laporan prc kota

46
PERENCANAAN KOTA KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KELOMPOK 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota baru di Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an, yaitu melalui pembangunan kota baru, antara lain Kebayoran Baru (Jakarta, 1949), Plan Cipaganti (1953-1955) dan Cijagra (1968) keduanya berada di Bandung, Kota Baru Palangkaraya (Kalimantan Tengah, 1953) serta beberapa kota baru lainnya. Indonesia hingga kini memiliki kota yang jumlahnya mencapai ratusan banyaknya, sama halnya dengan negara-negara lain negara Indonesia juga ingin mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi perhatian semua negara di muka bumi ini termasuk negara Indonesia. Berawal dari pernyataan tentang pentingnya kesadaran semua pihak tentang berbagai isu lingkungan global, maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dan kebutuhan generasi yang akan datang. Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan dielaborasi oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

Upload: ayuqwlr

Post on 24-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

salah satu konsep pengambangan wilayah perkotaan adalan pembangunan berkelanjutan. kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan dielaborasi oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial meskipun dalam konsep berkelanjutan yang ada yaitu ekologi, ekonomi, sosial tersebut akan semakin menyulitkan pelaksanaannya

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kota baru di Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an, yaitu melalui

pembangunan kota baru, antara lain Kebayoran Baru (Jakarta, 1949), Plan Cipaganti

(1953-1955) dan Cijagra (1968) keduanya berada di Bandung, Kota Baru Palangkaraya

(Kalimantan Tengah, 1953) serta beberapa kota baru lainnya. Indonesia hingga kini

memiliki kota yang jumlahnya mencapai ratusan banyaknya, sama halnya dengan

negara-negara lain negara Indonesia juga ingin mewujudkan pembangunan kota yang

berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi perhatian

semua negara di muka bumi ini termasuk negara Indonesia. Berawal dari pernyataan

tentang pentingnya kesadaran semua pihak tentang berbagai isu lingkungan global,

maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi

sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dan kebutuhan generasi yang akan datang.

Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota

yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi

mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan dielaborasi

oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan

sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial meskipun dalam konsep berkelanjutan

yang ada yaitu ekologi, ekonomi, sosial tersebut akan semakin menyulitkan

pelaksanaannya. Pembangunan berkelanjutan pada aktivitasnya memanfaatkan seluruh

sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya juga merupakan upaya

memelihara keseimbangan antara lingkungan alami dan lingkungan binaan sehingga

kedua lingkungan tersebut dapat berjalan serasi dan seimbang. Berdasarkan konsep

pembangunan kota yang berkelanjutan ini maka akan dibahas studi kasus mengenai

kajian permasalahan dan strategi pembangunan lingkungan berkelanjutan di daerah

Cekungan Bandung.

Permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan akibat

dari perencanaan dan pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat. Tekanan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

Page 2: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

penduduk dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat telah menyebabkan perubahan

tata guna lahan. Selain itu, meningkatnya aktivitas permukiman dan industri juga telah

menimbulkan permasalahan lingkungan yang mengakibatkan tercemarnya air sungai

Citarum. Memburuknya kualitas air sungai ini diakibatkan masih banyaknya aktivitas

industri, perumahan serta peternakan yang membuang limbahnya langsung ke sungai

Citarum termasuk limbah padat atau sampah. Kualitas udara kota besar di Cekungan

Bandung juga mengalami penurunan akibat meningkatnya industri dan jumlah

kendaraan bermotor yang ditandai dengan meningkatnya pemcemaran udara. Dengan

demikian, akan dibahas kajian mengenai permasalahan lingkungan yang terjadi di

Cekungan Bandung sehingga dapat diperoleh informasi yang memadai dalam menyusun

strategi penyelesaian lingkungan untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

terpadu di sekitaran Cekungan Bandung sehingga mewujudkan pembangunan kota yang

berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Bagaimana konsep pembangunan berkelanjutan pada studi kasus di Cekungan

Bandung?

2. Bagaimana indikator pembangunan yang dapat diterapkan pada studi kasus di

Cekungan Bandung yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan yaitu :

1. Mahasiswa mengetahui konsep pembangunan berkelanjutan

2. Mahasiswa mengetahui indikator pembangunan berkelanjutan yang perlu

diterapkan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 2

Page 3: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Karakteristik Kota

Pengertian mengenai kota yang sering dijadikan acuan di Indonesia adalah

tempat dengan konsentrasi penduduk yang kebih padat dengan wilayah sekitarnya

karena terjadi pemustan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau

aktivitas penduduknya, engan ungkapan yang berbeda definisi kota yang lain adalah

permukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat

nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah

tertentu dan bertempat tingga dalam wilayah geografis tertentu, cenderung berpola

hubungan rasional, ekonomis dan individualistis (Ditjen Cipta Karya: 1997). Berebeda

dengan perkotaan yang memeliki pengertian yang lebih luas, dalam hal ini perkotaan

atau kawasan perkotaan adalah permukiman yang meliputi kota induk dan daerah

pengaruh di luar batas administrasinya yang berupa daerah pinggiran sekitarnya atau

daerah suburban sedangkan menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,

kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan

ekonomi.

Berdasarkan uraian pengertian kota yang telah disebutkan maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian kota dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengertian kota

secara fungsional dan pengertian kota sebagai daerah otonom. Pengertian kota yang

pertama lebih mengacu pada pengertian fungsional yang terkait dengan pemenuhan ciri-

ciri perkotan secara fisik, sosial demografis dan ekonomi. Pengertian yang kedua, lebih

terkait dengan salah satu bentuk daerah otonom yang ada dalam sistem pemerintahan

daerah di negara kota, yaitu Daerah Kota selain daerah Kabupaten yang dulu sering

disebut dengan Kotamadya Daerah Tingkat II.

Pembahasan dalam konteks ruang, kota merupakan satu sistem yang tidak

berdiri sendiri. Secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 3

ayuq, 10/14/14,
bab 2 diarahkan untuk menjawab kasus (cekungan bandung)
Page 4: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

fungsional didalamnya, semestara secara eksternal, kota dipengaruhi oleh lingkungan di

sekitarnya, dalam hal ini secara umum kota dapat dikatan sebagai suatu tempat dengan

konsentrasi penduduklebih padat dari wilayah sekitarnya, dengan berbagai pengertian

kota yang ada, kota mempunyai pengertian dan batasan yang bermacam-macam sesuai

dengan sudut pandang tiap ilmuan.

Pedoman Penyusunan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, dengn mengacu

pada PP No. 129 tahun 2000 memberikan kriteria untuk tiap jenis kawasan perkotaan

secara umum yaitu:

1. Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian.

2. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa.

3. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar.

4. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa

dalam benruk sarana dan prasarana pergantian moda transfortasi.

Khususnya untuk kawasan perkotaan metropolitan ciri-cirinya adalah:

1. Kawasan-kawasan perkotaan yang terdapat di dua atau lebih daerah otonom

yang saling berbatasan.

2. Kawasan perkotaan yang terdiri atas satu kota inti bersetatus otonom dan yang

disekitarnya membentuk suaty sistem fungsional.

3. Kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan melebihi

1.000.000 jiwa.

2.2 Perencanaan Kota

Perencanaan kota merupakan kegiatan atau proses yang tersusun seccara

sistematis, rational atau logis yang bertujuan dalam batas batas tertentu. Perencanaan

kota merupakan kegiatan utnuk merumuskan masalah pada suatu kebijakan yang dapat

digunakan untuk membuat sebuah rencana. Perencanaan kota akan lebih baik jika

terdapat keselarasan dan saling memahami antara kekuatan pemerintah dan non

pemerintah. Perencanaan kota secara keseluruhan tidak dapat hanya dilakukan oleh satu

atau beberapa orang saja namun dibutuhkan organisasi yang saling mendukung satu

sama lain guna mencapi kesuksesan dalam suatu perencanaan.

Perencanaan kota harus sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku bagi

daerah perkotaan dan wilayah tertentu yang saling berkaitan dengan kesehatan,

keamanan, dan kesejahteraan masyarakat, penggunaan tanah, pembagian persil dan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 4

Page 5: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

kualitas lingkungan. Jika perencanaan kota sesuai dengan suatu kebijakan maka dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota sendiri.

1. Pengertian Perencanaan

Menurut UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan, sumber daya

yang tersedia.

Perencanaan secara umum dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan

tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam konteks perencanaan

pembangunan perencanaan merupakan proses kontinu, yang menyangkut

pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan sumberdaya

yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dimasa

depan (Conyer & Hill, 1984). Maka produk atau output dari perencanaan

sebagai rencana, yang merupakan rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan

secara spesifik di masa yang akan datang, sebagai produk dari suatu proses

perencanaan, rencana dapat berbentuk cetak biru yan mempresentasikan tujuan

atau sesuatu yang ingin dicapai dan regulasi yaitu alat untuk mencapai tujuan

yang dideskripsikan. Sehingga aktivitas perencanaan dipergunakan dalam

berbagai lingkup, sektor, skala spasial, serta tingkat operasionalnya.

2. Unsur-unsur Perencanaan

Terdapat empat unsur dalam perencanaan menurut Conyer & Hill, 1984 yaitu:

a. Merencana berarti memilih artinya perencanaan merupakan suatu proses

memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua

yang diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu yang

bersamaan.

b. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya artinya

penggunaan sumberdaya menunjukkan segala sesuatu yang dianggap

berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Dimana sumber daya disini

mencakup sumber daya manusia, sumber daya modal dan keuangan. Oleh

karena itu kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut berpengaruh dalam

proses memilih diantara berbagai pilihan tindakan yang ada.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 5

Page 6: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

c. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan sebagai alat pencapaian

tujuan yang berkenaan sengan sifatdan proses penetapan tujuan.

d. Perencanaan adalah untuk masa datang merupakan salah satu unsur dalam

perencanaan adalah unsur waktu sehingga tujuan-tujuan perencanaan

dirancang untuk mencapai masa yang akan datang.

3. Karakteristik Perencanaan

Karakteristik perencanaan terdiri dari 5 yaitu:

a. Mengarah ke pencapaian tujuan

Merencana berarti berpikir tentang situasi aktual dengan cara yang belum

pernah ada. Perencanaan juga mengarah pada pencapaian tujuan yan

mengandung unsur-unsur motivasi yaitu dinamis, normatif atau kreatif.

b. Mengarah ke perubahan

c. Perencanaan pada dasarnya mengahasilkan tindakan yang akan dilakukan

sehingga tindakan yang dideskripsikan harus dapat mengakomodasikan

perubahan.

d. Pernyataan pilihan

Perencanaan merupakan tindakan memilih strategi, kebijakan, atau program

yang akan dilaksanakan.

e. Rasionalitas

Rasionalitas menjadi pola pikir penting dalam perencanaan. Sehingga

pengertian rasionalitas tercakup kriteria:

a) Efisiensi: usaha terkecil

b) Optimasi : tidak mementingkan salah satu (memaksimasi sasaran)

c) Sintetis yang bersifat integrasi (saling melengkapi antar sasaran)

f. Tindakan kolektif sebagai dasar

Perencanaan menyangkut kepentingan orang banyak sehingga menuntut

keterbukaan untuk membangkitkan partisipasi untuk membentuk suatu

kebersamaan.

4. Proses perencanaan

Model perencanaan merupakan acuan dasar yang mengacu pada pendekatan

perencanaan rasional komprehensif. Sehingga dapat ditemukan karakteristik

utama proses perencaan yaitu:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 6

Page 7: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

a. Bersifat siklis artinya proses perencanaan dipandang suatu proses siklis terdiri

atas kegiatan yang menjembatani perumusan tujuan dengan penyusunan

program dan proyek sebagai implementasinya.

b. Kesatuan dalam ragam tahapan dengan kegiatan masing-masing yng dilihat

sebagai kesatuan yang berkaitan satu sama lain.

c. Tiap tahapan tidak selalu dilakukan secara sekuensial artinya bahwa proses

perencanaan dalam situasi di lapangannya lebih kompleks dari proses yang

konvensional.

Tahapan dalam proses perencanaan terdiri berbagai model proses perencanaan

yang secara umum dapat diuaraikan sebagai berikut:

1) Pendefinisian persoalan yang terdiri dari latar belakang persoalan yang

ada, pembatasan persoalan, perumusan persoalan

2) Perumusan tujuan dan sasaran

3) Pengumpulan data

4) Analisis data

5) Identifikasi dan evaluatif alternatif

6) Implementasi

2.3 Pengertian Keberlanjutan

Keberlanjutan dalam pembangunan berkelanjutan dinilai melalui tiga aspek,

yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan lingkungan, berikut

merupakan pengertian masing-masing makna yang terdapat dalam kata keberlanjutan.

1. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi mempunyai dua hal utama dalam pembangunan, yaitu

yang pertama Keberlanjutan ekonomi makro untuk menjamin kemajuan

ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui

reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan

ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang

berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran.

Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi

mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi

tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 7

Page 8: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia

dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

2. Keberlanjutan Sosial

Keberlanjutan sosial memiliki arti yang sama dengan keadilan sosial, harga diri

manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial

mempunyai tujuan antara lain :

a. Negara sebagai badan sosial konstitusional seharusnya menetapkan dan

menjunjung tinggi derajat manusia dan perkembangan karakter

manusiasecara bebas untuk sekarang dan masa depan, untuk menjaga

kedamaian sosial.

b. Setiap anggota masyarakat mendapat manfaat dari masyarakat sesuai dengan

kontribusinya untuk sistem jaminan sosial dan juga jika kurang mampu.

c. Sistem jaminan sosial (social security system) hanya bisa tumbuh bergantung

pada standar ekonomi.

d. Potensi produktivitas seluruh masyarakat dan cabangnya seharusnya tetap

dilangsungkan juga untuk generasi masa depan.

3. Keberlanjutan Ekologi

Keberlanjutan ekologis merupakan prasyarat untuk pembangunan dan

keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan

ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-

hal sebagai berikut.

e. Pemakaian sumber daya yang dapat diperbaharui seharusnya tidak melebihi

kemampuan regenerasi sumber daya tersebut. Ini berhubungan dengan

kebutuhan performa ekologi yang berkelanjutan, contohnya keberlanjutan

kapital ekologis yang ditentukan oleh fungsinya.

f. Emisi untuk lingkungan seharusnya tidak melebihi kapasitas ekosistem-

ekosistem individu.

g. Kurun waktu dampak antropogenik untuk lingkungan harus seimbang dengan

kurun waktu kemampuan proses alami dalam lingkungan yang berkaitan

untuk bereaksi.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 8

Page 9: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

2.3.1 Tujuan Pembangunan Kota Berkelanjutan

Beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan menurut konsep Brundlant dalam “

Our common future” yaitu: “Sustainable development is development that meets the

needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their

own needs”: yang dapat di aplikasikan pada pembangunan kota Satterwaite (1997)

dalam Satterwaite (2001), sebagai berikut:

1. Bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan pertama: “Pemenuhan kebutuhan

saat ini”, dapat diaplikasikan pada pembangunan kota dengan cara:

a. Pemenuhan ekonomi, termasuk akses mata pencaharian yang memadai atau

aset produktif; juga keamanan ekonomi ketika tidak memiliki pekerjaan

tetap, sakit, cacat atau apa saja untuk suatu keamanan mata pencaharian.

b. Pemenuhan akan sosial, budaya, lingkungan dan kesehatan, termasuk suatu

perlindungan bagi kesehatan, keselamatan, kemampuan dan keamanan, di

dalam suatu kelompok masyarakat dengan persedian pipa seluran air,

sanitasi, drainase, transportasi, perlindungan kesehatan, pendidikan dan

perkembangan anak. Juga sebuah rumah, tempat bekerja dan tempat tinggal

yang terlindungi dari bahaya linkungan, termasuk pencemaran bahan-bahan

kimia.

c. Pemenuhan politik, termasuk kebebasan berpartisipasi peda politik tingkat

nasional dan lokal.

2. Tujuan pembangunan berkelanjutan kedua: “.... tanpa mengurangi kemampuan

generasi akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya”, dapat

diaplikasikan dalam pembangunan kota dalam bentuk:

a. Meminimalkan penggunaan atau limbah dari sumberdaya yang tidak dapat

di perbaharui, termasuk meminimalkan konsumsi bahan bakar fosil pada

kegiatan perumahan, komersil, industri dan transportasi di tambah dengan

substitusi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui apabila memungkinkan.

Juga meminimalkan limbah dari sumberdaya alam mineral yang langkah.

Melestarikan aset-aset ini menyediakan ruang-ruang bermain, rekreasi dan

akses ke alam.

b. Pemanfaatan yang berkelanjutan bagi keterbatasan sumberdaya alam

terbaharukan. Contoh: kota-kota menarik sumber alam air pada tingkatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 9

Page 10: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

yang dapat berlanjut (dengan mengendapkan cara daur-ulang dan

pemanfaatan kembali)

c. Limbah organik tidak lebih dari batasan kemampuan sumber alam sungai

atau danau memperbaharui kembali

Limbah anorganik atau emisi tidak lebih dari batasan kemampuan daya serap

area pembuangan daya serap area pembuangan lokal dan global atau

menipiskan tanpa memberikan dampak yang merugikan (contoh: dayatahan

pestisida; gas-gas rumah kaca dan penipisan ozon)

2.4.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota

yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi

mendatang. Pada pembangunankota berkelanjutan harus mengutamakan sebuah proses

yang berjalan secara terus-menerus yang melibatkan seluruh aspek fisik dan non fisik

pada suatu wilayah baik secara ekonomi, sosial budaya, politik, sumberdaya dan

lingkungan yang ada. Terdapat beberapa ciri atau konsep yang dimiliki oleh kota

berkelanjutan yaitu sebagai berikut:

Menurut Asas Melbourne (2002) tentang kota berkelanjutan adalah kota yang

mampu:

1. Merumuskan visi jangka panjang berdasarkan keberlanjutan; keadilan sosial;

ekonomi dan politik dan ciri-ciri khas mereka.

2. Mencapai keamanan sosial ekonomi jangka panjang

3. Mengenali nilai hakiki keanekaragaman hayati dan ekosistem alami, melindungi

dan memulihkan kembali.

4. Memampukan komunitas agar dapat memperkecil tapak ekologisnya

5. Membangun karakteristik ekositem dalam pengembangan dan memelihara

kesehatan dan keberlanjutan kota

6. Mengenali dan membangun karakteristik khas kota termasuk nilai-nilai

kemanusian dan budayanya, sejarah dan sistem alaminya

7. Memberdayakan masyarakat dan mempercepat peran sertanya

8. Memperluas dan memampukan jaringan kerjasama untuk mencapai masa depan

bersama yang berkelanjutan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 10

Page 11: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

9. Meningkatkan konsumsi dan produksi yang mendukung keberlanjutan, melalui

penggunaan teknologi berwawasan lingkungan dan manajemen permintaan yang

efektif

10. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus,

berdasarkan pertanggung jawaban, keterbukaan dan penyelenggaraan yang baik.

Menurut (Sarosa, 2002) kota berkelanjutan (sustainable city) dicirikan sebagai

kota yang :

1. Mengurangi kebutuhan energi.

2. Mempromosikan swasembada pangan.

3. Mempunyai siklus makanan tertutup.

4. Permintaanya kecil terhadap air, bahan bakar dan materi lain dari luar.

5. Bentuk kotanya compact.

6. Mempunyai keseimbangan dengan wilayah lain atau kota lain.

Berdasarkan beberapa ciiri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa konsep

pembangunan berkelanjutan yaitu, dalam melakukan pembangunan sebuah kota selalu

mempertimbangkan tiga hal yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan, dimana ketiganya

dalam posisi yang seimbang.

2.4.3 Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan

Ada beberapa prinsip dasar yang menjadi kunci dalam pembangunan kota

berkelanutan. Diperlukan lima prinsip dasar yang dikenal dengan Panca E (Research

Triangle Institute, 1996) :

1. Environment (ecology)

Pembangunan berkelanjutan dalam aktivitasnya memanfaatkan seluruh

sumberdaya yang ada, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pada

pembangunan tersebut. Ada 2 komponen harus di perhatikan dari segi

lingkungan, yang pertama adalah penggunaan sumberdaya yang dapat di kontrol

dengan cara melakukan konservasi sumberdaya, pencegahan dan

penanggulangan polusi. Selanjutnya adalah penggunaan tanah dan lahan secara

tepat dengan mengutamakan penggunaan lahan campuran yang dapat

dikoordinasikan dengan sistem transportasi, maupun pembangunan pertamanan.

2. Economy (employment)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 11

Page 12: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Dari segi ekonomi perlu di lakukan pengembangan terhadap kerjasama strategis,

peningkatan keahlian pekerja, infrastruktur dasar dan informasi. Kerjasama

regional, dan pembagian dasar pajak juga dapat menjadi cara yang dapat di

utamakan guna membangun pereokonomian jangka panjang. Selain itu,

Perlunya menciptakan hubungan antara perkembangan sosial dan ekonomi

dengan cara pemberian modal strategis pada tenaga kerja dan membuka

kesempatan-kesempatan kerja baru bagi masyarakat guna meningkatkan

pendapatan masyarakat agar mampu bersaing dalam perkembangan ekonomi.

3. Equity

Pemerataan antar berbagai golongan masyarakat dapat di lakukan dengan

berbagai cara, yakni dengan mengurangi disparitas antar kelompok income dan

ras, pengoptimalan partisipasi rakyat, membuat fasilitas-fasilitas yang terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat berpenghasilan rendah

yang diwujudkan melalui penyediaan fasilitas yang kuantitasnya proporsional

dengan setiap kelompok pendapatan masyarakat serta

4. Engagement

Seluruh pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat harus terlibat dalam

pembangunan yang ada. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dalam dalam pembangunan. Pemerintah yang memiliki

kekuasaan harus menggunakan kebijakan-kebijakannya secara tepat sasaran.

Sehingga pembangunan yang ada dapat memenuhi kebutuhan semua pihak. Dari

pihak swasta sendiri dapat menjadi berperan sebagai perusahaan yang

mengkoordinasikan atau melaksanakan pembangunan dengan caara

menyediakan sumber pembiayaan dan permodalan untuk pembangunan.

Sedangkan dari masyarakat dapat perperan sebagai pihak netral/objektif yang

bertindak sebagai pengawas dan pengontrol pembangunan dan pengelolaan agar

tidak terjadi penyimpangan. Selain itu, masyarakat juga dapat menyampaikan

aspirasi yang berguna untuk kemajuan bersama.

5. Energy

Sumberdaya yang ada pada setiap wilayah jumlahnya berbeda-beda satu sama

lain, oleh sebab itu, diperlukan berbagai tindakan agar penggunaan sumberdaya

yang ada tidak dilakukan secara berlebihan. Penghematan sumberdaya dapat

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 12

Page 13: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

dilakukan dengan berbagai cara seperti mengutamakan penggunaan berbagai

angkutan massal yang hemat energi, melakukan konservasi terhadap

sumberdaya yang ada dan mempergunakan energi alternatif sebagai pengganti

bahan bakar fosil.

Prinsip dasar pembangunan kota berkelanjutan dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1diagram sustainable developmentSumber: Deka(2011)

2.4.4 Indikator pembangunan berkelanjutan

Indikator pembangunan berkelanjutan pada dasarnya tidak dapat di lepaskan dari

aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan linkungan. Sehingga dalam penerapan

pembangunan, aspek-aspek tersebut menjadi prioritas utama yang harus di perhatikan.

Berikut ini adalah beberapa kriteria ideal indikator pembangunan berkelanjutan:

1. Merefleksikan suatu dasar atau fundamen ekonomi dalam jangka panjang dan

sosial-linkungan bagi generasi yang akan datang

2. Mudah di pahami dan jelas: sederhana, dapat dimengerti dan diterima oleh

masyarakat

3. Dapat di kuantifikasikan

4. Sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup masyarakat

5. Prediktif dan antisipasi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 13

Page 14: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

6. Memiliki acuan atau nilai ambang relatif mudah membangun indikator harus

jelas terdefinisikan dengan akurat, secara ilmiah dan sosial diterima

7. Sensitif terhadap waktu: jika di aplikasikan setiap tahun indikator dapat

menunjukkan trend yang representatif.

Selain itu, ada beberapa indikator dari setiap aspek pembangunan berkelanjutan

yang juga harus di perhatikan, yaitu:

1. Aspek lingkungan

Tetap terjaganya keberlanjutan fungsi-fungsi ekologis, terjaganya

keanekaragaman hayati dan tidak terjadi pencemaran genetika, serta di

patuhinya peraturan tata guna lahan.

2. Aspek ekonomi

Tidak menurunkan pendapatan masyarakat lokal, tidak menurunkan kualitas

pelayanan umum untuk masyarakat, serta adanya upaya mengatasi dampak

penurunan pendapatan

3. Aspek sosial

Adanya proses konsultasi ke masyarakat, adanya tanggapan terhadap aspirasi

masyarakat, dan tidak adanya konflik di tengah masyarakat.

Kunci tema yang akan diterapkan dalam pengembangan kota yang berkelanjutan

adalah dengan nilai-nilai berikut :

1. Open vs closed resource flows

Dalam point ini menjelaskan tentang bagaimana seorang actor kota atau

stakeholder dalam membuat kebijakan mengenai pengurangan gas emisisi yang

dihasilkan oleh beberapa subjek tertentu seperti transportasi, industry, dan

domestic. Tidak semudah yang kita bayangkan dalam menangani hal tersebut.

Pengurangan polusi baik polusi cari, gas, maupun sampah padat harus membuat

sebuah analisis yang kuat dalam memperhitungkannya, mulai dari input data

polusi, evaluasi polusi, dan analisis pengembangan dampak yang akan

dihasilkan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 14

Page 15: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Beberapa kosep yang sudah pernah ada dalam mengrungai polusi udara

adalah dengan cara mengungari sumbernya yaitu memperkecil jumlah pengguna

transportasi seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana pejalan kaki

(pedestrian), sehingga banyak masyarakat yang akan berpindah dari

menggunakan automobile menjadi pejalan kaki yang ramah lingkungan, atau

bisa juga dengan cara menutup sementara jalur-jalur automobile tertentu,

misalnya event Car Free Day. Penangan dalam pengurangan polusi padat yaitu

dengan membuat kebijakan pada setiap perusahaan untuk wajib memiliki lisensi

eco label product, sehingga product-product yang dihasilkan khususnya barang-

barang rumah tangga akan bersifat ramah lingkungan dan mudah untuk

diuraikan atau didaur ulang.Sedangkan pada polusi air dapat dikurangi dengan

mencegah dan membuat undang-undang tentang pengelolaan dan perlindungan

lingkungan agar tidak membuah limbah sembarangan kedalam saluran drainase.

2. Integration of human and natural system

Aspek ini difokuskan kepada manusia agar selalu memiliki mental untuk

melindungi alam sebagaimana mestinya. Dalam artian alam merupakan unsur

kehidupan yang memiliki komponen biotik dan abiotic yang saling terkait dan

memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lain. Sehingga dalam

pengertian itu manusia diwajibkan untuk memelihara dan mengelola atau

memanfaatkan apa yang telah diberikan alam secara maksimal tanpa harus ada

perusakan sedikitpun. Apabila manusia telah serakah dalam melakukan

kerusakan demi kepentingan pribadi maka alam tak segan-segan akan

memberikan kerusakan pula pada manusia. Beberapa Negara sudah membuat

undang-undang pengelolaan dan perlindungan lingkungan disertai dengan

instrument-instrument diberbagai bidang seperti administrasi, pidana dan

perdata.

3. Emphasis on both diversity and connection

Point ini dimaksudkan kepada sifat-sifat masyarakat yang pada umumnya

berisfat heterogen.Berbeda hal dengan masyarakat pedesaan yang bersifat

homogeny, dimana dalam kesamaan tersebut juga menimbulkan suatu interaksi

yang baik dan dapat menjalin hubungan yang kuat pula. Sedangkan dikota

secara abstrak mayoritas masyarakat sebearnya mengalai gangguan psikologis

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 15

Page 16: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

akibat kondisi social mereka dimana mkehidupan yang terjadi antar individu

satu dengan yang lain saling berbeda. Bahkan antar tetangga pun mereka tidak

saling menjalin hubungan yang baik.Hal tersebut juga memicu adanya tekanan

psikologi pada masing-masing individu yang mana membutuhkan koneksi yang

baik dalam suatu kawasan.

4. A balance of public and privat

Kesimbangan antara aspek public dan prifat harus seimbang dalam beberapa

hal.Misalnya pada jumlah penggunaan lahan perkotaan yang diperuntukan

sebagai kawasan lindung dan budidaya. Pada dalam kedua peruntukan tersebut

harus memiliki jumlah proporsi yang seimbang hal ini tujukan agar tidak terjadi

pembangunan illegal yang tidak rapi dan akan menjadi sprawl di masa yang

akan dating. Hal lain adalah transportasi dimana hasur memiliki kebijakan

tentang proporsi moda prifat dengan public. Hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi kemacetan ataupun overshoot of road quantity.

5. Human scale

Skala manusia adalah fenomena pergerakan tingkah laku manusia dalam

movement. Bebrapa unsur yang mempengaruhi tingkat human scale adalah

tingkat kenyamanan, kelancaran, keamanan jalan, lokasi sarana dan prasarana,

dan human needs. Aktivitas pergerakan yang baik adalah seimbang sesuai

dengan daya tampung disetiap kawasan.

6. Ecological stewardship and restoration

Konsep ini sangat berhubungan sekali dengan recycling of nature, dimana

pemerintah diwajibkan untuk membuat kebijakan mengenai kepengurusan atau

membuat lembaga atau organisasi yang mengurus ekosistem alam pada

lingkungan perkotaan. Sehingga lingkungan ekosistem akan terjaga dan

terlindungi secara keberlanjutan. Dan melakukan kegiatan perbaikan terhadap

lingkungan alami yang rusak akibat ulah manusia, misal reboisasi hutan, taman,

dan lingkungan lainnya.

7. Fullfilling human potential

Selain pengembangan kempuan dan keseuailahan perkotaan, stakeholder juga

harus melakukan pengembangan terhadap kemampuan dan potensi masyarakat.

Dalam hal ini lebih mengacu pada kegiatan partispatif masyarakat dalam

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 16

Page 17: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

melakukan pembangunan pengembangan kota yang berkelanjutan. Dengan

begitu sumberdaya untuk membangun kota yang melibatkan masyarakat akan

menjadi kekuatan (streght) dan memberikan kesempatan (opportunity) bagi

planner dalam membuat kebijakan pengembangan kota dalam jangka waktu

yang lama.

Beberapa Dorodjatu Kuncoro (2011) upaya yang bisa dilakukan untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yaitu:

1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration

equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan

pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali

ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang

replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam

yang unreplaceable.

2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam

rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan

datang.

3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan

mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan

sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik

masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun

lestari antar generasi.

6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan

habitatnya.

7. Pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari kemampuan suatu negara dalam

meningkatkan produksi pangan yang mampu mengimbangi kecepatan dari laju

pertumbuhan penduduk

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 17

Page 18: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

8. Secara general pembangunan berkelanjutan merupakan perubahan positif sosial

dan ekonomi dengan tidak mengabaikan lingkungan tempat manusia hidup di

dalamnya.

9. Diwujudknnya konsep ekonomi mikro yang menjadikan masyarakat sebagai

pelaku utama perekonomian.

2.4.5 Strategi Pembangunan Berkelanjutan

1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi

hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,

meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai

dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, Namun pemerataan bukanlah hal

yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan

tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan

adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin

semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat.

2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa

sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa

datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan

ekosistem.

3. Distribusi keadilan sosial ekonomi

pembangunan berkelanjutan menjamin adanya pemerataan ekonom

2.7 Compact City

Pada saat ini banyak negara maju yang menerapkan konsep kota yang

berkelanjutan yang mana bentuk kota yang kompak. Kota kompak tidak hanya

dirumuskan untuk menghemat konsumsi energi, namun juga diyakini lebih menjamin

keberlangsungan generasi yang akan datang. Dalam konsep kota kompak ini terdapat

gagasan yang kuat pada perencanaan urban containment, dimana menyediakan suatu

konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan

pembangunan dan mereduksi kebutuhan perjalanan sehingga dapat mereduksi juga gas

emisi kendaraa.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 18

Page 19: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Ciri-ciri kota kompak (compact city) menurut Dantzig da Saaty (1978) dapat

dilihat dari tiga aspek, antara lain.

1. Bentuk ruang (Form of space)

2. Karakteristik ruang (Space Characteristic)

3. Fungsi ruang (Function)

Berdasarkan cirri kota kompak diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang dekat antara bentuk kota kompak dengan keberlanjutan, diantaranya.

1. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor

2. Penyediaan infrastruktur dan servis public yang efisien

3. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi

4. Revitalisasi pusat kota

Jenks menyebutkan bahwa terdapat suatu hubungan yang sangat kuat antara

bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, namun sebenarnya tidaklah

sesederhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Hal ini seolah-olah telah

dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah “harus terdapat suatu ketepatan

dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal dan

dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi sosial” (Elkin et.al., 1991, p.12). namun

demikian dalam kota yang kompak ini juga terdapat gagasan kuat pada perencanaan

“urban containment” yakni menyediakan suatu konsentrasi dari fungsi-fungsi campuran

secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed uses), mengkonsentrasikan

pembangunan-pembangunan dan mengurangi kebutuhan perjalanan hingga mengurangi

emisi kendaraan. Oleh karena itu, promosi penggunaan transportasi public atau umum,

kenyamanan berlalu-lintas, berjalan kaki dan bersepeda adalah sering dijadikan sebagai

solusi (Elkin, et.al., 1991; Newman, 1994). Berikut salah satu contoh compact city di

Calgarian:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 19

Page 20: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Gambar2.2 Compact city di Calgarian, Canada.Sumber: maya (2012)

Gambar 2.3Compact city di Calgarian, Canada.Sumber: maya, 2011

Masalah utama yang terjadi pada penerapan ide kota kompak saat ini adalah

anggapan bahwa ide ini bisa secara instan diterapkan tanpa melihat kasus per kasus

permasalahan yang dihadapi oleh sebuah kota, disamping keharusan penyesuaian

terhadap karakter kota. Beberapa kebijakan transportasi dan tata guna lahan yang erta

hubungannya dengan ide kota kompak menunjukkan pentingnya melihat kondisi

perkembangan kota (pola pergerakan/ transportasi, pola tata guna lahan, selain itu juga

optimalisasi kebijakan yang diambil oleh pemerintah setempat. Munculnya kota-kota

yang tersebar ke dalam wilayah pinggiran kota berakibat kepada tersebarnya dan kurang

meratanya penyediaan pelayanan-pelayanan dari sub-sub urban. Akibat yang lainnya

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 20

Page 21: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

adalah mahalnya biaya pembangunan infrastruktur, meningkatnya kemacetan karena

bertambahnya volume lalu lintas, hilangnya banyak lahan pertanian, berkurangnya

kenyamanan hidup baik di kora maupun wilayah pinggiran dan terancamnya kondisi

stabilitas pedesaan. Pada akhirnya, konsumsi energi bagi kota dan warganya juga akan

semakin besar dan tidak terelakkan.

Kepadatan populasi penduduk yang tinggi maka konsentrasi persoalan-persoalan

lingkungan, konsumsi sumber-sumber alam termasuk minyak khususnya akan menjadi

masalah dalam sebuah kota. Oleh karena itu, merencana, mengelola dan mengatur

bentuk dan ruang kota dengan kebijakan public yang benar, akan menjadi satu factor

kunci keberhasilan penghematan. Pada akhirnya, jika kebijakan dan prakteknya dapat

ditemukan dan dijalankan dengan benar, sudah dapat dipastikan akan melipatkan efisien

dan keuntungan yang besar.

Penerapan konsep kota kompak (compact city) sulit dilaksanakan atau

diterapkan secara utuh di negara berkembang karena banyaknya permasalahan yang

ada, antara lain.

1. Kurangnya infrastruktur sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk

yang melebihi pertumbuhan ekonomi.

2. Meningkatnya hunian liar (sgutter)

3. Spekulasi tanah

4. Sulitnya urban redevelopment melalui demosili permukiman kumuh

5. Lemahnya system transportasi public

6. Kurangnya kapasitas perencanaan kota

BAB III

PEMBAHASAN

Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan

Studi Kasus: Cekungan Bandung

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 21

Page 22: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

3.1 Review Studi kasus

Permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan akibat

dari perencanaandan pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat. Masalah

lingkungan yang timbul mencakupgangguan fungsi hidrologi DAS, kualitas dan

kuantitas air, baik air permukaan dan air tanah, maupunsampah, serta kualitas udara. Di

kawasan DAS Citarum Hulu mengalir sungai utama yaitu Citarum yang dimanfaatkan

sebagai sumber air minum, pertanian, perikanan, air waduk, irigasi dansebagai

pembangkit tenaga listrik Pulau Jawa dan Bali.

Tekanan penduduk dan aktivitas ekonomi yangterus meningkat telah

menyebabkan perubahanpenggunaan lahan. Perubahan guna lahan yang terjadi yaitu

meningkatnya lahan terbangun terutama bangunan untuk perumahan dan aktivitas

industri yang menyebabkan meningkatnya koefisirn run off sehingga menumbulkan

permaslahan lingkungan berupa banjir dan permasalahan lingkungan lainnya.

Kualitasudara kota besar di Cekungan Bandung juga mengalamipenurunan akibat

meningkatnya industri danjumlah kendaraan bermotor, yang ditandai denganterjadinya

fenomena hujan asam, dan meningkatnyakonsentrasi pencemar udara. Permasalahan

lingkungan yang terjadi yaitu:

1. Perubahan guna lahan

Tidak terkendalinya perubhan lahan menjadi lahan terbangun menyebabkan

hilangnya lahan untuk resapan air sehingga menyebabkan terganggunya fungsi

hidrologi di DAS Citarum. Hasil analisis menunjukkan bahwa sejak tahun 1983-

2002 area huta dan lahan bervegetasi berjurang sebesar 54% dan lahan

terbangun meningkat sebesr 223%.

2. Kualitas air permukaan menurun

Perubahan guna lahan berpengaruh terhadap koefisien run off yang berati makin

sedikitnya porsi presipitasi yang tersimpan dalm tanah, apabila koefisien run off

meningkat hal tersebut akan menyababkan bertambahnya debit maksimum

sungai dan sedikitnya air hujan yang meresap mdalam tanah akan berakibat pada

menurutnya debit aliran dasar (base flow) sungai. Kejadian tersebut akan

menyebabkan masalah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim

kemarau yang berdampak pada kulaitas air sungai.

3. Air tanah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 22

Page 23: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Kondisi air permukaan juga berpengaruh terhadapair tanah di Cekungan

Bandung, jumlah sumur bor di Cekungan Bandung terus meningkat yang

menyebabkan persediaan air tanah terus menurun. Artinya jumlah sumur bor dan

persediaan air tanah di Cekungan Bandung sudah tidak seimbang.Penurunan

permukaan air tanah dan dalam jangkapanjang akan menimbulkan penurunan

permukaantanah (land subsidence). Berkurangnya air tanah di di Cekungan

Bandung di sebabkan oleh banyaknya idustri-industri yang memanfaatkan air

tanah untuk menjalankan usahanya, terdapat 550 indurtri dan 80% mengambil

kebutuhan airnya dari tanah, dan terdapat beberapa proses pegambilan air tanah

yang dilakukan tanpa izin dari pemerintah.

4. Persampahan

Permasalahan mengenai sampah yang terjadi di Cekungan Bandung terjadi pada

pelayanannya. Sampah yang tidak terangkut oleh petugas, pengelolaa yang

dilakukan oleh masyarakat dengan cara mengubur di pekarangan, di bakar dan

bahkan di buang ke sungai, dan belum ada pengelolaan sampah secara intensif.

5. Kualitas udara

Menurunnya kualitas udara di Cekungan Bandung disebabkan oleh peningkatan

beragam aktivitas termasuk transportasi, industri, perumahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa permaslahan yang terjadi di Cekungan Bandung

disebebkan olah bertambahnya penduduk yang menyebabkan timbulnya aktivitas-

aktivitas baru yang berdampak negatif bagi lingkungan, dan sebagai faktor utama dalam

perubahan guna lahan yang memberikan pengeruh terhadap struktur ruang kota.

3.2 Contoh Kota yang Sudah Berkelanjutan

Terdapat beberapa kota yang dapat dijadikan contoh sebagai kota yang

berkelanjutan (Sustainable Urban Development) antara lain sebagai berikut.

1. Kota Dongtan, Pulau Chongmin, China

Pada tahun 2005, pemerintah kota Shanghai menyerahkan pengelolaan tanah di

Pulau Chongming kepada Shanghai Industrial Investment Company (SIIC),

lembaga investasi milik pemerintah. Pulau Chongming terteletak sekitar 14 km

dari distrik keuangan Shanghai dengan luas mencapai 50 km2 atau sekitar tiga

perempat luas Kota Manhattan. Pemerintah Kota Dongtan ingin menjadikan

Kota Dongtan sebagai sebuah kota hijau yang memiliki sumber energi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 23

Page 24: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

terbarukan, bebas kendaraan bermotor dan dengan sumber daya air yang bisa di

daur ulang. Kota Dongtan diharapkan dapat menjadi contoh sebuah kota hijau

yang ideal di dunia dan mampu menampung 500.000 penduduk 2050.

2. Kota Masdar, Masdar, Abu Dhabi

Gambar3.1Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)

Kota Masdar merupakan salah satu kota yang paling terkenal dan paling banyak

mendapat kritikan hingga saat ini. Kota yang memiliki luas 3,5 km2 yang

terletak di sebuah gurun 30 km dari Abu Dhabi ini dirancang untuk menampung

47.000 penduduk dan 1.500 perusahaan. Kota Masdar dibangun dengan tujuan

mewujudkan dan memberikan sebuah contoh dalam menciptakan kota dengan

kapasitas ramah lingkungan. Kota Masdar telah dirancang akan bebas dari emisi

CO2 dan sampah. Energi yang akandigunakan berasal dari sel surya, panas bumi,

tenaga angin dan juga tenaga air.

Gambar 3.2 Panel Surya, Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 24

Page 25: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Segala jenis energi yang digunakan Kota Masdar adalah energi yang ramah

lingkungan dan sumber energi terbarukan serta berkelanjutan. Kota Masdar

dirancang akan memiliki fasilitas untuk mengolah limbah hingga ke titik nol.

Kota Masdar akan memaksimalkan usaha penghematan air dengan cara

menerapkan system Grey Water (Air Daur Ulang) sehingga kota ini dapat

menghemat jumlah air bersih sebanyak 60% dari biasanya. Dengan semua

perancangan ini diharapkan Kota Masdar dapat memperbarui sumber daya alam.

Tingkat pencemaran udara yang saat ini sudah sangat memprihatinkan menjadi

ancaman serius bagi seluruh kehidupan terutama makhluk hidup yang ada tak

terkecuali manusia. Kota Masdar tengah dibangun di Abu Dhabi menjadikan

sebuah inspirasi bagi kota-kota lain di belahan dunia untuk berpikir serius

bagaimana memberikan kehidupan lebih sehat pada penghuninya.

Gambar 3.3 Konsep Bangunan Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)

Konsep bangunan yang modern ditambah nuansa ramah lingkungan yang

menjadi ciri Kota Masdar. Selain aspek lingkungan yang sangat diperhatikan

dalam perencanaan pembangunan kota, aspek pengembangan transportasi pun

serta penyediaan energi semua berorientasi pada konsep ramah lingkungan yang

mana di Kota Masdar telah terdapat moda transportasi tanpa bahan bakar fosil

secara otomatis.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 25

Page 26: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

Gambar 3.4 Transportasi Ramah Lingkungan, Kota MasdarSumber: Exploring Masdar City (2010)

Konsep kendaraan ramah lingkungan yang dirancang serba otomatis di Kota

Masdar dapat mengurangi polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.

Selain biaya, yang tidak akan lepas dari politik serta komitmen untuk

mewujudkannya.Selain difungsikan sebagai tempat tinggal, Kota Masdar ini

juga difungsikan sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi seperti Usaha

Manufaktur dan juga akan menjadi salah satu pusat pendidikan yaitu the Masdar

Institute of Science and Technology.

3.3 Pembahasan Studi Kasus

Permasalahan utama yang terdapat di Cekungan Bandung yaitu pertambahan

jumlah penduduk yang menyebabkan perubahan guna lahan yang akhirnya

menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya. Pertumbuhan penduduk meningkat

tentunya kebutuhanakan sarana dan prasarana kota akan bertambah.

Pertumbuhan penduduk diperkotaan yang semakin meningkat dari tahun ke

tahun akan menimbulkan permasalahan diberbagai aspek kehidupan perkotaan, karena

meningkatnya jumlah penduduk akan menuntut aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungannya akan hal penyediaan infrastruktur perkotaan yang memadai, termasuk

didalamnya adalah penyediaan akan kebutuhan air, energi, telekomunikasi, transportasi

publik, perumahan, dan lain-lainnya. Masalah lain yang dihadapi terkait dengan

perkembangan penduduk perkotaan tentunya adalah berkembangnya wilayah yang

semakin tersebar tidak merata atau acak (sprawl). Berbagai permasalahan tersebut tidak

dapat diselesaikan secara parsial karena satu aspek lingkngan akan berdampk pada

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 26

Page 27: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

aspek lainnya, untuk mengetasi hal tersebut dibutuhkannya perencanaan pembangunan

yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Pembangunan yang mampu

mengatasi hal tersebut yaitu pembangunan yang mempertimbangkan tiga aspek penting

yaitu masalah sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana ketiga aspek tersebut harus

dalam keadaan seimbang.

Munculnya konsep kota berkelanjutan (sustainable city), menuntut suatu kota

yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi

yang akan datang. Kota yang memiliki interaksi antara sistem lingkungan dan

sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosialnya, tidak lagi terpaku pada konsep awal

yang hanya mementingkan kelestarian keseimbangan lingkungan saja atau ekonomi

saja. Berkembangnya konsep kota berkelanjutan juga memunculkan lagi dengan apa

yang dikenal dengan konsep kota yang kompak (compact city), dimana kota ini

memiliki kawasan yang kompak, komplit dan terintegrasi. Kota yang kompak

ditunjukkan dengan adanya berbagai pusat kegiatan yang berada di pusat kota. Compact

citymampu mengendalikan pembangunan kota yang tidakterkendali sehingga mampu

menurunkan laju konversi lahan yang tidak terbangun menjadi lahan terbangun.

Konsep kota yang kompak harus didukung dengan penyebaran fasilitas umum

dan permukiman yang merata, selain kepadatan yang tinggi sehingga bisa mengurangi

ketergantungan terhadap kendaraan pribadi. Hal ini akan mengurangi pergerakan

penduduk dan mengurangi potensi kemacetan karena volume lalu lintas berkurang serta

mampu mengurangi pencemara udara akibat kendaraan bermotor. Dengan demikian

usaha untuk menghemat konsumsi energi yang termasuk dalam prinsip konsep kota

yang kompak, juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan

datang.

Indikator dalam pembanguna berkelanjutan yang diterapkan selama ini

terkadang lebih condong kepada bidang ekonomi saja, masalah sosial dan lingkungan

terkadang dilupakan contohnya pada laporan pertanggungjawaban pemerintah atas

kinerjanya hanya berisikan masalah ekonomi saja, selain hal tersebut indikator

pembangunan yang ada tidak dijalankan dengan baik, indikator belum fokus terhadap

lingkungan terutama permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung, dalam

pengaplikasian indikatornya berbeda dengan konsep perumusannya. Oleh karena itu

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 27

Page 28: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

diperlukan indikator pembangunan yang yang menyeimbangkan sistem ekonomi, sosial

dan lingkungan, dan peka terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung, beberapa hal

yang harus ada dalam indikator pembangunan yang memiliki kecocokan dengan konsep

pembangunan berkelanjutannya yitu:

1. Kelestarian air tanah dan permukaan sebagai ukuran dalam kelestarian

lingkungan membuat semua aktivitas sosial dan ekonomi (yang tidak lepas dari

kebutuhan akan air) dapat terus berjalan dengan lancar dan seimbang.

2. Pengendalian pertumbuhan permukiman perkotaan, pengendalian laju urbanisasi

dan pengaturan lahan bagi pembangunan perumahan baru.

3. Pergerakan orang yang dilakukan dengan menggunakan moda transportasi

memberikan efek melalui penggunaan bahan bakar yang menyebabkan polusi

udara, hal tersebut dapat diatasi dengan ketepatan dalam memilih moda

transportasi yang digunakan, moda yang dimaksud yaitu moda yang menjadikan

pergerakan masyarakat menjadi efisien, pergerakan yang dilakukan tetap

optimal dan memberikan manfaat bagi segi sosial, ekonomi dan lingkungan.

4. Menambah jumlah pohon yang terdapat di jalanan dan memperluas area taman

perkotaan yang memberikan efek positif bagi kenyamanan dan kualitas

kesehatan masyarakat pemakai jalan, hal tersebut juga mampu mengurangi

konsentrasi polutan udara dan emisi gas rumah kaca.

5. Pengelolaan sampah dengan berbagai cara yang inovatif (daur ulang), hal

tersebut dapat memberikan keuntungan baik dari segi sosial (tenaga kerja)

maupun ekonomi.

6. Pemerintah mampu mengendalikan ijin penambangan, pengambilan Air Bawah

Tanah (ABT) dan mengarahkan kebijakan daerah yang berorientasi pada

perlindungan lingkungan.

7. Perumusan kebijakan yang akuntabel, transparan dan berorientasi pada

kepentingan publik yang mempertimbangkan partisipasi masyarakat.

3.3.1 Membandingkan Studi Kasus dengan Kota yang Sudah Berkelanjutan

Kondisi di Cekungan Bandung apabila dibandingkan dengan Kota Masdar

tentunya mimiliki perbedaan yang sangat jauh, konsep pembangunan di Cekungan

Bandung lebih fokus kepada perekonomian masyarakat dan tanpa memperhatikan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 28

Page 29: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

dampak lingkungan yang terjadi akibat dari perilaku ekonomi masyarakat sendiri,

sedangkan di Kota Masdar konsep pembangunan berkelanjutan telah di aplikasikan

secara utuh, hal tersebut terbukti dengan tujuan dibangunnya Kota Masdar yaitu

mewujudkan dan memberikan sebuah contoh dalam menciptakan kota dengan kapasitas

ramah lingkungan yang bebas dari emisi CO2 dan sampah, energi yang akan digunakan

berasal dari sel surya, panas bumi, tenaga angin dan juga tenaga air, memiliki fasilitas

pengolahan limbah hingga titik nolserta konsep kendaraan yang ramah lingkungan.

Berdasrkan perbedaan yang telah disebutkan, tentunya kondisi masing-masing

kota memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda, dan tentunya pada hal konsep

pembangunan kota yang berkelanjutanpun memiliki perbedaan. Kesulitan untuk

menerapkan pembangunan berkelanjutan seperti yang terdapat di Kota Masdar yaitu

membutuhkan dana yang tidak sedikit dan teknologi-teknologi yang mampu

mendukung konsep keberanjutan yang diinginkan, selain dari ketersedian dana dan

teknologi, partisipasi masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan dalam konsep

pembangunan keberlanjutan, namun kota-kota di Indonesia (Cekungan Bandung) belum

memiliki hal tersebut dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sangat

minim, sehingg belum mampu untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan

secara utuh.

BAB IV

PENUTUP

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 29

Page 30: Laporan Prc Kota

PERENCANAAN KOTAKONSEP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KELOMPOK 8

4.1 Simpulan dan Saran

Permasalahan yang terdapat di Cekungan Bandung merupakan masalah umum

yang terjadi di perkotaan, hal tersebut merupakan akibat dari perencanaan dan

pengelolaan tata ruang dan lahan yang tidak tepat atau masih menganut paradigma lama

yaitu dalam melakukan aktivitas masyarakat cenderung selalu mementingkan ekonomi

tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi untuk selanjutnya, jadi untuk

memperbaiki hal tersebut, masyarakat perlu memperbaharui paradigma yang dipahami

menjadi paradigma baru dalam pembangunan sebuah kota, yaitu pembangunan kota

yang berkelanjutan yang artinya pembangunan yang dilakukan berorietai kepada masa

depan dan untuk generasi selanjutnya, dimana dalam pembangunan harus

mempertimbangkan sistem ekonomi, sosial dan lingkungan, dan ketiga hal tersebut

harus dalam keadaan yang seimbang, selain hal tersebut pembangunan yang harus

dilakukan yaitu sesuai dengan kondisi yang terdapat di Cekungan Bandung, dan

indikator-indikator pembangunan harus jelas sehingga dalam proses pambangunan

menjadi terarah.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA 30