laporan praktikum manajemen peruanggasan
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
Oleh :
KELOMPOK IIIA
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2008
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu).
Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal
ternak. Perkembangan ayam broiler komersial di Indonesia dimulai pada
pertengahan dasawarsa 1970-an dan meluas dibudidayakan pada tahun 1980-an.
Laju perkembangan usaha tersebut sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk,
pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi,
politik serta keamanan. Kurun waktu 1980 sampai 1990 merupakan periode waktu
dimana perkembangan peternakan ayam broiler banyak mengalami pasang surut ,
tetapi sampai saat ini banyak peternak ayam broiler yang masih bertahan dan
bahkan dapat meraih kesuksesan. Masa produksi ayam broiler yang hanya 6
minggu membuat banyak pihak tertarik akan usaha ini. Berbagai kendala dan
hambatan tidak membuat peternakan ayam broiler surut. Hal ini mendukung
dengan adanya kebijakan baru pada tahun 1991 yang membuat peternakan ayam
broiler semakin berkembang pesat sederajat dengan bisnis pada bidang kehidupan
lainnya.
Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu repot
dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi bila manajemen
yang diterapkan telah benar. Manajemen tersebut dapat berupa manajemen
pemeliharaan, pakan, kandang, kesehatan ternak dan hal lain yang dapat
meningkatkan produksi ayam niaga pedaging.
Manajemen yang dilakukan tidak hanya pada saat pemeliharaan saja,
tetapi sebaiknya manajemen mulai dilakukan saat prapemeliharaan. Manajemen
pra pemeliharaan meliputi pembersihan kandang atau cuci kandang, pengapuran,
pemasangan litter, pemasangan tirai dan pensucihamakan mikroorganisme
pengganggu. Pensucihamakan dapat dilakukan dengan penyemprotan desinfektan
atau formaldehyde.
3
Produksi peternakan unggas dapat ditingkatkan dengan usaha perbaikan
pakan, bibit dan manajemen untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Usaha
ini akan sia- sia apabila bahan makanan tersebut sampai ketangan konsumen
dalam keadaan rusak. Misalnya daging unggas akan cepat busuk jika penangannya
tidak sesuai.
Daging adalah salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Daging mempunyai kandungan gizi yang lengkap, sehingga
keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Karena fungsinya ini, maka
daging harus diolah dengan baik mulai dari pasca panen samapi dikonsumsi
sehingga dapat memperpanjang daya tahan dan menambah daya guna daging.
1.2. Tujuan
Adapun masud dan tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui tentang hal- hal yang harus dilakukan saat pra pemeliharaan
ayam broiler
2. Mengetahui tentang manajemen pemeliharaan broiler yang baik dan benar
dari mulai peroide stater, grower dan finisher.
3. Mengetahui tentang hal- hal yang berhubungan dengan pasca
pemeliharaan ayam broiler
4. Mengetahui tata cara memperoleh karkas ayam yang baik dan berkualitas
4
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1. Materi
2.1.1. Alat
2.1.1.1. Pra Pemeliharaan
1. Kandang
2. Lap pel
3. Ember
4. Tirai
5. Penyemprot desinfektan dan
penyemprot formalin.
6. Koran.
7. Sekam.
8. Brooder.
9. Pemanas.
2.1.1.2. Pemeliharaan
1. Galon minuman.
2. Feeder tray.
3. Feeder tab.
4. Bokor.
5. Ember.
6. Gelas aqua.
7. Seperangkat alat untuk
memvaksin.
8. Alat penyemrot desinfektan.
9. Timbangan.
10. Kain pembersih.
2.1.1.3. Pasca Pemeliharaan
1. Alat pembersih galon minuman dan feeder tab.
2. Penyemprot desinfektan.
3. Lap pel.
4. tali rafia
5. timbangan
6. sekat
7. box ayam
5
2.1.1.4. Praktikum laboratorium
a. pisau
b. scalpel
c. gunting bedah
d. alat pencabut bulu
e. plastic
f. timbangan
g. bak plastic
g. baskom
2.1.2. Bahan
2.1.2.1. Pra Pemeliharaan
1.Air.
2.Kapur 20 kg.
3.Formalin 20 %.
2.1.2.2. Pemeliharaan
1. DOC AM 888.
2. Air minum
3. Agriminovit.
4. Sulfamonometoxin.
5. Dextrometocin.
6. Moxacol.
7. Promotor.
8. Cyprogrin.
9. Pakan starter.
10. Pakan grower.
11. Pakan finisher.
12. Vaksin ND dan IBD.
13. Susu skim dan es batu.
14. Air gula.
15. Desinfektan.
2.1.2.3. Pasca Pemeliharaan
1. Air biasa.
2. Desinfektan.
Praktikum Laboratorium
1. air panas
2. ayam hidup
6
2.2. Cara Kerja
2.2.1. Pra Pemeliharaan
1. Kandang dicuci dengan air, semua kotoran dicuci bersih dengan lap pel,
2. Setelah itu kandang di lapisi kapur, dengan mengunakan kain pel,
3. Penutup tirai kandang dicuci dan dijemur, lalu disimpan,
4. Kandang disemprot dengan formalin 20%,
5. Lantai kandang dialasi dengan karung, lalu diatasnya dilapisi dengan
sekam, sampai merata dengan ketebalan merata,
6. Alas litter disemprot dengan desinfektan,
7. Pembuatan brooder dengan membatasi kandang dengan sekat,
8. Diatas kandang lalu dipasang gasolek dan cimawar,
9. Kandang diistirahatkan ± 7 hari sebelum digunakan.
2.2.2. Pemeliharan
a. Penerimaan DOC
1. DOC yang datang, dikeluarkan dari kardus dan dihitung jumlahnya
2. Gasolek dan cimawar dinyalakan
3. DOC diberi minum yang dicampur dengan air gula
4. Setelah 2 jam DOC diberi pakan stater
b. Pemeliharaan
Minggu I
1. Setiap 2 jam sekali DOC diberi pakan
2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB
3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta
antibiotik
4. Pada hari ke-4 pemeliharaan DOC divaksin ND I dengan cara tetes mata
dan suntik subcutan.
Minggu II
1 . Ayam diberi pakan setiap 4 jam sekali
2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB
7
3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta
antibiotik ( penyakit SNOT )
4. Pada hari ke- 11 Ayam di vaksin IBD ( gumboro ) dengan menggunakan
Drink water.
5. Ayam yang sakit dikarantina
6. Pindah kandang ke kandang 1
Minggu III dan IV
1. Ayam diberi pakan setiap 6 jam sekali
2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB
3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta
antibiotik
4. Hari ke-21 ayam divaksin ND 2 dengan cara Drink water
5. Setiap 2 hari sekali kandang disemprot desinfektan
6. Ayam yang sakit dikarantina
7. Menjelang dipanen ayam diberi minum air putih biasa
Cara pembuatan vaksin Drink Water
1. vaksin disiapkan ( Gumboro dan ND 2 )
2. siapkan air sebanyak yang dibutuhkan misalnya 15 liter
3. air ditambah dengan susu skim dan air es
4. lalu vaksin yang disimpan dalam tempat dingin di campurkan dalam
larutan tadi.
5. Vaksin siap diberikan pada ayam.
2.2.3. Pasca Pemeliharaan
1. Semua data dicatat dari minggu pertama sampai minggu kelima
2. Dihitung nilai FCR dengan rumus : pakan rata-rata / BB rata-rata
3. Deflesi dihitung dengan rumus : jumlah ayam mati / total ayam masuk x 100 %
4. Menghitung Efisiensi pakan : bobot rata-rata / pakan rata-rata x 100 %
5. Menghitung IP : BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100
FCR x lama pemeliharaan
8
2.2.4. Praktikum Laboratorium
1. Siapkan ayam broiler hidup, ditimbang bobot hidupnya,
2. Ayam dipotong, darah dibiarkan mengalir sampai berhenti,
3. Darah ayam ditampung dalam plastic, lalu ditimbang,
4. Siapkan air panas,
5. Masukan ayam dalam iar panas selama ± 30 menit,
6. Ayam yang telah dipotong dan direndam tadi dimasukan dalam mesin
pencabut bulu,
7. Nyalakan mesin pencabut bulu, sampai bulu ayam lepas, sambil disiram air
hangat,
8. Bulu dan daging ditimbang,
9. Kepala, leher, ceker dan kedua sayap dipotong ( Ditimbang ),
10. Jeroan ayam dikeluarkan ,
11. Jantung, hati dan gizzard dipisahkan dari jeroan dan ditimbang,
12. Bagian paha dipotong lalu ditimbang,
13. Bagian perut ( dada ) dipisahkan dari punggung lalu dada dan punggung
ditimbang,
13. sisa jeroan, kepala., leher, ceker dan ujung sayap ditimbang ( limbah
karkas ),
14. Semua hasil timbangan dicatat.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pra Pemeliharaan
Kegiatan sebelum pemeliharaan terdiri dari :
a. Cuci kandang
b. Pengapuran 20 kg untuk 4 kandang.
c. Penutupan tirai luar (kandang secara umum).
d. Semprot formalin 29 %.
e. Pasang alas karung 1 x 6 m, sekam alas liter 2 - 5 cm.
f. Semprot desinfektan (mengendapkan debu dan menonaktifkan MO
disekam).
g. Pembuatan Brooder dengan menggunakan sekam.
h. Pembuatan pemanas (350 cimawar; 700 gasolex)
i. Istirahatkan kandang selama minimal 1 minggu.
3.1.2. Pemeliharaan
Perkandangan kombinasi periode awal liter, periode akhir slate.
1. Penerimaan DOC
Tanggal penerimaan = 23 Oktober 2008.
Jenis = AM 888 dari PT baretha.
Jumlah = Kandang 5 , 816 ekor.
Bobot awal = 37 gram.
2. Kegiatan rutin
Pemberian pakan
Minggu 1 = 2 jam sekali
Minggu 2 = 4 jam sekali.
Minggu 3-5 = 6 jam sekali.
Pemberian minum
Pagi = 06.00 WIB.
Sore = 16.00 WIB.
10
3. Kegiatan Insidental : diskusi mingguan
Tabel 1. Perhitungan selama 5 minggu
Perhitungan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Ayam mati 11 ekor 21 ekor 24 ekor 31 ekor 43 ekor
Sisa 805 ekor 795 ekor 792 ekor 785 ekor 773 ekor
Deplesi 1,35 % 2,57 % 2,94 % 3,80 % 5,26 %
Konsumsi
pakan
100 kg 400 kg 888 kg 1692 kg 2404 kg
Rata-rata
pakan
124,22 gr 503,14 gr 1121,21 gr 2155,41 gr 3109,9 gr
PBB 143 gr 398 gr 1063 gr 1513 gr 2063 gr
BB 180 gr 435 gr 1100gr 1550 gr 2100 gr
FCR 0,69 1,26 1,05 1,42 1,507
IP 292,1 % 219,8 % 467,9 % 366,1 % 370,55 %
a. Vaksinasi
Vaksin ND 1 hari ke 4, jam 19.00 WIB
(vaksin dilakukan secara subkutan dan tetes mata 1 tetes)
Vaksin IBD hari ke 12, jam 19.00 WIB
(vaksin dilakukan lewat tetes mulut)
b. Desinfektan 2 hari sekali.
11
3.1.3. Pasca Pemeliharaan
Pasca pemeliharaan menghitung :
a. FCR = pakan rata-rata / BB rata-rata
FCR = 3109.9 / 2063 = 1,507
b. Menghitung deplesi = jumlah ayam mati / total ayam masuk x 100 %
Deplesi = 43 / 816 x 100 % = 5,26 %
c. Efisiensi pakan = bobot rata-rata / pakan rata-rata x 100 %
= 2063 / 3109,9 x 100 %
= 66,33 %
d. Indeks produksi = BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100%
FCR x lama pemeliharaan
IP = 2,063 x (100 – 5,26) x 100 % = 370,55 %
1,507 x 35
3.1.4. Praktikum Laboratorium
Bobot ayam hidup : 1650 gram.
Bobot karkas ayam : 1384,5 gram.
Paha 2 : 304,73 gram
Punggung : 305,82 gram.
Dada : 342,68 gram.
Sayap 2 : 90 gram.
Giblet : 111,74 gram.
Total bobot karkas : 72,897 gram
Bobot non karkas : 250 gram.
Bobot darah : 41,29 gram.
Bobot bulu : 135,34 gram.
12
Perhitungan % bagian karkas
Paha 2 : 304,73 gram / 1202,81 gram x 100 %
: 25,33 %
Punggung : 350,82 gram / 1202,81 gram x 100 %
: 25,425 %
Dada : 342,68 gram / 1202,81 gram x 100 %
: 28,489 %
Giblet : 110 gram / 1202,81 gram x 100 %
: 9,57 %
Sayap 2 : 137,88 gram / 1202,81 gram x 100 %
: :11,46 %
Total karkas : 1202,81 gram/ 1650 gram x 100%
: 72,897 %
13
Pembahasan
Pra Pemeliharaan
Kegiatan pra pemeliharaan diawali denan kegiatan persiapan kandang.
Kegiatan ini memegang peranan penting dalam keberhasilan pemeliharan ayam
broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian yaitu menyediakan lingkungan
yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk partumbuhan ayam broiler
dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan terhadap berbagai macam
penyakit dari periode starter sampai periode finisher tetapi yang perlu mendapat
perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika dalam melakukan persiapan
kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan berbagai permasalahan
terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan dalam persiapan kandang
yaitu :
1.Pembersihan kandang
Tahap ini pada intinya membersihkan kandang yang sudah dipakai pada
periode sebelumnya, pembersihan ini biasanya digunakan sprayer yang
berkekuatan tinggi sehingga kotoran yang ada pada lantai (slate) lepas, tetapi
ibarat tidak ada rotan akar pun jadi,ketika mesin jet shet untuk membersihkan
kebetulan saja rusak yang akhirnya hanya dengan sikat dan air saja dalam
membersihkan kandang tetapi pada prinsipnya sama yaitu menghilangkan
kotoran, hanya saja memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama perlu
diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung bibit penyakit
pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu diperhatikan
dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan tanaman perdu
agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan tempat hidup
serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi udara ( Abidin,
Z., 2002 ).
14
2. Pengapuran
Tahap pengapuran sangat penting dalam pra pemeliharaan karena dapat
mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan seperti ookista
(penyebab cocsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran ini
yaitu 2%( 2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air), kapur yang digunakan saat
praktikum untuk 4 kandang yaitu kurang lebih 20kg.
3. Penyemprotan kandang
Penyemprotan dilakukan secara rutin 2 – 3 kali agar efektif dalam
menghilangkan bibit penyakit. Berikut ini hal- hal yang berkaitan dengan
penyemprotan kandang :
a. penyemprotan dengan larutan detergen 1-2% yang dilakukan setelah
kandang dibersihkan (dicuci), penyemprotan ini bertujuan agar bahan –
bahan organic yang berasal dari sisa-sisa pakan terutama yang tergolong
dalam senyawa lunak dapat larut. Bahan-bahan organic yang tertinggal
dalam kandang dapat menjadi media partumbuhan bagi jamur atau
mikroorganism. Setelah disemprot dibiarkan 5 sampai 10 menit kemudian
dibilas sampai bersih dan dibiarkan sampai bersih dan dibiarkan
mongering.
b. Penyemprotan dengan larutan formalin 5-10 % setelah tirai kandang
dipasang. Perbandingan larutan adalah 1 liter formalin dalam 20 liter air
(untuk kondisi normal) dan 1 liter formalin dalam 10 liter air (bila
peternakan habis terserang wabah). Konsentrasi tersebut diperhitungkan
agar dapat memusnahkan bibit penyakit tapi tidak membahayakan
penyemprot. Setelah kandang disemprot, kandang dibiarkan 7-21 hari
supaya mata rantai bibit penyakit terputus.
c. Penyemprotan menggunakan desinfektan seperti dekstan, istam,
benzalvak, dan lain-lain, satu hari sebelum DOC masuk. Yang harus
disemprot adalah bagian seluruh kandang terutama pada bagian brooder,
tempat pakan, dan tempat minum.
Saat praktikum kandang disemprot dengan larutan formalin ( formaldehyde )
sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah pemasangan litter.
15
4. Pemasangan litter
Kandang yang digunakan saat praktikum adalah kandang litter karena
alasnya menggunakan sekam. Kandang yang telah dikapur harus diberi alas baik
untuk kandang jenis litter ataupun slate. Alas diberikan untuk memberikan
kenyamanan bagi anak ayam dan supaya anak ayam tidak terperosok pada
kandang slate. Kriteria bahan alas (litter) yang dapat digunakan antara lain dapat
menyerap air, tidak cepat menggumpal, mudah didapat, murah harganya dan tidak
menimbulkan polusi udara (debu). Pada umumnya litter yang digunakan adalah
sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu, potongan kayu, jerami dan sebagainya.
Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman dilapangan, bahan yang baik
digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu karena serutan kayu memiliki daya
serap air yang baik, tidak cepat menggumpal dan kandungan debunya rendah.
Akan tetapi peternak paling banyak menggunakan sekam padi yang murah dan
mudah mendapatkannya.
Sebelum bahan litter dipasang, terlebih dahulu dipasang tirai alas untuk
kandang slat (kandang litter tidak perlu) yang bisa terbuat dari karung plastic
bekas pakan ayau terpal. Sebaiknya tirai alas dibuat dengan ukuran 1-2 meter x
lebar kandang. Hal ini disebabkan untuk mempermudah dalam pelepasan yang
dilakukan secara bertahap dan berselang-seling. Ketebalan litter diatur sesuai jenis
lantai kandang, pada kandang slate sebaiknya tidak terlalu tebal antara 2-3
cm,karena alas tidak digunakan sampai akhir pemeliharaan (hanya sampai umur
18-21 hari) sehingga penggunaan sekam dapat lebih hemat, 1 karung sekam dapat
digunakan untuk 6m2. Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter agak
tebal sekitar 5-7 cm (Anonymous., 2007 ).
16
5. Pemasangan tirai
Tirai berfungsi menutup kandang untuk meminimalkan pengaruh angina
dari luar kandang dan mempertahankan suhu dalam kandang agar optimal
terutama pada masa brooding sehingga pemanas dapat bekerja secara optimal.
Bahan tirai dapat berasal dari karung plastik bekas pakan, terpal atau goni, yang
penting dapat digunakan untuk menahan angin dan dapat digunakan lebih dari
sekali. Pemasangan tirai pada dinding luar, dinding dalam dan diatas brooder.
Tirai pada dinding luar kandang pemasangannya dengan membuat rol (gulungan)
agar mudah dinaikan dan diturunkan (efisien tenaga).
a. Penambahan tirai bagian dalam (inner curtain) sangat dianjurkan, sehingga
ruang yang dipanaskan lebih kecil dan gas lebih hemat, tetapi suhu brooder
yang dikehendaki dapat tercapai.
b. Pada daerah dingin, tirai bagian dalam ditambahkan pada bagian atapnya,
sehingga tirai dalam terdiri dari tirai dalam dan tirai atas. Jarak antara tirai
atas dan samping kurang lebih 20 cm, sehingga memungkinkann pertukaran
udara.
c. Pemasangan tirai luar sebaiknya difiksasi/diaku bagian bawahnya.
Pembukaan tirai dimulai dari bagian bawah dan disesuaikan dengan
kebutuhan.
d. Tirai bagian luar dapat dipakai hingga umur 18 – 21 hari (kandang
slate/panggung), sedangkan kandang postal/litter cukup pada umur 15 – 21
hari.
e. Untuk menambah ventilasi, alas litter dapat mulai dikurangi ataupun dilepas
pada umur 15 – 21 hari untuk kandang slate.
Pada waktu malam hari, tetap harus ada sedikit rongga udara untuk membuang
sisa-sisa hasil pembakaran seperti gas monoksida dan ammonia. Rongga udara
sebaiknya sedikit lebih tinggi dari pemanas (30 cm).
17
6. Pembuatan Brooder
Brooder merupakan induk buatan untuk memberikan lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder. Suhu berperan
penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu menyesuaikan
diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk memanaskan brooder
dapat menggunakan elpiji, minyak tanah, batu bara dan sekam. Hal- hal yang
harus diperhatikan dalam pemasangan brooder yaitu :
1. bahan broder dapat mengguanakan seng, dengan penahan dari bambu.
Brooder kotak dapat menggunakan bambu. Brooder lingkaran
memungkinkan ayam menyebar secara merata sedangkan bentuk kotak ada
kecenderungan anak ayam mengumpul ditengah. Letak brooder dapat di
tengah maupun tepi di dalam kandang.
2. bahan tirai bagian dalam dapat menggunakan plastik transparan maupun
karung bekas pakan.
3. pemanas dapat menggunakan gasolek, cimawar maupun kompor biasa,
namun biasanya peternak banyak menggunakan pemanas cimawar.
4. lama brooding 10 – 12 hari (musim panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim
hujan).
5. tiapa kandang sebaiknya tersedia minimal 1 thermometer (ditengah
kandang) dan diberi standar suhu yang dikehendaki pada umur tertentu
(maksimal dan minimal), bila suhu aktual dibawah suhu minimal, maka
pemanas harus dinyalakan, bila suhu aktual diatas suhu maksimal maka
pemanas harus dimatikan.
Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi,
dkk., 2000 ). Saat praktikum broder yang digunakan di kandang satu yaitu 1 buah
gasolek dan 1 cimawar, dimana 1 gasolek dapat mewakili 2 cimawar.
18
Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC di
peternakan. Menurut Abidin, Z ( 2002 ) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penerimaan DOC, yaitu :
a. pemanas yang sudah ada dinyalakan 1 – 2 jam sebelum DOC datang.
b. Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 33ºC
c. Alas koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat
satu lapis tiap hari (sampai hari ketiga)
d. Menyiapkan air minumdari larutan gula 2% (1kg gula merah dalam 10 liter air
minum) atau dapat menggunakan larutan sorbitol yaitu campuran antara
larutan gula dan antibiotik.
e. Penyiapan batu kerikil bersih dan diletakan dalam piringan galon air minum
ukuran 7 liter (2 galon). Bila galon yang diginakan ukuran 2 liter ,piringan
tidak perlu diberi kerikil.
f. Pada saat DOC tiba catat jumlahnya, jam kedatangan, kondisi DOC dan
kondisi boks, kemudian buka semua tutup boks dan biarkan sampai 15 menit
supaya DOC dapat menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
g. Timbang sampel DOC,hitung jumlahnya dan masukan DOC ke dalam brooder
dengan hati-hati.
h. Biarkan DOC minum selama ± 2 jam, siapkan pakan yang telah diayak dan
ditaburkan tipis kedalam feeder tray.
i. Setelah 2 jam dan pastikan DOC telah minum semuanya, ganti air minum
dengan air vitamin anti stres.
Setelah penerimaan DOC maka hal yang dilakukan yaitu pemberian pakan
dan minum secara berkala. Manajemen pakan yang harus dilakukan yaitu :
a. Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan
kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu
pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan
dilakukan secara bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu).
Pemberian pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.
19
b. Pakan pada periode finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein
minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada
periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan
dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% :
50%, 25% : 75%, finisher total.
c. Pemakaian feeder tary (baki), dianjurkan satu tray untuk 70-80 ekor (1-3
hari) sehingga masih tersedia tempat kosong untuk tidur ayam (beeding
space).
d. Penambahan alas tabung pakan 10 kg sebanyak 10 buah dapat dilakukan
pada umur 3hari sehingga kapasitas feeder space untuk 50 ekor dan pada
umur 5 hari (20 buah) dengan feeder space untuk 40 ekor.
e. Feeder tray yang digunakan harus dalam keadaan kering dan bersih. Jumlah
feeder tray sebaiknya dua kali yang diperlukan per kandangnya, sehingga
feeder tray sempat dibersihkan setiap hari dan dijemur di sinar matahari.
f. Feeder tray bisa dipakai sampai umur ±10 hari (asalkan jumlah pakan di
dalamnya tidak terlalu banyak/tidak tumpah (maksimal 300gr/tray).
g. Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena
panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 – 10 hari,
penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder
space 1:25 – 30 ekor. Umur 13 – 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning
bisa digantung. Umur 15 – 16 hari tabung kuning digantung semua.
h. Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung.
Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat),
tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum
sesuai dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 – 08.00) dan sore hari
(jam 17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan
ketersediaan pakannya.
i. Bentuk pakan yang terlalu besar/pelet harus diayak dahulu supaya menjadi
lebih kecil (crumble). Pengayakan ini juga untuk memisahkan kotoran
(Anonymous, 2007).
20
Sedangkan pemberian minum dilakukan dengan cara :
a. Pemberian air minum dapat menggunakan galon biasa, galon otomatis
(plasson) dan nipple. Air minum yang diberikan harus sesuai standar
kebutuhan harian (dibagi beberapa kali pemberian).
b. Kapasitas tempat minum (galon/plasson) 1:80-90 ekor (1-4 hari pertama).
Penambahan tempat minum dapat dilakukan umur 5-6 hari, menjadi 1:60
ekor.
c. Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar,
layak minum, diklorinasi (3 ppm) dan tempat minum terjangkau dengan
mudah oleh ayam. Klorinasi ini adalah untuk mencegah pencemaran dan
penularan bibit penyakit. Kualitas air minum sangat penting karena ayam
minum 2 kali jumlah pakan yang dikonsumsinya.
d. Pemberian antibiotik umur 1-3 hari sebaiknya dapat habis dalam 4-6 jam.
Karena konsumsi minum untuk 4-6 jam relatif masih sangat sedikit,
sebaiknya dituang langsung ke plasson (sadle conector ditutup). Tetapi
vitamin yang diberikan 6-12 jam dapat dicampur ke dalam tangki kandang.
e. Sangatlah penting bahwa air minum tersedia setiap saat untuk broiler karena
kekurangan pasokan air minum baik dalam jumlah penyebaran serta tempat
air minum dan konsumsinya dapat mengurangi laju pertumbuhan.
f. Tempat air minum harus selalu diperiksa ketinggianya setiap hari dan
disesuaikan agara tepi tempat air minum sejajar dengan tembolok ayam
broiler sejak hari ke-18 dan seterusnya. Ketinggian nipple disesuaikan secara
sentral menggunakan kerekan sehingga ayam dapat minum dengan
mendongakan kepalanya 45º terhadap nipple.
g. Pada temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali dari
konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman, sehingga
penyimpangan konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperatur
dan kesehatan ayam dapat segera diketahui.
21
Pemberian pakan saat praktikum dilakukan secara bertahap. Minggu
pertama setiap 2 jam sekali, minggu kedua 4 jam sekali serta minggu ketiga dan
keempat 6 jam sekali. Maksud dari cara bertahap ini untuk membantu
pertumbuhan organ dan tubuh broiler agar sempurna dan mencegah penimbunan
lemak yang berlebihan. Air minum yang diberikan pada ayam biasanya dicampur
dengan antibiotik dan vitamin. Misalnya saja saat praktikum antibiotik yang
diberikan yaitu doxterin, sulfamonothoxin, dan cyprogrin. Sedangkan vitamin
yang diberikan misalnya agriminovit, minovit dan supralit. Pemberian
sulfamonothoxin ditujukan untuk pencegahan penyakit malaria pada ayam dan
cyprogrin untuk mencegah penyakit SNOT ( coryza ).
Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan dengan
sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum dilakukan
yaitu vaksin ND 1, gumboro dan ND 2. Sauvani ( 2007 ) mengatakan bahwa ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin, metode
vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara
penyimpanan vaksin tersebut.
Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada minggu pertama. Pada saat
praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari dengan cara tetes
mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan juga dengan cara
intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka
divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ),
karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama
dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.
Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin
(kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar
vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin
diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media
pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan
ayam ( Alferd, 2005 ). Saat praktikum, ternyata ayam yang telah divaksin ND 1
dan IBD mengalami kelumpuhan sebagian (tidak bisa berjalan) bahkan ada yang
mati. Menurut Alferd (2005) Kelumpuhan pada ayam setelah vaksinasi umumnya
22
merupakan reaksi post vaksinal akibat pengaruh vaksin yang cukup keras,atau
pada saat di vaksin terdapat sejumlah ayam yang kondisinya lemah. Untuk
menghindari hal itu sebaiknya pastikan ayam benar- benar sehat saat divaksin dan
jangan mengganti- ganti vaksin dengan konsentrasi atau jenis yang lain.
Selama pemeliharaan hendaknya litter yang digunakan sering dibolak-
balik atau kalau perlu diganti. Tujuannya yaitu untuk menghindari penumpukan
kotoran yang akan menimbulkan amoniak yang menganggu kesehatan broiler itu
sendiri. Selain itu, biasanya di alas juga sering tumbuh cacing yang berbahaya jika
dimakan oleh DOC. Pada awal pemeliharaan kandang yang digunakan ukurannya
kecil, semakin lama ayam semakin besar sehingga perlu adanya pelebaran
kandang. Biasanya pelebaran kandang dilakukan pada hari- hari ganjil.
Fumigasi perlu tetap dilakukan selama pemeliharaan. Pada saat praktikum
pemeliharaan, penyemprotan kandang dilakukan setiap 2 hari sekali. Bagian yang
disemprot tidak hanya dalam kandang saja tetapi juga luar kandang. Untuk
mencegah penularan penyakit setiap pagi dan sore tempat minum dicuci dan
tempat pakan dibersihkan. Selain itu, ayam yang diduga sakit dipisahkan dengan
ayam yang sehat.
Hasil yang didapat saat praktikum yaitu jumlah ayam masuk atau chick in
820 ekor. Sampai akhir pemeliharaan ayam mati sebanyak 32 ekor. Setiap minggu
bobot badan ayam terus meningkat mulai dari 40 gr, 162.5 gr, 450 gr, 850 gr,
1400gr dan 2020 gr. Peningkatan berat badan ini menunjukan adanya
pertumbuhan tubuh ayam.
23
Pasca Pemeliharaan
Pasca pemeliharaan pada usaha peternakan ayam broiler bisa berupa
perhitungan hasil rekording dan juga kegiatan yang bersifat fisik lainnya. Berikut
ini hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pasca pemeliharaan yaitu :
1. Pengosongan kandang
Kandang yang telah dipakai hendaknya dilakukan pengosongan setelah
digunakan. Kandang yang telah dipakai jangan langsung digunakan kembali tetapi
harus di istirahatkan terlebih dahulu. Biasanya kandang dikosongkan setiap 4
bulan sekali, namun bisa juga dilakukan minimal 1 bulan sebelum di gunakan
lagi. Maksud dari pengosongan kandang ini adalah untuk mempersiapkan
kandang dan agar mikroorganisme dapat dihilangkan ( Abidin, Z., 2002 ).
2. Fumigasi kandang
Fumigasi kandang perlu dilakukan setelah kandang dipakai. Kandang yang
telah dipakai sangat berpotensi sebagai sumber penyakit. Dengan fumigasi ini,
diharapkan mikroorganisme atau bibit penyakit yang ada dapat dibasmi sehingga
kandang bebas dari bibit penyakit dari pemeliharaan sebelumnya.
3. Pembersihan tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum yang telah dipakai harus dicuci bersih jika
memungkinkan harus dicucihamakan terlebih dahulu. Ada beberapa penyakit
yang dapat menular lewat tempat pakan dan minum seperti SNOT, dengan adanya
pembersihan tempat pakan dan minum maka penularan penyakit dapat
diminimalisir.
4. Pembersihan Kotoran dan pencucian tirai
Sebenarnya pembersihan kotoran tidak hanya dilakukan saat pasca
pemeliharaa saja. Penumpukan kotoran dapat menimbulkan penumpukan amonia
yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Kotoran yang dibuang tidak hanya
yang dibawah kandang saja tetapi juga didalam kandang. Kotoran juga merupakan
media pertumbuhan penyakit sehingga harus sering dibersihkan. Tirai kandang
pun sebaiknya dicuci dan dijemur untuk menghindari pertumbuhan bibit penyakit.
24
Selain melakukan kegiatan diatas, kegiatan pasca pemeliharaan yang
lainnya yaitua menghitung hasil pemeliharaan berdasarkan catatan rekording. Hal-
hal yang dihitung yaitu deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.
Manfaat yang dapat diambil dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ternak dan mengetahui kemajuan suatu usaha peternakan (laba rugi).
a. Menghitung deflesi ( tingkat kematian )
Deflesi adalah presentasi kematian ayam yang dipelihara dengan
jumlah ayam yang masuk. Deflesi dapat dihitung dengan rumus :
D = jumlah ayam mati x 100 %
total ayam masuk
Semakin tinggi nilai deflesi, maka angka kematian ayam tinggi pula
sehingga jumlah ayam yang hidup semakin sedikit. Angka deflesi yang
tinggi bisa diakibatkan penyakit maupun manajemen yang tidak sesuai.
b. Menghitung Feed Consumption Ratio ( FCR )
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion
Ratio). Nilai FCR dapat dihitung dengan rumus :
pakan rata-rata / BB rata-rata
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih
efisien dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi
(Prabowo, 2007). Misalnya FCR 1 ini berarti untuk menghasilkan
kenaikan berat badan 1kg dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg/ ekor.
c. Menghitung efisiensi pakan
Efisiensi pakan yaitu banyaknya pakan yang diperlukan untuk
menghasilkan produksi. Rumusnya terbalik dengan rumus FCR, yaitu :
= bobot rata- rata x 100%
Pakan rata- rata
Beda halnya dengan FCR semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan
semakin bagus, karena dengan pakan yang sedikit dapat menghasilkan
produksi daging yang tinggi.
25
d. Menghitung indeks produksi ( IP )
Indeks produksi merupakan suatu angka yang menunjukan tingkat
kemajuan produksi ayam, semakin tinggi IP maka hal ini berarti produksi
ayam semakin bagus dan sebaliknya. Biasanya standar IP tiap perusahaan
berbeda- beda , namun pada intinya IP diatas 300 sudah menunjukan
produksi yang baik.
Rumus IP :
= BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100%
FCR x lama pemeliharaan
Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum diperoleh data produksi
yaitu bobot ayam akhir 2020 gr, deflesi 5.26% ; FCR 1,507 ; efisiensi
pakan 66.33% dan IP 370.55 %. Bisa dilihat bahwa deflesi cukup tinggi,
hal ini bisa diakibatkan karena banyak ayam yang terserang penyakit,
terjepit kandang dan terinjak praktikan. FCR yang tinggi diakibatkan
karena pemberian pakan yang tidak terkendaki selain itu banyak pakan
yang terbuang percuma, sehingga FCR tinggi.FCR yang tinggi akan
menyebabkan efisiensi pakan dan IP menjadi rendah, sehingga produksi
bisa dikatakan rendah.
26
Praktikum Laboratorium
Daging ayam merupakan salah satu jenis daging unggas yang paling
banayk dijua. Penjualan bisa dalam bentuk ayam utuh, karkas ayam, ataupun
dijual terpisah- pisah. Daging unggas mempunyai komposisi protein 16% -
31.5%, abu 1.1% dan air 71.9%. komposisi tersebut bervariasi karena dipengaruhi
factor interistik ( umur, jenis ) dan ekstrinstik.
Untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, ternak unggas sebaiknya
diistirahatkan sebelum dipotong. Cara pemotongan ternak unggas yang lazim
digunakan di Indonesia adalah kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena
jugularis, dan oesphagus. Saat penyembelihan darah harus keluar sebanyak
mungkin, jika darah dapat keluar sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot
tubuh (Soeparno, 1992). Saat praktikum bobot darah ayam 41,29 gram,
seharusnya jika mengacu pada litelatur 4% daro bobot badan adalah 62 gram (
1650 gr x 4%).
Setelah dipotong, maka ayam dicabuti bulunya. Untuk mempernudah
pencabutan bulu, unggas dicelup dalam air hangat antara 50 - 80ºC selama
beberapa detik. Pencabutan bulu ( defeathering ) dapat dilakukan dengan scalding
( air panas ), dengan tangan atau mesin pencabut bulu halus dengan tangan.
Mulyowati (2002) menerangkan bahwa pencelupan dengan air panas
diklasifikasikan menjadi:
a. Hard scalding, suhu air 65- 85 ºC selama 5-30 detik
b. Sub scalding, suhu air 55- 60 ºC selama 45-50 detik
c. Semi scalding, suhu air 50- 54 ºC selama 20-120 detik
Pencabutan bulu juga dapat dilakukan dengan mesin pencabut bulu ( picker ).
Mesin pencabut bulu terdiri dari dua buah silinder karet yang permukaannya
terdiri dari duri- duri lunak dari karet, arahnya berlawanan. Saat praktikum
pencabutan bulu menggunakan metode semi scalding lalu dimasukan dalam
picker. Hasil picker ternyata tidak hanya merontokan bulu saja tetapi juga kulit
dan kepalanya lepas dan terdapat sobekan daging di dada. Hal ini dikarenakan
pada saat scalding terlalu lama ( lebih dari 30 detik ).
27
Langkah selanjutnya yaitu eviscerasi atau pengeluaran jeroan termasuk
memisahkan kaki, kepala, ujung sayap dan ekor. Menurut Winarno ( 1996 ) berat
karkas rata- rata sangat bervariasi, berkisar antara 65% - 75% dari berat hidupnya.
Berat karkas saat praktikum yaitu 1202,81 gram, hal ini telah sesuai dengan
pernyataan diatas bahwa berat karkas antara 65% - 75% ( berat utuh 1650 gram ).
Mulywati (2002), menerangkan bahwa setelah proses evicerasi lalu di
dapat karkas utuh. Langkah selanjutnya yaitu pemotongan karkas menjadi daging
( parting ). Karkas dipotong menjadi 9 potong yaitu 2 paha bawah (drumstick), 2
paha atas (thigh), 2 sayap (wing), 2 dada tulang (side breast/rib) dan 1 dada
tengah ( keel ). Bagian atau proporsi dari karkas yaitu 2 paha ± 25.33%, punggung
± 25.425%, dada ± 28.489% dan 2 sayap ± 11.46%. Berdasarkan praktikum bobot
2 paha 304.73 gr, punggung 305.82 gr, dada 342.68 gr dan 2 sayap 137.88 gr, hal
ini menunjukan bahwa bobot karkas telah sesuai dengan pernyataan diatas.
Karkas yang telah dipotong lalu disimpan dalam mesin pendingin agar
tahan lama. Karkas yang telah dipotong dapat dilihat kualitas dari berbagai sudut.
Ada beberapa faktor penentu kualitas karkas yaitu :
1. Confirmation ( keserasian tubuh )
2. fleshing
3. fat covering
4. portending dan non portending
5. banyaknya tulang terpotong dan lepas
6. perubahan warna kulit dan daging
7. tingkatakn kesobekan pada kulit dan daging.
Berikut ini tabel indikasi kualitas karkas unggas:
Tabel 2. indikasi kualitas karkas unggas
Factor Kualitas A Kualitas B Kualitas C
Konformasi
- tulang dada
- punggung
- kaki sayap
Normal
0.3cm lengkung
Normal
Normal
Hampir normal
Agak bengkok
Lekukan sedikit
Agak abnormal
Abnormal
Bengkok nyata
Lekukan besar
Abnormal
28
- fleshing Daging penuh Daging agak
penuh
Daging tipis
Fat covering Seluruh karkas
ditutupi lapisan
lemak dibawah
kulit
Lemak subcutan
hanya di dada dan
paha
Kurang menutupi
bagian karkas
Pin feathers
- non portunding
- protunding
- kesobekan
- persendian lepas
- tulang patah
Hampir tidak ada
-
Dada& paha tidak
ada, bagian lain
3.8cm
Kurang 1 cm
-
Sedikit & tersebar
-
Dada & paha 3.8 –
7.6 cm
2 cm
1
Tersebar
-
Tidak terbatas
Tidak terbatas
Tidak terbatas
Discoloration,
memar kulit
Tidak ada Dada tidak ada Tidak terbatas
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari
bobot karkas ayam yang digunakan telah memenuhi standar, namun sayangnya
jika dilihat dari luar kualitas karkasnya jelek, karena kulit ayam sobek dan daging
dada ada yang robek. Hal ini dikarenakan kesalahan pada saat prosesing.
29
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan pra pemeliharaan terdiri dari cuci kandang, pengapuran,
penyemprotan desinfektan, pemasangan litter, cuci tirai, pemasangan brodeer dan
mengistirahatkan kandang sebelum digunakan selama ± 7 hari. Pengapuran
dilakukan dengan melarutkan air dan kapur, sedangkan fumigasi dengan
penyemprotan desinfektan (formaldehyde).
Pemeliharaan meliputi penerimaan DOC, kegiatan rutin ( pemberian pakan
dan minum ), fumigasi, vaksinasi, pelebaran kandang dan culling ayam sakit.
Vaksinasi yang dilakukan saat praktikum sebanyak 3 kali yaitu ND 1 umur 4 hari,
IBD umur 11 hari dan ND 2 umur 21 hari.
Pasca pemeliharaan terdiri dari kegiatan pengosongan kandang, fumigasi,
cuci tempat pakana dan minum serta pembersihan kotoran dan cuci tirai. Selain
itu, dilakukan perhitungan deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.
Nilai yang didapat dari praktikum yaitu deflesi 3.9% ; FCR 1,634 ; efisiensi pakan
59 % dan IP 323,47 %.
Menjaga kualitas dari produsen sampai ketangan konsumen merupakan
langkah akhir setelah dilakukan pemanenan, kegiatan ini melalui berbagai
prosesing pengolahan produk unggas. Tahapan dalam proses pengolahan produk
unggas: penyembelihan, bleeding, pencabutan bulu, eviscerating, pemotongan
karkas dan penyimpanan. Bobot karkas saat praktikum 1150 gr hal ini telah sesuai
dengan litelatur yaitu bobot karkas 65%-75% dari bobot badan. Berat karkas saat
praktikum : 2 paha 339,44 gram, punggung 434,28 gram, dada 334,77 gram dan 2
sayap 112,27 gram
Saran
Praktikum lebih baik lagi, masih banyak yang perlu di benahi baik dari
segi peralatan yang mendukung pemeliharaan maupun kandang. Terakhir, jangan
pernah menyerah untuk mencari dan berbagi ilmu, Smangat!!!
30
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Alfred. 2005. Vaksin Ayam. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www.
Google.co.id
Anonymous. 2007. Budidaya Ayam Ras Pedaging. Pustaka Umum. www. Google.co.id
Mulyowati, dkk. 2002. Lecture Note Ilmu Produksi Ternak Unggas. Fapet –
UNSOED. Purwokerto.
Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging atau Potong Dengan Teknologi Nasa. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www. Goole.co.id
Sauvani. 2007. Vaksinasi dan Penyakit. www. Google.co.id.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM- Press. Jogjakarta.
Winarno, F.G,. 1996. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.