laporan studi ehra temangggung.doc

45
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TEMANGGUNG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Temanggung KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012

Upload: muhamad-hibban

Post on 24-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TEMANGGUNGKelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Temanggung

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di Kabupaten Temanggung.

Buku ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kalangan pemerintahan, lembaga profesional, dunia usaha dan masyarakat luas dalam upaya mendukung Program Pengelolaan Sanitasi guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Temanggung.

Buku ini telah disusun seakurat mungkin dengan melibatkan semua pihak, yang berkompeten, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah melakukan survey, entry data, memberikan saran, pendapat dan kontribusinya sehingga buku dokumen Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Temanggung dapat terselesaikan.

Ibarat tiada gading yang tak retak, tidak menutup kemungkinan dokumen Environmental Health Risk Assessment (EHRA) masih terdapat berbagai kekurangan. Kami harap adanya masukan untuk penyempurnaan dokumen ini, sehingga nantinya mampu memenuhi kebutuhan informasi yang terkait dengan kesehatan lingkungan di Kabupaten Temanggung oleh semua pihak secara lengkap dan akurat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Temanggung, 1 September 2012

Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Temanggung

Dr.Suparjo, M.Kes

NIP.19610731 198903 1 008

I. PENDAHULUAN

Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda

3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desaAdapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal

4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten TemanggungUnit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku BAB. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban dan saluran drainase pembuangan air limbah. Sedangkan pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi berupa cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan sampah.

Data hasil Survey EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Temanggung serta menjadi bahan masukkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kabupaten.

Laporan EHRA ini merupakan dokumen awal sanitasi Kabupaten Temanggung yang mengakomodasi masukkan dari berbagai pihak khususnya Pokja Sanitasi Kabupaten Temanggung sebagai pemilik utama kegiatan, SKPD, Kecamatan, Kepala Desa/Kelurahan, Supervisor Lapangan dan Kader Kesehatan desa/kelurahan. Masukkan umpan balik dari Konsultasi Publik hasil survey EHRA dan Buku Putih Sanitasi sangat diharapkan untuk memperoleh masukkan bagi penulisan laporan. Kegiatan pengumpulan data dimulai dari Bulan Juli s/d Agustus Tahun 2012 difasilitasi oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dalam penyelesaian laporan ini.

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 20122.1. Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Temanggung mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

( Pra-KS + KS-1)

Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%

KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Temanggung menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Temanggung.Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisikoKatagori KlasterKriteria

Klaster 1Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Temanggung menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten TemanggungNo.KlasterJumlah

11157 Desa

22125 Desa

335 Desa

442 Desa

289 Desa

Hasil klastering wilayah Kecamatan sebanyak 20 Kecamatan menghasilkan 20 Kecamatan terpilih dan setelah dilakukan klastering dari 289 Desa desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:

1) klaster 1 sebanyak 54,33 %.

2) klaster 2 sebanyak 43,25 %,

3) klaster 3 sebanyak 1,73 %,

4) klaster 4 sebanyak 0,69 %

Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan Rumus Slovinsebagai berikut:

Dimana:

n adalah jumlah sampel

N adalah jumlah populasi

d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) ( Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan =0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

Untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja AMPL Kabupaten Temanggung metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak X1 X 40 = 1.600 responden. Untuk meningkatkan akurasi data serta mempertimbangkan dana yang tersedia maka ditentukan jumlah desa sebanyak 50 desa ( X1 x 40 = 2000 responden ) g.2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area SurveiSetelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 50 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-50 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kabupaten TemanggungNOKLASTERKECAMATAND E S AJUMLAH RESPONDEN

12345

11BuluTegallurung40

21BuluPandemulyo40

31BuluWonotirto40

41TembarakKrajan40

5TemanggungJoho40

61TemanggungSidorejo40

71PringsuratKupen40

81PringsuratKlepu40

91KaloranGandon40

101KaloranGandulan40

111KeduKedu40

121KeduBojonegoro40

131ParakanWatukumpul40

141TretepTempelsari40

151CandirotoKentengsari40

161CandirotoPlosogaden40

171KrangganGentan40

181KrangganNgropoh40

191TlogomulyoKerokan40

201SelopampangNgaditirto40

211BansariGunungsari40

221BansariCandisari40

231KledungKwadungan Jurang40

241BejenJlegong40

251WonoboyoPurwosari40

261WonoboyoWates40

271GemawangJambon40

282BuluPakurejo40

292TemanggungTemanggung I40

302TemanggungBanyuurip40

312TemanggungMudal40

322KaloranKemiri40

332KandanganGesing40

342KandanganBanjarsari40

352ParakanCampursalam40

362ParakanTegalroso40

372GemawangSucen40

382NgadirejoPurbosari40

392NgadirejoMedari40

402NgadirejoManggong40

412jumoPadureso40

422jumoSukomarto40

432CandirotoMuntung40

442TlogomulyoSriwungu40

452SelopampangBumiayu40

462KledungCanggal40

472BejenKemuning40

482WonoboyoKebonsari40

493NgadirejoNgadirejo40

504ParakanParakan Kauman40

2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.

Urutkan RT per RW per kelurahan.

Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.

Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) ( misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.

Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.

Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) ( diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

III. HASIL STUDI EHRA 2012 KABUPATEN TEMANGGUNGPelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, 2) Pembuangan Air Limbah Domestik, 3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, 4) Sumber Air, 5) Perilaku Higiene dan 6) Kasus Penyakit Diare3.1. Pengelolaan Sampah Rumah TanggaBerkaitan dengan sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat.

Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah dipilah terlebih dahulu khususnya sampah kertas/karton dan sampah plastik dalam rumah tangga kemudian dalam waktu satu minggu dikumpulkan/disetorkan ke pengelola sampah. Seperti yang telah dilakukan di RT.03 RW.VI Tawangsari Permai Kelurahan Kebonsari Temanggung, Yang mulai berdiri pada bulan pebruari 2012 dimana sampah rumah tangga dikelola oleh PKK RT selaku pengelola Bank Sampah.

Permasalahan persampahan yang dipelajari dalam survey EHRA antara lain: 1) cara pembuangan sampah 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah 3) praktek pemilahan sampah dan 4) penggunaan wadah sampah sementara di rumah.

Sisi layanan pengangkutan juga dilihat dari aspek frekuensi atau kekerapan dan ketetapan waktu pengangkutan. Sebuah rumah tangga yang menerima pelayanan pengangkutan sampah, tetap memiliki resiko kesehatan tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Ketepatan pengangkutan sampah digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku.

Enumerator dalam kegiatan survey EHRA diwajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Secara mendetail data yang diperoleh dari cara utama membuang sampah rumah tangga baik di desa maupun kelurahan di Kabupaten Temanggung.Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berdasar Desa

Berdasar grafik 3.1. mayoritas desa tidak mengelola sampah secara baik, sebagian besar secara dibakar, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan kosong/kebun dan dibiarkan membusuk, pengelolaan sampah dengan benar dilakukan oleh Kelurahan Banyuurip yaitu sebesar 97,5%.

Grafik 3.2. Pengelolaan Sampah Berdasar Kluster

Berdasar grafik 3.2. diperoleh data bahwa sampah belum dikelola secara benar terbanyak terdapat pada kluster satu yaitu sebesar 48,6% .

Grafik 3.3 Frekuensi Pengangkutan Sampah Tidak Memadai

Secara umum frekuensi pengangutan sampah tidak memadai karena tidak dilakukan setiap hari. Frekuensi terbesar pengangkutan sampah tidak memadai pada kluster 1

Grafik 3.4 Ketepatan waktu pengangkutan sampah

Secara umum pengangkutan sampah belum dilakukan oleh petugas dan responden menjawab tidak tau, untuk wilayah kluster 2 menduduki prosentase tertinggi dalam penganggkutan sampah dengan angka 6,35 %3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik

Praktek BAB (buang air besar) di tempat yang kurang memadai merupakan salah satu faktor meningkatnya resiko status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah dan juga mencemari sumber air minum warga. Tempat BAB yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti sungai/kali/got/kebun tetapi juga menggunakan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, tapi sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai. Sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misal yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum.

Pembuangan tinja anak menurut masyarakat umumnya dianggap sepele. Kotoran/tinja anak dianggap berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak dianggap tidak berbahaya dan bisa dibuang kemana saja, termasuk ke ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang ataupun keranjang tempat sampah rumah tangga. Anggapan seperti ini sangat keliru karena pembuangan tinja baik anak maupun orang dewasa adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diperhatikan karena sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan berbagai pathogen penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya.

Survey EHRA melakukan sejumlah wawancara kepada responden yang terkait dengan kondisi sarana dan prasarana jamban serta kebiasaan masyarakan melakukan BAB. Selain itu Enumerator diwajibkan melakukan pengamatan pada bangunan jamban/WC. Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja

Grafik 3.5. Saluran Pembuangan Isi Tinja

Berdasar hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan Jamban pribadi dan WC umum untuk pembuangan akhir isi tinja, namun masih ditemukan responden yang membuang isi tinja di cubluk, drainase, sungai, kolam dan kebun, prosentase terbesar di desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo yaitu sebesar 67.5%

Grafik 3.6. Saluran Pembuangan Isi Tinja

Hasil survei menunjukkan bahwa wilayah kluster dimana mayoritas responden masih membuang isi tinja berisiko yaitu di cubluk, drainase, sungai, kolam dan kebun adalah di kluster 2 yaitu sebanyak 16,7% dan prosentase terendah di kluster 4 yaitu 0%.

Kualitas Tangki Septic Grafik 3.7. Kualitas Tanki Septik

Grafikl 3.7. menunjukkan bahwa minimal responden sudah memiliki tanki septic yang suspek aman. Sebagian besar responden kondisi tanki septicnya tidak aman, prosentase terbesar di desa Plosogaden, Kwadungan jurang, sucen, purbosari, sukomarto dan Ngadirejo dengan masing masing prosentase yaitu sebesar 100%.

Grafik 3.8. Kualitas Tanki Septik

Grafik 3.8. menunjukkan bahwa mayoritas wilayah kluster kondisi septic tank belum suspek aman, kondisi belum/tidak aman terutama di wilayah kluster 3 dan kluster 4 karena jumlah desa sampling di kedua kluster tersebut masing masing adalah satu, sehingga hasil surveynya menggambarkan/mewakili kondisi baik ataupun buruk di wilayah kluster tersebut.

Praktek Pembuangan Kotoran Anak Balita

Grafik 3.9. Praktek Pembuangan Tinja Balita

Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam pembuangan tinja anak balita termasuk dalam kategori tidak aman, prosentase terbesar di desa Purbosari yaitu 87,5%.

Grafik 3.10. Praktek Pembuangan Tinja Balita

Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas wilayah kluster dalam pembuangan tinja anak balita termasuk dalam kategori tidak aman, prosentase terbesar di kluster 3 yaitu 82,5% dan prosentase terendah di wilayah kluster 4 yaitu 32,5%

Kepemilikan Saluran Pengelolaan Limbah

Grafik 3.11. Kepemilikan Saluran Limbah

Grafik 3.12. menunjukkan bahwa desa dengan prosentase paling tinggi tidak memiliki saluran limbah adalah desa Manggong yaitu 100% dan prosentase terendah di desa Parakan Kauman yaitu 100%

Grafik 3.12. Kepemilikan Saluran Limbah

Grafik 3.12. menunjukkan bahwa kluster dengan prosentase paling tinggi tidak memiliki saluran limbah adalah kluster 2 yaitu sebesar 38%

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan BanjirKondisi saluran air rumah tangga merupakan indikator yang menjadi peranan penting pada Survey EHRA, karena saluran air yang tidak memadai beresiko memunculkan penyakit terutama deman berdarah dan malaria. Dalam pelaksanaan Survey EHRA masalah saluran air menjadi pengamatan tersendiri yang dilakukan oleh enumerator untuk mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah responden. Saluran air yang dimaksud adalah yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga.

Enumerator juga mengamati dari dekat apakah air di saluran itu mengalir, apa warna airnya, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air itu. Sedangkan saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air yang lancar, warna air cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya.

Grafik 3.13 Keberadaan Genangan Air

Secara umum tidak ditemukan genangan air di halam rumah penduduk, namun masih terdapat juga genagan air di halaman rumah penduduk khususnya di desa Tempelsari yaitu sebesar 22,5%

Grafik 3.14. Keberadaan Genangan Air

Secara umum tidak ditemukan genangan air di halam rumah penduduk, namun masih terdapat juga genangan air di halaman rumah penduduk khususnya di wilayah kluster 2 yaitu sebesar 8,936% dan prosentase ternedah di kluster 4 yaitu 2,5%.3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

Air merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kecukupan air dan kualitasi air akan sangat berpengaruh terhadap individu masyarakat dan kesehatan lingkungan. Jenis-jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/PDAM, sumbur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditanggkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air minum yang dianggap memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh manusia yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi.

Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur, dan sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya.

Secara umum, sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Temanggung berasal dari 3 (tiga) sumber air minum utama yaitu 1) sumur yang terdiri dari sumur dalam dan sumur gali, 2) air ledeng PDAM, dan 4) mata air. Kualitas Air Bersih

Grafik 3.15. Air Bersih

Secara umum air bersih yang digunakan sudah memenuhi syarat karena berasal dari sumber yang terlindungi. Namun masih terdapat responden dengan air masih tercemar, prosentase terbesar di desa Gunungsari yaitu sebesar 40%

Grafik 3.16. Air Bersih

Secara umum air bersih yang digunakan sudah memenuhi syarat karena tidak tercemar . Namun masih terdapat responden dengan air masih tercemar, prosentase terbesar di Wilayah Kluster 3 yaitu sebesar 7,5%. Pengelolaan Air

Grafik 3.17. Penyimpanan Air

Berdasar Grafik 3.17. diketahui bahwa secara umum responden sudah melakukan penyimpanan air. Namun masih ditemukan juga responden yang tidak melakukan penyimpanan air. Prosentase terbesar responden yang tidak melakukan penyimpanan air adalah desa Manggong yaitu sebesar 17,5%.

Grafik 3.18. Penyimpanan Air

Hasil survey EHRA menunjukkan bahwa secara umum respoden sudah melakukan penyimpanan air. Namun maih terdapat responden yang tidak melakukan penyimpanan air. Prosentase terbesar responden yang tidak melakukan penyimpanan air berada di wilayah kluster 2 yaitu sebesar 3,3%.

3.5Perilaku Higiene Kebiasaan masyarakat dalam hal mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu survey EHRA yang bertujuan untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam survey EHRA sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Kebiasaan tidak mencuci tangan pada waktu-waktu penting merupakan salah satu faktor penyebab masuknya penyakit ke dalam tubuh, misalnya diare. Balita sangat rawan terkena diare. Bila kebiasaan mencuci tangan diterapkan pada waktu penting oleh masyarakat, khususnya yang memiliki anak Balita maka resiko Balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare dapat berkurang. Waktu cuci tangan yang penting diterapkan oleh masyarakat yang memiliki anak antara lain adalah : 1) sesudah buang air besar; 2) sesudah menceboki pantat anak; 3) sebelum menyantap makanan; 4) sebelum menyuapi anak; serta 5) sebelum menyiapkan makanan.

3.5.1. Praktek Cuci Tangan Pakai sabun

Grafik 3.19 Praktek Cuci Tangan pakai sabun

Secara umum penduduk sudah melakukan cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting, namun di beberapa desa masih ditemukan penduduk yang tidak cuci tangan pada 5 waktu penting. Desa dengan penduduk tidak cuci tangan pada 5 waktu penting, prosentase tertinggi di desa Ngaditirto yaitu 95%.

Grafik 3.20. Praktek Cuci Tangan pakai sabun

Hasil survey menunjukkan bahwa secara umum penduduk sudah melakukan cuci tangan pada 5 waktu penting, akan tetapi di kluster 2 masih ditemukan sebanyak 35,8% penduduk tidak melakukan cuci tangan pada 5 waktu penting.

3.5.2. Ketersediaan Sarana CTPS di jamban

Grafik 3.21. Ketersediaan Air di Jamban

Hasil survey terlihat, bahwa secara umum di jamban penduduk sudah tersedia air untuk CTPS. Namun di beberapa desa masih ditemukan jamban yang tidak tersedia air untuk CTPS, prosentase tertinggi di desa Kwadungan Jurang dengan prosentase sebesar 82,5%

Grafik 3.22. Ketersediaan Air di Jamban

Hasil survey terlihat, bahwa secara umum di jamban penduduk sudah tersedia air untuk CTPS. Namun di beberapa kluster masih ditemukan jamban yang tidak tersedia air untuk CTPS, prosentase tertinggi di kluster 2 dengan prosentase sebesar 30,2%

Grafik 3.23. Ketersediaan Sabun di Jamban

Berdasar hasil survey diketahui bahwa mayoritas jamban penduduk sudah tersedia sabun untuk cuci tangan, namun masih ditemukan juga jamban penduduk yang tidak tersedia sabun. Prosentase tertinggi jamban yang tidak tersedia sabun adalah di desa Tempelsari yaitu 97,5%, dan di desa Sucen yaitu 97,5%

Grafik 3.24. Ketersediaan Sabun di Jamban

Berdasar hasil survey diketahui bahwa mayoritas jamban penduduk tersedia sabun untuk cuci tangan, prosentase tertinggi tidak tersedia sabun terdapat pada kluster 2 yaitu sebesar 52,4% dan prosentase terendah di kluster 1 yaitu 46,7%.3.2.5. Kondisi sampah di lingkungan rumah

Grafik 3.25. Kondisi sampah di lingkungan rumahHasil survey menunjukkan bahwa masih banyak ketidak pedulian masyarakat akan sampah dan membiarkan berserakan di lingkungan rumah. Prosentase tertinggi desa dengan penduduk membiarkan sampah berserakan adalah desa Pakurejo (100%).

Grafik 3.26. . Kondisi sampah di lingkungan rumahHasil survey menunjukkan bahwa masih banyak ketidak pedulian masyarakat akan sampah dan membiarkan berserakan di lingkungan rumah. Prosentase tertinggi desa dengan penduduk membiarkan sampah berserakan adalah kluater 3 yaitu 32,5% dan prosentase terendah di kluater 4 yaitu 0 %

3.5.3. Keberadaan Permasalahan Sampah

Grafik 3.27. Keberadaan Permasalahan Sampah

Hasil survey menunjukkan masih adanya permasalahan sampah diantaranya ada lalat karena sampah. Prosentase tertinggi desa yang memiliki permasalahan sampah adalah desa Pakurejo sebesar 100%

Grafik 3.28. Keberadaan Permasalahan Sampah

Hasil survey menunjukkan bahwa di wilayah kluster 4 tidak terdapat permasalahan sampah dengan gangguan lalat namun masih ditemukan juga adanya permasalahan sampah pada beberapa penduduk dengan prosentase pada kluster 1, 2 dan 33.6Kejadian Penyakit Diare Penyakit diare dapat menyerang siapa saja dalam anggota keluarga tanpa pandang bulu. Mulai dari balita, anak-anak, anak remaja laki-laki, anak remaja perempuan, orang dewasa laki-laki, orang dewasa perempuan. Balita merupakan usia yang cukup rawan untuk terserang penyakit diare. Besaran kejadian penyakit diare dapat diindikasikan kurang memenuhinya sarana sanitasi yang ada di masyarakat.Kejadian Penyakit DiareGrafik 3.29. Kejadian Diare

Grafik 3.29. menunjukkan bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, angka kasus tertinggi di desa Pandemulyo ( 100% ) dan Desa Sukomarto ( 100% )

Grafik 3.30. Kejadian Diare

Hasil survei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, angka tertinggi di wilayah kluster 3 yaitu sebesar 80% dan angka terendah di wilayah kluster 1 yaitu 36,9%. IV. PENUTUP

Survey Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Survey Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survey yang digunakan dalam mengidentifikasikan kondisi sanitasi yang ada di desa/kelurahan. Dengan diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat, akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk promosi atau advokasi kesehatan lingkungan di Kabupaten Temanggung sampai ke desa/kelurahan. Pelibatan kader kesehatan desa/kelurahan dan sanitarian Puskesmas sangat efektif dalam pencapaian sasaran berupa promosi dan advokasi dimaksud.

Dokumen hasil survey EHRA akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Temanggung. Perlunya pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat serta pentingnya advokasi dan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat diharapkan akan menjadi salah satu target perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Temanggung.

Kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi serta perilaku masyarakat sesuai yang teridentifikasi di dalam dokumen hasil survey EHRA akan dijadikan sebagai dasar penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Temanggung. Diketahuinya kondisi eksisting tersebut baik sarana dan prasarana serta perilaku masyarakat di desa/kelurahan akan menghasilkan tingkat area beresiko di tiap desa/kelurahan. Dengan adanya kondisi eksisting area beresiko tersebut diharapkan akan dapat mendukung penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung 2012.

Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang sanitasi diperlukan suatu upaya monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan untuk dapat dijadikan suatu alat tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan di bidang sanitasi. Selain hal tersebut, pelaksanaan Survey EHRA ini dapat dijadikan baseline data bagi pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta pelaksanaan Survey EHRA di tahun-tahun mendatang.

Survey EHRA merupakan suatu kegiatan yang sangat efektif dan efisien dalam rangka mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di daerah. Pelaksanaan survey dengan pelibatan masyarakat khususnya kader kesehatan dirasa sangat memberi dampak terhadap keberhasilan pelaksanaan survey. Namun demikian dalam rangka pelaksanaan survey di tahun-tahun mendatang diperlukan perbaikan terhadap materi kuesioner yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan survey.KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN 2012

LAPORAN STUDI EHRA TEMANGGGUNG Tahun 20121