laporan rabbit pyrogen test

Upload: abunbuniaga

Post on 04-Jun-2018

652 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    1/23

    TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

    Uji Pirogenitas Rabbit Test

    Disusun oleh:

    Siti Nurlaela Kurnia

    NIM: P17335112207

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

    JURUSAN D3 FARMASI

    2013

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    2/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 LATAR BELAKANG

    Studi mengenai efek panas setelah pemberian larutan tertentu secara

    intravena dimulai sebelum abad ke-19. Pada 1894, Sanarelli menunjukkan

    kultur larutan Ebert bacillus, yang bebas dari mikroorganisme, tapi dapat

    menyebabkan intoksikasi yang diikuti dengan demam ketika diinjeksi pada

    hewan, bahkan beberapa terjadi kematian. Pada abad ke-19, istilah

    injection fevertelah digunakan untuk menunjukkan reaksi demam yang

    terdapat setelah administrasi beberapa larutan. Pemberian produk secara

    intravena pada abad ke-20, meningkatkan jumlah kecelakaan yang terjadi

    akibat pirogen, menyebabkan para peneliti membuat serangkaian evaluasi

    mengenai hal ini.

    Pada 1912, Hort dan Penfold membuat nama pyrogenicuntuk air

    yang ketika diinjekkan menyebabkan hipertermia. Istilah ini juga

    digunakan Florance Seibert pada tahun 1923 yang menyebutkan senyawapirogenik sebagai hyperthermising atau zat yang menyebabkan

    hipertermi, yang mengandung bakteri mati-intak maupun disintegrasi,

    patogenik maupun tidak, atau lebih pada produk metabolik bakteri, seperti

    protein denaturasi, endotoksin, atau eksotoksin. Jadi, pirogen eksogen

    merupakan senyawa yang bila diadministrasikan pada manusia dan hewan

    akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

    Semua produk farmasi dengan berbagai macam rute harus memenuhi

    kriteria safetydan efficacy. Produk parenteral merupakan sediaan dengan

    pemberian injeksi dengan melalui kulit atau membran mukosa langsung

    menuju sistem biologis, melewati mekanisme pertahanan tubuh. Dengan

    demikian sediaan parenteral memiliki kriteria yang lebih ketat jika

    dibandingkan dengan rute pemberian lain. Hal ini disebabkan karena

    resiko pemberian secara parenteral yang lebih besar dibandingkan dengan

    pemberian dengan tipe lain.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    3/23

    Produk parenteral memiliki standar purity (kemurnian) dan safety

    (keamanan) yang berbeda dari produk lain. Selain harus memenuhi standar

    potensi dan stabilitas, sediaan parenteral harus memenuhi standar terkait

    mikroba (sterilitas dan pirogen), parameter fisik (bebas dari kontaminasi

    partikel), dan parameter kimia (isotonisitas, kapasitas dapar). Untuk

    mencapai standar tersebut dibutuhkan usaha pada formulasi maupun level

    manufaktur.

    Untuk mengetahui apakah produk parenteral memenuhi syarat bebas

    pirogen, maka dilakukan pengujian. Salah satu metode pengujiannya

    adalah Rabbit Test. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian pirogen

    terhadap sediaan parenteral dengan metode Rabbit test. Tujuan dari

    praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui dan memahami uji

    pirogenitas dengan metode Rabbit Test. Pengujian dilakukan dengan

    mengukur peningkatan suhu badan kelinci yang disebabkan penyuntikan

    intravena sediaan uji steril.

    I.2 TUJUAN PRAKTIKUM

    Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

    1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami uji pirogenitas denganmetodeRabbit Test.

    2. Praktikan mampu melaksanakan uji pirogenitas dengan metodeRabbitTest.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    4/23

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1 PROGEN

    Pirogen adalah racun (toksin) yang menimbulkan demam bila

    diberikan secara intravena dalam jumlah tertentu (Goeswin Agus, 2009).

    Ada dua kelas utama pirogen, yaitu endogenus dan eksogenus. Pirogen

    endogen merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh setelah

    seseorang mengkonsumsi pirogen eksogen. Respon ini merupakan

    mediator utama dari proses demam. Senyawa pirogenik yang paling poten

    adalah yang diproduksi oleh bakteri gram negatif (endotoksin), akan tetapi

    gram positip dan fungi juga menghasilkan pirogen dengan potensi yang

    lebih rendah. Selain pirogen beberapa senyawa lain juga diketahui

    menyebabkan reaksi piretik ini, yaitu steroid, virus, bahan kimia dan obat

    tertentu. Akan tetapi, yang paling menjadi perhatian industri farmasi

    adalah, eksogenus pirogen yang paling penting, yaitu endotoksin.

    Endotoksin, disebut juga LPS, merupakan komponen utama dari

    membran terluar bakteri gram negatif. Endotoksin tersusun dari

    polisakarida hidrofilik, yang terikat secara kovalen dengan kandungan

    lipid yang hidrofobik (Lipid A). LPS dari sebagian besar spesies bakteri

    tersusun dari tiga bagian yang berbeda, yaitu: bagian antigen-O,

    oligosakarida inti (core oligosacharida) dan Lipid A.

    Lipid A merupakan bagian yang paling konservatif, dan merupakan

    bagian yang menjadi penyebab aktifitas biologi endotoksin, misalnya

    toksisitas endotoksin. Bagian hidrofobik dari endotoksin tersebut tersusun

    secara heksagonal, sehingga secara struktur lebih rigid (kuat)

    dibandingkan dari molekul lain. Bagian oligosakarida inti memiliki

    struktur konservatif dengan bagian dalam berupa 3-deoxy-D-manno-2-

    octulosonic acid (KDO)-heptose region, terdapat lima tipe inti yang

    berbeda, sedangkan spesies salmonella memiliki hanya satu tipe. Antigen-

    O secara umum tersusun dari sekuens oligosakarida yang identik (masing-

    masing terdiri dari 3-8 monosakarida), yang spesifik sesuai jenisnya.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    5/23

    Molar mass dari monomer endotoksin bervariasi dari 10-20 KD,

    bervariasi tergantung pada ikatan oligosakaridanya, akan tetapi ada juga

    yang mencapai 70 KD. Telah diketahui bahwa endotoksin membentuk

    berbagai agregat supra-molekular di larutan yang mengandung air, yang

    disebabkan oleh interaksi non-polar antara ikatan lemak dan juga jembatan

    yang dihasilkan antara gugus fosfat oleh kation divalen. Berbagai studi

    telah dilakukan yang menghasilkan bahwa pada larutan aquous,

    endotoksin dapat self assemble menjadi berbagai bentuk, seperti lamela,

    kubik dan heksagonal, dengan diameter hingga 0,1 mikrometer, dan

    memiliki stabilitas yang tinggi tergantung pada sifat larutan (pH, ion,

    surfaktan).

    Endotoksin dihasilkan pada jumlah besar pada saat sel mati dan selama

    pertumbuhan dan pembelahan. Endotksin memiliki sifat haet-stable dan

    tidak dapat dihancurkan dengan kondisi sterilisasi biasa, karena banyak

    pirogen tahan terhadap proses autoklaf, dan dapat lolos filtrasi dengan

    ukuran pori-pori 0,2 mikrometer yang biasa digunakan untuk sterilisasi

    akhir.

    Endotoksin baru bisa diinaktivasi ketika diekspos pada suhu 2500C

    selama lebih dari 30 menit, atau 1800C selama lebih dari 3 jam. Asam dan

    alkali dengan kekuatan minimal 0,1 M dapat juga digunakan untuk

    menghancurkan endotoksin pada skala laboratorium.

    Level endotoksin maksimum untuk aplikasi intravena pada produk

    farmasi dan biologi adalah 5 endotoksin unit (EU) per kg berat badan per

    jam yang dicantumkan pada farmakope. Istilah EU menunjukan aktivitas

    biologis endotoksin. Sebagai contoh, 100 pg standar endotoksin EC-5 dan

    120 pg endotoksin dari Eschercia coli O111:B4 memiliki aktivitas 1 EU.

    Untuk memenuhi persyaratan ini, merupakan tantangan bagi industri

    farmasi.

    II.2 DEPIROGENASI

    Depirogenasi bahan, alat dan wadah pada produksi sediaan farmasi

    dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu inaktivasi (destruksi) atau removal.

    A.InaktivasiInaktivasi biasanya melibatkan beberapa reaksi kimia

    (contohnya oksidasi, alkilasi, atau hidrolisis endotoksin). Metode

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    6/23

    tersebut tidak banyak digunakan untuk depirogenasi bahan awal

    dan air. Bila menggunakan metode ini maka harus memperhatikan

    bahan kimia yang digunakan untuk memastikan tidak adanya efek

    samping.

    Inaktivasi dengan panas kering merupakan metode yang efektif

    untuk inaktivasi pirogen pada alat-alat gelas dan minyak yang

    tahan panas, juga bubuk tahan panas. Temperatur yang disarankan

    untuk insinerasi adalah 170-350 deg C. Suhu yang paling umum

    digunakan adalah 2500C selama 30 menit (Remington: 45 menit).

    Suhu lain bisa digunakan 6500C selama 1 menit atau 1800C selama

    4 jam. Dengan suhu yang lebih rendah membutuhkan waktu

    insinerasi selama 1 hingga 12 jam.

    B.RemovalRemoval pirogen secara fisik lebih menguntungkan dari pada

    penambahan bahan kimia karena tidak ada bahan kimia yang

    ditambahkan pada bahan yang akan di sterilisasi.

    1. RinsingAtau dilusi bahan/ alat dengan air bebas pirogen

    merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan pirogen.

    2. DestilasiMetode ini merupakan metode yang cukup umum

    digunakan untuk raw water dimana pirogen merupakan

    bahan yang tidak menguap dan dengan demikian tidak akan

    ada pada destilat.

    3. UltrafiltrasiMerupakan teknik separasi berdasarkan pada ukuran

    partikel molekul endotoksin. Endotoksin aktif merupakan

    suatu agregat dengan berat lebih dari 10.000 D. Kombinasi

    ultrafiltrasi dengan ukuran pori 0,1 mikrometer dengan

    filter sterilisasi (0,2 mikrometer) digunakan untuk sediaan

    larutan LVP. Penggunaan depth filter dilakukan dengan

    cara melewatkan larutan pada katridge atau pad yang

    tersusun dari kaolin, alumunium oksida atau keiselguhr.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    7/23

    Endotoksin dihilangkan dengan cara absorpsi

    elektrostatik atau obstruksi mekanis. Selain itu,

    dikembangkan juga suhu filter bermuatan, dimana media

    filter diberi muatan positif yang dapat meningkatkan

    afinitas terhadap endotoksin yang bermuatan negatif.

    4. AdsorpsiAdsorpsi menggunakan charcoal biasa juga digunakan.

    Akan tetapi bahan ini merupakan adsorben kuat untuk

    banyak obat, terutama dalam bentuk larutan, dan biasanya

    sulit dihilangkan dari larutan akhir. Adsorbsi yang lain yang

    bisa digunakan adalah adsorpsi pada suspensi barium sulfat.

    5. Reverse OsmosisReverse osmosis diikuti dengan deionisasi merupakan

    metode yang diketahui berhasil digunakan untuk

    menghilangkan berbagai kontaminan pada air, termasuk

    endotoksin.

    6. Resin ion-exchange dan gamma irradiasiMerupakan metode yang digunakan juga untuk

    menghilangkan endotoksin dari sediaan parenteral.

    III.3 TEKNIK DETERMINASI ENDOTOKSIN

    Prosedur detail mengenai uji pirogen dan uji bakteri endotoksin telah

    dijelaskan dengan lengkap pada farmakope.

    Untuk pengujian pirogen, digunakan kelinci, dimana hewan coba

    diukur peningkatan suhu tubuhnya setelah diinjeksi IV larutan steril yang

    diuji. Digunakan kelinci oleh karena respon fibrilnya mirip dengan

    manusia. Farmakope telah mensyaratkan, apabila tidak dipersyaratkan

    untuk melakukan uji bakteri endotoksin, maka uji ini harus dilakukan pada

    semua larutan parenteral dimana volume konsumsinya untuk dosis tunggal

    adalah 15 ml atau lebih.

    Kerugian dari rabbit testini adalah biaya yang mahal dan waktu yang

    panjang untuk pengujian; tidak dapat dikuantifikasi dan larutan parenteral

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    8/23

    tertentu (misalnya yang mengan dung fosfat kalium disis tinggi) akan

    memberikan respon pirogen.

    Uji untuk bakteri endotoksin, diketahui sebagai Limulus Amoebocyte

    Lysate (LAL) test. Uji ini merupakan uji yang telah umum dilakukan di

    industri farmasi dimana diperlukan hasil yang terkuantifikasi. Basis dari

    uji ini adalah lysate dari amoebocyte yang berasal dari darah Horseshoe

    Crab (Limulus polyphemus), dengan penambahan endotoksin, akan terjadi

    clotting atau gelasi, sehingga menimbulkan turbiditas atau presipitasi.

    Saat ini telah dikembangkan kit untuk uji LAL ini yang banyak

    digunakan di industri. Uji ini telah banyak digunakan untuk uji air dan

    end-process-testing untuk sediaan parenteral, radiofarmasi dan alat-alat

    kesehatan.

    Rhodes dan Hoft mengemukakan alasan mengapa pengujian LAL lebih

    disukai dibandingkan dengan pengujian pirogen pada kelinci untuk

    radiofarmasetikal:

    1. Pengujian lebih sensitif2. Pengujian lebih cepat3. Memerlukan material uji dalam jumlah kecil4. Keduanya, baik kontrol positif maupun kontrol negatif, dapat

    dilakukan untuk setiap pengujian

    5. Tidak menyebabkan kelinci mengandung bahan radio aktifsehingga lebih disukai dari segi keamanan radiologi.

    6. Lebih murah dan lebih mudah disimpan.Akan tetapi terdapat beberapa kerugian dari metode LAL ini.

    Beberapa faktor sangat mempengaruhi hasil uji, yaitu pH larutan uji,

    sumber reagen yang digunakan, konsentrasi kation (kalsium atau

    magnesium) pada larutan uji, dan level agregasi dari bakteri juga

    mempengaruhi hasil uji. Sedangkan keuntungan dari metode LAL adalah

    waktu singkat untuk uji, relatif murah, mudah dilakukan, dan

    terkuantifikasi.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    9/23

    BAB III

    PERCOBAAN

    III.1 PERALATAN

    1. Alat suntik bebas pirogen2. Alat kaca bebas pirogen3. Jarum bebas pirogen4. Termometer5. Kandang kelinci6. Timbangan

    III.2 BAHAN

    1. Kelinci dewasa yang sehat2. NaCl 0,9% bebas pirogen3. Larutan Uji

    III.3 PROSEDUR KERJA

    Uji pirogenitas menurut FI edisi III adalah sebagai berikut:

    A. Kondisi hewan uji:Hewan percobaan digunakan kelinci yang selama seminggu

    sebelum pengujian tidak menunjukkan penurunan bobot badan. Kelinci

    tidak dapat digunakan uji pirogenitas jika:

    1. 3 hari sebelumnya telah digunakan untuk pengujianpirogenitas dan memberikan hasil negatif.

    2. 3 minggu sebelumnya telah digunakan untuk pengujianpirogenitas, sediaan uji tidak memenuhi syarat.

    3. Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitasdan respon rata-rata kelompok kelinci melebihi 1,20.

    B. AlatDigunakan termometer atau termometer listrik dengan

    ketelitian skala 0,10

    dan dapat dimasukkan ke dalam rektum kelinci

    sedalam lebih kurang 5 cm.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    10/23

    Alat suntik dibuat dari kaca atau bahan lain yang cocok, tahan

    pemanasan pada suhu 2500.

    C. Sediaan ujiDibuat dari zat uji dengan melarutkan atau mengencerkan

    dengan larutan natrium klorida P steril bebas pirogen atau jika zat uji

    berupa larutan yang sesuai dapat langsung digunakan.

    D. Prosedur KerjaTerdiri dari uji pendahuluan dan pengujian pendahuluan.

    D.1 Uji pendahuluan

    1. 1 jam sebelum pengujian masukkan kelinci ke dalam kotakkelinci sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak

    leher yang longgar, badannya bebas hingga kelinci dapat duduk

    dengan bebas.

    2. 1 sampai 3 hari sebelum pengujian, suntikkan intravena 10 mlper kg bobot badan dengan larutan NaCl P 0,9% steril bebas

    pirogen dalam ruangan yang tenang.

    3. Perbedaan suhu ruangan terhadap suhu pemeliharaan tidakboleh lebih dari 30.

    4. Selama 1 malam hingga pengujian selesai kelinci tidak di berimakan dan selama waktu pengujian tidak diberi minum.

    5. Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30menit dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam

    sesudah penyuntikan dengan larutan NaCl P 0,9% steril bebas

    pirogen.

    6. Kelinci yang menunjukkan beda suhu lebih besar dari 0,60tidakdapat digunakan untuk pengujian utama.

    D.2 Pengujian utama

    1. Lakukan pengujian menggunakan sekelompok hewanpercobaan terdiri dari 3 ekor kelinci.

    2. Hangatkan sediaan uji hingga suhu lebih kurang 38,50,suntikkan perlahan-lahan ke dalam vena auricularis tiapkelinci.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    11/23

    3. Kecuali dinyatakan lain, waktu penyuntikkan tidakmelebihi 4 menit dan volume sediaan uji tidak kurang dari

    0,5 ml dan tidak lebih dari 10 ml per kg berat badan.

    4. Jika pengujian gagal, ulangi pengujian hingga 4 kali, tiapkali menggunakan 1 kelompok yang terdiri dari 3 ekor

    kelinci.

    D.3 Penafsiran hasil

    Suhu awal tiap kelinci adalah suhu rata-rata pembacaan suhu

    dengan interval 30 menit dan dilakukan 40 menit sebelum penyuntikan

    sediaan uji.

    Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang dicatat selama 3 jam

    setelah penyuntikan sediaan uji.

    Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit

    dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam setelah

    penyuntikan sediaan uji.

    Selisih antara suhu inisial dan suhu maksimum tiap kelincidinyatakan sebagai suhu respon. Jika suhu respon negatif, dianggap

    nol.

    Kelinci dinyatakan memenuhi syarat jika perbedaan suhu awal

    antara kelinci yang satu dengan yang lain tidak lebih dari 10.

    Kelinci dinyatakan tidak memenuhi syarat jika perbedaan suhu

    awalnya lebih besar dari 0,20, suhu awal lebih kecil dari 38,00 dan

    tidak lebih besar dari 39,80.

    Sediaan uji dinyatakan memenuhi syarat jika jumlah respon tidak

    melebihi kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat jika jumlah

    respon melebihi kolom 3 untuk tiap kelompok.

    Jika jumlah respon terletak antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian

    diulangi. Jika pengujian ke- 4 jumlah respon melebihi 6,600sediaan uji

    dinyatakan tidak memenuhi syarat.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    12/23

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    13/23

    3. Masukkan kelinci dalam kotak penyekap sehingga kelincitertahan dan letak leher longgar (jika menggunakan

    transmisator).

    4. Tentukan suhu awal kelinci, 30 menit sebelum disuntikanlarutan uji.

    5. Atur suhu awal kelinci, tidak boleh lebih dari 39,80C danbeda suhu tiap kelinci dalam 1 kelompok tidak boleh lebih

    dari 10C.

    6. Suntikan 10 ml/ KgBB, melalui vena tepi telinga 3 ekorkelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit.

    7. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu di konstitusiseperti yang tertera pada masing-masing monografi dan

    disuntikan dengan dosis seperti yang tertera pada etiket.

    8. Jika uji pirogen pada alat kesehatan, maka cuci permukaanalat yang berhubungan langsung dengan tubuh atau jaringan

    tubuh pasien dan air bilasan pencucian alat kesehatan yang

    di ujinya.

    9. Hangatkan larutan pada suhu 370C 20C sebelumpenyuntikan.

    10.Rekam suhu berturut-turut setelah 1 jam pertamapenyuntikan sampai jam ke-3, suhu di ukur setiap 30 menit.

    III. Penafsiran hasil1. Setiap penurunan suhu di anggap nol.2. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci pun

    menunjukkan kenaikan suhu 0,50C atau lebih, lanjutkan

    pengujian dengan 5 ekor kelinci.

    3. Jika tidak lebih dari 3 ekor, dari total 8 ekor kelinci masing-masing mengalami kenaikan suhu 0,50C atau lebih, tetapi

    suhu total dari 8 ekor kelinci maksimum 3,30C, maka

    sediaan dianggap bebas pirogen.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    14/23

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 HASIL

    A. Pengamatan bobot kelinci selama 1 mingguTabel 4.1 Bobot kelinci

    Identitas

    Kelinci

    Hari-Jam pengamatan Bobot (Kg) Keterangan

    Kelinci 1

    Selasa, 17 09 2013; 12.30

    WIB

    1,55 kg Citra

    Rabu, 18 09 2013; 12.30

    WIB

    1,55 kg Citra

    Kamis, 19 09 2013; 12.30

    WIB

    1,56 kg Citra

    Jumat, 20 09 2013; 12.30

    WIB

    1,58 kg Citra

    Sabtu, 21 09 2013; 12.30

    WIB

    1,58 kg Citra

    Minggu, 22 09 2013; 12.30

    WIB

    1,59 kg Ghina

    Senin, 23 09 2013; 12.30

    WIB

    1,60 kg Ghina

    Kelinci 2

    Selasa, 17 09 2013; 12.30

    WIB

    1,64 kg Ghina

    Rabu, 18 09 2013; 12.30

    WIB

    1,64 kg Ghina

    Kamis, 19 09 2013; 12.30

    WIB

    1,64 kg Ghina

    Jumat, 20 09 2013; 12.30

    WIB

    1,65 kg Novia

    Sabtu, 21 09 2013; 12.30 1,70 kg Novia

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    15/23

    WIB

    Minggu, 22 09 2013; 12.30

    WIB

    1,72 kg Novia

    Senin, 23 09 2013; 12.30WIB

    1,72 kg Novia

    Kelinci 3

    Selasa, 17 09 2013; 12.30

    WIB

    1,80 kg Novia

    Rabu, 18 09 2013; 12.30

    WIB

    1,83 kg Bu Ela

    Kamis, 19 09 2013; 12.30

    WIB

    1,83 kg Bu Ela

    Jumat, 20 09 2013; 12.30

    WIB

    1,83 kg Bu Ela

    Sabtu, 21 09 2013; 12.30

    WIB

    1,84 kg Bu Ela

    Minggu, 22 09 2013; 12.30

    WIB

    1,86 kg Bu Ela

    Senin, 23 09 2013; 12.30

    WIB

    1,86 kg Bu Ela

    Kesimpulan:

    Dari ketiga kelinci yang diamati, tidak ada satupun kelinci yang mengalami

    penurunan berat badan selama satu minggu. Jadi ketiga kelinci tersebut memenuhi

    persyaratan sebagai hewan percobaan pada uji pendahuluan.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    16/23

    B.Uji pendahuluan

    Waktu pelaksanaan: 24 september 2013

    Larutan uji: Larutan NaCl 0,9% steril bebas pirogen

    Keterangan mengenai penyuntikan: Volume penyuntikkan masing-masing kelinci adalah

    sebesar 10 ml/kg BB. Penyuntikan dilakukan secara intravena.

    Penyuntikan :

    Kelinci 1 : 1,60 kg x 10 ml = 16 ml

    Kelinci 2 : 1,72 kg x 10 ml = 17,2 ml

    Kelinci 3 : 1,86 kg x 10 ml = 18,6 ml

    Pencatatan suhu tubuh kelinci adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Uji pendahuluan

    Identitas Kelinci Jam pengamatan Suhu (oC) Keterangan (nama

    pelaksana

    Kelinci 1

    07.00 WIB 36,0 Citra

    07.30 WIB 36,1 Citra

    08.00 WIB 36,1 Citra

    08.05 WIB (Penyuntikan) Citra

    08.35 WIB 36,1 Citra

    09.05 WIB 36,1 Citra

    09.35 WIB 36,2 Citra

    10.05 WIB 36,2 Ghina

    10.35 WIB 36,2 Ghina

    11.05 WIB 36,2 Ghina

    Kelinci 2

    07.05 WIB 36,2 Ghina

    07.35 WIB 36,2 Ghina

    08.05 WIB 36,3 Ghina

    08.10 WIB (penyuntikan) Ghina

    08.40 WIB 36,5 Bu Ela

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    17/23

    09.10 WIB 36,5 Bu Ela

    09.40 WIB 36,5 Bu Ela

    10.10 WIB 36,5 Bu Ela

    10.40 WIB 36,5 Bu Ela11.10 WIB 36,5 Bu Ela

    Kelinci 3

    07.10 WIB 35,5 Bu Ela

    07.40 WIB 35,5 Novia

    08.10 WIB 35,6 Novia

    08.15 WIB (Penyuntikan) Novia

    08.45 WIB 35,6 Novia

    09.15 WIB 35,7 Novia09.45 WIB 35,8 Novia

    10.15 WIB 35,8 Novia

    10.45 WIB 35,8 Novia

    11.15 WIB 35,8 Novia

    Kesimpulan:

    Dari ketiga kelinci yang telah diuji pendahuluan, tidak satupun kelinci menunjukkan

    perbedaan suhu atau kenaikan suhu lebih dari 0,6oC sehingga dapat disimpulkan bahwa

    ketiga kelinci tersebut dapat digunakan untuk pengujian utama.

    B. Uji Utama (menurut FI edisi IV)Waktu Pelaksana: Kamis, 26 September 2013

    Larutan Uji: Calcii Glukonas injeksi 10%

    Keterangan mengenai penyuntikkan:

    Dosis untuk manusia adalah sebesar 10% = 10 gram/100ml = 0.1 gram/ml

    Konversi dari manusia (70 kg) ke kelinci adalah 0,07

    Dosis untuk kelinci = 0,1 gram/ml x 0,07 = 0.007 gram/ml = 7 mg/ml

    Penyuntikan :

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    18/23

    Kelinci 1 : 1,60 kg/1,50 kg x 7 mg/ml = 7,5 mg + WFI ad 16 ml

    Kelinci 2 : 1,72 kg/1,50 kg x 7 mg/ml = 8,0 mg + WFI ad 17,2 ml

    Kelinci 3 : 1,86 kg/1,50 kg x 7 mg/ml = 8,7 mg + WFI ad 18,6 ml

    Tabel 4.3 Uji utama

    Identitas

    Kelinci

    Jam

    pengamatan

    Suhu (oC) Keterangan

    (nama

    pelaksana)

    Keterangan

    (suhu

    respon)

    Kelinci 1

    07.00 WIB 36,2 Citra

    0,5

    07.30 WIB (Penyuntikan) Citra

    08.30 WIB 36,6 Citra

    09.00 WIB 36,7 Citra

    09.30 WIB 36,7 Citra

    10.00 WIB 36,7 Ghina

    10.30 WIB 36,7 Ghina

    Kelinci 2

    07.00 WIB 36,5 Ghina

    0,5

    07.30 WIB (Penyuntikan) Ghina

    08.30 WIB 36,8 Ghina

    09.00 WIB 36,9 Ghina

    09.30 WIB 37,9 Bu Ela

    10.00 WIB 37,0 Bu Ela

    10.30 WIB 37,0 Bu Ela

    Kelinci 3

    07.00 WIB 35,8 Bu Ela

    0,3

    07.30 WIB (Penyuntikan) Novia

    08.30 WIB 36,0 Novia

    09.00 WIB 36,0 Novia

    09.30 WIB 36,1 Novia

    10.00 WIB 36,1 Novia

    10.30 WIB 36,1 Novia

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    19/23

    Kesimpulan:

    Dari ketiga kelinci diatas ada dua kelinci yang mengalami kenaikan suhu lebih atau

    sama dengan 0,5oC sehingga pengujian dilanjutkan dengan lima ekor kelinci. (FI IV, 1995)

    Tabel 4.4 Uji tambahan

    Identitas

    Kelinci

    Jam

    pengamatan

    Suhu (oC) Keterangan

    (nama

    pelaksana

    Keterangan

    (suhu

    respons)

    Kelinci 4

    12.00 WIB 36,6 Citra

    0,2

    12.30 WIB (Penyuntikan) Citra

    13.30 WIB 36,7 Citra

    14.00 WIB 36,8 Citra

    14.30 WIB 36,8 Citra

    15.00 WIB 36,8 Citra

    15.30 WIB 36,8 Citra

    Kelinci 5

    12.00 WIB 37,0 Ghina

    0,4

    12.30 WIB (Penyuntikan) Ghina

    13.30 WIB 37,2 Ghina

    14.00 WIB 37,4 Ghina

    14.30 WIB 37,4 Ghina

    15.00 WIB 37,4 Ghina

    15.30 WIB 37,4 Ghina

    Kelinci 6

    12.00 WIB 37,3 Novia

    0,4

    12.30 WIB (Penyuntikan) Novia

    13.30 WIB 37,5 Novia

    14.00 WIB 37,5 Novia

    14.30 WIB 37,5 Novia

    15.00 WIB 37,7 Novia

    15.30 WIB 37,7 Novia

    Kelinci 7

    12.00 WIB 36,8 Bu Ela

    0,312.30 WIB (Penyuntikan) Bu Ela

    13.30 WIB 37,0 Bu Ela

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    20/23

    14.00 WIB 37,0 Bu Ela

    14.30 WIB 37,1 Bu Ela

    15.00 WIB 37,1 Bu Ela

    15.30 WIB 37,1 Bu Ela

    Kelinci 8

    12.00 WIB 36,5 Ghina

    0

    12.30 WIB (Penyuntikan) Ghina

    13.30 WIB 36,4 Citra

    14.00 WIB 36,3 Citra

    14.30 WIB 36,3 Bu Ela

    15.00 WIB 36,3 Bu Ela

    15.30 WIB 36,3 Bu Ela

    Kesimpulan:

    Setelah dilakukan pengujian kembali pada 5 ekor kelinci, tidak ada satupun dari 5

    ekor kelinci tersebut mengalami kenaikan suhu lebih dari atau sama dengan 0,5 oC, serta

    jumlah kenaikan suhu maksimum dari 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3oC yakni hanya 2,6oC

    (0,5 + 0,5 + 0,3 + 0,2 + 0,4 + 0,4 + 0,3 + 0), maka dinyatakan sediaan memenuhi syarat bebaspirogen.

    IV.2 PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan uji pirogen terhadap sediaan uji yaitu injeksi calcii

    glukonas 10%. Uji pirogen ini menggunakan metode Rabbit Test. Pengujian dilakukan pada

    kelinci yang sehat dan memenuhi syarat sebagai hewan percobaan uji pirogen sebagaimana

    tercantum dalam Farmakope Indonesia.

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam uji pirogen ini adalah alat suntik bebas

    pirogen, alat kaca bebas pirogen, jarum bebas pirogen, kandang kelinci, dan termometer

    dengan tingkat ketelitian skala 0,10C. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan NaCl

    0,9% steril bebas pirogen, dan larutan sediaan yang akan di uji.

    Uji pirogen dilakukan menurut FI edisi III, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:

    pengamatan bobot kelinci selama 1 minggu, uji pendahuluan dan uji utama. Pada praktikum

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    21/23

    kali ini dilakukan pengamatan bobot kelinci selama 1 minggu, dan uji pendahuluan (menurut

    FI edisi III) dan uji utama (menurut FI edisi IV).

    Pengamatan bobot kelinci dilakukan selama 1 minggu dari tanggal 17 - 23 september

    2013. Pengamatan dilakukan terhadap 3 ekor kelinci, dan dari ke-3 ekor kelinci tersebut,

    tidak satupun kelinci yang mengalami penurunan berat badan (lihat tabel 4.1). Jadi ke-3 ekor

    kelinci tersebut dapat digunakan atau memenuhi syarat sebagai hewan percobaan pada uji

    pendahuluan.

    Uji pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 24 september 2013. Larutan uji yang

    digunakan adalah larutan NaCl 0,9% steril bebas pirogen. Volume penyuntikan 10 ml/

    KgBB, secara intravena ke dalam vena auricularis dari masing-masing kelinci. Perbedaan

    suhu ruangan terhadap suhu pemeliharaan tidak boleh lebih dari 30. Selama 1 malam hingga

    pengujian selesai kelinci tidak di beri makan dan selama waktu pengujian tidak diberi minum.

    Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit dimulai 90 menit sebelum

    penyuntikan hingga 3 jam sesudah penyuntikan dengan larutan NaCl 0,9% steril bebas

    pirogen. Kelinci yang menunjukkan beda suhu lebih besar dari 0,60C tidak dapat digunakan

    untuk pengujian utama. Dari hasil pengamatan, dari ke-3 kelinci tersebut tidak satupun

    kelinci yang menunjukkan beda suhu lebih dari 0,60C (lihat tabel 4.2). Sehingga ke-3 kelinci

    tersebut dapat digunakan pada pengujian utama.

    Pengujian utama dilaksanakan pada tanggal 26 september 2013. Pengujian dilakukan

    menurut FI edisi IV. Sediaan yang di uji adalah injeksi calcii glukonas 10%. Volume

    penyuntikan 10 ml/ KgBB, secara intravena ke dalam vena auricularis dari masing-masing

    kelinci. Penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Untuk perhitungan dosis, dilakukan

    konversi dari dosis manusia (70 kg) ke kelinci (1,5 kg) yaitu 0,007. Tentukan suhu awal

    kelinci, 30 menit sebelum disuntikan larutan uji. Suhu awal kelinci tidak boleh lebih dari

    39,80C dan beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih dari 10C. Catat suhu

    berturut-turut setelah 1 jam pertama penyuntikan sampai jam ke-3, suhu di ukur setiap 30

    menit. Setiap penurunan suhu di anggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor

    kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,50C atau lebih, lanjutkan pengujian dengan 5 ekor

    kelinci. Dari hasil pengamatan, ada 2 kelinci yang mengalami kenaikan suhu lebih dari atau

    sama dengan 0,50C yaitu kelinci 1 dan 2 (lihat tabel 4.3). Sehingga pengujian dilanjutkan

    dengan 5 ekor kelinci.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    22/23

    Pengujian tambahan dilakukan pada 5 ekor mencit. Perlakuan sama dengan halnya

    pada uji utama. Jika tidak lebih dari 3 ekor, dari total 8 ekor kelinci masing-masing

    mengalami kenaikan suhu 0,50C atau lebih, tetapi suhu total dari 8 ekor kelinci maksimum

    3,30C, maka sediaan dianggap bebas pirogen. Setelah dilakukan pengamatan dan pencatatan

    kenaikan suhu dari ke-5 ekor kelinci tersebut, ternyata tidak ada satupun dari 5 ekor kelinci

    tersebut mengalami kenaikan suhu lebih dari atau sama dengan 0,5oC, serta jumlah kenaikan

    suhu maksimum dari 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3oC yakni hanya 2,6oC (0,5 + 0,5 + 0,3

    + 0,2 + 0,4 + 0,4 + 0,3 + 0), maka dinyatakan sediaan memenuhi syarat bebas pirogen.

    Dari percobaan uji pirogen terhadap sediaan uji injeksi calcii glukonas 10%, dapat

    disimpulkan bahwa injeksi calcii glukonas tersebut memenuhi syarat bebas pirogen, karena

    hanya 2 ekor kelinci dari 8 ekor kelinci yang diuji, yang mengalami kenaikan suhu lebih dari

    atau sama dengan 0,50C, dan jumlah kenaikan suhu maksimum dari 8 ekor kelinci tidak lebih

    dari 3,3oC yakni hanya 2,6oC.

    IV.3 PENDALAMAN MATERI

    Uji pirogen dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan uji (sediaan parenteral) bebas

    dari pirogen. Uji pirogen ini sangat penting, karena pirogen yang ada dalam sediaan, jika

    disuntikan ke tubuh manusia dapat menimbulkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Selain

    itu pirogen memberikan efek vasokontriksi, dilatasi pupil, depresi nafas, dan peningkatan

    tekanan darah. Mungkin reaksi yang muncul juga adalah nyeri pada persendian dan

    punggung, sakit kepala, mual dan malaise, shok endotoksin, kerusakan jaringan tubuh dan

    kematian. Akan sangat berbahaya untuk pasien dengan kondisi sakit yang menerima LVP

    (Large Volume Parenteral) yang mengandung endotoksin.

    Salah satu metode uji pirogen adalah Rabbit Test. Digunakan kelinci sebagai hewan

    coba. Hal ini dikarenakan kelinci memiliki respon fibriel yang mirip dengan manusia.

    Pada uji pirogenitas, penyuntikan dilakukan pada pembuluh vena. Hal ini bertujuan

    agar obat atau sediaan uji yang disuntikan, langsung terdistribusi ke dalam aliran darah.

    Sehingga efek panas dari pirogen dapat langsung diamati.

    Penyuntikan dilakukan pada vena auricularis, karena vena auricularis adalah vena

    terbesar yang ada pada tubuh kelinci. Sehingga vena dapat dengan mudah dicari dan dilihat.

  • 8/13/2019 Laporan Rabbit Pyrogen Test

    23/23

    Sebelum dilakukan uji pirogen terhadap kelinci, perlu dilakukan pengadaptasian

    terhadap kelinci, dengan tujuan untuk menghindari hasil yang positif palsu, kelinci

    mengalami kenaikan suhu tubuh bukan disebabkan oleh sediaan uji, melainkan kelinci stress

    dengan lingkungan yang baru karena sebelumnya tidak diadaptasikan terlebih dahulu.