laporan pws puskesmas lepo-lepo

118
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia.Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotif dan preventif. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar 1

Upload: rakyat-kecil-berdasi

Post on 10-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan pemantauan wialayah setempat triwulan pertama tahun 2015

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia.Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotif dan preventif. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar berfungsi sesuai dengan tugasnya.1,2Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kab/Kota yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. 2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Penanggungjawab Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.3Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.4Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.3,4Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP.Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya.Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.3Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik.Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen.Terdapat tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.Mengelola puskesmas sebagai satu unit organisasi yang di dalamnya terdapat sumber daya manusia, peralatan, anggaran dan program program kegiatan dan lingkungan internal dan eksternal yang memerlukan ilmu manajemen.Manajemen diterjemahkan dalam tiga rangkaian utama yaitu P1 perencanaan, P2 Penggerakan dan pelaksanaan serta P3 Pengawasan, pengendalian dan Penilaian.Langkah pertama dalam mekanisme perencanaan tingkat puskesmas adalah menyusun RUK yang meliputi usulan kegiatan wajib dan usulan kegiatan pengembangan. RUK yang telah tersusun dibahas di dinas kesehatan Kab/Kota diajukan ke Pemda melalui Dinkes. Selanjutnya RUK yang sudah terangkum dalam usulan Dinkes akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh dukungan pembiayaan dan dukungan politis. Dalam penyelenggaraan program/upaya kesehatan pokok di puskesmas berdasarkan rencana yang ada dilakukan pengorganisasian.Dalam pelaksanaan program kegiatan harus jelas siapa yang menjadi unsur pimpinan dan siapa yang menjadi unsur supervisor, dan siapa yang menjadi unsur pelaksana dan perlu dibangun komitmen serta koordinasi perlu dikembangkan di puskesmas melalui lokakarya mini bulanan dan lokakarya mini tribulanan.Untuk mengukur kinerja program atau pencapaian program maka harus dituangkan dalam dokumen penilaian kinerja puskesmas dengan menghitung hasil capaian dari standar pelayanan minimal dari enam upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan yang diprioritaskan sesuai kebutuhan di wilayah kerjanya. Agar dicapai pelayanan yang bermutu dan berkinerja tinggi, untuk itu prinsip dasar mutu dan peningkatan kinerja perlu dipahami oleh manajer puskesmas dan staff, salah satu diantaranya juga penyusunan standar prosedur operasional untuk tiap unit pelayanan.2,3,4

B.TUJUAN1. Tujuan Umum Menyusun rencana kegiatan puskesmas secara sistematik berdasarkan permasalahan yang ada2. Tujuan Khususa. Diketahuinya analisa masalah dan prioritas penyebab masalah yang ada b. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat.c. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalanC.Waktu dan Tempat PelaksanaanWaktu pelaksanaan survey manjemen puskesmas ini selama satu bulan dilaksanakan dari tanggal 30 Maret 25 Mei 2015 di wilayah kerja puskesmas perawatan Lepo-lepoJl. Christina M. Tiahahu no. 117.

D. MetodologiAdapun metode pengambilan data dalam laporan manajemen puskesmas ini yaitu dengan metode wawancara dan pengolahan data sekunder puskesmas Lepo-lepo Tahun 2015.BAB IIGAMBARAN UMUM WILAYAH KERJA PUSKESMAS

A.LINGKUNGAN1.Keadaan dan Kondisi Demografisa) Wilayah kerja terdiri dari 4 kelurahan (lepo- lepo, wundudopi, baruga, watubangga) yang merupakan wilayah administratif kecamtan baruga.b) Luas wilayah kerja : 13.130 Hac) Batas batas wilayah:1) Sebelah utara : Kecamatan wua-wua dan kecamatan kandia2) Sebelah timur : Kecamatan poasia3) Sebelah selatan : Kecamatan konda (kab. konsel)4) Sebelah barat : Kecamatan ranomeeto (kab Konsel) dan Kecamatan mandonga kota kendari

d) Keadaan Alam : 80% daratan dan 20% perbukitan e) Prasarana Transpormasi : 60% jalan aspal dan 40% jalan berbatu dan tanah

2.Keadaan PendudukJumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2014 sebanyak 20363 yang tersebar di 4 kelurahan ( Lepo-lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga)Distribusi penduduk per kelurahan disajikan pada tabel berikut:Tabel 1. Jumlah dan keadaan penduduk per kelurahan tahun 2014NoNama KelurahanJumlah KKJumlah Jiwa

1Lepo- lepo9954.476

2Wundudopi 6453.290

3Baruga 15927.844

4Watubangga11824.753

Jumlah 20.363

Berdasarkan tabel 1 terlihat jumlah penduduk terbayak di kelurahan baruga yaitu 7844 jiwa dari 20363 KK dan yang paling sedikit di kelurahan Wundudopi yaitu 3290 jiwa yang terhimpun dalam 645 KK. B.INPUT1.Sumber Daya ManusiaDalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas lepo-lepo memiliki beberapa sebagai pelaksana tugasnya yang masing-masing bekerja sesuia dengan bidang tugasnya masing-masing.Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas di Puskesmas lepo-lepo pada tahun 2014 sebanyak orang dengan uraian sebagai berikut:NoJenis TenagaStatusJumlah

PNSHonorSukarela

1Dokter Umum 3--3

2Dokter Gigi1--1

3Sarjan Keperawatan 81-9

4Sarjana Kesehatan Masyarakat19-111

5Sarjana Kebidanan3--3

6Sarjana Kesehatan lingkungan 1--1

7Apoteker 2--2

8Ahli Madya Keperawatan 171-18

9Ahli Madya Kebidanan 16-925

10Ahli Madya Gizi3-36

11Ahli Kesehatan Lingkungan1-12

12Ahli madya Analisi Kesehatan 1-45

13Perawat7--7

14Perawat Gigi2--2

15Bidan4--4

16SPAG1--1

17SPPH2--2

18SMF----

19Tenaga Administrasi11-2

20Sopir1--1

21Petugas Kebersihan -1-1

22Tukang Masak da Tukang Cuci-2-2

23SMU-1-1

Jumlah93718109

Berdasarkan tabel 2 ,terlihat bahwa pengawai yang berstatus sebagai pengawai negri sipil (PNS) sebanyak 93 orang, tenaga honorer sebanyak 7 orang dan tenaga sukarela sebanyak 18 orang , tenaga kebidanan dan analisis Kesahatan yang berstatus sukarela sebagian besar ditempatkan pada pelayanan Unit Gawat Daryrat dan Laboratorium, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam wilayah baruga (20.363) maka rasio dokter umum 1: 61089 jiwa , dokter gigi 1 : 20363 jiwa rasio perawat dan jumlah penduduk adalah 1 : 702 jiwa dan rasio perawat gigi 1: 1018 jiwa penduduk.2.Saran dan Prasaranaa) Sarana TranspostasiSarana transportasi yang digunakan di Puskesmas lepo-lepo adalah kendaraan roda 4 yang berjumlah 2, 1 unit ambulance dan 1 unit nya dipersiapkan untuk kegiatan luar gedung apabila ambulance lag tidak ditempatb) Sarana SosialSarana pendidikan yang ada di Wilayah kerja Kecamatan Baruga terdiri dari :1. Taman Kanak- kanak berjumlah 9 unit2. Sekolah Dasar berjumlah 9 unit, yang berlokasi di kelurahan lepo-lepo 2 unit, di kelurahan Baruga 3 unit, kelurahan Watubangga1 unit dan di kelurahan Wundudopi 2 unit3. Sekolah Menengah Pertama berjumlah 4 unit, yang berlokasi di kelurahan baruga 3 unit dan di kelurahan Wundudopi 1 unit4. Sekolah Menengah Umum berjumlah 4 unit, yang berlokasi di kelurahan lepo-lepo 1 unit, dikelurahan Watubangga 1 unit dan di kelurahan Baruga 2 unit5. Perguruan Tinggi berjumalh 3 unit, berlokasi di kelurahan Wundudopi 1 unit dan kelurahan Baruga 2 unit6. Sarana sosial beruoa panti asuhan berjumlah 2 unit, yang berlokasi di kelurahan Baruga 1 unit dan kelurahan Watubangga 1 unit7. Lembaga Permasyarakat 1 unit, berlokasi di kelurahan Baruga c) Sarana Kesehatan 1. Sarana Kesehatan Pemerintaha. Puskesmas Induk : 1 unit yang merupakan Puskesmas Perawatan (menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap umum dan kebidanan serta Unit Gawat Darurat 24 jam) , berlokasi di kelurahan lepo-lepob. Puskesmas Pembantu : 2 unit masing-masing terletak di kelurahan Watubangga dan Kelurahan Barugac. Poskeskel: 2 unit , masing-masing terletak di kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga dan keduannya sudah berfungsi2. Sarana Kesehatan Swastaa. Rumah Bersalin : 2 unit, yang berlokasi di kelurahan Wundudopi dan kelurahan Barugab. Praktek dokter berkelompok: 1unit , berlokasi di kelurahan Wundudopic. Praktek dokter perorangan ; 2 unitd) Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakata. Posyandu : 18 unit , berlokasi di kelurahan lepo-lepo 4 unit , di kelurahan Baruga 4 unit, di kelurahan Watubangga 6 unit, dan di kelurahan Wundudopi 4 unitb. Pos Lansia : 3 unit , berlokasi di kelurahan Lepo-lepo 1 unit , di kelurahan Baruga 1 unit dan di kelurahan Watubangga 1 unit

3.PendanaanDefinisi pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menyediakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Di negara berkembang seperti Indonesia beaya pelayanan kesehatan masih belum bisa lepas dari campur tangan pemerintah baik dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Sumber pembiayaan upaya pelayanan kesehatanantara lain: 1. Sepenuhnya bersumber dari pemerintah2. Sebagian ditanggung masyarakat 3. Sepenuhnya ditanggung oleh pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar negeri Pada era desentralisasi, fungsi pembiayaan usaha pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah memiliki pembagian yang terperinci antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Puskesmas memiliki sumber pembiayaan antara lain: 1. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten maupun kota 2. Pendapatan puskesmas melalui retribusi yang besarnya ditentukan pemerintah kabupaten atau kota setempat 3. Sumber lain dari BPJS Kesehatan. Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan pemerintah datang dari APBD.Selain itu Puskesmas juga menerima pendanaan dari alokasi APBD provinsi dan APBN (Biaya Operasional Kesehatan/BOK). Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat, dan dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.Anggaran tersebut disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan (DUK) kepemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui dinaskesehatan kabupaten/Kota. Anggaran yang telah disetujui tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalkan pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola langsung oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas adalah kepala Puskesmas sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan Puskesmas yakni staf yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atas usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku.Sesuai dengan kebijakan pemeritah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, dan besar biaya (retribusi) ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi pelayanan kesehatan pada kesehatan pada puskesmas lepo-lepo tahun 2014 berjumlah Rp. 245.929439,- (105%) dari target pendapatan yang direncanakan tahun 2010 sebesar Rp. 233.800. uraian pos penerimaan disajikan pada tabel berikut.

4. PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS (PTP) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap kesehatan diwilayah kerjanya. Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus melaksanakan manejemen dengan baik.Menajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban.Seluruh kegiatan diatas merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan.Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada diwilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya lesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang.Perencanaan puskesmas ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar puskesmas mampu melaksanakannya secara efektif, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan.Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. 2. Tahap Analisa Situasi Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas elalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun melakukan pengumpulan data.Terdapat dua data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus.Data umum berupa peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan, data sumberdaya, data peran serta masyarakat, data penduduk dan sasaran program, data sekolah, data kesehatan lingkungan.Data khusus berupa status kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan program pelayanan kesehatan, hasil survey.Analisis situasi akan menghasilkan rumusan masalah dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan KegiatanPenyusunan rencana usulan kegiatan puskesmas harus memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas.Rencana usulan kegiatan juga harus dilengkapi dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana dan prasarana serta operasional puskesmas.Rencana usulan kegiatan (RUK) yang disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK disusun pada bulan januari tahun berjalan dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan pada akhir bulan januari tahun berjalan (H).Penyusunan usulan kegiatan terdiri dari dua langkah yaitu analisis masalah dan penyusunan rencana kegiatan. Penyusunan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Menyusun RUK bertujuaan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah.b. Menyusuk rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah tersebut dan kemampuan puskesmas. 4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Langkah-langkah penyusunan RPK adalah: a. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui. b. Membandingkan alokasi kegiatan yang telah disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat oenyusunan RPK. c. Menyusun rancangan awal rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung mneurut bulan dan alokasi pelaksanaan. d. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahsa kesepakatan RPK e. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.5. PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN (P2) Sesuai dengan yang tersebut dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manejeman yang baik.Manejemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.Penerapan manejemen penggerakaan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dan petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Adapun tujuan dilaksanakannya lokakarya mini adalah 1. Tujuan umum Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengancara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targentnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.2. Tujuan khususa. Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu b. Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai kebijakan serta programc. Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalud. Ditemukannya cara pemecahan masalah e. Disusunnya rencana kerja bulan baru.Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam dua tahap yaitu: 1. Lokakarya Mini bulanan yang pertamaLokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas (RPK). Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut: a. Masukan 1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan kewenangan puskesmas2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan puskesmas3) Informasi tentan tata cara penyusunan kegiatan (Plan Of Action = POA) puskesmas b. Proses 1) Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan 2) Analisis beban kerja tiap petugas 3) Pembinaan tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan 4) Penyusunan POA puskesmas tahunan berdasarkan RPK c. Keluaran 1) Rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan 2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA 3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan 2. Lokakarya Mini bulanan rutinLokakarya mini bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama.Lokakarya mini bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin puskesmas adalah sebagai berikut: a. Masukan 1) Laporan kegiatan bulan lalu 2) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan 4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b. Proses 1) Analisis hambatan dan masalah antara lain dengan menggunakan PWS2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan 3) Merumuskan alternative pemecahan masalah c. Keluaran 1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan 2) Rencana kerja bulanan yang baru Lokakarya mini tribulanan lintas sector Adapun tujuan dilaksanakannya lokakarya mini tribulanan lintas sector adalah 1. Tujuan umum Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulanan berikutnya.

2. Tujuan khusus a. Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan yang dihadapib. Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru Lokakarya mini tribulanan lintas sector dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: 1. Lokakarya mini tribulanan yang pertama Lokakarya mini tribulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentu penanggung jawab dan pelaksanan setiap kegiatan untuk satuan wilayah kerja. Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut: a. Masukan 1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok 2) Informasi tentang program lintas sector 3) Informasi tentang program kesehatan 4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep barub. Proses 1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sector 2) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sector 3) Pembagian peran dan tigas masing-masing sector c. Keluaran 1) Kesepakatan tertulis lintas sector terkait dalam mendukung program kesehatan 2) Rencana kegiata masing-masing sector 2. Lokakarya mini tribulanan rutin Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari lokakarya penggalangan kerjasama lintas sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan setiap tribulan secara tetap.Penyelenggaraan dilakukan oleh camat dibantu sector terkait dikecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sector dilaksanakan sebagai berikut: a. Masukan 1) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sector terkait 2) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sector dalam pelaksanaan program kesehatan 3) Pemberian iformasi baru b. Proses 1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan 2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sector 3) Merumuskan cara penyelesaian masalah 4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru c. Keluaran 1) Rencana kerja tribulanan yang baru 2) Kesepakatan bersama

6. PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN (P3) Penilaian kinerja puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja / prestasi puskesmas.Adapun aspek penilaian meliputi pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan puskesmas atas perhitungan seluruh puskesmas.Ruang lingkup penilaian kinerja puskesmas meliputi penilaian penvapaian hasil pelaksanaan kesehatan, manajemen puskesmas, dan mutu pelayanan. Secara garis besar lingkup penilaian kinerja puskesmas tersebut berdasarkan upaya-upaya puskesmas dalam menyelenggarakan: 1. Pelayanan kesehatan yang meliputi: a. Upaya kesehatan wajib sesuai dengan kebijakan nasional dimana penetapan jenis pelayanannya disusun oleh dinas kesehatan kabupaten / kota b. Upaya kesehatan pengembangan antara lain penambahan upaya kesehatan atau penerapan pendekatan baru upaya kesehatan dalam pelaksanaan pengembangan program kesehatan yang dilaksanakan dipuskesmas. 2. Pelaksanaan manajemen puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan, meliputi: a. Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan pelaksanaan penilaian kinerja b. Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dl. 3. Mutu pelayanan puskesmas, meliputi: a. Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan b. Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepauhan terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan c. Penilaian out-put pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan. Dimana masing-masing program mempunyai indicator tersendiri d. Penilaian out-come pelayanan Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas dimulai sejak awal tahun anggaran pada saat penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas.Penilaian kinerja puskesmas meliputi puskesmas dan jaringannya yaitu puskesmas, pustu, bidan desa serta berbagai UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lainnya. Adapun pelaksanaan penilain kinerja puskesmas adalah sebagai berikut: 1. Penetapan target puskesmas Target puskesmas yaitu tolak ukur dalam bentuk angka nominal atau persentase yangakan dicapai pada akhir tahun. Penetapan besar target bersifat spesifik dan berlaku untuk puskesmas yang bersangkutan berdasarkan pembahasan bersama antara dinas kesehatan kabupaten/kota dengan puskesmas pada saat penyusunan rencana kegiatan puskesmas. Penetapan target puskesmas dengan mempertimbangkan: a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masing-masing puskesmas b. Besarnya masalah yang dihadapi kabupaten/kota c. Keberhasilan tahun lalu dalam menghadapi masalah d. Kendala-kendala maupun masalah dalam penanganannyae. Ketersediaan sumberdaya f. Lingkungan baik fisik maupun non fisik g. Target puskesmas yang sebenarnya2. Pengumpulan data hasil kegiatan Yang dimaksud dengan hasil kegiatan puskesmas di sini adalah puskesmas beserta jaringannya yaitu pustu, puskesmas keliling dan bidan desa serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah hasil kegiatan pada periode waktu tertentu. Penetapan periode ini ditentukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas.Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari SP2TP dan pencatatan hasil kegiatan yang ada atau dibuat puskesmas, tidak hanya terbatas pada laporan SP2tp yang dikirim kedinas kesehatan kabupaten/kota.

BAB IIIPEMBAHASANA.PROGRAM KERJAUpaya Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 adalah setiap kegiatan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Untuk mewujudkanderajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatandengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahanpenyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan.Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas dalam bentuk Usaha Pokok Puskesmas meliputi:A. UPAYA KESEHATAN IBU, ANAK, DAN KB

1. PengertianUpayakesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi atau komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.2. Tujuana. Tujuan UmumTujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.b. Tujuan Khusus1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.3. Kegiatana. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.c. Pemantauan tumbuh kembang balita.d. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kader-kader kesehatan4. Sistem Kesiagaan di Bidang KIA di Tingkat MasyarakatSistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :a. Sistem pencatatan-pemantauanb. Sistem transportasi-komunikasic. Sistem pendanaand. Sistem pendonor darahe. Sistem Informasi KBProses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:a. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal.c. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.e. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.f. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan.Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut :a. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.b. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan perempuan.c. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.d. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.e. Menggunakan pendekatan partisipatif.f. Melakukan aksi dan advokasi.Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA). Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).Dalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan.Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.5. Manajemen Kegiatan KIAPemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat KIA(PWS-KIA) dengan batasan :a. Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.b. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis, yaitu :1) Indikator Pemantauan Teknis :Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :a) Indikator Aksesb) Indikator Cakupan Ibu Hamilc) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatand) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakate) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatanf) Indikator Neonatal2) Indikator Pemantauan Non teknis :Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administrasi, yaitu :a) Indikator pemerataan pelayanan KIAUntuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.b) Indikator efektivitas pelayanan KIAUntuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih ketinggalan. Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.

6. Sebelas Indikator Dasar Pelayanan KIA

Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung, melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh, dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi dan upaya kesehatan sekolah (UKS).Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%Cakupan Pelayanan Nifas : 90%Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No. 741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)

B. UPAYA PROMOSI KESEHATAN Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini, perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah kesehatan.Dalam mengantisipasi perilaku masyarakat yang belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah penting.Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus pada perubahan perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya membangun komitmen dan dukungan kongkrit para pengambil kebijakan dan berbagai kelompok di masyarakat yang peduli terhadap masalah promosi kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar mampu dan responsif dalam memberdayakan kliennya dengan kata lain sebagai agen perubahan yang bertugas menjaga dan meningkatkan kesehatan klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Untuk itu, peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitatif saja, tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif.Oleh karena itu promosi kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagaiagen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat (Depkes, 2007).Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas merupakan upaya penggerakakan atau pengorganisasian masyarakat.Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan dan diupayakan agar berbagai kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas meliputi kunjunganrumah dan pemberdayaan berjenjang.Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut upaya promosi kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke Puskesmas.Untuk keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan rumah dilakukan untuk membantu pemecahan masalah tersebut melalui konseling di tingkat keluarga.Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula dimaksud untuk menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi konseling yang lebih luas lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih luas lagi.Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas. Masyarakat yang begitu beragam dan luas terdiri dari berbagai tatanan seperti tatanan:1. Rumah tangga2. Sarana pendidikan3. Tempat kerjaDepkes RI (2007) menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini umumnya diselenggarakan melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan pengorganisasian masyarakat.

C. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN1. Definisi Kesehatan LingkunganMenurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan MenurutWorld Health Organization(WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :a) Penyediaan Air Minumb) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaranc) Pembuangan Sampah Padatd) Pengendalian Vektore) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusiaf) Higiene makanan, termasuk higiene susug) Pengendalian pencemaran udarah) Pengendalian radiasii) Kesehatan kerjaj) Pengendalian kebisingank) Perumahan dan pemukimanl) Aspek kesling dan transportasi udaram) Perencanaan daerah dan perkotaann) Pencegahan kecelakaano) Rekreasi umum dan pariwisatap) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaanq) epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan pendudukr) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu:a) Penyehatan Air dan Udarab) Pengamanan Limbah padat/sampahc) Pengamanan Limbah caird) Pengamanan limbah gase) Pengamanan radiasif) Pengamanan kebisingang) Pengamanan vektor penyakith) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana3. Sasaran Kesehatam LingkunganMenurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :a) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenisb) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenisc) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenisd) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umume) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.4. Lima Upaya dasar Kesehatan Lingkungana) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)Secara umum Program Penyehatan SAB bertujuan untuk meningkatkan kualitas air bersih untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air bersih. Secara khusus program penyehatan air bersih bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat. Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan kelompok pemakai air.

b) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan. Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS)c) Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan tenpat-tempat umum dan sarana kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya.Penyehatan Tempat Umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.d) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.e) Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik NyamukSecara umum klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatmya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus di puskesmas. Pelayanan klinik sanitasi dimaksudkan untuk mencegah, memulihkan dan memperbaiki lingkungan guna menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan meliputi malaria, DBD, campak, TB paru, ISPA, kecacingan, penyakit kulit/ gatal-gatal, diare, keracunan makanan dan keluhan akibat lingkungan buruk/ akibat kerja.Klinik sanitasi perlu diwujudkan dan dikembangkan di puskesmas.Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.Kemudian dihitung, berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.

D. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKATTujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:1. Peningkatan Pendidikan Gizia. Menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizimasyarakatb. Mengembangkan materi KIE gizic. Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusipendidikan formal, non formal, dan institusi masyarakat; d. Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutane. Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis danmanajemenf. Pembinaan dan peningkatan kemampuanpetugas dalam program perbaikan gizi2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro LainnyaKegiatan ini meliputi :a. Pemantauan dan promosi pertumbuhanb. Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahansuplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makananc. Tatalaksana kasus kelainan gizid. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizikurange. Melakukan pendampingan3. Penanggulangan Gizi LebihKegiatan ini meliputi :a. Penyusunan kebijakanpenanggulangan gizi lebihb. Konseling gizic. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulanganmasalah gizi lebih4.Peningkatan surveilens gizia. Melaksanakan danmengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan status gizilainnyab. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini danpenanggulangan KLB; c. Meningkatkan SKPG secara lintassektord. Pemantauan dan evaluasi program gizie. Mengembangkan jejaring informasi gizi5. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian KeluargaSadar Gizia. Fasilitasi upaya pemberdayaan keluargaantara lain melalui kader keluarga, positif deviant (pos gizi),kelas ibu;b. Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM,dunia usaha dan masyarakat;c. Mengembangkan upayapemberdayaan ekonomi kader dan keluarga;d. Fasilitasi revitalisasi Posyandu;e. Advokasi program gizi;f. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi

E. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKITPencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.Upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.2. Melaksanakan imunisasi.3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV atau AIDS.8. Eliminasi penyakit kusta.9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi :1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang, penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah.2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang , penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah3. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan

Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinyab. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor risikoc. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulantd. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risikoe. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risikof. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risikog. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risikoh. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risikoi. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risikoj. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.2. Peningkatan imunisasia. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinyab. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasic. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritasd. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasie. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasif. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program imunisasig. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasih. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasii. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasij. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasik. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi.3. Penemuan dan tatalaksana penderita: a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinyab. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderitac. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulantd. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana penderitae. Meningkatkan kemampuan tenagapengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderitaf. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuandan tatalaksana penderitag. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderitah. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderitai. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderitaj. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita.

4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah :a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah dan diseminasinyab. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahc. Menyediakan kebutuhan peningkatansurveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah sebagai stimuland. Menyiapkan materi dan menyusunrancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahe. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencanaf. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahg. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahh. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahi. Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabahj. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabahk. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilansl. epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah.

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan danpemberantasan penyakit:a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinyab. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakitc. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulantd. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakite. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakitf. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakitg. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;h. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakiti. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.E.1 SURVEILANS DAN PELAPORAN PENYAKIT MENULAR Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa masyarakat.Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakit tersebut serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yang berkaitan dengan kejadian penyakit tersebut.Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat.Bertambahnya jumlah penduduk dan overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang.Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekolodi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme.Yang paling penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin.Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini.Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.Sistem pelaporan pasif memiliki kelemahan karena sering tidak lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit yang prevalen.Sistem pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar didapatkan laporan yang lebih lengkap dan tepat waktu terutama untuk penyakit menular yang mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit yang mungkin digunakan untuk melakukan bioterorisme.Dengan segala kelemahan yang dimilkinya syst em pelaporan menular tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam upaya mencegah dan memberantas penyekit menular. Oleh karena itu setiap petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.

E.2 PELAPORAN PENYAKIT MENULAR Klinisi atau petugas kesehatan harus segera melaporkan kejadian penyakit menular kepada pejabat kesehatan setempat. Peraturan yang mengatur penyakit apa yang harus dilaporkan dan bagaimana cara melaporkan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini sangat tergantung kepada situasi di tempat itu.Tujuan dari sistem pelaporan penyakit menular adalah untuk bisa menyediakan informasi yang diperlukan dan tepat waktu agar dapat dilakukan investigasi serta penanggulangannya oleh pihak yang berwenang.Disamping itu system pelaporan penyakit menular yang seragam dapat menjamin data kesehatan dan kematian dari satu daerah dan daerah lain serta dari satu negara dan negara lain dapat di bandingkan. Sistem pelaporan penyakit menular berfungsi pada empat tingkatan :1. Data dasar dikumpulkan dari masyarakat dimana penyakit menular tersebut muncul.2. Data ini kemudian diolah di tingkat Kabupaten atau tingkat Propinsi. 3. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional. 4. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke WHO.

Dari 4 tingkatan diatas maka tingkat pertama adalah yang paling penting oleh karena data dasar dikumpulkan dari masyarakat yang langsung tertimpa, merupakan tanggung jawab utama dari petugas kesehatan ditingkat ujung tombak.

F. UPAYA PENGOBATAN DASARPengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut. 1. Tujuan Upaya pengobatan diantaranya :a. Umum : meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesiab. Khusus :1) Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.2) Berkurangnya penderitaan karena sakit.3) Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan.4) Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanan yang lebih canggih bila perlu.2. Kegiatannya mencakup :a. Melakukan diagnose sedini mungkin melaluib. Melaksanakan tindakan pengobatanc. Melakukan rujukan bila dipandang perluProgram ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.3. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diseluruh Puskesmas dan jaringannya.b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatand. terutama untuk penduduk miskin.e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.4. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :a. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.b. Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskinB.ANALISIS PROGRAM1. KIAa) PWS K1No.Nama KelurahanJumlah pendudukTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.6111161476

2.Kel. Wundudopi3.39185496

3.Kel. Baruga 8.081202221117

4.Kel. Watubangga4.89812381010

Total20.981526483739

Gambar 1. Bagan Pemantauan Kunjungan Pertama Ibu Hamil di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015b) PWS K4NomorNama KelurahanJumlah pendudukTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.6111169108

2.Kel. Wundudopi 3.39185527

3.Kel. Baruga8.081202181413

4.Kel. Watubangga 4.89812311194

Total20.981526434532

Gambar 2. Bagan Pemantauan Kunjungan ke empat Ibu Hamil di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Kunjungan pertama dan keempat ibu hamil di ruang KIA Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan di setiap kelurahan khususnya pada bulan Januari. b. Kegiatan lapangan1. Melakukan Posyandu ibu hamil2. Melakukan penyuluhan di Posyandu ibu hamilc. Masalah 1. Kurangnya pemahaman dan ketidakpedulian ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan pada kunjungan pertama dan keempat kehamilan.2. Ibu hamil dengan pendapatan ekonomi yang kurang, lebih memilih memeriksakan diri ke dukun beranak.3. Kurangnya kesadaran ibu hamil akan kesehatan kehamilannya4. Kurangnya pengetahuan akan bahaya-bahaya kehamilan abnormal5. Kurangnya pengetahuan akan manfaat pemeriksaan kehamiland. Pemecahan masalah1. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang masalah yang akan timbul dalam kehamilan2. Melakukan penyuluhan tentang manfaat melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutinc) PWS BUMIL RESTINomorNama KelurahanJumlah PendudukSasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.61123211

2.Kel. Wundudopi 3.39117101

3.Kel. Baruga8.08140221

4.Kel. Watubangga 4.89825211

Total20.981105744

Gambar 3. Bagan Kunjungan Ibu Hamil yang memiliki resiko tinggi di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Ibu hamil yang memiliki resiko tinggi pada pemeriksaan kehamilan di ruang KIA Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang tidak signifikan di setiap kelurahan khususnya pada bulan Januari, namun perlahan-lahan mengalami penurunan pada bulan Februari dan Maret.b. Kegiatan lapangan1. Melakukan Posyandu ibu hamil2. Melakukan penyuluhan di Posyandu ibu hamil

c. Masalah 1. Kurangnya ketidakpedulian ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan yang memiliki resiko tinggi2. Ibu hamil dengan pendapatan ekonomi yang kurang, lebih memilih memeriksakan diri ke dukun beranak.d. Pemecahan masalah1. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang kehamilan resiko tinggi dan masalah yang akan timbul dalam kehamilan, jika tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.2. Melakukan penyuluhan tentang bahaya-bahaya kehamilan resiko tinggi.d). PWS BULIN NAKESNomorNama KelurahanJumlah PendudukSasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.611817135

2.Kel. Wundudopi 3.391110343

3.Kel. Baruga8.08119314818

4.Kel. Watubangga 4.8981181396

Total20.981502373432

Gambar 4. Bagan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Ruang bersalin pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di ruang bersalin pada Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan di setiap kelurahan dari bulan Januari ke bulan Februarib. Kegiatan lapangan1. Melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal Care) di Posyandu ibu hamil2. Melakukan penyuluhan di Posyandu ibu hamil

c. Masalah 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang persalinan aman dan sehat2. Kurangnya kepercayaan masyarakat akan persalinan oleh bidan3. Masih melekatnya tradisi masyarakat tentang pertolongan persalinan oleh paraji/dukun beranak 4. Adanya asumsi masyarakat tentang mahalnya biaya persalinan oleh bidan5. Ibu hamil dengan pendapatan ekonomi yang kurang, lebih memilih memeriksakan diri ke dukun beranak

d. Pemecahan masalah1. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang pemeriksaan ANC dan persalinan yang aman dan sehat2. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

e). PWS NEONATUSNomorNama KelurahanJumlah PendudukSasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.6111057145

2.Kel. Wundudopi 3.39177343

3.Kel. Baruga8.08118414818

4.Kel. Watubangga 4.8981121396

Total20.98137373532

Gambar 5. Bagan kunjungan neonatus di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015f). PWS NEONATUS RESTINomorNama KelurahanJumlah PendudukSasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.61116121

2.Kel. Wundudopi 3.39111111

3.Kel. Baruga8.08128221

4.Kel. Watubangga 4.89817221

Total20.98172674

Gambar 6. Bagan kunjungan neonatus yang memiliki resiko tinggi di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Neonatus yang memiliki resiko tinggi pada pemeriksaan neonatal di Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang tidak signifikan di setiap kelurahan khususnya pada bulan Februari, namun perlahan-lahan mengalami penurunan pada bulan Maret.b. Kegiatan lapangan1. Melakukan kunjungan pada neonatus yang memiliki resiko tinggi2. Melakukan penyuluhan kepada neonatus yang memiliki resiko tinggi

c. Masalah1. Kurangnya pengetahuan tentang neonatus yang memiliki resiko tinggi2. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya neonatus beresiko tinggi d. Pemecahan masalahMelakukan penyuluhan secara berkala tentang neonatus beresiko tinggi.

g). PWS ASI EKSKLUSIFNomorNama KelurahanJumlah PendudukSasaranJanuariFebruariMaret

1.Kel. Lepo-Lepo4.61152731

2.Kel. Wundudopi 3.39139333

3.Kel. Baruga8.081921427

4.Kel. Watubangga 4.89856556

Total20.981239291317

Gambar 7. Bagan pemantauan Asi Eksklusif di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Pemantauan ASI Ekslusif di ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan di setiap kelurahan khususnya pada bulan Januari, namun mengalami penurunan pada bulan Februari dan Maret.b. Kegiatan lapanganMelakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

c. MasalahKurangnya pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif

d. Pemecahan masalahMelakukan penyuluhan secara berkala tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif.

h). PWS KBNomorKontrasepsiJanuariFebruariMaret

1.KB Baru8546100

2.KB Aktif 20588498

3.Pil16666118

4.Suntikan 1965778

5.Implant022

6.IUD010

Gambar 8. Bagan pemantauan kunjungan pemakaian kontrasepsi di Ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2015a. Deskripsi Pemantauan kunjungan pemakaian kontrasepsi di ruang KIA pada Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada pemakaian KB aktif dan suntikan pada bulan Januari tahun 2015.b. Kegiatan lapanganMelakukan penyuluhan tentang pentingnya pemakaian kontrasepsi

c. MasalahKurangnya pengetahuan tentang manfaat kontrasepsi

d. Pemecahan masalahMelakukan penyuluhan tentang pentingnya pemakaian kontrasepsi- PWS IMUNISASIA. PWS IMUNISASI BALITANo.Nama KelurahanTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo10591827

2Kel. Wundudopi7761219

3Kel. Baruga 184163254

4Kel. Watubangga11291833

Total4784080133

Gambar 1. Table dan grafik PWS imunisasi BCG

No.Nama KelurahanTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo105122135

2Kel. Wundudopi 7761218

3kel. Baruga184163250

4kel. Watubangga 112142332

Total 4784888132

Gambar 2. Table dan grafik PWS imunisasi DPT/HB/HIB 1

No.Nama KelurahanTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo10591837

2Kel. Wundudopi 7761218

3kel. Baruga184163248

4kel. Watubangga 11291842

Total 4784080145

Gambar 3. Table dan grafik PWS imunisasi DPT/HB/HIB 2

PWS IMUNISASI DPT/HB/HIB 3 POLIO 3No.Nama KelurahanTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo10591827

2Kel. Wundudopi 7761218

3kel. Baruga184163241

4kel. Watubangga 11291827

Total 4784080119

Gambar 4. Table dan grafik PWS imunisasi DPT/HB/HIB 3

PWS IMUNISASI CAMPAK POLIO 4No.Nama KelurahanTarget SasaranJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo10592130

2Kel. Wundudopi 7781420

3kel. Baruga184153148

4kel. Watubangga 11291833

Total 4784184131

Gambar 5. Gambar 2. Table dan grafik PWS imunisasi Polio

B. PWS IMUNISASI TETATUS TOXOID PADA IBU HAMILNo.Nama KelurahanJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo458

2Kel. Wundudopi 2410

3kel. Baruga122130

4kel. Watubangga 131923

Total 315981

Gambar 6. Table dan grafik PWS imunisasi TT1

PWS IMUNISASI TT2No.Nama KelurahanJanuariFebruariMaret

1Kel. Lepo-lepo348

2Kel. Wundudopi 200

3kel. Baruga51527

4kel. Watubangga 2614

Total 122751

Gambar 7. Gambar 2. Table dan grafik PWS imunisasi TT 2

A. Deskripsi Kunjungan posyandu balita di setiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo yang diamati pada bulan Januari sampai Maret di tahun 2015 mengalami peningkatan setiap bulannya. Dilihat dari tabel dan grafik diatas peningkatan kunjungan balita setiap bulan cukup signifikan.B. Kegiatan lapangan1. Pemberian imunisasi dasar kepada balita dan ibu hamil2. Pemeriksaan antenatal care ibu hamil3. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan sederhana di dalam gedung 4. Penyuluhan perindividu mengenai kesehatan kepada warga yang hadir di posyandu

C. Masalah 1. Masih kurangnya pengetahuan dan wawasan warga terhadap kesehatan2. Masih kurangnya media promosi kesehatan3. Masih ada sebagian warga yang tidak mengikuti kegiatan posyandu-podyandu yang diselenggarakan, seperti warga yang bekerja bertepatan pada jadwal posyandu4. Ibu hamil lebih memilih melakukan pemeriksaan kesehatan langsung ke rumah sakit atau klinik praktek.5. Ketersediaan obat-obat pada posyandu yang kurang memadai

D. Pemecahan masalah1. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang kesehatan kesehatan2. Melakukan pemasangan poster, spanduk dll disekitar perumahan tentang kesehatan 3. Puskesmas mengadakan pelayanan imunisasi dasar setiap hari rabu.4. Tenaga kesehatan tetap melakukan pendataan terhadap balita dan ibu hamil yang terdapat di wilayah kerja puskesmas walaupun tidak mengikuti kegiatan posyandu sebagai data konfirmasi dan pemantauan, serta meminimalisir komplikasi.5. Melakukan penyediaan obat-obatan yang diperlukan

2.Promkes Program bidang PROMKES antara lain:1. Penyuluhan kesehatan masyarakat di posyandu2. kesehatan anak sekolaha. Penyuluhan UKSb. Penyuluhan bahaya AIDS dan Kespro di SMP dan SMAc. Penyuluhan PHBS sekolahd. Pemeriksaan dan pemantauan kantin sekolah3. Survey rumah sehat

A. Keadaan1. Indikator input. a. Man: Jumlahtenagakesehatan yang adasebanyak2orangb. Money:tidak semua programmendapat dana BOK c. Methode: melakukan penyuluhan perorangan dan perindividud. Material:Sarana dan prasarana pendukungkegiatanadalah flip chart. Ada kendaraan roda empat milik puskesmas untuk digunakan tenaga kesehatan mencapai tempat kegiatan.e. Machine: Tersedianya media flip chart dalam pemberian di rumah warga2. Indikator proses a. P1 (Perencanaan)Rencana pelaksanaan program promosi kesehatanb. P2 (Pelaksanaan)Petugas kesehatan melakukan kegiatan penyuluhan kepada kelompok dan individuc. P3 (PengawasandanPengendalian)Laporan programdilaporkankepuskesmastiapBulandankedinaskesehatankabupatentiaptriwulan, disertaidengan data pencapaian program danevaluasi program dilakukansetiap 6 bulan s/d 1 tahun. Jika angka cakupanrendahtindaklanjutdilakukandenganmendorongpromkesdankader yang adauntukmelakukanpenyuluhantentangpentingnyakesehatan3. Indikatorout put / keluaranPetugas mengetahui kondisi lingkungan tempat akan dilakukan penyuluhan, masalah-masalah yang ada, sehingga mampu melakukan penyuluhan sesuai dengan sasaran.

B. Masalah1. Media penyuluhan masih kurang (flipchart, poster, brosur, leaflet dll) 2. Kurangnya kesadaran warga setempat tentang kesehatan, sehingga ketika dilakukan penyuluhan kesehatan terutama ke rumah warga, petugas kesehatan terkadang tidak mendapat sambutan baik oleh warga.3. Masih ada program yang tidak mempunyai jadwal yang tetap4. Masih adanya program yang tidak mendapat dana BOK5. Fungsi Kader Promkes masih belum berjalan sesuai harapan.3. Kesehatan LingkunganPengawasan Kualitas LingkunganPuskesmas Lepo-LepoTahun 2015

Gambar 1. Bagan pengawasan kualitas lingkungan puskesmas lepo-lepo tahun 2015

Gambar 2. Grafik kualitas lingkungan puskesmas lepo- lepo pada tahun 2015

a. Deskripsi Pengawasan kualitas lingkungan pada puskesmas lepo-lepo yang dilakukan pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang tidak signifikan khususnya pada kualitas lingkungan yang memenuhi syarat sedangkan yang tidak memenuhi syarat mengalami peningkatan pada bulan januari dan februari sedangkan pada bulan maret mengalami penurunan.b. Kegiatan lapangan3. Melakukan pendataan PHBS di masyarakat4. Melakukan pemantauan saluran limbah rumah tangga masyarakat5. Melakukan pemantauan sarana dan prasana yang ada di masyarakat\

c. Masalah 6. Kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya7. Tidak adanya sarana dan prasarana misalnya (tempat sampah dan sanitasi)8. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap akibat dari masalah yang ditimbulkan akibat lingkungan sekitarnya9. Kurannya data yang didapat saat dilapangan karena masyarakat yang kurang peduli terhadapat petugas10. Banyaknya perumahan elit yang tidak berpenghuni sehingga terdapat masalah lingkungan disekitarnya 11. Tidak adanya sarana pengingat misalnya pamplet, spanduk ataupun poster dengan tujuan mengingatkan masyarakat tentang masalah lingkungannya.

d. Pemecahan masalah3. Melakukan penyuluha secara berkala tentang masalah yang akan ditimbulkan kualitas lingkungan yang buruk4. Melakukan pemantauan serta pendataan secara berkelanjutan 5. Melakukan pertemuan lingtas sektor terhadap kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung meningkatnya kualitas lingkungan dimasyarakat6. Petugas bekerja sama dengan pemerintahan setempat misalnya RT dan RWdalam keakuratan pendataan dilapangan dan pembangunan perumahan elit7. Melakukan pemasangan poster ,spanduk dll disekitar perumahan yang kualitas lingkungan yang burukAngka Bebas Jentik (Abj)Puskesmas Lepo-LepoTahun 2015

Gambar 3. Bagan pengawasan angka bebas jentik puskesmas lepo-lepo tahun 2015

Gambar 3. Grafik angka bebas jentik puskesmas lepo- lepo pada tahun 2015

a. Deskripsi Pengawasan angka bebas jentik pada puskesmas lepo-lepo yang dilakukan pada tahun 2015 mengalami peningkatan pada bulan januari dan pada bulan berikutnya megalami penurunan dan pada bulan maret mengalami peningkatan sedangkan yang ditemukan jentik mengalami peningkatan pada bulan januari dan februari sedangkan pada bulan maret mengalami penurunan.b. Kegiatan lapangan5. Memantau langsung jika terhadap penderita 6. Memantau langsung setiap bulan secara berkala dan pada musim penhujan

c. Masalah 6. Kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya7. Tidak adanya sarana dan prasarana misalnya (tempat sampah dan sanitasi)8. Tidak adanya sarana pengingat misalnya pamplet, spanduk ataupun poster dengan tujuan mengingatkan masyarakat tentang masalah lingkungannya.

d. Pemecahan masalah6. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang mamfaat bebas jentik 7. Melakukan pemantauan secara berkala tentang angka bebas jentik secara berkala8. Melakukan pertemuan lingtas sektor terhadap kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung meningkatnya kualitas lingkungan dimasyarakat9. Melakukan pemasangan poster ,spanduk dll disekitar perumahan yang kualitas lingkungan yang buruk

Tempat-Tempat Umum (Ttu)Puskesmas Lepo-LepoTahun 2015

Gambar 1. Bagan pengawasan tempat-tempat umum (TTU) puskesmas lepo-lepo tahun 2015

Gambar 2. Grafik tempat-tempat umum (TTU) puskesmas lepo- lepo pada tahun 2015

a. Deskripsi Pengawasan kualitas lingkungan pada puskesmas lepo-lepo yang dilakukan pada tahun 2015 mengalami penurunan setiap bulannya yang memenuhi syarat sedangkan yang tidak memenuhi syarat tidak mengalami peningkatan dan penurunan b. Kegiatan lapangan1. Memantau secara langsung pada tempat tempat umum

c. Masalah 1. Kurang pedulinya masyarakat terhadap memelihara dan menjaga kebersihan tempat-tempat umum2. kuranngya sarana dan prasarana misalnya (tempat sampah dan sanitasi)3. Tidak adanya sarana pengingat misalnya pamplet, spanduk ataupun poster dengan tujuan mengingatkan masyarakat tentang masalah lingkungannya.

d. Pemecahan masalah1. Melakukan pertemuan lingtas sektor terhadap kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung meningkatnya kualitas lingkungan dimasyarakat2. Melakukan pemasangan poster ,spanduk dll disekitar perumahan yang kualitas lingkungan yang buruk.4. Gizi1.Pemantauan pertumbuhan balita (0 59 bulan)

Gambar 1.Bagan pemantauan pertumbuhan balita usia 0 59 bulan triwulan pertama tahun 2015

Gambar 2.Grafik pemantauan pertumbuhan balita usia 0 59 bulan triwulan pertama tahun 2015A.Deskripsi Pemantauan pertumbuhan balita usia 0 59 bulan pada triwulan pertama di puskesmas lepo-lepo tahun 2015 mengalami peningkatan setiap bulannya. Pada kelurahan lepo-lepo dari 525 balita usia 0 59 bulan, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemantauan pertumbuhan balita berjumlah 316 balita, 439 balita, dan 427 balita. Pada kelurahan Wundudopi dari 385 balita usia 0 59 bulan, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemantauan pertumbuhan balita berjumlah 224 balita, 309 balita, dan 317 balita. Pada kelurahan Baruga dari 820 balita usia 0 59 bulan, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemantauan pertumbuhan balita berjumlah 579 balita, 793 balita, dan 789 balita. Pada kelurahan Watubangga dari 560 balita usia 0 59 bulan, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemantauan pertumbuhan balita berjumlah 358 balita, 495 balita, dan 490 balita.B.Kegiatan lapangan1. Melakukan penimbangan berat badan balita di posyandu dan dalam gedung2. Melakukan pengukuran tinggi badan balita di posyandu dan dalam gedung 3. Melakukan penetuan status gizi balitaC.Masalah 1. Kurang pedulinya masyarakat terhadap pentingnya pertumbuhan dan perkembangan balita2. Kurangnya alat penimbangan berat badan modern di beberapa posyandu sehingga haisl pengukuran kurang akuratD.Pemecahan masalah1. Melakukan penyuluhan secara berkala tentang masalah pentingnya menmantau pertumbuhan dan perkembangan balita2. Pengadaan alat-alat yang menunjang kelancaran kegiatan penimbangan berat bdana balita.

2.Distribusi tablet Fe bumil

Gambar 3.Bagan pemberian tablet Fe triwulan pertama tahun 2015

Gambar 4.Grafik pemberian tablet Fe triwulan pertama tahun 2015

A.Deskripsi Pemberian Tablet Fe (I, II, III) pada triwulan pertama di puskesmas lepo-lepo tahun 2015 mengalami fluktuasi setiap bulannya. Pada kelurahan lepo-lepo dari 116 ibu hamil, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemberian tablet Fe berjumlah 36 orang, 25 orang, dan 17 orang. Pada kelurahan Wundudopi dari 85 ibu hamil, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemberian tablet Fe berjumlah 13 orang, 15 orang, dan 19 orang. Pada kelurahan Baruga dari 202 ibu hamil, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemberian tablet Fe berjumlah 59 orang, 37 orang, dan 44 orang. Pada kelurahan lepo-lepo dari 123 ibu hamil, pada bulan Januari sampai bulan Maret berturut-turut cakupan pencapaian pemberian tablet Fe berjumlah 28 orang, 41 orang, dan 20 orangB.Kegiatan lapangan1. Pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang datang sebanyak 30 butir.C.Masalah 1. Tidak ada5. P2M1. Pelacakan kasus penyakit menular

Kegiatan: Penjaringan kasus penyakit menular malaria dan campak Pemeriksaan kontak satu rumah pada pasien kusta Pemeriksaan kontak satu rumah pada pasien TB Pelacakan kasus malaria dan campak Melakukan penyuluhan penyakit menular di posyanduMasalah: Kurangnya kesadaran warga setempat tentang penyakit menular Edukasi pasien masih kurang Tidak ada media penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll)Pemecahan Masalah: Melakukan penyuluhan secara berkala dengan menggunakan sarana penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll) tentang penyakit menular.

2. Penanggulangan KLB/wabah

Kegiatan: Penjaringan kasus penyakit DBD Melakukan pengendalian vektor (Fogging) Melakukan pemeriksaan jentik dan pemberian bubuk abateMasalah: Kurangnya kesadaran warga setempat tentang penyakit DBD Edukasi pasien masih kurang Tidak ada media penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll)

Pemecahan Masalah: Melakukan penyuluhan secara berkala dengan menggunakan sarana penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll) tentang penyakit DBD. Melakukan koordinasi lintas sektor terhadap pemerintah setempat perihal pengendalian vektor (fogging).

3. Penanggulangan penyakit HIV/AIDS dan kesproKegiatan: Penyuluhan bahaya penyakit HIV/AIDS dan kespro di SMP dan SMA Mewujudkan akses terhadap penyakit HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkanMasalah: Kurangnya kesadaran siswa/siswi dan masyarakat setempat tentang penyakit HIV/AIDS Tidak ada media penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll)Pemecahan Masalah: Melakukan penyuluhan secara berkala dengan menggunakan sarana penyuluhan (flipchart, poster, brosur, leaflet, dll) tentang penyakit HIV/AIDS.6. Pengobatan KUNJUNGAN LANSIA PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2015

Gambar 1. Bagan kunjungan lansia puskesmas lepo-lepo tahun 2015

Gambar 2. Grafik kunjungan lansia puskesmas lepo-lepo tahun 2015E. Deskripsi Kunjungan lansia pada puskesmas lepo-lepo yang dilakukan pada tahun 2015 mengalami peningkatan setiap bulannya.Dilihat dari tabel dan grafik d