laporan ptk
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional sebagai alat komunikasi baik
lisan maupun tulis oleh manusia di seluruh dunia. Di negara kita Bahasa Inggris
merupakan Bahasa Kedua yang direkomendasikan sebagai mata pelajaran dalam
kurikulum di sekolah yang wajib dipelajari dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi. Namun walaupun para siswa sudah belajar bahasa Inggris dari Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi, kemampuan siswa berbahasa Inggris masih sangat
memprihatinkan. Ini disebabkan karena adanya beberapa faktor dan kendala yang
dihadapi, Baradja (1994) menyatakan bahwa sedikitnya ada 6 faktor yang sangat
menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua di negara kita dan bahasa Asing (foreign Language). Faktor-
faktor tersebut adalah tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi pembelajaran,
metode dan lingkungan
Faktor dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya
kemampuan kognitif, minat, sikap ataupun kreativitas dari siswa dalam belajar
bahasa Inggris yang mana siswa harus menguasai 4 ketrampilan/keahlian (skill)
yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantaranya faktor pengelolaan
pembelajaran, sarana prasarana, serta lingkungan atau iklim belajar di dalam kelas.
Faktor pengelolaan pembelajaran meliputi banyak faktor lagi didalamnya, misalnya
kemampuan (SDM) guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi
pendekatan, strategi, metode, teknik atau model pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai
bahasa asing keberhasilannya tidak sekadar bertumpu pada kurikulum, tetapi juga
kepada model dan metode pembelajarannya, selain faktor yang terpenting adalah
pengajarnya itu sendiri.
Jika dilakukan pengkajian terhadap proses pembelajaran bahasa Inggris di
kelas, selama ini pembelajaran dominan masih menggunakan paradigma lama atau
yang sering disebut teacher centered model (TCM) dimana guru sebagai peneliti
1
sepenuhnya memberikan pengetahuan kepada siswa. Lebih sering siswa diajarkan
dengan metode konvensional, yaitu metode ceramah, sehingga Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) menjadi monoton, membosankan dan kurang menarik perhatian
siswa. Hal ini yang menjadi pendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dan
ingin menemukan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
Untuk mengatasi kelemahan ini, pembelajaran bahasa Inggris hendaknya
juga mengikuti model pembelajaran bahasa asing lainnya yang pada umumnya
lebih maju berkembang daripada pembelajaran bahasa Inggris. Model terbaru yang
biasa digunakan dalam pembelajaran adalah Student Centered Model (SCM)
Dalam SCM guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator. Khusus
untuk mata pelajaran bahasa asing, tip yang diberikan oleh Prof. Dr. Roy Sembel
dan Sandra Sembel dengan judul “Cara Cerdas Belajar Bahasa Asing”, sepatutnya
dijadikan acuan oleh guru bahasa. Menurutnya, bahasa bukan sekadar ilmu
pengetahuan, tetapi lebih cenderung pada keterampilan.
Bahasa Inggris sebagai sarana berkomunikasi lebih bersifat keterampilan
daripada ilmu pengetahuan. Untuk itu, belajar bahasa Inggris dengan cara pandang
seperti ini adalah belajar sebuah keterampilan. Belajar sebuah keterampilan
memerlukan latihan fisik yang intensif dan benar. Seperti juga belajar piano,
menyetir mobil, ataupun belajar karate, belajar bahasa juga memerlukan latihan
yang rutin yang melibatkan aktivitas fisik. Untuk hasil yang efektif, latihan ini
perlu dilakukan setiap hari. Latihan ini meliputi latihan pengucapan, latihan
mendengar, latihan membaca, serta latihan menulis dengan menggunakan bahasa
sasaran.
Menurut riset di bidang neurolinguistik belajar bahasa perlu dilakukan
dengan urutan yang benar, yaitu dari mendengar, berbicara, membaca, lalu menulis.
Pastikan agar para murid mendapat input lisan dulu sebelum mereka melihat
bagaimana kata-kata atau kalimat tersebut dituliskan. Jika mereka mendengar
sambil melihat tulisannya, pengucapan mereka dalam bahasa Inggris tersebut akan
cenderung terpengaruh dengan pola kebiasaan kita membaca kata-kata yang
tertulis. Jadi, sebelum mereka melihat bagaimana bahasa Inggris itu ditulis,
mulailah dengan mendengarkan bagaimana bahasa tersebut diucapkan. Gunakan
berbagai alat bantu untuk membantu mereka memahami apa yang mereka dengar,
2
misalnya kaitkan apa yang mereka dengar dengan gambar yang ada, atau bahasa
tubuh dari si pembicara. Lalu, mintalah para murid menirukan tiap kalimat yang
diucapkan. Setelah mereka bisa memahami input lisan, mereka perlu mencobanya
sendiri untuk mengucapkannya. Selanjutnya, mereka boleh membaca/melihat
bagaimana input tersebut dituliskan. Dan terakhir, mereka bisa mulai
mempraktikkan bagaimana menuliskan input tersebut.
Namun pada kenyataannya walaupun kita sebagai guru sudah melaksanakan
cara mengajar ke 4 ketrampilan bahasa dengan urutan yang benar tapi siswa tetap
saja mengalami kesulitan dan kendala terutama pada ketrampilan menulis. Inilah
yang menjadi problema atau masalah yang penulis hadapi ketika mengajar di kelas
IX ruang 1 MTs Negeri Sampit. Selama satu semester di semester ganjil mengajar
bagaimana menulis teks pada materi narative text baik dengan menulis kembali
ceritanya dengan menggunakan kata-kata sendiri atau siswa tinggal melanjutkan
saja tulisan yang sudah ditulis oleh guru satu paragraph pertama lalu siswa
melanjutkan paragrap berikutnya dengan diberikan batas waktu tertentu, hasilnya
tidak memuaskan bahkan hanya sekitar 7 dari 43 siswa yang bisa
menyelesaikannya itupun tidak menghasikan tulisan yang bagus juga. Lalu penulis
mencoba menganalisa apa yang menjadi penyebabnya dari hasil tulisan siswa dan
dengan melakukan tanya jawab dengan siswa apa kesulitan atau kendala yang
dihadapi dengan ketrampilan menulis. Beberapa siswa menjawab kurangnya kosa
kata, sulitnya memilih kata-kata, merangkai kalimat, sulit
mencurahkan/menuangkan gagasan dan ide-ide, tidak paham struktur kalimatnya
dan lain-lain. Itulah masalah yang siswa hadapi ketika mereka disuruh untuk
menulis sebuah teks. Seperti yang disampaikan oleh Karyawanto et al (2003 : 1)
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa untuk menulis yaitu 1)
kurangnya penguasaan struktur kalimat, 2) kurangnya pengetahuan tanda baca
(punctuation), 3) kurangnya motivasi 4) metodologi pengajaran dan 5) media
pembelajaran.
a. Fakta di atas yang membuat peneliti untuk mencari jawaban dan
solusinya. Pertama dicoba menerapkan metode belajar dengan menggunakan media
gambar Gambar tersebut adalah satu gambar wanita yang bernama Rapunsel. Siswa
disuruh untuk menulis cerita berdasarkan gambar tersebut. Namun setelah siswa
selesai menulis dan peneliti mengoreksi hasil kerja siswa, hasilnya masih sangat
3
jauh dari tujuan yang hendak dicapai. Setelah dianalisa selain faktor-faktor yang
disampaikan oleh Karyawanto, kendala dan kesulitan yang dihadapi siswa adalah
kurangnya kosa kata yang dimiliki dan media gambar yang hanya satu gambar saja
akan membuat siswa kesulitan untuk merangkai cerita dan meneruskan satu cerita
ke cerita berikutnya. Kemudian peneliti masih terus penasaran dan mencoba untuk
mencari model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam ketrampilan menulis
sehingga siswa bisa dengan mudah mengkomposisikan kalimat, mengekspresikan
ide – ide atau gagasan dan merangkai kata-kata/kalimat dalam sebuah tulisan.
Selain itu peneliti ingin menciptakan suatu kegiatan pembelajaran di dalam kelas
dengan situasi yang menyenangkan, siswa aktif, kreatif, dan siswa bisa bekerja
dalam kelompok maupun mengerjakan tugas secara individu tanpa mengalami
kesulitan. Untuk itu peneliti ingin mengatasi masalah yang terjadi dengan
menerapkan dan menggunakan model pembelajaran picture and picture (gambar
berseri) dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis teks berbentuk narative pada siswa kelas IX ruang 1 MTs Negeri Sampit.
Dipilihnya model pembelajaran picture and picture ini karena model pembelajaran
ini merupakan suatu metode pembelajaran bahasa Inggris yang efektif dan menarik
perhatian siswa untuk belajar menulis dengan menggunakan media gambar berseri
yang berkaitan satu sama lain sehingga siswa dengan mengamati gambar-ganbar
berseri tersebut akan dengan mudah menuangkan ide-ide, merangkai
kata-kata/kalimat untuk menghubungkan satu cerita ke cerita berikutnya dalam
sebuah tulisan yang berbentuk narative text. Selain itu guru akan bisa mengetahui
kemampuan siswa dan melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis Adapun
pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut (1) Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai (2) Menyajikan materi sebagai pengantar (3) guru
menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
dan memberikan contoh atau model (4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
(5)Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut dan yang dari
alasan/urutan gambar tersebut (6) Guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, (7) Kegiatan terakhir adalah
memberikan tugas individu siswa untuk menulis teks atau cerita dengan
menggunakan kata-kata sendiri yang sesuai dengan urutan gambar berseri yang
4
sudah diberikan dan sesuai dengan langkah retorika teks narative. Namun
sebelumnya guru memberi atau menunjukkan contoh/model cara menulis teks
berdasarkan urutan gambar berseri (picture and Picture)
Kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris pada ketrampilan menulis melalui
model pembelajaran picture and picture ini lebih efektif, bervariatif, lebih
bermakna, menantang sekaligus menyenangkan dan dapat memotivasi siswa.
Diharapkan melalui model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis teks berbentuk naratif. Dengan demikian dalam penelitian ini
dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan
Kemampuan Menulis teks Narative melalui Model Pembelajaran “Picture and
Picture” pada siswa kelas IX ruang 1 MTs Negeri Sampit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, permasalahan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah upaya meningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks
berbentuk narative melalui model pembelajaran picture and picture”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar balakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melatih siswa memahami sebuah teks berbentuk naratif melalui media
gambar berseri (model pembelajaran picture and picture) dengan tujuan siswa
mampu menulis cerita itu berdasarkan gambar tersebut dengan menggunakan
kata-kata sendiri tanpa mengubah arti dan jalan cerita serta tidak mengabaikan
langkah retorika teks narative.
2. Melatih dan mendidik siswa untuk bekerja secara berkelompok, berkolaborasi, ,
aktif, kreatif, berpikir logis dan sistematis.
3. Menyiapkan strategi daripada memberi Informasi
4. Mengelola kelas untuk menemukan sesuatu yang baru
5. Untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative
melalui model pembelajaran “picture and picture” khususnya siswa kelas IX
ruang 1 MTs Negeri Sampit.
5
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis :
a. Mendapatkan model pembelajaran yang baru dalam meningkatkan
kemampuan iswa menulis teks berbentuk narative melalui model
pembelajaran picture and picture
b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis :
a. Manfaat bagi siswa
1) Siswa dapat lebih mudah memahami teks dengan menggunakan media
gambar berseri (picture and Picture) sebagai model pembelajaran.
2) Memperkenalkan model pembelajaran baru yang lebih efektif dan
menarik sehingga siswa lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran
b. Manfaat bagi guru
1) Meningkatkan profesionalisme guru, dan memotivasi guru untuk
berinovasi dalam mengembangkan strategi, metode atau model
pembelajaran, dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke
pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui penelitian-penelitian
ilmiah.
2) Membantu guru dalam menyusun program pembelajaran yang lebih
terpadu dengan model pembelajaran yang lebih dinamis, menyenangkan,
dan bermakna.
3) Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dinamis,
menyenangkan, menarik dan mudah mengontrol perilaku belajar siswa,
karena siswa belajar secara berkelompok sebagai sebuah masyarakat
belajar.
c. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini memberikan wawasan dan perbaikan serta
peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris yang sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan peningkatan kompetensi
guru-guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar pada Madrasyah
Tsanawiyah Negeri Sampit
6
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari misinterpretasi/salah penafsiran oleh pembaca mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti dibawah ini peneliti ingin menjelaskan tentang
1. Menulis
Menulis adalah merupakan salah satu jenis ketrampilan berbahasa dari ke 4
ketrampilan dalam bahasa Inggris. Menulis sebagai alat komunikasi dengan cara
mengungkapkan, mencurahkan dan menuangkan ide-ide, gagasan atau pendapat
ke dalam bahasa melalui tulisan di atas kertas.
2. Teks Narative
Teks narative adalah salah satu jenis teks yang menceritakan tentang sebuah
cerita yang imajinatif atau khayalan belaka. Adapun jenis-jenis cerita yang
termasuk dalam teks narative adalah legenda, fabel, mitos, cerita rakyat dan
lain-lain. Sedangkan fungsinya adalah untuk menghibur pembaca dan
pendengar.
3. Picture and picture (Gambar berseri)
Adalah suatu gambar yang terdiri dari beberapa gambar berseri konkrit yang
menunjukkan suatu kegiatan dan saling berkaitan atau berkesinambuangan
bsatu sama lain. Untuk menjadikan gambar-gambar tersebut mempunyai sebuah
makna perlu dilakukan proses penggabungan dengan cara mengurutkan gambar
yang satu dengan yang lain, mengkaitkan, dan merangkai melalui sebuah
tulisan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Menulis
Kegiatan munulis merupakan suatu ketrampilan dalam
mengungkapkan makna atau mencurahkan gagasan, ide atau pendapat yang
dituangkan dalam bentuk tulisan dan menghasilkan sebuah teks. Seperti yang
disampaikan oleh Samsudin (Hasani, 2005: 1) menulis adalah aktivitas
seseorang dalam menuangkan ide-ide pikiran dan perasaan secara logis dan
sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh
para pembaca.
Menurut Hasani (2005 : 2) menulis merupakan ketrampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan expresive, sehingga penulis harus
mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur
bahasa dan kosa kata dengan tepat. Pendapat ini diperkuat oleh Sokolik (2003)
dalam Linse and Nunan (2006), menulis adalah kombinasi antara proses dan
produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta
tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari
kegiatan yang dilakukan oleh penulis.
Sedangkan Karyawanto et al (2003) memberikan pengertian menulis
(writing) adalah sebagai salah satu keahlian/ketrampilan bahasa yang harus
dikuasai oleh para pembelajar jika mereka ingin berhasil dalam pembelajaran
bahasa Inggris
Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu
menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu
gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan,
misalnya kemampuan memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan
unsur-unsur bahasa, kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk
karangan, dan juga pemilihan gaya bahasa yang tepat.
Ada 4 jenis tulisan menurut Gillie, Susan, dan Mumford (1996), yaitu
deskripsi, narasi, ekposisi dan persuasi. Deskripsi adalah penulisan dengan
8
penggambaran obyek dengan memanfaatkan lima panca indera, yaitu
penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa. Fokus penulisan
tergantung pada hal panca indera mana, umur pembaca dan emosi pembaca yang
akan ditunjukkan kepada pembaca. Narasi adalah bercerita. Penulisan ini
digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan, melestarikan sejarah dan juga
untuk menghibur pembaca. Sedangkan eksposisi adalah penulisan untuk untuk
menjelaskan suatu proses atau ide-ide. Dalam penulisan ini dibutuhkan hal yang
rinci tentang suatu proses ataupun penjelasan dari suatu definisi. Jenis tulisan
yang keempat adalah persuasi. Jenis tulisan ini berisi untuk membujuk seseorang
untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses menulis, penekanan terletak pada keseimbangan antara
proses dan produk. Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas siswa
diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Joy M. Reid (1988)
mengemukakan bahwa kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus
melalui beberapa tahap yaitu tahap pra penulisan, tahap penulisan, tahap
perbaikan, dan tahap editing. Tahap pra penulisan adalah tahap berpikir sebelum
menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami alasan menulis, pemilihan
subyek yang diminati, memperdalam subyek sehingga mendekati hal yang
benar-benar diinginkan Setelah memperdalam subyek, penulis mengumpulkan
ide-ide. Satu hal dalam tahap ini adalah perlu dipertimbangkannya calon
pembaca yang akan membaca tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu
konsep yang penting untuk dapat memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti.
Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami untuk
siswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua atau bahkan tulisan
tersebut adalah untuk ilmuwan. Dengan memahami calon pembacanya, penulis
akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga
pembacanya akan mudah memahaminya.
Tahap yang kedua adalah tahap penulisan dimana penulis mulai untuk
mengorganisasi semua ide-ide yang ada kedalam kesatuan tulisan yang saling
berkaitan. Ada tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu memulai dan
mengakhiri tulisan dengan jelas, menuliskan suatu pernyataan atau suatu
pendapat dengan jelas, dan menuliskan kalimat-kalimat dengan lancar dimana
unsur koherensi dan kohesi antar paragraf harus diperhatikan. Dengan
9
melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan akan dapat
menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya. Tulisan yang berkualitas juga
memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola pendahuluan, isi, dan
kesimpulan. Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk
mau membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada
pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk
bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin
disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik
tulisan tersebut. Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah kesimpulan. Bagian ini
adalah menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi
dengan tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga
berisi tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh
penulis. Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek
kembali tulisannya.
Tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Pada tahap ini seorang penulis
dapat memberikan tambahan-tambahan berupa ide dan hal-hal yang spesifik.
Selain itu, penulis dapat menggunakan fakta-fakta, gambaran fisik, dan
pengalaman yang dapat meningkatkan ide pokok. Disinilah penulis
berkesempatan untuk berpikir bagaimana membuat tulisannya lebih menarik
pembaca untuk membaca. Di dalam tahap ini pula, penulis dapat mengecek
ulang apakah sudah tercapai tujuan dari suatu tulisan yang akan disampaikan
oleh pembaca dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan
ini, seorang penulis dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya
atau teman. Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena
teman sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca
dari tulisan tersebut. Meskipun demikian bukan berarti semua masukan atau
saran dari teman tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan bagi
sempurnanya suatu tulisan.
Untuk tahap yang terakhir dari suatu tahap penulisan yaitu tahap
keempat yang disebut dengan tahap editing, seorang penulis dapat membaca
kembali, mengubah dan memperkuat tulisannya dengan mempertimbangkan
kebutuhan dari calon pembacanya dan mempertimbangkan tujuan dari penulisan
tersebut. Selain dua pertimbangan diatas, penulis juga dapat mengecek tata
10
bahasa dengan mengurangi kesalahan tata bahasa, kosa kata maupun kesalahan
susunan kalimat.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa untuk
menulis seperti yang disampaikan oleh Karyawanto et al (2003 : 1) bahwa
faktor-faktor atau kendala yang dihadapi siswa dalam menulis adalah 1)
kurangnya penguasaan struktur kalimat, 2) kurangnya pengetahuan tanda baca
(punctuation), 3) kurangnya motivasi 4) metodologi pengajaran dan 5) media
pembelajaran.
Selain faktor di atas siswa sering beranggapan bahwa menulis dalam
bahasa Inggris itu sulit. Kesulitan itu disebabkan oleh ketiadaktahuan tentang 1)
persoalan yang akan ditulis, 2) tujuan yang akan dicapai dalam tulisan, 3) cara
mengungkapkan gagasan, 4) penggunaan bentuk tata bahasa yang dituntut oleh
tulisan itu, dan 5) kosa kata yang seharusnya digunakan (Tri Wiratno 2003 : 3)
Sesungguhnya kendala diatas bisa diatasi karena siswa dapat menulis
dengan kemampuan terbatas sekalipun, asalkan ia mengetahui tujuannya dan
menyampaikan tujuan itu dengan ciri-ciri kebahasaan yang dikehendaki. Tujuan
itu tidak lain adalah fungsi sosial teks yang dimaksud. Sementara itu kesulitan di
bidang kosa kata dapat diatasi dengan bantuan kamus atau dengan media gambar
berseri yang jelas dan tepat.
2. Narative Text.
Jenis tulisan yang menjadi acuan penulis dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah teks Naratif. Teks Naratif adalah salah satu jenis teks (genre) dalam
bahasa Inggris yang menceritakan sesuatu yang fiktif/imajinatif (hayalan
belaka) atau non fiktif(nyata)(Depdiknas : 2009). Pengertian naratif pada
dasarnya sama dengan narasi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Gorys Keraf
(1989: 135-136) memberikan pendapatnya tentang pengertian narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa
itu. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam narasi adalah perbuatan atau
tindakan dan waktu kejadian (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah yang
nantinya menjadi pembeda antara teks narasi dengan jenis teks yang lain.
Pendapat diatas diperkuat Sujanto, J. Ch (1988: 111) mengemukakan bahwa
narasi adalah paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk
11
menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa yang berkembang
melalui waktu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teks naratif
adalah suatu teks yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan waktu dan
alur cerita secara logis dan sistematis.
Adapun Tujuan dari teks berbentuk naratif ini adalah untuk menghibur
pendengar atau pembaca dengan pengalaman nyata atau khayal.
Dalam memulai menulis teks berbentuk naratif, terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca dan menetapkan tujuan
dari penulisan tersebut. Penetapan calon pembaca sangat penting untuk
menetapkan pola bahasa yang akan digunakan dalam menulis. Menulis teks
naratif untuk anak-anak akan sangat berbeda dengan menulis teks naratif untuk
remaja. Demikian juga menulis teks naratif untuk orang dewasa umum akan
berbeda dengan menulis naratif untuk kalangan ilmuwan. Penetapan tujuan juga
sangat penting sebelum menulis teks berbentuk naratif yaitu apakah tulisan
tersebut mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau
mempunyai tujuan untuk menceritakan sejarah, legenda, fabel, myth ataupun
folktale yang kesemuanya itu bertujuan untuk menghibur pembaca dan penulis.
Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam menulis teks
berbentuk naratif sehingga akan menghasilkan tulisan yang berkualitas.
Untuk menghasilkan tulisan naratif yang berkualitas dan menarik,
menulis teks naratif adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan
dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadian itu terjadi. Ada hal-hal penting
dalam penulisan teks berbentuk naratif yaitu latar belakang, masalah, puncak
masalah, dan penyelesaian, dan akhir dari cerita. Latar belakang(Orientation)
adalah hal-hal yang mendasari penulisan teks naratif yaitu pengenalan latar
seperti: tokoh/karakter, tempat, dan waktu. Latar belakang ini akan memudahkan
pembaca dalam mengikuti alur cerita. Kemudian terdapat masalah/konflik
(complication) yang akan diselesaikan di akhir cerita. Masalah ini akan
memuncak dan penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga. Puncak
masalah ini kemudian diikuti oleh penyelesaian masalah(resolution), terkadang
dalam cerita terkandung pesan moral/koda yang memunculkan perubahkan yang
terjadi pada tokoh atau pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut.
Selanjutnya cerita berakhir (Reorientation).
12
Dalam menulis teks berbentuk naratif perlu diperhatikan ciri-ciri
kebahasaannya seperti;
a. Menggunakan action verbs dalam past tense
b. Biasanya dimulai dengan adverb of time seperti long time ago, once upon a
time, in a faraway land
c. Menggunakan time connectives dan conjunctions untuk mengurutkan
kejadian mis: then, before that, after that dsb.
d. Biasanya diikuti adverbs dan adverbial phrases untuk menunjukkan lokasi
kejadian atau peristiwa, mis: here, in the mountain, happily ever after,dsb.
e. Menggunakan saying verbs yang menandai ucapan seperti: said, told, dan
thinking verbs yang menandai pikiran, perasaan tokoh mis: thought, felt, dan
sebagainya.
3. Model Pembelajaran Picture and Picture
a. Pengertian
Model Pembelajaran adalah sesuatu yang melihat pembelajaran sebagai
suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri siswa
Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
media gambar berseri. Jadi model pembelajaran picture and picture adalah suatu
desain pembelajaran yang pelaksanaan proses belajar mengajar dengan
menggunakan media gambar berseri untuk menciptakan suasana atau situasi
lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan yang lebih baik pada diri siswa dari sebelumnya terhadap materi
yang disampaikan dan tercapailah kompetensi/tujuan yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran picture and picture ini
adalah dengan cara memasang atau mengurutkan gambar berseri acak
berdasarkan teks/cerita secara logis dan sistematis kemudian siswa menulis
kembali jalan ceritanya dengan menggunakan kata-kata sendiri. Penggunaan
media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam
keterampilan menulis. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi
kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk
tulisan. Penjelasan di atas penulis bisa tegaskan dan simpulkan bahwa model
13
pembelajaran picture and picture pada dasarnya adalah model pembelajaran
yang metode belajarnya dengan menggunakan media gambar berseri.
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim
(1997 : 63), mengemukakan pendapatnya bahwa “Penggunaan media gambar
untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi
tulisan-tulisan”, juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Menulis
melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi
siswa”. Sedangkan Bonomo (1973) menyatakan bahwa setiap ruang kelas harus
memiliki file gambar-gambar yang dapat digunakan untuk memberikan
ketrampilan berbahasa asing yang menarik dan bermakna. File tersebut harus
mengandung tiga jenis gambar: (1) gambar individu seseorang atau satu objek,
(2) gambar situasi orang sedang melakukan sesuatu dengan satu objek dimana
hubungan antara orang atau subjek dapat dilihat, (3) gambar-gambar berseri
dalam satu bagan. Demikian juga Soelarko (1980 : 3 ) mengemukakan
pendapatnya bahwa gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan
pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap
lingkungan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kenapa harus menggunakan
media gambar dalam pembelajaran bahasa Inggris karena media yang paling
sering digunakan dan paling unum dipakai oleh guru bahasa Inggris adalah
gambar. Hal ini disebabkan karena gambar (picture) cukup efektif untuk
menarik perhatian siswa. Seperti yang disampaikan oleh Sadiman (1996 : 29 )
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan
bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja. Hal ini
dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar
dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan
menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
gambar yang digunakan juga harus dipilih dengan selektif seperti yang
disampaikan oleh Sulaeiman (1985), gambar yang digunakan harus jelas,
menarik, mudah dipahami dan cukup besar sehingga bisa dilihat oleh siswa yang
duduk paling belakang. Hal ini penting sebab bila gambar yang digunakan
sebagai media pembelajaran tidak mewakili apa yang kita inginkan atau yang
kita maksud, maka siswa mungkin bingung dan tidak bisa menangkap pesan
14
yang disampaikan. Apalagi jika gambar yang digunakan tidak menarik, maka
siswa tidak akan memperhatikan materi yang disampaikan.
Selain itu guru dapat menyampaikan pelajaran dengan menggunakan
media gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu
siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media
gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas. Gambar berseri
merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang
diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu
dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang menunjukkan
situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-
situasi tertentu, sedangkan antara gambar satu dengan lainnya tidak
menunjukkan kesinambungan (Ella FaridaTizen,2008)
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan pengertian media
gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang
berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga
antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan
membentuk satu kesatuan. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat
dan efektif untuk membantu siswa dalam keterampilan menulis. Dengan melihat
gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian
dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
b. Ciri-ciri Gambar Yang Baik Sebagai Media Pembelajaran
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran
adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al
(1991 : 219), yaitu :
1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
3. Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek-
obyek dalam gambar.
4. Berani dan dinamis.
5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
15
c. Peranan gambar sebagai media pembelajaran
Menurut Sudirman et- al (1991 : 220) pernanan gambar sebagai media
pembelajaran yaitu :
1. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa
dalam belajar.
2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.
3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)
4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang
lain.
d. Karakteristik Media Gambar
Menurut Rahadi ( 2003 : 27-28) media gambar memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1). Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek atau peristiwa seperti
jika siswa melihat langsung
2). Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok
dalam gambar tersebut
3). Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran
yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.
4). Memadukan antara keindahan dengan kesesuiannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4). Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media
yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut
seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Manfaat manfaat Media Gambar dalam pembelajaran
Adapun manfaat dari pengajaran dengan media ini menurut Davis (1997)
adalah pendidik dapat mengembangkan keinginan dalam belajar bahasa siswa
melalui gambar berseri, memudahkan peserta didik dalam belajar bahasa,
memberikan kebermaknaan belajar dengan media autentik dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat memberikan keberagaman dalam belajar bahasa dan
unsur-unsur bahasa
f. Kelebihan Media Gambar :
Menurut Sadiman (1996: 31 ) ada beberapa kelebihan dalam menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran diantaranya (1) Sifatnya konkrit dan
16
lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan
bahasa verbal. (2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) Dapat
mengatasi keterbatasan pengamatan kita (4) Memperjelas masalah bidang
apa saja (5) Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.
g. Kelemahan Media Gambar :
Rahadi (2003 :27) mengemukakan bahwa ada beberapa kelemahan dalam
menggunakan media gambar dalam pembelajaran (1) Hanya menampilkan
persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok
siswa, (2) Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif, (3)
Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif
dalam pembelajaran.
h. Bagaimana siswa belajar melalui gambar
Menurut Sudjana (2001 :12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-
gambar adalah sebagai berikut: :
a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan
berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.
b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat
belajar siswa secara efektif.
c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam
penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.
d. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1
halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para
siswa menjadi efektif.
f. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak
bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling
penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan
gambar.
Dengan demikian media gambar merupakan salah satu media
pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara
jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata ke dalam sebuah tulisan.
Respon siswa terhadap penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran
sangat positif. Ketika guru menggunakan gambar siswa sangat tertarik dengan
17
pelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan di dalam kelas di mana semua
siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru melalui gambar tersebut.
Ketika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan gambar
tersebut mereka menjawabnya dengan antusias. Mereka saling berlomba untuk
menjawab.
Dalam penelitian ini dipilih media gambar-gambar berseri dalam satu bagan
yang saling berkaitan satu sama lain sebagai model pembelajaran picture and
picture untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative.
Model Pembelajaran picture and picture ini mempunyai langkah -
langkah sebagai berikut:
b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
c. Menyajikan materi sebagai pengantar
d. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi
e. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
f. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
g. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
h. Kesimpulan/rangkuman.
Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran picture and picture
Fase-Fase Tingkah Laku
1. 1. Menyampaikan
kompetensi /tujuan dan
memotivasi siswa;
2. 2. Menyajikan materi;
3. 3. Mengorganisasikan siswa ke
a. - Guru menyampaikan kompetensi
/tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa selama belajar.
b. - Guru menyajikan materi kepada
c. siswa dengan menjelaskan secara
d. Detail
e. - Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
18
4. dalam kelompok-kelompok
5. belajar;
6. 4. Memperlihatkan gambar
7.
8. 5. Membimbing kelompok bekerja
9. dan belajar;
6. Meminta siswa untuk
memasang/mengurutkan gambar
7. Menanyakan dasar pemikiran
urutan gambar
8. Memulai menanamkan konsep /
materi
9. Evaluasi;
10. Memberikan penghargaan.
11. Menyimpulkan
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
f. - Guru menunjukkan gambar
yangberkaitan dengan materi.
g. - Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
a. - Guru menyuruh siswa dalam
kelompok untuk memasang dan
mengurutkan gambar – gambar menjadi
urutan yang logis secara bergantian.
- Guru menanyakan kepada siswa
dalam kelompok tentang alasan/dasar
pemikiran urutan gambar – gambar
tersebut.
c. - Guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai Dari
alasan/urutan gambar tersebut
d. - Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
e. - Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
f. - Guru mengakhiri pembelajaran
g. dengan menyimpulkan materi
Pengajaran menulis dengan model pembelajaran picture and picture
(gambar berseri) merupakan alternatif pembelajaran yang sangat menarik dan
sangat mendidik bagi peserta didik. Hal ini dikemukakan oleh Davis (1997)
19
bahwa gambar berseri sangat mendidik siswa dan akan mengarahkan mereka
menuju perkembangan mental. Hal ini berhubungan dengan daya imaginasi dan
kreatifitas siswa dalam menulis suatu cerita. Demikian juga dalam pengajaran.
Gambar berseri akan merefleksikan bahasa dan budaya dari cerita yang
disampaikan. Selain itu, melalui pengajaran dengan gambar berseri suatu cerita
akan menjadi kaya dengan isi dan pengembangan karakter peserta didik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Selama ini peneliti belum pernah menemukan teman guru yang sudah
melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture. Jadi peneliti tidak bisa mengkaji atau membandingkan dengan hasil
penelitian lain yang relevan. Peneliti mencoba sendiri untuk mengadakan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran ini.
C. Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran picture and picture ini dapat menjadikan
siswa lebih banyak belajar dengan media gambar, melalui interaksi dengan teman-
temannya, berpikir logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture
ini dapat meletakkan tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri
siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara
positif.
Dengan mempertimbangkan teori yang melandasi dan didukung metode
belajar yang sesuai, maka sangatlah tepat model pembelajaran picture and picture
ini dipilih untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks
narative terhadap mata pelajaran bahasa Inggris.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah Melalui model pembelajaran “picture and
picture” dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk
narative pada siswa kelas IX R1 MTs Negeri Sampit
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasyah Tsanawiyah Negeri Sampit
dengan Nomor Statistik Sekolah 21.1.15.02.01. 001 yang beralamat di Jalan Pelita
Barat No. 2 Sampit Telp. (0531) 21833, Kelurahan Mentawa Baru Hilir,
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi
Kalimantan Tengah. Madrasyah ini beridiri pada tahun 1978. Letaknya sangat
strategis, ada di tengah-tengah kota, sehingga mudah dijangkau. Jumlah guru
seluruhnya 41 orang dan didukung oleh staf dan pegawai sebanyak 7 orang.
Adapun fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ini yang dapat menunjang
kualitas proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah Laboratorium bahasa, fasilitas
internet dan komputer serta perpustakaan. Internet dapat diakses dari
perpustakaan dan dari lab depan computer sekolah. Dengan demikian siswa dapat
mencari tambahan materi pembelajaran melului internet yang ada di perpustakaan.
Di perpustakaan juga terdapat berbagai buku, jurnal ilmiah dan majalah yang
dapat menambah wawasan siswa dalam belajar bsahasa Inggris. Sedangkan
melalui internet siswa dapat mengakses materi yang diperlukan untuk menambah
pengetahuan pada pelajaran bahasa Inggris. Adapun fasilitas yang lain yang
mendukung seluruh kegiatan belajar mengajar di MTs Negeri Sampit adalah
sebagai berikut : 18 ruang kelas , 1 lab IPA, 1 ruang kesenian, 1 ruang serbaguna,
1 ruang UKS, , 1 ruang ganti, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang dewan guru, 1
ruang tata usaha, 1 ruang OSIS, 2 WC guru dan TU, 11 WC siswa, 1 ruang
satpam, 1 mushola, 1 gudang, 1 kantin kejujuran dan 7 kantin sekolah.
Madrasyah memiliki Visi, Misi, Dan Tujuan Sekolah sebagai berikut :
Visi :
Unggul dalam prestasi, akhlak mulia dan asri
Misi:
1. Mewujudkan pengembangan imtaq dan iptek.
21
2. Mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai potensi yang dimiliki.
3. Menjadikan semangat keunggulan sebagai sebuah tradisi kepada seluruh
warga madrasah.
4. Menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai dan berbudi pekerti
luhur.
5. Mewujudkan lingkungan yang aman dan asri.
Tujuan Sekolah
1. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan
bakat peserta didik.
3. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik.
4. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang
mandiri dan berguna.
5. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut.
Ciri khas MTs Negeri Sampit adalah :
1. Memiliki budaya disiplin yang tinggi baik guru, tata usaha maupun siswa
2. Menjunjung tinggi nilai-nilai Imtaq dalam pengembangan pribadi yang Islami
Hasil Prestasi Sekolah
MTs Negeri Sampit juga tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain di
Kabupaten. Madrasyah ini memiliki segudang prestasi baik di tingkat kecamatan,
kabupaten, propinsi maupun di tingkat nasional yang mencakup bidang lomba
ilmu pengetahuan, keagamaan, seni dan budaya, lingkungan yang hijau, bersih
dan sehat, karya ilmiah siswa dan lain-lain.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap tahun pelajaran
2009/2010, selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan April
2010. Dipilihnya waktu itu karena permasalahan yang ditemui mulai dari awal
tahun pelajaran yaitu pada bulan Juli sampai bulan Desember di kelas tersebut,
sehingga jika keadaan ini ditangani dengan serius, maka tujuan pembelajaran
tidak akan dapat tercapai sesuai rencana. Berikut ini adalah tabel jadwal
persiapan penelitian dan Pelaksanaan PTK.
22
Tabel 2. Jadwal Persiapan Penelitian
No. Waktu Kegiatan Tempat
1. Minggu Pertama
tanggal 1 s/d 4 Januari 2010
Penyusunan Silabus dan
Pembuatan RPP
Sampit
2. Minggu kedua
Tanggal 11 – 16 Januari
2010
Penyusunan Bahan Ajar
Pembuatan Media
pembelajaran
Sampit
3 Minggu Ketiga
Tanggal 18 s/d 23 Januari
2010
Penyusunan lembar
Kuesioner/angket untuk siswa,
Pembuatan lembar observasi
untuk guru dan siswa,
Pembuatan format penilaian
proses untuk siswa oleh guru,
Pembuatan soal pre/post test
dan lembar evaluasi (soal
siklus 1 dan 2)
Pembuatan Daftar hadir siswa
Sampit
4 Minggu keempat
Tanggal 26 s/d 30 2010
Penyusunan Proposal Sampit
5 Minggu Pertama
Tanggal 6 Mei 2010
Seminar Hasil Laporan PTK Sampit
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX Ruang 1
MTs Negeri Sampit, yang terdiri dari 43 siswa, 23 orang perempuan dan 20 laki-
laki. Siswa-siswa ini memiliki kemampuan dan karakter yang hiterogen serta latar
belakang ekonomi keluarga yang tidak sama pula. Adapun subyek penelitiannya
sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar Nama Siswa Kelas IX R1 MTs Negeri Sampit
No Nama Siswa JK
1 Afif Nurfiqqi AB L
2 Agustina Anggraini P
23
3 Ahmad Nur Hanafis L
4 Alma Ahdina P
5 Ana Muslimah P
6 Ayu Oktavia Sari P
7 Ayu Sundawati P
8 David L
9 Dwi Cahyo Bayu Putro L
10 Dwi Prihatin P
11 Egi Ramadhalita P
12 Erny Yuniarti P
13 Fadia Aqilla Hayya Al B. P
14 Haidianor Ridwan L
15 Hairul Arifin L
16 Hamdan Ilahi L
17 Ibnu Satria L
18 Ibnu Yustia Ramadhan L
19 Ikhsanul Muadibs L
20 Isnaniah P
21 Jumiati P
22 Letiysia P
23 Luthfia Noorannisa P
24 Marpuah P
25 Miftahul Jannah P
26 Miftahu Rahman Taufik L
27 Muhammad Nurzain L
28 Mulya Ningsih P
29 Novia Indri Yanti Y. P
30 Nur Rahman Alhamidi L
31 Rahmadiannor L
32 Rahmatullah L
33 Raudhatul Annisa P
34 Ricky Apriadi L
35 Rian Enu Abdi Saputro L
36 Risky Hasmiansyah L
37 Saiful Effendi L
38 Satria Wijaya L
39 Sella Sugianti P
40 Sepnita Wulandari P
41 Sri Rahayu P
42 Wiwik Krisnawati P
43 Yana Utami P
C. Sumber Data
24
Sumber data untuk penelitian tindakan kelas ini diambil dari siswa secara
langsung. Sedangkan data yang bersumber secara tidak langsung adalah data yang
didapat dari hasil wawancara dengan guru lain tentang pendapat mereka terhadap
kemampuan siswa di kelas ini. Data pendukung lain yang didapat secara tidak
langsung adalah data tentang keberadaan kemampuan dan latar belakang ekonomi
siswa yang mungkin dapat mempengaruhi dan dapat digunakan sebagai data
penunjang.
Sedangkan jenis data yang didapatkan yaitu data kuantitif dan data kualitataf.
Data kuantitatif adalah data hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa yang
didapat dari pemberian tes yang berupa skor kompetensi siswa pada aspek
kognitifnya. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa pengamatan terhadap
aspek afektif dan psikomotor siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris
berlangsung.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini dengan
menggunakan teknik tes dan non tes. Tes diberikan untuk melihat kemampuan siswa
sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada penelitian tindakan kelas ini. Adapun
alat pengumpulan datanya adalah berupa pre test yang diberikan sebelum perlakuan
penelitian tindakan kelas, tugas kelompok yang diberikan selama pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dan tugas individu yang diberikan setelah pelaksanaan
penelitian tindakan kelas diakhir setiap siklus 1 dan 2 serta post test.
Soal pre test dan post test dibuat dalam bentuk uraian dan menulis teks
berbentuk narative. Bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa
untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis (Depdikbud, 1999: 49); (Hamzah, et. al, 2001: 70). Oleh karena
itu, untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan dalam mengekspresikan gagasan,
dianjurkan agar dalam melaksanakan tes menggunakan tes bentuk uraian (Suherman,
1994: 69-70).
Pertimbangan lain digunakannya bentuk tes uraian tidak terlepas dari
keunggulannya, yaitu dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal
mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat, dan mengekspresikan gagasan-
gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri (Depdikbud, 1999:
25
50). Dalam menjawab soal uraian, siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, proses
berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil
evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil
evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya (Suherman, 1994: 67).
Di samping keunggulannya, tes uraian juga memiliki kelemahan, yaitu: (1)
jumlah materi pokok bahasan yang dapat dijangkau sangat terbatas, (2) penskoran
relatif subjektif, (3) pemeriksaan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, dan (4)
pemeriksaan cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak
(Suherman, 1994: 68) dan (Depdikbud, 1999: 50-51).
Untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam tes uraian,
dilakukan langkah-langkah, yaitu: (1) pedoman penskoran bersamaan dengan
pembuatan soal, (2) pemeriksaan dilakukan pernomor soal, (3) dilakukan pemeriksaan
lebih dari satu kali untuk mengurangi subjektivitas. Dengan langkah-langkah ini
diharapkan diperoleh suatu tes bentuk uraian yang memenuhi syarat-syarat tes yang
baik.
Tugas kelompok yang diberikan selama perlakuan penelitian tindakan kelas
adalah guru membagi kelas kedalam kelompok dan setiap kelompok teridiri dari 7
siswa yang mana tugasnya setiap kelompok akan memerima materi berupa teks acak
dan gambar berseri acak yang sesuai untuk diurutkan dan dipasang oleh masing-
masing anggota kelompok secara bergantian. Kemudian setelah tugas kelompok ini
selesai, salah satu anggota kelompok mempresentasikan di depan kelas hasil dari kerja
kelompok. Sedang kelompok lain menanggapi atau memberi pertanyaan. Guru
mengevaluasi, menyimpulkan dan memberi nilai hasil kerja kelompok serta
memberikan apresiasi kepada kelompok yang mendapatkan nilai terbaik.
Tugas individu diberikan setiap akhir siklus yang mana siswa harus menulis
sebuah cerita/teks/ berbentuk narative yang sesuai dengan urutan gambar berseri
yang diberikan sebagai media dengan menggunakan kata-kata sendiri. Guru
mengoreksi dan memberikan nilai secara individu. Hasil tes ini digunkan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative.
Adapun kisi-kisi soal sebagai berikut:
26
Tabel 4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menulis Siklus I
SK/KD INDIKATOR
S
I
K
L
U
S
I
11. Mengungkapkan makna dalam
text tulis fungsional dan esei pendek
sederhana berbentuk narative dan
reportuntuk berinteraksi dalam
konteks kehidupan sehari-hari
12.2. Mengungkapkan makna dan
langkah etorika dalam esei pendek
sederhana dengan menggunakan
ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk
berinteraksi dalam konteks
kehidupan sehari-hari dalam text
berbentuk narative dan report.
1. Mengamati dan memahami gambar berseri
tentang cinderela dan A lion and a mouse
2. Menulis cerita tentang cinderela dan A
lion and mouse dengan menggunakan
langkah retorika teks narative dengan
benar dan menggunakan kata-kata sendiri
berdasarkan gambar berseri (picture and
picture) tersebut.
Tabel 5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menulis Siklus II
SK/KD INDIKATOR
S
I
K
L
U
S
II
11. Mengungkapkan makna dalam
text tulis fungsional dan esei pendek
sederhana berbentuk narative dan
reportuntuk berinteraksi dalam
konteks kehidupan sehari-hari
12.2. Mengungkapkan makna dan
langkah etorika dalam esei pendek
sederhana dengan menggunakan
ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk
berinteraksi dalam konteks
kehidupan sehari-hari dalam text
berbentuk narative dan report.
1. Mengamati dan memahami gambar berseri
tentang A Little Chipmunk and the Lion.
2. Menulis cerita tentang A Little Chipmunk
and the Lion dengan menggunakan
langkah retorika teks narative dengan
benar dan menggunakan kata-kata sendiri
berdasarkan gambar berseri (picture and
picture) tersebut.
27
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk
narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture ini peneliti
menggunakan pedoman penilaian yang diambil dari Panduan Materi Ujian Sekolah
tahun 2004/2005 bahasa Inggris praktek “Menulis” (writing) yang diterbitkan oleh
Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya sebagai berikut :
Tabel 6. Pedoman Penilaian Praktek Menulis (Writing)
Score Content Spelling Structure Coherence Punctuation
4 Very
Good
Lebih dari 91 %
benar
Lebih dari 91 %
benar
Lebih dari 91 %
coherence
Lebih dari 91 %
benar
3 Good 71 % s/d 90 %
benar
71 % s/d 90 %
benar
71 % s/d 90 %
Coherence
71 % s/d 90 %
benar
2 Fair 51 % s/d 70 %
benar
51 % s/d 70 %
benar
51 % s/d 70 %
coherence
51 % s/d 70 %
benar
1 Bad Kurang dari 50 %
benar
Kurang dari 50 %
benar
Kurang dari 50 %
coherence
Kurang dari 50 %
benar
(Dikutip dari Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun 2004/2005 Bahasa Inggris
Praktek Menulis)
Untuk mendapat skor akhir dari kemampuan siswa menulis teks berbentuk
narative diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut , jumlah soal 1 menulis teks
skor masing-masing poin adalah makskimal 4, sehingga skor maksimal untuk tes
menulis teks berbentuk narative adalah 100. Tingkat ketepatan dan kelengkapan
tulisan mempunyai rentang skor 1 – 4. Sehingga perolehan skor untuk tes menulis
adalah:
Skor =
Perolehanskor
20x 100
Sedangkan teknik non tes diberikan untuk melihat bagaimana keaktifan,
kerjasama, kedisiplinan siswa selama dalam penelitian tindakan kelas ini. Alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah lembar observasi, dan format
penilaian aspek keaktifan, kerjasama, kedisiplinan siswa selama proses kegiatan
belajar mengajar dalam penelitian.
28
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah:
1. Mentabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap
akhir siklus dari hasil observasi.
2. Mencari rata-rata hasil tes yang telah dikuantifikasikan, dan menentukan tingkat
kemampuan dan ketuntasan klasikal.
F. Indikator Kinerja
Jika ditinjau dari tujuan penelitian penetapan indikator kinerja ini bertujuan
untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Indikator kinerja ini merupakan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: Terjadi
peningkatan kemampuan menulis teks narative pada mata pelajaran bahasa Inggris
pada akhir penelitian ini sebesar 24,54%, dan ketuntasan belajar klasikal siswa
mencapai 100% pada akhir siklus dalam penelitian ini.
G. Prosedur Penelitian
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini peneliti bersama guru mitra
terutama guru bahasa Inggris dan kepala sekolah bersama-sama membuat suatu
kesepakatan baik dalam penentuan jadwal maupun model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian. Guru mitra sebagai observer dimohon bantuannya
untuk ikut membantu dalam mengobservasi/mengamati pada saat pelaksanaan
penelitian. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi
dan refleksi.
Rencana tindakan siklus I
1. Perencanaan :
Tahap ini mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut
adalah :
a. Melakukan refleksi awal, kemudian mencatat data awal, sebelum
dilaksanakan penelitian.
29
b. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran “picture and picture”
c. Menyusun silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun
tes (pre/post test) bentuk uraian dan rearrange the jumbled paragraph
d. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas /
alat bantu/ media yang diperlukan
e. Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa, dan
f. Membuat lembar kuesioner/angket
g. Membuat format penilaian proses pelaksanaan PTK
h. Membuat daftar hadir siswa
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran melalui model pembelajaran picture and picture yang telah
direncanakan. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan pembelajaran adalah :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya mempersiapkan
materi dan merancang pembelajaran yang mengarah ke model pembelajaran
picture and picture, membuat kriteria kelompok heterogen (jenis kelamin,
kemampuan serta agama) dan mempersiapkan instrumen observasi untuk
mitra guru disertai cara penskoran serta mempersiapkan soal pre test untuk
siswa.
b. Tahap Awal
Pada tahap awal ini, untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan
(prior knowledge) siswa sebelum mereka menerima materi yang akan
diberikan oleh peneliti, siswa diberi tes berupa pre test dalam bentuk uraian.
Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil penelitan
antara sebelum dan sesudah perlakuan penelitian tindakan kelas.
c. Tahap Penyajian Materi
Dalam tahap ini, pengajar melakukan warming up berupa permainan
(game) dan menunjukan beberapa gambar serta meminta siswa untuk brain
storm (curah gagasan) yang berkaitan dengan materi . Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kesiapan siswa dan untuk menarik minat siswa dalam mengikuti
30
kegiatan pembelajaran kemudian pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran
untuk memotivasi rasa ingin tahu, memberikan apersepsi, umpan balik
sesering mungkin, penjelasan yang tepat agar tidak terjadi miskonsepsi, dan
beralih pada konsep lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
d. Tahap Kegiatan Kelompok
Selanjutnya guru meminta siswa untuk masuk ke dalam kelompok dan
menjelaskan langkah – langkah kegiatan kelompok. Setiap kelompok
mendapat materi berupa jumble paragraph dan jumble series pictures yang
dibagikan, siswa mempelajari, memahami, menyusun dan memasang jumble
paragraph dan jumble series pictures pada kertas karton yang disediakan
secara bergantian kemudian setelah selesai ketua kelompok memasang hasil
kerja di papan tulis dan mempresentasikannya didepan kelas untuk mendapat
tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya dilakukan secara bergantian dari
kelompok lain.
e. Kegiatan selanjutnya guru memberikan tanggapan atau evaluasi dan
penegasan serta kesimpulan tentang hasil kerja kelompok yang dibahas.
f. Setelah itu guru memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok
yang hasil kerja kelompoknya mempunyai nilai paling bagus.
g. Tahap penutup (Tes Kemampuan Menulis/writing).
Dilakukan tes setelah selesai penelitian pada akhir siklus, tes
dikerjakan secara individu. Bentuk tesnya adalah menulis teks berbentuk
narative yang dikerjakan selama kurang lebih 60 menit. Hasil tes menulis
digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan siswa
menulis (writing) pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya materi teks
narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
Kemudian untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan diberikan post
test setelah tes menulis siklus 2 pada hari yang sama.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas
dengan menggunakan lembar observasi dan format penilaian aspek keaktifan,
kerjasama dan kedisiplinan siswa selama proses pelaksanaan penelitian tindakan
kelas
31
4. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Pada tahap ini pengajar/peneliti dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi
dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran. Hasil analisis data yang
dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
Di bawah ini bisa dilihat alur/urutan prosedur penelitian
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pada siklus I maupun II yang
dilaksanakan di kelas IX Ruang 1 Siswa MTs Negeri Sampit dapat diketahui hasil sebagai
berikut:
A. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dicatat keadaan kelas untuk
dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian. Hasil pencatatan
menunjukkan bahwa selama 6 bulan dari bulan Juli s/d Desember 2010 mengajar di
kelas IX R1 di semester ganjil banyak terdapat masalah yang merisaukan yang
mengarah pada rendahnya kemampuan siswa belajar bahasa Inggris terutama pada
kemampuan/ketrampilan menulis teks berbentuk narative. Untuk mendapatkan
perbandingan hasil sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas, siswa
diberikan tes berupa pre test. Adapun dari kegiatan pemberian tes berupa pre test
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Refleksi Pada Pre Test
Kriteria Perolehan Skor
Keterangan
Kemampuan Siswa
dalam menulis (writing)
Nilai rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
50,34 %
50,34 %
46,51 %
Hanya 20 dari 43 siswa
yang mendapatkan nilai di
atas KKM
Jika dilihat dari nilai rata-rata kemampuan awal siswa (prior knowledge)
tentang teks narative pada pelajaran bahasa Inggris dari hasil pre test sebelum
dilakukan penelitian tindakan kelas hanya tercapai 50,34% , sedangkan ketuntasan
belajar pada kelas ini tercapai 46,51 %, karena dari 43 siswa hanya 20 orang yang
33
mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Kutuntasan Minimal). Sementara itu sisanya
lagi 23 siswa nilaianya berada di bawah nilai KKM (data selengkapnya terdapat dalam
lampiran 1). Dengan demikian pengulangan materi dilakukan secara klasikal, agar
tercapai ketuntasan maksimal.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan sudah dimulai pada awal bulan Januari tahun 2010, dengan
mempertimbangkan perolehan hasil dari tes berupa pre test. Di dalam merancang
perencanaan, tidak banyak ditemui kendala. Adapun perencanaan yang dibuat
adalah :
a. Membuat jadwal pelaksanaan yaitu penelitian dilaksanakan setiap hari Selasa
dan Sabtu sesuai jadwal mata pelajaran bahasa Inggris di kelas IX Ruang 1
MTs Negeri Sampit, seperti tertera di bawah ini:
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/Tanggal Kegiatan
1. Siklus I
Sabtu, 30 Januari 2010
Selasa, 2 Februari 2010
Selasa, 16 Februari 2010
Pertemuan 1 RPP 1
Pertemuan 2 RPP 2
Pertemuan 3 Tes kemampuan menulis (writing) Siklus I
2. Siklus II
Selasa, 2 Maret 2010
Sabtu, 6 Maret 2010
Pertemuan RPP 3
Pertemuan 5 Tes kemampuan menulis (writing) siklus II dan Post Test
3. Minggu ke 3 bulan Maret s/d akhir April 2010
Analisis data & penyusunan laporan.
34
b. Penyusunan lembar rekapitulasi hasil observasi dan tes kemampuan
siswa dalam menulis (writing) tiap akhir siklus (Lampiran 1-7)
c. Penyusunan silabus untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang diimplementasikan dalam penelitian ini serta pembuatan RPP
(Lampiran 8)
d. Pembuatan soal tes untuk pre, siklus 1 dan 2 (9-11)
e. Pembuatan lembar observasi, lembar penilaian aspek keaktifan,
kerjasama, dan kedisiplinan siswa selama proses pelaksanaan PTK dan
lembar kuesioner(Lampiran 12-14)
f. Pembuatan daftar hadir siswa (lampiran 15)
2. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dibuat pada perencanaan,
maka pelaksanaan penelitian siklus 1 ini sebanyak 3 kali pertemuan dimulai
pada hari Sabtu, 30 Januari 2010 sebagai pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1(RPP
1) , Selasa 2 Februari 2010 pertemuan ke 2 (RPP 2), Selasa 16 Februari 2010
pertemuan 3 yaitu pelaksanaan tes siklus 1. Pada awal kegiatan ini guru
menyampaikan bahwa dalam 2 bulan ke depan, guru bersama siswa akan
memperbaiki kualitas pembelajaran melalui penggunaan sebuah model
pembelajaran. Pada kesempatan itu, guru juga meminta anak-anak berkomitmen
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative melalui model
pembelajaran picture and pictur. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini sesuai dengan skenario yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat. Secara umum skenario pembelajaran pada setiap RPP
berdasarkan rancangan model pembelajaran Picture and picture mengikuti
urutan sebagai berikut:
1) Pada awal pertemuan, pengajaran dimulai dengan memberi salam (greeting)
menanyakan keadaan siswa, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa
agar mereka memiliki kesiapan belajar melalui warming up seperti
menunjukkan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi, dialog-
dialog singkat (brain storming), game berupa riddle dan tongue twister.
35
2) Setelah siswa tampak siap untuk memulai belajar maka guru mulai
menyajikan materi secara sistematis, dengan melakukan apersepsi untuk
mengantarkan siswa ke arah pemahaman mata pelajaran bahasa Inggris pada
materi narative text yang sesuai dengan kurikulum. Dalam menyajikan
materi guru menyelingi penjelasannya dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa secara acak,
3) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok besar yaitu
ada 6 (enam) kelompok masing-masing kelompok mempunyai 7 anggota
yang heterogen.
4) Guru membagikan materi berupa paragrap acak dan gambar berseri acak
yang sama pada masing-masing kelompok, kertas karton dan lem dan
menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing kelompok.
5) Kemudian siswa saling mengamati dan memahami paragrap dan gambar
berseri acak yang saling berkaitan tersebut untuk diurutkan dan dipasang
secara logis, sistematis dan masing-masing anggota kelompok memasang
secara bergantian.
6) Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas, dan ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain.
7) Kemudian guru memberikan tanggapan dengan menanyakan dasar/alasan
urutan gambar tersebut, memberikan penegasan dan kesimpulan. Tiap
kelompok diberi skor atas penguasaannya dan ketepatannya dalam
mengurutkan dan memasang paragrap dan gambar berseri acak tersebut,
dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi, cepat dalam
menyelesaikan tugas sebelum waktu yang ditetapkan atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan.
8) Untuk mendapatkan hasil dari penelitian dan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis (writing) khususnya teks berbentuk
narative guru memberikan tes kepada siswa secara individu untuk menulis
teks berbentuk narative melalui media gambar berseri (model pembelajaran
picture and picture) pada setiap akhir siklus.
36
3. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan para observer dan peneliti pada penelitian tindakan
kelas siklus 1 pertemuan 1 dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
siswa nampak pada wajahnya bertanya-tanya sebab tidak biasanya siswa belajar
dibagi dalam kelompok. Namun banyak hal yang belum bisa dilakukan dengan
sempurna oleh siswa, hal serupa yang dialami oleh guru sebab guru juga baru
pertama kali melaksanakan model pembelajaran picture and picture.
Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus 1 pertemuan 1 ini yang paling
banyak memakan waktu, sebab guru masih menunggu, karena penjelasan yang
diberikan untuk persiapan siswa bekerja dalam kelompoknya lambat sekali. Siswa
masih tampak ragu-ragu dalam menerima tugas yang baru diinformasikan. Ketika
guru membagi jumlah kelas dalam kelompok-kelompok kecil terlihat mulai
menunjukkan antisosial dan rasa ingin tahu, mereka ada yang bertanya-tanya apa
yang akan dilakukan ketika guru membagikan potongan-potongan atau lembaran-
lembaran teks berupa paragrap acak dengan gambar-gambar berseri acak, kertas
karton dan lem serta isolasi.
Tampak pada awalnya, mereka masih banyak yang diam dengan
pemikirannya masing-masing. Mereka masih ada yang malu, enggan untuk bicara
dengan teman satu kelompok. Setelah mereka lebih lama, mereka sadar dan paham
dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan dalam kelompok. Ada beberapa
kelompok yang sudah mulai serius bekerja namun ada kelompok lain yang masih
belum serius terbukti ketika waktu yang diberikan sudah habis ada satu kelompok
yang memasang dan mengurutkan gambar hanya dapat separuh. Respon dari siswa
ternyata lebih baik, terbukti dari sebagian besar kelompok aktif, antusias dan
berusaha bersaing untuk lebih dulu menyelesaikan tugasnya dan mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Sedangakan pelaksanaan pertemuan ke 2 siklus 1 sama seperti pertemuan ke
1. Dari hasil pengamatan mitra guru atau observer dan guru peneliti pada siklus
pertama pertemuan kedua ini siswa nampak lebih bersemangat, bergembira, aktif,
senang dan berantusias dalam mengikuti jalannya kegiatan belajar mengajar
selama proses perlakuan penelitian tindakan kelas. Sehingga pada pertemuan ini
didapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa siswa lebih mendalam dalam
memahami teks berbentuk narative baik mengenai pengertiannya, fungsinya,
37
langkah retorika atau struktuktur teks (generic structure) maupun ciri
kebahahasaaannya melalui model pembelajaran picture and picture, sehingga
pemahaman ini akan lebih membantu dan memudahkan siswa untuk menulis teks
berbentuk narataive. Namun pada pertemuan kedua ini belum diberikan tes menulis
teks berhubung waktunya tidak cukup dan tes akan diberikan pada pertemuan
berikutnya.
Untuk mendapatkan hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus
1 pertemuan 1 dan 2 diberikan tes yang dilaksanakan pada pertemuan ke 3 sesuai
dengan jadwal mata pelajaran bahasa Inggris yaitu pada hari Selasa, 16 Februari
2010.
Setelah diberikan tes kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative
melalui model pembelajaran picture and picture pada akhir siklus, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Refleksi pada Siklus I
Kriteria Perolehan Skor
Keterangan
Kemampuan Siswa
dalam menulis
Nilai rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
69,07 %
69,07 %
76,74 %
Terdapat 33 dari 43 siswa
yang mendapatkan nilai di
atas KKM
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa setelah diberikan tindakan pada
siklus pertama (untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2), sudah
tercapai peningkatan kemampuan siswa dalam menulis (writing) secara optimal,
bahkan sudah melebihi 15% peningkatannya. Karena perolehan rata-rata hasil tes
pada tahap pre test hanyalah 50,34%, tetapi pada akhir siklus I sudah mencapai
69,07%. Ini berarti sudah terjadi peningkatan kemampuan siswa sebesar 18,73%.
Tetapi untuk ketuntasan belajar belum mencapai 100%, karena pada saat itu masih
ada 10 siswa yang belum mencapai ketuntasan maksimal, meskipun telah terjadi
peningkatan ketuntasan klasikal dari 46,51% menjadi 76,74%.
38
Sedangkan dari hasil pengamatan non test dari para observer dengan
menggunakan lembar penilaian aspek keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan selama
proses kegiatan penelitian tindakan kelas siklus 1 di ruang kelas terhadap 43 siswa
diperoleh hasil 81 % siswa aktif/bekerjasama dan disiplin sedangkan yang kurang
aktif/bekerjasama/disiplin hanya 19 % (lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa
belajar dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture yang mana
metode belajarnya dengan media gambar berseri akan memotivasi dan menarik
perhatian siswa, terbukti siswa menjadi aktif, bersemangat, suka bekerjasama dan
disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar selama penelitian tindakan
kelas. Di samping itu dengan menggunakan media gambar berseri siswa akan lebih
mudah mengungkapkan dan menunangkan ide cerita , gagasan atau pikiran yang
terkandung pada gambar berseri tersebut ke dalam tulisan. Oleh karenanya
dipilihnya model pembelajaran ini karena sangat efektif dan tepat diterapkan dalam
ketrampilan menulis.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus
pertama ini, strategi guru, dalam mengkondisikan kesiapan belajar siswa untuk
mengerjakan tugas dalam kelompoknya belum dilakukan dengan baik, karena
penjelasan yang diberikan belum bisa dimengerti dengan baik oleh siswa.
a. Siswa masih ada yang lebih suka untuk berpikir sendiri kurang tertarik untuk
bekerja dalam kelompok berbagi ide, gagasan atau pendapat dengan temannya.
Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan
model pembelajaran picture and picture tetapi tidak semua siswa. Hal ini bisa
dilihat dari hasil observasi dalam kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan
dari 43 siswa, yang mana kriterianya tergolong cukup. (Format hasil observasi
terlampir).
b. Guru perlu memberi bimbingan pada kelompok yang lambat dalam
menyelesaikan tugasnya sehingga dapat memanfaatkan waktu dengan efisien.
c. Guru belum maksimal dapat membimbing semua kelompok sebab perhatian guru
belum mampu menjangkau semua kelompok, sehingga masih ada siswa dalam
kelompok yang kurang aktif.
d. Guru lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam
bekerja kelompok.
39
e. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang hasilnya mendapat nilai
tertinggi atau terbaik.
f. Guru juga perlu membantu siswa dalam mengerjakan tugas individu yang
mengalami kesulitan grammar dan vocabulary dalam menulis teks berbentuk
narative dengan menggunakan media gambar berseri.
Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kemampuan siswa
dalam menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture pada siswa kelas IX Ruang 1 MTs Negeri Sampit, jika
dibandingkan dengan hasil dari refleksi awal atau hasil pre test pada pra PTK
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Rata-rata kemampuan siswa meningkat sebesar 18,73% yaitu dari perolehan rata-
rata sebelumnya 50,34% menjadi 69,07 %.
2. Ketuntasan klasikal meningkat cukup signifikan yaitu dari 46,51% menjadi
76,74%, tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal 100% sesuai dengan indikator
yang ditetapkan.
Dengan demikian guru perlu membiasakan kondisi siswa untuk menggunakan
model pembelajaran picture and picture untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mata pelajaran bahasa Inggris terutama ketrampilan menulis(writing), serta
berupaya untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus I. Sehingga dalam pelaksanaan siklus ke II dapat dibuat
perencanaan sebagai berikut :
a. Guru memberi stimulir pada kelompok yang lamban, sehingga waktu dapat
digunakan dengan efisien.
b. Guru lebih banyak memberikan pengarahan dan bimbingan secara merata agar
dapat membantu proses penyelesaian tugas dalam kelompok yang masih lemah
pemahaman cara berdiskusi dan bekerja sama.
c. Memberikan motivasi kepada kelompok siswa agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
d. Guru lebih intensif membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan
maupun kepada siswa yang mengerjakan tugas individu.
e. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi selama proses
perlakuan PTK.
40
C. Deskripsi Hasil Siklus II
Pada tindakan siklus II ini, materi yang diajarkan adalah sama seperti yang
diajarkan pada siklus I, hanya berbeda pada indikatornya. Untuk tindakan kedua ini,
guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan. Kegiatan ini dimulai pada hari Selasa
tanggal 2 Maret 2010, selama dua kali pertemuan, sebagai tindak lanjut dari hasil
refleksi pada akhir siklus I. Pelaksanaan kegiatan pada siklus ke II ini, lebih banyak
menekankan pada hasil refleksi siklus I. Sedangkan bentuk kegiatannya hampir sama
dengan kegiatan pada siklus I. Hanya pada pertemuan ke-4, lebih banyak menekankan
pada aspek keterampilan, karena pada pertemuan ke-5, tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai adalah siswa benar-benar bisa meningkatkan kemampuannya dalam
menulis (writing) teks narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture. Sehingga bisa dicapai ketuntasan klasikal 100 %.. Untuk itu pada pertemuan
ke 5 ini merupakan akhir dari siklus II dan diberikan tes menulis(writing) teks
narative.
Adapun perolehan hasil pada akhir siklus kedua dan dari hasil observasi (data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Refleksi pada Siklus II
Kriteria Perolehan Skor
Keterangan
Kemampuan Siswa
dalam menulis (writing)
narative text.
Nilai rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
74,88 %
74,88 %
100 %
Terdapat 33 dari 43 siswa
yang mendapatkan nilai di
atas KKM
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa
dalam menulis teks narative diperoleh 74,88 % meningkat dari 69,07. Jika dilihat
prosentase peningkatan, telah terjadi peningkatan sebesar 5,81%. Sedangkan untuk
ketuntasan belajar diperoleh hasil yang sudah mencapai 100%. Hal ini disebabkan
karena guru dan siswa sudah berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan
41
kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan
model pembelajaran yang selama ini berlum pernah diterapkan.
Dari hasil observasi dalam proses pembelajaran dapat diketahui bahwa hasil
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kedua ini, strategi guru, dalam
mengkondisikan kesiapan belajar siswa untuk mengerjakan tugas dalam
kelompoknya maupun tugas individu sudah dapat dilakukan dengan baik, karena
penjelasan yang diberikan sudah bisa dimengerti dengan baik oleh siswa. Siswa
sudah menggunakan hasil pemikiran bersama kelompoknya dalam menyelesaikan
tugas kelompok yaitu mengurutkan teks berupa paragrap acak dan gambar berseri
sesuai dengan jalan ceritanya secara bergantian yang selanjutnya siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Sudah tidak ada siswa yang
tidak terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap penilaian
aspek keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan selama proses kegiatan belajar
mengajar dari 43 siswa, yang mana kriterianya tergolong sangat aktif, bekerjasama
dan disiplin sudah terjadi peningkatan dari pada siklus 1 yaitu dari 81 % menjadi
93 %, sedang sisanya hanya 7% siswa yang aktif apabila ditunjuk/disuruh oleh
guru saja(lampiran 6). Keaktifan mereka menunjukkan bahwa mereka sudah betul-
betul memahami materi dengan model pembelajaran yang diberikan, mempunyai
semangat dan motivasi yang tinggi, kemudian mereka sudah terbiasa belajar
dengan berkelompok, bekerjasama dengan guru dan teman serta disiplin dalam
mengikuti seluruh kegiatan dan disiplin waktu dalam menyelesaikan tugas
kelompok maupun individu.
Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis teks berbentuk narative, jika dibandingkan dengan hasil dari
refleksi pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Rata-rata kemampuan siswa dalam menulis (writing) meningkat sebesar 5,81%
yaitu dari perolehan rata-rata sebelumnya (siklus 1) 69,07 menjadi 74,88 (pada
siklus 2). Bahkan jika dibandingkan dengan keadaan pada hasil rata-rata pre test
pra PTK sebesar 50,34 % terjadi peningkatan sebesar 24,54%, sehingga sudah
melebihi indikator pencapaian. Berarti jika dilihat dari rata-rata kemampuan siswa
dalam menulis (writing ), pelaksanaan PTK sudah cukup sampai pada siklus II
saja.
42
2. Ketuntasan klasikal meningkat cukup signifikan yaitu dari 76,74% (dari siklus 1)
menjadi 100%(pada siklus 2) dan sudah mencapai ketuntasan klasikal sesuai
dengan indikator yang ditetapkan.
3. Dari hasil tes peningkatan kemampuan menulis teks berbentuk narative melalui
model pembelajaran picture and picture (series pictures) dari siklus 1 ke siklus 2
menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan. Kalau pada siklus 1
sebagian siswa masih sedikit bingung dan kesulitan dalam penggunaan tenses,
pemilihan kata, struktur kalimat dan mengurutkan alur cerita dari satu gambar ke
gambar berikutnya tapi pada siklus 2 hampir seluruh siswa sudah paham tentang
penggunaan tenses, pemlihan kata, struktur kalimat maupun
mengurutkan/menggabungkan cerita dari gambar yang satu ke gambar yang
berikutnya,
Dengan demikian semua indikator pencapaian telah berhasil dilampaui,
sehingga pelaksanaan PTK pada siklus ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
D. Deskripsi Kondisi Akhir
Setelah selesai dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus
menunjukan peningkatan keberhasilan pada kemampuan siswa dalam menulis teks
berbentuk narative pada siswa kelas IX R 1 MTs Negeri Sampit sebesar 24,54 %.(dari
rata-rata peningkatan hasil pre test ke siklus 2) Akan tetapi untuk mengukur
peningkatan kemampuan siswa yang lebih memuaskan pada akhir penelitian ini
diberikan tes berupa post test pada hari Selasa, 6 Maret 2010. Post Test ini diberikan
setelah tes akhir siklus ke 2. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
perbandingan hasil dari pre test, siklus 1, siklus 2 dan post test. Adapun dari kegiatan
pemberian post test didapat hasil sebagai berikut:
43
Tabel 11. Hasil Refleksi Pada Post Test
Kriteria Perolehan Skor
Keterangan
Kemampuan Siswa
dalam menulis (writing)
Nilai rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
83,02 %
83,02 %
100 %
Hasil amat baik dan 43
siswa mendapatkan nilai di
atas KKM
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa
dalam menulis teks narative pada post test diperoleh 83,02% meningkat dari nilai
rata-rata pre test 50,34%. Jika dilihat prosentase peningkatan dari pre test ke post
test , telah terjadi peningkatan sebesar 53,49%. Sedangkan untuk ketuntasan belajar
diperoleh hasil sudah mencapai 100%. Hal ini disebabkan karena guru dan siswa
sudah berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan model pembelajaran yang
selama ini belum pernah diterapkan.
Dibawah ini dapat dilihat hasil keseluruhan kemampuan siswa
menulis/writing
Tabel. 12. Hasil Rata-rata Tes Kemampuan Siswa Menulis/Writing pada Pre
Test, Siklus 1, Siklus II dan Post Test
No
.
Kriteria Perolehan Score Keterangan
1 Kemampuan
Menulis
Pre Test Siklus 1 Siklus 2 Post Test
Rata-rata
Daya Serap
Ketuntasan
50,34 %
50,34 %
46,51 %
69,07 %
69,07 %
76,74 %
74,88 %
74,88 %
100 %
83,02 %
83,02 %
100 %
Sudah terbukti bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa serta ketuntasan secara klasikal.
44
Tabel 13. Hasil Peningkatan Kemampuan dan Ketuntasan Siswa
Menulis/Writing antar Siklus
No
.
Kriteria Perolehan
Score
Keterangan
1 Kemampuan
Menulis
Pre Test
ke Siklus
1
Siklus 1 ke
Siklus 2
Pre Test
ke Siklus
2
Pre Test ke
Post Test
Rata-rata
Daya Serap
Ketuntasan
18,73 %
18,73 %
30,23 %
5,81 %
5,81 %
23,26 %
24,54 %
24,54 %
53,49 %
32,68 %
32,68 %
53,49 %
Sudah terbukti bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa serta ketuntasan secara
klasikal.
E. Pembahasan Tiap Siklus Dan Antar Siklus
Berdasarkan hasil evaluasi siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris selama
dua siklus atau dua kali tindakan telah berlangsung dengan baik sesuai dengan yang
telah direncanakan sebelumnya. Adapun peningkatan kemampuan siswa menulis teks
berbentuk narative dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Hasil Refleksi Secara Keseluruhan
PRE TEST SIKLUS 1 SIKLUS 2 POST TEST
Kemampuan Siswa Menulis (Writ-ing)
50.34 69.07 74.88 83.02
525456585
Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Menulis (Writing)
45
Dengan memperhatikan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan kemampuan siswa dalam ketrampilan menulis dengan penggunaan
model pembelajaran picture and picture yang cukup signifikan. Melalui model
pembelajaran ini dapat memberikan kebebasan dalam belajar dan kemudahan
mengerjakan tugas secara indiividu maupun berkelompok dengan sesama siswa,
karena media gambar berseri ini sangat efektif dan mudah digunakan untuk
menuangkan ide cerita melalui gambar tersebut.
Selanjutnya untuk mengetahui berapa persen peningkatan kemampuan dan
ketuntasan siswa dalam menulis/writing teks berbentuk narative antar siklus yaitu
dari pre test ke siklus 1, siklus 1 ke siklus 2, pre test ke siklus 2 dan pre test ke post
test, maka di bawah ini dibuat dalam bentuk grafik.
Gambar 2. Grafik Peningkatan Kemampuan dan Ketuntasan Siswa
Menulis/Writing antar siklus
Pre Test ke Siklus 1 Siklus 1 ke Siklus 2 Pre Test ke Siklus 2 Pre Test Ke Post Test0
10
20
30
40
50
60
18.73
5.81
24.54
32.6830.23
23.26
53.49 53.49
Peningkatan Kemampuan Peningkatan Ketuntasan
Dengan memperhatikan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan kemampuan siswa dan ketuntasan dalam ketrampilan menulis dengan
penggunaan model pembelajaran picture and picture yang cukup signifikan. Melalui
model pembelajaran ini dapat memberikan motivasi dan sistuasi yang berbeda yang
membuat siswa menjadi aktif, berantusias, kreatif sehingga pembelajaran di kelas
46
menjadi lebih hidup, meyenangkan dan bermakna dalam belajar dan mengerjakan
tugas secara indiividu maupun berkelompok dengan sesama siswa.
Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengamatan serta dilakukan refleksi
selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, maka dapat dipaparkan hasil temuan
sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa masih relatif rendah dapat diupayakan dengan melakukan
pembelajaran melalui model pembelajaran picture and picture. Siswa pada
mulanya terlihat bingung dan canggung untuk berinteraksi dengan temannya
sehingga pada siklus I, hasilnya belum memuaskan, bahkan ada satu kelompok
yang sama sekali tidak selesai mengerjakan tugas karena kelompok tersebut masih
bingung dan belum paham sehingga tidak bisa kerja maksimal sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Guru tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan
seluruh skenario tindakan. Baru pada siklus ke II strategi dirancang ulang,
sehingga siswa dikelompokkan dalam kelompok yang lebih heterogen tadinya
dalam siklus I masih ada kelompok yang lemah. Pada siklus ke II sudah terlihat
siswa berinteraksi, bekerja sama dan berbagi ide dengan lebih baik. Disamping
itu guru lebih aktif dan merata untuk mengontrol aktivitas kelompok. Sehingga
mereka lebih serius dalam memikirkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Dari dua kali siklus dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi siklus I diperoleh
rata-rata hasil tes kemampuan siswa dalam menulis teks naratif sebesar 69,07,
daya serap 69,07 % dan ketuntasan 76,74% sedangkan siklus ke II diperoleh rata-
rata hasil 74,88, daya serap 74,88% dan ketuntasan 100% berarti terjadi
peningkatan ketuntasan belajar klasikal kelas IX R1 sebesar 23,26 %.
3. Dari hasil pengamatan observer melalui penilaian aspek keaktifan, kerjasama dan
kedisiplinan yang ditanamkan siswa selama proses kegiatan penelitian tindakan
kelas juga dapat disampaikan bahwa telah terjadi peningkatan yang mana dari
siklus 1 siswa cukup aktif 81 % dan yang kurang hanya 19 % sedangkan pada
siklus 2 terjadi peningkatan menjadi 93 % siswa tergolong sangat aktif,
bekerjasama tinggi dan berdisiplin tinggi dan sisanya 7 % siswa hanya aktif saja
bila disuruh. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan
siswa dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan penelitian ini sangat mendukung
sekali untuk menentukan keberhasilan tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh
peneliti.
47
4. Kelebihan menggunakan model pembelajaran picture and picture ini adalah
pertama penyampaian materi akan lebih efektif dan menyenangkan untuk
menarik perhatian siswa karena siswa akan memiliki situasi baru dalam belajar,
sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif, kreatif dan berpikir logis serta
sistematis. Kedua media gambar berseri ini media visual sehingga mempermudah
siswa dalam menuangkan ide-ide/cerita/gagasan ke dalam suatu tulisan.
5. Adapun kelemahannya adalah persiapan guru memakan banyak waktu sebelum
mengajar karena guru harus mempersiapkan, mencari dan menyediakan media
gambar yang harus sesuai dengan skenaria dan indikator, situasi kelas nampak
ribut dan ramai meskipun terpimpin, dalam pengerjaan tugas kelompok akan
memakan banyak waktu.
6. Ada perbedaan penggunaan media gambar lepas dan gambar berseri.
Gambar lepas yang dimaksud adalah gambar individu seseorang atau satu objek
saja dan gambar situasi orang sedang melakukan sesuatu dengan satu objek
dimana hubungan antara orang atau subjek dapat dilihat, gambar tersebut beridiri
sendiri dan tidak mempunyai kaitan dengan gambar yang lain sedangkan gambar-
gambar berseri adalah terdiri dari beberapa gambar dalam satu bagan atau
beberapa objek yang saling berkaitan dan memerlukan proses untuk merangkai
jalan ceritanya dengan menggabungkan gambar yang satu dengan yang lainya
sesuai dengan alur cerita dengan cara mengurutkan secara logis dan sistematis
melalui sebuah tulisan.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap akhir siklus, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative
melalui model pembelajaran picture and picture di kelas IX R1 MTs Negeri
Sampit. Hal ini terbukti dari rata – rata hasil tes kemampuan siswa dalam menulis
yang dilakukan pada siklus I cukup meningkat dibandingkan pada hasil pre test,
dan terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk
narative dan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II. Hal ini
membuktikan bahwa metode ini sangat baik dan efektif digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa pada ketrampilan menulis/writing teks
berbentuk narative.
2. Keaktifan, kerjasama antar siswa dan guru, kedisiplinan siswa selama proses
kegiatan belajar mengajar sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini dan akhirnya tercapailah tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative pada siswa kelas IX
ruang 1 MTs Negeri Sampit.
3. Tidak ada hambatan atau kendala dalam penggunaan metode belajar dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis (writing) teks berbentuk narative selama
penelitian tindakan kelas ini, karena peneliti telah melakukan koordinasi dengan
kepala sekolah dan guru mitra (observer) sebelum melakukan tindakan.
49
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini,
khususnya penggunaan metode belajar dengan model pembelajaran picture and picture
dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran picture and picture akan efektif jika guru telah
memahami dengan baik siswanya, untuk itu pengenalan siswa dan potensi dari kelas
secara keseluruhan adalah wajib dilakukan oleh guru sebelum menggunakan metode
belajar ini.
2. Kemauan dan kesiapan guru dalam mencoba metode pengajaran baru, adalah kunci
berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan. Untuk itu, guru sebaiknya jangan
hanya terpaku pada penggunaan metode ceramah atau teachered centered model
(TCM) yang selama ini telah dilakukan tapi terapkan student centered model (LCM).
3. Untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran dan meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka model pembelajaran picture
and picture ini harus terus dikembangkan dan diterapkan dalam pengajaran bahasa
Inggris sehingga hasil pengajaran pada ketrampilan menulis (writing) bisa dapat
ditingkatkan.
4. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan agar pelaksanaan penelitian
berikutnya bisa berlangsung dengan lebih baik, dan menghasilkan hasil penelitian
yang lebih sempurna dari penelitian ini.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arif S. Sadiman. 1996. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta. Raja Grafindo Persada
Baradja, M.F. 1994. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa Inggris. Malang: IKIP Malang.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Pengelolaan Pengujian bagi Guru Mata
Pelajaran. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Panduan Pembelajaran Bahasa Inggris, Jakarta.Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya 2005. Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun
2004/2005 Bahasa Inggris. Palangkaraya. UnpublisedDrs. Tri Wiratno, MA. 2003, “Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris”,
Surakarta : Pustaka Pelajar.Gillie, Jeri Wyn; Ingle, Susan; Mumford, Heidi, An Integrated Course for Nonnative
Speakers of English, Mc Graw Hill, Singapore, 2001.Gorys Keraf 1989. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.Hamzah B. Uno, et.al. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta : Dilema
Press.Hasani, 2005. Pengertian Menulis http://batrasiaku.blogspot.com/2009/04/.html, diakses
17 April 2010Joy M. Reid, 1988. The Process of Composition, Prentice Hall, Inc, United States of
America.Karyawanto, S. 2003. Upaya Meningkatkan Penguasaan Ketrampilan Menulis Paragraf
Sederhana Bahasa Inggris Siswa Kelas II SLTP/MTs Dengan menggunakan Teknik Permainan Kartu di Kabupaten Sleman. Unpublished.
Liberty Tarigan, Djago, Drs (1997). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa
Linse, Caroline T, Practical English Language Teaching Young Learner, Mc Graw Hill, America, 2006.
Ngalim Purwanto, M dan Djeinah Alim 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di SD.Jakarta:PTRosdaJayaputra.
Nunan, David, Practical English Language Teaching, Mc Graw Hill, Singapore, 2003.Prof Dr Roy Sembel/Sandra Sembel: “Cara Cerdas Belajar Bahasa Asing”.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/26/eko08.html, diakses 13 Maret 2008.Rahadi, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Sulaeiman, Amir Hamzah. 1985. Media Audio-Visual untuk Pengajaran Penerangan dan
Penyuluhan. Jakarta: PT. GramediaSamsudin(Hasani2005)PengertianMenulis, http://batrasiaku.blogspot.com/2009/04/.html,
diakses 17 April 2010Soelarko. 1980. Psikologi Pendidikan. Jakarta: DepdikbudSudirman, NK. Et-al. 1991, Ilmu Pendidikan, Bandung, Rosda Karya.Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru Algensindo
51