laporan ptk

80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis oleh manusia di seluruh dunia. Di negara kita Bahasa Inggris merupakan Bahasa Kedua yang direkomendasikan sebagai mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang wajib dipelajari dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Namun walaupun para siswa sudah belajar bahasa Inggris dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, kemampuan siswa berbahasa Inggris masih sangat memprihatinkan. Ini disebabkan karena adanya beberapa faktor dan kendala yang dihadapi, Baradja (1994) menyatakan bahwa sedikitnya ada 6 faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di negara kita dan bahasa Asing (foreign Language). Faktor-faktor tersebut adalah tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi pembelajaran, metode dan lingkungan Faktor dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan kognitif, minat, sikap ataupun kreativitas dari siswa dalam belajar bahasa Inggris yang mana siswa harus menguasai 4 ketrampilan/keahlian (skill) yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan 1

Upload: wildan-azhar

Post on 25-Jul-2015

291 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional sebagai alat komunikasi baik

lisan maupun tulis oleh manusia di seluruh dunia. Di negara kita Bahasa Inggris

merupakan Bahasa Kedua yang direkomendasikan sebagai mata pelajaran dalam

kurikulum di sekolah yang wajib dipelajari dari Sekolah Dasar sampai Perguruan

Tinggi. Namun walaupun para siswa sudah belajar bahasa Inggris dari Sekolah

Dasar hingga Perguruan Tinggi, kemampuan siswa berbahasa Inggris masih sangat

memprihatinkan. Ini disebabkan karena adanya beberapa faktor dan kendala yang

dihadapi, Baradja (1994) menyatakan bahwa sedikitnya ada 6 faktor yang sangat

menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran bahasa Inggris

sebagai bahasa kedua di negara kita dan bahasa Asing (foreign Language). Faktor-

faktor tersebut adalah tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi pembelajaran,

metode dan lingkungan

Faktor dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya

kemampuan kognitif, minat, sikap ataupun kreativitas dari siswa dalam belajar

bahasa Inggris yang mana siswa harus menguasai 4 ketrampilan/keahlian (skill)

yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantaranya faktor pengelolaan

pembelajaran, sarana prasarana, serta lingkungan atau iklim belajar di dalam kelas.

Faktor pengelolaan pembelajaran meliputi banyak faktor lagi didalamnya, misalnya

kemampuan (SDM) guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi

pendekatan, strategi, metode, teknik atau model pembelajaran yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai

bahasa asing keberhasilannya tidak sekadar bertumpu pada kurikulum, tetapi juga

kepada model dan metode pembelajarannya, selain faktor yang terpenting adalah

pengajarnya itu sendiri.

Jika dilakukan pengkajian terhadap proses pembelajaran bahasa Inggris di

kelas, selama ini pembelajaran dominan masih menggunakan paradigma lama atau

yang sering disebut teacher centered model (TCM) dimana guru sebagai peneliti

1

Page 2: Laporan Ptk

sepenuhnya memberikan pengetahuan kepada siswa. Lebih sering siswa diajarkan

dengan metode konvensional, yaitu metode ceramah, sehingga Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) menjadi monoton, membosankan dan kurang menarik perhatian

siswa. Hal ini yang menjadi pendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dan

ingin menemukan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Untuk mengatasi kelemahan ini, pembelajaran bahasa Inggris hendaknya

juga mengikuti model pembelajaran bahasa asing lainnya yang pada umumnya

lebih maju berkembang daripada pembelajaran bahasa Inggris. Model terbaru yang

biasa digunakan dalam pembelajaran adalah Student Centered Model (SCM)

Dalam SCM guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator. Khusus

untuk mata pelajaran bahasa asing, tip yang diberikan oleh Prof. Dr. Roy Sembel

dan Sandra Sembel dengan judul “Cara Cerdas Belajar Bahasa Asing”, sepatutnya

dijadikan acuan oleh guru bahasa. Menurutnya, bahasa bukan sekadar ilmu

pengetahuan, tetapi lebih cenderung pada keterampilan.

Bahasa Inggris sebagai sarana berkomunikasi lebih bersifat keterampilan

daripada ilmu pengetahuan. Untuk itu, belajar bahasa Inggris dengan cara pandang

seperti ini adalah belajar sebuah keterampilan. Belajar sebuah keterampilan

memerlukan latihan fisik yang intensif dan benar. Seperti juga belajar piano,

menyetir mobil, ataupun belajar karate, belajar bahasa juga memerlukan latihan

yang rutin yang melibatkan aktivitas fisik. Untuk hasil yang efektif, latihan ini

perlu dilakukan setiap hari. Latihan ini meliputi latihan pengucapan, latihan

mendengar, latihan membaca, serta latihan menulis dengan menggunakan bahasa

sasaran.

Menurut riset di bidang neurolinguistik belajar bahasa perlu dilakukan

dengan urutan yang benar, yaitu dari mendengar, berbicara, membaca, lalu menulis.

Pastikan agar para murid mendapat input lisan dulu sebelum mereka melihat

bagaimana kata-kata atau kalimat tersebut dituliskan. Jika mereka mendengar

sambil melihat tulisannya, pengucapan mereka dalam bahasa Inggris tersebut akan

cenderung terpengaruh dengan pola kebiasaan kita membaca kata-kata yang

tertulis. Jadi, sebelum mereka melihat bagaimana bahasa Inggris itu ditulis,

mulailah dengan mendengarkan bagaimana bahasa tersebut diucapkan. Gunakan

berbagai alat bantu untuk membantu mereka memahami apa yang mereka dengar,

2

Page 3: Laporan Ptk

misalnya kaitkan apa yang mereka dengar dengan gambar yang ada, atau bahasa

tubuh dari si pembicara. Lalu, mintalah para murid menirukan tiap kalimat yang

diucapkan. Setelah mereka bisa memahami input lisan, mereka perlu mencobanya

sendiri untuk mengucapkannya. Selanjutnya, mereka boleh membaca/melihat

bagaimana input tersebut dituliskan. Dan terakhir, mereka bisa mulai

mempraktikkan bagaimana menuliskan input tersebut.

Namun pada kenyataannya walaupun kita sebagai guru sudah melaksanakan

cara mengajar ke 4 ketrampilan bahasa dengan urutan yang benar tapi siswa tetap

saja mengalami kesulitan dan kendala terutama pada ketrampilan menulis. Inilah

yang menjadi problema atau masalah yang penulis hadapi ketika mengajar di kelas

IX ruang 1 MTs Negeri Sampit. Selama satu semester di semester ganjil mengajar

bagaimana menulis teks pada materi narative text baik dengan menulis kembali

ceritanya dengan menggunakan kata-kata sendiri atau siswa tinggal melanjutkan

saja tulisan yang sudah ditulis oleh guru satu paragraph pertama lalu siswa

melanjutkan paragrap berikutnya dengan diberikan batas waktu tertentu, hasilnya

tidak memuaskan bahkan hanya sekitar 7 dari 43 siswa yang bisa

menyelesaikannya itupun tidak menghasikan tulisan yang bagus juga. Lalu penulis

mencoba menganalisa apa yang menjadi penyebabnya dari hasil tulisan siswa dan

dengan melakukan tanya jawab dengan siswa apa kesulitan atau kendala yang

dihadapi dengan ketrampilan menulis. Beberapa siswa menjawab kurangnya kosa

kata, sulitnya memilih kata-kata, merangkai kalimat, sulit

mencurahkan/menuangkan gagasan dan ide-ide, tidak paham struktur kalimatnya

dan lain-lain. Itulah masalah yang siswa hadapi ketika mereka disuruh untuk

menulis sebuah teks. Seperti yang disampaikan oleh Karyawanto et al (2003 : 1)

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa untuk menulis yaitu 1)

kurangnya penguasaan struktur kalimat, 2) kurangnya pengetahuan tanda baca

(punctuation), 3) kurangnya motivasi 4) metodologi pengajaran dan 5) media

pembelajaran.

a. Fakta di atas yang membuat peneliti untuk mencari jawaban dan

solusinya. Pertama dicoba menerapkan metode belajar dengan menggunakan media

gambar Gambar tersebut adalah satu gambar wanita yang bernama Rapunsel. Siswa

disuruh untuk menulis cerita berdasarkan gambar tersebut. Namun setelah siswa

selesai menulis dan peneliti mengoreksi hasil kerja siswa, hasilnya masih sangat

3

Page 4: Laporan Ptk

jauh dari tujuan yang hendak dicapai. Setelah dianalisa selain faktor-faktor yang

disampaikan oleh Karyawanto, kendala dan kesulitan yang dihadapi siswa adalah

kurangnya kosa kata yang dimiliki dan media gambar yang hanya satu gambar saja

akan membuat siswa kesulitan untuk merangkai cerita dan meneruskan satu cerita

ke cerita berikutnya. Kemudian peneliti masih terus penasaran dan mencoba untuk

mencari model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam ketrampilan menulis

sehingga siswa bisa dengan mudah mengkomposisikan kalimat, mengekspresikan

ide – ide atau gagasan dan merangkai kata-kata/kalimat dalam sebuah tulisan.

Selain itu peneliti ingin menciptakan suatu kegiatan pembelajaran di dalam kelas

dengan situasi yang menyenangkan, siswa aktif, kreatif, dan siswa bisa bekerja

dalam kelompok maupun mengerjakan tugas secara individu tanpa mengalami

kesulitan. Untuk itu peneliti ingin mengatasi masalah yang terjadi dengan

menerapkan dan menggunakan model pembelajaran picture and picture (gambar

berseri) dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis teks berbentuk narative pada siswa kelas IX ruang 1 MTs Negeri Sampit.

Dipilihnya model pembelajaran picture and picture ini karena model pembelajaran

ini merupakan suatu metode pembelajaran bahasa Inggris yang efektif dan menarik

perhatian siswa untuk belajar menulis dengan menggunakan media gambar berseri

yang berkaitan satu sama lain sehingga siswa dengan mengamati gambar-ganbar

berseri tersebut akan dengan mudah menuangkan ide-ide, merangkai

kata-kata/kalimat untuk menghubungkan satu cerita ke cerita berikutnya dalam

sebuah tulisan yang berbentuk narative text. Selain itu guru akan bisa mengetahui

kemampuan siswa dan melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis Adapun

pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut (1) Guru menyampaikan kompetensi

yang ingin dicapai (2) Menyajikan materi sebagai pengantar (3) guru

menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

dan memberikan contoh atau model (4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara

bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

(5)Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut dan yang dari

alasan/urutan gambar tersebut (6) Guru memulai menanamkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, (7) Kegiatan terakhir adalah

memberikan tugas individu siswa untuk menulis teks atau cerita dengan

menggunakan kata-kata sendiri yang sesuai dengan urutan gambar berseri yang

4

Page 5: Laporan Ptk

sudah diberikan dan sesuai dengan langkah retorika teks narative. Namun

sebelumnya guru memberi atau menunjukkan contoh/model cara menulis teks

berdasarkan urutan gambar berseri (picture and Picture)

Kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris pada ketrampilan menulis melalui

model pembelajaran picture and picture ini lebih efektif, bervariatif, lebih

bermakna, menantang sekaligus menyenangkan dan dapat memotivasi siswa.

Diharapkan melalui model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menulis teks berbentuk naratif. Dengan demikian dalam penelitian ini

dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan

Kemampuan Menulis teks Narative melalui Model Pembelajaran “Picture and

Picture” pada siswa kelas IX ruang 1 MTs Negeri Sampit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, permasalahan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah upaya meningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks

berbentuk narative melalui model pembelajaran picture and picture”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar balakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melatih siswa memahami sebuah teks berbentuk naratif melalui media

gambar berseri (model pembelajaran picture and picture) dengan tujuan siswa

mampu menulis cerita itu berdasarkan gambar tersebut dengan menggunakan

kata-kata sendiri tanpa mengubah arti dan jalan cerita serta tidak mengabaikan

langkah retorika teks narative.

2. Melatih dan mendidik siswa untuk bekerja secara berkelompok, berkolaborasi, ,

aktif, kreatif, berpikir logis dan sistematis.

3. Menyiapkan strategi daripada memberi Informasi

4. Mengelola kelas untuk menemukan sesuatu yang baru

5. Untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative

melalui model pembelajaran “picture and picture” khususnya siswa kelas IX

ruang 1 MTs Negeri Sampit.

5

Page 6: Laporan Ptk

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

a. Mendapatkan model pembelajaran yang baru dalam meningkatkan

kemampuan iswa menulis teks berbentuk narative melalui model

pembelajaran picture and picture

b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat bagi siswa

1) Siswa dapat lebih mudah memahami teks dengan menggunakan media

gambar berseri (picture and Picture) sebagai model pembelajaran.

2) Memperkenalkan model pembelajaran baru yang lebih efektif dan

menarik sehingga siswa lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti

proses pembelajaran

b. Manfaat bagi guru

1) Meningkatkan profesionalisme guru, dan memotivasi guru untuk

berinovasi dalam mengembangkan strategi, metode atau model

pembelajaran, dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke

pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui penelitian-penelitian

ilmiah.

2) Membantu guru dalam menyusun program pembelajaran yang lebih

terpadu dengan model pembelajaran yang lebih dinamis, menyenangkan,

dan bermakna.

3) Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dinamis,

menyenangkan, menarik dan mudah mengontrol perilaku belajar siswa,

karena siswa belajar secara berkelompok sebagai sebuah masyarakat

belajar.

c. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini memberikan wawasan dan perbaikan serta

peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris yang sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan peningkatan kompetensi

guru-guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar pada Madrasyah

Tsanawiyah Negeri Sampit

6

Page 7: Laporan Ptk

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari misinterpretasi/salah penafsiran oleh pembaca mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti dibawah ini peneliti ingin menjelaskan tentang

1. Menulis

Menulis adalah merupakan salah satu jenis ketrampilan berbahasa dari ke 4

ketrampilan dalam bahasa Inggris. Menulis sebagai alat komunikasi dengan cara

mengungkapkan, mencurahkan dan menuangkan ide-ide, gagasan atau pendapat

ke dalam bahasa melalui tulisan di atas kertas.

2. Teks Narative

Teks narative adalah salah satu jenis teks yang menceritakan tentang sebuah

cerita yang imajinatif atau khayalan belaka. Adapun jenis-jenis cerita yang

termasuk dalam teks narative adalah legenda, fabel, mitos, cerita rakyat dan

lain-lain. Sedangkan fungsinya adalah untuk menghibur pembaca dan

pendengar.

3. Picture and picture (Gambar berseri)

Adalah suatu gambar yang terdiri dari beberapa gambar berseri konkrit yang

menunjukkan suatu kegiatan dan saling berkaitan atau berkesinambuangan

bsatu sama lain. Untuk menjadikan gambar-gambar tersebut mempunyai sebuah

makna perlu dilakukan proses penggabungan dengan cara mengurutkan gambar

yang satu dengan yang lain, mengkaitkan, dan merangkai melalui sebuah

tulisan.

7

Page 8: Laporan Ptk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Menulis

Kegiatan munulis merupakan suatu ketrampilan dalam

mengungkapkan makna atau mencurahkan gagasan, ide atau pendapat yang

dituangkan dalam bentuk tulisan dan menghasilkan sebuah teks. Seperti yang

disampaikan oleh Samsudin (Hasani, 2005: 1) menulis adalah aktivitas

seseorang dalam menuangkan ide-ide pikiran dan perasaan secara logis dan

sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh

para pembaca.

Menurut Hasani (2005 : 2) menulis merupakan ketrampilan berbahasa

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis

merupakan kegiatan yang produktif dan expresive, sehingga penulis harus

mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur

bahasa dan kosa kata dengan tepat. Pendapat ini diperkuat oleh Sokolik (2003)

dalam Linse and Nunan (2006), menulis adalah kombinasi antara proses dan

produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta

tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari

kegiatan yang dilakukan oleh penulis.

Sedangkan Karyawanto et al (2003) memberikan pengertian menulis

(writing) adalah sebagai salah satu keahlian/ketrampilan bahasa yang harus

dikuasai oleh para pembelajar jika mereka ingin berhasil dalam pembelajaran

bahasa Inggris

Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu

menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu

gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan,

misalnya kemampuan memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan

unsur-unsur bahasa, kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk

karangan, dan juga pemilihan gaya bahasa yang tepat.

Ada  4 jenis tulisan menurut Gillie, Susan, dan Mumford (1996), yaitu

deskripsi, narasi, ekposisi dan persuasi. Deskripsi adalah penulisan dengan

8

Page 9: Laporan Ptk

penggambaran obyek dengan memanfaatkan lima panca indera, yaitu

penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa. Fokus penulisan

tergantung pada hal panca indera mana, umur pembaca dan emosi pembaca yang

akan ditunjukkan kepada pembaca. Narasi adalah bercerita. Penulisan ini

digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan, melestarikan sejarah dan juga

untuk menghibur pembaca. Sedangkan eksposisi adalah penulisan untuk untuk

menjelaskan suatu proses atau ide-ide. Dalam penulisan ini dibutuhkan hal yang

rinci tentang suatu proses ataupun penjelasan dari suatu definisi. Jenis tulisan

yang keempat adalah persuasi. Jenis tulisan ini berisi untuk membujuk seseorang

untuk melakukan sesuatu. 

Dalam proses menulis, penekanan terletak pada keseimbangan antara

proses dan produk. Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas siswa

diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Joy M. Reid (1988)

mengemukakan bahwa kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus

melalui beberapa tahap yaitu tahap pra penulisan, tahap penulisan, tahap

perbaikan, dan tahap editing. Tahap pra penulisan adalah tahap berpikir sebelum

menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami alasan menulis, pemilihan

subyek yang diminati, memperdalam subyek sehingga mendekati hal yang

benar-benar diinginkan Setelah memperdalam subyek, penulis mengumpulkan

ide-ide. Satu hal dalam tahap ini adalah  perlu dipertimbangkannya calon

pembaca yang akan membaca tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu

konsep yang penting untuk dapat memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti.

Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami untuk

siswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua atau bahkan tulisan

tersebut adalah untuk ilmuwan.  Dengan memahami calon pembacanya, penulis

akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga

pembacanya akan mudah memahaminya.

 Tahap yang kedua adalah tahap penulisan dimana penulis mulai untuk

mengorganisasi semua ide-ide yang ada kedalam kesatuan tulisan yang saling

berkaitan. Ada tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu memulai dan

mengakhiri tulisan dengan jelas, menuliskan suatu pernyataan atau suatu

pendapat dengan jelas, dan menuliskan kalimat-kalimat dengan lancar dimana

unsur koherensi dan kohesi antar paragraf harus diperhatikan. Dengan

9

Page 10: Laporan Ptk

melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan akan dapat

menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya. Tulisan yang berkualitas juga

memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola pendahuluan, isi, dan

kesimpulan. Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk

mau membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada

pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk

bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin

disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik

tulisan tersebut. Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah kesimpulan. Bagian ini

adalah menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi

dengan tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga

berisi tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh

penulis. Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek

kembali tulisannya. 

Tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Pada tahap ini seorang penulis

dapat memberikan tambahan-tambahan berupa ide dan hal-hal yang spesifik.

Selain itu, penulis dapat menggunakan fakta-fakta, gambaran fisik, dan

pengalaman yang dapat meningkatkan ide pokok. Disinilah penulis

berkesempatan untuk berpikir bagaimana membuat tulisannya lebih menarik

pembaca untuk membaca. Di dalam tahap ini pula, penulis dapat mengecek

ulang apakah sudah tercapai tujuan dari suatu tulisan yang akan disampaikan

oleh pembaca dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan

ini, seorang penulis dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya

atau teman. Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena

teman sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca

dari tulisan tersebut. Meskipun demikian bukan berarti semua masukan atau

saran dari teman  tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan bagi

sempurnanya suatu tulisan.

Untuk tahap yang terakhir dari suatu tahap penulisan yaitu tahap

keempat yang disebut dengan tahap editing, seorang penulis dapat membaca

kembali, mengubah dan memperkuat tulisannya dengan mempertimbangkan

kebutuhan dari calon pembacanya dan mempertimbangkan tujuan dari penulisan

tersebut. Selain dua pertimbangan diatas, penulis juga dapat mengecek tata

10

Page 11: Laporan Ptk

bahasa dengan mengurangi kesalahan tata bahasa, kosa kata maupun kesalahan

susunan kalimat. 

Sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa untuk

menulis seperti yang disampaikan oleh Karyawanto et al (2003 : 1) bahwa

faktor-faktor atau kendala yang dihadapi siswa dalam menulis adalah 1)

kurangnya penguasaan struktur kalimat, 2) kurangnya pengetahuan tanda baca

(punctuation), 3) kurangnya motivasi 4) metodologi pengajaran dan 5) media

pembelajaran.

Selain faktor di atas siswa sering beranggapan bahwa menulis dalam

bahasa Inggris itu sulit. Kesulitan itu disebabkan oleh ketiadaktahuan tentang 1)

persoalan yang akan ditulis, 2) tujuan yang akan dicapai dalam tulisan, 3) cara

mengungkapkan gagasan, 4) penggunaan bentuk tata bahasa yang dituntut oleh

tulisan itu, dan 5) kosa kata yang seharusnya digunakan (Tri Wiratno 2003 : 3)

Sesungguhnya kendala diatas bisa diatasi karena siswa dapat menulis

dengan kemampuan terbatas sekalipun, asalkan ia mengetahui tujuannya dan

menyampaikan tujuan itu dengan ciri-ciri kebahasaan yang dikehendaki. Tujuan

itu tidak lain adalah fungsi sosial teks yang dimaksud. Sementara itu kesulitan di

bidang kosa kata dapat diatasi dengan bantuan kamus atau dengan media gambar

berseri yang jelas dan tepat.

2. Narative Text.

Jenis tulisan yang menjadi acuan penulis dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah teks Naratif. Teks Naratif adalah salah satu jenis teks (genre) dalam

bahasa Inggris yang menceritakan sesuatu yang fiktif/imajinatif (hayalan

belaka) atau non fiktif(nyata)(Depdiknas : 2009). Pengertian naratif pada

dasarnya sama dengan narasi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Gorys Keraf

(1989: 135-136) memberikan pendapatnya tentang pengertian narasi adalah

suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa

sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa

itu. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam narasi adalah perbuatan atau

tindakan dan waktu kejadian (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah yang

nantinya menjadi pembeda antara teks narasi dengan jenis teks yang lain.

Pendapat diatas diperkuat Sujanto, J. Ch (1988: 111) mengemukakan bahwa

narasi adalah paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk

11

Page 12: Laporan Ptk

menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa yang berkembang

melalui waktu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teks naratif

adalah suatu teks yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan waktu dan

alur cerita secara logis dan sistematis.

Adapun Tujuan dari teks berbentuk naratif ini adalah untuk menghibur

pendengar atau pembaca dengan pengalaman nyata atau khayal.

Dalam memulai menulis teks berbentuk naratif, terdapat  hal-hal yang

perlu diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca dan menetapkan tujuan

dari penulisan tersebut. Penetapan calon pembaca sangat penting untuk

menetapkan pola bahasa yang akan digunakan dalam menulis. Menulis teks

naratif untuk anak-anak akan sangat berbeda dengan menulis teks naratif untuk

remaja. Demikian juga menulis teks naratif untuk orang dewasa umum akan

berbeda dengan menulis naratif untuk kalangan ilmuwan. Penetapan tujuan juga

sangat penting sebelum menulis teks berbentuk naratif yaitu apakah tulisan

tersebut mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau

mempunyai tujuan untuk menceritakan sejarah, legenda, fabel, myth ataupun

folktale yang kesemuanya itu bertujuan untuk menghibur pembaca dan penulis.

Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam menulis teks

berbentuk naratif sehingga akan menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Untuk menghasilkan tulisan naratif yang berkualitas dan menarik,

menulis teks naratif adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan

dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadian itu terjadi. Ada hal-hal penting

dalam penulisan teks berbentuk naratif yaitu latar belakang, masalah, puncak

masalah, dan penyelesaian, dan akhir dari cerita. Latar belakang(Orientation)

adalah hal-hal yang mendasari penulisan teks naratif yaitu pengenalan latar

seperti: tokoh/karakter, tempat, dan waktu. Latar belakang ini akan memudahkan

pembaca dalam mengikuti alur cerita. Kemudian terdapat masalah/konflik

(complication) yang akan diselesaikan di akhir cerita. Masalah ini akan

memuncak dan penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga. Puncak

masalah ini kemudian diikuti oleh penyelesaian masalah(resolution), terkadang

dalam cerita terkandung pesan moral/koda yang memunculkan perubahkan yang

terjadi pada tokoh atau pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut.

Selanjutnya cerita berakhir (Reorientation).

12

Page 13: Laporan Ptk

Dalam menulis teks berbentuk naratif perlu diperhatikan ciri-ciri

kebahasaannya seperti;

a. Menggunakan action verbs dalam past tense

b. Biasanya dimulai dengan adverb of time seperti long time ago, once upon a

time, in a faraway land

c. Menggunakan time connectives dan conjunctions untuk mengurutkan

kejadian mis: then, before that, after that dsb.

d. Biasanya diikuti adverbs dan adverbial phrases untuk menunjukkan lokasi

kejadian atau peristiwa, mis: here, in the mountain, happily ever after,dsb.

e. Menggunakan saying verbs yang menandai ucapan seperti: said, told, dan

thinking verbs yang menandai pikiran, perasaan tokoh mis: thought, felt, dan

sebagainya.

3. Model Pembelajaran Picture and Picture

a. Pengertian

Model Pembelajaran adalah sesuatu yang melihat pembelajaran sebagai

suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi

lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan

atau perkembangan pada diri siswa

Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan

media gambar berseri. Jadi model pembelajaran picture and picture adalah suatu

desain pembelajaran yang pelaksanaan proses belajar mengajar dengan

menggunakan media gambar berseri untuk menciptakan suasana atau situasi

lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga terjadi perubahan dan

perkembangan yang lebih baik pada diri siswa dari sebelumnya terhadap materi

yang disampaikan dan tercapailah kompetensi/tujuan yang telah dirumuskan.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran picture and picture ini

adalah dengan cara memasang atau mengurutkan gambar berseri acak

berdasarkan teks/cerita secara logis dan sistematis kemudian siswa menulis

kembali jalan ceritanya dengan menggunakan kata-kata sendiri. Penggunaan

media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam

keterampilan menulis. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi

kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk

tulisan. Penjelasan di atas penulis bisa tegaskan dan simpulkan bahwa model

13

Page 14: Laporan Ptk

pembelajaran picture and picture pada dasarnya adalah model pembelajaran

yang metode belajarnya dengan menggunakan media gambar berseri.

Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim

(1997 : 63), mengemukakan pendapatnya bahwa “Penggunaan media gambar

untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi

tulisan-tulisan”, juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Menulis

melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi

siswa”. Sedangkan Bonomo (1973) menyatakan bahwa setiap ruang kelas harus

memiliki file gambar-gambar yang dapat digunakan untuk memberikan

ketrampilan berbahasa asing yang menarik dan bermakna. File tersebut harus

mengandung tiga jenis gambar: (1) gambar individu seseorang atau satu objek,

(2) gambar situasi orang sedang melakukan sesuatu dengan satu objek dimana

hubungan antara orang atau subjek dapat dilihat, (3) gambar-gambar berseri

dalam satu bagan. Demikian juga Soelarko (1980 : 3 ) mengemukakan

pendapatnya bahwa gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan

pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap

lingkungan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kenapa harus menggunakan

media gambar dalam pembelajaran bahasa Inggris karena media yang paling

sering digunakan dan paling unum dipakai oleh guru bahasa Inggris adalah

gambar. Hal ini disebabkan karena gambar (picture) cukup efektif untuk

menarik perhatian siswa. Seperti yang disampaikan oleh Sadiman (1996 : 29 )

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan

bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja. Hal ini

dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar

dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan

menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu

gambar yang digunakan juga harus dipilih dengan selektif seperti yang

disampaikan oleh Sulaeiman (1985), gambar yang digunakan harus jelas,

menarik, mudah dipahami dan cukup besar sehingga bisa dilihat oleh siswa yang

duduk paling belakang. Hal ini penting sebab bila gambar yang digunakan

sebagai media pembelajaran tidak mewakili apa yang kita inginkan atau yang

kita maksud, maka siswa mungkin bingung dan tidak bisa menangkap pesan

14

Page 15: Laporan Ptk

yang disampaikan. Apalagi jika gambar yang digunakan tidak menarik, maka

siswa tidak akan memperhatikan materi yang disampaikan.

Selain itu guru dapat menyampaikan pelajaran dengan menggunakan

media gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu

siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media

gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas. Gambar berseri

merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang

diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu

dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang menunjukkan

situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-

situasi tertentu, sedangkan antara gambar satu dengan lainnya tidak

menunjukkan kesinambungan (Ella FaridaTizen,2008)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan pengertian media

gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang

berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga

antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan

membentuk satu kesatuan. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat

dan efektif untuk membantu siswa dalam keterampilan menulis. Dengan melihat

gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian

dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.

b. Ciri-ciri Gambar Yang Baik Sebagai Media Pembelajaran

Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran

adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al

(1991 : 219), yaitu :

1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.

2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.

3. Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek-

obyek dalam gambar.

4. Berani dan dinamis.

5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.

15

Page 16: Laporan Ptk

c. Peranan gambar sebagai media pembelajaran

Menurut Sudirman et- al (1991 : 220) pernanan gambar sebagai media

pembelajaran yaitu :

1. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa

dalam belajar.

2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.

3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)

4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang

lain.

d. Karakteristik Media Gambar

Menurut Rahadi ( 2003 : 27-28) media gambar memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1). Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek atau peristiwa seperti

jika siswa melihat langsung

2). Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok

dalam gambar tersebut

3). Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran

yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.

4). Memadukan antara keindahan dengan kesesuiannya untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

4). Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media

yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut

seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

e. Manfaat manfaat Media Gambar dalam pembelajaran

Adapun manfaat dari pengajaran dengan media ini menurut Davis (1997)

adalah pendidik dapat mengembangkan keinginan dalam belajar bahasa siswa

melalui gambar berseri, memudahkan peserta didik dalam belajar bahasa,

memberikan kebermaknaan belajar dengan media autentik dalam kehidupan

sehari-hari, dan dapat memberikan keberagaman dalam belajar bahasa dan

unsur-unsur bahasa

f. Kelebihan Media Gambar :

Menurut Sadiman (1996: 31 ) ada beberapa kelebihan dalam menggunakan

gambar sebagai media pembelajaran diantaranya (1) Sifatnya konkrit dan

16

Page 17: Laporan Ptk

lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan

bahasa verbal. (2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) Dapat

mengatasi keterbatasan pengamatan kita (4) Memperjelas masalah bidang

apa saja (5) Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.

g. Kelemahan Media Gambar :

Rahadi (2003 :27) mengemukakan bahwa ada beberapa kelemahan dalam

menggunakan media gambar dalam pembelajaran (1) Hanya menampilkan

persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok

siswa, (2) Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif, (3)

Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif

dalam pembelajaran.

h. Bagaimana siswa belajar melalui gambar

Menurut Sudjana (2001 :12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-

gambar adalah sebagai berikut: :

a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan

berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.

b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat

belajar siswa secara efektif.

c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam

penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.

d. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1

halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.

e. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para

siswa menjadi efektif.

f. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak

bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling

penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan

gambar.

Dengan demikian media gambar merupakan salah satu media

pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara

jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata ke dalam sebuah tulisan.

Respon siswa terhadap penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran

sangat positif. Ketika guru menggunakan gambar siswa sangat tertarik dengan

17

Page 18: Laporan Ptk

pelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan di dalam kelas di mana semua

siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru melalui gambar tersebut.

Ketika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan gambar

tersebut mereka menjawabnya dengan antusias. Mereka saling berlomba untuk

menjawab.

Dalam penelitian ini dipilih media gambar-gambar berseri dalam satu bagan

yang saling berkaitan satu sama lain sebagai model pembelajaran picture and

picture untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative.

Model Pembelajaran picture and picture ini mempunyai langkah -

langkah sebagai berikut:

b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

c. Menyajikan materi sebagai pengantar

d. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

dengan materi

e. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis

f. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

g. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

h. Kesimpulan/rangkuman.

Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran picture and picture

Fase-Fase Tingkah Laku

1. 1. Menyampaikan

kompetensi /tujuan dan

memotivasi siswa;

2. 2. Menyajikan materi;

3. 3. Mengorganisasikan siswa ke

a. - Guru menyampaikan kompetensi

/tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa selama belajar.

b. - Guru menyajikan materi kepada

c. siswa dengan menjelaskan secara

d. Detail

e. - Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

18

Page 19: Laporan Ptk

4. dalam kelompok-kelompok

5. belajar;

6. 4. Memperlihatkan gambar

7.

8. 5. Membimbing kelompok bekerja

9. dan belajar;

6. Meminta siswa untuk

memasang/mengurutkan gambar

7. Menanyakan dasar pemikiran

urutan gambar

8. Memulai menanamkan konsep /

materi

9. Evaluasi;

10. Memberikan penghargaan.

11. Menyimpulkan

kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

f. - Guru menunjukkan gambar

yangberkaitan dengan materi.

g. - Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

a. - Guru menyuruh siswa dalam

kelompok untuk memasang dan

mengurutkan gambar – gambar menjadi

urutan yang logis secara bergantian.

- Guru menanyakan kepada siswa

dalam kelompok tentang alasan/dasar

pemikiran urutan gambar – gambar

tersebut.

c. - Guru memulai menanamkan

konsep/materi sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai Dari

alasan/urutan gambar tersebut

d. - Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

e. - Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

f. - Guru mengakhiri pembelajaran

g. dengan menyimpulkan materi

Pengajaran menulis dengan model pembelajaran picture and picture

(gambar berseri) merupakan alternatif pembelajaran yang sangat menarik dan

sangat mendidik  bagi peserta didik. Hal ini dikemukakan oleh Davis (1997)

19

Page 20: Laporan Ptk

bahwa gambar berseri sangat mendidik siswa dan akan mengarahkan mereka

menuju perkembangan mental. Hal ini berhubungan dengan daya imaginasi dan

kreatifitas siswa dalam menulis suatu cerita. Demikian juga dalam pengajaran.

Gambar berseri akan merefleksikan bahasa dan budaya dari cerita yang

disampaikan. Selain itu, melalui pengajaran dengan gambar berseri suatu cerita

akan menjadi kaya dengan isi dan pengembangan karakter peserta didik.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Selama ini peneliti belum pernah menemukan teman guru yang sudah

melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran picture and

picture. Jadi peneliti tidak bisa mengkaji atau membandingkan dengan hasil

penelitian lain yang relevan. Peneliti mencoba sendiri untuk mengadakan

penelitian dengan menggunakan model pembelajaran ini.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran picture and picture ini dapat menjadikan

siswa lebih banyak belajar dengan media gambar, melalui interaksi dengan teman-

temannya, berpikir logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture

ini dapat meletakkan tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri

siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara

positif.

Dengan mempertimbangkan teori yang melandasi dan didukung metode

belajar yang sesuai, maka sangatlah tepat model pembelajaran picture and picture

ini dipilih untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks

narative terhadap mata pelajaran bahasa Inggris.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah Melalui model pembelajaran “picture and

picture” dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk

narative pada siswa kelas IX R1 MTs Negeri Sampit

20

Page 21: Laporan Ptk

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasyah Tsanawiyah Negeri Sampit

dengan Nomor Statistik Sekolah 21.1.15.02.01. 001 yang beralamat di Jalan Pelita

Barat No. 2 Sampit Telp. (0531) 21833, Kelurahan Mentawa Baru Hilir,

Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi

Kalimantan Tengah. Madrasyah ini beridiri pada tahun 1978. Letaknya sangat

strategis, ada di tengah-tengah kota, sehingga mudah dijangkau. Jumlah guru

seluruhnya 41 orang dan didukung oleh staf dan pegawai sebanyak 7 orang.

Adapun fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ini yang dapat menunjang

kualitas proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah Laboratorium bahasa, fasilitas

internet dan komputer serta perpustakaan. Internet dapat diakses dari

perpustakaan dan dari lab depan computer sekolah. Dengan demikian siswa dapat

mencari tambahan materi pembelajaran melului internet yang ada di perpustakaan.

Di perpustakaan juga terdapat berbagai buku, jurnal ilmiah dan majalah yang

dapat menambah wawasan siswa dalam belajar bsahasa Inggris. Sedangkan

melalui internet siswa dapat mengakses materi yang diperlukan untuk menambah

pengetahuan pada pelajaran bahasa Inggris. Adapun fasilitas yang lain yang

mendukung seluruh kegiatan belajar mengajar di MTs Negeri Sampit adalah

sebagai berikut : 18 ruang kelas , 1 lab IPA, 1 ruang kesenian, 1 ruang serbaguna,

1 ruang UKS, , 1 ruang ganti, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang dewan guru, 1

ruang tata usaha, 1 ruang OSIS, 2 WC guru dan TU, 11 WC siswa, 1 ruang

satpam, 1 mushola, 1 gudang, 1 kantin kejujuran dan 7 kantin sekolah.

Madrasyah memiliki Visi, Misi, Dan Tujuan Sekolah sebagai berikut :

Visi :

Unggul dalam prestasi, akhlak mulia dan asri

Misi:

1. Mewujudkan pengembangan imtaq dan iptek.

21

Page 22: Laporan Ptk

2. Mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai potensi yang dimiliki.

3. Menjadikan semangat keunggulan sebagai sebuah tradisi kepada seluruh

warga madrasah.

4. Menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai dan berbudi pekerti

luhur.

5. Mewujudkan lingkungan yang aman dan asri.

Tujuan Sekolah

1. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan

bakat peserta didik.

3. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik.

4. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang

mandiri dan berguna.

5. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut.

Ciri khas MTs Negeri Sampit adalah :

1. Memiliki budaya disiplin yang tinggi baik guru, tata usaha maupun siswa

2. Menjunjung tinggi nilai-nilai Imtaq dalam pengembangan pribadi yang Islami

Hasil Prestasi Sekolah

MTs Negeri Sampit juga tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain di

Kabupaten. Madrasyah ini memiliki segudang prestasi baik di tingkat kecamatan,

kabupaten, propinsi maupun di tingkat nasional yang mencakup bidang lomba

ilmu pengetahuan, keagamaan, seni dan budaya, lingkungan yang hijau, bersih

dan sehat, karya ilmiah siswa dan lain-lain.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap tahun pelajaran

2009/2010, selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan April

2010. Dipilihnya waktu itu karena permasalahan yang ditemui mulai dari awal

tahun pelajaran yaitu pada bulan Juli sampai bulan Desember di kelas tersebut,

sehingga jika keadaan ini ditangani dengan serius, maka tujuan pembelajaran

tidak akan dapat tercapai sesuai rencana. Berikut ini adalah tabel jadwal

persiapan penelitian dan Pelaksanaan PTK.

22

Page 23: Laporan Ptk

Tabel 2. Jadwal Persiapan Penelitian

No. Waktu Kegiatan Tempat

1. Minggu Pertama

tanggal 1 s/d 4 Januari 2010

Penyusunan Silabus dan

Pembuatan RPP

Sampit

2. Minggu kedua

Tanggal 11 – 16 Januari

2010

Penyusunan Bahan Ajar

Pembuatan Media

pembelajaran

Sampit

3 Minggu Ketiga

Tanggal 18 s/d 23 Januari

2010

Penyusunan lembar

Kuesioner/angket untuk siswa,

Pembuatan lembar observasi

untuk guru dan siswa,

Pembuatan format penilaian

proses untuk siswa oleh guru,

Pembuatan soal pre/post test

dan lembar evaluasi (soal

siklus 1 dan 2)

Pembuatan Daftar hadir siswa

Sampit

4 Minggu keempat

Tanggal 26 s/d 30 2010

Penyusunan Proposal Sampit

5 Minggu Pertama

Tanggal 6 Mei 2010

Seminar Hasil Laporan PTK Sampit

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX Ruang 1

MTs Negeri Sampit, yang terdiri dari 43 siswa, 23 orang perempuan dan 20 laki-

laki. Siswa-siswa ini memiliki kemampuan dan karakter yang hiterogen serta latar

belakang ekonomi keluarga yang tidak sama pula. Adapun subyek penelitiannya

sebagai berikut:

Tabel 3. Daftar Nama Siswa Kelas IX R1 MTs Negeri Sampit

No Nama Siswa JK

1 Afif Nurfiqqi AB L

2 Agustina Anggraini P

23

Page 24: Laporan Ptk

3 Ahmad Nur Hanafis L

4 Alma Ahdina P

5 Ana Muslimah P

6 Ayu Oktavia Sari P

7 Ayu Sundawati P

8 David L

9 Dwi Cahyo Bayu Putro L

10 Dwi Prihatin P

11 Egi Ramadhalita P

12 Erny Yuniarti P

13 Fadia Aqilla Hayya Al B. P

14 Haidianor Ridwan L

15 Hairul Arifin L

16 Hamdan Ilahi L

17 Ibnu Satria L

18 Ibnu Yustia Ramadhan L

19 Ikhsanul Muadibs L

20 Isnaniah P

21 Jumiati P

22 Letiysia P

23 Luthfia Noorannisa P

24 Marpuah P

25 Miftahul Jannah P

26 Miftahu Rahman Taufik L

27 Muhammad Nurzain L

28 Mulya Ningsih P

29 Novia Indri Yanti Y. P

30 Nur Rahman Alhamidi L

31 Rahmadiannor L

32 Rahmatullah L

33 Raudhatul Annisa P

34 Ricky Apriadi L

35 Rian Enu Abdi Saputro L

36 Risky Hasmiansyah L

37 Saiful Effendi L

38 Satria Wijaya L

39 Sella Sugianti P

40 Sepnita Wulandari P

41 Sri Rahayu P

42 Wiwik Krisnawati P

43 Yana Utami P

C. Sumber Data

24

Page 25: Laporan Ptk

Sumber data untuk penelitian tindakan kelas ini diambil dari siswa secara

langsung. Sedangkan data yang bersumber secara tidak langsung adalah data yang

didapat dari hasil wawancara dengan guru lain tentang pendapat mereka terhadap

kemampuan siswa di kelas ini. Data pendukung lain yang didapat secara tidak

langsung adalah data tentang keberadaan kemampuan dan latar belakang ekonomi

siswa yang mungkin dapat mempengaruhi dan dapat digunakan sebagai data

penunjang.

Sedangkan jenis data yang didapatkan yaitu data kuantitif dan data kualitataf.

Data kuantitatif adalah data hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa yang

didapat dari pemberian tes yang berupa skor kompetensi siswa pada aspek

kognitifnya. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa pengamatan terhadap

aspek afektif dan psikomotor siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris

berlangsung.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini dengan

menggunakan teknik tes dan non tes. Tes diberikan untuk melihat kemampuan siswa

sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada penelitian tindakan kelas ini. Adapun

alat pengumpulan datanya adalah berupa pre test yang diberikan sebelum perlakuan

penelitian tindakan kelas, tugas kelompok yang diberikan selama pelaksanaan

penelitian tindakan kelas dan tugas individu yang diberikan setelah pelaksanaan

penelitian tindakan kelas diakhir setiap siklus 1 dan 2 serta post test.

Soal pre test dan post test dibuat dalam bentuk uraian dan menulis teks

berbentuk narative. Bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa

untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah

dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam

bentuk uraian tertulis (Depdikbud, 1999: 49); (Hamzah, et. al, 2001: 70). Oleh karena

itu, untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan dalam mengekspresikan gagasan,

dianjurkan agar dalam melaksanakan tes menggunakan tes bentuk uraian (Suherman,

1994: 69-70).

Pertimbangan lain digunakannya bentuk tes uraian tidak terlepas dari

keunggulannya, yaitu dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal

mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat, dan mengekspresikan gagasan-

gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri (Depdikbud, 1999:

25

Page 26: Laporan Ptk

50). Dalam menjawab soal uraian, siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, proses

berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil

evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil

evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya (Suherman, 1994: 67).

Di samping keunggulannya, tes uraian juga memiliki kelemahan, yaitu: (1)

jumlah materi pokok bahasan yang dapat dijangkau sangat terbatas, (2) penskoran

relatif subjektif, (3) pemeriksaan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, dan (4)

pemeriksaan cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak

(Suherman, 1994: 68) dan (Depdikbud, 1999: 50-51).

Untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam tes uraian,

dilakukan langkah-langkah, yaitu: (1) pedoman penskoran bersamaan dengan

pembuatan soal, (2) pemeriksaan dilakukan pernomor soal, (3) dilakukan pemeriksaan

lebih dari satu kali untuk mengurangi subjektivitas. Dengan langkah-langkah ini

diharapkan diperoleh suatu tes bentuk uraian yang memenuhi syarat-syarat tes yang

baik.

Tugas kelompok yang diberikan selama perlakuan penelitian tindakan kelas

adalah guru membagi kelas kedalam kelompok dan setiap kelompok teridiri dari 7

siswa yang mana tugasnya setiap kelompok akan memerima materi berupa teks acak

dan gambar berseri acak yang sesuai untuk diurutkan dan dipasang oleh masing-

masing anggota kelompok secara bergantian. Kemudian setelah tugas kelompok ini

selesai, salah satu anggota kelompok mempresentasikan di depan kelas hasil dari kerja

kelompok. Sedang kelompok lain menanggapi atau memberi pertanyaan. Guru

mengevaluasi, menyimpulkan dan memberi nilai hasil kerja kelompok serta

memberikan apresiasi kepada kelompok yang mendapatkan nilai terbaik.

Tugas individu diberikan setiap akhir siklus yang mana siswa harus menulis

sebuah cerita/teks/ berbentuk narative yang sesuai dengan urutan gambar berseri

yang diberikan sebagai media dengan menggunakan kata-kata sendiri. Guru

mengoreksi dan memberikan nilai secara individu. Hasil tes ini digunkan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative.

Adapun kisi-kisi soal sebagai berikut:

26

Page 27: Laporan Ptk

Tabel 4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menulis Siklus I

SK/KD INDIKATOR

S

I

K

L

U

S

I

11. Mengungkapkan makna dalam

text tulis fungsional dan esei pendek

sederhana berbentuk narative dan

reportuntuk berinteraksi dalam

konteks kehidupan sehari-hari

12.2. Mengungkapkan makna dan

langkah etorika dalam esei pendek

sederhana dengan menggunakan

ragam bahasa tulis secara akurat,

lancar dan berterima untuk

berinteraksi dalam konteks

kehidupan sehari-hari dalam text

berbentuk narative dan report.

1. Mengamati dan memahami gambar berseri

tentang cinderela dan A lion and a mouse

2. Menulis cerita tentang cinderela dan A

lion and mouse dengan menggunakan

langkah retorika teks narative dengan

benar dan menggunakan kata-kata sendiri

berdasarkan gambar berseri (picture and

picture) tersebut.

Tabel 5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menulis Siklus II

SK/KD INDIKATOR

S

I

K

L

U

S

II

11. Mengungkapkan makna dalam

text tulis fungsional dan esei pendek

sederhana berbentuk narative dan

reportuntuk berinteraksi dalam

konteks kehidupan sehari-hari

12.2. Mengungkapkan makna dan

langkah etorika dalam esei pendek

sederhana dengan menggunakan

ragam bahasa tulis secara akurat,

lancar dan berterima untuk

berinteraksi dalam konteks

kehidupan sehari-hari dalam text

berbentuk narative dan report.

1. Mengamati dan memahami gambar berseri

tentang A Little Chipmunk and the Lion.

2. Menulis cerita tentang A Little Chipmunk

and the Lion dengan menggunakan

langkah retorika teks narative dengan

benar dan menggunakan kata-kata sendiri

berdasarkan gambar berseri (picture and

picture) tersebut.

27

Page 28: Laporan Ptk

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk

narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture ini peneliti

menggunakan pedoman penilaian yang diambil dari Panduan Materi Ujian Sekolah

tahun 2004/2005 bahasa Inggris praktek “Menulis” (writing) yang diterbitkan oleh

Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya sebagai berikut :

Tabel 6. Pedoman Penilaian Praktek Menulis (Writing)

Score Content Spelling Structure Coherence Punctuation

4 Very

Good

Lebih dari 91 %

benar

Lebih dari 91 %

benar

Lebih dari 91 %

coherence

Lebih dari 91 %

benar

3 Good 71 % s/d 90 %

benar

71 % s/d 90 %

benar

71 % s/d 90 %

Coherence

71 % s/d 90 %

benar

2 Fair 51 % s/d 70 %

benar

51 % s/d 70 %

benar

51 % s/d 70 %

coherence

51 % s/d 70 %

benar

1 Bad Kurang dari 50 %

benar

Kurang dari 50 %

benar

Kurang dari 50 %

coherence

Kurang dari 50 %

benar

(Dikutip dari Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun 2004/2005 Bahasa Inggris

Praktek Menulis)

Untuk mendapat skor akhir dari kemampuan siswa menulis teks berbentuk

narative diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut , jumlah soal 1 menulis teks

skor masing-masing poin adalah makskimal 4, sehingga skor maksimal untuk tes

menulis teks berbentuk narative adalah 100. Tingkat ketepatan dan kelengkapan

tulisan mempunyai rentang skor 1 – 4. Sehingga perolehan skor untuk tes menulis

adalah:

Skor =

Perolehanskor

20x 100

Sedangkan teknik non tes diberikan untuk melihat bagaimana keaktifan,

kerjasama, kedisiplinan siswa selama dalam penelitian tindakan kelas ini. Alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah lembar observasi, dan format

penilaian aspek keaktifan, kerjasama, kedisiplinan siswa selama proses kegiatan

belajar mengajar dalam penelitian.

28

Page 29: Laporan Ptk

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah:

1. Mentabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap

akhir siklus dari hasil observasi.

2. Mencari rata-rata hasil tes yang telah dikuantifikasikan, dan menentukan tingkat

kemampuan dan ketuntasan klasikal.

F. Indikator Kinerja

Jika ditinjau dari tujuan penelitian penetapan indikator kinerja ini bertujuan

untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

Indikator kinerja ini merupakan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: Terjadi

peningkatan kemampuan menulis teks narative pada mata pelajaran bahasa Inggris

pada akhir penelitian ini sebesar 24,54%, dan ketuntasan belajar klasikal siswa

mencapai 100% pada akhir siklus dalam penelitian ini.

G. Prosedur Penelitian

Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini peneliti bersama guru mitra

terutama guru bahasa Inggris dan kepala sekolah bersama-sama membuat suatu

kesepakatan baik dalam penentuan jadwal maupun model pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian. Guru mitra sebagai observer dimohon bantuannya

untuk ikut membantu dalam mengobservasi/mengamati pada saat pelaksanaan

penelitian. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua

siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi

dan refleksi.

Rencana tindakan siklus I

1. Perencanaan :

Tahap ini mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka

mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut

adalah :

a. Melakukan refleksi awal, kemudian mencatat data awal, sebelum

dilaksanakan penelitian.

29

Page 30: Laporan Ptk

b. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan

menggunakan model pembelajaran “picture and picture”

c. Menyusun silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun

tes (pre/post test) bentuk uraian dan rearrange the jumbled paragraph

d. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas /

alat bantu/ media yang diperlukan

e. Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa, dan

f. Membuat lembar kuesioner/angket

g. Membuat format penilaian proses pelaksanaan PTK

h. Membuat daftar hadir siswa

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario

pembelajaran melalui model pembelajaran picture and picture yang telah

direncanakan. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan pembelajaran adalah :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya mempersiapkan

materi dan merancang pembelajaran yang mengarah ke model pembelajaran

picture and picture, membuat kriteria kelompok heterogen (jenis kelamin,

kemampuan serta agama) dan mempersiapkan instrumen observasi untuk

mitra guru disertai cara penskoran serta mempersiapkan soal pre test untuk

siswa.

b. Tahap Awal

Pada tahap awal ini, untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan

(prior knowledge) siswa sebelum mereka menerima materi yang akan

diberikan oleh peneliti, siswa diberi tes berupa pre test dalam bentuk uraian.

Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil penelitan

antara sebelum dan sesudah perlakuan penelitian tindakan kelas.

c. Tahap Penyajian Materi

Dalam tahap ini, pengajar melakukan warming up berupa permainan

(game) dan menunjukan beberapa gambar serta meminta siswa untuk brain

storm (curah gagasan) yang berkaitan dengan materi . Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kesiapan siswa dan untuk menarik minat siswa dalam mengikuti

30

Page 31: Laporan Ptk

kegiatan pembelajaran kemudian pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran

untuk memotivasi rasa ingin tahu, memberikan apersepsi, umpan balik

sesering mungkin, penjelasan yang tepat agar tidak terjadi miskonsepsi, dan

beralih pada konsep lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

d. Tahap Kegiatan Kelompok

Selanjutnya guru meminta siswa untuk masuk ke dalam kelompok dan

menjelaskan langkah – langkah kegiatan kelompok. Setiap kelompok

mendapat materi berupa jumble paragraph dan jumble series pictures yang

dibagikan, siswa mempelajari, memahami, menyusun dan memasang jumble

paragraph dan jumble series pictures pada kertas karton yang disediakan

secara bergantian kemudian setelah selesai ketua kelompok memasang hasil

kerja di papan tulis dan mempresentasikannya didepan kelas untuk mendapat

tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya dilakukan secara bergantian dari

kelompok lain.

e. Kegiatan selanjutnya guru memberikan tanggapan atau evaluasi dan

penegasan serta kesimpulan tentang hasil kerja kelompok yang dibahas.

f. Setelah itu guru memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok

yang hasil kerja kelompoknya mempunyai nilai paling bagus.

g. Tahap penutup (Tes Kemampuan Menulis/writing).

Dilakukan tes setelah selesai penelitian pada akhir siklus, tes

dikerjakan secara individu. Bentuk tesnya adalah menulis teks berbentuk

narative yang dikerjakan selama kurang lebih 60 menit. Hasil tes menulis

digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan siswa

menulis (writing) pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya materi teks

narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.

Kemudian untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan diberikan post

test setelah tes menulis siklus 2 pada hari yang sama.

3. Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas

dengan menggunakan lembar observasi dan format penilaian aspek keaktifan,

kerjasama dan kedisiplinan siswa selama proses pelaksanaan penelitian tindakan

kelas

31

Page 32: Laporan Ptk

4. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.

Pada tahap ini pengajar/peneliti dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi

dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran. Hasil analisis data yang

dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan

siklus berikutnya.

Di bawah ini bisa dilihat alur/urutan prosedur penelitian

32

Page 33: Laporan Ptk

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pada siklus I maupun II yang

dilaksanakan di kelas IX Ruang 1 Siswa MTs Negeri Sampit dapat diketahui hasil sebagai

berikut:

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dicatat keadaan kelas untuk

dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian. Hasil pencatatan

menunjukkan bahwa selama 6 bulan dari bulan Juli s/d Desember 2010 mengajar di

kelas IX R1 di semester ganjil banyak terdapat masalah yang merisaukan yang

mengarah pada rendahnya kemampuan siswa belajar bahasa Inggris terutama pada

kemampuan/ketrampilan menulis teks berbentuk narative. Untuk mendapatkan

perbandingan hasil sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas, siswa

diberikan tes berupa pre test. Adapun dari kegiatan pemberian tes berupa pre test

didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Refleksi Pada Pre Test

Kriteria Perolehan Skor

Keterangan

Kemampuan Siswa

dalam menulis (writing)

Nilai rata-rata

Daya serap

Ketuntasan

50,34 %

50,34 %

46,51 %

Hanya 20 dari 43 siswa

yang mendapatkan nilai di

atas KKM

Jika dilihat dari nilai rata-rata kemampuan awal siswa (prior knowledge)

tentang teks narative pada pelajaran bahasa Inggris dari hasil pre test sebelum

dilakukan penelitian tindakan kelas hanya tercapai 50,34% , sedangkan ketuntasan

belajar pada kelas ini tercapai 46,51 %, karena dari 43 siswa hanya 20 orang yang

33

Page 34: Laporan Ptk

mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Kutuntasan Minimal). Sementara itu sisanya

lagi 23 siswa nilaianya berada di bawah nilai KKM (data selengkapnya terdapat dalam

lampiran 1). Dengan demikian pengulangan materi dilakukan secara klasikal, agar

tercapai ketuntasan maksimal.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan sudah dimulai pada awal bulan Januari tahun 2010, dengan

mempertimbangkan perolehan hasil dari tes berupa pre test. Di dalam merancang

perencanaan, tidak banyak ditemui kendala. Adapun perencanaan yang dibuat

adalah :

a. Membuat jadwal pelaksanaan yaitu penelitian dilaksanakan setiap hari Selasa

dan Sabtu sesuai jadwal mata pelajaran bahasa Inggris di kelas IX Ruang 1

MTs Negeri Sampit, seperti tertera di bawah ini:

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Kegiatan

1. Siklus I

Sabtu, 30 Januari 2010

Selasa, 2 Februari 2010

Selasa, 16 Februari 2010

Pertemuan 1 RPP 1

Pertemuan 2 RPP 2

Pertemuan 3 Tes kemampuan menulis (writing) Siklus I

2. Siklus II

Selasa, 2 Maret 2010

Sabtu, 6 Maret 2010

Pertemuan RPP 3

Pertemuan 5 Tes kemampuan menulis (writing) siklus II dan Post Test

3. Minggu ke 3 bulan Maret s/d akhir April 2010

Analisis data & penyusunan laporan.

34

Page 35: Laporan Ptk

b. Penyusunan lembar rekapitulasi hasil observasi dan tes kemampuan

siswa dalam menulis (writing) tiap akhir siklus (Lampiran 1-7)

c. Penyusunan silabus untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang diimplementasikan dalam penelitian ini serta pembuatan RPP

(Lampiran 8)

d. Pembuatan soal tes untuk pre, siklus 1 dan 2 (9-11)

e. Pembuatan lembar observasi, lembar penilaian aspek keaktifan,

kerjasama, dan kedisiplinan siswa selama proses pelaksanaan PTK dan

lembar kuesioner(Lampiran 12-14)

f. Pembuatan daftar hadir siswa (lampiran 15)

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dibuat pada perencanaan,

maka pelaksanaan penelitian siklus 1 ini sebanyak 3 kali pertemuan dimulai

pada hari Sabtu, 30 Januari 2010 sebagai pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1(RPP

1) , Selasa 2 Februari 2010 pertemuan ke 2 (RPP 2), Selasa 16 Februari 2010

pertemuan 3 yaitu pelaksanaan tes siklus 1. Pada awal kegiatan ini guru

menyampaikan bahwa dalam 2 bulan ke depan, guru bersama siswa akan

memperbaiki kualitas pembelajaran melalui penggunaan sebuah model

pembelajaran. Pada kesempatan itu, guru juga meminta anak-anak berkomitmen

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative melalui model

pembelajaran picture and pictur. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas

ini sesuai dengan skenario yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang telah dibuat. Secara umum skenario pembelajaran pada setiap RPP

berdasarkan rancangan model pembelajaran Picture and picture mengikuti

urutan sebagai berikut:

1) Pada awal pertemuan, pengajaran dimulai dengan memberi salam (greeting)

menanyakan keadaan siswa, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa

agar mereka memiliki kesiapan belajar melalui warming up seperti

menunjukkan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi, dialog-

dialog singkat (brain storming), game berupa riddle dan tongue twister.

35

Page 36: Laporan Ptk

2) Setelah siswa tampak siap untuk memulai belajar maka guru mulai

menyajikan materi secara sistematis, dengan melakukan apersepsi untuk

mengantarkan siswa ke arah pemahaman mata pelajaran bahasa Inggris pada

materi narative text yang sesuai dengan kurikulum. Dalam menyajikan

materi guru menyelingi penjelasannya dengan mengajukan pertanyaan

kepada siswa secara acak,

3) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok besar yaitu

ada 6 (enam) kelompok masing-masing kelompok mempunyai 7 anggota

yang heterogen.

4) Guru membagikan materi berupa paragrap acak dan gambar berseri acak

yang sama pada masing-masing kelompok, kertas karton dan lem dan

menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing kelompok.

5) Kemudian siswa saling mengamati dan memahami paragrap dan gambar

berseri acak yang saling berkaitan tersebut untuk diurutkan dan dipasang

secara logis, sistematis dan masing-masing anggota kelompok memasang

secara bergantian.

6) Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompok di depan kelas, dan ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain.

7) Kemudian guru memberikan tanggapan dengan menanyakan dasar/alasan

urutan gambar tersebut, memberikan penegasan dan kesimpulan. Tiap

kelompok diberi skor atas penguasaannya dan ketepatannya dalam

mengurutkan dan memasang paragrap dan gambar berseri acak tersebut,

dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi, cepat dalam

menyelesaikan tugas sebelum waktu yang ditetapkan atau memperoleh skor

sempurna diberi penghargaan.

8) Untuk mendapatkan hasil dari penelitian dan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis (writing) khususnya teks berbentuk

narative guru memberikan tes kepada siswa secara individu untuk menulis

teks berbentuk narative melalui media gambar berseri (model pembelajaran

picture and picture) pada setiap akhir siklus.

36

Page 37: Laporan Ptk

3. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan para observer dan peneliti pada penelitian tindakan

kelas siklus 1 pertemuan 1 dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

siswa nampak pada wajahnya bertanya-tanya sebab tidak biasanya siswa belajar

dibagi dalam kelompok. Namun banyak hal yang belum bisa dilakukan dengan

sempurna oleh siswa, hal serupa yang dialami oleh guru sebab guru juga baru

pertama kali melaksanakan model pembelajaran picture and picture.

Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus 1 pertemuan 1 ini yang paling

banyak memakan waktu, sebab guru masih menunggu, karena penjelasan yang

diberikan untuk persiapan siswa bekerja dalam kelompoknya lambat sekali. Siswa

masih tampak ragu-ragu dalam menerima tugas yang baru diinformasikan. Ketika

guru membagi jumlah kelas dalam kelompok-kelompok kecil terlihat mulai

menunjukkan antisosial dan rasa ingin tahu, mereka ada yang bertanya-tanya apa

yang akan dilakukan ketika guru membagikan potongan-potongan atau lembaran-

lembaran teks berupa paragrap acak dengan gambar-gambar berseri acak, kertas

karton dan lem serta isolasi.

Tampak pada awalnya, mereka masih banyak yang diam dengan

pemikirannya masing-masing. Mereka masih ada yang malu, enggan untuk bicara

dengan teman satu kelompok. Setelah mereka lebih lama, mereka sadar dan paham

dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan dalam kelompok. Ada beberapa

kelompok yang sudah mulai serius bekerja namun ada kelompok lain yang masih

belum serius terbukti ketika waktu yang diberikan sudah habis ada satu kelompok

yang memasang dan mengurutkan gambar hanya dapat separuh. Respon dari siswa

ternyata lebih baik, terbukti dari sebagian besar kelompok aktif, antusias dan

berusaha bersaing untuk lebih dulu menyelesaikan tugasnya dan mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya.

Sedangakan pelaksanaan pertemuan ke 2 siklus 1 sama seperti pertemuan ke

1. Dari hasil pengamatan mitra guru atau observer dan guru peneliti pada siklus

pertama pertemuan kedua ini siswa nampak lebih bersemangat, bergembira, aktif,

senang dan berantusias dalam mengikuti jalannya kegiatan belajar mengajar

selama proses perlakuan penelitian tindakan kelas. Sehingga pada pertemuan ini

didapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa siswa lebih mendalam dalam

memahami teks berbentuk narative baik mengenai pengertiannya, fungsinya,

37

Page 38: Laporan Ptk

langkah retorika atau struktuktur teks (generic structure) maupun ciri

kebahahasaaannya melalui model pembelajaran picture and picture, sehingga

pemahaman ini akan lebih membantu dan memudahkan siswa untuk menulis teks

berbentuk narataive. Namun pada pertemuan kedua ini belum diberikan tes menulis

teks berhubung waktunya tidak cukup dan tes akan diberikan pada pertemuan

berikutnya.

Untuk mendapatkan hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus

1 pertemuan 1 dan 2 diberikan tes yang dilaksanakan pada pertemuan ke 3 sesuai

dengan jadwal mata pelajaran bahasa Inggris yaitu pada hari Selasa, 16 Februari

2010.

Setelah diberikan tes kemampuan siswa menulis teks berbentuk narative

melalui model pembelajaran picture and picture pada akhir siklus, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Refleksi pada Siklus I

Kriteria Perolehan Skor

Keterangan

Kemampuan Siswa

dalam menulis

Nilai rata-rata

Daya serap

Ketuntasan

69,07 %

69,07 %

76,74 %

Terdapat 33 dari 43 siswa

yang mendapatkan nilai di

atas KKM

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa setelah diberikan tindakan pada

siklus pertama (untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2), sudah

tercapai peningkatan kemampuan siswa dalam menulis (writing) secara optimal,

bahkan sudah melebihi 15% peningkatannya. Karena perolehan rata-rata hasil tes

pada tahap pre test hanyalah 50,34%, tetapi pada akhir siklus I sudah mencapai

69,07%. Ini berarti sudah terjadi peningkatan kemampuan siswa sebesar 18,73%.

Tetapi untuk ketuntasan belajar belum mencapai 100%, karena pada saat itu masih

ada 10 siswa yang belum mencapai ketuntasan maksimal, meskipun telah terjadi

peningkatan ketuntasan klasikal dari 46,51% menjadi 76,74%.

38

Page 39: Laporan Ptk

Sedangkan dari hasil pengamatan non test dari para observer dengan

menggunakan lembar penilaian aspek keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan selama

proses kegiatan penelitian tindakan kelas siklus 1 di ruang kelas terhadap 43 siswa

diperoleh hasil 81 % siswa aktif/bekerjasama dan disiplin sedangkan yang kurang

aktif/bekerjasama/disiplin hanya 19 % (lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa

belajar dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture yang mana

metode belajarnya dengan media gambar berseri akan memotivasi dan menarik

perhatian siswa, terbukti siswa menjadi aktif, bersemangat, suka bekerjasama dan

disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar selama penelitian tindakan

kelas. Di samping itu dengan menggunakan media gambar berseri siswa akan lebih

mudah mengungkapkan dan menunangkan ide cerita , gagasan atau pikiran yang

terkandung pada gambar berseri tersebut ke dalam tulisan. Oleh karenanya

dipilihnya model pembelajaran ini karena sangat efektif dan tepat diterapkan dalam

ketrampilan menulis.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus

pertama ini, strategi guru, dalam mengkondisikan kesiapan belajar siswa untuk

mengerjakan tugas dalam kelompoknya belum dilakukan dengan baik, karena

penjelasan yang diberikan belum bisa dimengerti dengan baik oleh siswa.

a. Siswa masih ada yang lebih suka untuk berpikir sendiri kurang tertarik untuk

bekerja dalam kelompok berbagi ide, gagasan atau pendapat dengan temannya.

Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan

model pembelajaran picture and picture tetapi tidak semua siswa. Hal ini bisa

dilihat dari hasil observasi dalam kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan

dari 43 siswa, yang mana kriterianya tergolong cukup. (Format hasil observasi

terlampir).

b. Guru perlu memberi bimbingan pada kelompok yang lambat dalam

menyelesaikan tugasnya sehingga dapat memanfaatkan waktu dengan efisien.

c. Guru belum maksimal dapat membimbing semua kelompok sebab perhatian guru

belum mampu menjangkau semua kelompok, sehingga masih ada siswa dalam

kelompok yang kurang aktif.

d. Guru lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam

bekerja kelompok.

39

Page 40: Laporan Ptk

e. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang hasilnya mendapat nilai

tertinggi atau terbaik.

f. Guru juga perlu membantu siswa dalam mengerjakan tugas individu yang

mengalami kesulitan grammar dan vocabulary dalam menulis teks berbentuk

narative dengan menggunakan media gambar berseri.

Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kemampuan siswa

dalam menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan model pembelajaran

picture and picture pada siswa kelas IX Ruang 1 MTs Negeri Sampit, jika

dibandingkan dengan hasil dari refleksi awal atau hasil pre test pada pra PTK

diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Rata-rata kemampuan siswa meningkat sebesar 18,73% yaitu dari perolehan rata-

rata sebelumnya 50,34% menjadi 69,07 %.

2. Ketuntasan klasikal meningkat cukup signifikan yaitu dari 46,51% menjadi

76,74%, tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal 100% sesuai dengan indikator

yang ditetapkan.

Dengan demikian guru perlu membiasakan kondisi siswa untuk menggunakan

model pembelajaran picture and picture untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam mata pelajaran bahasa Inggris terutama ketrampilan menulis(writing), serta

berupaya untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang

telah dicapai pada siklus I. Sehingga dalam pelaksanaan siklus ke II dapat dibuat

perencanaan sebagai berikut :

a. Guru memberi stimulir pada kelompok yang lamban, sehingga waktu dapat

digunakan dengan efisien.

b. Guru lebih banyak memberikan pengarahan dan bimbingan secara merata agar

dapat membantu proses penyelesaian tugas dalam kelompok yang masih lemah

pemahaman cara berdiskusi dan bekerja sama.

c. Memberikan motivasi kepada kelompok siswa agar lebih aktif lagi dalam

pembelajaran.

d. Guru lebih intensif membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan

maupun kepada siswa yang mengerjakan tugas individu.

e. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi selama proses

perlakuan PTK.

40

Page 41: Laporan Ptk

C. Deskripsi Hasil Siklus II

Pada tindakan siklus II ini, materi yang diajarkan adalah sama seperti yang

diajarkan pada siklus I, hanya berbeda pada indikatornya. Untuk tindakan kedua ini,

guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan. Kegiatan ini dimulai pada hari Selasa

tanggal 2 Maret 2010, selama dua kali pertemuan, sebagai tindak lanjut dari hasil

refleksi pada akhir siklus I. Pelaksanaan kegiatan pada siklus ke II ini, lebih banyak

menekankan pada hasil refleksi siklus I. Sedangkan bentuk kegiatannya hampir sama

dengan kegiatan pada siklus I. Hanya pada pertemuan ke-4, lebih banyak menekankan

pada aspek keterampilan, karena pada pertemuan ke-5, tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai adalah siswa benar-benar bisa meningkatkan kemampuannya dalam

menulis (writing) teks narative dengan menggunakan model pembelajaran picture and

picture. Sehingga bisa dicapai ketuntasan klasikal 100 %.. Untuk itu pada pertemuan

ke 5 ini merupakan akhir dari siklus II dan diberikan tes menulis(writing) teks

narative.

Adapun perolehan hasil pada akhir siklus kedua dan dari hasil observasi (data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3) diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Refleksi pada Siklus II

Kriteria Perolehan Skor

Keterangan

Kemampuan Siswa

dalam menulis (writing)

narative text.

Nilai rata-rata

Daya serap

Ketuntasan

74,88 %

74,88 %

100 %

Terdapat 33 dari 43 siswa

yang mendapatkan nilai di

atas KKM

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa

dalam menulis teks narative diperoleh 74,88 % meningkat dari 69,07. Jika dilihat

prosentase peningkatan, telah terjadi peningkatan sebesar 5,81%. Sedangkan untuk

ketuntasan belajar diperoleh hasil yang sudah mencapai 100%. Hal ini disebabkan

karena guru dan siswa sudah berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan

41

Page 42: Laporan Ptk

kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan

model pembelajaran yang selama ini berlum pernah diterapkan.

Dari hasil observasi dalam proses pembelajaran dapat diketahui bahwa hasil

pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kedua ini, strategi guru, dalam

mengkondisikan kesiapan belajar siswa untuk mengerjakan tugas dalam

kelompoknya maupun tugas individu sudah dapat dilakukan dengan baik, karena

penjelasan yang diberikan sudah bisa dimengerti dengan baik oleh siswa. Siswa

sudah menggunakan hasil pemikiran bersama kelompoknya dalam menyelesaikan

tugas kelompok yaitu mengurutkan teks berupa paragrap acak dan gambar berseri

sesuai dengan jalan ceritanya secara bergantian yang selanjutnya siswa

mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Sudah tidak ada siswa yang

tidak terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan model pembelajaran

picture and picture. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap penilaian

aspek keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan selama proses kegiatan belajar

mengajar dari 43 siswa, yang mana kriterianya tergolong sangat aktif, bekerjasama

dan disiplin sudah terjadi peningkatan dari pada siklus 1 yaitu dari 81 % menjadi

93 %, sedang sisanya hanya 7% siswa yang aktif apabila ditunjuk/disuruh oleh

guru saja(lampiran 6). Keaktifan mereka menunjukkan bahwa mereka sudah betul-

betul memahami materi dengan model pembelajaran yang diberikan, mempunyai

semangat dan motivasi yang tinggi, kemudian mereka sudah terbiasa belajar

dengan berkelompok, bekerjasama dengan guru dan teman serta disiplin dalam

mengikuti seluruh kegiatan dan disiplin waktu dalam menyelesaikan tugas

kelompok maupun individu.

Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis teks berbentuk narative, jika dibandingkan dengan hasil dari

refleksi pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Rata-rata kemampuan siswa dalam menulis (writing) meningkat sebesar 5,81%

yaitu dari perolehan rata-rata sebelumnya (siklus 1) 69,07 menjadi 74,88 (pada

siklus 2). Bahkan jika dibandingkan dengan keadaan pada hasil rata-rata pre test

pra PTK sebesar 50,34 % terjadi peningkatan sebesar 24,54%, sehingga sudah

melebihi indikator pencapaian. Berarti jika dilihat dari rata-rata kemampuan siswa

dalam menulis (writing ), pelaksanaan PTK sudah cukup sampai pada siklus II

saja.

42

Page 43: Laporan Ptk

2. Ketuntasan klasikal meningkat cukup signifikan yaitu dari 76,74% (dari siklus 1)

menjadi 100%(pada siklus 2) dan sudah mencapai ketuntasan klasikal sesuai

dengan indikator yang ditetapkan.

3. Dari hasil tes peningkatan kemampuan menulis teks berbentuk narative melalui

model pembelajaran picture and picture (series pictures) dari siklus 1 ke siklus 2

menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan. Kalau pada siklus 1

sebagian siswa masih sedikit bingung dan kesulitan dalam penggunaan tenses,

pemilihan kata, struktur kalimat dan mengurutkan alur cerita dari satu gambar ke

gambar berikutnya tapi pada siklus 2 hampir seluruh siswa sudah paham tentang

penggunaan tenses, pemlihan kata, struktur kalimat maupun

mengurutkan/menggabungkan cerita dari gambar yang satu ke gambar yang

berikutnya,

Dengan demikian semua indikator pencapaian telah berhasil dilampaui,

sehingga pelaksanaan PTK pada siklus ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus

berikutnya.

D. Deskripsi Kondisi Akhir

Setelah selesai dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus

menunjukan peningkatan keberhasilan pada kemampuan siswa dalam menulis teks

berbentuk narative pada siswa kelas IX R 1 MTs Negeri Sampit sebesar 24,54 %.(dari

rata-rata peningkatan hasil pre test ke siklus 2) Akan tetapi untuk mengukur

peningkatan kemampuan siswa yang lebih memuaskan pada akhir penelitian ini

diberikan tes berupa post test pada hari Selasa, 6 Maret 2010. Post Test ini diberikan

setelah tes akhir siklus ke 2. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

perbandingan hasil dari pre test, siklus 1, siklus 2 dan post test. Adapun dari kegiatan

pemberian post test didapat hasil sebagai berikut:

43

Page 44: Laporan Ptk

Tabel 11. Hasil Refleksi Pada Post Test

Kriteria Perolehan Skor

Keterangan

Kemampuan Siswa

dalam menulis (writing)

Nilai rata-rata

Daya serap

Ketuntasan

83,02 %

83,02 %

100 %

Hasil amat baik dan 43

siswa mendapatkan nilai di

atas KKM

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa

dalam menulis teks narative pada post test diperoleh 83,02% meningkat dari nilai

rata-rata pre test 50,34%. Jika dilihat prosentase peningkatan dari pre test ke post

test , telah terjadi peningkatan sebesar 53,49%. Sedangkan untuk ketuntasan belajar

diperoleh hasil sudah mencapai 100%. Hal ini disebabkan karena guru dan siswa

sudah berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis teks berbentuk narative dengan menggunakan model pembelajaran yang

selama ini belum pernah diterapkan.

Dibawah ini dapat dilihat hasil keseluruhan kemampuan siswa

menulis/writing

Tabel. 12. Hasil Rata-rata Tes Kemampuan Siswa Menulis/Writing pada Pre

Test, Siklus 1, Siklus II dan Post Test

No

.

Kriteria Perolehan Score Keterangan

1 Kemampuan

Menulis

Pre Test Siklus 1 Siklus 2 Post Test

Rata-rata

Daya Serap

Ketuntasan

50,34 %

50,34 %

46,51 %

69,07 %

69,07 %

76,74 %

74,88 %

74,88 %

100 %

83,02 %

83,02 %

100 %

Sudah terbukti bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa serta ketuntasan secara klasikal.

44

Page 45: Laporan Ptk

Tabel 13. Hasil Peningkatan Kemampuan dan Ketuntasan Siswa

Menulis/Writing antar Siklus

No

.

Kriteria Perolehan

Score

Keterangan

1 Kemampuan

Menulis

Pre Test

ke Siklus

1

Siklus 1 ke

Siklus 2

Pre Test

ke Siklus

2

Pre Test ke

Post Test

Rata-rata

Daya Serap

Ketuntasan

18,73 %

18,73 %

30,23 %

5,81 %

5,81 %

23,26 %

24,54 %

24,54 %

53,49 %

32,68 %

32,68 %

53,49 %

Sudah terbukti bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa serta ketuntasan secara

klasikal.

E. Pembahasan Tiap Siklus Dan Antar Siklus

Berdasarkan hasil evaluasi siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris selama

dua siklus atau dua kali tindakan telah berlangsung dengan baik sesuai dengan yang

telah direncanakan sebelumnya. Adapun peningkatan kemampuan siswa menulis teks

berbentuk narative dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 1. Grafik Hasil Refleksi Secara Keseluruhan

PRE TEST SIKLUS 1 SIKLUS 2 POST TEST

Kemampuan Siswa Menulis (Writ-ing)

50.34 69.07 74.88 83.02

525456585

Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Menulis (Writing)

45

Page 46: Laporan Ptk

Dengan memperhatikan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan kemampuan siswa dalam ketrampilan menulis dengan penggunaan

model pembelajaran picture and picture yang cukup signifikan. Melalui model

pembelajaran ini dapat memberikan kebebasan dalam belajar dan kemudahan

mengerjakan tugas secara indiividu maupun berkelompok dengan sesama siswa,

karena media gambar berseri ini sangat efektif dan mudah digunakan untuk

menuangkan ide cerita melalui gambar tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa persen peningkatan kemampuan dan

ketuntasan siswa dalam menulis/writing teks berbentuk narative antar siklus yaitu

dari pre test ke siklus 1, siklus 1 ke siklus 2, pre test ke siklus 2 dan pre test ke post

test, maka di bawah ini dibuat dalam bentuk grafik.

Gambar 2. Grafik Peningkatan Kemampuan dan Ketuntasan Siswa

Menulis/Writing antar siklus

Pre Test ke Siklus 1 Siklus 1 ke Siklus 2 Pre Test ke Siklus 2 Pre Test Ke Post Test0

10

20

30

40

50

60

18.73

5.81

24.54

32.6830.23

23.26

53.49 53.49

Peningkatan Kemampuan Peningkatan Ketuntasan

Dengan memperhatikan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan kemampuan siswa dan ketuntasan dalam ketrampilan menulis dengan

penggunaan model pembelajaran picture and picture yang cukup signifikan. Melalui

model pembelajaran ini dapat memberikan motivasi dan sistuasi yang berbeda yang

membuat siswa menjadi aktif, berantusias, kreatif sehingga pembelajaran di kelas

46

Page 47: Laporan Ptk

menjadi lebih hidup, meyenangkan dan bermakna dalam belajar dan mengerjakan

tugas secara indiividu maupun berkelompok dengan sesama siswa.

Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengamatan serta dilakukan refleksi

selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, maka dapat dipaparkan hasil temuan

sebagai berikut :

1. Kemampuan siswa masih relatif rendah dapat diupayakan dengan melakukan

pembelajaran melalui model pembelajaran picture and picture. Siswa pada

mulanya terlihat bingung dan canggung untuk berinteraksi dengan temannya

sehingga pada siklus I, hasilnya belum memuaskan, bahkan ada satu kelompok

yang sama sekali tidak selesai mengerjakan tugas karena kelompok tersebut masih

bingung dan belum paham sehingga tidak bisa kerja maksimal sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Guru tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan

seluruh skenario tindakan. Baru pada siklus ke II strategi dirancang ulang,

sehingga siswa dikelompokkan dalam kelompok yang lebih heterogen tadinya

dalam siklus I masih ada kelompok yang lemah. Pada siklus ke II sudah terlihat

siswa berinteraksi, bekerja sama dan berbagi ide dengan lebih baik. Disamping

itu guru lebih aktif dan merata untuk mengontrol aktivitas kelompok. Sehingga

mereka lebih serius dalam memikirkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

2. Dari dua kali siklus dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi siklus I diperoleh

rata-rata hasil tes kemampuan siswa dalam menulis teks naratif sebesar 69,07,

daya serap 69,07 % dan ketuntasan 76,74% sedangkan siklus ke II diperoleh rata-

rata hasil 74,88, daya serap 74,88% dan ketuntasan 100% berarti terjadi

peningkatan ketuntasan belajar klasikal kelas IX R1 sebesar 23,26 %.

3. Dari hasil pengamatan observer melalui penilaian aspek keaktifan, kerjasama dan

kedisiplinan yang ditanamkan siswa selama proses kegiatan penelitian tindakan

kelas juga dapat disampaikan bahwa telah terjadi peningkatan yang mana dari

siklus 1 siswa cukup aktif 81 % dan yang kurang hanya 19 % sedangkan pada

siklus 2 terjadi peningkatan menjadi 93 % siswa tergolong sangat aktif,

bekerjasama tinggi dan berdisiplin tinggi dan sisanya 7 % siswa hanya aktif saja

bila disuruh. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan, kerjasama dan kedisiplinan

siswa dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan penelitian ini sangat mendukung

sekali untuk menentukan keberhasilan tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh

peneliti.

47

Page 48: Laporan Ptk

4. Kelebihan menggunakan model pembelajaran picture and picture ini adalah

pertama penyampaian materi akan lebih efektif dan menyenangkan untuk

menarik perhatian siswa karena siswa akan memiliki situasi baru dalam belajar,

sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif, kreatif dan berpikir logis serta

sistematis. Kedua media gambar berseri ini media visual sehingga mempermudah

siswa dalam menuangkan ide-ide/cerita/gagasan ke dalam suatu tulisan.

5. Adapun kelemahannya adalah persiapan guru memakan banyak waktu sebelum

mengajar karena guru harus mempersiapkan, mencari dan menyediakan media

gambar yang harus sesuai dengan skenaria dan indikator, situasi kelas nampak

ribut dan ramai meskipun terpimpin, dalam pengerjaan tugas kelompok akan

memakan banyak waktu.

6. Ada perbedaan penggunaan media gambar lepas dan gambar berseri.

Gambar lepas yang dimaksud adalah gambar individu seseorang atau satu objek

saja dan gambar situasi orang sedang melakukan sesuatu dengan satu objek

dimana hubungan antara orang atau subjek dapat dilihat, gambar tersebut beridiri

sendiri dan tidak mempunyai kaitan dengan gambar yang lain sedangkan gambar-

gambar berseri adalah terdiri dari beberapa gambar dalam satu bagan atau

beberapa objek yang saling berkaitan dan memerlukan proses untuk merangkai

jalan ceritanya dengan menggabungkan gambar yang satu dengan yang lainya

sesuai dengan alur cerita dengan cara mengurutkan secara logis dan sistematis

melalui sebuah tulisan.

48

Page 49: Laporan Ptk

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap akhir siklus, diperoleh hasil

sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative

melalui model pembelajaran picture and picture di kelas IX R1 MTs Negeri

Sampit. Hal ini terbukti dari rata – rata hasil tes kemampuan siswa dalam menulis

yang dilakukan pada siklus I cukup meningkat dibandingkan pada hasil pre test,

dan terjadi peningkatan rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk

narative dan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II. Hal ini

membuktikan bahwa metode ini sangat baik dan efektif digunakan untuk

meningkatkan kemampuan siswa pada ketrampilan menulis/writing teks

berbentuk narative.

2. Keaktifan, kerjasama antar siswa dan guru, kedisiplinan siswa selama proses

kegiatan belajar mengajar sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini dan akhirnya tercapailah tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk narative pada siswa kelas IX

ruang 1 MTs Negeri Sampit.

3. Tidak ada hambatan atau kendala dalam penggunaan metode belajar dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis (writing) teks berbentuk narative selama

penelitian tindakan kelas ini, karena peneliti telah melakukan koordinasi dengan

kepala sekolah dan guru mitra (observer) sebelum melakukan tindakan.

49

Page 50: Laporan Ptk

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini,

khususnya penggunaan metode belajar dengan model pembelajaran picture and picture

dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran picture and picture akan efektif jika guru telah

memahami dengan baik siswanya, untuk itu pengenalan siswa dan potensi dari kelas

secara keseluruhan adalah wajib dilakukan oleh guru sebelum menggunakan metode

belajar ini.

2. Kemauan dan kesiapan guru dalam mencoba metode pengajaran baru, adalah kunci

berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan. Untuk itu, guru sebaiknya jangan

hanya terpaku pada penggunaan metode ceramah atau teachered centered model

(TCM) yang selama ini telah dilakukan tapi terapkan student centered model (LCM).

3. Untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran dan meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka model pembelajaran picture

and picture ini harus terus dikembangkan dan diterapkan dalam pengajaran bahasa

Inggris sehingga hasil pengajaran pada ketrampilan menulis (writing) bisa dapat

ditingkatkan.

4. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan agar pelaksanaan penelitian

berikutnya bisa berlangsung dengan lebih baik, dan menghasilkan hasil penelitian

yang lebih sempurna dari penelitian ini.

50

Page 51: Laporan Ptk

DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman. 1996. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Baradja, M.F. 1994. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa Inggris. Malang: IKIP Malang.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Pengelolaan Pengujian bagi Guru Mata

Pelajaran. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Panduan Pembelajaran Bahasa Inggris, Jakarta.Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya 2005. Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun

2004/2005 Bahasa Inggris. Palangkaraya. UnpublisedDrs. Tri Wiratno, MA. 2003, “Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris”,

Surakarta : Pustaka Pelajar.Gillie, Jeri Wyn; Ingle, Susan; Mumford, Heidi, An Integrated Course for Nonnative

Speakers of English, Mc Graw Hill, Singapore, 2001.Gorys Keraf 1989. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.Hamzah B. Uno, et.al. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta : Dilema

Press.Hasani, 2005. Pengertian Menulis http://batrasiaku.blogspot.com/2009/04/.html, diakses

17 April 2010Joy M. Reid, 1988. The Process of Composition, Prentice Hall, Inc, United States of

America.Karyawanto, S. 2003. Upaya Meningkatkan Penguasaan Ketrampilan Menulis Paragraf

Sederhana Bahasa Inggris Siswa Kelas II SLTP/MTs Dengan menggunakan Teknik Permainan Kartu di Kabupaten Sleman. Unpublished.

Liberty Tarigan, Djago, Drs (1997). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa

Linse, Caroline T, Practical English Language Teaching Young Learner, Mc Graw Hill, America, 2006.

Ngalim Purwanto, M dan Djeinah Alim 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di SD.Jakarta:PTRosdaJayaputra.

Nunan, David, Practical English Language Teaching, Mc Graw Hill, Singapore, 2003.Prof Dr Roy Sembel/Sandra Sembel: “Cara Cerdas Belajar Bahasa Asing”.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/26/eko08.html, diakses 13 Maret 2008.Rahadi, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. Sulaeiman, Amir Hamzah. 1985. Media Audio-Visual untuk Pengajaran Penerangan dan

Penyuluhan. Jakarta: PT. GramediaSamsudin(Hasani2005)PengertianMenulis, http://batrasiaku.blogspot.com/2009/04/.html,

diakses 17 April 2010Soelarko. 1980. Psikologi Pendidikan. Jakarta: DepdikbudSudirman, NK. Et-al. 1991, Ilmu Pendidikan, Bandung, Rosda Karya.Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru Algensindo

51