laporan radiasi
DESCRIPTION
kmkmm,,mmnmnnTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu
upaya yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya
di suatu instalasi tempat kerja agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di
dalam tempat kerja tersebut selalu dalam keadaan selamat, sehat dan semua
sumber daya pendukung lainnya dapat dimanfaatkan secara aman dan optimal.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 23
mengenai Kesehatan Kerja menyebutkan bahwa dalam upaya kesehatan kerja
harus dapat mengurangi dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan
yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja (Depkes,
1992).
Penggunaan teknologi nuklir semakin meningkat di berbagai bidang,
antara lain bidang industri, kedokteran, pertanian dan penelitian, maka perlu
dilakukan usaha yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) bagi pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungannya. Selain keuntungan
yang diperoleh, teknologi nuklir menimbulkan radiasi yang mengandung
potensi bahaya bagi manusia dan lingkungan, apabila dalam pelaksanaannya
tidak mengikuti prosedur K3 radiasi yang telah ditentukan. Ada 2 (dua)
macam pemonitoran untuk dapat memberikan perlindungan kepada manusia
dari paparan radiasi yaitu pemonitoran paparan radiasi terhadap tempat kerja
1
dan pemonitoran paparan radiasi terhadap personil yang bekerja (Cember,
1992).
Tujuan K3 radiasi untuk mencegah efeknon stokastik (deterministik)
dan membatasipeluang terjadinya efek stokastik sampai padatingkat yang
dapat diterima. Setiap penyinaranpada seluruh tubuh menyebabkan efek
yangberbeda pada berbagai macam jaringan, makauntuk perlindungan
terhadap efek stokastik perlu ditetapkan Nilai Batas Dosis (NBD) atauNilai
Ambang Batas (NAB), yang berdasarkanpada resiko total dari semua jaringan
yang mendapat penyinaran. Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang
diizinkan oleh badan pengawas yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan
anggota masyarakat dalam jangkawaktu tertentu tanpa meninbulkan efek
genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir
(Maryanto, 2008).
Perhitungan mengenai besarnya tingkat radiasi yang diterima oleh
pekerja perlu dilakukan karena paparan akut dari radiasi berpengaruh kepada
seluruh organ dan sistem tubuh karena NBD (Nilai Batas Dosis) sedikit saja
terlampaui, maka akan menunjukkan telah terjadi suatu kekeliruan dalam
pengendalian radiasi, karena itu harus segera dievaluasi ulang atau dilakukan
perbaikan (Suratman, 1996).
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan pada tubuh sangat bergantung
antara lain pada jenis atau kualitas radiasi karena mempunyai daya tembus dan
tingkat ionisasi yang berbeda pada materi biologi. Partikel alfa, karena massa
yang besar dan bermuatan positif, tidak dapat menembus lapisan sel basal
2
kulit sehat. Kisaran lintasan partikel alfa (4–7 MeV) di udara sekitar 1–10 cm
sedangkan pada jaringan tubuh tidak lebih dari 0,1 mm. Partikel beta (0–7
MeV) dapat melintas di udara sampai sekitar 10 m dan pada jaringan sampai 2
cm, sehingga mampu menembus lapisan kulit lebih dalam dan jaringan
kutaneus. Sedangkan lintasan sinar X (0–10 MeV) dan sinar γ (0–5 MeV) di
udara mencapai 100 m dan pada jaringan tubuh sampai 30 cm (BATAN,
2008).
B. TujuanPercobaan
1. Mengetahui radiasi yang dipancarkan dari beberapa peralatan yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari utamanya pada saat bekerja.
2. Mengetahui cara pengoperasian alat ukur yaitu Elektromagnetic Field
Radiation Tester.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Radiasi
Radiasi yang mengenai tubuh manusia dapat menimbulkan kerugian
bagi pekerja dari paling ringan hingga fatal. Derajat efek ini tergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis radiasi, lamanya penyinaran, jarak sumber dengan
tubuh dan ada tidaknya penghalang (shielding) antara sumber radiasi dengan
pekerja. Efek biologis radiasi pengion tergantung pada; organ/bagian tubuh
dan pola transfer terkena radiasi, kualitas radiasi dan pola transfer energi yang
terjadi di dalam tubuh dan faktor modifikasi lainnya misalkan besarnya dosis,
fraksinasi dosis dan distribusi zat radioaktif di dalam tubuh (Arifin, 1995).
Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi
terhadap kesehatan tergantung pada: lamanya terpapar, jumlah yang diserap,
tipe dan lebih spesifik lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling
berbahaya adalah gelombang pendek, termasuk ionisasi dan radiasi sinar
ultraviolet. Akibat radiasi ultraviolet pada umumnya mengenai mata dan
kulit, bila mengenai mata dapat menyebabkan conjunctivitis (Harrington,
2003).
Radiasi berada dimana-mana, karena sumber radiasi tersebar di mana
saja di alam semesta, baik yang terjadi secara alami (sumber radiasi alam)
maupun yang terjadi karena aktivitas manusia (sumber radiasi buatan).
Sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta terbentuk, dan radiasi
yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar belakang.
4
Sedangkan sumber radiasi buatan baru diproduksi di abad 20, tetapi telah
memberikan paparan secara signifikan kepada manusia (Harrington, 2003).
Manifestasi dari akibat radiasi pada diri seseorang berbeda-beda
tergantung antara lain besar dosis yang diterima, lokasi yang terkenaradiasi
yang meliputi lokal atau menyeluruh,sedangkan selang waktu terpapar bisa
terjadi seketika atau sedikit demi sedikit dan usia saat terpapar radiasi
(Suyitno, 1993).
B. Jenis-Jenis Radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion (BATAN, 2008).
1. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel
alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis
radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion
adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X,
partikel neutron.
2. Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion
tersebut berada di sekeliling kehidupan kita.
5
a. Microwave / Gelombang mikro
Akibat Pengaruh Microwave Pada Tubuh Manusia:
1) Sistem Pencernaan
Katabolisme yang tidak stabil pada microwave mengubah unsur
zat pada makanan, bisa menyebabkan gangguan pada sistem
pencernaan.
2) Sistem limfatik
Karena adanya perubahan kimia dalam zat pada makanan,
kerusakan terjadi pada sistem limfatik. Menyebabkan degenerasi
kemampuan tubuh untuk melindungi diri terhadap bentuk-bentuk
neoplastics tertentu(pertumbuhan kanker).
3) Darah
Persentase sel-sel kanker dalam serum darah(cytomas) yang lebih
tinggi dari presentasi normal, dapat dilihat pada subyek yang
menelan makanan dari microwave.
4) Otak
Efek magnetisme dari residu bisa membuat komponen reseptor
psychoneural pada otak lebih mudah untuk dipengaruhi induksi
medan frekuensi radio microwave dari stasiun transmisi dan
relay jaringan TV.
6
5) Radikal Bebas
Mineral formasi molekul tertentu dalam zat tumbuhan
(khususnya, seluruh sayuran mentah), bentuk penyebab kanker
dari radikal bebas (Eddy, 2013).
b. Sinar Infra merah
Penyinaran infra merah berlebihan selama beberapa tahun
dapat menyebabkan katarak pada lensa mata. Terfokusnya sinar infra
merah secara terus menerus menyebabkan terserapnya energy dan
peningkatan panas pada bagian mata depan, lensa, dan kelopak mata.
Lensa mata dengan persediaan darah yang sangat kurang tidak
mempunyai media untuk menghilangkan panas. Katarak dapat terjadi
karena terpaparnya sinar infra merah yang berlebihan sampai beberapa
tahun.
Penyinaran infra merah dalam jangka waktu lebih dari 10
menit memberikan efek negative bagi tubuh. Hal ini diduga karena
energy panas dari sinar infra merah dapat menimbulkan kerusakan
jaringan dan menyebabkan keluarnya bahan vasokonstriktor dari
jaringan yang rusak. Bahan vasokonstriktor ini dapat meyebabkan
pembuluh darah menyempit, sehingga pengiriman suplai nutrisi dan
oksigen melalui aliran darah akan menurun (Hani dkk, 2008).
7
c. Sinar Laser
Sinar laser adalah emisi energy tinggi yang di hasilkan dari
kegiatan pengelasan, pemotongan, pelapisan, alat-alat optis,
pembuatan mesin-mesin mikro dan operasi kedokteran. Berdasarkan
bahan yang digunakan, untuk menghasilkan sinar laser antara lain,
berupa bahan laser gas (Helium – Neon, argon, CO2, N2+) laser
Kristal padat (ND3, C2 3+) dan laser semikonduktor.
Pengaruh utama dari sinar laser terhadap kesehatan pekerja
yaitu terhadap mata dan kulit. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
mata yang berupa efek termis pada retina, sehingga terjadi kerusakan
retina dan mengakibatkan kebutaan. Untuk mencegah kelainan kulit,
maka batas aman radiasi yaitu 1, 0 W/cm2, sedangkan
untuk keselamatan mata, batas radiasi dianggap aman sebesar 0,001
W/cm2 pada diameter pupil 3 mm dan 0,002 W/cm2 pada diameter
pupil 7 mm (Suma’mur, P.K., 1994).
d. Radioaktif
Zat radio aktif adalah setiap zat yang memancarkan radiasi
pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2
nCi/g (tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per
gram). Angka 70 kBq/kg (2 nCi/g) tersebut merupakan patokan dasar
untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan Tenaga Atom
Internasional (International Atomic Energy Agency). Namun, masih
8
terdapat beberapa zat yang walaupun mempunyai aktivitas jenis lebih
rendah daripada batas itu dapat dianggap sebagai zat radioaktif karena
tidak mungkin ditentukan batas yang sama bagi semua zat mengingat
sifat masing-masing zat tersebut berbeda.
Efek Efek Radioaktif.
1. Rambut akan menghilang dengan cepat bila terkena radiasi di 200
Rems atau lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.
2. Sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena
radiasi berkekuatan 5000 Rems atau lebih. Seperti halnya jantung,
radiasi membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan kejang dan kematian mendadak.
3. Kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam
jumlah tertentu, yodium radioaktif dapat menghancurkan sebagian
atau seluruh bagian tiroid.
4. Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit
darah akan berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap
infeksi. Gejala awal ialah seperti penyakit flu. Menurut data saat
terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala dapat
bertahan selama 10 tahun dan mungkin memiliki risiko jangka
panjang seperti leukimia dan limfoma.
5. Bila terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems akan
mengakibatkan kerusakan langsung pada pembuluh darah dan
dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.
9
6. Radiasi dengan kekuatan 200 Rems akan menyebabkan kerusakan
pada lapisan saluran usus dan dapat menyebabkan mual, muntah
dan diare berdarah.
7. Saluran reproduksi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan
kekuatan di bawah 200 Rems. Dalam jangka panjang, korban
radiasi akan mengalami kemandulan (Agus, 2011).
e. Ultra Violet
Sebuah pencahayaan terhadap radiasi UVB dapat menyebabkan kulit
terbakar dan beberapa bentuk kanker kulit. Namun bentuk yang paling
mematikan - melanoma maligna - kebanyakan disebabkan oleh kerusakan
DNA tidak langsung (radikal bebas dan stres oksidatif). Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya mutasi UV-tanda dalam 92% dari semua
melanoma. Pada manusia, terlalu lama terkena radiasi UV matahari dapat
menyebabkan akut dan kronis efek kesehatan pada kulit , mata, dan
sistem kekebalan tubuh. Selain itu, UVC dapat menyebabkan merugikan
mempengaruhi yang berbeda-beda dapat mutagenik atau karsinogenik
(Effendy, 1997).
C. Radiasi dalam kehidupan manusia
Interaksi radiasi dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
Efek yang ditimbulkan dapat dialami oleh keturunan orang yang terkena
radiasi, dan efek ini disebut efek genetik. Jika orang yang terkena radiasi
yang menderita akibat radiasi, maka efeknya disebut sebagai efek somatik.
Efek somatik dapat terjadi segera setelah terkena radiasi ataupun tertunda
10
setelah beberapa waktu. Berdasarkan kemungkinan munculnya efek negatif
dikenal dua jenis efek yaitu efek stokastik dan efek deterministik. Efek
stokastik adalah efek yang kemungkinan terjadinya sebanding dengan dosis
yang diterima oleh seseorang dan tanpa suatu nilai ambang berapapun
kecilnya dosis yang diterima oleh sesorang resiko efek radiasi selalu ada dan
efek non stokastik (deterministik) adalah efek yang tingkat keparahan dari
akibat radiasi tergantung dari dosis radiasi yang diterima sesorang dan
diperlukan suatu nilai ambang, sehingga di bawah nilai ambang tidak terlihat
akibat yang merugikan. Efek negatif dapat dikurangi dengan menciptakan
suatu kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan
lingkungan hidup tidak melebihi nilai batas dosis maka dilakukan langkah-
langkah antara lain
1. Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministik) dari radiasi yang
membahayakan seseorang, dan membatasi peluang terjadinya efek
stokastik atau resiko akibat penggunaan radiasi (sampai pada suatu nilai
batas) yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan
penggunaan radiasi pengion secara benar (Hidayati, 2005).
D. Nilai Ambang Batas ( NAB) Radiasi
Sama halnya dengan besaran fisis lainnya, seperti panjang yang
mempunyai satuan (ukuran) meter, inchi, feet; satuan berat (kilogram, ton,
pound); satuan volume (liter, meter kubik); maka radiasi pun mempunyai
satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran
11
radiasi dari suatu sumber radiasi maupun banyaknya dosis radiasi yang
diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor :PER..13/ MEN/ X/ Tahun 2011, Tentang
faktor Fisika dan aktor Kimia di Tempat Kerja, tanggal 28 Oktober2011,
menyatakan:
Tabel 1
Nilai Ambang Batas Radiasi Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER. 13//MEN/X/Tahun 2011
No Bagian Tubuh Kadar Tertinggi Diperkenankan (Ceiling)
1 Seluruh Tubuh 2 T2 Seluruh Tubuh (Pekerja khusus dan
lingkungan kerja yang terkendali)8 T
3 Anggota gerak (Limbs) 20 T4 Pengguna peralatan medis
elektronik0,5 mT (mili Tesla)
No Bagian Tubuh NAB (TWA) Rentang Frekuensi
1 Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz2 Lengan dan paha 300/f mT 1 – 300 Hz3 Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz4 Anggota tubuh dan seluruh
tubuh0,2 mT 300 – 30 KHz
Keterangan : f adalah frekuensi dalam HzSumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER..13/ MEN/ X/ Tahun 2011
12
D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Radiasi
Keselamatan dan Kesehatan Radiasi (K3Radiasi) adalah suatu cabang
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan
tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok
orang terhadap kemungkinan negatif dari penggunaan radiasi sementara
kegiatan yang memerlukan penggunaan sumber radiasi masih tetap
dilaksanakan. Dalam menggunakan sumber radiasi di Indonesia, ada suatu
badan yang bertugas mengawasi penggunaan dan pemanfaatan di Indonesia.
Badan tersebut dibentuk oleh pemerintah dengan nama Badan Pengawas
Tenaga Nuklir yang disingkat BAPETEN (BAPETEN, 2000).
Dalam pelaksanannya, pengendalian bahaya radiasi eksterna dapat
dilakukan secara administrasi dan secara fisikStandar pengoperasian instalasi
nuklir juga dilihat dari aspek prospektif fungsional, yaitu dikaitkan dengan
mempertimbangkan K3 Radiasi untuk pekerja/operator, masyarakat dan
lingkungannya. Untuk mendapatkan tingkat keselamatan radiasi yang
optimal, maka penanggung jawab instalasi atau manajemen peralatan harus :
1) Mendapatkan izin dari badan yang berwenang, yaitu Badan Pengawas
Tenaga Nuklir (BAPETEN). 2). Memiliki sertifikat hasil pengujian
Acceptance Test yang dihasilkan pabrikan alat untuk menjamin bahwa alat
ukur radiasi masih dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan. 3). Memiliki
catatan tentang kondisi peralatan untuk menjamin keselamatan pemakaian.
4).Merawat dan melakukan pengujian/kalibrasi secara berkala untuk
memastikan alat masih sesuai dengan spesifikasinya (Azhar, 2005).
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
Electro Magnetic Field Radiation. Tester 1 unit
Stopwatch 1 unit
B. Waktu Dan Tempat
1. Waktu
Waktu pelaksanaan percobaan dimulai tanggal 31 Agustus 2013
2. Tempat
Tempat pelaksanaan percobaan yaitu di Laboratorium Terpadu FKM
Unhas.
C. ProsedurKerja
1. Alat diaktifkan dengan menggeser tombol kearah “ON”.
2. Sensor dihadapkan kesumber/sampel yang akan diukur.
3. Tombol ditekan pada kisaran nilai, diarahkan kenilai 200 µT, Namun
apabila pada layar masih tertera angka 0,00 maka tombol dipindahkan
kekisaran nilai 20µT
4. Angka dicatat yang tertera pada layar tiap 5 detik.
D. Prinsip Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Electro magnetic field
radiation tester, dimana alat tersebut didekatkan pada sumber radiasi
sehingga diperoleh hasil tingkat radiasi pada objek radiasi, dan dengan hasil
tersebut dibandingkan dengan NAB, dan dapat diperoleh kesimpulan.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Pengamatan Terhadap Radiasi
(Sumber: Data primer 2013)
B. Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan pada beberapa sampel alat di atas
(Hp, layar laptop, kipas laptop dan layar komputer) dapat ditentukan
bahwa tingkat paparan radiasi yang paling tinggi yaitu dari sampel alat
Layar Laptop sebesar 0,20 µT dan yang terendah yaitu dari sampel alat
Handphone sebesar 0,01 µT. Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan
NAB tingkat paparan radiasi untuk seluruh anggota tubuh yang ditetapkan
termasuk dalam kategori standar (sesuai dengan NAB) yaitu sebesar 2 T
dan 600 mT.
15
NO Bahan Percobaan Paparan Radiasi(µT)
1 Hp 0,01
2 Layar Laptop 0,20
3 Kipas Laptop 0,07
4 Layar Komputer 0,04
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di atas, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut ::
1. Hasil dari percobaan pengukuran pada 4 sampel alat (microwave, Hp,
CPU, dan Laptop) tingkat radiasi pada microwave lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat radiasi pada Handphone yaitu 0,27 µT dan
0,02 µT.
2. Hasil percobaan diatas menyatakan bahwa radiasi pada microwave yang
dijadikan sampel tidak mempunyai dampak yang berarti pada kesehatan,
ini dikarenakan tingkat radiasi yang dikeluarkan cukup rendah dan tidak
melewati nilai ambang batas yang telah ditentukan sesuai dengan
rekomendasi Nilai Ambang Batas Radiasi Menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: PER. 13//MEN/X/Tahun 2011.
B. Saran
Radiasi yang dipancarkan oleh gelombang elektromagnetik yang berasal
dari handphone sangat berbahaya bagi kesehatan jika digunakan terus
menerus. Meskipun dari percobaan di atas menunjukkan radiasi dari HP
yang paling rendah, sebaiknya mengurangi atau membatasi jumlah dan
durasi penggunaan HP untuk menelepon, kalau memungkinkan lebih baik
menggunakan teks (SMS), atau menggunakan telepon kabel daripada HP.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2011. Radioaktif dan Efek bagi manusia. Junal Kesehatan Radiasi bagi
manusia., Bandung
Arifin, Kustiono dan Noviyanti Noor, 1995, “Evaluasi Terhadap Penerimaan Dosis Pekerja Radiasi Di Indonesia Selama Pelita V”, Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jakarta.
Azhar, 2005.“Perkembangan ProteksiRadiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir, Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi Radiasi Bidang Instalasi Nuklir”. Badan PengawasTenaga Nuklir. Jakarta.
Batan, 2008. radiasi, http://radiologiymc.blogspot.com (di askes 4 september 2013)
BAPETEN, 2007.“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif”. Penerbit Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jakarta.
Batan, 2008. radiasi, http://radiologiymc.blogspot.com (di akses 2 September 2013)
Cember, H., 1992, Introduction to HealthPhysics. Second Edition. Revised andEnlarged, Mc Graw-Hill, Inc. New York.USA.
Depkes, 1992. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 23 mengenai Kesehatan Kerja.
Eddy, 2013. Efek samping dan bahaya microwave bagi kesehatan. Online: http://www.tipscaraterbaik.com/efek-samping-dan-bahayanya-microwave-bagi-kesehatan.html diakses 4 september 2013.
Effendy,Drs,Nasrul.1997. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
Hani,Ruslan Ahmadi dan Handoko Riwidikdo.2008.Fisika Kesehatan. Yogyakarta:Mitra Cendikia.
Harrington. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Hidayati, NR, 2005.”Pengkajian Dosis Eksternal Seluruh Tubuh Pekerja Radiasi Pada Kondisi Kecelakaan Terparah Reaktor Kartini”. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER..13/ MEN/ X/ Tahun 2011.Rusmanto Maryanto, 2008. Modul Pelatihan Training for Trainers Dasar-Dasar
Linux, Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Yayasan Penggerak Linux Indonesia dan PT Ardelindo. Jakarta.
Suratman. 1996. ”Introduksi Proteksi Radiasi Bagi Mahasiswa Praktek”. Pusat Penelitian dan Pengembangan TeknologiMaju, Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Suyitno, G. 1993. ”Kesehatan Kerja danPengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi”.Pendidikan dan Pelatihan Penyegaran Proteksi Radiasi Tingkat
17
Teknisi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Suma’mur, P.K., 1994 Efek-efek radasi terhadap kesehatan. Toko Agung, Jakarta.
18