laporan resmi 2012

163
1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH ACARA I KOLEKSI PUPUK Disusun oleh: Ahmad Khoirudin Asrofi (11913) Lathifatul Lailia (11938) Nur Kusumastuti (11975) Eka Putri D. (12006) Siska Ernitawati (12066) Golongan : A3 (Siang) Asisten : Basyit Wulan I. LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Upload: eka-putri-dharmayanti

Post on 05-Aug-2015

539 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN RESMI 2012

1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA I

KOLEKSI PUPUK

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN RESMI 2012

2

ACARA 1

KOLEKSI PUPUK

Abstraksi Praktikum Acara 1 dengan judul Koleksi Pupuk ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan

Kesubuaran Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

pada hari Rabu, 03 Oktober 2012. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan

membuat koleksi pupuk. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat

menentukan kualitas dan kuantitas hasil panen. Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu

atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh

kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber

zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur

nitrogenm, fosfor, dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalium, magnesium, besi, tembaga, seng,

dan boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrient). Koleksi

pupuk dilakukan dengan membeli pupuk yang belum ada di laboratorium kimia dan kesuburan

tanah.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk adalah material tertentu yang ditambahkan ke media tanam atau

tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman sehingga dapat berproduksi dengan baik. Bahan pupuk yang paling awal

adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pupuk yang berasal

dari bahan-bahan alami tersebut termasuk dalam golongan pupuk organik.

Masukkan organik dan bahan alam merupakan pendukung utama keberhasilan

program pertanian organik dan pertanian berkelanjutan. Upaya tersebut harus

ditempuh untuk menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar lahan di Indonesia

memiliki kandungan bahan organik yang rendah (< 1%) dan adanya penurunan

produktivitas tanah terutama di lahan pertanian intensif.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan suatu bahan untuk

digunakan sebagai bahan pupuk, antara lain ketersediaan bahan dalam jangka

panjang, kandungan hara, tingkat perombakan, bebas dari senyawa meracun atau

mikrobia pathogen dan kemudahan pengolahan.

B. Tujuan

Untuk mengenal dan membuat koleksi pupuk

Page 3: LAPORAN RESMI 2012

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi

tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam

atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C,

H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar

dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam

tanaman < 100 ppm). Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan

manusia) dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan.

Manusia selalu menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan

lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik. Dengan

bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam

tubuh manusia. Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu

mengambil unsur hara yang tersedia di lingkungan hidupnya. Pada lahan yang tidak

terusik manusia, kesuburan tanah selalu meningkat, karena terjadi pelonggokan materi

dan energi di tempat tersebut. Mineral dari jeluk yang lebih dalam diangkut ke daun dan

digugurkan ke permukaan tanah. Gas-gas di udara terutama CO2 dijerat dan digunakan

sebagai penyusun tubuh tumbuhan. Tumbuhan selalu hidup bersama dengan lelembut

(mikrobia). Serasah tumbuhan menjadi makanan dan sumber energi bagi lelembut

tersebut untuk terus bekerja. Hasil perombakan digunakan kembali oleh tumbuhan.

Interaksi mineral dan bahan organik yang terus menerus itu, akan diikuti ketersedian

hara dan lengas yang makin besar, sehingga memberikan lingkungan yang terbaik bagi

tumbuhan. (Anonim, 2011)

Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan unsur hara yang tidak

sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk

dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan

haruslah dilakukan, karena kelebihan atau tidak tepatnya pemberian pupuk merupakan

pemborosan yang berarti mempertinggi input (Lestari et al., 2007).

Efisiensi dari pemakaian pupuk khususnya N, P, K juga penting untuk mencukupi

sebagian besar kebutuhan akan N, P, K pada tanaman. Selain itu pemberian unsur ini

dapat meningkatkan nilai ekonomis, energi, dan kemampuan beradaptasi pada

lingkungan yang lebih baik (Elberi et al., 2003).

Page 4: LAPORAN RESMI 2012

4

Kalau dibandingkan dengan pupuk alam, pupuk buatan mempunyai beberapa

kelebihan dan keburukan. Kebaikannya antara lain: kita dapat memberikan makanan

tanaman dalam jumlah yang kita anggap perlu, zat-zat makan tanaman dapat diberikan

dalam perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman,

makanan tanaman dapat diberikan dalam bentuk yang mudah tersedia. Dapat diberikan

pada saat yang tepat, dan pemakaian serta pengangkutan yang mudah dan lebih murah

karena konsentrasinya tinggi. Sedangkan keburukannya antara lain: umumnya

membahayakan kesehatan manusia dan umumnya tidak/sedikit sekali mengandung

unsur-unsur mikro (Hardjowigeno, 1979).

Pemakaian bahan cair untuk pemupukan dianggap sangat penting di daerah

tertentu. Digunakan tiga metode pokok dalam memberikan pupuk cair yaitu langsung

diberikan pada tanah, pemberian bersama air irigasi, dan penyemprotan tanaman dengan

larutan pupuk yang sesuai (Maas, 1996).

Kecuali pembagian tersebut masih ada cara lain mengelompokkan pupuk ini,

yaitu dengan melihat unsur hara yang dikandungnya. Dengan cara pengelompokan ini

maka dikenallah macam pupuk sebagai berikut Pupuk tunggal, yakni pupuk yang hanya

mengandung satu (tunggal) unsur hara makro saja, misalnya urea : mengandung unsur

hara Nitrogen (N), Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung lebih dari satu

unsur hara makra, misalnya DAP : mengandung unsur hara Nitrogen dan Fosfor, Pupuk

lengkap, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara lengkap secara keseluruhan (unsur

makro dan unsur mikro) (Anonim, 2007)

Page 5: LAPORAN RESMI 2012

5

III. METODOLOGI

Praktikum acara 1 yang berjudul Koleksi Pupuk ini dilaksanakan pada hari Rabu,

3 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam

praktikum ini adalah pensil, bolpoin, dan kertas serta kamera digital untuk mencatat

sifat dari koleksi pupuk dan mendokumentasikan koleksi pupuk tersebut. Bahan yang

digunakan dalam praktikum ini adalah pupuk ultradap.

Cara kerja dalam praktikum ini adalah setiap kelompok membuat koleksi : 1

(satu) macam pupuk disertai data atau leaflet yang memuat sifat dan cara aplikasinya.

Pupuk yang dikumpulkan apa adanya, diusahakan dari produk yang siap dipasarkan.

Jumlah pupuk yang dikumpulkan 1000gram (padat) atau 1000 ml (cair). Usahakan

mencari pupuk yang belum dikoleksi oleh laboratorium.

Page 6: LAPORAN RESMI 2012

6

IV. HASIL PENGAMATAN

Koleksi pupuk dilakukan dengan membeli pupuk yang belum dikoleksi oleh

Laboratorium kesuburan. Pembelian pupuk dilakukan pada hari,tanggal : Sabtu, 29

September 2012 di Daerah Moyudan di Kios Pertanian dan Peternakan Agro HIT,

Jalakan, TambakRejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Pupuk yang ingin dikoleksi

tersebut bernama dagang Pupuk Ultradap dengan rincian data sebagai berikut :

a. Nama Dagang : Ultradap

b. Warna : Putih

c. Senyawa kimia : N 12 % dan P2O5 60%

d. Kemasan : Plastik

e. Bentuk : Kristal

f. Produsen : Saprotan Utama, Semarang

g. Aturan pakai :

No. Jenis Dosis Aplikasi Kegunaan Aturan Pakai

1. Kentang 5 gram-

40gram/lt air

3 sdm

ultradap+5sdm

CPN dilarutkan

dalam 10 lt air,

air dituangkan

untuk 50

tanaman

Merangsang

pertumbuhan

akar,

pembentukan

batang dan

bunga

Pakai mulai

umur 7 HST

sampai

menjelang

pembungaan,

3 x aplikasi,

interval 1

minggu.

2. Cabai dan

Tomat

5 gram-

20gram/liter

air

3sdm

ultradap+5 sdm

CPN (KNO3

merah Pak

Tani)dilarutkan

dalam 10 lt air,

dituangkan

untuk 50

tanaman

Merangsang

pertumbuhan

akar,

pembentukan

batang dari

bunga

Pakai saat

mulai umur 7

HST sampai

menjelang

pembungaan

7-9 x

aplikasi,

interval 1

minggu

3 Semangka

dan

Melon

2gram-

4gram/lt air

Larutkan

ultradap dengan

takaran 2-4 sdm

Merangsang

pertumbuhan

akar,

Pakai mulai

umur 7 HST

sampai

Page 7: LAPORAN RESMI 2012

7

pertangki

semprot atau

0,5-1 kg dalam

200 lt air

pembentukan

batang dan

bunga.

menjelang

pembungaan

3-5 x

aplikasi,

interval 1

minggu.

Page 8: LAPORAN RESMI 2012

8

V, PEMBAHASAN

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi

tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam

atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C,

H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar

dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam

tanaman < 100 ppm). Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan

manusia) dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan.

Manusia selalu menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan

lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik. Dengan

bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam

tubuh manusia. Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu

mengambil unsur hara yang tersedia di lingkungan hidupnya.

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan

untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogenm, fosfor, dankalium.

Sedangkan unsur sulfur, kalium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron merupakan

unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrient). Pupuk terdiri dari

dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuik organik merupakan pupuk

yang terbuat dari sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai

kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami

proses pembusukkan oleh mikroorganisme. Selain pupuk anorganik juga harus

diberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah pupuk kompos, pupuk

hijau,dan pupuk kandang.

Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang

sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam

jumlah kadar tinggi, pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral

murnidari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Pupuk anorganik

dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotositesis.

Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya pupuk dapat dibagi menjadi pupuk tunggal,

seperti pupuk nitrogen, pupuk fosforus, pupuk kalium dan pupuk majemuk yaitu pupuk

NPK.

Page 9: LAPORAN RESMI 2012

9

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pupuk ultradap merupakan salah

satu pupuk majemuk yang berbahan dasar senyawa kimia dua jenis yaitu Nitrogen

sebesar 12 % dan P2O5 sebesar 60% dengan ciri fisik pupuk berwarna putih dan

granuler kristal (butiran kecil) dan pada kemasarn plastik. Pupuk tersebut diproduksi

oleh Saprotan Utama Semarang dan dijual di berbagai cabang. Salah satu cabangnya

adalah di daerah Jalakan, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.

Berbagai macam pupuk adalah ada pupuk Tunggal, pupuk majemuk, danm pupuk

alternatif. Pupuk tunggal misalnya pupuk N (Urea, Za), Pupuk P (SP-36), Pupuk K

(KCl). Sedangkan pupuk majemuk antara lain pupuk NP, NK, PK, NPK, NPK + Hara

mikro. Sedangkan pupuk alternatif dan pembenah tanah antara lain batuan fosfat,

kompos, pupuk kandang, pupuk hayati, zeolit.

Pupuk ultradap termasuk kedalam pupuk majemuk yang terdiri dari P2O5 dengan

kadar 60% dan senyawa N sebesar 12 %. Dapat diketahui bahwa pupuk ini didominasi

olek senyawa P2O5. Pupuk dengan kadar pospat Oksida yang tinggi meiliki sifat dapat

merangsang pertumbuhan akar, pembentukan batang dan bunga lebih cepat.

Pada prinsipnya pupuk P adalah endapan-endapan alam dari batuan yang

mengandung fosfor, senyawa besi dan tulang-tulang binatang. Pupuk fosfat yang dibuat

dari bahan tersebut diatas dapat digolongkan menjadi fosfat alam yang meliputi bahan

batuan fosfat yang masih asli. Senyawa fosfat sebagai hasil pelakuan secara sederhana,

misalnya : abu, tulang, arang tulang, super fosfat Ca-Fosfat dsb, Fosfat hasil sampingan

seperti basic slang, dan yang disebut senyawa fosfat, seperti fosfat-fosfat yang diikat

dalam bentuk: ammonium, nitrat, misalnya : ammonium fosfat, fosfat nitrat, kalium

fosfat, ammo-phos dan lain-lain ikatan fosfat.

Page 10: LAPORAN RESMI 2012

10

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

1. Pupuk merupakan masukkan organik dan bahan alam yang merupakan pendukung

utama keberhasilan program pertanian berkelanjutan.

2. Pupuk Ultradap merupakan pupuk kimia dan pupujk majemuk yang terdiri dari

senyawa P2O5 60% dan N 12 %.

3. Pupuk yang mengandung P2O5 60% dapat merangsang pertumbuhan akar, lebih

cepat, pembentukan batang dan bunga lebih cepat.

4. Pupuk ultradap dapat digunakan untuk tanaman sayuran seperti kentang, cabai,

tomat,dan tanaman buah-buahan seperti melon dan semangka dengan takaran dan

dosis yang berbeda.

B. Saran

1. Setiap perusahan pupuk seharusnya memberikan keterangan yang jelas terhadap

pupuk yang diproduksi karena terdapat beberapa jenis pupuk yang memiliki

ketidakjelasan keterangan mengenai pupuk yang diproduksi

Page 11: LAPORAN RESMI 2012

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pengenalan Pupuk. <http://pusri.wordpress.com>. Diakses tanggal 11

November 2012.

Anonim. 2011. Kesuburan tanah. <http://repository.usu.ac.id>. Diakses tanggal 11`

November 2012.

Elberi, A., D. H. Putnam and M. Schimitt. 2003. Nitrogen fertilizer and cultivar effect

of yield and nitrogen use efisiensi of grain amaranth. Agronomy Journal. 83:

120-129.

Hardjowigeno, S. 1979. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.

Lestari, A, S. Murdiyati dan Djumali. 2007. Pengaruh dosis pupuk terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kapas. Agr-UMY 5:9-11

Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Page 12: LAPORAN RESMI 2012

12

LAMPIRAN

Page 13: LAPORAN RESMI 2012

13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA II

SIFAT PUPUK

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 14: LAPORAN RESMI 2012

14

ACARA II

SIFAT PUPUK

Abstraksi

Praktikum Acara 2 dengan judul Sifat Pupuk ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan

Kesubuaran Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

pada hari Rabu, 03 Oktober 2012. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai

jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan koleksi yang sudah ada guna

mengetahui pengaplikasiannya secara tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Berdasarkan sifatnya pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik, sedangkan

berdasarkan macam haranya pupuk dibedakan menjadi tiga yaitu pupuk tunggal, pupuk

majemuk, dan pupuk alternatif. Pupuk yang diamati antara lain : M.K.P (Mono Kalsium

Phosphate), Pomi, SM Daun, CPN, Bio Nutrimax Plus, Saputra Nutrient, Grow Toop-D,

Growmore, Super Tonik, dan Gandasil D.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan suatu bahan yang esensial bagi tanaman karena pupuk

berperanan dalam menambah unsur hara bagi tanaman. Pupuk dapat membantu

dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan. Kebutuhan pada setiap

tanaman berbeda-beda tergantung dari kebutuhan akan haranya, oleh sebab itu

memahami sifat-sifat dari setiap pupuk sangat diperlukan.

B. Tujuan

Mengenal berbagai jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan

koleksi yang sudah ada.

Page 15: LAPORAN RESMI 2012

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam arti luas pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman

dalam hal ini termasuk bahan pembenah tanah (soil conditioner). Berdasarkan jumlah

hara yang dikandungnya, pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu (Sarief, 1989) :

a. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara.

b. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara.

Disamping dua macam pupuk tersebut, tanah sering pula memerlukan pembenah tanah.

Pembenah tanah ini berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah.

Petani umumnya lebih biasa menggunakan pupuk tunggal, yaitu pupuk yang

hanya mengandung satu jenis hara saja. Misalnya, Urea hanya mengandung hara

nitrogen (N). SP-36 hanya dipentingkan fosfat (P)-nya saja, tapi sebetulnya juga

mengandung sulfur (S). Atau KCl yang diutamakan sebagai sumber kalium (K) (Peni et

al., 2008).

Penggunaan pupuk N, P, dan K secara tunggal memberikan pengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi, namun terhadap bobot 1000

biji tidak menunjukkan perbedaan. Hara nitrogen merupakan salah satu faktor pembatas

utama untuk tanaman padi sawah. Peranan penting dari P di dalam tanaman antara lain

adalah dalam pembentukan buah dan biji serta pembelahan sel dan perkembangan akar,

sehingga kekurangan P akan menyebabkan tanaman tumbuh lambat dan kerdil (Arafah

dan Sirappa, 2003).

Penambahan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan N total tanah dalam

berbagai bentuk anorganik seperti NH4+ atau NH3 atau NO3-, sehingga dengan

meningkatnya kandungan N total tersebut akan menurunkan rasio C/N tanah.

Berdasarkan rumus C/N, jika N meningkat maka rasio tersebut akan menurun (Syukur

dan Harsono, 2008).

Setiap material alami atau buatan yang mengandung setidaknya 5% dari satu

atau lebih dari tiga nutrisi primer - nitrogen (N), fosfor (P), atau kalium (K) - dapat

dianggap sebagai pupuk. Ada beberapa sumber nutrisi tanaman. Dua yang paling

penting adalah pupuk organik dan pupuk mineral. Ketika pupuk kandang dan residu

tanaman yang digunakan, pupuk mineral memasok keseimbangan gizi yang luar biasa

yang dibutuhkan untuk hasil panen yang baik (Anonim, 2011).

Page 16: LAPORAN RESMI 2012

16

N, P dan K dalam pupuk NPK dapat hilang oleh pencucian. Nutrisi dalam bahan

organik kurang mudah tersedia karena bahan terdekomposisi dan nutrisi organik

termineralisasi. Nutrisi dilepaskan dari NPK dan sumber bahan organik seperti N, P

dan K yang membentuk blok untuk protein (N), nukleoprotein (P), abu (K) dan ekstrak

eter (P dalam bentuk fosfolipid) (Makinde et al., 2010).

Page 17: LAPORAN RESMI 2012

17

III. METODOLOGI

Praktikum sifat pupuk dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan

Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada

hari Rabu, 3 Oktober 2012. Bahan yang digunakan adalah: pupuk M.K.P (Mono

Kalsium Phosphate), Pomi, SM Daun, CPN, Bio Nutrimax Plus, Saputra Nutrient, Grow

Toop-D, Growmore, Super Tonik, dan Gandasil D.

Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: pertama diamati pupuk dan

brosur yang tersedia kemudian dicatat tentang data sifat fisik (bentuk, ukuran butir,

warna, higroskopisitas, kadar lengas dan BV), sifat kimia (senyawa kimia, kadar hara,

sifat fisiologis/ kemasaman), kemasan, produsen, tanggal pembuatan & tanggal

kadaluwarsa, cara aplikasinya (cara dan takaran penggunaan), dan keterangan-

keterangan lain jika dianggap perlu.

Page 18: LAPORAN RESMI 2012

18

IV. HASIL PENGAMATAN

1. M.K.P (Mono Kalsium Phosphate)

a. Sifat Fisik

Bentuk : kristal

Ukuran butir : mikro

Higroskopisitas : kurang baik

Warna : putih

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

P2O5 52

K2O 34

c. Kemasan

Produsen : CV. Saprotan Utama - Semarang

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Dapat diaplikasikan lewat tanah, daun, dan hidroponik dengan dosis pada

beberapa jenis tanaman sebagai berikut:

Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi

Kentang 40 gr/ lt air Mulai saat pembentukan umbi, 3 kali semprot, interval 1

minggu

Tomat 30 gr/ lt air Menjelang berbunga, 2-6 kali semprot, interval 1 minggu

Mangga 20 gr/ lt air Menjelang berbunga, 3 kali semprot,interval 2 minggu

Page 19: LAPORAN RESMI 2012

19

2. Pomi ®

a. Sifat Fisik

Bentuk : cair

Ukuran butir : -

Higroskopisitas : baik

Warna : cokelat pekat

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

C-Organik 15

Keasaman (pH) : 4,5

c. Kemasan

Produsen : PT. INDOACIDATAMA Tbk.

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : 02-05-2012

d. Aplikasi

1. Dosis larutan pomi kuning 5 cc/ lt air

2. Untuk 1 tangki sprayer (isi 14 lt) larutkan 8 tutup jerigen pomi kunig

3. Siram larutan pomi kuning secara merata di lahan sebagai pupuk dasar pada

7 hari sebelum tanam sebanyak ± 5 lt pomi kuning/ha, untuk tanaman yang

ditanam pada lubang tanam, siramkan 50 cc larutan pomi kuning pada

lubang tanam

Page 20: LAPORAN RESMI 2012

20

3. SM Daun

a. Sifat Fisik

Bentuk : butiran

Ukuran butir : mikro

Higroskopisitas : kurang baik

Warna : hijau

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N-Organik 15

Ca & Mg 5

O2 soiltic 5

Mikro fertilizer 75

c. Kemasan

Produsen : CV. Sarana Mulia

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Dapat digunakan dengan cara dilarutkan, dengan dosis 3-5 gr/ lt air atau

3-5 sendok makan/ ember air (±10 lt). dapat digunakan dengan cara semprot,

dengan dosis 1-2 gr/ lt air atau 1-2 sendok makan/ tangki semprot (±14 atau ±17

lt).

Page 21: LAPORAN RESMI 2012

21

4. CPN

a. Sifat Fisik

Bentuk : granuler

Ukuran butir : mikro

Higroskopisitas : kurang baik

Warna : merah muda

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N 15

K2O 14

Na 18

B 0,05

c. Kemasan

Produsen : CV. Saprotan Utama - Semarang

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Dapat diaplikasikan dengan dosis pada beberapa jenis tanaman sebagai

berikut:

Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi

Kentang, tomat, kubis, bawang

merah, bawang putih

50-100 kg/ha 7-35 HST

Page 22: LAPORAN RESMI 2012

22

5. Bio Nutrimax Plus

a. Sifat Fisik

Bentuk : cair

Ukuran butir : -

Higroskopisitas : baik

Warna : kuning kecoklatan

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi

N 4,8 %

P2O5 0,23 %

K2O 0,58 %

Ca 1048,01 ppm

Mg 128,63 ppm

S 10,67 ppm

Fe 301,8 ppm

Mn 178,35 ppm

B 20,27 ppm

Mo 45,01 ppm

Cu 9,65 ppm

Zn 11,54 ppm

Cl 0,87 ppm

Co 0,36 ppm

Na 43,51 ppm

c. Kemasan

Produsen : CV. ZALFAGRO INDOPRIMA

Page 23: LAPORAN RESMI 2012

23

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Dapat diaplikasikan melalui penyemprot atau penyiraman dengan dosis

pada beberapa jenis tanaman sebagai berikut:

Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi

Bawang merah 30-40 cc/ 10 lt air 5 hari sekali

Tembakau 30-40 cc/ 10 lt air 2 dan 3 minggu

3 dan 5 minggu

6. Saputra Nutrient

a. Sifat Fisik

Bentuk : bubuk

Ukuran butir : mikro

Higroskopisitas : baik

Warna : abu-abu

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

Nitrogen -

Fosfor -

Kalium -

Kalsium -

Magnesium -

Trace mineral -

Page 24: LAPORAN RESMI 2012

24

c. Kemasan

Produsen : PT. SAPUTRA NUTRIENTS - Indonesia

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Campuran antara Sputra Nutrient powder dan liquid dan air (1:3:5) yaitu

1 sdm powder, 3 sdm liquid, dan 5 lt air, kemudian disemprotkan ke tanah.

Penyemprotan bulan 1 : 1 minggu sekali

Penyemprotan bulan 2 : 2 minggu sekali

Penyemprotan bulan 3 : 1 bulan sekali

7. Grow Toop-D

a. Sifat Fisik

Bentuk : cair

Ukuran butir : -

Higroskopisitas : baik

Warna : hijau

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N 40

P 15

K 10

Fe, Ca, Mn, B + vit B -

Page 25: LAPORAN RESMI 2012

25

c. Kemasan

Produsen : -

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Cara: dicampurkan 2 cc Grow Toop-D dengan 1 lt air kemudian

disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, daun.

Pemakaian: 1-2 kali sehari

8. Growmore

a. Sifat Fisik

Bentuk : kristal

Ukuran butir : mikro

Higroskopisitas : kurang baik

Warna : biru

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N 10

P2O5 55

K2O 10

Ca 0,05

Mg 0,1

S 0,2

B 0,02

Cu 0,05

Fe 0,1

Page 26: LAPORAN RESMI 2012

26

Mn 0,05

Mo 0,0005

Zn 0,05

c. Kemasan

Produsen : -

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Cara pengaplikasian yaitu dengan melarutkan 1-2 gr dalam 1 lt air,

kemudian disemprotkan pada bagain tanaman pada pagi dan sore. Lakukan

dengan teratur selang 5-10 hari.

9. Super Tonik

a. Sifat Fisik

Bentuk : cair

Ukuran butir : -

Higroskopisitas : baik

Warna : biru

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N 15

P2O5 2

K2O 0,3

S 1,25

Mg 0,25

Page 27: LAPORAN RESMI 2012

27

CaO 1,6

Mn 1,25

Al 0,02

GA 0,25

c. Kemasan

Produsen : CV. AGRO JAYA OKTAVIANT – Sidoarjo,

Jatim

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Dapat diaplikasikan lewat tanah, daun, dan hidroponik dengan dosis pada

beberapa jenis tanaman sebagai berikut:

Jenis tanaman Dosis Interval pemakaian

Coklat, kopi, cengkeh,

tebu, apel, jeruk, the

2-4 cc 1-2 minggu setelah tanam

Tiap 7-14 hari

Padi 2-4 cc Tiap 7-14 hari

Umbi-umbian, ubi-ubian 1-2 cc 2-3 minggu setelah tanam

e. Keterangan lain

Super Tonik merupakan pupuk daun cair super lengkap

Untuk merangsang pertumbuhan dan kesuburan daun, bunga, dan buah

10. Gandasil D.

a. Sifat Fisik

Bentuk : kristal

Ukuran butir : mikro

Page 28: LAPORAN RESMI 2012

28

Higroskopisitas : kurang baik

Warna : putih

b. Sifat Kimia

Senyawa Kimia Komposisi (%)

N 20

P2O5 15

K2O 15

MgSO4 1

c. Kemasan

Produsen : PT. KALATHAM

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluwarsa : -

d. Aplikasi

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, gunakan Gandasil-D pada

tingkat permulaan pertumbuhan tanaman dengan malarutkan 10-30 gr Gandasil-

D dalam 10 lt air dan semprotkan setiap 8-10 hari sekali, tergantung pada

keadaan setempat. Gandasil-D dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida,

kecuali yang bersifat alkalis.

Page 29: LAPORAN RESMI 2012

29

V. PEMBAHASAN

Pupuk merupakan suatu bahan yang esensial bagi tanaman karena pupuk

berperanan dalam menambah unsur hara bagi tanaman. Pupuk dapat membantu dalam

mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan. Tanaman menyerap hara

terutama dari larutan tanah, sehingga diperlukan menghasilkan pupuk dalam mudah

larut.

Berdasarkan jumlah hara yang dikandung, pupuk dibedakan menjadi pupuk

tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung

satu macam unsur hara tanaman saja, misalnya urea hanya mengandung hara N.

Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara

baik unsur hara makro maupun mikro.

Nilai dari suatu pupuk ditentukan oleh sifat-sifatnya. Sifat-sifat yang penting

untuk penilaian ini adalah kadar unsur, higroskopisitas, kelarutannya, bekerjanya dan

keasamannya.

a. Kadar unsur

Kadar atau kandungan unsur ini adalah ukuran pertama yang digunakan untuk

menilai pupuk, karena kadar ini menentukan kemampuan suatu pupuk untuk

merubah kesuburan kimiawi secara mutlak (absolut). Pada dasarnya makin tinggi

kadar unsurnya makin baik. Kadar unsur dinyatakan sebagai persen (%). Misalnya

ZA 21,2% N ini berati tiap kuintal ZA mengandung 21,2 kg N.

b. Higroskopisitas

Bila kelembapan nisbi udara melebihi batas tertentu, maka pupuk mulai

menarik/menyerap air. Dan sifat ini disebut higroskopisitas. Sesudah menarik air ini

ada pupuk yang hanya menjadi lembab, ada yang menjadi basah dan melunak dan

ada pula yang mencair. Bila kelembaban nisbi turun, maka pupuk mengering kembali

dan dapat menjadi bongkah-bongkah keras. Higroskopisitas ini memang secara

langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah kesuburan tanah, tetapi

mempengaruhi cara penyimpanan dan cara pemakaiannya. Pupuk yang higroskopis

harus disimpan ditempat-tempat yang benar-benar kering, sebab kalau sudah menarik

air akan memerlukan cara-cara istimewa untuk mempergunakannya.

Page 30: LAPORAN RESMI 2012

30

c. Kelarutan

Kelarutan pupuk sangat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung

diambil oleh tanaman. Dengan pasti dapat dikatakan bahwa pupuk pupuk yang sukar

larut sukar pula diserap unsur-unsurnya oleh tanaman

d. Kemasaman

Karena sifat kimiawinya pupuk dapat merubah kemasaman tanah. Ada pupuk yang

meningkatkan, ada yang mempertahankan dan ada pula yang mengurangi keasaman.

Kemasaman ini dapat mempengaruhi kehidupan tanaman baik secara langsung

maupun tidak langsung. Sedang pertanaman umumnya menghendaki tanah dengan

kemasaman sedang (netral). Karena itu dianjurkan penggunaan pupuk yang dengan

tingkat kemasaman tinggi untuk tanah dengan tingkat kemasaman rendah atau

sebaliknya.

e. Cara Kerja

Yang dimaksud dengan bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga

pupuk tersebut dapat dihisap tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Ada yang

bekerja cepat, lambat dan sedang. Bekerjanya pupuk ini sangat mempengaruhi waktu

dan cara penggunaan pupuk.

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah dokumen yang memuat ketentuan,

pedoman dan/atau karakteristik dari suatu kegiatan, barang atau jasa yang dirumuskan

secara konsensus oleh pihak terkait dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional

(BSN). SNI merupakan satu-satunya standar nasional, yang bertujuan untuk

memperlancar transaksi perdagangan dan melindungi kepentingan konsumen.

Untuk memperoleh SNI maka dilakukan beberapa tahapan antara lain definisi

pupuk itu sendiri, syarat mutu pupuk (kandungan dalam pupuk tersebut), pengambilan

sampel, pengujian sampel tersebut (kadar nitrogen, kadar belerang, kadar air, kadar

biuret, kadar phospor, kadar asam bebas, dll), syarat pengemasan (tidak menimbulkan

reaksi dengan isi, tertutup rapat dan kuat, kedap udara), dan syarat penandaan (setiap

kemasan harus dicantumkan nama produk, kadar hara utama, berat bersih,

lambang/merk, nama produsen atau penandaan lainnya). Produk dinyatakan lulus uji

apabila telah memenuhi seluruh persyaratan dalam standar ini. Terkadang, dalam

tahapan pemberian SNI ini dimasukkan beberapa acuan agar memenuhi standar asing

Page 31: LAPORAN RESMI 2012

31

(luar negeri) semisal ISO, AOAC, DSM, sehingga dapat meningkatkan daya saing

ekspor pupuk.

Page 32: LAPORAN RESMI 2012

32

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan sifatnya pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik.

2. Berdasarkan macam haranya pupuk dibagi menjadi tiga yaitu pupuk tunggal, pupuk

majemuk, dan pupuk alternatif.

3. Berdasarkan dari pupuk yang dicatat, maka hampir semua pupuk memiliki

kandungan unsur hara makro seperti N, P, dan K.

4. Sedangkan untuk unsur hara mikro, kebanyakan mengandung unsur C, H, O, S, Ca,

Mg, Mn, Zn, Mo, dan B..

B. Saran

1. Hampir semua pupuk kemasan yang telah dicatat tidak mempunyai keterangan

mengenai kemasaman, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa sehingga

perusahaan pupuk perlu menambahkan mengenai keterangan tersebut.

2. SNI pupuk bermanfaat untuk memperlancar transaksi perdagangan dan

melindungi kepentingan konsumen sehingga perusahaan pupuk harus memiliki

cap SNI di setiap pupuk yang diproduksi.

Page 33: LAPORAN RESMI 2012

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. What are Fertilizer? <

http://www.fertilizer.org/ifa/HomePage/FERTILIZERS-THE-

INDUSTRY/What-are-fertilizers> Diakses tanggal 10 November 2012.

Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N,P dan K pada

lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4 : 15 – 24.

Makinde, E.A., L.S. Ayeni, S.O. Ojeniyi, and J.N. Odedina. 2010. Effect of organic,

organomineral and NPK fertilizer on nutritional quality of Amaranthus in

Lagos, Nigeria. Sciencepub 5 : 91 – 96.

Peni, T., Mardi, dan S. Riyanto. 2008. Pupuk Tunggal vs Pupuk Majemuk <

http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=1300>. Diakses

tanggal 10 November 2012.

Sarief, S. 1989. Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Syukur, A dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK

terhadap sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu

Tanah dan Lingkungan 8 : 138-145.

Page 34: LAPORAN RESMI 2012

34

LAMPIRAN

Page 35: LAPORAN RESMI 2012

35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA III

CARA PEMUPUKAN

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 36: LAPORAN RESMI 2012

36

ACARA III

CARA PEMUPUKAN

Abstraksi Praktikum Kesuburan Tanah acara III “Cara Pemupukan” ini dilaksanakan pada Sabtu, 20

Oktober 2012 di Kebun Fakultas Pertanian, Banguntapan, Bantul. Tujuan dari praktikum ini

adalah mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam bentuk

digital. Praktikum ini dilakukan secara berkelompok dengan cara membuat dokumentasi cara

pemupukan yang dilakukan petani dalam bentuk digital. Pemupukan merupakan salah satu usaha

pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengendalikan sediaan hara dan tanah asli saja, tanpa

penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hara dalam tanah secara berangsur-

angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan

permukaan, erosi atau penguapan. Aplikasi pupuk dilakukan dengan teknik broadcasting, ring

placement, spot placement, foliar application, dan fertigation. Teknik placement dan broadcasting

digunakan untuk pupuk dengan bentuk padat. Sedangkan foliar application dan fertigation untuk

pupuk jenis cair. Pemupukan dengan broadcasting yaitu dengan disebar, sedang pada ring

plecement dan spot placement dengan cara dibenamkan. Pada teknik foliar application dan

fertigation dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Dengan cara pemupukan yang tepat maka

akan memberikan tambahan unsur-unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk

meningkatkan mutu dan hasil produksinya.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah.

Dengan mengendalikan sediaan hara dan tanah asli saja, tanpa penambahan hara,

produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara

pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur- angsur

akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan

permukaan, erosi atau penguapan. pemupukan bertujuan untuk menambah

persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman guna meningkatkan

produksi dan mutu hasil tanaman. Penempatan yang tepat dan saat pemberian

merupakan faktor yang penting dalam pemupukan. Terdapat berbagai cara

pemupukan, yaitu broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application,

dan fertigation. Dengan cara pemupukan yang tepat maka akan memberikan

tambahan unsur-unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk meningkatkan

mutu dan hasil produksinya.

B. Tujuan

Mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam

bentuk digital.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 37: LAPORAN RESMI 2012

37

Menurut pengertian umum, pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan kepada

komplek tanah tumbuh-tumbuhan supaya langsung atau tidak langsung dapat

menambah zat-zat makanan tanaman yang tersedia dalam tanah. Dalam arti kata yang

sempit, pupuk ialah bahan-bahan yang ditambahkan pada komplek tanah tumbuhan

untuk melengkapi keadaan makanan dalam tanah yang tidak cukup mengandung unsur

makanan tanaman. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau

memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat-zat kepada tanah yang langsung

atau tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Kesuburan

tanah itu akan berkurang bila tidak diberi pupuk, sebab bahan-bahan mineral selalu

diambil dari tanah, jadi tanah akan kehabisan bahan-bahan tersebut (Sosrosoedirdjo,

1979).

Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan

untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat

atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga

diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.Tujuan utama pemupukan adalah

menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman

sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada

dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan

tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada

perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat.

Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan

hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut (Nasih, 2010)

Penggunaan pupuk yang benar sesuai dengan waktu dan dosisnya sangat

berpengaruh baik terhadap kehidupan tanaman karena: dapat memperbaiki struktur

tanah sesuai dengan yang dikehendaki oleh tanaman, dapat menggantikan unsur hara

yang hilang atau habis, sehingga dapat mempertahankan keseimbangan unsur hara

dalam tanah dan kesuburan tanah meningkat, dapat meningkatkan daya ikat terhadap air

sehingga kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi, dapat mengikat fraksi tanah,

dapat mengurangi bahaya erosi karena tanaman menjadi subur, dapat meningkatkan

produksi, baik kuantitas maupun kualitas (Lestari et al., 2001).

Page 38: LAPORAN RESMI 2012

38

Cara pemberian pupuk ada beberapa macam, yaitu (Rosmarkram dan Yuwono,

2001):

A. Bentuk Padatan

1. Penyebaran (broadcasting)

Dengan cara ini pupuk ditebarkan pada permukaan tanah, dilakukan sebelum

tanam (pada waktu pembajakan/penggaruan/pengolahan tanah terakhir) sebagai

pupuk dasar atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian diinjak-injak agar

pupuk terbenam ke dalam tanah.

a. Top dressing : pupuk disebarkan merata atau melarut alur sempit.

b. Side dressing : pupuk ditebarkan di samping alur benih atau tanaman.

2. Penempatan (placement)

Dengan cara ini pupuk ditempatkan secara khusus ke dalam lubang atau alur

yang sudah dipersiapkan lebih dahulu.

B. Bentuk Cairan

1. Aerial application : pupuk disemprotkan/dikabutkan dengan menggunakan

pesawat terbang. Cara ini digunakan pada daerah perbukitan, hutan atau lahan

yang luas. Pemberian pupuk dapat dikombinasikan dengan pestisida.

2. Foliar application : pupuk terlarut (cair) disemprotkan pada permukaan daun.

3. Fertigation : penggunaan sistem ini dimaksudkan pemberian air pengairan

sekaligus memupuk. Pupuk yang digunakan cairan atau puput padat yang

dilarutkan, ditampung dalam tangki, kemudian dialirkan dan disemprotkan

dengan pompa. Larutan yang digunakan adalah amonia, asam fosfat dan KCL.

Cara ini diterapkan untuk daerah padang pasir atau perkebunan besar dengan

lahan berbukit.

4. Injection : cairan disuntikkan ke dalam tanah. Pupuk ammonian bertekanan

diinjeksikan pada jeluk 10-20 cm, pupuk tanpa tekanan diinjeksikan dekat

permukaan tanah.

Pupuk cair mulai banyak digunakan karena mudah aplikasinya terutama untuk

sayuran, tanaman hias, buah-buahan tertentu dan diperkirakan yang beredar sudah lebih

dari 100 markah (nama dagang), komposisinya terdiri dari gabungan unsur hara primer

dengan atau tambahan unsur hara sekunder dan mikro nutrisi, namun sebagian besar

belum jelas identitasnya dan merupakan produk impor (Susilowati, 2002).

Page 39: LAPORAN RESMI 2012

39

Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman,

kandungan unsur hara dalam tanah dan kadar unsur hara pupuk, sedangkan waktu

pemupukan berkaitan dengan sifat pupuk dalam melepaskan unsur hara. Pupuk yang

bekerjanya cepat sebaiknya diberikan secara bertahap dan sebaliknya pupuk yang

bekerjanya lambat diberikan pada awal pertanaman sekaligus (Wuryaningsih, 2000).

Page 40: LAPORAN RESMI 2012

40

III. METODOLOGI

Praktikum Kesuburan Tanah acara III yang berjudul Cara Pemupukan dilakukan

pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012 di Kebun Fakultas Pertanian, Banguntapan, Bantul.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gayung, ember, dan kamera. Bahan-

bahan yang digunakan yaitu pupuk Greenfor, dan air.

Cara kerja praktikum untuk pemupukan secara fertigation adalah pertama

dilarutkan pupuk pada ember sesuai takaran (misal satu sendok pupuk dalam satu liter

air). Setelah homogen larutan pupuk tersebut dilarutkan pada media pertanaman.

Kegiatan pemupukan ini didokumentasikan menggunakan kamera.

Page 41: LAPORAN RESMI 2012

41

IV. HASIL PENGAMATAN

Hasil dikumpulkan dalam bentuk video.

Page 42: LAPORAN RESMI 2012

42

V. PEMBAHASAN

Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan

untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat

atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga

diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.

Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisik,

kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan

(reparation) atau penggantian (restitution). Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa

(pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner,

untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang

terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk

menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan kegaraman

tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud

sebagai pupuk maupun pembenah tanah.

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan

mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk

pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara

dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang

karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau

penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan

meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap

berfungsi secara lestari.

Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum

untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen.

Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat

yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.

Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap

hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir

berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang

ditambahkan dalam pupuk tersebut.

Page 43: LAPORAN RESMI 2012

43

Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan:

1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi lengas dan aerasi),

kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah, sematan hara,

status dan imbangan hara), kondisi biologis (pathogen, gulma).

2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan.

3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga.

4. Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.

Cara pemupukan yang dicobakan pada praktikum kali ini ada lima macam yaitu

broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application dan fertigation

1. Broadcasting

Pada pemberian pupuk dengan cara broadcasting atau disebar dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu top dressing dan side dressing. Pemupukan dengan cara disebar

ini biasanya dilakukan sebelum tanam dan sesudah ada tanamanya.

Cara ini dilakukan dengan menaburkan pupuk keseluruh areal, dilakukan sebelum

tanam sebagai pupuk dasar atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian

diinjak-injak agar pupuk terbenam kedalam tanah. Untuk pupuk organik biasanya

dilakukan pada tanaman berumur pendek (semusim). Untuk pupuk anorganik yang

mudah larut air, misalnya urea disebar merata dan dapat dibiarkan begitu saja atau

dibenamkan tidak terlalu dalam karena peresapannya dibantu oleh air. Sedangkan untuk

pupuk yang tidak larut atau sedikit larut air dan bagian utamanya terikat secara kimiawi

seperti jenis fosfat (TSP) harus disebar merata kemudian dibenamkan dalam tanah.

Metode ini cocok dilakukan untuk lahan sawah atau tanaman dengan jarak tanam

yang rapat, perakaran merata pada tanah bagian atas dan pupuk diberikan pada jumlah

yang besar. Cara ini mudah dilakukan, hemat biaya dan tenaga serta pemberian pupuk.

Metode broadcasting sering digunakan karena dianggap lebih sederhana, hemat tenaga

dan praktis.

Kelemahan yang muncul dalam cara pemupukan seperti ini adalah antara lain

sifatnya yang boros, kadar hara banyak mengalami pencucian dan akan hilang sebelum

dimanfaatkan oleh tanaman, penyebaran atau percampuran pupuk tidak merata pada

semua lapis olah, harus dalam jumlah yang besar dan pemberiannya terjamin pada saat

tanam dengan menggunakan alat penabur pupuk dan benih dan arus menggunakan alat

atau tangan. Dilihat dari sisi pertumbuhan gulma pemupukan dengan cara ini akan

Page 44: LAPORAN RESMI 2012

44

semakin memacu pertumbuhan gulma dengan cepat dimana pertumbuhan gulma dapat

menekan populasi tanaman budidaya. Disamping itu sistem pemupukan ini dapat

merusak tanaman yang peka, terutama tanaman di persemaian. Pemberian pupuk

sebelum tanam atau pada waktu tanam tidak selamanya disukai petani. Oleh karena itu

petani seringkali memberikan tambahan pupuk setelah ada tanaman yang disebut top

dressing. Pemberian pupuk N sering dilakukan dengan cara top dressing pada tanaman

jagung, tebu, sayur dan padi. Pemberian pupuk P dan K secara top dressing hanya

dilakukan pada perumputan yang timbul setelah beberapa bulan. Pemberian pupuk

susulan harus digunakan agar daun tanaman tidak basah, sebab jika basah dapat

menyebabkan daun terbakar. Bahaya daun terbakar lebih besar pada pemberian pupuk N

dan K daripada pupuk P.

2. Ring placement

Cara ini dilakukan dengan menempatkan pupuk kedalam parit sedalam 10-15 cm

yang menelilingi tanaman selebar tajuk terluar. Parit dibuat sedalam 10-15 cm karena

tanah pada lapisan tersebut merupakan penyimpan unsur hara dan pertumbuhan akar

paling baik adalah pada kedalaman tersebut. Ring placement dilakukan dengan tujuan

menyeimbangkan pertumbuhan akar dengan pertumbuhan tanamannya (batang dan

daun). Cara ini umumnya dilakukan pada tanaman yang ditanam secara teratur dengan

jarak yang lebih leluasa. Keuntungan cara ini adalah perkembangan akar yang lebih

cepat dan kehilangan unsur hara yang mudah menguap lebih dapat diatasi.

Metode ini cocok dilakukan pada tanah yang kurang subur, lahan kering, tanaman

renggang dengan perakaran sedikit dan pada tanaman tahunan. Keuntungan yang

diperoleh dari pemberian pupuk dengan metode ini adalah kontak pupuk dengan

tanamna dapat dikurangi, sehingga penyematan hara dapat ditekan, pengambilan hara

oleh tanaman lebih mudah, terutama bagi tanaman yang perakarannya terbatas.

3. Spot placement

Teknik Pemupukan dengan cara ini yaitu dengan membuat lubang pada baris

tanaman sedalam 10-30 cm (tergantung jenis tanaman) yang letaknya persis dibawah

tajuk disekitar batang, dengan tugal, kemudian masukan pupuk yang sudah disiapkan

tersebut kedalam lubang dan tutup kembali dengan tanah.

Pada cara ini pupuk ditempatkan pada suatu titik di kanan atau kiri tanaman. Cara

ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pupuk yang diberikan jumlahnya sedikit

Page 45: LAPORAN RESMI 2012

45

sehingga dapat menghindari pengikatan pupuk oleh tanah (pada pemupukan fosfat dan

kalium pada tanah kering).

4. Foliar application

Pemupukan dengan cara ini dilakukan untuk pupuk yang berbentuk cair. Pupuk

cair tadi disemprotkan pada permukaan daun, cara ini dilakukan untuk melengkapi

pemberian pupuk melalui tanah untuk segera mengatasi gejala kekahatan yang muncul,

terutama hara mikro dan hara yang immobile dalam tubuh tanaman. Unsur hara yang

berada dalam pupuk masuk kedalam tanaman melalui mulut stomata secara difusi atau

osmosis.

Teknik pemupukan dengan cara ini yaitu dengan menyiapkan satu liter larutan

pupuk sesuai dengan takaran, kemudian masukan kedalam tabung penyemprotan dan

lakukan pemupukan pada daun. Karena medianya daun maka tanaman akan menyerap

unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lebih cepat

dan lebih sempurna. Pupuk tersebut sebaiknya disemprotkan pada daun bagian bawah,

karena daun bagian bawah ini lebih banyak mengandung stomata sehingga lebih

maksimal dalam menyerap pupuk yang diberikan. Banyak petani yang mengembangkan

dengan cara ini. penyemprotan pupuk yang lengkap dan tepat pada waktunya akan

merangsang tanaman meningkatkan hasil. peningkatan hasil jauh lebi melampaui

imbangan dengan hara yang dibutukan oleh tanaman. Cara ini dipandang cukup efektif

karena tanaman lebih mudah menyerap pupuk dalam bentuk cair daripada bentuk padat.

Beberapa keuntungan pemupukan lewat daun diantaranya ;

- Menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air

- Menaikkan jumlah dan memperbaiki mutu hasil panen.

- Dapat diberikan bersama-sama dengan penyemprotan pestisida yang berarti

menghemat tenaga dan biaya atau secara ekonomi menguntungkan.

Salah satu kelemahan dari pemupukan dengan cara ini adalah bahwa bila

diberikan sendiri tanpa pestisida akan memerlukan jumlah air yang sangat banyak untuk

satu areal pertanamannya. Selain itu kerugian dari penggunaan metode ini adalah pupuk

akan lebih mudah hilang yang dapat diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi.

Pemupukan dengan cara ini banyak diterapkan pada tanaman sayur-sayuran, bunga-

bungaan dan tanaman buah-buahan atau perkebunan.

Page 46: LAPORAN RESMI 2012

46

5. Fertigation

Cara pemupukan ini merupakan cara yang cepat karena kita tinggal melarutkan

pupuk dalam air sesuai takaran kemudian menyiramkannya pada media pertanaman.

Biasanya cara pemupukan ini digunakan pada tanaman yang berada di green house.

Cara pemupukan ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran. Cara seperti ini sangat

efektif dan mudah, yang menjadi kekurangan adalah jika pelarutan pupuk tidak sesuai

dosis maka akan membahayakan tanaman, selain itu jika diaplikasikan dengan

mengikutkannya pada saluran irigasi maka akan menimbulkan pencemaran air.

Page 47: LAPORAN RESMI 2012

47

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada lima cara pemupukan yang dilaksanakan pada praktikum ini yaitu

1. Cara pemupukan broadcasting adalah menyebarkan pupuk ke media tanam secara

merata.

2. Cara pemupukan ring placement adalah membuat parit di sekeliling tanaman dan

menimbun pupuk di dalam parit.

3. Cara pemupukan spot placement adalah membuat lubang dengan tugal di antara

barisan tanaman dan memasukkan pupuk ke dalam lubang tersebut kemudian

ditimbun.

4. Cara pemupukan foliar aplication adalah menyemprotkan larutan pupuk pada

permukaan daun

5. Cara pemupukan fertigation adalah menyiramkankan larutan pupuk ke dalam

media tanam secara merata.

B. Saran

1. Pada saat pemutaran video sebaiknya semua cara pemupukan sehingga praktikan

dapat menilai secara langsung kelebihan dan kekurangan masing-masing cara

pemupukan.

2. Sebaiknya diadakan kegiatan cara pemupukan secara langsung di lahan oleh

praktikan setelah dilakukan pemutaran video tentang cara pemupukan.

Page 48: LAPORAN RESMI 2012

48

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, A., S. Murdiyati dan Djumali. 2001. Pengaruh dosis pupuk terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kapas. Jurnal Fakultas Pertanian UMY 5 : 9-

12.

Nasih. 2010. Pengertian Pemupukan. <nasih.staff.ugm.ac.id>. Diakses pada 27 Oktober

2012.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Sosrosoedirdjo, S dan B. Rifai. 1979. Ilmu Memupuk. Yasaguna. Jakarta.

Susilowati. 2002. Komposisi Pupuk Cair dari Berbagai Markah Yang Beredar di

Indonesia. <http://www.dprin.go.id/data/industry/abstech/abs0507.htm>. Diakses

pada 28 Oktober 2012

Wuryaningsih. 2000. Pengaruh jarak tanam dan dosis pemupukan nitrogen terhadap

pertumbuhan dan produksi bunga mawar kultivar Cherry Brandy. Hortikultura 5 :

101.

Page 49: LAPORAN RESMI 2012

49

LAMPIRAN

Page 50: LAPORAN RESMI 2012

50

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA IV

PEMBUATAN KOMPOS

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 51: LAPORAN RESMI 2012

51

ACARA IV

PEMBUATAN KOMPOS

Abstraksi

Praktikum acara 4 dengan judul Pemuatan Kompos dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Oktober

2012 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari

praktikum ini adalah unutk mengenal cara pembuatan kompos dan mengamati perombakan

kompos dari berbagai sampah organik. Bahan-bahan yang digunakan adalah dedaunan, jerami,

kotoran sapi, kotoran kambing, tanah, plastik bening, air, activator EM4, dan kertas label serta alat

yang digunakan adalah gunting. Ada 3 perlakuan yaitu: kontrol, ditambahkan tanah, dan

ditambahkan activator EM4. Pengamatan dilakukan sampai minggu ke 2 dengan indikator bau,

warna, kadar air, dan tingkat perombakan. Dari hasil pengamatan selama 2 minggu tersebut,

didapatkan bahwa dengan pada umumnya perlakuan ditambahkan activator EM4 mutunya lebih

baik yaitu dilihat dari baunya yang berbau menyerupai humus, warnanya coklat kehitaman, kadar

airnya rendah, dan tingkat perombakannya cepat.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompos adalah salah satu pupuk yang berguna bagi tanaman. Kompos

mempunyai kandungan hara yang tinggi yang dibutuhkan tanaman. Kualitas kompos

selain dipengaruhi oleh bahan dasar, iklim dan lingkungan juga dipengaruhi oleh

proses pembuatan. Proses pembuatan kompos mempunyai pengaruh yang besar

terhadap kualitas kompos yang dihasilkan.

Pengomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme yang

mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus dengan

macam-macam teknik. Kegunaan utama kompos adalah sebagai penggembur tanah

karena pupuk kompos dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan kemampuannya dalam

menyediakan mikronutrient untuk tanaman, yang tidak dimiliki oleh pupuk mineral.

Pembuatan kompos ini terdiri dari beberapa langkah. Seperti pencatatan suhu

kompos, pengadukan sampai dengan pemanenan. Keberhasilan pembuatan kompos

sangat tergantung pada langkah-langkah yang dijalankan. Kesalahan yang terjadi

pada salah satu langkah dapat mengakibatkan kegagalan pembuatan kompos.

B. Tujuan

Mengenal pembuatan kompos dan mengamati perombakan kompos dari

berbagai sampah organik.

Page 52: LAPORAN RESMI 2012

52

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos menurut Lingga dan Marsono (2002) merupakan hasil dari pelapukan

bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah

kota, dan sebagainya. Sedangkan menurut Sutejo (2002) kompos merupakan zat akhir

suatu proses fermentasi tumbuhan sampah atau seresah tanaman dan ada kalanya pula

termasuk bangkai tanaman Karena bahan-bahan organik yang dipergunakan bagi

pembuatan kompos tidak begitu jauh berbeda dengan bahan-bahan organis pembuat

pupuk hijau. Tentunya banyak orang yang menanyakan apakah keuntungan atau

kelebihannya antara pupuk hijau dengan kompos.

Untuk memberikan kejelasan dapat dikemukakan pertimbangan-pertimbangan

mengapa kompos perlu dibuat (Sutejo, 2002):

a. Susunan bahan organik yang segar yang dibenamkan kenyataannya masih kasar dan

daya ikatnya terhadap air umumnya masih kecil. Jadi terbenamnya bahan-bahan

organik dalam tanah, terutama tanah-tanah yang ringan, tanah berpasir dan lain-lain

dapat menjadikan keadaan tanah itu lebih terurai, sedang melapuknya bahan-bahan

organik itu memerlukan waktu dan air, sehingga apabila hujan turun dengan deras

banyak kemungkinan terangkutnya butiran-butiran tanah yang keadaannya telah

menjadi ringan atau terurai.

b. Dalam tanah yang keadaannya cukup banyak mengandung udara dan air, bahan-

bahan organik yang telah dibenamkan akan cepat melapuk dan terurai. Sehingga

jumlah CO2 dalam tanah akan cepat pula meningkat dan hal ini akan sangat

mengganggu pada pertumbuhan tanaman. Selain itu jumlah NO3 dalam tanah akan

berkurang karena adanya pengikatan-pengikatan oleh jasad renik pengurai bahan-

bahan organik tadi.

c. Pada pembuatan kompos ternyata biji-biji tanaman pengganggu serta telur larva

hama tanaman dan benih penyakit tanaman yang terangkut pada bahan-bahan

organik sebagian besar dapat terbunuh atau dilumpuhkan, dikarenakan panas yang

timbul dalam tumpukan kompos.

d. Seresah atau sisa-sisa bahan organik itu jika dibakar, baik dengan maksud

memperoleh abunya (mempercepat proses mineralisasi) atau maksud lain, lebih baik

dijadikan kompos:

Page 53: LAPORAN RESMI 2012

53

1. Pembakaran tidak akan memperoleh penambahan penambahan humus dan N ke

dalam tanah karena habis terbakar ataupun kalau ada jumlahnya relatif sangat

sedikit.

2. Jika dijadikan kompos, baik humus dan N akan bertambah.

Pupuk kandang merupakan pupuk yang telah lama dikenal manusia dan

terbuat dari kotoran padat hewan, urin, dan sisa-sisa tanaman yang dibiarkan

membusuk dengan bantuan mikroorganisme tanah yang mampu membusukkan

sampah organik kompleks menjadi bahan-bahan yang mudah diserap tanaman.

pupuk kandang mempunyai potensi untuk digunakan di lahan pertanian terutama

pada lahan yang bahan organiknya rendah seperti lahan pasiran. Pupuk ini

digunakan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menambah bahan

organik tanah, meningkatkan kapasitas menyimpan air, dan meningkatkan aktivitas

mikroorganisme tanah (Isnawan, 2003).

Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah adalah menambah kesuburan tanah,

memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat

kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh

tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih

stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh

air hujan atau air pengairan dan memperbaiki kehidupan jasat renik yang hidup di dalam

tanah (Kaharudin dan Farida, 2010).

Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung

dalam sisa-sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus yang bertujuan agar

tanaman lebih mudah memanfaatkannya. Hasil proses inilah yang lazim disebut pupuk

kompos. Pengomposan juga merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang

mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Proses

perubahan sampah menjadi kompos dilakuakan secara aerobic (memerlukan oksigen).

Dari berbagai macam sampah, yang dapat dijadikan kompos antara lain sampah dapur

(kupasan sayur), potongan rumput, endapan the atau kopi, sampah kebun, kulit buah-

buahan, daun-daunan, sisa hidangan dan kertas serta pupuk kandang (Suprijadi dan

Tejaswarwana, 1994).

Pengomposan bertujuan untuk merubah bahan yang mempunyai kandungan C/N

ratio tinggi menjadi bahan yang mempunyai kandungan C/N ratio rendah, sehingga

Page 54: LAPORAN RESMI 2012

54

mendekati C/N ratio tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon) dan N

(nitrogen), bila bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan

terlebih dahulu (langsung diberikan ke tanah) maka proses penguraiannya akan terjadi

di tanah. Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah

biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2

dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman.

Bahkan, untuk tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi

kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat (Lingga dan Marsono, 2002).

Pada perombakan bahan-bahan organik selama pengomposan terjadi perubahan

secara terus menerus karena aktifitas berbagai kelompok mikrobia. Tahap permulaan

keadaan mesofil yang aktif mikrobia kelompok jamur dan bakteri pembentuk asam.

Setelah suhu meningkat dari 400

C kegiatan mikrobia pemula digamti oleh kelompok

bakteri aktinimycetes dan jamur termofil. Pada tahap selanjutnya setelah suhu mencapai

700

C yang aktif bakteri pembentuk spora. Setelah suhu turun kembali jamur dan bakteri

mesofil aktif kembali (Sudasiman, 1980).

Pengomposan dapat dipercepat dengan inokulasi menggunakan jasad selulolitik

yang sesuai, di samping memperbaiki kandungan nitrogen dan fosfor. Selanjutnya

didapatkan bahwa jamur selulolitik mesofil jika digunakan untuk inokulasi dapat

mempercepat pengomposan dan memperbaiki kualitas kompos. Pada perombakan

selulosa oleh mikrobia berperan ensim kompleks yang disebut selulase. Ensim

kompleks ini terdiri atas 3 ensim ialah (Sutejo, 2002):

1. Endo 1,4--D-glukanase yang memecah ikatan -1,4 pada bagian amorf sellulosa,

dan menghasilkan potongan rantai panjang dengan gugus bekas.

2. Ekso 1,4--D-glukanase yang merombak struktur kristal selulosa, dan

membebaskan disakarida selubiosa dari rantai ujung selulosa.

3. -glukosidase yang menghidrolisis selubiosa menjadi glukosa.

Page 55: LAPORAN RESMI 2012

55

III. METODOLOGI

Praktikum Acara IV dengan judul Pembuatan Kompos ini dilaksanakan pada hari

Rabu, 17 Oktober 2012 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan adalah dedaunan, jerami, kotoran sapi,

kotoran kambing, tanah, plastik bening, air, activator EM4, dan kertas label. Alat yang

digunakan adalah gunting.

Cara kerja yang dilaksanakan dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut:

pertama-tama kompos dibuat dengan bahan utama seresah (dedaunan, jerami, dan

pupuk kandang). Dipotong menjadi ukuran kecil-kecil sekitar < 2 cm, dibuat perlakuan

kontrol, ditambahkan tanah, dan ditambahkan activator EM4. Kemudian diaduk sampai

merata dan kadar air diatur hingga mencapai sekitar 30%. Lalu dimasukkan kedalam

plastik bening, tutup rapat, dan beri label sesuai perlakuan. Diamati setiap minggu

(selama 2 minggu) terhadap kenampakan yang terjadi, meliputi pengamatan bau, warna,

kadar air, dan tingkat perombakan.

Page 56: LAPORAN RESMI 2012

56

IV. HASIL PENGAMATAN

No. Indikator

Kenampakan yang terjadi

Dedaunan Jerami Kotoran Kambing Kotoran Sapi

Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4

1 Bau + + + + + + + + ++ + ++ ++

2 Warna + + + + ++ ++ + ++ + ++ ++ +

3 Kadar Air + + + ++ ++ ++ + ++ + + ++ +

4 Tingkat

Perombakan + + + + ++ + + ++ + + + ++

Tabel 4.1. Tingkat kebaikan mutu kompos pada minggu pertama

No. Indikator

Kenampakan yang terjadi

Dedaunan Jerami Kotoran Kambing Kotoran Sapi

Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4

1 Bau + + + + ++ + + ++ ++ + ++ ++

2 Warna + ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ + + ++ +

3 Kadar Air + + ++ +++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++

4 Tingkat

Perombakan + ++ ++ ++ ++ +++ + ++ + + ++ ++

Tabel 4.2. Tingkat kebaikan mutu kompos pada minggu kedua

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan tingkat kebaikan indikator mutu kompos.

Semakin banyak tanda (+) menunjukkan indikator tersebut mendekati indikator

mutu kompos yang baik (bau menyerupai humus, warna coklat kehitaman, kadar

air rendah, dan tingkat perombakan cepat).

Page 57: LAPORAN RESMI 2012

57

V. PEMBAHASAN

Kompos adalah pupuk organik yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas

bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia

seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus yang telah mengalami dekomposisi.

Kompos dari sisa/limbah tanaman maupun limbah ternak mengandung unsur hara baik

mikro maupun makro yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S).

Pembuatan kompos merupakan proses mikrobiologis yang berlangsung di alam

dengan pertolongan jasad selulotik alam. Jadi, pada dasarnya pembuatan kompos

merupakan suatu proses dekomposisi sisa-sisa tanaman, sisa makanan, kotoran ternak,

urine ternak, sampah dan sebagainya atau suatu usaha untuk merangsang perkembangan

bakteri (jasad-jasad renik) untuk melakukan penghancuran bahan-bahan yang

dikomposkan tadi sehingga terurai menjadi senyawa lain yang dibantu pula oleh suhu

dan air. Hasil terpenting dari penguraian bahan-bahan itu adalah unsur hara yang terikat

dalam senyawa organik yang sukar larut diubah menjadi senyawa organik yang larut

sehingga berguna bagi tanaman.

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia

yang mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah

bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya. Cara pembuatan kompos bermacam-macam,

tergantung pada keadaan tempat pembuatan, budaya orang, mutu yang diinginkan,

jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia, dan selera pembuat.

Yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan adalah sebagai berikut :

1) Kelembaban timbunan bahan kompos. Kelembapan merupakan unsur penting dalam

metabolisme mikroba. Kelembapan yang baik adalah 50-60%, terlalu basah (>60%)

dapat mengakibatkan muncul bau yang tidak sedap dan aktivitas mikroba menurun,

temperatur juga menurun dan jika terlalu kering (<40%) aktivitas mikroba juga

menurun.

2) Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu

anaerob, mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati

atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk

kedalam timbunan bahan yang dikomposkan sehingga menyebabkan hilangnya

nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3. Aerasi udara diperlukan untuk

menghindari terjadinya kondisi anaerob yang menimbulkan bau. Pembalikan secara

Page 58: LAPORAN RESMI 2012

58

teratur dapat meningkatkan aerasi. Kekurangan udara akan menimbulkan gas metan,

aktivitas mikroba menurun dan temperatur menurun. Sebaliknya, kelebihan aerasi

menyebabkan bahan kompos menjadi kering dan unsur N hilang (ke udara bebas).

3) Temperatur harus dijaga tidak terlalmpau tinggi (maksimum 60°C). temperature ini

berpengaruh langsung terhadap kelembaban. Jika suhu tinggi-kelembaban rendah,

sebaliknya jika suhu rendah-kelembaban tinggi. Selama pengomposan selalu timbul

panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temperaturnya naik, bahkan

sering temperatur mencapai 60°C. Pada temperatur tersebut, mikrobia mati atau

sedikit sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperatur tersebut, umumnya

dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.

4) Suasana keasaman. Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam

organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan dapat bermanfaat

untuk menetralisasi keasaman.

5) Netralisasi keasaman. Netralisasi keasaman juga sering dilakukan dengan

menambah bahan pengapuran, misalnya: kapur, dolomit, atau abu. Pemberian abu

tidak hanya menetralisasi, tetapi juga menambah hara Ca, K, dan Mg, dalam

kompos yang dibuat.

6) Kualitas kompos. Untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos,

timbunan diberi pupuk yang mengandung hara, terutama P. Perkembangan mikrobia

yang cepat memerlukan hara lain, termasuk P. Sebetulnya, P disediakan untuk

mikrobia sehingga perkembangan dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian

hara ini juga meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan karena kadar P dalam

kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P sukar tercuci dan tidak menguap.

7) C/N ratio. Mikroba membutuhkan karbon (C) 20 sampai 25 kali lebih banyak dari

nitrogen (N) untuk tetap aktif. Sumber karbon pada pembuatan kompos dapat

berasal dari potongan kayu kecil, serbuk gergaji, jerami padi dan bahan lain yang

berserat tinggi. Sumber N berasal dari kotoran ternak. C/ N ratio > 25 akan

menyebabkan dekomposisi berjalan lamban karena kekurangan N sebaliknya C/N

ratio < 20 akan menyebabkan terjadinya pembentukan gas ammonia sehingga

menimbulkan bau.

Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi

atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas

Page 59: LAPORAN RESMI 2012

59

biologis pada kondisi yang terkontrol. Dekomposisi pada prinsipnya adalah

menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organik sehingga, pupuk

organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi

peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar

(gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang

seragam berupa pupuk organik.

Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan

dengan baik yaitu; 1.) Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan

akan diurai melalui proses oksidasi yang menghasilkan panas, 2.) Nitrogen (N) sebagai

sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan memperbanyak diri, dan 3.) Oksigen

(O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses dekomposisi dan air

(H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkan

suasana anaerob. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan mengenai tempat pembuatan

kompos yaitu:

1. Lantai lebih tinggi dari sekitarnya untuk menghindari genangan air.

2. Memiliki atap untuk mengindari sinar matahari langsung atau hujan.

Cara pembuatan kompos pada umumnya adalah sebagai berikut. Pertama siapkan

bahan-bahan yang diperlukan : kotoran sapi 80 – 83%, serbuk gergaji 5%, abu sekam

10%, kalsit/Kapur 2%, dekomposer 0,25%. Kemudian proses pembuatan yangumum

adalah sebagai berikut: 1.) Kotoran sapi dikumpulkan dan ditiriskan selama satu minggu

untuk mengurangi kadar air (± 60%), 2.) Kotoran sapi yang sudah ditiriskan kemudian

dicampur dengan bahan-bahan organik seperti ampas gergaji, abu sekam, kapur dan

dekomposer. Seluruh bahan dicampur dan diaduk merata, 3.) Setelah seminggu

tumpukan dibalik/diaduk merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan

homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu sampai 600

C,

dibiarkan lagi selama seminggu dan dibalik setiap minggu, 4.) Pada minggu keempat

kompos telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah tak

berbau, untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang

tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) maka pupuk diayak/disaring,

dan 5.) Kompos siap untuk diaplikasikan pada lahan atau tanaman.

Indikator mutu kompos adalah sebagai berikut:

1. Struktur remah dan lunak, tidak menggumpal atau melumpur.

Page 60: LAPORAN RESMI 2012

60

2. Warna coklat kehitaman, terlalu hitam disebabkan suasana terlalu basah (anaerob),

terlalu cerah disebabkan suasana terlalu kering (aerob).

3. Kadar air sekitar 30%, jika diperas dengan tangan tak ada air yang menetes.

4. Aroma menyerupai humus tanah, yakni agak harum (tidak berbau busuk).

5. Reaksi pH sekitar 6-7, terlalu rendah berarti kurang aerasi.

6. Kadar bahan organic 30-60%, nisbah C/N sekitar 15.

Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah adalah menambah kesuburan tanah,

memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat

kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh

tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih

stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh

air hujan atau air pengairan dan memperbaiki kehidupan jasat renik yang hidup di dalam

tanah.

Salah satu pengujian yang biasanya dilakukan diakhir pembuatan kompos

(biasanya pada minggu ke 4) adalah pengujian pH dan DHL (Daya Hantar Listrik).

Namun pada pembuatan kompos acara 4 ini, kedua pengujian tidak dilakukan karena

pengamatan hanya sampai minggu ke-2. Alasan pengamatan hanya sampai minggu ke-2

adalah karena tujuan praktikum hanya dikhususkan untuk mengetahui tingkat

perombakan masing-masing bahan organik pada tiap perlakuan yang diberikan (kontrol,

ditambahkan tanah, ditambahkan activator EM4).

Melalui nilai DHL dapat diketahui proses penyerapan unsur hara oleh akar. DHL

yang tinggi akan menambah kadar garam di dalam tanah sehingga akar sulit untuk

menyerap unsur-unsur hari dalam tanah. Nilai DHL ini berkaitan erat dengan adanya

pelepasan ion-ion yang ada dalam bahan kompos. Dengan semakin meningkat ion yang

dihasilkan maka diikuti oleh semakin besarnya nilai DHL. Sehingga memiliki korelasi

yang positif. Namun, nilai DHL ini tidak mempengaruhi kualitas kompos yang

dihasilkan.

Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan kompos selama 2 minggu pada

praktikum acara 4 ini:

1. Dedaunan

Pengamatan terakhir pada perlakuan dedaunan kontrol, menunjukkan bahwa

baunya masih menyerupai seresah dedaunan belum ada perubahan yang berarti,

Page 61: LAPORAN RESMI 2012

61

warnanya masih coklat muda belum menunjukkan perubahan kearah kompos

matang, kadar airnya masih tinggi, dan tingkat perombakannya masih rendah

dilihat dari ukuran dedaunannya masih sama seperti ukuran awal belum

terdekomposisi menjadi ukuran yang lebih kecil.

Pada perlakuan dedaunan+tanah, baunya belum berbau humus, warnanya

sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya masih tinggi, dan tingkat

perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran dedaunannya yang menjadi

lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.

Pada perlakuan dedaunan+EM4, baunya belum berbau humus, warnanya

lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lebih rendah, dan tingkat

perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran dedaunannya yang menjadi

lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.

Jadi, dilihat secara keseluruhan pada dedaunan yang ditambahkan EM4

proses pengomposan lebih cepat daripada perlakuan kontrol maupun yang

ditambahkan tanah. Hal tersebut karena dengan penambahan EM4 artinya

mikroorganisme dekomposer lebih banyak dan lebih aktif sehingga secara otomatis

akan mempercepat pengomposan.

2. Jerami

Pengamatan terakhir pada perlakuan jerami kontrol, menunjukkan bahwa

baunya masih menyerupai jerami mentah belum ada perubahan yang berarti,

warnanya sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah cukup rendah, dan

tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi

lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.

Pada perlakuan jerami+tanah, baunya sudah mulai berbau humus, warnanya

sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan

tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi

lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.

Pada perlakuan jerami+EM4, baunya belum berbau humus, warnanya

lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah rendah, dan tingkat perombakannya

terhitung cepat terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi lebih kecil

dibandingkan ukuran awalnya.

Page 62: LAPORAN RESMI 2012

62

Jadi, dilihat secara keseluruhan pada jerami yang ditambahkan EM4 proses

pengomposan lebih cepat daripada perlakuan kontrol maupun yang ditambahkan

tanah. Hal tersebut karena dengan penambahan EM4 artinya mikroorganisme

dekomposer lebih banyak dan lebih aktif sehingga secara otomatis akan

mempercepat pengomposan.

3. Kotoran kambing

Pengamatan terakhir pada perlakuan kotoran kambing kontrol, menunjukkan

bahwa baunya masih menyerupai kotoran kambing mentah belum ada perubahan

yang berarti, warnanya sudah mulai berubah, kadar airnya mulai berkurang, dan

tingkat perombakannya masih belum terlihat nyata.

Pada perlakuan kotoran kambing+tanah, baunya sudah mulai berbau humus,

warnanya sudah tampak coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan berkurang,

dan tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran sapi yang

terlihat lebih halus daripada tekstur awalnya.

Pada perlakuan kotoran kambing+EM4, baunya sudah mulai berbau humus,

warnanya belum berubah, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan tingkat

perombakannya masih belum terlihat nyata.

Jadi, dilihat secara keseluruhan proses pengomposan kotoran kambing yang

ditambahkan tanah lebih cepat daripada perlakuan control maupum yang

ditambahkan EM4. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pada kotoran kambing

sendiri telah banyak mikroorganisme dekomposer, sehingga tanpa penambahan

EM4 pun proses pengomposannya hampir sama bahkan leih cepat daripada

pengomposan menaggunakan EM4.

4. Kotoran sapi

Pengamatan terakhir pada perlakuan kotoran sapi kontrol, menunjukkan

bahwa baunya masih menyerupai kotoran sapi mentah belum ada perubahan yang

berarti, warnanya belum berubah, kadar airnya mulai berkurang, dan tingkat

perombakannya masih belum terlihat nyata.

Pada perlakuan kotoran sapi+tanah, baunya sudah mulai berbau humus,

warnanya sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan

berkurang, dan tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran

sapi yang terlihat lebih halus daripada tekstur awalnya.

Page 63: LAPORAN RESMI 2012

63

Pada perlakuan kotoran sapi+EM4, baunya sudah mulai berbau humus,

warnanya belum berubah, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan tingkat

perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran sapi yang terlihat lebih

halus daripada tekstur awalnya.

Jadi, dilihat secara keseluruhan proses pengomposan kotoran sapi yang

ditambahkan tanah dan yang ditambahkan EM4 hampir sama cepatnya daripada

perlakuan kontrol. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pada kotoran sapi sendiri

telah banyak mikroorganisme dekomposer, sehingga tanpa penambahan EM4 pun

proses pengomposannya hampir sama cepat dengan pengomposan menaggunakan

EM4.

Page 64: LAPORAN RESMI 2012

64

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengomposan merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia yang mampu

mempercepat proses dekomposisi bahan organik.

2. Bahan dasar pembuatan kompos dapat berupa kotoran sapi, kotoran kambing,

dedaunan, ataupun jerami.

3. Indikator kompos matang (mutu baik) adalah sebagai berikut: berbau menyerupai

humus (harum, tidak bau busuk), warna cokelat kehitaman, kadar air rendah, dan

tingkat perombakan cepat.

4. Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 minggu, secara umum proses pengomposan

dengan penambahan activator EM4 lebih cepat. Kecuali pada bahan kotoran

(kambing maupun sapi), penambahan EM4 tidak begitu berpengaruh karena

mikroorganisme dekomposer dalam kotoran itu sendiri sudah banyak.

B. Saran

1. Ada baiknya pada praktikum ini praktikan juga diajarkan membuat pupuk cair

tidak hanya dalam bentuk padat saja seperti kompos.

Page 65: LAPORAN RESMI 2012

65

DAFTAR PUSTAKA

Isnawan , B. H. 2003. Kajian pemupukan N P K tanaman jagung manis dengan

berbagai takaran pupuk kandang di tanah regosol. Jurnal Ilmu- Ilmu

Pertanian Agr UMY 9 : 7–9 .

Kaharudin dan S.M. Farida. 2010. Manajemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos

dan Biogas. <http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/pu/psds/Limbah.pdf>. Diakses

tanggal 11 November 2012.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudasiman, K.V. 1980. Microbiological Succession during Decommposition of Organik

Matter in Heese. P.R. Compost Technology. FAO of UN Proj. Field Doc. 3: 63-

69.

Suprijadi dan R. Tejasarwana. 1994. Prospek pupuk organik dan pengelolaannya pada

padi sawah di lahan tadah hujan. Tropika. 5 : 42-49.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Page 66: LAPORAN RESMI 2012

66

LAMPIRAN

Page 67: LAPORAN RESMI 2012

67

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA V

UJI MUTU KOMPOS

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 68: LAPORAN RESMI 2012

68

ACARA V

UJI MUTU KOMPOS

Abstraksi Praktikum acara VI “Uji Mutu Kompos” ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 Oktober

2012, di Laboratorium Kimia Dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mutu

kematangan kompos dengan metode perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Perkecambahan

adalah proses untuk mencapai pertumbuhan tanaman. Cara kerja yang dilakukan antara lain

disiapkan dua wadah diisi dengan tanah pasir dan kompos. Lalu ke dalam masing-masing media

dimasukkan 20 biji bayam cabut pada permukaan, ditambahkan air dengan botol semprot, dan

lengas dijaga selama percobaan agar media tersebut tetap lembab. Setelah tujuh hari dihitung

jumlah biji yang tumbuh. Hasil yang diperoleh yaitu pada kompos sekam memiliki gaya

berkecambah paling tinggi serta indeks vigor paling tinggi pula. Dapat dikatakan kompos sekam

sudah siap untuk digunakan. Kompos dari kotoran sapi, kotoran kambing, sekam+kotoran

kambing, serta kotoran sapi+kotoran kambing tidak menunjukkan gaya berkecambah dan indeks

vigor ini menandakan bahwa kompos tersebut masih mentah sehingga biji tidak dapat

berkecambah.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompos merupakan campuran kotoran hewan, bahan tanaman, dan bahan

organik lain yang telah mengalami perombakan atau pembusukan oleh mikroba.

Kompos sangat diperlukan oleh petani karena adanya kelangkaan pupuk, meskipun

kompos telah ada sejak dahulu. Hasil akhir pengomposan adalah bahan yang

mempunyai kandungan C/N ratio rendah dan mendekati C/N ratio tanah. Apabila

bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu

(langsung diberikan ke tanah) maka proses penguraiannya akan terjadi ditanah.

Akibatnya, CO2 dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi

pertumbuhan tanaman.

Proses pembuatan kompos mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas

kompos dengan bahan dasar pupuk kandang yang dihasilkan. Keberhasilan

pembuatan pupuk kompos sangat tergantung pada proses yang dilakukan untuk

pembuatan pupuk kompos. Tingkat kematangan kompos akan cepat berpengaruh

pada proses perkecambahan biji. Untuk itu ketika membuat pupuk kompos harus

sesuai dengan proses yang ada agar pupuk kompos tersebut dapat diaplikasikan

sebagai media penambahan unsur hara tanah.

Page 69: LAPORAN RESMI 2012

69

B. Tujuan

Tujuan Uji Mutu Kompos adalah untuk mengetahui mutu kematangan kompos

dengan metode perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif.

Page 70: LAPORAN RESMI 2012

70

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh

aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya

perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi,

berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan

C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan ber-C/N

rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.

kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan

asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos

adalah sebagai berikut: Nitrogen 0,1-0,6 %, Phospor 0,1-0,4 % , Kalium 0,8-1,5 %,

Kalsium 0,8-1,5 % (Novizan,2001).

Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk yang sangat baik untuk meningkatkan

kesuburan tanah. Pupuk kompos sangat menunjang sistem pertanian organik karena

dapat meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Penelitian dianggap

cukup penting untuk menemukan formulasi pupuk kompos yang terbaik dan bahan-

bahan limbah yang digunakan. Prinsip dasar dari pengomposan adalah terjadinya

penguraian bahan organik oleh sejumlah bersar organisme perombak (Supadma dan

Dewa, 2008).

Penambahan bahan organik merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh

tanaman yang yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk. Penggunaan bahan

organik seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk

organik cair menunjukkan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan

efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk terutama pupuk K (Arafah dan

Sirappa, 2003).

Pengomposan menjadi salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi

material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim. Pengomposan dengan bahan

baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan

menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah

penutup bagi landfill (Anonim, 2002).

Ada beberapa prinsip cara pengomposan antara lain: (1) ditimbun pada

permukaan tanah yang telah dipadatkan (kraal methode), (2) Ditimbun pada galian

tanah (50-75 cm), separo di dalam tanah (50-75 cm) dan separo di atas permukaan

Page 71: LAPORAN RESMI 2012

71

(Heat & trench methode), (3) Langsung pada bak penampungan kotoran ternak

(Bengalore methode), (4) menggunakan kotak pengomposan dari pagar beton yang

tertutup (anaerob) selama 18 hari dan seterusnya diberikan aerasi dari lobang-lobang

bagian dasar kotak (Baccari-Italia methode) (Rusmarkam, 2001).

Proses pengomposan biasanya melibatkan mesofilik, termofilik, dan kemudian

mesofilik mikroorganisme dalam suksesi. Tinggi kualitas kompos yang dihasilkan oleh

interaksi banyak mikroorganisme yang memiliki sifat cocok untuk bahan kimia, biologi,

dan kondisi fisik kompos. Selama proses pengomposan, fase termofilik diperkirakan

untuk mempercepat pemecahan senyawa kompleks, dan kenaikan suhu dapat terjadi

dengan adanya termofilik mikroorganisme. Sebaliknya hasil, konvensional metode

pengomposan di dekomposisi lambat organik bahan karena tindakan biologis yang

lambat, lambatnya proses pengomposan juga membutuhkan pupuk besar-depot ruang

(Nepal et al., 2011).

Efektif menggunakan limbah organik merupakan isu penting dalam negara-negara

berkembang. Industri Unggas kini booming di negara-negara, di mana, maka akan

dibuang sejumlah besar kotoran unggas, yang mencemari lingkungan. Pupuk

mengandung nutrisi penting seperti N, P, K, bahan organik, Ca, Mg, dll. Penggunaan

bahan organik seperti di sektor pertanian dapat berkontribusi untuk melestarikan

lingkungan serta meningkatkan kesuburan lahan pertanian (Eusuf Zai et. al., 2008).

Kematangan kompos adalah tahapan tertentu antara keadaan bahan organik yang

mentah dan keadaannya setelah mati. Ciri-ciri kematangan kompos (Anonim, 1992) :

1. Suhu

Apabila tingkat kelembaban dan zat asam yang sesuai dapat dipertahankan

selama proses pengomposan, suhu tumpukan akan tetap tinggi (45-650C) selama

masih terdapat bahan untuk dijadikan kompos. Masa aktif ini dikenal dengan masa

termofilik. Setelah beberapa waktu dalam kondisi ini, suhu akan mulai menurun

mendekati atau sama dengan suhu ruang. Apabila kelembaban sudah sesuai dan

pembalikan tidak menyebabkan meningkatnya suhu, kompos dianggap hampir

matang.

2. Bau

Ambil dua genggam kompos, lembabkan, lalu masukkan ke dalam sebuah

kantung plastik. Tutuplah kantung rapat-rapat, dan biarkan selama kurang lebih 2

Page 72: LAPORAN RESMI 2012

72

x 24 jam. Jika kantung plastik menggembung dan panas atau pada waktu dibuka

kompos tersebut berbau busuk, maka berarti jasad renik masih aktif. Kompos

tersebut belum matang.

3. Rasio C/N

Selama proses pengomposan berjalan, jumlah kandungan karbon menurun

karena berubah menjadi karbondioksida. Kurang lebih 1/3 dari kandungan karbon

berubah bentuk dan menyatu dalam kompos sedangkan 2/3 bagian lainnya

menjadi karbondioksida dan tidak bermanfaat lagi bagi lingkungan. Rasio C/N

kurang dari 20 : 1 maka kompos tersebut bermutu dan benar-benar matang.

4. Bentuk fisik

Pada proses pengomposan yang relatif stabil, sampah sudah berdekomposisi

sehingga wujud fisiknya sudah menyerupai tanah.

Page 73: LAPORAN RESMI 2012

73

III. METODOLOGI

Praktikum Acara V mengenai Uji Mutu Kompos dilaksanakan pada tanggal 17

Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam

percobaan ini yaitu pot, tugal, ember label, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang

digunakan antara lain benih bayam cabut, sekam, pupuk kandang sapi, dan pupuk

kandang kambing.

Cara kerja dari praktikum ini yaitu pertama disiapkan pot sebanyak 8 buah dan

digunakan sebagai 7 macam perlakuan. Pot I diisi dengan sekam + tanah, pot II diisi

dengan pupuk kandang sapi + tanah, Pot III diisi dengan pupuk kandang kambing +

tanah, pot IV diisi dengan sekam + pupuk kandang sapi + tanah, pot V diisi dengan

sekam + pupuk kandang kambing + tanah, gelas plastik VI diisi dengan pupuk kandang

sapi + pupuk kandang kambing + tanah, gelas plastik VII diisi dengan sekam + pupuk

kandang sapi + pupuk kandang kambing + tanah, pot VIII diisi kontrol (tanah). Setelah

pot dengan 7 perlakuan disiapkan, pot ditambah dengan air, kemudian ditanam 10 benih

bayam cabut dan pot ditutup. Setelah 7 hari dilakukan pengamatan pertumbuhan biji

yang telah ditanam pada setiap pot dan pada hari ke 21 diamati pertumbuhan

tanamannya. Selanjutnya, diukur pH dan DHL (daya hantar listrik) kompos pada

nisbah kompos : air = 1:10.

Page 74: LAPORAN RESMI 2012

74

IV. HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Jumlah Biji yang tumbuh hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Kontrol 0 0 0 2 2 3 4

2 Sekam 0 0 1 4 4 5 6

3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0

4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0

5 Sekam+Kotoran

Sapi

0 0 0 2 2 2 3

6 Sekam+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

0 0 0 1 1 1 3

Tabel 4.1. Pertumbuhan Biji pada kompos yang berbeda-beda

No Perlakuan Gaya Berkecambah hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Kontrol 0% 0% 0% 10% 10% 15% 20%

2 Sekam 0% 0% 5% 20% 20% 25% 30%

3 Kotoran Sapi 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

4 Kotoran Kambing 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

5 Sekam+Kotoran

Sapi

0% 0% 0% 10% 10% 10% 15%

6 Sekam+Kotoran

Kambing

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

0% 0% 0% 5% 5% 5% 15%

Tabel 4.2. Gaya Berkecambah (GB)

No Perlakuan Indeks Vigor hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Kontrol 0 0 0 0,5 0,4 0,5 0,57

2 Sekam 0 0 0,33 1 1 0,83 0,86

3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0

4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0

5 Sekam+Kotoran

Sapi

0 0 0 0,5 0,4 0,33 0,43

6 Sekam+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

Page 75: LAPORAN RESMI 2012

75

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

0 0 0 0,25 0,2 0,167 0,43

Tabel 4.3. Indeks Vigor (IV)

No Perlakuan pH DHL

1 Kontrol 5,94 0,5

2 Sekam 6,37 0,6

3 Kotoran Sapi 6,97 0,0

4 Kotoran Kambing 7,47 0,5

5 Sekam+Kotoran

Sapi 6,40 0,2

6 Sekam+Kotoran

Kambing 8,02 0,1

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

6,78 0,3

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

6,91 0,1

Tabel 4.4. Nilai pH dan Daya Hantar Listrik (DHL)

Page 76: LAPORAN RESMI 2012

76

V. PEMBAHASAN

Praktikum mengenai uji mutu kompos ini bertujuan untuk mengetahui apakah

proses pengomposan pada tanah telah selesai atau belum. Pengomposan didefinisikan

sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang

merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan

tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah

tanah. Kompos ini juga dapat berfungsi sebagai penggembur tanah karena dapat

memperbaiki sifat-sifat tanah dan kemampuannya dalam menyediakan mikro nutrien

untuk tanaman.

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa biji yang tumbuh terdapat pada sekam,

sekam+kotoran sapi, dan sekam+kotoran sapi+kotoran kambing. Pada media tanam

sekam terdapat 6 biji bayam cabut yang tumbuh. Pada kotoran sapi tidak terdapat biji

yang tumbuh, begitu pula pada kotoran kambing. Biji yang tumbuh pada

sekam+kotoran sapi sebanyak 3 buah, sekam+kotoran kambing tidak ada, kotoran

sapi+kotoran kambing juga tidak ada, sedangkan pada sekam+pupuk kambing+pupuk

sapi 3 buah. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kompos yang sudah matang

adalah sekam, dan kompos yang belum matang adalah kompos dari kotoran sapi dan

kotoran kambing dimana pada media tanam ini tidak ada satu-pun biji yang

berkecambah. Ketidakmatangan kompos dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak

cukupnya bahan nitrogen, tidak cukupnya oksigen, yang masuk ke dalam kompos, tidak

cukupnya kelembaban dalam tumpukkan kompos atau kompos terlalu padat. Dengan

adanya beberapa faktor tersbut maka akan berpengaruh pada aktifitas mikroorganisme

yang dapat mengganggu proses dekomposisi.

Ada beberapa perlakuan dalam praktikum, yakni sekam, pupuk kandang (sapi

dan kambing) dan beberapa kombinasi antara pupuk kandang sapi, kambing dan sekam.

Sekam merupakan bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering,

bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam

(endospermium dan embrio). Sekam yang telah diolah memiliki fungsi mengikat logam

berat dan menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap

unsur hara di dalamnya. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak

mengandung air dan lender dan juga merupakan pupuk dingin karena perubahan dari

bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi tersedia dalam tanah berlangsung secara

Page 77: LAPORAN RESMI 2012

77

perlahan-lahan dan juga memiliki kandungan nitrogen yang jauh lebih banyak dari

unsur kalium. Pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas karena berbentuk

butiran yang agak sukar di pecah sehingga sangat berpengaruh terhadap proses

dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Pupuk kandang kambing yang baik harus

memiliki rasio C/N <20, sehingga harus dikomposkan terlebih dahulu.

Dari praktikum diperoleh grafik gaya berkecambah sebagai berikut :

Grafik 5.1. Gaya Berkecambah (GB) Tanaman Bayam Cabut Pada berbagai Media

Tanam Pupuk Kompos

Dari Grafik 5.1. dapat dilihat bahwa gaya berkecambah bayam cabut paling tinggi

terjadi pada kompos berbahan pupuk sekam yaitu pada hari ke-7 sebesar 30%, dan gaya

berkecambah paling rendah adalah pada pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran kambing,

pupuk sekam+kotoran kambing, dan pupuk kotoran sapi+pupuk kotoran kambing yaitu

sebesar 0%. Dari berbagai presentase gaya berkecambah ada beberapa biji yang tidak

tumbuh. Hal itu bisa disebabkan karena adanya pengaruh ketersediaan nitrogen, tidak

cukupnya oksigen, tidak tersedianya kelembaban yang cukup dalam tumpukan kompos,

atau tumpukan kompos yang terlalu padat. Selain itu, disebabkan pula oleh tingkat

kematangan dari kompos itu sendiri. Kotoran kambing yang digunakan pada saat

praktikum masih basah sehingga kotoran tersebut belum matang dan sulit digunakan

untuk kompos.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

1 2 3 4 5 6 7

Gaya B

erk

ecam

bah

(%

)

Hari ke-

Gaya Berkecambah Bayam Cabut

Sekam

Kotoran Sapi

Kotoran Kambing

Sekam+Kotoran Sapi

Sekam+Kotoran

Kambing

Kotoran Sapi+Kotoran

Kambing

Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran Sapi

Page 78: LAPORAN RESMI 2012

78

Dari praktikum diperoleh grafik indeks vigor sebagai berikut :

Grafik 5.2. Indeks Vigor Tanaman Bayam Cabut Pada Berbagai Media Tanam

Dari Grafik 5.2. dapat dilihat bahwa perkecambahan bayam cabut pada indeks

vigor optimal terjadi pada kompos sekam yaitu pada hari ke-4 dan ke-5 sebesar 1.

Indeks vigor terendah terjadi pada kompos kotoran sapi, kotoran kambing,

sekam+kotoran kambing, serta kotoran sapi+kotoran kambing. Dari grafik indeks vigor

tersebut mengalami berbagai peningkatan pada setiap kompos yang berbeda. Hal itu

terjadi karena ada kompos yang belum matang atau mentah. Kompos yang masih belum

matang berarti mempunyai C/N yang tinggi yang dapat merugikan tanaman. Kompos

yang mentah mengandung fitotoksin yang bersifat racun dalam kompos tersebut.

Dengan adanya fitotoksin maka benih tidak dapat berkecambah dengan baik atau kalau

berkecambah akan segera mati.

Pengujian mutu kompos ini berfungsi untuk mengetahui tingkat kematangan

kompos apakag telah matang atau belum. Apabila kompos belum matang digunakan

dapat menghambat gaya perkecambahan benih dan mampu mematikan tanaman. Selain

itu uji mutu kompos berfungsi untuk mengetahui kelayakan kompos untuk

diaplikasikan. Kenampakan yang mengindikasikan sejauh mana kelayakan kompos

adalah banyaknya benih yang tumbuh dari sejumlah benih yang ditanam dengan

kompos tersebut atau disebut gaya berkecambah. Oleh karena itu, harus dilakukan uji

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1 2 3 4 5 6 7

Ind

eks

Vig

or

Hari ke-

Indeks Vigor Bayam Cabut

Sekam

Kotoran Sapi

Kotoran Kambing

Sekam+Kotoran Sapi

Sekam+Kotoran

Kambing

Kotoran Sapi+Kotoran

Kambing

Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran Sapi

Page 79: LAPORAN RESMI 2012

79

mutu kompos sebelum digunakan sebagai media tumbuh atau dicampurkan dengan

tanah.

Untuk menguji kompos maka dalam praktikum ini digunakan bayam yang

ditanam dalam pot yang berisi kompos yang telah dibuat. Alasan penggunaan benih

bayam cabut dikarenakan benihnya memiliki masa tumbuh yang pendek dan mudah

diperoleh. Lima hari setelah benih ditabur, benih sudah dapat tumbuh. Selain itu benih

ini tidak membutuhkan pemeliharaan yang ekstra karena penyiraman dapat sekedar

dengan membasahi tanah. Pertumbuhan benih mengindikasikan mutu kompos. Jika 75

% benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik maka kompos siap untuk

digunakan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan kompos, diantaranya

adalah :

1. Kelembaban timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia,

agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.

2. Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.

3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga

dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.

4. Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH

turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.

5. Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti dolomit

atau abu.

6. Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas

kompos.

Page 80: LAPORAN RESMI 2012

80

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Uji mutu kompos dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan kompos.

2. Dari hasil praktikum media pupuk kompos yang sudah matang dan siap untuk

diaplikasikan adalah media pupuk kompos sekam, sekam+kotoran sapi, dan

sekam+kotoran sapi+kotoran kambing.

3. kompos yang belum bisa untuk diaplikasikan adalah kotoran sapi dan kambing

karena pupuk kompos tersebut belum matang dengan gaya berkecambah bayam

cabut sebesar 0%.

B. Saran

1. Sebaiknya para pembuat kompos mengetahui cara pengujian mutu kompos yang

seperti ini agar mereka tahu apakah kompos yang mereka buat sudah matang atau

belum.

2. Ada baiknya praktikan dikenalkan cara pengujian mutu kompos yang lainnya.

Page 81: LAPORAN RESMI 2012

81

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Panduan Pembuatan Kompos dari Sampah Teori Aplikasi. Center for

Policy and Implementation Studies. Jakarta.

Anonim. 2002. Pembuatan Kompos Dan Permasalahnnya.

<http://www.geocities.com/persampahan/kompas.com>. Diakses tanggal 30

Oktober 2012.

Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K pada

lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4: 15-24.

Eusuf Zai, A. K, Takatsugu H and Tsutomu M. 2008. Effects of compost and green

manure of pea and their combinations with chicken manure and rapeseed oil

residue on soil fertility and nutrient uptake in wheat-rice cropping system. African

Journal of Agricultural Research 3: 633-639.

Nepal, A. P, Yasuhiro S, Aya N, Hisato K, Fajri A, Masaaki K, and Chieko M. 2011.

Effects of microbial additive on composting process and on Swiss chard growth

and nutrient uptake. European Journal of Scientific Research 52: 132-141.

Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Rusmarkam, A. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. UGM. Yogyakarta.

Supadma, A. N. N. dan Dewa M. A. 2008. Uji formulasi kualitas pupuk kompos yang

bersumber dari sampah organik dangan penambahan limbah ternak ayam, sapi,

babi, dan tanaman Pahitan. Jurnal Bumi Lestari 8 : 113-121.

Page 82: LAPORAN RESMI 2012

82

LAMPIRAN

A. Perhitungan

Gaya Berkecambah (GB)

No Perlakuan Gaya Berkecambah hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Kontrol 0% 0% 0% 10% 10% 15% 20%

2 Sekam 0% 0% 5% 20% 20% 25% 30%

3 Kotoran Sapi 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

4 Kotoran Kambing 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

5 Sekam+Kotoran

Sapi

0% 0% 0% 10% 10% 10% 15%

6 Sekam+Kotoran

Kambing

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

0% 0% 0% 5% 5% 5% 15%

Rumus :

Perhitungan :

1. Kontrol

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7=

2. Sekam

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

Page 83: LAPORAN RESMI 2012

83

3. Kotoran Sapi

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

4. Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

5. Sekam+Kotoran Sapi

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

6. Sekam+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Page 84: LAPORAN RESMI 2012

84

Hari ke-7 =

7. Kotoran Sapi+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

8. Sekam+Kotoran Sapi+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

Indeks Vigor (IV)

No Perlakuan Indeks Vigor hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Kontrol 0 0 0 0,5 0,4 0,5 0,57

2 Sekam 0 0 0,33 1 0,8 0,83 0,86

3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0

4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0

5 Sekam+Kotoran

Sapi

0 0 0 0,5 0,4 0,33 0,43

6 Sekam+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

7 Kotoran

Sapi+Kotoran

Kambing

0 0 0 0 0 0 0

8 Sekam+Kotoran

Kambing+Kotoran

Sapi

0 0 0 0,25 0,2 0,167 0,43

Rumus = Indeks Vigor

Perhitungan :

1. Kontrol

Page 85: LAPORAN RESMI 2012

85

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

2. Sekam

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

3. Kotoran Sapi

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

4. Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

Page 86: LAPORAN RESMI 2012

86

5. Sekam+Kotoran Sapi

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

6. Sekam+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

7. Kotoran Sapi+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

8. Sekam+Kotoran Sapi+Kotoran Kambing

Hari ke-1 =

Hari ke-2 =

Hari ke-3 =

Hari ke-4 =

Hari ke-5 =

Hari ke-6 =

Hari ke-7 =

Page 87: LAPORAN RESMI 2012

87

B. FOTO

Page 88: LAPORAN RESMI 2012

88

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA VI

KESUBURAN TANAH AKTUAL

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 89: LAPORAN RESMI 2012

89

ACARA VI

KESUBURAN TANAH AKTUAL

Abstraksi

Kesuburan tanah bukan sifat tanah, tetapi mutu tanah sehingga hanya dapat ditaksir. Penaksiran

dapat didasarkan atas sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur,

terkoreksikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian

sebelumnya, sehingga dapat dipergunakan untuk mengetahui sebab-sebab yang menentukan

kesuburan tanah. Di samping itu penaksiran dapat dilakukan secara langsung berdasarkan

keragaan tanaman yang teramati (bioassay), cara ini hanya dapat mengungkapkan tanggapan

tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapi. Praktikum Kesuburan Tanah yang berjudul

“Kesuburan Tanah Aktual” dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2012 bertempat di rumah

kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari

praktikum ini adalah untuk mengetahui kesuburan aktual tanah dari berbagai jenis tanah, yaitu

vertisol, ultisol, dan inceptisol. Dilakukan pengamatan kenampakan visual (warna) tanaman

jagung yang ditanam pada beberapa jenis tanah, lalu diukur dan dicatat tinggi tanaman-tanaman

tersebut. Berdasarkan pengamatan terlihat kenampakan visual (warna daun) yang cenderung

sama, tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung pada tiap jenis tanah berbeda dengan

hasil pada tanah inseptisol yang paling tinggi, sedangkan pada tanah ultisol yang paling rendah,

dikarenakan tingkat kesuburan tanah aktualnya yang berbeda.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan

oleh sejumlah interaksi sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang

menjadi habitat akar aktif tanaman. Ada dua pengertian kesuburan tanah yang harus

dibedakan yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan

tanah aktual adalah kesuburan tanah alamiah, dan kesuburan tanah potensial adalah

kesuburan tanah maksimum yang dapat dicapai dengan masukan teknologi yang

mengoptimumkan semua factor.

B. Tujuan

Mengetahui kesuburan aktual tanah dari berbagai jenis tanah.

Page 90: LAPORAN RESMI 2012

90

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada prinsipnya tanah subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil

yang baik tanpa penambahan pupuk. Apabila diperlukan penambahan pupuk maka

terjadi tanggapan tanaman dalam bentuk peningkatan hasil yang cukup tinggi terhadap

pemupukan kimia ataupun organik serta pemberian air irigasi. Tanah mungkin

mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi hasil produksinya rendah karena faktor

produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).

Tanah subur memiliki sifat sebagai berikut (Anonim, 2009):

Kaya nutrisi yang dasar tanaman, termasuk nitrogen, fosfor dan potasium.

Cukup mengandung mineral (trace elements) untuk nutrisi tanaman, termasuk

boron, klorin, kobalt, tembaga, besi, mangan, magnesium, molibdenum, sulfur, dan

seng.

Mengandung bahan organik tanah yang memperbaiki struktur tanah dan retensi

kelembaban tanah.

PH tanah berada dalam kisaran 6,0-6,8.

Struktur tanah yang baik, menciptakan tanah kering yang baik.

Berbagai mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Sering mengandung sejumlah besar lapisan atas tanah.

Uji kesuburan tanah diperlukan sebelum mengusahakan lahan pertanian. Dengan

uji ini nantinya diketahui potensi lahan dan kendala yang harus diatasi. Dalam hal ini

tanaman dapat digunakan sebagai indikator kesuburan yaitu dengan melihat

kenampakan fisik tanaman (Davidescu dan Davidescu, 1982). Terdapat hubungan

positif antara kesuburan tanah dengan produktivitas tanah. Tanah yang mempunyai

kesuburan tinggi akan mempunyai produktivitas yang tinggi, demikian juga sebaliknya

(Wididana, 1995).

Kesuburan tanah diberi batasan sebagai mutu kemampuan suatu tanah untuk

menyediakan unsur hara pada takaran dan keseimbangan tertentu secara sinambung,

untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

pertumbuhan lainnya dalam keadan menguntungkan. Tanah dikatakan subur bila

mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan sampai aras yang memungkinkan

fungsi-fungsi pertumbuhan dan perkembangan optimum tanaman (Poerwowidodo,

1993).

Page 91: LAPORAN RESMI 2012

91

Tanah merupakan sumber makanan bagi tanaman. Kandungan hara yang ada

dalam tanah sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan pertahanannya.

Semakin lama, kandungan hara dalam tanah akan semakin menurun karena digunakan

oleh tanaman. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan kesuburan tanah. Pemeliharaan

kesuburan tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pemupukan,

pemanfaatan irigasi, pengolahan yang baik, penggunaan pupuk dan pestisida kimia

sesuai kebutuhan dan peraturan, serta penggunaan bibit unggul (Yuwono dan

Roesmarkam, 2002).

Page 92: LAPORAN RESMI 2012

92

III. METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di rumah

kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat

yang digunakan adalah pot plastik, sedangkan bahan yang diperlukan adalah beberapa

jenis tanah (vertisol, ultisol, dan inceptisol), serta benih jagung.

Pertama-tama pot plastik volume 10 liter yang berlubang bagian bawahnya diisi

dengan tanah lapis olah yang sudah digemburkan. Disertakan label kelompok pada pot

plastik, kemudian secara serempak pot plastik tersebut ditanami dengan jagung dengan

diberi air secukupnya setiap hari. Selanjutnya diamati kenampakan visual (morfologi

dan warna) tanaman pada setiap pot, kemudian diukur dan dicatat tinggi tanamannya

serta dihitung jumlah daunnya.

Page 93: LAPORAN RESMI 2012

93

IV. HASIL PENGAMATAN

No. Jenis Tanah Tinggi Tanaman minggu ke- (cm)

1 2 3

1 Ultisol 11,29 29,29 37,23

2 Vertisol 11,87 30,61 40,46

3 Inseptisol 12,88 31,04 45,03

Tabel 4. 1. Rata-rata Tinggi Tanaman

No. Jenis Tanah Jumlah Daun minggu ke- (helai)

1 2 3

1 Ultisol 3 4 4

2 Vertisol 2 4 5

3 Inseptisol 3 4 5

Tabel 4.2. Rata-rata Jumlah Daun

No. Jenis Tanah

Tingkat Kehijauan Daun minggu ke-

(helai)

1 2 3

1 Ultisol + ++ ++

2 Vertisol + ++ ++

3 Inseptisol + ++ ++

Tabel 4.3. Rata-rata Tingkat Kehijauan Daun

Page 94: LAPORAN RESMI 2012

94

V. PEMBAHASAN

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh

sejumlah interaksi sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi

habitat akar aktif tanaman. Ada dua pengertian kesuburan tanah yang harus dibedakan

yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual

adalah kesuburan tanah alamiah, dan kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah

maksimum yang dapat dicapai dengan masukan teknologi yang mengoptimumkan

semua faktor (Notohadiprawiro et al., 2006).

Pada praktikum acara kesuburan tanah aktual ini digunakan tiga jenis tanah yaitu

tanah vertisol, ultisol, dan inceptisol. Penyebab perbedaan kesuburan aktual jenis-jenis

tanah tersebut antara lain bahan induknya, proses terjadinya (pedogenesis), kandungan

haranya, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya tanah-tanah tersebut.

Vertisol adalah tanah mineral berwarna abu-abu kehitaman, tekstur didominasi lempung

jenis montmorillonit yang dapat mengembang (pada kondisi basah) dan mengerut (pada

kondisi kering), serta pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm memiliki

kandungan lempung sebanyak 30 %. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan

vertisol adalah iklim, terutama iklim kering dan batuan yang kaya kation.

Vertisol jika digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah

terutama masalah kesuburan fisika yang cenderung rendah, namun memiliki kesuburan

kimia yang relatif tinggi serta nilai KPK yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini, dapat

dilakukan dengan memperbanyak penggunaan bahan organik seperti kompos dan pupuk

kandang, karena bahan-bahan tersebut bersifat sebagai buffer atau penyangga yang

berfungsi untuk mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah. Pengerutan tanah

terjadi karena penurunan kadar air sebagai akibat evaporasi pada musim kering.

Pengembangan tanah terjadi karena penambahan kadar air pada musim hujan. Peristiwa

tersebut akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan adanya perubahan musim.

Untuk mengatasi pengembangan dan pengerutan tanah ini dapat dilakukan pengubahan

gradasi butir tanah atau dengan menjaga kadar air dalam tanah agar tidak mengalami

perubahan.

Page 95: LAPORAN RESMI 2012

95

Ultisol adalah tanah berwarna merah-kuning yang melapuk lanjut oleh iklim,

dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi lempung seiring dengan

kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini

memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah karena mempunyai potensi keracunan Al

dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga tergolong tua (berkembang lanjut)

sehingga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg,

Na, dan K (terkait dengan kejenuhan basa/garam alkali), kadar Al tinggi, nilai KPK rendah,

dan peka terhadap erosi.

Inceptisol merupakan jenis tanah yang didominasi pasir tetapi lebih berkembang

dari entisol, memiliki epipedon umbrik, orchrik, molik atau plagen, juga memiliki

horizon kambik. Tanah ini memiliki solum berwarna tanah terang dan seragam dengan

batas-batas horizon kabur, remah sampai gumpal, gembur, kejenuhan basa kurang dari

50 %, pH berkisar antara 4,5-5,5 dengan kandungan bahan organik kurang dari 1 %.

Secara umum, tanah ini memiliki tingkat kesuburan fisika yang rendah karena tekstur

didominasi fraksi pasir sehingga banyak kandungan hara yang mengalami pencucian.

Tanah berfungsi sebagai media tumbuh bagi tanaman. Dalam tanah terdapat

unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh. Tanaman dapat tumbuh

dengan baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menopang tegaknya tanaman,

tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman

disekitar netral, kelarutan garam yang rendah, cukup tersedia unsur hara dan air dalam

kondisi seimbang.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang terdapat di dalam tanah,

selain itu juga tergantung pada pemeliharaan tanaman. Unsur hara yang terjerap dan

terikat oleh partikel tanah dapat menjadi tersedia bagi tanaman setelah mengalami

reaksi tertentu yang berlangsung di dalam tanah. Unsur yang berasal dari mineral

ditentukan oleh asal batuan atau bahan induk dari tanah itu sendiri seperti unsur Ca

yang banyak dikandung oleh tanah yang berasal dari bahan induk kapur. Pada umumnya

unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman setelah mineral tanah mengalami pelapukan

oleh cuaca. Kesuburan tanah bersifat labil dan dapat berubah sehingga harus dipelihara

atau ditingkatkan supaya dapat memproduksi setinggi-tingginya dalam waktu yang

selama-lamanya agar tanah menjadi lestari.

Page 96: LAPORAN RESMI 2012

96

Gambar 5. 1. Grafik Tinggi Tanaman pada 3 Jenis Tanah

Pertambahan tinggi tanaman jagung pada tanah inseptisol adalah yang paling

tinggi, sedangkan pertambahan tinggi tanaman jagung pada tanah ultisol adalah yang

paling rendah. Hal ini terjadi karena tanah ultisol memiliki kesuburan kimia yang

cenderung rendah. Inceptisol seharusnya memiliki kandungan hara yang rendah karena

tekstur dominan pasir sehingga proses pencucian bahan organik lebih besar, namun data

menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena sebelum tanah

diambil, terlebih dahulu tanah tersebut dipupuk.

0

10

20

30

40

50

1 2 3

Tin

ggi T

an

am

an

(cm

)

Minggu ke-

Grafik Tinggi Tanaman

Ultisol

Vertisol

Inseptisol

Page 97: LAPORAN RESMI 2012

97

Gambar 5. 2. Histogram Jumlah Daun pada 3 Jenis Tanah

Histogram jumlah daun di atas menunjukkan pada awal hingga akhir pengamatan

inceptisol memiliki jumlah daun yang paling banyak, kemudian vertisol dan yang paling

sedikit jumlah daunnya adalah ultisol. Hal ini menandakan bahwa kandungan hara yang

terkait dengan pertumbuhan daun pada inceptisol lebih besar dibanding jenis tanah yang

lain. Secara teori, kandungan bahan organik pada inceptisol lebih rendah dibanding

yang lain, namun data menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan

karena sebelum diambil sampel tanah, terlebih dahulu inceptisol dipupuk oleh petani

(lokasi pengambilan tanah).

0

1

2

3

4

5

1 2 3

Ju

mla

h D

au

n (

hel

ai)

Minggu ke-

Histogram Jumlah Daun

Ultisol

Vertisol

Inseptisol

Page 98: LAPORAN RESMI 2012

98

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kenampakan visual (warna daun) yang cenderung sama, tinggi tanaman dan

jumlah daun tanaman jagung pada tiap jenis tanah berbeda dengan hasil pada

tanah inseptisol yang paling tinggi, sedangkan pada tanah ultisol yang paling

rendah, dikarenakan tingkat kesuburan tanah aktualnya yang berbeda.

2. Dari ketiga jenis tanah ini, secara umum vertisol merupakan jenis tanah dengan

kesuburan kimia yang paling tinggi karena memiliki nilai KPK yang tinggi serta

memiliki kandungan unsur hara yang beragam.

3. Vertisol dan inceptisol perlu dikelola kesuburan fisikanya agar tidak menjadi

faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Vertisol perlu dikelola

pengairannya agar tidak terlalu mengembang dan lengket saat basah serta tidak

terlalu mengkerut dan keras saat kering. Inceptisol juga perlu dikelola pengairan

dan pemupukan agar tidak kekurangan air dan unsur hara akibat pencucian.

4. Ultisol perlu dikelola dengan menambah bahan organik serta pemberian pupuk

yang dapat menambah unsur hara, terutama hara dari garam alkali seperti Ca, Mg,

Na, dan K.

B. Saran

1. Sebaiknya tanah yang digunakan tidak hanya tiga jenis minimal satu kelompok

satu jenis tanah yang berbeda.

Page 99: LAPORAN RESMI 2012

99

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Fertility (soil). <http://en.wikipedia.org/wiki/Fertility_(soil)>. Diakses

tanggal 29 Oktober 2012.

Anonim. 2010. Kesuburan Tanah. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kesuburan_tanah>.

Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012.

Davidescu, D. and V. Davidescu. 1982. Evaluation of Fertility by Plant and Soil

Analysis. Abacus Press, England.

Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan. Kanisius.

Yogyakarta.

Wididana, G. N.1995. Peranan efektif mikroorganisme 4 dalam meningkatkan

kesuburan dan produktifitas tanah. Azolla 5:1-9.

Yuwono, N dan A. Roesmarkam. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Page 100: LAPORAN RESMI 2012

100

LAMPIRAN

Pada Tanah Vertisol

Gambar 1. Tanaman Minggu ke 0 Gambar 2. Tanaman Minggu ke 1

Gambar 3. Tanaman Minggu ke 2 Gambar 4. Tanaman Minggu ke 3

Page 101: LAPORAN RESMI 2012

101

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA VII

PENGARUH PEMUPUKAN

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 102: LAPORAN RESMI 2012

102

ACARA VII

PENGARUH PEMUPUKAN

Abstraksi

Pemupukan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah yang nantinya akan mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Praktikum kesuburan tanah acara VII yang berjudul “Pengaruh

Pemupukan” dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah dan rumah kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah

Mada. Praktikum acara VII ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan

tanah. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember dan paku untuk melubangi

ember, sedangkan bahan yang digunakan adalah NPK, pupuk organik, tanah, air dan benih

jagung (Zea mays). Pada praktikum ini diambil tanah lapis olah di lahan pertanian kemudian

diberi perlakuan [a] tanpa pupuk, [b] + NPK 0.5 sendok teh, [c] + pupuk organik 100 g, [d] + NPK

0.5 sendok teh + pupuk organik 100 g dan ditanami benih jagung. Tinggi tanaman dan jumlah

daun menunjukkan perbedaan pada masing-masing perlakuan karena unsur hara yang tersedia

berbeda-beda pula pada setiap perlakuannya. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan hara yang

tercukupi sehingga pertumbuhan tanamannya paling baik.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah

dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan

tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk

dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan apabila

tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan.

Pemupukan sangat penting untuk dilakukan karen berpengaruh terhadap

kondisi atau keadaan tanah yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman yang hidup ditempat tersebut. Pertumbuhan tanaman yang baik terjadi bila

terdapat komposisi hara yang baik di dalam tanah, ketersediaan dan

kesetimbangan/proporsi hara yang sesuai dan dibutuhkan pada waktu yang tepat

pada masing-masing periode pertumbuhan sangatlah menentukan. Hal ini sangat

penting mengingat akar tanaman tidak dapat mengambil hara dari tanaman secara

selektif, tetapi akar akan mengambil dari apa yang telah tersedia.

B. Tujuan

Mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanah.

Page 103: LAPORAN RESMI 2012

103

II. TINJAUAN PUSTAKA

Banyak dari unsur kimia yang telah diketahui, terdapat di dalam tubuh tanaman,

sehingga dinamakan unsur hara tanaman. Unsur-unsur tersebut hampir seluruhnya

berasal dari tanah diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari unsur hara tersebut ada yang

diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal, tetapi sebagian yang lain

kalaupun tidak tersedia, tanaman tidak terganggu pertumbuhannya (Miller and

Donahue, 1990)

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi

dengan baik. Pupuk dapat juga diartikan sebagai zat yang ditambahkan ke dalam media

tanam atau tanaman guna mencukupi kebutuhan hara yang tidak bisa dipenuhi oleh

tanah tempat tumbuhnya. Dilihat dari kandungannya, disebut pupuk tunggal ketika

hanya mengandung satu unsur hara, sementara pupuk yang memiliki lebih dari satu

unsur hara hingga 13 unsur hara esensial disebut pupuk majemuk (Anonim, 2011).

Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada

komplek tanah, baik langsung maupun tidak langsung dan dapat menyumbangkan

bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah

agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai

apabila diketahui terlebih dahulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian

dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu

(Welch et al., 2000).

Menurut Indranada (1989), pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan

kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk. Sementara

persyaratan kualitatifnya meliputi paling tidak empat hal, yaitu :

1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang

ada

2. Waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat

3. Unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap oleh

tanaman

4. Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan

kualitasnya.

Page 104: LAPORAN RESMI 2012

104

Pupuk kandang segar mempunyai nisbah C/N = 25. Bila langsung dipupuk ke

dalam tanah, jasad renik akan menarik N dari dalam tanah. Pupuk kandang di dalam

tanah mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisis tanah. Penguraian-penguraian

yang terjadi mempertinggi kadar bunga tanah (humus). Seperti yang kita ketahui humus

sangat berpengaruh baik terhadap sifat fisis tanah, mempertahankan struktur tanah,

menjadikan tanah mudah diolah (ringan pengolahannya) dan terisi oksigen yang cukup.

Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan

tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan

mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah (Sutedjo, 1995).

Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda

untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah

memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting

yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis

pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat

pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan (Tisdale et al., 1986).

Pemberian pupuk secara terpisah pada tanaman yang mempunyai kadar liat dan

kapasitas kation rendah akan memberikan efisiensi pemupukan lebih tinggi daripada

pemberian sekaligus sebagai pupuk dasar. Tetapi pada tanah yang berkadar liat dan

kapasitas tukar kation yang tinggi, pemberian secara terpisah tidak akan lebih baik dari

pada pemberian sekaligus pada waktu sebelum tanam (Prawirasumantri et al., 2002).

Pada umumnya suplai unsur hara memegang peran penting untuk membangun

tubuh tanaman. Nitrogen, Fosfor, dan Kalium adalah unsur makro yang sangat penting

bagi kehidupan tanaman. Unsur N dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan

hasil yang lebih besar, mendorong pertumbuhan vegetatif seperti daun, batang dan akar

yang mempunyai peranan penting dalam beberapa tanaman. Unsur P sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, yaitu berfungsi dalam

metabolisme sel, menstimulir pertumbuhan, perkembangan perakaran tanaman,

memperbaiki kualitas hasil, dan mempercepat masa pematangan. Unsur K bagi tanaman

berperan dalam metabolisme air tanaman, mempertahankan turgor, dan membentuk

batang yang kuat (Abidin et al., 2002).

Page 105: LAPORAN RESMI 2012

105

III. METODOLOGI

Praktikum kesuburan tanah acara VII yang berjudul “Pengaruh Pemupukan”

dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember dan paku

untuk melubangi ember. Bahan yang digunakan yaitu NPK, pupuk organik, tanah, air,

dan benih jagung (Zea mays).

Cara kerja pada praktikum ini pertama-tama diambil tanah olah ultisol di lahan

pertanian, digemburkan, dan dimasukkan ke dalam ember plastik yang bagian

bawahnya telah dilubangi dengan paku. Tanah dalam ember diberi perlakuan sebagai

berikut:

a. tanpa pupuk

b. + NPK 0.5 sendok teh

c. + pupuk organik 100 g

d. + NPK 0.5 sendok teh + pupuk organik 100 g

Masing-masing perlakuan kemudian ditanami dengan 3 benih jagung, setelah tumbuh

dipilih 1 tanaman yang terbaik untuk dipelihara dan diamati. Selanjutnya ditambahkan

air secukupnya (dijaga kapasitas lapang sekitar) setiap hari supaya tanaman tumbuh

dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi : tinggi tanaman,

kenampakan visual (morfologi dan warna) selama 3 minggu. Data yang telah diperoleh

dibuat grafik tinggi tanaman dan histogram jumlah daun.

Page 106: LAPORAN RESMI 2012

106

III. HASIL PENGAMATAN

No. Jenis Perlakuan Tinggi Tanaman minggu ke- (cm)

1 2 3

1 Tanpa Perlakuan 5 30,5 35,6

2 NPK 0,5 Sendok Teh 19 49,1 54,6

3 Pupuk Organik 100 gr 17,2 45,1 48,2

4 NPK + Pupuk Organik 8,5 22,6 34,2

Tabel 4.1 Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)

No. Jenis Perlakuan Jumlah Daun minggu ke- (helai)

1 2 3

1 Tanpa Perlakuan 2 4 4

2 NPK 0,5 Sendok Teh 4 5 5

3 Pupuk Organik 100 gr 3 5 4

4 NPK + Pupuk Organik 4 4 5

Tabel 4.2 Rata-Rata Jumlah Daun (helai)

No. Jenis Perlakuan Warna Daun minggu ke-

1 2 3

1 Tanpa Perlakuan ++ ++ ++

2 NPK 0,5 Sendok Teh ++ ++ ++

3 Pupuk Organik 100 gr ++ ++ ++

4 NPK + Pupuk Organik ++ ++ ++

Tabel 4.3 Warna (Kenampakan Visual Tanaman)

Keterangan :

Semakin banyak (+), maka warna daun semakin hijau.

Page 107: LAPORAN RESMI 2012

107

IV. PEMBAHASAN

Pupuk merupakan suatu bahan yang disediakan atau ditambahkan ke dalam tanah

atau media tanam dengan maksud untuk memberikan atau mencukupi kebutuhan hara

yang diperlukan oleh tanaman untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian

pupuk ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat

meningkatkan produktivitas tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Pemupukan

adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik

langsung maupun tidak langsung dan dapat menyumbangkan bahan makanan pada

tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman

mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan tanaman.

Pemupukan memiliki manfaat bagi tanah maupun tanaman yang hidup di tempat

tersebut. Manfaat pemupukan untuk tanah yaitu memperbaiki kesuburan tanah karena

unsur hara dalam tanah akan bertambah. Bagi tanaman pemupukan bermanfaat

menambah dan menyediakan unsur hara tanah, sehingga kebutuhan unsur hara untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan tercukupi.

Aplikasi pupuk organik pada tanah sangat baik karena memiliki banyak

keuntungan, diantaranya memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan lengas dan

hara, meningkatkan kandungan hara makro dan mikro, memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah, serta meningkatkan produktivitas tanah. Pupuk organik mengandung

berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga pemupukan dengan

pupuk organik ini akan lebih efektif. Selain itu pupuk organik tidak dapat membunuh

mikrobia yang bermanfaat namun justru dapat memberikan tambahan mikrobia efektif

ke dalam tanah.

Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki

kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimia (anorganik).

Kekurangannya diantaranya, kandungan unsur hara jumlahnya kecil sehingga jumlah

pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.

Jumlah yang banyak mengakibatkan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan

dan implementasinya, dalam jangka pendek apalagi untuk tanah-tanah yang sudah

miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga

menjadi beban biaya bagi petani, sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap

Page 108: LAPORAN RESMI 2012

108

pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan. Keunggulan

pupuk organik yaitu pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur

hara makro maupun unsur hara mikro, kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan

(anorganik), kemudian pupuk organik mengandung asam-asam organik, antara lain

asam humic, asam fulfic, hormon dan enzim yang tidak terdapat dalam pupuk buatan

yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme, selain

itu pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai

pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat

biologis tanah, pupuk organik dapat memperbaiki dan menjaga struktur tanah, menjadi

penyangga pH tanah, menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan,

membantu menjaga kelembaban tanah, aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih

sekalipun karena tidak merusak lingkungan.

Selain pupuk organik juga ada pupuk kimia atau anorganik. Seperti pada pupuk

organik, pupuk kimiapun memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihan

pupuk kimia diantaranya karena unsur yang terkandung cepat terurai, lebih cepat

terserap oleh tumbuhan, pemupukan relatif mudah dilakukan, pemupukan intensif untuk

tumbuhan lebih mudah, karena pupuk kimia telah dikonsentrasikan pada jenis unsur

tertentu. Sedangkan kekurangannya yaitu karena cepat terurai di alam, sehingga untuk

mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal harus dengan dosis yang tepat, waktu

pemupukan harus sering karena pupuk tidak tersimpan lama dalam media tanam,

ketersediaan pupuk tergantung pihak lain, misal pabrik dan distributor, dapat

menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah karena pemupukan yang tidak

berimbang, dalam pemakaian jangka panjang dapat menurunkan PH tanah.

Menurut Sutedjo (1995), pupuk NPK disebut sebagai “pupuk majemuk lengkap”

atau complete fertilizer. Pemakaian pupuk ini tentunya harus melalui penyelidikan

terlebih dahulu sehingga dapat dipilih mana yang sesuai persentase kandungan N, P, K

nya untuk kepentingan tanah itu, dengan demikian maka ekonomis, efektifitas dan

efisiensi penggunannya dapat terjamin. Beberapa Unsur hara yang terkandung dalam

pupuk NPK adalah sebagai berikut :

Nitrogen

Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman

Page 109: LAPORAN RESMI 2012

109

menyerap N sebagian besar dalam bentuk ion NO3- dan NH4

+, sedikit berupa

Urea melalui daun, dan sebagian kecil berupa asam amino larut dalam air.

Tanaman yang mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua

yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman

kekurangan atau defisiensi N maka daun akan menguning (klorosis) karena

kukarangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi

kerdil, dan tanaman cepat masak juga bisa disebabkan kekurangan N. Defisiensi

N dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas.

Kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan

memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau

menurunkan kualitas produksi tanaman. Tanaman yang kelebihan N menunjukkan

warna hijau gelap sukulen, yang menyebabkan tanaman peka terhadap hama,

penyakit dan mudah roboh. Apabila N tersedia didalam tanah hanya atau sebagian

besar dalam bentuk amonium, dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan

akhirnya dapat mengakibatkan jaringan vascular pecah dan berakibat pada

terhambatnya serapan air.

P (Fosfor)

Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya dalam tanaman,

sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk

pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu

dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan

dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Pada umumnya

kadar P di dalam tanaman di bawah kadar N dan K yaitu sekitar 0,1 hingga 0,2%.

Di Indonesia pupuk P sangat bermasalah, karena selain efisiensi pemupukan P

rendah juga tambang P di Indonesia jarang, beragam dan berkadar rendah. Hal ini

mengakibatkan untuk mencukupi kebutuhan P harus import. Tanaman menyerap

sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-

).

Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-2

). pH tanah

sangat besar pengaruhnya terhadap perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu

makin masam H2PO4-

makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman

dibandingkan dengan HPO4-2

. Fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi sangat

penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan

Page 110: LAPORAN RESMI 2012

110

energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman

lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat

penting dalam pembentukan biji. P juga sangat penting dalam transfer sifat-sifat

menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu

mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan

efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang

akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen. Gejala pertama tanaman yang

kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun tidak normal dan

apabila defisiensi akut maka ada bagian-bagian daun, buah dan batang yang mati.

Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan, juga pengisian biji

berkurang.

Kalium

Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar

1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam

tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam

beberapa proses metabolisme utama tanaman. Kalium sangat vital dalam proses

fotosintesis. Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi

respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak

karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk

mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-

bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi

tanaman berkurang. Fungsi penting K dalam pertumbuhan tanaman adalah

pengaruhnya pada efisiensi penggunaan air. Proses membuka dan menutup pori-

pori daun tanaman, stomata, dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang

terdapat di sekitar stoma. Kadar K tidak cukup (defisien) dapat menyebabkan

stomata membuka hanya sebagian dan menjadi lebih lambat dalam penutupan.

Gejala kekurangan K ditunjukkan dengan tanda-tanda terbakarnya daun yang

dimulai dari ujung atau pinggir, bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada

daun-daun dan batang yang tua.

Page 111: LAPORAN RESMI 2012

111

Gambar 5.1. Grafik tinggi tanaman pada berbagai perlakuan

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tinggi tanaman berbeda-beda karena

dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia dari perlakuan yang dilakukan. Tinggi

tanaman menggambarkan pertumbuhan dari tanaman tersebut, dengan demikian dapat

dikatakan semakin tinggi tanamannya maka pertumbuhan tanaman semakin baik. Pada

grafik tanaman paling tinggi didapatkan pada penambahan NPK, sedangkan yang

terendah adalah pada penambahan NPK + Pupuk Organik. Ultisol merupakan tanah

yang memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah karena mempunyai potensi keracunan

Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga tergolong tua (berkembang lanjut)

sehingga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg,

Na, dan K (terkait dengan kejenuhan basa/garam alkali), kadar Al tinggi, nilai KPK rendah,

dan peka terhadap erosi. Tanah ultisol membutuhkan masukan unsur hara yang ,ebih

banyak agar dapat mendukung pertumbuhan. Pada grafik di atas, tidak sesuai dengan

teori. Pertumbuhan tinggi tanaman yang paling baik adalah pada perlakuan penambahan

NPK, sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling buruk adalah pada perlakuan

penambahan NPK + Pupuk Organik. NPK dan pupuk organik yang digunakan memiliki

peranan masing-masing sehingga dapat saling mendukung untuk pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik (memiliki kandungan hara beraneka ragam) ditambahkan pada awal

sebelum penanaman dengan tujuan untuk menyuburkan tanah. Sementara NPK

ditambahkan setelah tanaman berumur 1 minggu untuk mendukung pertumbuhan

tanaman. Adanya hasil yang tidak sesuai dengan teori tersebut dapat diakibatkan oleh

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3

Tin

ggi T

an

am

an

(cm

)

Minggu ke-

Grafik Tinggi Tanaman

Kontrol

NPK

Pupuk Organik

NPK + Pupuk

Organik

Page 112: LAPORAN RESMI 2012

112

beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan air. Selain hara, air juga sangat

dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Jadi meskipun kebutuhan hara oleh tanaman

tersebut terpenuhi, namun kadar airnya rendah, maka pertumbuhannya pun kurang

maksimum.

Gambar 5.2. Histogram jumlah daun pada berbagai perlakuan

Pada histogram jumlah daun terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah daun pada

berbagai perlakuan . Dapat dilihat dari histogram bahwa pada pengamatan minggu ke-3,

rata-rata jumlah daun yang paling banyak yaitu pada perlakuan + NPK. Sementara rata-

rata jumlah daun paling sedikit yaitu pada perlakuan kontrol. Pada perlakuan + NPK

tanaman hanya mendapatkan tambahan unsur hara N, P, dan K saja yang unsur tersebut

belum terlalu mencukupi untuk mendukung pembentukan daun. Namun hasil

pengamatan tidak menunjukan hal demikian. Hal ini dapat dikarenakan faktor lain yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman tidak mendukung pertumbuhannya. Selain unsur

hara, tanaman juga memerlukan air dalam pertumbuhannya. Kekurangan air akan

menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, begitu pula dengan pertumbuhan daun.

Jadi ketidaksesuaian hasil praktikum dengan teori yang seharusnya bisa dikarenakan

oleh faktor air yang kurang selama pengamatan dilakukan.

0

1

2

3

4

5

Tanpa

Perlakuan

NPK 0,5

Sendok Teh

Pupuk

Organik

100 gr

NPK +

Pupuk

Organik

Ju

mla

h D

au

n (

hel

ai)

Perlakuan

Histogram Jumlah Daun

Page 113: LAPORAN RESMI 2012

113

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan kontrol tidak lebih baik dari

perlakuan penambahan pupuk, karena pada perlakuan kontrol tanaman hanya

mendapat unsur hara yang berasal dari tanah saja.

2. Pertumbuhan tinggi tanaman yang paling maksimal yaitu pada perlakuan dengan

pupuk organik.

3. Perpaduan penggunaan pupuk organik dan kimia dengan jumlah sesuai dengan

kebutuhan tanaman dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.

B. Saran

1. Perlu ditimbang juga berat basah dan berat kering tanaman yang ditanam pada

berbagai perlakuan.

Page 114: LAPORAN RESMI 2012

114

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., N. Nurtika dan Suwandi. 2002. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan NPK

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Cabut. Buletin Penelitian Hortikultura 18

: 48-54.

Anonim, 2011. Pupuk dan Pemupukan. <http://www.pemupukan.info/>. Diakses

Tanggal 1 November 2012.

Indranada, H. K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta.

Miller, R. W and R. L. Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant

Growth. Prentice-Hall, New Jersey.

Prawirasumantri, J. A. Sofyan dan M. Sujadi. 2002. Penilaian pada tingkat petani

terhadap penggunan beberapa bentuk pupuk urea dan cara pemberiannya untuk

pada sawah di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Departemen

Pertanian Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah

Bogor :35-38.

Sutedjo, M., M. 1995. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. D. Beaton. 1986. Soil Fertility and Fertilizers.

MacMillan Pub, New York.

Welch, L.F., Johnson, O.E. Mc Kibben, L.V. Boone, dan J.W. Pendleton. 2000.

Relative efficiency of broadcast versus banded potassium for corn. Agronomy

Journal 58 : 618 – 621.

Page 115: LAPORAN RESMI 2012

115

LAMPIRAN

Perlakuan Ditambah Pupuk Organik 100 gr

Gambar 1 Tanaman Minggu ke 0 Gambar 2 Tanaman Minggu ke 1

Gambar 3. Tanaman Minggu ke 2 Gambar 4. Tanaman Minggu ke 3

Page 116: LAPORAN RESMI 2012

116

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA VIII

MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 117: LAPORAN RESMI 2012

117

ACARA VIII

MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Abstraksi Praktikum Manajemen Kesuburan Tanah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 06 Oktober 2012 di

Dusun Sumberan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakrta. Pengamatan

dilakukan secara langsung ke lahan pertanian di daerah Moyudan dengan cara mewawancarai

petani dan melengkapi data yang telah tersedia di buku panduan Praktikum Kesuburan Tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan dari data yang telah diperoleh dari salah satu petani di daerah

Moyudan diketahui tanah yang diamati adalah jenis tanah vertisol yang sifatnya lempung.

Manajemen kesuburan tanah yang diterapkan oleh petani telah sesuai yaitu dengan melakukan

pemupukan yang tepat dan benar untuk menambah dan memperbaiki unsur hara baik mikro

maupun makro dalam tanah, pengolahan tanah yang baik, irigasi yang digunakan dengan semi

teknis, hanya pola penanaman secara monokultur saja yang sedikit bermasalah karena dapat

menyebabkan pelonjakan jumlah hama di lahan pertanian.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat menyediakan

unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk pertumbuhan dan hasil

tanaman. Kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang cukup dan

berimbang, ketersediaan air, dan kondisi mikrobia tanah yang baik. Apabila ketiga

hal ini terpenuhi kondisi tanah dapat terjaga kesuburannya sehingga lahan dapat

digunakan menjadi lahan produktif.

Peningkatan potensi lahan tergantung pada faktor tanah, topografi atau

kemiringan, cuaca atau iklim, dan lingkungan lainnya seperti sosial budaya. Faktor

topografi dan iklim relatif tidak dapat diubah karena sudah ada sejak jaman dahulu.

Sedangkan sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dapat diubah

pada tingkat tertentu untuk penggunaan dan komoditi tanaman yang akan

diusahakan. Faktor manajemen terkait dengan cara kebiasaan yang akan dilakukan

masyarakat mengelola tanah juga menjadi faktor yang lebih mudah diubah.

Faktor manajemen menjadi sangat penting ketika faktor-faktor lainnya sulit

mendukung pertumbuhan tanaman budidaya. Tanah produktif harus mempunyai

kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman karena tanah sebagai

media tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk

mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, upaya yang paling mudah untuk

memperbaiki produktivitas tanah dengan melakukan manajemen kesuburan tanah

yang tepat. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan melakukan manajemen yang

Page 118: LAPORAN RESMI 2012

118

tepat bagaimana pengolahan lahan, pemberian pupuk, dan penggunaan pestisida

secara tepat.

B. Tujuan

Mengetahui cara memelihara kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani

Page 119: LAPORAN RESMI 2012

119

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan sumber makanan bagi tanaman. Kandungan hara yang ada di

dalam tanah sangat dibutuhkan oleh tanaman. Keberadaan kandungan hara bagi

tanaman ini tentunya akan semakin menurun seiring dengan pertumbuhan tanaman.

Oleh karena itu, tanah memerlukan pemeliharaan yang cukup agar kesuburanya dapat

terjaga dengan baik. Pemeliharaan yang dapat dilakukan antara lain dengan pemupukan,

pemanfaatan irigasi, pengolahan yang baik, penggunaan pupuk dan pestisida yang

teratur dan dengan menggunakan bibit yang unggul (Yuwono dan Roesmarkam ,2002).

Dalam mempelajari manajemen kesuburan tanah, kita harus mampu memadukan

pengetahuan tentang ilmu kima tanah, ilmu fisika tanah, ilmu biologi, dan ilmu

budidaya pertanian. Pengkajian tentang manajemen kesuburan tanah dilihat dari seluruh

aspek yang melekat dalam usahatani itu sendiri, baik dilihat dari tempat tumbuhnya

tanaman (tanah, kesuburan tanah, iklim, topografi, curah hujan, irigasi), faktor yang

mendukung atau modal (sarana produksi, biaya operasional, dan teknologi), faktor

tenaga kerja (keahlian, jumlah, dan kontinuitas/ketersediaan), dan faktor manajemen

(planning, organizing, actuating, dan controlling) dari setiap sisi aktivitas usaha petani

(Djamali, 2000). Manajemen kesuburan tanah bertujuan untuk memelihara kesuburan

tanah sehingga kesuburanya dapat terjaga yang akan menghasilkan produk pertanian

yang handal baik dalam kualitas maupun kuantitasnya (Hardjodimono, 1970).

Sifat fisik yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah warna tanah,

struktur, dan kelengasan. Keadaan lingungan sekitar yang dapat ikut mempengaruhi

tingkat kesuburan antara lain dapat berupa jenis tanaman pada lahan, pola penanaman,

iklim di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sedangkan sifat kimia seperti pH, KTK,

koloid tanah dan organik, dan lain-lain tidak dibahas dalam hasil praktikum ini karena

tidak dijadikan point utama (Davidescu dan Davidescu, 1982).

Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, maka upaya peningkatan kesuburan

tanah secara alami melalui daur ulang nutrisi tanaman, harus dioptimalkan dengan

mengandalkan perbaikan aktivitas biologis, serta fisik dan kimia tanah dengan prinsip

(Anonim, 2011):

1. Mengembalikan hara atau nutrisi yang terangkut panen dengan menambahkan

pupuk organik dari berbagai sumber (pangkasan tanaman, pupuk kandang), secara

periodik ke dalam tanah baik dalam bentuk segar atau kompos,

Page 120: LAPORAN RESMI 2012

120

2. Mengembalikan sisa-sisa panen serta serasah ke lahan untuk mengembalikan hara

terangkut tanaman,

3. Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat

sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan di sisi lain berfungsi sebagai

perangkap inang/predator,

4. Mengintegrasikan ternak dalam kebun organik, selain kotoran yang dihasilkan

digunakan sebagai pupuk, daging ternak dapat dikonsumsi sebagai produk daging

organik,

5. Menambahkan bahan amelioran alami seperti kapur dan fosfat alam, bila terjadi

kahat hara Ca dan P pada tanah yang tidak dapat diatasi dengan pupuk organik

(bahan-bahan amelioran yang diizinkan.

Pemberian bahan organik mampu meningkatkan hasil gabah padi kering panen

secara nyata. Dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelesarian lingkungan

produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan

memanfaatkan jerami padi. Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan

perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan (Iqbal, 2008).

Kontribusi limbah organik untuk hasil panen dan kesuburan tanah mungkin

dipengaruhi oleh komposisi dan jenis tanah. 6-yr ini studi (2001-2006) mengevaluasi

efek penambahan ulang pupuk mineral (MF), pabrik kertas bercampur lumpur (PMS)

(18, 36, dan 54 Mg ha-1), pupuk kandang sapi perah (DCM) ( 36 Mg ha-1) atau dengan

pengurangan pupuk mineral (60% NPK) (RMF) dan kontrol pada tanah. Aplikasi PMS

dan DCM meningkat terutama N mineralisasi dan hasil panen di tanah liat berpasir

daripada di tanah lempung. Namun, meningkatkan C isi tanah, air dan agregat stabil

MWD berikut aplikasi mereka lebih tinggi di tanah lempung daripada di tanah liat

berpasir. DCM efek pada perubahan sifat tanah itu kurang besar daripada PMS. Kecuali

di tahun pertama, pada tingkat aplikasi PMS dari 36 dan 54 Mg ha-1 tanpa NPK, dan

PMS diterapkan pada tingkat 18 Mg ha-1 dengan 60% NPK, menghasilkan hasil panen

tertinggi di kedua tanah dan sebanding dengan yang diperoleh dengan MF. Peningkatan

hasil DCM berikut tambahan (36 Mg ha-1) adalah lebih rendah daripada yang diperoleh

dengan PMS. (Adrien, 2009).

Page 121: LAPORAN RESMI 2012

121

III. METODOLOGI

Praktikum Acara VIII yang berjudul Manajemen Kesuburan Tanah dilaksanakan

pada hari Sabtu, tanggal 06 Oktober 2012 yang dilakukan di Dusun Sumberan, Desa

Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan yang

dipersiapkan untuk melakukan praktikum ke lahan pertanian yang telah ditentukan

adalah alat tulis, kuesioner yang terdapat pada Buku Panduan Praktikum Kesuburan

Tanah dan kamera digital untuk dokumentasi.

Praktikum dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke

lahan petani di daerah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu di Dusun Sumberan,

Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Pengamatan

dilakukan dengan cara mewawancarai salah satu petani di daerah tersebut dan mengisi

lembar pengamatan dan melengkapi data kuesioner yang telah disiapkan. Selanjutnya

mewawancarai petani mengenai lahan pertanian di daerah tersebut, varietas yang

ditanam, pupuk yang digunakan dan cara memelihara kesuburan tanahnya.

Page 122: LAPORAN RESMI 2012

122

IV. HASIL PENGAMATAN

Hasil yang diperoleh dari wawancara :

Identitas Petani

Nama : Slamet Riyanto

Umur : 42 tahun

Alamat : Sumberan, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta

Umum

Hari : Sabtu Tanggal : 06 Oktober 2012 Waktu : 11.00-12.00 WIB

Dusun : Sumberan

Kecamatan : Sumberagung

Sketsa Lokasi :

Altitude (ketinggian tempat) : 7.77306‘ LS dan 110.25373‘ BT

Kelerengan : 8-15

Fisiografi : Dataran

Topografi : Datar

Erosi : Ringan

Landuse : Sawah

Irigasi : ½ teknis

Cuaca : Terang

Jeluk mempan : 0-20

Jenis tanah : Vertisol

Petak yang diamati

Page 123: LAPORAN RESMI 2012

123

Panjang : 100 m , Lebar : 20 m

Jarak lahan dari jalan aspal : 1 km

Akses ke jalan besar : Bagus

Pematang

Lebar : 40 cm , Tinggi : 30 cm, Panjang : 100 m x 20 m

Tanaman di pematang :

Pisang , tinggi 150 cm, jarak tanam : 200 cm, fungsi : konsumsi

Keadaan tanah permukaan (top soil)

Tekstur (rabaan) : Halus

Warna tanah : Coklat

Struktur : Gumpal

Kelengasan : Kering

Tidak ada tanaman

Ditanam : bulan Mei Dipanen: bulan Agustus

Tinggi sisa jerami : 25 cm Jarak rumpun : 20 x 20 cm

Terdapat :

Gundukan jerami

Bekas jerami yang dibakar mengumpal

Ditumbuhi gulma jenis rumputan

Jerami dimanfaatkan untuk pupuk dan pakan sapi

Pola tanam :

Monokultur : Padi

Produktivitas

MT I bulan : Desember 2011, hasil : 9 kw/ ha gabah basah

MT II bulan : April 2012, hasil : 9 kw/ ha gabah basah

MT III bulan : Agustus 2012, hasil : 9 kw/ ha gabah basah

Page 124: LAPORAN RESMI 2012

124

V. PEMBAHASAN

Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman. Dalam mendukung kehidupan

tanaman, tanah memiliki fungsi untuk memberikan unsur hara, menyediakan air,

sebagai tempat menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat

bertumpunya tanaman. Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur.

Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara yang sesuai

dengan tanaman, dalam jumlah yang cukup, dalam keseimbangan yang tepat dan

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman.

Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi

Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut, adalah sebagai

berikut:

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat

utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam

sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 (Hardjowigeno, 1992):

1. Alfisol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat

penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai

kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan

tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan

tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi

yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-

kadang juga Podzolik Merah Kuning.

2. Aridisol

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai

kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-

kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah

termasuk Desert Soil.

3. Entisol

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda

yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain

kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru.

Page 125: LAPORAN RESMI 2012

125

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau

Regosol.

4. Histosol

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan

bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%

(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi

tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

5. Inceptisol

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih

berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang

berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum

berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,

Gleihumus.

6. Molisol

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih

dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,

kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila

kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan

sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina.

7. Oxisol

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah

lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas

tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak

mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang,

tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah

Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

8. Spodosol

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah

terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan

Page 126: LAPORAN RESMI 2012

126

atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

9. Ultisol

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan

liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari

permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah

termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

10. Vertisol

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi

(lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut.

Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah

mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk

tanah Grumusol atau Margalit.

Tanah vertisol atau grumosol merupakan tanah mineral yang memiliki sifat

khusus yaitu mempunyai sifat vertik hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1

yang relatif banyak, sehingga dapat mengerut (shrinking) jika dalam keadaan kering dan

mengmbang (swelling) jika jenuh air Hal ini menyebabkan tanah sulit diolah. Tanah

vertisol termasuk tanah yang subur karena tanah tersebut relatif kaya akan hara dengan

kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Tanah vertisol di Indonesia

terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak lebih dari 300 meter diatas

permukaan laut, temperatur tahunan rata-rata 25 C dengan curah hujan kurang dari 1500

mm/tahun dan topografi datar sampai daerah yang berlereng curam.

Sifat Fisik Tanah Vertisol

Tanah vertisol pada umumnya mempunyai tekstur liat, kandungan liat berkisar

antara 35 % sampai 90 % dari total tanah. Komposisi mineral liat tanah vertisol selalu

didominasi oleh mineral tipe 2:1, biasanya montmorilonit. Tanah vertisol dapat

mengembang bila basah dan mengkerut jika kering, karena didominasi mineral liat tipe

2:1 (montmorillonit). Montmorillonit yaitu mineral yang sifatnya hidrofil dan

mempunyai daya pertukaran basa yang tinggi sehingga mineral ini berkemampuan

mengembang dan mengerut yang besar.

Pada umumnya tanah vertisol pada bagian permukaannya berwarna hitam dan

melalui oksidasi yang berkepanjangan, warna hitam akan teredusir namun warna

Page 127: LAPORAN RESMI 2012

127

tersebut tidak akan hilang sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut

kandungan bahan organiknya tinggi. Semakin banyak bahan organik yang tersedia di

dalam tanah maka populasi mikroba tanah termasuk Rhizobium akan semakin banyak.

Bahan organik dalam tanah berperan dalam penyedia unsur-unsur hara dan tenaga

maupun pembentuk tubuh mikroba tanah.

Sifat Kimia Tanah Vertisol

Secara kimiawi tanah vertisol tergolong tanah yang kaya akan unsur hara karena

mempunyai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. KTK pada tanah

mineral liat montmorillonit antara 80-150 me/g liat. Tanah dengan KTK tinggi lebih

mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman dibandingkan dengan KTK rendah.

Derajat keasaman atau pH pada tanah vertisol adalah netral berkisar antara 5,5 hingga

7,4. Tanah dengan keadaan pH netral menunjukan bahwa konsentrasi H+ dan OH–

dalam tanah tersebut seimbang. Apabila konsentrasi H + dan OH – dalam tanah

seimbang maka unsur hara mudah larut dalam air sehingga pada pH netral unsur hara

mudah diserap. Selain itu dalam keadaan netral dipastikan tanah tidak terdapat unsur Fe,

Mn, Zn, Cu dan Co seperti pada tanah dengan pH masam karena unsur tersebut

merupakan zat racun bagi tanaman. Pada tanah dengan pH netral maka mikroorganisme

juga mudah berkembang. Seperti bakteri Rhizobium yang hanya dapat berkembang

dengan baik pada pH > 5,5. Kandungan bahan organik pada tanah vertisol beragam

tergantung pada bahan induknya.

Faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah antara lain :

Kemampuan tanah menyediakan unsur hara dalam jumlah dan waktu dibutuhkan

Keanekaragaman mikroba tanah

Faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban

Faktor nutrisi

Sifat fisik yang mempengaruhi perkembangan sistem perakaran (aerasi, drainase

dan karakteristik pengikatan air)

Tanaman yang dibudidayakan adalah padi dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.

Varietas yang ditanam adalah padi ciherang. Lahan yang diamati memiliki luas 2000 m²

dan berada tidak jauh dari jalan aspal yaitu kurang lebih 1 km, sehingga akses untuk

mencapai jalan besar termasuk bagus. Lahan yang satu dengan lahan yang lainnya

dipisahkan oleh pematang dengan lebar 40 cm , tinggi 30 cm, dan panjang 100 m x 20

Page 128: LAPORAN RESMI 2012

128

m. Dalam pematang tersebut terdapat tanaman pisang dengan tinggi 150 cm dan jarak

tanam 200 cm. Fungsinya hanya sebagai tanaman untuk dikonsumsi. Pematang atau

galengan sawah yang sangat sederhana ini memegang peranan penting di dalam

persawahan. Sebab tanpa galengan pada tanah yang datar padi tak dapat ditanam secara

basah. Oleh sebab itu pematang sawah harus dibuat kokoh dan dirawat baik, sehingga

air selalu dapat tertahan di petakan sawah. Pematang sawah juga dapat dimanfaatkan

sebagai jalan. Pada lahan tersebut ditumbuhi gulma jenis rerumputan yang berfungsi

sebagai penahan erosi dan penutup tanah dan jika ada jerami yang tersisa dimanfaatkan

untuk makan ternak dan pupuk.

Pola tanam yang digunakan monokultur. Pola tanam monokultur merupakan pola

penanaman satu jenis varietas pada satu area lahan. Pola penanaman monokultur

memudahkan dalam perawatan. Dalam setahun satu lahan sawah hanya ditanami padi,

tanpa variasi apapun. Akibatnya populasi hama atau penyakit melonjak dan dapat

menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Oleh karena itu, pertanian

pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spesial dimana lahan ditanami oleh

tanaman lain untuk musim tanam berikutnya. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus

hidup Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sekaligus menjaga kesehatan tanah.

Usaha menjaga kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani diantaranya melalui

pengolahan tanah dengan penggemburan tanah melalui traktor dan pemupukan.

Pemupukan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk urea, pupuk TS, pupuk

cair, dan pupuk alami sisa jerami. Dalam hal irigasi, petani menerapkan irigasi ½ teknis.

Sistem pengairan secara ½ teknis adalah air dapat diatur dalam sistem, tetapi yang dapat

diukur hanya sebagian saja. Bangunan irigasi primer sudah permanen dan yang bagian

sekunder belum permanen. Bangunan bendungan irigasi dan saluran primer pada

umumnya sudah permanen dan dibangun oleh pemerintah melalui Dinas Pekerjaan

Umum dari Pusat atau daerah setempat. Sedangkan saluran sekunder umumnya belum

permanen dan yang membangun serta memlihara adalah pemerintah daerah atau

masyarakat atau petani setempat.

Page 129: LAPORAN RESMI 2012

129

Page 130: LAPORAN RESMI 2012

130

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Cara memelihara kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani adalah melalui

pengolahan tanah dengan cara penggemburan tanah melalui traktor dan

pemupukan. Pemupukan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk urea,

pupuk TS, pupuk cair, dan pupuk alami sisa jerami.

2. Manajemen kesuburan tanah dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesuburan tanah sehingga dapat digunakan sebagai media tumbuh yang baik bagi

tanaman.

3. Dalam melakukan manajemen kesuburan tanah perlu memperhatikan lingkungan

dan jenis tanah agar kondisi tanah dapat terjaga dengan baik.

B. Saran

Saran yang dapat kelompok kami berikan atas manajemen yang telah dilakukan

oleh Bapak Slamet Riyanto terkait dengan sistem rotasi padi-padi-padi adalah

sebagai berikut: sebaiknya sistem rotasi yang dilakukan jangan hanya padi

sepanjang musim. Hal ini terkait banyak hal yang merugikan di antaranya

melonjaknya populasi hama-penyakit dan menurunnya kesuburan lahannya.

Kesuburan lahan pertanaman tersebut akan cenderung menurun karena unsur-unsur

yang sama (yang dibutuhkan oleh tanaman padi) terserap secara terus-menerus

sepanjang musim dan akan berakibat degradasi unsur hara pada lahan tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan ini, selain melakukan pergiliran tanaman lain famili

juga dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik mengingat bahwa tanah

vertisol bermasalah juga dalam hal tesktur tanahnya yang liat sehingga unsur hara

akan terserap dengan baik oleh tanaman jika tektur liat tersebut dapat diperbaiki

sehingga aerasi, KPK, maupun faktor lainnya kondusif untuk tanaman. Terkait

dengan irigasi dan pemupukan, usaha yang dilakukan Bapak Slamet Riyanto sudah

cukup bagus.

Page 131: LAPORAN RESMI 2012

131

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengelolaan Kesuburan Tanah.<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/

balittanahupdate/produk/publikasi/pub/leaflet/pukorganik.pdf.>.Diakses tanggal

28 Oktober 2012.

Adrien, N. 2009. Soil properties and crop yields in response to mixed paper mill

sludges, dairy cattle manure, and inorganic fertilizer application. Agronomi

Journal 101: 826 - 835.

Davidescu, D. dan V. Davidescu. 1982. Evaluation of Fertility by Plant and Soil

Analysis. Abacus Press, England.

Djamali, R. A. 2000. Manajemen Usaha Tani. Politeknik Pertanian Negeri Jember,

Jember.

Hardjodimono, S. 1970. Cara Memupuk. Bina Cipta. Bandung.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi Ketiga. PT Mediyatama Sarana Perkasa,

Jakarta.

Iqbal, Achmad. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik

di tanah inceptisol. Akta Agrosia 11: 13 -18.

Yuwono, N dan A. Roesmarkam. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Page 132: LAPORAN RESMI 2012

132

LAMPIRAN

Lahan sawah Pematang ditanami pohon pisang

Sisa pembakaran jerami

Dokumentasi Kelompok dengan Petani

Page 133: LAPORAN RESMI 2012

133

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA IX

PENCUPLIKAN TANAH

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 134: LAPORAN RESMI 2012

134

ACARA 1X

PENCUPLIKAN TANAH

Abstraksi Pencuplikan tanah merupakan pengambilan contoh tanah pada suatu areal tertentu.

Pencuplikan tanah dapat digunakan untuk menganalisis tanah tertentu. Metode pengambilan

sampel untuk mengetahui kesuburan tanah yang digunakan dalam praktikum ini dengan sistem

composite tanah yaitu menggabungkan tanah yang telah diambil diberbagai contoh lokasi pada

berbagai lahan yang dikehendaki. Praktikum ini dilakukan pada hari minggu, 29 Oktober 2012

pada pukul 10.00 WIB di Sumberan, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Praktikum ini bertujuan

untuk mengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah. Alat yang

digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, karung, cangkul, dan kamera. Adapun bahan

yang diperlukan adalah tanah lapis olah. Pada praktikum ini dilakukan pengambilan contoh /

cuplikan tanah pada kedalaman 0-20 cm kemudian secara komposit (gabungan) dari sub cuplikan

sejumlah 16-20 titik yang diambil secara zig-zag memotong lahan. Diketahui bahwa tanah di areal

yang diamati adalah jenis tanah vertisol.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik

dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya.

Komponen penyusun lainnya adalah udara dan air yang secara bersama-sama akan

membentuk kualitas tanah terkait kemampuannya untuk menyokong pertumbuhan

tanaman. Kesuburan tanah berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang

merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu.

Tingkat kesuburan tanah suatu lahan dapat diketahui dengan melakukan analisis

kesuburan tanah. Tanah merupakan media pertanaman yang sangat penting bagi

tanaman. Tanah merupakan tubuh alam yang terus mengalami perubahan kehidupan

organisme di dalam serta pengaruh lingkungan yang menghasilkan pengaruh berbeda

untuk masing-masing tempat.

Dalam program uji tanah pengambilan contoh tanah merupakan tahapan yang

cukup penting. Hasil analisis pencuplikan tanah dapat dipergunakan untuk mengukur

kadar hara, menetapkan status hara dan digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk

dan kapur secara efisien, rasional, dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak

berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan

rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh

tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.

B. Tujuan

Untuk mengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah

Page 135: LAPORAN RESMI 2012

135

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horison-horison yang terdiri atas bahan

mineral dan organiknya, biasanya tak padu mempunyai tebal yang berbeda-beda dan

berbeda pula dengan bahan induk yang di bawahnya dalam hal morfologi, sifat dan

susunan fisik, kimia dan biologi (Darmawijaya, 1997).

Kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman yang dicirikan dengan

ketersediaan hara yang cukup seimbang, kemudahan tanaman menyerap hara, tidak

adanya senyawa racun, adanya aktivitas biologis yang mendukung, sehingga disebut

dengan kesuburan tanah (Suryanto, 1995).

Dalam analisis tanah pengambilan contoh tanah merupakan hal penting. Contoh

tanah yang diambil harus mewakili suatu areal tertentu. Contoh tanah yang dianalisis

untuk suatu jenis hara hanya memerlukan beberapa gram saja. Oleh karena itu

kesalahan dalam pengambilan contoh tanah tanah menyebabkan kesalahan dalam

evaluasi dan interpretasi. Pengambilan contoh tanah untuk mengetahui status hara

(kesuburan tanah) digunakan sistem composite sample yaitu percampuran contoh

(susunan contoh) yang diambil dari areal yang dikehendaki. Contoh itu mewakili areal

yang relatif agak seragam dalam hal jenis tanah, tofografi, kemiringan dan bahan induk.

Seperti halnya dalam analisis tanah, pengambilan contoh dalam analisis jaringan

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasilnya. Penyebaran hara dalam

tanaman tidak merata artinya suatu unsur kadar pada daun tidak sama dengan kadar

unsur tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu. Seperti pengambilan contoh tanah

pengambilan contoh tanaman untuk dianalisis perlu mendapat perhatian. Dari berbagai

pustaka disebutkan setiap hara tanaman memerlukan suatu organ tanaman tertentu yang

cocok untuk contoh. (Nasih, 2010)

Uji kesuburan tanah diperlukan sebelum mengusahakan lahan pertanian sehingga

dapat diketahui potensi lahan dan kendala yang harus diatasi. Dalam hal ini tanaman

dapat digunakan sebagai indikator kesuburan yaitu dengan melihat kenampakan fisik

tanaman (Davidescu , 1982).

Sebelum dilakukan pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman

areal/hamparan dan intensitas pengelolaannya, misalnya diamati terlebih dahulu

keadaan kemiringan lahan, tekstur, drainase, warna tanah, dan kondisi tanaman.

Page 136: LAPORAN RESMI 2012

136

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan informasi yang diperoleh, ditentukan satu

hamparan lahan yang kurang lebih seragam (homogen). Contoh tanah komposit

(campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari tanah yang hampir seragam pada suatu

hamparan lahan sawah. Untuk hamparan lahan sawah yang kurang lebih seragam, satu

contoh tanah komposit dapat mewakili 3-5 ha lahan sawah (Anonim, 2006).

Setelah dilakukan deskripsi tentang tanah maka diambil sampel untuk dianalisis di

laboratorium. Dalam pengambilan sampel tanah sebaiknya dari lapisan yang terbawah

kemudian disusul lapisan di atasnya. Sampel yang diambil sebaiknya di plastik tertutup

dan diberi notasi sesuai kode profil dan lapisannya. Mengenai macam unsur dianalisis

tergantung untuk tujuan studi (Purwanto, 2005).

Metode pengambilan contoh tanah yaitu cara diagonal, zig-zag, sistematik dan

cara acak. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan informasi yang diperoleh,

ditentukan satu hamparan tanah yang kurang lebih seragam (homogen). Contoh tanah

komposit (campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari tanah yang hamper seragam

pada suatu hamparan lahan sawah. Untuk hamparan lahan sawah yang kurang lebih

seragam, satu contoh tanah komposit dapat mewakili 3-5 ha lahan sawah (Suryana,

2005).

Page 137: LAPORAN RESMI 2012

137

III. METODOLOGI

Praktikum Kesuburan Tanah acara IX dengan judul Pencuplikan Tanah

dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2012 di Dusun Sumberan, Desa

Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Alat yang

digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, karung, cangkul, dan kamera. Adapun

bahan yang diperlukan adalah tanah lapis olah.

Pada praktikum ini telah ditentukan bahwa lahan yang akan diamati kesuburannya

adalah areal lahan di Sumberan, Sumberagung, Moyudan. Cuplikan tanah diambil pada

tanah lapis olah (0-20 cm) secara komposit (gabungan) dari sub cuplikan sejumlah 16-

20 titik yang diambil secara zig-zag memotong lahan. Selanjutnya, tanah disatukan dan

diambil sekitar 20 kg dimasukkan ke dalam wadah. Cuplikan tanah yang telah

dikomposit ini dibawa di laboratorium untuk keperluan analisis. Selama proses

pencuplikan, dibuat dokumentasi digital.

Page 138: LAPORAN RESMI 2012

138

IV. HASIL PENGAMATAN

Umum

Hari : Minggu

Tanggal : 29 Oktober 2012

Waktu : 11 – 13.00 WIB

Dusun : Sumberan

Desa : Sumberagung

Kecamatan : Moyudan

Kabupaten : Sleman

Altitude : ± 250 m dpl

Kelerengan : 0-2 %

Fisiografi : dataran

Topografi : datar

Erosi : ringan

Landuse : lapangan

Irigasi : setengah teknis

Cuaca : Cerah

Jeluk mempan : 20-50 cm

Jenis tanah : Vertisol

Page 139: LAPORAN RESMI 2012

139

V. PEMBAHASAN

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji

tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar

hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan

pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah

tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan

rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh

tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.

Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam

namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat

pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang

(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan

tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.

Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan.

Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali

dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan

diambil setiap 5 tahun sekali.

Contoh tanah untuk uji tanah sebaiknya merupakan contoh tanah komposit yaitu

contoh tanah campuran dari contoh- contoh tanah individu. Contoh tanah komposit

harus mewakili bentuk lahan yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan

pertanian. Contoh tanah individu diambil dari lapisan olah atau lapisan perakaran. Satu

contoh komposit mewakili hamparan yang homogen 10-15 ha. Untuk lahan miring dan

bergelombang 1 contoh tanah komposit terdiri dari campuran 10-15 contoh tanah

individu. Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/

hamparan. Areal yang akan diambil contohnya diamati dahulu keadaan topografi,

tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, input (pupuk, kapur, bahan organic, dan

sebagainya), dan rencana dapat ditentukan 1 hamparan yang sama (homogen/ mendekati

sama). Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaan- perbedaan yang

nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama. Contoh tanah

komposit diambil diambil pada tanah yang homogen dan dominant pada suatu

hamparan.

Page 140: LAPORAN RESMI 2012

140

Dalam pengambilan cuplikan tanah terdapat empat metode, yaitu: Metode Linier,

Metode Zig-zag, Metode Diagonal, dan Metode Random.

1. Metode Linier: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah tiap baris secara

sejajar. Kelebihan metode ini yaitu dapat dilakukan pada semua bentuk lahan.

Kekurangannya yaitu lebih sulit karena kita harus menentukan jarak antar baris untuk

mewakili suatu areal tertentu.

2. Metode Zig-zag: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara zig-zag

membentuk huruf Z. Cara pengambilan contoh tanah ini dilakukan dengan

menentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan contoh

tanah. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah ini sama seperti pada sistem

diagonal, hanya saja berbeda dalam penentuan tempat pengambilan contoh tanah.

Kelebihan metode ini yaitu kita mendapat sampel yang akurat seperti metode

diagonal. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan yang

berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut petak

lahan.

3. Metode Diagonal: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara diagonal

menyilang. Cara pengambilan contoh tanah dengan metode diagonal yaitu satu titik

ditetapkan sebagai titik pusat yaitu pada bagian sudut. Kemudian ditentukan juga

titik-titik disekelilingnya sampai sudut berikutnya sehingga titik–titik tersebut

membentuk garis diagonal. Contoh tanah yang diambil dari tiap titik disebut contoh

tanah individu. Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan cuplikan tanah menjadi

lebih terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan contoh tanah. Metode

ini juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih akurat karena

cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau bagian

tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan

yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut

petak lahan sampai sudut berikutnya.

4. Metode Random: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara acak.

Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik

pengambilan contoh tanah secara acak, tetapi menyebar diseluruh bidang tanah yang

diwakili. Kelebihan metode ini yaitu mudah dilaksanakan karena kita tidak perlu

menentukan titik sample secara terorganisir. Metode ini juga dapat dilakukan pada

Page 141: LAPORAN RESMI 2012

141

berbagai bentuk lahan terutama lahan yang berada pada daerah perbukitan karena

bentuk lahan pada daerah tersebut biasanya berbeda-beda. Kelemahannya yaitu

cuplikan tanah yang didapat kurang akurat karena sampel tanah yang diambil kurang

mewakili suatu areal tertentu.

Dalam praktikum pencuplikan tanah ini contoh tanah yang diambil dengan

metode pengambilan zig zag. Pengambilan contoh tersebut mewakili areal yang relatif

agak seragam dalam hal jenis tanah, topografi, kemiringan, dan bahan induk. Penyebab

utama dari contoh yang tidak representatif ialah: (1) kontaminasi, dan (2) jumlah contoh

yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas kesuburannya tinggi. Bahaya

kontaminasi biasanya berasal dari tempat atau alat pengambilan contoh dan lain-lain.

Menghadapi contoh yang tidak representatif, yang disebabkan oleh keragaman kesuburan

tanah, maka persoalannya menjadi lebih sulit. Untuk itu haruslah diketahui sifat dan

sumber-sumber keragaman. Hal ini dapat didekati secara statistika tetapi tidak sesederhana

itu, karena sebaran data tidak selalu normal. Dengan cara ini diperlukan contoh yang

banyak sehingga sering dinilai tidak praktis. Oleh sebab itu keragaman lapangan dapat

didekati cukup melalui :

Penilaian lapangan secara khusus

Pengetahuan yang baik tentang tanah

Sistem bercocok tanam yang diterapkan petani

Program-program pemupukan yang berlaku di daerah itu,

Teknologi pengelolaan tanah-tanaman lainnya yang diterapkan petani

Lain- lain

Dengan mengetahui variabilitas ini, dapat ditentukan teknik pengambilan contoh

yang lebih representatif. Makin besar variabilitas tanah (bentuk lahan, jenis tanah, dll.)

makin banyak contoh/lokasi pengamatan yang dibuat

Jenis tanah yang diambil adalah vertisol. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar

kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga

alkalin lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol

dengan ESP yang tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan

tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar

kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan

dengan iklim tropis dan subtropics. Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH

tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah

Page 142: LAPORAN RESMI 2012

142

dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis

umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol

untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi

berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat

digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok

masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam

penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok

masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air. Pada umumnya

Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas hara terbesar pada

Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh

pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya

rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika

produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N.

Pengambilan contoh yang dilakukan pada praktikum ini adalah tanah pada 16-20

titik yang berbeda secar zig zag. Ini dimaksudkan untuk mengupayakan sebisa mungkin

pengambilan contoh yang dilakukan dapat merepresentasikan kondisi tanah secara

keseluruhan pada areal yang diamati. Pada dasarnya pengambilan sampel tanah akan

semakin baik bila jumlah titik pengambilan sampel semakin banyak. Namun, faktor

keterbatasan biasanya menjadi alasan yang mendasari dibatasinya jumlah titik yang

diambil. Tanah diambil pada jeluk sekitar 0-20 cm, yaitu jeluk di mana zona perakaran

tanaman ada di sana. Pada kedalaman di mana terdapat zona perakaran maka dapat

diprediksikan bahwa kemungkinan besar keberadaan unsur hara yang maksimal tersedia

ada di sana pula. Dengan demikian, contoh tanah yang terambil untuk uji kesuburan

tanah nanti diharapkan akan memberikan hasil uji yang menggambarkan keadaan yang

sebenarnya.

Page 143: LAPORAN RESMI 2012

143

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji

tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur

kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk

penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan.

2. Metode pengambilan contoh tanah meliputi Metode Linier, Zig-zag, Diagonal,

dan Random. Pemilihan metode pengambilan contoh mempengaruhi tingkat

representasi contoh untuk keseluruhan tanah pada lahan yang diamati.

3. Tanah vertisol merupakan tanah dengan kapasitas tukar kation dan kejenuhan

basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkalin lemah;

nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan

ESP yang tinggi.

B. Saran

1. Setiap kelompok sebaiknya mencuplik jenis tanah yang berbeda minimal satu

kelompok satu jenis tanah.

2. Ada baiknya asisten memberikan keterangan yang jelas mengenai kriteria tanah

yang harus dicuplik.

Page 144: LAPORAN RESMI 2012

144

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit).

<www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09036.pdf.> Diakses 14

November 2012 .

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan

Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Davidescu, D. dan V. Davidescu. 2002. Evaluation of Fertility by Plant and Soil

Analysis. Abacus Press. England.

Nasih. 2010. Pengambilan contoh tanah dan tanaman

<http://nasih.wordpress.com/2010/11/01/pengambilan-contoh-tanah-dan-

tanaman/> diakses tanggal 13 November 2012 pukul 21.00 WIB

Purwanto, B. H. 2005. Hand Out Mata Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suryana, A. 2005. Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit). Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Suryanto..1995.Tanah.dan Lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Page 145: LAPORAN RESMI 2012

145

LAMPIRAN

Page 146: LAPORAN RESMI 2012

146

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH

ACARA X

UJI CEPAT TANAH

Disusun oleh:

Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)

Lathifatul Lailia (11938)

Nur Kusumastuti (11975)

Eka Putri D. (12006)

Siska Ernitawati (12066)

Golongan : A3 (Siang)

Asisten : Basyit Wulan I.

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 147: LAPORAN RESMI 2012

147

ACARA X

UJI CEPAT TANAH

Abstraksi Praktikum Kesuburan Tanah mengenai Uji Cepat Tanah ini dilaksanakan pada tanggal 24

Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah

suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara langsung di lapang dengan relatif cepat, mudah,

murah, dan cukup akurat. PUTS dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah.

Percobaan dilakukan untuk jenis tanah basah dan tanah kering. Jenis tanah yang kering yakni

Inceptisol dan Ultisol. Sedangkan untuk tanah yang basah yakni Inseptisol dan Vertisol. Praktikum

ini dilakukan dengan pengujian yang sesuai dengan buku petunjuk dalam PUTS dan PUTK yaitu

dengan membandingkan warna dari hasil uji dengan bagan di dalam PUTS dan PUTK.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk analisis kadar hara

tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup

akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah. Satu unit

PUTS terdiri dari : (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N, P,

dan K; (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K; (3) Buku petunjuk

Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah; (4) Bagan Warna Daun

(BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang

diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.

Prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam

bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan

koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara

mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah.

B. Tujuan

Mengenal penggunaan perangkat uji tanah sawah secara cepat untuk

menentukan kebutuhan pupuk N, P, dan K

Page 148: LAPORAN RESMI 2012

148

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman,

kadang keadaan tanah menjadi faktor pembatas utama peningkatan produksinya,

misalnya adanya kekahatan atau keracunan hara. Oleh karena itu, perlu dipantau sedini

mungkin, sehingga dapat diatasi agar tidak merugikan usaha pertanian. Dalam hal ini uji

kesuburan tanah diperlukan sebelum memulai suatu usaha, sehingga dapat diketahui

potensi lahan dan kendala yang harus diatasi (Yuwono, 2000).

Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan

dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan

efisien. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro atau mikro

yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk

tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah

pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah

sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensivikasi

menyebabkan kejenuhan P dan ketidak seimbangan hara didalam tanah. Pemupukan P

tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan

menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia

(Leiwakabessy, 2002).

Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah memerlukan data analisa

tanah. Di sisi lain daya jangkau (aksesibilitas) pengguna, penyuluh dan petani untuk

menganalisis contoh tanah rendah karena : (1) biaya analisa tanah relatif mahal, (2)

laboratorium uji tanah di sekitar wilayah pertanian masih sangat terbatas, dan (3)

sosialisasi yang belum menyeluruh ke tingkat pengguna. Hal ini menyebabkan

rekomendasi pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh

Indonesia (Cate, 2001).

Untuk mengatasi kesenjangan penerapan teknologi pemupukan berimbang ini,

Balai Penelitian Tanah telah membuat satu perangkat alat bantu untuk menentukan

kandungan atau status hara tanah yang dapat dikerjakan di lapangan disertai dengan

rekomendasi pupuknya. Alat bantu ini dinamakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

Penggunaan PUTS ini diharapkan mampu membantu petani menigkatkan ketepatan

pemberian dosis pupuk N, P dan K untuk padi sawah dengan produktifitas padi setara

IR-64 (Setyorini, 2006).

Page 149: LAPORAN RESMI 2012

149

Sasaran uji tanah adalah untuk menyediakan pedoman bagi pengelolaan

kesuburan tanah dengan memanfaatkan hubungan-hubungan yang ditetapkan secara

eksperimental antara ciri-ciri kimia tanah dengan pertumbuhan tanaman. Hubungan-

hubungan seperti ini harus didefinisikan secara cukup luas untuk dapat

diaplikasikan ke banyak kondisi lapangan, namun harus cukup spesifik untuk

diaplikasikan ke individu lapangan. Pekerjaan menyusun rekomendasi pupuk dari uji

tanah memerlukan pengetahuan yang komprehensif tentang disiplin ilmu tanah dan

ilmu tanaman. Keputusan yang terlibat dalam menyusun rekomendasi pupuk atas

dasar uji tanah memerlukan pemahaman tentang kimia tanah, kesuburan tanah,

mineralogi, klasifikasi dan sifat fisika tanah serta respon tanaman terhadap pupuk dan

aspek ekonomi yang terlibat (Anonim, 2009).

Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan

dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan

efisien. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang

dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk

tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah

pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah

sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi

menyebabkan kejenuhan P dan ketidakseimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P

tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan

menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia

(Subiksa dan Diah., 2008).

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia

untuk analisis kadar hara tanah sawah yang dapat digunakan di lapangan dengan relatif

cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N,

P, K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P dan K tanah dengan PUTS di

kategorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu

: status rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T) (Getarawan, 2006).

Page 150: LAPORAN RESMI 2012

150

III. METODOLOGI

Praktikum Kesuburan Tanah acara X yang berjudul Uji Cepat Tanah dilakukan

pada hari Rabu, 24 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat

yang dibutuhkan adalah seperangkat perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan perangkat

uji tanah kering (PUTK). Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah vertisol,

ultisol dan inceptisol

Cara kerja pada praktikum kali ini yaitu

1. PUTS

a. Penetapan status N tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi N-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 2 ml pereaksi N-2, dikocok

sampai rata. Ditambahkan lagi 3 tetes pereaksi N-3 dikocok sampai rata.

Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi N-4 dikocok sampai rata. Didiamkan

selama 10 menit kemudian bandingkan warna larutan dengan bagan warna N.

b. Penetapan status P tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca.. Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi P-2

dikocok selama satu menit. Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan

warna larutan dengan bagan warna P.

c. Penetapan status K tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 1 tetes pereaksi K-2, dikocok

selama 1 menit. Ditambahkan lagi 1 tetes pereaksi K-3 dikocok sampai rata..

Didiamkan sselama 10 menit kemudian bandingkan warna larutan dengan bagan

warna K

d. Penetapan pH tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi pH-1 kemudian diaduk hingga

Page 151: LAPORAN RESMI 2012

151

homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 2 ml pereaksi pH-1 dikocok

sampai rata. Lalu didiamkan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan lagi 1-2

tetes pereaksi pH-2 Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan warna

larutan dengan bagan warna pH.

2. PUTK

a.. Penetapan status P tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca.. Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi P-2

dikocok selama satu menit. Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan

warna larutan dengan bagan warna P.

b. Penetapan status K tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 4 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca dan didiamkan selama 5 menit. Ditambahkan

lagi 2 tetes pereaksi K-2, dikocok dan didiamkan 5 menit lagi. Ditambahkan lagi

2 ml pereaksi K-3 secara perlahan melalui dinding tabung dan dibiarkan sebentar

lalau amati endapan putih yang terbentuk.

c. Penetapan C-Organik tanah

Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan

dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 1 ml pereaksi C-1 kemudian diaduk hingga

homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 3 tetes pereaksi C-2 setelah

itu jangan diaduk. Setelah 10 menit amati ketinggian busa yang terbentuk di

lapisan atas.

Page 152: LAPORAN RESMI 2012

152

1V. HASIL PENGAMATAN\

NO Tanah Uji Hasil Rekomendasi Foto

1 Inceptisol N Sedang 250 kg ura

P Tinggi 50 kg SP-36/ha

K Tinggi 50 kg KCl/ha

pH Agak

masam

Sistem drainase

konvensional, pupuk N

dalam bentuk urea

2 Vertisol N Rendah 250 kg urea//ha

Page 153: LAPORAN RESMI 2012

153

P Tinggi 50 SP-36/ha

K Sedang 50 kg KCL/ha

pH Netral (6-7) Sistem drainase

konvensional, pupuk N

dalam bentuk urea

Tabel 4.1. Kandungan N, P, K dan pH pada tanah sawah2. PUTK

NO Tanah Uji Hasil Rekomendasi Foto

1 Inceptisol C organik Rendah Bahan

organik yang

ditambahkan

2 ton/ha

P Tinggi 100 kg SP-

36/ha

(jagung,

kedelai, dan

padi gogo)

pH Netral - -

Page 154: LAPORAN RESMI 2012

154

Kapur < 4 1000 kg /ha

kapur

(kedelai), 500

kg/ha kapur

(jagung)

K Tinggi 50kg

KCL/ha

(jagung,

kedelai, dan

padi gogo)

2 Ultisol C organik Rendah Bahan

organik yang

ditambahkan

2 ton/ha

P Rendah 250 kg SP-

36/ha

(jagung,

kedelai), 200

kg SP-

36/ha(padi

gogo)

pH Agak

masam

Kapur < 4 1000 kg /ha

kapur

Page 155: LAPORAN RESMI 2012

155

(kedelai), 500

kg/ha kapur

(jagung)

K Tinggi 50kg

KCL/ha

(jagung,

kedelai, dan

padi gogo)

Tabel 4.2. Tabel kandungan C organik, P, K, pH dan Kapur pada tanah kering

Page 156: LAPORAN RESMI 2012

156

V. PEMBAHASAN

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk analisis kadar hara

tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup

akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Satu Unit

Perangkat Uji Tanah Sawah itu terdiri dari : (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk

ekstraksi kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan

K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, dan (4)

Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara

tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.

Prinsip kerja dari PUTS yaitu mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam

bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan

koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara

mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena itu, pereaksi atau

bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas larutan pengektrak dan

pembangkit warna. Menurut Setyorini (2006), bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS

untuk nitrogen (N) adalah NO3-

N dan NH4-

N, untuk fosfat (P) adalah orthoposphate

(PO4 3-

, HPO4-

, dan H2PO4-

) dan kalium (K) adalah K+. Pengukuran kadar hara

dilakukan secara semi kuantitatif dengan metode colorimetri (pewarnaan) hasil analisis

N, P, dan K tanah selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi

pemupukan N, P, dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan produktifitas

setara IR-64.

Perangkat Uji Tanah Sawah ini bermanfaat antara lain untuk menguji kadar hara

N, P, K dan pH tanah, kemudian menetapkan kadar hara N, P, dan K tanah

dikelompokkan menjadi 3 kelas status yaitu rendah (R), sedang (S), tinggi (T),

menentukan dosis rekomendasi pemupukan N, P, K untuk padi sawah berdasarkan kelas

status hara tanah, memilih jenis pupuk N yang sesuai dengan kondisi kemasaman tanah,

memberi gambaran penambahan unsur-unsur serta cara pengelolaan lahan yang tepat

sesuai kondisi sawah, serta teknologi untuk mengatasi keracunan besi (Fe) yang

umumnya terjadi di lahan sawah bukaan baru.

Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara

tanah lahan kering, yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah dan

cukup akurat. PUTK dirancang untuk mengukur kadar P, K, C-organik, pH dan

Page 157: LAPORAN RESMI 2012

157

kebutuhan kapur. Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara P, dan K tanah yang

terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Penetapan P dan pH dengan

metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis P dan K tanah selanjutnya digunakan

sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi untuk

tanaman jagung, kedelai dan padi gogo. Satu Unit Perangkat Uji Tanah Kering terdiri

dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk penetapan P, K, bahan organik, pH, dan

kebutuhan kapur, (2) bagan warna P dan pH tanah; bagan K, kebutuhan kapur dan

Corganik tanah, (3) Buku Petunjuk Penggunaan PUTK serta rekomendasi pupuk untuk

jagung, kedelai dan padi gogo.

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk anion NO3- dan kation NH4+ yang

keduanya terutama berasal dari perombakan bahan organik. Ketidak tersediaan nitrogen

dapat disebabkan oleh kurangnya kandungan bahan organik dalam tanah atau nitrogen

masih dalam bentuk struktur sel bahan organik tersebut (protein) atau asam-

asam/senyawa amino. Ketersediaan nitrogen merupakan perombakan dari bahan

organik melalui proses: (1) aminisasi, yaitu perombakan/mineralisasi bahan organik

melalui hidrolisis secara enzimatik (kegiatan biologi tanah) dengan membentuk

senyawa amino; (2) amonifikasi, yaitu perubahan komponen amino oleh kegiatan

mikrobiologi tanah menjadi amoniak (NH3-) yang secara cepat menjadi ammonium

(NH4+); (3) nitrifikasi, yaitu transformasi ammonium (NH4+) menjadi nitrat (NO3-)

oleh kegiatan mikroorganisme nitrifikasi yang menggunakan sumber karbon lain dan

energi dari oksidasi ammonium menjadi nitrat.

Unsur N merupakan unsur makro essensial terbesar yang dibutuhkan oleh

tanaman. Disebut makro essensial karena unsur ini harus tersedia dan dalam jumlah

yang banyak. Nitrogen atau N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, umumnya

menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak di pupuk. Unsur N sangat mobile

dalam jaringan tanaman, dialih tempatkan dari daun yang tua ke daun yang muda.

Gejala kekahatan klorosis muncul pada daun di bagian bawah yaitu daun yang lebih tua.

Jika kelebihan N akan merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi,

penggunaan CH2O juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan

menjadi sukulen, tanaman rendah, dan mudah terserang penyakit.

Unsur N dalam kehidupan memegang peran vital karena digunakan sebagai

penyusun asam amino, protein, dan pertumbuhan sel. Nitrogen atau N mempunya

Page 158: LAPORAN RESMI 2012

158

berbagai macam fungsi tergantung bentuknya. Berupa asam amino, amida, dan amin

yang berfungsi sebagai kerangka (building bloks) dan senyawa antara (intermediary

compounds). Berupa protein atau enzim yang berfungsi mengatur reaksi biokimia,

klorofil yang berfungsi pada proses fotosintesis, dan asam nukleat sebagai bahan dasar

DNA atau RNA.

Status unsur N dapat pula dipengaruhi oleh besarnya aktifitas mikroorganisme

yang mampu melakukan fiksasi nitrogen. Mikroorganisme penambat N seperti

Rhizobium dapat berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan jenis

Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max (soybean), Viciafaba (brand bean),

Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam (chick-pea), dan Medicago sativa (lucerna).

Macam-macam pupuk Nitrogen (N) antara lain kalium nitrat (KNO3), amonium

sulfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2), kalsium sianida [(NH4)2SO4], amonium sulfat

[(NH4) 2SO4], anhidrous amonia (NH3), amonium klorida (NH4Cl), dan amonium nitrat

(NH4NO3).

Unsur fosfor (P) sifatnya mobile dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian

daun yang tua ke titik tumbuh. Gejala kekahatanya tanaman kerdil, pertumbuhan akar

buruk, kedewasaan terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan

misalnya pada jagung. Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni

tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,

mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P dalam

sedimen air limpasan.

Fungsi P didalam jaringan tanaman adalah P dibutuhkan tanaman dalam jumlah

yang relatif besar sedikit lebih kecil di bawah N dan K serta setara dengan S, Ca, Mg.

Dalam bentuk fosfat unsur P sangat reaktif di alam ditemukan dalam bentuk gugus

fosfat dalam bentuk ATP digunakan dalam tranfer energi. Bentuk NADP unsur P

digunakan untuk fotosintesis. Bentuk asam nukleat unsur P sebagai bahan DNA dan

RNA, sedangkan dalam bentuk lemak fosfat (phospholipid) digunakan untuk membran

sel dan organ dalam sel.

Macam-macam pupuk fosfat atau P antara lain enkel superfosfat [Ca(H2PO4) 2 +

CaSO4], double superfosfat (DS) yang mengadung gypsum, dan tripel superfosfat atau

TSP [Ca(H2PO4)] yang sekarang berganti nama menjadi SP-36.

Page 159: LAPORAN RESMI 2012

159

Unsur K dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, yaitu terbesar kedua

setelah hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama dengan N.

K tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi bentuknya ionik, K+

berada dalam larutan atau terikat oleh muatan negatif dari permukaan jaringan misalnya

R-COO

-K

+.

Fungsi utama K adalah mengaktifkan enzim-enzim dan menjaga air sel. Enzim

yang diaktifkan antara lain sintesis pati, pembuatan ATP, fotosintesis, reduksi nitrat,

translokasi gula ke biji, buah umbi atau akar. Pengaturan air sel yaitu K+ mengatur

potensial air sel dan osmosis, Na+ dapat menggantikan fungsi K

+ pada sebagian spesies.

Macam-macam pupuk Kalium antara lain Muriate (KCl), KNO3, kalium sulfat (K2SO4),

kalium magnesium sulfat (K2SO4.2MgSO4) dan kalium nitrat atau niter.

pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan

menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki

mempunyai pH antara 0 hingga 7, air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa

dengan nilai pH antara 7 hingga 14, dan air murni yang bersifat netral mempunyai pH 7.

pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti

Nitrogen (N), Kalium (K), dan Fosfor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah

tertentu untuk tumbuh, berkembang dan bertahan terhadap serangan penyakit. Jika pH

larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5 maka nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi

tersedia bagi tanaman. Di sisi lain fosfor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0

hingga 7,0.

pH yang optimum untuk ketersediaan hara tanaman adalah pH 6,5. Pada pH tanah

yang rendah atau masam perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan pH tanah yaitu

dengan penambahan bahan amelioran yang bersifat basis atau kapur sehingga akan

terjadi peningkatan pH. Adapun pada pH tanah yang tinggi atau bersifat basis perlu

dilakukan tindakan untuk menurunkan pH tanah yaitu dengan menambahkan bahan-

bahan organik yang bersifat masam.

Pratikum uji cepat tanah ini dilakukan untuk menguji kandungan hara tanah

sawah dan tanah kering. Tanah yang digunakan yaitu tanah inceptisol dan vertisol untuk

PUTS dan tanah inceptisol dan ultisol untuk PUTK. Berdasarkan praktikum uji PUTS

menunjukkan bahwa tanah inceptisol memiliki kandungan N yang sedang, kandungan

unsur P dan K tinggi dan memiliki pH agak masam. Dengan demikian rekomendasi

Page 160: LAPORAN RESMI 2012

160

yang dapat diberikan yaitu pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg/ha, pemberian

pupuk SP 36 sebanyak 50 kg/ha dan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha. Berbeda dengan

tanah vertisol, berdasarkan praktikum tanah ini memiliki kandungan N yang rendah, P

yang tinggi dan K yang sedang sehingga rekomendasi yang dapat diberikan yaitu

pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg/ha, permberian pupuk SP 36 sebanyak 50 kg/ha

dan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha. Berdasarkan uji pada tanah kering didapatkan hasil

bahwa kebutuhan pupuk untuk tanah inceptisol yaitu pemberian pupuk KCl sebanyak

50 kg/ha jika ditanami jagung, kedelai atau padi gogo, pupuk SP 36 sebanyak 100 kg/ha

jika ditanami jagung, kedelai atau padi gogo, tambahan bahan organik sebanyak 2

ton/ha dan tambahan kapur sebanyak 1000 kg/ha jika ditanami kedelai atau 500 kg/ha

jika ditanami jagung. Berbeda dengan tanah ultisol, rekomendasi yang dapat diberikan

adalah pemberian pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha jika ditanami jagung, kedelai atau padi

gogo, pupuk SP 36 sebanyak 250 kg/ha jika ditanami jagung atau kedelai tetapi jika

ditanami padi gogo pemberian pupuk SP 36 sebanyak 200 kg/ha, tambahan bahan

organik sebanyak 2 ton/ha dan tambahan kapur sebanyak 1000 kg/ha jika ditanami

kedelai atau 500 kg/ha jika ditanami jagung

Page 161: LAPORAN RESMI 2012

161

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil analisis uji tanah dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pemupukan

dan bahan amelioran (misalnya kapur) secara efisien, rasional dan

menguntungkan.

2. Rekomendasi untuk tanah sawah inceptisol dan vertisol adalah pemberian pupuk

N 250 kg/ha, pupuk P 50kg/ha dan pupuk K 50kg/ha.

3. Rekomendasi untuk tanah kering inceptisol adalah pemberian pupuk P 50kg/ha

dan pupuk K 50kg/ha.

4. Rekomendasi untuk tanah kering ultisol adalah pemberian pupuk P 1000kg/ha jika

ditanami kedelai atau 200kg/ha jika ditanami jagung dan pupuk K 50kg/ha.

B. Saran

1. Diharapkan sarana PUTS ini dapat digunakan oleh para petani dan diaplikasikan

langsung di lapangan.

2. Untuk perkembangan selanjutnya PUTS dapat digunakan tidak hanya untuk uji

lahan sawah tetapi dapat digunakan pada lahan lainnya seperti lahan rawa, lahan

kering, dan lain-lain.

Page 162: LAPORAN RESMI 2012

162

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Cara Cepat Menguji Status Hara dan Kemasaman Tanah.

<http://kafein4u.wordpress.com/2009/05/22/cara-cepat-menguji-status-hara-dan-

kemasaman-tanah/>. Diakses pada 10 November 2012

Cate, R.B., J and L. A. Nelson. 2001. A Rapid Method for Cornelation of Soil Test

Analysis with Plant Response Data. North Carolina State University, Raleigh.

Getarawan, E. 2006. Inovasi efisiensi pemupukan padi. Warta 12 : 1-4.

Leiwakabessy, F., dan O. Koswara. 2002. Penetapan uji P tersedia dalam tanah sawah.

Communicationes Agricultureae 3 : 31-39

.

Setyorini, D. 2006. Buku Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah V.01. Balai

Penelitian Bogor, Bogor.

Subiksa, L. R. W. and S. Diah. 2008. Paddy Soil Test

Kit.<http://www.dpi.nsw.gov.au/data/assets/pdf file/007/199456/Ses3-Paddy-

soils-test-kits.pdf>. Diakses pada 10 November 2012.

Yuwono, N. W. 2000. Pupuk dan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 163: LAPORAN RESMI 2012

163

LAMPIRAN