laporan resmi oligodinamik

22
 Kelompok : 9A Nama : 1. Rinny Retnoningsih NRP  2313030011 2. Vonindya Khoirunnisa M.N. NRP 2313030021 3. Govindra Okta S.P. NRP  2313030035 4. Zandhika Alfi Pratama NRP  2313030047 Tanggal Percobaan : 4 November 2014  Tanggal Selesai : 4 November 2014 Dosen Pembimbing : Saidah Altway, S.T., M.T., M.Sc Asisten :  Annisa Putri Taranita LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN Modul : Pengaruh Oligodinamik, Antiseptik, dan Desinfektan Terhadap Bakteri Bacillus sp  PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Upload: zandhika-alfi-pratama

Post on 04-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, sepertilogam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperipersenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efekantimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknyaterhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yangbersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulusebelum digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988).Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengangugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011).

TRANSCRIPT

  • Kelompok : 9A

    Nama : 1. Rinny Retnoningsih NRP 2313030011

    2. Vonindya Khoirunnisa M.N. NRP 2313030021

    3. Govindra Okta S.P. NRP 2313030035

    4. Zandhika Alfi Pratama NRP 2313030047

    Tanggal Percobaan : 4 November 2014

    Tanggal Selesai : 4 November 2014

    Dosen Pembimbing : Saidah Altway, S.T., M.T., M.Sc

    .Asisten : Annisa Putri Taranita

    LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    Modul : Pengaruh Oligodinamik, Antiseptik, dan Desinfektan Terhadap Bakteri

    Bacillus sp

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2014

  • I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan pengaruh oligodinamik, antiseptik, dan desinfektan terhadap

    bakteri Bacillus sp adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui dan mengidentifikasi bakteri yang digunakan, dengan pengecatan gram. 2. Tujuan dari oligodinamik yaitu untuk menunjukkan pengaruh logam Al, Cu dan Zn

    terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

    3. Mempelajari pengaruh antiseptik alami ekstrak daun sereh dan desinfektan Cling terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

    4. Membandingkan daya hambat antiseptik kulit manggis, bunga belimbing wuluh dan daun sereh terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

    5. Membandingkan daya hambat desinfektan Cif, S.O.S, dan Cling terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

    I.2. Dasar Teori

    I.2.1 Daya Oligodinamik

    Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, seperti

    logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi

    persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek

    antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya

    terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang

    bersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu

    sebelum digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988).

    Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan

    gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011).

    I.2.2 Antiseptik dan Desinfektan

    Antiseptik merupakan zat yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan

    jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Menurut Margono

    (1993), terdapat beberapa bahan yang sering digunakan sebagai antiseptik, antara lain:

    1. Alkohol, efektif digunakan dengan kepekatan 50-70 %, untuk memecah protein yang ada dalam kuman penyakit sehingga pertumbuhannya terhambat.

    2. Asam dan alkali, penggunaannya sama dengan alkohol. 3. Air raksa, Arsenikum dan Argentum, yang bekerja melalui sistem enzim pada kuman

    penyakit.

    4. Pengoksida, juga bekerja pada sistem enzim kuman penyakit. Terdiri dari iodium untuk desinfektan kulit dan chlor untuk desinfektan air minum.

    Sifat antiseptik yang ideal adalah memiliki efektivitas germisid yang tinggi, bersifat

    letal terhadap mikroorganisme, kerjanya cepat dan tahan lama, spektrum sempit terhadap

    infeksi mikroorganisme yang sensitif, tegangan permukaan yang rendah untuk pemakaian

    topical, indeks terapi tinggi dan hal ini merupakan faktor penentu penggunaan antiseptik,

    tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topical, tidak merangsang terjadinya

    reaksi alergi, tidak diabsorpsi, tidak merangsang kulit maupun mukosa, toksisitas atau daya

    absorpsi melalui kulit dan mukosa rendah, efek kerjanya cepat dan bertahan lama,

    efektivitasnya tidak terpengaruh oleh adanya darah, dan memiliki spektrum luas yang

    artinya efektif untuk membunuh bakteri, virus, jamur, dan sebagainya. Sampai saat ini

    belum ada antiseptik yang ideal, tidak jarang bersifat toksik bagi jaringan, menghambat

    penyembuhan luka, dan menimbulkan sensitivitas (Darmadi, 2008).

    Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya

    infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    I-2

    kuman penyakit lainnya. Jenis desinfektan yang biasa digunakan adalah chlor atau

    formaldehid. Jenis ini lebih efektif bila dicampur dengan air terutama dalam pembuatan es.

    Untuk menjaga kualitas ikan penggunaan chlor sebanyak 0,05 % atau 0,5 gram/liter air

    sangat efektif (Margono, 1993).

    I.2.3 Pengecatan Gram

    Salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas

    digunakan untuk mengidentifikasi bakteri ialah pewarnaan gram. Dalam proses ini, olesan

    bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : ungu kristal, larutan yodium,

    alkohol (bahan pemucat), dan safranin atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai.

    Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu

    diantaranya, bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu kristal dan karenanya

    tampak ungu tua. Kelompok yang lain, bakteri gram negative, kehilangan ungu Kristal

    ketika dicuci dengan alcohol, dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah

    safranin, tampak berwarna merah. Langkah-langkah dalam prosedur serta hasilnya

    (Pelczar, 1986)

    Kegunaan pengecatan terhadap bakteri adalah untuk memperjelas bentuk dan jenis

    bakteri, memperjelas bagian dalam dari suatu bakteri. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengecatan yaitu fiksasi, substrat, intensitas pewarnaan, zat warna penutup, dan dekolori-

    pada setiap tahap dirangkum dalam table berikut (Pelczar, 1986).

    Tabel 1. Pewarnaan Gram

    LARUTAN DAN

    URUTAN

    PENGGUNAAN

    REAKSI DAN TAMPANG BAKTERI

    Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif

    Ungu Kristal (UK) Sel berwarna ungu Sel berwarna ungu

    Larutan Yodium

    Kompleks UK-Y terbentuk

    di dalam sel. Sel tetap

    berwarna ungu

    Kompleks UK-Y terbentuk di

    dalam sel. Sel tetap berwarna

    ungu

    Alkohol

    Dinding sel mengalami

    dehidrasi, pori-pori menciut,

    daya rembes dinding sel dan

    membrane menurun, UK-Y

    tidak dapat keluar dari sel.

    Sel tetap ungu

    Lipid terekstraksi dari dinding

    sel, pori-pori mengembang,

    kompleks UK-Y keluar dari sel.

    Sel menjadi tak berwarna.

    Safranin Sel tidak terpengaruhi, sel

    tetap ungu

    Sel menyerap zat pewarna ini,

    sel menjadi merah

    Gambar 1. Pengecatan Gram

  • II-1

    BAB II

    METODOLOGI PERCOBAAN

    II.1 Variabel Percobaan

    Variabel yang digunakan dalam percobaan ini terdiri atas:

    1. Waktu Percobaan Variabel waktu yang digunakan untuk percobaan ini yaitu selama 24 jam, 48 jam, dan

    72 jam

    2. Logam yang Digunakan Logam yang digunakan dalam percobaan ini adalah Al, Cu dan Zn

    3. Antiseptik dan Desinfektan Antiseptik yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak daun sereh

    (Cymbopogon Citratus) yang telah melalui proses pre treatment terlebih dahulu dengan cara direbus dan diambil ekstraknya. Sedangkan untuk desinfektan yang digunakan

    dalam percobaan ini adalah Cling yang kandungannya tidak disebutkan pada

    kemasannya.

    II.2 Bahan yang Digunakan 1. Agar Batang 2. Alkohol 3. Aquadest 4. Larutan C.C.V 5. Larutan Lugol 6. Nutrient Agar 7. Larutan Safranin 8. Suspensi Bakteri II.3 Alat yang Digunakan 1. Autoklaf 2. Beaker Glass 3. Bunsen 4. Cawan Petridish 5. Deck Glass 6. Encast 7. Gelas Ukur 8. Inkubator 9. Jarum Ose

    10. Kaca Objek 11. Kertas Coklat 12. Kertas Saring 13. Mikroskop 14. Pipet Tetes II.4 Prosedur Percobaan

    II.4.1 Pretreatment Bahan untuk Antiseptik

    1. Membersihkan daun Sereh terlebih dahulu dengan air, kemudian ditiriskan. 2. Mengeringkan daun Sereh dalam suhu ruang. 3. Menghancurkan daun Sereh dengan menggunakan blender dan menambahkan aquadest

    sebanyak 20 mL.

    4. Menyaring partikel solid daun Sereh yang masih tercampur dalam campuran ekstrak daun Sereh.

    5. Mengambil hasil penyaringan campuran ekstrak daun Sereh untuk digunakan dalam percobaan.

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    II-2

    II.4.2 Sterilisasi Alat

    1. Mencuci alat dengan sabun dan membilasnya dengan air. 2. Mencuci alat dengan alkohol 96%. 3. Membungkus alat dengan kertas cokelat dengan bagian halus ada di dalam. 4. Memasukkan dalam autoclaft hingga suhu 121oC selama 15 menit. II.4.3 Pembuatan Media Padat

    1. Menimbang 3,9 gram Nutrient Agar, 6 gram agar slant dan menyiapkan aquadest 100 ml.

    2. Melarutkan 3,9 Nutrient Agar ke dalam aquadest 100 ml kemudian memanaskannya didalam panci, setelah panas tambahkan 6 gram agar slant kemudian mengaduknya

    hingga homogen.

    3. Memasukkannya ke dalam encast. Setelah agak hangat kemudian menambahkan suspensi bakteri sebanyak 3 ml. Mengaduknya hingga merata.

    4. Membaginya ke dalam 5 buah petridish masing-masing 15 ml. II.4.4 Percobaan Oligodinamik

    1. Memotong logam Al, Cu dan Zn dengan diameter 2 cm. 2. Mensterilkan Al, Cu dan Zn dengan menyemprotkan alkohol 96%. 3. Meletakkan logam ke dalam petridish yang sudah diiisi suspensi bakteri. 4. Menginkubasi petridish yang berisi media agar dan logam selama 24 jam, 48 jam, dan

    72 jam.

    5. Mengamati pada variabel waktu untuk mengamati warna media, bentuk koloni, warna zona bebas bakteri, dan zona bebas bakteri.

    II.4.5 Percobaan Antiseptik dan Desinfektan

    1. Memotong kertas saring dengan diameter 2 cm. 2. Mencelupkan ke dalam larutan desinfektan (Cling) dan antiseptik (Ekstrak daun sereh). 3. Menaruh dalam petridish yang berisi media padat yang telah diisi suspensi bakteri. 4. Memasukkan dalam inkubator. 5. Setelah dalam interval waktu tertentu (24 jam, 48 jam, dan 72 jam) kemudian mengukur

    zona bebas bakteri dari masing-masing petridish.

    II.4.6 Pengecatan Bakteri Menurut Gram

    1. Mengambil sebuah kaca objek, membersihkannya dengan alkohol 96% lalu mengeringkannya.

    2. Meneteskan aquadest pada kaca objek. 3. Membakar jarum ose hingga berpijar, lalu mengambil sedikit suspensi bakteri dan

    meletakkan pada tetesan aquadest yang terletak pada kaca objek, lalu meratakannya.

    4. Mengeringkan tetesan aquadest yang bercampur suspensi bakteri. Bisa dengan api bunsen dengan jarak 20-30 cm di atasnya.

    5. Meneteskan zat warna C.C.V (Carbon Crystal Violet) lalu mendiamkan selama 3 menit dan membuangnya (jangan dicuci).

    6. Meneteskan larutan lugol, mendiamkan 1 menit dan membuangnya (jangan dicuci). 7. Mencuci dengan alkohol 96 %. 8. Meneteskan larutan safranin, lalu membilas dengan aquadest. 9. Mengamati dengan menggunakan mikroskop.

  • III-1

    BAB III

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    III.1 Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Pengecatan Gram

    Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan

    spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,

    berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan

    penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella

    pneumoniae. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)

    ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi

    berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua

    tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Lestari, 2013).

    Kegunaan pengecatan terhadap bakteri adalah untuk memperjelas bentuk dan jenis

    bakteri, memperjelas bagian dalam dari suatu bakteri. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengecatan yaitu fiksasi, substrat, intensitas pewarnaan, zat warna penutup, dan dekolori-

    sator (peluntur cat) (Dyah, 1997).

    Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil

    ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna

    ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Bakteri

    gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses

    pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,

    sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara

    kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri

    (Lestari, 2013).

    Gambar 2. Hasil Pengecatan Bakteri Gram

    Pada percobaan pengecatan gram bahan yang digunakan yaitu suspensi bakteri,

    aquadest, alkohol, larutan C.C.V, larutan lugol, dan larutan safranin. Prosedur percobaan

    pengecatan gram adalah mengambil sebuah kaca objek dan membersihkannya dengan

    alkohol lalu mengeringkannya. Meneteskan aquadest pada kaca objek. Membakar jarum

    ose hingga berpijar lalu mengambil suspensi bakteri dengan menggunakan jarum ose

    tersebut. Suspensi bakteri yang telah diambil diletakkan pada kaca objek yang telah diberi

    aquadest kemudian melakukan proses fiksasi dengan cara memanaskan campuran aquadest

    dan suspensi bakteri di atas bunsen dengan jarak 20-30 cm di atasnya dan menunggu

    hingga kering. Tujuan dari fiksasi adalah mencegah mengkerutnya globula-globula protein

    sel, melekatkan bakteri diatas objek, dan membunuh mikroba secara tepat dengan tidak

    merusak struktur sel. Selanjutnya meneteskan larutan C.C.V lalu didiamkan selama 1

    menit dan membuang larutan C.C.V tersebut. Larutan C.C.V berfungsi untuk mewarnai

    seluruh sel. Hasil dari pemberian larutan C.C.V yaitu seluruh sel bakteri menjadi ungu.

    Meneteskan larutan lugol lalu didiamkan selama 1 menit dan membuang larutan lugol

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-2

    tersebut. Larutan lugol berfungsi untuk membuat zat warna terikat lebih kuat pada jaringan

    sel dengan membentuk kompleks Kristal violet-Iodin sehingga sulit dihilangkan oleh

    bahan dekolorisasi. Selain itu penambahan larutan lugol juga berfungsi agar sel-sel bakteri

    dapat diwarnai lebih intensif sehingga akan menyebabkan zat pewarna pada sel terikat

    lebih kuat pada jaringan sel. Hasil dari pemberian larutan lugol yaitu warna sel bakteri

    tetap terlihat berwarna ungu. Melakukan proses dekolorisasi dengan cara mencuci kaca

    objek dengan larutan alkohol. Tujuan dari dekolorisasi berfungsi untuk memucatkan warna

    ungu yang sudah menempel pada sel bakteri. Tahap selanjutnya yaitu pemberian cat

    penutup dengan cara meneteskan larutan safranin pada kaca objek. Hasil dari pemberian

    larutan safranin apabila bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif maka bakteri akan

    berwarna ungu, dan apabila bakteri termasuk bakteri gram negatif maka seluruh sel bakteri

    menjadi merah. Setelah pemberian cat penutup, kaca objek dibilas dengan aquadest.

    Kemudian mengamati warna bakteri dan bentuk bakteri.

    Berdasarkan hasil pengecatan tersebut, bakteri yang digunakan memiliki

    karakteristik diantaranya bentuknya oval, tubuhnya seperti berserat, dan berwarna merah

    setelah dilakukan pengecatan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bakteri yang

    digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri gram negatif. Hal ini dapat dilihat dari

    persamaan karakteristik bakteri yang digunakan dengan bakteri gram, yaitu bakteri gram

    negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan

    sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau

    safranin akan tampak berwarna merah. Berdasarkan karakteristik morfologinya yang warna

    koloni sebelum pewarnaan adalah krem, berbentuk basil atau kapsul, permukaan nampak

    kasar dan tidak berlendir, dan termasuk bakteri gram negatif, maka dalam percobaan ini,

    bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus sp (Scetzer, 2006).

    III.2 Pengaruh Daya Oligodinamik Terhadap Bakteri Gram

    Oligodinamik adalah proses penghambatan ion logam terhadap pertumbuhan

    mikroba. Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan

    enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Daya antimikroba dari logam berat, dimana

    pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik.

    Oligodinamik merupakan kerja germisid dari ion logam dalam kadar rendah sekali

    (Tjay, 2007). Germisid atau germisida sendiri adalah penghambat perkembangbiakan

    bakteri penyebab busuk (Sarwono, 2002) atau suatu zat yang dapat menghancurkan

    mikroorganisme, termasuk didalamnya: bakterisid, fungisid, virusid, dan amubisid

    (Rahardjo, 2004). Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil

    saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik (Zaldi, 2009). Daya ini timbul

    karena logam dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel.

    Logam berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zn, dan Cu (Dee, 2010). Ion-ion

    logam berat pada kadar yang sangat rendah bersifat toksik terhadap mikrobia, karena ion-

    ion dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel (Najib, 2012).

    Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan

    gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011). Banyak zat

    kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme seperti logam berat

    sampai pada molekul organik yang kompleks seperi persenyawaan ammonium kuartener.

    Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan

    berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga

    berbeda-beda, ada yang serasi ada yang bersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui

    perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penerapan praktis

    tertentu (Pelczar, 1988).

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-3

    Dengan cara kerja dari logam Cu yaitu beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen

    dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel

    bakteri, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi

    dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga

    jasad renik mengalami kematian (Marbun, 2014). Pada logam Zn dapat diambil contoh yaitu

    Zinc pyrithione. Zinc pyrithione adalah suatu senyawa yang digunakan sebagai anti bakteri,

    anti jamur topical dan anti seboroik. Efek antifungal pada zinc pythirione bekerja dengan

    cara mengganggu transport sel melalui blok pompa proton yang berfungsi dalam

    mekanisme transport. Penelitian terbaru menunjukan bahwa zinc menimbulkan kekurangan

    besi pada substrat. Zinc pythirione memiliki spektrum luas dan sangat efektif dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri (Oktaviana, 2012). Berdasarkan literatur yang ada

    menyebutkan bahwa mekanisme logam aluminium dapat menghambat pertumbuhan

    bakteri dimana aluminium dalam bentuk aluminium chlorida dalam air atau mereaksikan

    hidrogen chlorida dalam air dengan alumina hidrid yang dapat menghambat pertumbuhan

    bakteri sehingga sering dipakai sebagai deodorant dan antiseptik serta sebagai bahan

    pengawet kayu-kayuan (Priggodigdo, 2013).

    Pada percobaan oligodinamik bahan yang digunakan yaitu nutrient agar, agar batang,

    suspensi bakteri, aquadest, logam Al, logam Cu, dan logam Zn dengan diameter 2 cm.

    Prosedur percobaan oligodinamik adalah pertama proses pembuatan media. Selanjutnya

    memotong logam Al, logam Cu, dan logam Zn dengan diameter 2 cm. Meletakkan logam

    ke dalam petridish yang telah terisi oleh media. Selanjutnya menginkubasi petridish yang

    berisi media dan logam selama 24, 48, dan 72 jam. Kemudian melakukan pengamatan

    terhadap keadaan logam, keadaan media, keadaan bakteri, zona bebas bakteri, dan zona

    bakteri.

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik Logam Al

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 Jam

    -Keadaan Logam :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning dan

    media terbagi menjadi

    daerah bebas bakteri

    dan bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,7 cm 2,8 cm

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-4

    48 Jam

    -Keadaan Logam :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning dan

    media terbagi menjadi

    zona bebas bakteri dan

    bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,5 cm 3 cm

    72 Jam

    -Keadaan Logam :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning media

    terbagi menjadi zona

    bebas bakteri dan

    bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,5 cm 3 cm

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik Logam Cu

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 jam

    Logam Cu:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Bagian logam dan

    sekelilingnya tidak

    ditumbuhi bakteri

    karena letak logam

    terlalu dalam hingga

    ke permukaan bawah

    -Bakteri menyebar

    seperti kerak dan

    berwarna putih

    0,5 cm 3,5 cm

    r

    R

    r

    R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-5

    48 jam

    Logam Cu:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Bagian logam dan

    sekelilingnya tidak ditumbuhi bakteri

    -Bakteri menyebar

    lebih merata seperti

    kerak dan berwarna

    putih.

    0,6 cm 3,4 cm

    72 jam

    Logam Cu:

    - Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Bagian logam dan

    sekelilingnya tidak

    ditumbuhi bakteri

    -Bakteri menyebar

    lebih merata seperti

    kerak dan berwarna

    putih

    0,8 cm 3,2 cm

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik Logam Zn

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 jam

    Logam Zn:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Bagian logam dan

    sekelilingnya tidak

    ditumbuhi bakteri

    karena letak logam

    terlalu dalam hingga

    ke permukaan

    bawah

    -Bakteri menyebar

    seperti kerak dan

    berwarna putih

    0,5 cm 3 cm

    r R

    r R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-6

    48 jam

    Logam Zn:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Bagian logam dan

    sekelilingnya tidak

    ditumbuhi bakteri

    -Bakteri menyebar

    lebih merata seperti

    kerak dan berwarna

    putih

    0,3 cm 3 cm

    72 jam

    Logam Zn:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata di permukaan

    -Daerah logam dan

    sekelilingnya tidak

    ditumbuhi

    -Bakteri berwarna

    putih dan

    strukturnya bercak-

    bercak putih seperti

    jamur.

    0,3 cm 3 cm

    Dari hasil pengamatan logam Al dengan variable waktu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam

    didapatkan bahwa pada variabel waktu 72 jam logam Aluminium (Al) memiliki daya

    hambat bakteri yang lebih besar dibandingkan dengan variabel waktu lainnya. Hal ini

    ditunjukkan dengan zona bebas bakteri sebesar 0,7 cm.

    Mekanisme logam aluminium dapat menghambat pertumbuhan bakteri dimana

    aluminium dalam bentuk aluminium chlorida dalam air atau mereaksikan hidrogen

    chlorida dalam air dengan alumina hidrid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

    sehingga sering dipakai sebagai deodorant dan antiseptik serta sebagai bahan pengawet

    kayu-kayuan (Priggodigdo, 2013).

    Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan logam Cu dengan zona bebas bakteri

    sebesar 0,8 cm pada variabel 72 jam. Selain itu keadaan media pada variable waktu 72 jam

    lebih sedikit ditumbuhi bakteri jika dibandingkan dengan variable waktu yang lain.

    Keadaan bakteri yang tumbuh dari waktu ke waktu juga semakin berkurang, ditunjukkan

    dengan semakin kecilnya zona bakteri. Bakteri yang tumbuh berwarna putih seperti jamur

    dan tersebar merata di permukaan media.

    Berdasarkan literatur, logam Cu memiliki karakteristik dapat mempresipitasikan

    enzim-enzim atau protein esensial dalam sel (Zaldi, 2009), logam Cu pada kadar rendah

    juga dapat menjadi racun (toksis).

    Mekanisme kerja dari logam Cu dalam menghambat pertumbuhan bakteri sama

    dengan kerja antibiotik yaitu menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas

    membran sel, menghambat sintesis protein. Dibandingkan dengan hasil pengamatan untuk

    mengetahui logam Cu apakah dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara maksimum,

    maka digunakan pembanding logam Zn.

    Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan logam Zn dengan zona bebas bakteri

    sebesar 0,3 cm pada variabel 72 jam. Selain itu keadaan media yang ditumbuhi bakteri

    pada variable 72 jam sama luas zona bakterinya dengan variable yang lainnya, yaitu 3 cm.

    r

    R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-7

    Hal ini menunjukkan efektifitas daya oligodinamik dari logam Zn tersebut dari waktu ke

    waktu sama. Keadaan bakteri yang tumbuh dari waktu ke waktu juga semakin bertambah.

    Bakteri yang tumbuh berwarna putih seperti jamur dan tersebar merata di permukaan

    media. Hal ini berbeda dengan literatur yang menunjukkan bahwa logam Zn memiliki daya

    oligodinamik yang baik. Kesalahan ini disebabkan karena dalam penempatan logam Zn

    terlalu dalam hingga ke dasar permukaan. Sehingga efektifitas daya oligodinamik logam

    Zn tersebut terhambat oleh tumpukan medianya itu sendiri.

    Pada logam Zn dapat diambil contoh yaitu Zinc pyrithione. Zinc pyrithione adalah

    suatu senyawa yang digunakan sebagai anti bakteri, anti jamur topikal dan anti seboroik.

    Efek antifungal pada zinc pythirione bekerja dengan cara mengganggu transport sel

    melalui blok pompa proton yang berfungsi dalam mekanisme transport. Penelitian terbaru

    menunjukan bahwa zinc menimbulkan kekurangan besi pada substrat. Zinc pythirione

    memiliki spektrum luas dan sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

    (Oktaviana, 2012).

    Berdasarkan literatur, logam Zn memiliki karakteristik sebagai sumber-sumber

    mikro nutrient yang penting bagi bakteri (Nurita, 2010). Selain itu logam Zn juga memiliki

    sifat atau kemampuan antibakteri (Pranowo, 2009).

    Dari ketiga hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa logam Cu lebih

    resisten daripada logam Zn dan Al yang ditunjukkan dengan zona bebas bakteri sebesar 0,8

    cm serta keadaan media yang tetap atau tidak berubah dan bakteri yang tumbuh tidak

    begitu signifikan dalam media. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa

    logam Cu memiliki keunggulan dibandingkan dengan logam Zn diantaranya logam Cu

    lebih peka terhadap bakteri, bersifat racun atau toksik. Sedangkan logam Zn merupakan

    sumber nutrient yang penting bagi mikroba sehingga justru menjadi tempat bertumbuhnya

    mikroba (Nurita, 2010).

    III.3 Pengaruh Antiseptik Terhadap Bakteri Gram

    Antiseptik adalah desinfektan yang nontosik karena digunakan untuk kulit, mukosa,

    atau jaringan hidup lainnya. Antiseptik harus memiliki persyaratan yaitu memiliki

    spektrum luas (efektif membunuh mikroorganisme); tidak merangsang kulit maupun

    mukosa; toksisitas atau daya absorbsi melalui kulit dan mukosa rendah; efek kerjanya

    cepat dan bertahan lama; dan efektivitasnya tidak terpegaruh oleh adaya darah (Darmadi, 2008).

    Tujuan dari percobaan antiseptik yaitu untuk mempelajari pengaruh antiseptik

    alami bahan daun Binahong, daun Kersen, dan daun Pepaya terhadap pertumbuhan bakteri

    Bacillus sp.

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-8

    Tabel 5. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Antiseptik Ekstrak Daun Sereh

    (Cymbopogon citratus)

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    bebas

    Bakte

    ri

    Zona

    Bakte

    ri

    24 jam

    Ekstrak Daun Sereh:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Media di sekeliling

    terdekat dari

    antiseptic tidak

    ditumbuhi bakteri

    -Bakteri yang tumbuh

    berwarna putih

    berkoloni seperti

    jamur

    1 cm 2 cm

    48 jam

    Ekstrak Daun Sereh:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Antiseptic dan

    sekitarnya tidak

    ditumbuhi bakteri dan

    sekat antar keduanya

    semakin jelas

    -Bakteri yang tumbuh

    berwarna putih dan

    seperti jamur

    1 cm 2 cm

    72 jam

    Ekstrak Daun Sereh:

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Daerah sekeliling

    antiseptic tidak

    nampak ditumbuhi

    bakteri

    -Bakteri yang tumbuh

    berwarna putih

    seperti jamur

    0,7 cm 2,5 cm

    r

    R

    r R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-9

    Tabel 6. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Antiseptik Kulit Manggis

    (Garcinia mangostana)

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 jam

    -Keadaan antiseptik :

    dikelilingi oleh bakteri.

    -Keadaan Media :

    berwarna kekuningan.

    Tidak terlihat zona

    bebas bakteri.

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh banyak

    pada zona bakteri

    0 cm 3,5 cm

    48 jam

    -Keadaan antiseptik :

    dikelilingi oleh bakteri.

    -Keadaan Media :

    berwarna kekuningan.

    Tidak terlihat zona

    bebas bakteri.

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh banyak

    pada zona bakteri

    0 cm 3,5 cm

    72 jam

    -Keadaan antiseptik :

    dikelilingi oleh bakteri.

    -Keadaan Media :

    berwarna kekuningan.

    Tidak terlihat zona

    bebas bakteri.

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh banyak

    pada zona bakteri

    0 cm 3,5 cm

    Tabel 7. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Antiseptik Ekstrak Bunga Belimbing

    Wuluh

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 Jam

    -Keadaan Antiseptik :

    Masih tetap

    -Keadaan Media :

    Media dari variabel

    tersebut tidak terbentuk

    zona anti bakteri

    namun terdapat

    perbedaan warna yang

    samar dimana ada

    warna yang lebih cerah

    ditumbuhi oleh bakteri.

    0 cm

    4 cm

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-10

    -Keadaan bakteri dalam

    media :

    Bakteri tersebut

    membentuk koloni-

    koloni yang berwarna

    cerah dan memenuhi

    media

    48 Jam

    -Keadaan Antiseptik :

    masih dalam keadaan

    yang baik, sama seperti

    variabel 24 jam.

    -Keadaan Media :

    Media dari variabel

    mulai mengalami

    peningkatan populasi

    dan tidak terbentuk

    zona bebas bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri meningkat,

    kerapatannya semakin

    tinggi

    0 cm 4 cm

    72 Jam

    -Keadaan antiseptik :

    masih dalam keadaan

    yang sama seperti

    variabel-variabel

    sebelumnya

    -Keadaan Media :

    Sama seperti kondisi

    variabel 48 jam

    -Keadaan Bakteri:

    Sama seperti kondisi 48

    jam.

    0 cm 4 cm

    Pada percobaan antiseptik bahan yang digunakan yaitu daun sereh, daun belimbing

    wuluh, dan kulit manggis. Prosedur percobaan oligodinamik adalah pertama proses

    pembuatan media. Selanjutnya memotong kertas saring dengan diameter 2 cm. Meletakkan

    kertas saring yang telah diberi sampel ke dalam petridish yang telah terisi oleh media

    setelah media semi padat. Selanjutnya menginkubasi petridish yang berisi media dan kertas

    saring selama 24, 48, dan 72 jam. Kemudian melakukan pengamatan terhadap keadaan

    kertas saring, keadaan media, keadaan bakteri, zona bebas bakteri, dan zona bakteri.

    Sereh (Cymbopogon citratus) adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Di

    Indonesia, spesies yang lebih dikenal adalah West Indian Lemongrass dan masyarakat

    umumnya menggunakannya sebagai campuran bumbu dapur dan rempah-rempah karena

    mempunyai aroma khas seperti lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang

    terkandung dalam minyak atsiri sereh. Leung (1980) dalam Mamun dan Nurdjannah (1993) mengutarakan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam sereh dapur memiliki

    khasiat sebagai antijamur dan antibakteri (Sumiartha, 2013).

    Dalam percobaan ini digunakan antiseptik ekstrak daun sereh dengan diameter 2

    cm yang diketahui memiliki sifat atau kemampuan yang mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri dengan cara gugus hipofilik dan hidrofilik, antiseptik.

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-11

    Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa pada variabel 24 jam, 36 jam,

    dan 72 jam antiseptik ekstrak daun sereh memiliki daya hambat bakteri yang sama besar

    dengan variabel waktu lainnya jika ditinjau dari jarak zona bebas bakteri dan zona bakteri.

    Namun, jika ditinjau dari efektifitasnya, pada variable waktu 72 jam antiseptic lebih

    optimal menghambat pertumbuhan bakteri, dengan terlihatnya semakin jelas batas antar

    zona. Hal ini ditunjukkan dengan zona bebas bakteri sebesar 0,7 cm. Selain itu

    keadaan media yang ditumbuhi bakteri pada variable 72 jam sama luas zona bakterinya

    dengan variable yang lainnya, yaitu 2,5 cm. Namun, bakteri pada variable waktu 72 jam

    lebih banyak. Hal ini menunjukkan efektifitas dari antiseptic ekstrak daun sereh tersebut

    dari waktu ke waktu semakin besar, meskipun pertambahannya tidak begitu nampak

    dengan jelas. Bakteri yang tumbuh berwarna putih seperti jamur dan tersebar merata di

    permukaan media. Hal ini sesuai dengan literatur yang menunjukkan bahwa antiseptik

    ekstrak daun sereh memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri yang baik.

    Dalam percobaan ini digunakan ekstrak bunga belimbing wuluh sebagai antiseptik

    dengan diresapkan pada kertas saring berdiameter 2 cm yang diketahui memiliki sifat atau

    kemampuan menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dengan cara

    mengkontakannya. Sebelum dilakukan percobaan, bahan terlebih dahulu melalui proses

    pre-treatment dengan cara diresapkan dengan menggunakan kertas saring untuk lebih

    memudahkan pengujian. Kemudian setiap kertas saring tersebut diletakkan pada media

    yang telah ditanam bateri. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa pada kulit manggis tidak

    memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri yang konstan. Sebab, tidak ada batas zona

    bebas bakteri. Dimana semua bagian petridish ditumbuhi oleh bakteri. Hal ini tidak sesuai

    dengan literatur yang ada menurut Poeloegan (2010) yang mana di dalam kulit manggis

    mengandung tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid dan kuinon yang mana zat tersebt dapat

    menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri. Untuk banyaknya bakteri yang ada

    pada media, variabel dengan banyak bakteri terbanyak terdapat pada variabel 72 jam.

    Kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan, untuk mengetahui antiseptik

    ekstrak daun sereh apakah dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara maksimum,

    maka digunakan pembanding desinfektan Cling. Berdasarkan hasil pengamatan, didapat

    hasil yang ditampilkan dalam Tabel 8.

    Dari ketiga hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa antiseptik alami

    baik daun sereh, kulit manggis dan daun belimbing wuluh, daun sereh lebih resisten

    terhadap bakteri daripada daun belimbing wuluh dan kulit manggis. Hal ini ditunjukkan

    dengan zona bebas bakteri sebesar 0,7 cm serta keadaan media yang tetap atau tidak

    berubah. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa ekstrak daun binahong

    yang digunakan mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, quinon, fenolik dan

    flavonoid. Golongan senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa bioaktif dalam

    tanaman, sehingga diduga berpotensi sebagai antibakteri (Qamarul, 2014).

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-12

    III.4 Pengaruh Disinfektan Terhadap Bakteri Gram

    Tujuan dari percobaan desinfektan yaitu untuk mempelajari pengaruh desinfektan

    bahan WPC, Molta Anti Bacterial, dan Dettol terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

    Desinfektan adalah suatu zat yang mencegah infeksi dengan menghancurkan

    mikroorganisme patogen, terutama istilah ini digunakan pada benda-benda mati (Rahardjo,

    2004). Sifat desinfektan yang ideal adalah memiliki efektivitas germisid yang tinggi,

    spektrum antimikroba luas meliputi spora, bakteri, fungi, virus, dan protozoa, efek letalnya

    cepat dan dapat dicapai walau terdapat bahan organik sehingga kemungkinan adanya

    resistensi dapat dicegah, dapat menembus ke celah rongga dan ke lapisan bawah organik,

    sifat kimiawi dan fisik stabil sehingga dapat bercampur dengan sabun dan substansi kimia

    lain, faktor estetika seperti bau dan warna kadang merupakan faktor penentu untuk

    pemakaian desinfektan, dan harga murah dan mudah didapat (Rahardjo, 2004).

    Tabel 8. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Desinfektan Cling

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 jam

    Cling

    (anti bacteria):

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Daerah di atas dan di

    sekeliling desinfektan

    tidak ditumbuhi

    bakteri -Bakteri yang

    tumbuh berwarna

    putih seperti jamur

    0,3 cm 3 cm

    48 jam

    Cling

    (anti bacteria):

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Daerah di sekitar

    desinfektan tidak

    ditumbuhi bakteri dan

    jarak antar zona lebih

    jelas

    -Bakteri yang tumbuh

    berwarna putih

    seperti jamur

    0,2 cm 3 cm

    72 jam

    Cling

    (anti bacteria):

    -Media ditumbuhi

    bakteri yang tersebar

    merata

    -Daerah di sekitar

    desinfektan tidak

    nampak ditumbuhi

    bakteri dan jarak

    0,2 cm 2,7 cm

    r

    R

    r

    R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-13

    antar zona lebih jelas

    -Bakteri yang tumbuh

    berwarna putih

    seperti jamur

    Tabel 9. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Desinfektan Cif

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 Jam

    Keadaan Desinfektan :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning media

    terbagi menjadi zona

    bebas bakteri dan

    bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,8 cm 2,45 cm

    48 Jam

    Keadaan Desinfektan :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning media

    terbagi menjadi zona

    bebas bakteri dan

    bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,6 cm 2,45 cm

    72 Jam

    Keadaan Desinfektan :

    Tidak ada perubahan

    -Keadaan Media :

    Bewarna kuning media

    terbagi menjadi zona

    bebas bakteri dan

    bakteri

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri tumbuh

    berkoloni di seluruh

    zona bakteri. Kecil-

    kecil dan bewarna putih

    bintik-bintik

    0,6 cm 2,45 cm

    r

    R

    r

    R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-14

    Tabel 10. Hasil Pengamatan Daya Oligodinamik pada Desinfektan S.O.S

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    Bakteri

    Zona

    Bakteri

    24 Jam

    -Keadaan Desinfektan :

    Masih tetap

    -Keadaan Media :

    Media dari variabel

    tersebut mulai

    terbentuk zona anti

    bakteri dan perbedaan

    warna yang samar

    dimana ada warna yang

    lebih cerah ditumbuhi

    oleh bakteri.

    -Keadaan bakteri dalam

    media :

    Bakteri tersebut

    membentuk koloni-

    koloni yang berwarna

    cerah

    0,7 cm

    3,1 cm

    48 Jam

    -Keadaan Desinfektan :

    masih dalam keadaan

    yang baik, sama seperti

    variabel 24 jam.

    -Keadaan Media :

    Media dari variabel

    mulai mengalami

    peningkatan populasi

    -Keadaan Bakteri :

    Bakteri meningkat,

    kerapatannya semakin

    tinggi

    0,6 cm 3,2 cm

    72 Jam -Keadaan desinfektan :

    S.O.S. masih dalam

    keadaan yang sama

    seperti variabel-

    variabel sebelumnya

    -Keadaan Media :

    Sama seperti kondisi

    variabel 48 jam

    -Keadaan Bakteri:

    Sama seperti kondisi 48

    jam.

    0,6 cm 3,2 cm

    Dalam percobaan ini digunakan S.O.S sebagai desinfektan dengan diresapkan pada

    kertas saring berdiameter 2 cm yang diketahui memiliki sifat atau kemampuan

    menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dengan cara mengkontakannya.

    Sebelum dilakukan percobaan, bahan terlebih dahulu melalui proses pre-treatment dengan

    cara diresapkan dengan menggunakan kertas saring untuk lebih memudahkan pengujian.

    Kemudian setiap kertas saring tersebut diletakkan pada media yang telah ditanam bakteri.

    r

    R

    r

    R

    r

    R

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-15

    Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa pada variabel 24 jam, 48 jam,

    dan 72 jam desinfektan Cling memiliki daya hambat bakteri yang besar dengan

    variabel waktu 72 jam. Jika ditinjau dari jarak zona bebas bakteri dan zona bakteri, lebih

    optimal menghambat pertumbuhan bakteri, dengan terlihatnya semakin jelas batas antar

    zona. Hal ini ditunjukkan dengan zona bebas bakteri sebesar 0,3 cm. Selain itu

    keadaan media yang ditumbuhi bakteri pada variable 72 jam lebih kecil luas zona

    bakterinya dengan variable yang lainnya, yaitu 2,7 cm. Hal ini menunjukkan efektifitas

    dari desinfektan Cling tersebut dari waktu ke waktu semakin besar, meskipun

    pertambahannya tidak begitu nampak dengan jelas. Bakteri yang tumbuh berwarna putih

    seperti jamur dan tersebar merata di permukaan media. Hal ini sesuai dengan literatur

    yang menunjukkan bahwa desinfektan Cling memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri

    yang baik.

    Berdasarkan literatur, desinfektan Cling merupakan desinfektan yang memiliki

    aktivitas antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan antivirus.

    Berdasarkan literatur, desinfektan S.O.S. mengandung HCl 14% yang dapat dilihat

    pada kemasan botol S.O.S. sendiri.

    Menurut Amin, (2011), senyawa klorin yang terkandung dalam desinfektan bekerja

    membunuh bakteri. Klorin membunuh dengan merusak struktur sel bakteri. Kerusakan

    yang diakibatkan oleh klorin adalah:

    1. Perusakan Kemampuan Permeabilitas Sel Khlor bebas merusak membran dari sel bakteri, hal ini menyebabkan sel kehilangan

    permeabilitasnya dan merusak fungsi sel lainnya. Paparan Khlor menyebabkan

    kebocoran protein, RNA dan DNA. Sel mati merupakan hasilpelepasan TOC dan

    material yang menyerap sinar UV, pengurangan sintesisprotein dan DNA. Perusakan

    kemampuan permeabilitas oleh khlor juga penyebab kerusakan spora bakteri.

    2. Perusakan Asam Nukleat dan Enzim Klorin juga bisa merusak asam nukleat dan enzim bakteri. Enzim merupakan katalis

    alami dari berbagai macam reaksi sel. Salah satu akibat pengurangan aktifitas katalis

    adalah penghambatan akumulasi hidrogen peroksida yang merupakan senyawa racun

    didalam tubuh bakteri.

    Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa pada pengujian oligodinamik

    dengan bahan desinfektan dengan bahan Cling pada variabel waktu 72 jam dengan zona

    bebas bakteri sebesar 0,2 cm. Keadaan bakteri yang tumbuh pada media, tumbuh tidak

    terlalu banyak dan merata dan bertambah banyak pada sekitar media tetapi tidak terkena

    kertas saring.

    Sedangkan desinfektan Cif memiliki kandungan kloroxylenol merupakan komponen

    yang berfungsi sebagai desinfektan pada Cif.

    Dalam desinfektan Cif yang memiliki daya bunuh bakteri lebih besar serta

    menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan sehingga terjadi perubahan struktur protein

    dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Mekanisme di dalamnya adalah protein yang

    mengalami denaturasi dan koagulasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak

    dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan

    meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian

    sel menjadi rusak. Selain itu desinfektan memiliki karakteristik merusak membran sel yang

    memyebabkan kebocoran kostituen sel yang esensial sehingga bakteri mengalami

    kematian. Pada kadar optimal senyawa ammonium kuartener menyebabkan sel mengalami

    lisis.

    Dari ketiga hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa desinfektan yang

    lebih resisten terhadap bakteri yaitu desinfektan S.O.S. dan Cif yang ditunjukkan dengan

    zona bebas bakteri sebesar 0,6 cm dan bakteri yang tumbuh tidak begitu signifikan dalam

  • LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    III-16

    media. Hal ini telah sesuai literatur menurut Rahardjo (2004) bahwa desinfektan adalah

    suatu zat yang mencegah infeksi dengan menghancurkan mikroorganisme patogen.

    Sebagai Perbandingan atau variabel kontrol dari Oligodinamik, Antiseptik dan

    Desinfektan, digunakan blanko pada Tabel 11.

    Tabel 11. Hasil Pengamatan pada Variabel Kontrol (Blanko)

    Variabel

    Waktu Hasil Pengamatan Keterangan

    Zona

    Bebas

    (cm)

    Zona

    Bakteri

    (cm)

    24 jam

    Kondisi media :

    Tidak terjadi

    perubahan warna,

    muncul zona bebas

    di sekitar logam

    Kondisi bakteri :

    Tumbuh merata

    pada media.

    - -

    48 jam

    Kondisi media :

    Tidak terjadi

    perubahan warna,

    Kondisi bakteri :

    Tumbuh lebih

    meluas di media

    - -

    72 jam

    Kondisi media :

    Tidak terjadi

    perubahan warna,

    zona bebas di

    sekitar logam

    semakin

    menyempit

    Kondisi bakteri :

    Tumbuh lebih

    meluas di media

    - -

    Pada Tabel 11. Diketahui bahwa tidak terdapat zona bebas bakteri, dikarenakan

    tidak adanya zat penghambat seperti zat oligodinamik, desinfektan ataupun antiseptik.

    Tingkat pertumbuhan bakteri mengalami penambahan setiah bertambahnya waktu.

    Sementara kondii media tidak mengalami perubahan.

  • IV-1

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil percobaan pengaruh oligodinamik, antiseptik, dan desinfektan

    terhadap bakteri Bacillus sp yang dilakukan dapat disimpulkan yaitu :

    1. Dari hasil pengecatan gram dapat disimpulkan bahwa bakteri yang digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri gram negatif dan jenis bakteri adalah bakteri Bacillus sp.

    2. Logam Cu pada variabel 24 jam lebih resisten terhadap bakteri bila dibandingkan dengan logam Zn dan Al yang ditunjukkan dari zona bebas bakteri sebesar 0,8 cm.

    3. Antiseptik alami daun Sereh pada variabel 24 jam lebih resisten terhadap bakteri bila dibandingkan dengan antiseptik daun Belimbing Wuluh dan Kulit Manggis yang

    ditunjukkan dari zona bebas bakteri sebesar 0,7 cm.

    4. Desinfektan S.O.S. dan Cif pada variabel 24 jam lebih resisten terhadap bakteri bila dibandingkan dengan desinfektan Cling yang ditunjukkan dari zona bebas bakteri

    sebesar 0,6 cm.