laporan preparat hewan

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat . Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi lebih awet dan tahan lama (Billi, 2008). Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan atau penghilangan air dari dalam sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses (metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna asli suatu preparat supaya ketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna daripada warna aslinya. Fungsi dari dehidrasi pada metode pembuatan preparat dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Della, 2008). Sediaan adalah benda yang akan diamati strukturnya. Sifat–sifat dari sediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan adalah semua organisme atau yang pernah

Upload: lenyaprianita

Post on 26-Sep-2015

430 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

hematologi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat. Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yangbertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi lebih awet dan tahan lama (Billi, 2008).

Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan atau penghilangan air dari dalam sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses (metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna asli suatu preparat supaya ketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna daripada warna aslinya. Fungsi dari dehidrasi pada metode pembuatan preparat dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Della, 2008).

Sediaan adalah benda yang akan diamati strukturnya. Sifatsifat dari sediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan adalah semua organisme atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan tubuh organisme). Garis besar pembuatan sediaan adalah pengambilan dan persiapan material, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, penempelan pada gelas objek, dan pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaan antara lain: sediaan utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas (Squash), sediaan gosok, Maserasi, dan sediaan sayatan tanpa embedding maupun dengan embedding (Parafin, seloidin, maupun resin) (Kusuma, 2008).Pada percobaan kali ini akan digunakan pembuatan sediaan mikroskopis dengan menggunakan metode parafin. Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Kelebihn metode ini adalah irisannya jauh lebih tipis dan prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan metode seliondin maupun metode beku. Alat pemotomg mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002). Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertamatama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, didehidrasi dengan alkohol bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit, diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Santoso, 2002).1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ Mencit (Mus musculus) dan mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna Alizaridn Red.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Metode Parafin

Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialahirisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin.Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifatseri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakanmetode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik dengan menggunakan metode ini. Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewanataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak (Nurliani, 2007).Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di atas, maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras. Perbedaan struktur inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin (metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan dengan metode yang berbeda dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan dibekukan (Sumardi, 2002).

2.2 Beberapa Alat-alat Khusus yang Digunakan Dalam Metode Parafi

Menurut Imran (2010), Alat khusus yang dirancang untuk menyayat material atau jaringan dalam sayatan-sayatan yang cukup tipis untuk penelaahan dengan mikroskop adalah mikrotom. Syarat memperoleh hasil sayatan yang baik :

1. Jaringan yang telah dipersiapkan dengan sempurna2. Pisau yang cukup tajam3. Pemilihan jenis mikrotom yang tepat4. Operator yang cukup terampil dan terlatih Menurut Rina (2010), Mikrotom terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:

1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan.

2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang. Jaringan dapat dipotong dengan mikrotom ini, tanpa fiksasi terlebih dahulu atau dengan fiksasi. Fiksasi dapat dijalankan setelah pemotongan dan sebelum pewarnaan.

3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin.Karena metode parafin sekarang lebih banyak digunakan di laboratorium-laboratorium, maka dengan sendirinya mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan dengan metode lainnya (Rina, 2010).Banyak cara dalam pembuatan preparat hewan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan (Sundoro, 1983).2.3 Macam-macam Metode Irisan

Menurut Mcmanus (1992), Terdapat 2 macam metode irisan yaitu sebagai berikut :1. Metode irisan dengan tangan. Pada beberapa macam jaringan, terutama dalam lapangan botani, pembuatan sediaan dengan cara ini masih dapat dipakai misalnya melihat susunan daun segar. Dengan mempelajari sediaan seperti ini dapat diperoleh beberapa keterangan mengenai luas maupun tipe fibrosis didalam jaringan yang patologis.

2. Metode irisan dengan mikrotom.Di dalam metode ini sediaan didapat dari jaringan-jaringan pengirisannya menggunakan suatu alat yang disebut mikrotom. Keuntungan dari alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat diatur menurut tajam dan kehendak peneliti. Macam-macam mikrotom diantaranya mikrotom geser, mikrotom beku, dan mikrotom putar (rotary mikrotom) (Mcmanus, 1992).Pada mikrotom putar pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin. Karena metode ini sekarang lebih banyak digunakan dilaboratorium-laboratorium maka denagn sediaan mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan dengan metode lainnya (Sumarni, 2010).

Dengan diperolehnya irisan yang lebih tipis ini, maka pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel atau jaringan akan diperoleh. Selain itu, hampir semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis mikrotom yang telah diuraikan di atas, di mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan, sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002).Preparat jaringan hewan dan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila sudah terlihat warna yang kontrase baik maka diberi canada balsam lalu ditutup dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut. Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja hanya sampai pada terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu (Hasan, 2010).

2.4 Tahapan-tahapan Metode ParafinPada waktu membedah dan memisahkan spesimen dari jaringan. Organ dan organisme,hendaknya dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya luka,kerusakan maupun sobekan.pemotongan sebaiknya menggunakan pisau silet bermata satu.jika skalpel yang dipakai,gunakanlah skalpel yang tajam.bila menggunakan gunting untuk memotong, maka tempat pemotongan biasanya terjadi kerusakan yang memerlukan trimming (perautan) sedikit demi sedikit dengan silet (Gunarso, 1989).Jaringan hewan dapat diambil dari mahluk tersebut selagi masih dalam keadaan hidup,setelah mengalami pembiusan maupun yang baru saja mati dan segera mungkin dimasukkan larutan fiksatif. Organ-organ yang halus sifatnya seperti hati, jantung, buah pinggang maupun testis tikus atau kelinci dapat secara utuh langsung dimasukkan kedalam larutan fiksatif sebelum dipotong atau disayat dalam ukuran yang sesuai. Untuk usus,bila dikehendaki pemotongan dengan ukuran lebih dari satu sentimeter panjangnya,maka sebaiknya dilakukan penginjeksian larutan fiksatif ke dalam lumen usus tersebut agar lapisan mukosa di dalamnya dapat terfiksasi dengan baik. Jenis otot maupun saraf sebaiknya direntang pada waktu fiksasi.Untuk itu,dapat dipakai misalnya batang gelas berbentuk U. Tulang vertebrata yang berukuran kecil dapat difiksasi secara utuh,sedang untuk yang berukuran besar, agar dapat mengawetkan sumsum di dalamnya dengan baik, sebaiknya dilakukan pemotongan baik melintang maupun membujur berukuran 5-10 mm terlebih dahulu.cairan fiksatif mengandung formalin atau yang mengandung 10-15% larutann formalin sudah cukup sesuai untuk memfiksasikan tulang maupun jenis jaringan yang memerlukan proses dekalsifikasi.formalin mempunyai daya penetrasi yang baik dan melindungi bagian-bagian yang lembut terhadap daya kerja cairan pendekalsifikasi yang digunakan (Gunarso, 1989).Metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau standar. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan normal sifatnya maupun yang mengidap suatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan dengan baik, telah dillakukan penyayatan cukup tipis serta diberi pewarnaan yang sesuai, sehingga berbagai elemen yang diteliti lebih mudah untuk diamati (Gunarso, 1989).

Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 mikron-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron. Langkah-langkah penting dalam metode ini antara lain fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, embedding, penyayatan (section), penempelan, pewarnaan, dan penutupan (Wararindi, 2011).

Menurut Malik (2010), ada beberapa tahapan proses dari metode paraffin yaitu sebagai berikut:a. Fiksasi

Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen - elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran. Dinamakan larutan fiksatif karena kemampuan membuat jaringan mudah menyerap warna. Mulanya dengan menyiapkan ikan, lalu mengambil potongan kecil sebanyak dua potong pada masing-masing organ insang, dan ginjal dan hati. Organ tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan Bouins dan diamkan selama 24jam.b. Washing

Washing adalah proses pencucian untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan. Dalam proses washing diusahakan tidak terdapat molekul-molekul fiksatif yang tertinggal di dalam jaringan. Molekul ini akan menjadi penghalang untuk proses selanjutnya. Fiksatif menggunakan BOINS, maka setelah kurang lebih 24 jam difiksasi kemudian dilakukan pencucian menggunakan alkohol 70% yang diganti berkali-kali hingga warna kuning hilang.c. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari dalam jaringan. Tujuan dari dehidrasi adalah agar seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi dengan molekul parafin. Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dari persentase rendah ke persentasi tinggi (70%, 80%, 96%) masing-masing 2 x 15 menit. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan tiba-tiba pada terhadap sel dan jaringan.d. Clearing

Clearing adalah proses penjernihan atau mentransparankan jaringan. Clearing berfungsi untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan agar dapat digantikan oleh molekul parafin. Clearing menggunakan xylene dengan membenamkan jaringan pada larutan tersebut selama 2 x 15 menit.e. Impregnasi

Impregnasi bisa juga disebut infiltrasi parafin yaitu proses pengeluaran xilen dari dalam jaringan yang akan digantikan oleh parafin cair. Setelah jaringan di Clearing maka sampel dimasukkan kedalam cessed and deckel kemudian di masukkan kadalam moldtray yang berfungsi sebagai tempat infiltrasi parafin, yang terdiri dari tiga wadah yaitu: pertama berisi parafin cair dan xylene, wadah ke dua berisi parafin cair tanpa xilene, dan wadah ke tiga berisi parafin cair murni. Masing-masing 1 x 15 menit.f. Embeding

Proses penanaman jaringan ke dalam media parafin. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam melakukan proses pemotongan atau pengirisan sampel. Dilakukan dengan mengeluarkan jaringan yang sudah di Impregnasi dari moldtray, kemudian menanamnya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair. Setelah itu tutup dengan menggunakan casette and deckel lalu didinginkan pada cold plate.g. Cutting

Proses pemotongan atau pengirisan jaringan dengan menggunakan mikrotom. Sampel yang dipotong tebalnya sekitar 5 7 mikron. Pemotongan akan berhasil jika pisau tidak tumpul, tidak berkarat, dan tidak terdapat sisa-sisa parafin dari hasil pemotongan sebelumnya dan posisi sampel lurus dan baik. Suhu pisau dan suhu sampel serta ruangan harus sama agar sampel tidak patah atau terpotong-potong saat pengirisan.

h. Staining

Staining adalah proses pewarnaan, dimana sampel diwarnai dengan menggunakan zat warna. Tujuannya yaitu untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di mikroskop. Tahapan staining terdiri dari proses deparafinasi atau penarikan parafin dari dalam jaringan. Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke jaringan. Selanjutnya proses infiltrasi zat warna. Menggunakan haematoxilin untuk mewarnai sitoplasma dan eosin untuk mewrnai inti sel. Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan karena mengakibatkan terjadinya pembusukan. Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit preparat dikeringkan dan ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan deg glass. Kemudian diamati di bawah mikroskop.2.5 Jenis Pewarnaan Pada Preparat

Pewarnaan pada preparat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarnaan umum dan pewarnaan khusus. Pewarnaan umum yaitu pewarnaan yang hanya untuk membedakan antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis bahan yang iasa digunakan dalam pewarnaan umum adalah hematoksilin-eousin (HE). Pewarnaan khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk melihat satu macam jenis organel atau untuk membedakan jaringan tertentu. Beberapa metode yang digunakan dalam pewarnaa khusus adalah gomori, PAS (periodic acid schiff), imunohistokimia, dan apotag. Prinsip dari pewarnaan jaringan adalah brdasarkan pada afinitas antara zat warna dengan bahan yang diwarnai (Sudiana 2005).Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin. Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin (Pahwadi, 2011).BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

1.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Preparat Histologi Hewan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 27 januari 2015 di Labotatorium Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

1.2. Alat dan Bahan

1.2.1. Alat

1. Seperangkat alat bedah2. Jarum

3. Cawan petri

4. Oven

5. Mikrotum rotary

6. Hot plate

7. Kaset

8. Gelas arloji

9. Deck glass

10. Mikroskop

11. Tisu

1.2.2. Bahan1. Mencit (Mus musculus)

2. Alcohol

3. Formalin

4. Sapranin

5. Paraffin

6. Eosin

7. Xylol

8. Hemaktosinin

1.3. Cara kerja1. Bius mencit yang akan di ambil organ nya

2. Bedah mencit dari bagian bawah secara vertical hingga leher lalu lakukan dengan hati-hati

3. Ambil organ-organ tubuh mencit meliputi: hati, ginjal, jantung, testis, dan usus.

4. Letakkan organ ke dalam larutan RBHCL untuk membersihkan organ tersebut

5. Masukkan organ yang telah bersih ke dalam formalin agar organ tersebut awet. Lakukanlah selama 5 menit

6. Ambil organ lalu pindahkan ke dalam larutan alcohol untuk membersihkan organ dari cairan formalin.

7. Letakkan organ yang sudah bersih ke dalam gelas arloji lalu potong organ meliputi: usus, hati, ginjal, dan jantung.8. Masukkan organ yang sudah dipotong ke dalam cetakan paraffin lalu masukkan larutan parafin lalu di tutup dengan kaset.

9. Masukkan cetakan ke tempat pendingin sampai mengeras.

10. Lalu masukkan cetakan ke dalam mikrotum rotary untuk melakukan pemotongan dengan ketebalan 3-5 mm.

11. Kaca preparat di oleskan perekat lalu letakkan irisan di atas kaca preparat kemudian letakkan di atas hot plate sampai paraffin meleleh.

12. Masukkan preparat ke dalam alcohol:xilol 2:1, 1:1, 1:3.

13. Bersihkan dengan tisu hingga benar-benar bersih.

14. Lalu celupkan ke dalam alcohol 95%, 80%, 70%, 60%, 50%

15. Lalu masukkan pewarna dengan menggunakan hemaktosinil dan eosin selama 3 sampai 10 detik

16. Lalu amati di bawah mikroskop.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

1.4. Hasil No.

Mencit di bius untuk diambil organnya

mencit di bedah lalu diambil organ dalamnya

Organ mencit yang sudah di ambil dipisahkan dan masing-masing diletakkan dalam gelas arloji

larutan paraffin dipanaskan menggunakan hot plate

Organ mencit dimasukkan ke dalam cetakan parafin

Cetakan paraffin dimasukkan ke dalam lemari es sampai mengeras

cetakan di masukkan ke dalam mikrotum rotary untuk melakukan pemotongan dengan ketebalan 3-5 mm.

preparat di celupkan ke dalam alcohol:xilol 2:1, 1:1, 1:3.

Preaparat dicelupkan ke dalam alcohol 95%, 80%, 70%, 60%, 50%

preparat hati yang dilihat di bawah mikroskop

1.5. PembahasanPraktikum pembuatan sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin dapat diketahui bahwa dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk dibuat dan tidak memakan waktu yang panjang. Organ yang digunakan adalah organ hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Hewan yang diambil organnya adalah mencit. Tetapi ada sebagian organ yang gagal menjadi suatu preparat, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom, sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati di bawah mikroskop. Selain itu, sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat proses pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alkohol ada beberapa kertas label yang terlepas dari kaca objek. Sehingga hanya preparat yang kertas labelnya masih utuh yang dapat dikenali dengan benar. Organ yang digunakan adalah hati mencit yang merupakan suatu organ yang besar berwarna ke coklat-coklatan terletak disebelah kanan di bawah diafragma, terbagi atas beberapa lobi. Ditiap lobi terdapat ductus hepaticus yang mengeluarkan sekresi vesica fellea (kantung empedu). Dari sini akan keluar ductus cysticus yang selanjutnya akan bertemu dengan ductus pancreaticus bersama membentuk ductus choledocus yang bermuara di bagian cranial duodenum hal ini sesuai dengan pendapat Harris (1943) dan Jasin (1989) mencit mempunyai kelenjar-kelenjar pencernaan yaitu hati dan pankreas. Hati merupakan suatu kelenjar yang besar dan berwarna merah kecoklatan yang terbagi atas beberapa lobi. Tiap lobi terdapat duktus hepatikus yang mengeluarkan sekresi ke vesica felea (kantong empedu). Pankreas terletak antara pars ascendens dan pars descendens dari duodenum berwarna merah muda dan bersaluran membentuk duktus pankreatikus, dimana didalamnya terdapat sel yang disebut insulae langerhensi yang menghasilkan sekresi (hormon) berupa insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah.Organ yang digunakan tersebut harus diisolasi terlebih dahulu sebelum digunakan hal ini bertujuan agar organ yang dijadikan sediaan siap untuk melakukan berbagai tahap-tahap atau proses dalam percobaan. Proses pembuatan sediaan preparat setelah dibedah diambil organnya, kemudian dicuci dengan garam fisiologis agar organ tersebut tidak mengalami pembekuan. Setelah itu organ difiksasi digunakan larutan BNF selama 24 jam agar sel-sel dari organ tersebut mati namun strukturnya tidak rusak sehingga memudahkan langkah-langkah kedepannya.

Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Larutan fiksatif dibuang dan dicuci dengan alkohol 70 % selama 1 jam. Kemudian didehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 80 %, 95 %, sampai alkohol tersebut absolut masingmasing selama 1 jam.

Hal ini dilakukan untuk proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supaya dapat menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan sehingga perubahan yang terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Didealkoholasi, alkohol yang tadi dibuang dan diganti larutan secara berturut alkohol : xilol = 2 : 1, alkohol : xilol = 1 : 1 dan alkohol : xilol = 1 : 3 masing-masing selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk menggantikan tempat alkohol dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium penjernih menjelang proses penanaman sebelum proses penyayatan. Fungsi dari dehidrasi itu sendiri ialah untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan dengan menggunakan bahan kimia tertentu.

Setelah tahapan fiksasi, organ didehidrasi dengan larutan alkohol bertingkat yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari organ tersebut sehingga saat sudah menjai sediaan tidak akan cepat rusak. Selain itu untuk memudahkan peresapan parafin. Organ selanjutnya di clearing dengan larutan campuran antara xilol dan alkohol dengan perbandingan tertentu yaitu 2:1, 1:1, 1:3 dan xilol murni dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa alkohol dari organ dan membantu proses penyerapan parafin. Tahapan berikutnya yaitu perendaman dalam parafin, tahapan ini biasanya dilakukan didalam oven agar saat organ dimasukkan dalam parafin, parafin tersebut tidak mudah membeku. Tahapan perendaman dalam parafin diulangi sebanyak 3 kali dengan tujuan agar parafin meresap sempurna dan pada saat pemotongan akan didapat hasil yang diinginkan. Selain itu tahapan perendaman dalam parafin yang sempurna juga turut mempengaruhi struktur organ yang digunakan.

Organ yang sudah berada dalam block parafin akan dipotong dengan menggunakan mikrotom rotary, hasil yang diinginkan yaitu setebal 6 mikron, tahapan pemotongan memerlukan kesabaran dan ketelitian karena pada tahapan ini tidak bisa di predeksi kapan bahan yang ada dalam block parafin terpotong sempurna dan sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Pemotongan juga harus memperhatikan kumpulan paraffin yang terpotong dan membentuk gumpalan, karena bisa saja di dalam gumpalan tersebut terdapat potongan yang diinginkan. Organ yang telah dipotong kemudian akan mengalami tahapan pewarnaan dengan xilol 1 dan 2. Xilol digunakan sebelum pewarnaan selanjutnya yang menggunakan haematoksilin ehrlich agar saat pewarnaan dengan haematoksilin ehrlich dilakukan, warna yang dihasilkan akan sesuai dengan yang diinginkan sehingga hasil yang didapat akan memperlihatkan bagaimana penampang sebenarnya dari organ-organ tubuh.

Tahapan berikutnya adalah pencucian dengan akuades agar sisa-sisa warna yang menempel tidak sempurna bisa hilang. Kemudian perendaman dalam alkohol bertingkat diselingi dengan eosin dan dilanjutkan lagi dengan alkohol bertingkat, hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan lunturnya warna, untuk menghilangkan kandungan air yang mungkin saja masih tersisa setelah proses pencucian dan mencegah hal lainnya yang tidak diinginkan.

Kendala yang dialami pada saat pembuatan sediaan irisan jaringa hewan dengan menggunakan metode parafin ini, salah satunya kesulitan atau kurangnya keterampilan dalam pembuatan preparat irisan saat pemotongan dengan menggunakan mikrotom. Ada beberapa jenis mikrotom yang dapat digunakan sebagai alat pemotong sediaan antara lain hand microtom, rocking microtom, rotary microtom, freezing microtom, dan sliding microtom. Sedangkan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah microtom rotary. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin ini ada beberapa perbedaan yang nyata antara ginjal, hati, dan paru. Preparat ginjal memiliki warna yang paling cerah, ini dikarenakan proses pengirisannya dilakukan dengan sangat tipis sehingga memberikan bayangan yang terang. Preparat organ hati dengan perbesaran 100x pada umumnya memberikan bayangan yang redup dan berwarna coklat tua sehingga tidak bagian sel hati tidak dapat terlihat dengan jelas, terdapat gelembung-gelembung kecil yang mengindikasikan prosesnya belum begitu sempurna. Preparat organ paru-paru berwarna coklat tua dan bayangan yang redup, hal ini kemungkinan dikarenakan oleh perendaman yang terlalu lama sehingga membuat perubahan warna pada organ.

Keunggulan dari metode parafin, antara lain : irisan dapat jauh lebih tipis dari pada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari metode lain. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.

BAB IV

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk dibuat dan tidak memakan waktu yang panjang.2. Untuk mendapatkan hasil preparat yang bagus preparat harus di potong setipis mungkin sehingga jaringan-jaringan dari sayatan organ mencit dapat di lihat dengan jelas.

3. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin ini sulit untuk dibedakan antara hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Selain itu, juga sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama. 4. Kelebihan-kelebihan dari metode parafin, yaitu: irisan dapat jauh lebih tipis, tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari metode lain. 5. Kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.1.2. Saran

Sebaiknya untuk praktikum yang akan datang hendaknya praktikan harus benar-benar menyiapkan bahan terlebih dahulu agar praktikum berjalan dengan lancar. Selain itu kebersihan ruangan juga harus tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Billi, 2008. Mikroteknik. http//mikroteknik.scribt. diakses pada hari rabu tanggal 5 maret 2015 pada pukul 21:00 WIB.

Budiono, J.D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.

Kimball, 1992. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.Kusuma, 2008. Sediaan Mikroskopis. http://www.research.co.id//teknikpembuatansediaanmikroskopisjaringanmakhlukhidup.html. Diakses pada hari rabu 5 maret 2015 pada pukul 21:00 WIB.

Mcmanus, 1992. Metode Irisan Mikroteknik Hewan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.Nurliani, A. 2007. Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi. Banjarbaru.

Pujawati, E. D. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Santoso, H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru.Perutz, 1978. Sel Darah Merah Pada Hewan. ITB: Bandung.

Rina M.S, 2010. Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi. Banjarbaru.

Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara: Jakarta.