laporan studi lapang pabrik gula kebon...

39
LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNG Dosen pembimbing: Angga Dheta S., Ssi., Msi Disusun oleh: Agil Adham Reka 105100200111035 Fatma Ridha N 105100200111036 Niken Lila W 105100201111016 Ratih Dwi M 105100207111004 Rizki Yunia C 105100200111005 Rendi Hadi S 105100200111045 Tri Priyo U 105100201111005 Vita Noeravila P 105100200111032 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang 2012

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

LAPORAN STUDI LAPANG

PABRIK GULA KEBON AGUNG

Dosen pembimbing: Angga Dheta S., Ssi., Msi

Disusun oleh:

Agil Adham Reka 105100200111035

Fatma Ridha N 105100200111036

Niken Lila W 105100201111016

Ratih Dwi M 105100207111004

Rizki Yunia C 105100200111005

Rendi Hadi S 105100200111045

Tri Priyo U 105100201111005

Vita Noeravila P 105100200111032

Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Brawijaya

Malang

2012

Page 2: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan polusi terbanyak

didunia. Sumber polusi yang upaling tama adalah dari kendaraan bermotor dan

limbah industry. Polusi ini terjadi akibat kurangnya penanganan limbah-limbah

industry sedangkan semakin hari semakin banyak berdiri pabrik industry.

Pencemaran yang disebabkan oleh polusi ini menyebabkan perubahan yang

signifikan terhadap lingkungan. Perubahan yang paling bisadirasakan adalah

perubahan suhu udara yang semakin panas dan perubahan pada air sungai.

Permasalahan tentang pencemaran ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan

serta penanganan yang lebih terhadap limbah. Meskipun limah tidak dapat

dihilangkan secara total tetapi denga penanganan limbah yang baik dapat

mengurangi seminimal mungkin polutan yang mencemari udara, air maupun

tanah. Maka dari itu, dilaksanakan kegiatan studi lapang yang bertempat di Pabrik

Gula Kebon Agung, desa Kebon Agung, Malang, Jawa Timur untuk mengetahui

lebih dalam dan melihat secara lngsung proses pembuatan gula Kristal serta

pengolahan limbah pabriknya, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi

Bersih.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembuatan gula di PG. Kebon Agung?

2. Bagaimana cara mengelola limbah sisa proses pembuatan gula Kristal di PG.

Kebon Agung?

3. Bagaimana proses pengemasangula Kristal di PG. Kebon Agung?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula Kristal putih di PG.Kebon Agung.

2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah di PG. Kebon Agung.

Page 3: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

3. Untuk mengetahui proses pengemasan gula Kristal putih di PG.Kebon

Agung.

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti proses pembuatan gula

Kristal putih di PG. Kebon Agung

2. Mahasiswa dapat mengetahui proses-proses pengolahan limbah di PG.

Kebon agung yang berupa limbah cair,gas dan padat.

3. Mahasiswa mampu memahami proses pengemasan gula Kristal putih

di PG.Kebon Agung.

Page 4: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teknologi Proses Industri Tekstil dan Limbahnya

2.1.1. Tinjauan teknologi proses pabrik gula

Pada umumnya, pabrik gula tebu di Indonesia merupakan warisan

belanda pada zaman kolonial. Perjalanan proses pengolahannyapun hampir

seragam kecuali pada pabrik yang menerapkan proses karbonatasi. Berikut

ini adalah sekilas proses pengolahan gula tebu dengan prmurnian cara

sulfitasi. Secara garis besar, pabrik gula bertujuan untuk mengambil

sukrosa dari tebu semaksimal mungkin dengan menekan kehilangan gula

seoptimal mungkin.

Dalam pabrik gula dikenal section-section yang disebut stasiun,

mulai dari emplasement, stasiun gilingan sampai pengarungan.

Emplasement (Halaman Pabrik) Halaman pabrik berfungsi untuk

menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di sekitarya terdapat

pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya matahari.

Suhu halaman pabrik yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik

dan akan barakibat mempercepat proses tebu menjadi layu (wayu).

Layunya tebu akan dibarengi dengan inversi sukrosa menjadi glukosa dan

fruktosa. Hal ini disebabkan karena nira dalam tebu bersifat asam dan

proses inversi lebih cepat apabila temperatur tinggi.

Idealnya, halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan tebu, baik

berupa jembatan timbang atau crane yang dilengkapi dengan timbangan.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot tebu yang masuk ke pabrik dan

selanjutnya digunakan untuk pengawasan proses. Halaman pabrik juga

harus mempunyai alat untuk bongkar muatan baik dari truk atau dari lori.

Yang terpenting adalah, persediaan tebu di halaman pabrik harus dapat

memenuhi kapasitas giling. Sebenernya, sisa tebu kemarin dalam halaman

pabrih, semakin kecil semakin baik. Untuk menjamin kelancaran giling,

Page 5: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

sisa tebu yang baik yaitu pada jam 06.00 sampai 18.00 sebanyak 12 dikali

kapasitas giling perjam, dan pada jam 18.00 – 06.00 sebenyak 15 dikali

kapasitas giling perjam. Literature lain juga menyebutkan sisa tebu

kemarin yang baik adalah sebesat 25-30% dari kapasitas giling perhari

dihitung pada jam 06.00 pagi. Stasiun gilingan dibagi menjadi dua bagian

yaitu:

a. Persiapan

Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja

tebu. Meja tebu dilengkapi dengan alat yang berfungsi untuk mendorong

tebu ke krepyak tebu (carrier). Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati

cutter untuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu

terpotong dihancurkan dengan menggunakan shredder atau unigrator.

Setelah itu masuk ke gilingan. Proses persiapan mempunyai tujuan untuk

mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga proses pemerahan bisa

maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan ditunjukkan dengan angka

preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada

umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90

b. Gilingan

Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya

gilingan dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin

kecil pol ampas, akan semakin baik. Dalam stasiun gilingan diberikan air

panas (added water) yang biasa disebut imbibisi (dari bahasa belanda

imbibitie). Fungsinya untuk membilas ampas gilingan antara agar fungsi

pemerahan gula bisa maksimal. Umumnya pabrik gula menerapkan sistem

imbibisi majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira gilingan

berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu nira yang

keluar dari gilingan 1 dan 2.

b.1 Stasiun Pemurnian

Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan

kotoran-kotoran bukan gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses yang

dilakukan baik berupa proses fisik ataupun kimia. Proses dalam stasiun

pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga kerusakan sukrosa dapat

Page 6: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan dalam stasiun

pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan saringan parabolis

(DSM). Setelah itu nira mentah dipanasi sampai suhu 75 C. Nira mentah

yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH tertentu. Setelah itu

pada nira ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira dipanaskan kembali

sampai suhu 105 C, ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier.

Setelah mengendap, nira jernih disaring lagi dan menghasilkan nira encer,

setelah itu, dipanaskan sampai suhu 115 C dan selanjutnya diproses ke

tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di clarifier selanjutnya disaring

menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi ini menghasilkan filtrat dan

blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal proses pemurnian dan

blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan.

Fungsi dari stasiun penguapan adalah meningkatkan konsentrasi

larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin pemurnian diuapkan

dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira dipanaskan dengan

menggunakan uap panas yang berasal dari uap bekas penggerak turbin

gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan airnya sampai

mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan material yang dinamakan

nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah SO2 sehingga dicapai pH

tertentu.

b.2 Stasiun Kristalisasi

Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem

kristalisasi bertingkat, baik berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D,

dengan ketentuan A dan B adalah produk (berlaku untuk abrik gula tebu di

jawa). Nira pekat hasil dari stasiun penguapan diuapkan lagi airnya

sehingga akan terbentuk kristal dengan sendirinya. Metode lain kristalisasi

adalah dengan menggunakan bibit gula berupa fondan yang selanjutnya

kristal bibit itu dibesarkan.

Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya

ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam bejana

kristalisasi dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran kristal yang

Page 7: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur dengan larutan

(masakan /massecuit) diturunkan ke bejana penampung.

b.3 Stasiun Pemutaran

Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses kristalisasi

dilakukan langkah pemutaran. Dengan gaya centrifugal, kristal akan

tertahan di saringan (basket) dan larutan akan melewati saringan tersebut.

Langkah proses pemutaran yang baik akan menghasilkan gula yang putih

dan mempunyai kadar air yang kecil.

Di stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue.

Putaran continue disebut low grade centrifugal dan putaran batch biasa

disebut hi grade centrifugal (putaran untuk produk). Selanjutnya gula

produk hasil pemutaran di angkut dengan talang goyang (grasshopper)

menuju pengering.

b.4 Stasiun Pengeringan dan Pendinginan

Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam gula

sehingga meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Cara pengeringan

dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan udara kering dan

dikontakkan dengan gula. Alat yang digunakan bermacam macam ada

yang berupa talang getar atau rotary dryer.

Gula yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu

didinginkan agar tidak terjadi proses kimiawi yaitu browning pada saat

penyimpanan. Pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara

dingin baik dari udara sekitar ataupun udara dingin dari alat pendingin

udara.

b.5 Stasiun Pengarungan

Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung di sugar bin.

Setelah itu dilakukan pengarungan atau pengemasan dengan berat 50 Kg.

Untuk suplai langsung ke konsumen, pabrik biasanya juga membuat

kemasan 1 Kg.

b.6 Gudang Gula

Gudang gula berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas.

selanjutnya gula siap untuk didistribusikan ke penyalur atau konsumen.

Page 8: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

2.1.2. Tinjauan limbah cair industri gula

Untuk mengontrol dan mengawasi kualitas lingkungan, khususnya air sungai

di Indonesia, pemerintah melalui KEPMENKLH No. 4 Thn 2002 telah

mengeluarkan keputusan bahwa kualitas air yang boleh dibuang ke badan air

sungai harus memenuhi standar tertentu. Adapun parameter yang harus diukur

kadarnya untuk limbah cair pabrik tekstil adalah:

Zat organik terlarut (yang menyebabkan turunnya harga DO)

Padatan tersuspensi (TSS/TS)

Zat organik trace (contoh fenol)

Logam berat, ( contoh Cr) dan sianida

Warna dan turbiditas

Floating material (oil dan grease)

Polutan yang ada pada limbah cair pabrik tekstil biasanya berupa koloid dan

zat terlarut. Namun akibat berbagai proses pada produksi tekstil, hampir

kebanyakan polutan berada dalam bentuk koloid. Cara yang umum digunakan

untuk mengatasi partikel limbah dalam bentuk koloid adalah proses destabilasi

koloid, sehingga partikel -partikel tersebut dapat dipisahkan dari badan air. Pada

dasarnya jenis koloid dapat dikategorikan sebagai koloid hidrofob dan koloid

hidrofil. Koloid hidrofob berperan dalam penampakan warna pada permukaan air,

hal ini disebabkan oleh bagian R -NH2 atau R-OH dari partikel koloid tersebut.

Bagian-bagian yang elektronegatif mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen

dengan molekul air. Permukaan yang elektronegatif tersebut saling menolak dan

menghalangi terjadinya pembentukan agregat. Sedangkan koloid hidrofil berasal

dari adanya partikel -partikel mineral yang terhidrolisis, sehingga pada permukaan

koloid terkonsentrasi muatan negatif yang saling menolak dan mencegah

terjadinya agregat. Pada dasarnya koloid tidak pernah 100% hidrofob dan tidak

pula 100% hidrofil.

Salah satu cara destabilisasi koloid adalah pentralan muatan listrik melalui

penambahan suatu koagulan sehingga terjadi penggabungan partikel -partikel

koloid menjadi agregat-agregat yang lebih besar. Koagulasi merupakan proses

agregasi yang terjadi akibat adanya gaya elektrostatik antara partikel -partikel

Page 9: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

koloid yang memiliki muatan yang berlawanan. Adapun tujuan dari proses

koagulasi adalah untuk memisahkan partikel-partikel koloidal yang melayang-

layang dalam air sehingga membentuk agregat yang dapat mengendap. Beberapa

koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah tawas,

garam besi dan kapur yang amat efektif untuk mengendapkan partikel koloidal

yang berasal dari logam berat; Besi(III) klorida yang dapat terhidrolisis menjadi

Fe(OH)3 dapat mengikat 92% koloidal arsen, seng, nikel, mangan dan raksa

Proses detabilasisasi partikel koloid dilanjutkan dengan pembentukan agregat

dengan cara mengumpulkan polimer yang telah destabil dengan suatu polimer.

Polimer merupakan molekul besar yang dibentuk oleh monomer-monomer.

Sebenarnya istilah flokulasi digunakan untuk menjelaskan aksi material polimerik

yang membentuk jembatan-jembatan antar partikel individual koloid. Ada empat

jenis mekanisme flokulasi yang diakibatkan oleh polimer (Moudgil dan

Somasundaran, 1985), (i) polymer bridging, (ii) netralisasi, (iii) pembentukan

polimer kompleks, (iv) flokulasi dengan polimer bebas.

Proses flokulasi dengan mekanisme bridging biasanya terjadi dengan cara

menambahkan polimer bermassa molekul tinggi ke dalam suatu dispersi partikel

koloid. Permukaan polimer tersebut akan mengadsorpsi lebih dari satu partikel

koloid, sehingga terjadi kelompok koloid yang terhubungkan. Mekanisme ini

merupakan mekanisme yang dominan. Mekanisme netralisasi muatan terjadi

apabila jumlah polimer yang diperlukan untuk terjadinya flokulasi sesuai dengan

jumlah polimer yang dibutuhkan untuk memberikan mobilitas elektroforetik

koloid menjadi nol. Hal ini dapat terjadi jika spesi polimer memiliki muatan yang

berlawanan dengan muatan permukaan koloid sehingga muatannya menjadi

netral.

Pembentukan polimer kompleks terjadi jika polimer yang ditambahkan

berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam system sekaligus

dengan bahan kimia lain yang ditambahkan ke dalam system. Mekanisme ini

paling mungkin terjadi pada dual system polimer atau pada system yang telah

ditambahkan garam kalsium, besi, atau alumunium. Sedangkan mekanisme

flokulasi dengan polimer bebas dapat terjadi melalui efek defletion flocculation.

Pada dasarnya mekanisme ini merupakan efek dengan prinsip tekanan osmotik.

Page 10: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Untuk terjadinya mekanisme ini diperlukan konsentrasi polimer yang cukup

tinggi. Pada dasarnya sangat sulit mengkategorikan proses flokulasi hanya sesuai

untuk mekanisme tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa proses

flokulasi merupakan fungsi dari konsentrasi polimer, massa dan muatan molekul,

muatan dan konsentrasi partikel, kondisi s aat proses pencampuran, serta waktu

yang diperlukan agar polimer berelaksasi terhadap permukaan koloid.

2.1.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap

lingkungan

Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping,

antara lain ampas, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan

digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan

dari nira kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan

sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi

berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan kristal.

a. Limbah Bagasse

Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya

dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah

pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagas

(limbah padat industri gula). Indonesia memiliki potensi limbah biomassa yang

sangat melimpah seperti bagas. Industri gula khususnya di luar jawa

menghasilkan bagas yang cukup melimpah.

Potensi bagasse di Indonesia menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula

Indonesia (P3GI) tahun 2008, cukup besar dengan komposisi rata-rata hasil

samping industri gula di Indonesia terdiri dari limbah cair 52,9 persen, blotong 3,5

persen, ampas (bagasse) 32,0 persen, tetes 4,5 persen dan gula 7,05 persen serta

abu 0,1 persen.

Bagasse tebu (Saccharum officinarum L.) semula banyak dimanfaatkan oleh

pabrik kertas, namun karena tuntutan dari kualitas kertas dan sudah banyak

tersedia bahan baku kertas lain yang lebih berkualitas, sehingga pabrik kertas

mulai jarang menggunakannya. Material bahan organik yang dimiliki pabrik gula

cukup banyak, sebagai contoh adalah limbah hasil proses pasca panen di

Page 11: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

lapangan, yaitu klaras dan daun tebu, serta limbah proses pabrik gula, antara lain

blotong dan ampas tebu yang kadar bahan organiknya dapat mencapai di atas 50%

(Unus, 2002). Limbah padat pabrik gula (PG) berpotensi besar sebagai sumber

bahan organik yang berguna untuk kesuburan tanah. Menurut Budiono (2008),

ampas (bagasse) tebu mengandung 52,67% kadar air; 55,89% C-organik; N-total

0,25%; 0,16% P2O5: dan 0,38% K2O.

Kompos adalah hasil dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat

dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba (bakteria,

actinomycetes dan fungi) dalam kondisi lingkungan aerobik atau anaerobic. Hasil

pengomposan campuran blotong, ampas (bagasse) dan abu ketel diinkubasi

dengan bioaktivator mikroba selulolitik selama 1 dan 2 minggu, kemudian

diaplikasikan ke lahan tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu meningkatkan

bobot tebu sebanyak 16,8 ton/ha. Bioaktivator adalah inokulum campuran

berbagai jenis mikroorganisme (mikroba lignolitik, selulolitik, proteolitik,

lipolitik, amilolitik, dan mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik) untuk

mempercepat laju pengomposan bahan organik . Bibit perombak

Katalek® merupakan bioaktivator pembuatan kompos yang diteliti selama

beberapa tahun akan keefektifan mikrobanya dalam mempercepat perombakan

bahan-bahan organik menjadi unsur hara yang berguna bagi tanah. Bibit

perombak Katalek® mengandung 13 macam mikroba (diantaranya Bacillus,

Lactobacillus, Pseudomonas, Streptomyces, Clostridium, Aspergillus) yang

berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah oirganik sampai berubah

menjadi kompos. Sedangkan penggunaan bibit pengaya Katalek® yang terdiri dari

beberapa mikroba diantaranya Azotobacter, Trichoderma, Aspergillus,

Pseudomonas) akan menghasilkan kompos yang lebih kaya akan unsur hara (N, P

dan K) sehingga dapat mempengaruhi produktivitas tanaman.

Pengembangan teknologi bioproses etanol dengan menggunakan enzim pada

proses hidrolisisnya diyakini sebagai suatu proses yang lebih ramah lingkungan.

Pemanfaatan enzim sebagai zat penghidrolisis tergantung pada substrat yang

menjadi prioritas, penelitian telah dilakukan untuk mengantikan asam yaitu

menggunakan jamur pelapuk putih untuk perlakuan awal kemudian dengan

menggunakan enzim selulase untuk menghidrolisis selulosa menjadi glukosa,

Page 12: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

kemudian melakukan fermentasi dengan menggunakan S. cerivisiae untuk

mengkonversi menjadi etanol. Namun, pemanfaatan enzim selulase dan yeast S.

cerivisiae tidak mampu mengkonversi kandungan hemiselulosa pada bagas.

Padahal sekitar 20-25% komposisi karbohidrat bagas adalah hemiselulosa. Jika

kita mampu mengkonversi hemiselulosa berarti akan meningkatkan konversi

bagas menjadi etanol. Material berbasis lignoselulosa (lignocellulosic material)

memiliki substrat yang cukup kompleks karena didalamnya terkadung lignin,

polisakarida, zat ekstraktif, dan senyawa organik lainnya. Bagian terpenting dan

yang terbanyak dalam lignocellulosic material adalah polisakarida khususnya

selulosa yang terbungkus oleh lignin dengan ikatan yang cukup kuat. Dalam

kaitan konversi biomassa seperti bagas menjadi etanol, bagian yang terpenting

adalah polisakarida. Karena polisakarida tersebut yang akan dihidrolisis menjadi

monosakarida seperti glukosa, sukrosa, xilosa, arabinosa dan lain-lain sebelum

dikonversi menjadi etanol. Proses hidrolisis umumnya digunakan pada industry

etanol adalah menggunakan hidrolisis dengan asam (acid hydrolysis) dengan

menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau dengan menggunakan asam klorida

(HCl). Proses hidrolisis dapat dilakukan dengan menggunakan enzim yang sering

disebut dengan enzymatic hydrolysis yaitu hidrolisis dengan menggunakan enzim

jenis selulase atau jenis yang lain. Keuntungan dari hidrolisis dengan enzim dapat

mengurangi penggunaan asam sehingga dapat mengurangi efek negatif terhadap

lingkungan. Kemudian setelah proses hidrolisis dilakukan fermentasi

menggunakan yeast seperti S. cerevisiae untuk mengkonversi menjadi etanol.

Proses hidrolisis dan fermentasi ini akan sangat efisien dan efektif jika

dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa melalui tenggang waktu yang lama, hal

ini yang sering dikenal dengan istilah Simultaneous Sacharificatian dan

Fermentation (SSF). Keuntungan dari proses ini adalah polisakarida yang

terkonversi menjadi monosakarida tidak kembali menjadi poliskarida karena

monosakarida langsung difermentasi menjadi etanol. Selain itu dengan

menggunakan satu reaktor dalam prosesnya akan mengurangi biaya peralatan

yang digunakan.

Seperti halnya pakan ternak dari limbah yang mengandung serat pada

umumnya, bagas tebu mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan

Page 13: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

kecernaannya yang sangat rendah. Bagas tebu mempunyai kadar serat kasar dan

kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14%.

Pendekatan bioproses dalam rumen melalui suplementasi amonium sulfat dan

defaunasi yang dilakukan pada kambing yang mendapat ransum berbahan dasar

limbah tebu belum berhasil meningkatkan produktivitas kambing. Pendekatan

melalui teknik pengolahan pakan sebelum pakan dikonsumsi akan dapat

meningkatkan daya guna bagas tebu. Rekayasa teknologi pengolahan pakan yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi bagas tebu adalah teknik

amoniasi dan fermentasi. Proses amoniasi akan melemahkan ikatan lignoselulosa

bagas tebu serta fermentasi telah terbukti dapat menurunkan kadar serat kasar dan

meningkatkan kadar protein kasar. Mikroba yang sering digunakan sebagai agen

fermentasi limbah yang mengandung serat kasar tinggi adalah

kapang Trichoderma viride. Kapang tersebut akan menghasilkan enzim untuk

mencerna serat kasar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan.

Teknologi pembuatan papan partikel dari ampas tebu PSUH 94-3 merupakan

komponen teknologi pemanfaatan hasil samping tebu. Kompo-sisi bahan dan

teknologi pembuatan papan partikel telah memenuhi Standar Industri Indonesia

(SII) seperti terlihat pada tabel hasil uji coba. Papan partikel dari ampas tebu

dibuat dengan cara pengeringan, penggilingan, dan pe-nyaringan ampas,

pencampuran ampas dengan perekat, resin dan parafin wax serta pencetakan

dengan tekanan hidrolik pada kondisi tekanan 10 kg per cm2, suhu 150?C selama

15 menit. Perekat terdiri dari urea formaldehide, hardener, ammonia, dan air.

b. Limbah Blotong

Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah

blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan

masih ber temperatur cukup tinggi < panas >, berbentuk seperti tanah, sebenarnya

adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi

blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2,

CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari satu PG dengan

PG lainnya, bergantung pada pola prodkasi dan asal tebu.

Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik,

dibeberapa PG daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan

Page 14: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses

penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa

minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi

temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan

pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini

masih bisa diterima oleh masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya, upaya

pemanfaatan blotong sebagai pengganti kayu bakar mulai dilirik setelah

kampanye penggunaan energi alternaif didengungkan. Pemanfaatan blotong

sebagai kayu bakar, sebenarnya sudah lama dijalankan oleh masyarakat di sekitar

PG, hal ini diawali dari pengalaman mereka setelah melihat bahwa blotong bisa

terbakar, dan timbulah pemikiran untuk memanfaatkan blotong sebagai pengganti

kayu bakar dengan cara menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya.

untuk memudahkan dalam penggunaanya sebagai kayu bakar, mereka mencetak

dalam ukuran yang mudah diangkut dan sesuai dengan ukuran mulut kompor

didapur mereka.

Proses pembuatan blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah

blotong dari pabrik yang masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi

pengrajin/pembuat blotong kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik

matahari selama 2 – 3 minggu dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total

kering, lapisan blotong ini dipadatkan dengan tujuan untuk mempersempit pori

dan membuang sisa kandungan air, kemudian dipotong seukuran batu bata untuk

memudahkan pengangkutan. Setelah dirasa cukup kering pada satu permukaan,

bata blothong ini dibalik, supaya sisi lainnya juga kering. Hasil yang diperoleh

dari proses ini adalah blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena

kandungan airnya sudah hilang. Penggunaan, untuk keperluan memasak di

kompor tanah mereka, blothong kering tersebut masih harus dipotong menjadi

ukuran yang lebih kecil menyesuaikan lubang pemasukan kompor. Dari satu rit

blothong tersebut, setelah diolah dan kering, kemudian dipindahkan ke dapur

sebagai cadangan kayu bakar. Cadangan blothong / kayu bakar ini cukup untuk

memenuhi kebutuhan memasak sampai dengan musim giling tahun depan.

Page 15: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Blotong dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein. Kandungan protein dari

nira sekitar 0.5 % berat zat padat terlarut. Dari kandungan tersebut telah dicoba

untuk melakukan ekstraksi protein dari blotong dan ditemukan bahwa kandungan

protein dari blotong yang dipress sebesar 7.4 %. Protein hanya dapat diekstrak

menggunakan zat alkali yang kuat seperti sodium dodecyl sulfate. Kandungan dari

protein yang dapat diekstrak antara lain albumin 91.5 %; globulin 1 %; etanol

terlarut 3 % dan protein terlarut 4 %. Dengan demikian blotong dapat juga

digunakan sebagai pakan ternak dengan cara dikeringkan dan dipisahkan partikel

tanah yang terdapat didalamnya. Untuk menghindari kerusakan oleh jamur dan

bakteri blotong yang dikeringkan harus langsung digunakan dalam bentuk pellet

Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan bakar alternative

dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong dipadatkan lalu

dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong adalah harganyayang lebih

murah daripada kayu bakar dan bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat

briket ini diperlukan waktu cukup lama antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain

itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Pada saat ini semakin banyak masyarakat

yang memanfaatkan blotong sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti

MITAN dan kayu bakar. Kedepannya perlu ada kajian apakah briket blotong ini

juga bisa digunakan sebagai bahan bakar ketel sehingga dapat mengurangi

konsumsi bahan bakar minyak PG.

Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur

hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya unsur N blotong dikompos

dengan ampas tebu dan abu ketel (KABAK). Pemberian ke tanaman tebu

sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot

dan rendemen tebu secara signifikan. Kandungan hara kompos ampas tebu

(KAT), blotong dan komposdari ampas tebu, blotong dan abu ketel (KABAK)

disajikan pada Tabel

Page 16: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Tabel Hasil Analisis Kimia KAT, Blotong dan KABAK

c. Limbah Tetes

Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses

pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana

gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes

yang dihasilkan sekitar 5 – 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas

6000 ton tebu per hari menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per

hari. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk

dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan

kesehatan. Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi seperti

alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.

Secara umum tetes yang keluar dari sentrifugal mempunyai brix 85 – 92

dengan zat kering 77 – 84 %. Sukrosa yang terdapat dalam tetes bervariasi antara

25 – 40 %, dan kadar gula reduksi nya 12 – 35 %. Untuk tebu yang belum masak

biasanya kadar gula reduksi tetes lebih besar daripada tebu yang sudah masak.

Komposisi yang penting dalam tetes adalah TSAI ( Total Sugar as Inverti ) yaitu

gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Kadar TSAI dalam tetes berkisar antara

50 – 65 %. Angka TSAI ini sangat penting bagi industri fermentasi karena

semakinbesar TSAI akan semakin menguntungkan, sedangkan bagi pabrik gula

kadar sukrosa menunjukkan banyaknya kehilangan gula dalam tetes.

Page 17: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Komposisi Tetes

Tetes merupakan bahan yang kaya akan karbohidrat yang mudah larut (48-

68)%, kandungan mineral yaqng cukup dan disukai ternak karena baunya manis.

Selain itu tetes juga mengandung vitamin B komplek yang sangat berguna untuk

sapi yang masih pedet. Tetes mengandung mineral kalium yang sangat tinggi

sehingga pemakaiannya pada sapi harus dibatasi maksimal 1,5-2 Kg/ekor/hari.

Penggunaan tetes sebagai pakan ternak sebagai sumber energi dan meningkatkan

nafsu makan, selain itu juga untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dengan

peningkatan daya cernanya. Apabila takaran melebihi batas atau sapi belum

terbiasa maka menyebabkan kotoran menjadi lembek dan tidak pernah dilaporkan

terjadi kematian karena keracunan tetes.

Pembuatan bioethanol molase melalui tahap pengenceran karena kadar

gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu

diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %.

Kemudian dilakukan penambahan ragi, urea dan NPK kemudian dilakukan proses

fermentasi. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira

2.5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi

adanya gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi

kurang lebih 7% – 10 %. Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan

fermentasi ke dalam evaporator atau boiler dan suhunya dipertahankan antara 79 –

Page 18: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol

dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.

Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar

etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi hingga kadar etanolnya

95%. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan

air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.

Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.

2.1.2.2. Baku mutu limbah cair industri gula

Dalam Keputusan menteri NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995

TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

pasal 1 menyebutkan:

1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai

yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun

dan perekayasaan industri;

2. baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang

diperbolehkan dibuang ke lingkungan;

3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan

industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas

lingkungan;

4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan

dengan debit, kadar dan beban pencemaran;

5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang

ke lingkungan;

6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke

lingkungan;

7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih

diperbolehkan dibuang ke lingkungan;

8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;

9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

Page 19: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur

kepala Daerah Khusus Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.

Baku mutu Limbah cair untuk industri gula dapat dilihat pada tabel :

Catatan :

1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam

miligram

parameter per Liter air limbah.

2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas

dinyatakan dalam

kg per ton produk gula

(KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, LAMPIRAN A.

VII)

2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya di Industri Gula

2.2.1. Pengertian produksi bersih

Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan

baku, air dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran

peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah

Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang sama

dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-

Page 20: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan

peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.

Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan

timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi

dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan

pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari

bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen

dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan

penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi

merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan

daya saing.

Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan

dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada

proses, produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan

mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994).

Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup,

didefinisikan sebagai : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap

kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi,

produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya

alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi

terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan

(KLH,2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata

kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan

pencemaran, proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi

resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap, manajemen yang

bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang dipilih.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan

efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti

Page 21: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan

tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.

Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak

lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku

sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.

Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan

lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa.

Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan

pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian,

perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah

makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi.

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan

pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce,

Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999).

2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam

Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R

(Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle). Elimination

(pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung

dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.

• Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus

dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :

o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada

proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul

analisis daur hidup produk

o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa

adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua

pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

• Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi

timbulan limbah pada sumbernya.

Page 22: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

• Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang

memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan

fisika, kimia atau biologi.

• Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk

memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula

melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

• Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil

bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu

limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau

tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun

perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan

Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih

menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R

berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan

pengelolaan limbah.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan

pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :

• Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi

bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu

untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu

lingkungan.

• Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa

limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu

dilakukan penanganan khusus.

Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep

produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan

Stuckey, 1994).

Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah,

dan pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan

bila upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.

Page 23: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

2.2.3. Good Housekeeping

Pengelolaan lingkungan yang selama ini dilakukan selalu dianggap

sebagai suatu pengelolaan yang memerlukan pengoperasian dan biaya yang

mahal. Persepsi ini terkadang menyebabkan keengganan suatu kegiatan usaha

untuk melakukan pengelolaan lingkungan, baik pada kegiatan usaha skala besar,

menengah maupun kecil.

Para pakar telah membuat suatu konsep pengelolaan lingkungan yang

dilakukan secara bertahap, dimulai dari tahap yang paling sederhana dan murah.

Tahap awal dalam pengelolaan lingkungan adalah melalui “Good House Keeping”

(GHK) atau pengelolaan internal yang baik.

GHK merupakan serangkaian kegiatan yang pada prinsipnya ditujukan

untuk mengamati hal-hal yang sederhana namun dalam pelaksanaannya tidak

hanya didasarkan pada cara membersihkan lingkungan kerja Anda. Selain itu

GHK juga memerlukan komitmen dari setiap bagian perusahaan untuk mengatur

penggunaan bahan baku, energi dan air secara optimal, yang pada akhirnya akan

meningkatkan produktifitas kerja dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

GHK mengutamakan penyelesaian masalah lingkungan melalui tata kerja yang

baik (manajemen) yang baik, bukan melalui penyelesaian secara teknis yang

mahal. Dengan kata lain GHK bertumpu pada pemberdayaan sumberdaya yang

telah ada dalam kegiatan usaha Anda. Anda juga dapat menerapkan GHK sebagai

langkah awal/dasar untuk pengelolaan lingkungan kerja Anda.

Melalui GHK Anda dapat menemukan adanya suatu permasalahan yang

selama ini mungkin tidak Anda dan karyawan Anda sadari. Dalam menemukan

permasalahan tersebut Anda tidak memerlukan pendidikan khusus dan

keterlibatan dari pihak luar. Setelah Anda menemukan dan memahami

permasalahan, maka Anda selanjutnya mencari sumber-sumber

permasalahantersebut dan mencari upaya penyelesaiannya.

Manfaat yang Anda dapat peroleh dari penerapan GHK adalah :

Keuntungan ekonomi melalui penghematan biaya. Keuntungan ini dapat

diambil karena praktek GHK dapat mengefisienkan pemakaian bahan baku,

air dan energi.

Page 24: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Mengurangi dan menghindari terjadinya pencemaran lingkungan. Bila

penggunaan bahan baku (terutama bahan kimia), air dan energi dapat

digunakan seefisien mungkin, maka volume dan kadar toksisitas limbah

yang dihasilkan dapat dikurangi secara langsung.

Memperbaiki tata kerja dan hubungan kerja antar personil di lingkungan

kegiatan usaha Anda. Hal ini terkait dengan perubahan perilaku dan

penciptaan budaya kebersamaan yang melibatkan motivasi dan komitmen

seluruh personil.

Penerapan GHK dipandu oleh seperangkat daftar periksa yang memuat

pertanyaan-pertanyaan untuk menemukan masalah yang mungkin adanya dan

penyebabnya. Bila Anda dapat menemukan suatu masalah dan penyebabnya,

maka Anda dapat menemukan langkah perbaikan yang perlu dilakukan.

2.2.4. Penerapan produksi bersih pada industri

Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah

satu langkah

dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan

penerapan meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih,

penentuan prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan

evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan.

Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi

Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi

produksi bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis

dan adanya komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan

identifikasi hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang

menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan

dikomunikasikan ke semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang

menangani produksi bersih.

Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang

Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk

memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang

Page 25: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan

lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas,

pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar

permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari

penyebabnya sehingga dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan

masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak

mungkin.

Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas

Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang

dikeluarkan dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi,

tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan

ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang

memerlukan investasi besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan

Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa

biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan biaya tingi (high cost)

Langkah 4 : Implementasi

Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan

yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan

mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program

dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari

pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan.

Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya maka perlu dikembangkan

indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan kerja.

Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi

Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi

Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai

dengan rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang

seringkali menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan

efisiensi dan penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada

saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan

ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran

bisnis.

Page 26: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan

Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan

target telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya.

Produksi Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu

program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan

penerapan Produksi Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri

skala kecil, menengah maupun besar untuk berbagai jenis produk industri.

Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan

sebagai berikut :

1. Industri elektroplating di Sidoarjo :

- menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai

25 persen

- penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam

menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen

2. Industri cor besi di Ceper Klaten

- Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes

dari 1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap)

- Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya

produksi, dan pengurangan emisi gas serta limbah padat

- Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Membuat surat pengantar dari fakultas untuk kesediaannya memberi

ijin di Pabrik Gula Kebon Agung

Menunggu persetujuan dari pihak PG Kebon Agung untuk masalah

jadwal kunjungan

Melakukan studi langsung sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh

PG Kebon Agung

Pengumpulan data dari berbagai sumber data yang ada dengan cara

observasi, wawancara, hand out dari pabrik.

Melakukan sesi tanya jawab dengan staff lab PG Kebon Agung

Page 27: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

3.2. Ruang lingkup penelitian

Dalam studi lapang di PG Kebon Agung ini hanya membahas mengenai

system prosesing pembuatan gula, mengaanalisa macam-macam limbah dan

pengolahaannya serta mengetahui dan memahami proses pengemasan gula.

3.3. Lokasi penelitian

Studi lapang dilaksanakan di Pabrik Gula Kebon Agung, Desa Kebon Agung,

Malang.

3.4. Jenis dan sumber data

Studi pustaka

Studi yang didapatkan dari sumber internet, buku, dsb

Wawancara

Melakukan tanya jawab langsung kepada staff di PG Kebon Agung

Studi lapang

Yaitu dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung ke objek

penelitian, terutama data yang berkaitan dengan sanitasi industri di PG. Kebon

Agung

Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan

dengan melakukan pencatatan dokumen tentang proses produksi pupuk dan layout

perusahaan PG. Kebon Agung

3.5. Instrumen penelitian

Page 28: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

3.6. Teknik pengumpulan data

- Penjelasan langsung dari staff laboratorium PG.Kebon Agung

- Pemberian skema atau hank out proses produksi gula di PG Kebon Agung

- Peninjauan secara langsung proses pengolahan gula dan limbah pabrik.

3.7. Waktu penelitian

Studi lapang tentang proses penolahan gula dan limbah pabrik di PG

Kebon Agung ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 17 September 2012

pukul 09.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.

Page 29: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data umum perusahaan

Pabrik Gula Kebon Agung merupakan industri swasta yang bergerak pada

bidang pengolahan tebu menjadi gula kristal. PG. Kebon Agung terletak di jl.

Kebonagung, Malang. Wilayah pabrik meluputi 20 kecamatan. Waktu produksi

pabrik 24 jam selama 180 hari. Setiap harinya PG. Kebon Agung dapat

menggiling sampai 1100 truk tebu/ hari.

4.2. Proses produksi dan limbah

4.2.1. Proses produksi

STASIUN GILINGAN

Merupakan proses awal dari kegiatan produksi gula. Di stasiun gilingan ini

tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam pemerahan ini perlu

ditambahkan air imbibisi agar kandungan gula yang masih berada dalam ampas

akan larut, sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah

mungkin. Selain diperoleh nira mentah, di dalam proses ini juga diperoleh juga

ampas akhir 100% dimanfaatkan sebagai bahan bakar di stasiun ketel untuk

menghasilkan uap.

Peralatan yang digunakan:

1. Cane Cutter dan Unigrator yang berfungsi sebagai pencacah tebu menjadi

serpihan sebelum diperoleh di penggilingan.

2. Unit gilingan yang berfungsi sebagai memerah tebu supaya dihasilkan nira

mentah sebanyak-banyaknya. Di PG Kebon Agung ada 5 buah.

STASIUN PEMURNIAN

Tujuan proses di stasiun pemurnian nira adalah memisahkan kotoran-

kotoran bukan gula yang terkandung dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira

Page 30: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

bersih yang dinamakan nira encer atau nira jernih. Di dalam proses ini selain

didapatkan blotong yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

Di PG Kebon Agung proses pemurnian nira yang dipakai adalah sistem

sulfitasi sehingga bahan kimia yang dipakai adalah larutan kapur tohor serta gas

SO2 yang berasal dari pembakaran belerang padat.

Peralatan yang digunakan:

1. Pemanas pendahuluan, berfungsi untuk memanaskan nira mentah pada

suhu tertentu.

2. Reaktor defikasi dan sufitasi, berfungsi mereaksikan nira mentah dengan

kapur dan gas SO2.

3. Peti pengendapan, berfungsi mengendapkan nira mentah setelah

direaksikan dengan kapur dan SO2 yang akan menghasilkan nira encer dan

nira kotor.

4. Rotari vacuum filter, berfungsi sebagai penyaring nira kotor yang berasal

dari proses pengendapan kemudian akan menghasilkan nira tapis dan

blotong.

5. Tobong belerang, berfungsi membakar belerang sehingga menghasilkan

gas SO2.

STASIUN PENGUAPAN

Nira encer hasil proses pemurnian masih banyak mengandung air sehingga

dilakukan proses penguapan air agar diperoleh nira kental dngan kekentalan

tertentu. Hasil samping proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang

dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel.

Peralatan yang digunakan:

1. Pemanas pendahuluan, berfungsi memanaskan nira encer pada suhu

tertentu.

Page 31: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

2. Bejana penguapan, berfungsi menguapkan iar yang terkandung dalam nira

encer.

STASIUN MASAKAN

Di stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi untuk mengambil dalam

nira kental sebanyak mungkin untuk dijadikan kristal dengan ukuran yang

diinginkan. Dalam prose kristalisasi diperoleh larutan kristal gula yang disebut

masecuite serta diperoleh hasil samping berupa air kondensat yang dimanfaatkan

sebagai air umpan di stasiun ketel.

Peralatan yang digunakan:

Pan masakan yang berfungsi mengolah nira kental dari stasiun penguapan menjadi

kristal-kristal gula.

STASIUN PUTERAN

Di stasiun puteran dilakukan proses pemutaran masecuite yang bertujuan

memisahkan kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada proses ini akan diperoleh

gula produk SHS dan hasil samping tetes.

Peralatan yang digunakan:

1. Alat pemutaran, berfungsi memisahkan kristal gula dari larutannya (tetes).

2. Saringan gula, berfungsi menyeleksi ukuran-ukuran kristal yang

dikehendaki.

STASIUN PEMBUNGKUSAN

Di stasiun ini dilakukan pembungkusan gula produk SHS dengan karung

plastik yang akan mempunyai berat masing-masing 50 kg.

Page 32: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Peralatan yang digunakan:

1. Packer gula, berfungsi memasukkan gula ke karung dengan berat 50 kg.

2. Mesin jahit, berfungsi menjahit karung yang telah diisi gula 50 kg.

3. Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.

GUDANG

Gula produk SHS yang dikemas akan disimpan di gudang gula.

Peralatan yang digunakan:

Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.

STASIUN PLTU

Di stasiun PLTU dilakukan proses perubahan tenaga uap dari stasiun ketel

menjadi tenaga listrik.

Peralatan yang digunakan:

Turbin PLTU (3 buah), berfungsi menghasilkan listrik dari tenaga uap.

STASIUN KETEL

Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai

mendidih (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu.

Peralatan yang digunakan:

1. Ketel, berfungsi menghasilkan uap pada tekanan tertentu.

2. Conveyor ampas, berfungsi sebagai alat akomodasi ampas dari stasiun

gilingan yang digunakan untuk bahan bakar ketel.

Page 33: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

3. Dust Collector, berfungsi menangkap debu-debu hasil pembakaran ampas

di dalam dapur ketel.

Tebu 100%

Air ambibisi 19-27% Ampas 32-

33%

Nira mentah 87-94%

Larutan kapur 0,18-0,21% Blotong 3-4%

Belerang 0,008-0,09%

Nira encer 84-90%

Air kondensat 62-

64%

Nira kental 22-26%

Air kondensat 13-16%

BAGAN PROSES PEMBUATAN GULA

PG KEBON AGUNG

MALANG

STASIUN GILINGAN

STASIUN PEMURNIAN

NIRA

STASIUN PENGUAPAN

STASIUN MASAKAN

STASIUN

KETEL

Page 34: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Masecuite 40-44%

Sirup 31-35%

Tetes 4-5%

Gula produk SHS 6-8%

4.2.2. Tinjauan limbah

Dari hasil proses prosuksi gula kebon agung

limbah cair (air sisa produksi)

limbah padat (ampas)

limbah gas (asap-asap mesin)

Pemurnian nira adalah memisahkan kotoran-kotoran bukan gula yang terkandung

dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira bersih yang dinamakan nira encer atau

nira jernih.

4.3. Produksi bersih

4.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan

Pabrik gula kebon agung menjaga kebersihan mengenai produksinya yaitu diruang

pengepakan. Sebelum masuk didalamnya pegawai harus mencuci tangan

menggunakan masker serta sandal khusus yang disediakan perusahaan.

Pada kolam limbah terdapat proses pemurnian air limbah untuk membuang

limbah cair tersebut ke sungai agar tidak mencemari air sungai

STASIUN PUTERAN

STASIUN PEMBUNGKUSAN

GUDANG

Page 35: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

4.3.2. Hambatan dalam penerapan produksi

Dalam musim kemarau jumlah tebu yang dibutuhkan tidak memadai

4.3.3. Peluang-peluang Produksi Bersih

Penyaringan asap pabrik dengan sistem pengikatan elektron. Karbon akan terikat

oleh alat penyaring dan jatuh ke bawah. Karbon tersebut dapat dibuat sebagai

bahan campuran aspal, dan lain sebagainya.

Page 36: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dalam studi lapang yang kami lakukan di Pabrik Gula Kebon Agung dapat

disimpulkan bahwa PG Kebon Agung telah menerapkan teknologi bersih

semaksimal mungkin dalam produksi gula kristal beserta penangananan limbah –

limbah yang dihasilkan. Terdapat tiga jenis limbah yang dihasilkan dalam proses

produksi, diantaranya : limbah padat, cair dan gas.

Mengenai limbah yang dihasilkan PG Kebon Agung telah diteliti bahwa hasil

limbah berada di bawah standar yang telah ditentukan oleh dinas yang telah

bekerja sama dengan PG Kebon Agung sendiri. Sehingga hasil limbah PG Kebon

Agung tidak berbahaya bagi penduduk sekitar.

5.2. SARAN

Diharapkan PG Kebon Agung ini dapat mempertahankan sistem produksi

bersih yang diterapkan saat ini dan dapat mengembangkan teknologi untuk

menghasilkan emisi yang seminim mungkin.

Page 37: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Penelitian Gula.

http://www.ipard.com/%20penelitian%20/penelitian_gula.asp. Diakses 2

Oktober 2012

Arifin. 2009. Pengaplikasian Bioaktivator. http://arifinbits.wordpress.com.

Diakses 2 Oktober 2012 Pukul 08.31 WIB

Fadjari. 2009. Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula.

http://kulinet.com/baca/%20memanfaatkan-blotong-limbah-pabrik-

gula/536. Diakses 2 Oktober 2012

Dwi, 2011. Pengolahan Limbah Industri Tekstil.

http://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-

tekstil/. (Diakses 10 Oktober 2012 Pukul 10.44 WIB)

Kebijakan Nasional. http://ppbn.or.id/site/index.php?modul=detail&catID=17.

(Diakses 10 Oktober 2012 Pukul 09.49 WIB)

Kementrian Lingkungan Hidup, 2003. PANDUAN PRODUKSI BERSIH DAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK

USAHA/INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=PANDUAN++PRODUKSI+B

ERSIH+DAN+SISTEM+MANAJEMEN+LINGKUNGAN+UNTUK+US

AHA%2FINDUSTRI+KECIL+DAN+MENENGAH.+++&source=web&c

d=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.ui.ac.id%2

Finternal%2F130220443%2Fmaterial%2FPRODUKSIBERSIHDANSIST

EMMANAJEMENLINGKUNGAN.pdf&ei=JBlpUP_aJMvwrQf7r4DgA

w&usg=AFQjCNGSWyPzD0kPl1qjw-qZrMS-

pyk8pQ&sig2=IWqFyWf815WvhFTZSoMciQ. (Diakses 10 Oktober

2012 Pukul 11.17 WIB)

Page 38: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

KLH, 2003. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU

LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI. (Diakses 10 Oktober

2012 Pukul 09.19 WIB)

KLH, 2003. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAGI INDUSTRI GULA. (Diakses 10 Oktober 2012 Pukul 09.19 WIB)

Mucharomah. 2007. Pemanfaatan Bagasse.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak%20/mucharomah%20%20pra.%20%201

00102007.pdf. Diakses 2 Oktober 2012

Moudgil. B.M. & Somasundaran, P. (ed) (1985). Flocculation, sedimentation

and Consolidation, Proceeding of theEngineering Foundation

Conference Held at the Cloister, Sea Island, Georgia, USA, January 27 –

February 1.

Panji, 2010. SEKILAS PERJALANAN PROSES PENGOLAHAN GULA

TEBU. http://teknologigula.blogspot.com/2010/09/sekilas-perjalanan-

proses-pengolahan.html. (Diakses 1 Oktober 2012 Pukul 18.14 WIB)

Purwani. 2008. Fermentasi Etanol dari Tetes (molasse).

http://bioindustri.blogspot.com/%20fermentasi-etanol-dari-tetes-

molasse.html. Diakses 2 Oktober 2012

Riswan. 2009. Blotong Filter Cake. http://www.risvank.com/?p=307.

UNEP, United Nations Environmental Program, 2004. www.unep.org

Wahyu. 2009. Membuat Bioetanol dari Tetes. http://www.bioethanol/

yolasite.com/index/ membuat-bioetanol-dari-tetes-tebu. Diakses 2 Oktober 2012

Wirhyanto O, Endro S, & Ulfatul F, 2009. Pengolahan Limbah Cair Industri

Page 39: LAPORAN STUDI LAPANG PABRIK GULA KEBON AGUNGblog.ub.ac.id/johanari/files/2012/10/Laporan-Kunjungan-Pabrik-Gula-Kebon-Agung.pdfkoagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah

Tekstil Menggunakan Bioflokulan dengan Metode Sistem Flow Skala

Jurnal Presipitasi. Vol. 6 No. 1.

Weston, N.C., & Stuckey, D.C., 1994. Cleaners Technologies and the UK

Chemical Industry, Trans IchemE, Vol 72, Part B, May 1994