laporan resmi geostruk 1 geologi uir

Upload: gayuhpramukti

Post on 28-Mar-2016

79 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum geologi struktur

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

Disusun oleh :Siti Defiyatun133610241

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS ISLAM RIAUPEKANBARU2015HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untu menyelesaikan Praktikum Geologi Struktur semester IV pada Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Islam Riau

Penyusun :

Siti DefiyatunNIM : 133610241

Disetujui oleh :Dosen Pengampu

1. Yuniarti Yuskar,. ST,. MT()

2. Dewandra Bagus Eka Putra,. Bsc(Hons),. Msc ()

Mengetahui, Kepala Laboratorium Geologi

Budi Prayitno,. ST,. MT HALAMAN PESEMBAHAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Struktur ini, dipersembahkan untuk : ...Kepada Allah SWT dan Rosulnya, karena atas rahmat dan hidayat-Nya laporan dapat terselesaikan tepat waktuBapak dan Ibu tercinta yang membesarkan dengan penuh cinta.Abang dan kakak yang selalu mendorong dari belakang dengan nasehat yang membangun.Dosen mata kuliah Geologi Struktur yang senantiasa memberikan pelajaran dan pengajaran selama dikampus.Teman-teman terbaik.Semua teman-teman geologi UIR Pekanbaru angkatan 2013.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya akhirnya praktikan dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum Geologi Struktur tepat pada waktunya tanpa mengalami suatu gangguan apapun.Laporan ini disusun berdasarkan hasil selama praktikum Geologi Struktur sebagai pelengkap praktikum yang sudah dilaksanakan di laboratorium maupun di luar laboratorium prodi teknik geologi Universitas Islam Riau.Dalam penyusunan laporan ini praktikan mengharapkan suatu saran dan kritikan, karena untuk memperbaiki dalam penyusunan laporan praktikum yang akan datang. Tidak lupa praktikan ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan sehingga laporan ini dapat terselesaikan, yaitu kepada :1. Dosen pengampu mata kuliah Geologi Struktur2. Semua teman-teman yang telah membantu praktikum.Semoga laporan resmi ini dapat berguna bagi praktikan sendiri pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, 11 Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. iHALAMAN PENGESAHAN iiHALAMAN PERSEMBAHAN iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR GAMBAR... vDAFTAR TABEL viBAB I STRUKTUR GARIS 11.1 Pendahuluan21.2 Teori Dasar.31.3 Metodologi.41.4 Hasil dan Pembahasan...51.5 Kesimpulan6BAB II STRUKTUR BIDANG...72.1 Pendahuluan...82.2 Teori Dasar92.3 Metodologi102.4 Hasil dan Pembahasan112.5 Kesimpulan12BAB III STEREONET133.1 Pendahuluan...143.2 Teori Dasar153.3 Metodologi103.4 Hasil dan Pembahasan113.5 Kesimpulan12BAB IV HUKUM V & POLA JURUS..144.1 Pendahuluan...144.2 Teori Dasar154.3 Metodologi104.4 Hasil dan Pembahasan114.5 Kesimpulan12BAB V PENAMPANG & PETA GEOLOGI.135.1 Pendahuluan...145.2 Teori Dasar155.3 Metodologi105.4 Hasil dan Pembahasan115.5 Kesimpulan12BAB VI HASIL KULIAH LAPANGAN146.1 Pendahuluan...146.2 Teori Dasar156.3 Metodologi106.4 Hasil dan Pembahasan116.5 Kesimpulan12BAB VIIPENUTUP.667.1 Kesimpulan Umum457.2 Kritik dan Saran.66DAFTAR PUSTAKA..22LAMPIRANDAFTAR GAMBARDAFTAR TABEL

BAB ISTRUKTUR GARIS

1.1 PendahuluanGeologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Perubahan-perubahan itulah yang disebut struktur.Berdasar pengertian geometri, struktur geologi dibedakan menjadi 2, yaitu :a. struktur bidangb. struktur garis1.2 Teori DasarStruktur garis adalah struktur batuan berbentuk garis yang mempunyai arah dan kedudukan. Struktur garis dijumpai sebagai sumbu lipatan, garissesar dan lain sebagainya. Garis merupakan unsur dari bidang sehingga kedudukannya dapat mengikuti suatu bidang dan dapat juga berdiri sendiri sebagai struktur garis. Dalam geologi struktur struktur garis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : struktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah kedudukannya bias diamati langsung dilapangan, misalnya gores yang terdapat pada bidang sesar.Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh sepasang angka : penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada sebuah struktur bidang yang kedudukannya diketahui, maka orientasi struktur garis tersebut dapat diwakili oleh sebuah angka yang disebut pitch. Berdasarkan saat pembentukannya struktur garis dibedakan menjadi : Yang termasuk struktur garis semu/primer : liniasi Yang termasuk struktur garis sekunder : arah liniasiIstilah dalam struktur garis : Arah jurus penunjaman adalah jurus dari bidang vertical yang melalui garis dan menunjukkan arah penunjaman arah garis tersebut. Arah kelurusan adalah jurus bidang perlapisan vertical yang melalui garis tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis tersebut. Rake adalah besar sudut antara garis horizontal yang diukur pada bidang dimana garis tersebut besarnya rake sama atau lebih kecil dari 90 1.3 Metodologi1. Membuat garis vertikal sebagai penunjuk arah utara.2. Menggambar strike sebesar N 0050E, dan ditulis sebagai KS 500.3. Dari KS 500 dibuat garis yang tegak lurus sebagai folding line (FL).4. Membuat garis dari perpotongan FL dengan KS 500, dengan besar sudut 450 sebagai dip.5. Dilanjutkan kembali membuat garis KS yang memotong FL dan garis dip.

6. Membuat garis bearing N 1350E.

7. Membuat garis sepanjang 1cm melalui perpotongan bearing dengan KS 400, kemudian buat garis dari titik pusat ke garis 1cm tadi yang kemudian dijadikan plunge.

8. Membuat KS bantu dengan cara menggunakan jangka, perpotongan FL dengan KS 500 sebagai titik pusat dan perpotongan dip dengan KS 400 sebagai jari-jari, kemudian potongkan ke FL.

9. Membuat KS bantu melalui perpotongan garis yang dibuat dengan jangka dan FL sejajar KS sebelumnya.

10. Membuat garis yang tegak lurus dari perpotongan bearing dengan KS 400.

11. Membuat garis dari titik pusat melalui perpotongan antara KS bantu dengan garis tadi sebagai rake.1.4 Hasil & Pembahasan

1.5 Kesimpulana. Dalam pembacaan struktur garis terdapat istilah plunge, bearing,b. Berdasarkan pada pembentukkannya struktur garis dibagi menjadi : Struktur garis primer Struktur garis sekunderc. Menentukan plunge dan bearing sebuah garis pada suatu bidang secara azimuth dan kuadran.

BAB IISTRUKTUR BIDANG

2.1 PendahuluanSebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk-bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin.

2.2 Dasar TeoriBeberapa unsur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang. Struktur tersebut diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang belahan, bidang foliasi dan sejenisnya. Jurus / strike : arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana yang besarnya jurus / strike diukur dari arah utara. Kemiringan / dip : sudut kemiringan terbesar yang terbentuk oleh bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus / strike. Kemiringan semu / apparent dip : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal dari pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus / strike.Arah kemiringan / Dip direction : Arah tegak lurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

2.3 Metode

2.4 Hasil & Pembahasan

2.5 KesimpulanDidalam geologi struktur terdapat dua struktur yang dipelajari, salah satunya adalah struktur bidang. Struktur bidang ini diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi, dan sebagainya.

BAB IIISTEREONET

3.1 PendahuluanDalam dunia geologi struktur yang penuh dengan analisa unsure titik, garis, bidang, dan sudut bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya, diperlukan berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa unsure-unsur tersebut secara lebih mudah dan praktis serta member hasil yang akurat demi efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal. Untuk itu muncullah suatu metode analisa yang cukup praktis dan mudah untuk mengaplikasikan dalam analisa struktur geologi yaitu metode stereografis.3.2 Teori DasarProyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang proyeksi pada suatu tutuk zenith yang terletak pada sumbu vertical melalui pusat bola bagian puncak. Bidang- bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin rapat kearah pusat. Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagai stereogram. Hasil dari equal angle projection adlah Wulff Net.

Equal Area ProjectionProyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistic karena kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Hasil dari equal area projection disebut Schmidt Net.

Orthogonal ProjectionProyeksi ini merupakan kabalikan dari equal angle projection karena proyeksi orthogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang kearah pusat. Stereogram dari proyeksi orthogonal disebut Orthograpic Net. Polar ProjectionPada proyeksi ini, baik unsure garis maupun bidang tergambar sebagai suatu titik. Steeogram dari proyeksi kutub ini adalah Polar Net. Polar nett ini diperoleh dari equal area projection , sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi bidang dari suatu titik pada polar net, harus menggunakan schidts net.

3.3 Metodelogi1. Letakkan kertas kalkir diatas schmidt net untuk pengeplotan proyeksi stereografis.2. Masukkan data-data struktur garis yang sudah ada.3. Bearing diukur dari arah utara pada schmidt net, sedangkan plunge diukur dari lingkaran luar (00) menuju titik pusat lingkaran (900).4. Letakkan kertas kalkir pada polar equal area net untuk pengeplotan proyeksi kutub.5. Masukkan data yang sudah ada.6. Bearing diukur dari arah utara pada polar equal area net, sedangkan plunge diukur dari lingkaran luar (00) menuju titik pusat lingkaran (900).7. Kemudian hubungkan dua titik yang terbentuk dengan garis lengkung setelah itu ukur kedudukan bidang-bidangnya

3.4 Hasil & Pembahasan

3.5 KesimpulanProyeksi Stereografi1. Schmidt neta. Struktur bidang Strike : 0 dimulai dari arah utara pada Schmidt net.Dip : 0 dimulai dari lingkaran primitif dan 90 berada di pusat Schmidt net.b. Struktur garisBearing : 0 dimulai dari arah utara pada Schmidt net.Plunge : 0 di mulai dari lingkaran primitif dan 90 berada pada pusat Schmidt net.

2. Proyeksi Kutuba. Struktur bidangStrike : 0 dimulai dari arah West pada polar equal area.Dip : 0 dimulai dari pusat dan 90 berada di lingkaran primitif.b. Struktur garisBearing : 0 dimulai dari utara.Plunge : 0 dari lingkaran tepi dan 90 berada di pusat.

BAB IVHUKUM V & POLA JURUS

4.1 PendahuluanPada saat ini hasil rekontruksi pola jurus ditampilkan dalam peta tersendiri yang dinamakan sebagai Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan. Selama ini rekontruksi pola jurus yang dilakukan oleh mahasiswa tidak memperhatikan elevasi (topografi) sebagai dasar dalam koreksi topografi (ingat hukum V). Oleh karenanya hasil rekontruksi pola jurus hanya bersifat semu (karena ploting data jurus dan kemiringan lapisan batuan tidak pada tempat sebenarnya). Prosedur sebenarnya dalam merekontruksi pola jurus adalah dengan menyamakan kedudukan data pengukuran pada elevasi yang sama (Hal ini berlaku pula dalam pembuatan penampang geologi). Untuk kepentingan ini setiap data harus diproyeksikan pada level yang sudah ditentukan, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.4.2 Teori Dasara. Hukum VHubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasilkan pola singkapan yang beraturan, dimana aturan tersebut dikenal dengan hukum V.

Aturan aturan tersebut antara lain :a. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis kontur.

b. Lapisan dengan kemiringannya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan lapisan sama dengan kemiringan lereng / lembah, maka pola singkapanya seperti huruf V terbalik.

c. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng, dimana besar kemiringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng , maka pola singakapannya akan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng / Lembah.

b. Pola JurusData jurus dan kemiringan lapisan batuan, ditampilkan dalam bentuk simbol pada peta topografi. Selanjutnya berdasrakan jurus perlapisan, ditarik garis kelurusan (setelah dilakukan koreksi topografi). Dengan cara ini di ketahui beberapa hal, yaitu :

1. Bagaimana pola lapisan batuannya (pola lipatan), apakah ada perbedaan antara 1 (satu) pola lipatan dengan pola lipatan lainnya.

2. Ada atau tidaknya sumbu lipatan, jika ada apakah lipatan tersebut antiklin atau sinklin (tandai dengan simbol sumbu lipatan), bagaimana penyebaran dan arah sumbu lipatannya, apakah sumbu lipatannya normal atau rebah (sudah ada pembalikan).

3. Jika di kompilasikan dengan data jenis batuan (dominasi batuan) dan umur batuannya, akan diketahui penyebaran satuan batuannya.

4.3 MetodologiMetode yang digunakan adalah:1. Struktur garis2. Struktur bidang3. Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung.4. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau keterbatasan alat yang dipakai tidak tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, diadakan pengukuran secara tidak langsung.

4.4 Hasil dan Pembahasan

4.5 Kesimpulan1. Untuk dapat mengetahui tebal lapisan dan kedalaman dapat menggunakan cara grafis dan cara matematis.2. Untuk mengetahui dengan cara grafis, harus diketahui top dan bottom.3. Dalam pengukuran tebal dan kedalaman dapat juga menggunakan tipe point.

BAB VPENAMPANG DAN PETA GEOLOGI

5.1 PendahuluanPada umumnya ada beberapa macam bagian peta geologi yang sering digunakan untuk laporan, baik dalam study kelapangan atau dalam misi untuk mengetahui kandungan mineral di dalamnya. Peta geologi memberikan petunjuk tentang susunan lapisan batuan dan pada umumnya memberikan informasi tentang formasi apa saja yang ada di daerah yang dipetakan. Dasar untuk peta geologi biasanya adalah peta topografi.Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya.Penampang adalah Suatu gambaran yang memperlihatkan keadaan geologi secara vertical, sehingga diketahui hubungan satu dengan lamnya. Dalam pembuatan penampang geologi dipilih suatu jalur tertentu sedemikian rupa, sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas semua keadaan geologinya secara vertikal. Dalam hal ini dipilih atau dibuat suatu jalur yang arahnya tegak lurus terhadap jurus umum lapisan batuan, sehingga dalam penampang akan tergambarkan keadaan kemiringan lapisan yang asli (true dip).

5.2 teori dasara. Penampang

Suatu gambaran yang memperlihatkan keadaan geologi secara vertical, sehingga diketahui hubungan satu dengan lamnya. Dalam pembuatan penampang geologi dipilih suatu jalur tertentu sedemikian rupa, sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas semua keadaan geologinya secara vertikal. Dalam hal ini dipilih atau dibuat suatu jalur yang arahnya tegak lurus terhadap jurus umum lapisan batuan, sehingga dalam penampang akan tergambarkan keadaan kemiringan lapisan yang asli (true dip).Rekonstruksi :1. Perhatikan arah sayatan penampang terhadap jurus umum lapisan (tegak lurus atau tidak).

2. Buat "base line" yang panjangnya sama dengan panjang garis penampang peta geologi.

3. Buat "end line" dan berikan angka angka yang menunjukan ketinggian sesuai dengan skalanya.

4. Buat "profile line" dengan cara mengeplot ketinggian garis kontur yang terpotong garis penampang, dan kemudian hubungkan.

5. Gambarkan keadaan geologinya, meliputi batas lapisan, batas struktur dan lainnya, yang terpotong oleh garis penampang.

b. peta geologiPermukaan bumi merupakan salah satu bagian yang harus dipelajari dalam penguasaan ilmu geologi, karena ekspresi topografi terkadang dapat menunjukkan keadaan geologi baik struktur maupun geologinya. Geomorfologi sangat terkait dalam mempelajari geologi struktur. Bentukan bentukan morfologi sekarang merupakan hasil gaya yang bekerja baik itu berasal dari dalam maupun dari luar bumi. Bentukan bentukan tersebut akan berbeda bentuknya tergantung dari system yang mempengaruhinya. Pada sisi lain lithologi juga berperan dalam mengekpresikan topografi.Besar dan bentuk dari pola singkapan ini tergantung dari beberapa factor :1. Ketebalan lapisan.2. Kemiringan lapisan.3. Bentuk morfologi4. Bentuk struktur lapisanDalam pembuatan peta geologi, dilakukan dengan cara mengamati singkapan-singkapan batuan yang dijumpai. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur disekitar aliran sungai disepanjang aliran sungai inilah dapat dijumpai smgkapan batuan dengan baik. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, penyebaran, kedudukanya, hubungan antar satuan (litologi), strukturnya (baik struktur primer maupun skunder).1. Data singkapan dari flap lokasi pengamatan diplotkan pada peta dasar (peta topogmfi) berupa simbol, tanda, warna.

2. Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan dapat berupa garis penuh (tegas) bila diketahui dengan pasti atau berupa garis putus-putus jika diperkirakan.

3. Legenda peta diurutkan sesuai dengan urutan stratigrafi (hukum superposisi).

4. Penyebaran satuan batuan (pola singakapannya dapat ditarik batasnya diantara satuan batuan yang berlama dengan memperhatikan hukum "V".5.3 MetodologiMetode kink merupakan metode rekontrusi penampang dengan menggunakan dip domain sebagai batas dimana suatu kemiringan lapisan berubah. Lipatan yang terbentuk pada jalur anjakan lipatan umumnya tidak membentuk suatu kurva halus namun justru membentuk beberapa dip domainsesuai dengan perubahan dip yang ada (Usdansky & Groshong, 1984; Fail, 1969 op. citMarshak dan Mitra, 1988). Penggunaan metode kink dalam restorasi penampang seimbang sangat berperan penting karena memudahkan dalam perhitungan panjang lapisan dan luas area lapisan. Langkah pertama dalam rekonstruksi penampang dengan menggunakan metode kink yaitu dengan penyajian data kedudukan lapisan dan data batas satuan stratigrafisebagai data dasar Kemudian penentuan domain dip dilakukan dengan cara membuat garis bagi sudut antara dua kemiringan lapisan yang berbeda Setelah semua domain dip dibuat berdasarkan setiap adanya perubahan kemiringan lapisan kemudian tiap-tiap batas stratigrafi ditarik berdasarkan domain kemiringan lapisan tersebut sehingga terbentuk profil penampang akhir yang lengkap.

5.4 Hasil dan Pembahasan

5.5 Kesimpulan

BAB VIHASIL KULIAH LAPANGAN

6.1 PendahuluanKondisi Geologi Sumteng (Cekungan Sumatera Tengah) Tektonik Regional, Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia (gambar 1). Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara (gambar 2).Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum dapat disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu :1. Konsolidasi Basement pada zaman Yura, terdiri dari sutur yang berarah Barat laut-Tenggara. 2. Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama zaman Yura akhir dan zaman Kapur. 3. Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier tengah (Paleogen) menghasilkan sistem graben berarah Utara-Selatan dan Barat laut-Tenggara. Kaitan aktivitas tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di Cekungan Sumatra tengah adalah terjadinya perubahan lingkungan pengendapan dari longkungan darat, rawa hingga lingkungan lakustrin, dan ditutup oleh kondisi lingkungan fluvial-delta pada akhir fase rifting. 4. Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai awal Miosen awal yang mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen dari arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Kondisi sedimentasi pada pertengahan Tersier ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut global (eustasi) yang menghasilkan episode sedimentasi transgresif dari kelompok Sihapas dan Formasi Telisa, ditutup oleh episode sedimentasi regresif yang menghasilkan Formasi Petani. 5. Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan tektonisme kembali intensif dengan rejim kompresi mengangkat pegunungan Barisan di arah Barat daya cekungan. Pegunungan Barisan ini menjadi sumber sedimen pengisi cekungan selanjutnya (later basin fill). Arah sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan Sumatra tengah berjalan dari arah selatan menuju utara dengan kontrol struktur-struktur berarah utara selatan.

Kelompok Sihapas (Sihapas Group)

Kelompok Sihapas diendapkan di atas Kelompok Pematang, merupakan suatu seri sedimen pada saat aktifitas tektonik mulai berkurang, terjadi selama Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Kompresi yang terjadi bersifat setempat yang ditandai dengan pembentukan sesar dan lipatan pada tahap inversi yang terjadi bersamaan dengan penurunan muka air laut global. Proses geologi yang terjadi pada saat itu adalah pembentukan morfologi hampir rata (peneplain) yang terjadi pada Kelompok Pematang dan basement yang tersingkap. Periode ini diikuti oleh terjadinya subsiden kembali dan transgresi ke dalam cekungan tersebut.Kelompok Sihapas ini terdiri dari Formasi Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri dan Formasi Telisa.

6.2 Teori DasarSTRUKTUR KEKAR (JOINT)Hampir tidak ada suatu singakapan dimuka bumi ini yang tuidak memperlihatkan gejala rekahan.Rekahan pada batuan bukan merupakan gejala yang kebetulan.Umumnya hal ini terjadi akibat hasil kekandasan akibat tegangan (stress),karena itu rekahan akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum fisika.Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja),umumnya terisi oleh sedimen setelah beberapa lama terjadinya rekahan tersebut.Rekahan atau struktur kekar dapat terjadi pada batuan beku dan batuan sedimen.

Pada batuan beku,kekar terjadi karena pembekuan magma dengan sangat cepat (secara mendadak).

Pada batuan sedimen,Kekar terjadi karena :a. Intrusi/ekstrusib. Pengaruh iklim/musim

Dalam batuan sedimen umunya kekar juga dapat terbentuk mulai dari saat pengendapan atau segera terbentuk setelah pengendapannnya.dimana sedimen tersebut masih sedang mengeras.Struktur kekar dapat berguna dalam memecahkan masalah sebagai berikut : Geologi Teknik Geologi Minyak,terutama dengan masalah cadangan dan produksi minyak Geologi Pertambangan,yaitu dalam hal sistem penambangan maupun pengarahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi.6.3 MetodologiBeberapa hal yang perlu diperhatikan/dikerjakan dalam kuliah lapangan adalah :a. Penelitian lapangan diprioritaskan pada daerah yang diduga dilalui oleh zona sesar berdasarkan hasil interpretasi foto udara, citra landsat dan topografi. Hal ini perlu dilakukan dengan maksud agar penelitian lapangan berlangsung relatif cepat, sistematis dan mengenai sasaran.b. Mengamati, mengukur, mencatat, membuat sketsa singkapan, ploting data dan menganalisis (analisis sementara) seluruh unsur-unsur struktur yang nampak pada singkapan tersebut. Beberapa penjelasan point b ini adalah sebagai berikut : Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati dapat berupa bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun tersingkap sebagian. Ada dua tahapan dalam mengamati suatu singkapan, yaitu dari pengamatan dari jarak jauh dan pengamatan dari jarak dekat. Prosedur pengamatan singkapan yang baik diawali dengan memperhatikan singkapan dari jarak jauh sehingga seluruh singkapan dapat teramati dengan pandangan luas, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan yang terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan bagian mana yang perlu mendapatkan perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak dekat ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih detail. Pengamatan struktur tidak hanya ditujukan pada bentuk geometrinya, namun perlu pula diamati jejak-jejak yang diakibatkan oleh aktifitas pensesaran, misalnya milonit, breksi sesar, lipatan seret dsb. Beberapa contoh kasus ini, misalnya :a). Pengamatan jarak jauh : Tersingkap suatu bentuk lapisan batuan yang terlipat utuh . Dalam hal ini yang perlu diamati adalah bagaimana bentuk lipatannya, apakah antiklin atau sinklin, simetri atau tidak, bagaimana ukuran lipatannya besar atau kecil, bagaimana batas akhir dari struktur lipatan yang tersingkap tersebut berakhir oleh batas sesar ataukah hilang karena ditutupi oleh batuan penutup/vegetasi atau menerus ke bawah permukaan. Lebih jauh lagi apakah lipatan tersebut disertai dengan gejala pensesaran atau tidak, selanjutnya perlu pula diamati sifat fisik batuan penyusunnya, apakah bersifat ductile (lentur), brittle (keras) atau kombinasi antara keduanya.Pengamatan jarak dekat : Apabila batas singkapan tersebut dikontrol oleh sesar, maka perlu diperhatikan apakah ada jejak-jejak pensesaran, jika ada bagaimana sifat pergeserannya, apabila dijumpai breksi sesar bagaimana arah liniasinya, dsb.b). Dijumpai suatu singkapan batuan di tebing sungai dengan bentuk geometri strukturnya tidak utuh. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana gambaran umum posisi dan kedudukan lapisan batuannya, apakah kemiringan lapisannya landai atau relatif horizontal, sedang atau besar. Faktor ini dapat menunjukan tingkat deformasi dan selanjutnya dapat memperkirakan apakah sipemeta berada pada zona sesar atau tidak.6.4 Hasil dan Pembahasan

6.5 KesimpulanDari hasil kuliah lapangan didapatkan beberapa struktur geologi seperti kekar,lipatan, antiklin dll. Dan telah dibuat penampang geologinya. pengeplotan pun sudah dilakukan pada peta. Berdasarkan data yang telah didapatkan dilapangan dan data geologi regional daerah pengamatan.

BAB VIIPENUTUP7.1 Kesimpulan Umum

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Perubahan-perubahan itulah yang disebut struktur.

Dalam dunia geologi struktur yang penuh dengan analisa unsure titik, garis, bidang, dan sudut bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya, diperlukan berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa unsure-unsur tersebut secara lebih mudah dan praktis serta member hasil yang akurat demi efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal.Data jurus dan kemiringan lapisan batuan, ditampilkan dalam bentuk simbol pada peta topografi. Selanjutnya berdasrakan jurus perlapisan, ditarik garis kelurusan (setelah dilakukan koreksi topografi). Dengan cara ini di ketahui beberapa hal Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya.

Penampang adalah Suatu gambaran yang memperlihatkan keadaan geologi secara vertical, sehingga diketahui hubungan satu dengan lamnya. Dalam pembuatan penampang geologi dipilih suatu jalur tertentu sedemikian rupa, sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas semua keadaan geologinya secara vertikal. Dalam hal ini dipilih atau dibuat suatu jalur yang arahnya tegak lurus terhadap jurus umum lapisan batuan, sehingga dalam penampang akan tergambarkan keadaan kemiringan lapisan yang asli (true dip).

Analisis sementara, Setelah dilakukan observasi singkapan dan membuat sketsa singkapan, selanjutnya dilakukan analisis sementara khusus di lokasi tersebut. Analisis ini perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan dan menyimpulkan pembentukannya, sehingga memudahkan dalam analisis selanjutnya.

Plotting Data, Posisi singkapan selanjutnya diplot ke dalam peta dasar, dengan memberikan nomor lokasi dan apabila perlu diberikan simbol struktur yang diamati. Memplot data struktur ke dalam peta harus tepat pada posisi sebenarnya, karena data dasar ini akan digunakan dalam tahap penafsiran dan analisis selanjutnya.

7.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL