laporan tahunan t.a. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · laporan tahunan t.a. 2013 pusat sosial...

106

Upload: doanmien

Post on 01-May-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Page 2: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2013

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian 2014

Page 3: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2013

Tim Penyusun

Penanggung Jawab : Handewi P. Saliem

Ketua : Supena Friyatno

Sekretaris : Sri Hastuti Suhartini

Anggota : Sri Hery Susilowati Hasyim Asyari Endro Gunawan M. Suryadi Wartiningsih Hermanto Agus Subekti Yana Supriyatna Ahmad Makky Ar-Rozi

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian 2014

Page 4: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian i

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban sebagai Institusi pemerintahan negara dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsi pokok (tupoksi) yang diembannya. Tupoksi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) yaitu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis berbagai permasalahan sosial ekonomi pertanian di tingkat pedesaan, wilayah, nasional, kawasan, dan internasional, dalam rangka menghasilkan rekomendasi kebijakan.

Laporan Tahunan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian selama tahun anggaran 2013. Materi pokok yang disajikan dalam laporan meliputi struktur organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil analisis pelayanan dan kerja sama penelitian, monitoring dan evaluasi. Khusus untuk kegiatan penelitian, disajikan sinopsis hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan PSEKP pada tahun 2013.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bogor, Desember 2013

Kepala Pusat,

Dr. Handewi P. Saliem NIP. 19570604 198103 2 001

Page 5: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

 

Page 6: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Visi dan Misi ................................................................................................. 1

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi .............................................. 1

II. SUMBERDAYA MANUSIA .............................................................................. 3

III. SARANA DAN PRASARANA ......................................................................... 11

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) ....................................... 11

3.2. Barang-Barang Bergerak ............................................................................. 11

a. Barang Inventaris Alat Angkutan ................................................... 12

b. Barang Inventaris Peralatan Kantor ............................................... 12

3.3. Anggaran DIPA dan PNBP ......................................................................... 14

IV. PROGRAM ........................................................................................................... 21

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan ...................................................................... 21

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2013 ....................... 21

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2013 (DIPA dan RISTEK) dan Pelaksanaan Tupoksi Subid. Program ....................... 22

4.3.1. Judul – Judul Penelitian DIPA T.A. 2013 ....................................... 24

4.3.2. Judul – Judul Penelitian DIPA T.A. 2014 ....................................... 25

4.4. Permasalahan yang Menonjol dalam Pelaksanaan Kegiatan di Sub Bidang Program selama tahun 2013. ......................................................... 26

V. SINOPSIS ............................................................................................................. 27

5.1. Studi Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan Produksi Padi di Luar Pulau Jawa (Tahun Ke-2) (Dr. Bambang Irawan) .................................... 27

5.2. Analisis Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Komoditas Unggas Lokal (Dr. Saptana) ................................................... 29

5.3. Kajian Efisiensi Moda Transportasi Ternak dan Daging Sapi dalam Mendukung Program Swasembada Daging (Dr. Nyak Ilham) ............. 30

5.4. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pemasaran Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi (Dr. Henny Mayrowani) ............................................... 32

Page 7: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

 

iv Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

5.5. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar Buah-Buahan (Dr. Bambang Sayaka) ................................................................................. 34

5.6. Kajian Pengembangan Irigasi Kecil Berbasis Investasi Masyarakat Pada Agroekosistem Lahan Tadah Hujan (Ir. Rudy Sunarja Rivai, MS) ....................................................................... 36

5.7. Kajian Legislasi Lahan dan Air Mendukung Swasembada Pangan (Tahun Ke-2) (Dr. Muchjidin Rachmat) .................................................... 40

5.8. Peran Penyuluh Swadaya dalam Implementasi Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian (Dr. Kurnia Suci Indraningsih) .............. 42

5.9. Kajian Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Industri Gula untuk Mendukung Swasembada Pangan (Ir. Supriyati, MS) ....... 43

5.10. Pengaruh Kebijakan Perdagangan Negara-Negara Mitra Terhadap Kinerja dan Daya Saing Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia (Prof. Dr. Budiman Hutabarat) ................................................................... 44

5.11. Dampak Makro Perubahan Iklim pada Subsektor Pangan Indonesia (Dr. Sumaryanto) .......................................................................................... 46

5.12. Prospek Kesepakatan Indonesia- India FTA terhadap Sektor Pertanian di Indonesia (Dr. Reni Kustiari) ............................................... 48

5.13. Konsorsium Penelitian Prospek Pertumbuhan Produksi Pangan dalam Konteks Program MP3EI (Dr. Hermanto) .................................... 49

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL DAN KERJASAMA PENELITIAN ............ 52

6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian .............................................................. 52

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian ...................................... 64

6.2.1. Seminar ............................................................................................... 64

6.2.2. Pengelolaan Website ......................................................................... 65

6.3. Perpustakaan ................................................................................................ 68

6.4. Kerja Sama Penelitian .................................................................................. 76

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN ....................................................................... 77

7.1. Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan ......................................... 77

7.2. Ruang Lingkup ............................................................................................ 78

7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2013 ..................................... 79

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian ............................. 82

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian ......................... 89

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan .................................................................. 93

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi .......................................................... 94

7.3.5. Sarana Penelitian ............................................................................... 96

Page 8: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2013 ................ 3

Tabel 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja, Tahun 2013 .............................................................................................. 4

Tabel 3. Jumlah Pegawai PSEKP berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2013 .................................................................... 5

Tabel 4. Jumlah Tenaga Fungsional PSEKP, Tahun 2013 ................................ 6

Tabel 5. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ......................................................................... 7

Tabel 6. Pelatihan/Workshop/Training yang diikuti oleh Pegawai PSEKP, Tahun 2013 .............................................................................................. 8

Tabel 7. Daftar Kondisi Barang Inventaris PSEKP, (Periode 31 Desember 2013) .................................................................. 12

Tabel 8. Perkembangan Pelaksanaan DIPA PSEKP Tahun Anggaran 2013, Per 31 Desember 2013 ............................................................................ 16

Tabel 9. Realisasi Anggaran Per Kegiatan PSEKP, per 31 Desember 2013 ............................................................................ 17

Tabel 10. Target dan Realisasi Anggaran Kegiatan Penelitian Menurut Sasaran dan Program PSEKP, 2013 ...................................................... 18

Tabel 11. Capaian PNBP PSEKP, 2013 .................................................................. 20

Tabel 12. Judul dan Penulis Naskah JAE Tahun 2013 ....................................... 53

Tabel 13. Judul dan Penulis Naskah FAE Tahun 2013 ....................................... 53

Tabel 14. Judul dan Penulis Naskah Tematik yang Terbit Tahun 2013 ........... 54

Tabel 15. Judul dan Penulis Naskah Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia “Optimalisasi Sumberdaya Lokal melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan Dan Perbaikan Gizi Masyarakat Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” tahun 2013. .... 55

Tabel 16. Judul dan Pembicara pada Seminar Diseminasi Hasil Penelitian 37 Tahun PSEKP dengan tema “Kemandirian Pangan dan Perlindungan Petani di Era Global” Tahun 2013. .............................. 61

Tabel 17. Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2013 ........................... 62

Tabel 18. Distribusi Publikasi Ilmiah Tahun 2013 .............................................. 63

Tabel 19. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, Tahun 2013 ..................... 64

Page 9: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

 

vi Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tabel 20. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin tahun 2013 ..... 65

Tabel 21. Jumlah Pengakses Website PSEKP pada Tahun 2013 ....................... 66

Tabel 22. Materi Website PSEKP dan Jumlah Pengakses Tertinggi Selama Tahun 2013 .............................................................................................. 66

Tabel 23. Frase Kata/Kata yang Digunakan dalam Pencarian Tahun 2013 .... 67

Tabel 24. Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2013 .................................................... 69

Tabel 25. Koleksi Database Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP per 31 Desember 2013 ........................................................................................ 73

Tabel 26. Pengunjung dan Peminjam Buku Perpustakaan PSEKP Januari s/d Desember 2013 ................................................................................. 74

Tabel 27. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawan ........................ 75

Tabel 28. Status Kegiatan Kerjasama Penelitian PSEKP (Dalam dan Luar Negeri) Per 31 Desember 2013 .............................................................. 76

Page 10: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian .................................................................................................... 2

Gambar 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2013 .................. 3

Gambar 3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja, Tahun 2013 ................................................................................................. 4

Gambar 4. Jumlah Pegawai PSEKP berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2013 ...................................................................... 5

Gambar 5. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Jenjang Fungsional, Tahun 2013 ................................................................................................. 6

Gambar 6. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ........................................................................... 7

Gambar 7. Tahapan Perencanaan Penelitian ............................................................ 23

Gambar 8. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ................................... 81

Page 11: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Visi dan Misi

Visi

Menjadi lembaga pengkajian yang kritis dan terpercaya bertaraf internasional dalam menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian, serta proaktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.

Misi

1. Melakukan analisis dan pengkajian guna menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian yang merupakan produk primer PSEKP;

2. Melakukan analisis kebijakan, yaitu kegiatan untuk mengolah informasi dan ilmu pengetahuan hasil analisis menjadi rumusan usulan dan pertimbangan kebijakan pembangunan pertanian;

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung pembangunan pertanian;

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampu mewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan.

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi

Tugas Pokok :

Melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian (Pasal 176 Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 209/Kpts/OT.140/7/2005)

Fungsi:

1. Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

2. Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan di bidang pertanian;

3. Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian;

4. Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

5. Pelaksanaan kerjasama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

6. Evaluasi dan pelaporan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan

7. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. (Pasal 177 Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2005)

Page 12: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

2 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian

1. Pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian;

2. Pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Kementerian Pertanian;

3. Praktisi agribisnis;

4. Politisi, ilmuwan dan masyarakat peminat pembangunan pertanian;

5. Peneliti

Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Ket: *) Berdasarkan SK Kapus PSEKP, Nomor:368/Kp.330/A.9/03/2009 Terdiri dari 3 kelompok peneliti (Kelti):

(1) Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional (2) Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis (3) Kelti Sosio-Budaya Pedesaan.

Kelompok Jabatan Fungsional *)

Plh. Kasubbid Pendayagunaan Hasil

Ir. Wartiningsih

Kasubbid Kerjasama Dr. Hermanto

Kasubbid Program M. Suryadi, SP, MSi

Plh. Kasubbid Evaluasi dan Pelaporan Ir. Sri Hastuti

Suhartini, MSi

Kasubbag Kepegawaian dan Rumah Tangga

Endro Gunawan, SP, MM

Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan Drs. Agus Subekti

Kabid. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil

Dr. Sri Hery Susilowati

Kabag. Umum Ir. Hasyim Asyari, MM

Kabid. Program dan Evaluasi

Ir. Supena Friyatno, MSi

Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dr.Handewi P Saliem

Page 13: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 3

II. SUMBERDAYA MANUSIA

Berdasarkan data kepegawaian pada akhir tahun 2013, tercatat bahwa sumberdaya manusia yang ada di PSEKP jumlahnya terus berkurang, karena banyak diantara karyawan yang telah memasuki masa pensiun, disamping ada diantaranya yang diakibatkan mutasi kerja. Secara keseluruhan jumlah total pegawai Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian PSEKP tahun 2013 sebanyak 159 orang. Struktur pegawai PSEKP berdasarkan umur pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar 32,08 persen berumur 51-55 tahun, dan 27,04 persen berumur 46-50 tahun. Sedangkan sisanya adalah 15,09 persen berumur >56 tahun, 12,58 persen berumur 41-45 tahun, 8,18 persen berumur 36-40 tahun, 3,14 persen berumur 26-30 tahun dan 1,89 persen berumur 31-35 persen (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2013

Umur (Tahun) Jumlah Pegawai (Orang) Persentase (%) <25 - -

26-30 5 3,14 31-35 3 1,89 36-40 13 8,18 41-45 20 12,58 46-50 43 27,04 51-55 51 32,08 >56 24 15,09

Jumlah 159 100%

3% 2%8%

13%

27%32%

15%

<25 2

31‐35 3

41‐45 4

51‐55 >

Gambar 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2013

Jumlah karyawan PSEKP berdasarkan masa kerja, menunjukkan

bahwa sebagian besar sudah berpengalaman melaksanakan tugas kerja di

Page 14: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

4 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

PSEKP selama 21-25 tahun (48 orang), selain itu juga terdapat sejumlah karyawan (28 orang) yang sudah memiliki masa kerja lebih dari itu (26-30 tahun) dan 23 orang yang memiliki masa kerja lebih dari 30 tahun yang diikuti dengan adanya peningkatan jumlah Golongan III dan IV yang termasuk didalamnya (Tabel 2). Dengan meningkatnya masa bakti dan pengalaman kerja, diharapkan selain dapat meningkatkan kinerja dalam tugas keseharian di masing-masing bidang juga akan berdampak pada peningkatan produktivitas kegiatan institusi secara keseluruhan, sehingga ouput yang dihasilkan PSEKP dapat sesuai dengan target yang diharapkan. Tabel 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja,

Tahun 2013

Golongan Masa Kerja (Tahun)

Jumlah < 5 6 - 10 11-15 16-20 21-25 26-30 >30

I - - 1 - - 1 - 2 II - - 6 9 4 1 - 20 III 10 4 11 11 33 14 1 64 IV - 1 2 5 11 12 22 53 Jumlah 10 5 20 25 48 28 23 159

Gambar 3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja, Tahun 2013

Dilihat dari sebaran tingkat pendidikan, menunjukkan gambaran

bahwa sebagian besar pegawai PSEKP berpendidikan SMU (27,04%), diikuti S1 (22,01%), Pasca Sarjana S2 (18,24%), dan S3 (18,87%). Selain itu masih terdapat juga 1,88 persen yang berpendidikan SD, 2,52 persen berpendidikan SMP dan 2,52 persen berpendidikan Sarjana Muda serta Diploma (6,92%) (Tabel 3).

Page 15: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 5

Konfigurasi pendidikan pegawai PSEKP berdasarkan tugas pokok dan fungsi, memperlihatkan kecenderungan bahwa untuk program pendidikan pasca sarjana S2 dan S3 sebagian besar berasal dari jumlah pendidikan yang sudah ditamatkan oleh para peneliti di PSEKP, sementara dinamika penjenjangan dan peningkatan pendidikan sebagian karyawan lainnya belum optimal dilaksanakan, khususnya untuk mendukung kinerja sebagai tenaga penunjang yang mempunyai kualitas pendidikan serta wawasan yang luas di lingkungan PSEKP.

Tabel 3. Jumlah Pegawai PSEKP berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis

Kelamin, Tahun 2013

Pendidikan Pria Wanita Total SD 3 - 3 (1,88) SMP 4 - 4 (2,52) SMU 37 6 43 (27,04) Diploma 7 4 11 (6,92) Sarjana Muda 1 3 4 (2,52) S1 21 14 35 (22,01) S2 13 16 29 (18,24 S3 23 7 30 (18,87) Jumlah 109 50 159 (100)

Keterangan: angka dalam kurung ( ) persentase

3 4

37

7

1

21

13

0 0

64 3

1416

SD SMP SMU Diploma SarjanaMuda

S1 S2

Gambar 4. Jumlah Pegawai PSEKP berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis

Kelamin, Tahun 2013

Jumlah pegawai PSEKP yang telah memiliki jabatan fungsional,

seluruhnya berjumlah 75 orang (91,46%) merupakan fungsional peneliti dan 7

Page 16: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

6 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

orang lainnya (8,54%) merupakan fungsional non-peneliti. Berdasarkan jenjang fungsional peneliti, maka tenaga fungsional peneliti PSEKP dengan jenjang tertinggi (Peneliti Utama) mencapai 24,00 persen, Peneliti Madya 37,33 persen, Peneliti Muda 14,67 persen, dan Peneliti Pertama 9,33 persen. Sementara peneliti yang tidak memiliki jabatan fungsional (Peneliti Non-Klas) berjumlah 11 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Jumlah Tenaga Fungsional PSEKP, Tahun 2013

No. Jenjang Fungsional Jumlah (orang) A. Fungsional Peneliti

1. Peneliti Utama 18 2. Peneliti Madya 28 3. Peneliti Muda 11 4. Peneliti Pertama 7 5. Peneliti Non-Klas 11

Sub Total (A) 75 B. Fungsional Non-Peneliti

1. Pranata Komputer Terampil Penyelia 1 2. Pustakawan Muda 1 3. Pustakawan Pertama 1 4. Arsiparis Ahli Pertama 2 5. Arsiparis Terampil Penyelia 1

Sub Total (B) 7 Total (A+B) 82

Gambar 5. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Jenjang Fungsional, Tahun

2013

Ditinjau berdasarkan analisis kepakaran para peneliti yang ada di PSEKP, dengan latar belakang disiplin ilmu, masing-masing menunjukkan

Page 17: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 7

bahwa sebagian besar para peneliti mempunyai keahlian pada bidang Ilmu Ekonomi Pertanian pada jenjang pendidikan S1 (15 orang), S2 (15 orang), dan S3 (26 orang), serta sebagian dalam keahlian Sosiologi Pertanian, Sistem Usaha Pertanian dan Kebijakan Pertanian (Tabel 5). Selain kepakaran tersebut, sampai dengan tahun 2013 PSEKP juga tercatat telah memiliki 6 orang tenaga ahli dalam Bidang Riset dengan jenjang penghargaan kepangkatan tertinggi sebagai Profesor Riset. Dua orang Profesor Riset merupakan Staf Ahli Menteri Pertanian hingga sekarang. Dalam waktu yang akan datang jumlah Profesor Riset dan Para Ahli Peneliti Utama PSEKP akan terus bertambah sejalan dengan tuntutan profesionalisme kegiatan di bidang penelitian. Tabel 5. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat

Pendidikan Tahun 2013

No. Disiplin Ilmu Pendidikan

S3 S2 S1 1. Ekonomi Pertanian 26 15 15 2. Kebijakan Pertanian 1 1 - 3. Sistem Usaha Pertanian - 2 2 4. Sosiologi Pertanian 3 8 1

Total 30 26 18

Gambar 6. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat

Pendidikan Tahun 2013

Upaya meningkatkan pengetahuan dan kapasitas SDM pegawai PSEKP pada tahun 2013 melalui pelatihan/workshop/training. Kegiatan tersebut disajikan pada Tabel 6.

Page 18: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

8 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tab

el 6

. Pel

atih

an/W

orks

hop/

Tra

inin

g ya

ng d

iiku

ti o

leh

Pega

wai

PSE

KP

, Tah

un 2

013

Page 19: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 9

Page 20: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

10 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Page 21: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 11

III. SARANA DAN PRASARANA

Pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai kegiatan utama PSEKP

didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, yaitu terdiri dari barang-barang tidak bergerak dan barang-barang yang bergerak. Barang-barang yang tidak bergerak terdiri dari (1) Tanah bangunan negara Golongan II; (2) Tanah Bangunan Kantor Pemerintah; (3) Bangunan Gedung kantor Permanen; dan (4) Rumah Negara Golongan II Type A Permanen. Sementara barang-barang bergerak secara umum meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2), furniture, elektronik, serta aset tetap lainnya. Pengadaan barang-barang inventaris tersebut berasal dari hibah, pembelian melalui anggaran rutin dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan anggaran kerjasama penelitian. Untuk dapat menyajikan data barang inventaris yang akurat, PSEKP telah melaksanakan SIMAK-BMN pada tahun anggaran 2013.

Pengelolaan inventaris kekayaan milik negara (IKMN) secara eksplisit menjadi tanggung jawab bagian tata usaha, tetapi secara moral adalah tanggung jawab seluruh pegawai yang menggunakan barang inventaris tersebut. Pada kenyataannya, hal tersebut belum disadari oleh berbagai pihak, terbukti kepedulian terhadap rasa memiliki masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kendala untuk dapat mengelola IKMN secara baik dan akurat. Secara rinci pada Tabel 7. ditunjukkan daftar kondisi barang yang dimiliki PSEKP sampai pada periode 31 Desember 2013.

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)

Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh PSEKP meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh PSEKP seluas 5.403 m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2 dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2. Sedangkan bangunan yang dimiliki oleh PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yang saling terhubung seluas 3.266 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2 secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikan pada Tabel 7.

3.2. Barang-Barang Bergerak

Pada periode 2013, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh PSEKP sebesar 2.190 unit barang, dengan 2.121 unit barang diantaranya dalam kondisi yang baik dan 69 unit barang lainnya dalam kondisi rusak. Barang-barang bergerak tersebut meliputi sarana transportasi/kendaraan dinas, mesin dan peralatan kantor, sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya.

Page 22: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

12 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

a. Barang Inventaris Alat Angkutan

Periode tahun 2013, kendaraan roda empat terdiri atas 11 unit minibus (kapasitas penumpang < 14 orang), dan 9 unit sepeda motor roda dua.

b. Barang Inventaris Peralatan Kantor

Periode tahun anggaran 2013 keadaan barang inventaris peralatan kantor sebanyak 1.999 unit yang terdiri dari 71 jenis barang yang rusak dan 1.924 dengan kondisi baik. Sumber dana pengadaan barang inventaris berasal Rutin merupakan akumulasi dari pengadaan tahun lalu dan pengadaan dari anggaran tahun 2013.

Tabel 7. Daftar Kondisi Barang Inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian (Periode 31 Desember 2013)

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS I. BARANG TIDAK BERGERAK 1 Tanah Bangunan Rumah Negara Gol.II 1 (1,558m2) 1 0 0 2 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1 (3,845 m2) 1 0 0 Jumlah 2 (5,403 m2) 2 0 0 3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 2 (3,266 m2) 2 0 0 4 Rumah Negara Gol. II, Type C dan D 4 (240 m2) 4 0 0 Jumlah 6 (3,506 m2) 6 0 0

II BARANG BERGERAK 5 Mini Bus (penumpang 14 orang kebawah) 13 12 1 0 6 Sepeda Motor 11 10 1 0 7 Auto Lift 1 1 0 0 8 Tripood 3 3 0 0 9 Tes Generator 3 3 0 0

10 Mesin Ketik manual portable (11-13 inch) 7 7 0 0 11 Mesin ketik manual (18- 27 inch) 7 7 0 0 12 Lemari besi/metal 81 81 0 0 13 Lemari kayu 32 32 0 0 14 Rak besi/metal 12 12 0 0 15 Rak kayu 49 49 0 0 16 Filing kabinet besi 140 140 0 0 17 Brankas 6 6 0 0 18 Meja kerja kayu 213 208 5 0 19 Meja komputer 7 7 0 0 20 Kursi besi/metal 654 639 15 0 21 Sice/sofa 21 21 0 0

Page 23: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 13

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS 22 Meja rapat 47 45 2 0 23 Jam elektronik 7 7 0 0 24 A.C. split 82 79 3 0 25 Televisi 6 6 0 0 26 Video Cassette 1 1 0 0 27 Tape recorder 4 4 0 0 28 Finger Print 5 4 1 0 29 Wireless Transmision System 2 2 0 0 30 Router 2 2 0 0 31 Papan visual 1 1 0 0 32 Power Amplifier 1 1 0 0 33 Amplifier 2 2 0 0 34 Equalizer 1 1 0 0 35 Loudspeaker 10 10 0 0 36 Mic Confrence System 23 23 0 0 37 Audio Mixing 36 36 0 0 38 UPS 2 1 1 0 39 Tustel 1 1 0 0 40 Camera digital 6 6 0 0 41 Camera film 2 2 0 0 42 Wireless speaker TOA 4 4 0 0 43 Handycam 3 3 0 0 44 Wireless speaker 4 4 0 0 45 Blitzer 1 1 0 0 46 Power Supply 1 1 0 0 47 Lensa kamera 4 4 0 0 48 Layar film OHP 5 5 0 0 49 Faksimile 5 5 0 0 50 P.C. Unit (Desktop) 190 160 30 0 51 Note book/Lap Top 49 46 3 0 52 Printer Laser Jet/Deskjet/Dot Matrix 115 100 15 0 53 Scanner 5 5 0 0 54 Server 3 2 1 0 55 Mesin jilid 1 1 0 0 56 Mesin press 1 1 0 0 57 LCD (infocus) 7 6 1 0 58 PABX 1 1 0 0 59 Handy Talky (HT) 4 4 0 0 60 Pesawat telpon extension 40 40 0 0 61 External 11 11 0 0 62 Mesin potong rumput 1 1 0 0 63 Megaphone 1 1 0 0

Page 24: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

14 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS 64 Alat pemotongkertas 1 1 0 0 65 Penangkal petir 1 1 0 0 66 Vacuum Cleaner 1 1 0 0 67 Voice recorder 10 10 0 0 68 CCTV 4 4 0 0 69 Software 2 2 0 0 70 Lemari Es/Kulkas 2 2 0 0 71 Dispenser 1 1 0 0 72 Diagnostik Set 1 1 0 0 73 Monitor Cctv LED 23 1 1 0 0

Total : 1,981 1,902 79 0 Keterangan : B = Baik; R = Rusak; RS + Rusak Sekali

3.3. Anggaran DIPA dan PNBP

Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian secara umum berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Anggaran PSEKP tahun 2013 disusun berdasarkan variabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluaran dibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Sedangkan variabel kegiatan dibedakan menurut jenis kegiatan, yakni: Kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, serta kegiatan Penunjang yang mencakup: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan; (b) Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran; (c) Pelayanan publik atau birokrasi, dan (d) Perawatan sarana.

Total pagu anggaran PSEKP dalam DIPA TA. 2013 adalah Rp 28.125.799.000 yang merupakan Rupiah Murni (RM) sebesar Rp 27.342.083.000 dan Hibah luar negeri sebesar Rp 783.716.000. Perkembangan pelaksanaan keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2013 per 31 Desember 2013 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Tampak bahwa pada realisasi serapan total anggaran PSEKP adalah 89,62 persen. Realisasi keuangan untuk anggaran yang berasal dari RM mencapai 89.33 persen, terdiri dari pengeluaran untuk belanja pegawai yang sudah direalisasikan yakni Rp 13.133.488.353 (99,41%) dan belanja barang yang sudah direalisasikan yaitu Rp 10.052.726.952 (80,06%). Sedangkan untuk belanja modal sudah terealisasi sebesar Rp 1.237.409.675 (78,61%). Dengan demikian anggaran yang bersumber pada RM, masih tersisa per 31 Desember 2013 adalah Rp 2.918.458.020 (7,59 %). Di sisi lain, serapan total anggaran yang berasal dari Hibah luar negeri mencapai 100 persen, yang terdiri berasal dari penyerapan belanja barang Rp 783.716.000.

Page 25: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 15

Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2013 per 31 Desember 2013 menunjukkan bahwa capaian fisik baru mencapai 89.62 persen, demikian pula dengan capaian serapan keuangan juga baru mencapai 89.62 persen (Tabel 8 dan 9). Sementara untuk kegiatan penelitian dan pengembangan bidang sosial ekonomi, capaian kegiatannya baru terserap Rp 3.550.054.224 (74,49 %) dari Rp 4.766.055.000 anggaran yang direncanakan. Kendala utama capaian serapan tersebut karena keterbatasan waktu pelaksanaan dan adanya revisi anggaran di tengah tahun. Serta adanya penelitian yang bersumber dari APBN-P 2013 sebagai Direktif Presiden di 18 Provinsi lokasi penelitian. Selanjutnya rincian keuangan dilihat menurut penetapan sasaran pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2013, maka rencana dan realisasi keuangan menurut sasaran dan program pada PSEKP tersebut dapat dilihat pada tabel 10.

Page 26: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

16 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Sum

ber:

Su

b B

agia

n K

euan

gan

dan

Per

leng

kapa

n P

SEK

P (2

013)

Tab

el 8

. P

erke

mba

ngan

Pel

aksa

naan

DIP

A P

usa

t So

sial

Eko

nom

i d

an K

ebija

kan

Per

tani

an T

ahu

n A

ngga

ran

2013

, P

er 3

1D

esem

ber

2013

Page 27: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 17

Sum

ber:

Su

b B

agia

n K

euan

gan

dan

Per

leng

kapa

n P

SEK

P (2

013)

Tab

el 9

. Rea

lisas

i Ang

gara

n P

er K

egia

tan

Pus

at S

osia

l Eko

nom

i Dan

Keb

ijaka

n P

erta

nian

, per

31

Des

embe

r 20

13

Page 28: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

18 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tab

el 1

0. T

arge

t d

an R

ealis

asi

Ang

gara

n K

egia

tan

Pen

elit

ian

Men

uru

t Sa

sara

n d

an P

rogr

am P

usat

Sos

ial

Eko

nom

i d

anK

ebija

kan

Per

tani

an, 2

013

Page 29: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 19

Page 30: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

20 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

*) B

ilang

an b

erta

nda

- (m

inus

) ber

arti

rea

lisas

i leb

ih b

esar

dar

i tar

get/

esti

mas

i

Tab

el 1

1. C

apai

an P

NB

P P

usa

t Sos

ial E

kono

mi d

an K

ebija

kan

Per

tani

an, 2

013

Page 31: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 21

IV. PROGRAM 4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan

Tujuan umum kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis agar pelaksanaan penelitian layak untuk dilaksanakan.

Secara rinci pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk :

(1) Membuat perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP; (2) Merencanakan penelitian tahun anggaran 2013 (3) Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang.

Luaran yang diharapkan :

(1) Paket perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP; (2) Program perencanaan penelitian tahun anggaran 2013; (3) Implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2013

Tujuan perencanaan kegiatan penelitian adalah agar seluruh kegiatan PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan. Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, berdasarkan surat penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian No. 308 KP. 440/I.7/02/2013, Tanggal 28 Februari 2013, maka dibentuk Tim Teknis Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Ketua Kelti, peneliti senior PSEKP dan Staf Sub Bidang Program.

Susunan Tim Teknis Penelitian untuk tahun 2013

Pengarah : 1. Kepala Badan Litbang Pertanian 2. Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi PSEKP

(merangkap anggota) Ketua : Dr. Sumaryanto (merangkap anggota) Wakil Ketua : Dr. Muchjidin Rachmat (merangkap anggota) Sekretaris : Kepala Sub Bidang Program PSEKP (merangkap

anggota) Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra

2. Prof. Dr. Ir. Budiman Hutabarat F. 3. Prof. Dr. Ir. Dewa K. Sadra S. 4. Dr. Bambang Irawan 5. Dr. Tri Pranadji 6. Dr. Sri Hery Susilowati 7. Dr. Saptana

Page 32: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

22 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Staf Pelaksana : 1. Rangga Ditya Yofa, SP (Staf Sub Bidang Program) 2. Chaerudin, SE (Staf Sub Bidang Program) 3. Sri Suharyono, S.Sos (Staf Sub Bidang Program) 4. Tonny S. Wahyudi (Staf Sub Bidang Program) 5. Drs. Agus Abdul Syukur (Staf Subbidang Program) 6. Hasni Handoko (Staf Subbidang Program) 7. Nur Intan Syamsiah (Staf Subbidang Program)

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2013 (DIPA dan

RISTEK) dan Pelaksanaan Tupoksi Subid. Program

Sejalan dengan Bagian Perencanaan, Sekretariat Badan Litbang Pertanian, dan untuk memudahkan semua pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian, maka disusun seluruh tahapan kegiatan perencanaan mulai dari inisiasi perumusan masalah hingga penyusunan proposal penelitian ke Badan Litbang Pertanian. Gambaran umum mekanisme penyusunan program penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap pertama dari siklus proses perencanaan kegiatan penelitian diawali dengan penjaringan topik-topik penelitian PSEKP oleh Tim Teknis Penelitian yang disinkronkan dengan Rencana Strategis (Renstra) PSEKP dan Badan Litbang Pertanian, dan Program Utama PSEKP. Dari berbagai topik penelitian tersebut, Tim Teknis Penelitian PSEKP bersama Bidang Program dan Evaluasi selanjutnya merumuskan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) beserta lingkup kegiatannya. Lebih lanjut Tim Teknis bersama Bidang Program dan Evaluasi menugaskan peneliti untuk menyusun TOR kegiatan sesuai dengan topik-topik penelitian yang dirumuskan.

TOR yang telah terkumpul kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian PSEKP. Tahap selanjutnya adalah penetapan penanggung jawab penyusunan proposal RPTP/kegiatan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Proposal yang masuk kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian internal PSEKP. Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawab proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal tersebut.

Proposal yang telah diperbaiki kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis PSEKP. Pada tahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyempurnaan proposal-proposal terhadap aspek-aspek berikut:

(1) Perumusan masalah, review hasil penelitian sebelumnya dan justifikasi penelitian.

(2) Perumusan tujuan/keluaran (3) Kerangka pemikiran (landasan teoritis/review analisis data) (4) Perencanaan sampling pemilihan lokasi (propinsi, kabupaten, kecamatan,

desa) dan responden (5) Alat analisis dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian (6) Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain)

Page 33: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 23

Gam

bar

7. T

ahap

an P

eren

cana

an P

enel

itia

n

Page 34: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

24 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Komentar dan saran perbaikan proposal ditekankan pada beberapa aspek berikut : (1) Memenuhi persyaratan ilmiah dalam rumusan permasalahan dan metode pemecahannya; (2) Memiliki kemampuan dalam perolehan parameter dan indikator sosial ekonomi atau memiliki kemampuan dalam pengembangan teori dan metode ilmiah; (3) Hasil risetnya mempunyai keunggulan untuk memecahkan permasalahan pembangunan pertanian; dan (4) Penyusunannya memenuhi kaidah-kaidah ilmiah.

Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawab proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal. Selain evaluasi secara tertulis, juga dilakukan pembahasan dan penajaman proposal secara khusus dimana proposal dibahas secara langsung melalui diskusi tim pembahas dan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dengan penanggung jawab (tim) penyusun proposal.

Berdasarkan tahap-tahap perencanaan kegiatan penelitian (KAK/TOR - RKA-KL - proposal), pada prakteknya seringkali terjadi perubahan dalam judul penelitian, kegiatan penelitian, penanggung jawab penelitian, lokasi penelitian maupun biaya/anggaran penelitian. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dalam rangka penyempurnaan perencanaan penelitian dan sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Teknis/Pembahas dan kebijakan institusi.

Mekanisme perencanaan penelitian DIPA dan Ristek, dari sisi substansi pada prinsipnya sama, perbedaan antara kedua penelitian tersebut lebih terkaitan dengan proses pertanggungjawaban administrasi kegiatan.

4.3.1. Judul – Judul Penelitian DIPA T.A. 2013

1. Studi Akselerasi Pertumbuhan Padi di Luar Pulau Jawa ( Tahun ke-2)

2. Analisis Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Komoditas Unggas Lokal

3. Kajian Efisiensi Moda Transportasi Ternak dan Daging Sapi Dalam Mendukung Program Swasembada Daging Sapi

4. Analisis Struktur Perilaku Kinerja Pasar Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi

5. Analisa Struktur Perilaku-Kinerja Pasar Buah-buahan

6. Kajian Pengembangan Irigasi Berbasis Investasi Masyarakat pada Agroekosistem Lahan Kering

7. Kajian Legislasi Lahan dan Air di Sektor Pertanian Mendukung Swasembada Pangan (Tahun ke- 2)

8. Peran Penyuluh Swadaya dalam Implementasi Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian

Page 35: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 25

9. Kajian Kebijakan dan Peraturan Perundangan Industri Gula untuk mendukung Swasembada Gula

10. Pengaruh Kebijakan Perdagangan Negara-negara Mitra Terhadap Kinerja dan Daya Saing Eksport Komoditi Pertanian Indonesia

11. Dampak Makro Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian Indonesia

12. Prospek Kesepakatan Indonesia- India FTA terhadap Sektor Pertanian di Indonesia

13. Konsorsium Penelitian Prospek Pertumbuhan Produksi Pangan dalam Kontek Program MP3EI

14. Evaluasi Tanggap Cepat Isu Aktual (Tugas-tugas Khusus Pimpinan Kemtan/Litbang/Ditjen).

4.3.2. Judul – Judul Penelitian DIPA T.A. 2014

1. Kajian Cadangan Beras dan Pangan Pokok lain Dalam mendukung Ketahanan Pangan

2. Kajian Kebijakan Stabilisasi Harga Beras/Gabah, Jagung dan Kedelai

3. Kajian Kebijakan Stabilisasi Harga Bawang Merah dan Cabe Merah

4. Kajian Kebijakan Stabilisasi Harga Gula

5. Kajian Sistem Perbenihan Padi dan Palawija

6. Akselerasi Diversifikasi Konsumsi Pangan dan Pengembangan Pangan Lokal

7. Akselerasi Peningkatan Kualitas Produk Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal Asean 2015

8. Analisis Penelitian dan Penentuan Kelas Perkembangan Kawasan Pertanian

9. Kajian Pengembangan Kawasan Komoditas Hortikultura

10. Kajian Pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi Tebu – Ternak

11. Evaluasi Kebijakan Pengembangan Bioenergi di Sektor Pertanian

12. Pengorganisasian Petani Kecil (Small Farmer) untuk mendukung Pembangunan Pertanian di Pedesaan

13. Kajian Kebijakan Akselerasi Adopsi dan Difusi Inovasi

14. Revitalisasi Modal Sosial Dalam Pengelolaan Irigasi

15. Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Pencapaian Sasaran Pembangunan

16. Kajian Kebijakan Pengendalian Impor Produk Hortikultura

Page 36: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

26 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

17. Dinamika Sosial Ekonomi Pertanian dan Pedesaan Analisis Data Patanas

18. Analisis Kegiatan dan Evaluasi Tanggap Cepat Isu Aktual (Tugas-tugas khusus Pimpinan Kemtan/Litbang/Ditjen)

4.4. Permasalahan yang Menonjol dalam Pelaksanaan Kegiatan di Sub Bidang Program selama tahun 2013.

a. Sering terjadi perubahan dalam program dan kegiatan baik karena refocusing kegiatan dan sistem penganggaran. Kondisi ini berimplikasi terganggunya proses kegiatan karena penyesuaian kegiatan dan proses revisi yang berlangsung relatif lama. Contoh kasus adalah revisi penghematan anggaran, karena harus melalui persetujuan DPR, maka proses tersebut membutuhkan waktu yang lama. Contoh lain adalah revisi karena perubahan mata anggaran dan datangnya APBN-P di akhir tahun. Berbagai perubahan tersebut secara umum menggangu pelaksanaan kegiatan dan proses perencanaan terkesan kurang baik dan cermat.

b. Sistim anggaran untuk membiayai kegiatan perencanaan program belum sepenuhnya kompatibel dengan kebutuhan riel yang diperlukan, sehingga menyulitkan pemakaian anggaran untuk pembiayaan kegiatan.

c. Terlalu seringnya terjadi perubahan software dalam sistem penganggaran seringkali menyebabkan kekurang cermatnya perencanaan program.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut

a. Dokumentasi arsip-arsip perencanaan program dan menyusun kalender kegiatan, dan perbaikan koordinasi kegiatan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan perubahan perencanaan yang bersifat segera/mendadak baik ditingkat Litbang Pertanian dan Kementerian keuangan.

b. Berkoordinasi dengan Litbang dan Kementerian Keuangan terkait pembiayaan kegiatan.

c. Peningkatan kemampuan staf baik terkait dengan operasionalisasi software perencanaan dan anggaran, serta pemahaman dalam pembebanan mata anggaran.

Page 37: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 27

V. SINOPSIS

5.1. Studi Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan Produksi Padi di Luar Pulau Jawa (Tahun Ke-2) (Dr. Bambang Irawan)

Secara historis pulau Jawa merupakan sentra produksi padi dan sebagian besar produksi padi nasional dihasilkan di pulau Jawa yang dihasilkan dari lahan sawah dan sisanya dihasilkan dari lahan kering atau padi ladang. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan produksi padi nasional sangat tergantung pada perkembangan produksi padi yang dihasilkan di pulau Jawa terutama dari lahan sawah. Akan tetapi laju pertumbuhan produksi padi sawah di pulau Jawa akhir-akhir ini justru cenderung turun dan diperkirakan akan terus mengalami penurunan atau semakin lambat akibat beberapa faktor yaitu: (1) Jaringan irigasi di pulau Jawa banyak yang tidak terpelihara atau rusak sementara upaya peningkatan intensitas panen padi yang dapat dirangsang melalui pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi semakin sulit diwujudkan akibat keterbatasan anggaran pemerintah, (2) Terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian sehingga mengurangi kapasitas produksi padi sawah, (3) Peningkatan luas panen padi yang dapat dirangsang melalui pencetakan sawah baru semakin sulit diwujudkan akibat keterbatasan sumberdaya lahan yang dapat dijadikan sawah dan keterbatasan anggaran pemerintah, (4) Upaya peningkatan produktivitas padi sawah semakin sulit diwujudkan akibat adanya fenomena kelelahan lahan yang menyebabkan respon produktivitas padi terhadap penggunaan input semakin kecil, dan (5) Adanya kebijakan nasional jangka panjang yang tidak kondusif bagi keberlanjutan lahan sawah di pulau Jawa.

Hal tersebut diatas tercerminkan pada Master Plan Percepatan Pertumbuhan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimana pulau Jawa dipetakan sebagai pusat industri dan jasa nasional dan dengan kebijakan tersebut maka konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian di pulau Jawa diperkirakan meningkat sejalan dengan tuntutan kebutuhan lahan untuk pembangunan industri dan perkantoran. Uraian diatas mengungkapkan bahwa pulau Jawa tampaknya semakin sulit diandalkan untuk menopang kebutuhan beras nasional. Untuk mengimbangi pertumbuhan produksi padi yang semakin lambat di pulau Jawa maka perlu dilakukan akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa. Secara teknis upaya akselerasi peningkatan produksi padi tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas padi, peningkatan intensitas tanaman padi dan perluasan lahan sawah khususnya di daerah yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi. Peningkatan produktivitas dan intensitas tanam padi diperlukan untuk mendorong peningkatan produksi padi dalam jangka pendek sedangkan perluasan lahan sawah diperlukan untuk mendorong peningkatan produksi padi dalam jangka panjang.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan akselerasi pertumbuhan produksi padi di luar Jawa yang meliputi aspek

Page 38: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

28 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

lokasi, strategi operasional dan kebijakan pendukung yang diperlukan. Secara rinci tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis peluang peningkatan produksi padi di luar Jawa; dan (2) Mengidentifikasi masalah peningkatan produktivitas, peningkatan intensitas tanaman padi dan perluasan lahan sawah serta upaya antisipasi yang diperlukan. Dua provinsi di Pulau Sulawesi yang merupakan sentra produksi padi dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Sulawesi Tengah.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa produktivitas padi sawah di Provinsi Sulsel sudah sangat mendekati potensi produktivitas yang dapat dicapai, dengan kata lain peluang peningkatan produktivitas lebih lanjut cukup terbatas. Peluang peningkatan produktivitas padi dibanding potensi yang tersedia hanya sekitar 5,9% di Provinsi Sulsel sedangkan di Provinsi Sulteng masih cukup besar yaitu sekitar 9,5%. Secara total hanya 54% kecamatan di Provinsi Sulsel yang produktivitas padinya dapat ditingkatkan lebih lanjut sedangkan di Provinsi Sulteng proporsi kecamatan tersebut lebih besar yaitu sebanyak 77% kecamatan. Pada umumnya kecamatan tersebut merupakan kecamatan dominan lahan kering. Berdasarkan hal tersebut maka program peningkatan produktivitas padi perlu diutamakan pada kecamatan dominan lahan kering. Di Provinsi Sulsel upaya peningkatan produksi padi yang ditempuh melalui peningkatan produktivitas diperkirakan hanya mampu meningkatkan produksi padi sekitar 103 ribu ton atau sekitar 2,22%. Sedangkan di Provinsi Sulteng peluang peningkatan produksi padi tersebut hanya sekitar 31 ribu ton atau sebesar 3,70%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas padi di kedua provinsi sudah sangat terbatas. Dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi nasional jangka pendek maka program peningkatan produksi padi di Pulau Sulawesi seyogyanya tidak hanya mengandalkan pada upaya peningkatan produktivitas padi tetapi perlu dilengkapi dengan program peningkatan IP padi sawah. Melalui peningkatan IP padi produksi padi sawah diperkirakan dapat meningkat hingga 434 ribu ton atau 9,3% di Provinsi Sulsel dan 145 ribu ton atau 17,5% di Provinsi Sulteng. Untuk dapat memanfaatkan peluang peningkatan produksi tersebut maka perlu dilaksanakan program peningkatan IP padi yang selama ini kurang mendapat perhatian. Untuk kasus Provinsi Sulteng upaya peningkatan IP padi tersebut perlu memperhatikan hal yaitu: (a) dilaksanakan dalam hamparan lahan cukup luas untuk menekan risiko panen akibat gangguan OPT, (b) hamparan lahan sasaran merupakan satu kesatuan jaringan irigasi untuk memudahkan pengaturan pergiliran air, (c) diperlukan koordinasi yang lebih intensif dengan dinas pengairan PU, (d) diperlukan dukungan traktor untuk memperpendek waktu pengolahan tanah, (e) diperlukan sosialisasi cara tanam tabela untuk memperpendek waktu tanam, dan (f) merubah kebiasaan petani menjual beras menjadi menjual gabah untuk memperpendek waktu pasca budidaya padi.

Page 39: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 29

5.2. Analisis Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Komoditas Unggas Lokal (Dr. Saptana)

Pengembangan agribisnis unggas lokal dapat menjadi basis pengembangan ekonomi rakyat, namun dalam prakteknya masih banyak permasalahan yang terjadi terutama berkaitan dengan manajemen rantai pasok. Penelitian tentang manajemen rantai pasok komoditas peternakan sudah banyak dilakukan, namun masih sedikit yang membahas komoditas unggas lokal terutama ayam kampung dan itik. Permasalahan utama dalam pengembangan agribisnis unggas lokal adalah masih lemahnya budaya industrial dan usahaternak yang masih bersifat tradisional. Masalah kurang tersedianya bibit unggul secara cukup, kualitas pakan yang rendah, rentan terhadap serangan penyakit, serta struktur pasar yang dikuasai pedagang besar, menempatkan peternak kecil dalam posisi lemah. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan pengembangan manajemen rantai pasok komoditas unggas lokal secara terpadu. Secara rinci tujuan penelitian adalah: (1) Mengevaluasi kinerja program pengembangan agribisnis komoditas unggas lokal; (2) Mendeskripsikan pelaku rantai pasok komoditas unggas lokal; (3) Menganalisis kelembagaan manajemen rantai pasok komoditas unggas lokal; dan (4) Menganalisis rantai nilai komoditas unggas lokal. Lokasi penelitian di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kinerja program pengembangan agribisnis unggas lokal difokuskan pada aspek perbibitan dan budidaya; (2) Terdapat 8 pelaku utama rantai pasok unggas lokal yaitu pemerintah, industri perbibitan, peternak, kelompok ternak, asosiasi ternak, pedagang di sentra produksi, pedagang di sentra konsumsi, dan industri kuliner; (3) Kelembagaan yang paling strategis dalam keseluruhan rantai pasok unggas lokal adalah kelembagaan distribusi dan pemasaran; dan (4) Industri kuliner menerima nilai tambah terbesar per unit output, sementara pedagang besar di pusat produksi dan pedagang besar di pusat konsumsi menerima nilai terbesar secara agregat. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: (1) Upaya dan tindak lanjut dalam pengembangan unggas lokal dapat dilakukan dengan pendampingan dalam pengadaan bibit ayam, pembinaaan dalam manajemen pembibitan dan budidaya, serta pelayanan kesehatan Puskeswan. Beberapa kegiatan pelatihan yang masih diperlukan adalah dalam manajemen pembibitan unggas lokal, manajemen usahaternak unggas lokal, dan membuat formula pakan yang bersumber bahan pakan lokal; (2) Strategi kemitraan usaha agribisnis unggas lokal dapat dilakukan dengan beberapa prinsip dasar: (a) adanya kesetaraan antar pihak-pihak yang bermitra, (b) saling percaya-mempercayai antara satu pihak dengan pihak lainnya, (c) adanya keterbukaan antar pihak-pihak yang bermitra terutama dalam hal kualitas produk dan harga, dan (d) tindakan antar pihak-pihak yang bermitra dapat dipertanggungjawabkan; (3) Pilihan strategi pengembangan bisnis unggas lokal kini dan ke depan dapat dilakukan melalui transformasi dari pengembangan bisnis unggas lokal berdasarkan potensi sumberdaya lokal dan SDM yang belum terampil ke arah

Page 40: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

30 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

pengembangan agribisnis unggas lokal dengan kebudayaan industrial, selanjutnya pembangunan agribisnis unggas lokal yang digerakkan oleh inovasi, yakni pembangunan agribisnis unggas lokal yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan SDM yang terampil; (4) Strategi tranformasi ekonomi, yaitu dari ekonomi berbasis sumberdaya peternakan unggas lokal, ke arah ekonomi industri (pengolahan hasil peternakan unggas lokal) melalui pengembangan produk, selanjutnya ekonomi berbasis informasi terutama informasi pasar, dan terakhir ekonomi kreatif yang diawali pengembangan industri kreatif berbasis produk unggas lokal.

5.3. Kajian Efisiensi Moda Transportasi Ternak dan Daging Sapi dalam

Mendukung Program Swasembada Daging (Dr. Nyak Ilham)

Angkutan ternak yang menggunakan multimoda transportasi di Indonesia diduga membutuhkankan biaya tinggi. Tingginya biaya transportasi menurunkan dayasaing ternak dan daging sapi domestik di pasar konsumsi domestik menyebabkan pedagang daging sapi lebih memilih untuk memperdagangkan ternak dan daging sapi impor. Akibatnya ternak sapi domestik yang tadinya memasok sebagian besar pasar konsumsi utama makin menurun dan bergeser ke daerah pasar yang baru muncul seperti Kalimantan. Jika kondisi ini berlanjut, permintaan daging sapi lokal akan menurun dan tidak memberi insentif bagi peternak untuk terus berproduksi. Jika tidak ada pembenahan maka diduga lama kelamaan keberadaan sapi domestik akan terus menurun dan akan mempengaruhi tercapainya program swasembada daging. Berbagai upaya dapat dilakukan baik pembenahan sisi usaha pengadaan dan distribusi input, usaha budidaya dan sistem distribusi output termasuk moda transportasi. Secara umum, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kinerja moda transportasi ternak dan daging sapi nasional. Secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi pola-pola moda transportasi ternak dan daging sapi dari sentra produsen ke sentra konsumen; (2) Menganalisis struktur ongkos distribusi ternak dan daging sapi; (3) Menganalisis efisiensi moda transportasi ternak dan daging sapi; dan (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi moda transportasi ternak sapi. Penelitian ini dilakukan di Provinsi NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kalimantan Timur. Temuan-temuan pokok penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Perdagangan ternak dan daging sapi antar pulau/provinsi melibatkan berbagai moda transportasi darat, laut, dan udara, serta melibatkan berbagai instansi terkait dengan perizinan teknis peternakan dan moda transportasi.

2. Perdagangan daging sapi dan produk ikutannya dengan menggunakan sarana dan prasarana alat pembeku (airblast), cold storage, mobil box refrigerator, dan reefer container masih dilakukan oleh pelaku dan dalam jumlah terbatas.

Page 41: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 31

3. Pada perdagangan antar pulau/provinsi ternak dan daging sapi, biaya transportasi merupakan komponen terbesar terhadap biaya distribusi. Biaya transportasi ternak sapi lebih mahal dibandingkan biaya transportasi daging sapi.

4. Biaya administrasi yang harus dikeluarkan pedagang, berupa retribusi pasar hewan, surat keterangan kesehatan hewan dan fasilitas holding ground yang ditetapkan pemerintah daerah bervariasi dan berkontribusi terhadap besarnya biaya distribusi.

5. Ada indikasi semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan kesejahteraan hewan semakin kecil penyusutan bobot badan sapi selama proses distribusi ternak sapi.

6. Investasi usaha angkutan sapi dengan kapal laut milik perusahaan swasta dan pelayaran rakyat layak secara finansial. Ada dorongan berbagai pihak, melibatkan PT PELNI dalam menyediakan kapal angkut sapi. Namun kegiatan itu memerlukan subsidi, dan akan menghadapi masalah keterbatasan volume angkutan, serta kurangnya fasilitas pelabuhan dan sungai yang tidak dapat digunakan kapal ukuran besar.

7. Untuk angkutan daging sapi, PT PELNI memiliki tiga unit kapal yang memiliki reefer container namun masih belum banyak dimanfaatkan para pedagang daging sapi antar pulau.

8. Komparasi efisiensi alat angkutan dan komoditas ternak dan daging sapi adalah sebagai berikut: a. Rute Surabaya-Jakarta, pengangkutan setara daging yang paling

efisien adalah moda transportasi kereta api berfasilitas reefer container Rp 300/kg, refrigerator truck Rp 600/Kg dan truk fuso Rp 1.265/Kg.

b. Rute Denpasar-Jakarta, angkutan daging beku menggunakan refrigerator truck milik sendiri lebih efisien (Rp 1.125/Kg) dibandingkan menggunakan jasa ekspedisi (Rp 2.000/Kg).

c. Rute Lombok Timur-Jakarta, memperdagangkan kikil dan jeroan lebih menguntungkan dibandingkan menjual daging atau karkas.

d. Pada rute Kupang – Jakarta, pengiriman daging/karkas beku menggunakan kapal laut jauh lebih murah dibandingkan dengan pesawat udara.

e. Transaksi jasa angkutan kapal untuk angkut ternak, sistem carter jauh lebih mahal dari sistem prah (biaya per ekor).

9. Masih terjadi tumpang tindih penyediaan fasilitas untuk menarik retribusi dan tumpang tindih perizinan dari institusi terkait dalam proses rantai perdagangan ternak dan daging sapi.

10. Produk legislasi transportasi ternak di Indonesia belum memperoleh perhatian serius dari pemerintah sesuai dengan dinamika lingkungan perdagangan nasional dan internasional yang menuntut produk domestik berdaya saing tinggi.

11. Tingginya frekuensi hari pasar hewan pada satu kawasan yang relatif tidak luas, seperti Pasar hewan di Selagalas Mataram di Lombok-NTB,

Page 42: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

32 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

menyebabkan pasar menjadi tidak efektif dan biaya pemasaran menjadi mahal.

12. Masih dijumpai kegiatan revitalisasi rumah potong hewan kurang memperhatikan skala usaha, tidak sesuai standar teknis bangunan (SNI- Standar Nasional Indonesia), kurang memperhatikan aspek kehalalan, dan masih belum sinkron kebijakan pengembangan ternak dan daging sapi lokal dengan pengendalian ternak dan daging sapi impor.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah (1) Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perhubungan perlu melakukan kerjasama untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan perdagangan daging sapi beku antar pulau dengan memanfaatkan kapal PT PELNI yang telah dilengkapi fasilitas reefer container; (2) Pos-pos biaya administrasi yang harus dikeluarkan pedagang ternak dan daging sapi perlu ditinjau ulang untuk disinkronkan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar tidak mendorong naiknya biaya distribusi ternak dan daging sapi; (3) Pihak Karantina perlu meningkatkan pelayanan karantina ternak dan daging dengan teknologi dan peraturan terkini, sehingga dapat mengurangi masa karantina atau pemeriksaan daging guna mengurangi biaya distribusi; Pemerintah perlu meninjau ulang rencana untuk terlibat dalam jasa angkutan laut untuk sapi dan yang sebaiknya dilakukan adalah mengalihkan serta memanfaatkan dana subsidi yang diperlukan untuk rencana tersebut untuk membina dan mengembangkan usaha swasta dan pelayaran rakyat yang sudah ada beserta infrastruktur pendukungnya; (4) Pemerintah perlu menerbitkan dan memperbaharui legislasi yang berkaitan dengan penyediakan fasilitas pendukung penerapan kesejahteraan hewan, penetapan besaran biaya jasa angkutan laut untuk angkut sapi, keselarasan kebijakan pengembangan perdagangan daging beku di dalam negeri dan pengendalian ternak dan daging sapi impor; (5) Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah sebaiknya bekerjasama untuk merancang pusat pasar lelang ternak sehingga biaya transaksi menjadi lebih murah dan untuk mendapatkan sapi dalam jumlah besar pada waktu tertentu akan makin cepat; (6) Revitalisasi rumah potong hewan tidak hanya memperhatikan peran utamanya untuk mengubah ternak hidup menjadi daging, tetapi juga harus memperhatikan aspek ekonomi dan kehalalan produk yang dihasilkan.

5.4. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pemasaran Sayuran Bernilai

Ekonomi Tinggi (Dr. Henny Mayrowani)

Permasalahan utama pengembangan komoditas hortikultura adalah belum terintegrasinya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen (Lokollo et al., 2011). Untuk menangani permasalahan ini, pembangunan agribisnis hortikultura, termasuk sayuran perlu dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dengan memperhatikan keseluruhan aspek dari hulu sampai ke hilir. Upaya dalam peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan

Page 43: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 33

peningkatan konsumsi perlu dilakukan secara terintegrasi sehingga dapat menguntungkan semua pihak. Untuk itu, pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar (SCP) dipandang penting agar dapat terjadi peningkatan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi pasar, tingkat keuntungan, kualitas dan kuantitas produk sayuran bernilai ekonomi tinggi. Dalam pemasaran komoditas pertanian, terdapat pelaku pasar yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, komoditas yang dipasarkan bervariasi kualitas dan harga serta lembaga pemasarannya pun juga bervariasi. Kompleksitas pemasaran komoditas pertanian tersebut memerlukan suatu pendekatan sehingga permasalahan yang diteliti menjadi jelas dan lebih mudah untuk diselesaikan. Pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisis sistem pasar adalah pendekatan struktur, tingkah laku dan kinerja pasar (Structure-Conduct-Performance/SCP).

Secara umum, penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang komprehensif tentang sistem pemasaran komoditas sayuran bernilai ekonomi tinggi, khususnya kentang (Granola), bawang merah dan kubis. Sedangkan, secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis struktur pasar sayuran bernilai ekonomi tinggi, (2) Menganalisis perilaku pasar sayuran bernilai ekonomi tinggi, (3) Menganalisis kinerja pasar, termasuk perilaku konsumen sayuran bernilai ekonomi tinggi, (4) Mengetahui peluang dan kendala pengembangan sayuran bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan penelitian ini difokuskan pada 5 (lima) provinsi, yakni Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jambi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Berkembangnya pasar-pasar modern, pasar bebas, konsumen institusi seperti hotel dan restoran yang membutuhkan pasokan kentang, bawang merah dan kubis dengan volume yang kecil, kualitas yang baik dan pasokan yang terus menerus memerlukan manajemen pengadaan yang baik. Munculnya pemasok sebagai salah satu agen pemasaran mempermudah ketersediaan barang bagi konsumen kelas menengah keatas. Tingkat harga tinggi yang ditawarkan oleh pemasok maupun pasar modern tidak mempengaruhi konsumen asal barang yang ditawarkan sesuai dengan selera dan keamanan pangan. Keadaan ini sebenarnya membuka peluang bagi petani sebagai produsen untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, namun petani belum bisa mengelola pasokan tersebut karena keterbatasan modal dan akses terhadap konsumen institusi tersebut. (2) Hubungan antara penjual dan pembeli yang ditekankan terutama pada hubungan harga antara agen pasar. Pada komoditas kentang, harga yang terbentuk di tingkat pedagang besar kurang ditransmisikan ke petani sebagai produsen, dapat dikatakan pasar kentang tidak simetris dan produsen/petani mempunyai posisi tawar yang lemah. Sedangkan hubungan harga pedagang besar dan konsumen sangat kuat. Pada pasar bawang merah korelasi antara harga tingkat produsen, pedagang dan konsumen sangat kuat. Pasar bawang merah terintegrasi dengan baik.

Page 44: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

34 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Demikian juga pada pasar kubis, harga ditransmisikan dengan baik dari konsumen, pedagang ke tingkat produsen. (3) Manajemen rantai pasok yang terkelola dengan baik baru ditingkat eksportir dan pasar modern serta konsumen institusi. Eksportir atau pemasok bekerja sama dengan petani/kelompok tani untuk memperoleh pasokan secara kontinu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hubungan tersebut dilakukan berdasarkan kontrak dan komitmen diantara pelaku. Pada pasar tradisional sistem managemen rantai pasok belum bekerja dengan baik. Petani sebagai produsen masih tergantung pada pedagang sebagai pemasok, kontrak tidak ada, hubungan mereka bebas. Namun dalam managemen ini, petani masih belum diuntungkan. Kualitas produksi masih rendah dan terutama petani kurang melakukan penanganan setelah panen yang sebenarnya memberikan nilai tambah bagi mereka. Saat ini pedagang masih mendominasi perlakuan pascapanen sehingga margin yang lebih baik diterima oleh pedagang. (4) Kesadaran konsumen akan produk berkualitas tinggi dan aman, memberi peluang dalam peningkatan pengadaan sayuran berkualitas tinggi dan aman. Pengusahaan sayuran organik mempunyai prospek untuk memenuhi selera dan kebutuhan konsumen. Demikian juga dengan berkembangnya pasar modern, pasar bebas dan konsumen institusi. Sedangkan permasalahannya adalah sifat musiman dari produk hortikultura yang menyebabkan berfluktuasinya harga.

5.5. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar Buah-Buahan

(Dr. Bambang Sayaka)

Pasar produk buah-buahan dalam negeri akhir-akhir ini dibanjiri buah-buahan impor, terutama dari China (55%), yang menghabiskan devisa cukup besar dari tahun ke tahun. Maraknya impor buah-buahan harus membuat pemerintah menjadi mawas diri karena pada saat yang bersamaan volume ekspor buah Indonesia relatif kecil. Pemerintah mengatur pembatasan impor hortikultura untuk melindungi produksi buah-buahan dan sayuran dalam negeri melalui Permentan No. 86/2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang merupakan revisi dari Permentan No. 47/2013 dan bertujuan untuk memberi kepastian dalam pelayanan pemberian RIPH dan pelaksanaan impor produk hortikultura oleh setiap orang yang melakukan impor produk hortikultura dan jaminan atas produk hortikultura yang diimpor agar memenuhi keamanan pangan. Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag No. 60/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang direvisi menjadi Permendag No. 16/2013, yang menegaskan bahwa impor produk hortikultura, termasuk buah-buahan, hanya bisa dilakukan jika kebutuhan konsumsi masyarakat belum terpenuhi. Sementara untuk pengendalian impor buah-buahan telah diterbitkan Permentan No. 42/2012 tentang pembatasan pelabuhan impor produk hortikultura. Pelabuhan impor buah meliputi Belawan (Medan), Tanjung Perak (Surabaya), Soekarno Hatta (Makassar), dan Bandara Soekarno-Hatta (Banten). Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) hanya

Page 45: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 35

digunakan oleh negara-negara yang telah mendapat MRA (Mutual Recognition Agreement). Disamping itu, impor buah juga bisa masuk ke kawasan perdagangan bebas, yaitu Batam, Bintan, dan Karimun. Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi selatan. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui organisasi pasar buah-buahan dalam negeri. Secara khusus tujuan penelitian adalah untuk: (1) Menganalisis struktur pasar buah-buahan di dalam negeri. (2) Menganalisis perilaku pasar buah-buahan di dalam negeri. (3) Menganalisis manfaat dan kinerja pasar buah-buahan di dalam negeri. (4) Menganalisis potensi efektivitas Permentan No. 47/2013 tentang rekomendasi impor produk hortikultura, khususnya buah-buahan, dan Permentan 42/2012 tentang Pembatasan Pelabuhan Impor Buah Segar terhadap penurunan impor dan pertumbuhan produksi buah-buahan dalam negeri. Penelitian dilakukan di daerah pintu masuk impor buah, daerah produksi buah, dan daerah yang konsumennya potensial, yaitu Sumatera Utara, Jakarta, dan Jawa Barat. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : (1) Struktur Pasar. Buah impor semula tampak dominan di Jakarta dan sekitarnya tetapi berkurang sangat banyak ketika diberlakukan RIPH mulai awal tahun 2013. Di pasar-pasar tradisonal buah lokal mulai mendominasi, tetapi di pasar moderen buah impor masih lebih banyak dijumpai dan lebih diminati konsumen. Hambatan masuk menjadi pedagang besar maupun pemasok di suatu Pasar induk adalah keanggotaan dengan segala konsekuensinya, termasuk membayar iuran dan mematuhi aturan yang ada dalam hal volume dan harga jual. Pedagang eceran mempunyai hambatan dalam modal usaha dan tempat usaha yang dirasa mahal. (2) Strategi Pasar. Pemasaran buah lokal masih mengandalkan cara-cara konvensional dalam distribusi. Dari cara pengangkutan yang umumnya memakan waktu lama dan pengepakan yang kurang menarik dan mudah membuat produk rusak. Modal usaha umumnya masih menggunakan modal sendiri dan modal bank dengan pinajman komersial. Distribusi buah impor menggunakan angkutan yang aman dengan kontainer berpendingin, kemasan aman bagi produk dan menarik bagi konsumen. Modal usaha berasal dari bank dengan pinjaman komersial. Distributor buah lokal mempromosikan produknya dan memberi potongan harga jika pada musim tertentu harus bersaing dengan pedagang buah lokal. (3) Kinerja Pasar. Pedagang buah lokal maupun buah impor dalam kondisi normal mendapatkan untung dengan marjin relatif kecil. Total keuntungan yang besar hanya bisa diperoleh denga volume penjualan yang juga besar. Mahalnya harga buah lokal maupun buah impor akhir-akhir ini tidak lagi menguntungkan pedagang karena marjinnya semakin kecil, dan penjualan menurun tajam akibat harga yang tidak terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Petani mengalami keuntungan yang lebih tinggi tetapi belum bisa memanfaatkan momentum dengan baik. (4) Efektivitas Kebijakan Pemerintah. Pembatasan impor untuk beberapa jenis buah telah memengaruhi pendapatan produsen, pedagang, perilaku konsumen, dan tata cara impor. Produsen diduga memperoleh insentif dari pengaturan tersebut, sementara

Page 46: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

36 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

pedagang mengeluhkannya karena disinsentif bagi kegiatan perdagangan yang dilakukan. Pengaturan sebagaimana tercantum dalam Permentan No. 47/2013 kurang diimbangi oleh upaya lain untuk memandirikan produk hortikultura nasional. Diantara upaya tersebut adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produk lokal hingga mampu bersaing dengan produk sejenis asal impor, perbaikan sumberdaya lahan, manusia, kapital dan teknologi penunjang lainnya serta perbaikan infrastruktur pertanian lainnya, termasuk sarana jalan dan alat transportasi. Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Besarnya impor buah dari China dan negara lain seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pemerintah secara baik untuk mengekspor produk buah-buahan unggulan yang laku di pasar internasional seperti salak, mangga dan manggis. Hal ini bisa memacu peningkatan produksi dan kualitas buah dalam negeri; (2) Peningkatan produksi buah dalam negeri perlu terus ditingkatkan, demikian juga kualitasnya. Pelaku agribisnis buah dalam negeri perlu terus difasilitasi agar bisa menghasilkan dan memasarkan buah segar maupun buah olahan bermutu dengan dukungan penyuluhan produksi, penyortiran, pengemasan, kegiatan promosi, peningkatan infrastruktur, akses pasar maupun permodalan; (3) Grading buah lokal sesuai dengan kualitas dan ukuran perlu terus dilakukan agar konsumen buah lokal semakin banyak di pasar dalam negeri. Kemitraan yang saling menguntungkan, antara petani dengan pedagang buah, harus terus dikembangkan; (4) Pengaturan impor buah dalam jangka pendek membuat harga buah impor dan buah lokal menjadi lebih mahal. Momentum ini harus bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang oleh pemangku kepentingan industri buah nasional agar pasar domestik bisa dimanfaatkan dengan lebih optimal. Lebih jauh lagi adalah mengekspor buah lokal agar bisa berfungsi sebagai sumber devisa; (5) Pengawasan buah yang dijual di pasar harus dilakukan secara rutin oleh instansi berwenang. Hal ini untuk menghindari terjadinya buah yang tidak layak konsumsi tetapi masih dijual; (6) Pelabuhan impor untuk pemasukan buah seharusnya difasilitasi sesuai persyaratan yang berlaku. Jika fasilitas tersebut belum memenuhi seluruh persyaratan, misalnya karantina pertanian seperti di Pelabuhan laut Makassar, sebaiknya pelabuhan tersebut secara resmi ditutup untuk pendaratan buah impor dan dialihkan ke pelabuhan lain yang memiliki fasilitas lengkap. Alternatif sebaliknya adalah bahwa Pelabuhan laut Tanjung Perak ditutup untuk pendaratan impor buah karena sudah terlalu sibuk saat ini dengan kegiatan ekonomi/bongkar muat sehingga kegiatan impor buah di tempat ini layak dipindahkan ke Pelabuhan laut Soekarno-Hatta Makassar dengan segala fasilitas yang diperlukan.

5.6. Kajian Pengembangan Irigasi Kecil Berbasis Investasi Masyarakat

Pada Agroekosistem Lahan Tadah Hujan (Ir. Rudy Sunarja Rivai, MS)

Peningkatan produksi pada lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan dengan memanfaatkan irigasi kecil untuk meningkatkan intensitas tanam. Pada lahan sawah tadah hujan, umumnya hanya dapat ditanam padi satu kali

Page 47: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 37

setahun, yaitu pada musim hujan, sedangkan pada musim berikutnya (musim kemarau) diusahakan tanaman palawija, sayuran (hortikultura) atau tidak ditanami sama sekali (bera). Pengembangan irigasi kecil pada lahan sawah tadah hujan tergantung pada keuntungan finansial yang diperoleh petani, baik yang bersumber dari irigasi pompa, maupun irigasi gravitasi. Bila keuntungan cukup baik, maka irigasi kecil pada lahan tadah hujan akan dapat berkembang. Meskipun demikian, tidak setiap petani dan atau kelompok tani mampu dan dapat mengusahakan/mengembangkan irigasi kecil. Keterbatasan sumberdaya finansial merupakan faktor penghambat utama dalam pengembangan irigasi kecil secara individu/privat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah pengusahaan irigasi kecil melalui investasi yang dilakukan secara kelompok, mengingat semakin terbatasnya program bantuan dari pemerintah. Selain itu, pengembangan jaringan irigasi kecil juga dapat ditempuh melalui bantuan kredit dari Pemerintah untuk dana investasi, misalnya dari Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pengembangan Irigasi Kecil Berbasis Investasi Masyarakat (IKBIM) sangat berkaitan dengan proses pemberdayaan di tingkat masyarakat. Belajar dari beberapa proyek/program yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat, tentunya menjadi pertanyaan besar, bagaimana keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Ukuran manfaat apabila dibandingkan dengan investasi yang sudah dikeluarkan untuk pengadaan program tersebut tidak hanya diukur secara ekonomi melainkan dampak-dampak pada aspek lain yang juga menjadi manfaat dari program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat menekankan partisipasi masyarakat untuk menemukenali permasalahan sendiri, mengatasi dengan program kerja yang sesuai dan mengatur penyelenggaraan untuk keberlanjutannya. Syarat mutlak program pemberdayaan adalah orientasinya yang selalu tertuju kepada kemandirian, kesinambungan, dan keberlanjutan. Perencanaan yang berpusat pada masyarakat dalam perencanaan program, menempatkan masyarakat sebagai subyek untuk mengenali permasalahan, potensi dan secara swadaya akan tercapai kemandirian dalam mengatasi pemasalahan mereka. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan IKBIM (terutama dilahan sawah tadah hujan), agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan IKBIM. Penelitian ini dilaksanakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun air irigasi bersumber dari pompa (baik yang konjungtif maupun pompa murni) ternyata masih terdapat petani yang mengalami kekurangan air waktu musim kemarau dalam usaha budidaya padi, seperti kelompok tani irigasi konjungtif 60 persen dan irigasi pompa kurang dari 50 persen, tetapi terbanyak kekurangan air pada kelompok tani irigasi gravitasi sampai 75 persen. Petani merespon kekurangan air irigasi (kekeringan) berbeda satu dengan lainnya, sebagian petani sawah tadah hujan dan konjungtif merespon dengan memajukan jadwal tanam, atau petani sawah pompa dan tadah hujan merubah

Page 48: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

38 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

pola tanam, kelompok tani sawah lainnya merespon dengan merubah komoditi yang diusahakan atau bera alias tidak mengusahakan sawahnya. Secara umum petani penerima air irigasi kecil berbasis investasi masyarakat merasakan banyak manfaat dengan adanya P3A, yaitu pengelolaan jaringan irigasi, terutama pembagaian dan alokasi air irigasi dapat dilakukan lebih baik, dibanding tanpa P3A. Manfaat lain adalah rasa kebersamaan/kegotong-royongan yang semakin tinggi, termasuk dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Tingkat kepuasan petani terhadap pembagian air berbeda antar jenis irigasi. Tingkat kepuasan pembagian air lebih tinggi pada irigasi pompa (80 – 100%) dibanding irigasi gravitasi (25-82,3%). Pola tanam anjuran banyak diterapkan di Jawa Tengah/ Blora dan NTB berkisar 66,7 – 75 persen tetapi kurang diterapkan di Jawa Barat baik di irigasi pompa maupun gravitasi. Kinerja P3A yang paling memuaskan petani adalah pemerataan dalam pembagian air irigasi, dimana tingkat kepuasan responden mencapai 100 persen di Jawa Tengah dan NTB , dan di Jawa Barat berkisar 71 - 75 persen. Hasil analisis kelayakan finansial di Jawa Barat menunjukkan bahwa investasi irigasi layak dilakukan, dengan nilai NPV > 0; ∆B/∆C > 1; IRR > r yang berlaku. Hasil analisis sensivitas juga menunjukkan bahwa untuk irigasi pompa di Subang masih layak dengan penurunan harga output sebesar 10 % dan kenaikan harga BBM sebesar 20 %. Hasil analisis kelayakan finansial di kabupaten Blora, Jawa Tengah menunjukkan bahwa investasi irigasi layak dilakukan, dengan nilai NPV > 0; ∆B/∆C > 1; IRR > r yang berlaku. Hasil analisis sensivitas juga menunjukkan bahwa untuk investasi bendungan layak dengan penurunan harga output sebesar 10 %. Untuk jenis investasi irigasi glontoran, hasil analisis sensivitas juga menunjukkan bahwa untuk irigasi pompa di Blora layak dengan penurunan harga output sebesar 10 % dan kenaikan harga BBM sebesar 20 %. Hasil analisis kelayakan finansial di Provinsi NTB menunjukkan bahwa investasi irigasi layak dilakukan, dengan nilai NPV > 0; ∆B/∆C > 1; IRR > r yang berlaku. Hasil analisis sensivitas juga menunjukkan bahwa untuk investasi embung layak dengan penurunan harga output sebesar 10 %. Walaupun para ahli (experts) menganggap bahwa status modal sosial pada kelompok responden IKBIM kuat, namun di lapangan masih banyak bukti bahwa modal sosial sudah luntur. Meningkatkan status modal sosial ini bukan perkara yang mudah karena menyangkut sistem sosial, ekonomi, budaya dan politik yang ada di lingkungannya. Dalam pengelolaan IKBIM gravitasi, pompa maupun kombinasinya, selalu diawali dengan seorang atau sekelompok pionir yang pada akhirnya dapat membentuk kelompok IKBIM. Pencetus utama dalam mendirikan kelompok IKBIM adalah keperluan akan air untuk tanaman (air irigasi). Kepercayaan (trust) yang merupakan pilar utama modal sosial pada tingkatan individu lebih tinggi daripada tingkatan kelompok dan masyarakat. Agar terjadi kerjasama yang baik antarkelompok, diperlukan kepemimpinan yang kuat, amanah, adil dan tegas dalam menegakkan peraturan dan menerapkan sanksi. Indikasi yang serupa juga dialami oleh faktor saling tukar kebaikan. Kesukarelaan berkontribusi dalam pengembangan IKBIM relatif tinggi karena mereka

Page 49: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 39

merasakan manfaat IKBIM untuk kebersamaan dan peningkatan pendapatan. Perlakuan yang adil dalam pengelolaan IKBIM menjadi pemacu dan pemacu keberlangsungan pengelolaan IKBIM yang baik. Rata-rata kelompok responden belum memiliki visi jangka panjang. IKBIM relatif berpengaruh terhadap perkembangan jumlah kelompok usaha, kesempatan kerja, alih teknologi, hubungan dengan kepemerintahan. Selain itu IKBIM juga berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan advokasi dan penyadaran terhadap pelaku bisnis dan pelaku politik. Secara umum kebijakan pengembangan jaringan irigasi oleh pemerintah daerah adalah memfasilitasi pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi ditingkat usahatani baik dana bersumber dari APBN maupun dari ABD. Selain itu juga mendorong dan memberdayakan pengembangan kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), melalui berbagai kegiatan, termasuk pelatihan bagi pengurus P3A. Usulan kebutuhan pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi oleh P3A/ kelompok tani melalui penyuluh/UPTD dibahas dalam musrenbangdes dan musrenbangtan. Persoalan sering muncul adalah dana yang dialokasikan Provinsi atau Pusat kurang mencukupi dibanding dana yang dibutuhkan, sehingga menyulitkan dalam pelaksanaannya. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dapat meningkatkan indeks intensitas tanam, kecukupan akan kebutuhan air irigasi dan meningkatkan pemberdayaan kelembagaan P3A, termasuk mempermudah pengelolaan jaringan irigasi, terutama dalam distribusi dan alokasi air irigasi. Pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi sebaiknya tetap dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani/P3A alias tidak ditenderkan pada Rekanan. Dengan pelaksanaan swakelola oleh kelompok tani/P3A, hasil rehabilitasi dan pembangunannya relatif lebih baik, karena mereka sendiri yang akan menikmati perbaikan jaringan irigasi tersebut. Penggunaan pompa irigasi telah merubah pola tanam dan berhasil meningkatkan Indeks intensitas pertanaman (IP), dari IP yang semula 100-200 meningkat mejadi 200-300. Bahkan ada yang bisa menanam padi 3 kali setahun. Karena dengan pompanisasi pasokan air dapat diatur sesuai kebutuhan, yang juga mendukung diversifikasi komoditas yang ditanam, walaupun petani cenderung menanam padi bila air cukup. Lahan sawah tadah hujan yang dibantu dengan pompa irigasi, dari hanya bisa satu kali tanam padi setahun, bisa menjadi dua – tiga kali setahun. Berdasarkan analisa rasio penerimaan terhadap biaya pada semua usahatani sawah irigasi yang dilakukan adalah layak untuk dilakukan. Pada MT 2012/2013, dari analisis ratio R/C untuk irigasi pompa 2,6, di daerah irigasi gravitasi 3,7, untuk lahan sawah irigasi kombinasi/konjungtif 2,5. Sedikit lebih tinggi pada usahatani musim kemarau imbangan biaya yang dikeluarkan terhadap nilai output yang dihasilkan berkisar 3,4 - 3,7. Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah model modal sosial yang disarankan untuk pengembangan IKBIM sebaiknya tumbuh dari inisiatif anggota kelompok yang mengerti benar akan pengadaan dan manfaat IKBIM, serta disepakati oleh semua anggota lainnya. Kesepakatan kelompok termasuk dalam hal ini termasuk aturan, norma, sanksi dan kontribusi anggota (iuran atau pun tenaga) untuk keberlanjutan IKBIM.

Page 50: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

40 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Berdasarkan pengamatan di beberapa lokasi pengembangan IKBIM hal yang perlu diperbaiki untuk optimasi dan keberlanjutan IKBIM yaitu: (a) pembangunan atau pengembangan IKBIM harus masuk dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) kelompok; (b) inisiator pengembangan IKBIM tidak boleh menjadi pemilik usaha irigasi kecil tapi baiknya sebagai pengawas, atau pengurus inti; (c) penyandang dana awal untuk pengembangan IKBIM tidak boleh langsung menjadi pemilik atau pengelola tetapi dihargai dana yang disumbangkan sebagai saham usaha bersama kelompok; (d) Pengurus IKBIM harus diperhatikan insentifnya sesuai kontribusi masing- masing; (e) semua anggota berpartisipasi aktif secara moril dan material yang disesuaikan dengan kondisi dan kapabilitasnya; (f) pemerintah berfungsi mendukung pengembangan IKBIM secara partisipatif (tidak sentralistik) dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani umum bukan cenderung membantu pengusaha Model modal sosial. Selain itu, fungsi P3A sebagai wadah dalam menampung kebutuhan dan kepentingan petani pengguna air irigasi perlu terus diberdayakan, seperti: (a) P3A perlu di berdayakan sebagai lembaga masyarakat yang memperjuangkan ketersediaan, pengelolaan dan keberlanjutan irigasi yang berbasis pada investasi masyarakat; (b) pengelolaan irigasi kecil yang dilakukan oleh swasta (seperti irigasi pompa) perlu diberdayakan keberadaan P3A sesuai dengan fungsinya untuk mewadahi kebutuhan dan kepentingan luas masyarakat pengguna air irigasi; (c) operasional dan pemeliharaan irigasi kecil hendaknya tetap menjadi tanggung jawab P3A bukan menjadi tanggung jawab penanam modal (swasta), karena irigasi kecil menyangkut kebutuhan masyarakat luas; (d) tokoh masyarakat, seperti ketua kelompok tani, pemimpin agama, pamong desa yang menjadi panutan masyarakat dapat diberdayakan untuk memotivasi/ menggerakkan masyarakat dalam setiap program pembangunan.

5.7. Kajian Legislasi Lahan dan Air Mendukung Swasembada Pangan

(Tahun Ke-2) (Dr. Muchjidin Rachmat)

Penyediaan lahan dan air untuk pangan saat ini menghadapi tekanan akibat persaingan penggunaannya dengan banyak sektor yang masing masing bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Kemajuan ekonomi di semua sektor pertanian telah menyebabkan meningkatnya permintaan akan lahan dan air, sehingga lahan pertanian pangan yang ada dihadapkan kepada ancaman konversi lahan ke non pertanian, degradasi kualitas lahan dan lingkungan. Konflik kepentingan dalam rangka memperebutkan penggunaan lahan dan air terjadi, pada awalnya lahan dan air diprioritaskan untuk mendukung produksi pertanian terutama pangan.

Penyediaan lahan dan air bagi pangan berada pada kondisi kritis karena terjadi penurunan luas lahan produktif, degradasi sumberdaya lahan, air dan lingkungan serta struktur kepemilikan lahan yang tidak semestinya. Keberadaan luas panen komoditi pangan berkaitan dengan ketersediaan air. Luas lahan sawah cenderung menurun akibat konversi lahan, sementara

Page 51: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 41

intensitas penanaman padi juga menurun akibat menurunnya pasokan air irigasi dan penurunan layanan jaringan irigasi. Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian mempunyai dampak negatif terhadap pembangunan pertanian, yaitu (a) secara langsung konversi lahan pertanian produktif ke non pertanian telah menurunkan kapasitas produksi pertanian, (b) rusaknya sistem pengairan di daerah produksi yang terbangun, dan (c) kondisi ini berarti kerugian investasi yang telah ditanamkan dalam membangun waduk, jaringan irigari dan pencetakan sawah. (Sumaryanto et al., 1996). Berbagai kebijakan dan aturan yang dituangkan dalam produk hukum telah disusun oleh berbagai pihak yang pada hakekatnya ditujukan dalam rangka pemenuhan dan akses secara legal dari masing masing pihak dalam memanfaatkan lahan dan air. Kebijakan tersebut dapat selaras atau berbenturan dalam pengelolaan air bagi kebutuhan setiap saat yang dituangkan dalam kebijakan alokasi sumberdaya air.

Secara rinci tujuan dari kajian adalah: (1) Mengevaluasi konsistensi dan sinkronisasi peraturan perundangan dibidang lahan dan air terkait dengan sasaran swasembada pangan; (2) Mengevaluasi implementasi peraturan perundangan dibidang lahan dan air terkait dengan sasaran swasembada pangan; dan (3) Menganalisis dampak implementasi peraturan dibidang lahan dan air terhadap pencapaian sasaran swasembada pangan. Lokasi kajian akan dilakukan di beberapa propinsi dengan mempertimbangkan: (a) tingkat ancaman terhadap konversi lahan, (b) potensi bagi pengembangan areal/perluasan areal, dan (c) program pembangunan kedepan terutama berkaitan dengan kawasan pengembangan dalam MP3EI. Atas dasar itu, kajian dilaksanakan di beberapa propinsi dan kabupaten/kota yaitu di Provinsi Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasinya UU 41/2009 tentang LP2B dinilai mempunyai kelemahan karena UU ini terlalu longgar karena cenderung menyerahkan kewenangan penetapan dan pengaturan lahan sawah yang dilindungi kepada Perda RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. Dalam kaitan tersebut diperlukan pemantauan, pendampingan/ advokasi pemerintah kepada daerah (Dinas pertanian dan Bappeda) dalam penyusunan Perda RTRW propinsi dan RTRW kabupaten/kota secara intensif sehingga daerah lebih peduli dalam menjaga keberadaan lahan untuk pangan untuk produksi pangan masyarakat. Keberhasilan dalam penerapan UU tersebut sangat bergantung kepada pengetahuan dan komitmen dari seluruh komponen masyarakat terutama pengambil kebijakan pembangunan akan pentingnya penyediaan pangan masa depan dan keberadaan lahan pertanian untuk memproduksi pangan tersebut. Langkah awal dari upaya membangun komitmen harus berasal dari pengambil kebijakan mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai desa, Untuk itu perlu dibangun lembaga/institusi di setiap tingkatan (pusat sampai daerah) yang berfungsi dalam mensosialisasikan,

Page 52: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

42 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

mengawasi penerapan dan menyelesaikan permasalahan kerkaitan dengan penyediaan lahan pangan berkelanjutan.

5.8. Peran Penyuluh Swadaya dalam Implementasi Undang-Undang

Sistem Penyuluhan Pertanian (Dr. Kurnia Suci Indraningsih)

Kebutuhan penyuluh pertanian untuk pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, tidak hanya ditugaskan Penyuluh berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), tetapi harus melibatkan Penyuluh Swadaya dari masyarakat secara partisipatif dan sukarela (Kementerian Pertanian, 2010). Sesuai dengan Permentan No. 61 tahun 2008, disebutkan bahwa pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta selama ini dirasakan belum memiliki arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Secara standar normatif, peran Penyuluh Pertanian Swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan, masih belum optimal. Mekanisme kerja kemitraan antara Penyuluh Pertanian PNS dengan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta, sebagaimana diamanatkan dalam Permentan No. 61/2008 belum sepenuhnya terwujud. Posisi Penyuluh Swadaya masih subordinat jika disandingkan dengan Penyuluh PNS. Untuk membangun sinergi kemitraan, perlu diidentifikasi kebutuhan masing-masing Penyuluh (PNS, Swadaya, dan Swasta).

Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan tentang penyuluh swadaya sejalan dengan UU No. 16/2006. Secara khusus, penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi profil dan tipologi Penyuluh Swadaya; (2) Menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh swadaya; (3) Menganalisis persepsi penyuluh pertanian pemerintah (PNS) terhadap peran penyuluh swadaya; (4) Menganalisis kinerja Penyuluh Swadaya dan permasalahan yang dihadapi; dan (5) Menganalisis faktor-faktor penentu kinerja penyuluh swadaya. Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa (Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah) dan Luar Jawa (Provinsi Kalimantan Selatan). Beberapa kabupaten dipilih secara purposif yang dinilai representatif untuk dilakukan kajian tentang peran penyuluh swadaya sebagai pendamping penyuluh pemerintah (PNS). Untuk Provinsi Jawa Barat dipilih Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Tengah dipilih Kabupaten Temanggung dan Magelang, sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dipilih Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Profil penyuluh swadaya adalah petani penggarap, yang memiliki dan mengolah lahannya sendiri, dengan tingkat kemampuan yang relatif beragam; penyuluh swadaya dibedakan atas 4 tipologi: penyuluh swadaya sebagai penggerak komunitas, pendamping teknis pembaharu dan pelaku bisnis (2) Persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh swadaya menunjukkan peningkatan yang nyata jika terkait dengan kemampuan teknis dibandingkan kemampuan manajerial; (3) Kemampuan

Page 53: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 43

penyuluh swadaya sebagai fasilitator untuk membangun jaringan kerjasama antara petani dengan lembaga perbankan, koperasi, maupun supermarket dinilai penyuluh PNS/THL-TBPP masih lemah; (4) Kinerja penyuluh swadaya telah terlihat dari upaya menggerakkan petani bersama-sama penyuluh PNS/THL-TBPP untuk mengembangkan usahatani ataupun usaha agribisnis, termasuk upaya mengatasi permasalahan yang muncul; (5) Kompetensi penyuluh swadaya berpengaruh langsung positif nyata terhadap peran penyuluh swadaya dan fasilitas kerja penyuluh swadaya berpengaruh langsung negatif nyata terhadap peran penyuluh swadaya.

5.9. Kajian Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Industri Gula

untuk Mendukung Swasembada Pangan (Ir. Supriyati, MS)

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Swasembada gula nasional merupakan salah satu target Kementerian Pertanian yang akan dicapai pada tahun 2014. Namun berdasarkan perkiraan capaian produksi tahun 2014, diperkirakan produksi gula hanya akan mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi GKP oleh rumahtangga, dan belum mampu memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman (industri mamin). Hal ini antara lain disebabkan karena masih adanya permasalahan di tingkat hulu (usahatani), di hilir (industri gula), maupun di bidang perdagangan, harga dan distribusi gula. Berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah memiliki dimensi cukup luas, terkait dengan produksi dan sarana produksi, perdagangan, distribusi, dan harga. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mengidentifikasi dan melakukan evaluasi terhadap berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang pergulaan secara komprehensif.

Tujuan umum dari kajian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan industri gula untuk meningkatkan pencapaian sasaran swasembada gula. Secara khusus, tujuan dari kajian adalah sebagai berikut: (1) Mengevaluasi konsistensi dan sinkronisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan industri gula dengan sasaran swasembada gula; (2) Mengevaluasi implementasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan industri gula dengan sasaran swasembada gula; dan (3) Mengevaluasi dampak implementasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan industri gula terhadap pencapaian sasaran swasembada gula.

Mengingat banyaknya kebijakan dan peraturan perundang-undangan pergulaan yang ada, maka aspek yang dikaji dibatasi pada aspek : (a) Usahatani dan Industri pengolahan (on farm dan off farm); (b) Perdagangan dan distribusi gula; dan (c) Kelembagaan. Kajian dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut : (a) Sentra produksi tebu serta industri gula (berbasis tebu dan rafinasi); (b) Potensi bagi pengembangan/perluasan areal dan peningkatan produktivitas tebu, dan (c) Pusat pemangku kebijakan. Atas dasar itu maka kajian dilakukan di lima

Page 54: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

44 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

provinsi di DKI Jakarta, Banten, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Analisis yang digunakan adalah diskriptif dan kuantitatif.

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (a) Peraturan perundang-undangan Industri Gula di Indonesia cukup banyak, sebagian besar dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, Perindustrian, Pertanian dan BUMN. Peraturan sifatnya dinamis terutama yang terkait dengan tataniaga impor, tarif impor, HPP, dan permodalan, namun intensitasnya menurun sejak 2010. Belum ditemui pengaturan lahan terkait dengan penyediaan bahan baku untuk industri gula; (b) Beberapa peraturan yang tidak sinkron, antara lain: Kewenangan industri gula diserahkan ke Kementerian Pertanian, namun Kementerian Perindustrian mendapat amanat untuk mengembangkan kluster industri gula. Program swasembada gula vs pengembangan industri rafinasi; (c) Penataan varietas belum berjalan secara optimal kecuali untuk TS milik PG. Penggunaan varietas unggul sudah dominan, namun masih mengarah ke varietas masak tengah lambat; (d) Pengaturan impor yang ditujukan untuk pembatasan impor belum effektif membatasi impor gula terutama impor GKM; (e) Pengaturan distribusi GKR belum efektif, terlihat adanya GKR yang dijual eceran di pasar tradisional; (f) PG berbasis tebu melakukan revitalisasi dan restrukturisasi, dengan pembiayan sendiri ataupun bantuan; (g) DGI mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis, namun belum berfungsi secara maksimal seperti halnya sugar board di Thailand; (h) Secara umum, program/peraturan industri gula pada periode 2002-2013 konsisten dengan swasembada gula, kecuali kebijakan pengembangan PG Rafinasi. Keringanan/penghapusan tarif impor gula putih dan atau gula kasar mengindikasikan keberpihakan pemerintah terhadap impor, yang tentu saja berlawanan dengan impor; (i) Pencapaian target swasembada gula, dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, dengan rencana aksi yang agak berbeda; (j) Implementasi kebijakan/peraturan belum mampu untuk mendorong pencapaian target swasembada gula pada tahun 2014.

5.10. Pengaruh Kebijakan Perdagangan Negara-Negara Mitra Terhadap

Kinerja dan Daya Saing Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia (Prof. Dr. Budiman Hutabarat)

Berbagai hambatan perdagangan telah banyak yang dialihkan ke bentuk tarif dan tingkat tarif juga banyak yang telah diturunkan atau setidaknya diturunkan secara bertahap, terutama oleh negara-negara berkembang; pada saat yang sama hambatan perdagangan bukan tarif atau rintangan bukan perdagangan seperti technical barrier to trade/TBT dan sanitary and phytosanitary/SPS measures untuk barang-barang dan jasa-jasa juga semakin berkembang. Hal ini terlihat pada aturan-aturan seperti penjaminan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan konsumen serta aturan dalam negeri untuk jasa-jasa seperti krisis keuangan baru-baru ini, kebijakan yang berkaitan dengan perubahan iklim dan bahkan sebagai mekanisme untuk melindungi industri dalam negeri. Selanjutnya, fenomena ini dapat dilihat dari

Page 55: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 45

tindakan-tindakan negara yang bersifat melindungi ekonominya sendiri, seperti penyelesaian persetujuan perdagangan yang tertunda-tunda, peningkatan jumlah perselisihan perdagangan yang diajukan ke Dispute Settlement sejak 1995 serta dukungan terhadap globalisasi perdagangan semakin menurun di UE dan AS, tetapi meningkat di pasar-pasar baru dan negara-negara berkembang (Bussiere et al. 2010 dan Bacchetta and Beverelli 2012).

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi komoditas pertanian utama yang diekspor ke negara mitra utama dari Indonesia, (2) Mengidentifikasi kebijakan perdagangan dan kebijakan pemerintah negara mitra utama yang berkaitan dan berpengaruh terhadap komoditas pertanian utama yang diimpor dari Indonesia, (3) Menganalisis dampak kebijakan perdagangan dan kebijakan pertanian negara mitra utama terhadap produksi dan ekspor komoditas pertanian dari Indonesia. Berdasarkan data dan informasi tentang pelabuhan utama pengeksporan komoditas pertanian yang dipertimbangkan, lokasi-lokasi penelitian ditentukan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Utara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Produktivitas nasional kelapa tidak banyak berubah sejak tahun 1970an, yakni sekitar 1.1 ton/ha; (2) Banyak petani yang terlibat dalam system pengijonan produksi kebunnya ke pengijon, karena mereka ingin mendapatkan uang cepat untuk kebutuhan konsumsi; (3) Perdagangan kopra masih terus berkembang mengingat kebutuhan bahan baku kopra untuk industri terkait semakin meningkat. Pertumbuhan volume ekspor kopra Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1.25 persen per tahun, diiringi dengan pertumbuhan nilainya mencapai 7.29 persen per tahun. Namun faktanya kinerja ekspor kopra Sulawesi Utara kurang menggembirakan dimana nilai ekspor kopranya mengalami penurunan dari tahun 2008-2011, sebesar -76 persen per tahun. Begitu pula dengan volume ekspornya, yang mengalami penurunan sebesar -63 persen per tahun; (4) Negara-negara pengimpor kopra Indonesia yang utama dalam kurun waktu 1999-2012 adalah Filipina, Malaysia, Bangladesh dan Belanda. Ke empat negara tersebut sudah mencapai 92 persen pangsa negara tujuan ekspor dari Indonesia ke pasar dunia. Dalam perkembangan terakhir ini, Eropa bukan pasar utama kopra lagi untuk Indonesia, dibandingkan dengan pasar di Asia yang berkembang dan lebih besar; (5) Volume ekspor crude coconut oil/CCO Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0.86 persen per tahun, tetapi pertumbuhan nilainya mencapai 10.47 persen per tahun. Negara-negara pengimpor minyak kelapa mentah; (6) Kebijakan perdagangan Belanda yang berkaitan dengan komoditas kopra dan minyak kelapa mentah tidak terlepas dari kebijakan Uni Europa/UE secara umum; dan (7) Pemasaran kopra dan minyak kelapa ke negara-negara maju dan bahkan untuk pasar di dalam negeri telah terkendala oleh kandungan aflatoksin. Selain itu kopra dan minyak kelapa pun tersaingi oleh minyak sawit yang produksinya berkembang secara menakjubkan di Indonesia dan di negara-negara lain.

Page 56: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

46 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kecuali ekspor penutup lantai dari serabut kelapa, ekspor komoditas lainnya (kopra, minyak mentah kelapa, tepung kelapa, arang tempurung kelapa, serabut kelapa, mete, dan nanas) mengalami pertumbuhan yang positif baik volume maupun nilai ekspornya selama periode 1999-2012. Secara teknis, peningkatan efisiensi sistem komoditas dapat mendorong peningkatan ekspor komoditas pertanian Indonesia ke pasar dunia. Namun perlu dicatat bahwa masing-masing negara tujuan ekspor memiliki spesifikasi kebijakan pertanian dan perdagangan tersendiri yang selalu harus disiasati oleh Indonesia dalam hal ekspor komoditas pertanian; (2) Perlu instrumen yang mampu mengidentifikasi kebutuhan, kekhususan, dan keunggulan produk lokal secara ilmiah. Tujuannya agar produk dalam negeri dapat bersaing guna membendung ekspansi produk impor sejenis. Untuk itu, para peneliti Indonesia di bidang produksi dan pengolahan produk pertanian ditantang untuk dapat menciptakan teknologi atau menghasilkan inovasi teknologi dengan biaya yang lebih rendah untuk mencapai tujuan tersebut; dan (3) Untuk menghadapi ragam hambatan perdagangan komoditas ekspor komoditas pertanian Indonesia di negara-negara tujuan, fihak pengekspor seyogianya bekerjasama dengan pemerintah guna mengkaji secara mendalam tentang berbagai ragam hambatan tersebut. Tujuannya agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih jelas tentang cakupan isunya, antara lain tentang kerumitan aspek hukum, ekonomi dan aturan-aturannya karena faktor-faktor tersebut sering sekali menjadi pengganjal bagi penentuan saat dan cara pemerintah mengambil langkah-langkah yang tepat.

5.11. Dampak Makro Perubahan Iklim pada Subsektor Pangan Indonesia

(Dr. Sumaryanto)

Perubahan iklim berimplikasi terhadap (hampir) semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dalam konteks perubahan iklim, posisi sektor pertanian sangat strategis karena: (1) Berimplikasi langsung pada ketahanan pangan, (2) Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim karena cabang usaha utama (core business) sektor ini yakni usahatani berbasis proses biologi, dan (3) Pertanian sangat potensial sebagai kontributor utama aksi mitigasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bahwa UNFCCC menempatkan sektor pertanian sebagai prioritas pertama dalam aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Mengingat sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim maka perumusan kebijakan serta penentuan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor pertanian sangat membutuhkan data dan informasi mengenai dampak makro perubahan iklim terhadap produksi dan harga-harga komoditas pertanian. Data dan informasi tersebut dapat diperoleh melalui simulasi berdasarkan model yang pengembangannya berbasis pada karakteristik adanya saling keterkaitan antar sub sektor melalui sistem kelembagaan yang berdasarkan kondisi obyektif di lapangan didominasi oleh mekanisme pasar. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk

Page 57: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 47

mengidentifikasi cabang-cabang usahatani yang peranannya menonjol dalam sektor pertanian yang tingkat kerentanannya pada perubahan iklim termasuk kategori sangat tinggi; (2) Untuk memprediksi dampak perubahan iklim terhadap produksi, harga, konsumsi komoditas pertanian yang peranannya dalam pembentukan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja termasuk peringkat atas; dan (3). Untuk mengetahui simpul-simpul strategis dan alternatif program yang efektif untuk meminimalkan dampak negatif perubahan iklim pada produksi pangan khususnya, dan sektor pertumbuhan pertanian pada umumnya.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dampak perubahan iklim pada produksi komoditas (Seperti pada dampak pada agregat nasional, dampak pada wilayah dan pada kelompok rumah tangga), model menghasilkan prediksi hasil yang beragam untuk produksi komoditas yang dikaji. Selain itu, sesuai dengan perubahan dalam produksi komoditas di tingkat agregat dan rumah tangga sebagai akibat langsung dari perubahan iklim, komoditas yang tersedia bagi penduduk juga terjadi penyesuaian. Perubahan ini, pada gilirannya, memicu perubahan konsumsi per kapita. Hal ini berdampak pada Konsumsi agregat tingkat nasional,dan pada konsumsi wilayah dan rumah tangga. Dampak perubahan iklim terhadap impor komoditas pertanian, tampak menunjukkan hasil yang beragam terjadi peningkatan dan juga terjadi penurunan pada komoditas tertentu. Dampak perubahan iklim terhadap harga-harga komoditas menunjukkan tidak ada perubahan atau perbedaan harga yang mencolok pada semua skenario. Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan pertanian, menunjukkan pendapatan riil pemerintah atas produk impor menunjukkan peningkatan untuk komoditas jagung, dan sebaliknya menunjukkan penurunan untuk kacang tanah. Pada komoditas ternak baik daging, telur maupun susu menunjukkan penurunan. Sedangkan pada komoditas beras penurunan sangat rendah. Peningkatan dan penurunan tersebut terjadi pada skenario tertentu. Sementara dampak perubahan iklim pada produksi akan memperburuk pendapatan rumah tangga pertanian di Indonesia terutama di Jawa dan pendapatan rumah tangga pertanian di luar Jawa. Implikasi kebijakan yang disampaikan adalah pengarus utamaan (mainstreaming) terhadap dampak makro perubahan iklim pada sub sektor pangan Indonesia perlu dilakukan secara konsisten, komprehensif, dan sistematis. Dalam konteks itu, peningkatan antisipasi dampak makro perubahan iklim pada sub sektor pangan Indonesia perlu diakselerasi. Dalam konteks ini, sejumlah agenda yang perlu diprioritaskan adalah: (1) Perbaikan pola tanam melalui penerapan smart climate farming, (2) Diversifikasi pertanian, utamanya pada sub sektor pangan, (3) Perbaikan infrastruktur irigasi, (4) Minimalisasi konversi lahan sawah ke penggunaan lain, (5) Penguatan kelembagaan proteksi risiko usahatani, (6) Penguatan kelompok tani untuk mengaplikasikan sistem usahatani yang adaptif terhadap perubahan iklim, (7) Penelitian dan pengembangan varietas toleran kekeringan atau toleran genangan serta tahan gangguan OPT tertentu tinggi spesifik lokasi, (8) Peningkatan kapasitas peramalan iklim dan

Page 58: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

48 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

peningkatan akses petani terhadap informasi iklim tersebut, (9) Pengembangan jaringan informasi pasar, (10) Percepatan perluasan lahan pangan di luar pulau Jawa, (11) Perbaikan sistem logistik pangan, dan (12) Diversifikasi pendapatan rumah tangga pedesaan.

5.12. Prospek Kesepakatan Indonesia- India FTA terhadap Sektor Pertanian

di Indonesia (Dr. Reni Kustiari)

Sulitnya mencapai konsensus dalam liberalisasi perdagangan di forum multilateral dan regional, akibat banyaknya negara yang terlibat dengan berbagai kepentingan dan kebutuhan yang tidak dapat terukur dan tidak optimal, telah menyebabkan banyak negara membuat integrasi perdagangan. Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreements/FTA) merupakan salah satu mekanisme untuk membuka pasar luar negeri bagi ekspor Indonesia dan perkembangannya diharapkan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu FTA yang dilakukan oleh Indonesia adalah kerjasama perdagangan Indonesia-India. Hal ini dilakukan mengingat India menempati urutan ke-11 sebagai negara tujuan ekspor produk nonmigas Indonesia dengan nilai US$ 1,05 milyar pada 2000 dan menjadi urutan ke-4 dengan nilai US$ 13,42 milyar pada 2011, atau meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22,17 persen per tahun. Selain itu, India adalah salah satu negara di Asia yang masih mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada level relatif tinggi di saat negara-negara lain mengalami pertumbuhan negatif, atau mengalami pertumbuhan yang rendah setelah terpengaruh oleh krisis finansial global tahun 2008 (Bary, 2010).

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan perdagangan yang dapat mendorong peningkatan ekspor ke India melalui kesepakatan Indonesia-India FTA. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi kebijakan perdagangan, kebijakan pertanian dan komoditas potensial terkait dengan Indonesia-India FTA, (2) Menganalisis prospek Indonesia-India FTA terhadap perdagangan komoditas utama Indonesia, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat peningkatan ekspor Indonesia ke India, (4) Menganalisis potensi dampak Indonesia-India FTA terhadap sektor pertanian dan perekonomian Indonesia. Lokasi penelitian yang dipilih mewakili sentra produksi dan perdagangan kelapa sawit, karet, kopi dan lada adalah Propinsi DKI Jakarta, Sumatera Utara, Bangka Belitung, dan Bali.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Kebijakan perdagangan India cenderung melindungi petani dan konsumen dalam negerinya, sehingga sering kali tidak konsisten melaksanakan aturan main seperti yang telah ditetapkan di dalam kerangka AIFTA. Perdagangan bilateral India dan Indonesia mengikuti kerangka AIFTA dan berjalan seperti pola perdagangan biasa karena belum terlaksananya perundingan lanjut antar ke dua negara. Komoditas yang dominan diekspor oleh Indonesia ke India adalah CPO dengan pangsa 60 persen dari total ekspor CPO Indonesia. Pasar India ini

Page 59: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 49

sangat potensial bagi pengembangan perdagangan ekspor CPO Indonesia. Selain CPO, komoditas ekspor utama lain Indonesia ke India adalah karet,kopi dan lada. (2) Prospek Kesepakatan Kerjasama Indonesia-India FTA terhadap perdagangan komoditas pertanian Indonesia pada saat ini masih kurang menjanjikan hal ini terlihat dari kontribusi komponen pertumbuhan permintaan impor India dan daya saing produk utama ekspor Indonesia di India yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Dengan adanya liberalisasi perdagangan antara Indonesia dan India diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan impor India dari dunia. (3) Faktor-faktor penghambat peningkatan ekspor Indonesia ke India antara lain adalah rendahnya kualitas produk yang dihasilkan oleh petani sebagai dampak dari kapasitas petani yang rendah dan pemeliharaan tanaman yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh harga di tingkat petani yang sangat fluktuatif sehingga petani sering mengalami kerugian. (4) Implementasi Indonesia-India FTA akan meningkatkan kesejahteraan di kedua negara tersebut. Namun, peningkatan kesejahteraan paling besar adalah dirasakan oleh negara India (US$ 1671,01 juta) dibandingkan dengan Indonesia (US $ 375,67 juta). Implementasi Indonesia-India FTA juga akan mempengaruhi keragaan makroekonomi nasional dan regional. Namun, India tercatat sebagai negara yang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia apabila Indonesia-India FTA diimplementasikan.

5.13. Konsorsium Penelitian Prospek Pertumbuhan Produksi Pangan dalam

Konteks Program MP3EI (Dr. Hermanto)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang diluncurkan tanggal 27 Mei 2011 oleh Presiden Republik Indonesia, merupakan pedoman bagi pembangunan ekonomi yang digunakan oleh Pemerintah dalam melakukan percepatan pembangunan Indonesia menuju negara yang adil dan makmur di tahun 2025. Kerangka desain MP3EI didukung oleh tiga pilar yaitu:(1) Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi; (2) Penguatan konektivitas nasional; dan (3) Penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Pengembangan potensi ekonomi mencakup 8 program utama yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama, yang dituangkan dalam 6 koridor pembangunan atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Dalam konsep MP3EI, pengembangan pertanian pangan menjadi lebih terpusat antara lain di koridor Sulawesi. Namun disadari bahwa pada koridor lain, yaitu Jawa dan Kalimantan, walaupun pertanian pangan tidak menjadi prioritas, namun karena basis potensi pangan yang sangat besar di wilayah ini maka pengembangannya tetap memerlukan perhatian khusus. Terkait dengan kondisi ini, Badan Litbang Pertanian memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang peran pertanian pada beberapa koridor ekonomi. Penelitian ini dilengkapi dengan beberapa hasil simulasi tentang kondisi produksi, konsumsi dan surplus komoditas pangan strategis (padi, jagung, kedele, ubi

Page 60: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

50 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

kayu dan daging sapi). Untuk Koridor Jawa, penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun untuk Koridor Sulawesi penelitian dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, dan untuk Koridor Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan.

Tujuan penelitian secara umum adalah merumuskan saran/usulan rekomendasi kebijakan tentang pembangunan pertanian yang seharusnya dilaksanakan dalam kerangka MP3EI, terutama di tiga koridor ekonomi (Jawa, Kalimantan dan Sulawesi). Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis dinamika dan kinerja, serta peran sektor pertanian terhadap perekonomian di masing-masing Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan; (2) Memetakan potensi dan kendala pengembangan sektor pertanian, utamanya pangan, di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan; dan (3) Melakukan penelitian terhadap dampak implementasi MP3EI khususnya dalam produksi pangan.

Temuan-temuan pokok dari penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian pangan primer (padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan sapi), mempunyai keterkaitan erat dengan pengembangan industri dan jasa pangan. Pengabaian sektor pertanian primer dan industrinya akan menyebabkan menurunnya peran sektor pertanian dalam penciptaan ekonomi wilayah, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, penerapan konsep MP3EI di setiap koridor ekonomi perlu dilakukan secara lebih komprehensif dan intergratif dengan meningkatkan keterkaitannya dengan pengembangan pertanian pangan yang berbsis pada sumber daya lokal.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sektor jasa dan infrastruktur berperan penting dalam meningkatkan peran sektor pertanian primer dalam pembangunan ekonomi melalui penciptaan output, pendapatan dan nilai tambah. Oleh karena itu, pengembangan sektor jasa dan infrastruktur terutama di diluar Jawa sangat diperlukan, jika koridor ekonomi di luar Jawa tersebut disiapkan secara bertahap untuk menggantikan peran Jawa sebagai penghasil pangan nasional.

Potensi pengembangan produksi pangan di luar Jawa (Sulawesi dan Kalimantan) terutama bersumber dari ketersediaan sumberdaya lahan dan air yang masih memadai, serta produktivitas yang masih dapat ditingkatkan. Sementara kendala pengembangan dalam rangka peningkatan produksi pangan utamanya adalah keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, kurangnya akses terhadap sumber permodalan, belum berkembangnya industri pengolahan dan lembaga pemasaran, serta tingginya cekaman lingkungan.

Hasil analisis model dinamis menunjukkan bahwa dengan asumsi kondisi existing Indonesia akan: (1) Dapat mempertahankan surplus beras sampai dengan tahun 2020; (2) Terjadi penurunan surplus jagung sampai dengan tahun 2020; (3) Mengalami peningkatan defisit produksi kedele sampai dengan

Page 61: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 51

tahun 2020; (4) Tetap menjadi eksportir ubikayu dan produknya sampai dengan tahun 2020, dan (5) Masih mengalami defisit ketersediaan daging sapi sampai dengan tahun 2014. Konversi lahan pertanian pangan dan divestasi ekonomi di sektor pertanian pangan akan berdampak negative secara nyata dalam mengurangi pencapaian surplus pangan, yang pada gilirannya akan menghambat pencapaian dan atau menurunkan tingkat kemandirian pangan nasional.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah penerapan program dan kegiatan MP3EI di Pulau Jawa hendaknya mempertimbangkan peran Pulau Jawa sebagai pemasok bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Oleh karena itu disarankan agar:

a. Pengembangan infrastruktur seminimal mungkin mengkonversi lahan pertanian pangan yang subur;

b. Agar industri pangan semaksimal mungkin memanaatkan bahan baku dari hasil pertanian lokal/setempat;

c. Agar industri pangan semaksimal mungkin menyerap kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian;

d. Agar industri pangan menerapkan prinsip industri yang ramah lingkungan, sehingga mengurangi pencemaran terhadap sumber daya air, tanah dan lingkungan; dan

e. Agar industri pangan mengembangkan kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan dengan kelembagaan petani sekitarnya, serta melakukan transfer teknologi untuk peningkatan kuantitas dan mutu produksi bahan pangan.

Agar Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki komitmen yang tinggi untuk tetap mengamankan kapasitas produksi pertanian setempat melalui pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan mengalokasikan dan mempertahankan lahan pertanian pangan sesuai dengan amanat UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Kebijakan jangka pendek dan menengah untuk peningkatan produksi pangan di Luar Jawa adalah peningkatan pendapatan dan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani yang didukung oleh pengembangan agribisnis pangan. Dibutuhkan kebijakan percepatan diseminasi dan adopsi teknologi, serta kebijakan pendukung lainnya dalam rangka peningkatan pendapatan petani.

Dalam jangka menengah dan panjang, pengembangan pertanian pangan di luar Jawa agar didukung oleh pembangunan infrastruktur pertanian dan perdesaan, pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian, pengembangan klaster industri pangan berbasis sumberdaya lokal, pengembangan rantai pasok produk pertanian pangan dari hulu ke hilir, serta meningkatkan konektivitas untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas perdagangan pangan antar daerah.

Page 62: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

52 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL DAN KERJASAMA PENELITIAN

6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian

Sebagai lembaga penelitian sosial ekonomi dan analisis kebijakan pertanian, PSEKP berkewajiban untuk mempublikasikan hasil kegiatan penelitian dan analisisnya kepada publik atau pengguna. Publikasi dinilai sangat efektif dalam penyebarluasan hasil penelitian karena dapat mencapai sasaran secara luas dan memungkinkan untuk dibaca dan ditelaah secara berulang-ulang. Kegiatan publikasi hasil penelitian dan analisis sosial ekonomi pertanian merupakan aktivitas rutin setiap tahun. Pada tahun anggaran 2013 PSEKP telah menerbitkan tujuh jenis publikasi, sebagai berikut:

(1) Jurnal Agro Ekonomi

Jurnal Agro Ekonomi (JAE) terbit dua kali setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. JAE merupakan publikasi ilmiah yang memuat hasil penelitian primer sosial ekonomi pertanian. Penerbitan JAE dimaksudkan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional para ahli sosial ekonomi pertanian dan sarana untuk memperoleh informasi bagi pengambil kebijakan, pelaku dan pemerhati pembangunan pertanian dan pedesaan. Tabel 12 menyajikan judul-judul dan penulis naskah JAE Volume 30, Nomor 2, Oktober 2012, yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2013.

(2) Forum Agro Ekonomi

Forum Agro Ekonomi (FAE) terbit dua kali setahun dan dicetak sebanyak 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. FAE merupakan publikasi ilmiah yang memuat critical review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dan juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan-gagasan ataupun konsepsi-konsepsi orisinal dalam bidang sosial dan ekonomi pertanian. Tabel 13 menyajikan judul-judul dan penulis naskah FAE Volume 31, Nomor 1, Juli 2013. (3) Analisis Kebijakan Pertanian

Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) terbit dua kali dalam setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. AKP adalah media ilmiah yang memuat isu aktual kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog dan polemik. Untuk Jurnal Analisis Kebijakan Volume 11, Nomor 1 dan 2 tidak terbit karena kekurangan naskah.

Page 63: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 53

Tabel 12. Judul dan Penulis Naskah JAE Tahun 2013

Judul Penulis

JAE Vol. 30 No. 2, Oktober 2012 Analisis Contract Farming Usaha Ayam Broiler

Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Gabungan Kelompok Tani dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Studi Kasus di Kabupaten Bantul Tahun 2012

Mengukur Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan di Indonesia 2010

Estimasi Incremental Capital Output Ratio (ICOR) untuk Perencanaan Investasi dalam Rangka Pembangunan Sektor Pertanian

Studi Komparasi Kinerja Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Syariah dan Konvensional di Jawa Tengah

Bahara, M. Muslich Mustadjab, Nuhfil Hanani dan Bambang Ali Nugroho

Yopi Saleh, Jangkung Handoyo Mulyo, dan Lestari Rahayu Waluyati

Faharuddin

Sri H. Susilowati, Prajogo U. Hadi, Supena Friyatno, Muchjidin Rachmat, Mohammad Maulana dan Miftahul Azis

Dedi Junaedi, Nurul Huda, Ranti Wiliasih, dan S. Gatot Irianto

Keterangan: JAE Vol. 31 No. 1 dan 2, 2013 belum terbit karena belum tersedia naskah yang sesuai dengan standar JAE

Tabel 13. Judul dan Penulis Naskah FAE Tahun 2013

Judul Penulis

FAE Vol. 31 No.1, Juli 2013 Pengembangan Cadangan Pangan Nasional dalam Rangka Kemandirian Pangan

Pemahaman terhadap Petani Kecil sebagai Landasan Kebijakan Pembangunan Pertanian

Kebijakan Penyediaan Teknologi Pascapanen Kopi dan Masalah Perkembangannya

Potensi Pengembangan Pupuk Organik Insitu Mendukung Percepatan Penerapan Pertanian Organik

Prospek Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dan Replikasi Pengembangan KRPL

Hermanto

Syahyuti

Henny Mayrowani

Valeriana Darwis dan Benny Rachman

Saptana, Sunarsih dan Supena Friyatno

Page 64: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

54 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Judul Penulis

FAE. Vol 31 No. 2, Desember 2013 Nilai Tukar Petani: Konsep, Pengukuran dan Relevansinya sebagai Indikator Kesejahteraan Petani

Kedelai dan Politik Pangan

Revitalisasi Sistem Penyuluhan Pertanian dalam Perspektif Membangun Industrialisasi Pertanian Perdesaan

Pendekatan dan Implementasi Pengembangan Kawasan Komoditas Unggulan Pertanian

Implementasi Sosialisasi Insentif Ekonomi dalam Pelaksanaan Program Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)

Pengembangan Pola Integrasi Tanaman-Ternak merupakan Bagian Upaya Mendukung Usaha Pembibitan Sapi Potong dalam Negeri

Muchjidin Rachmat

Iskandar Andi Nuhung

Kurnia Suci Indraningsih dan Tri Pranadji

Adi Setiyanto

Amar K. Zakaria dan Benny Rachman

Bambang Winarso dan Edi Basuno

(4) Naskah Tematik

Naskah Tematik adalah media cetak yang memuat tulisan ilmiah peneliti PSEKP mengenai topik yang sesuai dengan kepakaran dan spesialisasi peneliti atau terkait dengan topik yang sedang menjadi isu menarik. Judul-judul dan penulis naskahTematik yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Judul dan Penulis Naskah Tematik yang Terbit Tahun 2013

No. Judul Naskah Penulis/Editor 1. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis

Berdayasaing dan Berkelanjutan Saptana dan Arief Daryanto

2. Memahami Mendalami dan Menawarkan Solusi Masalah Petani, Pertanian dan Perdesaan

Syahyuti, Ashari, Nur K. Agustin, Sri Nuryanti dan A.M. Arr-Rozy

3. Forum Komunikasi Profesor Riset Policy Brief 2012-2013. Sumbangan Pemikiran untuk Pembangunan Pertanian

Badan Litbang Pertanian

4. Membumikan Iptek Pertanian (Seri II) Sumarno, T.D. Soejana, Kedi Suradisastra dan Bahagiawati

5. Gender dan Usahaternak Kambing – Domba Sri Wahyuni

Page 65: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 55

(5) Prosiding

Prosiding merupakan publikasi yang diterbitkan secara tidak berkala. Prosiding berisi karya tulis, yang pernah diseminarkan pada seminar nasional dan seminar khusus yang dilaksanakan oleh PSEKP. Tahun 2013 PSEKP menerbitkan satu prosiding. Judul-judul makalah dalam Prosiding disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Judul dan Penulis Naskah Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia “Optimalisasi Sumberdaya Lokal melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan Dan Perbaikan Gizi Masyarakat Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” tahun 2013.

No. Judul Penulis

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Makalah Utama

Peran Inovasi teknologi Pertanian Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan

Mewujudkan Kemandirian Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Gerakan “One Day No Rice” (ODNR) dan Optimalisasi Kemandirian Pangan Berbasis Potensi Lokal

Optimalisasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Menyongsong Pemberlakuan MEA 2015

Peran Sektor Kehutanan dalam Mendukung Kemandirian Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Menyongsong Pemberlakuan MEA 2015 (Optimalisasi Sagu Sebagai Sumber Pangan Nasional

Agenda Riset Nasional untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Analisis Kebijakan Kemandirian Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui Pendekatan Sistem Modelling

Kesiapan, Peluang dan Tantangan Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia Menyongsong Pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Potensi Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 terhadap Sektor Pertanian Indonesia

Haryono

Harianto

H. Nur Mahmudi Isma’il

Agus Heri Purnomo

Haryadi Himawan

Iding Chaidir

Agung Hendriadi

Gardjita Budi

Yonariza dan Mahdi

Page 66: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

56 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

No. Judul Penulis

10.

11.

Prospek Pemberlakuan MEA 2015 bagi Pelaku Usaha Sektor Pertanian

Kebijakan Perdagangan Mendukung Upaya Peningkatan Daya Saing Komoditas Pangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

H. Suharyo Husen

Erwidodo

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Makalah Penunjang Oral

Hari Pertama

A. Ekonomi

Analisis Ekonomi Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Sektor Pertanian Indonesia

Posisi Perdagangan dan Daya Saing Gula Indonesia di Pasar ASEAN

Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi/Beras di Provinsi Jawa Barat dalam Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional

Analisis Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) Koridor Sulawesi dalam Mendorong Pertumbuhan Produksi Pertanian Pangan Nasional

Eksistensi dan Esensi Peran Pertanian Skala Kecil dalam Pemenuhan Pangan Nasional: Studi Kasus Negara-negara ASEAN

Kebijakan Swasembada Daging melalui Pengembangan Wanaternak Berkelanjutan

Hermanto, Reni Kustiari dan Erwidodo

Sri H. Susilowati dan Rena Y Rachman

Supena Friyatno dan Adang Agustian

Adang Agustian dan Supena Friyatno

Syahyuti

Subarudi

1.

2.

3.

4.

B. Sumber Daya Lahan Dan Lain-Lain

Kiat-kiat Strategis Menyikapi Problema Sumber Daya Lahan dalam Mendukung Kemandirian Pangan dalam Konteks Green Economy

Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Aktivitas Dehidrogenase Tanah Tanaman Kedelai dengan Perlakuan Pupuk Kimia dan Pupuk Hayati

Pengujian Efektivitas Pupuk Hayati G6 terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe

Irsal Las, M. Sarwani, dan A. Mulyani

Reni Oelviani, A. Hermawan, A. Choliq, dan Komalawati

Sarmah, Jati Purwani, dan Subowo G.

Endang Windiyati dan Ea Kosman Anwar

Page 67: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 57

No. Judul Penulis

5.

6.

Kajian Teknis – Ekonomis Thresher Lipat Bermotor Berbagai Varietas Padi di Kabupaten Solok

Dukungan MKRPL terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lolu Kabupaten Sigi

Tarmisi dan Harnel

Sumarni, C. Kirani dan Basrum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

C. Bahan Pangan Lokal

Potensi dan Status pengembangan Sorgum di Provinsi Jawa Timur dalam Upaya Gerakan Diversifikasi Pangan Nasional

Perspektif Kelembagaan Lumbung Pangan Non Beras dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Lokal

Keragaan Teknologi Pengolahan Ubi Kayu sebagai alternatif Makanan Pokok di Sulawesi Tengah

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Gandum (Triticum aestivum L.)

Pertumbuhan dan Produktivitas Enam Varietas unggul Kentang di Batagak Kabupaten Agam

Sistem Produksi, Pengolahan dan Pemanfaatan Hutan Sagu untuk Penyediaan Pangan Karbohidrat di Papua Barat

Prima Luna dan Sri Widowati

Kurnia Suci Indraningsih

Caya Khairani dan Andi Dalapati

Irfan Suliansyah

Yulimasni dan Hayani

Bambang Hariyanto, P. Atmadji, AT. Putranto dan I. Kurniasari

1.

2.

3.

4.

5.

Hari Kedua

A. Sosial Ekonomi

Dinamika Politik Ekonomi Air dan Pariwisata Massal: Ancaman Bagi Ketahanan Pangan di Bali

Kearifan Lokal dalam pemanfaatan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan pangan Rumah Tangga

Gerakan Padi Tanam Sebatang (PTS) di Sumatera Barat: Konsep dan Implementasinya di Lapangan

Pergeseran Peran pangan Berbahan Baku Lokal pada Pola Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia

Analisis Manajemen Rantai Pasok Ayam Kampung Pedaging: Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur

Herlina Tarigan, AR. Darmawan, SMP Tjondro-negoro, dan Kedi Suradisastra

Sunarsih, Saptana dan Supena Friyatno

Zul Irfan

TB. Purwanti dan Sri Hery Susilowati

Wahyuning K. Sejati dan Saptana

Page 68: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

58 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

No. Judul Penulis

6.

7.

8.

Pengkajian Teknologi Pengolahan Ubi Jalar sebagai Alternatif Substitusi Bahan Baku Olahan dalam Mensukseskan Program Diversifikasi Pangan di Nusa Tenggara Barat

Potensi Pengembangan Bawang Merah di Sumatera Barat

Potensi Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber Bahan Pangan Lokal di Provinsi Bengkulu

Fitrahtunnisa, Sri Maryati dan R. Rustiana

Irmansyah Rusli

Umi Puji Astuti dan Bunaiyah Honorita

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

B. Padi

Varietas Lokal Padi Sawah Asal Sumatera Barat Berdaya Hasil Tinggi

Penyaringan Ketahanan Lima Kultivar Padi Beras Merah Lokal (Oryza sativa L.) Asal Sumatera barat terhadap Wereng Hiaju (Niphotettix virescens)

Evaluasi kandungan besi (Fe) dan Zink (Zn) pada beberapa Kultivar Padi Beras Merah Asal Sumatera Barat

Keragaman Karakter Varietas Lokal Padi Sawah Asal Sumatera barat dan Potensinya dalam Pemuliaan untuk Daya Hasil Tinggi

Keragaan Plasma Nutfah Padi Lokal di Kalimantan Barat

Adaptasi Varietas Unggul Baru Inpara Pada Lahan Rawa Lebak di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu

Introduksi dan Analisa Usahtani Varietas Unggul baru (VUB) Padi Inpari 12 di tanah Sepenggal Kabupaten Bungo Jambi

Inovasi Teknologi Salibu Meningkatkan Produktivitas Lahan Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan

Variabilitas Kandungan Antosianin pada Beberapa Kultivar Lokal Padi Merah Asal Sumatera Barat

Uji Daya Hasil dan Mutu beras Beberapa Galur Mutan Harapan dari Perbaikan Genetik Padi Lokal Sumatera Barat melalui Pemuliaan Mutasi

Abd. Azis Syarief

Wilda Kurnia, Etti Swasti dan Yaherwandi

Muharama Yora, S. Wahyuni, AA. Akhiar dan E. Swasti

Abd. Azis Syarief

Agus Subekti, D. Permana, Pratiwi, T. Yani AW., MA. Muflih

Jhon Firison, S. Rosmanah dan W. Wibawa

Bustami, Adri dan Eva Salvia

Erdiman, Nieldalina dan Misran

Etti Swasti dan Morry Reza

Hendra Alfi, B. Warman, I. Suliansyah, E. Swasti dan Sobrizal

Page 69: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 59

No. Judul Penulis

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

C. Pangan Lokal dan Pengolahan Pangan

Pengkayaan tepung Kasava Termodifikasi menggunakan Tepung Kecambah Kedelai untuk Memenuhi Angka Kecukupan Gizi Anak-anak Usia 7-12 Tahun hingga 30%

Peningkatan Kandungan Asam Folat pada Tepung Kecambah Kedelai melalui Elisitasi dengan Xanthan Gum

Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik Antioksidan sebagai Bahan Pangan Non Terigu Non Beras

Kajian Sifat Organoleptik pada Beras Analog dengan Fortifikasi Tepung Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.)

Pengkajian Teknologi Surge Feeding pada Induk Sapi Berbasis Pakan Lokal Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sumatera Barat

Evaluasi Hasil beberapa Aksesi Salak Hibrida dan Salak Lokal

Peranan ZPT pada Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga

Prospek Perbenihan Kentang di Sembalun Kabupaten Lombok Timur, NTB

Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal

Sri Maryati dan Kasma Iswari

Kasma Iswari dan Sri Maryati

Widya Dwi R. Putri, Dian W. Ningtyas, Intan Liza dan Rully Agustin

Indah Rodianawati, H. Rasulu, ERM. Saleh, M. Assagaf dan Marliani

Ratna AD., R. Wahyuni dan Jefrey Muis

Sri Hadiati dan Tri Budiyanti

Sunyoto dan Liza Octriana

Fitrahtunnisa, E. Widiastuti dan Ratna Wulandari

Ening Ariningsih

1.

2.

3.

4.

5.

Makalah Penunjang Poster

Perkembangan dan Peran Penangkar dalam Penyebaran VUB Padi di NTB Mendukung Ketahanan Pangan

Peran Kelembagaan Agribisnis Penunjang dalam Usahatani Padi

Keberadaan LembagaKeuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Mendukung Kemandirian Pangan di Sumatera Barat

Analisis Dinamika Permintaan/Konsumsi dan Kebijakan Pengembangan Produksi Jagung Nasional

Implementasi Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Provinsi Banten

Nani Herawati, S. Untung, E. Widiastuti dan S. Maryati

TB. Purwantini dan Wahyuning K. Sejati

Nasrul Hosen

Adang Agustian dan Supena Friyatno

AM. Ar- Rozy dan Saptana

Page 70: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

60 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

No. Judul Penulis 6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Inventarisasi Tanaman Sumber Pangan Lokal di Lahan Pekarangan Kalimantan Tengah

Uji Teknis Mesin Pelumat Kayu Manis (Cinnamomum sp.) untuk Menghasilkan Cairan dan Bubuk Kulit Kayu Manis

Pemanfaatan Jagung untuk Jus dalam Meningkatkan Nilai Tambah

Diversifikasi Pati Sagu (Metroxylon sp) sebagai Bahan Baku Mie dan Makaroni Sagu

Inovasi Proses Tepung Talas Termodifikasi dalam Meningkatkan Nilai Produk

Potensi dan Peluang Pengembangan Teknologi Pengolahan Melinjo dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Provinsi Jambi

Kajian Pengaruh Suhu Simpan dan Metode Pematahan Dormansi terhadap Viabilitas Benih Pepaya Merah Delima

Pengaruh Inokulasi Pupuk Hayati Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Caisim (Brassica rappa) pada Tanah Ultisol

Analisis Usaha pada Penggemukan Sapi Simental dengan Pemberian Kulit Kakao dan Jerami Padi Fermentasi di Daerah Sentra Kakao Sumatera Barat

Adaptasi Varietas Jagung Hibrida Hasil Litbang Pertanian pada Lahan Gambut Dangkal AIA Tajun Lubuk Alung Padang Pariaman

Potensi Pengembangan Kedelai di Lahan Gawangan Kelapa Sawit dengan Biaya Produksi Rendah di Sumatera Barat

Pengaruh Sistem Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Varietas IR-66 di Sumatera Barat

Potensi Varietas Padi Sawah Lokal terhadap Teknologi Pertanian Organik di Nagari Sariak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil VUB Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman

Uji Adaptasi Beberapa Genotipe Gandum (Triticum aestivum L.) Introduksi di Sukarami Kabupaten Solok

Susilawati, S. Agustini, Rukayah dan S. Mochtar

Tarmisi dan Harnel

Ahyati Fadilah, J. Purwanto, AD. Kusumasmarawati, dan LN. Prasetyani

Dian Anggraeni, A. Saepudin, Budiyanto dan Lully NP.

Taufik, Hasnelly dan Rukmana

Linda Yanti

Sunyoto dan Liza Oktriana

Sarmah dan Subowo G.

Jefrey M.M., R. Wahyuni, dan A. Bamualim

Syahrial Abdullah

Via Yulianti, Jefrey M. Muis, dan Azwir

Atman

Irmansyah Rusli

Syahrial Abdullah

Doni Hariandi, A. Nurdin, dan A. Syarief

Page 71: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 61

No. Judul Penulis 21.

22.

23.

Prospek Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan dan Sawah Irigasi Sederhana untuk Peningkatan Produksi Kedelai di Sumatera Barat

Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi NAA (Naphthaleneacetic acid) pada Tahap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Sukarami Solok

Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Lingkungan untuk Meningkatkan dan Mempertahanakan Produktivitas Lahan Secara Lestari serta Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.)

Winardi Khatib

Vivi Dharma

Juniarti, Darfia I., Ningsih P., dan I. Suliansyah

(6) Seminar Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian 37 Tahun PSEKP

Kegiatan Seminar Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian 37 Tahun PSEKP dengan tema “Kemandirian Pangan dan Perlindungan Petani di Era Global” dan bertujuan: (a) menjaring informasi dan pengetahuan berbagai pihak berkenaan dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia dalam lingkungan global dan perannya dalam mendukung ekonomi nasional; (b) menghimpun informasi dan pengetahuan tentang sektor pertanian Indonesia dalam lingkungan global dan perannya dalam mendukung ekonomi nasional; dan (c) menyusun dan merumuskan strategi pembangunan sektor pertanian Indonesia dalam lingkungan global dan perannya dalam mendukung ekonomi nasional ke depan dalam dinamika lingkungan strategis. Judul-judul makalah dalam seminar tersebut disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Judul dan Pembicara pada Seminar Diseminasi Hasil Penelitian 37

Tahun PSEKP dengan tema “Kemandirian Pangan dan Perlindungan Petani di Era Global” Tahun 2013.

No. Judul Pembicara

1. Pertanian dalam Pusaran Globalisasi Prof. Dr. Agus Pakpahan

2. Aturan WTO Kemandirian dan Ketahanan Pangan

Dr. Erwidodo

3. Meningkatkan Kinerja Industri Benih Tanaman Pangan untuk Mendukung Kemandirian Pangan

Dr. Bambang Sayaka

4. Hambatan Petani dalam Menghadapi Pasar Global

Dr. Ronnie S. Natawidjaja

Page 72: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

62 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

(7) Agro-Socioeconomic Newsletter

Newsletter ini merupakan media berbahasa Inggris yang diterbitkan pertama kali tahun 2007. Frekuensi terbitan sebanyak 4 kali setiap tahun, masing-masing 850 eksemplar setiap terbit. Jumlah halaman tiap terbit adalah 8 halaman berwarna penuh (full colour).

Media ini diterbitkan dalam upaya memperluas jangkauan pembaca, baik untuk berbagai mitra dan lembaga riset serta lembaga pemerintahan di dalam negeri dan di luar negeri. Oleh karena itu, untuk setiap terbitan, media ini disebarkan ke berbagai lembaga pemerintah, kalangan perguruan tinggi, lembaga riset lain, swasta, dan lain-lain. Untuk kalangan dari luar negeri, media ini disampaikan secara langsung kepada beberapa lembaga riset dan donor yang berkantor di Indonesia, serta melalui website (www.pse.litbang.deptan.go.id).

Sebagai newsletter, informasi yang disajikan merupakan informasi yang bersifat paling baru dan sedang hangat dibicarakan. Harapannya adalah agar pembaca dapat mengetahui informasi paling baru serta memperoleh respon dari kalangan pembaca secara cepat pula.

Topik-topik utama yang selalu hadir dalam setiap terbitan yaitu: temuan-temuan penelitian yang menarik (research findings), tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang terbaru tentang pembangunan pertanian (recent policy development), kegiatan penelitian di PSEKP (research activities), serta berita seputar lembaga PSEKP (ICASEPS news). Tabel 17 menyajikan daftar isi terbitan Newsletter PSEKP selama tahun 2013. Tabel 17. Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2013

Volume, Nomor, Bulan Terbit dan Daftar Isi

Newsletter Vol. 07 No. 1, March 2013

Competitiveness of Horticultural Products to Improve Indonesia’s Export Market

Agricultural Extension Revitalization to Improve Agro-industry Competitiveness

Genetically Modified Organism (GMO) Variety Release

Research Activities

Publications

Seminar

Welcome

Page 73: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 63

Daftar Judul Leaflet Tahun 2013

1. Seminar Nasional HPS XXXIII ”Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Menuju Kemandirian Pangan Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”.

2. Crop Farmer Adaptation Capacity to Climate Change for Supporting the Sustainability of Food Security.

3. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

4. Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies

Pendistribusian Hasil Publikasi

Berbagai jenis publikasi yang telah dihasilkan PSEKP disebarluaskan ke berbagai instansi terkait seperti Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain. Pendistribusian dilakukan melalui paket pos, diantar langsung untuk wilayah Jabodetabek, dan melalui tamu-tamu yang datang ke PSEKP dan memerlukan hasil publikasi tersebut.

Publikasi ilmiah PSEKP dapat dihasilkan melalui kerjasama antara penulis naskah dan Dewan Redaksi. Seleksi tulisan dilakukan oleh Dewan Redaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Lit bang Pertanian (Tabel 19)

Tabel 18. Distribusi Publikasi Ilmiah Tahun 2013

Jenis Publikasi

Penerima Publikasi Jumlah (Eks/

Terbitan) 1. JAE Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup

Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

475

2. FAE Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

475

3. AKP Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

475

4. Prosiding Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

275

5. Tematik Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

275

6. Newsletter Perpustakaan PSEKP, Penulis, Peneliti PSEKP, Instansi lingkup Kementan, Instansi Asing, Perpustakaan Universitas seluruh Indonesia serta instansi terkait diluar kementan

750

Page 74: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

64 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Tabel 19. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, Tahun 2013

No. Keputusan Kepala Badan

Nomor Terbitan Nama Dewan Redaksi

1. 64/Kpts/OT.160/I/2/2013 Tanggal 14-2-2013

JAE 1. Prof Dr Dewa Ketut Sadra (Ketua) 2. Prof Dr. Budiman Hutabarat (Anggota) 3. Dr. Sumaryanto (Anggota) 4. Dr. Nyak Ilham (Anggota) 5. Dr. Syahyuti (Anggota)

2. 65/Kpts/OT.160/I/2/2013 Tanggal 14-2-2013

FAE 1. Dr. Muchjidin Rachmat (Ketua) 2. Dr. Sri Hery Susilowati (Anggota) 3. Dr. Gatoet Sroe Hardono (Anggota) 4. Dr. Saptana (Anggota) 5. Dr. I Ketut Kariyasa (Anggota)

3. 62/Kpts/OT.160/I/2/2013 Tanggal 14-2-2013

AKP 1. Dr. Edi Basuno (Ketua) 2. Dr. Sahat Pasaribu (Anggota) 3. Dr. Bambang Sayaka (Anggota) 4. Ir. Mewa Ariani, MS (Anggota) 5. Dr. Adang Agustian (Anggota)

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian

Hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (termasuk PSEKP) baru akan memiliki makna dan manfaat setelah sampai kepada para stakeholder atau pengguna. Oleh karena itu kegiatan komunikasi (mulai dari pengolahan sampai penyebarluasan hasil penelitian) memegang peranan sangat penting. Dalam penyelenggaraan komunikasi, perlu juga didukung dengan dokumentasi yang baik. Kegiatan dokumentasi dapat berupa pengabadian suatu peristiwa/momen kegiatan komunikasi atau manajemen kearsipan bahan-bahan komunikasi.

Pada tahun Anggaran 2013 kegiatan komunikasi dan dokumentasi penelitian yang dilaksanakan PSEKP, meliputi : (1) Seminar rutin, seminar proposal dan seminar hasil penelitian 2013, (2) Seminar Nasional 2013, (3) Seminar Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian 37 Tahun PSEKP (4) Partisipasi dalam pameran/ekspose inovasi teknologi; (5) Rapat Dewan Redaksi; (6) Pembuatan website; (7) Dokumentasi; dan (8) Penyebaran publikasi.

6.2.1. Seminar

Pada tahun 2013 PSEKP telah menyelenggarakan berbagai seminar: yang diantaranya adalah Seminar Rutin, Seminar Proposal, Seminar Hasil Penelitian, dan Seminar Nasional. Berbagai kegiatan seminar tersebut bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan untuk mendapatkan umpan balik atau masukan dari para stakeholder. Khusus Seminar Rutin, selain bertujuan untuk mencari masukan dari stakeholder, juga dijadikan sebagai ajang/media menumbuhkan “budaya

Page 75: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 65

ilmiah” di PSEKP sebagai salah satu lembaga penelitian. Tabel 20 menyajikan judul-judul makalah seminar rutin dan pembicaranya.

Beberapa seminar tertentu melibatkan tim pembahas yang berasal dari luar PSEKP, baik kalangan birokrat maupun akademisi. Tujuan seminar tersebut adalah untuk mendapatkan masukan dari pembahas dan peserta, sekaligus sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada stakeholder. Tabel 20. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin tahun 2013

No. Tanggal Judul Makalah Pembicara 1. 29-1-2013 Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Pasar

Tunggal Dr. Sahat M Pasaribu

2. 6-2-2013 Perspektif Global Penelitian untuk Pembangunan: Antisipasi Lingkungan Strategis dan Agenda R&D Pertanian

Prof. Dr. I W Rusastra

3. 13-3-2013 Kebijakan Pengembangan Biomasa Energi Pertanian di Indonesia: Jangan Terulang Kasus Gas Alam

Prof. Dr Bambang Prastowo

4. 10-4-2013 Aturan WTO, State Trading Enterprises (Bulog) dan Program Stabilisasi Harga Pangan

Dr. Erwidodo

5. 25-4-2013 1. Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan dan Prospek Ketahanan Pangan Nasional

2. Analisis Special Safeguards Mechanism Komoditas Pangan Utama (Beras,Jagung dan Kedelai) Indonesia dalam rangka Penerapan Perjanjian World Trade Organization (WTO)

1. Dr. Hermanto 2. Adi Setiyanto, SP,

MSi

6. 5-6-2013 1. Pengorganisasian Diri Petani dalam Menjalankan Agribisnis : Saat ini dan Kedepan

2. Pengembangan Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai Indonesia dalam Kerangka Perdagangan Bebas ASEAN

1. Dr. Syahyuti 2. Dr. Saktyanu KD

7. 18-7-2013 Kebijakan Impor dan Swasembada Bawang Merah: Antara Harapan dan Kenyataan

Dr. Erwidodo dan Dr. Bambang Sayaka

8. 26-8-2013 Pendekatan Dinamika Sistem dalam Kajian Kebijakan Sektor Pertanian: Kasus Ketahanan Pangan

Hermawan Prasetya, S.Si, MT

6.2.2. Pengelolaan Website

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, PSEKP telah membangun situs atau Web Site sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah on line dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan

Page 76: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

66 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam. Situs atau Website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangan jumlah pengakses website PSEKP selama tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 21 Data jumlah pengakses website menurut topik yang diminati dapat dilihat pada Tabel 22 dan Frase kata/kata yang digunakan dalam pencarian dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 21. Jumlah Pengakses Website PSEKP pada Tahun 2013

Bulan Jumlah Pengunjung Jumlah Kunjungan Jumlah Halaman

yang Diakses

Januari 16943 27967 51586

Februari 4649 6245 29714

Maret 4770 6528 60450

April 22675 39237 76458

Mei 17560 31017 190953

Juni 0* 0* 35235

Juli 5164 7476 19125

Agustus 4045 6071 20923

September 6112 9452 27547

Oktober 6375 9560 22015

November 18221 27327 81952

Desember 4796 6874 41713

Total 111310 177754 657671

Keterangan : * terjadi kerusakan data dalam server sehingga, tidak dapat dilakukan penghitungan jumlah pengunjung dan kunjungan

Tabel 22. Materi Website PSEKP dan Jumlah Pengakses Tertinggi Selama Tahun 2013

No. Materi Jumlah

Pengakses

1. Prosiding Seminar nasional 2008 Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin

9377

2. Monograph No. 27 Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia : Antara Harapan dan Kenyataan

3658

3. JAE Vol. 23 No. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor

3290

Page 77: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 67

No. Materi Jumlah

Pengakses

4. JAE Vol. 22 No. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan

3217

5. FAE Vol. 22 No. 1 2004 Kerangka Kebijakan Sosio-Budaya Menuju Pertanian 2025 ke Arah Pertanian Pedesaan Berdaya Saing Tinggi, Berkeadilan dan Berkelanjutan

2375

6. Makalah proposal 2010 Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi

2057

7. JAE Vol 27 No. 1 Desain Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan Berbasis Pendekatan Sistem Dinamis (Studi Kasus Kebun Kelapa Sawit Plasma PTP Nusantara V Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

1966

8. FAE Vol. 22 No. 1 2004 Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan di Indonesia

1792

9. Makalah Penunjang Seminar Nasional 2007 Fenomena Lembaga Keuangan Mikro Dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan

1705

10. JAE Vol. 24 No. 1 Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor)

1612

11. FAE 29 1 Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

1514

Tabel 23. Frase Kata/Kata yang Digunakan dalam Pencarian Tahun 2013

No. Kata Jumlah Frase Kata Jumlah

1. pertanian 13853 biaya pokok produksi penjualan 296

2. indonesia 9709 jurnal pola konsumsi masyarakat kalimantan barat

200

3. jurnal 9669 diversifikasi pangan 128

4. kebijakan 8590 kebijakan pertanian 121

5. ekonomi 8548 jurnal agro ekonomi 88

6. analisis 7763 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

83

Page 78: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

68 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

7. pangan 7634 liberalisasi perdagangan 80

8. petani 4989 psekp bogor 75

9. harga 4388 laporan hasil penelitian 73

10. sosial 4214 tinjauan tentang fasilitas wisata alam

68

11. pembangunan 4072 analisis swot tanaman kencur 66

12. produksi 3946 faktor yang mempengaruhi produksi

60

13. makalah 3591 kebijakan ketahanan pangan 59

14. lahan 3531 revitalisasi pertanian 50

15. sapi 3368 modal social 49

16. masyarakat 3361 apa yang mempengaruhi keputusan investasi rumah tangga

49

17. dampak 3194 jurnal pertumbuhan ekonomi 47

18. usaha 3189 landreform di indonesia 45

19. penelitian 2990 kegiatan afta 42

20. padi 2951 gabungan kelompok tani 41

Total 113550 Total 1720

6.3. Perpustakaan

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang besar terhadap perkembangan perpustakaan, sehingga perpustakaan harus mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penyedia koleksi dan informasi yang semakin baik. Koleksi dan informasi yang disediakan tersebut disesuaikan dengan lembaga induknya.

Agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya, selain menyediakan koleksi bahan pustaka, baik tercetak maupun elektronik, perpustakaan perlu didukung oleh tenaga pengelola dan fasilitas yang memadai. Untuk evaluasi hal tersebut maka perlu dibuatkan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun ke belakang dan rencana satu tahun kedepan.

1. Pengadaan bahan pustaka

Dengan anggaran sebesar 32.000.000,- pada tahun 2013 Perpustakaan telah mengadakan bahan pustaka sebanyak 128 judul dengan jumlah eksemplar sebanyak 202 eksemplar. Pengadaan bahan pustaka tahun 2013 menyerap dana sebanyak Rp.31.227.375,-. Selain dengan cara pembelian, pengadaan bahan pustaka dilakukan juga dengan jalan tukar menukar dengan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian atau Instansi terkait. Tabel 24 menyajikan tentang Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2013.

Page 79: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 69

Tabel 24. Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2013

No Nama Barang/Judul Tahun Banyaknya Harga Satuan

(RP)

Jumlah (Rp)

1. EKI VOL. 60 NO. 2 2012 1 eks 73.000 73.000

2. TRUBUS VOL. 220 bulan Jan s/d Mei 2013 5 eks 48.000 240.000

3. SEKI bulan Oktober 2012 - Maret 2013 2012/2013 6 eks 75.000 450.000

4. Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2012 1 eks 134.000 134.000

5. Analisis CSIS (4 edisi) No. 1-4 2012 4 eks 91.500 366.000

6. The Indonesia Quarterly (4 edisi) No. 1-4 2012 4 eks 91.500 366.000

7. Bulletin of Indonesian Economic Studies 2012 3 eks 103.500 310.500

8. American Journal of Agric.Economics V. 95 No. 1,2

2013 2 eks 793.000 1.586.000

9. Applied Economc Perspectiver, Vol. 34 No.1

2012 1 eks 577.500 577.500

10. Applied Economc Perspectiver, Vol. 35 No.1

2013 1 eks 577.500 577.500

11. Statistik Peternakan 2012 2012 1 eks 115.000 115.000

12. StatistikPertanian 2012 2012 1 eks 115.000 115.000

13. Statistik Perkebunan Karet 2011-2013 1 eks 110.000 110.000

14. Statistik Perkebunan Kelapa 2011-2013 1 eks 115.000 115.000

15. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit 2011-2013 1 eks 115.000 115.000

16. Statistik Perkebunan Kakao 2011-2013 1 eks 110.000 110.000

17. Statistik Perkebunan Cengkeh 2011-2013 1 eks 97.500 97.500

18. Statistik Perkebunan Kapas 2011-2013 1 eks 50.000 50.000

19. Statistik Perkebunan The 2011-2013 1 eks 97.500 97.500

20. Statistik Perkebunan Lada 2011-2013 1 eks 97.500 97.500

21. Ststistik Perkebunan Jambu Mete 2011-2013 1 eks 61.000 61.000

22. Statistik Perkebunan Kopi 2011-2013 1 eks 115.000 115.000

23. Statistik Perkebunan Tebu 2011-2013 1 eks 97.500 97.500

24. Statistik Perkebunan Tambakau 2011-2013 1 eks 97.500 97.500

25. Indikator Ekonomi BPS Juli s/d Desember 2012 6 eks 61.000 366.000

26. Indikator Ekonomi BPS Januari 2013 1 eks 61.000 61.000

27. Statistik Impor Tahunan 2011 3 eks 427.000 1.281.000

28. Buletin Impor Bulanan (Jan s/d Juli 2012) 2012 7 eks 61.000 427.000

29. Buletin Ekspor Bulanan (Jan. s/d Des. 2012

2012 12 eks 61.000 732.000

30. Harga eceran beberapa jenis bahan pokok di Ibukota Prov. Di Indonesia Jan - Juni

2011 1 eks 220.000 220.000

31. Harga eceran beberapa jenis bahan pokok di Ibukota Prov. Di Indonesia Juli - Desember

2011 1 eks 220.000 220.000

32. Indeks Pembangunan Manusia 2009-2010 2009-2010 1 eks 91.500 91.500

Page 80: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

70 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

No Nama Barang/Judul Tahun Banyaknya Harga Satuan

(RP)

Jumlah (Rp)

33. PDRB menurut Lapangan Usaha 2011 1 eks 185.000 185.000

34. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus

2012 1 eks 220.000 220.000

35. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 1975-2008 1975-2008 1 eks 185.000 185.000

36. Statistik Tanaman Hias 2010 1 eks 61.000 61.000

37. Pendapatan Nasional Indonesia 2008-2011 2008-2011 1 eks 185.000 185.000

38. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010 1 eks 185.000 185.000

39. Prod.Tanaman Sayuran dan buah di Indonesia

2011 1 eks 61.000 61.000

40. Statistik Produksi Perikanan Laut 2010 1 eks 61.000 61.000

41. Statistik Penduduk Lanjut Usia di Indonesia 2010

2010 1 eks 80.000 80.000

42. Statistik Penduduk Indonesia 2010 2010 1 eks 305.000 305.000

43. Statistik PODES 2011 Indonesia 2011 1 eks 245.000 245.000

44. Pengeluaran untuk Konsumsi Pend. Indonesia Buku I

2012 1 eks 122.000 122.000

45. Buku II 2012 1 eks 183.000 183.000

46. Buku III 2012 1 eks 274.500 274.500

47. Indeks Harga Konsumen di 66 kota di Indonesia

2010 1 eks 220.000 220.000

48. Statistik Upah Buruh tani 2012 1 eks 85.000 85.000

49. Ringkasan Eksekutif Pengeluaran konsumsi

2011 1 eks 61.000 61.000

50. TRUBUS VOL. XLIV bulan Juni s/d Nopember

2013 6 eks 50.000 300.000

51. SEKI bulan April s/d Agustus 2013 2013 5 eks 75.000 375.000

52. Analisis CSIS (2 edisi) No. 1-2 2013 2 eks 91.500 183.000

53. The Indonesia Quarterly (2 edisi) No. 1-2 2013 2 eks 91.500 183.000

54. Bulletin of Indonesian Economic Studies 2013 2 eks 103.500 207.000

55. American Journal of Agricultural Economics

-

56. Applied Economc Perspectiver, Vol. 35 No.2, No. 3

2013 2 eks 577.500 1.155.000

57. Perpres RI No 70 tentang Pengadaan Barang/

2012 1 set 437.500 437.500

58. jasa Pemerintah

59. Indikator Ekonomi BPS Februari s/d Juni 2013 5 eks 75.000 375.000

60. Buletin Impor Bulanan (Agus, Sep, Okt ,Des)

2012 4 eks 75.000 300.000

61. Buletin Ekspor Bulanan (Jan,Feb, Maret , Juni)

2013 4 eks 75.000 300.000

62. Statistik Indonesia 2013 2 eks 500.000 1.000.000

Page 81: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 71

No Nama Barang/Judul Tahun Banyaknya Harga Satuan

(RP)

Jumlah (Rp)

63. Statistik Industry 2011 1 eks 437.500 437.500

64. Statistik Industry (bahan mentah) 2011 1 eks 312.500 312.500

65. Statistik Industri (produksi) 2011 1 eks 375.000 375.000

66. Indikator Industri 2011 1 eks 156.250 156.250

67. Direktory industri 2011 1 eks 437.500 437.500

68. Statistik Eksport Vol. I dan 2 2012 2 eks 531.250 1.062.500

69. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari

2013 1 eks 218.750 218.750

70. Keadaan Pekerja di Indonesia Februari 2013 1 eks 218.750 218.750

71. Pengeluaran konsumsi Penduduk Indonesia 2012 bulan September

2012 3 set 208.500 625.500

72. Hadi Soesastro: sebuah Antologi pemikiran

1 eks 243.750 243.750

73. Prinsip2 kemajuan ekonomi 1 eks 95.000 95.000

74. Managing economic crisis in East Asia 1 eks 387.500 387.500

75. Managing economic crisis in Southeast Asia

1 eks 425.000 425.000

76. The Asian tsunami 1 eks 287.500 287.500

77. The Report Indonesia 2013 (CD) 1 eks 125.000 125.000

78. State of the Region 2013-2014 1 eks 30.000 30.000

79. Dasar-dasar Matematika Ekonomi, Edisi 4, jilid 1, 2

2 eks 245.000 490.000

80. Perkembangan Mingguan Hrg eceran beberapa jenis bhn pokok di ibukota Prop. Indonesia Jan-Juni

2012 1 eks 220.000 220.000

81. Perkembangan Mingguan Hrg eceran beberapa jenis bhn pokok di ibukota Prop. Indonesia Jul-Des

2012 1 eks 220.000 220.000

82. Luas Lahan menurut penggunaannya 2011 1 eks 218.750 218.750

83. Analisis CSIS Vol. 42 No. 3 2013 1 eks 91.500 91.500

84. The Indonesia Quarterly Vol. 41 No. 3 2013 1 eks 91.500 91.500

85. American Journal of Agricultural Economics Vol. 95 No. 5

2013 1 eks 793.000 793.000

86. Statistik Impor 2012 3 eks 445.000 1.335.000

87. Bunga Rampai Agribisnis seri Pemasaran 1 eks 57.000 57.000

88. Cyber extension peluang dan tantangan dalam revitalisasi penyuluhan pertanian

1 eks 57.000 57.000

89. Dari Pertanian ke Industri: analisis pembangunan

1 eks 50.000 50.000

90. Merevolusi Hijau 1 eks 212.000 212.000

91. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit 1 eks 94.000 94.000

Page 82: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

72 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

No Nama Barang/Judul Tahun Banyaknya Harga Satuan

(RP)

Jumlah (Rp)

92. Ekonomi pembangunan pertanian 1 eks 82.000 82.000

93. Hidup sehat dengan makanan kaya serat 1 eks 37.000 37.000

94. Keamanan pangan 1 eks 74.000 74.000

95. Revisi Konservasi Tanah & Air 1 eks 100.000 100.000

96. Macroeconomy 1 eks 94.000 94.000

97. Manajemen Kinerja Sumberdaya manusia 1 eks 57.000 57.000

98. Model Metode kuantitatif 1 eks 74.000 74.000

99. Nalar Ekonomi Politik Indonesia 1 eks 87.000 87.000

100. Neraca pembangunan Hijau 1 eks 45.000 45.000

101. Perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian

1 eks 50.000 50.000

102. Swasembada Beras dari masa ke masa 1 eks 45.000 45.000

103. Transformasi Revolusioner Bisnis perkebunan

1 eks 110.000 110.000

104. Membangun Sumberdaya Kelautan Indonesia

1 eks 125.000 125.000

105. Membangun Kembali Dunia Baru Indonesia

1 eks 100.000 100.000

106. Kemajuan Ekonomi Indonesia 1 set 100.000 100.000

107. Trubus bulan Desember 2013 2013 1 eks 50.000 50.000

108. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota

2011 1 eks 175.000 175.000

109. Statistik Harga Produsen Pertanian subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan

2012 1 eks 175.000 175.000

110. Indonesia menuju posisi puncak Badan Dunia

1 eks 125.000 125.000

111. Mereformasi Birokrasi 1 eks 62.500 62.500

112. Membangun Raksasa Ekonomi 1 eks 100.000 100.000

113. Menapaki Revolusi Hijau III 1 eks 100.000 100.000

114. Dinamika daya saing industri Peternakan 1 eks 74.000 74.000

115. Dari Pertanian ke Industri 1 eks 61.250 61.250

116. Pembangunan Pedesaan dalam rangka peningkatan

1 eks 123.750 123.750

117. Edisi Revisi Konservasi Tanah & Air 1 eks 100.000 100.000

118. Ekonometrika Deret waktu 1 eks 68.750 68.750

119. Pemberdayaan potensi ekonomi pedesaan 1 eks 68.750 68.750

120. Pengembangan wilayah melalui pendekatan kesisteman

1 eks 86.250 86.250

121. Teknik & analisis pengambilan kep.dalam rantai pasok

1 eks 86.875 86.875

122. Analisis Lanskap Agroforestri 1 eks 48.750 48.750

Page 83: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 73

No Nama Barang/Judul Tahun Banyaknya Harga Satuan

(RP)

Jumlah (Rp)

123. Kemajuan Ekonomi Indonesia 1 eks 98.750 98.750

124. Manajemen Sumber daya Perikanan 1 eks 48.750 48.750

125. Model Metode kuantitatif (1) 1 eks 73.750 73.750

126. Riset Mendayagunakan Potensi lokal 1 eks 56.250 56.250

127. Riset pemasaran dan konsumen Seri 3 1 eks 98.750 98.750

128. Riset Pemasaran dan konsumen Seri 1 1 eks 93.750 93.750

129. Analisis Input-output & social accounting matrix

1 eks 61.250 61.250

130. Pendidikan Tinggi Pertanian dalam pem. Bangsa

1 eks 50.000 50.000

Jumlah 31,227,375

2. Pengolahan Bahan Pustaka

Kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi: katalogisasi, klasifikasi, pembuatan nomor panggil buku (call number), kantong buku, kartu buku, komputerisasi, filling dan Up-load database ke server PUSTAKA. Bahan pustaka yang telah diolah dan di entry kedalam program WINISIS pada tahun 2013 sebanyak 246 judul buku eks dan laporan, IPTAN 158 judul, 30 artikel majalah, 500 artikel kliping dan 66 artikel seminar.

Sedangkan untuk perbaikan/edit database terdiri dari Brosure 64 judul, IFRI 76 judul, WP 76 judul dan majalah 43 judul.

Tabel 25. Koleksi Database Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP per 31

Desember 2013

No. Database Tahun 2012 Tahun 2013

1. Buku 9123 9408

2. IPTAN 7586 7938

3. Majalah 689 718

4. Seminar 1.048 1.080

3. Pelayanan Perpustakaan

Pengunjung dan peminjam atau istilah sekarang ini Pemustaka pada perpustakaan PSEKP pada tahun 2013 sebanyak 364 orang yang terdiri dari 135 peneliti PSEKP, 18 peneliti dari instansi lain, 123 mahasiswa, 10 dosen dan pejabat pembuat kebijakan serta yang lainnya sebanyak 209 judul/buku. Pemustaka yang datang ke perpustakaan tahun 2013 sedikit mengalami penurunan dikarenakan adanya pelayanan secara on-line terhadap para peneliti PSEKP.

Page 84: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

74 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Perpustakaan telah memberikan pelayanan kepada pemustaka melalui on-line jaringan dan literature yang diperlukan dikirim berupa bahan cetakan, untuk tahun 2013 pemustaka yang menggunakan jaringan on-line berjumlah 12 orang.

Pengunjung perpustakaan PSEKP pada tahun 2013 sebanyak 364 orang terdiri dari peneliti, mahasiswa, dosen dan lain-lain. (Tabel 26). Tabel 26. Pengunjung dan Peminjam Buku Perpustakaan PSEKP

Januari s/d Desember 2013

No. Peminjam Jumlah

1. Dosen 10

2. Mahasiswa 123

3. Swasta 19

4. Umum 59

5. Peneliti Instansi Lain 18

6. Peneliti PSEKP 135

Total Pengunjung Perpustakaan 364

4. Stock Opname Bahan Pustaka

Kegiatan stock opname merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan setahun sekali dan kontinyu dilakukan di perpustakaan dan bertujuan menginventarisasi bahan pustaka yang menjadi koleksi perpustakaan. Pada tahun 2013 stock opname dilakukan secara rutin pemeriksaan koleksi pada buku Orasi dari peneliti PSEKP dan dari Badan Litbang, buku mengenai Sosiologi yang berada di perpustakaan. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui apa buku itu ada dilokasi/rak buku, dipinjam atau hilang serta dilihat apa ada buku yang rusak serta ada penambahan buku atau tidak.

5. Perpustakaan Digital

Sampai tahun 2013 perpustakaan PSEKP telah melakukan update data di server PUSTAKA Bogor sesuai dengan database yang telah ditentukan yaitu database Buku, IPTAN, Majalah dan Makalah Seminar.

Kegiatan yang dilaksanakan dengan adanya digitalisasi, perpustakaan PSEKP terus berusaha melengkapi database repository lingkup Badan Litbang Pertanian dan menerima data dalam bentuk soft file antara lain dari PUSTAKA, PUSDATIN Badan Litbang Petanian, BPS dan terbitan luar negeri. Digitalisasi perpustakaan PSEKP sudah dapat diakses melalui internet dengan alamat http://digilib.litbang.deptan.go.id/-psekp/. Alamat tersebut diintegrasikan diserver PUSTAKA Bogor.

Page 85: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 75

6. Kegiatan Administrasi

a. Selama tahun 2013 /terdapat 2013 terdapat 26 buah surat masuk dan 20 buah surat keluar/intern;

b. Beberapa staf perpustakaan hadir untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementan, Badan Litbang, dan Pustaka, dan mengikuti Pelatihan Digital di Thailand;

c. Membimbing siswa/siswi SMU/SMK yang melakukan praktek kerja lapang;

d. Pelaksanaan fumigasi (pemeliharaan) bahan pustaka; e. Menginventarisasi buku yang dipinjam;

f. Uraian tugas staf perpustakaan untuk tahun 2013. Tabel 27. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawan

No. Uraian Tanggal Penyelenggara Peserta

1. Forum Diskusi dan Koordinasi Antar Perpustakaan Kementerian dan Lembaga ”Menuju Perpustakaan Digital: Peluang dan Tantangannya”

Jakarta, 25-2-2013

Kementerian Luar Negeri

Fitna D. Wulandari dan Sofiah

2. Forum Diskusi dan Koordinasi Antar Perpustakaan Kementerian dan Lembaga

Jakarta, 27-3-2013

BPPT Sofiah dan Edi A. Saubari

3.

Workshop” Kesiapan dan Posisi Strategis Perpustakaan Kementerian/Lembaga dalam Mendukung Reformasi Birokrasi”

Depok, 9-4-2013

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan

Fitna D. Wulandari

4. Forum Diskusi dan Koordinasi antar Perpustakaan Kementerian dan Lembaga ”Grand Design Perpustakaan dan Peran Public Relations dalam Peningkatan Pelayanan Perpustakaan”

Jakarta, 1-5-2013

Perpustakaan Badan Pemeriksa Keuangan RI

Fitna D. Wulandari

5. Temu Teknis Pengelolaan Perpustakaan Digital Lingkup Kementerian Pertanian

Bandung, 16 s/d 19 April 2013

PUSTAKA-Badan Litbang Pertanian

Edi A. Saubari

6. Apresiasi Peningkatan Manajemen, Organisasi dan Administrasi Jabatan Fungsional Pustakawan Lingkup Kementan

Jakarta, 23 s/d 25 April 2013

PUSTAKA-Badan Litbang Pertanian

Tita D. Permata

Page 86: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

76 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

6.4 Kerja Sama Penelitian

Kegiatan kerja sama penelitian yang dilakukan oleh PSEKP selama tahun 2013 meliputi kegiatan penelitian, bantuan teknis (mendampingi konsultan asing) dalam melaksanakan penelitian serta kegiatan kunjungan peneliti PSEKP ke luar negeri. Inventarisasi kegiatan tersebut disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Status Kegiatan Kerjasama Penelitian PSEKP (Dalam dan Luar

Negeri) Per 31 Desember 2013

No. Judul Penelitian Nilai Hibah/ Penerimaan

Realisasi Persentase

(%)

A Kerjasama Luar Negeri

1. Eco – Health Assessment on Poultry Production Clusters (PPCs) for the Livelihood Improvement of Small Producers (Kontrak tgl 19 Juli 2011)

2,612,096,896

748.973.129

593.973.129

79,30

B Kerjasama dalam negeri

1. Baseline Survey Laboratorium Lapang Badan Litbang Pertanian di Kabupaten Aceh Timur

247.260.000 240.975.000 97,46

2. SmartD “Membangun Keselarasan Pengembangan Laboratorium Plasma Nutfah, Teknologi Nano dan Pembibitan Sapi Potong

199.000.000 198.325.000 99,70

3. Crop Life Indonesia “Peran Industri Benih Tanaman pangan dalam Peningkatan Produksi Pangan Nasional”

190.000.000 189.040.000 99,50

4. Kajian Karakteristik Produsen dan Penangkar Benih serta Analisis Kelayakan Usahatani Benih Padi

2.550.000.000 2.237.933.174 87,80

Page 87: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 77

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan

Struktur organisasi Subbidang Evaluasi dan Pelaporan PSEKP berada dalam lingkup Bidang Program dan Evaluasi. Secara umum cakupan tugas Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan, antara lain: (1) Mengkoordinir kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, (2) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan manajemen/pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, (3) Melaksanakan kegiatan seminar proposal dan hasil penelitian, (4) Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dan (5) Menyusun berbagai laporan institusi yang bersifat reguler maupun non reguler, baik untuk keperluan Badan Litbang Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian. Tugas pelaporan dilaksanakan secara paralel dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.

Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminar proposal, penyusunan dan perbaikan proposal operasional, penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak) penelitian, penyusunan outline penelitian, penyusunan kuesioner, penyusunan review terkait penelitian yang akan dilaksanakan, penyusunan laporan kemajuan, seminar hasil penelitian, pengecekan kelengkapan laporan akhir hasil penelitian hingga penyusunan bahan diseminasi hasil penelitian. Secara umum pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2013 dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Terkait dengan kegiatan pelaporan, Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan bertugas menyusun berbagai macam laporan dari hasil penelitian untuk kepentingan institusi yang ditujukan kepada stakeholders atau pengguna lainnya. Penyusunan laporan yang sifatnya rutin mingguan adalah laporan penyerapan anggaran setiap hari Jum’at sore melalu i-monev Litbang, sedangkanyang sifatnya bulanan adalah bahan untuk Rapat Pimpinan tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, e-monev BAPPENAS, dan PMK 249/2011 Kemenkeu, sementara itu yang sifatnya rutin triwulanan adalah pelaporan SIMONEV, SPI, dan Renaksi AKIP. Penyusunan laporan yang sifatnya insidentil, antara lain bahan laporan untuk dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan rakyat (DPR), Laporan Kegiatan Kabadan, dan lainnya.

Kegiatan lain yang cukup penting dan sudah terlaksana dengan baik adalah penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang bersifat rutin tahunan. LAKIP merupakan laporan yang berisi kinerja institusi pada tahun yang bersangkutan. LAKIP PSEKP dari tahun ke tahun mengalami perbaikan dan penyempurnaan, khususnya menyangkut

Page 88: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

78 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

format laporan. Pembuatan LAKIP PSEKP sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti, kecuali cukup sulit dalam melakukan pengukuran manfaat dan dampak hasil penelitian mengingat output yang dihasilkan dari penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara fisik), melainkan berupa pengetahuan rumusan rekomendasi kebijakan yang bersifat intangible. Dengan demikian, manfaat maupun dampak atas hasil-hasil penelitian/pengkajian PSEKP umumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka pendek. Manfaat dan dampak penelitian/pengkajian PSEKP baru terlihat setelah rekomendasi kebijakan menjadi kebijakan pemerintah.

Pelaporan rutin tahunan lainnya yang juga telah dilakukan dengan baik adalah Laporan Tahunan PSEKP yang menguraikan tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi, serta Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis. Materi pokok yang disajikan dalam laporan tahunan tersebut meliputi organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil analisis dengan publikasi, dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Khusus untuk kegiatan penelitian, disajikan pula sinopsis hasil-hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan PSEKP pada tahun yang bersangkutan.

7.2. Ruang Lingkup

Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Selain kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti, diperlukan dukungan pelayanan institusi secara keseluruhan. Keduanya diperlukan dalam satu kesatuan yang saling terkait secara fungsional sehingga bias memperoleh keluaran (output) penelitian sesuai kebutuhan pengguna (stakeholders). Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) sangat membantu dalam memberikan umpan balik (feed back) untuk menyempurnakan sIstem yang ada menjadi lebih baik.

Kegiatan monev Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) selama tahun 2013 mencakup monev kegiatan penelitian dan monev pelayanan penelitian. Monev dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulai dari: (1) Tahap persiapan dengan materi meliputi: proposal operasional, juklak penelitian, rencana laporan (outline), serta kuesioner (outline kuesioner data primer dan sekunder); (2) Tahap pelaksanaan penelitian dengan materi meliputi: kuesioner, laporan perjalanan, entry/input data (baik data primer maupun sekunder), dan Laporan Tengah Tahun; (3) Tahap pengolahan data dan penulisan dengan materi meliputi pengolahan data, tabulasi dan tabel analisa data primer dan sekunder, serta draft laporan; (4) Seminar, laporan akhir dan laporan final. Sedangkan monev pelayanan

Page 89: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 79

penelitian dilakukan terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan sebagai pendukung penelitian, yang meliputi pelayanan keproyekan, pengolahan data atau komputerisasi, perpustakaan, publikasi, kendaraan dan sarana penelitian. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara terstruktur dan berkesinambungan agar hasil-hasil penelitian bisa berkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna.

7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2013

Pelaksanaan kegiatan monev penelitian lingkup Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2013 dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk melalui Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Nomor. 508/KP.340/I.7/04/2013 tanggal 15 April 2013 tentang Revisi Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2013, dengan susunan Tim Pelaksana Monev sebagai berikut:

Pengarah : Dr. Handewi P. Saliem (Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Penanggung Jawab : Ir. Supena Friyatno, M.Si (Kepala Bidang Program dan Evaluasi merangkap anggota)

Ketua : Dr. Nyak Ilham (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Dr. Sahat M. Pasaribu (merangkap anggota)

Sekretaris : Nur Khoiriyah Agustin, STP., MP (Kepala Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan)

Anggota : 1. Dr. Sri Hery Susilowati

2. Ir.Supriyati, MS

3. Dr. Reni Kustiari

4. Dr. Kurnia Suci Indraningsih

5. Dr. Bambang Sayaka

6. Dr. Adang Agustian

7. Yana Supriyatna, SE

8. Ahmad Makky Ar-Rozi, S.Sos

9. Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si

10. Eni Darwati, A.Md

Page 90: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

80 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Mengacu Surat penugasan tersebut diatas, tugas dari Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi adalah: (1) Melakukan pemantauan proses pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti, mulai dari tahap awal hingga akhir, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan kegiatan penelitian dari proposal operasional yang telah ditetapkan dan membantu memberikan solusi jika penyimpangan benar-benar terjadi; (2) Memberikan penilaian dan saran perbaikan yang diperlukan terhadap hasil penelitian menurut tahap-tahap kegiatan penelitian dengan mengacu pada proposal operasional; dan (3) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan pendukung penelitian.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi terfokus pada kegiatan penelitian mulai penyusunan proposal operasional hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Sementara tahapan penjaringan judul penelitian hingga tersusunnya proposal merupakan bagian tugas Tim Teknis. Sedangkan Tim Editor bertugas menangani output penelitian menjadi berbagai produk publikasi ilmiah yang ditujukan baik untuk stakeholders maupun pengguna lainnya. Keterkaitan ketiga tim tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Secara garis besar Subbid Evaluasi dan Pelaporan telah melakukan kegiatan seperti: membantu mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, mengevaluasi pelaksanaan pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, melaksanakan kegiatan seminar proposal dan laporan hasil penelitian, mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan (pengetikan) laporan hasil penelitian, pembuatan laporan institusi, baik untuk keperluan Badan Litbang Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian, dan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminar proposal, perbaikan proposal operasional, pembuatan petunjuk pelaksanaan (juklak) penelitian, pembuatan outline penelitian, pembuatan kuesioner, penulisan review kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan, pembuatan laporan tengah tahun, seminar laporan hasil penelitian, laporan hasil penelitian dan pelaksanaan diseminasi penelitian. Mengambil pelajaran dari berbagai hambatan dan permasalahan yang terjadi pada tahun sebelumnya, pelaksanaan kegiatan monev tahun 2013 dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, baik menyangkut penyelesaian masalah maupun hasilnya.

Pembuatan laporan sudah berjalan dengan baik, begitu juga dengan pembuatan bahan Policy Brief dan Rapat Pimpinan tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, laporan untuk dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan berbagai laporan lain dalam rangka memenuhi permintaan pimpinan Kementerian Pertanian.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 81

Gambar 8. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

PERENCANAAN

PROPOSAL PENELITIAN

KEGIATAN

RISET (UMUM)

KEGIATAN

RISET KEBIJAKAN

PENGETAHUAN

STAKE HOLDERS

PRODUK KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN

JAE, FAE, AKP, BUKU, MONOGRAPH, PROSIDING, PRESS RELEASE,

ADVOKASI, SEMINAR

STAFF PAPERS PSEKP PAPERS

diseminasi

GOV Policy Maker

Page 92: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

82 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Kegiatan lain yang cukup penting dan sudah terlaksana dengan baik adalah pembuatan LAKIP. Dari tahun ke tahun pembuatan LAKIP terus mengalami penyempurnaan, khususnya menyangkut format laporan. Pembuatannya sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti, kecuali kesulitan dalam melakukan pengukuran manfaat dan dampak hasil penelitian mengingat output penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara fisik), melainkan pengetahuan rumusan kebijakan atau rumusan rekayasa kelembagaan yang bersifat intangible. Dengan demikian, manfaat maupun dampak atas hasil-hasil penelitian/pengkajian PSEKP umumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka pendek karena baru terlihat setelah rumusan kebijakan dilaksanakan dan melalui proses penyesuaian di masyarakat.

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian

Agar tercipta kesesuaian antara perencanaan (input), pelaksanaan penelitian dan pengolahan data/informasi (proses), serta pelaporan (output), maka perlu dirancang metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik agar tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat tercapai. Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian PSEKP telah dituangkan dalam Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2013. Kegiatan monev pada tahun 2013 ini ditujukan terhadap 13 judul penelitian yang sumber dananya dari APBN (DIPA) TA. 2013.

Monitoring dan Evaluasi Tahap I

Perencanaan merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim peneliti dan seluruh bidang pelayanan di lingkup PSEKP. Perencanaan yang dilakukan menyangkut tiga aspek, yaitu: (a) Jenis dan lokasi kegiatan yang akan dilakukan, (b) Susunan tim dan jadwal kegiatan, dan (c) Rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap tim peneliti dan bidang pelayanan hendaknya menyusun perencanaan yang menyangkut ketiga aspek tersebut. Tujuannya adalah agar dapat dirancang sinkronisasi antara kegiatan penelitian dan kegiatan pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi.

Pada tahap awal, pelaksanaan penelitian di lingkup PSEKP secara substantif meliputi dua kegiatan, yaitu: (a) Menyusun proposal operasional yang merupakan acuan bagi seluruh rangkaian kegiatan penelitian, dan (b) Mempersiapkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan yang telah dirancang dalam proposal operasional, seperti petunjuk pelaksanaan (juklak), kuesioner, rencana kerangka laporan penelitian (outline), dan penulisan tinjauan pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang akan dilaksanakan.

Page 93: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 83

Kegiatan tersebut memiliki peranan penting untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi pembangunan pertanian, baik di tingkat nasional maupun daerah. Proposal yang disusun dengan baik menurut kaidah-kaidah ilmiah diharapkan dapat menghasilkan luaran penelitian yang berkualitas. Oleh karena itu, proposal harus didukung dengan bahan dan perlengkapan yang memadai, seperti petunjuk pelaksanaan dan kuesioner sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data primer dan data sekunder di lapangan. Kegiatan monitoring evaluasi pada tahap awal bertujuan untuk menyempurnakan bahan kelengkapan survei.

Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi tahap awal pada tahun 2013 diawali dengan kegiatan seminar proposal operasional untuk mengevaluasi relevansi penelitian yang akan dilakukan dengan masalah pembangunan pertanian di tingkat nasional. Proposal operasional penelitian PSEKP TA.2013 yang telah diseminarkan pada tanggal 18-19 Pebruari 2013 di R. Rapat Lt. IV PSEKP, Bogor. Jumlah proposal yang diseminarkan pada tahun 2013 sebanyak 13 judul penelitian, yang sumber dananya berasal dari DIPA PSEKP. Kegiatan seminar proposal operasional tersebut dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, BAPPENAS, pihak Perguruan Tinggi, Pelaku Usaha dan seluruh staf peneliti PSEKP. Dalam upaya mempertajam arah dan sasaran kegiatan penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Biro Perencanaan Kemtan, Peneliti Senior dari Balitsa, Puslitbangnak, Ditjen Peternakan, Biro Hukum dan Informasi Publik Kementan, BBSDLP, dan PSEKP, Eselon 1 lingkup Kementan terkait, serta Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian. Langkah ini ditempuh agar rencana penelitian yang disusun dalam proposal operasional dapat dievaluasi secara obyektif oleh pihak lain, terutama yang menyangkut kaidah-kaidah ilmiah dalam pelaksanaan penelitian, serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Hasil seminar proposal ini selanjutnya dijadikan sebagai salah satu bahan monitoring dan evaluasi dalam rangka penajaman proposal operasional.

Berdasarkan hasil seminar proposal tersebut, selanjutnya Tim Peneliti melakukan penyempurnaan proposal operasional. Kemudian dilakukan diskusi internal atau rapat pleno oleh Tim Monev untuk mengevaluasi perbaikan proposal operasional sesuai dengan masukan seminar proposal yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi perbaikan proposal operasional tersebut selain mengacu hasil koreksi Tim Evaluator Proposal juga mengacu pada notulen seminar proposal. Langkah ini merupakan cara yang ditempuh dalam memantau dan mengevaluasi kesiapan tim peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan proposal operasional. Tujuan diskusi tersebut adalah: (a) Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan, (b) Evaluasi materi penelitian dan penyempurnaan bahan pengumpulan data lapangan, baik data primer maupun data sekunder, dan (c) Menciptakan

Page 94: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

84 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

sinkronisasi kegiatan yang akan dilakukan oleh tim penelitian dengan bidang pelayanan terkait.

Dalam monitoring dan evaluasi internal tersebut dilihat pula aspek yang berkaitan dengan kelengkapan pelaksanaan penelitian, yaitu: kesesuaian proposal operasional, petunjuk pelaksanaan penelitian (Juklak), rencana kerangka laporan penelitian dan kuesioner. Hasil penilaian kegiatan monitoring dan evaluasi melalui Rapat Pleno Tim Monev untuk masing-masing tim penelitian selanjutnya dimasukkan dalam tiga kategori penilaian, yaitu: (1) Kategori I: tidak bermasalah, artinya jika ada perbaikan dapat dilakukan tanpa menghentikan kegiatan penelitian, (2) Kategori II, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, artinya Tim penelitian harus melakukan perbaikan sebelum turun ke lapang. dan (3) Kategori III, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, setelah perbaikan tersebut disetujui oleh Tim Monev dan Kepala PSEKP maka Tim Peneliti baru dapat melakukan kegiatan lapang. Hasil penilaian ini dikeluarkan oleh Tim Monev dalam bentuk Surat Keterangan Hasil Monitoring (SKHM) yang telah ditandatangani oleh Ketua Tim Monev dan pihak manajemen. Selanjutnya SKHM tersebut diserahkan kepada setiap Tim peneliti dan Tim peneliti diberi hak jawab paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima SKHM tersebut. Monitoring dan Evaluasi Tahap II

Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat tiga macam obyek monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Laporan perjalanan, (2) Laporan pengolahan data, dan (3) Laporan Kemajuan. Pada monev tahap II, evaluasi difokuskan pada dua belas judul penelitian yang sumber dananya dari DIPA PSEKP. Berikut diuraikan pelaksanaan monev terhadap ketiga obyek monev tahap II tersebut. Laporan Perjalanan

Pembuatan laporan perjalanan oleh tim peneliti bertujuan untuk: (1) Mengindentifikasi masalah dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapang agar dapat diantisipasi pemecahan masalahnya, (2) Mendapatkan bahan perumusan kebijakan dari temuan dan isu-isu aktual hasil temuan di lapang, (3) Tertib administrasi, dan (4) Penyempurnaan rencana dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Rincian obyek monitoring dan evaluasi untuk laporan perjalanan mencakup :

(1) Perkembangan pengumpulan data (primer dan sekunder) sesuai dengan rencana yang dirumuskan dalam proposal.

(2) Temuan dan isu aktual yang perlu ditindaklanjuti. Salah satu tujuan monitoring dan evaluasi tahap ini adalah untuk memperoleh bahan policy brief.

Page 95: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 85

(3) Jadwal kegiatan. Pengecekan jadwal kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan dan penyempurnaan rencana kegiatan selanjutnya.

(4) Penyelesaian administrasi. Secara administratif, serapan dana harus seimbang dengan volume kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu penyelesaian administrasi yang terkait dengan perjalanan kegiatan penelitian merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi.

(5) Temuan masalah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam proses pengumpulan data di lapang kemungkinan akan ditemui berbagai masalah dan hambatan, oleh karena itu dengan kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat mengindentifikasi secara dini berbagai kendala dalam pelaksanaan penelitian dan dapat diupayakan solusi pemecahannya.

Laporan perjalanan dibuat sesuai dengan frekuensi perjalanan tim penelitian ke lapangan. Secara umum, seluruh tim peneliti pada tahun anggaran 2013 telah menyusun laporan perjalanan dengan baik dan tepat waktu. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi antara lain adalah: birokrasi yang berbelit-belit sehingga menyebabkan kesulitan perijinan penelitian di beberapa daerah, dan kurang terbukanya beberapa instansi serta responden tertentu, seperti pedagang besar, eksportir dan industri pengolahan hasil pertanian sehingga kesulitan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Disamping itu seiring dengan era otonomi daerah dan pemekaran wilayah, validitas dan kelengkapan data dan informasi di daerah menjadi kurang baik. Padahal penelitian sosial ekonomi umumnya mengandalkan validitas dan kelengkapan data sekunder.

Pengolahan Data

Monitoring dan evaluasi terhadap pengolahan data dilakukan untuk mengantisipasi masalah dalam pengolahan data serta meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian pengolahan dan analisis data. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ini adalah target atau rencana penyelesaian dibanding tingkat pencapaian pada masing-masing tahap kegiatan. Frekuensi kegiatan monitoring dan evaluasi pada pengolahan data dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan masing-masing penelitian. Untuk menertibkan pelaksanaan pengolahan data, telah dibuat peraturan bahwa setiap tim peneliti yang akan berangkat ke lapangan (dimulai pada tahap II) harus sudah menyerahkan isian kuesioner dari survei tahap sebelumnya. Isian data dalam kuesioner harus sudah teredit dengan baik oleh Tim Peneliti.

Data yang diolah dalam kegiatan pengolahan data ini meliputi data primer dan sekunder yang mendukung kegiatan penelitian. Data primer biasanya diperoleh melalui wawancara di lapang, baik di tingkat petani,

Page 96: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

86 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

kelompok tani atau lembaga pedesaan lainnya, penggilingan padi, industri pengolahan hasil pertanian, pedagang, eksportir, dan lain-lain. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data-data yang dipublikasikan oleh instansi terkait maupun melalui internet. Data primer yang diolah dari kuesioner jumlah dan ketebalannya bervariasi antar tim peneliti. Jumlah kuesioner yang besar dari masing-masing tim peneliti membutuhkan pengaturan dalam pengerjaannya, terutama pada tahap entry data dan proses validasi data. Proses input data dan pengolahan data menggunakan sistem FIFO (First In First Out), artinya tim peneliti yang menyerahkan kuesioner lebih dulu akan dientry dan diolah lebih dulu, demikian seterusnya sehingga tercipta kelancaran dalam kegiatan pelayanan penelitian ini. Disamping itu dari pihak peneliti sendiri diharapkan kesadarannya untuk secepatnya menyerahkan kuesioner, data-data maupun informasi yang diperoleh dari lapang agar tidak terjadi penumpukan di bagian entry data dan pengolahan data, terutama pada tengah dan akhir tahun.

Evaluasi Laporan Kemajuan

Tujuan utama kegiatan monitoring dan evaluasi laporan kemajuan adalah untuk : (1) Meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian laporan hasil penelitian, (2) Meningkatkan kualitas hasil penelitian, dan (3) Memonitor hasil monev sebelumnya secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian dapat selesai tepat waktu dan diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan pengalaman, kontrol yang cukup ketat terhadap pembuatan laporan tengah tahun sangat membantu ketepatan tim peneliti dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Format dan isi laporan kemajuan sudah diatur dalam Pedum Monev. Berdasarkan format laporan kemajuan, maka tim peneliti sebenarnya telah mempersiapkan sebagian draft laporan hasil penelitian.

Secara umum seluruh Tim Peneliti telah menyusun laporan kemajuan dengan baik sesuai format yang ditentukan, baik untuk penelitian DIPA maupun Ristek. Selain itu, tim peneliti umumnya juga telah menyerahkan Laporan kemajuan ini sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Monitoring dan Evaluasi Tahap III

Pada tahap III, monitoring dan evaluasi difokuskan pada penyusunan draft laporan akhir penelitian. Monev tahap III dilakukan setelah kegiatan seminar hasil penelitian. Berdasarkan seminar hasil penelitian tersebut, tim peneliti diharapkan memperoleh banyak masukan dari pembahas dan peserta seminar guna penyempurnaan laporan akhir.

Page 97: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 87

Seminar Hasil Penelitian

Kegiatan seminar hasil penelitian di Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) merupakan mata rantai penting untuk penyempurnaan hasil penelitian. Kegiatan seminar hasil penelitian yang didanai oleh DIPA TA. 2013. Seminar hasil penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 – 19 Desember 2013 di Hotel Ririn, Jl. Ciburial 1 & 2, Baranangsiang, Kota Bogor. Kegiatan seminar hasil penelitian DIPA TA. 2013 dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, pihak Perguruan Tinggi, BAPPENAS, LIPI dan seluruh staf peneliti PSEKP. Dalam upaya mempertajam hasil penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Efisiensi Pembangunan Pertanian, dan Peneliti Senior PSEKP. Demikian pula dengan pimpinan sidang yang berasal dari luar PSEKP maupun peneliti senior PSEKP. Dalam kegiatan seminar hasil difokuskan kepada konsistensi antara judul, tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan implikasi kebijakan. Umpan balik yang diperoleh dalam seminar hasil tersebut digunakan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir penelitian.

Draft Laporan Akhir Penelitian

Penulisan draft laporan akhir penelitian merupakan salah satu tahap atau mata rantai penting dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian. Pada tahapan ini, jika ditemukan ketidaksesuaian antara rencana penelitian dengan pelaksanaan atau hasil yang diperoleh tim peneliti dapat segera dilakukan koreksi atau penyesuaian. Indikator evaluasi terdiri atas empat komponen utama, yaitu: (1) Konsistensi proposal dengan laporan hasil penelitian, (2) Koherensi pelaporan terkait kedalaman dan ketajaman hasil pembahasan, perumusan kesimpulan dan implikasi kebijakan, (3) Aspek editorial yang menyangkut redaksional, penyajian tabel, kelengkapan pustaka, dan (4) Ketepatan waktu penyelesaian laporan dan konsistensi format serta isi laporan sesuai dengan Pedum Monev.

Pada tahap penyusunan draft laporan akhir penelitian, ada tiga aspek yang penting diperhatikan, yaitu: (1) Konsistensi antara proposal dan laporan hasil penelitian, (2) Perlunya perbaikan dari segi koherensinya, dan (3) Perlunya penyempurnaan dari sisi redaksional. Dari sisi substansi, hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa secara umum tim peneliti telah menyusun draft laporan hasil penelitian sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, konsistensi antara judul, tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan dan kesimpulan serta implikasi kebijakan secara umum telah tersusun dengan baik. Terkait ketepatan waktu dalam penyelesaian draft laporan akhir, secara umum sudah sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Draft laporan hasil penelitian yang dievaluasi Tim Monev diharapkan sudah mengakomodir seluruh masukan dari seminar.

Page 98: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

88 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Monitoring dan Evaluasi Tahap IV

Pada setiap akhir tahun anggaran, tim peneliti selain menyelesaikan laporan akhir penelitian, juga harus menyusun Bahan Rapim dan Policy Brief (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Evaluasi laporan akhir perlu mendapatkan penekanan khusus karena merupakan produk akhir yang akan menjadi bahan referensi untuk kegiatan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang relevan. Dalam rangka diseminasi hasil penelitian terdapat sejumlah output yang perlu dikomunikasikan kepada stakeholders utama dan masyarakat pengguna Iptek sosial ekonomi dalam arti luas. Bahan diseminasi tersebut meliputi bahan rapat pimpinan di tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, materi untuk forum diskusi ad-hoc di PSEKP, Badan Litbang Pertanian, forum tingkat nasional, bahan publikasi/penerbitan ilmiah (baik terbitan PSEKP maupun di luar PSEKP) dan bahan laporan tahunan PSEKP TA. 2013. Tim peneliti wajib menyiapkan bahan diseminasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai lembaga penelitian, PSEKP diharapkan mampu memberikan hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Pengguna hasil-hasil penelitian PSEKP secara umum adalah stakeholders pembangunan pertanian di tingkat pusat, daerah dan akademisi. Mengingat hasil penelitian PSEKP sangat bermanfaat bagi stakeholders, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian mendatang seyogyanya mengakomodasikan aspirasi para pengguna hasil penelitian PSEKP, terutama para stakeholders di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian masukan dan saran-saran dari stakeholders tersebut akan lebih menyempurnakan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Pembuatan bahan rapat pimpinan dan forum diskusi ad-hoc, otoritas penilaiannya berada di tangan struktural dengan finalisasi koreksi dan saran perbaikan dari Kepala PSEKP. Di sisi lain, otoritas penilaian bahan publikasi PSEKP dilakukan sepenuhnya oleh Dewan Redaksi yang ditentukan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian. Dengan mengacu pada prosedur tersebut, maka evaluasi terhadap bahan diseminasi dalam konteks pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini dibatasi sampai pada penentuan status materi tersebut. Hal tersebut merupakan kewajiban dengan target waktu yang telah ditetapkan, maka statusnya adalah apakah peneliti telah memenuhi kelengkapan persyaratan pengajuan materi diseminasi tersebut. Kalau persyaratan kelengkapan pengajuan ini belum dipenuhi, perlu dikemukakan faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya.

Keluaran atau output penelitian (data dan laporan) lingkup PSEKP telah didokumentasikan secara baik. Dokumentasi data dibedakan atas data primer dan data sekunder. Dokumentasi yang terkait data primer meliputi: (1) Kuesioner dan Buku Kode Variabel, dan (2) File data hasil entry. Dokumentasi yang terkait data sekunder meliputi: (1) Dokumen asli (buku, CD), (2)

Page 99: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 89

Dokumen olahan dan (3) File data hasil pengolahan data. Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian PSEKP dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni :

Pertama, sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian. Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan opsi rumusan kebijakan (sintesa), pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakan pembangunan pertanian (pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakan yang dianggap layak dan patut atau menolak kebijakan yang dianggap tidak layak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan disampaikan langsung kepada pimpinan Kementerian Pertanian. Selain itu, PSEKP juga memiliki media reguler Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagai sarana penyuluhan, diseminasi dan diskusi kebijakan.

Kedua, rekayasa model inovatif kelembagaan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistem produksi dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka PSEKP memberikan perhatian yang cukup besar terhadap aspek kelembagaan ini.

Ketiga, analisis deskriptif mengenai kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian yang meliputi: (1) Ekonomi makro dan mikro serta perdagangan internasional, (2) Pengelolaan sumberdaya dan agribisnis berkelanjutan, (3) Sistem inovasi teknologi pertanian, (4) Ketahanan pangan dan kemiskinan, dan (5) Dinamika sosial ekonomi pedesaan. Hasil penelitian ini, berupa parameter mengenai perilaku ekonomi makro dan mikro untuk menunjang analisis maupun perumusan model kebijakan pembangunan pertanian. Parameter-parameter tersebut merupakan landasan untuk penyusunan model simulasi maupun analisis perumusan kebijakan. Hasil analisis deskripsi digunakan untuk menyusun highlight situasi terkini kinerja pembangunan pertanian dan lingkungan strategisnya. Laporan singkat ini dibuat dan disampaikan secara reguler kepada pimpinan Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan well informed policy making.

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian

Dalam melaksanakan fungsi penelitiannya, PSEKP didukung oleh beberapa bidang manajemen penelitian, yaitu aspek pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Kelima bidang manajemen penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka mendukung kegiatan penelitian di PSEKP. Dengan demikian diharapkan keluaran yang dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Berkaitan

Page 100: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

90 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja manajemen penelitian.

Pelayanan Keuangan

Untuk kelancaran administrasi keuangan, kegiatan penelitian didukung pelayanan keuangan, Tujuan dilaksanakannya kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah untuk meningkatkan ketepatan perencanaan sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Instrumen kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah DIPA yang dirinci berdasarkan jenis pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja sosial. Sebelum pelaksanaan penelitian ke lapang, kegiatan monitoring dan evaluasi juga melibatkan pihak peneliti dengan pelaksana keuangan untuk penyesuaian jadwal keberangkatan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan prosedur keuangan di lapang yang harus dilakukan oleh peneliti.

Indikator yang digunakan pada kegiatan ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan solusi pemecahan masalah. Dalam pelaksanaan kinerja keuangan yang berhubungan dengan kegiatan penelitian, terlihat adanya kemudahan dalam pencairan dana. Hal ini tampak dalam pencairan dana relatif berjalan lancar. Disamping kegiatan ke lapang, pencairan dana untuk perjalanan pendek ke wilayah Jabotabek untuk pengumpulan data sekunder dan informasi lainnya juga mengalami kemudahan.

Pelayanan Pengolahan Data

PSEKP dalam melaksanakan kegiatan penelitian didukung oleh pelayanan pengolahan data yang bertugas untuk memasukkan/entry data (primer dan sekunder) serta informasi yang diperoleh dari lapang serta mengolah data tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti. Indikator yang digunakan pada kegiatan monev layanan pengolahan data adalah: (1) Sumber Daya Manusia (SDM), dan (2) Hardware. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi sumberdaya manusia adalah: (1) Jumlah orang, (2) Pembagian kerja, dan (3) Kompetensi. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hardware adalah: (1) Jumlah komputer tersedia, (2) Kapasitas, dan (3) Manajemen pemanfaatan hardware. Sedangkan indikator yang digunakan dalam jadwal kerja pengolahan data untuk setiap judul penelitian adalah: (1) Perencanaan dan (2) Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan data, bila dilihat dari sisi pengadaan sarana prasarana telah tersedia dengan baik, seperti: jumlah tenaga input data, validasi data dan pengolahan data, perangkat komputer, printer, dan sarana pendukung lainnya. Ketersediaan sarana pengolahan data yang sudah cukup memadai. Unit pengolahan data, selain melakukan kegiatan pengolahan data penelitian, juga melakukan kegiatan database PSEKP, seperti

Page 101: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 91

entry data, updating data, dan melayani permintaan data sekunder untuk para peneliti. Mengingat banyaknya kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan pengaturan waktu sedemikian rupa sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Agar pekerjaan terdistribusi merata, maka setiap judul penelitian mempunyai penanggungjawab untuk entry data dan pengolah data.

Kegiatan pengolahan data biasanya mengikuti irama kegiatan peneliti. Pada saat peneliti melakukan pra-survei, unit pengolahan data biasanya mulai membuat screen form untuk persiapan entry data. Pada saat tengah dan akhir tahun biasanya kegiatan pengolahan data cukup padat. Input data dan pengolahan data yang dilakukan oleh tim penelitian biasanya dilakukan secara bersamaan, akibatnya proses input dan pengolahan data tersebut menumpuk di tengah dan akhir tahun. Semua tim peneliti mempunyai kepentingan dan jadwal yang sama untuk menyelesaikan laporan penelitian, sehingga pengolah data harus dapat melayani semua tim peneliti dengan baik dan merata. Namun demikian permasalahan pengolahan data pada bulan-bulan sibuk selama ini dapat diatasi dengan cara menambah jam kerja (kerja lembur) dan sistem FIFO (First In First Out).

Database

Seiring dengan perkembangan teknologi, data dan informasi untuk bahan penelitian sebagian diperoleh dari database yang dimiliki PSEKP. Data dan informasi selain dimanfaatkan untuk analisis/kajian perumusan kebijaksanaan, juga diperlukan dalam menunjang implementasi kebijaksanaan, monitoring, maupun evaluasi. Suatu rekomendasi kebijaksanaan yang baik harus memenuhi syarat: tepat dalam memahami permasalahan, tepat dalam perumusan tujuan, konsisten dengan Haluan Negara, antisipatif terhadap dinamika empiris, dan realistis (dalam arti dapat diimplementasikan), berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak tanpa mengorbankan prinsip efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan. Syarat-syarat seperti itu dapat dipenuhi hanya jika rekomendasi kebijaksanaan dihasilkan dari suatu kajian, analisis, ataupun studi yang relevan dan berlandaskan prinsip-prinsip penelitian ilmiah.

Dalam penelitian ilmiah, peranan data sangat strategis. Bahkan pada hakekatnya nilai hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh data dan informasi yang menjadi bahan analisisnya. Guna memenuhi kebutuhan terhadap data yang berkualitas dan dengan cepat dapat diperoleh, maka manajemen data merupakan salah satu aktivitas pokok dari suatu lembaga/instansi; terlebih pada suatu lembaga penelitian. Manajeman data yang baik bukan hanya membantu terciptanya pelaksanaan penelitian yang baik tetapi juga mempermudah sistem verifikasi data dan informasi antar lembaga terkait.

Page 102: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

92 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

Output yang dihasilkan oleh suatu lembaga penelitian adalah data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta rekomendasi kebijaksanaan. Oleh karena sifatnya untuk mendukung pemecahan masalah, maka hampir semua penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan output tersebut adalah penelitian terapan. Sebagai pengguna utama, maka stakeholder terpenting adalah pemerintah. Meskipun demikian, user lain juga sangat banyak, misalnya para peneliti, mahasiswa, petani, peternak, wartawan, dan lain sebagainya. Sejak beberapa tahun yang lalu, PSEKP telah melakukan aktivitas manajemen data. Dalam kegiatan ini, tercakup tiga aspek: (a) pengembangan sistem database, (b) pengembangan kapabilitas programer dan analis, (c) pengembangan infrastruktur pendukung. Ketiga aspek itu mutlak dibutuhkan dalam mewujudkan sistem data yang berdaya guna.

Seiring dengan perkembangan teknologi, data dan informasi untuk bahan penelitian sebagian diperoleh dari database yang dimiliki PSEKP. Data dan informasi selain dimanfaatkan untuk analisis/kajian perumusan kebijaksanaan, juga diperlukan dalam menunjang implementasi kebijaksanaan, monitoring, maupun evaluasi. Suatu rekomendasi kebijaksanaan yang baik harus memenuhi syarat: tepat dalam memahami permasalahan, tepat dalam perumusan tujuan, konsisten dengan Haluan Negara, antisipatif terhadap dinamika empiris, dan realistis (dalam arti dapat diimplementasikan), berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak tanpa mengorbankan prinsip efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan. Syarat-syarat seperti itu dapat dipenuhi hanya jika rekomendasi kebijaksanaan dihasilkan dari suatu kajian, analisis, ataupun studi yang relevan dan berlandaskan prinsip-prinsip penelitian ilmiah.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan data base tahun 2013 hasilnya cukup banyak dan bervariasi, yaitu dari updating (pemutakhiran) data, entry data baru sampai pada pengadaan data yang sudah dikelola oleh lembaga lain, seperti BPS, Bank Indonesia, Deperindag, WTO, dan FAO. Pemutakhiran data bervariasi antar jenis data, tergantung pada ketersediaan data dari instansi yang menerbitkan. Ketersediaan database yang di miliki oleh PSEKP terbagi dalam beberapa subsektor, yaitu: Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan. Subsektor Tanaman Pangan terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: Padi, Padi Ladang, Padi Sawah, Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Demikian pula untuk subsektor Hortikultura juga terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: (1). Sayuran: Kentang, Cabe Besar, Bawang Merah, Bawang Daun, Kol, Jahe dan Tomat. (2). Buah-buahan: Durian, Jeruk, Mangga, Pepaya, Nenas, Manggis dan Pisang serta (3). Tanaman Hias: Anggrek, Mawar dan Melati. Untuk subsektor Peternakan, terbagi dalam empat indikator, yaitu: Populasi Ternak, Jumlah Ternak Potong, Ekspor-Impor dan Konsumsi (Sapi potong, Sapi perah, Kerbau, Kuda, Kambing, domba, Babi, Ayam, dan Itik). Sedangkan untuk subsektor

Page 103: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 93

Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kako, Cengkeh, Teh, Tebu/Gula, Kopi, Kelapa, Lada, Kapas, Jambu Mete, dan Ttembakau) terbagi dalam beberapa indikator, yaitu: Luas Areal, Luas Panen, Produksi, Produktivitas, Ekspor-Impor, Produksi Perkebunan Besar, Produksi Perkebunan Rakyat dan Stok Perkebunan Besar. Selain database subsektor di atas, ketersediaan database yang dimiliki oleh PSEKP dilengkapi dengan database Indikator Makro (PDB, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Indeks Harga Konsumen, Exchange Rate, Harga Konsumen, Harga Produsen, Jumlah Penduduk, Kemiskinan, Ketenaga Kerjaan, dan lain-lain) dan database Indikator Pertanian (NTP; HET Pupuk; Harga; Jumlah Pestisida yang beredar; Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Tani; Luas lahan Pertanian berdasarkan jenis pengairan dan penggunaan, Struktur Ongkos berdasarkan komoditas tanaman pangan, daerah irigasi, luas lahan terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, serta alat dan mesin pertanian (alsintan); database Ekspor-Impor komoditas pertanian serta database konsumsi yang terdiri atas:rata-rata konsumsi (protein dan kalori), konsumsi dan pengeluaran per kapita menurut jenis makanan, pengeluaran pangan dan non-pangan (tingkat nasional dan provinsi).

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan

Sebagai salah satu unit pelaksanaan penelitian, khususnya dalam bidang sosial ekonomi pertanian, keberadaan unit perpustakaan sangat penting dan vital dalam menunjang kegiatan penelitian. Evaluasi pelayanan perpustakaan penting dilakukan dan indikator yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Stok buku/bahan pengetahuan, (2) Penyajian dan pelayanan, (3) Tingkat pemanfaatan menurut pengguna, (4) Tingkat pemanfaatan menurut bahan dan (5) Masalah yang dihadapi.

PSEKP memiliki satu unit perpustakaan dengan koleksi buku dan majalah ilmiah yang cukup lengkap, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia. Koleksi Buku di unit perpustakaan mencapai 9.408 buku; 7.938 buku yang berisi tentang Informasi Teknologi Pertanian; 718 Majalah yang berhubungan dengan pertanian dan 1.080 adalah Laporan Hasil Penelitian. Selain itu, perpustakaan PSEKP juga mempunyai sejumlah koleksi prosiding, laporan-laporan statistik dan laporan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian sosial ekonomi pertanian. Untuk melengkapi kebutuhan informasi terkini yang dibutuhkan oleh para peneliti, maka perpustakaan ini juga berlangganan koran Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Tani serta majalah Trubus. Unit perpustakaan ini dikelola oleh lima orang pustakawan. Jumlah koleksi buku dan majalah akan terus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian.

Pengguna layanan unit Perpustakaan diperuntukan bagi semua kalangan, sedangkan untuk layanan peminjaman buku hanya dikhususkan untuk pegawai Lingkup PSEKP saja. Pelayanan kepada pengguna

Page 104: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

94 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

perpustakaan tersebut diberikan dengan dua cara, yaitu open access untuk peneliti PSEKP dan closed access untuk pengguna di luar PSEKP. Pada tahun 2013, jumlah pinjaman pustaka mencapai 364 peminjam dengan 209 judul buku yang dipinjam. Judul buku/pustaka yang dipinjam sedikit mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya pelayanan secara on-line terhadap para peneliti PSEKP. Untuk membantu mempermudah pengguna dalam menelusuri pustaka yang dimiliki, perpustakaan PSEKP telah dilengkapi dengan empat buah unit komputer yang digunakan untuk melayani konsumen dalam mendukung kecepatan pencarian pustaka. Selain itu komputer tersebut juga digunakan untuk menyimpan dan mem-file data-data pustaka yang tersedia. Kenyamanan pengunjung perpustakaan semakin bertambah dengan dilengkapinya ruangan baca dengan sistem pendingin udara.

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi

Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan publikasi, indikator yang digunakan dalam evaluasi ini adalah: (1) Perencanaan, yang terdiri dari rencana penerbitan, rencana distribusi, dan jadwal, (2) Distribusi, yang terdiri dari lingkup PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, dan lainnya. Sedangkan indikator perencanaan dan pelaksanaan yang dimaksud dalam konteks ini ditekankan pada penerbitan dan distribusi dari masing-masing penerbitan yang dilakukan PSEKP.

Salah satu tugas PSEKP adalah mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian yang dalam pelaksanaannya dapat berupa publikasi. Beberapa publikasi yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2013 adalah: (1) Jurnal Agro Ekonomi (JAE), (2) Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (3) Prosiding hasil seminar, (4) Tematik, (5) Laporan tahunan, (6) Newsletter, dan (7) Laporan hasil penelitian.

Berbagai macam media publikasi tersebut disediakan oleh PSEKP dan digunakan sebagai wadah untuk menampung kebutuhan peneliti dalam mempublikasikan tulisan atau makalahnya. JAE merupakan media ilmiah penyebaran hasil-hasil penelitian sosial ekonomi Pertanian untuk menunjang pengembangan dan penelitian di Indonesia. JAE memuat hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dengan misi meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan profesionalisme para ahli sosial ekonomi Pertanian dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pertanian, pangan, sumber daya, dan pembangunan ekonomi. Dalam JAE, kekuatan metodologi penelitian sangat diperhatikan. JAE tersebut diterbitkan dua kali setahun. FAE adalah media ilmiah komunikasi hasil penelitian yang berisi review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian di Indonesia. FAE memuat “critical review” hasil-hasil penelitian para peneliti PSEKP dan lembaga lainnya. FAE juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan atau konsepsi orisinal dalam bidang sosial ekonomi pertanian. FAE juga diterbitkan dua kali setahun.

Page 105: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 95

Publikasi Analisis Kebijakan Pertanian adalah media ilmiah yang membahas isu aktual kebijakan Pertanian yang memuat artikel analisis kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. Media Analisis Kebijakan Pertanian ini diterbitkan empat kali dalam setahun. Working Paper merupakan publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti PSEKP mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian

Adanya berbagai media penerbitan ilmiah di PSEKP, maka peneliti PSEKP dapat menyalurkan ide, pemikiran dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan sosial ekonomi pertanian dengan baik. Bagi peneliti yang kreatif akan semakin mudah dalam meningkatkan jenjang fungsional penelitinya. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa ketersediaan media yang cukup banyak tersebut sangat membantu peneliti dalam meningkatkan dan memelihara jabatan fungsional penelitinya. Salah satu yang mungkin perlu mendapat perhatian manajemen adalah ketepatan waktu penerbitan yang masih belum seluruhnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Website dan Internet

Sebagai unit kerja yang khusus menangani kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian di Kementerian Pertanian, PSEKP telah lama membina hubungan kerjasama dengan lembaga penelitian baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seringkali institusi dalam dan luar negeri membutuhkan data dan informasi hasil penelitian PSEKP. Sebagai institusi publik, maka sudah selayaknya jika PSEKP memiliki sarana untuk dapat menyediakan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna.

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, pelayanan publikasi PSEKP juga telah membangun situs atau Website sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah on line dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam penuh. Situs atau Website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk lebih memberikan kenyamanan dan kecepatan pengguna dalam mengakses situs PSEKP tersebut, saat ini sedang dibuat tampilan baru. Selain itu, juga sedang disusun program informasi opini yang dirancang untuk memberikan pandangan atau tanggapan terhadap masalah pembangunan pertanian terkini.

Selain Website, PSEKP juga telah membangun jaringan internet di setiap ruangan peneliti dan pejabat struktural. Layanan informasi tersebut dilakukan dengan pemasangan instalasi Local Area Network (LAN). Instalasi

Page 106: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 - pse.litbang.pertanian.go.id · LAPORAN TAHUNAN T.A. 2013 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

96 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 

ini memiliki 2 unit switch yang masing-masing memiliki 24 port sehingga maksimal CPU yang dapat dijadikan jaringan adalah 48 unit terminal yang tersebar di seluruh gedung, mulai dari Gedung A di depan dan Gedung B di belakang. Pembangunan jaringan internet ini dimaksudkan agar para peneliti dan pejabat struktural dapat mengakses perkembangan informasi secara cepat dan murah. Selain itu, adanya jaringan internet ini akan mempermudah peneliti dalam mengakses data dari berbagai institusi di seluruh dunia. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian dapat lebih berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

7.3.5. Sarana Penelitian

Indikator yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan sarana penelitian adalah: (1) Rencana pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah dan (2) Realisasi pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah. Kedua indikator tersebut juga akan dilihat jika terdapat permasalahan yang dijumpai oleh pelayanan penelitian dan cara pemecahan masalah.

Sarana penelitian yang dimaksud dalam konteks ini adalah sarana alat tulis kantor (ATK) terdiri dari tonner, tinta printer, kertas, flash disk, dan lainnya. Setiap tim dapat mengajukan kebutuhan ATK-nya sesuai kebutuhan untuk penelitian baik menjelang survei maupun saat kegiatan di kantor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa untuk mendukung kelancaran kegiatan penelitian, peneliti telah dilengkapi fasilitas komputer dan jaringan internet yang tersedia di setiap ruangan peneliti. Untuk kelancaran komunikasi internal kantor disediakan pula telepon penghubung antar ruangan sehingga memudahkan komunikasi antar pegawai, baik di dalam kantor maupun menerima telpon dari luar kantor. Bahkan untuk kenyamanan kerja, maka di hampir setiap ruangan peneliti telah dilengkapi dengan fasilitas air condition (AC).

Salah satu aspek pengelolaan sarana penelitian adalah pengelolaan aset yang dimiliki oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Pengelolaan aset PSEKP pada TA. 2013 sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Asset tetap yang dimiliki oleh PSEKP berupa tanah senilai Rp 8,12 M, gedung dan bangunan senilai Rp 5,04 M, peralatan dan mesin senilai Rp 3,44 M dan aset tetap lainnya senilai Rp 12,59 juta. Dengan demikian total asset yang dimiliki oleh PSEKP sekitar Rp 16,61 M.