laporan produksi ternak potong dan kerja

38
No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi 1. Analisis Bahan Kering Pakan BK rumput lapang = 13,93% BK konsentarat = 91,04% Tujuan dari analisis bahan kering adalah untuk mengetahui kadar bahan kering dalam pakan. Pakan terdiri dari dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hijauan, sedangkan pakan konsentrat yaitu pakan tambahan yang diberikan kepada ternak sebelum pemberian hijauan yang bertujuan agar ternak dapat mudah mencerna pakan hijauan yang banyak mengandung serat kasar. Kandungan bahan rumput lapang mempunyai kandungan BK 13,93%. Dibandingkan hasil penelitian kandungan BK rumput lapang sebesar 33,33%. Adapun referensi lain mengenai BK rumput lapangan yaitu sebesar 32,80%. Adanya perbedaan tersebut dapat terjadi karena kandungan air dalam setiap bahan pakan yang berbeda. Pakan konsentrat mempunyai kandungan BK sebesar 91,04%. Sedangkan kandungan BK konsentrat dari PT. Tossa Agro Menurut Sugeng (1998) pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga. Menurut pendapat Sukadi et al. (2002) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK sebesar 33,33%, dibandingkan dengan hasil penelitian Sihombing et al. (2010) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK sebesar 32,80%. Pakan konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah dan mudah dicerna (Sugeng, 1998). Kandungan BK Konsentrat 91,37% (Umiyasih et al., 2007). Pendapat lain dari Hartanto (2008) yang menyatakan bahwa kandungan analisis bahan pakan untuk konsentrat BK (Bahan Kering) 85,10%. Konsentrat mempunyai kandungan nutrisi antara lainBK sebesar 85% (PT. Tossa Agro). Faktor yang mempengaruhi perbedaan kandungan BK dalam suatu bahan

Upload: ilmianisa-azizah

Post on 23-Jun-2015

2.682 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi1. Analisis Bahan Kering Pakan

BK rumput lapang = 13,93%BK konsentarat = 91,04%

Tujuan dari analisis bahan kering adalah untuk mengetahui kadar bahan kering dalam pakan. Pakan terdiri dari dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hijauan, sedangkan pakan konsentrat yaitu pakan tambahan yang diberikan kepada ternak sebelum pemberian hijauan yang bertujuan agar ternak dapat mudah mencerna pakan hijauan yang banyak mengandung serat kasar. Kandungan bahan rumput lapang mempunyai kandungan BK 13,93%. Dibandingkan hasil penelitian kandungan BK rumput lapang sebesar 33,33%. Adapun referensi lain mengenai BK rumput lapangan yaitu sebesar 32,80%. Adanya perbedaan tersebut dapat terjadi karena kandungan air dalam setiap bahan pakan yang berbeda.

Pakan konsentrat mempunyai kandungan BK sebesar 91,04%. Sedangkan kandungan BK konsentrat dari PT. Tossa Agro yang digunakan dalam praktikum sebesar 85,10%. Adapun pendapat lain mengenai kandungan BK Konsentrat 91,37%. Perbedaan analisis BK dari suatu sampel bahan pakan biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana bahan pakan tersebut ditanam atau didapat.

Menurut Sugeng (1998) pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga. Menurut pendapat Sukadi et al. (2002) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK sebesar 33,33%, dibandingkan dengan hasil penelitian Sihombing et al. (2010) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK sebesar 32,80%.

Pakan konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah dan mudah dicerna (Sugeng, 1998). Kandungan BK Konsentrat 91,37% (Umiyasih et al., 2007). Pendapat lain dari Hartanto (2008) yang menyatakan bahwa kandungan analisis bahan pakan untuk konsentrat BK (Bahan Kering) 85,10%. Konsentrat mempunyai kandungan nutrisi antara lainBK sebesar 85% (PT. Tossa Agro). Faktor yang mempengaruhi perbedaan kandungan BK dalam suatu bahan pakan adalah jenis bahan pakan, kandungan air pada bahan pakan yang berbeda-beda.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

Sapi 1Bobot Awal = 286,5 kgBobot Akhir = 294 kgPBBH = 1,07 kg/hari

Tujuan dari perhitungan bobot badan harian (PBBH) adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan bobot badan dalam sehari. Pada sapi PO (Peranakan Ongole)nomor 1 menunjukkan bahwa PBBH yang dihitung berdasarkan bobot akhir penimbangan dikurangi bobot awal penimbangan dibagi lama

Pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebanyak 3% dari bobot hidup (Rianto et al., 2007). Menurut Nuschati et al. (2005) dengan pakan konsentrat dan hijauan yang cukup, PBBH sapi PO dapat mencapai 0,8 kg/ekor/hari. Dibandingkan dengan hasil penelitian oleh

Page 2: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

pemeliharaan diperoleh hasil 1,07 kg/hari, dengan bobot awal sapi adalah 286,5 kg dan bobot badan akhir sapi selama pemeliharaan 7 hari 294 kg dengan pemberian bahan kering sebanyak 3% dari bobot hidup. Dibandingkan dengan referensi bahwa PBBH sapi PO sebesar 0,8 kg/hari. Adapun pendapat lain yang menyatakan PBBH sapi PO dapat mencapai 0,74 kg/hari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa fakor terkait antara lain dapat berasal dari genetik masing-masing individu ternak, umur, lingkungan disekitar kandang, serta pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut.

Rianto et al. (2007) menunjukkan bahwa pada penggemukan sapi PO (Peranakan Ongole) menghasilkan PBBH sebesar 1,09 kg/ekor/hari. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ternak di antaranya pakan (baik kualitas dan kuantitasnya), serta karakteristik dari masing-masing individu yang berbeda.

3 Pengamatan Fisiologi Ternak

Suhu Rektal = 38,40CFrekuensi denyut nadi = 76 kali/menitFrekuensi Nafas = 22 kali/menit

Tujuan dari pengamatan fisiologi ternak yaitu untuk mengetahui fisiologi ternak mulai dari perhitungan suhu rektal, frekuensi denyut nadi, dan frekuensi nafas. Suhu rektal bertujuan untuk mengetahui suhu tubuh ternak tersebut apakah dalam keadaan suhu tinggi atau rendah. Pada praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil rata-rata pada suhu rektal 38,40C. Kondisi fisiologis ternak masih dalam keadaan normal, karena standar normal suhu rektal berada pada suhu antara 38-400C atau sekitar 38,50C. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu panas yang dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi, serta kualitas pakan tersebut.

Frekuensi denyut nadi dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sapi apakah dalam stress atau tidak. Berdasarkan hasil praktikum frekuensi denyut nadi sebesar 76 kali/menit. Dibandingkan dengan referensi bahwa denyut nadi standar normalnya sebesar 75 kali/menit dan 50–60 kali/menit. Konsumsi pakan yang meningkat dapat menaikkan denyut nadi karena

Menurut Reksohadiprodjo (1995) Suhu rektal normal sapi PO yaitu 38-40 oC. Ditambahkan oleh Naiddin et al. (2010) menyatakan bahwa standar denyut nadi dan frekuensi nafas antara sapi yang normal, berkisar 50–60 kali/menit dan frekuensi nafas berkisar antara 10–20 kali/menit. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh sapi yaitu panas yang dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi, serta kualitas pakan. Peningkatan denyut nadi juga dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pakan. Akibat dari konsumsi pakan yang meningkat menyebabkan metabolisme tubuh juga meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan denyut nadi. (Isroli et al. dalam Wiryanto et al., 2004).

Wiryanto et al. (2010) bahwa suhu rektal standar normalnya 38,50C, untuk denyut nadi 75 kali/menit dan frekuensi nafasnya 19 kali/menit. Faktor yang mempengaruhi fisiologi ternak antara lain temperatur udara lingkungan, cekaman panas

Page 3: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

akibat dari proses metabolisme tubuh. Penghitungan frekuensi napas ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon fisiologis sapi terhadap lingkungan di luar maupun di dalam kandang. Hasil pengamatan frekuensi nafas pada sapi yaitu 21,62 kali/menit. Dibandingkan dengan referensi bahwa standar frekuensi napas sapi PO (Peranakan Ongole) yaitu 20 kali/menit dan 19 kali/menit. Faktor yang mempengaruhi antara lain suhu, kelembaban lingkungan, aktivitas ternak, serta genetik ternak itu sendiri.

lingkungan, dan aktivitas ternak (Aryogiet al., 2005).

4. Pengamatan Fisiologis Lingkungan

Mikroklimat

Waktu Suhu (oC) Rh (%)06. 00 25,32 77,7112. 00 33 50,8618. 00 26,68 72,2821. 00 25,78 76,57

Rata-rata 27,70 69,36

MakroklimatWaktu Suhu (oC) Rh (%)06. 00 25,78 82,1412. 00 33,89 71,9318. 00 26,86 78,2821. 00 24,96 94,14

Rata-rata 27,87 81,62

Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi lingkungan yang meliputi pengamatan mikroklimat (suhu dan kelembaban di dalam kandang) dan pengamatan makroklimat (suhu dan kelembaban di luar kandang), tujuannya yaitu untuk mengetahui berapa suhu dan kelembaban lingkungan sekitar, karena suhu dan kelembaban lingkungan juga dapat mempengaruhi aktivitas ternak. Pada suhu udara di lingkungan dalam kandang selama masa pemeliharaan, diperoleh rata-rata suhu mikro yaitu 27,70oC dan rata-rata kelembaban mikro yaitu 69,36%. Dibandingkan dengan refensi bahwa suhu nyaman untuk ternak antara 18-30 0C dengan kelembaban 50%-60%.

Rata-rata suhu makroklimat yaitu 27,87oC dan rata-rata kelembaban makroklimat yaitu 81,62%. Dibandingkan dengan referensi bahwa temperatur ideal di sekitar kandang berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%. Apabila suhu dan kelembaban terlalu tinggi akan membuat ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan dapat menurun, sehingga pertumbuhan ternak menjadi terhambat.

Williamson dan Payne (1993) berpendapat bahwa suhu nyaman untuk ternak antara 18-30 0C dengan kelembaban 50%-60%. Temperatur ideal di sekitar kandang berkisar 25-330C dengan kelembaban 75% (Astuti, 2010). Menurut Reksohadiprodjo (1995) menyatakan bahwa temperatur udara yang terlalu tinggi dapat menekan nafsu makan, mengurangi sengaman (konsumsi) makanan dan waktu merenggut hijauan, maka akibatnya terjadi pengurangan produktivitas ternak yang tercermin dari pertumbuhan ternak yang menurun.

Page 4: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

5. Konversi Pakan

PBBH = 1,07 kg/hari Konsumsi Total BK = 5,55 kg BKKonversi Pakan = 5,19

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tujuan dari perhitungan konversi pakan yaitu untuk mengetahui banyaknya pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot badan. Sehingga diperoleh hasil dengan PBBH sapi PO (Peranakan Ongole) yang dipelihara sebesar 1,07 kg/hari, konsumsi total BK sebesar 5,55 kg BK, menghasilkan nilai konversi pakan sebesar 5,19 kg BK. Artinya banyaknya pakan yang digunakan untuk meningkatkan 1 kg PBBH dengan konsumsi sebesar 5,19 kg BK. Dibandingkan dengan referensi bahwa konversi pakan yang baik adalah 8,56-13,29. Pendapat lain menyatakan bahwa konversi pakan untuk sapi PO sebesar 6,02. Semakin kecil nilai konversi pakan, maka tingkat konsumsinya semakin baik. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi konversi pakan antara lain dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, bobot badan dan faktor lingkungan.

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan bobot bandan harian. Menurut pendapat Purbowati et al. (2009) Nilai konversi pakan yang semakin kecil menjadikan pemanfaatan pakan yang efisien. Menurut Siregar dalam Haryanti (2009) yang menyatakan bahwa konversi pakan yang baik adalah 8,56-13,29. Sedangkan menurut hasil uji penelitian Carvalho et al. (2010) bahwa konversi pakan untuk sapi PO (Peranakan Ongole) sebesar 6,02. Menurut Haryanti (2009) menyatakan bahwa konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa, kuantitas pakan, dan beberapa faktor lingkungan yang juga tidak kalah penting.

6. Efisiensi Pakan

PBBH = 1,07 kg/hariKonsumsi Total BK = 5,55 kg BKEfisiensi Pakan = 19,28%

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tujuan dari perhitungan efisiensi pakan yaitu dapat mengetahui seberapa besar pakan yang dimanfaatkan oleh ternak untuk meningkatkan sejumlah bobot badan. Efisiensi pakan yang diperoleh pada saat praktikum sebesar 19,28%. Artinya dalam 100% pakan yang diberikan sebesar 19,28% mampu dimanfaatkan dengan baik oleh ternak. Dibandingkan dengan referensi bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk sapi potong berkisar antara 7,52-11,29%. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan seperti konsumsi BK (Bahan Kering), PBBH (Pertambahan Bobot Badan

Efisiensi pakan menggambarkan sejumlah pakan yang dibutuhkan oleh ternak untuk menghasilkan sejumlah bobot badan (Sagala, 2011). Siregar dalam Sagala (2001) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk sapi potong berkisar 7,52-11,29%. Menurut Campbell et al. dalam Sagala (2011) efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan.

Page 5: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Harian), kecukupan nutrien sapi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi.

7. Daya Cerna

Bobot Feses dalam BK = 2,98 kgKonsumsi Total BK = 5,55 kg BKHasil Daya Cerna = 46,31%

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tujuan dari perhitungan daya cerna yaitu untuk mengetahui seberapa besar nilai pakan yang dicerna dan diserap didalam tubuh ternak. Berdasarkan hasil praktikum niai daya cerna pada sapi sebesar 46,31%. Artinya dari 2,98 kg BK pakan hanya 46,31% yang tercerna, sisanya keluar dalam bentuk feses. Dibandingkan dari hasil referensi bahwa kecernaan BK sebesar 50,98%. Adapun hasil referensi lain bahwa kecernaan BK (bahan kering) pada sapi PO (Peranakan Ongole) adalah 72,99%. Perbedaan tinggi rendahnya nilai daya cerna dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain individu ternak itu sendiri, lingkungan, serta kualitas pakan yang diberikan.

Kecernaan atau daya cerna merupakan bagian dari nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses dan yang diasumsikan sebagai bagian yang diabsorpsi oleh ternak (Paramita et al., 2008). Menurut Mahesti et al. dalam Rianto et al. (2005) Kecernaan BK pada sapi PO (Peranakan Ongole) sebesar 50. 98%. Pendapat lain dari hasil uji penelitian oleh Rianto et al. (2005) bahwa kecernaan BK pada sapi PO sebesar 72,99%. Sagala (2011) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan.

8. Feed Cost per Gain

Harga Hijauan = Rp 100,00/kgHarga Konsentrat = Rp 1.500,00/kgHasilnya = Rp 7.851,40

Berdasarkan praktikum ini tujuan dari perhitungan feed cost per gain adalah untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk pakan, dan membandingkan berapa harga jual yang beredar dipasaran. Berdasarkan hasil praktikum biaya pakan yang dikeluarkan untuk satu ekor sapi PO seharinya mencapai Rp 7.851,40. Hal ini merupakan biaya yang cukup murah dan efisien karena dengan biaya pakan Rp 7.851,40 mampu menghasilkan PBBH 1 kg/hari, karena jika dibandingkan dengan harga di pasaran yaitu sebesar Rp 35.000,00. Akan tetapi, seiring dengan pergantian musim biasanya faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi ketersedian pakan bagi ternak tersebut. Semakin kecil nilai feed cost per gain

Rianto et al. (2005) menyatakan bahwa Feed Cost Per Gain adalah banyaknya biaya pakan yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan satu-satuan ternak. Menurut Aryogi et al. (2005) Nilai feed cost per gain dapat berubah mengikuti perubahan ketersediaan pakan setempat. Nilai feed cost per gain (FC/G) dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi pakan, harga bahan pakan, dan besamya PBBH yang dihasilkan.

Page 6: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

maka semakin baik, karena dengan biaya yang relatif murah dapat menaikkan PBBH sebanyak 1 kg/hari.

9. Evaluaasi Perkandangan

Model kandang konvensional dan tipe kandang tail to tail.

Ukuran kandang: Panjang kandang = 13 mTinggi kandang = 7 mLebar kandang = 7,5 mPanjang palung = 12,4 mLebar palung = 55 cmKedalaman palung = 50 cmPanjang selokan luar = 16,5 mLebar selokan dalam = 25 cmPanjang selokan dalam = 13mLebar selokan dalam = 25 cmKedalaman selokan dalam = 10 cmTinggi sekat = 1,3 mLebar sekat = 1,5 mPanjang sekat = 1,5 mLebar gangway = 1,5 mUkuran bak air = 1 mJarak kandang dengan tempatpembuangan feses = 15 m

Berdasarkan hasil pengamatan tujuan dari evaluasi perkandangan yaitu mengetahui jenis dan tipe kandang, serta syarat kandang yang baik dan yang nyaman bagi ternak. Hal-hal yang harus ada dalam evaluasi perkandangan antara lain perlengkapan kandang meliputi stall ganda yang berfungsi penyekat antar sapi, Gangway berfungsi untuk jalan ternak yang terletak diantara dua baris kandang sapi, lebar dari gang way yaitu 1,5 m. Palung pakan sebagai tempat pakan yang diberikan untuk ternak, panjang palung yaitu 12,4 m, sehingga panjang palung untuk setiap ternak sapi sekitar 1,2 m dan lebarnya 55 cm. Fungsi utama kandang bagi ternak adalah untuk pelindung ternak dan penunjang produktivitas, bak minum untuk minum ternak, peralatan kebersihan digunakan untuk kebersihan kandang.

Kandang berfungsi sebagai sarana tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas yang dilakukan ternak, mulai dari makan, minum, dan tidur. Kandang yang digunakan dalam praktikum bertipe tail to tail. Kandang jenis tail to tail ini susunannya yaitu dua baris berlawanan arah yang diberi jarak dan arah kepala sapi yang sama. Jenis ini merupakan jenis kandang yang sering digunakan, karena dengan susunan tersebut sapi jadi tidak berebut pakan, sehingga pakan yang diberikan akan lebih dimanfaatkan dengan baik oleh ternak itu sendiri.

Menurut Rasyid dan Hartati (2007) yang menyatakan bahwa perlengkapan kandang dapat meliputi palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampung kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Disamping itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang. Haryanti (2009) menyatakan bahwa Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling berhadapan head to head dan sapi saling bertolak belakang tail to tail yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Fungsi kandang adalah melindungi sapi dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin, 2008).

Menurut Rasyid dan Hartati (2007) yang menyatakan bahwa gang way merupakan jalan yang terletak diantar dua kandang individu, untuk memudahkan pemberian pakan, lebar gang way umumnya berkisar antara 1,2-1,5 m, sedangkan palung pakan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang berada di depan ternak, panjang tempat pakan berkisar antara 90-100 cm dan lebar palung sekitar 50 cm.

Page 7: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

10. Carrying Capacity

Produksi lahan per tahun = 79.800 kg BS/thnProduksi lahan per hari = 218,63 kg BS/hariProduksi per hari dalam BK = 30,46 kg BKHasil Carrying Capacity = 3 ekor sapi dengan bobot badan rata-rata = 286,5 kg.

Carrying capacity menunjukkan kemampuan suatu lahan hijauan untuk menampung ternak bertahan hidup. Produksi lahan 79.800 kg per tahun, produksi lahan per hari 218,63 kg/hari, produksi per hari dalam BK adalah 30,46 kg BK, hasil carrying capacity sebanyak 3 ekor sapi dengan bobot badan rata-rata 286,5 kg. Hal ini menunjukkan bahwa 1 Ha lahan mampu memenuhi untuk 3 ekor ternak bobot badan rata-rata 286,5 kg, Artiya bahwa luas lahan 1 ha dapat menampung atau memenuhi kebutuhan pakan hijauan untuk 3 ekor sapi. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya tampung antara lain ketersediaan hijauan yang dikonsumsi, perbedaan iklim yang tak menentu.

Reksohadiprodjo (1995) menyatakan bahwa kapasitas tampung (Carrying capacity) adalah kemampuan suatu padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan sejumlah ekor ternak yang digembalakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tampung suatu padang pennggembalaan antara lain kemiringan lahan, jarak dengan sumber air, kecepatan pertumbuhan tanaman, kerusakan lahan, tersedianya hijauan yang dapat dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, keadaan variasi musim, dan keadaan ekologi padang penggembalaan (Santosa, 2010).

Page 8: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans sapi silangan Peranakan Ongole di dataran rendah (studi kasus di kecamatan kota Anyar Kabupaten Probolinggo Jawa Timur). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pasuruan. Hal : 1-7.

Astuti, D.A. 2010. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Carvalho, M., Soeparno., dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot. Buletin Peternakan. 34 (1) : 38-46.

Hartanto, R. 2008. Estimasi konsumsi bahan kering, protein kasar, Total Digestible Nutrient, dan sisa pakan pada Peranakan Simmental. Agromedia 26 (2) : 34-43.

Haryanti, N.W. 2009. Kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi Simental di peternakan Mitra Tani Andini, kelurahan Gunung Pati, Kota Semarang. Skripsi, Semarang.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient requirements of ruminants in developing countries (NRC). Utah State University. Logan Utah.

Naiddin, A., M.N. Rokhmat , S. Dartosukarno., M. Arifin., dan A. Purnomoadi. 2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO) Yang diberi pakan ampas teh dalam level yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner, Semarang. Hal : 217-223.

Nuschati, U., Ernawati., Subiarta., Supadi., Gunawan., dan Suharno. 2005. Gelar Tekhnologi pengelolaan pakan sapi kereman di wilayah desa miskin. Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah.

Paramita, W., W. E. Susanto., dan A. B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan kecernan bahan kering dan bahan organik dalam haylase pakan lengkap ternak sapi Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan. 24 No 1.

Purbowati, E., C.I. Sutrisno., E. Baliarti., S.P.S. Budhi., W.Lestariana., E. Rianto., dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi sapi lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertaniian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.

Rasyid,A., dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik Edisi 2. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 9: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Rianto, E., A.S.Iswaldidan., S.Dartosukarno. 2005. Penampilan produksi sapi Peranakan Ongole dan sapi Pernakan Ongole x Limousin yang mendapat pakan rumput raja dan ampas bir. Seminar Nasional Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah Hal: 1-20.

Sagala, W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak. Skripsi, Bogor.

Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sihombing, G., W.Pratitis., dan G.A. Dewangga. 2010. Pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum domba jantan. Caraka Tani 25(1): 79-86.

Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sukadi, E. Purbowati., dan CM Sri Lestari. 2002. Aplikasi teknologi zat pemacu pertumbuhan Phytogenicuntuk penggemukan ternak domba.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Verteneir, Semarang. Hal :87-90.

Tillman, A., S.Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Iebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Umiyasih, U., dan Y.N.Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Williamson, G., dan Payne. 1993. Peternakan di Daerah Tropis. (Diterjemahkan oleh : S.G.N. Darmadja). Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Wiryanto, I.P.R., L.M.Y.D.Darmoadtmodjo., S.Dartosukarno., M.Arifin., dan A, Purnomoadi. 2010. Produktivitas, respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada Sapi Jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi dan Veteriner. Hal : 331-338.

Page 10: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

LAMPIRAN

Lampiran 1. PerhitunganAnalisis Bahan Kering Pakan

Tabel 1. Analisis BK Rumput Lapang

Loyang Berat Loyang (g) Berat rumput lapang sebelum dioven (g) Berat loyang + rumput lapang setelah dioven (g)1 35,207 10,008 36,5872 33,986 10,005 35,395

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

BK Pakan = berat loyang dan rumput lapang setelah dioven – berat loyang x 100%Berat rumput lapang segar

BK Rumput lapang1 = 36,587 – 35,395 x 100% 10,008

= 13,78%

BK Rumput lapang 2 = 36,587 – 35,395 x 100% 10,004

= 14,08%

BK rata-rata = BK1 + BK2 2= 13,78 + 14,08

2= 13,93%

Page 11: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 1. (lanjutan)

Tabel 2. Analisis BK konsentratLoyang Berat Loyang (g) Berat konsentrat sebelum dioven

(g)Berat loyang + konsentrat setelah dioven (g)

1 6,532 10,007 15,7822 6,678 10,005 15,648

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

BK Pakan = berat loyang dan konsentrat setelah dioven – berat loyang x 100%Berat konsentrat segar

BK Konsentrat 1 = 15, 782 – 6, 532 x 100%10,007

= 92,435%

BK Konsentrat 2 = 15, 684 – 6, 678 x 100%10,005

= 89,655%

BK rata-rata = BK1 + BK22

= 92,435 + 89,655 2

= 91,04%

Page 12: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 2. Kebutuhan Bahan Pakan

Nomor sapi = 1Bobot awal sapi = 286,5 kgPBBH target = 0,75 kg/hariLama pemeliharaan = 7 hariBobot target = BB awal + (lama pemeliharaan x PBBH target)

= 286,5 + (7 x 0,75)= 291,75 kg

Bobot rata-rata = BB awal + BB target 2

= 286,5 + 291,75 2

= 289,125 kgKebutuhan BKpakan = 3% x BB rata-rata sapi

= 3% x289,125= 8,67 kg BK

Perbandingan Rumput lapang : Konsentrat = 10% : 90% Kebutuhan Rumput lapang = 10% x kebutuhan BK

= 10% x 8,67 kg BK= 0,87 kg BK

Kebutuhan konsentrat = 90% x kebutuhan BK = 90% x 8,67 kg BK

= 7,80 kg BK

Konversi BK ke BS Konversi rumput lapang = 100 x 0,87 kg BK

13,93= 6,24 kg BS

Konversi konsentrat =100 x 7,8091,04

=8,57 kg BS

Page 13: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 3. Konsumsi Pakan

Tabel 3. Konsumsi Pakan

TanggalPemberian (Kg) Sisa pakan (Kg) Konsumsi (Kg)

Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat11 Nopember 2012 6,24 8,57 1,00 6,40 5,24 2,1712 Nopember 2012 6,24 8,57 0,20 4,70 6,04 3,8713 Nopember 2012 6,24 8,57 1,70 3,00 4,54 5,5714 Nopember 2012 6,24 8,57 0 5,25 6,24 3,3215 Nopember 2012 6,24 8,57 0 0,40 6,24 8,1716 Nopember 2012 6,24 8,57 0,30 0,90 5,94 7,6717 Nopember 2012 6,24 8,57 0,50 2,80 5,74 5,77

Jumlah 43,68 59,59 3,70 23,45 39,98 36,54Rata-rata 6,24 8,57 0,53 3,35 5,71 5,22

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Konsumsi Hijauan Segar = 5,71 kg BSKonsumsi Hijauan (BK) = Kadar BK pakan x Konsumsi Hijauan Segar

100= 13,93 x 5,71 = 0,80 kg BK 100

Konsumsi konsentrat = 5,22 kg BSKonsumsi konsentrat (BK) =Kadar BK pakan x Konsumsi pakan

100= 9 1,04 x 5,22 100= 4,75 kg BK

Konsumsi BK total = Konsumsi BK Hijauan + Konsumsi BK Konsentrat= 0,80 + 4,75= 5,55 kg BK

Page 14: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 4. PerhitunganPertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

BB awal = 286,5 kgBB akhir = 294 kgLama pemeliharaan = 7 hariPBBH = BB akhir – BB awal

` 7= 294 - 2 86, 5

7= 1,07 kg/hari

Page 15: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 5. Perhitungan Evaluasi Pakan

● Perhitungan Evaluasi Pakan dengan rumus Interpolasi

BB awal = 286,5 kgPBBH sapi = 1,07 kg/hariLama pemeliharaan = 7 hari BB akhir = 294 kgBB rata – rata = 2 86,5 + 294

2= 290,25 kg

Tabel 4. Kebutuhan PakanBB (kg) PBBH (kg) Kebutuhan BK (kg)

200 0,29 4,61244,5 0,29 X250 0,29 5,44

Sumber: Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries (Kearl, 1982)

BB – BB bawah = Keb. BK bawah – BK bawahBB atas – BB bawah BK atas – BK bawah244,5 - 200 = X – 4,61 250 - 200 5,44 – 4,6144,5 = X – 4,61 50 0,8336,935 = 50X – 230,550X = 230,5 + 36,93550X = 267,435X = 5,35Kebutuhan BK interpolasi = 5,35Konsumsi BK total = 6,78Ketercukupan = konsumsi BK total – kebutuhan BK interpolasi

= 6,78 – 5,35= 1,43

Jadi, kebutuhan BK pakan tercukupi, akan tetapi kurang efisien karena masih ada atau banyak pakan yang tidak dapat dicerna menjadi daging dan PBBH-nya rendah.

Page 16: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 6. Perhitungan Konversi Pakan

PBBH = 1,07 kg/hariKonsumsi BK total = 5,55 kg BKKonversi pakan = Konsumsi BK total

PBBH= 5,55 1,07= 5,19

Page 17: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 7. Perhitungan Efisiensi Pakan

PBBH = 1,07 kg/hariKonsumsi BK total = 5,55 kg BKEfisiensi Pakan = PBBH x 100%

Konsumsi BK total= 1,07 x 100% 5,55= 19,28 %

Page 18: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 8. Perhitungan BK Feses

Berat feses total = 11,92 kg

Tabel 5. Perhitungan BK FesesLoyang Berat loyang (g) Berat feses sebelum di oven (g) Berat feses + loyang setelah dioven (g)

1 3,909 10,003 6,4152 4,176 10,002 6,670

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012

BK feses I = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%berat feses sebelum dioven

= 6,415 - 3,909 x 100%10,003

= 25,05% BK feses II = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%

berat feses sebelum dioven= 6,670 – 4,176 x 100%

10,002= 24,94%

BK rata-rata = BK feses I + BK feses II2

= 25,05+24,942

= 25%Total BK Feses = Total koleksi feses x BK feses

= 11,92 x 25100

= 2,98 kg BK

Page 19: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 9. Perhitungan Daya Cerna

Konsumsi BK total = 5,55 kg BKBK feses total = 2,98 kgBKDaya cerna = Konsumsi BK total – BK feses total x 100%

Konsumsi BK total= 5,55 - 2,98 x 100% 5,55= 46,31%

Page 20: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 10. Perhitungan Feed Cost Per Gain

Harga rumput lapang = Rp 100 / kgHarga konsentrat = Rp 1500/kgKonsumsi rumput lapang = 5,64 kgKonsumsi Konsentrat = 5,15 kgPBBH = 1,07 kg/hari

Feed cost per gain =(harga rumput lapang x konsumsi rumput lapang) + (harga konsentrat x konsumsi konsentrat ) PBBH

= (100 x 5,71) + (1500 x 5,22)1,07

= 571+ 7830 1,07= 8401 1,07= Rp 7.851,40 /kg/BB/hari

Page 21: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 11. Fisiologi Ternak

Tabel 6. Pengukuran Suhu Rektal TernakTanggal Jam Pengukuran Suhu rektal (oC) Rata-rata suhu rektal (0C)

16 November 2012

06. 001 38,4

38,352 38,3

12. 001 38,3

38,32 38,3

18. 001 39,0

39,02 39,0

24. 001 37,7

38,12 38,5

Rata-rata 38,44 38,44Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Tabel 7. Pengukuran Frekuensi Nafas TernakTanggal Jam Pengukuran Frekuensi nafas (kali/menit) Rata-rata

16November 2012

06. 001 20

20,52 21

12. 001 27

262 25

18. 001 21

202 19

24. 001 22

202 18

Rata-rata 22 22Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Page 22: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 11. (Lanjutan)

Tabel 8. Pengukuran Denyut Nadi TernakTanggal Jam Pengukuran Denyut nadi (kali/menit) Rata-rata

16November 2012

06. 001 74

74,52 75

12. 001 89

91,52 94

18. 001 58

632 68

24. 001 73

752 77

Rata-rata 76 76Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Page 23: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 12. Fisiologi Lingkungan Ternak

Tabel 10. Pengukuran Fisiologi Lingkungan Ternak

Tanggal WaktuMikroklimat Makroklimat

Suhu (oC) Rh (%) Suhu (oC) Rh (%)

11 Nopember2012

06. 00 25 78 26,5 9212. 00 33 49 40 6818. 00 31 68 32 8421. 00 27 79 24 96

12 Nopember2012

06. 00 25 76 25 7512. 00 34 48 35,5 7118. 00 28,5 64 29 8421. 00 24,5 78 22,75 96

13 Nopember2012

06. 00 26 78 26 9312. 00 30 60 33 7118. 00 26 74 28 8321. 00 25,5 76 25,5 96

14 Nopember2012

06. 00 26 80 27 8312. 00 33 43 32,5 7318. 00 23,75 74 23,5 9021. 00 25,5 79 24,75 95

15 Nopember2012

06. 00 24,5 76 28 6712. 00 32 48 32 7118. 00 27 64 26,5 9121. 00 26 77 27 96

16 Nopember2012

06. 00 26 82 23 7012. 00 36 66 33,25 54,518. 00 26,5 80 25 2521. 00 26,5 72 26,25 88

17 Nopember 2012

06. 00 24,75 74 25 9512. 00 33 42 31 7118. 00 24 68 26 9121. 00 25,5 75 24,5 92

Rata-rata 27,70 68,86 27,88 80,98Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Page 24: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 13. PerhitunganCarrying Capacity

Luas lahan = 1 ha 1 x 10. 000 = 10. 000 m2

Sample I = 1 kg/m2

Sample II = 2 kg/m2

Sample III = 1 kg/m2

Berat sample rata-rata = 1,33 kg/m2

I. Produksi Lahan = luas lahan x berat sample rata-rata = 10.000 x 1,33 kg= 13.300 kg BS/m2

II. Produksi Lahan/tahun (BS) = produksi lahan x (BB x 30) + ½. produksi lahan x (BB x 30) IPBB IPBK

= 13.300 x (6 x 30) + ½ x 13.300 x (6 x 30) 40 60

= 59.850 + 19.950 = 79.800 kg BS/tahun

III. Produksi Lahan/hari (BS) = produksi lahan/tahun 365

= 79.800 365= 218,63 kg BS/hari

IV. Konversi BK =BK Hijauan x produksi lahan/hari (BS)= 13,93 x 218,63 100= 30,46 kg BK

V. Carrying capacity = P roduksi lahan/hari (BK) Kebutuhan pakan BK/hari

= 30,46 8.67= 3 ekor sapi dengan bobot badan 286,5 kg

Page 25: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 14. Gambar kandang (tampak depan, samping)

Ilustrasi 1. Kandang tampak depan Ilustrasi 2. Kandang tampak samping

Keterangan:1. Atap2. Dinding3. Palung pakan4. Selokan5. Kran air6. Pembatas sapi

Keterangan :1. Atap2. Dinding3. Palung pakan4. Selokan5. Pembatas sapi

Page 26: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 14. Gambar kandang tampak atas, belakang (lanjutan)

Ilustrasi 3. Kandang tampak atas Ilustrasi 4. Kandang tampak belakang

Keterangan:1. Atap2. Dinding3. Palung pakan4. Selokan5. Kran air6. Pembatas sapi7. Bak penampungan air

Keterangan:1. Dinding2. Selokan3. Palung pakan4. Pembatas sapi5. Bak penampungan air

Page 27: LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Lampiran 15. Denah Perkandangan

Ilustrasi 5. Denah perkandangan

Keterangan:1. PKM (Gd. C) 9. Kandang sapi perah bawah2. Parkiran 10. Kandang sapi perah atas3. Kandang sapi potong atas 11. Gudang Pakan4. Kandang sapi potong bawah5. Mess6. Lab. Central7. Kandang sapi madura8. Pembuangan feses dan penyimpanan alat timbang sapi

1

2

34 5

6

10 118

7

9