laporan praktikum orbital molekul
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERHITUNGAN ORBITAL MOLEKUL
Nama : MEITY JOLANDA K
NIM : H311 08 262
Kelompok : 5 (Lima)
Hari/Tgl. Praktikum : Senin / 3 Mei 2010
Asisten : BHAKTI WIGUNA MOO
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Molekul yang didefinisikan sebagai kelompok disket atom yang diikat
secara kimia. dibentuk oleh kombinasi atom-atom yang berbeda. Ada dua jenis
ikatan kimia dalam pembentukan molekul, yaitu ikatan ionis dan ikatan kovalen.
Pembahasan yang menyangkut ikatan kovalen dapat ditinjau dengan dua cara,
yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital molekul.
Orbital molekul terbentuk dari hasil interaksi antara dua atau orbital orbital
atom. Distribusi elektron dalam molekul tidak lagi berada pada orbital atom
masing-masing pembentuk, melainkan ditempatkan atau dilokalisir pada daerah
tumpang tindih yang dikenal sebagai orbital molekul (OM).
Hyperchem adalah suatu software yang dapat digunakan untuk mengetahui
struktur, stabilitas dan sifat molekul dengan menggunakan perhitungan mekanika
molekular maupun mekanika kuantum.
Melihat manfaat aplikasi software Hyperchem dalam perhitungan orbital
molekul, maka kita perlu mengetahui cara menghitung fungsi gelombang molekul
dan mempelajari cara menghitung orbital molekul. Dala percobaan ini, kita akan
menghitung fungsi gelombang H2O, menentukan bentuk orbital molekul H2O, dan
menggunakan penjajaran struktur dengan menggunakan aplikasi software
Hyperchem Release 7 sehingga kita lebih memahami penggunaan Hyperchem
dalam perhitungan orbital molekul. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga
percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Mempelajari aplikasi software Hyperchem
2. Mempelajari cara menghitung fungsi gelombang molekul
3. Mempelajari cara menghitung orbital molekul
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Menghitung fungsi gelombang H2O
2. Menentukan bentuk orbital molekul H2O
3. Menghitung muatan atomik
4. Menggunakan penjajaran struktur (structure alignment)
1.3 Prinsip Percobaan
Membuat orbital molekul H2O dengan menggunakan software Hyperchem
Release 7, kemudian menghitung fungsi gelombang molekul dan orbital molekul
dan membandingkannya dengan teori.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat dilakukannya percobaan ini adalah kita dapat mengetahui dan
memahami bagaimana penggunaan aplikasi software Hyperchem, dapat
mengetahui cara menghitung fungsi gelombang, orbital molekul dan penjajaran
struktur dengan menggunakan Hyperchem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanika kuantum memberikan gambaran konfigurasi elektron sebuah
atom hidrogen yang menjadi model bagi atom lain. Gagasan yang dikembangkan
untuk sebuah atom tunggal dapat juga diperluas ke interaksi antar atom, yaitu
ikatan. Dalam pasal ini kita akan melihat bahwa penyelesaian persamaan
gelombang yang dipakai untuk menggambarkan elektron dari dua atom tunggal
digabung menjadi orbital molekul. Kaidah yang dikembangkan untuk
menggambarkan orbital atom dapat diubah dan dipakai pada orbital molekul.
Hasilnya ialah bahwa fungsi-fungsi kebolehjadian menggambarkan elektron-
elektron yang berkaitan dengan ikatan kimia (Piae, dkk., 1988).
Dalam teori orbital molekul dianggap bahwa elektron tidak dimiliki oleh
atom tertentu tetapi tersebar dalam keseluruhan sistem molekul. Dalam teori ini
konsep orbital atom diperluas menjadi orbital molekul, yaitu suatu fungsi
gelombang yang melingkupi keseluruhan atom didalam molekul (Taba, dkk.,
2010).
Riak yang menyebar pada permukaan air akan hilang dengan masuknya
batu ke dasar. Analogi ini dapat menjelaskan energi yang dibawa cahaya
terdistribusi secara kontinyu ke seluruh pola gelombang. Hal ini menurut tinjauan
teori gelombang sedangkan menurut teori kuantum, cahaya menyebar dari
sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energi yang teralokalisasi masing-
masing cukup kecil sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron (Tossell, 1986).
Dalam ikatan ionis, ion-ion dibentuk oleh perpindahan elektron
sebenarnya dari satu atpm ke atom yang lain, dan ion-ion ini terikat satu sama lain
oleh tarik menarik elektrostatik. Dalam ikatan kovalen, atom-atom terikat satu
sama lain oleh pemilikan sepasang elektron antara atom-atom. Pasangan elektron
yang terikat satu sama lain oleh atom dianggap bertanggung jawab untuk
tercapainya konfigurasi stabil dari atom (Dogra dan Dogra, 1990).
Dalam teori orbital atom MO digabungkan menjadi orbital baru, yang
disebut orbital molekul (MOS). Sementara MOS dihasilkan dari orbital atom (1s,
s2, 2p, dll), mereka tidak perlu diterjemahkan antara dua atom seperti obligasi
kovalen dalam teori VB. Jumlah MOS terbentuk sama dengan jumlah orbital atom
(AOs) di semua atom terdiri dari molekul. Jadi jika hidrogen digambarkan oleh
tiga AOs, H2 molekul akan dijelaskan oleh enam MOS (Moffett, 2007).
Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip
ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum
suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”. Daerah
ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut
orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.
Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi
gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron
dalam tiga dimensi (Tossell, 1986).
Persamaan Schrodinger
x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi
Ψ = Fungsi gelombang
m = Massa
= h/2π dimana h = konstanta plank dan π = 3,14
E = Energi total
V = Energi potensial
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau
model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada
gambar berikut ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi
yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit
bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit
dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi
posisi orbitalnya belum tentu sama (Tossell, 1986).
Hasil penemuan Erwin Schrodinger inilah yang kemudian dikenal empat
bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama (n), magnetik (m), azimut (- l)
Awan elektron di sekitar inti atom
dan spin. Bilangan kuantum inilah yang digunakan untuk menentukan
kemungkinan posisi suatu elektron dalam atom. Dengan adanya bilangan kuantum
maka dapat dijelaskan penyebarab elektron ke dalam orbital, subkulit dan kulit.
Penyebaran atau konfigurasi elektron ini menggunakan Azas Aufbau, Azas
Larangan Pauli dan Kaidah Hund. Berdasarkan konfigurasi elektron maka dapat
ditentukan posisi suatu unsur dalam Sistem Periodik Modern pada golongan dan
periode tertentu (Tossell, 1986).
Perkiraan grafis yang paling sederhana menggambarkan dua orbital atom
hidrogen yang identik bergabung menghasilkan sebuah orbital molekul ikatan dan
anti-ikatan. Orbital molekul ikatan dari segi energi lebih menguntungkan daripada
orbital atom, sedangkan orbital molekul anti-ikatan kurang menguntungkan. Dua
elektron – sebuah dari masing-masing atom – tertampung dalam orbital molekul
ikatan. Orbital molekul anti-ikatan tetap kosong bila molekul hidrogen ada pada
keadaan dasar (Piae, dkk., 1988).
Yang penting adalah orbital molekul yang paling tertinggi (energi) orbital
molekul ditempati (HOMO) dan terendah (energi) orbital molekul ditempati
(LUMO). Ini adalah orbital yang paling mungkin terlibat dalam reaksi kimia.
Untuk alasan ini, orbital molekul pada umumnya dirujuk dari orbital HOMO atau
LUMO. Artinya, orbital terisi dengan energi kedua tertinggi disebut sebagai
HOMO-1. LUMO+1 akan mewakili orbital kosong terendah kedua. Satu
keuntungan jelas teori orbital atom atas teori ikatan valensi adalah bahwa elektron
dapat terdelokalisasi. Berarti bahwa elektron dalam orbital atom tidak terbatas
pada ruang antara dua atom. Salah satu cara berpikir tentang delokalisasi adalah
bahwa hal itu mirip dengan resonansi energi dari teori ikatan valensi. Gambar 4
menunjukkan HOMO dan LUMO untuk Trinitrotoluena (TNT), perhatikan
bagaimana orbital tersebar di sekeliling molekul. Secara umum semakin
terdelokalisasi orbital, semakin stabil molekul ini (energi yang lebih rendah)
(Moffett, 2007).
Setiap molekul memiliki menempati orbital molekul tertinggi (HOMO)
dan orbital molekul terendah kosong (LUMO). Kadang-kadang HOMO tidak
hanya tertinggi dalam molekul tetapi luar biasa tinggi, seperti yang ditunjukkan
dalam warna merah di sebelah kanan dekat. Kadang-kadang LUMO adalah luar
biasa rendah, seperti yang ditunjukkan dalam warna merah di paling kanan.
Karena ada pertandingan wajar energi antara HOMO dan LUMO ini, ada sangat
besar menurunkan energi. Jika ini sudah cukup untuk mengatasi interaksi tolakan
dari OMOs lain dengan satu sama lain, suatu reaksi terjadi. Apa yang penting
untuk reaksi adalah HOMO tinggi luar biasa dalam satu mitra reaksi dan rendah
LUMO luar biasa yang lain. Catatan bahwa dalam kasus molekul A yang tepat
adalah reaktif karena luar biasa tinggi HOMO (LUMO adalah ada yang khusus).
Molekul B reaktif karena luar biasa rendah LUMO (HOMO adalah ada yang
istimewa). Dengan memprediksi yang seharusnya molekul tinggi HOMOs luar
biasa dan yang seharusnya rendah Lumos luar biasa kita dapat mengenali
kelompok fungsional, dan memprediksi kelompok fungsional harus bereaksi
dengan satu sama lain. Setelah kita belajar untuk mengidentifikasi tinggi HOMOs
luar biasa dan sangat rendah Lumos kami akan dalam kondisi sangat baik
(Moffett, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah laptop yang memiliki
softrware Hyperchem Release 7.
3.2 Prosedur Percobaan
1. Membuat molekul air
- Dibuka software Hyperchem Release 7
- Dari menu display, dipastikan perintah Show Hydrogen aktif dan perintah
Perspective tidak aktif pada kotak dialog Rendering.
- Pada kotak dialog Default Element. dinon aktifkan Explicit Hydrogen, lalu
dipilih Oksigen dan dittup.
- Digambar atom oksigen dengan mengklik kiri pada daerah kerja dengan
kursor gambar.
- Diklik ganda tool Selection untuk menginvoke Model Builder.
- Diberikan label molekul dengan simbol.
2. Menggunakan structure alignment
- Dipilih perintah Align Molecule pada menu Edit.
- Dari kotak Align dipilih Secondary, dan dari kotak With dipilih Y axis.
- Perintah Minor dipastikan tidak aktif.
- Diklik OK.
3. Menghitung fungsi gelombang
- Dipilih perintah Semi-emperical dari menu Setup
- Dipilih CNDO (Complete Neglect of Differential Overlap) sebagai metode
kalkulasi, lalu dipilih Options.
- Pada kotak dialog Semi-emperical Option, digunakan nilai 0,0001 pada kotak
Converege limit, nilai 50 pada kotak Iteration limit, 0 pada Total charge dan 1
pada kotak Spin multiplicity. Pada pilihan Spin Pairing dipilih RHF, dan pada
pilihan State dipilih Lowest.
- Diklik OK untuk menutup kotak dialog Semi-emperical Options dan kotak
dialog Semi-emperical Method.
- Dipilih Single-point pada menu Compute.
4. Membuat orbital molekul individual
- Dibuka kotak dialog Orbital dengan memilih Orbitals pada menu Compute.
- Dipilih HOMO-, lalu diklik kiri pada kotak teks untuk orbital off-set dan diset
nilai 3.
- Dipilih perintah 3D Isosuface.
- Dinon aktifkan perintah Orbital squared.
- Diklik OK.
- Dibuka kotak dialog Isosurface option dengan dipilih Isosurface pada menu
Display.
- Dipilih Wire mesh sebagai opsi Rendering, digunakan Orbital contour value
0,05, lalu diklik OK.
- Dibuka kembali kotak dialog orbital dan dimasukkan nilai 1 untuk HOMO-
off-set. Diklik Options dan digunakan nilai yang sama seperti langkah ke
tujuh dan delapan di atas, tetapi rendering diubah menjadi Jorgensen-Salem.
- Diulangi kalkulasi dengan menggunakan nilai 2 untuk HOMO- offset dan
dipilih Lines sebagai opsi Rendering pada kotak dialog Options.
- Dibuka kotak dialog Orbital dan digunakan nilai 0 untuk HOMO- offset.
Dipilih Flat surface, dimasukkan nilai 0,05 dan diklik OK.
- Diklik kiri pada LUMO+ dan digunakan nilai offset 0 dan 1.
- Pada kotak dialog Options, dipilih Shaded surface sebagai opsi Rendering
dan digunakan nilai 0,05. Selanjutnya, dipilih Transculent surface untuk
isosurface rendering, diubah molekul rendering menjadi Balls dan Cylinders.
Dibuka kotak dialog File/Preferences dan dipilih Isosurface Colours. Warna
positif dan negative diubah menjadi merah dan biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Membuat molekul air
4.1.2 Penggunaan structure alignment
Clipping slab: Front 40.0 Ǻ, back 70.0 Ǻ.
4.1.3 Menghitung Fungsi Gelombang
Energy = -320,414137 Gradient = 124,385734 Symmetry = C2V
4.1.4 Membuat orbital molekul individual
A. Orbital HOMO- 3
Menggunakan Wire Mesh dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha ; Orbital Index = 1 Orbital Energy = -40,283588 (eV)
B. HOMO-1
Menggunakan Jorgensen-Salem dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 3 Orbital Energy = - 19, 133091 eV
C. HOMO-2
Menggunakan Lines dan Nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 2 Orbital Energy = - 21,633736 (eV)
D. HOMO-0
Menggunakan Flat Surface dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 4 Orbital Energy = -17,776798
E. LUMO+0
Menggunakan Shaded Surface dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 5 Orbital Energy = 8,856928 (eV)
F. LUMO+1
Menggunakan Translucent Surface dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 6 Orbital Energy = 9,775635 (eV)
G. LUMO+1
Menggunakan Translucent Surface dan nilai Orbital Contour Value 0,05
Alpha : Orbital Index = 6 Orbital Energy = 9,775635 (eV)
4.3 Pembahasan
Dalam percobaan perhitungan orbital molekul ini digunakan software
Hyperchem Release 7. Program ini merupakan program yang sangat teliti yang
digunakan untuk mengetahui struktur, stabilitas dan sifat molekul dengan
menggunakan perhitungan mekanika molekular maupun mekanika kuantum.
Molekul yang digunakan dalam percobaan ini adalah molekul air (H2O).
Setelah molekul H2O dibuat, molekul H2O harus dibuat dalam orientasi standar
sebelum menghitung fungsi gelombangnya. Orientasi standar dilakukan dengan
menggunakan structure alignment.
Dalam percobaan ini, fungsi gelombang dihitung utuk keseluruhan
molekul air. Perhitungan fungsi gelombang dilakukan dengan menggunakan
Semi-emperical. Perhitungan Semi-emperical memecahkan persamaan
Schrodinger dengan perkiraan pasti untuk menjelaskan sifat elektron dari atom
dan molekul. Dalam Semi-emperical ini digunakan CNDO (Complete Neglect of
Differential Overlap) sebagai metoda kalkulasi. CNDO adalah metoda yang
paling sederhana dari SCF (Self Consistent Field), berguna unuk menghitung sifat
elektron pada keadaan dasar dari sistem terbuka ataupun tertutup, optimisasi
geometri, dan energi total. Pada menu compute dipilih single-point sebagai
metode kalkulasi. Perhitungan Single-point memberikan data statistik molekul,
seperti energi potensial, potensial elektrostatik, energi orbital molekul dan
koofisien orbital molekul pada keadaan dasar atau tereksistasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan ini didapatkan molekul
H2O energinya = -320,414133, gradien = 124,385752, dan simetri C2V.
Dalam percobaan ini, digunakan beberapa macam opsi rendering, yaitu
Wire mesh, Jorgensen-Salem, Lines, Flat surface, Shaded surface, dan
Translucent surface. Pada Wire mesh, isosurface tergambar sebagai pola
transparan garis melintang. Jorgensen-Salem, isosurface tergambar sebagai garis,
dengan molekul struktur tidak tersembunyi. Lines merupakan isosurface yang
tergambar sebagai pola garis melintang, dengan molekul struktur tersembunyi.
Pada Flat surface, isosurface tergambar sebagai permukaan solid, tanpa bayangan.
Shaded surface merupakan isosurface yang tergambar sebagai permukaan solid
dengan bayangan untuk mempertinggi tampilan tiga dimensinya. Sedangkan
Translucent surface isosurface digambrkan dengan halus, permukaan semi
transparan.
Orbital HOMO-3 energinya – 40,283588 (eV), orbital HOMO-1 eneginya
– 19,133091 (eV), orbital HOMO-2 energinya – 21,633736 (eV), dan orbital
HOMO-0 energinya – 17,776798 (eV). HOMO adalah orbital molekul terisi dan
berenergi tinggi. HOMO-3 menunjukkan orbital dengan 3 tingkat energi lebih
rendah dari HOMO, sedangkan HOMO-0 menunjukkan orbital HOMO itu
sendiri. Dari hasi percobaan, dapat terlihat orbital HOMO-3 memiliki energi
paling rendah dari orbital HOMO-2, orbital HOMO-1 dan orbital HOMO-0. Hal
ini disebabkan karena orbial HOMO-3 memiliki tingkat energi lebih rendah dari
HOMO. Semakin besar perbedaan tingkat energinya dari HOMO, akan semakin
kecil pula energinya.
Orbital LUMO+0 energinya 8,856928 (eV) dan orbital LUMO+1
energinya 9,775635 (eV). LUMO adalah orbital molekul kosong berenergi
rendah. LUMO+1 menunjukkan orbital dengan 1 tingkat energi lebih tinggi
disbanding LUMO, sehingga dapat terlihat bahwa orbital molekul LUMO+1
memiliki energi yang lebig besar dari orbital molekul LUMO+0.
Jika dilihat bentuk dari orbital molekul H2O yang terdapat dalam referensi-
referensi yang lain, diperoleh bentuk orbital yang sama dengan HOMO-1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Molekul H2O memiliki energi -320,414133, gradien = 124,385752, dan
simetri C2V.
2. Orbital molekul H2O berbentuk sudut (V).
3. Orbital HOMO-3 energinya – 40,283588 (eV), orbital HOMO-1 eneginya –
19,133091 (eV), orbital HOMO-2 energinya – 21,633736 (eV), dan orbital
HOMO-0 energinya – 17,776798 (eV). Orbital LUMO+0 energinya 8,856928
(eV) dan orbital LUMO+1 energinya 9,775635 (eV).
4. Penjajaran stuktur (structure alignment) digunakan untuk menghitung fungsi
gelombang. Penjajaran struktur dapat dilakukan dengan orientasi standard,
yaitu dengan cara memilih Align Molecule pada menu edit, kemudian
memilih Secondary dari kotak Align dan Y axis dari kotak With.
5.2 Saran
Sebaiknya bukan cuma molekul H2O yang digambarkan pada Hyperchem
tetapi molekul yang lain juga sehingga dapat lebih menguasai Hyperchem serta
lebih dapat mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, S. K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, diterjemahkan oleh Umar Mansyur, UI-Press, Jakarta.
Moffett, T. M., 2007, Molecular Orbital Theory, SUNY Plattsburgh, Platsburgh USA.
Piae, S. H., Hendrickson, J. B., Cram, D. J., dan Hammond, G. S., 1988, Kimia Organik, ITB, Bandung.
Taba, P., Fauziah, S. dan Zakir, M., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tossell, J. A., 1986, Quantum Mechanics, University of Maryland, Maryland USA.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 5 Mei 2010
Asisten Praktikan
Bhakti Wiguna Moo Meity Jolanda Karoma