laporan praktikum telur
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU BAHAN MAKANAN
ACARA III
TELUR
Disusun oleh :
Nama : Nadiah Lukita Sari
NIM : 10/299296/KU/13916
Kelompok : 8
Shift : 3
Tanggal : 2 April 2011
Asisten : 1.Dianandha Septiana Rubi
2.Nurcahyani Restu Utami
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Acara : Praktikum Telur
B. Hari/Tanggal : Sabtu, 2 April 2011
C. Tujuan :
1. Mampu membedakan beberapa jenis telur pada tingkatan mutu yang dijual di
pasaran
2. Mampu menentukan bagian telur yang dapat dimakan
3. Mengenal berbagai produk olahan telur
2
Mengamati berat, warna kulit, bentuk, ukuran kehalusan kulit, kecacatan, kebersihan telur, keadaan dalam air (floatation test), candling
Mendengarkan bunyi telur (by shaking)
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
A.1. Alat
1. Ph stick 8 buah
2. Kertas millimeter 1 lembar
3. Penggaris 1 buah
4. Plastik 20 buah
5. Garpu 1 buah
6. Mangkok 1 buah
7. Gelas ukur 1 buah
8. Lilin 1 buah
9. Korek api 1 kotak
A.2 Bahan
1. Telur ayam buras 8 butir
2. Telur ayam ras 8 butir
3. Telur itik 8 butir
4. Telur puyuh 8 butir
5. Telur asin 8 butir
6. Putih telur matang 8 butir
7. Air 1 panci/secukupnya
8. Minyak goreng secukupnya
B. Cara Kerja
1. Praktikum Pengamatan Mutu Telur
a. Pengamatan Fisik Luar Telur
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (a)
3
10. kompor 1 buah
11. Panci 1 buah
12. Sendok 1 buah
13. Timbangan analitik 1 buah
14. Jangka sorong 1 buah
15. Pengukur waktu 1 buah
16. Wajan 1 buah
17. Spatula 1 buah
Memecah telur (di millimeter block)
Mengamati warna, keadaan warna putih dan kuning telur
Menggoreng
Mengamati warna, keadaan warna putih dan kuning telur, bau, dan rasa
30 detik 1 menit 2 menit
merebus
Mengamati warna, keadaan warna putih dan kuning telur, bau, dan rasa
5 menit 10 menit 15 menit
Merebus tanpa kulit sampai matang
Mengamati warna, keadaan warna putih dan kuning telur, bau dan rasa
b. Pengamatan Telur Setelah Dipecah
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (a)
c. Pengamatan Penggorengan Telur
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (c,d,e)
d. Pengamatan Perebusan Telur Utuh
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (f,g,h)
e. Pengamatan Perebusan Telur Setelah Dipisah (Ceplok Air)
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (f,g,h)
4
Menimbang berat
Memecahkan di atas millimeter block yang dialasi plastik
Mengukur tinggi kuning dan putih serta diameter kuning dan putih kental dengan jangka sorong serta mengukur pH dengan pH stick
Menghitung Yolk Index dan Haugh Unit
Memisahkan putih dan kuning telur
Mengukur derajat keasaman putih dan kuning telur dengan pH stick
Mengukur volume putih telur
Mengukur volume setelah dikocok dan
mengukur pH dengan pH stick
Menghitung daya busa
2. Praktikum Penghitungan Yolk Index dan Haugh Index
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (a)
3. Praktikum Pengamatan Daya Busa Telur
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh (b)
5
Menimbang berat utuh
Memisahkan kulit dan isinya
Menimbang kulit dan isinya
Menghitung % BDD
Mengamati sifat organoleptik (warna, bau, rasa, tekstur)
Mengamati nilai gizi
4. Praktikum Pengamatan Penghitungan Berat Dapat Dimakan
Telur Ayam Ras, Telur Ayam Buras, Telur Itik, Telur Puyuh @2 butit (c,d,e)
5. Praktikum Pengamatan Produk Olahan Telur
Telur asin, putih telur matang
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
A. 1 Pengamatan Mutu Telur
Tabel A.1.1 Hasil Pengamatan Sifat Fisik Luar Telur
Jenis Telur
Berat
(gr)
Warna kulit
BentukUkuran
(cm)Kehalusan kulit
Kecacatan kulit
Kebersihan kulit
Keadaan dalam air
Bunyi bila
dikocok
Telur Ayam Buras
42,0putih
tulang
oval agak bulat
T=4,90D=3,85 +++
ada noda coklat setitik
+
Tenggelam,
ujung atas agak naik
Tidak ada
bunyi
Telur Ayam Ras
56,5cokelat muda
ovalT=5,44D=4,25 +
ada goresan bercak- bercak
++ TenggelamTidak ada
bunyi
Telur Itik
50,6hijau muda
kebiruan
oval lonjong
T=5,65D=4,06 ++
tidak ada
+++Tenggelam, ujung atas agak naik
Tidak ada
bunyi
Telur Puyuh
8,8putih
bercorak coklat
ovalT=2,95D=2,35 ++++
permukaan
bawah telur tidak
merata
++++ TenggelamTidak ada
bunyi
Keterangan
Kehalusan kulit :
+ = kasar
++ = agak halus
+++ = halus
++++ = sangat halus
Gambar pengamatan candling :
7
Kebersihan kulit :
+ = kotor
++ = agak bersih
+++ = bersih
++++ = sangat bersih
Tabel A.1.2 Hasil Pengamatan Telur Setelah Dipecah
Jenis telurKuning telur Putih telur
Warna Keadaan Warna KeadaanTelur Ayam Buras kuning utuh bening encerTelur Ayam Ras kuning utuh bening kental banyak
Telur Itikkuning
kemerahanutuh bening kental sedikit
Telur Puyuh kuning utuh bening kental banyak
Tabel A.1.3 Hasil Pengamatan Penggorengan Telur
Waktu Jenis telur Warna Keadaan Rasa BauPutih Kuning Putih Kuning
30 detik
Telur ayamBuras
++ ++++ Mulai matang
Mentah P=hambarK=gurih
++
Telur ayam ras
++ +++ Mulai matang
Mentah P=hambarK=gurih
+++
Telur bebek + ++++ Sedikit matang
Mentah P=amisK=lengket
+++++
Telur puyuh +++ ++ Matang Matang Gurih +1 menit Telur ayam
Buras+++ ++ Matang Setengah
matangK=lebih gurih
++
Telur ayam ras
+++ +++ Matang mulai merata
Setengah matang
P=hambarK=lebih gurih
++
Telur bebek +++++ ++ Busuk Busuk - +++++Telur puyuh ++++ ++ Matang Matang Lebih
gurih+
2 menit Telur ayamBuras
+++ + Matang semua
Matang semua
P=lebih gurihK=gurih sekali
+
Telur ayam ras
++++ ++ Matang menyeluruh
Kebanyakan sudah matang
P=hambarK=gurih
+
Telur bebek ++++ ++ Matang Matang P=gurihK=khas bebek
++
Telur puyuh +++++ + renyah Matang Lebih gurih
+
Keterangan:
Tanda Putih telur Kuning telur Bau+ Bening Kuning pucat Tidak amis
++ Agak keruh Kuning muda Agak amis+++ Cukup keruh Kuning Cukup amis
++++ Keruh Kuning tua Amis+++++ Sangat keruh Kuning tua sekali Sangat amis
8
Tabel A.1.4 Hasil Pengamatan Perebusan Telur Utuh
WaktuJenis Telur
Warna KeadaanRasa Bau
Putih Kuning Putih Kuning
5 menit
Telur AyamBuras
putih agak bening
kuning tua
+ + ++ +++
Telur Ayam Ras
putih agak bening
kuning tua
+ + ++ +++
Telur Itikputih abu-
abu
kuning kehijaua
n+++ + + +++++
Telur Puyuh
putih pekatkuning pucat
+++ ++ ++ ++++
10 menit
Telur AyamBuras
putih agak kekuningan
kuning cerah
++++++ +++ +++
Telur Ayam Ras
putih pekatkuning agak pucat
+++ +++ +++ +++
Telur Itik putih pekatkuning pucat
+++ +++ ++++ +++
Telur Puyuh
putih kehijauan
kuning pucat
++++ ++++ ++ +++
15 menit
Telur AyamBuras
putih kekuningan
kuning cerah
++++ +++++ +++ +++
Telur Ayam Ras
putih mengkilap
kuning agak gelap
+++++ ++++ +++ ++
Telur Itikputih abu-
abukuning
abu-abu+++ +++ + +++++
Telur Puyuh
putih bersih
kuning pucat
++++ ++++ +++ +++
Keterangan
Keadaan :
+ = encer
++ = kurang padat
+++ = agak padat
++++ = padat
+++++ = sangat padat
9
Bau :
+ = amis
++ = kurang harum
+++ = agak harum
++++ = harum
+++++ = sangat harum
Rasa :
+ = hambar
++ = kurang gurih
+++ = agak gurih
++++ = gurih
+++++ = sangat gurih
Tabel A.1.5 Hasil Pengamatan Perebusan Telur Setelah Dipecah (Ceplok Air)
Jenis telurWarna Keadaan
Rasa BauPutih Kuning Putih Kuning
Telur ayamburas
putih bersih
kuning muda, orange didalam
padat, kenyal
padat, halus
P = tawarK = tawar
amis
Telur ayam ras
putih bersih
kuning muda
padat, kenyal
padat, lembut
P = sedikit gurih
K = tawar
tidak begitu amis
Telur itikputih
bersihkuning tua
padat, kenyal
halus, lembut
P = tawarK = amis
amis sekali
Telur puyuh
putih bersih
kuning muda
padat, kenyal
lembutP = tawarK = gurih,
amisamis
A. 2 Penghitungan Yolk Index dan Haugh Unit
Tabel A.2.1 Hasil Penghitungan Yolk Index dan Haugh Unit
Jenis telur
Berat utuh (gr)
Kuning telur Putih telurTinggi (mm)
Diameter (cm)
Yolk Index
pHTinggi (mm)
Diameter (cm)
Haugh Unit
pH
Telur Ayam Buras
42,0 12 4,2 0,285 6 4 6,5 0,095 9
Telur Ayam Ras
56,5 15 3,8 0,39 6 5 10,3 0,088 9
Telur Itik
50,6 18 4,5 0,4 6 6 6 0,11 9
Telur Puyuh
8,8 12 2 0,6 7 5 3 0,56 9
A. 3 Pengamatan Daya Busa Telur
Tabel A.3.1 Hasil Pengamatan Daya Busa Telur
Jenis telur
Volume sebelum dikocok
(ml)
Volume sesudah dikocok
(ml)
Daya busa (ml)
pH Kuning Telur
pH Putih telur
sebelum dikocok
pH Putih telur
setelah dikocok
Telur Ayam Ras
49 85 36 6 9 8
Telur Ayam Buras
25 65 40 8 9 9
Telur Itik 25 65 40 8 9 9Telur
Puyuh7 10 3 8 9 9
10
A. 4 Pengamatan Penghitungan Berat Dapat Dimakan
Tabel A.4.1 Hasil Pengamatan Penghitungan Berat Dapat Dimakan
Jenis telur
Berat utuh telur (gr)
Berat kulit (gr) Berat isi (gr) % BDD Rata-rata %BDD
Telur ayam buras
C = 47,9D = 42,6E = 46,48rata-rata = 45,66
C = 5,9D = 5,3E = 5,1rata-rata = 5,43
C = 37,8D = 36,9E = 40,8rata-rata =38,5
C = 78,91D = 86,61E = 87,78
84,43
Telur ayam ras
C = 64,74D = 73,6E = 71,6rata-rata =69,98
C = 9,1D = 9,2E = 9,3rata-rata = 9,2
C = 54,3D = 64,0E = 62,2rata-rata =60,17
C = 83,87D = 86,95E = 86,87
85,89
Telur itik C = 60,0D = 57,7E = 56,7rata-rata = 58,13
C = 7,5D = 7,7E = 10,5rata-rata =8,57
C = 51,9D = 49,7E = 45,5rata-rata =49,03
C = 86,5D = 86,13E = 80,24
84,29
Telur puyuh
C = 10,5D = 8,0E = 8,1rata-rata = 8,87
C = 1,7D = 1,5E = 1,2rata-rata = 1,47
C = 8,9D = 6,3E = 6,6rata-rata =7,27
C = 84,76D = 78,75E = 81,48
81,66
A. 5 Pengamatan Produk Olahan Telur
Tabel A.5.1 Hasil Pengamatan Produk Olahan Telur
Produk olahan
Warna Aroma Rasa Tekstur
Putih telur matang
putih susu amis tawarlembut, padat,
kenyal
Telur asin
putih = putih bersih
kuning = ada lingkaran orange di tengah
amis, asin
putih = agak asin
kuning = gurih, berlemak
putih = halus, padat, kenyal
kuning = masir, berminyak
B. Pembahasan
B.1 Pengamatan Mutu Telur
B.1.1 Pengamatan Fisik Luar Telur
Pada percobaan ini digunakan sampel telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik, dan
telur puyuh. Keempat sampel ini kemudian diamati sifat fisiknya yang meliputi berat, warna kulit,
bentuk, ukuran, kehalusan kulit, kecacatan kulit, kebersihan kulit, keadaan dalam air, dan bunyi
11
ketika dikocok. Bentuk keseluruhan dari telur yang diamati yaitu oval. Jika dibandingkan dengan
pustaka, semua telur tergolong normal, tidak ada penyimpangan bentuk. Menurut Soeparno
(2007), standar indeks bentuk telur adalah 74 dengan bentuk telur pada umumnya yaitu
memiliki ujung runcing pada satu sisi dan ujung timpul pada sisi lainnya.
Untuk berat, antara telur satu dan lainnya berbeda, terutama telur puyuh. Namun, jika
digali lebih jauh, berat telur memang tidak selalu sama, menurut Soeparno (2007) telur dapat
digolongkan menjadi enam golongan berdasarkan beratnya, yaitu jumbo (di atas 65 gram),
ekstra besar(60-65 gram), besar (55-60 gram), medium (50-55 gram), kecil (45-50 gram) dan
peewee (di bawah 45 gram). .
Untuk ukuran telur, semua sampel telur memiliki ukuran yang berbeda, hal ini
dikarenakan jenis unggas yang menghasilkan juga berbeda. Ukuran paling kecil adalah telur
puyuh, dan yang paling besar adalah telur ayam ras.
Menurut Soeparno (2007), terdapat variasi pada lebar dan panjang untuk telur ayam
golongan berat, medium, dan ringan, sebagai berikut : telur berat (panjang = 5,9 cm; lebar =4,4
cm), telur medium (panjang=5,8 cm; lebar 4,2 cm), dan telur ringan (panjang = 5,7 cm; lebar=
3,3 cm).
Menurut Soeparno (2007), USDA Egg Grading Manual telah membuat klasifikasi
kualitas telur berdasarkan bentuk dan tekstur kerabang (kulit telur) menjadi 3 kelas yaitu normal
(kerabang telur yang memiliki bentuk normal, termasuk tekstur dan kekuatan kerabang. Pada
kerabang tidak ada bagian yang kasar, sehingga tidak berpengaruh pada bentuk, tekstur, dan
kekuatan dari kerabang), sedikit abnormal (pada kerabang telur ada bagian yang bentuknya
tidak/kurang beraturan. Pada kerabang ada bagian yang sedikit kasar, tetapi tidak terdapat
bercak-bercak), dan abnormal (bentuk kerabang yang tidak normal, tekstur kasar, terdapat
bercak-bercak atau bagian yang kasar pada kerabang).
Berdasarkan hasil percobaan, ada yang abnormal, kulit telurnya kotor, dan ada noda
coklat setitik, yaitu telur ayam buras. Begitu pula dengan telur ayam ras, dimana kulitnya kasar,
kulitnya ada goresan dan bercak-bercak. Untuk telur puyuh, meskipun kulit telurnya halus dan
juga sangat bersih. Namun pada permukaan bawah telur tidak merata, jadi termasuk abnormal.
Keadaan telur dalam air, semua telur tenggelam. Begitu pula saat telur dikocok, tidak
ada bunyi.
Kualitas telur yang baik secara fisik yaitu : kulit luar masih baik dan utuh, tidak retak,
rongga udara hampir tidak ada, tampak jernih, bersih bila dilihat pada sinar terang, tenggelam
dan telentang bila dimasukkan ke dalam air, tidak ada suara ketika digoyang-goyang (Tarwotjo,
1998).
12
Sedangkan telur yang tidak baik mutunya, menurut Buckle dkk (2009) yaitu :
berkurangnya berat, terutama disebabkan karena hilangnya air dari albumen tetapi sebagian
juga karena kehilangan CO2, NH3, dan H2S; pertambahan ukuran ruang udara, karena air
hilang, volume ruang udara bertambah; bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena
penyebaran air yang tidak merata; penurunan jumlah putih telur tebal karena serat glikoprotein
ovomucin pecah; penambahan ukuran kuning telur karena perpindahan air dari albumen ke
kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan osmose.
Menurut USDA, telur dibagi menjadi 4 grade, yaitu : AA, A, B, dan C
Grade AA adalah telur yang mempunyai kondisi bersih; utuh; tidak retak; garis
tengah rongga udara < 0,315 cm dan letaknya teratur; putih telur banyak kentalnya;
pekat; dan jernih; kuning telur ditengah dan bebas mikroorganisme subtilis dan noda.
Grade A adalah telur bersih; utuh, tidak retak, garis tengaj rongga udara <0,63 cm;
putih masih banyak yang kental (masih kuat); jernih dan agak pekat; kuning telur
masih ditengah dan kadang ada noda; dan bebas mikroorganisme.
Grade B adalah telur kurang bersih; ada sedikit noda-noda; garis tengah rongga
udara 0,945 cm; putih telur banyak yang cair (ikatan lemah); kuning telur masih di
tengah dan bebas mikroorganisme; ukuran kuning telur membesar dan terasa
hambar.
Grade C adalah telur kurang bersih; noda lebih dari ¼ bagian; garis tengah rongga
udara lebih 0,945; tidak teratur dan menggembung; putih telur sudah sangat cair dan
ada noda darah; kuning telur agak cair dan ada noda perkecambahan. (Hadiwiyoto,
2007)
Pada saat disimpan, telur juga mengalami perubahan-perubahan, menurut Buckle,
dkk(2009) perubahan-perubahan tersebut seperti : berkurangnya berat, terutama disebabkan
karena hilangnya air dari albumen tetapi sebagian juga karena kehilangan CO2, NH3, dan H2S;
pertambahan ukuran ruang udara, karena air hilang, volume ruang udara bertambah; bercak-
bercak pada permukaan kulit telur karena penyebaran air yang tidak merata; penurunan jumlah
putih telur tebal karena serat glikoprotein ovomucin pecah; penambahan ukuran kuning telur
karena perpindahan air dari albumen ke kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan
osmose; perubahan cita-rasa; kehilangan karbondioksida; kenaikan pH terutama dalam
albumen yang meningkat dari kira-kira pH 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya CO2.
Menurut Nutrition Analyser-Be Fit and Stay Healthy, 2002-2004 dalam Soeparno (2007),
telur mengandung mineral-mineral seperti kalsium, zat besi, magnesium, fosforus, potassium,
sodium, seng, tembaga, mangan, dan selenium. Sedangkan vitamin-vitamin yang terkandung di
13
dalamnya adalah Vitamin C, Tiamin, Riboflavin, Niasin, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin A,
Retinol, Vitamin E, Vitamin K.
Gambar 3.1.1 Anatomi Telur Utuh
Mutu telur utuh dinilai secara candling, yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur
sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam dengan candling.
Ini memungkinkan penemuan keretakan pada kulut telur, ukuran serta gerakan kuning telur,
ukuran kantong udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme
dan pertumbuhan benih. Walaupun bagitu, hanya kerusakan yang menonjol saja yang dapat
diketahui dengan cara candling ini.(Buckle, dkk, 2009)
14
Gambit 3.1.2 Hasil Egg Candling Gambar 3.1.3 Cara Egg Candling
B.1.2 Pengamatan Telur Setelah Dipecah
Pada percobaan ini masih menggunakan sampel berupa telur ayam buras, telur ayam
ras, telur itik, dan telur puyuh yang diamati keadaan dan warna kuning telur serta putih telur
setelah dipecah. Dari hasil yang di dapat, semua telur kuning telurnya utuh dan berwarna
kuning. Kecuali telur itik yang kuning telurnya berwarna kuning kemerahan. Untuk putih telur,
keadaannya berbeda satu sama lain, putih telur ayam buras encer, putih telur ayam ras dan
telur puyuh kental banyak, dan putih telur itik kental sedikit. Namun semua telur berwarna
bening.
Warna kuning telur sangat bervariasi, hal itu dipengaruhi oleh pakan induk. Pada telur
yang masih segar kuning telurnya terletak di tengah-tengah. Dan bila telur sudah lama disimpan
lama-kelamaan kuningnya makin terpinggir, kuning telur akan menarik air dari putih telur
sehingga volume kuning telur meningkat disebut stretches. Pada telur yang masih segar,
bagian putih telur masih terlihat jelas kental atau tebal dan sebagian agak encer. Makin lama
disimpan, putih telur akan semakin encer.
Berdasarkan cirri-ciri telur yang baik berdasarkan kuning dan putih telur di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas telur yang digunakan ada yang sudah jelek dan ada yang
masih baik. Telur yang masih berkualitas adalah telur ayam ras dan telur puyuh. Sedangkan
yang sudah agak jelek adalah telur itik. Sedangkan telur yang sudah jelek adalah telur ayam
buras.
B.1.3 Pengamatan Penggorengan Telur
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini masih menggunakan telur ayam buras,
telur ayam ras, telur itik, dan telur puyuh. Pengamatan dilakukan tiga kali, yaitu pada detik ke-
30, menit ke-1, dan menit ke-3. Sifat yang diamati adalah warna putih dan kuning telur, keadaan
kuning dan putih telur, rasa, dan bau.
Bila telur dipanaskan, protein putih maupun kuning telur akan terkoagulasi. Putih telur
akan terkoagulasi terlebih dahulu sehingga membentuk gel. Kecepatan koagulasi akan
meningkat dengan penambahan garam dan asam. (Gaman dan Sherrington, 1992)
Jika dibandingkan dengan pustaka, ternyata memang benar, kuning telur masih dalam
keadaan setengah matang pada saat putih telur sudah matang.
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan
penambah nilai kalori bahan pangan. (Winarno, 2004)
15
Jadi pada percobaan, rasa telur yang gurih juga disebabkan karena adanya minyak
goreng. Namun pada percobaan kali ini, telur itik tidak dicicipi rasanya karena sudah mengalami
pembusukan.
B.1.4 Pengamatan Perebusan Telur
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan telur ayam buras, telur
ayam ras, telur itik, dan telur puyuh. Pengamatan dilakukan tiga kali yaitu pada menit ke-5,
menit ke-10, dan menit ke-15. Warna putih telur setelah dilakukan perebusan menjadi keruh
dan bersifat padat. Begitu pula dengan kuning telur yang juga memadat dan menjadi berwarna
kuning pucat setelah perebusan. Rasa dan bau kuning telur dan putih telur lebih gurih.
Pemadatan kuning dan putih telur tersebut menurut Gaman dan Sherrington (1992) Hal
ini dikarenakan terjadinya denaturasi protein dari putih telur tersebut yang dapat merubah sifat
protein menjadi lebih sukar larut dan makin kental. Keadaan ini disebut koagulasi. Proses
pemanasan menyebabkan protein telur terdenaturasi sehingga serabut ovomucin terurai
menjadi struktur yang lebih sederhana Interaksi antara protein dan panas mengakibatkan
terjadinya koagulasi protein (Alais dan Linden, 1991). Umumnya protein mengalami denaturasi
dan koagulasi pada rentang suhu sekitar 55-75° C (De man, 1997).
B.1.5 Pengamatan Perebusan Telur Setelah Dipecah (Ceplok Air)
Pada praktikum ini, masih menggunakan sampel berupa telur ayam buras, telur ayam
ras, telur itik, dan telur puyuh. Masing-masing sampel direbus sampai matang dalam keadaan
tanpa kulit atau ceplok air. setelah matang kemudian diamati sifat organoleptiknya meliputi
warna putih dan kuning telur, keadaan putih dan kuning telur, serta rasa dan bau. Pada
umumnya, semua sifat fisik telur yang direbus dalam keadaan ceplok air sama seperti telur
yang direbus dalam keadaan utuh.
B. 2 Penghitungan Yolk Index dan Haugh Unit
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah telur ayam buras, telur ayam ras,
telur itik, dan telur puyuh yang ditimbang terlebih dahulu sebelum dipecah di atas kertas
millimeter. Setelah dipecah di atas kertas millimeter lalu dihintung pH telur dengan pH.
Kemudian putih telur dihitung tinggi dan diameternya, begitu pula dengan kuning telurnya. Lalu
menghitung Yolk Index dan Haugh Unit.
Yolk Index (YI )= tinggi kuningtelurdiameter kuning telur
16
HaughUnit (HU )= tinggi putih telurberat telur keseluruhan
Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur (albumen) dengan
rata-rata lebar albumen terpendek dengan terpanjang. Pada telur segar nilai ini berkisar antara
0,050-0,174 dan dalam keadaan normal sekitar 1,090-0,120. Selama penyimpanan terjadi
penurunan indeks putih telur yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Semakin rendah suhu
penyimpanan, maka semakin rendah indeks putih telur tersebut. Indeks kuning telur merupakan
perbandingan antara tinggi dengan garis tengah kuning telur. Indeks kuning telur segar berkisar
antara 0,30-0,50, umumnya antara 0,39- 0,45. Yang mempengauhi indeks kuning telur adalah
berat kuning telur dan umur simpannya. Semakin kecil beratnya, maka semakin besar
indeksnya dan semakin lama disimpan maka semakin menurun indeks kuning telur tersebut.
(Dwiari dkk, 2008).
Maka berdasarkan hasil percobaan, didapat data bahwa Yolk Index yang paling besar
adalah telur puyuh, begitu pula dengan Haugh Unit. Dibandingkan dengan pustaka, maka bisa
disimpulkan bahwa kuning telur dan putih telur dalam keadaan baik.
B. 3 Pengamatan Daya Busa Telur
Pada percobaan kali ini, telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik, dan telur puyuh
dipecah kemudian antara kuning dan putih telur dipisahkan. Putih telur lalu diukur derajat
keasamannya dengan pH stick, lalu diukur volumenya. Setelah diukur volumenya, lalu putih
telur dikocok hingga berbusa. Setelah itu volume dan derajat keasaman putih telur diukur
kembali. Kemudian dilakukan perhitungan daya busa telur, dengan rumus :
dayabusa=volume setelahdikocok−v olumesebelum dikocok
Dari data yang diperoleh dari hasil percobaan, semua telur memiliki pH basa atau di
atas 7, hal tersebut sesuai dengan pustaka, bahwa pH telur akan selalu basa. Telur ayam
buras dan telur ayam ras memiliki daya busa yang paling tinggi. Menurut Muchtadi, dkk (2010)
apabila putih telur dikocok, maka gelembung udara akan terperangkap dalam albumen cair dan
membentuk busa. Semakin udara yang terperangkap busa yang terbentuk akan semakin kaku
dan kehilangan sifat aslinya. Kestabilan buih ditentukan oleh kandungan ovomucin (salah satu
komponen putih telur).
B. 4 Pengamatan Perhitungan Berat Dapat Dimakan
Berat dapat dimakan pada telur adalah berat telur yang sudah tanpa kulit/cangkang
telur. Persen BDD bisa dihitung dengan rumus :
berat setelahdipisahberat utuh
×100%
17
Dari hasil percobaan. Didapatkan data bahwa persen BDD terbesar terdapat pada telur
ayam ras kemudian disusul oleh telur ayam buras, lalu telur itik, kemudian telur puyuh.
B. 5 Pengamatan Produk Olahan
Produk olahan telur yang digunakan sebagai sampel pada percobaan ini adalah telur
asin dan putih telur matang. Sifat fisik yang diamati adalah warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Putih telur matang memiliki warna putih susu, beraroma amis, berasa tawar, dan bertekstur
lembut, padat, dan kenyal. Sedangkan telur asin, putih telurnya berwarna putih bersih dan
kuning telurnya ada lingkaran orange di tengah.
Kandungan gizi produk olahan telur sudah mengalami perubahan. Pada putih telur
matang, kandungan lemak, vitamin A, vitamin B1, dan Vitamin C-nya nol, meski begitu,
kandungan mineral Ca, P, dan Fe masih cukup tinggi. Makronutrien tertinggi yang terkandung
dalam produk ini adalah protein. Menurut Winarno (2004), protein berfungsi sebagai enzim, alat
pengangkut dan penyimpan, pengatur gerakan, penunjang mekanis, pertahanan
tubuh/imunisasi, media perambatan impuls syaraf, dan pengendalian pertumbuhan.
Sedangkan pada telur asin, kandungan gizinya cukup lengkap. Makronutrien tertinggi
yang terkandung dalam telur asin adalah karbohidrat sebesar 14 gram, lalu diikuti lemak dan
protein sebesar 13,6 gram. Menurut Almatsier (2009) karbohidrat berfungsi sebagai sumber
energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak,
membantu pengeluaran feses. Kandungan mineral Ca, P, dan Fe lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan zat serupa pada putih telur matang. Di dalam telur asin juga mengandung
retinol dan tiamin.
Pada waktu proses pengasinan telur dengan merendam telur dalam air atau
membalutnya dengan adonan serbuk batu bata yang bergaram, tekanan osmotik dalam larutan
garam atau adonan lebih besar dari pada tekanan osmotik dalam telur, sehingga larutan garam
dapat masuk kedalam telur. Garam yang digunakan dalam pengasinan adalah NaCl.
Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut : garam NaCl di dalam larutan mengion menjadi
Na+ dan Cl-. Kedua ion tersebut berdifusi ke dalam telur melalui lapisan kutikula, bunga karang
lapisan mamilari, membran kulit telur, putih telur, membran vitelin dan selanjutnya ke dalam
kuning telur (Sukendra, 1976 dalam Utomo, 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa putih telur pada
telur asin, lebih asin karena menyerap garam lebih banyak di banding kuning telur.
Untuk membuat telur asin bisa dilakukan dengan perendaman dengan larutan garam
jenuh caranya adalah : buat larutan garam jenuh, carnya, garam dilarutkan ke dalam air hingga
18
ada garam yang tersisa, yang tidak larut dalam air; pilih telur yang baik; telur dicuci bersih,
selanjutnya masukkan ke dalam larutan garam; telur diangkat dari larutan garam setelah 10-12
hari perendaman, makin lama perendaman telur yang dihasilkan semakin tinggi kadar
garamnya sehingga semakin asin. (Winarti, dkk, 2004).
19
KESIMPULAN
1. Telur di pasaran telah dikelas-kelaskan menjadi berbagai tingkatan berdasarkan
mutunya yaitu
Grade AA adalah telur yang mempunyai kondisi bersih; utuh; tidak retak;
garis tengah rongga udara < 0,315 cm dan letaknya teratur; putih telur
banyak kentalnya; pekat; dan jernih; kuning telur ditengah dan bebas
mikroorganisme subtilis dan noda.
Grade A adalah telur bersih; utuh, tidak retak, garis tengaj rongga udara
<0,63 cm; putih masih banyak yang kental (masih kuat); jernih dan agak
pekat; kuning telur masih ditengah dan kadang ada noda; dan bebas
mikroorganisme.
Grade B adalah telur kurang bersih; ada sedikit noda-noda; garis tengah
rongga udara 0,945 cm; putih telur banyak yang cair (ikatan lemah);
kuning telur masih di tengah dan bebas mikroorganisme; ukuran kuning
telur membesar dan terasa hambar.
Grade C adalah telur kurang bersih; noda lebih dari ¼ bagian; garis
tengah rongga udara lebih 0,945; tidak teratur dan menggembung; putih
telur sudah sangat cair dan ada noda darah; kuning telur agak cair dan
ada noda perkecambahan
2. Bagian telur yang bisa dimakan adalah bagian putih telur dan kuning telur saja.
3. Telur bisa diolah menjadi berbagai produk olahan telur, seperti telur asin dan telur
putih matang. Produk-produk olahan telur biasanya berubah kandungan gizinya
dibandingkan dengan bahan mentahnya.
Yogyakarta, 21 April 2011
Asisten 2, Asisten 1, Praktikan,
(Nurcahyani Restu Utami) (Dianandha Septiana Rubi) (Nadiah Lukita Sari)
DAFTAR PUSTAKA
Alais, C. dan G. Linden. 1991. Food Biochemistry. England : Ellis Horwood Limited
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Buckle, K.A. dkk. 2009. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press
De man. 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB Press
Dwiari, Sri Rini, dkk. 2008. Teknologi Pangan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. Diakses dari http://perpusonline.com
tanggal 19 April 2011
Gaman, P.M. dan K.B Sherrington. 1992. Ilmu pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hadiwiyoto, Soewedo. 2007. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Yogyakarta :
Lyberti
Mahmud, Mien K. dkk. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : P.T Elex Media
Computindo
Muchtadi, Tien R, dkk.2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Soeparno. 2007. Pengolahan Hasil Ternak. Jakarta : Universitas Terbuka
Tarwotjo, C. Soejoeti. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Utomo, Budi. 2006. Pengaruh Umur Telur terhadap Kualitas Kemasiran Telur Asin yang
Diasin Selama 14 hari (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Diakses dari
http://repository.ipb.ac.id tanggal 19 april 2011
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Winarti, E, dkk. 2004. Laporan Kegiatan Penelitian dan Pengkajian. Yogyakarta : BPTP
Yogyakarta. Diakses dari http://yogya.litbang.deptan.go.id tanggal 19 April 2011
21
22