laporan resmi p3_gigis kintan miyarthaluna_2411100036
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM INSTRUMENTASI – P3
Pemrograman Distributed Control System Centum CS 3000 R3 Yokogawa
GIGIS KINTAN MIYARTHALUNA NRP 2411.100.036 ASISTEN REDHIANTO EDWIN SURYADHARMA NRP 2411.031.017
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2014
i
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM INSTRUMENTASI – P3
Pemrograman Distributed Control System Centum CS 3000 R3 Yokogawa GIGIS KINTAN MIYARTHALUNA NRP 2411.100.036
ASISTEN REDHIANTO EDWIN SURYADHARMA NRP 2411.031.017
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
iii
ABSTRACT
The development of control technology causes changes in
the control systems used in industry. Currently Distributed
Control System (DCS) control system is one technology that is
widely used in industrial processes. PID controllers are composed
of proportional control, integral and derivative. If the value of P, I
and D changed then the system will show a different response
depending on the magnitude of the coefficients of these three
variables. To obtain the optimal system response it is necessary to
determine the value of P, I, and D are right. One way by trial and
error method. It is therefore important to do experiments on the
DCS PID controllers. In the experiments performed with
simulation software Yokogawa Centum CS3000 DCS to change
the value of the P, I and D as much as three times the set point is
different. From the experimental results obtained that the value of
P, I and D best of 120, 10 and 0 with set point 20.
Keyword: DCS, PID, Yokogawa Centum CS 3000
iv
Halaman ini sengaja dikosongkan.
v
ABSTRAK
Perkembangan teknologi pengendalian menyebabkan
perubahan sistem pengendalian yang digunakan di industri. Saat
ini Distributed Control System (DCS) merupakan salah teknologi
sistem pengendalian yang banyak digunakan di dalam proses
industri. Pengendali PID merupakan pengendali yang terdiri dari
proportional, integral dan derivative. Jika nilai P, I dan D dirubah
maka sistem akan menunjukkan respon yang berbeda tergantung
besarnya koefisien dari ketiga variabel tersebut. Untuk
memperoleh respon sistem yang optimal maka perlu menentukan
nilai P, I, dan D yang tepat. Salah satu caranya dengan metode
trial and error. Oleh karena itu penting dilakukan percobaan
mengenai DCS pada pengendali PID. Dalam percobaan ini
dilakukan simulasi dengan software Yokogawa DCS Centum
CS3000 dengan mengubah nilai P, I dan D sebanyak tiga kali
dengan set point yang berbeda-beda. Dari hasil percobaan didapat
bahwa nilai P, I dan D terbaik yaitu 120, 10 dan 0 dengan set
point 20.
Kata kunci: DCS, PID, Yokogawa Centum CS 3000
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi
praktikum Sistem Instrumentasi.
Adapun penulisan laporan resmi ini bertujuan supaya
praktikan dapat mengetahui fungsi dari hardware, sistem
konfigurasi DCS dan dassar pemrograman DENTUM 3000 DCS
Yokogawa Dalam penyusunan laporan resmi praktikum, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada kepala laboratorium
serta seluruh asisten laboratorium yang telah mengizinkan kami
mengikuti praktikum dan memberikan pembimbingan kepada
kami sehingga kami memperoleh tambahan wawasan dan
pengalaman.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan resmi
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami harapkan. Apabila dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan kesalahan, kami meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
.
viii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................. i
Abstract ...................................................................................... iii
Abstrak ......................................................................................... v
Kata Pengantar .......................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................... ix
Daftar Gambar ........................................................................... xii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 2
1.5 Batasan Masalah .................................................................... 3
1.6 Sistematika Laporan .............................................................. 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Distributed Control System (DCS) ......................................... 5
2.2 Proportional Integral Derivative (PID) ................................. 5
2.3 DENTUM 3000 DCS ............................................................. 6
BAB III Meodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan ....................................................................... 7
3.2 Prosedur Percobaan ................................................................ 8
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan
4.1 Analisa Data ......................................................................... 29
4.2 Pembahasan .......................................................................... 30
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 31
5.2 Saran ..................................................................................... 31
Daftar Pustaka
Lampiran
x
Halaman ini sengaja dikosongkan.
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Arsitektur DCS pada umumnya. ........................... 5
Gambar 3.1 System view ........................................................ 12
Gambar 3.2 Project baru ......................................................... 13
Gambar 3.3 Station type ......................................................... 14
Gambar 3.4 New FIO node ..................................................... 15
Gambar 3.5 Pembuatan IOM .................................................. 16
Ganbar 3.6 Function Block .................................................... 17
Gambar 3.7 Penentuan size Function Block ........................... 18
Gambar 3.8 Grid Option ......................................................... 18
Ganbar 3.9 Function Blok ...................................................... 19
Gambar 3.10 Select funtion blok .............................................. 20
Gambar 3.11 PID funtion block ................................................ 21
Gambar 3.12 Penentuan range kontroler ................................... 22
Gambar 3.13 PIO function blok ................................................ 23
Gambar 3.14 PIO dan PID function blok .................................. 23
Gambar 3.15 Wiring function blok ........................................... 24
Ganbar 3.16 Funtion blok ........................................................ 25
Gambar 3.17 Faceolate ............................................................. 26
Gambar 3.18 Tagname pada instrument program ..................... 26
Gambar 3.19 Pembuatan trend window .................................... 27
Gambar 3.20 Trend Acquation ................................................. 28
Gambar 3.21 Trend group ......................................................... 29
Gambar 3.22 Pembuatan test function ...................................... 30
Gambar 3.23 Wiring Operation Function ................................. 30
Gambar 3.24 Pemanggilan windows ........................................ 31
Gambar 4.1 Hasil simulasi ...................................................... 33
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi pengendalian menyebabkan
perubahan sistem pengendalian yang digunakan di industri. Saat
ini Distributed Control System (DCS) merupakan salah teknologi
sistem pengendalian yang banyak digunakan di dalam proses
industri.[1]
Kontrol PID merupakan control yang terdiri dari proportional,
integral dan derivative. Jika nikai P, I dan D dirubah maka sistem
akan menunjukkan respon yang berbeda tergantung besarnya
koefisien dari ketiga variabel tersebut. P (Proportional).
Pengendali proportional merupakan pengendali yang aksi
kendalinya proporsional terhadap sinyal kesalahan. Pengendali
Propostional mempercepat respon sistem untuk mencapai set
point. Pada pengendali integral, sinyal kendali merupakan integral
atau jumlahan terhadap sinyal kesalahan. Pengendali ini
membawa variabel proses (PV) menuju ke set point (SP) dan
sebagai fungsi lamanya error. Pengendali derivative mengatur
seberapa besar dan atau lambatnya proses tidak merespon dengan
baik terhadap perubahan keluaran pengendali Aksi Derivatif
dilakukan saat ada perubahan laju eror (atau slope dari variabel
proses –PV).
Untuk memperoleh sistem yang optimal maka perlu
menemukan nilai P, I, dan D yang tepat. Salah satunya dengan
metode trial and error. Oleh karena itu penting dilakukan
percobaan mengenai DCS pada PID Controller.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan laporan ini sebagai berikut.
1. Bagaimana fungsi dari hardware DCS Centum CS
3000 Yokogawa. 2. Bagaimana sistem konfigurasi DCS Centum CS
3000
3. Bagaimana dasar pemrograman Centum CS 3000
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam penulisan laporan ini
antara lain :
1. Program DCS yang digunakan ialah DCS Centum CS
3000 Yokogawa.
2. Pemrograman alogaritma kontrol yang digunakan ialah
function blok.
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000
Yokogawa.
2. Mengetahui sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000
3. Mengetahui dasar pemrograman Centum CS 3000
1.5 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini antara lain :
1. Mengetahui cara penggunaan DCS.
2. Mengembangkan penggunaan dari DCS untuk berbagai
bidang.
1.6 Sistematika Laporan
Laporan percobaan ini disusun secara sistematis yang dibagi
dalam beberapa bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Berisikan penjelasan latar belakang masalah, rumusan
permasalahan, batasan masalah, tujuan, dan manfaat percobaan,
serta sistematika laporan.
BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini membahas secara singkat teori-teori yang terkait
dalam penulisan laporan resmi percobaan.
BAB III Metodologi Percobaan
3
Bab ini akan memaparkan langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencapai tujuan dan simpulan akhir dari percobaan.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
Memuat hasil simulasi dan akan dianalisis berdasarkan dasar
teori yang ada sehingga mampu menjawab permasalahan yang
telah ditentukan di awal.
BAB V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan pokok dari seluruh
rangakain penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat
digunakan pada pengembangan penelitian selanjutnya.
Halaman ini sengaka dikosongkan.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Distributed Control Sistem (DCS)
Distributed control system (DCS) merupakan salah satu
teknologi dalam bidang sistem pengendalian yang banyak
digunakan dalam proses industry. DCS dapat mengendalikan
berbagai variabel proses dan unit operasi dengan berbagai fungsi
pengendalian, monitoring, dan optimasi. Keandalan sistem juga
dapat ditingkatkan dengan adanya DCS. DCS membagikan
tanggung jawab pengendalian terhadap suatu sistem pada
beberapa local control unit (LCU). Setiap LCU diprogram untuk
mengoendalikan satu atau beberapa lup. Jadi, tanggung jawab
pengendalian pada DCS didistribusikan ke unit-unit yang lebih
kecil. Dengan demikian, jika terjadi kegagalan pada salah satu
loop, maka hanya satu atau beberapa lup saja yang terganggu,
keseluruhan sistem tetap aman.[1]
Gambar 2.1 Arsitektur DCS pada umumnya.
[2]
2.2 Proportional Integral Derivative (PID)
Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya
beberapa macam aksi kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol
proporsional, aksi kontrol integral dan aksi kontrol derivative.
Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai
keunggulankeunggulan tertentu, dimana aksi kontrol
proporsional mempunyai keunggulan rise time yang cepat,
aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error ,dan aksi kontrol derivative mempunyai
keunggulan untuk memperkecil error atau meredam
overshot/undershot. Untuk itu agar kita dapat menghasilkan
output dengan risetime yang cepat dan error yang kecil kita
dapat menggabungkan ketiga aksi kontrol ini menjadi aksi
kontrol PID.[3]
2.3 CENTUM CS3000
CENTUM CS3000 adalah salah satu produk Control System
unggulan PT.Yokogawa Indonesia. Sebagai solusi baru yang
ditawarkan PT.Yokogawa Indonesia bagi masalah teknologi suatu
perusahaan, Centum CS3000 dilengkapi kemampsuan untuk
mengintegrasikan kebutuhan perusahaan di level manejemen
sampai kepada level teknis di lapangan, seperti kondisi
performa field instrument, serta fasilitas open interface.[2]
7
7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sebagai berikut.
1. Personal Komputer 2. Software Centum CS 3000
3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan sebagai berikut.
1. System View diaktifkan dengan cara klik Start → All
Program → YOKOGAWA CENTUM→System View
atau pilih Active System View pada menu Window Call.
Gambar 3.1 System view
2. Pilih file create new project. Window outline
dimunculkan. Data dimasukkan pada kolom User,
Organization, dan Project information. Klik OK.
3. Window Create New Project dimunculkan. Data dimasukkan
sebagai berikut:
8
Gambar 3.2 Project baru
Klik OK
4. Window Create New FCS dimunculkan dan disetting seperti
berikut:
Station type: AFS40D Duplexed Field Control Unit (for FIO,
with Cabinet)
Database Type : General - Purpose
Domain Number : 1
Station Number : 1
Component / Number : Leave it blank
Station Comment : Leave it blank
Alias of Station : Leave it blank
Station Status Display : Leave it blank
Upper Equipment Name : Leave it blank
Kemudian klik OK
5. Window Create New HIS dimunculkan.
Station Type : PC with Operation and monitoring functions
Station Address / Domain Number : 1
9
Station Address / Station Number : 64
Other items : Leave it blank
Gambar 3.3 Station type
6. Tombol OK diklik. Konfirmasi bahwa ENGPJT t ada pada
System View. ENGPJT dibuka untuk memastikan bahwa
folder FCS0101 and HIS0164 telah dibuat.
3.2.1 ROCESS I/O DEFINITION-KFCS
Station Type : AFS40D Duplexed Field Control Unit
(untuk FIO, dengan kabinet)
Tujuan : untuk menentukan analog I/O unit pada
slot1, unit
10
3.2.1.1 Analog I/O Definition
1. System View diktifkan dan dipilih ENGPJT FCS0101
IOM folder. Klik kanan pada folder IOM Create New
Node. Muncul window Create New FIO Node.
Definisikan sebagai berikut.
Gambar 3.4 New FIO node
Klik tombol OK
1. Klik kanan pada folder NODE1 Create new IOM.
Muncul window Create New IOM. Definisikan sebagai
berikut:
IOM Type / Category: Analog Input/Output
IOM Type / Type: AAB841-S (8-Channel Voltage Input 8-
Channel Current Output)
Installation Position / Slot : 1
11
Gambar 3.5 Pembuatan IOM
Klik tombol OK dan pastikan bahwa file AABB41-S telah
dibuat pada folder NODE1
2. Aktifkan IOM Builder dengan cara double klik pada file
1AAB841-S. Kemudian muncul window IOM Builder
seperti di bawah: Exit dari IOM Builder atau pada toolbar,
pilih file save kemudian exit from IOM Builder.
3.2.2 Pembuatan Function Block 1. Aktifkan Sistem View kemudian pilih folder
ENGPJTFCS0101FUNCTION BLOCK.folder.
FUNCTION BLOCK mempunyai 200 kontrol
drawing dari DR0001 sampai DR0200. Buat sebuah
loop cascade pada DR0001.
2. Double klik pada DR0001 untuk mengaktifkan
Control Drawing Builder. Maka Control Drawing
Builder akan nampak pada window.
12
Gambar 3.6 Function Block
3.2.3 Drawing dan Editing pada kontrol drawing window
1. Pengaturan ukuran panel (Panel Size Setting)
Properties dipilih pada menu File pada Control
Drawing Builder. Tab Attribute dipilih, cek apakah
ukurannya 1024 x 686 kemudian klik pada tombol
OK.
13
Gambar 3.7 Penentuan size Function Block
2. Pengaturan Grid Untuk penggambaran yang mudah,
tampilkan grid pada drawing panel. Draw dari toolbar
dipilih kemudian akan nampak dialog Grid Option
Gambar 3.8 Grid Option
Klik OK. Muncul tampilan seperti berikut:
14
Gambar 3.9 Function Blok
15
15
3. Pembuatan fungsi blok
Membuat simbol blok pada blok fungsi di drawing panel.
Kontroler Laju Aliran/Level PID : LIC001
Buat kontroler diatas dengan tata cara sebagai berikut:
a) Dari toolbar pilih Insert function Block atau menge-
klik
b) Select Function Block akan kelihatan kemudian pilih
Regulatory Control Block Controller PID. Klik pada
tombol OK.
Gambar 3.10 Select funtion blok
c) Klik di titik manapun pada sheet drawing panel
menggunakan tombol kiri pada mouse, kemudian simbol
blok dari PID akan terlihat. Masukkan tag name LIC001
kemudian tekan tombol <Enter>
16
Gambar 3.11 PID funtion block
d) Klik pada tombol Mode Double klik di simbol blok pada
blok fungsi LIC001. Function Block akan terlihat jelas pada
sheet. Masukkan nilai berikut pada tabFunction Block:
Tag Comment :Level Controller
Scale / High limit value :001.0
Engineering unit Symbol :liter
Klik pada tombol OK
Gambar 3.12 Penentuan range kontroler
17
17
4. Pembuatan I/O Block Link:
a) Dari toolbar pilih Insert tombol Function Block atau
untuk mememunculkan Select Function Block dialog, pilih
Link Block kemudian PIO.Klik tombolOK.
Gambar 3.13 PIO function blok
c) Klik kiri pada drawing panel seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah. Masukkan modul elemen nama
masukkan %%LT001 kemudian tekan <enter> Element
name for output connection untuk LIC001 : %% CV 001
Gambar 3.14 PIO dan PID function blok
18
5. Pembuatan wiring (Pengkabelan)
a) Dari toolbar pilih Insert tombol wiring atau
b) Berikan Kabel dari %%LT001 sampai IN terminal LIC001.
Dengan cara klik kiri posisi 1 dan double klik pada posisi 2.
c) Kemudian beri kabel terminal OUT pada LIC001 sampai
terminal OUT pada %%CV001.
Gambar 3.15 Wiring function blok
d) Setelah meng-update (File update ), keluar dari Function
Block Detail Builder dengan memilih File toolbar. Exit
Function Block Detail Builder dari
e) Simpan materi tersebut, dari toolbar pilih File Save
3.2.4 Control Window Creation Cara kerja :
1. Dari sistem view pilih folder ENGPJT HIS0164
WINDOW. Folder WINDOW mempunyai file
default window. Buat cascade loop pada CG0001.
2. Double klik pada CG0001 untuk membuka Graphic
Builder. Panel Graphic Builder akan terlihat seperti
dibawah ini:
19
19
Gambar 3.16 Funtion blok
3. Delapan instrument akan terbuat secara default, gunakan
1 instrument sebelah kiri. Klik kiri pada diagram
instrumen yang paling kiri untuk memilih, kemudian
klik kanan untuk memilih Properties dari menu.
20
Gambar 3.17 Faceolate
1. Instrument Diagram akan nampak pada window. Masukkan
LIC001 pada kolom tag name. klik Apply dan tombol OK.
Gambar 3.18 Tagname pada instrument program
21
21
3.2.5 Trend Window Creation (Pembuatan trend window) Cara Kerja :
1. Dari sistem view pilih folder ENGPJT HIS0164
CONFIGURATION.
2. Pada folder CONFIGURATION klik kiri pada trend block
1 TR0001 untuk melakukan pemilihan kemudian klik kanan
dan pilih Properties.
3. Properties pada window akan nampak. Spsifikkan Trend
Format, Sampling Period, dan Trend Block Comment pada
blok TR0001 seperti berikut:
Trend Format :Continuous and Rotary Type
Sampling Period :1 Second
Trend Block Comment :1 sec trend-CAS Control
Gambar 3.19 Pembuatan trend window
Klik tombol OK
4. Trend Acquisition Pen Assignment Builder diaktifkan
dengan melakukan double klik pada TR0001 trend block
22
dari folder CONFIGURATION. Panel Builder akan terlihat
seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.20 Trend Acquation
Spesifikkan trend acquisition pens dari Group01 seperti berikut:
Acquisition Data
1. LIC001.SV
2. LIC001.PV
3. LIC001.MV
23
23
Gambar 3.21 Trend group
5. Ketika pengaturan telah selesai, simpan data tersebut, dari
toolbar pilih File Save Jika terjadi error, keluarlah dari
Trend Acquisition Pen Assignment Builder.
3.2.6 Confirmation of Operation With Test Function
3.2.6.1 Start-up of Test Function Cara Kerja :
1. Dari sistem View pilih folder ENGPJT FCS0101.
Pilih Test Function dari FCS yang terletak pada pada
toolbar.
2. Dialog akan nampak pada window. Klik tombol OK
Proses Test Function Dimulai. Proses operasi meliputi :
men-switch monitoring dan operasi fungsi dengan
cara virtual Test
start up simulator FCS dan
pembuatan data pengkabelan secara otomatis dan
downloading.
Tunggu sampai Download wiring selesai (window sekarang
dikelilingi dengan warna merah.)
24
Gambar 3.22 Pembuatan test function
Untuk mengesahkan bahwa fungsi wiring bekerja dengan
terlibih dahulu direfresh data wiringnya.
Cara Kerja:
1. Pilih Wiring Operation dari Tools pada toolbar window
Test Function
Gambar 3.23 Wiring Operation Function
25
25
2. Wiring Operation-DR0021 akan terlihat pada window,
konfirmasi bahwa data pada kolom Lag. Selain itu
konfirmasi bahwa data pada masing-masing kolom Status
berada pada kondisi ON. Jika ON terdisplay, ini
menunjukkan bahwa operasi wiring sedang berfungsi.
3.2.6.2 Confirmation of Operation by Operation and
Monitoring Function Mengoperasikan cascade loop yang telah dibuat
dengan memanggil kontrol window.
Cara Kerja :
1. Panggil kontrol window CG0001 dari tombol
masukan NAME CG0001 atau dari navigator
window.
Gambar 3.24 Pemanggilan windows
2. Untuk melihat respon system, maka dapat
diapanggil plate LIC001.TUN.
26
Keluar dari Test Function 1. Cara Kerja :
2. 1. Pilih dari toolbar File
3. Exit Test Function dari Test Function Window.
4. 2. Akan ditunjukkan dialog box kemudian Klik tombol
OK. Proses exit akan dimulai.
27
27
Halaman ini sengaja dikosongkan.
28
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon yang cepat
ketika nilai P, I, dan D pada nilai 120, 10, dan 0 dengan set point
20.
Gambar 4.1 Hasil simulasi
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
Garis pink : manipulated variable (MV)
Grafik tersebut memiliki spesifikasi SV = 20 ; D = 0 dengan
nilai P dan I sebagai berikut
1. P = 150 ; I = 10
2. P = 250 ; I = 10
3. P = 120 ; I = 10
1 2 3
29
4.2 Pembahasan
Nilai P, I, dan D terbaik pada nilai 120, 5, dan 0 dengan set
point 100. Psda gambar 4.1 tekihat bahwa sistem memiliki
respon yang cepat, dan tidak terjadi overshooting maupun osilasi.
Dari hasil percobaan maka terlihat bahwa pengendali
proporsional memperngaruhi kecepatan process variable (PV)
mencapai set point (SV). Sedangkan pengendali integral
mempengaruhi lama error. Sementara pengendali derivative
mempengaruhi seberapa besar dan atau lambatnya proses tidak
merespon dengan baik terhadap perubahan keluaran pengendali.
Ketika nilai P dinaikkan maka PV semakin cepat memenuhi PV.
Sementara ketika nilai I dinaikkan maka waktu ketika error
semakin kecil. Sedangkan nilai D tetap nol karena ketika
dilakukan variasi nilai D respon sistem tidak menjukkan hasil
yang optimal. Hal ini karena respon level yang cepat terhadap
waktu. Jadi dari hasil simulasi didapat bahwa pengendali PI
adalah pengendali yag tepat pada pengendalian level.
Kendala yang dialami selama percobaan yaitu dalam mencari
nilai P, I, dan D yang tepat. Hal ini karena keterbatasan dalam
metode trial and error sehingga pratikan hanya bisa tahu nilai P, I
dan D yang optimal berdasarkan respon dari simulasi sehingga
diperlukan variasi yang lebih banyak untuk menentukan nilai P, I
dan D yang optimal. Selain itu perubahan nilai P dan I secara
signifikan mempengaruhi respon sistem. Sehingga harus hati-hati
dalam mencari nilai yang tepat. Agar respon sistem cepat dan
tidak terjadi overshooting maupun osilasi. Untuk memperjelas
perbedaan dari respon sistem terhadap nilai P, I dan D maka
sebaiknya nilai set point dirubah menjadi nol terlebih dahulu
kemudian dirubah ke nilai set point yang diharapkan. Pengendali
PID hanya sesuai pada PV yang tidak mengandung riak (noise) -
seperti temperatur – sehingga pratikan harus memahami
bagaiman hubungan antara PV dengan pengendali PID.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini sebagai berikut.
1. Fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000 Yokogawa
adalah untuk menentukan nilai P, I dan D yang paling
optimal sehingga didapat sistem denganrespon yang cepat
dan error yang kecil.
2. Sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000 yaitu FCS,HIS
atau EWS.
3. Dasar pemrograman Centum CS 3000 adalah function
block. Function block dapat berupa pengendalian level,
temperatur dan lainnya.
4. Nilai P, I dan D yang menunjukkan hasil yang optimal
masing-masing sebesar 120, 20 dan 0 sehingga
pengendali pada level yang tepat adalah pengendali PI.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini sebagai berikut.
1. Pratikan sebaiknya membuat berbagai variasi pada nilai
P, I dan D sehingga didapat hasil yang lebih optimal.
2. Sebelum merubah set point, pratikan sebaiknya
merubahnya ke nol sehingga perbedaan respon sistem
dapat teramati lebih jelas.
31
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. URL http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/
jbptunikompp-gdl-anggajuand-18247-4-babii.pdf diakses
pada tanggal 10 Maret 2014.
[2] SIEMENS. DCS or PLC? URL
http://leadwise.mediadroit.com/files/7405DCS_PLC_WP.
pdf diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
[3] Ismail, Moch. Design of Level Control System In
Oil/Water Separator Based On Distributed Control
System Software Centum CS3000. URL
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13795-
2406100609-Chapter1.pdf diakses pada tanggal 10 Maret
2014.
LAMPIRAN
1. Resume Jurnal
Judul : Analisa Kontrol Level Drum Pada Proses Boiler
Dengan Menggunakan Yokogawa Distributed
Control System (DCS) CS300
Penulis : Jaja Kustija
Penerbit : Jurnal Sinergi
Volume : 13
Nomor : 1
Tahun : 2009
Halaman : 10
Pengatur yang digunakan pada proses boiler adalah
pengatur PID dimana P menyatakan Propotional, I Integral dan D
Derivative. Metode yang digunakan pada DCS adalah
pendistribusian pada unit-unit kontrol, pada setiap unit kontrol
diberikan tugas untuk mengendalikan berbagai jenis loop.
Gambar A.1 Kontrol DCS pada plant Boiler di Pertamina
Secara garis besar DCS CS 3000 terdiri dari HIS/EWS
(Human Interface Unit/Engineering Work Station), FCS dan
jaringan komunikasi. Pada jurnal ini plant yang dikendalikan
difokuskan pada boiler saja. Kondisi awal steam drum memiliki
fluida dengan ketinggian level 30% dan bukaan valve dikontrol
oleh LC 4LIC102. Pada mode MAN nilai set point diset untuk
mengikuti nilai dari input (PV), hal ini dikenal dengan SV
tracking to PV. Kemudian dikenal juga pemakaian dua elemen
kontrol, digunakan pada saat pemakaian beban steam bervariasi.
Dimana disini juga akan diambil data oleh DCS dari variabel
pressure. Pemakaian tiga elemen kontrol dipilih pada saat
kebutuhan steam yang tidak konstan sehingga kebutuhan steam
dari boiler akan dapat di-cover dari boiler yang lain.
2. Pengendali PID pada temperature
Pengendali PID pada setiap sistem berbeda. Ada sisyem yang
dikendalikan dengan pengendali PI, PD dan PID. Pada pengendali
level pengendali yang digunakan adalah pengendali PI hal ini
karena respon level terhadap waktu cepat dan ada riak (noise).
Gambar B.1 menunjukkan bahwa nilai P, I dan D yang tepat
yaitu 200. 25 dan 5 dengan nilai set point sebesar 40. Dari gambar
diatas dapat diambil simpulan bahwa pengendalian PID paling
cocok digunakan pada pengendalian suhu. Hal ini disebabkan
oleh respon temperatur yang lambat terhadap waktu. Selain itu
pengendalian temperature tidak memiliki riak (noise). Berbeda
dengan pressure dan level hanya temperatur yang dapat
dikendalikan pengendali derivative.
Gambar B.1 Hasil simulasi DCS pengendali PID pada
pengendali temperatur.
3. Proportional Integral Derivative (PID)
Pengendali proportional merupakan pengendali yang aksi
kendalinya proporsional terhadap sinyal kesalahan. Pengendali
Propostional mempercepat respon sistem untuk mencapai set
point. Pada pengendali integral, sinyal kendali merupakan
integral atau jumlahan terhadap sinyal kesalahan. Pengendali ini
membawa variabel proses (PV) menuju ke set point (SP) dan
sebagai fungsi lamanya error. Pengendali derivative mengatur
seberapa besar dan atau lambatnya proses tidak merespon dengan
baik terhadap perubahan keluaran pengendali Aksi Derivatif
dilakukan saat ada perubahan laju error (atau slope dari variable
proccess –PV). Pengendali PID pada setiap sistem berbeda.
Pengendali PID tidak dapat digunakan pada semua PV, hanya PV
yang tidak mengandung riak (noise) misalnya temperatur.
4. Elemen Kontrol
Elemen-elemen dalam suatu sistem kontrol proses dapat
dibedakan menjadi proses, sensor (sensing element), transducers,
transmitter, transmission lines, kontroler, final control
element (control valve). Seluruh elemen ini bersama-sama
membentuk suatu sistem control
a. Proses
Proses adalah peralatan (equipment) bersama-sama dengan
reaksi fisis ataupun kimia yang terjadi di dalamnya.
b. Sensor (Sensing Element)
Instrumen-instrumen pengukur (sensor) adalah instrumen-
instrumen yang digunakan untuk pengukuran
(measurement). Variabel-variabel yang diukur
adalah Process Variables (PV). Instrumen ini juga
digunakan untuk memperoleh informasi tentang apa yang
sedang terjadi di dalam suatu proses.
c. Transducers / Transmitter
Beberapa sinyal pengukuran tidak dapat digunakan untuk
aktuasi pengontrolan sebelum dikonversi ke dalam besaran-
besaran fisis tertentu LAM(sinyal elektrik atau sinyal
pneumatik). Setelah dikonversi ke dalam sinyal elektrik
atau pneumatik, sinyal hasil pengukuran tersebut dapat
ditransmisikan dengan mudah dan juga dapat dimengerti
oleh kontroller.
d. Transmission Lines
Saluran transmisi (transmission lines) membawa sinyal
hasil pengukuran oleh sensor dan telah diubah
oleh transducer/transmitter ke kontroler atau dari kontroler
ke final control element.
e. Controller
Controller memperoleh informasi dari measuring
device yaitu sinyalProcess Variable (PV), membandingkan
dengan Set Point (SP), menghitung banyaknya koreksi
yang diperlukan sesuai dengan algoritmanya (P, PI, dan
PID), dan kemudian memutuskan atau mengeluarkan sinyal
koreksi (ManipulatedVariable / MV) untuk ditransmisikan
ke Control Valve.
f. Final Control Element (Control Valve)
Salah satu elemen pengendali akhir yang sering dijumpai
adalah control valve. Elemen ini mengimplementasikan
keputusan yang diambil oleh kontroler. Misalnya, apabila
kontroler “memutuskan” untuk menaikkan laju aliaran
(flowrate) suatu fluida, maka control valve akan membuka
atau menutup untuk mengimplementasikannya.
5. Proportional Band
Proportional Band adalah interval dari measured variable
(MV) dimana pengendali mengambil aksi pengendali
proportional. Jika MV berada pada proportional band maka
output dari final control element berada dalam limit dari aksi
kontrol yang tersedia. Sebaliknya jika MV berada di luar limit
maka output pengendali pada salah satu limit.. Band Proporsional
merupakan persentase perubahan span input yang akan
menyebabkan perubahan 100% output pengendali
PB = Δ input (%span) untuk100% Δ output