laporan praktikum tsrth kota bandung

59
LAPORAN PRAKTIKUM MK TANAMAN DAN SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU (ARL 530) ANALISIS SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU DI DAERAH BANDUNG RAYA Oleh: Hanni Adriani A451120021 Nuraini A451120091 Listya Aderina A451114021 Siti Novianti Lufilah A44090029 Sry Wahyuni A44090059 1

Upload: novianti-lufilah

Post on 09-Aug-2015

172 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

LAPORAN PRAKTIKUM

MK TANAMAN DAN SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU (ARL 530)

ANALISIS SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU

DI DAERAH BANDUNG RAYA

Oleh:

Hanni Adriani A451120021

Nuraini A451120091

Listya Aderina A451114021

Siti Novianti Lufilah A44090029

Sry Wahyuni A44090059

PROGRAM PASCASARJANA ARSITEKTUR LANSKAP

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

1

Page 2: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktikum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau

2.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

2.3 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

2.4 Elemen Ruang Terbuka Hijau

2.5 Ancaman dan Perencanaan Ruang Terbuka Hijau

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Metodologi

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH BANDUNG RAYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fungsi dan Sistem RTH

5.2 Struktur RTH Bandung Raya

5.3 Kesesuaian Tanaman Untuk RTH Bandung Raya

5.4 Hubungan RTH, Kebijakan, Ekonomi, Hukum, Sosial Masyarakat

Bandung Raya

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

i

Page 3: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Persebaran Titik-titik Struktur RTHGambar 5.2 Dago Golf CourseGambar 5.3 Kawasan Lembang, BandungGambar 5.4 Persawahan Cimahi UtaraGambar 5.5Persawahan Sekitar Tol PadaleunyiGambar 5.6 Bandara Husein SastranegaraGambar 5.7 Taman Pemakaman Pandu (cina)Gambar 5.8 Taman Pemakaman Pandu (Kristen)Gambar 5.9 Welcome Area Taman PemakamanGambar 5.10 Persawahan Kebon JatiGambar 5.11 Stadiun SiliwangiGambar 5.12 Kawasan Jalan Sumatera, BandungGambar 5.13Taman Lalu LintaGambar 5.14 Gedung Walikota BandungGambar 5.15 Kawasan Stasiun Kereta ApiGambar 5.16 Taman Ade Irma Suryani NasutionGambar 5.17 Kawasan Jalan Kebon Jukut Gambar 5.18 Jalan Soekarno Hatta-BandungGambar 5.19 Jalan Soekarno Hatta-BandungGambar 5.20 Komplek Pindad PerseroGambar 5.21 Kawasan Cisaranteun KidulGambar 5.22 Jalan Siliwang, DagoGambar 5.23 Kawasan Persawahan PerseroanGambar 5.24 Jembatan Opat (Maleer Utara)Gambar 5.25 Institut Teknologi BandungGambar 5.26 Kebun Binatang BandungGambar 5.27 Taman Makam Pahlawan CikutraGambar 5.28 Kawasan Tol PurbaleunyiGambar 5.29 Taman TegalegaGambar 5.30 Kawasan Permukiman CihampelasGambar 5.31 Kaki Gunung Tangkuban Perahu

ii

Page 4: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor dan bahan

bakar minyak

Tabel 5.2 Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya

Tabel 5.3 Rekomendasi luas kebutuhan RTH pada tahun 2011, 2015, dan 2020

iii

Page 5: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau memiliki manfaat yang

sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ekologis, sosial, ekonomi,

arsitektural dan nilai estetika yang dimiliki oleh ruang terbuka hijau dapat

meningkatkan kualitas lingkungan dalam kehidupan perkotaan. Ruang terbuka di

suatu daerah juga dapat menjadi suatu identitas kota jika dikelola dan

dikembangkan dengan baik. Ruang terbuka hijau memiliki manfaat baik secara

langsung dan dapat dihitung (tangible) maupun tidak langsung dan tidak dapat

dihitung (intangible). Manfaat yang didapat dari RTH dapat dihitung antara lain

dalam pemanfaatan lahan untuk memproduksi bahan-bahan bernilai ekonomis

(kayu, daun, bunga) dan manfaat dalam menciptakan kenyamanan fisik

lingkungan sekitar (sejuk, segar, sumber oksigen), sedangkan manfaat yang

didapat dari RTH secara tidak langsung adalah sebagai perlindungan atau

konservasi air, habitat satwa dan keanekaragaman hayati. Kelestarian RTH suatu

wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang

sesuai dengan arah rencana jangka panjang dan rancangan ruang terbuka hijau

yang ideal untuk mengoptimalkan fungsinya.

Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara

proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-

fungsi lingkungan. Permasalahan saat ini yang kerap terjadi di suatu wilayah

perkotaan adalah semakin berkurangnya luasan RTH kota, sehingga tidak

memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas yang mencukupi. Seiring

perkembangan kebutuhan manusia, banyak sekali kekhawatiran yang muncul

terutama dalam lingkungan hidup sehari-hari. Ancaman lingkungan mulai terlihat

gejalanya seperti semakin tidak tersedianya RTH yang memadai, RTH yang tidak

fungsional, fragmentasi lahan, alih guna dan fungsi lahan yang banyak terjadi. Hal

ini dapat menyebabkan penurunan kenyamanan kota, penurunan kapasitas dan

daya dukung wilayah, penurunan nilai estetika alami kota, bahkan dapat

menyebabkan menurunnya kesehatan psikis masyarakat setempat.

Lemahnya lembaga pengelola ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan

bisa dikarenakan aturan hukum dan perundangan RTH yang kurang tegas dan

iv

Page 6: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

kurang mengikat, belum jelasnya bentuk kelembagaan maupun tata kerja

pengelolaan RTH yang jelas. Stake holders yang diharapkan mampu mengontrol

kelestarian RTH masih cenderung lemah baik dari persepsi masyarakat sampai

dengan rasa kepemilikan oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. Ancaman

keterbatasan lahan kota guna pemanfaatan ruang terbuka hijau harus mulai

dianalisis secara aktual, fungsional dan kontekstual untuk dapat mengoptimalkan

lahan terbuka yang ada sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau

kota.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum adalah untuk:

1. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap

pola penyebaran RTH (distribusi) pada daerah Bandung Raya

2. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap

struktur RTH daerah Bandung Raya

3. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap

kesesuaian tanaman untuk RTH daerah Bandung Raya

4. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi hubungan

antara RTH, kebijakan, ekonomi, hokum, social masyarakat pada daerah

Bandung Raya

v

Page 7: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara

langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun

waktu tidak tertentu. Ruang terbuka bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka

hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004).

Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open

spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi

guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH

dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan

wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).

Di dalam Pasal 1 Butir 31 UUPR, ruang terbuka hijau adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam. Sedangkan dalam Pasal 1 Butir 2 Permendagri RTHKP, ruang

terbuka hijau kawasan perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah

bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan

tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

2.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Bentuk ruang terbuka hijau dapat diklasifikasikan menjadi (Dep.

Pekerjaan Umum, 2008) yaitu:

1. Berdasarkan bobot kealamiannya yang terdiri atas bentuk RTH alami (habitat

liar atau alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami atau RTH binaan

(pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman)

2. Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya yang terdiri atas bentuk RTH

kawasan (areal) dan bentuk RTH jalur (koridor)

3. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya yang terdiri atas

RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan

permukiman, RTH kawasan pertanian dan RTH kawasan-kawasan khusus,

seperti pemakaman, olah raga, alamiah

vi

Page 8: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Berdasarkan fungsi utama RTH dapat dibagi menjadi (Irwan, 2007) :

1. Pertanian perkotaan, berfungsi untuk mendapatkan hasilnya untuk konsumsi

yang disebut dengan hasil pertanian kota seperti hasil hortikultura

2. Taman kota, mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial

3. Hutan kota, mempunyai fungsi utama untuk peningkatan kualitas lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan pada

Pasal 6 jenis RTHKP meliputi :

1. Taman kota;

2. Taman wisata alam;

3. Taman rekreasi;

4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman;

5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;

6. Taman hutan raya;

7. Hutan kota;

8. Hutan lindung;

9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;

10. Cagar alam;

11. Kebun raya;

12. kebun binatang;

13. Pemakaman umum;

14. Lapangan olah raga;

15. Lapangan upacara;

16. Parkir terbuka;

17. Lahan pertanian perkotaan;

18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);

19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;

20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;

Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi RTH publik, yaitu RTH

yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah

vii

Page 9: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

dan RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik

pribadi (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).

2.3 Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan instruksi

Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih

dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.

2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang

berguna untuk kepentingan masyarakat.

Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka

hijau tahun 1989 yaitu :

1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat

melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa  kegiatan rekreasi aktif

seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.

2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata

pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian

pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.

3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang

memungkinkan pengelola kota  melakukan pemeliharaan unusur-unsur

perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai

koridor kota.

4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu

objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat

membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi,

jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah

penyangga.

5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan

pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau

preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan

longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.

viii

Page 10: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota

di masa mendatang.

2.4 Elemen Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau

vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan

rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota,

kawasan industri, sempadan badan-badan air, dan lain lain) akan memiliki

permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana

dan rancangan RTH yang berbeda. Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan

kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria (a) arsitektural dan (b)

hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan

pertimbangan dalam memilih jenis-jenis yang akan ditanam. Persyaratan umum

tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan (Dep. Pekerjaan Umum, 2008):

1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota;

2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan

air yang tercemar);

3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme);

4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang;

5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural;

6. dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota;

7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh

masyarakat;

8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/local;

9. keanekaragaman hayati.

Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki

keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam

wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut,

yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman

hayati wilayahnya dan juga nasional.

2.5 Ancaman dan Perencanaan Ruang Terbuka Hijau

ix

Page 11: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Kota mempunyai luas yang tertentu, terbatas, namun interaksi di dalamnya

akan selalu berkonsekuensi pada peningkatan kebutuhan terutama kebutuhan

spasial. Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat

akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk

kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi

alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan

berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan

keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak

ekonomis.

Dalam mencegah ancaman lanskap perkotaan yang dapat terjadi, maka

dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu

wilayah perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu (Dep.

Pekerjaan Umum, 2008) :

1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan terkait

(1) Kapasitas atau daya dukung alami wilayah; (2) Kebutuhan per kapita

(kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pelayanan lainnya); (3) Arah dan tujuan

pembangunan kota.

2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.

3. Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan

distribusi).

4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.

x

Page 12: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

III.METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan di kampus IPB Darmaga Bogor dengan menganalisis

persebaran RTH daerah Bandung Raya melalui data literatur. Praktikum

dilaksanakan dari 6 Desember 2012 – 4 Januari 2013.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bahan pustaka

(buku, jurnal, skripsi, tesis) dan Software (google map, arcview, microsoft word)

sedangkan bahan yang digunakan adalah data literatur, data hasil analisis

persebaran RTH daerah Bandung Raya.

3.3 Metodologi

Praktikum ini dibatasi sampai pada penentuan luas kebutuhan RTH

berdasarkan kebutuhan oksigen dan ketersediaan air. Tahapan penelitian terdiri

dari beberapa kegiatan yaitu :

1. Inventarisasi

Tahap inventarisasi berupa pengumpulan data yang diperlukan untuk

kebutuhan luas RTH di Kabupaten Gunung Kidul. Data yang dikumpulkan

hanya dari data sekunder, yaitu data pendukung yang diperlukan untuk

praktikum yang didapatkan dari studi literatur (studi pustaka) ataupun

instansi terkait. Studi literatur berupa pengambilan informasi yang

diperlukan mengenai keadaan umum lokasi praktikum, keberadaan RTH

dan rencana pengembangan areal.

2. Tinjauan Tapak

Kegiatan survei ke lokasi praktikum di Kabupaten Gunung Kidul dengan

tujuan melihat secara langsung kondisi ruang terbuka hiijau saat ini

(existing condition).

3. Analisis

xi

Page 13: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Analisis data merupakan proses pemanfaatan potensi sumberdaya alam

dan sumberdaya manusia sebagai upaya penyelesaian permasalahan yang

terjadi di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis yang dilakukan adalah

menentukan luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen, ketersediaan air

dan serapann karbon. Analisis data tersebut diuraikan dengan beberapa

endekatan rumus dan metode sebagai berikut:

xii

Page 14: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH BANDUNG RAYA

A. Kependudukan Kota Bandung

Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan

bulan Maret 2004 berjumlah : 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 Ha.

(167,67 Km 2 ), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa.

Komposisi penduduk warga negara asing yang berdomisili di Kota Bandung

adalah sebesar 4.301 jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor

Imigrasi Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata

sebesar 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam

sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa.

Dari Program Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk

yang tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi

ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi TU

sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86, sedangkan daerah

tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan Kalimantan tengah.

Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada pada Bursa Kesempatan

Kerja jumlah kesempatan yang paling tinggi adalah dari lulusan SMU.

Nampaknya dalam hal ini Pemerintah tetap harus bekerja keras dalam penyediaan

lapangan pekerjaan, selain lowongan yang ada terus diciptakan dan kualitas

sumber daya manusia juga harus ditingkatkan.

B. Iklim dan Wilayah

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107 0

Bujur Timur dan 6 0 55' Lintang Selatan. Lokasi Kotamadya Bandung cukup

strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Hal

tersebut disebabkan oleh:

a) Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya: Barat

Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara dan Utara

xiii

Page 15: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan

Pangalengan).

b) Letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik

akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru.

Secara topografis KotaBandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas

permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan

terrendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah

Kotamadya Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di

wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit sehingga merupakan panorama yang

indah.

Keadaan Geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya

terbentuk pada zaman Kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil

letusan gunung Takuban Perahu. Jenis material di bagian Utara umumnya

merupakan jenis andosol, dibagian Selatan serta Timur terdiri atas sebaran jenis

alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian Tengah dan Barat

tersebar jenis andosol. Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan

yang lembab dan sejuk. Pada tahun 1998 temperatur rata-rata 23,5 o C, curah

hujan rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21,3 hari perbulan.

xiv

Page 16: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fungsi dan Sistem RTH

Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH.

Sedangkan idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektar ini

adalah sekitar 6000 hektare. Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76 %. Padahal

idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 % dari total

luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Jika Kota Bandung tanpa RTH, sinar matahari yang menyinari itu 90%

akan menempel di aspal, genting rumah, dan bangunan lainnya yang ada.

sementara sisanya yang 10% akan kembali ke angkasa. Hal itu memicu udara

Kota Bandung menjadi panas. Namun, jika bandung memiliki RTH sesuai dengan

angka ideal, maka sinar matahari itu 80% diserap oleh pepohonan untuk

fotosintesis, 10% kembali ke angkasa, dan 10% nya lagi yang menempel di

bangunan, aspal dan lainnya.

Menurut data Badan PLH Bandung 2006, akibat berkurangnya persentase

ruang terbuka hijau di Bandung, setiap tahun permukaan tanah di Kota Kembang

ini menyusut sekitar 42 sentimeter. Di Babakan Siliwangi sendiri permukaan air

tanah berada pada kedudukan 14,35 meter dari sebelumnya 22,99 meter. Menurut

data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di Bandung

itu masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.

Taman kota merupakan lahan yang diisi dengan berbagai tanaman yang

ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil

rekayasa manusia, untuk mendapat komposisi tertentu yang indah. Di Kota

Bandung, RTH yang tersedia di dalamnya mayoritas berbentuk taman kota. Salah

satu ketersediaan RTH di Kota Bansdung yaitu di wilayah Cibeunying dan

xv

Page 17: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

sekitarnya, yang merupakan wilayah yang dirancang sebagai garden city.

Persebaran taman kota paling banyak terdapat di wilayah gedung sate dan

sekitarnya. Taman-taman tersebut sebagian besar merupakan inventaris dari

pemerintahan kolonial belanda seperti Taman Cilaki, Taman Cisangkuy, Taman

Cibeunying, Taman Maluku, dll. Untuk taman yang murni dibangun pada masa

pemerintahan RI adalah taman monumen perjuangan rakyat Jawa Barat.

5.2 Struktur RTH Bandung Raya

Kota Bandung memiliki sekitar 1700 hektare RTH atau 8,8%. Sedangkan

idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektar ini adalah sekitar

6000 hektar. Menurut salah satu konsultan lingkungan PT Monekatama Selaras

Consultant, kemungkinan RTH Kota Bandung hanya bisa bertambah menjadi

13,14 %. RTH Kota Bandung yang mencapai 13,14 % tersebut terdiri dari

kawasan lindung seluas 67,77 hektar, pertanian (1.782,58 ha), serta fasilitas

umum dan sosial (347,7 ha). Dalam perencanaan tata ruang kota harus dapat

mengantisipasi ledakan penduduk Kota Bandung yang pada 2030 diperkirakan

mencapai 4,1 juta jiwa. Saat ini penduduk Kota Bandung sebanyak 2,5 juta jiwa.

Berikut merupakan titik-titik sebaran struktur RTH yang terdapat di Kota

Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bandung Barat dan Kota Cimahi:

Gambar.1 Persebaran Titik-titik Struktur RTH

xvi

Page 18: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

A. Persebaran 30 Titik Struktur RTH Bandung Raya

1. Dago Golf Course

Gambar 2. Dago Golf Course

Pada daerah Dago Golf Course terdapat struktur RTH berupa rumput,

semak dan pohon akan tetapi pada kawasan ini didominasi oleh rumput. Daerah

ini merupakan salah satu daerah RTH pada daerah Bandung Raya, keberadaan

Dago Golf Course terletak diantara daerah permukiman padat penduduk Kota

Bandung Raya.

2. Lembang

Gambar. 3 Kawasan Lembang, Bandung

xvii

Page 19: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Pada daerah lembang ini terdapat strata tanaman yang didominasi oleh

tanaman semak, akan tetapi tanaman pohon juga terdapat pada daerah ini. Daerah

yang di fungsikan sebagai kebun teh.

3. Persawahan Cimahi Utara

Gambar. 4 Persawahan Cimahi Utara

Daerah wilayah persawahan Cimahi Utara terdapat jenis tanaman perdu

dan tanaman groundcover, akan tetapi daerah ini didominasi oleh tanaman

grouncover dengan jenis tanaman Padi (Oriza Sativa).

4. Persawahan Sekitar Tol Padaleunyi

Gambar. 5 Persawahan Sekitar Tol Padaleunyi

Kawasan persawahan yang terdapat di sekitar tol padaleunyi merupakan

kawasan yang di dominasi struktur RTH berupa groundcover, yang mana pada

xviii

Page 20: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

dasranya kawasan ini juga terdapat tanaman semak dan tanaman pohon. Kawasan

ini juga terdapat struktur perkerasan berupa jalan rel kereta api.

5. Bandara Husein Sastranegara

Gambar. 6 Bandara Husein Sastranegara

Pada kawasan bandara Husein Sastranegara didominasi oleh struktur ruang

terbuka yang berbentuk perkerasan (landasan pesawat terbang), sementara itu

disekitar daerah landasannya di domninasi oleh vegetasi yaitu groundcover. Akan

tetapi secara umum pada kawasan ini juga terdapat tanaman pohon dan tanaman

perdu.

6. Taman Pemakaman Pandu (Cina)

Gambar. 7 Taman Pemakaman Pandu (cina)

xix

Page 21: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Kawasan ini di dominasi oleh struktur ruang terbuka jenis perkerasan yang

berbentuk jalan setapa dan bangunan pemakaman, akan tetapi pada kawasan ini

juga terdapat vegetasi groundcover dan pohon yang berfungsi sebagai pemanis

kawasan ini saja.

7. Taman Pemakaman Pandu (Kristen)

Gambar. 8 Taman Pemakaman Pandu (Kristen)

Daerah ini merupakan daerah yang di dominasi oleh tanaman rumput atau

groundcover di mana pada daerah ini juga terdapat tanaman pohon dan tanaman

perdu. Selain struktur ruang terbuka berbentuk vegetasi pada kawasan ini juga

terdapat struktur ruang terbuka berupa perkerasan yang berbentuk jalan.

8. Welcome Area Taman Pemakaman

Gambar. 9 Welcome Area Taman Pemakaman

Pada kawasan di dalam makan pada gambar 8 kawasan pemakaman di

dominasi oleh tanaman rumput atau groundcover, akan tetapi pada kawasan

xx

Page 22: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

welcome areaI disini di dominasi oleh tanaman pohon. Pada kawasan welcome

area pemakaman juga terdapat struktur RTH berupa groundcover dan perkerasan

berupa jalan.

9. Persawahan Kebon Jati

Gambar. 10 Persawahan Kebon Jati

Pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman berupa groundcover, dan

terdapat jug ataman pohon dan tanaman semak.

10. Stadiun Siliwangi

xxi

Page 23: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 11 Stadion Siliwangi

Karena pada kawasan ini merupakan daerah stadium dapat dilihat bahwa

struktur pembentuk RTH merupakan tanaman groundcover. Akan tetapi secara

keseluruhan kawasan pembentuk ruang terbuka merupakan perkerasan. Di

kawasan ini juga terdapat tanaman pohon yang terdapat di luar gelanggang stadiun

utama.

11. Kawasan Jalan Sumatra

Gambar. 12 Kawasan Jalan Sumatera, Bandung

Kawasan ini merupakan kawasan yang di dominasi oleh struktur berupa

perkerasan yang berupa jalan aspal, untuk strata ruang terbuka hijaunya di

dominasi oleh tanaman pohon yang mana pada daerah ini juga terdapat tanaman

semak dan groundcover.

12. Taman Lalu Lintas

Gambar. 13 Taman Lalu Lintas

xxii

Page 24: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Taman lalu lintas merupakan taman yang aktif, banyak pengguna taman

yang bermain di taman ini sehingga struktur pembentuk ruang terbuka juga dapat

di sesuaikan dengan penggunaan taman ini. Taman yang berada di sekitar jalan

raya ini di dominasi oleh struktur pembentuk ruang berupa perkerasan yang

berbentuk jalan dan mainan anak-anak. Sementara itu untuk struktur RTH

kawasan ini di dominasi oleh tanaman poho yang di fungsikan untuk tanaman

peneduh, disamping itu juga terdapat tanaman perdu dan tanaman rumput sebagai

groundcovernya.

13. Gedung Walikota Bandung

Gambar. 14 Gedung Walikota Bandung

Kawasan gedung walikota bandung ini di dominasi oleh tanaman pohon

dan tanaman groundcover sebagai pemanis ruang. Pada kawasan ini juga terdapat

struktur pembentuk berupa perkerasan yaitu jalan dan elemen pembentuk taman

lainnya berupa lampu, pintu gerbang dan lainnya.

14. Kawasan Stasiun Kereta Api

xxiii

Page 25: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 15 Kawasan Stasiun Kereta Api

Struktur pembentuk ruang pada kawasan stasiun kereta api, bandung di

dominasi oleh perkerasan yang berbentuk rel kereta api, akan tetapi pada kawasan

ini juga terdapat tanaman yang di dominasi oleh tanaman groundcover serta

tanaman pohon dan tanaman semak.

15. Taman Ade Irma Suryani Nasution

Gambar. 16 Taman Ade Irma Suryani Nasution

Kawasan taman ade Irma nasution di dominasi oleh struktur pembentuk

ruang berupa perkerasan yaitu jalan setapak, selain itu elemen taman berupa air

mancur juga terdapat pada kawasan ini, sementara itu untuk jenis vegetasi

pembentuk RTHnya di dominasi oleh tanaman berupa tanaman pohon dengan

semak dan groundcover di bawahnya.

16. Kawasan Jalan Kebon Jukut

xxiv

Page 26: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 17 Kawasan Jalan Kebon Jukut

Struktur pembentuk ruang pada kawasan jalan kebon jukut adalah struktur

ruang berupa perkerasan yaitu jalan dan bangunan. Sementara vegetasi yang ada

pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman pohon serta tanaman groundcover

dan tanaman semak.

17. Bukit Dago

Gambar. 18 Kawasan Bukit Dago

Pada kawasan bukit dago di dominasi oleh tanaman pohon yang mana

tanaman semak dan taman groundcover juga banyak terdapat pada kawasan ini.

Kawasan bukit dago merupakan kawasan yang terletak di wilayah pergunungan di

Bandung.

18. Jalan Soekarno Hatta-Bandung

xxv

Page 27: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 19 Jalan Soekarno Hatta-Bandung

Jalan Soekarno Hatta-Bandung merupakan kawasan lalu lintas aktif.

Untuk struktur pembentuk ruang terbuka pada kawasan ini adalah pengerasan

berupa jalan raya. Pada kawasan ini juga di bentuk oleh elemen taman berupa

lampu taman dan lain-lain. Sementara itu untuk struktur RTH yang ada dikawasan

ini di dominasi oleh tanaman groundcover yang berada di median jalan.

Sementara tanaman pohon di sini di fungsikan sebagai tanaman untuk menyerap

polutan.

19. Komplek Pindad Persero

Gambar. 20 Komplek Pindad PerseroPada kawasan komplek pindad persero ini di dominasi oleh tanaman

pohon yang difungsikan sebagai tanaman peneduh. Sementara itu tanaman semak

dan tanaman groundcover juga terdapat pada area ini. Selain struktur pembentuk

RTH, pengerasan yang berbentuk jalan juga membentuk struktur ruang terbuka

yang mendominasi kawasan ini.

20. Persawahan Cisaranteun Kidul

xxvi

Page 28: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 21 Kawasan Cisaranteun Kidul

Pada kawasan cisanranteun merupakan kawasan yang memiliki struktur

pembentuk RTH yang di dominasi oleh tanaman groundcover, kawasan ini

merupakan area persawahan jadi dominasi jenis tanamannya adalah padi (Oriza

Sativa). Pada area ini juga terdapat tanaman pohon dan perdu Akan tetapi pada

kawasan ini terdapat struktur pembentuk ruang terbuka yaitu rel kereta api.

21. Jalan Siliwangi, Dago

Gambar. 22 Jalan Siliwang, Dago

Kawasan ini merupakan kawasan jalan lalu lintas dengan jalur kendaraan

yang aktif. Pada kawasan ini terdapat jenis vegetasi berupa tanaman pohon,

tanaman semak dan tanaman groundcover. Tanaman yang mendominasi pada

kawasan ini adalah tanaman pohon dengan jenis pohon yang beragam. Di sekitar

kawasan ini juga terdapat struktur pembentuk lainnya seperti dinding yang berupa

bangunan dan alas yang berupa jalan aspal.

22. Kawasan Persawahan Persero

xxvii

Page 29: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 23 Kawasan Persawahan Perseroan

Pada kawasan ini terdapat tanaman jenis pohon, semak, dan groundcover.

Karena kawasan ini merupakan kawasan persawahan jadi tanaman yang

mendominasi kawasan ini adalah tanaman groundcover.

23. Jembatan Opat (Maleer Utara)

Gambar. 24 Jembatan Opat (Maleer Utara)

Kawasan jembatan opat ini merupakan kawsan permukiman penduduk, di

mana struktur pembentuk ruang terbukanya terdiri atas perkerasan yang berupa

dinding pembatas sungai. Pada kawasan ini juga terdapat tanaman yang di

dominasi oleh tanaman pohon.

24. Institut Teknologi Bandung

xxviii

Page 30: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 25 Institut Teknologi Bandung

Kawasan ITB merupakan kawasan pendidikan yang sangat

memperhitungkan keberadaan RTH di dalamnya. Dapat dilihat bahwa pada

kawasan ini terdapat tanaman-tanaman pembentuk struktur RTH dengan jenis

tanaman pohon dan tanaman semak. Tanaman yang mendominasi kawasan ini

merupakan tanaman pohon dengan fungsi sebagai peneduh dan naungan.

25. Kebun Binatang Bandung

Gambar. 26 Kebun Binatang Bandung

Kawasan ini merupakan kawasan wisata kebun binatang yang mana

kawasan digunakan secara aktif oleh penggunya. Penggunaan struktur pembentuk

ruang pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman pohon sebagai peneduh dan

tanaman semak serta tanaman groundcover.

26. Taman Makam Pahlawan Cikutra

xxix

Page 31: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 27 Taman Makam Pahlawan Cikutra

Pada kawasan taman makam pahlawan cikutra di dominasi oleh tanaman

groundcover, tapi pada kawasan ini juga terdapat tanaman pohon dan semak juga

akan tetapi tidak dominan. Pada dasarnya kawasan ini juga terdapat struktur

pembentuk ruang terbuka yang berbentuk perkerasan berupa jalan setapak.

27. Tol Purbaleunyi

Gambar. 28 Kawasan Tol Purbaleunyi

Kawasan tol purbaleunyi merupakan kawasan yang mempunyai struktur

RTH berupa tanaman yang dominan tanaman pohon, tetapi tanaman semak dan

tanaman groundcover juga terdapat pada kawasan ini. Keberadaan RTH terdapat

di sepanjang median jalan. Disisi lain, perkerasan juga menjadi struktur

pembentuk ruang terbuka pada kawasan ini.

28. Taman Tegalega

xxx

Page 32: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 29 Taman Tegalega

Pada kawasan tegalega terdapat tanaman pohon yang mendominasi

kawasan ini, sementara tanaman semak ferfungsi sebagai pemanis kawasan.

Kawasan tegalega juga terdapat tanaman groundcover. Sedangkan struktur

pembentuk ruang terbuka berupa pengeras mendominasi kawasan ini seperti jalan

setapak yang berfungsi sebagai akses jalan pengarah untuk menuju taman utama.

29. Cihampelas

Gambar.30 Kawasan Permukiman Cihampelas

Kawasan Cihampelas merupakan kawasan padat permukiman, Keberadaan

RTH pada kawasan ini berupa taman-tamanrumah dan hutan kota. Pada umumnya

tanaman yang mendominasi pada kawasan permukiman merupakan tanaman

pohon dengan jenis tanaman yang beragam. Terdapat juga tanaman semak.

Sementara itu bangunan rumah penduduk mendominasi kawasan ini sebagai

struktur pembentuk ruang terbuka.

30. Kaki Gunung Tangkuban Perahu

xxxi

Page 33: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Gambar. 31 Kaki Gunung Tangkuban Perahu

Kawasan kaki gunung tangkuban perahu merupakan kawasan ruang

terbuka hijau dengan didominasi oleh tanaman groundcover, sedangkan tanaman

pohon dan tanaman semak juga terdapat pada kawasan ini.

B. Pemanfaatan RTH Kawasan Bandung Raya

Pemanfatan ruang terbuka hijau Kawasan Bandung Raya terdiri atas

penyebaran keberadaan ruang terbuka hijau kota (RTHK), spot-spot taman kota,

pemakaman serta pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah

ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan

sebagainya. Dalam konteks pembangunan wilayah Kota Bandung, pengembangan

infrastruktur juga harus mengedepankan aspek kelestarian lingkungan dan secara

bersamaan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang ada. Sehingga

pembangunan infrastruktur yang ada tidak memberikan dampak negatif kepada

lingkungan maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

5.3 Kesesuaian Tanaman Untuk RTH Bandung Raya

Kota Bandung pada zaman dulu didominasi oleh pepohonan dan bunga-

bunga. Ki Merak/Patrakomala (Caesalpinia Pulcherrima) merupakan bunga khas

Kota bandung. Hal ini ditetapkan melalui SK Walikota Bandung Nomor: 522.57 /

SK.070 –HUK / 1994 Tentang Penetapan Flora dan Fauna khas kota Bandung.

Perdu tegak dengan tinggi 2-4 meter ini banyak tumbuh di Kota Bandung sebagai

tanaman pinggir jalan dan tanaman hias. Bunga Ki Merak atau Patrakomala

(Caesalpinia pulcherrima) ini merupakan tanaman hias yang berasal dari Amerika

xxxii

Page 34: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Selatan. Tanaman yang disebut peacock flower ini diperkirakan masuk ke Kota

bandung bersamaan dengan pembangunan kota itu pada awal abad ke-20. Namun,

belum ada upaya pendataan pohon Patrakomala tersebut. Hal ini perlu dilakukan

untuk meyelamatkan pohon khas Bandung ini dari kelangkaan.

Selain itu, tanaman yang menjadi khas Bandung adalah Pohon Bandong

(Garcinia sp.). Salah satu pendapat mengatakan bahwa kata Bandung berasal dari

nama pohon yang banyak tumbuh di Bandung, yaitu Pohon Bandong. Pohon ini

memiliki ketinggian maksimal mencapai 15 meter, besar batang dengan diameter

20 cm. Pohon ini tidak memiliki cabang dan bisa berumur sampai 30 tahun.

Salah satu contoh ruang terbuka hijau di Bandung adalah Taman Hutan

Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda yang terletak di sebelah utara Kota Bandung

berjarak 7 km dari pusat kota. Tanaman pokok yang ada di Taman Hutan Raya ini

merupakan hasil reboisasi yang telah berumur 17-40 tahun. Taman Hutan Raya ini

merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman, didominasi oleh jenis Pinus

(Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra callothyrsusmeissn), Mahoni (Switenia

sp.) dan Bambu (Bambussa sp.). Sedangkan tumbuhan bawahnya didominasi oleh

jenis Kirinyuh (Euphatorium sp.). Pada tahun 1963 dimasukkan berbagai jenis

tanaman kayu asing yang berasal dari luar negeri. Pada areal 30 ha di Taman

Hutan Raya ini ditanami dengan pohon-pohon yang berasal dari luar negeri

seperti Sosis (Kegelia aethiopica) yang berasal dari Afrika, Jakaranda (Jacaranda

filicifolia) yang berasal dari Amerika Selatan, Mahoni Uganda (Khaya

anthotheca) berasal dari Afrika, Pinus Meksiko (Pinus montecumae), Cengal

Pasir (Hopea odorata) dari Burma, Cedar Honduras (Cedrela mexicum) dari

Amerika Tengah. Koleksi flora yang berasal dari dalam negeri seperti Cemara

Sumatra (Cassuarina sumatrana), Bayur Sulawesi (Pterospermum celebicum),

Ampupu atau kayu Putih (Eucalyptus alba), Mangga (Mangifera indica) dari

Jawa, Ki Bima (Podocarpus blumei) dan sebagainya.

Saat ini, sebagian ruang terbuka hijau di Bandung kurang memiliki ciri

khas tanaman aslinya. Perlu adanya penggunaan tanaman khas Bandung seperti

Pohon Patrakomala atau penggunaan Pohon Bandong yang saat ini kurang dikenal

sebagai tanaman endemik Bandung. Selain itu, diperlukan juga pendataan

terhadap jenis dan jumlah tanaman yang ada, baik tanaman endemik maupun

xxxiii

Page 35: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

introduksi. Hal ini bermanfaat untuk melindungi tanaman yang ada di ruang

terbuka hijau di wilayah Bandung.

Gambar 2. Salah Satu Jalur Hijau di jalan kota Bandung

5.4 Hubungan RTH, Kebijakan, Ekonomi, Hukum, Sosial Masyarakat Bandung Raya

Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang

terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman

dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis,

sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi

(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang

terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa

permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai

area genangan (retensi/ retention basin).

C. RTH dan Hubungannya dengan Kebijakan dan Hukum

Hubungan RTH terkait dengan kebijakan dan hukum di Indonesia telah

diatur oleh UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang Secara dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan

dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan sebesar 30%.

secara tegas menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30 % dari luas

xxxiv

Page 36: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

wilayah. Sebelum undang-undang tersebut diberlakukan, sebenarnya sudah cukup

banyak peraturan perundangan yang terkait dengan pengaturan RTH, di antaranya

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Instruksi

Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1998 tentang Penatan Ruang Terbuka

Hijau di Wilayah Perkotaan. Namun di dalamnya belum tercantum secara eksplisit

mengenai aturan standar minimal bentuk dan ukuran RTH yang wajib disediakan

oleh suatu kota (Prihandono 2009).

D. RTH dan Hubungannya dengan Ekonomi

Selain manfaat ekologis yang dimilikinya, RTH turut memberikan manfaat

ekonomi, khususnya bagi masyarakat kota baik secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung, manfaat RTH diperoleh dari penjualan atau

penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu, buah, biji, atau bunga berperan

dalam meningkatkan nilai lahan karena suasana lingkungan yang tercipta akibat

keberadaannya, yaitu 1) meningkatkan harga lahan, 2) mengurangi biaya

penanganan bencana, 3) mampu menjadi ruang untuk mata pencaharian kota.

Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara

langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang

terbuka hijau diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau

berupa kayu bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang

terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi,

kesehatan, dan penghasilan masyarakat. Sedangkan secara tidak langsung,

manfaat ekonomi ruang terbuka hijau berupa perlindungan terhadap angin serta

fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan masyarakat

kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota (Fandeli, 2004).

Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat

dengan cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-

orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di

sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang berpohon akan

disewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan harga yang lebih

tinggi dan jangka waktu yang lama.

xxxv

Page 37: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

E. RTH dan Hubungannya dengan Sosial Masyarakat

Dalam hal sosial dan masyarakat, RTH berfungsi sebagai sarana interaksi

sosial masyarakat dengan lingkungan sosial sekitarnya yang terdiri dari:

1. Fungsi edukatif, komponen ruang terbuka hijau dapat memberikan pendidikan

dan pengenalan terhadap makhluk hidup disekitarnya.

2. Fungsi interaksi masyarakat, komponen ruang terbuka hijau dapat menjadi

tempat berinteraksi antara masyarakat sehingga menambah jalinan sosial di

antara masyarakat.

3. Fungsi protektif, komponen ruang terbuka hijau dapat memberikan

perlindungan kepada manusia.

4. Fungsi spiritual, fungsi spiritual yang dimaksud lebih ditekankan kepada

fungsi suatu kawasan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk kegiatan-

kegiatan spiritual atau keagamaan atau dapat juga berupa tempat yang

dikeramatkan (Budiman, 2010).

F. Rekomendasi Kebutuhan RTH di Bandung Raya

Semua aktivitas kehidupan membutuhkan oksigen (O₂). dari semua jenis

konsumen oksigen yang sangat banyak mengkonsumsi O₂ adalah manusia,

kendaraan bermotor dan hewan ternak. Manusia mengkonsumsi O₂ untuk

pembakaran zat-zat makanan dalam tubuh, sedangkan kendaraan bermotor

memerlukan O₂ untuk pembakaran bahan bakarnya. Selain dari itu O₂ bagi hewan

ternak untuk metabolisme basal dalam tubuhnya.

Berdasarkan data dari BPS Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 jumlah

penduduk Bandung Raya (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota

Bandung, dan Kota Cimahi) adalah sebesar 7.622.905 jiwa dan pertumbuhan rata-

rata penduduk sebesar 1,94 %. Dengan menggunakan rumus bunga berganda,

dapat diprediksikan jumlah penduduk di Bandung Raya pada tahun 2011, 2015,

dan 2020. Kebutuhan untuk hewan ternak di Bandung Raya dalam perhitungan

berikut diabaikan. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk memprediksi jumlah

penduduk dengan menggunakan Rumus bunga berganda, yaitu:

xxxvi

Page 38: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Keterangan:

Pt+x : Jumlah penduduk pada tahun (t+x)

Pt : Jumlah penduduk pada tahun (t)

r : Rata-rata persentase pertambahan jumlah penduduk

x : Selisih tahun

1) Penduduk 2011 : P2010

= 7.622.905 (1+0,0194)1 = 7.770.790 Jiwa

2) Penduduk 2015 : P2010

= 7.622.905 (1+0,0194)5 = 8.391.579 Jiwa

3) Penduduk 2020 : P2010

= 7.622.905 (1+0,0194)¹ᴼ = 9.237.763 Jiwa

Kebutuhan O₂ (Pt)=Jumlah Penduduk (jiwa) x Oksigen dibutuhkan (kg/hari)

1) Pt 2011 = 7.770.790 x 0,864 = 6.713.963 x kg/hari

2) Pt 2015 = 8.391.579 x 0,864 = 7.250.325 x kg/hari

3) Pt 2020 = 9.237.763 x 0,864 = 7.981.428 x kg/hari

Selain makhluk hidup, kendaraan bermotor termasuk salah satu konsumen

oksigen terbesar, sehingga keberadaannya perlu diperhitungkan dalam penyediaan

RTH berdasarkan penyediaan oksigen untuk kota. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, jumlah kendaraan sepeda

motor, kendaraan penumpang, kendaraan beban, dan bus pada tahun 2010 adalah

masing-masing sebesar 2.074.996 unit, 108.179 unit, 64.964 unit, dan 186.136

unit. Persentase pertambahan kendaraan tiap tahun adalah 16 %. Dengan

menggunakan rumus yang sama (Rumus Bunga Berganda), maka didapatkan

prediksi jumlah kendaraan bermotor pada tahun (t) yaitu:

1) Jumlah Sepeda Motor pada:

a) tahun 2011 : KBsm2010

= 2.074.996 (1+0,16)1 = 2.406.996 unit

b) tahun 2015 : KBsm2010

= 2.074.996 (1+0,05)5 = 4.358.201 unit

xxxvii

Pt+x

Page 39: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

c) tahun 2020 : KBsm2010

= 8.949.716 (1+0,05)¹ᴼ = 9.153.711 unit

2) Jumlah Kendaraan Penumpang pada

a) tahun 2011 : KBkp2010

= 108.179 (1+0,16)1 = 125.488 unit

b) tahun 2015 : KBkp2010

= 108.179 (1+0,05)5 = 227.213 unit

c) tahun 2020 : KBkp2010

= 108.179 (1+0,05)¹0 = 477.225 unit

3) Jumlah Kendaraan Beban pada

a) tahun 2011 : KBkb2010

= 64.964 (1+0,16)1 = 75.359 unit

b) tahun 2015 : KBkb2010

= 64.964 (1+0,05)5 = 136.447 unit

c) tahun 2020 : KBkb2010

= 64.964 (1+0,05)¹ᴼ = 286.585 unit

4) Jumlah Bus pada

a) tahun 2011 : KBkb2010

= 186.136 (1+0,16)1 = 215.918 unit

b) tahun 2015 : KBkb2010

= 186.136 (1+0,05)5 = 390.950 unit

c) tahun 2020 : KBkb2010

= 186.136 (1+0,05)¹ᴼ = 821.127 unit

Tabel Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor dan bahan bakar

minyak

Jenis Kendaraan

Kebutuhan BBM Kebutuhan O2 tiap 1kg BB

Kebutuhan O2/hari Liter/hari Kg/hari

Sepeda motor 1.5 1.10 2.77 3.03 Kendaraan penumpang

25 18.25 2.77 50.55

Kendaraan beban

40 29.20 2.88 84.10

Bus 50 36.50 2.88 105.12 (Sumber: Christina 2012 dan hasil perhitungan)

xxxviii

Page 40: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Maka, berdasarkan tabel di atas, jumlah kebutuhan O2 setiap jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya adalah sebagai berikut.

Tabel Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya

Jenis Kendaraan

Kebutuhan O2

(x103g/hari)

Jumlah Kendaraan (unit) Kebutuhan O2 (x103 g/hari)

2011 2015 2020 2011 2015 2020

Sepeda motor

3,03 2.406.996 4.358.201 9.153.711 7293197,88 13205349,03 27735744,33

Kendaraan penumpang

50,55 125.488 227.213 477.225 6343418,4 11485617,15 24123723,75

Kendaraan beban

84,1 75.359 136.447 286.585 6337691,9 11475192,7 24101798,5

Bus 105,12 215.918 390.950 821.127 22697300,16 41096664 86316870,24Jumlah   2823761 5112811 10738648 42671608,34 77262822,88 162278136,8

Luas kebutuhan RTH dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen dengan

metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh

Wijayanti (2003).

Lt Lt

Wisesa (1998) Wijayanti (2003)

Keterangan:

Lt : Luas RTH pada tahun t (m²)

Pt : Jumlah Kebutuhan oksigen kendaraan penduduk per hari pada tahun t

(g/hari)

Kt : Jumlah kebutuhan oksigen kendaraan bermotor perhari pada tahun t

(g/hari)

Tt : Jumlah kebutuhan oksigen hewan ternak per hari pada tahun t (g/hari)

54 : Konstanta, 1 m² luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman

perhari (g/hari/m²)

0,9375 : Konstanta, 1 gram berat kering tanaman setara dengan produksi oksigen

0,9375 gram (g/hari)

xxxix

Page 41: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Dengan demikian, luas kebutuhan RTH pada tahun 2011, 2015, dan 2020

yang direkomendasikan berdasarkan rumus di atas adalah sebesar:

2011 2015 2020

Pt (x103 g/hari) 6.713.963 7.250.325 7.981.428

Kt (x103 g/hari) 42671608,34 77262822,88 162278136,8

Tt 0 0 0

Pt + Kt + Tt 49.385.571 84.513.148 170.259.565

Lt (m2) 975.517.451,9 1.669.395.516 3.363.151.901

Lt (ha) 97.551,75 166.939,55 336.315,19

Dengan jumlah RTH Bandung Raya saat ini hanya seluas 1700 ha RTH

diperlukan penambahan luas RTH. Maka, pada tahun 2011, 2015, dan 2020

berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor, untuk

memenuhi kebutuhan O2 di Bandung Raya adalah masing-masing sebesar

97.551,75 ha, 166.939,55 ha, dan 336.315,19 ha.

xl

Page 42: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan

Jumlah penduduk tahun 2011, 2015, dan 2020 diproyeksikan sebesar

7.770.790 jiwa , 8.391.579 jiwa , dan 9.237.763 jiwa. Sementara jumlah

kendaraan bermotor tahun 2011, 2015, dan 2020 diproyeksikan sebesar 2.823.761

unit, 5.112.811 unit, dan 10.738.648 unit. Dengan luasan wilayah Bandung Raya

yaitu 430.310 ha, maka pada tahun 2011, 2015, dan 2020 dibutuhkan luasan RTH

sekitar 97.551,75 ha, 166.939,55 ha, dan 336.315,19 ha. Dengan perhitungan

secara eksponensial, kebutuhan luasan RTH ini akan semakin meningkat bahkan

melebihi luasan wilayah Bandung Raya sendiri. Hal ini disebabkan meningkatnya

jumlah penduduk dan kendaraan bermotor tetapi luasan wilayah Bandung Raya

tersebut selalu tetap.

6.2 Saran

xli

Page 43: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Ruang Terbuka Hijau.

Budiman A. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau untuk Meningkatkan.

Kualitas Ekosistem Kota Bogor dengan Metode GIS. Skripsi. Departemen

Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.

Christina B. 2012. Kalimantan iri di Jawa jarang antre BBM subsidi. [internet].

Diakses pada 2012 Januari 22. Tersedia dalam

http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/092405284/Kalimantan-Iri-di-

Jawa-Jarang-Antre-BBM-Subsidi.

Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Penerbit

Bumi Aksara. Jakarta

Anonim. 2011. Penataan ruang. [Internet]. Diakses pada 2012 Desember 16.

Tersedia dalam http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/051130-

rth.pdf.

Irwan Z. 2007. Hutan kota. [Internet]. Diakses pada tanggal 2012 Desember 16.

Tersedia dalam http://re-searchengines.com/0707zoeraini.html.

Menteri Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta.

xlii

Page 44: Laporan Praktikum Tsrth Kota Bandung

Prihandono A. 2009. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menurut UU No.

26/2007 tentang Penataan Ruang dan Fenomena Kebijakan Penyediaan

RTH di Daerah. Jurnal Permukiman Volume 5 No. 1 April 2010.

xliii