laporan tahunan reformasi birokrasi 2010

106
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: donhu

Post on 31-Dec-2016

234 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

LAPORAN AKHIRPELAKSANAAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Page 2: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Akhir Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 65 /KMK.01/2010 TentangReformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2010

Copyright © 2011 Kementerian Keuangan Republik Indonesia

PENGARAHAgus D.W. Martowardojo

Anny Ratnawati

KETUAMulia P. Nasution

WAKIL KETUAVincentius Sonny Loho

Kamil Sjoeib

KOORDINATORRionald Silaban

Robert PakpahanKiagus Ahmad Badaruddin

Abdul Kadir SJuni Hastoto

WAKIL KOORDINATORAnnies Said Basalamah

Samsuar Said

SEKRETARISHarry Soeratin

Abdul KadirRatmoko F.A.

M. Rahman RitzaMoh. HattaHumaniati

SubartiniPriyatnoSupendi

RISETEko Purbono

Dewi Rahma SatrianyZuraida Retno Pamungkas

Titin KrisniatiYeti Wulandari

F.X. Cahyo WijayantoDidik Pramusinto

Rheanne Thea SjahrirHalim Permadi

Eka Sari NingsihRia Wulandari

Yasiir ErafatDhesya Sukmaputra

Agus JuliantoEndang Rusdi

Muhamad Ali ImronKurniawan Jabar Malik

SeptianiAzharuddin

Agung Adhi PrabowoIrma Dwi Jayanti

SutrisnoAthiah Listyowati

BERITAResirasari Diah Rizkyaputri

Biro Komunikasi dan Layanan Informasi

FOTOLanggeng Wahyu Pamungkas

ARTISTIKArno Febrianto

Dianita Suliastuti

DAFTAR ISI

BAGIAN I: SUMBER DAYA MANUSIA

PENATAAN PEGAWAI 6KUADRAN PENATAAN PEGAWAI 9DIRJEN PAJAK: DAPAT REMUNERASI, PEGAWAI PAJAK JADI MAKIN RAJIN 10TABEL KUADRAN DEVELOPMENT STRATEGY 12KEPATUHAN WP MEMBAIK 15MANAJEMEN TALENTA 16PROGRAM PENYUSUNAN HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT PLAN 20PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN 24PERENCANAAN 25PELAKSANAAN/REALISASI 26

BAGIAN II: PENATAAN ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN

PENATAAN ORGANISASI KETATALAKSANAAN 32STANDART OPERATING PROCEDURES 36ANALISIS BEBAN KERJA 44EXECUTIVE SUMMARY 48MENKEU: KARYAWAN KEMENKEU HARUS BEBAS KKN! 50ANALISIS DAN EVALUASI 52JABATAN 52PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TAHUN 2010 60

BAGIAN III: PENDUKUNG

KOMUNIKASI PUBLIK 70MEDIA ONLINE 71PENGELOLAAN WEBSITE REFORMASI BIROKRASI 71PEMBUATAN FILM DOKUMENTER 74SURVEI KEPUASAN PELANGGAN 75

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010

Page 3: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

DAFTAR ISI

MONITORING DAN EVALUASI 78TUJUAN MONEV 80DASAR HUKUM 80PERENCANAAN/TARGET 80PELAKSANAAN/REALISASI 81KENDALA DAN TINDAK LANJUT 82INDIKATOR KINERJA UTAMA 84PENYEMPURNAAN (REFINEMENT) DEPKEU-WIDE-ONE-TWO BERDASARKAN RENSTRA KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010-2014 85CASCADING KE LEVEL UNIT ESELON III (DEPKEU-THREE) 86PILOT PROJECT CASCADING HINGGA LEVEL INDIVIDU (DEPKEU-FIVE) 88

LAMPIRAN

LAMPIRAN 2.1 46 JENIS LAYANAN YANG TERDAPAT KETERKAITAN AKTIVITAS ANTAR BEBERAPA UNIT ESELON I 90

LAMPIRAN 2.2 LAPORAN HASIL ANALISIS BEBAN KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010 94

LAMPIRAN 3.1 REVIU/MONEV PENERAPAN SOP LAYANAN PUBLIK PADA DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DAN DJA 100

3KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 4: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20104

1

BAGIAN ISUMBER DAYA MANUSIA

Page 5: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

5KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Page 6: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20106

1

PENATAAN PEGAWAI

Program Reformasi Birokrasi yang dilakukan di lingkungan Kementerian Keuangan meliputi penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis dan peningkatan manajemen Sumber Daya Manusia

Page 7: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

7KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Program Reformasi Birokrasi yang dilakukan di lingkungan Kementerian Keuangan meliputi penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis dan peningkatan manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam implementasinya, program reformasi birokrasi mengidentifikasi adanya masalah di bidang Sumber Daya Manusia, antara

lain distribusi pegawai yang tidak merata, baik dari segi jumlah, komposisi, maupun kompetensi. Selain itu, ditemukan fakta adanya kelebihan pegawai pada unit tertentu, namun pada unit lainnya terdapat kekurangan pegawai. Hal ini terlihat dari jumlah pegawai lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan organisasi.

Kelebihan/kekurangan dimaksud dapat juga dilihat dari sisi pendidikan, pangkat/ golongan dan usia (komposisi pegawai) yang tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, sehingga belum sepenuhnya mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Idealnya, penempatan pegawai didasarkan pada perhitungan beban kerja, kesesuaian kompetensi dan kinerja. Optimalisasi kinerja mempersyaratkan hard maupun soft competency pegawai sesuai dengan persyaratan jabatan. Dalam kondisi tertentu ada pegawai memiliki kompetensi, namun level penguasaannya belum sesuai dengan tuntutan tugas. Terdapat pula pegawai yang memiliki kompetensi yang tidak dipersyaratkan oleh jabatan, sementara kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatannya belum dikuasai.

Permasalahan di bidang Sumber Daya Manusia di atas menuntut dilakukan penataan pegawai yang terstruktur dan komprehensif. Pelaksanaan penataan pegawai akan mewujudkan kesesuaian antara jumlah, komposisi, dan kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi, serta optimalisasi kinerja birokrasi. Selain itu, Penataan Pegawai dapat mengakselerasi penerapan manajemen kinerja dan meningkatkan kualitas pengembangan SDM.

Kementerian Keuangan kedepannya, menginginkan yang terbaik bagi organisasi dan pegawai, sehingga program penataan pegawai didesign dengan mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu pedoman penataan pegawai yang dapat menjadi acuan bagi unit eselon I Kementerian Keuangan dalam melakukan penataan pegawai.

Page 8: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20108

1Penataan Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan ditujukan untuk:

1. Menyesuaikan jumlah dan komposisi pegawai dengan kebutuhan masing-masing organisasi sehingga menjadi organisasi yang efektif dan efisien;

2. Menyusun peta pegawai berdasarkan kinerja dan kompetensi;3. Mendistribusi pegawai secara proporsional sesuai dengan beban kerja masing-masing;4. Menyusun program pengembangan sumber daya manusia yang mendukung peningkatan

kompetensi dan kinerja.

Dalam rangka menyelesaikan rencana kerja penataan pegawai tahun anggaran 2010, dibentuk 3 (tiga) tim pelaksana yang terdiri dari Tim Penyusunan Pedoman Umum Penataan Pegawai, Tim Konversi Kuadran dan Tim Penyusunan GHS dengan target:

1. Penyempurnaan Konsep Pedoman Umum Penataan Pegawai:a. Penyesuaian Konsep Pedoman Umum dengan arahan Menteri Keuangan;b. Penyusunan Konsep Development Strategy untuk masing-masing kuadranc. Sinkronisasi kuadran pemetaan untuk kebutuhan Program Manajemen Talenta;d. Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penataan Pegawai.

2. Penyusunan Konversi Kuadran:a. Penghitungan nilai hasil pengukuran ke dalam kuadran pemetaan;b. Koordinasi dengan penanggung jawab bidang kepegawaian masing-masing Unit Eselon I

untuk penilaian pelaksana ;3. Penyusunan Konsep Perhitungan GHS:

a. Penyusunan konsep alternatif besaran GHS;b. Penyusunan konsep modeling perhitungan GHS.

Pedoman umum penataan pegawai disusun sebagai panduan bagi unit Eselon I Kementerian Keuangan dalam mengidentifikasi kelebihan dan/atau kekurangan pegawai, baik dari segi jumlah, kompetensi, komposisi dan upaya peningkatan kinerja, serta menetapkan pegawai yang menjadi sasaran program

Pembukaan Rapat DinasSekretariat Jenderal

Page 9: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

9KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

KUADRAN PENATAAN PEGAWAI

penataan dan memilih alternatif strategi penataan. Kegiatan penyusunan pedoman umum penataan pegawai pada tahun 2010 merupakan penyempurnaan dari konsep yang telah disusun pada tahun 2009 meliputi penentuan bentuk penilaian kinerja dan kompetensi/potensi pegawai, penentuan batasan kuadran pemetaan, dan strategi masing-masing kuadran (entry, development atau exit).

Penyempurnaan tersebut dimulai dengan Pemaparan Konsep Pedoman Penataan Pegawai kepada Menteri Keuangan dalam FORSA tanggal 19 Februari 2010. Dalam FORSA dimaksud telah disetujui konsep umum Penataan Pegawai Kementerian Keuangan. Konsep pedoman umum

IIIDevelopment/Exit Strategy

VIIDevelopment

Strategy

IXDevelopment

Strategy

IIExit

Strategy

VIIDevelopment/Freeze Strategy

VIIIDevelopment

Strategy

IIExit

Strategy

VIIDevelopment/Exit Strategy

VIIIDevelopment/Freeze Strategy

97

70

0 50 85

RENDAH SEDANG TINGGI

KINERJA

REN

DA

HSE

DA

NG

T

ING

GI

IVIV

KOM

PETE

NSI

/ PO

TEN

SI

Page 10: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201010

1

dimaksud juga telah dibahas dalam konsinyering Tim Pedoman Umum. Konsep Pedoman Umum Penataan Pegawai yang telah disusun pada tahun 2010 terdiri dari 4 (empat) Bab, yang meliputi:

Bab I : Pendahuluan berisi Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan, Pengertian/Definisi.Bab II : Penataan Pegawai berisi Kegiatan yang Dilakukan Organisasi dalam Penataan Pegawai, Alternatif Solusi Penataan Pegawai, Pemetaan Pegawai.Bab III : Mekanisme Penataan Pegawai berisi Tahap Persiapan, Mekanisme Pelaksanaan Penataan Pegawai.Bab IV : Koordinasi dan Evaluasi (Masih dalam proses penyusunan).

Dirjen Pajak: Dapat Remunerasi, Pegawai Pajak Jadi Makin Rajin

Ramdhania El Hida - detikFinance Jakarta - Dirjen Pajak Mochammad Tjiptardjo mengakui dengan diterapkannya reformasi birokrasi dan tunjangan remunerasi, terasa beberapa perbedaan dalam kinerja pegawai pajak maupun sistem yang berlaku dalam instansi tersebut.

“Pola kerja, semangat, SOP-nya berubah, sistem transparan. Dulu, kan jauh,” ujar Tjiptardjo kepada detikFinance, di kantornya, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta (21/12/2010).

Tjiptardjo menyatakan adanya sistem remunerasi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi ini memberikan dampak yang terlihat dari rajin dan tepat waktu para pegawai pajak hadir di kantor.

“Kan kalau enggak masuk 5% dipotong, terlambat 1,25%. SOP-nya diperketat. Dulu belum ada, apa itu potong, kan gajinya kecil. Sekarang terasa (kalau dipotong). Kalau mau yang terlihat,

Depkeu ada reformasi birokrasi, masuk jam 8, balik jam 5. Coba yang lain, pulangnya jam berapa? Lihat saja,” sindirnya.

Apalagi dengan adanya absensi melalui finger print dan aturan keluar masuk dengan kartu, Tjiptardjo yakin para pegawainya tidak bisa ‘keluar-masuk’ kantor dengan seenaknya.

“Absensi pakai finger print, masuk pakai kartu, itu supaya keluar akan terikat, itu ada surat tugasnya atau tidak. Makanya Gayus sempat bilang juga kan di pengadilan, kalau sekarang susah ‘bermain-main’ di dalam Ditjen Pajak,” tandasnya. (nia/dnl)

1

Page 11: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

11KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Fokus Penataan Pegawai pada awalnya ada pada exit strategy, yaitu melakukan program pemberhentian dan mutasi terhadap pegawai yang memiliki kompetensi/potensi dan kinerja rendah. Namun pada perkembangannya, fokus Penataan Pegawai dititikberatkan pada Development Strategy yaitu dalam bentuk diklat atau penugasan yang meliputi: Promosi, Special Assignment, Job Shadowing, Leadership Development, Capacity Building dan Freeze Strategy.

Mengacu pada kuadran penataan, setiap kuadran memiliki konsep development strategy yang berbeda-beda, disesuaikan dengan tujuan pengembangan. Adapun development strategy untuk setiap kuadran secara singkat dapat dijelaskan dalam tabel kuadran sebagai berikut:

Page 12: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201012

1

KUADRAN SASARAN

DEVELOPMENT STRATEGY

Terkait Permasalahan

PersonalTerkait Permasalahan Pekerjaan

I Exit Strategy - -

II Exit Strategy - -

III Kuadran VII

- Counseling - Coaching for Performance; - Mentoring; - Training terkait dengan tugas yang kurang dikuasai; - Mutasi pada pekerjaan yang lebih sesuai;

IV Exit Strategy - Counseling; - Mutasi;

- Training terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan di tempat yang baru.

V Freeze Strategy

Strategi Mempertahankan Kinerja: - Freeze Strategy; - Coaching for Performance; - Training untuk pengembangan diri.

VI Kuadran VIII

- Counseling; - Coaching for Performance;- On the Job Development;- Mentoring;- Training terkait dengan tugas yang kurang dikuasai- Freeze Strategy (bagi pegawai yang sulit dikembangkan

menuju kuadran VIII)

VII Kuadran IX

- Counseling; - Coaching for Performance;- Mentoring;- Special Assignment;- On the Job Development;- Training;- Leadership Development.

VIII Kuadran IX -

- Job Enlargement;- Job Enrichment;- Training terkait dengan kompetensi yang perlu

ditingkatkan;- Mutasi Jabatan;- Leadership Development.

IX Future Leader

- - Special Assignment;- Job Enlargement;- Training (Cross Training, Pelatihan, Seminar) yang terkait

dengan jenjang karir;- Job Shadowing;- Leadership Development;- Promosi.

Dari program pemetaan yang dilakukan dalam penataan pegawai, pegawai-pegawai yang berada dalam kuadran VII, VIII dan IX akan menjadi sasaran Program Manajemen Talenta.

TABEL KUADRAN DEVELOPMENT STRATEGY

Page 13: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

13KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Sinkronisasi juga telah dilakukan dalam hal jenis development strategy yang diberikan untuk kuadran VII, VIII dan IX.

Penyusunan Konversi Kuadran dilaksanakan antara lain dalam konsinyering yang diikuti oleh seluruh Unit Eselon I Kementerian Keuangan. Dalam Konversi Kuadran telah disepakati :

Sebagai payung hukum atas implementasi Program Penataan Pegawai, melalui koordinasi dengan Biro Hukum, konsep Pedoman Umum Penataan Pegawai dimaksud akan ditetapkan dalam sebuah Rancangan Keputusan Menteri Keuangan (RKMK).

Sebagai bagian dari Penataan Pegawai telah disiapkan program pemberian Golden Handshake (GHS). GHS diberikan terhadap para pegawai yang masuk pada kuadran I, II, III dan IV. Formula GHS akan sama untuk setiap kuadran, namun besaran yang akan diberikan dengan tetap memperhitungkan masa kerja dan usia pegawai yang berada dalam kuadran tersebut. Penyusunan konsep besaran GHS dilaksanakan oleh Tim Penyusunan GHS bersama dengan World Bank dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

1. Penentuan batasan nilai masing-masing kuadran

•Batasan nilai mencakup batasan penilaian kinerja dan batasan penilaian kompetensi/potensi. Batasan penilaian kinerja diperoleh dari penilaian kinerja pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Batasan penilaian kompetensi diperoleh dari data nilai JPM yang dimiliki oleh para pejabat Eselon II, III dan IV pada saat ini (existing data). Batasan potensi dapat diperoleh melalui 2 (dua) alternatif, yaitu dari data nilai pengukuran potensi yang existing dimiliki oleh Kementerian Keuangan atau menggunakan data pengukuran potensi dari hasil uji coba terhadap pelaksana.

2. Penentuan penilaian pegawai pelaksana

•Penilaian untuk pegawai pelaksana meliputi penilaian kinerja dan penilaian potensi. Penilaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja melalui kontrak kinerja individu (Depkeu-Five). Adapun penilaian potensi diperoleh dari pengukuran kompetensi yang sedianya akan menggunakan metode psikotes. Kedua penilaian tersebut akan dilakukan uji coba pada tahun 2011, dengan melibatkan sample kurang lebih 3.230 pegawai pelaksana dari seluruh Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.

Page 14: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201014

11. Penyusunan konsep alternatif besaran GHS

Penyusunan konsep alternatif besaran GHS didasarkan pada 2 pertimbangan, yaitu masa kerja dan batasan usia.

2. Penyusunan konsep modeling perhitungan GHSKonsep modeling perhitungan GHS diberlakukan bagi pegawai yang dengan usia 45–55 tahun, masa kerja minimal 20 tahun. Perhitungan GHS terdiri atas 3 model, yaitu:

Model perhitungan GHS tanpa memperhitungkan Present Value dan Inflasi

(kenaikan gaji);

Model perhitungan GHS tanpa memperhitungkan

Present Value, namun tetap memperhatikan Inflasi

(kenaikan gaji);

Model perhitungan GHS dengan memperhitungkan

Present Value dan Inflasi (kenaikan gaji).

Belum semua rencana Penataan Pegawai pada tahun 2010 dapat dicapai, mengingat:

1. Belum ada peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberian GHS;2. Berdasarkan hasil penilaian kinerja saat ini sebagian besar pegawai berada dalam kategori ‘baik’,

jarang ditemukan penilaian dengan kategori ‘sedang‘ apalagi ‘kurang’ sehingga kemungkinan besar tidak ada pegawai yang berada dalam kuadran I, II dan III dan akan menumpuk pada kuadran IV, V, VI dan VIII.

3. Kondisi pengukuran potensi di setiap unit yang akan dilakukan terhadap pelaksana masih sangat bervariasi, sehingga perlu dilakukan penyetaraan/standarisasi terhadap masing-masing hasil pengukuran;

4. Adanya kemungkinan tuntutan hukum dari pegawai tertentu yang tidak puas (baik dari pegawai yang memperoleh PAPS plus GHS maupun pegawai yang tidak diijinkan mengambil PAPS plus GHS)

Mengingat kompleksitas dan implikasi permasalahan terhadap penataan pegawai, akan dilakukan langkah-langkah tindak lanjut sebagai berikut:

1. Menyiapkan peraturan perundangan dan SOP tentang pemberian GHS;

Page 15: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

15KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

2. Melakukan proses komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait dengan penilaian kinerja;

3. Melakukan pemetaan kebutuhan dan komposisi pegawai di Unit ;4. Melakukan penyesuaian dan sinkronisasi pola mutasi yang akan

mengakomodir kebutuhan mutasi antar unit dalam rangka penataan pegawai;

5. Menetapkan pengukuran pelaksana apakah akan menggunakan pengukuran potensi atau kompetensi untuk kemudian dilakukan proses uji coba dengan metode yang terstandarisasi terhadap pelaksana Setjen dan perwakilan Eselon I;

6. Menyiapkan jalur/mekanisme penyelesaian keberatan (dalam SOP);

7. Menyiapkan peraturan GHS, yang terkait dengan hak dan kewajiban penerima GHS.

15REFORMASI BIROKRASI DAN TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PUSAT

Kepatuhan WP Membaik

JAKARTA - Direktur Transformasi Proses Bisnis Ditjen Pajak Robert Pakpahan mengharapkan program reformasi birokrasi sistem administrasi perpajakan (PINTAR/Project for Indonesian Tax Administration Reform) dapat meningkatkan jumlah dan kepatuhan wajib pajak (WP). “PINTAR merupakan transformasi besar yang meliputi perbaikan proses bisnis, organisasi dan budaya organisasi, serta manajemen SDM, dan salah satu tujuannya meningkatkan kepatuhan WP dan jumlah WP aktif terdaftar,” katanyadalam acara sosialisasi di Ditjen Pajak, Jakarta, Jumat(17/12).

Selain itu, melalui program yang beroperasi penuh pada 2014 tersebut, diharapkan nantinya jumlah surat pemberitahuan (SPT) yang

diterima tepat waktu dibandingkan dengan total SPT yang diterima dapat meningkat.“Kita menginginkan adanya perbaikan sistem informasi, peningkatan kualitas data, manajemen sumber daya manusia, peningkatan jumlah WP, maupun pembenahan sistem administrasi pajak,” katanya. • din/E-9

Page 16: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201016

1

MANAJEMEN TALENTA

Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan berkinerja baik agar dapat mencapai tujuan organisasi sehingga dapat membentuk Kementerian Keuangan menjadi instansi pemerintah yang profesional dalam menjalankan tugas Negara. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu program untuk memilih, mengembangkan dan memposisikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja baik, yang dapat memberikan kontribusi lebih terhadap organisasi. Proses memilih hingga memposisikan sumber daya manusia dimaksud dapat dilaksanakan melalui program Manajemen Talenta.

Page 17: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

17KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan berkinerja baik agar dapat mencapai tujuan organisasi sehingga dapat membentuk Kementerian Keuangan menjadi instansi pemerintah yang profesional dalam menjalankan

tugas Negara. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu program untuk memilih, mengembangkan dan memposisikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja baik, yang dapat memberikan kontribusi lebih terhadap organisasi. Proses memilih hingga memposisikan sumber daya manusia dimaksud dapat dilaksanakan melalui program Manajemen Talenta.

Program Manajemen Talenta dalam Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi baru pertama kali direncanakan pada tahun anggaran 2010 dengan fokus:

Untuk mengumpulkan bahan penyusunan, telah dilaksanakan 2 (dua) studi banding yaitu ke Bank Mandiri dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Penyusunan konsep grand design Manajemen Talenta dilaksanakan dengan narasumber dan hasil koordinasi seluruh unit Eselon I. Grand design Manajemen Talenta Kementerian Keuangan terdiri dari tahapan sebagai berikut:

Mengumpulkan dan mengkaji bahan penyusunan grand design Manajeman Talenta; dan

Menyusun konsep grand design Manajemen Talenta.

Page 18: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201018

1

Pada tahap ini dilakukan proses maping pegawai. Maping pegawai diambil dari data pegawai yang berada pada kuadran 7, 8 dan 9 dalam Penataan Pegawai.Kepada pegawai yang berdasarkan Penataan

Pegawai berada di kuadran 7, 8, dan 9 dilakukan seleksi administratif serta proses interview (untuk melihat goals, needs, motivations, values, hope, interest, vision, ambition dari pegawai) dengan tujuan menentukan pegawai yang berhak masuk ke dalam talent pool. Di samping itu, para pegawai yang berada pada kuadran ini juga mendapatkan coaching dari mentor yang ditunjuk serta membuat persetujuan kontrak talent. Seleksi administrasi dilaksanakan dengan kriteria sebagai berikut:

Pelaksana Eselon 4

Usia Maks 35 40

Pendidikan S-1 S-1

Pangkat/Gol III/a III/c

Masa kerja (th) 2 2

Track Record Tidak pernah dijatuhi

hukuman disiplin

Tahap I :

Identifikasi Pegawai Potensial

Tahap II :

Talent Pool

Tahap III:

Program Pengembangan Talent

Tahap IV:

Program Penempatan Talent

Tahap V :

Program Retensi Talent

1 2 3 4 5

Page 19: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

19KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Pegawai dalam talent pool tersebut diberikan program pengembangan (disesuaikan dengan HCDP) sesuai dengan posisi target. Setelah dilakukan program pengembangan, pegawai dievaluasi. Apabila talent masih memenuhi syarat talent pool setelah dievaluasi, maka yang bersangkutan tetap bisa berada dalam talent pool, namun apabila tidak memenuhi maka talent tersebut keluar dari talent pool dan selanjutnya mengikuti jalur reguler.a. Menentukan mentor/supervisor

kriteria seorang mentor yang akan selalu mendampingi dan membimbing talent, beberapa usulan mentor antara lain:

1. Atasan langsung atau talent di eselon lebih tinggi

2. Kemampuan dalam menilai, mengobservasi, memberikan saran pengembangan

3. Memiliki kemampuan coaching & counseling

4. Memiliki track records yang baik 5. Dinilai mampu :

- Menjadi contoh/model yang baik bagi Talent.

- Memberikan feedback dan mengarahkan tindakan Talent ke arah yang lebih baik.

- Melakukan transfer knowledge, skills, attitude yang dibutuhkan oleh Talent.

b. Menentukan inventory yang akan digunakan

1. Alat ukur yang digunakan harus mampu mengidentifikasi aspek:

2. Kepribadian3. Soft competency4. Hard competency5. Performance

y Membuat kontrak kinerjaKontrak talent merupakan lembar kesepakatan kinerja antara talent dan mentor sebagai control point of activities bagi kedua belah pihak. Didalamnya harus menjelaskan kesediaan kedua belah pihak untuk menjalankan program talent management, jadwal evaluasi dan monitoring aktivitas talent dan sebagainya.

y Menentukan posisi kunci

Pematangan konsep Grand design Manajemen Talenta Kementerian Keuangan masih terus dilanjutkan yang akan diselaraskan dengan dinamika organisasi, transformasi kelembagaan dan budaya kerja.

Tahap I :

Identifikasi Pegawai Potensial

Tahap II :

Talent Pool

Tahap III:

Program Pengembangan Talent

Tahap IV:

Program Penempatan Talent

Tahap V :

Program Retensi Talent

1 2 3 4 5

Page 20: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201020

1

Human Capital Development Plan (HCDP) atau Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu perencanaan yang komprehensif tentang pengembangan sumber daya manusia organisasi yang mencakup program degree dan non-degree dengan mengacu pada kebutuhan organisasi yang tercermin dari grand strategi organisasi, dan tusi (tugas dan fungsi) organisasi.

PROGRAM PENYUSUNAN HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT PLAN

Page 21: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

21KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Human Capital Development Plan (HCDP) atau Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu perencanaan yang komprehensif tentang pengembangan sumber daya manusia organisasi yang mencakup program degree dan non-degree dengan mengacu pada kebutuhan organisasi yang

tercermin dari grand strategi organisasi, dan tusi (tugas dan fungsi) organisasi.

Penyusunan Program HCDP merupakan program tambahan dalam kegiatan Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Tahun 2010. Program Penyusunan HCDP ini dilatarbelakangi oleh permintaan Bank Dunia dalam kaitannya dengan pemberian loan untuk program beasiswa (Scholarship for Public Sector Capacity Development).

Pada acara pre-appraisal mission pada 31 Maret sampai dengan 13 April 2010, Bank Dunia mengadakan pertemuan dengan beberapa kementerian/lembaga negara terkait dengan skema pembiayaan loan bagi Scholarship for Public Sector Capacity Development, yang telah dirintis sejak tahun 2009. Bank Dunia mempersyaratkan adanya dokumen HCDP bagi setiap Participating Agency yang akan masuk dalam program Scholarship for Public Sector Capacity Development. Permintaan Bank Dunia ini kemudian ditindaklanjuti oleh setiap Kementerian/Lembaga yang telibat dengan koordinator dari Bappenas sebagai koordinator dari seluruh Participating Agencies. Kegiatan penyusunan HCDP ini kemudian dilanjutkan dengan serangkaian persiapan untuk mematangkan rencana program yang akan dilaksanakan di beberapa Kementerian/Lembaga termasuk Kementerian Keuangan.

Untuk keperluan tersebut, Kementerian Keuangan menindaklanjuti dengan serangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh Unit Eselon I untuk menyusun kebutuhan capacity development yang dibutuhkan oleh masing-masing Unit Eselon I. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari:

Penetapan sasaran program HCDP;

Pelaksanaan study need assessment melalui pelaksanaan gap analysis;

Kompilasi HCDP seluruh Unit Eselon I

Page 22: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201022

1Pelaksanaan kegiatan penyusunan HCDP dimulai sejak rapat koordinasi I yang dipimpin oleh

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan pada tanggal 11 Mei 2010. Dalam rapat tersebut disepakati bahwa:

Kesepakatan rapat tersebut ditindaklanjuti dengan melaksanakan pertemuan dengan Hay Group sebagai konsultan pendamping yang ditunjuk oleh Bank Dunia untuk mendampingi setiap Kementerian/Lembaga dalam penyusunan HCDP. Dalam pertemuan tersebut, Hay Group memberikan panduan tentang penyusunan study need analysys sebagaimana tergambar dalam bagan berikut:

(sumber: Hay Group)

satu

sasaran program HCDP adalah peningkatan hard competency dan soft competency yang akan dituangkan dengan program sekolah, diklat dan coaching dalam rangka peningkatan kompentensi pegawai Kemenkeu;

dua Bersama-sama konsultan

Bank Dunia (Hay Group), Kementerian Keuangan memandang perlu untuk segera menyusun detail program secara komprehensif;

tiga

Biro SDM bersama BPPK akan mengkoordinasikan persiapan study needs assessment dari masing-masing unit eselon I berupa:

a. Informasi jurusan S2/S3 yang dibutuhkan;

b. Informasi jumlah penerima beasiswa;

c. Alasan atas kedua informasi di atas.

Page 23: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

23KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Berdasarkan panduan tersebut, seluruh Unit Eselon I kemudian menyusun study need assessment dengan fokus utama pada program degree. Selanjutnya hasil study need assessment dari seluruh unit Eselon I disatukan dalam suatu matriks besar yang merupakan konsep HCDP Kementerian Keuangan (matriks terlampir).

Hasil kegiatan program penyusunan HCDP Kementerian Keuangan ini belum secara komprehensif memenuhi ketentuan dokumen HCDP, mengingat :

1. Variasi kebutuhan pengembangan kapasitas pegawai melalui program non degree yang sangat banyak;

2. Belum sempurnanya metode perencanaan jumlah pegawai yang akan dikembangkan kapasitasnya melalui program non degree;

3. Belum lengkapnya data pelaksanaan pengembangan kapasitas pegawai yang didanai melalui grant yang diberikan kepada unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan;

4. Belum tersusunnya re-entry programme bagi pegawai yang telah selesai melaksanakan program HCDP, baik melalui program degree maupun non degree.

Untuk melengkapi dokumen HCDP ini, sebagai tindak lanjutnya, pada tahun 2011 akan dilaksanakan penyusunan pengembangan kapasitas pegawai melalui program non degree, dengan melaksanakan training need analysis baagi keseluruhan Kementerian Keuangan. Selain itu akan dilaksanakan pula pendataan (baru) rencana pengembangan kapasitas non degree yang dilaksanakan dengan pembiayaan grant, penyusunan re-entry bagi pegawai yang telah selesai melaksanakan program HCDP. Dokumen HCDP perlu ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Page 24: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201024

1

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIANSistem informasi kepegawaian yang tengah dikembangkan dapat meningkatkan akurasi, dan kecepatan pelayanan sehingga dapat meningkatkan pembinaan kepegawaian. Selain itu, upaya perbaikan sistem informasi kepegawaian yang berkelanjutan diharapkan meningkatkan kualitas informasi yang disajikan.

Page 25: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

25KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Kementerian Keuangan mempunyai organisasi yang besar dan lebih dari 62.000 pegawai dengan ribuan satuan kerja, diperlukan manajemen sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan perencanaan sampai dengan pemeliharaan SDM secara tepat dan baik.

Sebagai salah satu kunci utama pembinaan aparatur antara lain diperlukan suatu sistem manajemen SDM yang harus didukung tools yang handal untuk mendukung proses pembinaan SDM secara baik.

Salah satu tools yang diperlukan adalah sistem informasi manajemen SDM yang sudah terintegrasi dengan teknologi informasi. Dengan adanya suatu sistem informasi yang handal diharapkan jajaran pucuk tertinggi manajemen organisasi sampai manajemen lini pertama memperoleh dukungan ketersediaan informasi yang akurat dan mutakhir serta dapat digunakan sebagai bisnis proses dan bahan dalam pengambilan keputusan tentang pembinaan SDM.

Sistem informasi kepegawaian yang tengah dikembangkan dapat meningkatkan akurasi, dan kecepatan pelayanan sehingga dapat meningkatkan pembinaan kepegawaian. Selain itu, upaya perbaikan sistem informasi kepegawaian yang berkelanjutan diharapkan meningkatkan kualitas informasi yang disajikan.

Sesuai dengan yang tercantum pada Keputusan Ketua Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Nomor KEP-05/FKRB/VIII/2010 tentang Pembentukan Gugus Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2010 bahwa tujuan gugus tugas adalah:

1. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian yang merupakan bagian dari program inti reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan sebagai pendukung kegiatan penataan pegawai; dan

2. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia dalam rangka reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan.

PERENCANAAN Yang menjadi target Gugus Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Page 26: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201026

1Kepegawaian Kementerian Keuangan adalah terlaksananya kegiatan sebagai berikut:

1. Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian, antara lain melalui kegiatan Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG, Analisis Kebutuhan User, Analisis Bisnis Proses Administrasi SDM, Bisnis Proses Pengembangan SDM, Desain Aplikasi, Penyempurnaan Aplikasi SIMPEG, serta penyusunan Dokumentasi Aplikasi SIMPEG;

2. Pelatihan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian, melalui Sosialisasi Aplikasi SIMPEG dan Workshop/Diklat;

3. Pemutakhiran dan validasi database kepegawaian, dengan kegiatan Persiapan Penyempurnaan Pemutakhiran Data, Desain database, Pengelolaan & Optimasi Structure & Security Database, serta Reporting Service; dan

4. Penyiapan infrastruktur dan instalasi melalui kegiatan Monitoring dan Helpdesk SIMPEG.

PELAKSANAAN/REALISASIKegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tersebut diatas sebagian besar telah dilaksanakan

dengan perincian sebagai berikut:

NO. Program Pelaksanaan

1.Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG

27 - 30 April 2010;

Dan beberapa kali rapat koordinasi

2. Rapat Persiapan Tahap II Penyempurnaan Pemutakhiran data

3. Monitoring & Helpdesk Januari – Desember 2010

4. Sosialisai Aplikasi SIMPEG

5. Workshop / Diklat Ms SQL Server 2005 21-25 Juni 2010

6. Workshop / Diklat Microsoft SharePoint Server 2007 3-6 Agustus 2010

7. Workshop / Diklat Developer Web Base (ASP.Net) 24 - 27 Mei & 14 - 18 Juni 2010

8. Workshop / Diklat Project Manajement 28-30 Juli 2010

9. Workshop / Diklat Microsoft Certified Systems Engineer (MCSE) 18-29 Oktober 2010

10. Workshop / Diklat Networking Concept 18-19 Mei 2010

11. Workshop / Diklat Interconnecting Cisco Network Devices Part 1 26-30 Juli 2010

12. Workshop / Diklat Interconnecting Cisco Network Devices Part 2 11-15 Oktober 2010

13. Rapat Desain Database 21-23 Juli 2010

14. Rapat Pengelolaan & Optimasi Struktur & Security Database 27 - 30 April 2010

15. Sosialisasi SIMPEG Ke Daerah

(Aceh, Medan, Palembang, Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Manado)

26-29 Oktober 2010;2-5 November 2010;9-12 November 2010;23-26 November 2010.

Page 27: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

27KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

PENDING MATTERS DAN HAMBATANNamun demikian, masih terdapat beberapa rencana kegiatan yang belum terwujud, antara

lain:

1. Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG Kegiatan Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG sebenarnya sudah dilaksanakan dan sudah menghasilkan Draft Sementara, dan SLA yang telah disepakati masih terbatas dalam hal hosting aplikasi saja, karena masih memerlukan waktu untuk memahami Source-Code yang terbaru dari pihak Vendor.

2. Analisis Kebutuhan User dan Proses Bisnis Administrasi dalam Pengembangan SIMPEGProses Bisnis dan user requirement belum dapat dipetakan dengan baik, dikarenakan user belum optimal dalam memberikan masukan-masukan kebutuhan yang menjadi prioritas dalam sistem. Proses bisnis di lapangan yang dinamis juga membuat user sulit menentukan secara cepat dan tepat kebutuhan yang aplikatif untuk dimasukkan ke dalam suatu sistem (SIMPEG).

Bank Dunia Setujui Pembiayaan Baru Program Prioritas Reformasi

Jakarta, 22/11/2010 MoF (Fiscal) News - Bank Dunia menyetujui dua Pinjaman Kebijakan Pembangunan (Development Policy Loans/DPL) dengan nilai total 800 juta dolar Amerika Serikat untuk mendukung program prioritas reformasi pemerintah Indonesia. Program tersebut yaitu memperbaiki keadaan investasi, pengelolaan keuangan publik, pengentasan kemiskinan, pelayanan publik dan pembangunan infrastruktur. Demikian disampaikan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle, pada Jumat (19/11) malam.

Pinjaman Kebijakan Pembangunan

ketujuh (DPL 7) senilai 600 juta dolar AS, bertujuan untuk memperdalam upaya-upaya reformasi yang didukung oleh DPL terdahulu dalam menghilangkan ketidakpastian bagi investor yang hendak menanam investasi. Selain itu, pinjaman ini juga dimaksudkan untuk memperkuat pengelolaan anggaran dan dana di pemerintah pusat dan meningkatkan pengentasan kemiskinan dan pelayanan publik.

Sedangkan pinjaman lainnya yaitu Pinjaman Kebijakan Pembangunan keempat (DPL 4) senilai 200 juta dolar AS merupakan bentuk dukungan Bank Dunia terhadap upaya Indonesia untuk meningkatkan jumlah dan efisiensi pengeluaran pemerintah di sektor infrastruktur, terutama dalam pengadaan listrik, jalan, air dan pelayanan sanitasi.(uno)

1

Bagian I Sumber Daya M

anusia

Page 28: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201028

13. Desain Pengembangan Aplikasi, Evaluasi Penyempurnaan Aplikasi SIMPEG, dan Dokumentasi

Aplikasi SIMPEGDengan belum terpetakannya kebutuhan user dan proses bisnis secara baik, maka pada tahap desain pengembangan aplikasi, evaluasi sistem dan pendokumentasiannya secara otomatis juga menjadi tertunda. Hal tersebut mengingat bahwa tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap nomor 2 (dua) tersebut di atas.

TINDAK LANJUTDemi tercapainya target Gugus Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Kepegawaian Kementerian Keuangan, maka diperlukan adanya tindak lanjut terkait dengan beberapa kegiatan yang belum terlaksana di tahun 2010, antara lain:

1. Koordinasi lebih lanjut dengan PUSINTEK dalam penyusunan SLA:Saat ini sudah dalam tahap permintaan Term Of Reference (TOR) kepada pihak terkait untuk modul-modul yang dianggap prioritas dalam hal perbaikannya, dan untuk selanjutnya akan berkoordinasi dengan unit Eselon I terkait secara intensif.

2. Memetakan satu per satu bisnis proses administrasi dan pengembangan SDM dari keseluruhan modul yang ada dengan baikDalam hal pengembangan SIMPEG maka diperlukan pemetaan yang baik dan menyeluruh untuk masalah kebutuhan user, bisnis proses administrasi, dan pengembangan SDM dari seluruh stakeholder yang terlibat atau berkepentingan pada kedua hal tersebut. Saat ini sedang dilakukan pemetaan satu per satu bisnis proses administrasi dan pengembangan SDM , serta kebutuhan dari keseluruhan modul yang ada di SIMPEG.

3. Melakukan Evaluasi dan Dokumentasi Aplikasi SIMPEGPengembangan dan penyempurnaan SIMPEG serta pendokumentasiannya direncanakan harus dilakukan setiap saat dalam berbagai kesempatan. Hal ini mengingat banyaknya modul di dalam SIMPEG yang harus disempurnakan serta dibuatkan dokumentasi yang diperlukan untuk pengembangan SIMPEG selanjutnya dan berkoordinasi dengan unit Eselon I terkait secara intensif.

Sosialisasi SIMPEGdi Manado

Page 29: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

29KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

Bagian 1: Sumber Daya M

anusia

Page 30: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201030

2

BAGIAN IIPENATAAN ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN

Page 31: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

31KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Page 32: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201032

2

PENATAAN ORGANISASI KETATALAKSANAANPenataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan program strategis yang harus selalu dilakukan untuk membangun Organisasi Kementerian Keuangan yang mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan dan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun organisasi agar lebih akuntabel, transparan, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis saat ini.

Page 33: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

33KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Penataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan program strategis yang harus selalu dilakukan untuk membangun Organisasi Kementerian Keuangan yang mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan dan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Hal ini dimaksudkan untuk membangun organisasi agar lebih akuntabel, transparan, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis saat ini.

Pada tahun 2010 melakukan modernisasi 11 KPPBC, antara lain ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai dengan mengimplementasikan cara kerja yang cepat, efisien, transparan dan responsif. Selain itu, untuk mengoptimalkan fungsi utama DJBC sebagai fasilitator perdagangan (Trade Facilitator), dukungan industri (Industrial Assistance), pelindung masyarakat (Community Protector), dan penghimpun penerimaan (Revenue Collector). Selanjutnya, modernisasi Tipe Madya Pabean juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan citra organisasi.

Selain itu, sejalan dengan tugas pokok Komite Pengawas Perpajakan dalam rangka pemberian rekomendasi atau saran untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap prosedur, sistem, ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang tepat dan applicable di bidang perpajakan yang memerlukan dukungan organisasi yang tetap, efektif, efisien, dan berkelanjutan maka dibentuk Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan. Pembentukan Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan telah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2010.

Di lingkungan DJBC, penataan organisasi dilakukan dengan modernisasi 11 KPPBC Tipe Madya Pabean pada KPPBC untuk wilayah Juanda, Jakarta, Dumai, Pontianak, Tangerang, Palembang, Ngurah Rai, Bandar Lampung, Balikpapan, Sunda Kelapa, dan Makassar. Modernisasi tersebut telah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Pendayagunaaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2010.

Page 34: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201034

2

Pada tahun 2010, untuk kantor pusat telah dilakukan Penataan Organisasi meliputi:

a. Pembentukan Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran; b. Pembentukan Pusat Climate Change, selanjutnya berdasarkan usulan Badan Kebijakan Fiskal

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penataan organisasi Pusat Kebijakan Kerjasama Internasional yang selanjutnya menjadi Pusat Kebijakan Pembiayaan Climate Change dan Multilateral dan Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral.

c. Pembentukan Bagian Kepatuhan Internal dan Bantuan Hukum, Direktorat Jenderal Anggaran; d. Pembentukan Subdirektorat Pelaporan Keuangan BUN, Direktorat Jenderal Perbendaharaan; e. Pembentukan Bagian Umum/Tata Usaha pada masing-masing Pusdiklat pada Badan Pendidikan

dan Pelatihan Keuangan; f. Penajaman tugas dan fungsi serta pengalihan tugas dan fungsi pada beberapa unit eselon I

(contoh di Setjen penataan Biro Cankeu, Biro Perlengkapan, dan Biro Umum, pengalihan Bagian PE IKU ke Pushaka, dan penataan organisasi pada Biro SDM (bertambah 1 eselon IV) dan Pusintek (bertambah 2 eselon IV).

Penataan Organisasi tersebut telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010.

Pada tahun 2010, juga telah direncanakan Penataan Organisasi yang pada prinsipnya telah dibahas dan telah disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi namun belum mendapakan persetujuan tertulis dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Hal tersebut disebabkan karena organisasi kantor pusat harus ditetapkan terlebih

2BC Tambah Lima Kantor Pabean Baru

• JAKARTA - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Ditjen BC) memiliM tambahan lima Kantor Pengawasan dan PelayananBea Cukai (KPPBC) tipe Madya Pabean. Peresmian kelima kantor ini melengkapi dua belas kantor senapa yang dibangun di berbagai daerah sejak tahun 2008. “Kelima KPPBC Type Pabean yang diresmikan berbarengan antara lain KPPBC

Dumai, Tangerang, Jakarta, Juanda

(Surabaya), dan Ngurah Rai (Denpasar).”Ini sebagai bagian dari reformasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,” ujar Direktur Jenderal Bea Cukai

Thomas Sugijata usai upacara peresmian di KPPBC Tangerang, Banten, Kamis (26/8). Thomas mengatakan, pembangunan lima kantor pabean baru ini diharapkan bisa membantu Ditjen Bea Cukai mencapai target penerimaan tahunan. Hai ini terbukti dengan selalu tercapainya target penerimaan tahunan sejak 2007 hingga 2009 ketika pada saat yang sama pihaknya telah mengoperasikan tiga kantor cukai dan dua

Page 35: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

35KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

dahulu dan selanjutnya akan menjadi dasar hukum dalam penetapan instansi vertikal. Penataan organisasi tersebut, meliputi:

1. Pembentukan Tenaga Pengkaji Bidang PNBP, Direktorat Jenderal Anggaran;2. Pembentukan Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;3. Pembentukan UPT Balai Diklat Kepemimpinan di Magelang (pengalihan Bagian

Penyelenggaraan pada Pusdiklat Pengembangan SDM);4. Pembentukan Kantor Pengelolaan TIK dan BMN (dalam rangka peningkatan peran GKN dan

Sekretariat Perwakilan Kementerian) yang selanjutnya berperan sebagai UPT pada Pusintek;Dalam pelaksanaan program penataan organisasi tahun 2010 terdapat beberapa kendala

yang dihadapi yaitu organisasi Kementerian Keuangan bersifat holding type organization dan sangat dinamis dalam melakukan penataan organisasi yang dituntut secara cepat dan tepat, namun proses penyelesaiannya tidak dapat dilaksanakan secara cepat sesuai dengan keinginan baik mengenai stuktur organisasi, tugas, dan peran karena sangat tergantung pada ketentuan yang telah ditetapkan serta instansi pemerintah di luar Kementerian Keuangan yaitu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Selain itu, apabila Kementerian Keuangan berencana untuk melakukan penataan organisasi, maka terlebih dahulu harus meminta ijin kepada Presiden, hal ini terkait dengan kontrak kinerja antara Presiden dan seluruh Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.

Berkenaan dengan adanya pending matters akan diselesaikan dengan melakukan koordinasi secara lebih intensif dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terkait dengan usulan penataan organisasi Kementerian Keuangan.

2

Bagian I Penataan Organisasi

belas kantor pabean di berbagaiwilayah. “Bahkan, untuk tahun ini kami berharap bisa melampaui target penerimaan,” ujarnya.

Target penerimaan cukai 2010 dipatok sebesar Rp 59 triliun kemudian untuk 2011 ada kenaikan sekitar 2,5 persen menjadi Rp 60,2 triliun. Sebagian besar target penerimaan cukai 2011 masih akan dikontribusi oleh penerimaan cukai rokok. “Ini sudah mempertìmbangkan berbagai faktor termasuk yang menghambat konsumsi seperti pembatasan promosi/iklan rokok, kampanye antirokok, dan lainnya,” tandas Thomas, (sai)

Page 36: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201036

2

STANDART OPERATING PROCEDURESDalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan azas-azas umum kepemerintahan yang baik dan berorientasi kepada efisiensi dan customer oriented, perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi proses bisnis dalam bentuk SOP-SOP yang terkait satu sama lainnya (SOP Link), baik antar-SOP unit Eselon I atau output SOP unit Eselon I menjadi input SOP unit Eselon I lainnya ke dalam suatu KMK. Selain itu, memperhatikan tuntutan dinamika masyarakat penerima layanan, perlu dilakukan penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan.

Page 37: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

37KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan azas-azas umum kepemerintahan yang baik dan berorientasi kepada efisiensi dan customer oriented, perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi proses bisnis dalam bentuk SOP-SOP yang terkait satu sama

lainnya (SOP Link), baik antar-SOP unit Eselon I atau output SOP unit Eselon I menjadi input SOP unit Eselon I lainnya ke dalam suatu KMK. Selain itu, memperhatikan tuntutan dinamika masyarakat penerima layanan, perlu dilakukan penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan.

Metode dan tahapan dari keseluruhan kegiatan secara garis besar, meliputi: kajian dan telaahan data-data internal dan eksternal, melakukan identifikasi dan inventarisasi prosedur, melakukan wawancara, pengamatan di lapangan, studi banding, diskusi, menyusun konsep prosedur, pembahasan konsep dengan unit-unit penanggung jawab terkait, melakukan perbaikan, simulasi dan uji coba, pengabsahan, dan distribusi.

Dalam kegiatan penyusunan SOP Link Kemenkeu, telah diidentifikasi 46 jenis layanan yang terdapat keterkaitan aktivitas antar beberapa unit Eselon I (Lampiran 2.1)

Terhadap SOP Layanan Unggulan Kemenkeu, telah disempurnakan dan dikembangkan jenis layanan unggulan dari semula 35 SOP menjadi 102 SOP sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tanggal 3 Mei 2010, jenis layanan tersebut meliputi: bidang anggaran, perpajakan, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, kekayaan negara, pengelolaan utang, perimbangan keuangan, pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, pengaduan masyarakat, penyelenggaraan diklat, dan kesekretariatan (supporting). Perubahan jumlah jenis layanan unggulan pada masing-masing Eselon I sebagai berikut:

Kunjungan ADB ke KemenKeu

Page 38: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201038

2

0 5 10 15 20 25

BPPK

BKF

Bapepam-LK

Itjen

DJPU

DJPK

DJKN

DJPB

DJBC

DJP

DJA

Setjen

0

0

7

0

0

0

6

3

8

8

3

0

3

0

10

1

3

6

13

5

21

16

5

19

Tahun 2010 tahun 2008-2009

Selain terdapat penambahan jenis layanan unggulan, terdapat pula klasifikasi layanan unggulan yang ada terhadap pihak-pihak penerima layanan. Pihak-pihak penerima layanan unggulan meliputi (a) pihak eksternal Kementerian Keuangan, (b) pihak internal Kementerian Keuangan, (c) pihak internal dan eksternal Kementerian Keuangan. Saat ini sebanyak 84 SOP dari 102 SOP layanan unggulan telah disempurnakan dan dikembangkan, ditujukan untuk kepentingan stakeholder eksternal Kementerian Keuangan.

15

84

3

Internal Eksternal Internal dan Eksternal

Page 39: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

39KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Berdasarkan hasil identifikasi sementara terhadap SOP Link dengan semua unit Eselon I, masih terdapat beberapa unit Eselon I yang belum menyampaikan konfirmasi maupun usulan SOP Link yang tidak tercantum dalam daftar tabel hasil identifikasi SOP yang memiliki keterkaitan antar unit Eselon I. Sedangkan untuk penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan pada unit Eselon I tertentu perlu direviu dan dievaluasi kembali serta pelaksanaannya agar disosialisasikan kepada stakeholders.

Kendala yang dihadapi dalam penyusunan SOP Link antarunit Eselon I yaitu, adanya perbedaan dasar hukum yang diperlukan dalam menyusun SOP tersebut.Eselon I yang belum memiliki SOP berkaitan perlu melakukan analisis dan pembahasan mendalam terlebih dahulu terkait kegiatan yang ada. Kondisi itulah yang membutuhkan waktu relatif lama dalam menyusun dan menghubungkan antarSOP pada unit Eselon I lain. Adapun dalam pelaksanaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan, pihak Eselon I perlu melakukan reviu dan evaluasi terhadap SOP Layanan Unggulan yang ada serta SOP yang akan dikembangkan untuk diusulkan menjadi Layanan Unggulan.

Dalam mengatasi beberapa kendala tersebut, akan dilakukan upaya peningkatan koordinasi dengan unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dan Unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dalam hal pelaksanaan pengumpulan data, peningkatan upaya identifikasi, dan sosialisasi/ internalisasi atas konsep SOP Link. Selain itu, akan dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan, mengingat SOP Layanan Unggulan membutuhkan komitmen dan konsistensi dalam pelaksanaannya.

Procurement workshop for world Bank Funded Project

Penyampaian SPT tahunan PPh oleh Presiden dan Wapres

Page 40: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201040

2BERTAMBAH, STANDAR PROSEDUR OPERASI(STANDARD OPERATING PROCEDURE)LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Standar Prosedur Operasi Layanan Unggulan Kementerian Keuangan kini bertambah, dari semula 6 (enam) menjadi 11 (sebelas), terdiri dari anggaran, perpajakan, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, kekayaan Negara dan lelang, perimbangankeuangan, pengelolaan utang, pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, kesekretariatan, pengaduan masyarakat,pendidikan dan pelatihan keuangan. Penambahan ini bertujuan melanjutkan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan dalampeningkatan kualitas pelayanan publik sebagai bagian dari penyelenggaraan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan Negara. Di samping itu j u ga untuk meningkatkan kualitas dan menjamin kepastian pelayanan publik Kementerian Keuangan agar sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsinya serta asas-asas tata kelola pemerintahan yang baik. .SOP Layanan Unggulan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan eksternal dan/atau internal sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat atau para pemangku

kepentingan lainnya atas jasa dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh Kementerian Keuangan. SOP Layanan Unggulan disusun oleh masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan guna memberikan kepastian pelayanan, antara lain terhadap proses, j a n g k a waktu penyelesaian, biaya atas j a s a pelayanan, dan persyaratan administrasi yang disediakan masing-masing unit. SOP digunakan sebagai acuan bagi seluruh unit Eselon I, baik di kantor pusat maupun instansi vertikal dan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka pelaksanaan pelayanan publik.Di bidang anggaran, jenis SOP Layanan Unggulan antara lain pelayanan di bidang Penyelesaian Peraturan Presiden (Perpes) tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat beserta lampirannya (SAPSK). Perpres ini merupakan dokumen hasilkesepakatan dengan DPR yang menjadi dasar bagi masing-masing Kementerian Negara/Lembaga untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran. Dasar Hukum layanan ini antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201040

2

Page 41: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

41KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Peraturan Menteri Keuangan tentang Bagan Akun Standar, dan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu definitif.Pihak yang Dilayani/Sfa/ce/Jo/der adalah Kementerian Negara/Lembaga. Janji Layanan berupa jangka waktu penyelesaian selambat-lambatnya minggu ke-3 November draft Perpres dan Lampiran disampaikan kepada Sekretariat Kabinet, t i d a k ada biaya atas

jasa pelayanan. Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi adalah kesepakatan resmi antara Komisi terkait di Dewan Perwakilan Rakyat dengan Kementerian/Lembaga (K/L) yang bersangkutan, dokumen RKA-K/L yang ditandatangani pejabat yang berwenang di K/L yang dilampiri surat pengantar dan softcopy data RKA-K/L, serta dokumen pendukung sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L. Proses awal berdasarkan pagu definitif, Direktur Jenderal Anggaran meneruskan dokumen RKA-KL kepada Kasubdit Daduktek untuk mengadministrasikan penerimaan

dokumen RKA-KL dan menyampaikan kepada Kasubdit Teknis. Proses akhir, Seksi Daduktek mendistribusikan PeraturanPresiden (Perpres) tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat beserta lampirannya(SAPSK) yang telah ditetapkan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kementerian Negara/Lembaga.Keluaran/Hasil Akhir (output) adalah Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat beserta lampirannya (SAPSK).Untuk Pelayanan Penyelesaian Revisi SAPSK (non Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP), jangka waktu penyelesaian 5 (lima) hari kerja sejak data dukung diterima lengkap. Persyaratan administrasi sesuai Peraturan Menteri Keuangan tentang Cara Perubahan Revisi APBN-P dan DIPA. Proses dimulai dari Instansi/Unit Terkait mengajukan usulan revisi non APBNP kepada Direktur Jenderal Anggaran, Kasubdit Daduktek mendistribusikan SP-SAPSK Revisi non APBNP atau Surat Pemberitahuan’Penolakan Revisi non APBNP. Keluarannya adalah Surat Pengesahan SAPSK Revisi atau Surat Pemberitahuan Penolakan.

41KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi

Page 42: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201042

2Penyelesaian Standar Biaya Khusus (SBK) merupakan penetapan standar biaya yang digunakan untuk kegiatan yang khusus dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga tertentu dan/atau wilayah tertentu dengan jangka waktu penyelesaian minggu ke-2 Juni. Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Khusus disahkan oleh Menteri Keuangan. Persyaratan, harus melampirkan Term ofReference (TOR)/Kerangka Acuan Kerja yang memuat antara lain: latar belakang, tujuan, output kegiatan, dan beneficieries, Rincian Anggaran Biaya yang memuat penjelasan lebih rinci suatu komponen biaya satuan dan spesifikasi inputloutput. Proses awal, Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan surat permintaan kepada Kementerian/Lembaga untuk menyampaikan usulan Standar Biaya Khusus Kementerian/Lembaga sebagai bahan masukan dalam rangka penyiapan Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Khusus, serta diakhiri dengan Menteri Keuangan menandatangani Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Khusus. Oufpumya

Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Khusus. Untuk Pelayanan Penyusunan Konsep Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atau Revisi yang Berlaku Bagi Kementerian/Lembaga diselesaikan dalam 37 (tiga puluh tujuh) hari kerja sejak awal proses setelah dokumen pendukung diterima dengan lengkap, serta tidak termasuk waktu untuk pembahasan (waktu tentatif minimal 2 kali pembahasan). Persyaratan administrasi, K/L menyampaikan Draft RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP lengkap dengan perhitungan tarif dengan menyajikan rincian biaya terkait pelaksanaan kegiatan PNBP. Prosesnya diawali dengan Menteri Keuangan menugaskan Direktur Jenderal A n g g a r a n memproses lebih lanjut surat Pimpinan Kementerian / Lembaga mengenai usulan konsep RPP t e n t a n g Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian/Lembaga (RPP Jenis dan Tarif PNBP) untuk selanjutnya diteruskan kepada Direktur PNBP. Proses akhir, Presiden menetapkan PP Jenis dan Tarif PNBP

2

Page 43: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

43KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

dan selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga. Pimpinan Kementerian/Lembaga menerima PP tentang Jenis dan Tarif atas jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian/Lembaga. Hasil Akhir adalah PP tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP.Terakhir, penyusunan Target dan Pagu Penggunaan PNBP pada Kementerian/Lembaga untuk RAPBN Tahun Anggaran yang akan datang atau Revisi Target dan Pagu Penggunaan PNBP untuk APBNP Tahun Anggaran Berjalan, diselesaikan dalam jangka waktu 37 (tiga puluh tujuh) hari sejak awal proses dengan catatan bisa lebih cepat sepanjang K/L menyampaikan data dalam waktu yang tidak terlalu lama. Syaratnya, menyampaikan proposal target dan pagu penggunaan dana PNBP, usulan target PNBP (Volume x Tarif ) dan Pagu PNBP. Awal proses adalah Direktur Jenderal Anggaran menugaskan Direktur PNPB untuk membuat surat permintaan data Rencana (Target) dan

Pagu Penggunaan PNBP (surat permintaan data). Proses akhir, Direktur Jenderal Anggaran menyetujui dan menandatangani Rekapitulasi Target dan Pagu PNBP.

2

Bagian 2: Penataan Organisasi

Page 44: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201044

2

ANALISIS BEBAN KERJA

Dalam rangka pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan, setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian keuangan diharapkan melakukan pengukuran dan analisis beban kerja

Page 45: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

45KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Terbentuknya database mengenai produk/kegiatan unit organisasi/jabatan yang lengkap dan baku;

Dapat menetapkan Standar Norma Waktu untuk setiap tahapan proses kegiatan/pekerjaan secara riil sesuai dengan karakter/sifat pekerjaan masing-masing unit organisasi/jabatan;

Dalam rangka pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan, setiap unit

organisasi di lingkungan Kementerian keuangan diharapkan melakukan pengukuran dan analisis beban kerja. Hal ini dimaksudkan untuk membangun proses bisnis (terkait pengukuran beban kerja dalam suatu unit organisasi) yang lebih akuntabel, transparan, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis saat ini. Hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan analisis beban kerja adalah :

Pelaksanaan ABK di tahun 2010 merupakan tahun ketiga pengukuran beban kerja, yang telah dilakukan secara menyeluruh pada 8 (delapan) unit organisasi Eselon I yang tidak membawahkan kantor vertikal, yaitu Sekretariat Jenderal, Ditjen Anggaran, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pengelolaan Utang, Inspektorat Jenderal, Bapepam-LK, Badan Kebijakan Fiskal, dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dan 4 (empat) unit eselon I yang membawahkan kantor vertikal yaitu Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Perbendaharaan, dan Ditjen Kekayaan Negara.

Untuk pelaksanaan pengukuran data beban kerja pada unit eselon I yang membawahkan kantor vertikal, telah dilakukan pengukuran data beban kerja yang dilaksanakan secara sampling pada 7 kantor pada Direktorat Jenderal Pajak, 149 kantor pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 63 kantor pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, dan 8 kantor pada Direktorat Jenderal

Page 46: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201046

2PMK Reward-Punishment Pajak DisiapkanJAKARTA (SINDO) - Pemerintah memastikan sedang menyiapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Imbalan dan Hukuman (Reward and Punishment) bagi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Tujuannya, untuk membuat reformasi birokrasi berjalan maksimal. Ketua Komite Pengawasan (Komwas) Perpajakan Anwar Suprijadi mengatakan, saat ini memang sudah ada undang-undang (UU) yang mengatur tentangrewardandpunishmentba&aiparat pajak. Namun, sampai saat ini UU tersebut belum berjalan maksimal sehingga Menteri Keuangan (Menkeu)Agus Martowardojo merasa perlu untuk membuat. sebuah PMK.

“Masih ada aparat yang lalai karena belum jelasnya sanksi yang akan mereka dapat,” tuturnya di Jakarta kemarin. Anwar mengatakan, untuk reward and punishment, di Kernenkeu sebetulnya telah diatur di antaranya jika terdapat pegawaiyang melakukan tindakan di luar aturan dan norma, yang bersangkutan akan diturunkan jabatan dan dikurangi remunerasinya.

Untuk kasuspelanggaran yang dianggap berat bahkan terdapat sanksi pidana. Anwarmenegaskan, PMK Reward and Punishment yang tengah disusun adalah untuk lebih memperjelas aturan mengenai sanksi yang telah dibuat, sekaligus menyiapkan reward jika pegawai pajak menunjukkan

prestasi dalam tugasnya.

Masih dalam rangka meningkatkan kualitas Ditjen Pajak, Komite Pengawas Perpajakan (KPP) mengusulkan dilakukannya join audit antara Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai agar pertukaran data bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Anwar mengatakan, selama ini informasi antara Ditjen Pajak danD itjen Bea Cukai masih terpisah. Denganauditbersama,pertukaran data dan informasi terkait wajib pajak (WP) bisa lebih mudah dilakukan.

“Join audit i n i akan dilaksanakan pada WP yang menikmati fasilitas perpajakan sehingga pemenuhan kewajiban perpajakan lebih optimal,” ujarnya. Join audit, kata dia, juga diharapkan bisa mengètahui kualitas pemeriksaan bark WP dan aparat pajak sehingga tidak menimbulkankerancuan.

(bernadetté lilia nova)

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201046

2

Page 47: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

47KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Kekayaan Negara. Hasil dari pengukuran tersebut telah dipresentasikan di hadapan FKRB pada bulan September 2010 dan telah disusun laporan hasil analisis beban kerja Kementerian Keuangan tahun 2010, dengan hasil pada Lamoiran 2.2.

Di dalam pelaksanaannya, kegiatan Analisis Beban Kerja masih terdapat beberapa kendala yang cukup mempengaruhi proses penghitungan, yaitu antara lain belum ditetapkannya standar norma waktu yang menyebabkan analis dan responden harus bekerja sama merumuskan norma waktu rata-rata yang akan digunakan di dalam pengukuran beban kerja. Selain itu, uraian tahapan proses dalam menghasilkan produk juga masih membutuhkan banyak penyempurnaan karena belum menunjukkan tahapan yang senyatanya dilakukan. Untuk mengatasi kendala tersebut, langkah lanjutan dalam pengukuran beban kerja adalah menyusun rancangan standar norma waktu. Penyusunan standar norma waktu membutuhkan pengkajian mengenai tahapan proses pekerjaan, jabatan yang terlibat, nama produk/kegiatan, serta waktu yang digunakan. Dalam proses kegiatan tersebut, idealnya diperlukan data series paling tidak selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, yang diperoleh melalui pelaksanaan Analisis Beban Kerja yang berkesinambungan.

Di sisi lain, perbaikan uraian tahapan proses dalam formulir kuesioner juga dilakukan agar dapat diperoleh data beban kerja yang lebih akurat. Hasil pelaksanaan pengukuran beban kerja ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan, baik kepada pimpinan Kementerian Keuangan maupun seluruh pihak yang terkait, mengenai proses bisnis sebagai masukan dalam menyusun pelaksanaan Reformasi Birokrasi guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan tuntutan para stakeholder.

Pada tahun 2010 telah dilaksanakan inventarisasi dan pembahasan draft standar norma waktu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal. Selain itu, telah dilaksanakan pula uji petik norma waktu pada kantor-kantor vertikal dengan rincian sebagai berikut:

Kontrak Kinerja Eselon I

No. Unit Organisasi Kantor Vertikal

1. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara

KPPN Banjarmasin, KPPN Manado, KPPN Kuningan, KPPN Kediri, KPPN Pekalongan, KPPN Makassar II, KPPN Denpasar, KPPN Mojokerto, KPPN Madiun, dan KPPN Purworejo

2. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Kanwil V Bandar Lampung, KPKNL Bandar Lampung, Kanwil III Pekanbaru, KPKNL Pekanbaru, Kanwil XIII Samarinda, KPKNL Samarinda, Kanwil XIV Denpasar, KPKNL Denpasar, Kanwil VI Manado, KPKNL Manado, Kanwil XVII Jayapura, dan KPKNL Jayapura

Page 48: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201048

2Hasil uji petik tersebut kemudian akan dibahas dan dikoordinasikan dengan Biro Organta untuk

mendapat persetujuan Sekretariat Jenderal dan ditetapkan oleh masing-masing unit eselon I sebagai acuan dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja pada tahun-tahun selanjutnya.

Hingga akhir 2010 pembahasan dalam rangka pembakuan standar norma waktu di lingkungan Sekretariat Jenderal telah dilaksanakan. Namun demikian, penetapan standar norma waktu di lingkungan Sekretariat Jenderal belum dapat dilaksanakan karena masih menunggu usulan standar norma waktu dari masing-masing unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal. Proses pembakuan tersebut direncanakan dilaksanakan pada tahun 2011.

Dalam rangka peningkatan validitas data dan efisiensi waktu pengumpulan data beban kerja yang selama ini dilaksanakan secara manual maka diperlukan adanya sistem otomasi pengukuran data beban kerja sehingga pada gilirannya ABK dapat dilaksanakan dengan lebih konsisten, obyektif, dan akurat, serta dapat menjadi bahan masukan yang valid bagi perancangan/penyempurnaan bidang-bidang lainnya dalam agenda reformasi birokrasi Kementerian Keuangan.

Menindaklanjuti hal tersebut pada tahun 2010 telah dilaksanakan pembangunan dan pengembangan sistem aplikasi otomasi ABK oleh Biro Organta yang bekerja sama dengan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek). Aplikasi ABK tersebut telah mengotomatisasi kegiatan-kegiatan yang berulang dan standar, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan akibat proses yang berulang tersebut. Selama ini, kesalahan yang seringkali terjadi sebelum penggunaan aplikasi adalah:

y Tingkat kesalahan yang cukup tinggi pada saat memasukkan data beban kerja akibat proses pengisian yang masih manual;

y Tingginya kemungkinan manipulasi data; y Lambatnya waktu pengerjaan analisis beban kerja; y Verifikasi data sangat sulit akibat jumlah data yang sangat besar; dan y Analisis data ABK terlalu sulit dan rumit karena prosesnya masih manual dan belum terintegrasi.

Aplikasi yang telah dibangun tersebut, telah disosialisasikan ke seluruh unit eselon I dan telah dilakukan uji coba implementasinya pada Sekretariat Jenderal dengan hasil yang memuaskan dan dapat meminimalisir kelemahan pengukuran data beban kerja yang dilakukan secara manual.

EXECUTIVE SUMMARYAnalisis Beban Kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematik untuk

memperoleh informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan volume

Page 49: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

49KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

kerja yang ada di lingkungan Departemen Keuangan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis). Pelaksanaan ABK di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan secara mulai tahun 2007 dengan didahului dengan sosialisasi pengisian formulir-formulir pengumpulan data dan formulir responden Managerial Style Inventory (MSI) yang dilakukan kepada seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dan proses pengolahan data diserahkan pada pihak konsultan. Dari hasil inventarisasi tersebut diperoleh 1.101 jabatan yang menyampaikan feed back sebagai responden, dengan rincian sbb:

No Unit organisasiResponden

(Eselon IV)Feed back %

1 Sekretariat Jenderal 188 165 87.77

2 Ditjen Anggaran 151 111 73.51

3 Ditjen Pajak 189 143 75.66

4 Ditjen Bea dan Cukai 108 83 76.85

5 Ditjen Perbendaharaan 160 110 68.75

6 Ditjen Kekayaan Negara 116 83 71.55

7 Ditjen Perimbangan Keu. 72 53 73.61

8 Ditjen Pengelolaan Utang 85 76 89.41

9 Inspektorat Jenderal 28 16 57.14

10 Bapepam dan LK 180 157 87.22

11 Badan Kebijakan Fiskal 101 74 73.27

12 BPPK 71 30 42.25

Jumlah 1.449 1.101 75,98

Pada tahun 2008, proses pengolahan data telah dilakukan secara mandiri oleh seluruh unit Eselon I termasuk unit eselon I yang membawahi kantor vertikal dengan mengambil sampling data di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Tahapan pelaksanaan Analisis Beban Kerja meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Bimbingan Teknis kepada para peserta wakil dari unit Eselon II di lingkungan Eselon I masing-masing sebagai calon analis;

b. Penyusunan kuesioner formulir pengumpulan data;c. Pengumpulan data ABK;d. Pengolahan data ABK;e. Presentasi hasil pengolahan;f. Pelaporan hasil ABK.

Page 50: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201050

2

Pada tahun 2009, kegiatan ABK dilakukan lebih intensif dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan dilaksanakan secara mandiri terhadap 8 unit yang tidak mempunyai kantor vertikal dan uji petik terhadap unit yang mempunyai kantor vertikal dengan data beban kerja tahun 2008. Bimbingan teknis analisis beban kerja juga dilakukan Tim Reformasi Birokrasi Pusat diikuti para analis dari seluruh unit

Menkeu: Karyawan Kemenkeu Harus Bebas KKN!

JAKARTA - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjamin bahwa ujian seleksi penerimaan karyawan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kali ini bebas dengan unsur Korupsi, Kolusi. dan Nepotisme (KKN). Hal ini karena Kemenkeu termasuk diantara tiga institusi di Indonesia yang sudah berhasil menjalankan reformasi birokrasi lebih awal. “Harus bebas KKN dan tentu ini adalah tantangan bagi kita di Kemenkeu untuk benar-benar menjaga nilai pelaksanaan reformasi birokrasi itu secara lebih konsisten,” ujarnya saat mengunjungi peserta seleksi ujian masuk kementerian Keuangan yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno, Senayan,

Jakarta, Sabtu (10/7/2010). Untuk mengelola sumber daya manusia (SDM) yang baik, maka harus dimulai dengan program seleksi yang baik. Jika seleksi awalnya salah. Besar kemungkinan potensi pengelolaan SDM yang baik akan gagal. “Jadi sebaik-baiknya sistem pendidikan, sistem pembinaan karirmu dan sistem Sumber Daya Manusia (SDM), itu yang paling utama adalah menseleksi rekrutmen yang baik. Dan untuk itu Kemenkeu berikan perhatian yang tinggi untuk hal itu,” tukasnya. Menurutnya, sejak program seleksi karyawan ini diluncurkan di Komite Pengawas, sudah melibatkan Sekertaris Jenderal Kemenkeu dan Inspektorat Jenderal Kemenkeu. Sehingga dari persiapan, eksekusi, sampai hasil tes dikeluarkan ditekankan untuk mengutamakan kualitas. “Jadi mereka (Sekjen dan Irjen Kemenkeu) adalah mata dan telinga saya. Dan dengan keterlibatan semua eselon I dalam menseleksi 1.785 karyawan ini, saya mengharapkan kualitas itu terjaga. Untuk itu kita tidak memperkenankan ada jalur khusus atau titipan, Dan saya betul2 tidak ingin ada KKN,” tegasnya.(css)

h t t p : / / e c o n o m y . o k e z o n e . c o m /r e a d / 2 0 1 0 / 0 7 / 1 0 / 2 0 / 3 5 1 5 8 5 / m e n k e u -karyawan-kemenkeu-harus-bebas-kkn

2

Page 51: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

51KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

eselon I dengan peserta sebanyak 368 orang peserta.

Uji petik analisis beban kerja pada kantor vertikal dilakukan dengan pendampingan oleh Tim Reformasi Birokrasi Pusat pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dilaksanakan di 12 kota, dengan rincian sebagai berikut:

Direktorat JenderalBea dan Cukai

Direktorat JenderalPerbendaharaan

Dikrektorat JenderalKekayaan Negara

1. Medan2. Denpasar3. Surabaya4. Palembang5. Balikpapan6. Makassar

A. Banda AcehB. PalembangC. SamarindaD. PontianakE. MakassarF. Ambon

1. Medan2. Semarang3. Bandung4. Banda Aceh5. Palembang6. Balikpapan7. Pontianak8. Makassar

Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan uji petik secara mandiri

Page 52: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201052

2

ANALISIS DAN EVALUASIJABATANPelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan diperlukan untuk menyempurnakan uraian jabatan yang telah ada maupun untuk menyusun uraian jabatan yang baru berdasarkan hasil reorganisasi untuk kemudian menjadi bahan dalam penghitungan peringkat jabatannya

Page 53: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

53KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Pelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan diperlukan untuk menyempurnakan uraian jabatan yang telah ada maupun untuk menyusun uraian jabatan yang baru berdasarkan hasil reorganisasi untuk kemudian menjadi bahan dalam penghitungan peringkat jabatannya. Kegiatan análisis dan evaluasi jabatan yang

di rencanakan pada tahun 2010 adalah:

a. Penyusunan uraian jabatan beberapa unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mengalami penataan organisasi

b. Evaluasi peringkat jabatan eselon I dan menetapkan peringkat jabatan yang baru bagi beberapa unit yang mengalami reorganisasi.

c. Penyempurnaan PMK 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan.

d. Penyusunan RKMK Penilaian Kinerja Individue. Penyusunan RKMK Tunjangan Pokok Kinerja

Kegiatan di bidang Analisis dan Evaluasi Jabatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2010 meliputi:

a. Penyusunan uraian jabatan pada beberapa unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mengalami penataan organisasi melalui pembahasan bersama masing-masing unit Eselon I dan menetapkan uraian jabatan dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan tentang Uraian Jabatan di lingkungan Kementerian Keuangan yang telah disusun pada tahun 2010 terdiri dari :

Page 54: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201054

2No. Nomor PMK Tanggal Tentang

1. 85/KM.1/2009 16 Februari 2010 Uraian Jabatan Instansi Vertikal di Lingkungan Sekretariat Jenderal

2. 913/KM.1/2010 17 September 2010 Uraian Jabatan Tenaga Pengkaji di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

3. 1085/KM.1/2010 6 Desember 2010 Uraian Jabatan Instansi Vertikal di Lingkungan Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan

b. Penyusunan KMK Nomor 133/KMK.01/2010 tentang Perubahan Atas KMK Nomor 376/KMK.01/2008 tentang Peringkat Jabatan di Lingkungan Departemen Keuangan.Materi perubahan dari KMK tersebut sebagian besar adalah karena adanya reorganisasi, perubahan nomenklatur, pembentukan organisasi baru, yang antara lain terdapat pada :

No. Unit yang mengalami perubahan Materi perubahan

1. SETJEN :a. Biro Umumb. Pushakac. Pusat LPSEd. Tenaga Pengkaji

a. Perubahan nomenklatur, semula Bagian TU Pimpinan menjadi Bagian Dukungan Program dan Kegiatan (Biro Umum);

b. Perubahan nomenklatur, semula Kepala Subbagian Tata Usaha menjadi Kepala Subbagian Tatalaksana dan Kepegawaian (Pushaka);

c. Penetapan grading baru mulai jabatan eselon II s.d jabatan eselon IV pada (Pusat LPSE);

d. Penetapan grading baru Tenaga Pengkaji;

2. DJBC :a. Setditjenb. Dit. Teknis Kepabeananc. Pusat Kepatuhan Internal Bea dan

Cukaid. KPPBC Madya Pabeane. Instansi vertikal DJBC lainnya

(perubahan tipologi kantor)

Penetapan grading baru pada unit baru hasil reorganisasi;

3. DJPB Penetapan grading baru pada Instansi vertikal DJPB (sesuai PMK 101/PMK.01/2008)

4. BAPEPAM-LK Penetapan grading Tenaga Pengkaji

5. BPPK Penetapan grading baru pada Balai Diklat Keuangan

Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi peringkat jabatan eselon I yang dibantu oleh narasumber dari HAY Group Counsultant yang hasilnya merubah peringkat jabatan 3 (tiga) jabatan eselon I.

Berdasarkan PMK Nomor 184/PMK.01/2010 yang baru ditetapkan pada tanggal 10 Oktober

Page 55: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

55KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

2010, belum dapat melakukan penghitungan peringkat jabatannya mengingat untuk dapat menghitung skor peringkat jabatan diperlukan uraian jabatan yang telah ditetapkan oleh Sekretariat Jenderal berdasarkan organisasi yang baru. Penghitungan skor peringkat jabatan berdasarkan PMK 184/PMK.01/2010 akan dilaksanakan pada tahun 2011.

c. Inventarisasi jabatan pelaksanaPada tahun 2010, dalam rangka kejelasan kedudukan dan tugas pelaksana, perlu dilakukan penyempurnaan struktur jabatan dan peringkat pelaksana. jabatan pelaksana yang ada pada seluruh unit eselon I telah diinventarisasi. Hasil inventarisasi tersebut meliputi inventarisasi jabatan mulai dari grade 1 sampai dengan grade 12 yang seluruhnya berjumlah 12.324 jabatan yang terdiri dari:

No. Unit eselon I Jumlah Jabatan

1. Sekretariat Jenderal 1.742

2. DJA 1.361

3. DJP 1.521

4. DJBC 1.082

5. DJPB 1.119

6. DJKN 1.273

7. DJPK 597

8. DJPU 660

9. Inspektorat Jenderal 274

10. Bapepam dan LK 1.221

11. BKF 820

12 BPPK 654

TOTAL 12.324

Inventarisasi jabatan pelaksana ini masih dalam tahap penyusunan draft Peraturan Menteri Keuangan. Tindak lanjut kegiatan inventarisasi jabatan ini akan di selesaikan pada tahun 2011.

d. Penyempurnaan PMK Nomor 190/PMK.01/2010 tentang Pedoman Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan.

Page 56: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201056

2Dari hasil inventarisasi permasalahan yang sering muncul pada penerapan PMK Nomor 190/PMK.01/2008, antara lain mengenai pelaksana yang sedang mengikuti tugas belajar, mutasi dalam lingkup satu unit Eselon II pada kantor wilayah, dalam hal ini Tim telah merumuskan draft perubahan yang meliputi adanya perubahan materi dan penambahan materi yang belum tertampung. Draft perubahan tersebut sampai saat ini belum dapat diajukan penetapannya, mengingat salah satu unsur perubahan materi dalam PMK tersebut sangat bergantung kepada unsur penilaian kinerja yang akan ditetapkan dalam konsep RKMK tentang Penilaian Kinerja Individu yang juga sedang disusun. Tindak lanjut penyelesaian penyempurnaan PMK 190/PMK.01/2008 akan dilaksanakan pada tahun 2011.

e Penyusunan RKMK tentang Penilaian Kinerja Individu1. Telah disusun draft RKMK Penilaian Kinerja Individu yang berbasis Balanced Score Card

(BSC), dengan outline sebagai berikut : y Batang Tubuh yang terdiri dari 5 Diktum; y Lampiran, yang berupa Pedoman yang meliputi VI BAB yaitu : y BAB I PENDAHULUAN y BAB II PERENCANAAN KINERJA y BAB III BIMBINGAN DAN KONSULTASI y BAB IV PENILAIAN KINERJA PEGAWAI y BAB V KEBERATAN ATAS PENILAIAN KINERJA PEGAWAI y BAB VI PENUTUP

2. Melakukan sinkronisasi materi IKU dalam RKMK Penilaian Kinerja Individu yang sedang disusun dengan Panduan Pengelolaan IKU yang akan disempurnakan.Meskipun draft RKMK tentang Penilaian Kinerja Individu telah disusun namun draft tersebut belum dapat diselesaikan. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa materi dalam RKMK yang belum diatur, terutama terkait dengan perhitungan penilaian kinerja yang materi perhitungannya terkait dengan PMK tentang pengelolaan IKU yang saat ini sedang disempurnakan. Penyelesaian RPMK penilaian kinerja individu tersebut selanjutnya akan dilakukan penyelarasan dengan materi pengelolaan kinerja berbasis balanced score card (BSC) pada tahun 2011.

f. Penyusunan RKMK tentang Tunjangan Pokok KinerjaPemberian remunerasi kepada pegawai dalam kerangka TKPKN, dasar remunerasi adalah job based pay dan performance based pay. Pada September 2007, kepada seluruh pegawai Kementerian Keuangan telah diberikan TKPKN berdasarkan peringkat jabatan. Kedepan disamping berdasarkan peringkat jabatannya, kepada seluruh pegawai Kementerian Keuangan akan diberikan TKPKN berdasarkan kinerja individu yang dicapai. Untuk itu, telah

Page 57: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

57KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

disusun draft RKMK tentang tunjangan kinerja dengan usulan beberapa alternatif simulasi skema pemberian Tunjangan Pokok Dasar (TPD) dan Tunjangan Pokok Kinerja (TPK). RKMK tersebut belum dapat diselesaikan, mengingat masih perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut terhadap pemberian remunerasi agar dapat memberikan usulan konsep pemberian remunerasi yang adil dan tidak berbeda jauh dengan market. Tindak lanjut penyelesaian RKMK tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2011. Penataan O

rganisasi

Kantor Pelayanan Kemenkeu Raih Piala Citra Pelayanan Prima

Jakarta, 17/12/2010 MoF (Fiscal) News - Dua kantor pelayanan di Lingkungan Kementerian Keuangan meraih penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima (CPP) Tahun 2010, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 354 Tahun 2010 tanggal 5 November 2010 tentang Pemberian Penghargaan Citra Pelayanan Prima Kepada Unit Pelayanan Publik Tahun 2010.

Kedua kantor tersebut adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Cukai Kediri dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Gorontalo. Keduanya dinilai telah berhasil memberikan pelayanan dan menciptakan inovasi perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga termasuk dalam kelompok yang berpredikat amat baik sekali.

Penyerahan Piala CPP diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono di Gedung II Istana Wapres Jakarta pada Rabu (15/12). Tujuan pemberian penghargaan tersebut adalah dalam rangka pembinaan aparatur negara, khususnya dalam upaya mendorong dan memotivasi peningkatan kualitas pelayanan.(sel)

Page 58: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201058

2EXECUTIVE SUMMARRY (2007-2010)Dalam kurun waktu 2007 - 2010, Program yang hampir selalu dilakukan adalah penyusunan

uraian jabatan terkait dengan adanya perubahan organisasi, menentukan peringkat jabatan/grading baik bagi jabatan baru hasil reorganisasi maupun jabatan lama yang diusulkan untuk dinaikkan peringkatnya karena adanya penajaman fungsi, dengan menggunakan HAY Point, berdasarkan PMK Uraian Jabatan yang telah ditetapkan.

Hasil-hasil yang telah dicapai yaitu :

a. URAIAN JABATAN DAN PERINGKAT JABATAN1. Penyempurnaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.01/2006 tentang

Pedoman Analisis dan Evaluasi Jabatan yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PM.1/2007;Setiap unit eselon I yang akan menyusun uraian jabatannya wajib mengacu pada pedoman tersebut.

2. Penyusunan uraian jabatan berdasarkan PMK 131/PMK.01/2007, PMK 100/PMK.01/2008 dan PMK 184/PMK.01/2010 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan;

3. Penyusunan KMK Nomor 289/KMK.01/2007 tentang peringkat Jabatan Di Lingkungan Departemen KeuanganDengan ditetapkannya KMK tersebut, jabatan di lingkungan Kemenkeu dibagi menjadi 27 peringkat jabatan yang terdiri dari 12 peringkat jabatan untuk Pelaksana (grade 1- 12), 1 peringkat jabatan untuk eselon V (13, dan hanya ada di instansi vertikal Ditjen Bea dan Cukai, 3 peringkat untuk eselon IV (14–16), 3 peringkat untuk eselon III (17-19), 4 peringkat untuk eselon II ( 20-23), dan 4 peringkat untuk jabatan eselon I.

Nomor 316/KMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua KMK Nomor 289/KMK.01/2007 2007 tentang Peringkat Jabatan Di Lingkungan Departemen Keuangan pada tanggal 30 Oktober 2008;

4. Menyempurnakan dan mengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 289/KMK.01/2007 tentang peringkat Jabatan Di Lingkungan Departemen Keuangan, dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 376/KMK.01/2008 tentang Peringkat Jabatan di Lingkungan Departemen Keuangan tanggal 30 Desember 2008 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 133/KMK.01/2010;

Page 59: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

59KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

PENYUSUNAN PMK PENILAIAN KINERJA BAGI PELAKSANAPenetapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.01/2008 tanggal 20 November

2008 tentang Pedoman Evaluasi, Penetapan, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan.

Pada tahun 2010, dilakukan penyempurnaan terhadap PMK 190/PMK.01/2008 terkait dengan penambahan materi yang belum tertampung dan beberapa komponen penilaian yang diusulkan berubah bobotnya.

PENYEMPURNAAN REMUNERASIPenerbitan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 137/KMK.01/2008 tentang Perubahan

Kedua Atas KMK Nomor 290/KMK.01/2007 tentang Penetapan Besaran Tunjangan Pokok Unsur TKPKN bagi Pegawai di Lingkungan Departemen Keuangan.

Penyampaian Surat Sekretaris Jenderal kepada Pimpinan unit Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan Nomor SR-410/SJ/2008 tanggal 20 Juni 2008 hal Peringkat Jabatan dan Penyempurnaan Remunerasi, sebagai tindak lanjut atas penerbitan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 137/KMK.01/2008.

Pada tahun 2010, sedang dilakukan penyusunan RKMK tentang Tunjangan Pokok Kinerja. Tunjangan pokok ini akan diberikan kepada seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan hasil capaian kinerjanya.

EXECUTIVE SUMMARY DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI 2007 – 2010Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam peningkatan

kinerja di Kementerian Keuangan. Pada tahun 2007, Kementerian Keuangan telah membangun unit asessment center dan kemudian diikuti dengan kegiatan asesmen bagi pejabat eselon II, III, IV dan Pelaksana.

Dari hasil asesmen tersebut kemudian dibandingkan dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) yang dipersyaratkan bagi masing-masing jabatan sehingga dapat diketahui gap competency (kesenjangan kompetensi). Dalam upaya mengeliminasi kesenjangan kompetensi tersebut, maka disusunlah suatu diklat yang menitikberatkan pada pengembangan soft competency pejabat dalam suatu Diklat Berbasis Kompetensi.

Diklat Berbasis Kompetensi telah dirintis mulai tahun 2008 yang ditandai dengan

Page 60: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201060

2diselenggarakannya Diklat Berbasis Kompetensi eselon II yang diikuti oleh 180 orang pejabat eselon II di lingkungan Kementerian Keuangan yang dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan bekerja sama dengan konsultan yang berkompeten.

Kemudian, pada tahun 2009, Tim Reformasi Birokrasi Pusat bekerja sama dengan konsultan mendesain Diklat Berbasis Kompetensi eselon III yang diperuntukan bagi 1486 orang pejabat eselon III yang telah diases. Dari jumlah tersebut sebanyak 864 orang pejabat eselon III telah mengikuti diklat yang terbagi dalam 8 (delapan) angkatan. Adapun rincian jumlah peserta Diklat Berbasis Kompetensi tahun 2008 – 2010 adalah sebagai berikut:

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TAHUN 2010

Dalam rangka mendukung kelanjutan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, dalam bidang peningkat kualitas SDM telah dilaksanakan Diklat Berbasis Kompetensi untuk para pejabat eselon III dan IV Kementerian Keuangan.

Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi, khususnya soft skill, para pejabat eselon III di Kementerian Keuangan agar dapat menjalankan tugasnya, sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan dalam Standar Kompetensi Jabatan. DBK III juga dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari asesmen atas pejabat eselon III yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi pada tahun 2010 ini difokuskan bagi pejabat eselon III. Diklat ini pada awalnya direncanakan untuk diikuti 670 orang pejabat eselon III yang telah diases dan belum mengikuti Diklat Berbasis Kompetensi III. Namun, mengingat terdapat pejabat eselon III yang memasuki usia pensiun, jumlah peserta yang ditargetkan berubah menjadi 463 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 408 orang pejabat eselon III telah mengikuti diklat pada tahun 2010.

Sementara itu, upaya pengembangan kompetensi bagi pejabat level eselon IV telah dirintis dengan menyelenggarakan Diklat Berbasis Kompetensi IV. Sebanyak 49 orang pejabat eselon IV Kementerian Keuangan telah mengikuti Diklat Berbasis Kompetensi IV di tahun 2010, dengan materi

2008 2009 2010 Jumlah

Diklat Berbasis Kompetensi II 180 - - 180

Diklat Berbasis Kompetensi III - 864 408 1272

Diklat Berbasis Kompetensi IV - - 49 49

Page 61: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

61KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

kompetensi yang penekannya lebih diarahkan pada level kompetensi yang sesuai dengan level eselon IV.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka Diklat Berbasis Kompetensi III dan IV tahun 2010 meliputi:

a. Penyusunan desain program dan kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Eselon IIIDesain program dan kurikulum, meliputi kegiatan re-design dari kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi III di tahun sebelumnya yang dikembangkan oleh konsultan. Penyempurnaan kurikulum materi diklat dilakukan dengan menambah beberapa hal yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar individual maupun organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam beberapa hal, masih dipandang perlu untuk tetap menggunakan materi sebelumnya, termasuk Kamus Kompetensi, karena materi tersebut memang sesuai dengan tujuan diklat ini.

Tujuan diklat berbasis kompetensi (DBK) bagi pejabat eselon III di lingkungan kementerian keuangan adalah meningkatkan soft competency (thinking, working, dan relating skills) bagi pejabat eselon III. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan diklat dengan waktu, diklat ini diisi dengan penyampaian konsep-konsep dan pandangan-pandangan (insights) serta penyampaian pembelajaran eksperential (experential learning) melalui latihan, permainan, penyelesaian tugas individual dan kelompok, studi kasus, bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan sebagainya. Dengan demikian, setelah berakhirnya diklat, para peserta diharapkan telah memiliki gambaran mengenai arah pengembangan kompetensinya.

Setelah kembali ke tempat kerja masing-masing, peningkatan soft competency ini diharapkan agar terus dikembangkan oleh peserta diklat dengan menerapkan konsep-konsep dan pengalaman belajar selama diklat ke dalam praktik atau pelaksanaan tugas

Procurement WorkshopTanggapan Kemenkeu atas Surat Kadin

Page 62: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201062

2sehari-hari. Peningkatan soft competency itu diharapkan memperoleh dukungan dan bantuan dari atasan langsung (pejabat eselon II) masing-masing melalui coaching. Dalam rangka kegiatan coaching tersebut, Pusdiklat Pengembangan SDM, sebagai penyelenggara diklat, mengirimkan Rencana Pengembangan Kompetensi peserta agar dimonitor oleh atasannya masing-masing. Hal ini dilakukan karena perubahan perilaku merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang lama sehingga perlu dimonitor secara konsisten.

Desain program dan kurikulum diklat tersusun dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan (GBPP). Mengingat bahwa peserta diklat merupakan pejabat eselon III, yang sudah dewasa sehingga metode pembelajaran yang diterapkan dalam Diklat Berbasis Kompetensi adalah metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) dengan mengedepankan lebih banyak diskusi, games, role play, simulasi, penugasan (individual assignment dan tugas baca), serta pengisian kuesioner dan working sheet.

Adapun materi Diklat Berbasis Kompetensi yang diberikan kepada peserta terdiri dari:

b. Penyusunan desain program dan kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Eselon IVPenyusunan desain program dan kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi IV ini disusun oleh para Widyaiswara/pengajar dilingkungan Pusdiklat PSDM dan memperoleh masukan dari narasumber yang kompeten. Diklat didesain dengan memperhatikan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) untuk level eselon IV di Kementerian Keuangan yang meliputi kompetensi umum, inti dan beberapa kompetensi khusus.

Pusdiklat Pengembangan SDM juga meminta kepada masing-masing unit untuk memberikan

Leadership Organization Culture

Leader’s Personal Character Integrity

Courage of Conviction Visioning Adapting to

Change Continous Learning

Team Work & Collaboration Managing Others Relationship

ManagementPersonal

Development Plan

Page 63: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

63KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

tiga jenis kesenjangan kompetensi pejabat eselon IV yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang diklat kompetensi eselon IV. Sebagaimana halnya Diklat Berbasis Kompetensi III, pada Diklat Berbasis Kompetensi IV juga diterapkan metode pembelajaran orang dewasa (andragogy). Materi Diklat Berbasis Kompetensi IV dapat dirinci sebagai berikut:

c. Setelah tersusun desain dan kurikulum diklat, dilakukan penyusunan bahan ajar dan perangkat instruksional diklat lainnya untuk Diklat Berbasis Kompetensi Eselon III dan IV, yaitu kegiatan :1. penyusunan bahan ajar/modul. Penyusunan modul/bahan ajar disesuaikan dengan

Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) eselon III/IV dengan mengacu pada Kamus Kompetensi dan sumber-sumber referensi lain yang memadai dalam rangka meningkatkan kompetensi kepemimpinan eselon III/ IV.

2. manual instruktur, merupakan buku yang berisi langkah-langkah kegiatan yang akan digunakan untuk mengajar bagi fasilitator selama pembelajaran.

3. manual peserta, merupakan buku yang berisi langkah-langkah kegiatan yang akan diikuti oleh peserta diklat selama mengikuti diklat.

4. handout untuk peserta, merupakan bahan yang berasal dari slide/transparansi bagi peserta untuk memudahkan peserta dalam memahami bahan ajar/modul

5. Bahan tayang baik berupa hard copy maupun soft copy yang digunakan fasilitator dalam proses pembelajaran.

6. Manual Games, merupakan buku panduan yang digunakan oleh fasilitator untuk mengetahui metode dan cara membawakan games dan debrief-nya.

7. Kuesioner, yang dapat digunakan para peserta untuk melakukan self assessment mengenai dirinya masing-masing.

Leadership Organization Culture Kompetensi

Leader’s Personal Character

Integrity

Continous Learning

Planning and Organizing

Continous Improvement

In-Depth Problem Solving

Presentation Skill

Interpersonal Communication

Stakeholders Service

Managing Others

Personal Development

Plan

Page 64: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201064

2d. Penyelenggaraan diklat, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dibagi

menjadi 4 (empat) angkatan untuk Diklat Berbasis Kompetensi III dan 1 (satu) angkatan untuk Diklat Berbasis Kompetensi IV. Diklat Berbasis Kompetensi III dan IV diselenggarakan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Jalan Purnawarman Nomor 99, Jakarta Selatan, dengan jadwal dan jumlah peserta sebagai berikut:

Diklat Berbasis Kompetensi (DBK) III

Angkatan Waktu Penyelenggaraan Jumlah Peserta

Angkatan I (5 kelas) 27 s.d. 30 September 2010 81

Angkatan II (5 kelas) 11 s.d. 14 Oktober 2010 99

Angkatan III (5 kelas) 18 s.d. 21 Oktober 2010 106

Angkatan IV (5 kelas) 25 s.d. 28 Oktober 2010 122

Diklat Berbasis Kompetensi (DBK) IV

Angkatan Waktu Penyelenggaraan Jumlah Peserta

• Angkatan I (2 kelas) • 8 s.d. 12 November 2010 49

Jumlah peserta Diklat Berbasis Kompetensi adalah 408 pejabat eselon III dan 49 pejabat eselon IV dengan rincian sebagai berikut:

Unit Eselon IJumlah Peserta

DBK IIIJumlah Peserta

DBK IV

Sekretariat Jenderal 35 2

Inspektorat Jenderal 8 2

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2 9

Direktorat Jenderal Pajak 290 10

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 4 14

Direktorat Jenderal Anggaran 4 0

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 3 2

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 21 4

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang 2 0

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 17 2

Badan Kebijakan Fiskal 8 2

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan 14 2

Total 408 49

Page 65: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

65KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Persentase jumlah peserta dari tiap unit eselon I dapat dilihat dalam diagram berikut:

Setjen9%

Itjen2%

DJPb1%

DJP71%

DJBC1%

DJA1%

DJPK1%

DJKN5% DJPU

0%

Bapepam-LK4%

BKF2%

BPPK3%

Jumlah Peserta DBK III

Setjen4% Itjen

4%

DJPb18%

DJP21%

DJBC29%

DJA0%

DJPK4%

DJKN8%

DJPU0%

Bapepam-LK4%

BKF4%

BPPK4%

Jumlah Peserta DBK IV

Page 66: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201066

2e. Evaluasi diklat, dilakukan untuk menilai kesesuaian materi dengan tujuan diklat, cara

penyampaian diklat, pelayanan dan infrastruktur diklat dan tingkat kepuasan, kritik dan saran peserta atas penyelenggaraan diklat. Berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh dari peserta diklat, diketahui hal-hal sebagai berikut:Hasil evaluasi terhadap program

Penilaian Mengenai Respon Peserta DBK III Respon Peserta DBK IV

Program Diklat • Baik : 61,41%• Baik Sekali: 39,91%• Cukup: 3,33%• Kurang: 0,21%

• Baik : 55,10%• Baik Sekali: 44,90%• Cukup: 3,33%• Kurang: 0,21%

Metode Penyajian • Baik: 97,19%• Kurang: 2,81%

• Baik: 97,47%• Kurang: 2,53%

Hasil evaluasi terhadap fasilitator:

Penilaian Mengenai Respon Peserta DBK III Respon Peserta DBK IV

Penggunaan bahasa • Baik : 65,54%• Baik Sekali: 28,46%• Cukup: 5,55%• Kurang: 0,23%

• Baik : 69,59%• Baik Sekali: 28,07%• Cukup: 2,34%

Volume Suara • Baik: 63,45%• Baik Sekali: 30,12%• Cukup: 6,01%• Kurang: 0,22%

• Baik: 60,23%• Baik Sekali: 36,26%• Cukup: 3,51%

Interaksi Fasilitator dengan peserta • Baik: 51,89%• Baik Sekali: 43,00%• Cukup: 4,66%• Kurang: 0,12%

• Baik: 54,39%• Baik Sekali: 39,77%• Cukup: 5,85%

Penguasaan Materi • Baik: 57,12%• Baik Sekali: 34,12%• Cukup: 7,72%• Kurang: 0,47%

• Baik: 54,39%• Baik Sekali: 39,77%• Cukup: 5,85%

Penyajian Materi

• Baik: 60,15%• Baik Sekali: 30,58%• Cukup: 8,72%• Kurang: 0,34%

• Baik: 59,06%• Baik Sekali: 35,67%• Cukup: 5,26%

Kendala dalam pelaksanaan Diklat Berbasis Kompetensi pada tahun 2010 adalah tidak setiap pejabat memiliki gap competency yang sama berdasarkan hasil asesmen sehingga perlu selalu dikembangkan diklat kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan.

Page 67: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

67KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

Bagian 2: Penataan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Page 68: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201068

3

BAGIAN IIIPENDUKUNG

Page 69: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

69KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Page 70: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201070

3

KOMUNIKASI PUBLIK

Kegiatan komunikasi publik dilakukan untuk menyebarluaskan informasi kepada publik mengenai langkah-langkah perbaikan yang terus menerus dilakukan atas pelayanan yang diberikan Kementerian Keuangan kepada publik melalui berbagai media, antara lain media massa (televisi dan radio), dan media online

Page 71: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

71KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Kegiatan komunikasi publik dilakukan untuk menyebarluaskan informasi kepada publik mengenai langkah-langkah perbaikan yang terus menerus dilakukan atas pelayanan yang diberikan Kementerian Keuangan kepada publik melalui berbagai media, antara lain media massa (televisi dan radio), dan media online. Kegiatan

komunikasi publik untuk reformasi birokrasi yang dilakukan pada tahun 2010, meliputi:

MEDIA ONLINESeiring perkembangan teknologi dan kebutuhan untuk mendapatkan berita yang real time,

website menjadi sumber informasi yang cukup diminati, mengingat kemudahannya untuk diakses kapan saja dan di mana saja. Untuk itu, perlu dilakukan upaya penyebaran informasi mengenai Reformasi Birokrasi secara online melalui pengelolaan website reformasi birokrasi dan pemuatan web article di media online.

PENGELOLAAN WEBSITE REFORMASI BIROKRASIWebsite Reformasi Birokrasi merupakan media yang diharapkan dapat menyampaikan

informasi kepada publik mengenai filosofi, best practice, kebijakan dan kegiatan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan secara intensif dan berkesinambungan. Melalui website reformasi birokrasi, informasi terbaru mengenai reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan dapat diakses langsung oleh masyarakat kapan saja dan dimana saja, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat Indonesia yang kritis sekaligus mendukung reformasi birokrasi Kementerian Keuangan.

Pada tahun 2010, dilakukan penyempurnaan baik tampilan website maupun maintenance content-nya. Kesan tampilan yang diinginkan adalah corporate website yang clean, modern, rapi, dan

Page 72: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201072

3

menunjukkan bahwa website ini dikelola dengan baik.

Pada awal Desember 2010, setelah dilakukan Quality Assurance oleh Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan, tampilan baru dari website reformasi birokrasi diluncurkan, dan telah dilakukan updating content secara berkala. Kolom opini dengan artikel mengenai progress reformasi birokrasi di berbagai unit di lingkungan Kementerian Keuangan baik di pusat maupun di daerah menjadi kontributor yang terbanyak.

3Bea Masuk DJBC Lampaui Target

Jakarta, 26/11/2010 MoF (Fiscal) News – Reformasi birokrasi yang gencar dilakukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) membuahkan hasil. Pada bulan November 2010, Bea Masuk (BM) DJBC menembus target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010. Demikian disampaikan Kepala Seksi Humas DJBC Evy Suhartantyo dalam pesan singkatnya, Jumat (26/11). “Penerimaan DJBC sampai dengan 23 November 2010, BM 17.189,97 miliar (113,8%),” ungkapnya. Evy menjelaskan, menurut data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, beberapa sektor juga hampir mendekati target. “BK (Bea Keluar) 5.334,6 miliar (97,8%), Cukai 57.709,4 miliar (97,4%), PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor) 97.324,4 miliar,” jelasnya. Menurut Evy, Analisis tercapainya penerimaan BM sampai dengan Oktober 2010 antara lain disebabkan karena nilai tukar Rupiah yang menguat (berada di bawah asumsi makro pada APBN-P 2010) yang dapat mendorong tingkat importasi, sehingga nilai dutiable import (penerimaan bea masuk barang impor) meningkat.

Selain itu, nilai dutiable import meningkat hampir 40% dibanding tahun 2009. Kemudian yang juga mempengaruhi yaitu internal effort DJBC, seperti intensifikasi pemeriksaan dokumen dan fisik barang, pemberantasan penyelundupan serta temuan hasil audit. Untuk penerimaan cukai yang mendekati target, Evy menyebutkan hal tersebut adalah dampak kenaikan tarif cukai Hasil Tembakau (HT) mulai Januari dan dampak kenaikan cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) dan Etil Alkohol (EA) mulai April, serta internal effort DJBC. Ia menambahkan, untuk BK, sejak bulan September harga referensi Crude Palm Oil (CPO) meningkat seiring naiknya harga minyak mentah dunia, sehingga tarif yang berlaku 4,5% sedangkan bulan Oktober kembali meningkat harga referensinya dan dikenakan tarif 6% dan November ini tarifnya 10%.(sel)

Page 73: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

73KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Dalam pengelolaan website reformasi birokrasi ditemui kendala dari sisi content yaitu: informasi yang disediakan dipandang kurang lengkap dan mendalam. Ke depan akan terus dilakukan update konten dan memperbarui tampilan website reformasi birokrasi agar lebih menarik, lengkap, dan mendalam.

PROGRAM PEMUATAN WEB ARTICLE DI MEDIA ONLINESelain melalui website yang dikelola sendiri, rencananya akan dilakukan sosialisasi

progress report reformasi birokrasi melalui web article di media online, antara lain www.kompas.com atau www.detik.com. Media online tersebut berbayar. Direncanakan pada awal Desember 2010, akan dilakukan pemuatan web article sebanyak 2 (dua) kali dengan konten antara lain: (i) 16 Layanan Unggulan Pajak, (ii) HUT Keuangan: Reformasi Jalan Terus, dan (iii) Bertambah SOP layanan unggulan Kementerian Keuangan, dan (iv) “Reformasi Birokrasi Kemenkeu: Jabatan yang Diperingkat dan Assessment Center”.

Namun demikian, program pemuatan web article di media online pada tahun 2010 ini tidak dapat direalisasikan, karena terkendala pada keterbatasan sumber daya manusia yang mampu untuk menulis, narasumber dan materi yang up to date yang akan menjadi Web article dan keterbatasan space/slot di media online.

MEDIA MASSAMedia massa merupakan media yang

menyebarkan informasi kepada masyarakat dengan jangkauan yang luas, baik lokal, nasional maupun internasional. Pada tahun 2010, televisi dan radio dipilih untuk menjadi media yang mengkomunikasikan informasi kepada publik mengenai filosofi, best practice, kebijakan dan kegiatan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan.

a. Program Radio Talk 2010 Pada tahun 2010, direncanakan akan dilakukan kegiatan radio talk sebanyak dua frekuensi.

Pada Tahun 2010 Radio Talk telah dilaksanakan sebanyak dua frekuensi, yang pertama dilaksanakan di Elshinta FM pada tanggal 2 Desember 2010 dan yang kedua di RRI Pro 3 FM pada tanggal 4 Desember 2010 mengenai progress report reformasi birokrasi tahun 2010 dengan narasumber Bapak Juni Hastoto.

Konferensi Press mengenai perekonomian

Page 74: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201074

3 Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan kesediaan pejabat Kementerian Keuangan yang

akan menjadi narasumber dalam program Radio Talk.

b. Program TV Talk 2010Televisi merupakan media yang sangat akrab dengan masyarakat Indonesia dan memiliki jangkauan yang luas. Program TV Talk ini dapat dijadikan sebagai tempat diskusi antara Menteri Keuangan/para pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan dengan para stakeholdersnya. Program TV Talk ini diharapkan dapat menyampaikan informasi kepada publik mengenai filosofi, best practice, kebijakan dan kegiatan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan secara efektif melalui televisi-televisi nasional maupun lokal. Rencananya pada tahun 2010, program TV Talk akan dilaksanakan sebanyak tiga kali. Namun demikian, pada tahun 2010, program TV Talk hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada tanggal 6 Desember 2010 di Metro TV dengan narasumber ………….. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kesediaan pejabat Kementerian Keuangan yang akan menjadi narasumber dalam program TV Talk.

PEMBUATAN FILM DOKUMENTERDewasa ini, film digunakan tidak hanya untuk kepentingan hiburan tetapi juga sebagai sarana

penyampaian pengetahuan, pendidikan dan informasi secara kreatif. Terdapat berbagai jenis film, mulai dari genre komedi sebagai hiburan sampai genre dokumenter yang biasa digunakan untuk mendokumentasikan kenyataan atau menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

Mengingat kesuksesan film dokumenter berjudul “Why We Fight (1942-1945)” yang dibuat pada masa menjelang perang dunia kedua yang berisi propaganda Amerika untuk mendukung perang, maka film dokumenter diharapkan dapat dijadikan sebagai media penyampaian pesan Kementerian Keuangan melalui Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi. Direncanakan akan dibuat satu buah film dokumenter pada tahun 2010. Pada bulan November sampai Desember 2010 telah dibuat satu buah film dokumenter dengan materi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagai salah satu hasil reformasi birokrasi.

Selanjutnya, pada tahun 2011, film siap untuk disiarkan kepada publik. Namun terlebih dahulu akan dilakukan proses penerjemahan film tersebut menjadi tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Cina.

Press gathering foreign

Page 75: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

75KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

SURVEI KEPUASAN PELANGGANSelain melakukan komunikasi publik, untuk dapat mengetahui persepsi sekaligus

mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan unggulan Kementerian Keuangan sebagai hasil reformasi birokrasi yang berjalan, dilakukan survei kepuasan pelanggan. Hasil survei tersebut dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja layanan masing-masing unit eselon satu serta menunjukkan area of improvement bagi perbaikan kualitas kinerja layanan unggulan unit eselon satu. Survei ini direncanakan dilakukan dengan menggunakan teknik sampling multi stage random sampling, di 6 kota besar yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Batam yang pernah mendapat layanan dari 8 (delapan) unit eselon I Kementerian Keuangan dalam satu tahun, dengan target responden 2200. Target rata-rata indeks kepuasan pelanggan untuk tahun 2010 adalah 3,92.

Pada pelaksanaannya, Survei Kepuasan Pelanggan 2010 dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Tim peneliti IPB didampingi oleh tim pendamping/counterpart yang terdiri dari perwakilan masing-masing unit eselon I, dengan waktu pelaksanaan sebagai berikut:

Periode Kota Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

I Surabaya, Batam, dan Makasar 31 Oktober – 2 November 2010

II Jakarta, Medan, dan Balikpapan 7 - 9 November 2010

Hasil survei menunjukkan :

Tingkat Kepuasan Pelanggan per Eselon 1

No Unit LayananTingkat Kepuasan (%)

Tidak Puas Cukup Puas Puas Total

1 Direktorat Jenderal Pajak 5.4 28.7 65.9 100

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

7.3 35.2 57.5 100

3 Direktorat Jenderal Anggaran

7.6 22.9 69.4 100

4 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara

4.0 15.5 80.5 100

5 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

3.8 14.6 81.6 100

6 BAPEPAM LK 2.8 27.0 70.2 100

7 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

- 21.5 78.5 100

8 Sekretariat Jenderal 4.1 29.5 66.5 100

9 Kementerian Keuangan 5.0 25.2 69.8 100

Page 76: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201076

3Tingkat Kepuasan Pelanggan per kota:

No WilayahTingkat Kepuasan (%)

Tidak Puas Cukup Puas Puas Total

1 Jakarta 5.84 27.70 66.47 100

2 Medan 4.16 21.11 74.74 100

3 Surabaya 6.38 21.81 71.81 100

4 Balikpapan - 20.53 79.48 100

5 Makasar 2.83 15.09 82.08 100

6 Batam 6.64 35.42 57.93 100

7 Nasional 5.02 25.23 69.75 100

Nilai indeks kepuasan pelanggan Kementerian Keuangan rata-rata adalah 3,90 dalam skala ………..

Pada pelaksanaannya tidak ditemui kendala yang berarti. Selanjutnya untuk TA 2011, survey kepuasan pelanggan akan dilaksanakan di 6 kota besar () dan pelanggan seluruh unit eselon I.

Press gathering foreign

Page 77: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

77KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Page 78: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201078

3

MONITORING DAN EVALUASI

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik/masyarakat kepada pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pelayanan publik perlu dilaksanakan secara optimal.

Page 79: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

79KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik/masyarakat kepada pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pelayanan publik perlu dilaksanakan secara optimal. Untuk itu, sampai dengan triwulan satu tahun 2009, telah ditetapkan 6.756 SOP pada 12 unit eselon I di lingkungan

Kemenkeu, dengan 35 SOP di antaranya menjadi SOP Layanan Unggulan (quick win).

Hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh lembaga independen Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2009 juga menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat (indeks) kepuasan pengguna jasa di beberapa unit eselon I di lingkungan Kemenkeu dari tahun sebelumnya (2008) yaitu:

NO. Unit Eselon I Indeks Kepuasan 2008 Indeks Kepuasan 2009

1. DJP 3,86 3,75

2. DJBC 3,74 3,72

3. DJPB 4,17 4,13

4. DJKN 4,09 3,98

Dalam rapat pimpinan (Forsa) 5 Februari 2010, Menteri Keuangan kembali menegaskan perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap pelaksanaan SOP di lingkungan Kemenkeu terutama menyangkut masalah konsistensi pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan masih banyaknya keluhan dan ketidakpuasan masyarakat pengguna jasa layanan terhadap layanan yang diberikan oleh Kemenkeu.

Menindaklanjuti instruksi Menteri Keuangan dan hasil survei tersebut, Inspektorat Jenderal dalam perannya sebagai pengawal reformasi birokrasi di lingkungan Kemenkeu pada tahun 2010 melakukan reviu/monev terhadap penerapan SOP pada lima unit eselon I yaitu DJA, DJP, DJBC, DJPB, dan DJKN dan monev tindak lanjut hasil survei peningkatan mutu layanan publik 2009 pada DJKN, DJP, dan DJBC. Agar pelaksanaan reviu/evaluasi atas penerapan SOP tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien serta adanya kesamaan dalam penyusunan hasil reviu/evaluasi, maka pelaksana teknis kegiatan tersebut dibekali pedoman sebagai guidance (acuan).

Page 80: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201080

3TUJUAN MONEV

Tujuan monev adalah untuk memberikan penilaian atas tingkat konsistensi penerapan SOP dan efektivitas SOP pada lima unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, mengidentifikasi penyebab belum optimalnya implementasi SOP dan tidak efektifnya SOP, memberikan rekomendasi perbaikan, serta mendorong peningkatan kualitas layanan kepada stakeholders dan public trust di lingkungan Kemenkeu melalui kegiatan:

a. Reviu/monev konsistensi penerapan SOP dan efektivitas SOP pada lima unit eselon I di lingkungan Kemenkeu pada DJA, DJP, DJBC, DJPB, dan DJKN; dan

b. Monev tindak lanjut hasil survei peningkatan mutu layanan publik 2009 pada DJKN, DJP, dan DJBC.

DASAR HUKUMSesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/

KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan, yang terakhir diperbaharui dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 65/KMK.01/2010 tentang Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2010, telah dibentuk Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi (FKRB) Tahun Anggaran 2010. Dalam struktur tim FKRB, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi melakukan monev atas implementasi program reformasi birokrasi di lingkungan Kemenkeu.

PERENCANAAN/TARGET1. Reviu/monev Penerapan SOP Layanan Publik pada DJP, DJBC, DJPB, DJKN, dan DJA (Lampiran 3.1)

a. Mengidentifikasi kegiatan penting yang masih harus disusun SOP-nya;b. Menguji konsistensi (reviu) penerapan unsur waktu, tahapan, dan kelengkapan persyaratan

pada SOP unggulan yang dipilih;c. Penyusunan peta konsistensi penerapan.

2. Monev Tindak Lanjut Hasil Survei Peningkatan Mutu Layanan Publik 2009 pada DJKN, DJP, dan DJBC:a. Mengidentifikasi dan membuat usulan perbaikan atas unsur-unsur layanan yang belum

optimal dilakukan oleh unit Eselon I di lingkungan Kemenkeu berdasarkan hasil survei UI serta melakukan pembahasan atas usulan perbaikan tersebut dengan unit Eselon I untuk

Page 81: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

81KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

mendapatkan persetujuan pimpinan (dituangkan dalam bentuk surat unit Eselon I kepada jajarannya);

b. Sosialisasi langkah-langkah perbaikan mutu layanan publik bersama personil unit Eselon I yang perlu dilakukan oleh kantor yang menjadi locus survei

PELAKSANAAN/REALISASI1. Reviu/monev Penerapan SOP Layanan Publik/Unggulan pada DJP, DJBC, DJPB, DJKN, dan DJA

(Lampiran 3.1)2. Monev Tindak Lanjut Hasil Survei Peningkatan Mutu Layanan Publik 2009 pada DJKN, DJP, dan

DJBCa. Atas hasil survei peningkatan mutu layanan publik oleh UI, Inspektorat Jenderal bersama

dengan Unit eselon I terkait melakukan identifikasi dan penyusunan langkah tindak lanjut perbaikan layanan yang belum optimal, dengan capaian:1. Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara nomor S-3984/KN/2010 tanggal 21 Juli 2010

perihal Survei Kepuasan Publik dan Langkah-langkah perbaikan Mutu Pelayanan di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

2. Surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor S-296/BC.1/2010 tanggal 21 Juli 2010 perihal Tindak Lanjut Survei Program Peningkatan Mutu Layanan Publik di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3. Surat Direktur Jenderal Pajak nomor S-218/PJ/2010 tanggal 4 Agustus 2010 perihal Langkah-Langkah Tindakan Perbaikan Peningkatan Mutu Layanan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

Ketiga surat Dirjen di atas merupakan acuan langkah-langkah perbaikan mutu layanan publik yang harus dilaksanakan oleh satker di lingkungan masing-masing untuk meningkat layanan publik.

b. Sosialisasi langkah-langkah perbaikan mutu layanan publik mengenai implementasi action plan perbaikan yang perlu dilaksanakan kantor vertikal:1. Kegiatan sosialisasi pada 18 kantor di lingkungan DJKN, DJBC, dan DJP pada bulan Juli

s.d. September 2010.2. Penyampaian tindak Lanjut action plan perbaikan oleh unit vertikal di DJKN, DJP, dan

DJBC. Hasil pemantauan langkah-langkah perbaikan pada unit-unit layanan vertikal hingga tanggal 16 Desember 2010, menunjukkan bahwa:

a. Semua unit layanan DJP, DJBC, dan DJKN pada enam kota yang menjadi locus survei tahun 2010, kecuali unit layanan DJP di Balikpapan, telah melaksanakan action plan perbaikan/peningkatan mutu layanan publik; dan

Page 82: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201082

3b. Beberapa unit layanan di luar enam kota yang menjadi locus survei tahun 2010 juga telah melaksanakan

action plan perbaikan/peningkatan mutu layanan publik.

KENDALA DAN TINDAK LANJUTDalam pelaksanaan reviu/monev konsistensi penerapan SOP dan efektivitas SOP dan monev tindak lanjut hasil

survei peningkatan mutu layanan publik 2009, beberapa kendala yang dihadapi Tim Pelaksana Monev adalah sebagai berikut:

No. Kendala Tindak Lanjut

1. Adanya hambatan waktu untuk koordinasi dengan unit eselon I terkait karena tingkat intensitas tugas dan fungsi yang padat.

Untuk selanjutnya, menjadwalkan kembali pertemuan dengan unit eselon I terkait dengan mempertimbangkan tingkat kesibukan/peak season unit eselon I.

2. Adanya keterbatasan sumberdaya sehingga belum seluruh program reformasi birokrasi dimonev

Menjadwalkan kembali dalam road map untuk melaksanakan monev atas program reformasi birokrasi yang belum dimonev dan menjadi perhatian utama pimpinan.

3. Pelaksanaan uji konsistensi hanya berdasarkan dokumen yang diterima.

Untuk selanjutnya, akan dikembangkan metode uji konsistensi terhadap pelayanan yang sedang berlangsung (on the spot).

Page 83: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

83KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Page 84: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201084

3

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Dalam rangka pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan, setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian keuangan diharapkan melakukan pengukuran dan analisis beban kerja

Page 85: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

85KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Pengembangan sistem manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC) di lingkungan Kementerian Keuangan sejak Oktober 2007 telah berdampak pada perbaikan organisasi secara sistemik. Penetapan Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan besaran target yang terus-menerus dimonitor

pencapaiannya, mendorong setiap unit organisasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya, sistem manajemen kinerja perlu terus dikembangkan mengingat tuntutan perubahan organisasi yang begitu cepat. Sebagai contoh, dengan ditetapkannya Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Keuangan tahun 2010-2014, menuntut dilakukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap Peta Strategi, SS, dan IKU yang telah dibangun pada level Depkeu-Wide-One-Two. Selain itu, dalam rangka mengkomunikasikan strategi dari level pimpinan sampai pelaksana, perlu dilakukan cascading SS dan IKU sampai dengan level individu, yang pada akhirnya diharapkan dapat membentuk budaya organisasi yang berorientasi pada strategi untuk meningkatkan kinerja.

Dalam rangka mendukung program Forum Komunikasi Reformasi Birokrasi tahun 2010 khususnya terkait penetapan IKU di lingkungan Kementerian Keuangan, Bidang Indikator Kinerja Utama melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

PENYEMPURNAAN (REFINEMENT) DEPKEU-WIDE-ONE-TWO BERDASARKAN RENSTRA KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010-2014

Pada tahun 2010, Kementerian Keuangan menyusun Renstra 2010-2014 yang berimplikasi terhadap perubahan strategi organisasi selama lima tahun. Hal ini menuntut penyesuaian/penyempurnaan (refinement) Peta Strategi, SS, dan IKU yang telah dibangun pada level Depkeu-Wide sampai dengan Depkeu-Two pada tahun 2009. Hasil dari refinement tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk kontrak kinerja dan ditetapkan dalam

Page 86: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201086

3Keputusan Menteri Keuangan Nomor 104/KMK.01/2010 tentang Penetapan Peta Strategi dan IKU Tingkat Kementerian dan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2010.

Adapun hasil refinement Depkeu-Wide-One-Two tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Level Jumlah SS Jumlah IKU

Depkeu-Wide 16 39

Depkeu-One 163 330

Depkeu-Two 2.043 4.081

Implementasi Sistem Manajemen Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan terus mengalami perkembangan sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap payung hukum yang mendasari pengelolaan kinerja yaitu KMK Nomor 87/KMK.01/2009 tentang Pengelolaan IKU di Lingkungan Departemen Keuangan diubah menjadi KMK Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan. Selain itu, perlu penegasan fungsi pengelola kinerja di masing-masing unit eselon I, dalam hal ini Manajer Kinerja, yang selanjutnya ditetapkan dalam KMK Nomor 367/KMK.01/2010 tentang Penetapan Manajer Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2010.

CASCADING KE LEVEL UNIT ESELON III (DEPKEU-THREE) Dalam rangka mengimplementasikan konsep Strategy Focused Organization (SFO), perlu

adanya penyelarasan sasaran dan tujuan pada organisasi yang lebih tinggi hingga yang paling rendah. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melalui pelaksanaan cascading hingga ke level personal scorecard. Pada tahun 2010, proses cascading ini dilaksanakan hingga seluruh level Eselon III di Kementerian Keuangan. Proses cascading ini mencakup penyusunan peta strategi, SS, IKU, target IKU, manual IKU pada unit Eselon III di seluruh Unit Eselon I Kementerian Keuangan. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya proses cascading tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Panduan CascadingPanduan cascading hingga level individu yang tertuang di dalam buku Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis BSC telah ditetapkan pada awal tahun 2010. Panduan ini dirumuskan oleh Pushaka dan Manajer Kinerja serta diedarkan melalui Surat Edaran Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan Nomor SE-62/MK.1/2010 tentang Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di Lingkungan Departemen Keuangan. Panduan ini menjadi acuan dalam melaksanakan cascading ke level Depkeu-Three dan pilot project cascading hingga level Depkeu-Five (Individu). Selain berisi panduan cascading, buku panduan ini juga memberikan acuan penyusunan peta strategi, penilaian kinerja, inisiatif strategis, serta monitoring dan evaluasi.

Page 87: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

87KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

2. Training of Trainers Tim CascadingDalam rangka membentuk tim cascading yang capable, maka pada bulan Maret 2010 dilaksanakan Workshop on BSC Trainer’s Training bagi tim cascading dari seluruh unit eselon I yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap pengelolaan kinerja berbasis BSC, mampu menyusun peta strategi, sasaran strategis, indikator kinerja utama, dan inisiatif strategis, mampu melaksanakan cascading scorecard ke level unit eselon III, dan mampu melakukan coaching dan training kepada para pegawai di lingkungannya.

3. Sosialisasi Konsepsi dan Aplikasi BSC Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis BSC di Lingkungan Kementerian Keuangan yang telah dirumuskan, selanjutnya disosialisasikan kepada para pejabat eselon III dan IV di lingkungan Kementerian Keuangan melalui workshop cascading BSC pada bulan Mei s.d. Juni 2010. Workshop ini dilaksanakan di 11 kota di seluruh Indonesia dengan jumlah peserta sekitar 1700 pegawai meliputi kota Jakarta, Medan, Palembang, Bandung, Yogyakarta, Malang, Balikpapan, Pontianak, Denpasar, Makassar, dan Manado.

4. Proses Cascading BSC ke Level Depkeu-ThreePelaksanaan cascading ke seluruh Depkeu-Three dilakukan oleh manajer kinerja masing-masing unit eselon I secara mandiri (tanpa melibatkan konsultan). Cascading ke Depkeu-Three dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan Focus Group Discussion yang dikoordinasikan oleh manajer kinerja dan diikuti oleh para pejabat eselon III dan IV. Adapun hasil cascading adalah sebagai berikut:

No Unit Eselon IJumlah Eselon

IIIEselon III

SS IKU

1. Setjen 84 350 560

2. DJA 38 221 399

3. DJP 366 5.688 13.176

4. DJBC 194 1.469 2.079

5. DJPB 274 3.492 6.984

6. DJKN 195 1.751 2.777

7. DJPK 23 78 119

8. DJPU 22 135 235

9. Itjen 5 314 460

10. Bapepam-LK 49 383 735

11. BKF 49 169 259

12. BPPK 32 384 712

Jumlah 1.331 14.434 28.495

Page 88: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201088

35. Penyusunan Revisi Buku Panduan Pengelolaan Kinerja

Pengelolaan kinerja yang terus berkembang dan mengingat tahun 2011 merupakan batas akhir penyusunan scorecard hingga level individu, diperlukan panduan yang lebih tajam, komprehensif, dan terukur untuk memudahkan pengelola kinerja dan pegawai Kemenkeu dalam menyusun personal scorecard. Di samping itu, panduan tersebut akan dijadikan acuan bagi KMK yang mengatur tentang penilaian kinerja pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan, maka payung hukum pedoman cascading yang selama ini masih berupa Surat Edaran Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan, perlu diperkuat dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan. Sampai dengan akhir tahun 2010, pedoman tersebut belum dapat diselesaikan karena berdasarkan perkembangan yang ada, dipandang perlu untuk mengintegrasikan seluruh peraturan terkait pengelolaan dan penilaian kinerja dalam satu keputusan yang lebih komprehensif.

6. Review Hasil Cascading Depkeu-ThreeDalam rangka menyamakan persepsi dan pemahaman atas SS dan IKU Depkeu-Three yang telah disusun, Pushaka, manajer kinerja, dan perwakilan unit eselon III dari seluruh unit eselon I melaksanakan review secara berseri pada tanggal 20 s.d. 24 September 2010. Ruang lingkup review adalah proses cascading SS dan IKU dari Depkeu-Two ke Depkeu-Three, alignment (penyelarasan) IKU antar unit selevel, dan manual IKU.

7. Pembekalan Persiapan Cascading Depkeu-Four dan FiveDalam rangka persiapan cascading hingga level individu, telah dilaksanakan pembekalan dalam bentuk workshop sebanyak 4 (empat) gelombang dengan jumlah peserta sekitar 200 orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing unit eselon I. Workshop tersebut dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2010.

PILOT PROJECT CASCADING HINGGA LEVEL INDIVIDU (DEPKEU-FIVE)Cascading hingga level individu direncanakan akan diselesaikan pada tahun 2011. Untuk

mempercepat proses tersebut, maka ditunjuk 1 (satu) unit Eselon II pada tiap unit Eselon I sebagai pilot project cascading hingga ke level individu. Kegiatan pilot project cascading ini diharapkan dapat menghasilkan suatu template proses cascading bagi setiap level jabatan yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi unit lain di unit eselon I bersangkutan.

Dalam pelaksanaannya, pilot project cascading hingga personal scorecard melebihi ekspektasi yang diharapkan, dimana beberapa unit eselon I melakukan cascading lebih dari 1 unit eselon II. Adapun hasil pilot project cascading adalah sebagai berikut:

Page 89: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

89KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

No. Unit Eselon I Unit Pilot ProjectJumlah IKU

Eselon IV Pelaksana

1. Setjen 1. Biro Umum2. Biro Perencanaan dan Keuangan3. Pushaka4. Pusat Investasi Pemerintah

372 1.488

2. DJA Dit. Penyusunan APBN 206 329

3. DJP 1. Kanwil DJP Jakarta Selatan2. Kanwil DJP Jawa Tengah II

1.805 2.382

4. DJBC Dit. Cukai, KPU Tanjung Priok

359 2501

5. DJPB Dit. Pelaksanaan Anggaran 150 600

6. DJKN 1. Sekretariat DJKN2. Dit. BMN I3. Dit. BMN II4. Dit. Kekayaan Negara Lain-lain5. Dit. Penilaian Kekayaan Negara6. Dit. Piutang Negara7. Dit. Lelang8. Dit. Hukum dan Informasi

921 1.817

7. DJPK Sekretariat DJPK 74 176

8. DJPU 1. Sekretariat DJPU2. Dit. Pinjaman dan Hibah3. Dit. Surat Utang Negara4. Dit. Pembiayaan Syariah 5. Dit. Strategi dan Portofolio Utang 6. Dit. Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen

545 979

9. Itjen Sekretariat Itjen 325 960

10. Bapepam-LK Biro Kepatuhan Internal 115 39

11. BKF Pusat Kebijakan APBN 100 123

12. BPPK Sekretariat BPPK 146 510

Jumlah 5.118 11.904

Untuk menjamin keseragaman pemahaman atas SS dan IKU yang telah dibangun, Pushaka bersama Manajer Kinerja dan perwakilan dari unit pilot project melakukan review atas SS dan IKU hingga Depkeu-Five pada unit pilot project yang dilaksanakan secara berseri pada tanggal 1 s.d. 9 November 2010.

Dalam pelaksanaan cascading, Pushaka dan Manajer Kinerja menemukan beberapa

Page 90: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201090

3kendala, khususnya kendala non teknis terkait dengan keterlambatan penyelesaian proses cascading yang disebabkan oleh ruang lingkup unit eselon I yang terlalu besar. Adapun kendala tersebut adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Kendala Tindak Lanjut

1. Proses Cascading BSC ke

Level Depkeu-Three

Ditargetkan selesai bulan

Agustus 2010

Beberapa unit seperti DJP, DJBC, DJPB,

dan BPPK terlambat menyelesaikan

proses cascading (November 2010)

sehingga demi efesiensi tidak lagi

melakukan Kontrak Kinerja

Diharapkan cascading pada tahun

2011 dilakukan secara tepat waktu

oleh unit terkait

2. Penyusunan Revisi Buku

Panduan Pengelolaan Kinerja

Belum dapat diselesaikan karena

berdasarkan perkembangan

yang ada, dipandang perlu untuk

mengintegrasikan seluruh peraturan

terkait pengelolaan dan penilaian

kinerja dalam satu keputusan yang

lebih komprehensif.

Koordinasi dengan Biro SDM,

Organta, Cankeu, dan Hukum

3. Proses Pilot Project Cascading

BSC ke Level Individu.

Ditargetkan selesai bulan

Juni 2010

Beberapa unit seperti DJP, DJBC,

DJPB, DJPK dan BPPK terlambat

menyelesaikan proses cascading

(Oktober 2010)

Diharapkan cascading pada tahun

2011 dilakukan secara tepat waktu

oleh unit terkait

Page 91: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

91KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

Bagian 3: Pendukung

Page 92: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201092

Lampiran

Page 93: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

93KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

No. Jenis Layanan (Kegiatan) Unit-unit Terkait

1. Penyusunan Renstra Kemenkeu Setjen dan semua Unit eselon I

2. Penyusunan dan Penyampaian Renja K/L dan RKA-K/L Kemenkeu Berdasarkan Pagu Indikatif Tahun 200x+1 kepada Bappenas, Ditjen Anggaran, dan Komisi XI DPR

Setjen dan semua Unit eselon I

3. Penetapan Kinerja Kementerian Keuangan Setjen dan semua Unit eselon I

4. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Kementerian Keuangan Setjen dan semua Unit eselon I

5. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Keuangan

Setjen dan semua Unit eselon I

6. Penelaahan Perumusan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Setjen dan semua Unit eselon I

7. Penyusunan Outline Nota Keuangan dan Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara DJA dan BKF

8. Penyusunan Bahan Pidato dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI di depan Sidang DPR-RI Tanggal 16 Agustus

DJA dan DJPK

9. Pembuatan Perkiraan Realisasi Semester I dan Prognosa Semester II APBN dalam rangka Penyusunan Laporan Semester I dan Prognosa Semester II Pelaksanaan APBN

DJA dan BKF

10. Perhitungan Perkiraan Penerimaan Negara Bukan Pajak SDA Migas sebagai Data Pendukung Perhitungan Perkiraan Dana Bagi Hasil (DBH) SDA Migas untuk Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan

DJA dan DJPK

11. Penyelesaian Revisi Non APBNP DJA dan DJPb

12. Penerbitan Dokumen SP-SAPSK atas Hasil Penelaahan Usulan Penyediaan Dana yang Bersumber dari BAPP pada Belanja Pemerintah Pusat

DJA dan DJPb

13. Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara DJA dan DJP

14. Tata Cara Penyusunan Draft Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) DJP dan BKF

15. Tata Cara Pelaksanaan Mutual Agreement Procedure (MAP) Kepada Negara Mitra P3B Berdasarkan Permintaan Wajib Pajak Indonesia

DJP dan BKF

16. Tata Cara Penyusunan Laporan Penerimaan PPh Dalam Bentuk US $ (Valas) DJP dan DJPb

17. Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi Pemeriksaan Gabungan dengan DJBC DJP dan DJBC

18. Tata Cara Penelaahan Hasil Pemeriksaan Gabungan DJP-DJBC DJP dan DJBC

19. Tata Cara Pembuatan Ketetapan PBB Pertambangan Migas atas Hasil Produksi Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Dan PT Pertamina (Persero)

DJP dan DJA

20. Tata Cara Pembuatan Ketetapan PBB Pertambangan Migas atas Areal PT Pertamina (Persero) Hulu

DJP dan DJA

21. Tata Cara Pembuatan Ketetapan PBB Pertambangan Migas atas Areal Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Perairan Lepas Pantai (Off Shore)

DJP dan DJA

Lampiran 2.1 46 jenis layanan yang terdapat keterkaitan aktivitas antar beberapa unit Eselon I

Page 94: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201094

LNo. Jenis Layanan (Kegiatan) Unit- Unit Terkait

22. Tata Cara Pembuatan Ketetapan PBB Pertambangan Migas atas Areal Kontraktor Kerjasama (KKKS) di Daratan (On Shore)

DJP dan DJA

23. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak DJBC dan DJPb

24. Penentuan tarif untuk jenis barang tertentu (belum ada SOPnya) DJBC dan BKF

25. Pelayanan Penelaahan dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat

DJPb dan semua unit Eselon I

26. Pengujian terhadap SPM dan penerbitan SP2D pembayaran kewajiban pemerintah atas ULN

DJPb dan DJPU

27. Pengujian terhadap SPM dan penerbitan SP2D pembayaran kewajiban pemerintah atas SUN

DJPb dan DJPU

28. Pengujian Terhadap SPM dan Penerbitan SP2D Pembayaran Transfer ke Daerah DJPb dan DJPK

29. Penyaluran RDI, Rekening Penerimaan SDA, Rekening Non SDA, dan Rekening Lainnya DJPb dan DJA

30. Penyaluran RDI, Rekening Penerimaan SDA, Rekening Non SDA, dan Rekening Lainnya DJPb dan DJA

31. Penyaluran RDI, Rekening Penerimaan SDA, Rekening Non SDA, dan Rekening Lainnya DJPb dan DJA

32. Penyaluran RDI, Rekening Penerimaan SDA, Rekening Non SDA, dan Rekening Lainnya DJPb dan DJA

33. Pelaksanaan Tukar Menukar atas Tanah dan/atau Bangunan yang berada pada Pengelola Barang

DJKN dan DJP

34. Penetapan Status Penggunaan BMN Hasil Sitaan DJBC DJKN dan DJBC

35. Penerbitan Penerimaan/Penolakan Pengurusan Piutang pada KPKNL DJKN dan semua Unit eselon I

36. Penghitungan Alokasi serta Penyusunan dan Penyampaian Konsep PMK tentang Penetapan Alokasi Sementara DBH PBB

DJPK dan DJP

37. Penghitungan Alokasi serta Penyusunan dan Penyampaian Konsep PMK tentang Penetapan Alokasi Sementara DBH BPHTB

DJPK dan DJP

38. Penyampaian Prognosa Realisasi Penerimaan Cukai Hasi Tembakau (CHT) kepada Gubernur Penghasil CHT

DJPK dan DJBC

39. Penilaian Administrasi dan Keuangan atas Usulan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri DJPK dan DJPb

40. Layanan Pengadaan Pinjaman Program DJPU dan DJPb

41. a. Pengadan Pinjaman/Hibah dari China, Singapura, Rusia, Australia, Selandia Baru, dan Eropa Barat kecuali Spanyol;

b. Pengadan Pinjaman/Hibah Bilateral dari negara-negara Afrika, Spanyol dan Eropa Timur, Amerika Serikat, Kanada Negara-Negara Timur Tengah dan Negara-Negara Asia Kecuali China dan Singapura;

c. Pengadaan Pinjaman/Hibah dari ADB, IDB, dan IFAD;d. Pengadaan Pinjaman/Hibah dari World Bank, European Investment Bank, United

Nations Institutions, dan multilateral lainnya

DJPU dan DJPb

Page 95: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

95KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

42. Penanganan Permintaan Audit Investigasi dari Pihak Ketiga Itjen dan semua Unit eselon I

43. Penanganan Permintaan Audit Berkaitan Tugas dan Fungsi Eselon I Itjen dan semua Unit eselon I

44. Permohonan Pailit Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi B a p e p a m - L K dan Setjen (Biro Hukum)

45. Monitoring Penerimaan Pajak BKF dan DJP

46. Penyelenggaraan Diklat BPPK dan semua Unit eselon I

No. Jenis Layanan (Kegiatan) Unit- Unit Terkait

Page 96: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201096

LLampiran 2.2 Laporan hasil analisis beban kerja Kementerian Keuangan tahun 2010

Unit Organisasi :KantorPusatKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

FormulirFP4

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. SekretariatJenderal 2.384.545,02 1567 1511 -56 1,05 A SangatBaik

2. DirektoratJenderalAnggaran 1.207.231,05 777 739 -38 1,08 A SangatBaik

3. DirektoratJenderalPajak 2.766.829,00 1813 1602 -211 1,15 A SangatBaik

4. DirektoratJendealBeadanCukai 1.583.198,39 1063 916 -147 1,15 A SangatBaik

5. DirektoratJenderalPerbendaharaan 1.378.992,83 909 833 -76 1,10 A SangatBaik

6. DirektoratJenderalKekayaanNegara 638.047,00 423 403 -20 1,05 A SangatBaik

7. DirektoratJenderalPerimbanganKeuangan 620.773,40 413 387 -26 1,06 A SangatBaik

8. DirektoratJenderalPengelolaanUtang 485.146,94 326 318 -8 1,01 A SangatBaik

9. InspektoratJenderal 789.226,51 540 536 -4 1,01 A SangatBaik

10. 1.284.465,82 847 786 -61 1,10 A SangatBaik

11. BadanKebijakanFiskal 625.083,30 422 392 -30 1,06 A SangatBaik

12. BadanPendidikandanPelatihanKeuangan 728.225,63 473 458 -15 1,06 A SangatBaik

14.491.764,89 9573 8881 -692 1,08 A Sangat BaikJUMLAH

No. Nama Unit Organisasi Jumlah Beban Kerja Unit

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai EU PU Keterangan

(2)

BadanPengawasPasarModaldanLembagaKeuangan

Jumlah Pejabat /Pegawai Yang Ada

+/-

Page 97: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

97KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

Unit Organisasi :KantorPusatKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

FormulirFP4

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. SekretariatJenderal 2.384.545,02 1567 1511 -56 1,05 A SangatBaik

2. DirektoratJenderalAnggaran 1.207.231,05 777 739 -38 1,08 A SangatBaik

3. DirektoratJenderalPajak 2.766.829,00 1813 1602 -211 1,15 A SangatBaik

4. DirektoratJendealBeadanCukai 1.583.198,39 1063 916 -147 1,15 A SangatBaik

5. DirektoratJenderalPerbendaharaan 1.378.992,83 909 833 -76 1,10 A SangatBaik

6. DirektoratJenderalKekayaanNegara 638.047,00 423 403 -20 1,05 A SangatBaik

7. DirektoratJenderalPerimbanganKeuangan 620.773,40 413 387 -26 1,06 A SangatBaik

8. DirektoratJenderalPengelolaanUtang 485.146,94 326 318 -8 1,01 A SangatBaik

9. InspektoratJenderal 789.226,51 540 536 -4 1,01 A SangatBaik

10. 1.284.465,82 847 786 -61 1,10 A SangatBaik

11. BadanKebijakanFiskal 625.083,30 422 392 -30 1,06 A SangatBaik

12. BadanPendidikandanPelatihanKeuangan 728.225,63 473 458 -15 1,06 A SangatBaik

14.491.764,89 9573 8881 -692 1,08 A Sangat BaikJUMLAH

No. Nama Unit Organisasi Jumlah Beban Kerja Unit

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai EU PU Keterangan

(2)

BadanPengawasPasarModaldanLembagaKeuangan

Jumlah Pejabat /Pegawai Yang Ada

+/-

Page 98: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201098

LUnit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Page 99: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

99KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

Unit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Page 100: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010100

LUnit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Unit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Page 101: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

101KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

Unit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Unit Organisasi :KantorVertikalKementerianKeuangan

Satuan Kerja :KementerianKeuangan

Data Tahun :2009

1a Kantor Wilayah Ditjen Pajak (3 kantor) 165.235,00 112 orang 256 orang 144 0,43 E Kurangb Kantor Pajak Pratama (4 kantor) 453.060,27 300 orang 319 orang 19 0,94 B Baik

618.295,27 412 orang 575 orang 163 0,71 C Cukup

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaia Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam (1 Kanwil, 162.655,44 137 orang 149 orang 12 0,72 C Cukup

3 KPPBC Tipe A3, dan 2 KPPBC Tipe B)

b Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara (1 Kanwil, 1 KPPBC 751.597,46 519 orang 584 orang 65 0,85 C CukupMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A3, 1 KPPBC Tipe A2, dan 5 KPPBC Tipe B)

c Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat (1 Kanwil, 545.778,17 375 orang 316 orang -59 1,15 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A3, 3 KPPBC Tipe A2, dan 4 KPPBC Tipe B)

d Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 Kanwil, 1.007.138,87 678 orang 730 orang 52 0,92 B Baik1 PSO Tipe A, 2 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

e Kantor Wilayah Sumatra Bagian Selatan (1 Kanwil, 2 KPPBC 657.711,16 447 orang 403 orang -44 1,08 A Sangat BaikTipe A3, 3 KPPBC Tipe A2,dan 1 KPPBC Tipe B)

f Kantor Wilayah DJBC Banten (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe Madya 1.285.897,25 866 orang 745 orang -121 1,15 A Sangat BaikPabean, dan 1 KPPBC Tipe A1)

g Kantor Wilayah DJBC Jakarta (1 Kanwil, 1 BPIB, 1 PSO Tipe B, 996.818,96 674 orang 684 orang 10 0,97 B Baik1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1KPPBC Tipe B)

h Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat (1 Kanwil, 4 KPPBC Tipe 1.446.868,08 1.005 orang 853 orang -152 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A2, dan 1 KPPBC Tipe B)

i Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY (1 Kanwil, 3 984.522,37 820 orang 717 orang -103 0,91 B BaikKPPBC Tipe Madya Pabean, 1 KPPBC Tipe Madya Cukai, 1 KPPBC Tipe A3, dan 3 KPPBC Tipe B)

j Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur 1 (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 1.336.227,48 895 orang 786 orang -109 1,13 A Sangat BaikMadya Pabean, 1 KPPBC Tipe A1, 1 KPPBC Tipe A2, dan 3 KPPBC Tipe B)

k Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II (1 Kanwil, 2 KPPBC Tipe 530.962,77 375 orang 334 orang -41 1,05 A Sangat BaikMadya Cukai, dan 6 KPPBC Tipe B)

l Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT (1 Kanwil, 443.850,41 309 orang 284 orang -25 1,04 A Sangat Baik1 KPPBC Tipe A2, 2 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

m Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 Kanwil, 388.713,93 274 orang 267 orang -7 0,97 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 4 KPPBC Tipe B)

n Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur (1 Kanwil, 493.409,02 347 orang 369 orang 22 0,89 C Cukup3 KPPBC Tipe A2, 4 KPPBC Tipe A3, dan 1 KPPBC Tipe B)

o Kantor Wilayah DJBC Sulawesi (1 Kanwil,1 PSO tipe B, 608.037,36 433 orang 433 orang 0 0,93 B Baik 1 KPPBC Tipe A2, 3 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

p Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Papua Barat 262.857,81 201 orang 238 orang 37 0,73 C Cukup(1 Kanwil, 5 KPPBC Tipe A3, dan 8 KPPBC Tipe B)

q KPU Tipe A Tanjung Priok 1.712.662,16 1.127 orang 1.042 orang -85 1,09 A Sangat Baik

r KPU Tipe B Batam 464.216,51 301 orang 273 orang -28 1,13 A Sangat Baik

14.079.925,21 9.783 orang 9.207 orang -576 1,01 A Sangat Baik

3 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negaraa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan 2.557.885,66 1690 orang 1376 orang -314 1,23 A Sangat Baik

(37 kantor)

b Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Percontohan 582.584,23 387 orang 401 orang 14 1,10 A Sangat Baik(10 kantor)

c Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 514.956,65 342 orang 341 orang -1 1,03 A Sangat Baik(16 kantor)

3.655.426,54 2419 orang 2118 orang -301 1,14 A Sangat Baik

4 Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (8 kantor) 362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

362.065,48 240 orang 238 orang -2 1,01 A Sangat Baik

-716 1,02 A Sangat BaikJUMLAH 18.715.712,50 12.138 orang12.854 orang

PU Ket

(7) (8) (9)(4) (5)

Jumlah

+/- EU

Jumlah

Jumlah

Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai

Jumlah Pegawai / pejabat yang ada

Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah

(6)

No. Nama JabatanJumlah Beban

Kerja Jabatan

(1) (2) (3)

Page 102: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010102

L

No. Unit Eselon I SOP yang disampel Jumlah Kantor yang disampel

Indikator Penilaian

Waktu/ janji layanan

Petugas yang memproses, output, dan urutan langkah

kegiatan

Persyaratan formal/ administrasi

1. DJP(cukup konsisten)

a. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN;b. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan Pajak;c. SOP Tata Cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar;d. Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan;e. Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa

11 KPP Pratama:1. KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih2. KKP Pratama Jakarta Menteng Tiga3. KKP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I4. KKP Pratama Bandung Tegallega5. KKP Pratama Badora Satu6. KKP Pratama Cimahi7. KKP Pratama Cianjur8. KKP Pratama Sukabumi9. KKP Pratama Soreang10. KKP Pratama Denpasar Barat11. KKP Madya Denpasar

65,92% atau kurang konsisten

86,72% atau cukup konsisten

89,18% atau cukup konsisten

2. DJBC(cukup konsisten)

a. Pelayanan Laporan Penyelesaian Barang/Bahan Asal Impor (BCL.KT01), Penerbitan Surat Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan (SPPJ), dan Pengembalian Jaminan Dalam Rangka KITE

b. Pelayanan Penerbitan SK Pembebasan dalam rangka KITE dengan Menggunakan Media Penyimpan Data Elektronik

c. Pelayanan Penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dalam rangka KITE secara Manuald. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C) Hasil Tembakau Pengajuan Awal secara

Elektronike. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C) Hasil Tembakau Pengajuan Tambahan

Secara Elektronik.f. Pelayanan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) secara Elektronikg. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas dengan PIB yang

Disampaikan Melalui Sistem PDE Kepabeananh. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau dengan PIB yang Disampaikan

Melalui Sistem PDE Kepabeanani. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak pada Kantor

Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok.j. Pelayanan Pemberian Izin Impor Dengan Penangguhan Pembayaran Bea Masuk, Pajak Dalam

Rangka Impor dan/atau Cukai (Vooruitslag) Pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priokk. Pelayanan Pemberian Persetujuan Pemberitahuan Pendahuluan (Pre-Notification) Pada Kantor

Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok.l. Pelayanan Penyelesaian Barang Pribadi Penumpang yang Tiba Bersama Penumpang masih

belumterlaksanam. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk dan/ atau Cukai dalam rangka KITEn. Pelayanan Penerbitan STTJ (Surat Tanda Terima Jaminan) Dalam Rangka KITE

5 Kantor Wilayah DJBC dan 5 KPPBC:1. Kanwil DJBC Sumatera Utara2. Kanwil DJBC Jakarta3. Kanwil DJBC Jawa Barat4. Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta5. Kanwil DJBC Jawa Timur I6. KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus 7. KPPBC Tipe Madya Cukai Kediri8. KPPBC Tipe Madya Cukai Malang9. KPPBC Tipe Madya Pabean Juanda10. KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok

81,21% atau cukup konsisten

67,59% atau kurang konsisten

90,55% atau konsisten

Lampiran 3.1 Reviu/monev Penerapan SOP Layanan Publik pada DJP, DJBC, DJPB, DJKN, dan DJA

Page 103: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

103KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

No. Unit Eselon I SOP yang disampel Jumlah Kantor yang disampel

Indikator Penilaian

Waktu/ janji layanan

Petugas yang memproses, output, dan urutan langkah

kegiatan

Persyaratan formal/ administrasi

1. DJP(cukup konsisten)

a. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN;b. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan Pajak;c. SOP Tata Cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar;d. Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan;e. Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa

11 KPP Pratama:1. KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih2. KKP Pratama Jakarta Menteng Tiga3. KKP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I4. KKP Pratama Bandung Tegallega5. KKP Pratama Badora Satu6. KKP Pratama Cimahi7. KKP Pratama Cianjur8. KKP Pratama Sukabumi9. KKP Pratama Soreang10. KKP Pratama Denpasar Barat11. KKP Madya Denpasar

65,92% atau kurang konsisten

86,72% atau cukup konsisten

89,18% atau cukup konsisten

2. DJBC(cukup konsisten)

a. Pelayanan Laporan Penyelesaian Barang/Bahan Asal Impor (BCL.KT01), Penerbitan Surat Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan (SPPJ), dan Pengembalian Jaminan Dalam Rangka KITE

b. Pelayanan Penerbitan SK Pembebasan dalam rangka KITE dengan Menggunakan Media Penyimpan Data Elektronik

c. Pelayanan Penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dalam rangka KITE secara Manuald. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C) Hasil Tembakau Pengajuan Awal secara

Elektronike. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C) Hasil Tembakau Pengajuan Tambahan

Secara Elektronik.f. Pelayanan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) secara Elektronikg. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas dengan PIB yang

Disampaikan Melalui Sistem PDE Kepabeananh. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau dengan PIB yang Disampaikan

Melalui Sistem PDE Kepabeanani. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak pada Kantor

Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok.j. Pelayanan Pemberian Izin Impor Dengan Penangguhan Pembayaran Bea Masuk, Pajak Dalam

Rangka Impor dan/atau Cukai (Vooruitslag) Pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priokk. Pelayanan Pemberian Persetujuan Pemberitahuan Pendahuluan (Pre-Notification) Pada Kantor

Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok.l. Pelayanan Penyelesaian Barang Pribadi Penumpang yang Tiba Bersama Penumpang masih

belumterlaksanam. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk dan/ atau Cukai dalam rangka KITEn. Pelayanan Penerbitan STTJ (Surat Tanda Terima Jaminan) Dalam Rangka KITE

5 Kantor Wilayah DJBC dan 5 KPPBC:1. Kanwil DJBC Sumatera Utara2. Kanwil DJBC Jakarta3. Kanwil DJBC Jawa Barat4. Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta5. Kanwil DJBC Jawa Timur I6. KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus 7. KPPBC Tipe Madya Cukai Kediri8. KPPBC Tipe Madya Cukai Malang9. KPPBC Tipe Madya Pabean Juanda10. KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok

81,21% atau cukup konsisten

67,59% atau kurang konsisten

90,55% atau konsisten

Page 104: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010104

LNo. Unit Eselon I SOP yang disampel Jumlah Kantor yang disampel

Indikator Penilaian

Waktu/ janji layanan

Petugas yang memproses, output, dan urutan langkah

kegiatan

Persyaratan formal/ administrasi

3. DJPB

(konsisten)

a. Revisi DIPA dengan SRAA (Surat Rincian Alokasi Anggaran)

b. Revisi DIPA tanpa SRAA

c. Persetujuan TUP (Tambahan uang persediaan)

d. Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai pada KPPN Percontohan

e. Rekonsiliasi tingkat KPPN pada KPPN Percontohan

f. Penerbitan Surat Peringatan/Sanksi/Teguran belum melakukan rekonsiliasi pada KPPN

Percontohan

g. Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara (MPN)

6 Kanwil DJPb dan 6 KPPN:

1. Kanwil II DJPb Medan

2. Kanwil XII DJPb Bandung

3. Kanwil XIII DJPb Semarang

4. Kanwil XIV DJPb DI Jogyakarta

5. Kanwil XV DJPb Surabaya

6. Kanwil XVI DJPb Pontianak

7. KPPN Medan I

8. KPPN Bandung II

9. KPPN Semarang I

10. KPPN Jogyakarta

11. KPPN Surabaya I

12. KPPN Pontianak

94,13% atau

konsisten

98,90% atau konsisten 95,62% atau konsisten

4. DJKN

(cukup

konsisten)

a. SOP Pelayanan Pelaksanaan Lelang;

b. SOP Pelayanan Permohonan Izin Penghapusan BMN selain Tanah dan/bangunan;

c. SOP Pelayanan Permohonan Keringanan Hutang Pada KPKNL;

d. SOP Pelayanan Permohonan Keringanan Hutang Pada Kanwil;

e. SOP Pelayanan Penilaian Dalam Rangka Rekomendasi Pemindahtanganan BMN;

f. SOP Pelayanan Permohonan Penarikan Piutang Negara

2 Kanwil DJKN dan 10 KPKNL:

1. KPKNL Banjarmasin

2. KPKNL Madiun

3. KPKNL Malang

4. KPKNL Bukit Tinggi

5. KPKNL Pangkal Pinang

6. KPKNL Mataram

7. KPKNL Cirebon

8. KPKNL Tasikmalaya

9. KPKNL Purwakarta

10. KPKNL Singkawang

11. Kanwil VIII DJKN Bandung

12. Kanwil XI DJKN Pontianak

77,41% atau cukup

konsisten

58,46% atau tidak

konsisten

77,24% atau cukup

konsisten

5. DJA

(konsisten)

a. Penerbitan Standar Biaya Khusus

b. Penyelesaian Revisi APBNP

c. Penyelesaian Lampiran Perpres (SAPSK) tentang ABPP

d. Penyusunan Konsep RPP tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP atau Revisi

4 Direktorat:

1. Direktorat Anggaran I

2. Direktorat Anggaran II

3. Direktorat Anggaran III

4. Direktorat PNBP

74,10% atau cukup

konsisten

100% atau konsisten 96,40% atau konsisten

Page 105: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010

105KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

L

Lampiran

Page 106: Laporan Tahunan Reformasi Birokrasi 2010