laporan praktikum radiologi kelainan pada gigi geligi

20
1 Kelainan Kongenital Rongga mulut 1.1. Kelainan Pada Struktur Gigi 1.1.1. Amelogenesis Imperfekta Amelogenesis imperfect merupakan suatu kelainan herediter yang tampak sebagai perubahan pengaturan dan atau struktur gen yang berhubungan debgan email. Amelogenesis imperfecta dapat ditemukan dalam tiga tipe, yaitu hipoplasi, hipokalsifikasi dan hipomaturasi. Dalam hal ini dentin dan pulpa normal. Karena terdapat gangguan pada pembentukan email gigi, maka secara klinis akan nampak bentukan seperti ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertical. Secara radiogram, tampak email hamper tak terlihat, seperti bayangan atau sama sekali tidak ada. Amelogenesis imperfecta 1

Upload: dwi-riski-saputra

Post on 27-Oct-2015

204 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

1 Kelainan Kongenital Rongga mulut

1.1. Kelainan Pada Struktur Gigi

1.1.1. Amelogenesis Imperfekta

Amelogenesis imperfect merupakan suatu kelainan herediter yang

tampak sebagai perubahan pengaturan dan atau struktur gen yang

berhubungan debgan email. Amelogenesis imperfecta dapat ditemukan

dalam tiga tipe, yaitu hipoplasi, hipokalsifikasi dan hipomaturasi.

Dalam hal ini dentin dan pulpa normal. Karena terdapat gangguan pada

pembentukan email gigi, maka secara klinis akan nampak bentukan

seperti ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertical. Secara radiogram,

tampak email hamper tak terlihat, seperti bayangan atau sama sekali

tidak ada.

Amelogenesis imperfecta

1.1.2. Dentinogenesis Imperfekta

Pada kelainan dentinogenesis imperfecta, email terbentuk normal

namun dentin kurang mineralisasi sehingga gigi tampak kebiru-biruan,

merah, akar pendek berliku-liku, dapat obliterasi, email dapat pecah

karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi, erosi, dan akar

1

terlihat. Radiogram menunjukkan perubahan karakteristik seperti

penutupan ruang pulpa, akar yang pendek, bentukan mahkota yang

seperti bel.

Dentinogenessis imperfecta

Dentinogenesis imerfecta

1.1.3. Hipoplasia Enamel

Hipoplasi enamel merupakan istilah ayng sering digunakan untuk

menunjukkan defek sempurna pada email yang menghasilkan cacat

menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia enamel dapat

terjadi pada gigi desidui maupun gigi tetap. Gigi yang mengalami

enamel hipoplasia memiliki struktur enamel yang lebih lunak dibanding

dengan enamel normal. Enamel yang mengalami kelainan

menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif dan memiliki kemungkinan

lebih besar terjadinya karies. Selain itu, gigi yang mengalami enamel

2

hipoplasi secara klinis menunjunjukkan gambaran yang sangat

bervariasi. Gigi tampak cekung berwarna cokelat karena hamper tidak

terbentuk email. Hipoplasi juga dapat berupa pit, fissure kecil ataau

tampak sederhana sebagai hilangnya lapisan email. Secara radiogram

akan nampak bentuk yang ireguler pada mahkota karena menipisnya

atau hilangnya email.

1.1.4. Displasia dentin

Dentin dysplasia merupakan kelainan dalam pembentukan dari

dentin. Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai suatu sifat gen

autosomal yang dominan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen

dan merupakan kelainan genetik. Dentin dysplasia tipe I sebagai

perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik dari bentuk,

matriks dan konsistennya tapi memiliki akar yang pendek, bahkan tidak

ada pembentukan atau perkembangan akar sama sekali bisa mengenai

gigi sulung dan permanen. Dentin dysplasia tipe II hanya mengenai gigi

permanen dengan akar gigi yang terlihat normal tetapi terjadi perubahan

warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa

yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.

3

Dysplasia dentin tipe 1

Dysplasia dentin tipe 1

Ruang pulpa berbentuk tabung bunga widuri dan

kalsifikasi pulpa pada pasien dengan Displasia Dentin

tipe 2

4

1.2. Kelainan Pada Jumlah Gigi

1.2.1. Anodonsia

Anodonsia merupakan kegagalan perkembangan seluruh gigi dan

jarang ditemukan. Anodonsia ini berkaitan dengan penyakit sistemis.

Pada kasus yang ekstrem, terjadi kegagalan perkembangan lamina gigi

sehingga tidak ada pembentukan gigi sama sekali, tetapi umumnya gigi

geligi susu terbentuk, namun hanya sedikit atau tidak ada gigi geligi

tetap yang terbentuk. Pada anodonsia, prosessus alveolaris tanpa adanya

dukungan oleh gigi menjadi tidak berkembang membuat profil

menyerupai orang yang sudah tua karena kehilangan dimensi vertical.

Anodonsia

1.2.2. Hipodonsia

Hipodonsia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kegagalan

perkembangan satu atau dua benih gigi yang relative umum terjadi.

Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah molar ketiga, premolar

kedua, dan insisiv lateral atas. Cleft palate merupakan kelainan

perkembangan lainnya yang berhubungan dengan hipodonsia.

5

hipodonsia

1.2.3. Supernumerari

Gigi supernumerary merupakan gigi yang berkembang dalam

jumlah lebih dari normal. Gigi yang tumbuhnya berlebih ini umumnya

terjadi karena perkembangan berlebih dari dental lamina. Gigi ini lebih

sering terdapat pada maxilla dan umumya tidak erupsi dan hanya bisa

dilihat dengan radiograf. Umunya gigi supernumerary lebih kecil dari

gigi normal. Gigi berlebih yang terjadi di antara gigi seri pertama atas

dinamakan mesiodens. Gigi ini umumnya kecil, berbentuk pasak, dan

tidak menyerupai gigi normal di tempat itu.

6

Gigi Supernumerari yang ukurannya kecil

mesiodens

7

1.3. Kelainan Pada Bentuk Gigi

1.3.1. Fusi Dan Geminasi

Fusi merupakan hasil penyatuan dari mahkota gigi yang berdekatan

pada masa perkembangan.

Bentuk yang tidak biasa atau ukuran gigi menyatu.

Geminasi adalah suatu keadaan di mana satu benih gigi mengalami

proses pemisahan yang tidak sempurna pada saat perkembangannya,

sehingga mahkotanya tampak terbelah tapi memiliki satu akar.

Menunjukkan outline email radioopak menguraikan celah di mahkota, dan

kamar pulpa yang tunggal dan membesar.

8

1.3.2. Dens Invaginatus

Dens Invaginatus merupakan kelainan ini ditandai dengan adanya

invaginasi mahkota gigi dan akar pada saat sebelum kalsifikasi terjadi.

Oehlers (1957) membagi dens invaginatus koronal menjadi tiga

kelompok antara lain;

o tipe I

invaginasi email pada mahkota saja

o tipe II

invaginasi email yang menginvasi akar tetapi masih terlokalisir di

dalam kantong yang tertutup

o tipe III

invaginasi mulai dari mahkota sampai ke apeks tanpa berhubungan

dengan saluran akar

a. Contoh gambar klinis dens invaginatus

b. Contoh radiografi dens invaginatus

9

1.3.3. Dens Evaginatus

Dens evaginatus adalah suatu anomali pertumbuhan, terdiri dari

tonjol ekstra yang langsing, runcing pada permukaan oklusal atau ridge

bukal triangular. tuberkel ini terdiri dari lapisan luar enamel, inti dentin

dan perluasan pulpa yang tipis. Secara klinis turbekel ini penting

karena segera sesudah muncul akan mengalami keausan atau patah

yang dalam banyak kasus menyebabkan pulpa terbuka. Oleh karena

bentuknya yang ramping, adanya atrisi atau trauma pada tuberkel secara

klinis akan menyebabkan pelebaran dan infeksi pulpa. Melier

melaporkan 14,1 % gigi dengan dens evaginatus adalah non vital,

sedangkan Oehlers menemukan 40,2 % non vital dan disertai abses

perlapikal. Dengan matinya pulpa akan menyebabkan berhentinya

perkembangan akar gigi yang paling sering pada level dua pertiga

panjang akar. Pemeriksaan radiograp menunjukkan struktur perluasan

tanduk pulpa yang relatif lebar dengan disertai perkembangan akar gigi

yang tidak sempurna.

Dens Evaginatus

10

1.3.4. Dilaserasi

Dilaserasi merupakan gangguan dalam pembentukan gigi yang

menghasilkan lengkungan atau kurva tajam di mahkota atau akar gigi.

Dilaserasi terjadi pada gigi molar kedua ke arah distal

Dilaserasi terjadi pada gigi molar ke tiga ke arah bukal atau lingual

1.3.5. Hutchinson dan Mulberry molar

Gigi Hutchinson adalah bentuk gigi abnormal

pada sifilis kongenital. Pada gigi insisivus bentuknya sekrup dengan

permukaan mesial dan distal meruncing dari bentuk bagian mahkota

menuju ke tepi insisal dan bagian tepi lebih sempit daripada bagian

servikal. Pada gigi molar permukaan oklusalnya yang lebih sempit

daripada servical, membentuk globular irregular, seperti mulberry.

11

1.3.6. Taurodontisme

Taurodontia adalah pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik

seperti tanduk sapi. Gigi mempunyai panjang normal dengan

perbandingan mahkota dan akar gigi yang tidak normal. Dalam foto

rontgen akan terlihat kamar pulpa yang sangat luas, akar pendek, dan

bifurkasi hanya beberapa milimeter dari apeks.

12

Pada gambar diatas menunjukkan badan gigi terlihat memanjang

dengan akar yang pendek. Kamar pulpa memanjang dan posisi furkasi

lebih ke apikal.

1.4. Kelainan Pada Ukuran Gigi

1.4.1. Mikrodonsia

Mikrodonsia merupakan kelainan gigi, dimana ukuran gigi lebih

kecil dari pada normal. Radiasi pada rahang selama perkembangan gigi

juga menyebabkan microdonsia di daerah yang terlibat. Pada gambar

radiografi periapikal terlihat bahwa ukuran dari gigi I2 memiliki ukuran

yang lebih kecil daripada normal.

Mikrodonsia

13

1.4.2. Makrodonsia

Makrodonsia adalah sebuah anomali gigi yang terjadi pada sebuah

gigi atau beberapa gigi, dimana gigi tersebut memiliki ukuran yang

lebih besar dari pada ukuran gigi normal. Makrodonsia dapat terjadi

pada seluruh gigi, yang biasa disebut dengan makrodonsia total. Tetapi,

makrodonsia total jarang terjadi, dan biasanya hanya satu gigi saja yang

mengalami kelainan ini. Dari gambar dibawah, terlihat bahwa gigi 11

memiliki lebar 12 mm dari sisi distal ke mesial. Dimana, gigi normal

pada umumnya memiliki lebar 8-10 mm. Dari hasil gambar radiografi

periapikal, dapat terlihat bahwa gigi 11 memiliki ukuran yang lebih

besar dari gigi 21.

14

1.5. Kelainan Pada Waktu Erupsi

1.5.1. Submerged Teeth (Gigi Molar Terpendam)

Dari gambar radiografi periapikal dibawah, dapat diketahui bahwa

pada gigi molar sulung gagal mempertahankan posisinya akibat dari

pertumbuhan gigi disebelahnya sehingga posisi gigi molar sulung tidak

mencapai posisi oklusal normal.

Gigi molar terpendam

15

1.6. Kelainan Pada Jaringan Keras Rongga Mulut Lainnya

1.6.1. Cleft Palate

Cleft palate adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada

jaringan keras palatum sehingga terbentuk celah pada palatum.

Kerusakan pada daerah lantai hidung, hanya pada daerah lateral sampai

midline dan terjadi secara bilateral. Biasanya meluas ke daerah anterior.

Cleft Palate

16

Daftar Pustaka

Sudiono,Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta:

EGC

Langlais,Kasle. 1996. Foto Rongga Mulut. Jakarta: Hipokrates

Sutton,David. 2008. Textbook of Radiology and Imaging Vol 2. China : Elsevier

17