laporan skripsi pengembangan wisata hutan

120
PENGEMBANGAN WISATA HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAUZAL BUDHI HANDOYO 41205425111059 PROGRAM STUDI KEHUTANAN PEMINATAN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA 2013

Upload: fauzal-budhi-handoyo

Post on 26-Nov-2015

544 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Ekowisata

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN WISATA HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAUZAL BUDHI HANDOYO 41205425111059

    PROGRAM STUDI KEHUTANAN PEMINATAN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    UNIVERSITAS NUSA BANGSA

    2013

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul Pengembangan Wisata

    Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut

    Pertanian Bogor, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya

    dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

    perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari karya

    yang diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan

    dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Depok, Maret 2013

    Fauzal Budhi Handoyo

    41205425111059

  • ABSTRAK

    FAUZAL BUDHI HANDOYO. Pengembangan Wisata Hutan di Hutan Pendidikan

    Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh Dosen

    Pembimbing I : Unu Nitibaskara dan Dosen Pembimbing II : Ricky Avenzora.

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat ditetapkan menjadi kawasan hutan

    dengan tujuan khusus (KHDTK) untuk hutan pendidikan dan latihan yang

    pengelolaannya diberikan kepada Fakultas Kehutanan IPB. Keanekaragaman jenis

    flora dan fauna di HPGW menjadi daya tarik utama yang ditunjang oleh lansekap

    alam gejala alam menarik seperti Goa Cipeureu yang menjadi obyek unggulan.

    Penilaian daya tarik objek dengan menggunakan metoda Avenzora (2008)

    menyatakan bahwa berbagai potensi pada Hutan Pendidikan Gunung Walat ini

    memiliki nilai yang baik sampai dengan sangat baik. Ketersediaan prasarana, sarana,

    dan fasilitas di HPGW yang memadai merupakan aspek penting dalam mendukung

    pelaksanaan kegiatan wisata hutan. Pengunjung atau wisatawan berdasarkan hasil

    kuesioner menunjukkan bahwa karakteristik pengunjung atau wisatawan yang datang

    ke HPGW didominasi oleh laki-laki, berusia 21 30 tahun, dan kedatangan nya dilakukan bersama teman.

    Pengembangan yang dilakukan di kawasan HPGW menggunakan teknik

    Visitor Activity Management Program (VAMP) yang merupakan sistem manajemen

    yang berusaha mengubah orientasi dari produk kepada orientasi pemasaran dengan

    penekanan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep ini

    ditunjang dengan berbagai program-program Wisata Hutan yang menarik. Program

    wisata yang dirancang seperti Tracking With Outbound Recreation (TWOR), AC, HPGW The Soul of Nature, Re-Foe (Recreation and Forester Education). Potensi dan sumberdaya wisata serta program wisata dikemas dalam rancangan

    media promosi berupa booklet dengan harapan menjadi suatu media promosi HPGW

    yang tepat sehingga dapat memperkenalkan potensi dan menarik minat pembaca

    untuk berkunjung ke HPGW. Pengembangan Wisata Hutan di HPGW akan semakin

    mudah pelaksanaannya dengan melakukan upaya meminimalisir ketidaksiapan

    beberapa aspek tertentu dalam kawasan, masyarakat, dan pengelola.

    Kata kunci: kawasan hutan pendidikan gunung walat, pengembangan, potensi

    wisata dan program wisata.

  • ABSTRACT

    FAUZAL BUDHI HANDOYO. Gunung Walat Educational Forest Development,

    Sukabumi, West Java. Under direction of UNU NITIBASKARA and RICKY

    AVENZORA.

    Gunung Walat Educational Forest (HPGW) set into the forest area with

    special purposes, for education and training. Development of this area is given to the

    Faculty of Forestry IPB for unlimited period of time. Natural diversity in HPGW

    become main attraction which is supported by an attractive natural landscape, and

    natural phenomena, such as Goa Cipeureu as the featured objects. Tourism

    resources assessment by Avenzoras method (2008) shows that the potensial

    resources in HPGW categorized as good to very good value. Availability of

    infrastructure, facilities, and adequate facilities in HPGW is an important aspect in

    supporting the implementation of Forest Tourism. Visitors or tourists based on the

    results of the questionnaire, showed that the characteristics of the visitors or tourists

    who come to HPGW dominated by men, aged 21-30 years, and accompanied with

    friends.

    Development carried out in the region used Visitor Activity Management

    Program (VAMP) technique, which is a management system that seeks to change the

    orientation of the products to the marketing orientation with an emphasis on meeting

    the needs and desires of consumers. This concept is supported by a variety of

    exciting programs Forest Tourism. The program is designed as a tourist Tracking

    With Outbound Recreation (TWOR), "Awakening Camp (AC)", "HPGW The Soul of

    Nature", "Re-Foe" (Recreation Forest and Education). Resources, tourism programs

    is package in the form of booklet as the media campaign. The development of this

    area will be easier implemented by minimizing the problems of some aspects.

    Keywords: Gunung Walat Educational Forest, development, tourism potential and

    tourism programs

  • RINGKASAN

    FAUZAL BUDHI HANDOYO. Pengembangan Wisata Hutan di Hutan Pendidikan

    Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan

    Dosen Pembimbing I : Unu Niti Baskara dan Dosen Pembimbing II : Ricky

    Avenzora.

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai Kawasan Hutan Dengan

    Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri

    Pertanian No.008/Kpts/DJ/I/73 sebagai hutan pendidikan dan secara struktural

    berada dibawah Unit Kebun Percobaan IPB (Fahutan IPB). Hutan ini berfungsi

    sebagai hutan pendidikan dan pelatihan (hutan diklat) yang juga berfungsi sebagai

    kawasan pendidikan, kawasan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat dan

    juga sebagai bentuk dari aplikasi dan implementasi tri dharma dari pendidikan tinggi.

    Kegiatan Penelitian merupakan upaya pengkajian potensi wisata yang

    dilakukan pada Hutan Pendidikan Gunung Walat yang terdapat di Kabupaten

    Sukabumi, Jawa Barat. Obyek penelitian tersebut adalah kawasan hutan di HPGW

    yang akan dirancang strategi pengembangan wisata hutan pada kawasan tersebut.

    Pengembangan wisata hutan di HPGW memiliki empat tujuan, yaitu (1)

    mengetahui potensi dan sumberdaya wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya

    saat ini, (2) mengetahui karakteristik, motivasi, persepsi, dan minat pengunjung atau

    wisatawan terhadap sumberdaya wisata, (3) mengetahui kesiapan masyarakat dan

    pengelola dalam pengembangan wisata hutan, (4) merancang konsep ekowisata serta

    suatu program wisata harian, program wisata bermalam, dan event tahunan serta

    desain media promosi wisata berupa booklet tentang hutan wisata di Hutan

    Pendidikan Gunung Walat.

    Pengelolaan kawasan hutan gunung walat yang luasan nya lebih kurang 359 Ha

    dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan status hak

    pakai dimana dalam proses pengelolaan nya Kawasan Hutan Pendidikan Gunung

    Walat (HPGW) bekerjasama dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat di

    sekitar kawasan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,

    Pemerintah Pusat, Perusahaan baik BUMN maupun swasta dan khusus nya

    Kementrian Kehutanan.

  • Keanekaragaman jenis flora yang ada ditemukan 20 jenis dari ratusan jenis

    flora yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Jenis flora tersebut

    diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi yaitu pohon (13 jenis), perdu (5 jenis),

    terna (3 jenis) dan epifit (1 jenis). Jenis-jenis satwa liar yang ada di dalam HPGW

    diantaranya yaitu Musang, Monyet ekor panjang, Meong congkok, Tupai,

    Trenggiling, Kelinci liar, Bajing dan Babi hutan. Fauna lain yang terdapat pada

    kawasan ini adalah berbagai jenis burung diantaranya burung Elang Jawa (Spizaetus

    bartelsi), Emprit dan Kutilang. Potensi wisata lainnya adalah goa, lansekap, dan

    ruang terbuka. Semua potensi tersebut sangat menarik untuk dikemas dalam suatu

    bentuk rancangan program wisata hutan.

    Metode yang digunakan dalam pengembangan wisata hutan dilakukan dengan

    cara menginventarisasi berbagai potensi wisata di HPGW yaitu enam variabel

    esensial berupa: (1) ekologi, (2) sosial ekonomi, (3) sosial budaya, (4) pengunjung,

    (5) masyarakat, dan (6) institusi. Variabel essensial tersebut dilakukan investigasi

    dan analisa sehingga menghasilkan potensi wisata yang selanjutnya dilakukan

    penilaian dengan menggunakan tujuh indikator penilaian menurut Avenzora (2008)

    yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, sensitivitas, seasonality, aksesibilitas, dan

    fungsi sosial. Hasil penilaian potensi akan menghasilkan potensi unggulan HPGW.

    Potensi unggulan tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam perancangan program

    wisata dan desain media promosi Wisata Hutan di HPGW. Potensi unggulan HPGW

    yaitu Goa Cipeureu yang dapat ditunjang oleh potensi pendukung lainnya untuk

    perancangan program wisata.

    Pengembangan Wisata Hutan di HPGW tidak hanya berdasarkan pada

    pertimbangan potensi dan sumberdaya wisata, melainkan juga pada aspek prasarana,

    sarana, dan fasilitas, motivasi dan persepsi pengunjung serta kesiapan masyarakat

    dan pengelola. Ketiga aspek tersebut menjadi penting dalam tahapan perencanaan

    agar konsep dan berbagai kebutuhan yang terkait dengan pengembangan wisata

    hutan di HPGW dapat terlaksana sesuai dengan hasil investigasi dan analisa potensi.

    Ketersediaan prasarana, sarana, dan fasilitas merupakan aspek penting dalam

    mendukung pelaksanaan kegiatan Wisata Hutan. Prasarana, sarana, dan fasilitas di

    di HPGW cukup memadai. HPGW telah memiliki prasarana, sarana dan fasilitas

    dasar dalam menunjang kegiatan rekreasi dan wisata seperti sarana transportasi laut,

  • fasilitas kesehatan, MCK, dan peribadatan. Akan tetapi perlu dilakukan pengelolaan

    yang baik terhadap prasarana, sarana, dan fasilitas tersebut sehingga kondisinya

    menjadi lebih baik.

    Pengunjung atau wisatawan berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa

    karakteristik pengunjung atau wisatawan yang datang ke HPGW didominasi oleh

    laki-laki, berusia 21 30 tahun, dan kedatangan dilakukan bersama teman. Motivasi

    utama pengunjung atau wisatawan HPGW adalah untuk melaksanakan kegiatan

    edukasi dan penelitian. Aktivitas yang sering dilakukan pengunjung adalah foto-foto,

    duduk-duduk santai, menikmati keindahan bentang alam, mendengarkan suara

    burung berkicau dan mengunjungi goa Cipeureu, sedangkan persepsi mengenai

    berbagai fasilitas secara umum menilai puas terhadap fasilitas di kawasan.

    Masyarakat dan pengelola HPGW secara umum menyatakan setuju dan siap

    terhadap pengembangan wisata hutan. Kesiapan masyarakat dan pengelola terkait

    dengan dua aspek, yaitu partisipasi aktif seperti berjualan dan ikut aktivitas

    pengelolaan kawasan serta partisipasi pasif seperti berperilaku sopan dan ramah

    terhadap pengunjung.

    Pengembangan yang dilakukan di kawasan HPGW menggunakan teknik

    Visitor Activity Management Program (VAMP). Menurut Pitana dan Diarta (2009),

    VAMP merupakan sistem manajemen yang berusaha mengubah orientasi dari produk

    (misalnya objek dan wisatawan) kepada orientasi pemasaran dengan penekanan pada

    pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Berdasarkan hal tersebut kemudian

    disusun program pengembangan dan pemasaran. Prosesnya diawali dari menyeting

    tujuan destinasi yang sesuai dengan kegiatan wisatawan, menganalisis karakteristik

    wisatawan dan mengembangkan beragam pilihan kegiatan dan pelayanan untuk

    memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan sebagai konsumen.

    Konsep VAMP akan ditunjang dengan berbagai program Wisata Hutan yang

    menarik. Program wisata yang dirancang terdiri atas program wisata harian, program

    wisata menginap dan event tahunan. Setiap program yang dirancang mengacu kepada

    hasil penilaian sumberdaya wisata potensial dan keinginan pengunjung yang didapat

    dari hasil kuesioner serta tujuan yang ingin dicapai dari setiap program. Pada

    dasarnya program wisata yang ada dapat berjalan apabila berbagai kesiapan terhadap

    berbagai kebutuhan wisata telah terpenuhi dan memperoleh dukungan dari

  • masyarakat serta institusi karena semua itu merupakan dasar dalam penyelenggaraan

    kegiatan wisata. Program wisata yang dirancang seperti Tracking With Outbound

    Recreation (TWOR), AC, HPGW The Soul of Nature, Re-Foe (Recreation and

    Forester Education).

    Potensi dan sumberdaya wisata yang dimiliki oleh HPGW serta program wisata

    yang telah dirancang perlu dilakukan promosi dengan menggunakan media promosi.

    Media promosi yang digunakan yaitu berupa booklet dengan sasaran utama adalah

    berbagai usia. Booklet diharapkan menjadi media promosi HPGW yang tepat

    sehingga dapat memperkenalkan potensi dan menarik minat pembaca untuk

    berkunjung ke HPGW.

    Pengembangan Wisata Hutan di HPGW akan semakin mudah pelaksanaannya

    dengan melakukan upaya meminimalisir ketidaksiapan beberapa aspek tertentu

    dalam kawasan, masyarakat, dan pengelola. Masyarakat perlu dilakukan pembinaan

    dan pelatihan dalam mengelola kawasan untuk aktivitas wisata serta pengadaan

    fasilitas rekreasi perairan untuk menunjang keamanan dan keselamatan wisatawan

    sehingga aktivitas ekowisata dapat memberikan manfaat kesenangan sebenarnya bagi

    pengunjung, kesejahteraan bagi masyarakat dan institusi.

    Kata Kunci: HPGW, Pengembangan Wisata Hutan, Program Wisata

  • Judul Skripsi : Pengembangan Wisata Hutan di Kawasan Hutan

    Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut

    Pertanian Bogor

    Nama : Fauzal Budhi Handoyo

    NIM : 41205425111059

    Program Studi : Kehutanan

    Peminatan : Konservasi Sumberdaya Hutan

    Disetujui oleh :

    Dosen Pembimbing I

    Tb. Unu Nitibaskara.,Ir.,MM

    Tanggal :

    Dosen Pembimbing II

    Ricky Avenzora.,Dr,.Ir.,M.Sc.F

    Tanggal :

    Diketahui oleh :

    Dekan Fakultas Kehutanan

    Tb. Unu Nitibaskara.,Ir.,MM

    Tanggal :

    Kajur Program Studi Kehutanan

    Tun Susdiyanti.,S.Hut.,M.Pd

    Tanggal :

    Tanggal Lulus:

  • i

    PRAKATA

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

    dan petunjuk nya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi yang berjudul

    Pengembangan Wisata Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

    Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa

    Barat.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir., Tb. Unu Nitibaskara.,M.M

    selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.,Ir., Ricky Avenzora.,M.Sc.F selaku dosen

    pembimbing II. Bapak Ir. Budi Prihatno.,MS selaku Direktur Eksekutif HPGW,

    Bapak Dr.Ir. Gunawan Santosa selaku Direktur Program dan Pengembangan HPGW.

    Bapak Dizy Rizal selaku Manajer Sarana dan Pelayanan Jasa HPGW. Bapak Edy

    Nugroho dan Bapak Dadang Darusman selaku anggota unit Perlindungan Hutan

    HPGW yang telah memberikan dukungan kelancaran aktifitas penelitian.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua serta keluarga

    atas doa dan kasih sayangnya. Terakhir ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada

    mahasiswa Ekowisata IPB Angkatan 46 khususnya Iyat Sudrajat, 47 dan 48 yang

    memberikan doa, keceriaan, semangat dan dukungannya selama proses penulisan

    skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

    Bogor, Maret 2013

    Fauzal Budhi Handoyo

  • ii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1981 di Bogor,

    Jawa Barat. Penulis merupakan anak dari pasangan Ayahanda

    Achmad Syafii dan Ibunda Sri Rahayu sebagai anak ke dua

    dari lima bersaudara.

    Pendidikan taman kanak-kanak dilalui di TK

    Bhayangkari 62 Kelapa Dua Depok dari tahun 1985-1986.

    Pendidikan sekolah dasar dilalui di SDN Tugu IV Kelapa Dua

    Depok dari tahun 1987-1993. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah

    pertama di SMP Islam Yasma PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur pada tahun

    1993 dan lulus pada tahun 1996. Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan

    ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas di SMU Pondok Karya

    Pembangunan (Jakarta Islamic School) dan menyelesaikan pada tahun 1999.

    Setelah pendidikan SMU diselesaikan pada tahun yang sama juga penulis

    diterima di IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada

    Fakultas Kehutanan Program Diploma III Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,

    selama menjalani kuliah pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan penulis

    mengikuti beberapa praktik diantaranya: Praktik Umum dilaksanakan di (TNGGP)

    Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sub seksi Selabintana pada tahun 2000.

    Kemudian Praktik Pengelolaan Konservasi yang dilaksanakan pada bulan Juli 2001

    di (KBR) Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Kegiatan Praktik Kerja Lapang

    dilaksanakan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur pada tahun 2002

    dan sebagai syarat kelulusan di Universitas Nusa Bangsa, penulis melaksanakan

    penelitian skripsi pada tahun 2012 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas

    Kehutanan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan judul Pengembangan

    Wisata Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan

    Institut Pertanian Bogor dibawah bimbingan Bapak Tb Unu Nitibaskara.,Ir.,MM

    dan Bapak Ricky Avenzora,.Dr.Ir.,M.Sc.F

  • iii

    DAFTAR ISI

    PRAKATA .................................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii

    I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Tujuan ....................................................................................................... 2

    C. Manfaat ..................................................................................................... 2

    D. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 A. Pariwisata .................................................................................................. 6

    1. Wisatawan ....................................................................................... 6

    2. Motivasi dan Persepsi Wisatawan ................................................... 7

    3. Objek dan Daya Tarik Wisatawan ................................................... 8

    B. Ekowisata .................................................................................................. 9

    C. Hutan Pendidikan .................................................................................... 11

    1. Flora ............................................................................................... 12

    2. Fauna ............................................................................................. 12

    3. Gejala Alam ................................................................................... 12

    D. Ruang Terbuka Hijau .............................................................................. 13

    E. Potensi Wisata Spiritual .......................................................................... 13

    F. Pengembangan ........................................................................................ 13

    G. Produk Jasa (Product) ............................................................................. 15

    H. Tarif Jasa atau Harga (price) ................................................................... 16

    I. Tempat atau Lokasi Pelayanan (place) ................................................... 16

    J. Promosi (Promotion) .............................................................................. 17

    K. Orang atau Partisipan (people) ................................................................ 18

    L. Sarana fisik (Physical Evidence) ............................................................ 19

    M. Proses (Process) ...................................................................................... 19

    III. KONDISI UMUM ............................................................................................ 20 A. Sejarah ..................................................................................................... 20

    1. Sejarah Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat ..................... 20

    2. Sejarah Pengelolaan....................................................................... 22

    B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 23

    1. Letak dan Luas .............................................................................. 23

    2. Topografi dan Tanah ..................................................................... 23

    3. Iklim dan Cuaca ............................................................................. 24

    C. Kondisi Biotik ......................................................................................... 24

    1. Fauna ............................................................................................. 24

    2. Flora ............................................................................................... 25

    D. Sumberdaya Wisata ................................................................................ 26

    1. Amenitas ........................................................................................ 26

    2. Atraksi Wisata ............................................................................... 27

  • iv

    3. Potensi Wisata ............................................................................... 28

    IV. METODOLOGI ............................................................................................... 33 A. Waktu dan Lokasi ................................................................................... 33

    B. Alat dan Objek Penelitian ....................................................................... 33

    C. Jenis Data, Metode Pengambilan Data, dan Analisis Data. .................... 34

    D. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 34

    1. Studi Literatur ................................................................................ 34

    2. Observasi Lapang .......................................................................... 34

    3. Penyebaran Kuesioner ................................................................... 35

    E. Analisis Data ........................................................................................... 35

    1. Analisis deskriptif kualitatif .......................................................... 35

    2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ...................................................... 35

    F. Metode Penyusunan Media Promosi Wisata .......................................... 36

    G. Tahapan Pengerjaan ................................................................................ 38

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 40 A. Kondisi Saat Ini (Existing Condition) ..................................................... 40

    B. Potensi Objek Wisata Kawasan HPGW ................................................. 42

    1. Potensi Objek Wisata Alam........................................................... 42

    2. Ruang Terbuka Hijau .................................................................... 50

    3. Potensi Objek Wisata Spiritual ...................................................... 51

    4. Potensi Objek Wisata Buatan ........................................................ 51

    C. Nilai Potensi Objek Wisata ..................................................................... 51

    1. Penilaian Potensi Obyek Wisata Alam .......................................... 52

    2. Ruang Terbuka Hijau .................................................................... 56

    3. Nilai Potensi Objek Wisata Spiritual ............................................. 57

    4. Nilai Potensi Objek Wisata Spiritual ............................................. 59

    D. Karakteristik, Motivasi dan Persepsi serta Minat Wisatawan ................ 59

    1. Karakteristik wisatawan ................................................................ 59

    2. Motivasi Wisatawan ...................................................................... 61

    3. Persepsi Wisatawan ....................................................................... 62

    4. Minat Wisatawan ........................................................................... 63

    E. Kesiapan dan Harapan Masyarakat ......................................................... 64

    1. Kesiapan Masyarakat..................................................................... 65

    2. Harapan Masyarakat ...................................................................... 66

    F. Kesiapan, Persepsi dan Harapan Pengelola ............................................ 67

    1. Kesiapan pengelola ........................................................................ 67

    2. Persepsi pengelola ......................................................................... 68

    3. Harapan pengelola ......................................................................... 68

    G. Pengembangan Wisata Hutan ................................................................. 69

    1. Rancangan Kegiatan Wisata .......................................................... 69

    2. Rancangan Program Wisata .......................................................... 72

    3. Rancangan Desain Booklet ............................................................ 74

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 77

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 77

    B. Saran ....................................................................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80

    LAMPIRAN ............................................................................................................... 82

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Potensi Wisata Kawasan HPGW ................................................................. 28

    Tabel 2. Alat yang Digunakan dalam Melaksanakan Kegiatan Skripsi .................... 33

    Tabel 3. Jenis Data, Metode Pengambilan dan Analisis Data ................................... 34

    Tabel 4. Jenis Satwa yang dapat Dijumpai pada Kawasan HPGW ........................... 44

    Tabel 5. Nilai Potensi Flora HPGW .......................................................................... 52

    Tabel 6. Nilai Potensi Fauna di HPGW ..................................................................... 54

    Tabel 7. Nilai potensi gejala alam HPGW ................................................................. 55

    Tabel 8. Nilai potensi RTH HPGW ........................................................................... 57

    Tabel 9. Nilai potensi objek wisata spiritual .............................................................. 58

    Tabel 10. Karakteristik wisatawan HPGW ................................................................ 59

    Tabel 11. Sumber informasi dan kejelasan informasi ................................................ 61

    Tabel 12. Persepsi Wisatawan HPGW ...................................................................... 62

    Tabel 13. Minat Wisatawan HPGW .......................................................................... 63

    Tabel 14. Minat wisatawan HPGW terhadap kegiatan wisata .................................. 63

    Tabel 15. Kesiapan Masyarakat ................................................................................. 65

    Tabel 16. Harapan masyarakat ................................................................................... 66

    Tabel 17. Kesiapan pengelola .................................................................................... 67

    Tabel 18. Persepsi pengelola HPGW ......................................................................... 68

    Tabel 19. Harapan pengelola ..................................................................................... 68

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka berpikir ...................................................................................... 5

    Gambar 2. Kerangka pemikiran ................................................................................... 5

    Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir .............................................................................. 5

    Gambar 4. Visi dan Misi HPGW ............................................................................... 22

    Gambar 5. Peta Kawasan HPGW .............................................................................. 23

    Gambar 6. Galian Babi .............................................................................................. 25

    Gambar 7. Dominan Flora di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW .................. 26

    Gambar 8. Ruang Galeri Sonokeling ......................................................................... 27

    Gambar 9. Atraksi Wisata Caving ............................................................................. 27

    Gambar 10. Puncak TVRI ......................................................................................... 29

    Gambar 11. Potensi Wisata Caving ........................................................................... 30

    Gambar 12. Camping Ground .................................................................................... 31

    Gambar 13. Toilet dan Jalan Setapak Camping Ground ........................................... 31

    Gambar 14. Wisma Wolan 2 dan Wolan 1 ................................................................ 32

    Gambar 15. Tahapan Pengerjaan .............................................................................. 39

    Gambar 16. Aktivitas Pengunjung HPGW ................................................................ 41

    Gambar 17. Monyet Ekor Panjang ............................................................................ 45

    Gambar 18. Burung Perenjak Jawa dan Kutilang ...................................................... 46

    Gambar 19. Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ................................................ 46

    Gambar 20. Tupai kekes (Tupaia javanica) .............................................................. 47

    Gambar 21. Kalajengking .......................................................................................... 47

    Gambar 22. Tonggeret yang Sudah Mati ................................................................... 48

    Gambar 23. Kadal kebun ........................................................................................... 49

    Gambar 24. Motivasi Wisatawan di HPGW .............................................................. 62

    Gambar 25. Minat Wisatawan terhadap Lama Program Wisata ............................... 64

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Flora dan Manfaatnya di HPGW ........................................................... 83

    Lampiran 2. Alur Perancangan Program Wisata ....................................................... 99

    Lampiran 3. Program Wisata Hutan dengan Bauran Pemasaran ............................. 100

    Lampiran 4. Ittenerary Program TWOR ................................................................. 101

    Lampiran 5. Ittenerary Program AC ........................................................................ 102

    Lampiran 6. Ittenerary Program KSN ..................................................................... 103

    Lampiran 7. Ittenerary Program Re-Fo ................................................................... 104

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki luasan 359

    Ha terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Desa Citalahap, Kecamatan Cibadak,

    Provinsi Jawa Barat. Fungsi dari Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah sebagai

    Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaan nya diserahkan

    kepada Fakultas Kehutanan IPB Darmaga. Hutan ini berfungsi sebagai hutan

    pendidikan dan pelatihan (hutan diklat) yang juga berfungsi sebagai kawasan

    pendidikan, kawasan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat dan juga

    sebagai bentuk dari aplikasi dan implementasi Tri Dharma dari pendidikan tinggi.

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang dibangun sejak

    tahun 1951 s/d 1952 di dalamnya memiliki vegetasi yang heterogen dimana hutan

    tanaman tersebut di dominasi oleh jenis Damar (Agathis loranhtifolia) yang

    mempunyai nilai komersial kayu (ekonomis) dan sampai saat sekarang ini penutupan

    hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) telah mencapai

    prosentase lebih kurang dari 95% dari luasan areal nya dimana penutupan hutan nya

    relatif cukup baik dan kondisi topografi nya yang sangat bervariasi itu sangat

    mendukung untuk di kembangkan sebagai kawasan wisata hutan yang lebih baik.

    Kegiatan wisata yang telah berlangsung di kawasan hutan pendidikan gunung

    walat adalah kegiatan wisata alam dan wisata spiritual. Kegiatan wisata alam yang di

    laksanakan seperti kegiatan wisata pada umumnya yaitu seperti menikmati

    pemandangan alam, rekreasi, dan jungle tracking. Kegiatan wisata spiritual yang di

    laksanakan yaitu melaksanakan upacara ritual di Goa Cipeureu yang terdapat di

    hutan pendidikan gunung walat. Kawasan tersebut belum terdapat kegiatan wisata

    yang spesifik sesuai dengan potensi kawasan sehingga kegiatan wisata di kawasan

    tersebut cukup banyak di minati oleh wisatawan. Tingginya minat wisatawan

    tersebut dipengaruhi karena meningkatnya trend back to nature di masyarakat saat

    ini. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan wisata perlu dilakukan untuk

    mendukung keberlanjutan kawasan hutan pendidikan gunung walat agar tetap ada

    dan dapat tetap menjadi suatu kawasan hutan dengan tujuan khusus.

  • 2

    B. Tujuan

    Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan memiliki beberapa tujuan yang harus

    di capai. Tujuan di lakukan nya kegiatan penelitian ini, yaitu:

    1. Merancang program wisata hutan sebagai bentuk pengembangan kegiatan

    wisata hutan yang merupakan produk wisata. Perancangan program wisata

    tersebut harus berdasarkan pengetahuan mengenai:

    a. Kegiatan wisata hutan yang ada saat ini sebagai bahan evaluasi.

    b. Potensi sumberdaya wisata hutan untuk menjadi daya tarik dalam wisata

    hutan.

    c. Karakteristik serta persepsi dan motivasi wistawan agar tepat sasaran

    sesuai permintaan wisatawan.

    d. Persepsi, kesiapan dan harapan masyarakat agar masyarakat dapat

    berpartisipasi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar

    kawasan tersebut.

    e. Persepsi, kesiapan dan harapan pengelola agar program yang di rancang

    tepat di terapkan di kawasan wisata tersebut.

    2. Merancang booklet wisata hutan sebagai bentuk pengembangan aspek promosi

    kawasan wisata hutan gunung walat.

    C. Manfaat

    Kegiatan penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

    pihak, diantaranya pengelola, masyarakat, dan wisatawan. Manfaat dari kegiatan

    penelitian yang berjudul Pengembangan Wisata Hutan, yaitu:

    1. Bagi pengelola, kegiatan Skripsi ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan

    untuk pengembangan wisata hutan kedepan nya.

    2. Bagi masyarakat, jika konsepnya di realisasikan pleh pengelola diharapkan

    dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    3. Bagi wisatawan kegiatan Skripsi ini jika konsepnya direalisasikan diharapkan

    dapat memberikan berbagai pilihan kegiatan wisata yang akan di lakukan

  • 3

    D. Kerangka Berfikir

    Pengembangan wisata hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dikaji

    berdasarkan lima variabel esensial dimana variabel esensial tersebut terdiri dari

    kondisi wisata saat ini (existing condition), ekologi, wisatawan, masyarakat dan

    pengelola. Variabel existing condition dikaji untuk mengetahui ragam kegiatan

    wisata yang telah ada dikawasan tersebut. Variabel sumberdaya wisata hutan dikaji

    untuk mengetahui potensi flora, fauna, gejala alam, ruang terbuka hijau dan objek

    wisata spiritual yang akan menjadi daya tarik dan atraksi wisata.

    Pengkajian terhadap wisatawan juga penting untuk mengetahui karakteristik,

    motivasi dan persepsi wisatawan agar program wisata yang dirancang tepat sasaran

    sesuai dengan permintaan wisatawan. Masyarakat adalah variabel selanjutnya yang

    penting untuk dikaji agar dapat diketahui kesiapan dan harapan masyarakat terhadap

    program wisata hutan yang akan dikembangkan. Hal tersebut disebabkan kegiatan

    wisata hutan pasti akan melibatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan.

    Selanjutnya, variabel pengelola dikaji untuk mengetahui persepsi, kesiapan dan

    harapan pengelola agar program yang dirancang tepat diterapkan dikawasan tersebut.

    Variabel-variabel essensial yang telah ditentukan, kemudian diinvestigasi dan

    diinventarisasi. Variabel existing condition ragam kegiatan wisata diinventarisasi dan

    diinvestigasi dengan observasi lapang kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif.

    Variabel sumberdaya wisata diinvestigasi dan diinventarisasi dengan observasi

    lapang dan studi literatur. Setelah data flora dan fauna, gejala alam, RTH dan objek

    wisata spiritual didapatkan, data tersebut kemudian dianalisis dengan indikator

    penilaian potensi alam menurut Avenzora (2008), yang meliputi keunikan,

    keindahan, kelangkaan, seasonality, aksesibilitas, sensitivitas dan fungsi sosial yang

    merupakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

    Hasil analisis tersebut kemudian menghasilkan nilai yang menunjukkan

    sumberdaya potensial wisata hutan yang akan dijadikan suatu acuan untuk

    merancang beberapa rancangan program wisata hutan. Variable lainnya yang di

    investigasi adalah wisatawan, pengelola dan masyarakat dengan pembagian

    kuesioner. Teknik pembagian kuesioner dilakukan dengan cara random sampling

    dengan pola kuesioner close ended. Hasil investigasi dan inventarisasi kemudian

    dianalisis dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis tersebut akan

  • 4

    menghasilkan data primer yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam

    perancangan program wisata hutan yang tepat. Program wisata yang telah dirancang

    kemudian dijadikan sebagai isi dalam rancangan media promosi berupa booklet yang

    telah dirancang. Perancangan program wisata dan media promosi dilakukan sebagai

    salah satu cara agar wisata hutan di kawasan hutan pendidikan gunung walat dapat

    berkelanjutan.

  • 5

    Gambar 2. Kerangka pemikiran

    BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN WISATA HUTAN

    DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

    Kondisi wisata saat ini Ekologi Masyarakat Wisatawan Pengelola

    Aktivitas wisata Manajemen wisata

    Flora Fauna

    Gejala alam

    Karakteristik Persepsi

    Kesiapan

    Karakteristik

    Motivasi Persepsi

    Karakteristik

    Persepsi Kesiapan

    Pembagian Kuisioner: - Closed ended

    - Random sampling

    Observasi:

    - Metode jelajah - Analisis Vegetasi

    - Pengukuran fisik sungai

    Investigasi dan Analisis

    Keunikan, Keindahan, Kelangkaan, Seasonality, Aksesibilitas, Sensitivitas, Fungsi Sosial (Avenzora, 2008)

    Sumber daya potensial wisata hutan

    Opsi rancangan program

    Output (Media Promosi)

    Program wisata terpilih

    (Harian, Mingguan dan Tahunan)

    Booklet CorelDRAW dan Adobe photoshop

    Tema Nuansa Alam

    Sasaran kepada semua kalangan Bahasa sederhana singkat, padat dan jelas

    Desain Booklet terpilih

    Opsi desain Booklet

    Gambar 1. Kerangka berpikir

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pariwisata

    Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

    pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,

    standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai

    sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri

    kerajinan tangan dan cendera mata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis

    juga dipandang sebagai industry (Wahab dalam Pendit, 2006).

    Institut of Tourism in Britain dalam Pendit (2006) merumuskan bahwa,

    pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke

    tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta

    kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini

    mencakup berpergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau

    darmawisata / ekskursi.

    Berdasarkan UU Nomor. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, maka dapat

    diketahui pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

    seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

    rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

    dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Definisi dari pariwisata menurut undang-

    undang tersebut yaitu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung dengan

    berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

    pemerintah dan pemerintah daerah.

    1. Wisatawan

    Secara sederhana, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan

    kegiatan wisata. WTO dalam Marpaung (2003) menjelaskan wisatawan adalah setiap

    orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang

    kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk

    jangka waktu yang lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat

    diklasifikasikan pada salah satu hal berikut.

  • 7

    a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan,

    keagamaan dan olah raga.

    b. Bisnis atau mengunjungi keluarga dan kerabat.

    Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menempati

    kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk orang yang berkeliling

    dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para pesiar yang memasuki negara secara

    legal contohnya orang yang hanya tinggal di ruang transit pelabuhan udara.

    Dalam rangka pengembangan wisata penting untuk di mengerti profil

    wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan

    menyusun program promosi efektif. Profil wisatawan merupakan karakteristik

    spesifik dari jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan,

    permintaan dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan

    karakteristiknya beberapa profil wisatawan di kategorikan sebagai berikut:

    kebangsaan, umur, jenis kelamin dan status, kelompok sosial ekonomi, konvensi dan

    konferensi serta wisatawan dengan minat khusus.

    2. Motivasi dan Persepsi Wisatawan

    Setiap wisatawan yang berkunjung pada suatu kawasan wisata tentunya

    memiliki motivasi yang mendorongnya untuk melakukan kunjungan wisata tersebut.

    Motivasi pengunjung perlu diketahui dalam rangka pengembangan wisata kearah

    yang lebih baik. Chung & Meggison dalam Fahmi (2011) menyatakan bahwa

    Motivation is defined as/goal-directed behavior. It concern the level of effort one

    exerts in pursuing a goal... its closely performance (motivasi dirumuskan sebagai

    perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang

    dilakukan seseorang dalam mengejar suatau tujuan, motivasi berkaitan erat dengan

    kepuasan dan performansi pekerjaan).

    Menurut Saroso dalam Fahmi (2011), menjelaskan bahwa motivasi adalah satu

    set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk

    bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (specific

    goal directed way).

    Kesimpulan yang dapat ditarik, bahwa motivasi adalah aktivitas perilaku yang

    bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan (Fahmi,

    2011). Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu motivasi ekstrinsik dan

  • 8

    intrinsik. Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya

    mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi

    pada diri orang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimilikinya olehnya saat

    ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang

    muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya

    kemudian mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti.

    Selain motivasi, persepsi pengunjung perlu diketahui dalam rangka

    pengembangan wisata. Definisi persepsi Mulyana (2005) adalah proses internal yang

    kita lakukan untuk memilih, mengevaluasikan, dan mengorganisasikan rangsangan

    dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah

    energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.

    Tiga unsur sosio budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas

    makna-makna yang kita bangun dalam persepsi. Unsur-unsur tersebut adalah sistem-

    sistem kepercayaan (beliefe), nilai (value), sikap (attitude); pandangan dunia (world

    view), dan organsasi sosial (social organization). Ketika ketiga unsur utama ini

    mempengaruhi persepsi kita dan makna yang kita bangun dalam persepsi, unsur-

    unsur tersebut mempengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif

    3. Objek dan Daya Tarik Wisatawan

    Suatu kawasan wisata tentunya memiliki sumberdaya dan daya tarik wisata

    yang membuatnya menjadi suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata yang juga

    disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran

    wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat

    menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola

    secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun

    suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu

    (Suwantoro, 2004).

    Definisi lain dari daya tarik wisata disebutkan Pitana & Gayatri (2005), bahwa

    daya tarik wisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menarik untuk dilihat

    atau disaksikan oleh wisatawan. Sesuatu dapat dikatakan sebagai objek wisata

    apabila objek wisata tersebut memiliki karakter atau sifat yang monumental.

    Maksudnya keberadaan objek tersebut memiliki periode waktu yang relatif lama dan

    umumnya diketahui banyak orang. Atraksi wisata merupakan sesuatu yang

  • 9

    disuguhkan kepada wisatawan yang dipersiapkan dalam suatu pertunjukkan. Atraksi

    wisata biasanya berwujud peristiwa, kejadian baik yang terjadi secara periodik

    ataupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional, ataupun yang telah dikembangkan

    dalam kehidupan masyarakat moderen. Kesemuanya itu menjadi daya tarik yang

    positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan dan menikmati

    sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi para wisatawan yang telah tergerak

    hatinya untuk mengunjunginya.

    Definisi selanjutnya tentang objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat

    daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan, hal yang

    dimaksud dapat berupa 1) yang berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan

    alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain, 2) yang merupakan hasil budaya, misalnya

    museum, candi, galeri, 3) yang merupakan kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat

    keseharian, tarian, karnaval, dan lain-lain (Wardiyanta, 2006). Sedangkan potensi

    wisata adalah segala hal dan dalam keadaan baik yang nyata dan dapat diraba

    maupun yang tidak teraba, yang diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga

    dapat bermanfaat dan diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur pendukung

    yang sangat diperlukan untuk pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa

    suasana, kejadian, benda maupun jasa-jasa.

    B. Ekowisata

    Ekowisata berasal dari dua kata, ekologi dan wisata Ekologi yaitu ilmu

    mengenai hubungan timbal balik antar unsur hayati dengan tata alam di sekitarnya

    (Erast Haeckel dalam Darsoprajitno, 2002). Hubungan timbal balik ini merupakan

    irama kehidupan alami yang disebut ekosistem. Jika ekosistem terganggu maka

    terganggu pula tata alaminya. Hal ini akan meluas hingga mengganggu kehidupan

    manusia, termasuk unsur-unsur hayati lainnya.

    Wisata ekologi (ecological tourism atau ecotourism) yaitu kegiatan

    kepariwisataan yang menggunakan hubungan manusia dengan tata alam yang telah

    membudaya sebagai sasaran nya. Hal ini berbeda dengan ekologi wisata atau ekologi

    pariwisata (tourism ecology), sebab istilah ini digunakan untuk mencirikan ilmunya.

    Jadi ekologi pariwisata adalah ilmunya, sedangkan pariwisata ekologi adalah

    kegiatannya (Darsoprajitno, 2002).

  • 10

    Dawson dalam McCool & Moisey (2008:38), menjelaskan bahwa Ecotourism

    and nature-based tourism can be defined as forms of sustainable development when

    they are limited in scale and minimize environmental and social impacts. Ecotourism

    goals: (i) to benefit local communities without overwhelming their social and

    economic systems; (ii) to protect the environmental, natural and cultural resources

    base on which the tourism depends; and (iii) to require the ethical behavior of

    recreational user and tourist, as well as the supporting commercial recreation and

    tourism operators (Ekowisata dan wisata berbasis alam dapat di definisikan sebagai

    bentuk pembangunan berkelanjutan ketika ada batasan skala dan dapat memperkecil

    dampak lingkungan dan sosial. Tujuan ekowisata: (i) untuk memberikan manfaat

    pada komunitas lokal tanpa menenggelamkan sistem sosial ekonomi mereka; (ii)

    untuk melindungi sumberdaya lingkungan, alam dan budaya yang tergantung pada

    wisata; dan (iii) untuk mengharuskan etika sopan santun pelaku rekreasi dan

    wisatawan , sama baik dengan dukungan rekreasi komersial dan operator wisata).

    Selain itu, Avenzora (2008) mendefinisikan ekowisata sebagai konsep dasar

    dari wisata berkelanjutan yang mempertimbangkan tiga pilar meliputi ekologi,

    ekonomi, dan sosial budaya yaitu bertanggung jawab terhadap kelestarian areal,

    memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi

    masyarakat setempat.

    Definisi lain mengenai ekowisata di kemukakan World Conservation Union

    (WCU) dalam Nugroho (2011), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-

    wilayah yang lingkungan alamnya masih alami, dengan menghargai warisan budaya

    dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak

    negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi

    penduduk lokal.

    Menurut Deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari anggota TIES di Quebec,

    Canada tahun 2002), ekowisata adalah sustainable tourism yang secara spesifik

    memuat upaya-upaya: (a) konstribusi aktif dalam konservasi alam dan budaya (b)

    partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan, dan operasional

    kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan (c) transfer pengetahuan tentang

    warisan budaya dan alam kepada pengunjung (d) bentuk wisata independen atau

    kelompok wisata berukuran kecil (dalam Nugroho, 2011). Menurut Nugroho (2011).

  • 11

    Definisi selanjutnya mengenai ekowisata dijelaskan Nugroho (2011), bahwa

    ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,

    terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor atau usaha ekonomi,

    yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk

    lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.

    C. Hutan Pendidikan

    Hutan pendidikan adalah merupakan salah satu tempat diselenggarakan nya

    nya kegiatan pendidikan, penelitian dan pelatihan wisata alam. Wisata alam adalah

    bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

    berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan

    cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Kegiatan

    wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata, pendidikan, penelitian,

    kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam objek wisata (Suwantoro, 2004).

    Hodge dalam Font & Tribe (2000:3) menjelaskan, Viewing or hoping to view

    wildlife has been ascribed one-third of the overall value of forest for recreation and

    this is a large attraction sold by tour operators as ecotourism in developing

    countries. (Melihat atau mengharapkan untuk melihat satwa liar dianggap satu dari

    tiga nilai keseluruhan dari hutan untuk rekreasi dan ini adalah atraksi yang besar

    yang dapat di jual operator wisata sebagai ekowisata dalam pembangunan Negara).

    Lang dalam Font & Tribe (2000:3) menyebutkan bahwa The Director of

    Forest in the German Government Forestry Office estimates that in about 90% of all

    german forest it is possible to simultaneously produce valuable timber, to protect

    soil, climate and watersheds and to allow people access to the forest for recreational

    purposes. (Kepala dari Kantor Depertemen Kehutanan di Jerman memperkirakan

    bahwa sekitar 90% dari semua hutan Jerman adalah sangat mungkin untuk secara

    serentak memproduksi kayu yang berharga, untuk melindungi tanah, iklim dan

    dataran tinggi yang memisahkan saluran air sungai dan untuk memberikan akses

    pada hutan untuk tujuan rekreasi). Begitupun di Indonesia jika pengelolaan kawasan

    hutan dilakukan dangan baik maka akan menunjang pembangunan Negara.

  • 12

    At present the development of forest parks for recreation depends on the

    importance given to the resources by the public sector and the community

    involvement. (saat ini pembangunan taman hutan untuk rekreasi tergantung pada

    pentingnya memberikan manfaat pada sumberdaya oleh sektor umum dan

    keterlibatan komunitas (Sakuras; Eagles and Martens; Ota dalam Font & Tribe,

    2000). Jadi, dalam pengembangan suatu kawasan atau mendukung keberlanjutan

    suatu kawasan tersebut di perlukan kerjasama antara sektor umum dan keterlibatan

    komunitas lokal yang berada di sekitar kawasan.

    Hutan dengan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya memiliki potensi besar

    untuk di kembangkan sebagai kawasan untuk kegiatan wisata, tentunya dengan

    pengelolaan yang baik. Sumberdaya wisata hutan yang dapat menjadi objek dan daya

    tarik wisata hutan terdiri dari flora, fauna dan gejala alam.

    1. Flora

    Flora merupakan tumbuhan mulai dari Divisio Thallophyta hingga

    Pteriodophyta, baik yang masih bersifat liar ataupun yang sudah dibudidayakan,

    dapat menjadi objek dan daya tarik bagi wisatawan dalam melakukan berbagai

    kegiatan wisata. Potensi flora sebagai objek atau daya tarik wisata dapat berupa jasa

    ataupun sekaligus sebagai good (barang) yang bisa di perjual belikan (Avenzora,

    2008)

    2. Fauna

    Fauna merupakan satwa mulai dari cacing hingga berbagai jenis mamalia, baik

    yang masih bersifat liar ataupun yang di domestikasi, dapat menjadi objek dan daya

    tarik bagi wisatawan dalam melakukan berbagai kegiatan wisata. Potensi fauna

    sebagai objek dan daya tarik wisata dapat berupa jasa ataupun sekaligus good yang

    bisa diperjualbelikan (Avenzora, 2008)

    3. Gejala Alam

    Menurut Avenzora (2008), dalam konteks wisata alam beberapa contoh objek

    wisata yang biasanya dimasukkan dalam terminology gejala alam adalah kawah

    gunung berapi, air terun, sumber mata air panas, bebatuan geologi, pelangi, petir,

    goa, sumber mata air, danau, dan berbagai kejadian alam lainnya yang terjadi atau

  • 13

    melibatkan hard element alam dan secara fisik dapat dinikmati oleh wisatawan

    sebagai objek atau daya tarik wisata.

    Selain itu sumberdaya wisata yang berpotensi menjadi daya tarik wisata

    adalah ruang terbuka hijau dan objek wisata spiritual. Terkadang dalam suatu hutan

    terdapat suatu ruang terbuka hijau dan terkadang terdapat hutan yang memiliki

    hubungan dengan nilai spiritual masyarakat sekitarnya.

    D. Ruang Terbuka Hijau

    Menurut Avenzora (2008), ruang terbuka hijau merupakan berbagai areal

    piknik (baik di areal pantai ataupun pada areal terestrial lain), taman kota, taman

    wisata taman lingkungan dan tapak perkemahan.

    E. Potensi Wisata Spiritual

    Potensi wisata spiritual merupakan berbagai proses ritual yang di lakukan

    masyarakat dalam memenuhi kebutuhan spiritual nya yang bukan merupakan dan

    bukan pula menjadi prosedur baku dari agamanya, meskipun pada umumnya

    kegiatan-kegiatan tersebut sering berasosiasi dengan suatu agama atau keyakinan

    tertentu.

    F. Pengembangan

    Menurut Sammeng (2001), pengembangan mengisyaratkan suatu proses

    evaluasi dengan konotasi positif atau sekurang-kuranya bermakna tidak jalan

    ditempat. Kata pengembangan dapat dikaitkan dengan dua hal, yakni : proses dan

    tingkat perkembangan sesuatu.

    Salah satu teknik dalam pengembangan wisata adalah teknik VAMP (visitor

    activity management program). Menurut Pitana dan Diarta (2009), VAMP

    merupakan sistem manajemen yang berusaha mengubah orientasi dari produk

    misalnya objek dan wisatawan, kepada orientasi pemasaran dengan penekanan pada

    pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam Pitana dan Diarta (2009),

    Visitor Activity Management Program (VAMP) didefinisikan sebagai berikut:

  • 14

    A management system with an emphasis on marketing. deciding what people

    want in a park, then developing and marketing specific experience to match the

    wants (Richardson and Fulker, 2004).

    VAMP pertama kali diperkenalkan di Kanada tahun 1990-an dengan

    menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang orang atau wisatawan

    inginkan di objek atau destinasi tertentu. Berdasarkan hal tersebut kemudian disusun

    program pengembangan dan pemasaran untuk melink-an dengan apa yang

    diinginkan. Prosesnya termasuk menyeting tujuan destinasi yang sesuai dengan

    aktivitas wisatawan, menganalisis karakteristik wisatawan dan mengembangkan

    beragam pilihan aktivitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

    konsumen. Menentukan tujuan menejemen kunjungan yang jelas akan membantu

    menentukan tipe kelebihan, keuntungan dan pengalaman apa yang akan di tawarkan

    kepada wisatawan sehingga mampu memuaskan konsumen. Inti dari VAMP dan

    sekaligus juga sebagai masalah utama adalah bagaimana menggeser dari paradigma

    pemasaran.

    Pengembangan yang di lakukan menggunakan teknik pemasaran sehingga

    bauran pemasaran juga perlu diperhatikan. Sebelum beranjak pada bauran pemasaran

    perlu di ketahui definisi pemasaran itu sendiri. Menurut Kotler dalam Hurriyati

    (2010), pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu

    atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui

    penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.

    Pernyataan ini menunjukkan bahwa inti dari pemasaran adalah kegiatan dalam

    rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak yang berkepentingan, melalui

    pertukaran yang mampu memberikan kepuasan kepada semua pihak, terutama

    konsumen sebagai pemakai dari barang atau jasa yang di tawarkan.

    Produk wisata merupakan jasa maka pemasaran jasa merupakan suatu proses

    mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran

    yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi

    untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Payne dalam Hurriyati, 2010).

    Dengan demikian manajemen pemasaran jasa merupakan proses penyelarasan

    sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar. Pemasaran memberi

    perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa

  • 15

    perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatan-kegiatan para

    pesaing.

    Selanjutnya berbicara mengenai bauran pemasaran, Kotler dalam Hurriyati

    (2010), mengemukakan definisi bauran pemasaran (marketing mix) sebagai

    berikut.Marketing mix is the set of marketing tools that the uses to pursue its

    marketing objective in the target market. Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat

    pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai

    tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

    Bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, di

    baurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat

    mencapai tujuan pemasaran yang efektif sekaligus memuaskan kebutuhan dan

    keinginan konsumen (Hurriyati, 2010).

    Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), mengemukakan konsep bauran

    pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu product (produk), price (harga),

    place (tempat/lokasi), dan promotion (promosi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa

    perlu bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix for services)

    dengan penambahan unsur non-traditional marketing mix, yaitu people (orang),

    physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga menjadi tujuh unsur

    (7P). masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan

    dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai

    dengan karakteristik segmennya. Penambahan unsur bauran pemasaran jasa

    dilakukan antara lain karena jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk

    yaitu tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, beraneka ragam dan mudah lenyap.

    Penjelasan mengenai bauran pemasaran jasa adalah sebagai berikut.

    G. Produk Jasa (Product)

    Menurut Hurriyati (2010), produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan,

    tidak berwujud dan cepat hilang. Lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta

    pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

    Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat

    dan nilai dari sesuatu yang di tawarkan.

  • 16

    Produk wisata adalah jasa. Salah satu bentuk jasa wisata adalah program

    wisata. Menurut Sirait (2000), program wisata adalah program perjalanan (tour

    itinerary) dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari fakta-fakta, urutan-urutan dari

    bagian perjalanan wisata yang akan menggambarkan suatu rencana yang akan

    dilaksanakan selama perjalanan wisata tersebut berlangsung. Program perjalanan

    harus disusun sesuai dengan kebutuhan orang yang akan melakukan perjalanan

    dimana terdapat materi atau isi acara yang jelas beserta jadwal dan kelengkapan

    (equipment) dari perjalanan yang akan dilaksanakan.

    H. Tarif Jasa atau Harga (Price)

    Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), menjelaskan tiga dasar penetapan

    harga yang biasa digunakan dalam menentukan harga, yaitu penetapan harga

    berdasarkan biaya (cost-based pricing), penetapan harga berdasarkan persaingan

    (competition-based pricing) dan penetapan harga berdasarkan permintaan (demand-

    based)

    I. Tempat atau Lokasi Pelayanan (Place)

    Menurut Hurriyati (2010), dalam produksi industri manufaktur, place diartikan

    sebagai saluran distribusi (zero channel, two level channels dan multilevel channels),

    sedangkan untuk produksi industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan

    jasa. Tempat dianggap penting karena sebagai lingkungan dimana dan bagaimana

    jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa.

    Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai

    dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah

    tipe dan tingkat interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara

    penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa

    2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau

    3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.

  • 17

    Tipe interaksi yang berkaitan dengan perilaku pelanggan dalam mencari

    penyedia jasa sangat penting untuk memperhatikan letak lokasi. Penyedia jasa yang

    menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan menawarkan jasa mereka di

    beberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan, maka letak lokasi

    menjadi tidak begitu penting meskipun perlu dipertimbangkan pula kedekatan

    terhadap pelanggan untuk menjaga kualitas jasa yang akan diterima. Sementara itu,

    dalam kasus penyedia jasa dan pelanggan menggunakan media perantara dalam

    berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun beberapa media perantara

    memerlukan interaksi fisik antara mereka dengan pelanggan.

    J. Promosi (Promotion)

    Menurut Buchari Alma dalam Hurriyati (2010), promosi adalah suatu bentuk

    komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha

    menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar

    sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal

    pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

    Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan

    membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran

    pemasarannya. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang

    sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas

    khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut bauran promosi (promotion

    mix), yaitu mencakup personal selling, mass selling, promosi penjualan, public

    relation dan direct marketing, word of mouth.

    Bentuk promosi yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah mass selling

    yaitu dengan menggunakan media massa yang dapat disebarkan pada orang banyak.

    Salah satu media yang dipakai yaitu booklet. Menurut Oxford University (2005),

    booklet is a small book consisting of a few sheets, typically with paper covers

    Booklet adalah buku kecil yang terdiri dari beberapa lembar, yang secara khas

    memiliki sampul. Untuk membuat sebuah booklet diperlukan kemampuan

    mendesain. Menurut Ernawati dkk (2008), desain merupakan bentuk rumusan dari

    suatu proses pemikiran, pertimbangan dan perhitungan dari desainer yang dituangkan

    dalam wujud gambar. Unsur desain merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk

  • 18

    mewujudkan desain sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Maksud

    unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur

    visual. unsur-unsur desain ini terdiri dari atas garis, arah bentuk, tekstur, ukuran,

    value dan warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat

    mewujudkan rancangannya. Dalam company profile (2012), untuk mensinergikan

    content atau isi booklet dengan desainnya ada beberapa yang harus diperhatikan

    sebagai berikut:

    1. Simplicity

    Sebuah design company profile haruslah simple atau sederhana, tidak rumit

    dengan bentuk dan isi /content tulisan.

    2. Colour

    Sinergikan warna dominan perusahaan dengan design company profile yang

    akan dikerjakan, sehingga secara tidak langsung memberikan efek pencitraan.

    3. Balance

    Komposisi pada sebuah design company profile harus seimbang, bisa berupa

    perbandingan layout dan komposisi gambar atau tulisan. Dalam prinsip layout

    balance bukan berarti perbandingannya 50 : 50, namun lebih kepada penerapan

    design pada medianya.

    4. Emphasis

    Sebuah design company profile yang baik harus mempunyai alur atau urutan

    penataan pesan yang benar. Pesan pada content dapat dimulai dengan pesan

    bertekanan rendah lalu kepada pesan yang bertekanan tinggi. Maksud dari tekanan

    disini adalah prioritas isi pesan dari sebuah company profile.

    K. Orang atau Partisipan (People)

    Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam

    penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari

    people adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam

    lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian

    karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi

    konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter). Elemen people

    ini memiliki 2 apek yaitu:

  • 19

    1. Service People

    Untuk organisasi jasa, Service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu

    mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik, cepat,

    ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan kepuasan den kesetiaan pelanggan

    terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan.

    2. Customer

    Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para

    pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang

    kualitas jasa yang pernah di dapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan

    jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen dari

    sumberdaya manusia.

    L. Sarana fisik (Physical Evidence)

    Menurut Hurriyati (2010), sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata

    turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk

    jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara lain

    lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna

    dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti

    tiket, sampul, label dan lain sebagainya.

    M. Proses (Process)

    Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), proses adalah semua

    prosedur actual, mekanisme dan aliran aktivitas yang digunakan untuk

    menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan

    dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan

    keinginan konsumennya. Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan

    prosedur-prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, aktivitas-aktivitas dan

    rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan.

    identifikasi manajemen proses sebagai aktivitas terpisah adalah prasyarat bagi

    perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa

    disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan.

  • 20

    III. KONDISI UMUM

    A. Sejarah

    Sejarah Hutan Pendididikan Gunung Walat (HPGW) yang dibahas dalam

    bagian ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sejarah kawasan dan sejarah pengelolaan

    kawasan dimana dari sejarah kawasan yang akan dibahas di awali atau di mulai dari

    terbentuknya kawasan sampai dengan proses legalisasi formal yang terjadi di

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai suatu Kawasan Hutan Dengan

    Tujuan Khusus (KHDTK).

    1. Sejarah Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

    Pembangunan Hutan Pendidikan sebagai laboratorium kehutanan berawal pada

    Tahun 1959 ketika saat itu Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan

    Kehutanan dalam Fakultas Pertanian di dalam Universitas Indonesia dan pada tahun

    1959 di bangun hutan percobaan di Darmaga yang luasan nya sekitar 50 Ha dan juga

    di ikuti dengan pembangunan Kampus Kehutanan di Darmaga. Fakultas Kehutanan

    idealnya memang harus memiliki suatu kawasan laboratorium hutan pendidikan

    (arboretum) agar dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik

    terutama dalam proses kerangka berfikir untuk memahami (menemu kenali) esensi

    model pengelolaan hutan lestari.

    Hutan percobaan yang luas nya lebih kurang 50 Ha tersebut dirasakan kurang

    mencukupi sehingga pada tahun 1960 Fakultas Kehutanan IPB mulai membangun

    hutan pendidikan di daerah Pasir Madang seluas sekitar 500 Ha. Namun, setelah

    ditanami lebih kurang seluas 50 Ha lahan tersebut diambil alih oleh PT. Tjengkeh

    Indonesia. Pada tahun 1961 dilakukan penjajagan dan negosiasi ke Pemerintah

    Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk dapat mengelola kawasan hutan di komplek

    hutan gunung walat.

    Tahun 1963 berdiri Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor bersamaan

    dengan berdirinya Institut Pertanian Bogor sebagai bentuk dari perwujudan

    pengembangan pendidikan tinggi pertanian di Universitas Indonesia, menjadi

    Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian yang lebih mandiri.

  • 21

    Tahun 1967 dilakukan penjajakan kerjasama oleh IPB kepada Pemerintah

    Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen

    Pertanian untuk mengusahakan Areal Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan dan

    dari hasil usaha tersebut pada tahun 1968 komplek hutan pendidikan Gunung Walat

    mulai di kelola oleh Fakultas Kehutanan IPB.

    Tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah

    Tingkat I Jawa Barat No.7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 dimana dalam

    keputusan tersebut menyatakan bahwa Komplek Hutan Gunung Walat yang kurang

    lebih seluas 359 Ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya

    diserahkan kepada IPB. tahun 1973 diterbitkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal

    Kehutanan No.291/DS/73 tertanggal 24 Januari 1973 yang berisi tentang pengelolaan

    hutan pendidikan gunung walat.

    Tanggal 9 Februari 1973 dilakukan penandatangan surat perjanjian pinjam

    pakai tanah hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan oleh Kepala Dinas

    Kehutanan Jawa Barat dengan Rektor IPB. Hal tersebut sesuai dengan Surat

    Keputusan Menteri Pertanian No.008/Kpts/DII/73 maka kemudian IPB mendapat

    hak pakai atas Komplek Hutan Pendidikan Gunung Walat. Tahun 1992 Menteri

    Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No.687/kpts-II/92 tentang penunjukan

    komplek Hutan Gunung Walat di Daerah Tingkat II Sukabumi Provinsi Daerah

    Tingkat I Jawa Barat kurang lebih seluas 359 Ha menjadi Hutan Pendidikan.

    Tahun 2005 penguatan status HPGW kembali di keluarkan oleh Menteri

    Kehutanan melalui Surat Keputusan No.188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005,

    tentang penunjukan dan penetapan kawasan hutan produksi terbatas kompleks hutan

    pendidikan gunung walat yang kurang lebih seluas 359 Ha sebagai kawasan hutan

    dengan tujuan khusus (HDTK) untuk hutan pendidikan dan latihan gunung walat

    Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dalam jangka waktu 20 tahun. Fakultas

    Kehutanan Institut Pertanian Bogor diberi hak pengelolaan penuh terhadap kawasan

    hutan pendidikan dan latihan gunung walat yang berada di Desa Citalahap,

    Kecamatan Cibadak, Sukabumi.

  • 22

    2. Sejarah Pengelolaan

    Pengelolaan kawasan hutan gunung walat yang luasan nya lebih kurang 359 Ha

    dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan status hak pakai berdasarkan surat

    keputusan menteri pertanian No.008/Kpts/DJ/I/73 sebagai hutan pendidikan dan

    secara struktural berada di bawah Unit Kebun Percobaan IPB (Fahutan IPB) dimana

    dalam proses pengelolaan nya Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

    bekerjasama dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat di sekitar kawasan,

    Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Pusat,

    Perusahaan baik BUMN maupun swasta dan khusus nya Kementrian Kehutanan.

    Sejak ditetapkan nya sebagai kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

    (HPGW) kawasan ini dikelola dan digunakan secara intensif oleh civitas akademika

    Fahutan IPB untuk beberapa kegiatan akademis yaitu pendidikan, penelitian dan

    pelatihan. Seiring berjalan nya waktu Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

    juga digunakan untuk beberapa kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan wisata

    lingkungan bagi siswa-siswi sekolah, mahasiswa maupun masyarakat umum. Motto

    Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah Leuweung Sakolaan Sagala Bangsa /

    (International University Forest), Hutan Pendidikan Gunung Walat dilandasi dengan

    visi dan misi (Gambar 4).

    Gambar 4. Visi dan Misi HPGW

    Terwujudnya Hutan Pendidikan Gunung

    Walat sebagai media implementasi

    Tridharma Perguruan Tinggi Fakultas

    Kehutanan IPB bertaraf internasional bagi

    pengelolaan hutan lestari.

    Mewujudkan terselenggaranya pendidikan

    dan penelitian IPTEK bidang pengelolaan

    sumberdaya hutan dan lingkungan secara

    efektif

    Mewujudkan pengelolaan hutan lestari di

    kawasan HPGW.

    Membangun kemitraan antara HPGW

    dengan para pihak sebagai wujud nyata

    pengabdian kepada masyarakat

    Visi

    Misi

  • 23

    B. Kondisi Fisik

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki luas kurang

    lebih 359 Ha sehingga memiliki kondisi fisik yang terbagi menjadi letak dan luas,

    topografi dan tanah, serta iklim dan cuaca. Kondisi fisik tersebut akan dibahas secara

    detail pada bagian ini :

    1. Letak dan Luas

    Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 Km dari poros jalan

    Sukabumi-Bogor (Desa Segog), jarak kawasan tersebut dari simpang Ciawi berjarak

    46 Km dan dari Sukabumi 12 Km. Kawasan tersebut jika dilihat secara geografis

    berada pada 10648'27'' BT - 10650'29'' BT dan 654'23'' LS - 655'35'' LS.

    Berdasarkan letak administratif pemerintahan, HPGW masuk atau terletak di wilayah

    Kecamatan Cibadak dan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Pemerintah

    Kabupaten Sukabumi. Luas kawasan hutan pendidikan gunung walat adalah 359 Ha

    (Gambar 5). Kawasan hutan pendidikan gunung walat terdiri dari tiga blok yaitu blok

    timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, blok barat (Cimenyan) seluas 125 Ha dan blok

    tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha.

    Gambar 5. Peta Kawasan HPGW

    2. Topografi dan Tanah

    Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) berada pada ketinggian

    557 Mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan luasan semula adalah 359 Ha dan

    kini menjadi sekitar 349 Ha. Kawasan ini terletak pada ketinggian 500-700 Mdpl

    dengan topografi yang bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di

  • 24

    bagian selatan dan bagian utaranya yang memiliki kondisi topografi yang semakin

    berat atau sedikit curam.

    Kondisi topografi di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yaitu

    bergunung (98 Ha), berbukit (42 Ha), bergelombang (23 Ha), berombak (9 Ha) dan

    datar (4 Ha). Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN

    2.212 (67 Mdpl) dan KN 2.213 (72 Mdpl). Tanah di kawasan Hutan Pendidikan

    Gunung Walat (HPGW) merupakan tanah yang sangat kompleks terdiri dari

    podsolik, latosol dan litiosol. Litiosol berasal dari batu endapan dan bekuan daerah

    bukit sedangkan bagian di barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan

    karst dimana hal tersebut itulah yang membentuk goa-goa alam karst (gamping).

    3. Iklim dan Cuaca

    Klasifikasi iklim di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) menurut

    Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe B (14,3-33,3%) dengan nilai Q =

    14,3% - 33% dan banyak nya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm.

    Suhu udara maksimum di siang Hari 29C dan minimum 19C pada saat malam

    hari.

    C. Kondisi Biotik

    Kondisi biotik yang akan dibahas pada bagian ini antara lain adalah fauna dan

    flora. Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki vegetasi

    yang cukup baik dan luasan yang relatif cukup luas menyebabkan keanekaragaman

    hayati di kawasan ini relatif cukup baik dari segi flora, fauna serta unsur abiotiknya.

    1. Fauna

    Jenis-jenis satwa liar yang ada di dalam HPGW diantaranya yaitu jenis-jenis

    mamalia Musang, Monyet ekor panjang, Kera, Meong congkok, Tupai, Trenggiling,

    Kelinci liar, Bajing dan Babi hutan (Gambar 6). Fauna lain yang terdapat pada

    kawasan ini adalah berbagai jenis burung diantaranya burung Elang Jawa (Spizaetus

    bartelsi), Emprit dan Kutilang.

  • 25

    Gambar 6. Galian Babi

    Reptilia yang dapat ditemukan pada kawasan ini diantaranya biawak, ular,

    kadal dan bunglon. Pada kawasan ini juga dapat ditemukan jenis ikan lubang dimana

    ikan lubang adalah ikan yang mempunyai jenis yang hampir sama dengan ikan lele

    yang memiliki warna agak merah dan saat ini mulai sulit ditemukan di Kawasan

    Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

    2. Flora

    Tumbuhan adalah suatu organisme yang menggunakan cahaya matahari

    sebagai sumber tenaga untuk membuat makanan yang diperlukan untuk hidup dan

    tumbuh nya (Panut, 2004). kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

    ditumbuhi oleh berbagai vegetasi.

    Tegakan hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) didominasi oleh

    tegakan damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii) (Gambar 7), puspa

    (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia

    macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala

    (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp dan akasia (Acacia

    mangium). Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki 44

    jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan, 13 jenis bambu dan 68 jenis tumbuhan obat.

  • 26

    Gambar 7. Dominan Flora di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW

    Potensi tegakan hutan itu bila di ukur berdasarkan volume nya memiliki

    10.855 m3 kayu damar, 9.471 m

    3 kayu pinus, 464 m

    3 puspa, 132 m

    3 sengon dan 88

    M3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan hasil hutan non kayu

    yang berupa getah kopal dan getah pinus.

    D. Sumberdaya Wisata

    Sumberdaya wisata adalah merupakan sesuatu yang memiliki dimensi ruang,

    waktu dengan batas-batas dan elemen-elemen tertentu yang memiliki atraksi wisata

    dan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung serta dapat menampung kegiatan

    berwisata (Avenzora 2005). Pembahasan mengenai sumberdaya wisata dapat dikaji

    dalam tiga hal yakni amenitas (sarana dan prasarana), atraksi wisata dan potensi

    wisata yang terdapat pada kawasan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

    (HPGW).

    1. Amenitas

    Amenitas atau yang biasa diartikan sebagai sarana prasarana merupakan salah

    satu faktor kekuatan yang mendukung dari suatu pengelolaan pariwisata, sarana dan

    prasarana untuk kebutuhan kegiatan pengunjung seperti penelitian, pendidikan dan

    wisata yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) cukup

    memadai. Sarana dan prasarana yang terdapat di HPGW berfungsi untuk

    memberikan kenyamanan dan kesan yang positif kepada pengunjung. Dimana hal

    tersebut telah dilakukan oleh pihak pengelola seperti pembuatan ruang galeri

    (Gambar 8) yang berfungsi memajang berbagai benda yang dihasilkan oleh Kawasan

    Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tetapi disaat ini ruang galeri tersebut tidak

  • 27

    digunakan sebagai pajangan apapun sehingga saat ini ruang galeri tersebut di rubah

    atau dialih fungsi kan sebagai tempat penginapan pengunjung.

    Gambar 8. Ruang Galeri Sonokeling

    2. Atraksi Wisata

    Atraksi wisata yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

    (HPGW) terbagi menjadi dua yakni atraksi wisata secara langsung dan atraksi wisata

    secara tidak langsung. Atraksi wisata yang di lakukan secara langsung yang terdapat

    di HPGW seperti berkemah, outbound, caving (Gambar 9) dan tracking.

    Gambar 9. Atraksi Wisata Caving

    Wisata tracking yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

    (HPGW) merupakan suatu bentuk dari kegiatan wisata yang dilakukan di dalam

    hutan yang didominasi oleh tegakan pinus dan damar. Kegiatan ini melewati

    berbagai tapak-tapak penting yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung

    Walat (HPGW) seperti goa dan puncak. Semua jalur tracking di kawasan HPGW

    memiliki tantangan, daya tarik dan pengalaman tersendiri bagi pengunjung yang

    akan melakukan kegiatan wisata. Atraksi wisata secara tidak langsung yang terdapat

  • 28

    di HPGW seperti menikmati pemandangan alam dan pengenalan alam, kegiatan

    menikmati pemandangan alam yang dilakukan pengunjung yakni melihat panorama

    Sukabumi dari puncak TVRI. Kegiatan wisata ini menyuguhkan daya tarik yang

    berbeda kepada pengunjung. Pengenalan alam yang dilakukan oleh pengunjung yaitu

    kegiatan mengenal berbagai flora dan fauna yang terdapat di Kawasan Hutan

    Pendidikan Gunung Walat (HPGW).

    3. Potensi Wisata

    Kawasan Hutan Pen