laporan resmi ilmu lingkungan kebisingan

42
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 1 Kebisingan bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara keras yang tidak menyenagkan atau tidak terduga. Kebisingan berasal dari kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan aktifitas industri. Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota – kota besar tetapi kota kecil dan desa yang lokasinya di dekat tempat industri juga ikut terpengaruh. Masalah ini semakin lama menjadi semakin besar akan tetapi masalah ini kurang mendapat perhatian bahakan di negara maju sekalipun. Meskipun polusi bisa menjadi pemtbunuh bagi manusia akan tetapi usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini sangatlah sedikit. Kebisingan bisa mempengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan hipertensi, 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran

Upload: muhammad-ramadhana

Post on 01-Jan-2016

125 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan Program Studi konsentrasi Geofisika Universitas Mulawarman

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi

dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti

berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses

alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukkannya.1

Kebisingan bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara

keras yang tidak menyenagkan atau tidak terduga. Kebisingan berasal dari

kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan aktifitas industri.

Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota – kota besar tetapi kota kecil

dan desa yang lokasinya di dekat tempat industri juga ikut terpengaruh. Masalah

ini semakin lama menjadi semakin besar akan tetapi masalah ini kurang mendapat

perhatian bahakan di negara maju sekalipun. Meskipun polusi bisa menjadi

pemtbunuh bagi manusia akan tetapi usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi

masalah ini sangatlah sedikit. Kebisingan bisa mempengaruhi kesehatan manusia

seperti menyebabkan hipertensi, menggagu tidur dan bisa menghambat

kemampuan kognitif pada anak – anak. Bahkan yang paling parah bisa

menyebabkan ganguan pada memori atau gangguan kejiwaaan. Masalah ini

suadah tersebar hampir di seluruh dunia salah satu contoh Indonesia. Di Indonesia

masalah ini sudah menyebar luas. Beberapa studi melaporkan tingkat kebisingan

di ibukota provinsi seperti Samarinda sudah melebihi batas standar yang

mengakibatkan para penduduk menjadi tuli dan dapat menyebabkan hipertensi.

Untuk itu pada percobaan ini dilakukan studi tentang kebisingan untuk

mengetahui tingkat kebisingan yang ada di ruang kota terutama lalulintas yang

merupakan tempat asal dari semua kebisingan karena semua suara kendaraan dan

alat-alat menjadi satu kesatuan. Dan jalur lalu lintas yang akan di teliti adalah

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran

Page 2: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

2

simpang empat Jalan Ahmad Yani, Jalan Belibis, Jalan Gatot Subroto dan Jalan

Pembangunan dikarenakan merupakan salah satu jantung kota Samarinda.

1.2. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui cara mengukur tingkat kebisingan suatu lokasi

2. Mengetahui tingkat kebisingan di suatu lokasi

3. Mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat kebisingan.

1.3. Manfaat Percobaan

1. Dapat mengetahui cara mengukur tingkat kebisingan suatu lokasi

2. Dapat mengetahui tingkat kebisingan di suatu lokasi

3. Dapat mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat

kebisingan.

Page 3: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Kebisingan

Kebisingan sering disebut sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan juga dapat

didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, menggangu atau bunyi yang

menjengkelkan. Kebisingan dapat bersumber dari; bengkel, laboratorium,

kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, lalu lintas, tempat

umum, dan lain-lain. 2

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi

sebagai berikut:

1. Bising yang kontinyu

Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan

tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

· Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas.

bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5

detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.

· Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi

hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)

misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu

bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada

periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang,

kereta api

3. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40

dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya

seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.

2 http://gudangjasa-tarmiis.blogspot.com/2011/05/pengertian-kebisingan.html

Page 4: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

4

4. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-

ulang, misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi

atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras,

misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara

tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya

tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang

Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi

pendengaran.

Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:

1. Frekuensi

Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik)

dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz.

Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas

20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang

frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya

frekuensi sekitar 1.000 Hz.

2. Intensitas suara

Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan

melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.

3. Amplitudo

Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber

suara pada arah tertentu.

Page 5: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

5

4. Kecepatan suara

Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara

per satuan waktu.

5. Panjang gelombang

Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara

untuk satu siklus.

6. Periode

Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan

periode adalah detik.

7. Oktave band

Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara

yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi

puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz – 250 Hz – 500

Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.

8. Frekuensi bandwidth

Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.

9. Pure tune

Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu

jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi

10. Loudness

Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo

tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz.

11. Kekuatan suara

Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per

satuan waktu.

12. Tekanan suara

Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.3

3 http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/30/jenis-dan-penyebab-kebisingan/

Page 6: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

6

1.2. Rumus Menentukan nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang

keseluruhan)

Untuk mengukur / menentukan nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang

keseluruhan) dengan menggunakan rumus :

LS=10 Log 13

[T1100.1xdB+ T2100.1xdB+ T2100.1xdB]

Keterangan :

T1 : Selang waktu pada L1(TAkhir-TAwal)

T2 : Selang waktu pada L2(TAkhir-TAwal)

T3 : Selang waktu pada L3(TAkhir-TAwal)

dB1: Nilai kebisingan pada selang waktu T1, demikian untuk dB2 dan

dB3.

1.3. Sumber Kebisingan

Sumber kebisingan ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap

mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.

Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,

pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah

tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,

yaitu

1. Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat

gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi

pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan

dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,

outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Page 7: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

7

1.4. Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan lalu lintas terhadap manusia bisa mempengaruhi

kesehatan manusia seperti menyebabkan hipertensi, bisa menghambat

kemampuan kognitif pada anak – anak, mengurangi konsentrasi dan memicu

meningkatnya resiko terkena stroke.

1.5. Software Mengukur Kebisingan

Dalam mengukur kebisingan perlu software pendukung seperti Surfer 9.0

dan ArcGis 9.3. Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk

pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid.

Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi

lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis

vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan

sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan

horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan

nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses

pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari

proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd.4

GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG

(Sistem Informasi Geografis) merupakan komputer yang berbasis pada sistem

informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisis terhadap

permukaan geografi bumi.

Karakteristiknya yaitu:

a)     Sistem hasil pengembangan software dan hardware untuk tujuan

pemetaan. Hal ini memudahkan user sehingga dapat menyajikan fakta wilayah

dalam satu sistem berbasis computer.

b)     Ahli geografi, informatika, dan komputer, serta aplikasi terkait saling

terlibat. 4 http://andimandalaputra.blogspot.com/2012/03/laporan-tentang-surfer.html

Page 8: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

8

c)     Merupakan gabungan dari data spasial dan non spasial. Data spasial

merupakan data yang berorientasi pada geografis dan data non spasial

merupakan keterangan yang berkaitan dengan data contoh : populasi, luasan.

d)     Terdapat beberapa masalah dalam pengembangan GIS, meliputi:

cakupan, kualitas dan standar data, struktur, model dan visualisasi data,

koordinasi kelembagaan dan etika, pendidikan serta penerapannya.

e)     Tidak hanya sekedar mengubah peta konvensional (tradisional) ke

bentuk peta digital (contoh : bentuk permukaan geografi bumi) untuk

kemudian disajikan (dicetak/diperbanyak) kembali.

f)      Dapat melakukan pengumpulan, penyimpanan, transformasi,

menampilkan, memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari

fenomena geografis suatu wilayah seperti base map data dan surface geology

g)     Dapat melakukan penyimpanan data dasar yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu masalah.

Contoh: Menyelesaikan masalah perubahan jumlah penduduk memerlukan

informasi dasar seperti angka perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan

sebagainya. Pengumpulan data dasar biasanya dilakukan secara berkala dalam

jangka yang cukup panjang. Contoh lainnya yaitu curah hujan, kondisi awan,

angin, dll.5

5 http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/03/23/sistem-informasi-konsep-sistem-informasi-geografi/

Page 9: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

9

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

1.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Kebisingan ini dilaksanakan Pada hari Sabtu tanggal 14 April

2013, Pukul 06.00-09.00, 13.00-15.00 dan 19.00-22.00 WITA, Tempat Praktek

Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman dan Jalan Belibis,

Samarinda.

1.2. Alat dan Bahan

1.2.1. Alat

1. Sound Level Meter

2. GPS (Global Positioning System)

3. Stopwatch

4. Meteran

5. Kertas Bergaris

6. Pulpen

7. Papan Scanner

1.2.2. Bahan

1. Software ArcGis 9.3

1.3. Prosedur Percobaan

1.3.1. Prosedur Pengambilan Data

1. Menentukan titik-titik yang akan dilakukan pengambilan data (minimal 3

titik pengukuran).

2. Mengukur nilai maksimum pada suatu titik dalam waktu 10 menit untuk

setiap titik.

3. Mencatat nilai maksimum pada titik tersebut ke dalam tabel di bawah ini :

Page 10: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

10

Not

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Ʃ

Tabel 3.1 Format Pengambilan Data

4. Memplotkan nilai kebisingan pada selang waktu yaitu L1, L2 dan L3 yakni

Pukul 06.00-09.00, 13.00-15.00 dan 19.00-22.00 WITA, dengan program

ArcGis (Contour permukaan).

Page 11: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

11

5. Menghitung nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan) dengan

menggunakan rumus :

LS=10 Log 13

[T1100.1xdB+ T2100.1xdB+ T2100.1xdB]

Keterangan :

T1 : Selang waktu pada L1(TAkhir-TAwal)

T2 : Selang waktu pada L2(TAkhir-TAwal)

T3 : Selang waktu pada L3(TAkhir-TAwal)

dB1 : Nilai kebisingan pada selang waktu T1, demikian untuk dB2 dan

dB3.

6. Membuat Kontur permukaan dengan Sumbu x adalah posisix, y adalah

posisi y, dan z adalah nilai LS (Plot LS pada lampu merah dan LS pada 10

m dari lampu merah)

titik x y LSp1 517253 9947044 90.85p1.1 517259 9947052 81.35p2 517195 9947043 79.85p2.1 517187 9947047 80.9p3 517200 9947026 77.45p3.1 517194 9947018 78.59

Tabel 3.2 Format Input Kedalam Software ArcGis

1.3.2. Prosedur Penggunaan Software ArcGis

1. Klik START, Klik ALL PROGRAM, Pilih ArcGis, Kemudian Klik ArcMap.

Gambar 3.1 Tampilan pertama ArcGis

2. Tunggu beberapa saat sampai muncul tampilan seperti ini :

Page 12: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

12

Gambar 3.2

Setelah itu klik New Empty Map dan Klik OK

1. Klik Tools pada Toolbar – Klik Add XY Data – Klik Add Data (arsip Kuning)

masukkan data – kemudian cocokkan X dan Y – setelah itu Klik Edit – Klik

Select… – Pilih folder Projected Coordinate Systems – UTM – WGS 1984 -

kemudian pilih WGS 1984 UTM Zone 50S – Klik Add – lalu klik ok, dan

akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.3

Kemudian Klik OK dan OK lagi akan muncul tampilan titik Kebisingan

seperti ini :

Page 13: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

13

Gambar 3.4

Setelah muncul gambar seperti itu maka Klik Kanan pada tanda yang

dilingkari di atas. Kemudian klik Data – Klik Export Data – Klik arsip kuning

– ganti namanya – setelah itu Klik Save.

Gambar 3.5

Setelah itu Klik Ok – tunggu- kemudian layer baru muncul, hapus layer yang

lama.

2. Kemudian Klik Spatial Analyst Tools – Interpolation- IDW. Kemudian Input

Point Features – ganti Z nya dengan Nilai dB nya- Klik OK.

Gambar 3.6

Tunggu beberapa saat kemudain akan tampil gambar seperti ini :

Page 14: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

14

Gambar 3.7

3. Setelah muncul gambar di atas maka langkah selanjutnya adalah memasukkan

gambar foto citra, caranya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.9

Lalu akan muncul gambar seperti ini :

Gambar 3.10

Setelah itu tarik Layers tersebut ke bawah, dan hasil nya :

Page 15: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

15

Gambar 3.11

4. Setelah semua selesai, langkah selanjutnya adalah menghiasi gambar tersebut.

Dengan menggantikan Data View dengan Layout View.

Gambar 3.12

5. Langkah-langkah selanjutnya adalah tinggal menambah pernak-pernik agar

lebih enak untuk dilihat. Caranya adalah Klik Insert. Jika ingin menambahkan

skala, lagenda, tanda arah utara dan lain-lain. Dan Klik Huruf A pada Kiri

Bawah untuk menambahkan text.

Page 16: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P1.1 (Jalan Jend. Ahmad

Yani)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1 0 73.8 90 70.390.8

5517253 517253

2 30 76.2 77.3 70.5

3 60 77.4 72.3 84

4 90 78.3 76.3 71.3

512

071.6 75.5 70.6

615

072.4 78.2 68

718

072.6 78.7 90.2

821

084.6 78.8 75.8

924

075 73.5 77.3

1027

072.7 77.1 73.9

1130

077.5 88.9 74.8

Page 17: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

17

1233

074.3 75.3 68.8

1336

071.3 73.4 67.6

1439

076.9 70.4 76.8

1542

079.9 77 78.8

1645

071.4 80.8 70.6

1748

072.7 72.5 77.1

1851

080.8 76.3 71.3

1954

079.9 83.1 75.2

2057

083 70.5 77.1

2160

082.5 77.8 74.3

Ʃ 76.419 77.31974.490

5

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P1.2 (Jalan Jend. Ahmad

Yani)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1 0 140.8 73.8 84.281.3

5 517259 9947052

2 30 81.3 80 81

3 60 71.2 77.3 73.8

4 90 71.3 80.3 81.1

Page 18: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

18

512

073.1 80.4 81

615

076.7 76.4 72.3

718

075.7 76 81.6

821

071.7 76.1 79.2

924

074.6 69 77.3

1027

076.8 72 75.8

1130

074.1 73 78

1233

071.2 80.6 76.6

1336

077.8 68.5 73.9

1439

071.6 74.4 75.6

1542

067.2 71.1 78.7

1645

069.5 79.4 80.3

1748

079 79.5 73.2

1851

073.6 73.4 73.1

1954

067.5 69 79.4

20 57 73 74 73.1

Page 19: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

19

0

2160

074.7 72.7 79.4

Ʃ76.781

75.090

5

77.552

4

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P2.1 (Jalan Letjen S. Parman)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1 0 75.6 77.6 72.979.8

5 517195 9947043

2 30 73.5 79.1 70.7

3 60 72.2 83.3 80.1

4 90 77.9 74.1 84.3

512

074.6 74.2 76.5

615

074.7 75.6 76.4

718

075.2 83.8 73.1

821

078.9 74.7 72.7

924

081.6 68 76.7

1027

074 71.2 70

11 30 79.9 72.5 75.8

Page 20: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

20

0

1233

079.1 78.8 72.6

1336

076.2 71.6 75.4

1439

079.7 77.2 76.2

1542

070.9 81.2 78.4

1645

080.5 68.1 70

1748

079.2 73.7 72.9

1851

064.1 69.1 72.9

1954

071 74.7 71.8

2057

076.2 68.4 72.8

2160

079.8 67.8 77.4

Ʃ75.942

9

74.509

5

74.742

9

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P2.2 (Jalan Letjen S. Parman)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

Page 21: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

21

1 0 76.3 71.1 83.3 80.9 517187 9947047

2 30 78.8 78.9 81.6

3 60 73.4 79.1 75.1

4 90 75.8 69.5 76.4

512

073.5 82.6 78.4

615

068.5 77 71.9

718

073.7 71 78.1

821

071.9 70.8 77.4

924

075.7 74,5 68.5

1027

073 75,7 72.4

1130

072.8 73,2 78.5

1233

072.3 72,3 78.5

1336

076.7 68,8 76.5

1439

074.9 72,5 69.6

1542

073.6 72,5 76.6

1645

073 79,8 78

1748

074.9 74,0 78.2

18 51 68.2 75,4 68.3

Page 22: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

22

0

1954

075.2 73,3 74.4

2057

073.3 69,9 77.3

2160

074.9 72,0 85.7

Ʃ73.828

6 75

76.414

3

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P3.1 (Jalan Belibis)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1 0 70.5 75.4 70.377.4

5 517200 9947026

2 30 73.4 67.4 70.5

3 60 70.4 75.1 84

4 90 69 71.2 71.3

512

071.4 65.4 70.6

615

072.8 67 68

718

071.6 68.1 90.2

821

069.8 68.8 75.8

9 24 67.9 71.6 77.3

Page 23: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

23

0

1027

072.7 70.9 73.9

1130

069.7 72.9 74.8

1233

067.6 72.5 68.8

1336

068.7 72.4 67.6

1439

070.2 77.3 76.8

1542

069.7 76.5 78.8

1645

076.3 71.3 70.6

1748

071.9 74.4 77.1

1851

067.9 84.4 71.3

1954

075.7 72.3 75.2

2057

068.3 68.7 77.1

2160

067.2 74 74.3

Ʃ70.604

8

72.266

7

74.490

5

Page 24: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

24

Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P3.2 (Jalan Belibis)

N

o

t

(dt)

dBLS

Titik koordinat

Pagi Siang Malam MN ME Z

1 0 70.4 68 71.678.5

9 517194

994701

8

2 30 70.4 70.8 72.1

3 60 71.1 69.1 71.5

4 90 72.9 66.2 74.8

512

072.7 73.9 75.7

615

070 71.3 70.9

718

070.3 63.9 79.2

821

072.7 66.1 71.8

924

067.6 68.6 69.7

1027

073 72.9 67.3

1130

068.3 64 73.3

1233

071 69 75.8

1336

068.1 69.1 72.5

1439

070.8 69.1 71.4

15 42 69.2 69.3 70.1

Page 25: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

25

0

1645

070.9 71.1 82.3

1748

068.8 78.7 72.6

1851

070.5 70.3 69.2

1954

068.2 63.1 70.9

2057

073.3 69 80

2160

072.9 68.3 75.8

Ʃ70.623

8

69.133

3

73.261

9

4.2. Hasil Percobaan

4.2.1. Menentukan LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan)

LS = 10 log 13

( T1 ×100,1×dB1 + T2 ×100,1×dB2 + T3 ×100,1×dB3 )

1. Posisi 1 di titik ke-1

Lampu Merah ( pagi, siang, sore )

LSLM = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×76,4 + 3×100,1×77,3 + 3×100,1×74,6 ) = 10 log

13

( 3×107,64 + 3×107,73 + 3×107,46 ) = 10 log

13

( 378585233,7 ) = 10 log ( 126195077,9 )

Page 26: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

26

= 90,85

2. Posisi 1 di titik ke-2

10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)

LS10 = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×76,8 + 3×100,1×75,1+ 3×100,1×77,3 ) = 10 log

13

( 3×107,68 + 3×107,51 + 3×107,73 ) = 10 log

13

( 409369522,3 ) = 10 log ( 136456507,4 ) = 81,35

3. Posisi 2 di titik ke-1

Lampu Merah ( pagi, siang, sore )

LSLM = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×75,9 + 3×100,1×74,5 + 3×100,1×74,7 ) = 10 log

13

( 3×107,59 + 3×107,45 + 3×107,47 ) = 10 log

13

( 289801308,2 ) = 10 log ( 96600436,08 ) = 79,85

4. Posisi 2 di titik ke-2

10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)

LS10 = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×76,8 + 3×100,1×75 + 3×100,1×76,4 )

Page 27: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

27

= 10 log 13

( 3×107,68 + 3×107,75 + 3×107,64 ) = 10 log

13

( 369412107,2 ) = 10 log ( 123137369,1 ) = 80,90

5. Posisi 3 di titik ke-1

Lampu Merah ( pagi, siang, sore )

LSLM = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×70,6 + 3×100,1×72,2 + 3×100,1×74,4 ) = 10 log

13

( 3×107,06 + 3×107,22 + 3×107,44 ) = 10 log

13

( 166859077 ) = 10 log ( 55619692,32 ) = 77,45

6. Posisi 3 di titik ke-2

10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)

LS10 = 10 log 13

( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log

13

( 3×100,1×70,6 + 3×100,1×69,1 + 3×100,1×77,2 ) = 10 log

13

( 3×107,06 + 3×106,91 + 3×107,72 ) = 10 log

13

( 216993014,5 )

= 10 log ( 72331004,84 ) = 78,59

4.2.2. Peta Data Kebisingan

Page 28: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

28

4.3 Pembahasan

Page 29: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

29

Kebisingan sering disebut sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan juga dapat

didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, menggangu atau bunyi yang

menjengkelkan. Kebisingan dapat bersumber dari; bengkel, laboratorium,

kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, lalu lintas, tempat

umum, dan lain-lain.

Pada praktikum kebisingan hari Sabtu tanggal 14 April 2013, Pukul 06.00-

09.00 WITA di Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman

dan Jalan Belibis. Suasana saat pengambilan data mendung gerimis. Pada Jalan

Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya , yaitu 76.419 dB dan pada jarak

10 meter ke belakangnya di dapat 76.781 dB. Pada Jalan Letjen S. Praman

didapat nilai kebisingannya , yaitu 75.9429 dB dan pada jarak 10 meter ke

belakangnya di dapat 73.8286 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu

70.6048 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 70.6238 dB. Pukul

13.00-16.00 WITA di Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S.

Praman dan Jalan Belibis. Suasana saat pengambilan data mendung. Pada Jalan

Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya, yaitu 77.319 dB dan pada jarak 10

meter ke belakangnya di dapat 75.0905 dB. Pada Jalan Letjen S. Praman didapat

nilai kebisingannya, yaitu 74.5095 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di

dapat 75 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu 72.2667dB dan pada

jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 69.1333 dB. Pukul 19.00-22.00 WITA di

Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman dan Jalan Belibis.

Pada Jalan Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya , yaitu 74.4905 dB dan

pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 77.5524 dB. Pada Jalan Letjen S.

Praman didapat nilai kebisingannya, yaitu 74.7429 dB dan pada jarak 10 meter ke

belakangnya di dapat 76.4143 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu

74.4905 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 73.2619 dB. Dan

pada LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan) dari semua titik. Yang

mendapatkan nilai kebisingan tertinggi adalah Jalan Jend. Ahmad Yani yaitu

90.85 dan 10 meter di belakang yaitu 81.35. Dan yang paling rendah adalah pada

Jalan Belibis yaitu 77.45 dan 10 meter di belakangnya di dapat 78.59. dan pada

Page 30: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

30

Jalan Letjen S Parman didapat nilai kebisingannya, yaitu 79.85 dan 10 meter di

belakangnya di dapat 80.9. Dari sini kita dapat melihat bahwa Jalan Jend Ahmad

Yani merupakan salah satu jalan tersibuk di Samarinda.

Faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah kurang telitinya

kami dalam membaca nilai dB pada alat Sound Level Meter dan terlalu cepat

mengambil data sehingga tidak di dapatkan hasil yang akurat.

BAB V

Page 31: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

31

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dalam menghitung tingkat kebisingan suatu lokasi dapat dilakukan dengan

cara menghitung nilai LS (Tiingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan)

dan sebelum menghitung LS tersebut, pada suatu lokasi dicari terlebih

dulu nilai kebisingan pada selang waktu T, yang disebut dB (decibelBite).

2. Pada praktikum kebisingan kali ini, kami mengukur tingkat kebisingan di

Jalan Ahmad Yani dengan pengamilan data di 6 lokasi yang berbeda.

Setiap lokasi memiliki tingkat kebisingan yang berbeda-beda. Pada lokasi

pertama, didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 90,85, pada lokasi kedua

kedua didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 81,35, pada lokasi ketiga

didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 79,85, pada lokasi keempat

didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 80,90, pada lokasi kelima didapat

hasil tingkat kebisingan sebesar 77,45 dan pada lokasi keenam didapat

hasil tingkat kebisingan sebesar 78,59.

3. Parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat kebisingan terbagi

menjadi 2, yaitu:

Parameter dasar, yaitu frekuensi (Hz), tenaga bunyi (watt) dan tekana

bunyi (micropascal/uPa).

Parameter turunan, yaitu tinkat tekana bunyi (sound pressure level) dan

tinkat bunyi.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum kebisingan selanjutnya, tidak

hanya dilakukan pada 6 titik di 3 lokasi yang berbeda saja, tetapi dapat

ditambahkan lagi titik pengukuran kebisingan yang berbeda, agar didapat data

yang lebih akurat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan

32

Ambar,Pencemaran Udara, 1999

Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997

Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari

Sarana Transportasi, 1985

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran

http://gudangjasa-tarmiis.blogspot.com/2011/05/pengertian-kebisingan.html

http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/30/jenis-dan-penyebab-kebisingan/

http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/03/23/sistem-informasi-konsep-sistem-

informasi-geografi/