laporan rshs ira_editan terbaru (24 nov 09)

127
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional di mana sasaran utamanya adalah tercapainya lingkungan hidup yang bermutu dan optimal serta tercapainya derajat kesehatan yang setinggi- tingginya meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu, kesehatan tiap individu perlu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya. Dalam peningkatan kesehatan diperlukan sarana kesehatan yang dapat mendukung secara optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, hal ini meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya. Pembangunan kesehatan menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Seluruh aspek tersebut harus dilaksanakan secara menyeluruh dan melibatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat (Depkes RI, 1992). Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu organisasi kompleks yang menggunakan peralatan ilmiah yang khusus dan rumit serta 1

Upload: raluvdog

Post on 14-Jun-2015

4.004 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional di

mana sasaran utamanya adalah tercapainya lingkungan hidup yang bermutu dan

optimal serta tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya meliputi

kesehatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu, kesehatan tiap individu perlu

dijaga dan ditingkatkan kualitasnya. Dalam peningkatan kesehatan diperlukan

sarana kesehatan yang dapat mendukung secara optimal.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara terpadu

dan berkesinambungan, hal ini meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya.

Pembangunan kesehatan menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif). Seluruh aspek tersebut harus dilaksanakan secara

menyeluruh dan melibatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat (Depkes

RI, 1992).

Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah

rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu organisasi kompleks yang

menggunakan peralatan ilmiah yang khusus dan rumit serta difungsikan oleh

satuan personil yang terlatih dan terdidik dalam pengetahuan medis modern dan

semuanya dipadukan bersama untuk mencapai tujuan pemeliharaan dan

pemulihan kesehatan yang baik. Rumah sakit ditunjang oleh segala fasilitas dan

kegiatan untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat, salah satu

diantaranya adalah kegiatan dan fasilitas Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya bagian atau divisi

di rumah sakit yang bertanggungjawab penuh atas pengelolaan dan pengendalian

seluruh sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lain yang beredar dan

digunakan di rumah sakit. IFRS dipimpin oleh seorang apoteker dengan

kemampuan dan keterampilan yang memadai, mengingat tanggung jawabnya

yang sangat besar.

1

Page 2: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

2

Untuk melaksanakan tanggung jawab profesional apoteker dalam

pelayanan farmasi pada umumnya dan di rumah sakit khususnya, apoteker wajib

menerapkan empat unsur utama dari pelayanan farmasi, yaitu pelayanan farmasi

yang baik, pelayanan profesi apoteker dalam proses penggunaan obat, praktek

dispensing yang baik, dan pelayanan profesional apoteker yang proaktif dalam

berbagai kegiatan dan kepanitiaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kepada penderita. Oleh karena itu, seorang apoteker dituntut untuk

menguasai segala hal tentang kefarmasian temasuk hal-hal yang berkaitan dengan

pengelolaan atau manajemen suatu IFRS (Siregar, 2004).

Gambaran mengenai peranan apoteker di suatu rumah sakit sangatlah

penting untuk diketahui oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker. Melalui

praktek kerja profesi apoteker yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Juli – 31 Juli

2009 ini di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, diharapkan mahasiswa

Program Profesi Apoteker dapat memperoleh bekal pengetahuan dan pemahaman

mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan rumah sakit, terutama mengenai

peran dan tanggung jawab apoteker di suatu IFRS.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

Bandung adalah:

1. Agar mahasiswa Profesi Apoteker mempunyai kemampuan dalam

melaksanakan kegiatan profesi farmasi di rumah sakit.

2. memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan seorang

apoteker dalam pelaksanaan layanan kefarmasian berbasis Good

Pharmacy Practice di rumah sakit yang meliputi aspek pelayanan

farmasi klinik dan non-klinik.

3. Mengetahui segala permasalahan farmasi yang terjadi di rumah sakit

4. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang farmasi rumah sakit.

5. Diharapkan menjadi seorang apoteker yang profesional agar dapat

memberikan manfaat baik untuk dirinya maupun untuk rumah sakit dan

masyarakat.

Page 3: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

3

BAB II

KEGIATAN DAN HASIL PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

2.1 Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan praktek kerja profesi di

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin adalah:

1. Mengikuti pre test dan post test.

2. Peninjauan struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin.

3. Pengenalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUP Dr. Hasan

Sadikin.

4. Pengenalan Komite Farmasi dan Terapi RSHS.

5. Mempelajari, mengamati dan mencari pengalaman di salah satu depo IFRS

(pengenalan depo farmasi) RSUP Dr. Hasan Sadikin, mengenai:

a. Sarana dan prasarana

b. Sumber daya manusia

c. Waktu pelayanan dan jangkauan pelayanan

d. Status pasien

e. Sistem distribusi obat dan alur pelayanan

f. Kegiatan farmasi klinik

6. Mempelajari dan mengamati tentang pengelolaan perbekalan farmasi yang

mencakup:

a. Perencanaan

b. Gudang

c. Produksi

d. Distribusi

7. Mempelajari pelayanan farmasi klinik dengan pelaksanaan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) dan konseling di RSUP Dr. Hasan Sadikin.

8. Tugas khusus mengenai pembuatan P3 (Profil Pengobatan Penderita),

pengkajian resep di R2 Bougenvile.

Page 4: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

4

2.2 Hasil Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker

2.2.1 Materi Tentang RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS)

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang

terletak di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur nomor 38 Bandung

40161. Sebelumnya rumah sakit ini bernama R.S. Rancabadak. Pada tahun

2006 status rumah sakit berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (PPK-BLU). Rumah sakit ini sekarang dipimpin oleh

seorang direktur utama yaitu Prof. Cissy Rachiana Sudjana Prawira-

Kartasasmita, Sp.A. (K), Ph.D (Anonim, 2008).

RS Hasan Sadikin dibangun pada masa penjajahan Belanda sejak

tahun 1920 namun baru diresmikan tanggal 15 Oktober 1923. Namanya saat

itu adalah Het Algemeene Bandoengche Ziekenhuis, dan kemudian diubah

pada tahun 1927 menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana. Kapasitas RS waktu

itu baru 300 tempat tidur (Anonim, 2008).

Pada tahun 1948 mulai digunakan untuk umum. Setelah merdeka,

pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat, dan dikenal

masyarakat sebagai Rumah Sakit Rancabadak. Pada tahun 1954, ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan menjadi Rumah Sakit Propinsi dibawah

pengawasan Departemen Kesehatan. Pada tanggal 24 Juli 1956, ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas 600 tempat tidur.

Pada tanggal 8 Oktober 1967 diubah menjadi Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin, sebagai bentuk penghormatan mengenang jasa

besar dr. Hasan Sadikin yang wafat dalam masa jabatannya selaku Direktur

Rumah Sakit Rancabadak yang juga salah satu pendiri Fakultas Kedokteran

Unpad. Pada tahun 1969, dibentuk panitia persiapan untuk merealisasikan

sebagai Rumah Sakit Pendidikan yang realisasinya dilakukan secara

bertahap dan mulai diberlakukan pada tahun 1974.

Page 5: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

5

Pada tahun 1992 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana.

Tahun 1997 berubah status menjadi institusi pengguna Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP). Tahun 2000 statusnya berubah menjadi Rumah Sakit

Perusahaan Jawatan (Perjan). Pada tanggal 18 Oktober 2004 Rumah Sakit

dr. Hasan Sadikin ditetapkan menjadi rumah sakit tipe A. Pada tahun 2006

Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin ditetapkan sebagai Institusi yang

menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Status RSHS adalah:

a) Rumah Sakit Pemerintah

b) Di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI

c) Termasuk rumah sakit tipe A

d) Rumah Sakit Pendidikan

e) Rujukan Puncak untuk Propinsi Jawa Barat

f) Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan

satu-satunya Pusat Pendidikan untuk Spesialis Kedokteran

Nuklir.

Visi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin yaitu menjadi Rumah Sakit

yang Prima dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian di Bidang

Kesehatan Tingkat Regional pada tahun 2011. Ada beberapa Misi dari

RSHS yaitu :

1. memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau

yang berorientasi pada kepuasan pelanggan

2. menyiapkan sumber daya manusia profesional untuk menunjang

pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan penelitian

3. mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan

akuntabel (good governance)

4. meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan.

Page 6: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

6

Tujuan dari RSHS ini yaitu :

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar,

berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju persaingan di tingkat

regional.

2. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit Pendidikan di

Indonesia

3. Terwujudnya rumah sakit berbasis penelitian (research based hospital)

4. Meningkatnya cost recovery rumah sakit untuk menuju kemandirian

RSHS mempunyai komposisi SDM sebagai berikut :

1. Dokter spesialis 332 orang (9%)

2. Dokter umum 43 orang (1%)

3. Residen 768 orang (21%)

4. Dokter gigi umum, spesialis dan residen 73 orang (2%)

5. Bidan 100 orang (3%)

6. Perawat 1018 orang (27%)

7. Jabatan fungsional lainnya 312 orang (9%)

8. Tenaga stategis laiinya 504 orang (14%)

9. Tenaga administrasi 447 orang (12%)

10. Satpam 63 orang (2%)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah

sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dipimpin oleh apoteker yang

profesional, kompeten, dan berwenang secara hukum dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang

dilaksanakan antara lain adalah penyediaan, penyiapan, dan pengelolaan

semua aspek mengenai obat dan perbekalan kesehatan di rumah sakit.

Pelayanan tersebut berintikan pelayanan produk yang lengkap dan

pelayanan farmasi klinik untuk penderita baik penderita rawat jalan atau

penderita rawat inap. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

983/Menkes/SK/XI/1992, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan

suatu fasilitas penyelenggara pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

Page 7: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

7

serta penyelenggara kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, dan

pelatihan tenaga kesehatan serta pemelihara rumah sakit.

SDM Instalasi Farmasi RSHS per Juli 2009, terdiri dari :

Apoteker S2 : 9 orang

Apoteker : 12 orang

Asisten Apoteker PNS : 32 orang

Asisten Apoteker Magang : 22 orang

SLTA : 6 orang

SLTP : 2orang

SD : 2 orang

Jumlah total : 85 orang

Pusat Unggulan dan pendapatan RSHS

- Pusat Unggulan : kedokteran Nuklir

- Pusat pendapatan :

Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Paviliun Parahyangan (Rawat VIP)

Instalasi Paviliun Anggrek (Rawat VIP)

Instalasi Farmasi

Instalasi Pelayanan Jantung

UPF Patologi Klinik

Klinik Konsultasi Spesialistik

Teknologi Reproduksi Berbantu

Radioterapi

Rawat Inap

Instalasi Gawat Darurat

Bagian Pendidikan dan Penelitian

Adapun jenis pelayanan medis di RSHS yaitu:

Page 8: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

8

a. 20 Pelayanan Medis Spesialistik diantaranya:

Penyakit Dalam

Kesehatan Anak

Bedah Umum

Bedah Saraf

Bedah Rahang

Neurologi

THT

Anesthesiologi & Reanimasi

Kulit dan Kelamin

Gigi

Kesehatan Jiwa

Radiologi

b. Pelayanan Khusus antara lain:

Teknologi Reproduksi Berbantu

Pusat Pelayanan Jantung Terpadu

Klinik Osteoporosis

Klinik Terapi Rumatan Metadon

Klinik HIV/AIDS

Hemodialysis

Unit Kemoterapi Terpadu

Jumlah rawat inap

No. Kelas Jumlah Persen (%)

1. VIP 121 11,00

2. KELAS I 107 9,73

3. KELAS II 137 12,45

4. KELAS III 650 59,09

Page 9: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

9

5. Intensif (GICU, ICCU, PICU,NICU)

35 3,18

6.High Care Unit + Radio terapi + Kedok. Nukl. + Ruang Isolasi

50 4,54

Total 1.100 100

Pengenalan IFRS RSHS

Visi menjadi IFRS yang prima dalam pelayanan farmasi rumah sakit

berdasarkan pharmaceutical care . Misi kami menyediakan pelayanan

farmasi rumah sakit menyeluruh dan terjangkau dgn mutu yang dapat

dipertanggungjawabkan bagi masyarakat. Adapun cakupan kegiatan yaitu :

1. Pelayanan Farmasi Produk

2. Pelayanan Farmasi Klinik

3. Partisipasi dalam program RS

1. Pelayanan Farmasi Produk

Pelayanan farmasi produk terdiri atas:

a. Perencanaan BMHP, yang meliputi:

Pola Konsumtif, yang terdiri dari:

- Jenis BMHP (aktif)

- Jumlah pemakaian BMHP

- Jumlah perkiraan stock BMHP

Pola Epidemiologi, yang terdiri dari:

1. Pola penyakit di RS (setahun yang lalu )

laporan tahunan : Jenis penyakit dan Jumlah penyakit

2. PDT (Pedoman Diagnosis dan Terapi)

- Jenis obat dan alkes per kasus

- Jumlah kebutuhan pasien

2. Pengadaan BMHP

Pengadaan BMHP terdiri atas:

Page 10: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

10

a. Produksi Sediaan Farmasi, yang meliputi:

Pengemasan kembali

Pengenceran

Pembuatan

b. Pembelian BMHP, yang meliputi:

BMHP RS ( Rutin dan Jamkesmas)

- Panitia pengadaan

- Sesuai keputusan Presiden No. 80 th 2003

(secara lelang, pemilihan langsung, penunjukan langsung).

BMHP Reguler (Apotek Pelengkap)

Langsung ke PBF atau disdtributor.

3. Penyimpanan BMHP

Jenis – jenis BMHP yaitu :

a) BMHP Rutin :

Obat – obatan, obat dan alat gigi, bahan baku dan desinfektan, alat

kesehatan, BMHP radiologi dan Gas medis.

b) BMHP Jamkesmas

c) BMHP Reguler

4. Distribusi BMHP

Distribusi BMHP meliputi:

Sistem Distribusi yang terdiri atas:

- Unit Dose Dispensing

- Individual Prescription

- Floor Stock

Jangkauan distribusi BMHP meliputi:

- Rawat Jalan

- Rawat Inap

- Ruang penunjang

Jenis Pasien

- Umum

Page 11: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

11

- Askes

- Kontraktor

- Jamskesmas, gakinda

TM diluar Gakin

Pelayanan Farmasi Klinis

- Pelayanan Farmasi klinis merupakan pelayanan yang berhubungan

langsung denagn pasien.

- Farmasi klinis melitputi :

1. Konseling terhadap pasien untuk Rawat jalan dan rawat inap materi

konseling yang diberikan kepada pasien antara lain : Cara pakai obat,

cara penyimpanan obat, efek yang diharapkan, motivasi kepatuhan

minum obat dengan baik dan benar.

2. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

3. Visite : Visite ini dilakukan baik dengan dokter maupun tanpa dokter

(visite mandiri)

4. Diskusi Pengobatan Pasien dengan Dokter, apoteker dan perawat

5. Informasi Obat kepada Pasien, dokter dan perawat

6. Pembuatan P3 (Profil Pengobatan Penderita)

7. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Adapun janji RSHS adalah sebagai berikut:

Senyum- Sapa – Salam – Sopan – Santun (5S)

Inovatif Dalam Berkarya

Gelorakan Semangat Layanan Prima

Amanah Menjaga Keselamatan Pasien

Peduli, Perhatian dan Perasaan

2.2.2 Sub Komite Farmasi dan Terapi RSHS

Page 12: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

12

PFT adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak

sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan IFRS.

Obat yang beredar di Indonesia sangat banyak. Mulai dari jenis

obatnya sampai dengan obat yang memiliki generik sama tetapi berbeda

merk nya. Oleh karena itu, untuk mengatur obat apa saja yang akan

disediakan di Rumah Sakit perlu dibentuknya suatu tim yang disebut PFT.

Susunan organisasi Komite Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin terdiri

dari :

1. Badan Pengurus Harian Komite Medik

2. Sub Komite Medik, yang terdiri dari :

SK Standarisasi Pelayanan Medik

SK Pengawasan Mutu Pelayanan dan Audit Medik

SK Kredensial dan Litbang SDM

SK Farmasi dan Terapi

SK Rekam Medik

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) atau Komite Farmasi dan Terapi

(KFT) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) disebut sebagai Sub

Komite Farmasi dan Terapi (SKFT). SKFT secara organisasi dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSHS NO:

298/D.8-3/KP.05.03.1.1/VII/2006. Susunan organisasi SKFT RSHS:

(perwakilan dari bagian UPF).

- Ketua : Ilmu Penyakit Dalam

- Wakil Ketua : Farmakologi klinik

- Sekretaris : Instalansi Farmasi

- Anggota : Ilmu Penyakit Dalam, Obsteri dan Ginekologi,

Ilmu Bedah Umum, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu kesehatan Klit dan

Kelamin.

Berdasarkan surat keputusan Nomor : 410/ D1.8-32/ KP.05.03.1.1/

IX/ 2006 tentang perubahan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr.

Page 13: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

13

Hasan Sadikin No. 298/D1.8-32/KP.05.03.1.1/VII/2006 tentang organisasi

Komite Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung:

Ketua : Prof. DR. Dr. Siti Aminah Abdurachman SpPD-

KGEH

Wakil Ketua : Dr. Siti Supari

Sekretaris : Dra. Pudjiastuti Kartidjo Apt., MSi.

Anggota : 1. Dr. Maman Abdurachman SpB (K-Onk)

2. Dr. Moch Rizkar Arev Sukarsa, SpOG

3. Dr. H. Rachmat Sumantri SpPD-KHOM

4. Dr. Dendi Sandiono SpKK

5. Dr. Lelani Reniarti SpA (K).

Tugas dan wewenang komite medik RSHS diantaranya :

1. Memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun

standar pelayanan medis

Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan medis

Program pelayanan pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan

pengembangan dalam bidang kedokteran dan kesehatan

Pemberian hak klinis khusus pada staf medis fungsional

Penerimaan anggota staf unit pelaksanaan fungsional untuk bekerja di

RSHS

Memantau dan mengevaluasi penggunaan obat di RSHS

2. Memantau penyelenggaraan rekam medik

Tugas SKFT RSHS diantaranya :

1. Memantau pelaksanaan penggunaan obat yang rasional di RSHS, para

dokter harus meresepkan standar terapi yang telah disiapkan.

2. Menyusun dan merevisi formularium RSHS, untuk memenuhi jika ada

obat-obat baru yang sangat dibutuhkan namun belum tersedia di RSHS

3. Mengkoordinir efek samping obat di RSHS.

Adapun kegiatan SKFT RSHS adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan organisasi

Page 14: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

14

Mengadakan rapat atau pertemuan:

Mempersiapkan agenda rapat

Membuat dan mengirim undangan rapat

Menyiapkan daftar hadir

Melaksanakan rapat, membuat program kerja, membuat konsep

kebijakan, pedoman dan prosedur tetap untuk ditetapkan oleh Dirut

Membuat notulasi rapat

2. Pemantauan pelaksanaan penggunaan obat rasional di RSHS

Mengkoordinir penggunaan obat sesuai dengan Formularium

Jamkesmas (Manlak) untuk pasien Jamkesmas/Gakinda/Gakin RSHS

Mengkoordinir penggunaan obat sesuai Formularium/PDHO PT Askes

Indonesia untuk pasien Askes Sosial/PNS

Mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan obat rasional

yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan

Membuat Pedoman Penggunaan Antimikroba

3. Menyusun dan merevisi “Formularium” RSHS

Mengkoordinir usulan revisi Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

Mengkoordinir usulan-usulan revisi DPHO PT Askes Indonesia

Mengkoordinir usulan revisi Formularium Jamkesmas (Manlak)

Mengkoordinir usulan revisi Formularium RSHS

4. Mengkoordinir pemantauan/monitoring efek samping obat (MESO)

Membuat system MESO di RSHS: alur dan format pemantauan

Sosialisasi MESO: pelatihan

Menyiapkan formulir MESO

Mengkaji hasil MESO yang didapat di RSHS

Membuat pelaporan per bulan ke Pusat MESO Nasional di BPOM RI

Menyampaikan hasil umpan balik MESO ke UPF/Bagian

2.2.3 Tinjauan Lapangan Depo-Depo Farmasi

Page 15: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

15

Depo farmasi adalah fasilitas pelayanan farmasi yang dikelola oleh

instalasi farmasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan

kesehatan serta memberikan pelayanan farmasi lainnya. Adanya depo-depo

di rumah sakit merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan

pendistribusian yang baik dari semua jenis perbekalan farmasi yang

diperlukan oleh pasien. Kegiatan yang dilakukan di depo farmasi adalah

pelayanan kefarmasian berupa pelayanan farmasi produk, yang meliputi

perencanaan dan pemilihan pengadaan perbekalan kesehatan, pengendalian

dan pengelolaan perbekalan kesehatan, penyimpanan, pendistribusian, dan

pendidikan serta pelayanan farmasi klinik.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Dr. Hasan Sadikin Bandung

memiliki 32 depo farmasi yang diatur berdasarkan jangkauan dan lokasi

pelayanan. Depo farmasi bertujuan untuk memudahkan dokter, perawat, dan

pasien atau keluarga pasien, dalam mendapatkan produk farmasi, yang

disebut Barang Medis Habis Pakai (BMHP), dan pelayanan farmasi.

Jangkauan pelayanan farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat

dilihat pada Lampiran A.

Ruang depo farmasi memenuhi kegiatan kefarmasian yang meliputi :

1. Tempat penyerahan obat

2. Tempat penyiapan obat

3. Tempat administrasi

4. Tempat pemberian informasi

5. Tempat penyimpanan Barang Medis Habis Pakai (BMHP)

6. Tempat penyimpanan resep atau formulir penggunaan obat

Fasilitas kegiatan yang terdapat di depo farmasi diantaranya :

1. Fasilitas penyiapan obat :

a. Perlengkapan dan perbekalan farmasi untuk penyiapan obat.

b. Fasilitas pengemasan yang menjamin mutu dan keamanan

penggunaan antara lain :

Etiket : warna putih untuk obat dalam, dan warna biru untuk

obat luar dan alat kesehatan.

Page 16: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

16

2. Fasilitas penyimpanan di tempat pelayanan

a. Lemari dan kotak penyimpanan obat

b. Lemari penyimpanan cairan infus

c. Lemari penyimpanan alat habis pakai

d. Lemari pendingin

3. Fasilitas administrasi kefarmasian di tempat pelayanan

a. Meja untuk kegiatan administrasi

b. Lemari penyimpanan peralatan administrasi

c. Blanko salinan resep

d. Kartu stok

e. Buku laporan pemakaian BMHP

f. Buku permintaan

g. Buku ekspedisi penerimaan dan penyerahan resep, uang,

formulir dan BMHP

4. Fasilitas pemberian informasi yang mutakhir

Fasilitas yang tersedia berupa buku dan pedoman, antara lain:

a. Buku formularium Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

b. Buku tata laksana obat Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

Bandung.

c. Pedoman diagnosa dan terapi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

Bandung.

d. Pedoman penggunaan antibiotik Rumah Sakit Dr. Hasan

Sadikin Bandung.

e. Daftar obat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

f. MIMS atau ISO.

g. Formulir pemberian informasi.

h. Buku catatan atau dokumentasi kegiatan informasi.

i. Brosur, leaflet informasi mengenai mekanisme/prosedur

pelayanan atau informasi obat.

2.2.3.1 Depo Farmasi Pusat

Page 17: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

17

1. Cara penyimpanan BMHP

a. Penyimpanan BMHP dipisah berdasarkan sumber

BMHP (Umum, gakin dan Askes). IFRS (Jamksmas)

dan apotek koperasi (Umum dan Askes).

b. Obat disusun berdasarkan alfabetis baik tablet, injeksi

dan sirup.

c. Untuk obat-obat generik disusun pada suatu rak

tersendiri. Selain itu juga ada beberapa jenis obat yang

disimpan secara khusus atau tersendiri, misalnya : untuk

obat-obat Diabetes melitus.

d. Sirup bebas dan bebas terbatas diletakkan terpisah, di

lemari bagian depan counter.

e. Obat-obat yang memerlukan suhu rendah disimpan

pada lemari pendingin.

f. Untuk narkotik dan OKT (dalam lemari terkunci).

g. Obat-obat khusus disimpan ditempat terpisah.

2. Jenis pasien yang dilayani :

a. Pasien Gakin/Jamkesmas

b. Pasien Umum

c. Pasien Askes

d. Pasien Kontraktor

3. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo farmasi pusat terdiri dari :

Apoteker : 1 orang

Asisten Apoteker : 12 orang

kasir (administrasi) : 1 orang

Reseptur : 2 orang

4. Waktu pelayanan

Page 18: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

18

Waktu pelayanan pada Depo Farmasi Pusat (DFP) terdiri

dari 3 shift selama 24 jam :

a. Shift pagi

Pukul 07.30-15.30 yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 6

orang asisten apoteker, 1 orang kasir dan 1 orang

reseptur.

b. Shift sore

Pukul 15.30-20.30 yang terdiri dari 3 orang asisten

apoteker dan 1 orang reseptur.

c. Shift malam

Pukul 20.30-07.30 yang terdiri dari 3 orang asisten

apoteker.

5. Jangkauan pelayanan

Depo farmasi pusat juga melayani pasien yang berasal dari:

a. Emergency unit, untuk semua jenis pasien

b. Poliklinik spesialis

c. Pasien luar RSHS

d. Untuk shift sore dan shift malam juga melayani : Ruang

AL 1/AL 2, ruang 15 dan ruang cempaka (untuk semua

jenis pasien).

6. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo farmasi pusat yaitu Individual

prescription (IP). Keluarga pasien atau pasien datang ke

depo dengan membawa resep untuk pengambilan obat.

Untuk resep dari poliklinik spesialis menggunakan sistem

pelayanan cepat dengan aerocom. Jadi resep dan bukti

pembayaran dikirim melalui aerocom ke DFP dan petugas

depo menyiapkan obat sesuai resep.

7. Alur pelayanan resep

Page 19: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

19

Pasien atau keluarga pasien membawa resep ke depo

(penyerahan resep) selanjutnya petugas depo menerima

resep tersebut dan memasukkan data ke computer/entry

data resep (untuk pasien umum, petugas depo memberitahu

harga obat terlebih dahulu). Apabila pasien setuju maka

selanjutnya obat tersebut disiapkan oleh petugas dan

diserahkan kepada pasien/keluarga pasien yang disertai

dengan informasi obat.

8. Sumber barang

Sumber barang pada depo farmasi pusat berasal dari :

a. Untuk barang Jamkesmas/Gakin permintaan ditujukan

ke bagian gudang farmasi (IFRS).

b. Untuk barang umum dan askes permintaan ditujukan ke

gudang apotik koperasi.

Alur permintaan barang dengan menggunakan sistem

defecta, dimana petugas depo mencatat semua BMHP yang

dibutuhkan pada buku defecta atau dengan menggunakan

sistem aderet (permintaan barang non defecta ke depo-depo

lain).

9. Farmasi klinik yang dilakukan :

Pemberian informasi obat kepada pasien antara lain :

Aturan pakai, cara pemakaian, efek samping dan efek

terapi.

2.2.3.2 Depo Farmasi Teratai

Depo farmasi di klinik teratai adalah depo farmasi yang

memberikan pelayanan untuk pasien yang terinfeksi Human

Imunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency

Syndrome (AIDS). Pelayanan farmasi di klinik teratai yaitu :

1. Khusus untuk pelayanan obat ARV.

Page 20: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

20

2. Merupakan bagian dari tim penanggulangan HIV/AIDS

RSHS

3. Memberikan pelayanan obat-obat bantuan pemerintah

4. Memberikan pelayanan informasi dan konseling obat

serta pemantauan kepatuhan komsumsi obat

5. Membuat laporan penggunaan obat kepada Ditjen P2PL

Subdit AIDS, PMS Jakarta.

1. Jenis pasien yang dilayani

Pasien/penderita AIDS rawat jalan dan rawat inap

2. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo teratai terdiri dari :

- Apoteker : 1 orang

- Asisten Apoteker : 1 orang

3. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan pada depo farmasi teratai terdiri dari 1

shift yang dimulai pada pukul 07.00-15.30 WIB.

4. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo teratai yaitu Individual

prescription (IP). Keluarga pasien atau pasien datang ke

depo dengan membawa resep

5. Alur pelayanan resep

Pasien atau keluarga pasien membawa resep ke depo

(penyerahan resep) selanjutnya petugas depo menerima

resep tersebut dan dicatat secara manual oleh petugas.

Selanjutnya obat tersebut disiapkan oleh petugas dan

diserahkan kepada pasien/ keluarga pasien yang disertai

dengan informasi obat.

6. Sumber barang

Sumber barang pada depo farmasi teratai tersedia di

ruangan depo teratai. Alur permintaan barang dengan

menggunakan sistem defecta, dimana petugas depo

Page 21: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

21

mencatat semua BMHP yang dibutuhkan pada buku

defecta. Obat habis diminta ke gudang farmasi.

7. Farmasi klinik yang dilakukan

Jenis farmasi klinik yang dilakukan di depo ini adalah:

a. Pemberian informasi obat kepada pasien antara lain :

Aturan pakai, cara pemakaian, efek samping dan efek

terapi.

b. Diskusi dengan tim medis (dokter dan perawat) tentang

terapi pasien.

c. Pemantauan terapi pasien.

2.2.3.3 Depo Farmasi DOTS

1. Jenis pasien yang dilayani

Jenis pasien yang dilayani yaitu:

a. Pasien Gakin

b. Pasien Umum

c. Pasien Askes

d. Pasien Kontraktor

2. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo farmasi DOTS terdiri dari:

Apoteker : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Tenaga Administrasi : 1 orang (bukan dari farmasi)

3. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan pada depo farmasi DOTS terdiri dari 1

shift dimulai dari pukul 07.30-15.30.

4. Alur pelayanan

Pertama pasien datang ke RSHS kemudian pasien langsung

daftar ke administrasi. Setelah pasien mendaftar kemudian

pasien masuk ke poli paru. Setelah itu, pasien masuk ke

poli DOTS.

Page 22: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

22

5. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo farmasi DOTS yaitu Individual

prescription (IP).

6. Alur pelayanan resep

Pasien atau keluarga pasien membawa resep ke depo

selanjutnya petugas depo menerima resep tersebut dan

memasukkan data ke computer/entry data resep.

Selanjutnya obat disiapkan oleh petugas dan diserahkan

kepada pasien/ keluarga pasien yang disertai dengan

informasi obat.

7. Sumber barang

Sumber barang pada depo farmasi DOTS berasal dari

Depkes kemudian masuk ke gudang IFRS lalu disimpan

didepo DOTS.

8. Farmasi klinik yang dilakukan

Jenis farmasi klinik yang dilakukan adalah:

a. Konseling kepada pasien

Dilakukan pada saat penyerahan obat pada pasien seperti

cara penggunaan, efek samping dan waktu penggunaan

obat.

b. Diskusi dengan tim medis (dokter dan perawat) tentang

terapi pasien.

c. Pemantauan terapi pasien.

2.2.3.4 Depo Farmasi ICU

1. Cara penyimpanan BMHP

a. Penyimpanan BMHP dipisah berdasarkan

sumber BMHP (Umum, gakin dan Askes).

b. Obat disusun berdasarkan alfabetis dan jenis

sediaan baik tablet, injeksi, sirup, sediaan topikal dan

lain-lain.

Page 23: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

23

c. Penyimpanan alat kesehatan seperti urine bag,

infus set, transfuse set, dll diletakkan tersendiri

berdasarkan sumber BMHP.

d. Obat-obat yang memerlukan tempat

penyimpanan khusus disimpan pada lemari pendingin

begitu juga dengan narkotik dan OKT (dalam lemari

terkunci).

e. Obat-obat untuk Angiografi disimpan pada

lemari tersendiri untuk memudahkan penyiapan obat

yaitu di depo ICU dan juga di ruang Angiografi (Floor

Stock).

2. Jenis pasien yang dilayani

Jenis pasien yang dilayani antara lain:

a. Pasien Gakin

b. Pasien Umum

c. Pasien Kontraktor

3. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo ICU’S terdiri dari :

a. Apoteker : 1 orang

b. Asisten Apoteker : tergantung dari shift

c. Tenaga Administrasi : 2 orang

4. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan pada depo ICU’S terdiri dari 3 shift

selama 24 jam :

a. Shift pagi

Pukul 07.30-15.30 yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 2

orang asisten apoteker (untuk hari kerja). Serta 1 orang

Apoteker dan 1 orang asisten apoteker (untuk hari

libur).

b. Shift sore

Page 24: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

24

Pukul 15.30-20.30 yang terdiri dari 1 orang asisten

apoteker dan Apoteker on call

c. Shift malam

Pukul 20.30-07.30 yang terdiri dari 1 orang asisten

apoteker dan Apoteker on call.

5. Jangkauan pelayanan

Depo ICU’S menjangkau beberapa unit yaitu :

a. GICU (General intensive care)

b. NICU (Neonate intensive care)

c. CICU (Cardiac intensive care)

d. PICU (Pediatri intensive care) plus tindakan Angiografi

6. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo ICU’S yaitu :

a. Individual prescription (IP)

Keluarga pasien atau pasien datang ke depo dengan

membawa resep atau kartu obat pasien (KOP) untuk

pengambilan obat.

b. Floor stock (FS)

Berupa persediaan lengkap di ruangan dalam jumlah

dan jenis terbatas dimana yang disediakan berupa

BMHP dasar dan sediaan life saving yang digunakan

untuk keadaan diperlukan segera dan juga BMHP yang

sering dipakai.

7. Alur pelayanan resep

Dokter bersama-sama dengan perawat melakukan visite,

selanjutnya dokter menuliskan terapi di status pasien.

Kemudian perawat menuliskan kembali pada formulir

permintaan BMHP sesuai instruksi dokter. Setelah itu

perawat membawa formulir BMHP tersebut ke depo. Di

depo petugas depo segera mengkaji serta menyiapkan

sesuai permintaan dan diserahkan kembali pada perawat.

Page 25: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

25

Selanjutnya dari perawat baru diberikan kepada pasien.

Formulir permintaan BMHP yang diserahkan oleh perawat

tadi selanjutnya diarsipkan oleh petugas depo (entry data

resep) yang kemudian akan diperiksa kembali oleh

Apoteker.

8. Sumber barang

Sumber barang pada depo ICU’S berasal dari :

a. Untuk barang gakin dan BMHP dasar permintaan

ditujukan ke bagian gudang farmasi (IFRS) seminggu 2

kali yaitu hari senin dan jumat.

b. Untuk barang umum dan kontraktor permintaan

ditujukan ke gudang apotik koperasi setiap hari.

Alur permintaan barang dengan menggunakan sistem

defecta, dimana petugas depo mencatat semua BMHP yang

dibutuhkan pada buku defecta atau dengan menggunakan

sistem aderet (permintaan barang non defecta ke depo-depo

lain).

9. Farmasi klinik yang dilakukan

Jenis farmasi klinik yang dilakukan antara lain:

a. Diskusi dengan tim medis (dokter dan perawat) tentang

terapi pasien.

b. Pelayanan informasi obat.

c. Visite.

10. Tugas Apoteker di depo ICU’S

Tugas apoteker di depo ruang ICU’S antara lain:

a. Memantau persediaan obat depo dan ruang perawatan.

b. Memeriksa dan menilai resep.

c. Melaksanakan konsultasi dengan dokter berkaitan

dengan terapi pasien.

d. Memberikan informasi kepada dokter dan perawat.

e. Memeriksa laporan OKT dan NKT di depo.

Page 26: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

26

f. Membuat laporan stock BMHP gakin.

g. Memberikan bimbingan teknis pada siswa SMF,

Mahasiswa Farmasi dan Pasca Sarjana.

h. Berkoordinasi dengan tim Angiografi untuk

penyediaan BMHP Angiografi.

2.2.3.5 Depo Farmasi PTRM (Program Terapi Rumatan

Metadon)

1. Jenis pasien yang dilayani

Jenis pasien yang dilayani di depo ini adalah pasien yang

ketergantungan narkoba.

2. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo farmasi PTRM terdiri

dari :

Apoteker : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

3. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan pada depo farmasi PTRM terdiri dari 1

shift yang dimulai pada pukul 07.30-14.00 WIB 7 hari

dalam seminggu.

4. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo farmasi PTRM yaitu Unit

Dose Dispensing (UDD). Dimana pemberian obat

dilakukan pada saat obat akan diminum dengan waktu

sekali minum.

5. Alur pelayanan pasien

- Pasien Lama

Pasien mendaftar keadministrasi untuk mengambil buku

rekam medik dan bayar administrasi, kemudian perawat

memeriksa pasien. Dokter memeriksa pasien untuk

Page 27: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

27

mengetahui besarnya dosis yang diberikan ke pasien, bila

perlu konseling, konsul bagian lain sesuai indikasi. Petugas

dispensing memberikan dosis sesuai protap. Pasien

diobservasi selama 30-45 menit bila muntah, berikan dosis

pengganti sesuai protap dan bila tidak terjadi apa-apa pada

pasien maka pasien boleh pulang.

- Pasien Baru

a. Calon pasien baru bertemu dokter untuk konsultasi dan

dokter akan menentukan apakah pasien memenuhi

kriteria PTRM.

b. Jika pasien memenuhi kriteria PTRM, maka pasien

harus setuju mengikuti program PTRM.

c. Pasien akan mengambil rekam medik kemudian

perawat akan memeriksa keadaan pasien sebelum

masuk pada pemeriksaan dokter.

d. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh

terhadap pasien yang meliputi pemeriksaan status

psikiatri, pemeriksaan status penunjang lain, konsul

bagian lain sesuai indikasi, dan dokter akan menentukan

dosis awal metadon untuk pasien.

e. Pasien akan diantar oleh perawat kepetugas dispensing

untuk mendapat dosis metadon.

f. Setelah pasien meminum metadon, maka akan

diobservasi selama 30-45 menit. Bila tidak terjadi apa-

apa, pasien boleh pulang.

6. Farmasi klinik yang dilakukan :

a. Konseling kepada pasien

Dilakukan pada saat penyerahan obat pada pasien

seperti cara penggunaan dan waktu penggunaan obat.

b. Diskusi dengan tim medis (dokter dan perawat)

tentang terapi pasien.

Page 28: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

28

2.2.3.6 Depo Rawat Jalan Gakin

1. Cara penyimpanan BMHP

a. Penyimpanan obat dipisah berdasarkan

farmakologi/jenis penyakit misalnya untuk obat-obatan

pulmo, batuk, analgetik/antipiretik/reumatik, kulit,

syaraf/jiwa, antibiotik/virus, DM/endokrin, vitamin,

TB, gastro, hipertensi.

b. Obat disusun berdasarkan jenis sediaan baik tablet,

injeksi, sirup, sediaan topikal dan infus)

c. Obat-obat yang memerlukan tempat penyimpanan

khusus disimpan pada lemari pendingin begitu juga

dengan OKT (dalam lemari terkunci). Setiap

pengambilan obat OKT dan narkotik harus segera di

stock.

2. Jenis pasien yang dilayani

Jenis pasien yang dilayani yaitu pasien gakin karena depo

ini adalah depo farmasi rawat jalan khusus melayani pasien

gakin.

3. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia pada depo rawat jalan askeskin

terdiri dari :

Apoteker : 1 orang

Asisten Apoteker : 10 orang

Reseptur : 1 orang

4. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan pada depo rawat jalan gakin terdiri dari 1

shift yang dimulai pada pukul 07.30-15.30 WIB.

5. Jangkauan pelayanan

Page 29: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

29

Pelayanan depo farmasi rawat jalan gakin menjangkau

semua poli rawat jalan yang terdapat di RSUP dr. Hasan

Sadikin antara lain :

a. Poli bedah

b. Poli anak

c. Poli gastro

d. Poli kulit, dan lain-lain.

6. Sistem distribusi

Sistem distribusi pada depo rawat jalan askeskin yaitu

Individual prescription (IP). Dimana permintaan BMHP

ditulis di resep oleh dokter yang dibawa oleh keluarga

pasien/pasien ke depo untuk pengambilan obat.

7. Alur pelayanan resep

Dokter menuliskan resep yang kemudian dibawa oleh

pasien atau keluarga pasien ke depo farmasi selanjutnya

petugas depo menerima resep tersebut. Sebelumnya

dilakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan gakin.

Kemudian petugas depo memasukkan data ke

computer/entry data dan mencetak etiket. Setelah itu

penyiapan BMHP oleh asisten apoteker, pemberian etiket

dan penyerahan obat yang disertai dengan penjelasan

tentang aturan pakai obat, efek samping yang mungkin

ditimbulkan dan lain-lain.

8. Sumber BMHP

Sumber BMHP adalah Sumber BMHP pada depo rawat

jalan askeskin berasal dari gudang IFRS dengan sistem

defecta.

9. Farmasi klinik yang dilakukan :

Konseling dan pemberian informasi kepada pasien antara

lain :

a. Aturan pakai obat

Page 30: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

30

b. Cara penyimpanan obat

c. Efek obat yang diharapkan

d. Efek samping yang mungkin ditimbulkan

e. Kepatuhan minum obat dengan baik dan benar

2.2.4 Pelayanan Farmasi Klinis di Depo R.II Bougenville

2.2.4.1 Tinjauan Depo R.II Bougenville

Depo R.II Bougenville dipimpin oleh seorang apoteker.

Apoteker di bantu oleh 5 asisten apoteker. Tugas apoteker di depo

R.II Bougenvile (Depo Bedah):

1. Memantau permintaan persediaan obat dan alat kesehatan

di depo dan ke bagian distribusi dan gudang apotek.

2. Mengkaji resep atau order obat dari dokter.

3. Memeriksa dan menilai kartu obat penderita, serta mengkaji

profil pengobatan penderita (P3).

4. Membuat catatan kesalahan pemberian obat beserta tindak

lanjutnya dengan konsultasi ke dokter untuk resep

bermasalah.

5. Koordinasi dengan perawat untuk pemberian obat kepada

pasien.

6. Memberikan bimbingan teknis pada mahasiswa farmasi.

7. Memeriksa dan menandatangani klaim askes.

8. Memeriksa laporan barang medik habis pakai.

9. Pelaksanaan pelayanan farmasi klinik.

10. Membuat laporan bulanan seperti laporan narkotik,

psikotropik dan laporan kegiatan depo.

Asisten apoteker adalah sumber daya manusia di depo

farmasi yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan kompeten secara profesional dalam memenuhi

tugasnya dalam membantu apoteker melaksanakan fungsi depo

farmasi. Tugas asisten apoteker di depo farmasi :

Page 31: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

31

1. Memantau persediaan BMHP

2. Mengecek tanggal kadaluarsa BMHP

3. Membantu dokter visite dan ikut konsultasi dengan dokter

mengenai resep bermasalah

4. Melakukan defekta BMHP

5. Membuat laporan pemakaian BMHP

6. Melakukan pengisian data ke komputer

7. Memberi harga obat

8. Mencetak hasil pengisian data dan memeriksa ulang etiket

dengan resep asli

9. Melakukan pemeriksaan ulang meliputi jenis dan jumlah

BMHP

10. Menyiapkan dan menyerahkan BMHP kepada penderita

atau keluarga penderita, baik BMHP terjadwal maupun

tidak terjadwal, serta obat pasien rawat jalan

11. Membuat laporan jumlah pasien sesuai statusnya

12. Berkoordinasi dengan penanggung jawab narkotika dan

obat keras tertentu apotek koperasi mengenai pemakaian

dan pemasukan narkotika dan obat keras tertentu

2.2.4.2 Kebijakan dan Prosedur

Waktu pelayanan depo farmasi ruang Bougenville dibagi

atas :

a. Shift 1 pukul 07.30-15.30 WIB. Sumber daya manusia pada

shift I terdiri dari 7 orang yaitu, 1 orang apoteker yang

sekaligus sebagai kepala depo farmasi R II Bougenvile

(depo bedah) yaitu Dra. Susilawati, M.Si., Apt., 5 orang

asisten apoteker dan 1 orang administrasi.

b. Shift 2 pukul 15.30-20.30 WIB. Sumber daya manusia pada

shift 2 terdiri dari 4 orang, yaitu 3 orang asisiten apoteker

dan 1 orang reseptur.

Page 32: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

32

c. Shift 3 pukul 20.30-07.30 WIB. Sumber daya manusia

terdiri dari 2 orang asisten apoteker.

2.2.4.3 Sistem distribusi

Sistem distribusi yang dilaksanakan untuk penderita di

RSUP dr. Hasan Sadikin di depo R Bougenvile yaitu sistem

distribusi obat di depo farmasi R Bougenvile (depo bedah) ada dua

yaitu individual prescription dan unit dose dispensing. Ruang RBB

sistem distribusi obat secara unit dose dispensing, ruang RBA sistem

distribusi secara, individual prescription dan unit dose dispensing

sedangkan ruang 2 sistem distribusi secara individual prescription.

Depo farmasi R Bougenvile (depo bedah) merupakan depo

yang buka 24 jam, pada shift 2 dan shift 3 melayani juga pelayanan

resep R.17, RC, RB, R.19, sehingga hampir semua obat tersedia di

depo tersebut.

Alur pelayanan resep individual prescription menggunakan

kartu obat yang ditulis oleh dokter. Sedangkan unit dose distribution

dilihat dari rekam medik yang ditulis oleh dokter

Permasalahan yang ada di depo farmasi R Bougenvile

(depo bedah) biasanya adalah duplikasi terapi dan dosis tidak lazim

yang harus dikonfirmasi oleh apoteker kepada dokter. Alur

pelayanan sistem distribusi obat unit dose distribution dapat dilihat

pada Lampiran B.

Sumber Barang Medis Habis Pakai (BMHP) depo R

Bougenvile diperoleh dari:

a. Instalasi farmasi rumah sakit bagian gudang perbekalan

farmasi untuk BMHP dasar dan BMHP askeskin.

b. Apotek koperasi pegawai rumah sakit untuk BMHP reguler,

kontraktor dan askes.

Page 33: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

33

Depo farmasi dapat mengajukan permintaan dengan

formulir defekta setiap 2 kali seminggu, dan permintaan

nondefekta/cito setiap hari.

2.2.4.4 Prosedur tetap

Beberapa prosedur tetap yang berkaitan dengan pelayanan

kefarmasian di depo farmasi R Bougenvile Dr. Hasan Sadikin

diantaranya adalah :

a. Prosedur pelayanan Prosedur pengkajian resep oleh

apoteker

b. Prosedur pelayanan pemakaian BMHP tidak terjadwal di

depo R Bougenville pada jam kerja

c. Prosedur penanganan pasien baru

d. Prosedur serah terima obat yang dibawa pasien pra rawat di

depo R Bougenvile

e. Prosedur pelayanan daftar obat pasien pulang

2.2.4.5 Pelaporan

Pelaporan dari depo farmasi R Bougenville adalah:

1. Laporan pelayanan farmasi klinis

2. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika

2.2.4.6 Status Penderita

Jenis pasien di rumah sakit Dr. Hasan Sadikin depo R

Bougenville terdiri atas 4 status, yaitu:

1. Pasien asuransi kesehatan PNS (askes PNS)

Pasien askes harus memperlihatkan kartu askes asli serta

salinannya. Kartu askes berguna untuk membawa surat

rujukan dan keterangan dirawat yang selanjutnya

diserahkan kepada pengendali askes untuk memperoleh

Surat Jaminan Perawatan (SJP). Pasien yang berasal dari

Page 34: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

34

luar kota harus mendapat rujukan dari kota asal yang

bersangkutan.

2. Pasien asuransi kesehatan keluarga miskin (askeskin/gakin)

Pasien harus mendapatkan SJP dengan memenuhi

persyaratan :

a. Menyerahkan fotokopi rangkap 3 Kartu Tanda

Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta kartu

jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin

(PJKMM) atau surat keterangan tidak mampu (SKTM).

Pasien memperlihatkan dokumen asli.

b. Menyerahkan surat rujukan dari puskesmas asal/UGD

rumah sakit.

3. Pasien kontraktor

Persyaratan bagi pasien kontraktor diantaranya :

a. Adanya kerjasama dari perusahaan yang bersangkutan

tempat pasien bekerja dengan RSUP dr. Hasan Sadikin.

b. Pasien membawa surat pengantar/jaminan dari

perusahaan yang bersangkutan sesuai haknya.

c. Memperlihatkan kartu identitas.

d. Menyerahkan fotokopi resep (untuk beberapa

perusahaan).

Contoh fasilitas yang diberikan :

a. Pemberian BMHP 100% sesuai resep untuk karyawan

dan keluarga karyawan

b. Pemberian BMHP 100% sesuai resep untuk karyawan.

Keluarga karyawan hanya diberikan obat generik,

cairan infus, dan paket operasi.

c. Pemberian BMHP obat generik dahulu, bila tidak ada

generiknya diberikan 100% sesuai resep.

4. Pasien umum

Pasien dengan status selain ketiga status diatas.

Page 35: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

35

2.2.4.7 Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinis

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan selama kerja

praktek oleh peserta kerja praktek di depo R Bougenville adalah

bertujuan untuk mempraktekkan ilmu-ilmu tentang farmasi klinik

yang sudah didapat di institusi. Kegiatan tersebut antara lain:

- Mempelajari rekam medik

- Membuat P3

- Pemantauan kepatuhan penderita terhadap regimen

Pembuatan Profil Penggunaan Obat (P3)

Data Demografi Pasien

A. Identitas pasien

Nama penderita : Heni Rohaeni

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 34 tahun

Alamat : Kp. Tegal Jati RT 02 RW 05

Garut

Status pasien : Gakin

Ruang rawat : Bougenville 3

Sub bagian : Bedah Digesti

No. rekam Medik : 0000767311

Tanggal masuk : 29 Juni 2009

Tanggal keluar : 24 Juli 2009

B. Data Klinis Awal

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : Afebris

C. Alasan masuk rumah sakit

Page 36: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

36

Ingin menutup colostomy

D. Anamnesis

Sekitar 9 bulan pasien melakukan colostomy/LE ai tumor colon sigmoid

dan telah melakukan kemoterapi sebanyak 6 siklus, saat ini pasien ingin di

operasi kembali tutup colostomy.

E. Diagnosis Utama

Tumor colon sigmoid dan teratoma ovarii yang telah dilakukan colostomy.

F. Instruksi dan catatan perawatan

Tanggal Catatan perawatan Instruksi berkaitan dengan obat

29/06/2009 Diagnosa Tumor Colon

Sigmoid

Obs TNRS

Cek lab lengkap

H-2 bila sudah ada hasil lab

09/07/2009 Tindakan laparotomi

explorasi, reseksi sigmoid

dan anastomosis end to end

colon sigmoid

Infus RL 20 gtt/menit

Rektal tube dipertahankan

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

Cek sismet post op

10/07/2009 Visite jaga bedah

KU : Compos mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : afebris

Rehidrasi ringan dengan NaCl 0.9%

- 6 jam I : 70 gtt/menit

- 18 jam II : 35 gtt/menit

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

11/07/2009 Visite jaga bedah

Pasien mengeluh nyeri pada

dada

Acc infus, ganti ke tangan kanan.

Rehidrasi ringan dengan NaCl 0.9%

- 6 jam I : 70 gtt/menit

Page 37: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

37

KU : Compos mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : afebris

- 18 jam II : 35 gtt/menit

Rektal tube dipertahankan

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

14/07/2009 Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

NGT dan Rektal tube dipertahankan

sampai kembung hilang.

Dilatasi anus setiap hari oleh

resident.

15/07/2009 Visite jaga bedah

Pasien mengeluh nyeri pada

dada

KU : Compos mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Nadi : 92x/menit

Respirasi : 24x/menit

Suhu : afebris

Rectal tube AFF

Diet lunak

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

16/07/2009 Ku : CM

Nadi 80x/menit

Respirasi : 16x/menit

Suhu : afebris

Mobilisasi

Diet lunak

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

17/07/2009 Ku : CM Mobilisasi

Page 38: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

38

Nadi 88x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : afebris

Diet lunak

Ceftriaxon 1x2g i.v

Metronidazole 3x500mg i.v

Ranitidin 2x1 amp

Ketorolac 2x1 amp

20/07/2009 Keluhan : pusing Therapy oral :

Ciprofloxasin 2x1 tab

Metronidazole 3x500mg

Ranitidin 2x1 tab

Asam Mefenamat 2x1 tab

Vit B Complex 2x1 tab

21/07/2009 Abdomen : datar, lembut Diet nasi tim 1700 kkal,

protein 80 gram

Therapy oral :

Ciprofloxasin 2x1 tab

Metronidazole 3x500mg

Ranitidin 2x1 tab

Asam Mefenamat 2x1 tab

Vit B Complex 2x1 tab

22/07/2009 Ku : CM

Nadi 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : afebris

Perawatan luka operasi

Therapy oral :

Ciprofloxasin 2x1 tab

Metronidazole 3x500mg

Ranitidin 2x1 tab

Asam Mefenamat 2x1 tab

Vit B Complex 2x1 tab

23/07/2009 Ku : CM

Nadi 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Perawatan luka operasi

Therapy oral :

Ciprofloxasin 2x1 tab

Page 39: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

39

Suhu : afebris Metronidazole 3x500mg

Ranitidin 2x1 tab

Asam Mefenamat 2x1 tab

Vit B Complex 2x1 tab

Besok pulang

G. Hasil Uji Laboratorium

Pemeriksaan tanggal 19/06/09 pukul 09.27

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 12,6 12-16 g/dL

Hematokrit 39 35-47 %

Lekosit 3.800 3800-10600 /mmk

Trombosit 221.000 150.000-440.000 /mmk

Albumin 4,6 3.5-5 g/dL

Globulin 3,3 2.6-3.3 g/dL

AST (SGOT) 21 s/d 31 U/L 370C

ALT (SGPT) 12 s/d 31 U/L 370C

Protein total 7,9 6,6-8,7 g/dL

Ureum 13 15-38 mg/dL

Kreatinin 0,48 0,7-1,2 mg/dL

GDS 77 <140 mg/dL

Na 145 135-145 mEq/dL

Ca 4,3 4,7-5,2 mg/dL

Pemeriksaan tanggal 30/06/09 pukul 06.16

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 13,1 12-16 g/dL

Page 40: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

40

Hematokrit 39 35-47 %

Lekosit 3.900 3800-10600 /mmk

Trombosit 261.000 150.000-440.000 /mmk

Pemeriksaan tanggal 01/07/09 pukul 11.00

Pemeriksaan Metoda Hasil Nilai rujukan Satuan

IMUNOSEROLOGI

Ca 125

ECUA 15.37 <35 U/ml

Tinjauan Tentang Penyakit

Kanker Kolorektal atau Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel

kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan

kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau

disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang

tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan

mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan

gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan

pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada

semua bagian dari usus besar.

a. Etiologi

Penyebab kanker kolorektal masih belum pasti diketahui, tetapi

kemungkinan besar disebabkan oleh:

Cara diet yang salah (asupan makanan yang tinggi lemak dan protein,

rendah serat)

Obesitas/kegemukan

Pernah terkena kanker kolorektal sebelumnya

Sejarah keluarga dengan kanker kolorektal

Pernah memiliki polip di usus

Umur (resiko meningkat pada usia diatas 50 tahun)

Jarang melakukan aktifitas fisik

b. Patofisiologi

Page 41: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

41

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari

lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas

dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam

struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan

menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

c. Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi

segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah

perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala

paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak

diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.

Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri

dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering

dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan

obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan

distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses. Gejala yang

dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap

setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.

d. Pertimbangan Gerontologi

Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini

biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria.

Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia

defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah

nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal.

Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet.

Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini

menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama, sehingga

terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah

flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai

sifat karsinogen.

e. Evaluasi Diagnostik

Page 42: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

42

Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik

paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema

barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus

kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan

biopsi atau apusan sitologi.

f. Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik

Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan,

meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat

dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi

menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat

dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar

CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan

CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

g. Penatalaksanaan Medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan

pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup

bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.

Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang

berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti

berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif.

Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi

Duke:

a. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa

b. Kelas B – penetrasi melalui dinding usus

c. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional

d. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk

pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain

pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau

imunoterapi.

Page 43: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

43

Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon

kelas C adalah program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal

Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi

pelvis.

Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif

dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih

baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk

tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat disekresi, radiasi digunakan

untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi intrakavitas

yang dapat diimplantasikan dapat digunakan.

Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan

tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat

beberapa bentuk terapi ajufan.

h. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau

lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah

sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan

mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat

menimbulkan syok.

i. Penatalaksanaan Bedah

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan

rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang

terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi

laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru

dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa

kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan

di kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti

efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan

lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang

dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan

Page 44: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

44

dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan

mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur

pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :

1) Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan

porsi usus pada sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus

limfatik)

2) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen

(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta

sfingter anal)

3) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan

anostomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi

(memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum

reseksi)

4) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi

obstruksi yang tidak dapat direseksi)

j. Diversi Fekal Untuk Kanker Kolon Dan Rektum

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi

dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi

adalah pembuatan lubang (stoma)vpada kolon secara bedah. Stoma ini

dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini

memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi

drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan

oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

Tinjauan tentang obat yang digunakan

a) Ceftriaxone Na

Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas dan berpotensi melawan

bakteri gram negatif termasuk Enterobacteriaceae, Haemophylus

influenzae, Moraxella, Catarrhalis dan Neisseria sp. Tetapi hanya sedikit

aktivitas melawan Pseudomonas sp. T½ nya relatif panjang dan diberikan

Page 45: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

45

secara injeksi 1-2 kali sehari. Ceftriaxone memiliki ikatan protein tinggi

menyebabkan hiperbilirubinemia sehingga penggunaannya dihindari pada

neonatus jaundice. Ceftriaxone Na sangat larut air, 10% larutan dalam air

pH nya 6-8. Ceftriaxon disimpan dalam wadah yang kedap udara.

Ceftriaxon inkompatibel jika dicampur dengan larutan yang mengandung

Ca, aminoglikosid, flukonazol, vancomycin atau amsacrine. Efek

sampingnya sama dengan cefalotin Na dan cefotaxim Na. Perubahan flora

normal lebih banyak terjadi karena ekskresi empedu yang banyak. Diare

sering terjadi terutama pada anak-anak. Berefek pada saluran empedu dan

saluran gastro-intestinal. Efek farmakokinetiknya nonlinear dose-

dependent, sekitar 85-95% ikatan protein terikat pada protein plasma

tergantung konsentrasi ceftriaxone dalam protein plasma. Distribusi obat

dapat melalui placenta dan dikeluarkan melalui ASI dalam konsentrasi

rendah. Penggunaan secara parenteral dapat melalui rute :

Injeksi intravena perlahan selama 2-4 menit

Dengan intermittent infuse intravena selama 30 menit

Dengan injeksi intramuscular yang dalam

Dosis pemberian ceftriaxon pada orang dewasa yaitu 1 sampai 2 gram

sehari secara intravena.

Ceftriaxon kontra indikasi pada pasien yang hipersensitif terhadap

sefalosporin, dan pada penyakit porfiria. Penggunaan perlu diawasi pada

pasien yang alergi penicillin, gangguan fungsi ginjal, hamil dan menyusui

(tetapi boleh digunakan). Efek samping yang mungkin timbul adalah diare

dan kolitis yang disebabkan oleh antibiotik (keduanya karena dosis tinggi),

mual, muntah, rasa tidak enak pada saluran pencernaan, sakit kepala,

reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urticaria, serum sickness, demam dan

ataralgia, anafilaksis, eritema multiforme, gangguan fungsi hati, hepatitis

sementara dan ikterus kolestatik. Pada gangguan fungsi hati yang disertai

gangguan fungsi ginjal dapat terjadi pergeseran bilirubin dari ikatan

plasma.

Page 46: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

46

b) Metronidazole

Metronidazole dapat diberikan secara oral atau dengan infus intravena

berkelanjutan atau intermittent. Metronidazole atau metronidazole HCl

tidak boleh dicampur dengan obat lain dan infus intravena hendaknya

dihentikan selama penggunaan metronidazole. Metronidazole injeksi tidak

perlu diencerkan atau dinetralkan untuk pemberian intravena. Jika yang

tersedia adalah metronidazole powder for injection, maka harus

dipreparasi dengan direkonstitusi, diencerkan dan dinetralkan.

Rekonstitusi dengan penambahan 4,4 mL sterile atau bacteriostatic water

for injection 0,9% NaCl injection atau bacteriostatic sodium chloride

solution yang diberi label ‘mengandung 500 mg metronidazole’.

Injeksi metronidazole digunakan untuk profilaksis perioperatif. Dosis

dewasa 15 mg per kg dengan infus selama 30-60 menit, pemberiannya

telah selesai 1 jam sebelum operasi dan, jika perlu, 7,5 mg per kg dengan

infus selama 30-60 menit pada 6 dan 12 jam setelah dosis awal. Dosis

awal praoperatif harus selesai diinfuskan sekitar 1 jam sebelum dilakukan

operasi untuk memastikan sudah memadainya konsentrasi metronidazol

dalam serum dan jaringan pada saat operasi. Penggunaan metronidazol

untuk profilaksis harus dibatasi pada hari dilakukannya operasi dan tidak

boleh dilanjutkan selama lebih dari 12 jam setelah operasi. Sebagai

alternatif, untuk profilaksis perioperatif pada operasi kolorektal, 500 mg –

1 g metronidazol diberikan melalui infus 1 jam sebelum operasi dan dosis

500 mg diberikan lewat infus IV 8 dan 16 jam sesudah operasi.

Penggunaan metronidazol harus diperhatikan karena dapat menimbulkan

efek pada saluran pencernaan misalnya mual, muntah, abdominal

discomfort, a metallic taste, diare. Selain itu juga dapat berefek pada

system saraf, efek hematologic misalnya leucopenia transient dan

trombositopenia, dan gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas,

rhinitis, sinusitis, faringitis pada wanita. Metronidazole dapat berinteraksi

Page 47: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

47

dengan antikoagulan golongan kumarin, alkohol, disulfiram, luminal,

lithium, astemizol dan terfenadin.

c) Ketorolac

Ketorolac merupakan anti inflamasi non-steroid. Efek sampingnya

gangguan saluran pencernaan termasuk perdarahan gastro-intestinal,

perforasi, peptic ulcer. Reaksi hipersensitif seperti asma, nasal polip,

bronkospasm, angiodema, peptic ulcer, perdarahan GI. Tidak diberikan

pada pasien yang menerima antikoagulan karena menyebabkan perdarahan

dan tidak digunakan untuk operasi dengan resiko perdarahan tinggi.

Ketorolac diberikan secara intramuscular, intravena atau oral sebagai

garam trometamol. Dosis parenteral dimulai 10 mg ketorolac trometamol

dilanjutkan 10-30 mg setiap 4-6 jam seperlunya, maksimum 90 mg sehari

atau 60 mg untuk pasien lansia, mild renal impairment dan orang dengan

berat badan kurang dari 50 kg. Injeksi intravena dilakukan sedikitnya 15

detik. Maksimum durasi parenteral terapinya 2 hari (yang disarankan) dan

diubah ke pemakaian oral secepatnya. Dosis oral yang disarankan 10 mg

tiap 4-6 jam, maksimal 40mg per hari, maksimum total 7 hari.

d) Ranitidin

Ranitidin termasuk golongan antagonis reseptor H2, untuk menghambat

sekresi asam lambung. Kelarutan ranitidin : sangat larut air, kurang larut

dalam alkohol, tidak larut kloroform. Konsentrasi 1% mempunyai pH

4,5-6. Ranitidin disimpan dalam wadah kedap udara, dihindarkan dari

cahaya. Pemberian secara per oral diabsorbsi dari saluran cerna dengan

puncak konsentrasi plasma 2-3 jam setelah pemberian. Pemberian secara

parenteral dapat secara intravena atau intramuscular. Dosis oral 300 mg

sekali sehari atau 2 kali 150 mg per hari. Secara i.m. atau i.v. 50 mg, dapat

diulang tiap 6-8 jam. Pemberian secara i.v. disuntikkan perlahan, tidak

kurang dari 2 menit dan harus diencerkan untuk 50 mg dalam 20 ml.

Indikasinya duodenal dan gastric ulcers, diberikan secara per oral

sedikitnya 4 minggu. Duodenal ulcer karena Helicobacter pylori

Page 48: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

48

sedikitnya 2 minggu, lalu dapat dilanjutkan lagi selama 2 minggu. Gastro-

esophageal reflux perlu 150 mg 2 kali sehari sampai 8 minggu, jika perlu

12 minggu.

Ranitidin memiliki efek antiandrogen kecil dan potensi interaksi obat lebih

sedikit daripada cimetidin. Efek samping ranitidin biasanya jarang dan

biasanya reversibel bersamaan dengan penurunan dosis. Efek samping

yang paling umum adalah diare, merasa lelah, pusing dan rashes.

Ranitidin memiliki efek antiandrogenik yang kecil sampai hampir tidak

ada, meskipun ada laporan mengenai gynaecomastia dan impotensi.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah :

o Karsinogenisitas.

Hubungan antara antagonis reseptor H2 dan kanker gastric telah

dirancang dari laporan kasus individual, temuan tumor pada studi

menggunakan hewan uji yang diberi ranitidin dalam dosis tinggi dalam

waktu lama. Ada kemungkinan terbentuknya komponen nitrit dan

nitroso, tetapi beberapa diantaranya diragukan karena tidak cukup

bukti klinis.

o Efek pada darah.

Efek samping hematologik dari antagonis reseptor H2 telah dikaji

secara detail. Pernah dilaporkan penggunaan cimetidin dan ranitidin

menimbulkan neutropenia dan agranulositosis lebih sering daripada

leucopenia, trombositopenia dan pansitopenia. Ada pula kasus anemia

hemolitik meskipun hubungan sebab akibatnya belum jelas.

Kebanyakan kasus dapat diatasi dengan baik dengan penghentian

penggunaan atau penurunan dosis.

o Efek pada sistim kardiovaskuler.

Bradikardi, atrioventrikular block dan cardiac arrest jarang

dilaporkan terutama selama terapi ranitidin, efek inotropik positif

tanpa perubahan signifikan pada hati atau tekanan darah. Studi klinik

pada pasien sakit dan sehat telah membuktikan bahwa efek samping

hemodinamik berkaitan dengan ranitidin sebagian kecil lebih

Page 49: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

49

mengarah pada efek kardiovaskular dan peringatan ditujukan pada

pasien dengan penyakit kardiovaskular atau kerusakan ginjal.

e) Ciprofloxacin

Mekanisme kerja ciprofloxacin menghambat keaktifan DNA-girase,

sehingga sintesis DNA kuman terganggu. Dosis untuk infeksi saluran

nafas : 250-750 mg 2 kali sehari; infeksi saluran kemih : 250-500 mg 2

kali sehari ( untuk kasus akut tanpakomplikasi, 250 mg 2 kali sehari

selama 3 hari); infeksi lain : 500-750 mg, 2 kali sehari; profilaksis bedah :

750 mg 60-90 menit sebelum operasi. Interaksi obat dengan besi, antasida,

mengurangi absorbsi ciprofloxacin, meningkatkan kadar teofilin dalam

darah, meningkatkan kreatinin darah jika dipakai bersama siklosporin.

Untuk menghindari alkalinisasi urin perlu minum yang cukup (risiko

kristaluria). Efek samping yang mungkin terjadi adalah disfagia,

meteorismus, tremor, konvulsi, ikterus dan hepatitis dengan nekrosis,

gagal ginjal. vaskulitis, urtikaria, eritema nodusum, sindrom Steven

Johnson.

f) Asam Mefenamat

Asam mefenamat merupakan AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid) untuk

luka, bengkak dan menstrual disorders. Efek sampingnya gangguan

saluran cerna, diare; efek pada ginjal : efek nefrotoksik; efek pada darah :

anemia hemolitik, leucopenia, neutropenia, agranulositosis. Overdosis

mengakibatkan toksisitas CNS, terjadi konvulsi. Asam mefenamat

diabsorbsi dari saluran cerna, diekskresikan melalui urin dan melalui ASI

dalam jumlah sedikit. Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian

dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam sebaiknya dikonsumsi setelah makan.

g) Vitamin B-kompleks

Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak

dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan

Page 50: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

50

makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap

vitamin ini.

Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah:

Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan

energi, kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat.

Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit

kanker, mencegah migren serta katarak.

Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat

nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi

dan gangguan pada persendian.

Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan

metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi

aktifitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses pembentukan

hormon.

Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan

meringankan gejala hipertensi, asma serta PMS.

Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari

karbohidrat, pembentukan kuku serta rambut.

Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan

anemia dan pembentukan hemoglobin.

Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline,

inositol dan asam paraaminobenzoic.

Pembahasan

Pasien Ny. Heni Rohaeni didiagnosa menderita kanker kolorektal. Dimana

Kanker Kolorektal atau Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel

kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau recktum.

Sebelumnya pasien pernah melakukan operasi kanker tersebut sehingga

pasien datang kembali ke RSHS untuk melakukan operasi penutupan

kolostomi.

Page 51: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

51

Pasien diberi terapi empiris menggunakan antibiotik ceftriaxon dan

metronidazol untuk pengobatan infeksi sedini mungkin dalam

memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari

infeksi nya. Metronidazol efektif terhadap bakteri anaerob dan ceftriaxon

efektif terhadap bakteri gram negatif, sehingga kedua obat tersebut masih

dapat digunakan untuk terapi.

Pasien diberi analgetik ketorolac (AINS) karena AINS aktivitas

analgetiknya lebih dominan pada perifer sehingga lebih dipilih daripada

jenis analgetik opiat. Adanya efek samping dari ketorolac maka pasien

diberikan ranitidin untuk meminimalkan efek samping tersebut.

Dosis yang diberikan kepada pasien telah sesuai dengan literatur, tetapi

pada penggunaan ranitidin tidak boleh diberikan bersamaan dengan

ceftriaxon sehingga pemberian ranitidin diberikan interval waktu setengah

samapi 1 jam setelah pasien diberikan obat lainnya.

Pada tanggal 20 Juli 2009 ceftriaxon injeksi digantikan dengan

ciprofloxacin tablet. Syarat peralihan terapi dari intravena ke terapi oral

diantaranya pasien masih terus memerlukan antibiotika, dalam kondisi

klinis yang stabil, dapat mentoleransi pemberian obat oral, serta bebas dari

kelainan saluran cerna yang dapat menghambat absorpsi obat. Pemberian

antibiotik intravena mempunyai tingkat efektifitas yang lebih tinggi

daripada per oral, namun menimbulkan berbagai masalah. Pengalihan

pemakaian antibiotika dari bentuk intravena (IV) ke per oral, memberikan

keuntungan. Aspek medik diantaranya mengurangi risiko komplikasi serta

efek samping obat. mengurangi risiko yang biasa terjadi pada cara

penyediaan dan pemberian intravena (IV). Aspek non medik diantaranya

peningkatan kepatuhan dan kepuasan pasien serta peningkatan efektifitas

terapi dan penurunan biaya obat (cost effective).

Ciprofloxacin ini digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka

pasca operasi yang dilakukan. Antibiotik yang diberikan harus diminum

sampai habis agar tidak terjadi resistensi bakteri. Kemudian diberikan

Page 52: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

52

metronidazol untuk mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh

bakteri anaerob.

Pada tanggal 20 Juli 2009 pasien mengeluh pusing sehingga pasien

diberikan asam mefenamat. Asam mefenamat ini merupakan AINS (Anti

Inflamasi Non-Steroid) untuk luka, bengkak dan menstrual disorders. Efek

sampingnya gangguan saluran cerna yaitu mual. Sehingga pasien

diberikan ranitidin tablet untuk mengurangi efek samping tersebut. Asam

mefenamat ini dihentikan penggunaannya apabila pasien sudah tidak

mengeluh sakit lagi. Selain obat oral dan intravena, pasien juga

mendapatkan metronidazol serbuk yang ditaburkan pada bagian luka

bedah agar dapat mengering dengan cepat tanpa terjadi infeksi. Dosis obat

oral yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan literatur, tetapi

pada penggunaan ciprofloxacin tidak boleh diberikan bersamaan dengan

ranitidin dan obat AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid) sehingga

ciprofloxacin sebaiknya dikonsumsi sebelum makan.

Pada tanggal 23 Juli 2009 luka pasca operasi pasien sudah mulai membaik

maka besok sudah di perbolehkan untuk pulang .

Pemantauan Kepatuhan Penderita Terhadap Regimen Obat

Pasein 1

A. Identitas Penderita

Nama penderita : Hoer

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 39 tahun

Alamat : Kp. Cibarengkok Rt 14/03

Sukajadi, Cianjur.

Ruang rawat : Bougenville 3

Sub bagian : Oncologi

No. rekam Medik : 0000842006

Tanggal masuk : 2 Juni 2009

Tanggal keluar : 17 Juli 2009

Page 53: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

53

Dokter : Dr. Dadan

B. Data Klinis Awal

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : Afebris

C. Alasan masuk RS / Keluhan Utama :

Benjolan pada leher depan yang tumbuh membesar.

D. Anamnesis

Sekitar 10 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh

adanya benjolan pada leher depan pasa awalnya sebesar kacang

kedelai yang semakin membesar hingga saat ini berukuran

sebesar telur ayam kampung.

E. Diagnosis Utama

Tumor Thyroid dx susp maligna T3 NoMo

F. Rekapitulasi Rekaman Pengobatan Penderita

No Nama Obat DosisPemberian Obat per Hari

3/7 4/7 11/7 13/7

1 Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab - - 9 -

2 Aspilet 1 x 1 tab 1 1 - -

3 Vit B kompleks 2 x 1 tab - - - 2

Pada pasien ini tidak ada sisa obat yang diberikan oleh perawat.

G. Kesimpulan Apoteker

Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat.

Pasein 2

Page 54: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

54

A. Identitas Penderita

Nama penderita : Ipah

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

Alamat : Kp. Cikukulu . karang nunggal

Tasikmalaya

Ruang rawat : Bougenville 3

Sub bagian : Thorax

No. rekam Medik : 0000857873

Tanggal masuk : 02 Juli 2009

Tanggal keluar : 29Juli 2009

Dokter : Dr. Anastasya

B. Data Klinis Awal

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : Afebris

C. Alasan masuk RS/Keluhan Utama

Terasa nyeri di dada sebelah kiri dan pusing

D. Anamnesis

Sekitar 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh

nyeri dada kiri, hilang timbul lalu disertai sesak nafas, penurunan

berat badan, berkeringat pada malam hari dan juga batuk dalam

jangka waktu yang cukup lama.

E. Rekapitulasi Rekaman Pengobatan Penderita

No Nama Obat DosisPemberian Obat per Hari

3/7 6/7 9/7 13/7 14/7

1 Ambroxol 3 x 1 tab 9 9 9 9 9

2 Ranitidin 2 x 1 tab 6 6 6 2 2

3 Asam mefenamat 3 x 1 tab 9 9 9 9 -

Page 55: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

55

4 Vit B komplek 3 x 1 tab 9 9 9 3 3

5 Captopril 3 x 1/2 tab 5 5 5 2 1

Pada pasien ini tidak ada sisa obat yang diberikan oleh perawat.

F. Kesimpulan Apoteker

Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat.

2.2.5 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membentuk pola pikir

pada saat akan melakukan PIO, yaitu :

a. Subjektif : Mengetahui gejala penyakit berdasarkan data base

misalnya keluhan pusing, mual, muntah dan lain-lain.

b. Objektif : Mengumpulkan data-data pasien berdasarkan data-data

dari hasil pemeriksaan laboratorium.

c. Assesment : Membuat daftar masalah pasien.

d. Plan : merencanakan dan menyarankan terapi apa yang akan

dilakukan.

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan adalah :

a. Wawancara sejarah penggunaan obat. Sejarah penggunaan obat

dapat diamati dari Kartu Obat Penderita (KOP) dan rekam medik

Page 56: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

56

penderita yang ditulis oleh dokter di Status Pasien. Untuk

mengetahui kebenarannya, data tersebut dapat dikonfirmasi kepada

penderita sekaligus berkomunikasi mengenai obat-obat yang masih

dimiliki oleh penderita.

b. Konsultasi dengan apoteker tentang pemilihan obat dan regimennya.

Pemilihan obat dan regimen merupakan faktor utama penentu

keberhasilan terapi. Untuk memahami lebih dalam mengenai

hubungan antara jenis terapi dengan penyakit yang diderita pasien,

dibutuhkan konsultasi dengan apoteker yang sudah berpengalaman.

c. Mengkaji kesesuaian antara terapi dengan penyakit. Berbagai hal

yang dipantau apoteker dalam pengkajian dan pemantauan terapi

obat antara lain :

i. Penyalahgunaan obat

ii. Salah penggunaan obat

iii. Pola penulisan resep yang abnormal

iv. Duplikasi resep

v. Interaksi obat-obat

vi. Interaksi obat-makanan

vii. Interaksi obat-uji laboratorium

viii. Reaksi obat merugikan

ix. Inkompatibilitas pencampuran intravena

x. Kondisi patologis penderita yang dapat memengaruhi efek

merugikan dan terapi obat yang ditulis

d. Memberikan informasi kepada penderita tentang hal-hal yang

berkaitan dengan terapi. Keamanan dan keefektifan terapi obat akan

terjadi bila penderita memahami betul tentang obat dan

penggunaannya. Penderita yang cukup memahami obatnya

menunjukkan peningkatan kepatuhan pada regimen obat yang

tertulis, meningkatkan outcomes terapi yang meningkat. Oleh karena

itu, apoteker mempunyai tenggung jawab moral dan profesional

memberi edukasi dan konseling terapi obat bagi penderita.

Page 57: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

57

e. Pemantauan efek obat dan kepatuhan penderita. Pemantauan terapi

obat dilakukan oleh apoteker di depo-depo dengan cara melakukan

visite dan wawancara pada penderita atau keluarga penderita di

ruang perawatan atau wawancara dengan profesional kesehatan lain,

untuk melihat efek terapi dan efektivitas suatu obat dalam

pengobatan penderita. Jika keamanan dan efektivitas terapi tidak

tercapai maka apoteker dan dokter akan menyiapkan alternatif

pengobatan lain bagi penderita tersebut.

2.2.5.1 PIO di Depo Gakin

R/ Ciprofloxacin 500mg No. X

∫ 2 dd 1

Ranitidin No. X

∫ 2 dd 1

Antasida doen syr No. I

∫ 1 dd 1

A. Penerimaan dan Validasi Resep

No Uraian Validasi

1 Nama dokter Dr. Dewi Kartika Sara

2 No izin bagian IPD

3 Alamat dokter Poli Penyakit Dalam Wanita

4 Tanggal resep 29 Juli 2009

5 Nama pasiena. Umur b. Jenis kelaminc. Alamat

Ny Santi Damayanti 54 tahunPRancaekek wetan,Kab. Bandung

6 Diagnosa ISK (infeksi saluran kemih) dan sindrom dispepsia

7 Tinggi badan dan berat badan

-

Page 58: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

58

8 Identifikasi obata. Nama obatb. Kekuatanc. Signad. Jumlah obat

Ciprofloxacin, Ranitidin, Antasida doen syr

500 mg, 150 mg, 500 mg2x1, 2x1, 3x1 sendok obat10 tablet, 10 tablet, 1 botol

9 Tanda tangan Ada

B. Aspek teurapetik dan farmakologi

No Uraian Validasi

1 Tepat dalam membaca

resep

Tepat

2 Nama obat Ciprofloxacin, Ranitidin, Antasida doen syr

3 singkatan -

4 Perhitungan ulang dosis -

C. Penyiapan obat

No Uraian Validasi

1 Kondisi ruangan

2 Penyiapan obat

a. Pengambilan obat

b. Etiket

c. Pengemasan

d. Penulisan kartu stok

e. Paraf petugas

Pada rak obat pasien gakin

Ciprofloxacin 2x1

Ranitidin 2x1

Antasida doen syr 3x1 sendok obat

Dibungkus dengan kantong plastik dan

diberi etiket putih

ditulis

ada

Page 59: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

59

3 Waktu penyiapan cukup

4 Penyerahan obat disertai informasi

a. Pemanggilan no urutb. Penyerahan obatc. Pemberian informasid. Evaluasi- Kesesuaian no

panggil- Waktu tunggu- Keluhan pasien

√√√

Cukup-

D. Aspek Terapetik dan Farmakologi

a) Ciprofloxacin

Indikasi

Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman pathogen, yaitu:

- Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis

- Infeksi saluran nafas kecuali pneumonia akibat streptococcus

- Infeksi kulit dan jaringan lunak

- Infeksi tulang dan sendi.

Dosis

Untuk infeksi ringan atau sedang saluran kemih 2x 250mg per hari

Untuk infeksi berat saluran kemih 2x500mg per hari

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin atau antibiotik

derivat kuinolon lainnya, Wanita hamil dan menyusui, Anak-anak di

bawah usia 18 tahun.

Efek Samping

- Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut

- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia

dan euforia

- Reaksi hipersensitivitas

Page 60: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

60

- Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang

pernah mengalami kerusakan hati.

Interaksi

- Menurunkan absorbsi ciprofloxacin jika digunakan bersama Antasid

yang mengandung allumunium dan magnesium hidroksida.

- Harus dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi pada

pemberian Siprofloksasin bersama probenesid

Farmakologi

Ciprofloxacin merupakan salah satu obat sintetik derivat quinolone.

mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri,

bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif

maupun gram negatif.

ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna,

bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada

protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh.

metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urin.

Informasi pada pasien

1) Gunakan obat ini sampai habis dan sesuai aturan.

2) Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka tablet siprofloksasin

harus ditelan dengan cairan

3) Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal

(lihat keteranga pada dosis )

4) Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan

5) Selama minum obat ini tidak dianjurkan mengendarai kendaraan

bermotor atau menjalankan mesin. Sebaiknya 1 jam sebelum

mengendarai kendaraan.

b) Ranitidin

Page 61: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

61

Indikasi

    Pengobatan dan terapi pemeliharaan pada tukak lambung dan tukak usus

dua belas jari akut.

Dosis

Dosis yang biasa digunakan adalah 150mg, 2 kali sehari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau bahan-bahan lain dalam

formulasi.

Efek Samping

1) Berupa diare, konstipasi, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam kulit,

malaise,nausea.

2) Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet ( pada beberapa

penderita ).

3) Beberapa kasus ( jarang ) reaksi hipersensitivitas (bronkospasme,

demam, ruam, urtikaria, eosinofilia.

Interaksi

Meningkatkan efek toksisitas siklosporin (meningkatkan serum

kreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler). Mempunyai efek

bervariasi terhadap warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi

ranitidin. Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi

mukosa lambung.

Farmakologi

Ranitidine menghambat kerja histamin pada reseptor-H2 secara

kompotitif, serta menghambat sekresi asam lambung

Informasi Pasien

Dosis oral ranitidin dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Bila

obat ini digunakan untuk mencegah heartburn, obat diminum 30-60

menit sebelum makan atau minum apapun yang dapat menyebabkan

heartburn. Pasien seharusnya tidak menggunakan obat ini bila alergi

terhadap ranitidin, simetidin, atau nizatidin.

Page 62: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

62

c) Antasida

Indikasi

Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam

lambung, gastritis, tukak lambung.

Dosis

Sehari 3-4 kali 1-2 sendok obat

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat

Efek Samping

Sembelit, diare, mual, mintah dan gejala-gejala tersebut akan hilang apabila

pemakaian obat dihentikan.

Interaksi

Pemberian bersamaan dengan simetidin atau tetrasiklin dapat mengurangi

absorpsi obat

Farmakologi

Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan

antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan

pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan

pepsin berkurang. Di samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida

akan mengurangi efek konstipasi dari Aluminium Hidroksida.

Informasi Pasien

- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat

karena dapat menimbulkan hipermagnesia

- Jangna minum obat pada saat perut kosong

- Bila sedang menggunakan simetidin atau tetrasiklin harus diberi selang

waktu 1-2 jam setelah mengkonsumsi antasida.

E. KIE

Pasien ini memiliki keluhan sakit pada perut bagian kiri, setelah dari dokter

poli penyakit dalam wanita ternyata didiagnosa infeksi saluran kemih dan

Page 63: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

63

sindrom dispesia. Lalu dokter memberikan resep yang berisi Ciprofloxacin,

Ranitidin dan Atasida.

1) Ciprofloxacin merupakan antibiotik untuk mengobati infeksi, sehingga

harus dikonsumsi sampai habis sesuai dengan aturan karena untuk

mencegah terjadinya resistensi kuman. Obat ini diminum segera setelah

makan sehari 2 kali 1 tablet, pada jam 8 pagi dan 8 malam. Jika kondisi

sudah membaik tetapi antibiotiknya belum habis maka obat tersebut harus

dihabiskan sampai tuntas.

2) Ranitidin diminum sehari 2 kali 1 tablet, tetapi diminum hanya jika terasa

mual saja, apabila tidak mual lebih baik tidak usah diminum.

3) Antasida diminum sehari 3 kali 1 sendok makan, 1-2 jam setelah makan

untuk menetralkan asam lambung.

4) Ciprofloxacin jangan diminum bersamaan dengan antasida karena akan

terjadi interaksi. Pemberian bersamaan dengan antasida dapat menurunkan

absorbsi antibiotic sehingga menurunkan kadarnya dalam serum dan efek

terapi yang diharapkan kurang optimal, maka dari itu antasida diminum 1

sampai 2 jam setelah minum antibiotiknya.

5) Pasien harus menjaga pola hidup sehat mulai dari makanan sehat sampai

olahraga.

2.2.5.2 Analisis Resep di Depo Gakin

Pasien 1

A. Penerimaan dan Validasi Resep

No Uraian Validasi

1 Nama dokter Dr. Vivien maryam

2 No izin bagian IPD

3 Alamat dokter Poli penyakit dalam wanita

4 Tanggal resep 24 Juli 2009

5 Nama pasiena. Usia

Ny. Esih 66 tahun

Page 64: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

64

b. Jenis kelaminc. Alamat

PKp. Genteng, kec Parongpong

6 Diagnose HHP, OA

7 Tinggi badan dan berat badan

-

8 Identifikasi obat

a. Nama obat

b. Kekuatan

c. Signa

d. Jumlah obat

Captopril, Furosemid, Meloxicam , Vit B12,

Vit B6, Vit B1

6.25 mg, 40 mg, 7.5 mg, 50 mcg, 100 mg, 50

mg

3x1, 1x1, 1x1, 1x1, 1x1, 1x1,.

20, 10,10, 10, 10, 10

9 Tanda tangan ada

B. Aspek teurapetik dan farmakologi

No Uraian Validasi

1 Tepat dalam membaca resep tepat

2 Nama obat Captopril, Furosemid, Meloxicam , Vit B12,

Vit B6, Vit B1

3 singkatan -

4 Perhitungan ulang dosis -

a) Captopril

Indikasi

Hipertensi ringan sampai sedang, dan gagal jantung kongesti.

Dosis

Page 65: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

65

Hipertensi ringan sampai sedang,

Dosis awal : 12.5 mg 2x/ hari

Dosisi pemeliharaan :25 mg 2x/hari, yang dapat ditingkatkan selang 2

sampai 4 minggu hingga diperoleh respon yang

memuaskan.

Dosis maksimal : 50 mg

Usia lanjut : 500 mg 2x/ hari

Kontraindikasi

Hipersensitif captopril atau penghambat ACE lainya

Efek Samping

Proteinuria, Hipotensi, Anemia, trombositopenia, dan neutropenia.

Interaksi

Mengurangi efek antihipertensi jika digunakan bersama obat AINS

Meningkatkan efek antihipertensi jika digunakan bersama obat

diuretik.

Farmakologi

Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan

gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.

Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin

plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif.

"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I

menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor

endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam

korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan

ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam

kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya

pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan

sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta

mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan

darah dan mengurangi beban jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak

menimbulkan reflek takikardia.

Page 66: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

66

Informasi pada pasien

Dikonsumsi pada saat perut kosong (1 atau 2 jam sebelum atau setelah

makan). Pada pukul 6,00; 14.00 dan 22.00. Jangan mengkonsumsi obat

ini bersamaan dengan obat lain tanpa saran dokter seperti obat batuk dan

obat pilek.

b) Furosemid

Indikasi

    Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal jantung koroner dan

penyakit hati, diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan

antihipertensi pada penanganan hipertensi (Diuretik).

Dosis

40 mg sekali sehari pada waktu pagi hari

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen lain dalam sediaan

atau sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik atau keadaan penurunan

elektrolit parah sampai keadaannya membaik serta pada kehamilan

muda.

Efek Samping

Rasa tidak enak di perut, hipotensi, gangguan gastrointestinal,

penglihatan kabur, pusing, sakit kepala

Interaksi

- Dengan Obat Lain : Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan

menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat meningkatkan risiko

aritmia dengan obat-obat yang dapat meningkatkan interval QT,

termasuk antiaritmia tipe Ia dan III, beberapa kuinolon (sparfloksasin,

gatifloksasin dan moksifloksasin). Metformin dapat menurunkan

konsentrasi furosemid.

- Dengan Makanan : Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya

makanan, bawang putih.

Farmakologi

Page 67: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

67

Inhibisi reabsorpsi natrium dan klorida pada jerat henle dan tubulus

ginjal distal, mempengaruhi system kotranspor ikatan klorida,

selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium, klorida magnesium dan

kalsium.

Informasi Pasien

1) Urin yang keluar akan lebih banyak dan sering,ini membantu

pengeluaran air dalam tubuh serta menurunkan tekanan darah.

2) Makanlah obat ini pada waktu yang sama setiap harinya ,jika

mungkin janganlah dimakan sebelum tidur karena tidur akan

terganggu dengan seringnya urinasi.

3) Makanlah buah atau makanan untuk mengganti kehilangan kalium

yang banyak terbuang bersama urin.

4) Jika timbul nyeri otot, mual, pusing, radang pada pangkal

tenggorokan, ruam kulit, nyeri pada persendian, segeralah ke dokter.

c) Meloxicam

Indikasi

Osteoarhritis dan arthritis rematoid

Dosis

Osteoarhritis:7.5 mg 1x/hari, ditingkatkan menjadi 15 mg 1x/hari

Arthritis rematoid : 15 mg 1x/hari, dikurangi 7.5 mg 1x/hari.

Pasien resiko tinggi ( awal) : 7.5 mg 1x/hari

Gagal ginjal ( maksimal) : 7.5 mg 1x/hari

Kontraindikasi

Hipersensitif AINS, penyakit ginjal berat, tukak peptik, serebrovaskular,

hamil dan menyusui.

Efek Samping

Page 68: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

68

Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing, edema, anemia,

insomnia, batuk dan ruam kulit.

Interaksi

Meningkatkan resiko pendarahan jika diberi bersamaan dengan obat

AINS, antikoagulan, heparin, dan trombolitik. Menurunkan efek dari

obat antihipertensi. Meningkatkan efek nefrotoksisitas dari siklosporin.

Farmakologi

Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID)

derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis

prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambat

cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses inflamasi dapat

dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal dan gastro intestinal

yang merupakan ciri khas pada penggunaan obat-obat Anti Inflamasi

Non Steroid selama ini.

Informasi Pasien

1) Meloxicam harus dikonsumsi bersamaan dengan makanan jika

timbul rasa tidak nyaman pada gastrointestinal.

2) Hipersensitif terhadap penggunaan aspirin dan AINS lainnya.

d) Vitamin B6 (Piridoksin)

Indikasi

Defisiensi piridoksin (vitamin B6)

Dosis

Dosis profilaksis 25-100 mg per hari

Kontraindikasi

Pasien dengan sejarah sensitivitas pada vitamin, hipersensitivitas

terhadap piridoksin.

Efek Samping

Sakit kepala, kejang, sensori neurophaty, penurunan sekresi serum asam

folat, mual, reaksi alergi.

Interaksi

Page 69: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

69

Phenobarbital dan phenytoin menurunkan konsentrasi serum kedua obat

tersebut.

Farmakologi

Prekursor terhadap piridoksal, yang berfungsi dalam metabolism protein

karbohidrat dan lemak.

Informasi Pasien

Obat diminum setelah makan sekali sehari.

e) Vitamin B1 (Tiamin)

Indikasi

Sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri saraf, sakit pinggang, nyeri

pada kanker, kolik saluran empedu dan ginjal, mencegah edema.

Dosis

50 mcg 1-2 kali sehari.

Kontraindikasi

Cenderung pendarahan

Efek Samping

Gejala saluran pencernaan, gejala alergi

Informasi Pasien

Dikonsumsi bersama dengan makanan

f) Vitamin B12 (Sianokobalamin)

Indikasi

Memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat saraf dan

mendorong pertumbuhan normalnya, mengatasi neuritis, anemia

makrositik

Dosis

50 mg satu kali sehari

C. Penyiapan obat

Page 70: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

70

No Uraian Validasi

1 Kondisi ruangan

2 Penyiapan obat

f. Pengambilan obat

g. Etiket

h. Pengemasan

i. Penulisan kartu stok

j. Paraf petugas

Pada rak obat pasien gakin

Captopril 3x1/2 tablet

Furosemid 1x1

Meloxicam 1x1

Vit B12 1x1

Vit B6 1x1

Vit B1 1x1

Dibungkus dengan kantong plastik dan

diberi etiket putih

ditulis

ada

3 Waktu penyiapan Cukup

4 Penyerahan obat disertai

informasi

e. Pemanggilan no urut

f. Penyerahan obat

g. Pemberian informasi

h. Evaluasi

- Kesesuaian no

panggil

- Waktu tunggu

- Keluhan pasien

Cukup

-

Kesimpulan apoteker

Dalam resep ini tidak terjadi drug related problem (DRP).

Page 71: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

71

Pasien 2

A. Penerimaan dan Validasi Resep

No Uraian Validasi

1 Nama dokter Dr. Yuda Sp.B

2 No izin bagian Bedah oncologi

3 Alamat dokter Poli bedah oncologi

4 Tanggal resep 24 juli 2009

5 Nama pasien

d. Usia

e. Jenis kelamin

f. Alamat

Ny. Daningsih

39 tahun

P

Cibarengkok.

Kec. Sukajadi

6 Diagnosa TB

7 Tinggi badan dan berat

badan

-

8 Identifikasi obat

a. Nama obat

b. Kekuatan

c. Signa

d. Jumlah obat

Rifampisin, INH, Etambutol, Pirazinamid

600 mg, 100 mg dan 300 mg, 500 mg,

500 mg

1x1, 1x1, 1x2, 1x2

30 tablet, 30 tablet dan 30 tablet, 60 tablet,

60 tablet

9 Tanda tangan -

B. Aspek teurapetik dan farmakologi

No Uraian validasi

1 Tepat dalam membaca resep tepat

2 Nama obat Rifampisin, INH, Etambutol, Pirazinamid

3 singkatan INH ( isoniazid )

Page 72: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

72

4 Perhitungan ulang dosis -

a) Rifampisin

Indikasi

Tuberkulosis, sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk

mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman.

Dosis

600mg per hari (10-20 mg/kg berat badan), terapi jangka pendek 600 mg 2

kali seminggu

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap rifampisin, pasien dengan gangguan saluran empedu,

serta selama kehamilan trisemester pertama.

Efek Samping

Gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah dan diare

Gangguan SSP, seperti sakit kepala , vertigo dan ataksia

Dapat terjadi reaksi alergi dengan gejala demam, gatal-gatal, ruam kulit,

radang mulut dan lidah, hemolisis, hematuria dan kegagalan ginjal akut.

Interaksi

Menurunkan respon antikoagulan, antidiabetik, kortikosteroid, siklosporin,

fenitoin dan analgesik. Penggunaan bersama PAS akan menghambat

absobsi, sehingga harus ada selang waktu 8-12 jam.

Farmakologi

Kerjanya berikatan kuat dengan RNA polimerase yang bergantung pada

DNA sehingga akan menghambat sintesis RNA bakteri. Pada mikobakteri

resisten terjadi mutasi pada enzim RNA polimerase ini sehingga tidak lagi

mengikat rifampicin. Absorbsinya baik dan diekskresikan melalui hati ke

dalam empedu, mengalami resirkulasi enterohepatik dan diekskresi melalui

urin.Informasi pada pasien

Informasi pada pasien

Page 73: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

73

1) Sebaiknya diminum sebelum makan atau untuk dapat menghindari iritasi

lambung dikonsumsi setelah makan, tablet ditelan dengan satu gelas air.

2) Akan menyebabkan warna urin, feses, air mata, air ludah dan keringat

menjadi kemerah-merahan terutama pada awal pengobatan.

b) Isoniazid (INH)

Indikasi

Tuberculosis paru.

Dosis

1 dd 4-8 mg/kg/hari sehari atau 1 dd 300-400 mg.

Kontraindikasi

Hepatitis yang diinduksi oleh obat atau penyakit hati akut karena penyebab

apapun, dan epilepsi.

Efek Samping

Gangguan saluran pencernaan, hipersensitivitas, neuropati perifer,

kerusakan hati, gangguan hematologi, reaksi pada kulit dan hiperglikemia.

Interaksi

Kadar obat di jaringan meningkat oleh Para Amino Salisilat (PAS).

Farmakologi

Kerjanya menghambat sintesa asam mikolat sebagai komponen penting

dari dinding sel mikobakteri. Pada mikobakteri yang resisten terjadi mutasi

diantaranya mutasi pada enzim katalase peroksidase sehingga tidak terjadi

pengaktivan terhadap bentuk prodrug dari INH. INH cepat diabsorbsi dan

cepat terdistribusi ke cairan tubuh and jaringan, dapat mencapai SSP dan

jaringan serebrospinal. Metabolismenya di hati terjadi melalui asetilasi,

metabolit dan sebagian kecil obat bentuk tidak berubahnya diekskresikan

melalui urin.Informasi pada pasien

Informasi pada pasien

Untuk meminimalkan efek samping INH pada system saraf sebaiknya

diberikan piridoksin (vitamin B6)

Page 74: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

74

c) Etambutol

Indikasi

Antituberkulosa, penggunaannya dikombinasikan dengan paling sedikit 1

macam obat anti Tb, contohnya rifampisin atau INH

Dosis

15-25 mg/kg berat badan dosis tunggal per hari.

Kontraindikasi

Neuritis optik dan penderita-penderita yang hipersensitif.

Efek Samping

Neuritis retrobulbar dengan penurunan ketajaman penglihatan, buta warna

hijau-merah, ruam alergi, gangguan saluran pencernaan, ikterus dan neuritis

perifer.

Interaksi

Menurunkan efek : absorbsi menurun jika digunakan bersama

alumunium hidroksida. Hindari penggunaan bersama dengan antasida

yang mengandung alumunium, beri jarak minimal 4 jam dari pemberian

etambutol

Dengan Makanan : Dapat digunakan bersama dengan makanan karena

absorbsi tidak  dipengaruhi oleh makanan, dapat menyebabkan iritasi

lambung.

Farmakologi

Kerjanya menghambat sintesa RNA. Absorpsi setelah pemberian per oral

cepat. Ekskresi sebagian besar melalui ginjal, hanya lebih kurang dari 10 %

diubah menjadi metabolit yang inaktif. Obat ini tidak dapat menembus

jaringan otak tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa dapat ditemukan

kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal. Banyak digunakan pada

pengobatan ulang atau kasus resistensi primer, dalam hal ini dikombinasi

dengan antituberkulosa lain.

Informasi pada pasien

1) Gunakan obat ini pada malam hari setelah makan malam.

Page 75: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

75

2) Selama menggunakan obat ini, disarankan untuk melakukan

pemeriksaan penglihatan tiap bulan.

3) Pada pengobatan jangka panjang pemeriksaan fungsi organ harus

dilakukan secara periodik termasuk ginjal, hati dan hematopoetik.

4) Obat ini efektif jika digunakan bersama dengan olahraga dan diet

mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol

(lemak).         

d) Pirazinamid

Indikasi

Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti

tuberkulosis lain.

Dosis

Terapi  harian 15 – 30 mg/kg per hari, maksimal 3 gram per hari.

Kontraindikasi

Penderita dengan gangguan fungsi hati, hiperurikemia, gout, hipoglikemia,

diabetes, hipersensitif.

Efek Samping

Hepatotoksisitas termasuk demam, anoreksia, mual,  muntah, kemerahan,

disuria, atralgia, ruam dan kadang-kadang fotosensitivitas.

Interaksi

Kombinasi terapi dengan rifampin dan pirazinamid meningkatkan efek

toksisitas, berhubungan  dengan reaksi hepatotoksik yang fatal dan berat.

Farmakologi

Pirazinamid cepat terserap dari saluran cerna. Kadar plasma puncak dalam

darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. Waktu paruh kira-kira 9 jam.

Dimetabolisme di hati. Diekskresikan lambat dalam kemih, 30%

dikeluarkan sebagai metabolit dan 4% tak berubah dalam 24 jam.

Informasi pada pasien

Page 76: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

76

1) Gunakan obat ini hingga habis. Jika anda tidak menggunakan obat ini

sesuai dengan resep pada waktu yang telah ditentukan, maka infeksi

tidak dapat disembuhkan dan dapat terjadi masalah kesehatan  yang

serius pada Anda.

2) Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa

segera minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum oba

seharusnya. Tetapi jika lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu

berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.

3) Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa

memberitahu dokter yang merawat.

4) Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan

dokter.

C. Penyiapan obat

No uraian validasi

1 Kondisi ruangan √

2 Penyiapan obat

a.Pengambilan obat

b.Etiket

Pada rak obat pasien gakin

Rifampisin

1x1

INH

1x1

Etambutol

1x2

Page 77: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

77

c.Pengemasan

d.Penulisan kartu stok

e.Paraf petugas

Pirazinamid

1x2

Dibungkus dengan kantong plastik dan

diberi etiket putih

Ditulis

ada

3 Waktu penyiapan cukup

4 Penyerahan obat disertai

informasi

i. Pemanggilan no urut

j. Penyerahan obat

k. Pemberian informasi

l. Evaluasi

- Kesesuaian no

panggil

- Waktu tunggu

- Keluhan pasien

Cukup

-

Kesimpulan apoteker

Dalam resep ini tidak terjadi drug related problem (DRP).

BAB III

PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah

sakit milik pemerintah yang diklasifikasikan sebagai Rumah sakit Tipe A

Pendidikan dan dijadikan rumah sakit rujukan Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

2006 berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Terdiri dari tiga pelayanan

untuk penderita di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin yaitu pelayanan terhadap

pasien rawat tinggal, pasien rawat jalan, dan pasien rawat darurat, pelayanan

untuk penderita rawat jalan dilakukan oleh poliklinik-poliklinik spesialis dan sub

spesialis yang ada di Rumah sakit. Pada beberapa poliklinik telah dilakukan

Page 78: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

78

permisahan antara pria dan wanita untuk memberikan kenyamanan dalam

perawatan dan pemeriksaan penderita.

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung membentuk Sub

farmasi dan Terapi yang beranggotakan dokter dan apoteker yang berfungsi

membantu Rumah sakit dalam menentukan kebijakan mengenai penggunaan obat

dan pengobatan di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi memiliki tugas yang

salah satu peranannya yaitu menyusun formularium dengan salah satu buktinya

adalah telah menyusun formularium tahun 1995 dan melakukan revisi menjadi

Formularium tahun 2002. Pelaksanaan rekaman medik di Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung sudah berjalan dengan baik. Namun kerahasiaan

rekaman medik penderita belum dapat dijamin sepenuhnya kerahasiaan karena

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah sakit

pendidikan sehingga banyak peneliti yang memerlukan data rekaman medik

dalam penelitiannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengetatkan peraturan

mengenai kriteria peneliti yang akan menggunakan rekaman medik.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

adalah sebagai salah satu unit pelayanan rumah sakit yang bertanggung jawab

terhadap aspek yang menyangkut pengelolaan perbekalan kesehatan mulai dari

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian mutu dan keamanan selama

penyimpanan hingga proses distribusi perbekalan kesehatan yaitu oleh instalasi

farmasi ditujukan kepada ruang perawatan, penderita rawat tinggal, rawat jalan,

ruang penunjang dan depo-depo farmasi.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

memiliki visi yaitu menjadi Rumah Sakit yang Prima dalam Pelayanan,

Pendidikan dan Penelitian di Bidang Kesehatan Tingkat Regional pada tahun

2011. Selain dari pelayanan produk instalasi farmasi juga melaksanakan

pelayanan farmasi klinik kepada penderita atau tenaga kesehatan, bukti pelayanan

tersebut yaitu diantaranya layanan informasi obat kepada pasien, dokter, perawat,

dan masyarakat lainnya, visite dengan atau tanpa dokter, konseling yang

dilakukan di poli pulmo dan poli lansia serta pemantauan terapi obat dan

Page 79: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

79

pembuatan profil pengobatan penderita (P3) dengan menganalisis atau

mengevaluasi terapi obat yang digunakan.

Dilihat dari fungsinya Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr.

Hasan Sadikin Bandung memiliki fungsi sebagai perencanaan dalam pengadaan

BMHP. Perencanaan BMHP itu sendiri meliputi pola konsumtif yang melakukan

perencanaan terhadap jenis BMHP aktif, jumlah pemakaian dan jumlah stock

perkiraan BMHP, pola perencanaan ini dilakukan dengan periode per tiga bulan

(pola konsumtif). Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung juga melakukan produksi sediaan farmasi melalui cara pengemasan

kembali, pengenceran dan pembuatan, proses produksi sediaan farmasi ini

dilakukan di bagian produksi yang berada di rumah sakit. Pengadaan BMHP

dilakukan dengan cara melakukan pembelian BMHP dari luar dengan

dibentuknya panitia pengadaan dimana IFRS sebagai salah satu anggotanya.

Sistem penyimpanan BMHP di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung dilakukan di gudang. Sistem penyimpanan BMHP di gudang ini

dibagi menjadi dua jenis BMHP yang disimpan secara terpisah dengan maksud

untuk mempermudah dalam mengidentifikasi BMHP, jenis BMHP-nya itu sendiri

yaitu jenis BMHP rutin dan jenis BMHP Jamkesmas. Semua BMHP yang

disimpan di gudang disimpan secara terpisah menurut jenis dan sifatnya yaitu

sistem penyimpanannya terbagi menjadi 5 ruang antara lain : ruang penyimpanan

obat dan alat kesehatan, ruang X-ray Film beserta obat dan alat cucinya, ruang

bahan baku kimia dan Desinfektan, ruang bahan mudah terbakar, dan ruang alat

kesehatan dan inventaris.

Proses penyaluran BMHP atau perbekalan kesehatan dilakukan

menggunakan metode FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire date first

out) sistem ini adalah dimana barang yang masuk pertama kali kegudang atau

barang yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih dekat maka pertama kali

dikeluarkan atau yang mendapat prioritas utama dikeluarkan terlebih dahulu.

BMHP yang telah disimpan di gudang farmasi selanjutnya didistribusikan

ke ternpat-tempat yang membutuhkan yaitu melalui bagian distribusi diantaranya

didistribusikan kerawat jalan, rawat tinggal, ruang penunjang dan depo-depo

Page 80: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

80

farmasi. Sistem pendistribusian ini yaitu berdasarkan permintaan di ruang

perawatan atau depo-depo farmasi yang membutuhkan atau jika terjadi

kekosongan stock barang di ruangan atau depo farmasi maka akan dilakukan

permintaan barang ke gudang melalui bagian distribusi, selanjutnya di bagian

distribusi akan direkap setiap kali permintaan barang yang kemudian diserahkan

ke bagian gudang untuk dilakukan penyiapan permintaan barang, barang yang

telah disiapkan didistribusikan oleh bagian distribusi ke depo atau ruangan yang

melakukan permintaan BMHP. BMHP yang telah tersedia di depo atau ruangan

didistribusikan ke pasien berdasarkan sistem distribusi setiap ruangan atau depo

itu sendiri.

Sistem distribusi obat yang diterapkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung oleh Sub lnstalasi Pelayanan Farmasi

dan Apotek adalah melalui sistem disfribusi obat persediaan di ruangan (floor

stock), unit dose dispensing (UDD), dan individual prescription (IP) atau

kombinasi ketiganya. Sistem disribusi obat persediaan di ruang merupakan

penyimpanan BMHP di ruangan dalam jumlah dan jenisnya terbatas dan biasanya

digunakan pada keadaan darurat, BMHP yang berada di ruangan umumnya

sifatnya life saving atau cito contohnya adalah lidokain, infus RL, dextrose, alat-

alat kesehatan seperti disposable syringe, abocath infus set, dan lain-lain. Sistem

distribusi obat resep individual adalah sistem distribusi obat yang semua

kebutuhannya melalui resep dokter atau disesuaikan dengan resep dokter,

sedangkan sistem distribusi obat unit dose adalah penyiapan obat penderita yang

dilakukan dalam satuan dosis untuk satu kali pemakaian yang diserahkan pada

waktu yang sesuai dengan instruksi dokter. Sistem distribusi obat unit dose ini

belum dapat diterapkan di seluruh area pelayanan farmasi, sistem distribusi ini

penerapannya masih terbatas dalam lingkup beberapa depo farmasi saja antara

lain depo farmasi ruang 11, depo farmasi ruang Mawar, depo farmasi ruang

Bougenvile, serta depo farmasi di gedung baru yang terdiri dari farmasi unit

darurat (EU2) dan depo farmasi ruang internis khusus (RIK) lantai 1, lantai 2,

lantai 3 dan lantai 4, HCU.

Page 81: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

81

Instalasi Farmasi dr.Hasan Sadikin telah menerapkan pelayanan farmasi

klinik yaitu dengan memberikan pelayanan informasi obat kepada penderita,

pelayanan informasi obat ini berupa konseling yang diprioritaskan untuk penderita

yang mendapatkan obat lebih dari tiga jenis dan kepada penderita yang

memerlukan kepatuhan dalam meminum obatnya untuk mengontrol penyakitnya

seperti penderita hipertensi, gagal ginjal, penyakit hati, diabetes, penyakit TBC

dan penyakit lainnya. Konseling juga diberikan pada penderita lansia yang

dilakukan setiap hari selasa dan kamis. Setiap pemberian konseling dilakukan di

ruangan khusus.

Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia, pelayanan KIE ini

tidak dapat dilaksanakan terhadap semua pasien di RSUP dr. Hasan Sadikin

Bandung. Untuk lebih mengefektifkan pelayanan KIE tersebut, ada baiknya

dilakukan penambahan SDM berkualitas dan berpengalaman sehingga layanan

dengan orientasi pasien dapoat terus ditingkatkan. Prioritas pemberian KIE

diberikan pada pasien:

1. Geriatrik

2. Pediatrik

3. Pasien dengan polifarmasi

4. Pasien dengan banyak resep dokter

5. Pasien dengan penyakit ginjal

6. Pasien dengan penyakit hati

7. Pasien diabetes

8. Pasien dengan penggunaan obat terapi sempit

9. Pasien yang memerlukan terapi khusus, misalnya kemoterapi

10. Pasien akan pulang

Page 82: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

82

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin

Bandung telah melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian yang meliputi:

1. Pelayanan farmasi produk

a. Perencanaan Barang Medik Habis Pakai (BMHP)

b. Produksi sediaan farmasi

c. Penyimpanan/gudang BMHP

d. Distribusi BMHP. Sistem distribusi BMHP di RSHS terdiri atas

sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep

individual (individual prescription), dan sistem pelayanan unit dosis

(unit dose dispensing).

Page 83: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

83

2. Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi produk telah dilakukan melalui seluruh depo farmasi

yang ada di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung sehingga

memudahkan pengguna sarana dan prasarana kesehatan untuk

mendapatkan fasilitas kefarmasian. Sedangkan farmasi klinik

dilaksanakan di sebagian besar depo farmasi, namun penerapannya

belum optimal.

4.2 Saran

Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dr. Hasan

Sadikin Bandung, maka disarankan:

1. Untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau,

sebaiknya penerapan formularium dan kebijakan lain tentang obat lebih

ditingkatkan.

2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan, disarankan adanya

peningkatan sumber daya manusia baik apoteker maupun asisten apoteker di

beberapa depo untuk meningkatkan efisiensi kerja dan peningkatan

produktivitas. Perlunya perbaikan dan perluasan sarana fisik dari depo farmasi

terutama di gedung lama untuk mengotimalkan pelayanan.

3. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinik disarankan agar

menyediakan pelayanan farmasi klinik di unit-unit yang lain yang saat ini

belum terjangkau dan penetapan jadwal visite/kunjungan ke ruangan pasien

baik dilakukan oleh apoteker sendiri atau bersama-sama dengan dokter.

4. Untuk mendukung kecepatan dan kelancaran pelayanan farmasi

klinik diperlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang menangani

perawatan penderita, khususnya dokter dan perawat dalam hal penyediaan

data dan dokumen yang lengkap dan akurat tentang pemberian obat kepada

penderita.

5. Untuk memahami peran apoteker di instalasi farmasi rumah sakit,

perlu diamati lebih jauh mengenai peran apoteker dalam Panitia Farmasi

Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, serta partisipasi apoteker

Page 84: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

84

lainnya dalam program rumah sakit. Selain itu, untuk meningkatkan peran

apoteker di rumah sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, aplikasi kepedulian

farmasi melalui pelayanan farmasi klinik perlu ditingkatkan di seluruh depo

farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, Charles, J.P. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. EGC. Jakarta. 2003.

2. Siregar, Charles, J.P. Farmasi Klinik Teori & Penerapan. EGC. Jakarta. 2003.

3. Humas dan Protokoler Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. 80 Tahun Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bakti Husada. Bandung. 2003.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. No. B/2643/M.PAN/12/2005. 26 Desember 2005.

5. Saragi, Sahat. Drug Related Problems. Panduan dan Materi PKPA di Apotek Kimia Farma. Jakarta. 2008.

6. Adhi, Djuanda. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 8. 2008/2009. PT. Info Master. 2008.

Page 85: Laporan Rshs Ira_editan Terbaru (24 Nov 09)

85

7. Tan. T dan Rahardja Kirana. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke V. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2002.

8. Mycek, Mary J. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta. 1995.

9. Sukandar Y Elin Prof Dr, dkk. ISO Farmakoterapi. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Jakarta. 2008.

10. Tjay Tan Hoan Drs, Rahardja K Drs. Obat-obat Penting. PT. Gramedia. Jakarta. 2003.

11. Rubenstein David, dkk. Kedokteran Klinis Edisi keenam. Erlangga. Jakarta. 2007.