perkembangan perpustakaan, sehingga perpustakaan harus mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penyedia koleksi dan informasi yang semakin baik. Koleksi dan informasi yang disediakan tersebut disesuaikan dengan lembaga induknya.

Laporan Tahunan 2017 68

Agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya, selain menyediakan koleksi bahan pustaka baik tercetak maupun elektronik, perpustakaan perlu didukung oleh tenaga pengelola dan fasilitas yang memadai. Untuk evaluasi hal tersebut perlu dibuatkan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun ke belakang dan rencana satu tahun ke depan.

6.3.1. Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka dilakukan dengan cara pembelian, hadiah atau hibah dan tukar menukar. Jenis bahan pustaka yang diadakan adalah buku dan jurnal terbitan dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, perpustakaan mengumpulkan karya tulis ilmiah para peneliti dan akademisi yang tidak atau belum diterbitkan seperti makalah seminar hasil penelitian, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Dengan anggaran sebesar Rp.40.425.000,- pada tahun 2017 perpustakaan telah merealisasikan dana sebesar Rp.40.393.750,- atau sebesar 99,92% dari total anggaran yang ada. Realisasi pengadaan bahan pustaka tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 23,07% dari pengadaan tahun 2016.

Tahun 2017 perpustakaan telah membeli 237 eksemplar buku yang terdiri atas buku-buku statistik terbitan Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, Bank Indonesia, Centre of Strategic and International Studies, buku teks, dan majalah. Rincian pengadaan bahan pustaka berupa buku selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 26.

Selain membeli, perpustakaan juga menerima hadiah berupa buku, jurnal, dan majalah dari berbagai instansi pemerintah dan swasta dan juga hibah dari perorangan serta tukar menukar. Tabel 26 menyajikan daftar pengadaan bahan pustaka selama tahun 2017.

Tabel 26. Pengadaan bahan pustaka, 2017

No. Uraian Banyaknya

1 Indeks Pembangunan Manusia 2015 1 eks

2 Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus 2016 1 eks

3 Keadaan Pekerja di Indonesia Agustus 2016 1 eks

4 Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2016 1 eks

5 Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi 2013-2016 1 eks

6 Statistik Industri Manufaktur Indonesia 2014 (Bahan Baku)

1 eks

Laporan Tahunan 2017 69

No. Uraian Banyaknya

7 Statistik Industri Manufaktur Indonesia 2014 (Produksi) 1 eks

8 Statistik Industri Manufaktur Indonesia 2014 (Indonesia) 1 eks

9 Indikator Industri Indonesia 2014 1 eks

10 Produksi Tanaman Pangan 2015 (Indonesia) 1 eks

11 Indikator Pertanian 2014/2015 1 eks

12 Indikator Ekonomi, Oktober 2016 1 eks

13 Statistik Pendapatan Februari 2016 1 eks

14 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia: Maret, April, Mei, September, Oktober, November & Desember 2016

7 eks

15 Analisis CSIS Volume 45, No.4, 2016 1 eks

16 Majalah Trubus, Januari, Februari dan Maret 2017 3 eks

17 Buletin Export 2016, Bulan Mei s/d Oktober 2016 6 eks

18 Buletin Import 2016, Bulan Juli & Oktober 2016 4 eks

19 Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2016 1 eks

20 Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia 2015

1 eks

21 Indikator Pertanian 2015/2016 1 eks

22 Indikator Ekonomi: Januari - Februari 2017 2 eks

23 Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten Kota 2011-2015: buku 1 Pulau Sumatera

1 eks

24 Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten Kota 2011-2015: buku 2 Pulau Jawa & Bali

1 eks

25 Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten Kota 2011-2015: buku 3 Pulau Kalimantan

1 eks

26 Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten Kota 2011-2015: buku 4 Pulau Sulawesi

1 eks

27 Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten Kota 2011-2015: buku 5 Pulau Nusa Tenggara, Maluku & Papua

1 eks

28 The American Economic Review Vol 106 No.11 & 12, Vol.107 No.1

3 eks

29 American Journal of Agricultural Economic, Vol.99 No.1 January 2017

1 eks

30 Applied Economic Perspectives and Policy, Vol.38 No.4 December 2016

1 eks

31 The Indonesian Quarterly: Vol. 45, No.1, 2017 1 eks

32 Analisis CSIS: Vol 46, No.1, 2017 1 eks

Laporan Tahunan 2017 70

No. Uraian Banyaknya

33 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia: Januari, Februari dan Maret 2017

3 eks

34 Majalah Trubus April-Mei 2017 2 eks

35 Indeks Unit Value Export, Menurut Kode SITC, Bulan Februari dan Maret 2017

2 eks

36 Buletin Import 2016, Januari & Februari 2017 2 eks

37 Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Februari 2017 1 eks

38 Keadaan Pekerja di Indonesia, Februari 2017 1 eks

39 Harga Konsumen Nasional Beberapa Barang dan Jasa, 2016

1 eks

40 Indeks Harga Konsumen 82 Kota di Indonesia, 2016 1 eks

41 Indikator Ekonomi: November dan Desember 2016 2 eks

42 Indikator Ekonomi: Maret 2017 dan April 2017 2 eks

43 Indeks Harga Produsen Indonesia, 2016 1 eks

44 Statistik Harga Produsen Gabah di Indonesia, 2016 1 eks

45 Harga Konsumen Beberapa Barang dan Jasa, Kel. Sandang 82 kota di Indonesia, 2016

1 eks

46 Harga Konsumen Beberapa Barang dan Jasa, Kel. Perumahan di 82 kota di Indonesia 2016

1 eks

47 Harga Konsumen Barang Kel. Makanan 82 kota di Indonesia, 2016

1 eks

48 Harga Konsumen Beberapa Barang dan Jasa, Kel. Kesehatan, Pendidikan dan Transpor 82 kota di Indonesia, 2016

1 eks

49 Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng Indonesia, 2016

1 eks

50 Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Export Volume I dan II 2016

2 eks

51 Analisis CSIS: Vol.46, No.2, 2017 1 eks

52 BIES CSIS: Vol.53 No.1 April 2017 1 eks

53 Majalah Trubus Juni-Agustus 2017 3 eks

54 The American Economic Review, Vol.107 No.2,3,4,5,6,7 6 eks

55 Applied Economic Perspective and Policy Vol.39 No.1 & 2 2 eks

56 Economic Development and Cultural Change Volume 65 Number 3,4 2016

2 eks

Laporan Tahunan 2017 71

No. Uraian Banyaknya

57 American Journal of Agricultural Economic Vol. 99 No.2 2017

1 eks

58 Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Export, Menurut Kode ISIC 2015-2016

1 eks

59 Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Export, Menurut Kel Komoditi dan Negara, Maret 2017

1 eks

60 Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Volume I, II dan III 2016

3 eks

61 Buletin, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Bulan November-Desember 2016

2 eks

62 Perkembangan Mingguan, Harga Eceran Beberapa Bahan Pokok, Januari-Juni 2016

1 eks

63 Perkembangan Minguan, Harga Eceran Beberapa Bahan Pokok, Juli-Desember 2016

1 eks

64 Analisis Komoditi Ekspor, Sektor Pertanian, Industri dan Pertambangan 2017

1 eks

65 Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia, Februari 2017 1 eks

66 Statistik Pendapatan, Februari 2017 1 eks

67 The Indonesian Quarterly: Vol. 45, No.2, 2017 1 eks

68 Majalah Trubus September 2017 1 eks

69 Statistik Indonesia 2017 2 eks

70 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XIX No.4,5,6 dan 7 bulan April, Mei, Juni, dan Juli 2017

4 eks

71 The American Economic Review, Vol.107 No.8 2017 1 eks

72 Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2016

1 eks

73 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha, 2012-2016

1 eks

74 Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Export, Menurut Kel. Komoditi dan Negara, April, Mei dan Juni 2017

3 eks

75 Buletin, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Bulan April, Mei, dan Juni 2017

2 eks

76 Indeks Unit Value Export, Menurut Kode SITC Bulan April, Mei, dan Juni 2017

1 eks

77 Evaluasi Statistik Harga Produsen Gabah, 2016 1 eks

78 Indikator Ekonomi, Bulan Mei dan Juni 2017 2 eks

Laporan Tahunan 2017 72

No. Uraian Banyaknya

79 Ekonomi Kelembagaan, Paradigma, Teori dan Kebijakan: Prof Dr. Ahmad Erani Yustika

1 eks

80 Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Export, Menurut Kel. Komoditi dan Negara, Januari s/d Desember 2015

12 eks

81 Buletin, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Bulan Maret s/d Desember 2015

10 eks

82 Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani, Kata Pengantar: Prof. Dr. Djohar, MS.

1 eks

83 Kamus Lengkap Pertanian, Denny Manatap, S.SST. 1 eks

84 200+ Solusi Editing Naskah dan Penerbitan, Bambang Trim

1 eks

85 Majalah Trubus Oktober 2017 1 eks

86 American Journal of Agricultural Economic, Vol.99 No.3 2017

1 eks

87 Pendapatan Nasional Indonesia, 2012-2016 1 eks

88 Indeks Pembangunan Manusia, 2016 1 eks

89 Kajian Awal Indeks Ketimpangan Gender 2016 1 eks

90 Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2015

1 eks

91 Analisis CSIS Volume 46, No.3, 2017 1 eks

92 The Indonesian Quarterly: Third Quarter 2017 Vol.45, No.3

1 eks

93 Buletin, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Bulan Juni 2017

1 eks

94 American Journal of Agricultural Economic, Vol.99 No.4 & 5 2017

2 eks

95 Applied Economic Perspectives and Policy Vol.39 No.3, 2017

1 eks

96 Mengelola Pembangunan yang Berkelanjutan, Carl Death 1 eks

97 Transformasi Besar (Original of Our Time The Great Transformation), Karl Polanyi

1 eks

98 Capitalism, & Democracy, Joseph A. Schumpeter 1 eks

99 Community Development, Jum IFE & Frank Tesoriero 1 eks

100 Eksplorasi dalam Teori Sosial, George Ritzer 1 eks

101 Sosiologi, Maz Weber 1 eks

102 McDonaldisasi Masyarakat, George Ritzer 1 eks

Laporan Tahunan 2017 73

No. Uraian Banyaknya

103 Teori Strukturasi, Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat

1 eks

104 Madura 1850-1940, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris

1 eks

105 Petani & Penguasa, Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia, Noer Fauzi Rachman

1 eks

106 Land Reform & Gerakan Agraria Indonesia, Noer Fauzi Rachman

1 eks

107 Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa, Nata Irawan 1 eks

108 Membangun Kemandirian Desa, Dr. Didik G. Suharto, M.Si.

1 eks

109 Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban, Jusuf Sutanto dan Tim

1 eks

110 Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, Alo Liliweri 1 eks

111 Sosiologi Perubahan Sosial, Nanang Martono 1 eks

112 Sejarah dan Teori Sosial, Peter Burke, Edisi Kedua 1 eks

113 Sosiologi The Basics, Ken Plummer, Prof. Dr. Kamanto Sunarto

1 eks

114 The American Economic Review, Vol.107 No. 9 & 10 2017 2 eks

115 Indikator Ekonomi: Juli, Agustus, September, Oktober dan November 2017

5 eks

116 Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Export, Menurut Kel Komoditi dan Negara, Juli, Agustus, September dan Oktober 2017

4 eks

117 Buletin, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Import Bulan Juli, Agustus, September dan Oktober 2017

4 eks

118 PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia 2012-2016 1 eks

119 Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2012-2016, Buku 1, Pulau Sumatera

1 eks

120 Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2012-2016, Buku 2, Pulau Jawa & Bali

1 eks

121 Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2012-2016, Buku 3, Pulau Kalimantan

1 eks

122 Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2012-2016, Buku 4, Pulau Sulawesi

1 eks

123 Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2012-2016, Buku 5, Pulau Nusa Tenggara, Maluku & Papua

1 eks

Laporan Tahunan 2017 74

No. Uraian Banyaknya

124 PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2012-2016 1 eks

125 Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2017 1 eks

126 Statistik Industri Manufaktur, Indonesia 2015 1 eks

127 Statistik Industri Manufaktur, Indonesia 2015, Bahan Baku

1 eks

128 Statistik Industri Manufaktur, Indonesia 2015, Produksi 1 eks

129 Indikator Industri Manufaktur, Indonesia 2015 1 eks

130 Statistik Tanaman Biofarmaka Indonesia, Tahun 2016 1 eks

131 Statistik Tanaman Hias Indonesia, Tahun 2016 1 eks

132 Statistik Tanaman Buah dan Sayuran Tahunan Indonesia, Tahun 2016

1 eks

133 Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia, Tahun 2016

1 eks

134 Statistik Tempat Pelelangan Ikan 2016 1 eks

135 Statistik Perusahaan Peternakan Unggas 2016 1 eks

136 Statistik Perusahaan Peternakan Ternak Besar/Kecil 2016

1 eks

137 Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah 2016 1 eks

138 Statistik Perusahaan Perikanan 2016 1 eks

139 Produk Perikanan Laut yang Dijual di TPI 2016 1 eks

140 Profil Pelabuhan Perikanan 2016 1 eks

141 Statistik Produksi Tanaman Pangan 2016 1 eks

142 Statistik Tebu 2016 1 eks

143 Statistik Teh 2016 1 eks

144 Statistik Kelapa Sawit 2016 1 eks

145 Indeks Produksi Triwulanan 2015-2017 1 eks

146 Statistik Produksi Perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan 2016

1 eks

147 Luas Lahan Menurut Penggunaan 2016 1 eks

148 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XIX No.8, 9, 10 dan 11 bulan Agustus, September, Oktober dan November 2017

4 eks

149 The Indonesian Quarterly: Third Quarter 2017 Vol.45, No.4 2017

1 eks

150 Analisis CSIS Volume 46, No.4, 2017 1 eks

Laporan Tahunan 2017 75

No. Uraian Banyaknya

151 BIES CSIS: Vol 53 No.2 Agustus 2017 1 eks

152 Majalah Trubus No.11 dan 12 2017 2 eks

153 Petani & Penguasa, Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia, Noer Fauzi Rachman

1 eks

154 Land Reform & Gerakan Agraria Indonesia, Noer Fauzi Rachman

1 eks

Jumlah 237 eks

6.3.2. Pengolahan Bahan Pustaka

Perpustakaan PSEKP tergolong dalam jenis perpustakaan khusus, dan sudah mengembangkan koleksinya selaras dengan fungsinya sebagai Perpustakaan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Oleh karena itu, koleksi yang dimilikinya harus menunjang program penelitian serta relevan dengan berbagai bidang yang sesuai dengan misi PSEKP.

Koleksi perpustakaan PSEKP diutamakan pada beberapa jenis bahan pustaka berupa referensi, buku teks, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian, dan sejenisnya yang berkaitan dengan bidang sosial ekonomi, baik dalam bentuk tercetak maupun media rekam lainnya.

Tahun 2017 penelusuran melalui serverlib Perpustakaan PSEKP lebih berkembang sehubungan dengan telah dilengkapinya kegiatan berupa: (a) penelusuran database katalog on-line, (b) Laporan Hasil Penelitian dalam bentuk PDF File, dan (c) Penelusuran Kliping Berita Pertanian dalam bentuk Opini Sepekan yang disajikan dalam bentuk File PDF untuk terbitan setiap harinya. Penelusuran tersebut sudah bisa diakses dari Gedung A dan B kantor PSEKP Cimanggu.

Koleksi perpustakaan digital juga dilayankan kepada pemustaka merupakan hasil pengolahan yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan digital agar koleksi perpustakaan bisa ditemukan kembali dengan cepat dan tepat, sehingga kegiatan pustakawan pun lebih banyak melakukan penelusuran internet dan menyimpannya dalam bentuk file di komputer masing-masing. Oleh karena itu, pada tahun-tahun yang akan datang disarankan agar pengalihan buku cetak koleksi perpustakaan menjadi buku elektronik segera terwujud agar koleksi perpustakaan tidak hanya dimanfaatkan oleh peneliti PSEKP saja tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh kalangan dengan jangkauan yang lebih luas. Untuk mewujudkan hal tersebut memang dibutuhkan

Laporan Tahunan 2017 76

anggaran yang jauh lebih besar dari anggaran yang ada saat ini. Sementara pada saat ini, fasilitas dan anggaran yang dimiliki perpustakaan untuk mengalihkan koleksi buku cetak menjadi buku elektronik belum memadai.

Kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi katalogisasi, klasifikasi, pembuatan nomor panggil buku (call number), kantong buku, kartu buku, komputerisasi, filling dan Up-load database ke server PUSTAKA. Tabel 27 menyampaikan bahan pustaka yang telah diolah dan di-entry ke dalam program WINISIS sepanjang tahun 2017.

Tabel 27. Perkembangan koleksi database bahan pustaka di perpustakaan PSEKP, 2015-2017 (record)

No. Database Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

1. Buku 9.719 9.739 9.739

2. IPTAN 8.135 8.135 8.135

3. Majalah 725 727 727

4. Seminar 1.134 1.134 1.134

6.3.3. Pelayanan Perpustakaan

Perpustakaan memberikan kesempatan kepada pemustaka untuk memanfaatkan jasa penelusuran bahan pustaka, baik dengan cara datang langsung ataupun melalui internet. Penelusuran langsung dapat menggunakan fasilitas OPAC (On-line Public Acces Catalog) atau fasilitas penelusuran internet di website. Hasil penelusuran dapat berupa judul literatur atau data yang lain. Literatur yang dimaksud diambil di rak buku untuk di baca di perpustakaan atau di fotocopy. Selain itu, perpustakaan juga melayani permintaan melalui e-mail dan SMS. Dengan fasilitas ini pemustaka mendapat layanan tanpa harus datang ke perpustakaan, sedangkan bahan pustaka yang diperlukan dapat dikirim dalam bentuk fotocopy atau file.

Pemustaka yang datang langsung ke perpustakaan pada tahun 2017 sebanyak 141 orang dan yang melakukan layanan permintaan data langsung melalui e-mail sebanyak 30 orang. Pemustaka PSEKP selain peneliti, mahasiswa, petugas dari instansi pemerintah, pegawai swasta, pelajar, dan pustakawan. Tabel 28 menyajikan daftar pengunjung perpustakaan PSEKP selama tahun 2017.

Laporan Tahunan 2017 77

Tabel 28. Pengunjung perpustakaan PSEKP, 2017

No. Pengunjung Jumlah

1. Dosen 2

2. Dinas/PNS 5

3. Mahasiswa/i 67

4. Pelajar 14

5. Peneliti 39

7. Swasta 8

8. Pustakawan 6

Total Pengunjung Perpustakaan 141

6.3.4. Stock Opname Bahan Pustaka

Kegiatan stock opname merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan setahun sekali dan kontinu dilakukan di perpustakaan dan bertujuan menginventarisasi bahan pustaka yang menjadi koleksi perpustakaan. Pada tahun 2017 stock opname dilakukan secara rutin pemeriksaan koleksi pada buku orasi dari peneliti PSEKP dan dari Badan Litbang, buku mengenai sosiologi yang berada di perpustakaan. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui apa buku itu ada di lokasi/rak buku, dipinjam atau hilang serta dilihat apa ada buku yang rusak serta ada penambahan buku atau tidak.

6.3.5. Perpustakaan Digital

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan PSEKP bekerja sama dengan seluruh perpustakaan lingkup Kementerian Pertanian dengan mengembangkan perpustakaan digital. Melalui jaringan internet di Gedung A dan B PSEKP, pemustaka dapat mengakses alamat server perpustakaan PSEKP, yaitu http://serverlib/psekp/ pada alamat tersebut dapat diakses link untuk pengolahan data katalog perpustakaan PSEKP dan statistik BPS yang sudah diolah oleh Pusdatin Kementan. Pada alamat tersebut di atas juga dapat diakses Laporan Hasil Penelitian PSEKP dari tahun 2003-2016 sebanyak 184 judul penelitian dalam bentuk File PDF dan Opini Sepekan sebanyak 374 terbitan tiap harinya dari tahun 2016-2017.

Untuk meningkatkan kunjungan ke alamat Online Jurnal System (OJS), pemustaka juga diarahkan untuk mengakses OJS, khususnya untuk terbitan PSEKP, dalam bentuk arsip PDF File dengan alamat link dibawah ini:

Laporan Tahunan 2017 78

Jurnal Agro Ekonomi (JAE) dapat diakses dengan alamat ini: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jae/issue/archive , mulai dari terbitan Tahun 1981 sampai dengan 2017.

Jurnal Forum penelitian Agro Ekonomi (FAE) dapat diakses di alamat: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/issue/archive, mulai dari terbitan Tahun 1979 sampai dengan 2017.

Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) dapat diakses di alamat: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/akp/issue/archive mulai dari terbitan Tahun 2003 sampai dengan 2017.

Selain OJS alamat i-Tani PSEKP juga dapat diakses melalui alamat serverlib/psekp. i-Tani merupakan kumpulan publikasi lingkup kementerian pertanian dalam bentuk digital (e-book/PDF file).

6.3.6. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi terkait pengelolaan perpustakaan yang dijalankan sepanjang tahun 2017 adalah sebagai berikut: a. Dalam kegiatan admistrasi surat menyurat terdapat 31 buah surat

masuk dan 7 buah surat keluar;

b. Membimbing siswa/siswi SMU/SMK yang melakukan praktek kerja lapang;

c. Melaksanaan fumigasi (pemeliharaan) bahan pustaka;

d. Menginventarisasi buku yang dipinjam;

e. Melaksanakan rapat untuk mendapatkan perbaikan dan solusi permasalahan yang dihadapi perpustakaan;

Tabel 29. Kegiatan untuk peningkatan profesi kepustakaan, 2017

No. Uraian Tanggal Penyelenggara/

Lokasi Kegiatan

Peserta

1. Apresiasi Peningkatan Kemampuan Teknis dan Administratif Pustakawan Lingkup Kementan

28-30 Agustus 2017

Cipayung, Bogor

Tita Dvijati Permata

Fitna Dwi Wulandari

2. Seminar Nasional Perpustakaan 2017

27 September 2017

Pustaka, Bogor Fitna Dwi Wulandari

Laporan Tahunan 2017 79

No. Uraian Tanggal Penyelenggara/

Lokasi Kegiatan

Peserta

3. Bimtek Penyiapan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pustakawan Lingkup Kementan

2 - 4 Oktober 2017

Wisma Kementan Cipayung

Fitna Dwi Wulandari

6.4. Kerja Sama Penelitian

Pada TA 2017 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan kerja sama penelitian dengan tiga lembaga internasional, yaitu Food Agriculture Organization (FAO), Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR), dan Centre for Alleviation of Poverty through Sustainable Agriculture (CAPSA). Subbidang Kerjasama Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dalam hal ini sesuai dengan tupoksinya memfasilitasi ketiga penelitian tersebut secara administratif. Ringkasan ketiga kerja sama penelitian tersebut disajikan pada Tabel 30, sementara uraian terkait masing-masing kegiatan kerja sama disajikan pada sub-subjudul selanjutnya.

Salah satu tugas utama dalam kegiatan kerja sama dengan ACIAR adalah melakukan pengumpulan data primer dari 600 peternak sapi perah dengan menggunakan aplikasi Commcare. Penggunaan aplikasi Commcare ini merupakan bagian dari upaya perbaikan manajemen data yang dilakukan oleh ACIAR. ACIAR, dalam kolaborasi kegiatan penelitian dengan berbagai negara di Asia, menggunakan aplikasi Commcare, termasuk dalam kegiatan penelitian kolaborasi dengan Balitbangtan, Indonesia (IndoHorti dan IndoDairy), di mana dalam hal ini PSEKP menjadi penanggung jawab kegiatan penelitian IndoDairy.

Untuk menunjang kegiatan IndoDairy sekaligus memperkenalkan penggunaan aplikasi Commcare kepada peneliti PSEKP, maka pada tanggal 31 Oktober 2017 dilakukan “Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Commcare pada Pengumpulan Data Primer” dengan narasumber Henri Wira Perkasa, B.Com., M.Agr., Research Associate pada Global Food Studies, the University of Adelaide. Sosialisasi diselenggarakan di Aula Ismunadji, PSEKP, Bogor dengan dihadiri oleh para peneliti PSEKP. Terkait dengan rencana penggunaan aplikasi Commcare pada pengumpulan data primer kegiatan penelitian Patanas, maka direncanakan tahun depan akan dilaksanakan pelatihan penggunaan aplikasi Commcare yang akan diikuti oleh pengolah data dan Tim Peneliti Patanas.

Laporan Tahunan 2017 80

Laporan Tahunan 2017 81

6.4.1. Kegiatan Penelitian Kerja Sama antara PSEKP dan ACIAR: “Improving Milk Supply Competitiveness and Livelihoods in Smallholder Dairy Chains in Indonesia (IndoDairy)”

Periode pelaksanaan kegiatan kerja sama antara PSEKP dengan ACIAR ini direncanakan selama empat tahun, dimulai tahun 13 Juni 2016 hingga 31 Mei 2020. Lembaga penelitian di Indonesia yang juga terlibat dalam kegiatan ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak), Badan Litbang Pertanian, dan Institut Pertanian Bogor. Ada tiga komponen kegiatan dalam penelitian ini. Komponen 1 terkait aspek penyusunan review kebijakan persusuan dan rantai pasok yang akan dilakukan oleh IPB. Pelaksanaan komponen 2 terkait kegiatan pengumpulan data primer di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara yang menjadi tanggung jawab PSEKP. Untuk komponen 3 terkait pelatihan teknologi kepada peternak susu sapi perah akan dilaksanakan oleh Puslitbangnak. Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan produksi (kuantitas dan kualitas) susu dan pendapatan peternak sapi perah di Indonesia.

Aktivitas yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti PSEKP hingga bulan Desember 2017, antara lain melakukan koordinasi kegiatan dengan institusi mitra, inception workshop, pengumpulan data peternak, policy working group workshop, sampling method workshop, pembahasan kuesioner, pelatihan pengenalan aplikasi Commcare untuk pengumpulan data primer di lapangan dengan menggunakan alat bantu tablet, pretest kuesioner/prasurvei di semua lokasi baseline survey (lima koperasi peternak sapi perah di empat kabupaten [Bandung, Garut, Cianjur, dan Bogor]), field supervisory meeting, training enumerator/supervisor, baseline survey tahap I di wilayah kerja KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung yang meliputi 300 peternak sapi perah pada tanggal 30 Juli 2017 hingga 14 Agustus 2017, dan baseline survey tahap II yang dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus hingga 8 September 2017 di Kabupaten Garut, Cianjur, dan Bogor secara berkesinambungan mencakup 300 peternak sapi perah anggota KPGS Cikajang, KPS Cianjur Utara, KUD Giri Tani, dan KPS Bogor. Selain itu, Tim Peneliti juga mengikuti beberapa workshop lain yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan penelitian IndoDairy di Indonesia. Saat ini Tim Peneliti telah menyelesaikan proses finalisasi data cleaning sehingga telah dihasilkan data baseline survey yang sudah siap untuk digunakan dan telah dilakukan pembahasan guidelines and principles for using IndoDairy data dengan pihak ACIAR.

Laporan Tahunan 2017 82

6.4.2. Kegiatan Penelitian Kerja Sama antara PSEKP dan FAO: “Analysis and Mapping of Impacts under Climate Change for Adaptation and Food Security through South-South Cooperation (AMICAF-SSC)-Component 2”

Secara umum tujuan penelitian ini adalah memetakan dampak perubahan iklim dalam rangka ketahanan pangan di Indonesia. Sesuai dengan kontrak awal kerja sama, penelitian ini efektif mulai 16 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017, akan tetapi karena beberapa hal kemudian diperpanjang hingga 28 Februari 2018. Selain PSEKP, lembaga penelitian lain di Indonesia yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Litbang Pertanian, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Penelitian ini terbagi dalam tiga komponen, untuk komponen 1 dilaksanakan oleh BBSDLP dan BMKG, komponen 2 dilaksanakan oleh PSEKP, dan komponen 3 dilaksanakan oleh BMKG. Mengingat kegiatannya saling terkait, maka koordinasi antarinstitusi yang terlibat sangat penting dilakukan.

Kegiatan yang telah dilakukan untuk penelitian PSEKP-FAO, hingga bulan Desember 2017, Tim Peneliti PSEKP telah mengikuti beberapa training pengenalan berbagai model yang digunakan dalam penelitian dengan narasumber dari berbagai Negara. Demikian pula Tim Peneliti telah melakukan kegiatan survei di Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Pada tanggal 16 Agustus telah dilaksanakan pertemuan Steering Committee AMICAF di Balitbangtan yang meliputi semua komponen serta dihadiri FAO representative dengan tindak lanjut Midterm Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 September 2017 di Hotel Aryaduta, Bandung. Selain itu, Tim telah beberapa kali melakukan kegiatan Focus Group Discussion yang bertujuan untuk lebih mempertajam fokus penelitian.

6.4.3. Kegiatan Penelitian Kerja Sama antara PSEKP (Badan Litbang Pertanian) dan CAPSA: “Farm Risk Management and Sustainability of Integrated Dryland Development for Poverty Alleviation”

Penelitian ini merupakan kerja sama antara Badan Litbang Pertanian dengan CAPSA, dengan PSEKP sebagai penanggung jawab kegiatan, dan merupakan in-kind contribution Indonesia kepada CAPSA. Kegiatan penelitian ini dibiayai oleh SMARTD melalui program KP4S. Instansi lain lingkup Badan Litbang Pertanian yang terlibat dalam penelitian ini adalah BBSDLP, Puslitbangtan, dan Balitsa.

Penelitian ini terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu (1) “Design of Agricultural Insurance for Chilli and Shallot” dengan target output model

Laporan Tahunan 2017 83

perlindungan (asuransi) usaha tanaman cabai dan bawang merah, dan (2) “Sustainability of Integrated Dryland Development for Poverty Alleviation” dengan target output rancangan model pengelolaan sistem usaha tani terpadu di lahan kering di Indonesia. Kegiatan penelitian lapang dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (Kegiatan 1); Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta (Kegiatan 2). Selain kegiatan lapang, Tim Peneliti juga melakukan kegiatan focus group discussion dengan mengundang stakeholder terkait dengan tujuan untuk mendapatkan saran, masukan, dan komentar untuk mempertajam hasil penelitian.

Berdasarkan pertemuan tanggal 29 Agustus 2017 dengan CAPSA, diputuskan bahwa kegiatan inception workshop yang semula diagendakan pada tanggal 17 Oktober 2017 tidak relevan untuk dilaksanakan karena penelitian sudah berjalan. Sementara, international workshop yang semula diagendakan pada 15-17 Mei 2018 direncanakan diundur pelaksanaannya menjadi bulan Juli 2018. International workshop tersebut akan dihadiri oleh delegasi dari negara-negara anggota CAPSA.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Laporan Tahunan 2017 84

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan

Struktur organisasi Subbidang Evaluasi dan Pelaporan PSEKP berada dalam lingkup Bidang Program dan Evaluasi. Secara umum cakupan tugas Subbidang Evaluasi dan Pelaporan, antara lain: (1) Mengkoordinasi kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, (2) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan manajemen/pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, (3) Melaksanakan kegiatan seminar proposal dan hasil penelitian, (4) Menyusun Laporan Kinerja (LAKIN), dan (5) Menyusun berbagai laporan institusi yang bersifat reguler maupun non reguler, baik untuk keperluan Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian. Tugas pelaporan dilaksanakan secara paralel dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.

Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminar proposal, penyusunan dan perbaikan proposal operasional, penyusunan outline penelitian, penyusunan kuesioner, penyusunan review terkait penelitian yang akan dilaksanakan, penyusunan laporan kemajuan, seminar hasil penelitian, pengecekan kelengkapan laporan akhir hasil penelitian hingga penyusunan bahan diseminasi hasil penelitian. Secara umum pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2017 dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Terkait dengan kegiatan pelaporan, Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan bertugas menyusun berbagai macam laporan dari hasil penelitian untuk kepentingan institusi yang ditujukan kepada stakeholders atau pengguna lainnya. Penyusunan laporan yang sifatnya rutin bulanan adalah bahan untuk Rapat Pimpinan tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian Pertanian, dan laporan kinerja penyerapan anggaran melalui aplikasi yang diatur dalam PMK 249/2011 Kemenkeu, sementara itu yang sifatnya rutin triwulanan adalah e-monev BAPPENAS. Penyusunan laporan yang sifatnya insidentil, antara lain bahan laporan untuk dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan rakyat (DPR) dan lainnya.

Kegiatan lain yang cukup penting dan sudah terlaksana dengan baik adalah penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN) yang bersifat rutin tahunan. LAKIN merupakan laporan yang berisi kinerja institusi pada tahun yang bersangkutan. LAKIN PSEKP dari tahun ke tahun mengalami perbaikan dan penyempurnaan, khususnya menyangkut format laporan. Pembuatan LAKIN PSEKP sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti, kecuali cukup sulit dalam melakukan pengukuran manfaat dan dampak hasil penelitian

Laporan Tahunan 2017 85

mengingat output yang dihasilkan dari penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara fisik), melainkan berupa pengetahuan rumusan rekomendasi kebijakan yang bersifat intagible. Dengan demikian, manfaat maupun dampak atas hasil-hasil penelitian/pengkajian PSEKP umumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka pendek. Manfaat dan dampak penelitian/pengkajian PSEKP baru terlihat setelah rekomendasi kebijakan menjadi kebijakan pemerintah.

Pelaporan rutin tahunan lainnya yang juga telah dilakukan dengan baik adalah Laporan Tahunan PSEKP tahun 2017 yang menguraikan tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi, serta Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis. Materi pokok yang disajikan dalam laporan tahunan tersebut meliputi organisasi PSEKP, sumber daya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil analisis dengan publikasi, dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, disajikan pula sinopsis hasil-hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan PSEKP selama tahun 2017.

7.2. Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Selain kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti, diperlukan dukungan pelayanan institusi secara keseluruhan. Keduanya diperlukan dalam satu kesatuan yang saling terkait secara fungsional sehingga bisa memperoleh keluaran (output) penelitian sesuai kebutuhan pengguna (stakeholders). Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) sangat membantu dalam memberikan umpan balik (feed back) untuk menyempurnakan sistem yang ada menjadi lebih baik.

Kegiatan monev PSEKP selama tahun 2017 mencakup monev kegiatan penelitian dan monev kegiatan pendukung penelitian. Monev kegiatan penelitian dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulai dari: (1) Tahap persiapan dengan materi meliputi: proposal operasional, juklak penelitian, rencana laporan (outline), serta kuesioner (outline kuesioner data primer dan sekunder); (2) Tahap pelaksanaan penelitian dengan materi meliputi: kuesioner, laporan perjalanan, entry/input data (baik data primer maupun sekunder), dan Laporan Tengah Tahun; (3) Tahap pengolahan data dan penulisan dengan materi meliputi pengolahan data, tabulasi, dan tabel analisa data primer dan sekunder, serta draft laporan; (4) Seminar, laporan akhir dan laporan final. Sedangkan monev pelayanan penelitian dilakukan terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan sebagai pendukung penelitian, yang meliputi pelayanan keproyekan,

Laporan Tahunan 2017 86

pengolahan data atau komputerisasi, perpustakaan, publikasi, kendaraan dan sarana penelitian. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara terstruktur dan berkesinambungan agar hasil-hasil penelitian bisa berkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna.

7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2017

Pelaksanaan kegiatan monev penelitian lingkup PSEKP TA. 2017 dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Nomor 15/KPTS/KU.210/A.11/01/2017 tanggal 4 Januari 2017 tentang Penunjukkan Tim Pelaksana Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, dengan susunan Tim Pelaksana Monev sebagai berikut:

Pengarah Dr. Ir. Abdul Basit, MS

(Kepala PSEKP)

Penanggung Jawab : Dr. I Ketut Kariyasa

(Kepala Bidang Program dan Evaluasi merangkap anggota)

Ketua : Dr. Nyak Ilham (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Dr. Sahat M. Pasaribu (merangkap anggota)

Sekretaris : Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si

(Kepala Subbid Evaluasi dan Pelaporan, merangkap anggota)

Anggota : 1. Dr. Sri Hery Susilowati

: 2. Ir. Supena Friyatno, M.Si

: 3. Ir. Supriyati, MS

: 4. Dr. Reni Kustiari

: 5. Dr. Kurnia Suci Indraningsih

: 6. Dr. Bambang Sayaka

: 7. Dr. Adang Agustian

: 8. Dr. Ening Ariningsih

: 9. Juni Hestina, SE, M.Si

10. Askaria Milindri, M.Si

Tugas Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi adalah: (1) Melakukan pemantauan proses pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti, mulai dari tahap awal hingga akhir, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan kegiatan penelitian dari proposal operasional yang telah ditetapkan dan

Laporan Tahunan 2017 87

membantu memberikan solusi jika penyimpangan benar-benar terjadi; (2) Memberikan penilaian dan saran perbaikan yang diperlukan terhadap hasil penelitian menurut tahap-tahap kegiatan penelitian dengan mengacu pada proposal operasional; dan (3) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan pendukung penelitian.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi terfokus pada kegiatan penelitian mulai penyusunan proposal operasional hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Sementara tahapan penjaringan judul penelitian hingga tersusunnya proposal merupakan bagian tugas Tim Teknis. Sedangkan Tim Editor bertugas menangani output penelitian menjadi berbagai produk publikasi ilmiah yang ditujukan baik untuk stakeholders maupun pengguna lainnya. Keterkaitan ketiga tim tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bagan keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2017 88

Secara garis besar Subbid Evaluasi dan Pelaporan telah melakukan kegiatan seperti: membantu mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, mengevaluasi pelaksanaan pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, melaksanakan kegiatan seminar proposal dan laporan hasil penelitian, mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan (pengetikan) laporan hasil penelitian, pembuatan laporan institusi, baik untuk keperluan Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian, dan pembuatan Laporan Kinerja (LAKIN).

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian

Agar tercipta kesesuaian antara perencanaan (input), pelaksanaan penelitian dan pengolahan data/informasi (proses), serta pelaporan (output), maka perlu dirancang metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik agar tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat tercapai. Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian PSEKP telah dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2017. Kegiatan monev pada tahun 2017 ini ditujukan terhadap 12 judul penelitian yang sumber dananya dari APBN (DIPA) TA. 2017.

Monitoring dan Evaluasi Tahap I

Perencanaan merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim peneliti dan seluruh bidang pelayanan di lingkup PSEKP. Perencanaan yang dilakukan menyangkut tiga aspek, yaitu: (a) Jenis dan lokasi kegiatan yang akan dilakukan, (b) Susunan tim dan jadwal kegiatan, dan (c) Rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap tim peneliti dan bidang pelayanan hendaknya menyusun perencanaan yang menyangkut ketiga aspek tersebut. Tujuannya adalah agar dapat dirancang sinkronisasi antara kegiatan penelitian dan kegiatan pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi.

Pada tahap awal, pelaksanaan penelitian di lingkup PSEKP secara substantif meliputi dua kegiatan, yaitu: (a) Menyusun proposal operasional yang merupakan acuan bagi seluruh rangkaian kegiatan penelitian, dan (b) Mempersiapkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan yang telah dirancang dalam proposal operasional, seperti, kuesioner, rencana kerangka laporan penelitian (outline), dan penulisan tinjauan pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang akan dilaksanakan.

Laporan Tahunan 2017 89

Kegiatan tersebut memiliki peranan penting untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi pembangunan pertanian, baik di tingkat nasional maupun daerah. Proposal yang disusun dengan baik menurut kaidah-kaidah ilmiah diharapkan dapat menghasilkan luaran penelitian yang berkualitas. Oleh karena itu, proposal harus didukung dengan bahan dan perlengkapan yang memadai, seperti kuesioner sebagai pedoman pengumpulan data primer dan data sekunder di lapangan. Kegiatan monitoring evaluasi pada tahap awal bertujuan untuk menyempurnakan bahan kelengkapan survei.

Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi tahap awal pada tahun 2017 diawali dengan kegiatan seminar proposal operasional untuk mengevaluasi relevansi penelitian yang akan dilakukan dengan masalah pembangunan pertanian di tingkat nasional. Seminar proposal operasional penelitian PSEKP TA. 2017 dilaksanakan pada tanggal 2 - 3 Februari 2017 di Auditorium Balittro. Jumlah proposal yang diseminarkan pada tahun 2017 sebanyak 12 judul penelitian yang sumber dananya berasal dari DIPA PSEKP. Kegiatan seminar proposal bertujuan untuk mempertajam dan menyempurnakan arah, tujuan serta sasaran kegiatan penelitian PSEKP pada TA. 2017. Kegiatan seminar proposal operasional penelitian PSEKP DIPA TA. 2017 dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Perguruan Tinggi, Bappenas, LIPI, dan seluruh staf peneliti PSEKP.

Dalam upaya mempertajam dan menyempurnakan arah, tujuan serta sasaran kegiatan hasil penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Biro Perencanaan, Balitklimat, Direktorat Pupuk dan Pestisida – Ditjen PSP, Direktorat Pangan dan Pertanian – Bappenas, Balai Besar Industri Agro - Kementerian Perindustrian, Direktorat Sayuran dan Obat – Ditjen Hortikultura, Direktorat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan – Ditjen PKH, FKPR Balitbangtan, Pusat Penyuluhan Pertanian – BPPSDMP, dan Peneliti Senior PSEKP. Langkah ini ditempuh agar rencana penelitian yang disusun dalam proposal operasional dapat dievaluasi secara obyektif oleh pihak lain, terutama yang menyangkut kaidah-kaidah ilmiah dalam pelaksanaan penelitian, serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Hasil seminar proposal ini selanjutnya dijadikan sebagai salah satu bahan monitoring dan evaluasi dalam rangka penajaman proposal operasional.

Berdasarkan hasil seminar proposal tersebut, selanjutnya Tim Peneliti melakukan penyempurnaan proposal operasional. Kemudian

Laporan Tahunan 2017 90

dilakukan diskusi internal atau rapat pleno monev tahap 1 oleh Tim Monev untuk mengevaluasi perbaikan proposal operasional sesuai dengan masukan seminar proposal yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi perbaikan proposal operasional tersebut selain mengacu hasil koreksi Tim Evaluator Proposal juga mengacu pada notulen seminar proposal. Langkah ini merupakan cara yang ditempuh dalam memantau dan mengevaluasi kesiapan tim peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan proposal operasional. Tujuan diskusi tersebut adalah: (a) untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan, (b) evaluasi materi penelitian dan penyempurnaan bahan pengumpulan data lapangan, baik data primer maupun data sekunder, dan (c) menciptakan sinkronisasi kegiatan yang akan dilakukan oleh tim penelitian dengan bidang pelayanan terkait.

Dalam monitoring dan evaluasi internal tersebut dilihat pula aspek yang berkaitan dengan kelengkapan pelaksanaan penelitian, yaitu: kesesuaian proposal operasional, rencana kerangka laporan penelitian dan kuesioner. Hasil penilaian kegiatan monitoring dan evaluasi melalui Rapat Pleno Tim Monev untuk masing-masing tim penelitian selanjutnya dimasukkan dalam tiga kategori penilaian, yaitu: (1) Kategori I: tidak bermasalah, artinya jika ada perbaikan dapat dilakukan tanpa menghentikan kegiatan penelitian, (2) Kategori II, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, artinya tim penelitian harus melakukan perbaikan sebelum turun ke lapang, dan (3) Kategori III, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, setelah perbaikan tersebut disetujui oleh Tim Monev dan Kepala PSEKP maka Tim Peneliti baru dapat melakukan kegiatan lapang. Hasil penilaian ini dikeluarkan oleh Tim Monev dalam bentuk Surat Keterangan Hasil Monitoring (SKHM) yang telah ditandatangani oleh Ketua Tim Monev dan pihak manajemen. Selanjutnya SKHM tersebut diserahkan kepada setiap tim peneliti dan tim peneliti diberi hak jawab paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima SKHM tersebut.

Monitoring dan Evaluasi Tahap II

Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat tiga macam obyek monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Laporan perjalanan, (2) Laporan pengolahan data, dan (3) Laporan Kemajuan. Pada monev tahap II, evaluasi difokuskan pada 12 judul penelitian yang sumber dananya dari DIPA PSEKP 2017. Berikut diuraikan pelaksanaan monev terhadap ketiga obyek monev tahap II tersebut.

Laporan Tahunan 2017 91

Laporan Perjalanan

Pembuatan laporan perjalanan oleh tim peneliti bertujuan untuk: (1) Mengindentifikasi masalah dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapang agar dapat diantisipasi pemecahan masalahnya, (2) Mendapatkan bahan perumusan kebijakan dari temuan dan isu-isu aktual hasil temuan di lapang, (3) Tertib administrasi, dan (4) Penyempurnaan rencana dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Rincian obyek monitoring dan evaluasi untuk laporan perjalanan mencakup :

(1) Perkembangan pengumpulan data (primer dan sekunder) sesuai dengan rencana yang dirumuskan dalam proposal.

(2) Temuan dan isu aktual yang perlu ditindaklanjuti. Salah satu tujuan monitoring dan evaluasi tahap ini adalah untuk memperoleh bahan policy brief.

(3) Jadwal kegiatan. Pengecekan jadwal kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan dan penyempurnaan rencana kegiatan selanjutnya.

(4) Penyelesaian administrasi. Secara administratif, serapan dana harus seimbang dengan volume kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu penyelesaian administrasi yang terkait dengan perjalanan kegiatan penelitian merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi.

(5) Temuan masalah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam proses pengumpulan data di lapang kemungkinan akan ditemui berbagai masalah dan hambatan, oleh karena itu dengan kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat mengindentifikasi secara dini berbagai kendala dalam pelaksanaan penelitian dan dapat diupayakan solusi pemecahannya.

Laporan perjalanan dibuat sesuai dengan frekuensi perjalanan tim penelitian ke lapangan. Secara umum, seluruh tim peneliti pada tahun anggaran 2017 telah menyusun laporan perjalanan dengan baik dan tepat waktu. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi antara lain adalah: birokrasi yang berbelit-belit sehingga menyebabkan kesulitan perijinan penelitian di beberapa daerah, dan kurang terbukanya beberapa instansi serta responden tertentu, seperti pedagang besar, eksportir dan industri pengolahan hasil pertanian sehingga kesulitan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Di samping itu seiring dengan era otonomi daerah dan pemekaran wilayah, validitas dan kelengkapan data dan informasi di daerah menjadi kurang baik. Padahal penelitian sosial ekonomi umumnya mengandalkan validitas dan kelengkapan data sekunder.

Laporan Tahunan 2017 92

Pengolahan Data

Monitoring dan evaluasi terhadap pengolahan data dilakukan untuk mengantisipasi masalah dalam pengolahan data serta meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian pengolahan dan analisis data. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ini adalah target atau rencana penyelesaian dibanding tingkat pencapaian pada masing-masing tahap kegiatan. Frekuensi kegiatan monitoring dan evaluasi pada pengolahan data dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan masing-masing penelitian. Untuk menertibkan pelaksanaan pengolahan data, telah dibuat peraturan bahwa setiap tim peneliti yang akan berangkat ke lapangan (dimulai pada tahap II) harus sudah menyerahkan isian kuesioner dari survei tahap sebelumnya. Isian data dalam kuesioner harus sudah teredit dengan baik oleh Tim Peneliti.

Data yang diolah dalam kegiatan pengolahan data ini meliputi data primer dan sekunder yang mendukung kegiatan penelitian. Data primer biasanya diperoleh melalui wawancara di lapang, baik di tingkat petani, kelompok tani atau lembaga pedesaan lainnya, penggilingan padi, industri pengolahan hasil pertanian, pedagang, eksportir, dan lain-lain. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data-data yang dipublikasikan oleh instansi terkait maupun melalui internet. Data primer yang diolah dari kuesioner jumlah dan ketebalannya bervariasi antar tim peneliti. Jumlah kuesioner yang besar dari masing-masing tim peneliti membutuhkan pengaturan dalam pengerjaannya, terutama pada tahap entry data dan proses validasi data. Proses input data dan pengolahan data menggunakan sistem FIFO (First In First Out), artinya tim peneliti yang menyerahkan kuesioner lebih dulu akan di-entry dan diolah lebih dulu, demikian seterusnya sehingga tercipta kelancaran dalam kegiatan pelayanan penelitian ini. Di samping itu dari pihak peneliti sendiri diharapkan kesadarannya untuk secepatnya menyerahkan kuesioner, data-data maupun informasi yang diperoleh dari lapang agar tidak terjadi penumpukan di bagian entry data dan pengolahan data, terutama pada tengah dan akhir tahun.

Evaluasi Laporan Kemajuan

Tujuan utama kegiatan monitoring dan evaluasi laporan kemajuan adalah untuk : (1) Meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian laporan hasil penelitian, (2) Meningkatkan kualitas hasil penelitian, dan (3) Memonitor hasil monev sebelumnya secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian dapat selesai tepat waktu dan diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan pengalaman, kontrol yang cukup ketat terhadap pembuatan laporan tengah tahun sangat membantu ketepatan tim peneliti dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian sesuai dengan batas waktu yang

Laporan Tahunan 2017 93

telah ditetapkan. Format dan isi laporan kemajuan sudah diatur dalam juklak Monev. Berdasarkan format laporan kemajuan, maka tim peneliti sebenarnya telah mempersiapkan sebagian draft laporan hasil penelitian.

Secara umum seluruh Tim Peneliti telah menyusun laporan kemajuan dengan baik sesuai format yang ditentukan. Selain itu, tim peneliti umumnya juga telah menyerahkan laporan kemajuan ini sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Monitoring dan Evaluasi Tahap III

Pada tahap III, monitoring dan evaluasi difokuskan pada penyusunan draft laporan akhir penelitian. Monev tahap III dilakukan setelah kegiatan seminar hasil penelitian. Berdasarkan seminar hasil penelitian tersebut, tim peneliti diharapkan memperoleh banyak masukan dari pembahas dan peserta seminar guna penyempurnaan laporan akhir.

Seminar Hasil Penelitian

Kegiatan seminar hasil penelitian di PSEKP merupakan mata rantai penting untuk penyempurnaan hasil penelitian. Kegiatan seminar hasil penelitian dilaksanakan pada tanggal 5, 7 dan 12 Desember 2017 di Auditorium Ismunadji, Bogor. Kegiatan seminar hasil penelitian tersebut bertujuan untuk mempertajam dan menyempurnakan hasil kegiatan penelitian PSEKP, pada TA. 2017. Kegiatan seminar hasil penelitian PSEKP TA. 2017 dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, pihak Perguruan Tinggi, BAPPENAS, LIPI dan seluruh staf peneliti PSEKP, dan instansi di luar Kementerian Pertanian. Dalam upaya mempertajam dan menyempurnakan hasil penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin, Kementan), FKPR/Balitbangtan, Biro Perencanaan, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat – Ditjen Hortikultura, Direktorat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan ternak - Ditjen PKH, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan - BKP, Pusat Penyuluhan Pertanian – BPPSDMP, Direktorat Pangan dan Pertanian – Bappenas, dan Peneliti Senior PSEKP. Kegiatan seminar hasil difokuskan kepada konsistensi antara judul, tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan implikasi kebijakan. Umpan balik yang diperoleh dalam seminar hasil tersebut digunakan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir penelitian.

Laporan Tahunan 2017 94

Draft Laporan Akhir Penelitian

Penulisan draft laporan akhir penelitian merupakan salah satu tahap atau mata rantai penting dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian. Pada tahapan ini, jika ditemukan ketidaksesuaian antara rencana penelitian dengan pelaksanaan atau hasil yang diperoleh tim peneliti dapat segera dilakukan koreksi atau penyesuaian. Indikator evaluasi terdiri atas empat komponen utama, yaitu: (1) Konsistensi proposal dengan laporan hasil penelitian, (2) Koherensi pelaporan terkait kedalaman dan ketajaman hasil pembahasan, perumusan kesimpulan dan implikasi kebijakan, (3) Aspek editorial yang menyangkut redaksional, penyajian tabel, kelengkapan pustaka, dan (4) Ketepatan waktu penyelesaian laporan dan konsistensi format serta isi laporan sesuai dengan Pedum Monev.

Pada tahap penyusunan draft laporan akhir penelitian, ada tiga aspek yang penting diperhatikan, yaitu: (1) Konsistensi antara proposal dan laporan hasil penelitian, (2) Perlunya perbaikan dari segi koherensinya, dan (3) Perlunya penyempurnaan dari sisi redaksional. Dari sisi substansi, hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa secara umum tim peneliti telah menyusun draft laporan hasil penelitian sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, konsistensi antara judul, tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan dan kesimpulan serta implikasi kebijakan secara umum telah tersusun dengan baik. Terkait ketepatan waktu dalam penyelesaian draft laporan akhir, secara umum sudah sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Draft laporan hasil penelitian yang dievaluasi Tim Monev diharapkan sudah mengakomodir seluruh masukan dari seminar.

Berdasarkan hasil evaluasi Monev Tahap III, Tim penelitian melakukan perbaikan/revisi draft Laporan Akhir menjadi Laporan Akhir Penelitian Tahun 2017. Pada setiap akhir tahun anggaran, tim peneliti selain menyelesaikan laporan akhir penelitian, juga harus menyusun Bahan Rapim dan Policy Brief (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Laporan akhir perlu mendapatkan penekanan khusus karena merupakan produk akhir yang akan menjadi bahan referensi untuk kegiatan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang relevan. Dalam rangka diseminasi hasil penelitian terdapat sejumlah output yang perlu dikomunikasikan kepada stakeholders utama dan masyarakat pengguna Iptek sosial ekonomi dalam arti luas. Bahan diseminasi tersebut meliputi bahan rapat pimpinan di tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian Pertanian, materi untuk forum diskusi ad-hoc di PSEKP, forum tingkat nasional, bahan publikasi/penerbitan ilmiah (baik terbitan PSEKP maupun di luar PSEKP) dan bahan laporan tahunan PSEKP TA. 2017.

Laporan Tahunan 2017 95

Tim peneliti wajib menyiapkan bahan diseminasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai lembaga penelitian, PSEKP diharapkan mampu memberikan hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Pengguna hasil-hasil penelitian PSEKP secara umum adalah stakeholders pembangunan pertanian di tingkat pusat, daerah dan akademisi. Mengingat hasil penelitian PSEKP sangat bermanfaat bagi stakeholders, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian mendatang seyogianya mengakomodasikan aspirasi para pengguna hasil penelitian PSEKP, terutama para stakeholders di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian masukan dan saran-saran dari stakeholders tersebut akan lebih menyempurnakan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Pembuatan bahan rapat pimpinan dan forum diskusi ad-hoc, otoritas penilaiannya berada di tangan struktural dengan finalisasi koreksi dan saran perbaikan dari Kepala PSEKP. Di sisi lain, otoritas penilaian bahan publikasi PSEKP dilakukan sepenuhnya oleh Dewan Redaksi yang ditentukan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian. Dengan mengacu pada prosedur tersebut, maka evaluasi terhadap bahan diseminasi dalam konteks pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini dibatasi sampai pada penentuan status materi tersebut. Hal tersebut merupakan kewajiban dengan target waktu yang telah ditetapkan, maka statusnya adalah apakah peneliti telah memenuhi kelengkapan persyaratan pengajuan materi diseminasi tersebut. Kalau persyaratan kelengkapan pengajuan ini belum dipenuhi, perlu dikemukakan faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya.

Keluaran atau output penelitian (data dan laporan) lingkup PSEKP telah didokumentasikan secara baik. Dokumentasi data dibedakan atas data primer dan data sekunder. Dokumentasi yang terkait data primer meliputi: (1) Kuesioner dan Buku Kode Variabel, dan (2) File data hasil entry. Dokumentasi yang terkait data sekunder meliputi: (1) Dokumen asli (buku, CD), (2) Dokumen olahan dan (3) File data hasil pengolahan data. Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian PSEKP dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni :

Pertama, sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian. Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan opsi rumusan kebijakan (sintesa), pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakan pembangunan pertanian (pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakan yang dianggap layak dan patut atau menolak kebijakan yang dianggap tidak layak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan disampaikan langsung kepada pimpinan Kementerian Pertanian. Selain itu, PSEKP juga memiliki media reguler

Laporan Tahunan 2017 96

Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagai sarana penyuluhan, diseminasi dan diskusi kebijakan.

Kedua, rekayasa model inovatif kelembagaan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistem produksi dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka PSEKP memberikan perhatian yang cukup besar terhadap aspek kelembagaan ini.

Ketiga, analisis deskriptif mengenai kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian yang meliputi: (1) Ekonomi makro dan mikro serta perdagangan internasional, (2) Pengelolaan sumber daya dan agribisnis berkelanjutan, (3) Sistem inovasi teknologi pertanian, (4) Ketahanan pangan dan kemiskinan, dan (5) Dinamika sosial ekonomi pedesaan. Hasil penelitian ini, berupa parameter mengenai perilaku ekonomi makro dan mikro untuk menunjang analisis maupun perumusan model kebijakan pembangunan pertanian. Parameter-parameter tersebut merupakan landasan untuk penyusunan model simulasi maupun analisis perumusan kebijakan. Hasil analisis deskripsi digunakan untuk menyusun highlight situasi terkini kinerja pembangunan pertanian dan lingkungan strategisnya. Laporan singkat ini dibuat dan disampaikan secara reguler kepada pimpinan Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan well informed policy making.

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian

Dalam melaksanakan fungsi penelitiannya, PSEKP didukung oleh beberapa bidang manajemen penelitian, yaitu : aspek pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Kelima bidang manajemen penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka mendukung kegiatan penelitian di PSEKP. Dengan demikian diharapkan keluaran yang dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja manajemen penelitian.

Pelayanan Keuangan

Untuk kelancaran administrasi keuangan, kegiatan penelitian perlu didukung pelayanan keuangan. Tujuan dilaksanakannya kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah untuk

Laporan Tahunan 2017 97

meningkatkan ketepatan perencanaan sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Instrumen kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah DIPA yang dirinci berdasarkan jenis pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja sosial. Sebelum pelaksanaan penelitian ke lapang, kegiatan monitoring dan evaluasi juga melibatkan pihak peneliti dengan pelaksana keuangan untuk penyesuaian jadwal keberangkatan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan prosedur keuangan di lapang yang harus dilakukan oleh peneliti.

Indikator yang digunakan pada kegiatan ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan solusi pemecahan masalah. Dalam pelaksanaan kinerja keuangan yang berhubungan dengan kegiatan penelitian, terlihat adanya kemudahan dalam pencairan dana. Hal ini tampak dalam pencairan dana relatif berjalan lancar. Di samping kegiatan ke lapang, pencairan dana untuk perjalanan pendek ke wilayah Jabotabek untuk pengumpulan data sekunder dan informasi lainnya juga mengalami kemudahan.

Pelayanan Pengolahan Data

PSEKP dalam melaksanakan kegiatan penelitian didukung oleh pelayanan pengolahan data yang bertugas untuk memasukkan/entry data (primer dan sekunder) serta informasi yang diperoleh dari lapang serta mengolah data tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti. Indikator yang digunakan pada kegiatan monev layanan pengolahan data adalah: (1) Sumber Daya Manusia (SDM), dan (2) Hardware. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi sumberdaya manusia adalah: (1) Jumlah orang, (2) Pembagian kerja, dan (3) Kompetensi. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hardware adalah: (1) Jumlah komputer tersedia, (2) Kapasitas, dan (3) Manajemen pemanfaatan hardware. Sedangkan indikator yang digunakan dalam jadwal kerja pengolahan data untuk setiap judul penelitian adalah: (1) Perencanaan dan (2) Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan data, bila dilihat dari sisi pengadaan sarana prasarana telah tersedia dengan baik, seperti: jumlah tenaga input data, validasi data dan pengolahan data, perangkat komputer, printer, dan sarana pendukung lainnya. Ketersediaan sarana pengolahan data sudah cukup memadai. Unit pengolahan data, selain melakukan kegiatan pengolahan data penelitian, juga melakukan kegiatan database PSEKP, seperti entry data, updating data, dan melayani permintaan data sekunder untuk para peneliti. Mengingat banyaknya kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan pengaturan waktu sedemikian rupa sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dengan

Laporan Tahunan 2017 98

baik. Agar pekerjaan terdistribusi merata, maka setiap judul penelitian mempunyai penanggung jawab untuk entry data dan pengolah data.

Kegiatan pengolahan data biasanya mengikuti irama kegiatan peneliti. Pada saat peneliti melakukan pra-survei, unit pengolahan data biasanya mulai membuat screen form untuk persiapan entry data. Pada saat tengah dan akhir tahun biasanya kegiatan pengolahan data cukup padat. Input data dan pengolahan data yang dilakukan oleh tim penelitian biasanya dilakukan secara bersamaan, akibatnya proses input dan pengolahan data tersebut menumpuk di tengah dan akhir tahun. Semua tim peneliti mempunyai kepentingan dan jadwal yang sama untuk menyelesaikan laporan penelitian, sehingga pengolah data harus dapat melayani semua tim peneliti dengan baik dan merata. Namun demikian permasalahan pengolahan data pada bulan-bulan sibuk selama ini dapat diatasi dengan cara menambah jam kerja (kerja lembur) dan sistem FIFO (First In First Out).

Database

Seiring dengan perkembangan teknologi, data dan informasi untuk bahan penelitian sebagian diperoleh dari database yang dimiliki PSEKP. Data dan informasi selain dimanfaatkan untuk analisis/kajian perumusan kebijakan, juga diperlukan dalam menunjang implementasi kebijakan, monitoring, maupun evaluasi. Suatu rekomendasi kebijakan yang baik harus memenuhi syarat: tepat dalam memahami permasalahan, tepat dalam perumusan tujuan, konsisten dengan Haluan Negara, antisipatif terhadap dinamika empiris, dan realistis (dalam arti dapat diimplementasikan), berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak tanpa mengorbankan prinsip efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan. Syarat-syarat seperti itu dapat dipenuhi hanya jika rekomendasi kebijakan dihasilkan dari suatu kajian, analisis, ataupun studi yang relevan dan berlandaskan prinsip-prinsip penelitian ilmiah.

Dalam penelitian ilmiah, peranan data sangat strategis. Bahkan pada hakekatnya nilai hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh data dan informasi yang menjadi bahan analisisnya. Guna memenuhi kebutuhan terhadap data yang berkualitas dan dengan cepat dapat diperoleh, maka manajemen data merupakan salah satu aktivitas pokok dari suatu lembaga/instansi; terlebih pada suatu lembaga penelitian. Manajeman data yang baik bukan hanya membantu terciptanya pelaksanaan penelitian yang baik tetapi juga mempermudah sistem verifikasi data dan informasi antar lembaga terkait.

Output yang dihasilkan oleh suatu lembaga penelitian adalah data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta rekomendasi kebijaksanaan. Oleh karena sifatnya untuk mendukung pemecahan

Laporan Tahunan 2017 99

masalah, maka hampir semua penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan output tersebut adalah penelitian terapan. Sebagai pengguna utama, maka stakeholder terpenting adalah pemerintah. Meskipun demikian, user lain juga sangat banyak, misalnya para peneliti, mahasiswa, petani, peternak, wartawan, dan lain sebagainya. Sejak beberapa tahun yang lalu, PSEKP telah melakukan aktivitas manajemen data. Dalam kegiatan ini, tercakup tiga aspek: (a) pengembangan sistem database, (b) pengembangan kapabilitas programmer dan analis, (c) pengembangan infrastruktur pendukung. Ketiga aspek itu mutlak dibutuhkan dalam mewujudkan sistem data yang berdaya guna.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan database tahun 2017 hasilnya cukup banyak dan bervariasi, yaitu dari updating (pemutakhiran) data, entry data baru sampai pada pengadaan data yang sudah dikelola oleh lembaga lain, seperti BPS, Bank Indonesia, Deperindag, WTO, dan FAO. Pemutakhiran data bervariasi antar jenis data, tergantung pada ketersediaan data dari instansi yang menerbitkan. Ketersediaan database yang di miliki oleh PSEKP terbagi dalam beberapa subsektor, yaitu: Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan. Subsektor Tanaman Pangan terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: Padi, Padi Ladang, Padi Sawah, Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Demikian pula untuk subsektor Hortikultura juga terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: (1). Sayuran: Kentang, Cabai Besar, Bawang Merah, Bawang Daun, Kol, Jahe dan Tomat. (2). Buah-buahan: Durian, Jeruk, Mangga, Pepaya, Nenas, Manggis dan Pisang serta (3). Tanaman Hias: Anggrek, Mawar dan Melati. Untuk subsektor Peternakan, terbagi dalam empat indikator, yaitu: Populasi Ternak, Jumlah Ternak Potong, Ekspor-Impor dan Konsumsi (Sapi potong, Sapi perah, Kerbau, Kuda, Kambing, domba, Babi, Ayam, dan Itik). Sedangkan untuk subsektor Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kako, Cengkeh, Teh, Tebu/Gula, Kopi, Kelapa, Lada, Kapas, Jambu Mete, dan Tembakau) terbagi dalam beberapa indikator, yaitu: Luas Areal, Luas Panen, Produksi, Produktivitas, Ekspor-Impor, Produksi Perkebunan Besar, Produksi Perkebunan Rakyat dan Stok Perkebunan Besar. Selain database subsektor di atas, ketersediaan database yang dimiliki oleh PSEKP dilengkapi dengan database Indikator Makro (PDB, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Indeks Harga Konsumen, Exchange Rate, Harga Konsumen, Harga Produsen, Jumlah Penduduk, Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan lain-lain) dan database Indikator Pertanian (NTP; HET Pupuk; Harga; Jumlah Pestisida yang beredar; Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Tani; Luas lahan Pertanian berdasarkan jenis pengairan dan penggunaan, Struktur Ongkos

Laporan Tahunan 2017 100

berdasarkan komoditas tanaman pangan, daerah irigasi, luas lahan terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, serta alat dan mesin pertanian (alsintan); database Ekspor-Impor komoditas pertanian serta database konsumsi yang terdiri atas:rata-rata konsumsi (protein dan kalori), konsumsi dan pengeluaran per kapita menurut jenis makanan, pengeluaran pangan dan non-pangan (tingkat nasional dan provinsi). Selain cakupan data sekunder, sejak tahun 2012 kegiatan Database PSEKP mulai dilakukan inisiasi untuk menyusun data primer yang dapat berasal dari hasil survei lapang kegiatan penelitian di lingkup PSEKP, terutama kegiatan penelitian Panel Petani Nasional (Patanas). Kegiatan penyusunan data primer ini dilanjutkan pada tahun ini yaitu validasi data Patanas periode 2007-2012, serta juga penyusunan database tahun-tahun selanjutnya.

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan

Sebagai salah satu unit pelaksanaan penelitian, khususnya dalam bidang sosial ekonomi pertanian, keberadaan unit perpustakaan sangat penting dan vital dalam menunjang kegiatan penelitian. Evaluasi pelayanan perpustakaan penting dilakukan dan indikator yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Stok buku/bahan pengetahuan, (2) Penyajian dan pelayanan, (3) Tingkat pemanfaatan menurut pengguna, (4) Tingkat pemanfaatan menurut bahan dan (5) Masalah yang dihadapi.

PSEKP memiliki satu unit perpustakaan dengan koleksi buku dan majalah ilmiah yang cukup lengkap, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia. Koleksi Buku di unit perpustakaan mencapai 9.739 buku; 8.135 buku yang berisi tentang Informasi Teknologi Pertanian; 727 Majalah yang berhubungan dengan pertanian dan 1.134 adalah Laporan Hasil Penelitian yang telah diseminarkan. Selain itu, perpustakaan PSEKP juga mempunyai sejumlah koleksi prosiding, laporan-laporan statistik dan laporan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian sosial ekonomi pertanian. Untuk melengkapi kebutuhan informasi terkini yang dibutuhkan oleh para peneliti, maka perpustakaan ini juga berlangganan koran Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Tani serta majalah Trubus. Unit perpustakaan ini dikelola oleh lima orang pustakawan. Jumlah koleksi buku dan majalah akan terus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian.

Pengguna layanan unit Perpustakaan diperuntukan bagi semua kalangan, sedangkan untuk layanan peminjaman buku hanya dikhususkan untuk pegawai Lingkup PSEKP saja. Pelayanan kepada pengguna perpustakaan tersebut diberikan dengan dua cara, yaitu open access untuk peneliti PSEKP dan closed access untuk pengguna di luar

Laporan Tahunan 2017 101

PSEKP. Pada tahun 2017, jumlah peminjam pustaka mencapai 141 orang. Judul buku/pustaka yang dipinjam sedikit mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya pelayanan secara on-line terhadap para peneliti PSEKP. Untuk membantu mempermudah pengguna dalam menelusuri pustaka yang dimiliki, perpustakaan PSEKP telah dilengkapi dengan empat buah unit komputer yang digunakan untuk melayani konsumen dalam mendukung kecepatan pencarian pustaka. Selain itu komputer tersebut juga digunakan untuk menyimpan dan mem-file data-data pustaka yang tersedia. Kenyamanan pengunjung perpustakaan semakin bertambah dengan dilengkapinya ruangan baca dengan sistem pendingin udara.

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi

Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan publikasi, indikator yang digunakan dalam evaluasi ini adalah: (1) Perencanaan, yang terdiri dari rencana penerbitan, rencana distribusi, dan jadwal, (2) Distribusi, yang terdiri dari lingkup PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, dan lainnya. Sedangkan indikator perencanaan dan pelaksanaan yang dimaksud dalam konteks ini ditekankan pada penerbitan dan distribusi dari masing-masing penerbitan yang dilakukan PSEKP.

Salah satu tugas PSEKP adalah mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian yang dalam pelaksanaannya dapat berupa publikasi. Beberapa publikasi yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2017 adalah: (1) Jurnal Agro Ekonomi (JAE), (2) Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (3) Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), (4) Buku tematik, (5) Laporan tahunan, (6) Newsletters, dan (7) Laporan hasil penelitian.

Berbagai macam media publikasi tersebut disediakan oleh PSEKP dan digunakan sebagai wadah untuk menampung kebutuhan peneliti dalam mempublikasikan tulisan atau makalahnya. JAE merupakan media ilmiah penyebaran hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian untuk menunjang pengembangan dan penelitian di Indonesia. JAE memuat hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dengan misi meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan profesionalisme para ahli sosial ekonomi Pertanian dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pertanian, pangan, sumber daya, dan pembangunan ekonomi. Dalam JAE, kekuatan metodologi penelitian sangat diperhatikan. JAE tersebut diterbitkan dua kali setahun. FAE adalah media ilmiah komunikasi hasil penelitian yang berisi review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian di Indonesia. FAE memuat “critical review” hasil-hasil penelitian para peneliti PSEKP dan lembaga lainnya. FAE juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan

Laporan Tahunan 2017 102

atau konsepsi orisinal dalam bidang sosial ekonomi pertanian. FAE juga diterbitkan dua kali setahun. Publikasi Analisis Kebijakan Pertanian adalah media ilmiah yang membahas isu aktual kebijakan pertanian yang memuat artikel analisis kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. Media Analisis Kebijakan Pertanian ini diterbitkan empat kali dalam setahun.

Adanya berbagai media penerbitan ilmiah di PSEKP, maka peneliti PSEKP dapat menyalurkan ide, pemikiran, dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan sosial ekonomi pertanian dengan baik. Bagi peneliti yang kreatif akan semakin mudah dalam meningkatkan jenjang fungsional penelitinya. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa ketersediaan media yang cukup banyak tersebut sangat membantu peneliti dalam meningkatkan dan memelihara jabatan fungsional penelitinya. Salah satu yang mungkin perlu mendapat perhatian manajemen adalah ketepatan waktu penerbitan yang masih belum seluruhnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Website dan Internet

Sebagai unit kerja yang khusus menangani kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian di Kementerian Pertanian, PSEKP telah lama membina hubungan kerjasama dengan lembaga penelitian baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seringkali institusi dalam dan luar negeri membutuhkan data dan informasi hasil penelitian PSEKP. Sebagai institusi publik, maka sudah selayaknya jika PSEKP memiliki sarana untuk dapat menyediakan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna.

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, pelayanan publikasi PSEKP juga telah membangun situs atau website sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.pertanian.go.id. Sedangkan untuk digitalisasi perpustakaan PSEKP sudah dapat diakses melalui jaringan internet dengan alamat http://digilib.litbang.pertanian. go.id/~psekp/. Website ini telah on line dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP dan layanan perpustakaan selama 24 jam penuh. Situs atau website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk lebih memberikan kenyamanan dan kecepatan pengguna dalam mengakses situs PSEKP tersebut, saat ini sedang dibuat tampilan baru. Selain itu, juga sedang disusun program informasi opini yang dirancang untuk memberikan pandangan atau tanggapan terhadap masalah pembangunan pertanian terkini.

Laporan Tahunan 2017 103

Selain website, PSEKP juga telah membangun jaringan internet di setiap ruangan peneliti dan pejabat struktural. Layanan informasi tersebut dilakukan dengan pemasangan instalasi Local Area Network (LAN). Instalasi ini memiliki 2 unit switch yang masing-masing memiliki 24 port sehingga maksimal CPU yang dapat dijadikan jaringan adalah 48 unit terminal yang tersebar di seluruh gedung, mulai dari Gedung A di depan dan Gedung B di belakang. Pembangunan jaringan internet ini dimaksudkan agar para peneliti dan pejabat struktural dapat mengakses perkembangan informasi secara cepat dan murah. Selain itu, adanya jaringan internet ini akan mempermudah peneliti dalam mengakses data dari berbagai institusi di seluruh dunia. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian dapat lebih berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

7.3.5. Sarana Penelitian

Indikator yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan sarana penelitian adalah: (1) Rencana pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah dan (2) Realisasi pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah. Kedua indikator tersebut juga akan dilihat jika terdapat permasalahan yang dijumpai oleh pelayanan penelitian dan cara pemecahan masalah.

Sarana penelitian yang dimaksud dalam konteks ini adalah sarana alat tulis kantor (ATK) terdiri dari tonner, tinta printer, kertas, flash disk, dan lainnya. Setiap tim dapat mengajukan kebutuhan ATK-nya sesuai kebutuhan untuk penelitian baik menjelang survei maupun saat kegiatan di kantor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa untuk mendukung kelancaran kegiatan penelitian, peneliti telah dilengkapi fasilitas komputer dan jaringan internet yang tersedia di setiap ruangan peneliti. Untuk kelancaran komunikasi internal kantor disediakan pula telepon penghubung antar ruangan sehingga memudahkan komunikasi antar pegawai, baik di dalam kantor maupun menerima telpon dari luar kantor. Bahkan untuk kenyamanan kerja, hampir di setiap ruangan peneliti telah dilengkapi dengan fasilitas air condition (AC). Ruang rapat yang lengkap dengan fasilitas yang memadai sudah tersedia. Apalagi sejak PSEKP menempati gedung baru di Jalan Tentara Pelajar No. 3B sejak 5 September 2016.