laporan praktikum teknologi produksi benih - perbanyakan vegetatif

22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PERBANYAKAN VEGETATIF Disusun Oleh: Nama : Guindahnawaningtyas S.A. NIM : 115040201111247 Kelompok : Senin, 15.05 Asisten : Mbak Dasa PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

Upload: tyas-selgis-aprilia

Post on 19-Jan-2016

1.140 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Praktikum Teknologi Produksi Benih, FP, UB, Malang, Jatim

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

PERBANYAKAN VEGETATIF

Disusun Oleh:

Nama : Guindahnawaningtyas S.A.

NIM : 115040201111247

Kelompok : Senin, 15.05

Asisten : Mbak Dasa

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan

untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun

program budidaya secara luas. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dalam dua

cara, yaitu: perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif merupakan salah satu bagian

yang penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Keduanya memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing untuk diaplikasikan dalam kegiatan perbanyakan

tanaman.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa

melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi

secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara

vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu

perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari

tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan

manusia. Beberapa teknik-teknik perbanyakan secara vegetatif ada yang mudah

dilakukan dan sulit dilakukan. Untuk itu, disusunlah laporan teknologi produksi

benih dengan perbanyakan secara vegetatif agar kita lebih mengerti tentang apa

yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif dan dapat mempraktikkan teknik-

teknik perbanyakan vegetatif.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukan praktikum produksi teknologi benih mengenai

perbanyakan vegetatif ialah untuk mengetahui kemampuan benih untuk

menghasilkan anakan yang berkulitas dan seragam dan diharapkan praktikan lebih

handal dalam mempratikkan teknik-teknik perbanyakan secara vegetatif.

Page 3: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami

2.1.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami

Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimana

mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil

pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama

dengan induknya (Ashari, 1995).

Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui

perkawinan atau tidak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alami

tanpa campur tangan manusia (Gunawan, I., 2004).

2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami

1. Stolon atau Geragih atau Runner

Geragih adalah batang horizontal yang menjalar di atas atau di dalam tanah

maupun air. Pada buku-buku batangnya tumbuh tunas dan membentuk akar.

Setelah beberapa waktu tanaman ini tumbuh memanjang dan menjauhi

induknya lalu membengkok ke atas membentuk individu baru. Beberapa

conroh tanaman yang diperbanyak secara stolon atau geragih atau runner,

yaitu: strawberry, lili paris, arbei (Rahardja dkk, 2003).

Gambar 1. Tanaman strawberry yang diperbanyak secara stolon

2. Corm

Corm adalah teknik perbanyakan secara vegetatif alami yaitu pangkal batang

yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan makanan. Pada

dasarnya cormus terdapat subang tempat tumbuhnya akar sedangkan di bagian

atasnya (ujung) terdapat mata tunas. Contoh tanaman yang berkembang biak

dengan corm, adalah: gladiol, bunga coklat (Rahardja dkk, 2003).

Page 4: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

Gambar 2. Umbi bawang merah adalah contoh corm

3. Bulb (umbi lapis)

Bulb atau umbi lapis adalah bahan tanam yang terdiri dari suatu batang yang

pipih dan pendek berbentuk cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur

seperti daun berdaging, sisik ini menutupi tunas (titik tumbuh). Contoh

tanaman yang termasuk bulb (umbi lapis) adalah: bawang, tulip. (Rahardja

dkk, 2003)

Gambar 3. Bawang merah adalah contoh bulb

4. Rhizome

Rhizome merupakan akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap

mata tunas akan membengkok sebagai cadangan energi. Contoh tanaman yang

termasuk rhizome antara lain: jahe, kunyit (Adinugraha, 2007).

Page 5: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

Gambar 4. Contoh rhizome

5. Tuber

Tuber adalah batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam

tanah dan mengandung beberapa mata tunas. Contoh tanaman yang termasuk

tuber adalah: kentang, talas (Adinugraha, 2007).

Gambar 5. Kentang adalah contoh tuber

6. Offset

Offset adalah hasil pembiakan vegetatif induk yang berkenbang sendiri yang

tumbuh di dekat tanaman induk. Contoh tanaman yang berkembang biak

dengan offset, antara lain: Sansiviera dan bambu (Adinugraha, 2007).

Gambar 6. Contoh offset

Page 6: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman

Secara Vegetatif Alami

Menurut Rochiman dkk (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif alami adalah:

1. Suhu

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh

kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang

baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad

selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat

mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.

2. Kelembaban udara

Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan

tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana

tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan

yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.

3. Cahaya Matahari

Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan

fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan

cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu

kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat

menghambat proses pertumbuhan.

4. Hormon

Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses

perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu

perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,

hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk

mempercepat buah menjadi matang.

Page 7: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan

2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan

Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan

yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan

biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan

manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah

tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau

bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara

vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan

dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering) (Rochiman dkk, 2002).

Pendapat lainnya, perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan adalah

sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan

dengan bantuan manusia (Rahardja dkk, 2003).

2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan

1. Okulasi

Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif

dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan

dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu

dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya

telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U

terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu

sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru.

Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman

tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau

penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan

teknik okulasi yaitu: mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium

lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk

(Citrus sp.) (Hatta, 1992).

Page 8: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

Gambar 7. Okulasi

2. Grafting

Merupakan perbanyakan vegetatif yang menggabungkan batang atas dan

batang bawah yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi persenyawaan

(bergabung). Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.

(Samekto dkk, 1995).

Gambar 8. Grafting

3. Kultur jaringan

Kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara

mengambil jaringan tertentu dari suatu tanaman (tunas, akar, daun) dan

dikembangkan dalam media khusus (Salisbury, 1992).

Gambar 9. Contoh tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan

Page 9: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

4. Cangkok

Cangkok adalah perbanyakan tanaman dengan cara menguliti suatu bagian

batang tanaman yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya

tumbuh dan kemudian ditanam pada media yang lain. Teknik cangkok

(marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak

tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain,

seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya

memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica),

sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat

(Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan

bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu

(Ashari, 1995).

Gambar 10. Contoh cangkok

5. Runduk

Runduk Adalah mengambil sedikit cabang suatu tanamn kemudian

merundukkan ke dalam tanah. Ini dapat dilakukan pada tanaman yang

memiliki cabang yang panjang dan lentur (Ashari, 1995).

Gambar 11. Contoh merunduk

Page 10: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

6. Stek

Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara

vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun

daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong

dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak

dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis

vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk

nipis (Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan

vanili (Vanila planifolia) (Hartmann dkk, 1997).

Gambar 11. Contoh tahapan stek/cutting

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman

Secara Vegetatif Buatan

Menurut Hamid (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan

tanaman secara vegetatif buatan dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal

1. Faktor Internal:

- Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban

tinggi).

- ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas).

2. Faktor Ekstern:

- Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi).

- Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi).

- Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang

tidak banyak, maka perlu diberi naungan)

Page 11: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

- Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab,

bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan

bakteri sehingga menyebabkan kebusukan).

Page 12: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

3. METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan, Fungsi Alat dan Bahan

1. Alat

- Pisau silet, untuk memotong

- Plastik es, untuk mengikat dan menyungkup

- Polibag dan bak pasir, untuk tempat menanam

2. Bahan

- Bahan tanam

Perbanyakan Vegetatif Alami

No Metode Bahan

1 Umbi lapis Bawang merah

2 Umbi batang Kentang

Perbanyakan Vegetatif Buatan

No Metode Bahan

1 Okulasi Tanaman mawar

2 Grafting Batang atas dan batang bawah dari tanaman

bougenvil

- Campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1, sebaga media tanam

- ZPT, sebagai zat perangsang pertumbuhan akar

3.2 Lembar Pengamatan

1. Umbi lapis (bawang merah)

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan bawang merah dipotong ⁄ bagian

1 Saat munculnya 7 Hst

Page 13: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

tunas

2 Jumlah tunas 5 5 5 5 5 5

3 Tinggi tanaman (cm) 3 7,5 10,9 15,8 26,1 28,6

Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong

1 Saat munculnya

tunas 7 Hst

2 Jumlah tunas 3 3 3 3 3 3

3 Tinggi tanaman (cm) 2.5 7 12,4 17,7 27 30,2

2. Umbi batang (kentang)

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Presentase tanaman hidup 100%

Tidak dicelupkan ZPT

1 Saat munculnya

tunas 8 hst

3 Jumlah tunas - 1 1 1 1 1

4 Tinggi tanaman (cm) - 0,4 1 1,6 2,1 2,7

Dicelupkan ZPT

1 Saat munculnya

tunas 7 Hst

2 Jumlah tunas 1 1 1 1 1 1

3 Tinggi tanaman (cm) 0,3 0,9 1,3 1,9 2,4 3

3. Stek daun

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan menggunakan ⁄ bagian daun

1 Saat munculnya

tunas

- Hst

2 Jumlah tunas - - - - - - - -

Page 14: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

3 Persentase tanaman

hidup (%)

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Perlakuan menggunakan daun utuh

1 Saat munculnya

tunas

- Hst

2 Jumlah tunas - - - - - - -

3 Persentase tanaman

hidup (%)

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

4. Stek batang

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan menggunakan batang atas

1 Saat munculnya

tunas

- Hst

2 Jumlah tunas - - - - - - - -

3 Persentase tanaman

hidup (%)

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Perlakuan menggunakan batang tengah

1 Saat munculnya

tunas

- Hst

2 Jumlah tunas - - - - - - - -

3 Persentase tanaman

hidup (%)

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Perlakuan menggunakan batang bawah

1 Saat munculnya

tunas

- Hst

2 Jumlah tunas - - - - - -

3 Persentase tanaman

hidup (%)

0% 0% 0% 0% 0% 0%

Page 15: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

5. Okulasi

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Persentase tumbuh

(%)

0%

2 Panjang tunas - - - - - - - -

3 Warna tunas - - - - - - - -

6. Grafting

No Parameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Saat munculnya tunas -Hst

2 Persentase tumbuh

(%)

0%

3 Warna batang - - - - - - - -

4 Diameter batang (cm) - - - - - - - -

3.3 Dokumentasi

1. Minggu pertama

2. Minggu kedua

Page 16: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

3. Minggu ketiga

4. Minggu keempat

5. Minggu kelima

6. Minggu keenam

Page 17: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Praktikum Teknologi Produksi Benih – Perbanyakan Vegetatif,

dilakukan beberapa kegiatan antara lain perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan cara umbi lapis pada bawang merah, okulasi bunga mawar, umbi batang

pada kentang, stek batang bunga krisan, stek daun, dan grafting pada tanaman

bunga bougenvile.

Pada perlakuan umbi lapis, didapatkan hasil bahwa pada perlakuan

bawang merah dipotong 1/3 bagian jumlah tunas yang tumbuh lebih banyak, yaitu

sebanyak 5 tunas dengan tinggi tanaman 28,6 cm. sedangkan pada perlakuan

tanpa dipotong, jumlah tunasnya lebih sedikit, yaitu sebanyak 3 tunas dengan

tinggi tanman lebih tinggi mencapai 30,2 cm. Hasil pengamatan menunjukkan

nahwa bawang merah yang dipotong 1/3 bagian memiliki tunas lebih banyak dari

pada yang tanpa dipotong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumini dkk (2010)

bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah sangat nyata pengaruhnya terhadap

jumlah anakan per rumpun umur 30 HST dan jumlah umbi per rumpun, nyata

pengaruhnya terhadap jumlah anakan umur 45 HST dan bobot basah umbi per

rumpun. Namun, pemotongan umbi bibit bawang merah tidak nyata pengaruhnya

terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15 HST

dan bobot kering umbi per rumpun. Selanjutnya Rukmana (1994) menambahkan

bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai beberapa keuntungan

antara lain: pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh dan

berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasil

meningkat. Sedangkan rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang

merah pada perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit diduga diakibatkan oleh

lambatnya keluar mata tunas, sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukan

anakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal.

Untuk perbanyakan vegetatif umbi batang tanaman kentang didapatkan

hasil dari pengamatan selama 6 minggu bahwa tunas kentang tanpa perlakuan

baru tumbuh pada minggu kedua dengan tinggi tanaman 0,4 cm. Hasil pada

minggu ke-enam menunjukkan tinggi tanaman kentang mencapai 2,7 cm.

Sedangkan tunas kentang yang diberi perlakuan perendaman ZPT didapatkan hasil

Page 18: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

bahwa tunas kentang tumbuh pada hari ke 7 dengan tinggi tanaman pada minggu

pertama yaitu 0,3 cm. Hasil pada minggu ke-enam menunjukkan tinggi tunas

kentang mencapai 3 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan

perendaman terhadap ZPT mampu membuat tunas kentang tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan perlakuan tanpa dicelupkan ZPT. ZPT berguna untuk

merangsang pembentukan akar, namun tanaman kentang tumbuh sangat lambat.

Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh

keadaan cuaca. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu

rendah, yaitu 15oC-20

oC, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80-90%

(Sukendro, A., 2010). Oleh karena, itu perlu ditambah zat perangsang tumbuh

seperti ZPT.

Hasil pengamatan stek daun dan stek batang, semua tanaman tidak ada

yang tumbuh atau mati. Begitu pula dengan teknik grafting dan okulasi juga tidak

tumbuh. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan saat praktik stek, okulasi

dan grafting serta keadaan lingkungan yang kurang mendukung arena tanaman

jarang disiram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tambing, Y. dkk (2008) bahwa

beberapa kemungkinan penyebab inkompatibilitas: (1) jumlah sambungan yang

bertaut relatif kecil, (2) adanya perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan

batang atas, (3) kedua varietas yang disambungkan mengalami defisiensi

hara/hormon tumbuh maupun translokasi nutrisi yang abnormal, (4) banyak getah

dan mengeras pada luka di bagian sambungan, (5) infeksi penyakit, (6) beberapa

varietas tertentu sangat rendah memperoduksi kalus, (7) bentuk potongan yang

tidak serasi, (8) bidang persentuhan kambium tidak tepat, (9) faktor ketrampilan

orang yang melakukan penyambungan. Rochiman dan Setyati (1973) dan

Tirtawinata (2003) juga menyebutkan bahwa faktor kedekatan kekerabatan

(genetik) juga mempengaruhi. Kekerabatan genetik tidak signifikan pada

penelitian ini, karena sekalipun dilakukan sambungan pada sesama kultivar,

keberhasilan pertautan sambungan tetap rendah. Dengan demikian dapat

disimpulkan faktor ketidakcocokan (inkompatibel) yang diduga disebabkan selain

operator (penyambung) kurang terampil serta kondisi lingkungan yang kurang

baik mengakibatkan tanaman tidak tumbuh. Kondisi lingkungan yang tidak

mendukung mengakibatkan cekaman suhu tinggi di tempat pembibitan, serta

Page 19: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

ukuran diameter batang bawah dan entris tidak sama besar; Ukuran diameter

batang yang tidak sama besar menyulitkan terjadinya pertautan.

Mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhsilan

okulasi. Mata tunas yang dipilih harus berpotensi tumbuh, kemudian cara

menyayat juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari

pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang

menempel pada kayu induk tak boleh hilang, karena kambium berfungsi untuk

lalu lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Jika kambium hilang, suplai

makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak akan tumbuh. Selain itu,

ikatan pada mata tunas tidak boleh terlalu kencang, supaya tunas bisa tumbuh.

Kemudian kecepatan kerja sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan

di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan

sayatan mata tempel. Jika terlalu lama, kambium pada kayu bisa kering.

(Setiawan, A., 1990)

Page 20: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perbanyakan tanaman secara vegetative adalah perbanyakan tanaman

tanpa adanya peleburan sel telur betina dengan sel sperma jantan.

Perbanyakan secara vegetatif dibagi menjadi 2, yaitu perbanyakan

vegetatif secara alami dan perbanyakan vegetative buatan (dengan bantuan

manusia)

Dari hasil pengamatan praktikum didapatkan hasil bahwa untuk umbi lapis

tanaman bawang merah yang menunjukkan anakan tunas paling banyak

adalah bawang merah dengan perlakuan 1/3 bagian dipotong. Namun

tinggi tunas lebih menonjol pada bawang merah tanpa perlakuan. Hal ini

dikarenakan pemotongan lapisan atas berpenaruh nyata dalam

mempercepat pertumbuhan tunas atau anakan tetapi tidak mempengaruhi

tinggi tunas.

Hasil pegamatan umbi batang tanaman kentang didapatkan hasil bahwa

tunas umbi kentang lebih cepat tumbuh dengan perlakuan dicelup ZPT

dibandingkan umbi kentang tanpa dipotong dan dicelup ZPT. Tanaman

kentang adalah tanaman yang sulit hidup. Bila sebelum menanam

ujungnya dipotong terlebih dahulu lalu dicelupkan zat perangsang tumbuh

seperti ZPT maka pertumbuhan kentang akan lebih baik.

Untuk stek batang, stek daun, okulasi dan grafting semua tanaman tidak

tumbuh karena kurangnya keterampilan dalam melakukan perbanyakan

serta kondisi lingkungan tumbuh yang kurang mendukung.

5.2 Saran

Praktikum sudah bagus. Asisten juga sudah bagus dalam penyampaian materi.

Namun untuk pengumpulan laporan mohon jangan mendadak dan lebih doberi

toleransi waktu karena tugas kami bukan hanya laporan tekben. Tidak perlu juga

ada ketentuan masalah daftar pustaka karena carinya tidak gampang

Page 21: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, 2007. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias.

Bogor: World Agroforestry Centre.

Ashari, S. 1995. Hortikultural Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Gunawan, I. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif. Klaten: Aviva

Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada

Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng

Vol. IV (2) : 97-104

Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and

Practices 6th

ed. Englewood Cliffs. New York: Prentice Hall.

Hatta, M., L., Hutagalung, Juhasdi dan Modding, 1992 Perngaruh Model Okulasi

Terhadap Keberhasilan Penempelan pada Sirsak. Jurnal Hortikultura 2 (2):

55-58.

Jumini, S. Yenny. F. Nurul. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi Bibit Dan Jenis

Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J.

Floratek 5: 164 – 171.

Rahardja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.

Jakarta: Agro Media Pustaka

Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif. Bogor:

Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB.

Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif .

Bogor: Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. California: Wadworth

Publishing Company.

Samekto, H., A.Supriantono dan D. Kristianto. 1995. Pengaruh Umur dan Bagian

Semaian terhadap Pertumbuhan Stek Satu Ruas Batang bawah Jeruk

Japanese Citroen. J. Hortikultura 5 (1): 25-29.

Setiawan, A. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bogor: Fakultas Pertanian IPB

Sukendro, A. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.)

with Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 24(7): 6-10.

Page 22: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Perbanyakan Vegetatif

Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas

Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi

Tengah dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad

15 (2): 95 – 100.

Tirtawinata, 2003. Kajian Anatomi Dan Fisologi Sambungan Bibit Manggis

Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Bogor: IPB.