laporan sayur, buah, dan umbi
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
1/22
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN
SAYUR, UMBI, DAN BUAH
Oleh :
1. Yefta H.M (6103012027)2. Rakryan D.K (6103012028)3. Adrianto R (6103012040)4. Ingrid T.I (6103012098)
Tanggal : 17 Februari 2014
KELOMPOK C-3
Asisten : Ir. Thomas Indarto Putut Suseno, MP
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2014
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
2/22
I. TUJUANTujuan Instruksional Umum
Memahami sifat-sifat fisik dan kimiawi berbagai jenis sayur, buah dan umbi
Sasaran Belajar:
1. Menentukan ukuran bentuk berbagai jenis sayuran, buah-buahan, umbi-umbiankemudian mengklasifikasikannya kedalam bentuk acuan.
2. Menentukan luas permukaan berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian.
3. Menentukan tingkat kekerasan berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian dengan tingkat kemasakan dan bagian yang berbeda.
4. Menentukan prosentase bagian-bagian penyusun bahan.5. Mengukur sifat spesifik (karakteristik) warna, berat, spesifik gravity bahan.6. Mengukur kadar komponen kimia yang dominan dalam bahan yang berkaitan
dengan sifat fisiologis bahan, seperti pH, padatan terlarut, dan total asam dan
reaksi pencoklatan enzimatis.
II. DASAR TEORIBahan pangan nabati dapat dibedakan atas sayur, buah, dan umbi. Sayuran
adalah tanaman holtikultura yang umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang
dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Buah adalah hasil dari beberapa
bentuk pertumbuhan yang pada mula diawali dengan pembesaran bakal buah diikuti
pembesaran jaringan yang mendukung bakal buah (Satuhu,1994). Buahan - buahan
umumnya memiliki kadar air 65-90% tetapi memiliki kadar protein dan lemak rendah
(Muchtadi dan Deddy, 1992). Umbi adalah bagian dari hasil nabati yang diperoleh
dari dalam tanah. Pada umumnya umbi-umbian merupakan bahan sumber karbohidrat
terutama pati. Umbi ini dapat dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Umbi
akar maupun umbi batang umumnya merupkan bagian akar yang digunakan untuk
menyimpan makanan cadangan (Syarief dan Irawati, 1988).
Sifat fisik bahan pangan meliputi warna, penampang bujur, luas permukaan
kulit, penampang lintang, tekstur, berat, kontur kulit bahan, spesifik gravity. Oleh
karena itu informasi mengenai data-data tersebut dalam mengolah suatu bahan
makanan karena sifat-sifat tersebut sangat khas pada setiap jenis sayur, buah , dan
umbi. Sayur-sayuran dan buah-buahan serta hasil pertanian pada umunya setelah
dipanen kalau dibiarkan begitu saja lama-kelamaan akan mengalami perubahan-
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
3/22
perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis
(Muchtadi dan Deddy, 1992).
Sifat Fisik dalam sayur, buah, dan umbi:
1. Warna BahanWarna sayuran dan buah ditentukan oleh pigmen yang terkandung di
dalamnya seperti klorofil, karotenoid, golongan flavonoid yang meliputi
antosianin, antoxanthin, tannin. (Winarno, 2004). Pigmen klorofil terutama
terdapat pada sayur sayuran yang memiliki warna hijau. Di mana pigmen klorofil
terdapat di dalam organ sel berupa kloroplast. Secara umum, setelah panen
pigmen klorofil mengalami degradasi akibat inti Fe tersubstitusi oleh H+. Hal ini
mengakibatkan warna sayur yang hijau berubah menjadi kuning. Sehingga warna
hijau sering digunakan sebagai indeks kesegaran sayur. Pigmen karotenoid
merupakan senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau turunannya. Secara
umum ada 2 jenis karotenoid, yaitu karoten (tanpa atom O dalam molekulnya)
berwarna jingga dan xantofil (mempunyai atom O dalam molekulnya) berwarna
kuning. Selain itu terdapat juga karotenoid dalam bentuk likopen (berwarna
merah) dan krosetin (berwarna kuning oranye). Pigmen Flavonoid merupakan
pigmen yang berwarna merah, biru, kuning, dan ungu bergantung pada pH
larutan.
2. Bentuk dan Ukuran BahanBentuk dan ukuran adalah dua sifat fisik yang tidak dapat dipisahkan dalam
hal obyek fisik suatu bahan, dan keduanya diperlukan untuk pendeskripsian sifat
fisik suatu bahan secara jelas (Suyitno, 1988). Dalam melakukan pengukuran
bentuk dan ukuran buah, umbi, serta sayur yang memiliki bentuk yang tidak
menentu diperlukan suatu bentuk acuan secara teoritis. Bentuk dari suatu bahan
dapat ditentukan dengan membandingkan bentuknya dengan tabel bentuk acuan
pada pustaka.
3. Spesif ic GravityBahanSpesifik gravitasi memegang peranan penting dalam penentuan kualitas
bahan baku, pengeringan, penyimpanan, dan lain-lain.
Spesifik gravitasi dapat ditentukan dengan rumus:
airxSG
udaradibahan
WW
WSG
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
4/22
Faktor-faktor yang mempengaruhi spesific gravity adalah:
a. Komposisi bahan
Makin tinggi kadar air, makin tinggi pula spesific gravity (SG) bahan
pangan tersebut karena SG air cukup tinggi, yaitu 1 dimana akan mempengaruhi
perhitungan SG suatu bahan pangan (dilihat dari rumusnya, SG bahan berbanding
lurus dengan SG air). Makin tinggi kadar karbohidrat dan protein, makin tinggi
pula SG bahan karena karbohidrat dan protein merupakan makromolekul yang
memiliki SG cukup tinggi dilihat dari kemampuannya dalam menyerap air.
Sedangkan makin tinggi kadar lemak bahan, SGnya makin rendah karena SG
lemak relatif rendah apabila dilihat dari kemampuan menyerap airnya dimana
lemak mempunyai gugus hidrofobik.
b. Porositas bahan
Semakin berpori (porositas tinggi) suatu bahan maka nilai SG akan semakin
rendah. Hal ini dikarenakan terdapat banyak rongga udara pada bahan pangan
yang menyebabkan berat jenisnya rendah sehingga SG bahan pangan tersebut
juga ikut menurun.
c. Gaya GravitasiTinggi gaya gravitasi yang dialami suatu bahan pangan mempengaruhi
berat di udara maupun di dalam air, yang juga mempengaruhi SG bahan pangan
tersebut.
Berat bahan di air juga dipengaruhi oleh gaya ke atas yang berlawanan
dengan gaya berat bahan sehingga berat bahan di air lebih kecil daripada berat
bahan sesungguhnya. Semakin ringan suatu bahan, semakin besar gaya berat yang
dibutuhkan untuk melawan gaya tekan ke atas sehingga semakin kecil pula nilai
SG-nya. (Suyitno, 1988).
d. Densitas BahanDensitas bahan mempengaruhi spesific gravity dari suatu bahan. Hal ini
berhubungan dengan komposisi suatu bahan. Variasi dari komposisi suatu bahan
akan menyebabkan perbedaan densitas bahan dimana densitas ini menentukan
berat suatu bahan per volume tertentu sehingga akan sangat mempengaruhi
spesific gravity bahan. Semakin besar kadar air bahan dan kandungan bahan
pengikat air, maka umumnya semakin tinggi densitas suatu bahan dan spesific
gravity juga semakin besar.
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
5/22
4. Luas Permukaan BahanLuas permukaan merupakan sesuatu yang penting dengan hubungan
terhadap perlakuan buah, sayur dan umbi. Hubungan yang dimaksudkan adalah
bagian permukaan yang harus disemprot, kecepatan respirasi, pemantulan cahaya,
evaluasi warna, transfer panas dalam proses pemanasan dan pendinginan. Cara
pengukuran dapat dilakukan dengan mengupas dan menganbar permukaan bahan
(kulit) di atas kertas grafikdan menghitung luasnya (Suyitno, 1988)
Sayuran yang berbentuk daun memiliki luas permukaan yang besar
sehingga memiliki laju respirasi dan transpirasi yang tinggi, mudah kehilangan air
dan layu (Bartz and Brecht, 2003).
5. TeksturTekstur sayur-sayuran seperti halnya tekstur buah-buahan dipengaruhi oleh
turgor dari sel-selnya yang masih hidup. Jika isi sel berkurang, maka sel akan
menjadi lemas. Tekanan turgor adalah tekanan yang diberikan dari cairan sel
terhadap dinding sel. Dinding sel bersifat plastis. Cairan sel dapat berubah karena
kondisi lingkungannya. Apabila kondisi lingkungan hipotonis, maka cairan sel
cendering keluar, sementara apabila kondisi lingkungan hipertonis, maka cairan
dari luar cenderung masuk ke dalam sel dan meningkatkan tekanan turgor. Oleh
karena itu turgor berpengaruh terhadap kekerasan sel-sel parenkima dan demikian
juga berpengaruh terhadap tekstur bahan. Jika air dalam sel berkurang maka sel
akan menjadi lunak dan lemas. Pelunakan buah dapat juga disebabkan karena
terjadinya pemecahan protopektin menjadi pektin, maupun karena terjadinya
hidrolisis pati atau lemak, dan mungkin juga lignin. Pematangan akan
menyebabkan naiknya kadar gula sederhana untuk memberikan rasa manis,
penurunan kadar asam organik dan senyawa fenolik untuk mengurangi rasa asam
dan sepat, serta kenaikan produksi zat-zat volatil untuk memberikan flavor
karakteristik buah (Muchtadi, 1992). Selain itu, selama pematangan terjadi
peningkatan kadar vitamin C. (Apandi, 1984).
Secara keseluruhan Wirakartakusumah dalam Sifat Fisik Pangan,
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik dari produk-produk
sayur dan buah, yaitu :
1. Keadaan Alami Komoditi2. Varietas
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
6/22
3. Kedewasaan4. Kematangan5. Ukuran6. Faktor-Faktor Penanaman7. Kondisi Penyimpanannya8. Temperatur
Sifat Kimiawi dalam sayur dan buah:
1. Keasaman dan Total AsamBahan pangan mengandung asam organik secara alami. Macam asam
organik bervariasi dari bahan pangan yang satu dan yang lain. Asam-asam
organik yang dijumpai pada bahan pangan antara lain : asam asetat, asam malat,
asam laktat dan asam suksinat. Keberadaan asam organik dalam bahan pangan
akan mempengaruhi bahan pangan tersebut tersebut. Semakin banyak asam
organik, semakin rendah pHnya. pH yang semakin rendah ini menandakan
semakin banyak basa yang dibutuhkan untuk menetralkan, sehingga total
asamnya lebih tinggi. Total asam tertitrasi dari buah dinyatakan sebagai asam non
volatile yang dominan yang dikandung oleh buah tersebut. Total asam buah yang
tidak disimpan tanpa menggunakan kemasan memiliki total asam yang lebih
tinggi dibandingkan dengan buah yang disimpan dengan kemasan. Hal ini
disebabkan proses respirasi tidak dapat ditekan serendah mungkin karena lebih
banyaknya O2yang tersedia di sekitar lingkungan(Muchtadi, Deddy, 1992).
2. Pecoklatan EnzimatisPencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung
substrat senyawa fenolik yang merupakan substrat dalam proses pencoklatan
enzimatis. Senyawa fenolik dengan jenis ortohidroksi atau trihidroksi yang saling
berdekatan merupakan substrat yang baik untuk reaksi pencoklatan. Proses
pencoklatan enzimatik memerlukan tiga syarat yaitu senyawa fenolik enzim fenol
oksidase dan oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-
enzim yang dapat mengkatalis oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan
berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase atau
polifenolase, dimana masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat
tertentu (Winarno, 2004).
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
7/22
Pada proses pengangkutan sayur dan buah-buahan sering terjadi benturan -
benturan, ataupun goresan-goresan pada kulit, maupun pada daging buahnya. Jika
sayuran dan buah-buahan terpotong atau terluka maka biasanya pada bagian yang
terpotong atau terluka tersebut permukaannya akan berubah warnanya menjadi
coklat Warna coklat tersebut merupakan senyawa melanoidin yang merupakan
reaksi kompleks antara fenol, oksigen dan enzim fenolase. (Muchtadi, Tien R.,
1992).
3. Total Padatan TerlarutPadatan terlarut adalah banyaknya padatan yang larut dalam air dalam suatu
bahan.Yang termasuk padatan terlarut adalah semua padatan yang larut dalam air,
misalnya adalah gula. Pengukuran padatan terlarut dinyatakan dalam % brix
dengan menggunakan refraktometer. Jadi, dalam pengukuran padatan terlarut,
yang terukur bukan hanya gula, tetapi juga padatan lain yang dapat memutar
bidang cahaya, yaitu senyawa-senyawa yang bersifat kiral, seperti asam amino.
III.ALAT DAN BAHANAlat :
Neraca Pegas Pemberat Ember Tintometer Lovibond Jangka sorong Hand Refraktometer pH meter Kain saring Blender Erlenmeyer 250mL Penggaris Labu takar Pyrex100mL Beker gelas Pyrex 100mL Beker gelas Pyrex 250mL Statif dan klem buret
Buret 25mL Pengaduk Pipet volume 25mL Pipet tetes Kertas milimeter blok Kertas lensa Piring plastik Pisau Telenan Timbangan kasar
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
8/22
Bahan :
Sayur : terong, kacang panjang, tomat Buah : apel, pisang, belimbing Umbi : Ubi jalar, Ketela pohon, talas mbote NaOH 0,1N, indikator pp 1% , , akuades
IV.CARA KERJAA. Pengamatan Sifat Fisik
Sampel
Pengamatan warna daging buah dengan lovibond
Pengukuran penampang melintang dan membujur dengan penggaris/jangka sorong
Penimbangan bahan dan spesifik gravity
Pengukuran luas permukaan bahan dengan kertas grafik (menata kulit bahan di atasnya
dan hitung luasan hasil penataan kulit)
Pengamatan kontur kulit bahan (halus, kasar, bergelombang,dsb)
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
9/22
B. Pengamatan Sifat Kimiawi1. Keasaman pH
Sampel bahan
Penimbangan 100 g
Pengukuran pH filtrat (pH meter)
2. Padatan TerlarutFiltrat hasil percobaan pH
Meneteskan filtrat pada prisma refraktometer
Menunjukan % padatan terlarut dan diukur % padatan terlarut
Penambahan akuades 100mL
Penghancuran dengan waring blender
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
10/22
3. Total Asam
Memasukan ke Erlenmeyer
Total asam tertitrasi yang dinyatakan sebagai NaOH 0,1N/100gr
4. Pencoklatan Enzimatis
Titrasi dengan NaOH 0,1N standart (pink)
Pembelahan/ pengupasan
Pencatatan perubahan warna setelah 10, 20, 30, 40, 50,60
Pembandingan kecepatan perubahan warna antar bahan
Penambahan 2-3 tetes larutan pp 1%
Bahan
25 mL filtrat
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
11/22
V. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan Warna
BahanWarna
KesimpulanMerah Kuning Biru Putih
Apel Rome Beauty 1 2 0 0 Kuning kemerahan
Belimbing 0.2 4 0.1 0 Hijau kekuningan cerah
Pisang Ambon 2 4 0 0 Kuning pucat
K. Panjang 0 25.3 2.4 0 Hijau kekuningan
Terong 4 44 2 0 Kuning keunguan pucat
Tomat 3 30 0 0
Kuning kemerahan
cerah
Ubi Jalar 6 5 0 0 Kuning keoranyean
Ubi Kayu 0.5 2 0 0 Kuning pucat
Talas (Mbote) 0.3 1 0 0.1 Kuning pucat
2. Tabel Pengamatan Luas Permukaan
Bahan
Luas Permukaan
(cm2)
Kontur kulit bahan (kasar /
halus) Cepat layu
Apel Rome
Beauty27,61 Halus Cepat Layu
Belimbing 238.30 HalusTidak cepat
layu
Pisang Ambon 119.33 Halus Cepat Layu
K. Panjang 22,63 HalusTidak cepat
layu
Terong 313,5 Halus Cepat Layu
Tomat 27,63 HalusTidak cepat
layu
Ubi Jalar 205.27 Kasar Tidak cepat
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
12/22
layu
Ubi Kayu 196.01 KasarTidak cepat
layu
Talas (Mbote) 66.70 Kasar
Tidak cepat
layu
3. Tabel Pengamatan Spesific Gravity
Bahan
Berat
Beban di
Udara (g)
Berat
Beban di
Air (g)
Berat Beban +
Bahan di Udara
(g)
Berat Beban
+ Bahan di
Air (g)
SG
Apel Rome Beauty 50 30 115 30 0
Belimbing 50 30 290 60 1,1428
Pisang Ambon 50 30 180 40 1,0833
K. Panjang 50 30 90 20 0,8
Terong 50 30 240 90 1,4615
Tomat 50 30 120 50 1,4
Ubi Jalar 50 30 255 70 1,2424
Ubi Kayu 50 30 325 60 1,1224
Talas (Mbote) 50 30 80 45 2
Contoh perhitungan pada terong:
SG =
( )( )
=
()()
= 1,4615
4. Tabel Pengamatan Keasaman Bahan
pH Rata-
Rata1 2 3
3.66 3.54 3.55 3.583333
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
13/22
3.95 3.93 3.87 3.916667
4.98 4.96 4.95 4.963333
5.86 5.82 5.88 5.853333
5.74 5.74 5.73 5.736667
4.29 4.26 4.25 4.266667
5.96 6.00 6.02 5.993333
6.32 6.36 6.35 6.343333
6.13 6.23 6.24 6.2
5.Tabel Pengamatan Padatan Terlarut Bahan
Bahan
TS
(Brix)
Apel Rome Beauty 5.0
Belimbing 2.5
Pisang Ambon 4.0
K. Panjang 2.5
Terong 2.5
Tomat 2.0
Ubi Jalar 4.5
Ubi Kayu 3.0
Talas (Mbote) 2.5
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
14/22
6. Tabel Pengamatan Total Asam Bahan
Standarisasi H2C2O4 0.1 N dengan NaOH 0.1 N
Pembuatan H2C2O4 0.1 N :
0.1= 2100
1000
07.126xx
g
g = 0.6304 g
Range =0.5673-0.6934 g
Hasil penimbangan : 0.65 g
N = 2100
1000
07.126
65.0xx = 0.1032 N H2C2O4
V H2C2O4 (mL)N H2C2O5
(N)
V NaOH
(mL)
N NaOH
(N)
10.0 0.1032 12.30 0.0839
10.0 0.1 12.35 0.0836
N rata-rata 0,0838
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
15/22
Bahan
V
NaOH I
(mL)
V
NaOH
II (mL)
Asam Dominan
Total Asam
(mg asam
dominan/100
g bahan)
Apel Rome
Beauty4.95 5.00 Asam malat 0,194 %
Belimbing 5.45 5.50 Asam oksalat 0,231 %
Pisang Ambon 5.00 4.95 Asam malat 0,194 %
K. Panjang 5.50 5.45 Asam folat 0,810 %
Terong 2.70 2.65 Asam klorogenat 0,318 %
Tomat 3.80 3.85 Asam sitrat 0,246 %
Ubi Jalar 9.45 9.50 Asam klorogenat 1,125 %
Ubi Kayu 5.25 5.30 Asam sitrat 0,339 %
Talas (Mbote) 3.65 3.70 Asam oksalat 0,155 %
Keterangan : Mr asam malat = 116,1 g/mol
Mr asam sitrat = 192,13 g/mol
Mr asam klorogenat = 354,31 g/mol
Mr asam folat = 441,40 g/mol
Mr asam oksalat = 126,07 g/mol
Contoh perhitungan (%) Total asam ApelRome Beauty (I):
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
16/22
7. Tabel Pengamatan Pencoklatan Enzimatis
BahanTimbulnya warna coklat setelah
10 20 30 40 50 60
Apel Rome
Beauty2 3 4 5 7 8
Belimbing - 1 1 2 4 4
Pisang
Ambon2 3 3 4 5 6
K. Panjang - 1 1 2 2 3
Terong 1 1 2 3 4 5
Tomat - - - 1 1 2
Ubi Jalar 1 2 3 5 6 7
Ubi Kayu - - - - 1 2
Talas (Mbote) - - - - 1 2
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan pengamatan secara fisik dan kimiawi dari sayur, buah dan
umbi. Pengamatan secara fisik meliputi warna, pengukuran penampang, spesific gravity, dan
luas permukaan dari sayur, buah, dan umbi. Sedangkan pengujian secara kimiawi,
diantaranya: tingkat keasaman (pH), total padatan terlarut, total asam dan pencoklatan
enzimatis.
Warna
Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat Lovibond Tintometer. Fungsi
dari Lovibond Tintometer ini adalah untuk membantu penglihatan secara subjektif, namun
tidak dapat menentukan secara pasti warna suatu bahan. Warna bahan dipengaruhi oleh
pigmen yang terdapat di dalamnya. Macam dan jumlah pigmen dalam jaringan tergantung
pada spesies, varietas, derajat kematangan, tempat tumbuh dari tanaman tersebut. Tujuan
pengukuran warna bahan pangan adalah untuk mengetahui pigmen yang terkandung dalam
suatu bahan pangan sehingga dalam proses pengolahan tidak terjadi perubahan-perubahan
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
17/22
warna oleh pigmen dalam bahan pangan tersebut yang dapat menurunkan kualitas atau
kenampakan fisik bahan pangan. Pada percobaan ini, warna yang diamati adalah warna
daging bahan.
Warna ungu dan merah pada sayur, buah dan umbi-umbian berasal dari pigmen
antosianin, warna oranye pada buah, umbi, dan sayur berasal dari pigmen karotenoid, warna
hijau pada buah, dan sayur berasal dari pigmen klorofil, sedangkan warna kuning atau putih
pada umbi, buah dan sayur berasal dari pigmen antoxanthin.
Pada pengamatan warna sayur, warna ketiga bahan berbeda-beda. Kacang panjang
memiliki warna hijau kekuningan, karena kacang panjang kaya akan klorofil. Pada tomat,
pigmen yang terkandung adalah karotenoid, sehingga warna yang diberikan adalah warna
kuning kemerahan cerah. Karotenoid dominan yang terkandung dalam tomat adalah lycopene,
sebanyak 78.7 mg karotenoid/100 gram bahan segar. Peningkatan lycopene terjadi selama
proses pematangan tomat (Belitz dan Grosch, 1982). Warna kuning kemerahan cerah pada
tomat menunjukkan bahwa tomat tersebut masih belum matang sempurna atau half ripe
(Noviyanto, 2009). Pada terong, warna dominan pada bagian dagingnya adalah kuning
keunguan pucat. Warna ungu pada terong berasal dari pigmen antosianin. Menurut Belitz dan
Grosch (1982), antosianin yang terkandung dalam terong adalah Delphinidin-3-(p-
coumaroyl-L-rhamnosyl-D-glucosyl)-5-D-glucoside. Sedangkan, warna putih yang dominan
pada daing buah terong berasal dari antoxanthine. Antosianin dan antoxanthine tergolong
pigmen yang disebut flavonoid.
Warna pada buah dapat berubah seiring berjalannya proses pematangan. Hal ini
terlihat pada perubahan warna dari hijau ke warna lain akibat degradasi klorofil (Belitz dan
Grosch, 1982). Hal ini tampak pada pisang Ambon. Pisang Ambon yang digunakan pada
pengamatan merupakan pisang Ambon muda, karena kulitnya berwarna hijau. Warna daging
buah pisang Ambon muda pada pengamatan adalah kuning pucat. Hal ini menunjukkan
bahwa degradasi klorofil (yang menyebabkan pigmen karotenoid pisang Ambon terlihat)
belum terjadi. Hal yang sama tampak pada belimbing yang menjadi bahan pengamatan.
Warna belimbing pada pengamatan adalah hijau kekuningan cerah. Warna tersebut adalah
warna belimbing yang masih belum sepenuhnya matang, sedangkan warna belimbing yang
sudah matang adalah kuning. Pada apel Rome Beauty, warna yang tampak adalah kuning
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
18/22
kemerahan. Warna merah ini berasal dari pigmen antosianin Cyanidin-3-galaktosida,
Cyanidin-3-arabinosa, dan Cyanidin-7-arabinosa (Belitz dan Grosch, 1982).
Pada umumnya umbi-umbian mengandung sedikit karotenoid kecuali ubi jalar. Hal
inilah yang menyebabkan data pengamatan ubi jalar memiliki intensitas warna oranye
kekuningan. Pada ubi kayu dan talas (mbote), warna dominan yang terlihat adalah kuning
pucat. Warna ini berasal dari pigmen antoxanthin.
Total Padatan Terlarut
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan banyaknya padatan terlarut yang terdapat
pada bahan, sehingga dapat dijadikan salah satu indikator tingkat kematangan bahan, terutama
pada buah-buahan. Semakin matang suatu bahan, maka padatan terlarut dalam bahan pangan
tersebut juga semakin tinggi. Banyaknya padatan terlarut ini diukur dengan menggunakan
hand refractometer, dan dinyatakan dalam % Brix.Alat ini dapat mengukur kadar gula yang
terlarut pada bahan dan senyawa-senyawa lain yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya
(senyawa kiral), seperti asam amino.
Berdasarkan uji total padatan terlarut, bahan yang memiliki total padatan terlarut
tertinggi adalah apel Rome Beauty (5.0 % Brix). Hal ini menunjukkan bahwa apel Rome
Beauty sudah matang, karena kadar gula-gula reduksi yang terlarut seperti glukosa dan
fruktosa tinggi. Gula-gula reduksi ini dapat memutar bidang cahaya. Pisang Ambon dan ubi
jalar memiliki total padatan terlarut yang tinggi (pisang Ambon 4.0 % Brix, ubi jalar 4.5 %
Brix). Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua bahan tersebut, terdapat perombakan
polisakarida seperti pati dan pektin menjadi gula-gula sederhana.
Pada bahan-bahan seperti kelompok sayur, ubi kayu, talas (mbote) dan belimbing,
total padatan terlarutnya lebih rendah daripada apel Rome Beauty, ubi jalar, dan pisang
Ambon. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan serat (selulosa) pada kelompok sayur,
pati pada ubi kayu dan talas, dan pektin pada belimbing. Komponen-komponen tersebut
bukan komponen yang mampu memutar bidang cahaya, seperti kelompok gula pereduksi
yang merupakan senyawa kiral (dapat memutar bidang cahaya).
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
19/22
Pencoklatan Enzimatis
Pada percobaan ini bahan dibiarkan kontak dengan udara dan diamati tiap 10
menit selama 60 menit. Reaksi pencoklatan enzimatis banyak terjadi pada sayur-sayuran dan
buah-buahan, karena pada umumnya buah-buahan dan sayur-sayuran banyak mengandung
senyawa fenol. Kecepatan pembentukan warna coklat juga bervariasi, tergantung pada
jumlah substrat yang tersedia, ketersediaan oksigen, jumlah enzim yang tersedia, kondisi
bahan, dll. Reaksi ini terjadi akibat kinerja dari enzim-enzim dalam bahan tersebut. Ketika
buah, umbi dan sayur dipotong, selnya akan rusak sehingga senyawa polifenol (sebagai
substrat) yang terdapat pada vakuola keluar dan bertemu dengan enzim polifenol oksidase
yang ada di sitoplasma. Dengan adanya oksigen, maka senyawa polifenol akan teroksidasi
menjadi bentuk kuinon. Kuinon akan mengalami reaksi oksidasi nonenzimatis dan
berpolimerisasi membentuk pigmen melanoidin yang berwarna coklat.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahan-bahan yang paling cepat dan banyakmengalami pencoklatan enzimatis adalah apel Rome Beauty dan pisang Ambon. Apel Rome
Beauty merupakan bahan yang mengalami pencoklatan enzimatis paling cepat (pada menit
ke-20, sedangkan pisang Ambon pada menit ke-30). Hal ini menunjukkan bahwa pada
sampel apel terdapat senyawa fenol paling banyak dan enzim fenolase sehingga dapat
memungkinkan terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis jika terjadi kontak dengan udara.
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
20/22
Bahan - bahan tersebut mengandung senyawa fenolik dengan jenis ortohidroksi atau
trihidroksi yang saling berdekatan merupakan substrat yang baik untuk reaksi pencoklatan.
Pada proses pencoklatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen
yang harus berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-enzim yang dapat mengkatalis
oksidasi dalam proses pencoklatan yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase atau
polifenolase, dimana masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu. Bahan-
bahan tersebut mempunyai kandungan senyawa fenolik yang berbeda-beda sehingga
pencoklatan yang terjadi berbeda-beda.
Bahan-bahan lainnya juga mengalami pencoklatan enzimatis, tetapi lebih lambat
daripada apel Rome Beauty, ubi jalar dan pisang Ambon. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
bahan memiliki kandungan fenol yang cukup besar..
Total Asam
Dalam buah dan sayur terkandung berbagai macam asam organik. Asam-asam organik
mempengaruhi rasa dan aroma buah. Asam-asam organik yang biasa terdapat dalam buah-
buahan adalah asam format, asetat, fumarat, malat, sitrat, suksinat, tartarat, oksaloasetat,
kuinat, sikimat, oksalat, dsb.
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran pH dari bahan. Dari hasil pengukuran pH
dapat diketahui kandungan ion H+dari bahan yang diuji. Nilai pH bahan sangat penting dalam
suatu proses pengolahan pangan terutama untuk mengendalikan mikroba dimana setiap
mikroba memiliki pH optimum pertumbuhan. Dalam praktikum ini juga dilakukan titrasi
menggunakan NaOH 0,1 N terhadap 25 ml filtrat bahan yang telah diencerkan dengan
akuades sebanyak 25 ml dan ditambah indikator PP 1 %. Titrasi ini dilakukan untuk
mengetahui angka total asam yang ditunjukkan dengan berapa ml NaOH yang digunakan
untuk mencapai end point yaitu terbentuknya warna merah muda stabil.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahan-bahan yang memiliki pH yang rendah (urutan
dari yang paling rendah) adalah buah, sayur, dan umbi. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan asam dalam buah paling tinggi dibandingkan sayur dan umbi.
Total asam berpengaruh pada pH tetapi pH tidak berpengaruh pada asam. Hal ini
dikarenakan pH dipengaruhi konsentrasi asam. Sedangkan total asam dipengaruhi dari jenis
asam-asam dominan yang ada pada bahan-bahan.
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
21/22
Uji pH
Pada uji pH yang dilakukan dengan menggunakan pHmeter menunjukan bahwa apel
memiliki pH paling rendah disambung dengan belimbing. Sedangkan pada golongan sayur
dan umbi tidak memiliki pH yang asam dan cenderung netral. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan fungsi dari bahan-bahan tersebut. Buah sebagai cadangan makanan pada bakal
tanaman sehingga, sedang pada umbi hanya sebagai cadangan makanan, dan pada sayur juga
sebagai cadangan makanan berupa polong polongan. Perbedaan ph juga diakibatkan oleh
adanya sistem respirasi klimaterik maupun non klimaterik sehingga terjadi kemungkinan pada
buah"an terjadi perubahan pH selama fase.
Specific gravity
Pada pengujian spesifik gravity bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan pangan
tersebut. Pada percobaan didapatkan bahan pangan dengan SG diudara paling besar
didapatkan oleh talas, dan yang paling kecil adalah ubijalar. Dari hasil tersebut memberitahu
bahwa talas memiliki struktur yang lebih rapat dari pada ubi jalar, sehingga pada talas
dihasilkan sg yang lebih besar. Pada buah yang memberikan sg paling besar adalah pada buah
apel dan pada sayur adalah kacang panjang. Pada pemberian data tersebut dapat diketahui
kerapatan atau kepadatan suatu bahan pangan tersebut. Sehingga bila terjadi penyimpangan
data pada bahan pangan lebih kecil dari SGnya makan dapat diketahui bahwa pada bahan
pangan tidak memiliki kualitas yang baik.
Kesimpulan :
- Warna pada bahan pangan dipengaruhi oleh warna pigmen pada bahan pangan tersebut - Bahan yang memiliki total padatan terlarut paling tinggi adalah apel Rome Beauty,
sedangkan bahan yang memiliki total padatan terlarut paling rendah adalah tomat
- Pencoklatan enzimatis pada bahan terjadi akibat adanya senyawa fenol dan enzimfenolase dalam bahan, serta oksigen dari lingkungan.
- Bahan yang memiliki pH rendah adalah apel Rome Beauty
-
7/22/2019 Laporan Sayur, Buah, dan Umbi
22/22
Daftar Pustaka
Belitz, H.D dan Grosch, W. 1982. Food Chemistry Second Edition. Berlin : Springer
http://family.fimela.com/seputar-kehamilan/hamil-sehat/makanan-ibu-hamil-yang-kaya-asam-
folat-inilah-daftarnya-klik (diakses pada 23 Februari 2014 jam 11.46)
http://www.anneahira.com/belimbing.htm (diakses pada 23 Februari 2014 jam 11.55)
http://eprints.undip.ac.id/11310/1/Laporan_final_Lamiya%26Mareta.pdf (diakses pada 23
Februari 2014 jam 12.10)
http://www.antaranews.com/print/187808/ (diakses pada 23 Februari 2014 jam 12.14)
Kumalaningsih, Sri, Harijono, dan Amir, Y.F. Pencegahan Pencoklatan Umbi Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas (L). Lam.) untuk Pembuatan Tepung : Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
Asam Askorbat dan Sodium Acid Pyrophosphate. J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 1119
Muchtadi, R Tian dan Sugiyono. 1992.Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: IPB.
Noviyanto, Ary. 2009. Klasifikasi Tingkat Kematangan Varietas Tomat Merah dengan
Metode Perbandingan Kadar Warna. Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Satuhu, Suyanti. 1994.Penangan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penerbit Swadaya
Splittstoesser, W.E. 1979. Vegetable Growing Handbook. Westport: Avi Publishing
Company, Inc.
Suyitno. 1988. Pengujian Sifat Fisik Bahan Pangan. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi
UGM
Winarno, FG. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.