laporan praktikum manajemen peruanggasan

30
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS Oleh : KELOMPOK IIIA LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2008

Upload: arifgii

Post on 31-Jul-2015

911 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Oleh :

KELOMPOK IIIA

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2008

Page 2: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat

sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu).

Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal

ternak. Perkembangan ayam broiler komersial di Indonesia dimulai pada

pertengahan dasawarsa 1970-an dan meluas dibudidayakan pada tahun 1980-an.

Laju perkembangan usaha tersebut sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk,

pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi,

politik serta keamanan. Kurun waktu 1980 sampai 1990 merupakan periode waktu

dimana perkembangan peternakan ayam broiler banyak mengalami pasang surut ,

tetapi sampai saat ini banyak peternak ayam broiler yang masih bertahan dan

bahkan dapat meraih kesuksesan. Masa produksi ayam broiler yang hanya 6

minggu membuat banyak pihak tertarik akan usaha ini. Berbagai kendala dan

hambatan tidak membuat peternakan ayam broiler surut. Hal ini mendukung

dengan adanya kebijakan baru pada tahun 1991 yang membuat peternakan ayam

broiler semakin berkembang pesat sederajat dengan bisnis pada bidang kehidupan

lainnya.

Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu repot

dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi bila manajemen

yang diterapkan telah benar. Manajemen tersebut dapat berupa manajemen

pemeliharaan, pakan, kandang, kesehatan ternak dan hal lain yang dapat

meningkatkan produksi ayam niaga pedaging.

Manajemen yang dilakukan tidak hanya pada saat pemeliharaan saja,

tetapi sebaiknya manajemen mulai dilakukan saat prapemeliharaan. Manajemen

pra pemeliharaan meliputi pembersihan kandang atau cuci kandang, pengapuran,

pemasangan litter, pemasangan tirai dan pensucihamakan mikroorganisme

pengganggu. Pensucihamakan dapat dilakukan dengan penyemprotan desinfektan

atau formaldehyde.

Page 3: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

3

Produksi peternakan unggas dapat ditingkatkan dengan usaha perbaikan

pakan, bibit dan manajemen untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Usaha

ini akan sia- sia apabila bahan makanan tersebut sampai ketangan konsumen

dalam keadaan rusak. Misalnya daging unggas akan cepat busuk jika penangannya

tidak sesuai.

Daging adalah salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Daging mempunyai kandungan gizi yang lengkap, sehingga

keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Karena fungsinya ini, maka

daging harus diolah dengan baik mulai dari pasca panen samapi dikonsumsi

sehingga dapat memperpanjang daya tahan dan menambah daya guna daging.

1.2. Tujuan

Adapun masud dan tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengetahui tentang hal- hal yang harus dilakukan saat pra pemeliharaan

ayam broiler

2. Mengetahui tentang manajemen pemeliharaan broiler yang baik dan benar

dari mulai peroide stater, grower dan finisher.

3. Mengetahui tentang hal- hal yang berhubungan dengan pasca

pemeliharaan ayam broiler

4. Mengetahui tata cara memperoleh karkas ayam yang baik dan berkualitas

Page 4: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

4

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1. Materi

2.1.1. Alat

2.1.1.1. Pra Pemeliharaan

1. Kandang

2. Lap pel

3. Ember

4. Tirai

5. Penyemprot desinfektan dan

penyemprot formalin.

6. Koran.

7. Sekam.

8. Brooder.

9. Pemanas.

2.1.1.2. Pemeliharaan

1. Galon minuman.

2. Feeder tray.

3. Feeder tab.

4. Bokor.

5. Ember.

6. Gelas aqua.

7. Seperangkat alat untuk

memvaksin.

8. Alat penyemrot desinfektan.

9. Timbangan.

10. Kain pembersih.

2.1.1.3. Pasca Pemeliharaan

1. Alat pembersih galon minuman dan feeder tab.

2. Penyemprot desinfektan.

3. Lap pel.

4. tali rafia

5. timbangan

6. sekat

7. box ayam

Page 5: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

5

2.1.1.4. Praktikum laboratorium

a. pisau

b. scalpel

c. gunting bedah

d. alat pencabut bulu

e. plastic

f. timbangan

g. bak plastic

g. baskom

2.1.2. Bahan

2.1.2.1. Pra Pemeliharaan

1.Air.

2.Kapur 20 kg.

3.Formalin 20 %.

2.1.2.2. Pemeliharaan

1. DOC AM 888.

2. Air minum

3. Agriminovit.

4. Sulfamonometoxin.

5. Dextrometocin.

6. Moxacol.

7. Promotor.

8. Cyprogrin.

9. Pakan starter.

10. Pakan grower.

11. Pakan finisher.

12. Vaksin ND dan IBD.

13. Susu skim dan es batu.

14. Air gula.

15. Desinfektan.

2.1.2.3. Pasca Pemeliharaan

1. Air biasa.

2. Desinfektan.

Praktikum Laboratorium

1. air panas

2. ayam hidup

Page 6: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

6

2.2. Cara Kerja

2.2.1. Pra Pemeliharaan

1. Kandang dicuci dengan air, semua kotoran dicuci bersih dengan lap pel,

2. Setelah itu kandang di lapisi kapur, dengan mengunakan kain pel,

3. Penutup tirai kandang dicuci dan dijemur, lalu disimpan,

4. Kandang disemprot dengan formalin 20%,

5. Lantai kandang dialasi dengan karung, lalu diatasnya dilapisi dengan

sekam, sampai merata dengan ketebalan merata,

6. Alas litter disemprot dengan desinfektan,

7. Pembuatan brooder dengan membatasi kandang dengan sekat,

8. Diatas kandang lalu dipasang gasolek dan cimawar,

9. Kandang diistirahatkan ± 7 hari sebelum digunakan.

2.2.2. Pemeliharan

a. Penerimaan DOC

1. DOC yang datang, dikeluarkan dari kardus dan dihitung jumlahnya

2. Gasolek dan cimawar dinyalakan

3. DOC diberi minum yang dicampur dengan air gula

4. Setelah 2 jam DOC diberi pakan stater

b. Pemeliharaan

Minggu I

1. Setiap 2 jam sekali DOC diberi pakan

2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB

3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta

antibiotik

4. Pada hari ke-4 pemeliharaan DOC divaksin ND I dengan cara tetes mata

dan suntik subcutan.

Minggu II

1 . Ayam diberi pakan setiap 4 jam sekali

2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB

Page 7: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

7

3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta

antibiotik ( penyakit SNOT )

4. Pada hari ke- 11 Ayam di vaksin IBD ( gumboro ) dengan menggunakan

Drink water.

5. Ayam yang sakit dikarantina

6. Pindah kandang ke kandang 1

Minggu III dan IV

1. Ayam diberi pakan setiap 6 jam sekali

2. Air minum diberi 2 kali sehari, yaitu jam 06.00 WIB dan 16.00 WIB

3. Air minum yang diberikan dicampur dengan antistress dan vitamin serta

antibiotik

4. Hari ke-21 ayam divaksin ND 2 dengan cara Drink water

5. Setiap 2 hari sekali kandang disemprot desinfektan

6. Ayam yang sakit dikarantina

7. Menjelang dipanen ayam diberi minum air putih biasa

Cara pembuatan vaksin Drink Water

1. vaksin disiapkan ( Gumboro dan ND 2 )

2. siapkan air sebanyak yang dibutuhkan misalnya 15 liter

3. air ditambah dengan susu skim dan air es

4. lalu vaksin yang disimpan dalam tempat dingin di campurkan dalam

larutan tadi.

5. Vaksin siap diberikan pada ayam.

2.2.3. Pasca Pemeliharaan

1. Semua data dicatat dari minggu pertama sampai minggu kelima

2. Dihitung nilai FCR dengan rumus : pakan rata-rata / BB rata-rata

3. Deflesi dihitung dengan rumus : jumlah ayam mati / total ayam masuk x 100 %

4. Menghitung Efisiensi pakan : bobot rata-rata / pakan rata-rata x 100 %

5. Menghitung IP : BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100

FCR x lama pemeliharaan

Page 8: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

8

2.2.4. Praktikum Laboratorium

1. Siapkan ayam broiler hidup, ditimbang bobot hidupnya,

2. Ayam dipotong, darah dibiarkan mengalir sampai berhenti,

3. Darah ayam ditampung dalam plastic, lalu ditimbang,

4. Siapkan air panas,

5. Masukan ayam dalam iar panas selama ± 30 menit,

6. Ayam yang telah dipotong dan direndam tadi dimasukan dalam mesin

pencabut bulu,

7. Nyalakan mesin pencabut bulu, sampai bulu ayam lepas, sambil disiram air

hangat,

8. Bulu dan daging ditimbang,

9. Kepala, leher, ceker dan kedua sayap dipotong ( Ditimbang ),

10. Jeroan ayam dikeluarkan ,

11. Jantung, hati dan gizzard dipisahkan dari jeroan dan ditimbang,

12. Bagian paha dipotong lalu ditimbang,

13. Bagian perut ( dada ) dipisahkan dari punggung lalu dada dan punggung

ditimbang,

13. sisa jeroan, kepala., leher, ceker dan ujung sayap ditimbang ( limbah

karkas ),

14. Semua hasil timbangan dicatat.

Page 9: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pra Pemeliharaan

Kegiatan sebelum pemeliharaan terdiri dari :

a. Cuci kandang

b. Pengapuran 20 kg untuk 4 kandang.

c. Penutupan tirai luar (kandang secara umum).

d. Semprot formalin 29 %.

e. Pasang alas karung 1 x 6 m, sekam alas liter 2 - 5 cm.

f. Semprot desinfektan (mengendapkan debu dan menonaktifkan MO

disekam).

g. Pembuatan Brooder dengan menggunakan sekam.

h. Pembuatan pemanas (350 cimawar; 700 gasolex)

i. Istirahatkan kandang selama minimal 1 minggu.

3.1.2. Pemeliharaan

Perkandangan kombinasi periode awal liter, periode akhir slate.

1. Penerimaan DOC

Tanggal penerimaan = 23 Oktober 2008.

Jenis = AM 888 dari PT baretha.

Jumlah = Kandang 5 , 816 ekor.

Bobot awal = 37 gram.

2. Kegiatan rutin

Pemberian pakan

Minggu 1 = 2 jam sekali

Minggu 2 = 4 jam sekali.

Minggu 3-5 = 6 jam sekali.

Pemberian minum

Pagi = 06.00 WIB.

Sore = 16.00 WIB.

Page 10: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

10

3. Kegiatan Insidental : diskusi mingguan

Tabel 1. Perhitungan selama 5 minggu

Perhitungan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

Ayam mati 11 ekor 21 ekor 24 ekor 31 ekor 43 ekor

Sisa 805 ekor 795 ekor 792 ekor 785 ekor 773 ekor

Deplesi 1,35 % 2,57 % 2,94 % 3,80 % 5,26 %

Konsumsi

pakan

100 kg 400 kg 888 kg 1692 kg 2404 kg

Rata-rata

pakan

124,22 gr 503,14 gr 1121,21 gr 2155,41 gr 3109,9 gr

PBB 143 gr 398 gr 1063 gr 1513 gr 2063 gr

BB 180 gr 435 gr 1100gr 1550 gr 2100 gr

FCR 0,69 1,26 1,05 1,42 1,507

IP 292,1 % 219,8 % 467,9 % 366,1 % 370,55 %

a. Vaksinasi

Vaksin ND 1 hari ke 4, jam 19.00 WIB

(vaksin dilakukan secara subkutan dan tetes mata 1 tetes)

Vaksin IBD hari ke 12, jam 19.00 WIB

(vaksin dilakukan lewat tetes mulut)

b. Desinfektan 2 hari sekali.

Page 11: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

11

3.1.3. Pasca Pemeliharaan

Pasca pemeliharaan menghitung :

a. FCR = pakan rata-rata / BB rata-rata

FCR = 3109.9 / 2063 = 1,507

b. Menghitung deplesi = jumlah ayam mati / total ayam masuk x 100 %

Deplesi = 43 / 816 x 100 % = 5,26 %

c. Efisiensi pakan = bobot rata-rata / pakan rata-rata x 100 %

= 2063 / 3109,9 x 100 %

= 66,33 %

d. Indeks produksi = BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100%

FCR x lama pemeliharaan

IP = 2,063 x (100 – 5,26) x 100 % = 370,55 %

1,507 x 35

3.1.4. Praktikum Laboratorium

Bobot ayam hidup : 1650 gram.

Bobot karkas ayam : 1384,5 gram.

Paha 2 : 304,73 gram

Punggung : 305,82 gram.

Dada : 342,68 gram.

Sayap 2 : 90 gram.

Giblet : 111,74 gram.

Total bobot karkas : 72,897 gram

Bobot non karkas : 250 gram.

Bobot darah : 41,29 gram.

Bobot bulu : 135,34 gram.

Page 12: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

12

Perhitungan % bagian karkas

Paha 2 : 304,73 gram / 1202,81 gram x 100 %

: 25,33 %

Punggung : 350,82 gram / 1202,81 gram x 100 %

: 25,425 %

Dada : 342,68 gram / 1202,81 gram x 100 %

: 28,489 %

Giblet : 110 gram / 1202,81 gram x 100 %

: 9,57 %

Sayap 2 : 137,88 gram / 1202,81 gram x 100 %

: :11,46 %

Total karkas : 1202,81 gram/ 1650 gram x 100%

: 72,897 %

Page 13: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

13

Pembahasan

Pra Pemeliharaan

Kegiatan pra pemeliharaan diawali denan kegiatan persiapan kandang.

Kegiatan ini memegang peranan penting dalam keberhasilan pemeliharan ayam

broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian yaitu menyediakan lingkungan

yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk partumbuhan ayam broiler

dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan terhadap berbagai macam

penyakit dari periode starter sampai periode finisher tetapi yang perlu mendapat

perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika dalam melakukan persiapan

kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan berbagai permasalahan

terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan dalam persiapan kandang

yaitu :

1.Pembersihan kandang

Tahap ini pada intinya membersihkan kandang yang sudah dipakai pada

periode sebelumnya, pembersihan ini biasanya digunakan sprayer yang

berkekuatan tinggi sehingga kotoran yang ada pada lantai (slate) lepas, tetapi

ibarat tidak ada rotan akar pun jadi,ketika mesin jet shet untuk membersihkan

kebetulan saja rusak yang akhirnya hanya dengan sikat dan air saja dalam

membersihkan kandang tetapi pada prinsipnya sama yaitu menghilangkan

kotoran, hanya saja memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama perlu

diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung bibit penyakit

pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu diperhatikan

dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan tanaman perdu

agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan tempat hidup

serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi udara ( Abidin,

Z., 2002 ).

Page 14: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

14

2. Pengapuran

Tahap pengapuran sangat penting dalam pra pemeliharaan karena dapat

mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan seperti ookista

(penyebab cocsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran ini

yaitu 2%( 2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air), kapur yang digunakan saat

praktikum untuk 4 kandang yaitu kurang lebih 20kg.

3. Penyemprotan kandang

Penyemprotan dilakukan secara rutin 2 – 3 kali agar efektif dalam

menghilangkan bibit penyakit. Berikut ini hal- hal yang berkaitan dengan

penyemprotan kandang :

a. penyemprotan dengan larutan detergen 1-2% yang dilakukan setelah

kandang dibersihkan (dicuci), penyemprotan ini bertujuan agar bahan –

bahan organic yang berasal dari sisa-sisa pakan terutama yang tergolong

dalam senyawa lunak dapat larut. Bahan-bahan organic yang tertinggal

dalam kandang dapat menjadi media partumbuhan bagi jamur atau

mikroorganism. Setelah disemprot dibiarkan 5 sampai 10 menit kemudian

dibilas sampai bersih dan dibiarkan sampai bersih dan dibiarkan

mongering.

b. Penyemprotan dengan larutan formalin 5-10 % setelah tirai kandang

dipasang. Perbandingan larutan adalah 1 liter formalin dalam 20 liter air

(untuk kondisi normal) dan 1 liter formalin dalam 10 liter air (bila

peternakan habis terserang wabah). Konsentrasi tersebut diperhitungkan

agar dapat memusnahkan bibit penyakit tapi tidak membahayakan

penyemprot. Setelah kandang disemprot, kandang dibiarkan 7-21 hari

supaya mata rantai bibit penyakit terputus.

c. Penyemprotan menggunakan desinfektan seperti dekstan, istam,

benzalvak, dan lain-lain, satu hari sebelum DOC masuk. Yang harus

disemprot adalah bagian seluruh kandang terutama pada bagian brooder,

tempat pakan, dan tempat minum.

Saat praktikum kandang disemprot dengan larutan formalin ( formaldehyde )

sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah pemasangan litter.

Page 15: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

15

4. Pemasangan litter

Kandang yang digunakan saat praktikum adalah kandang litter karena

alasnya menggunakan sekam. Kandang yang telah dikapur harus diberi alas baik

untuk kandang jenis litter ataupun slate. Alas diberikan untuk memberikan

kenyamanan bagi anak ayam dan supaya anak ayam tidak terperosok pada

kandang slate. Kriteria bahan alas (litter) yang dapat digunakan antara lain dapat

menyerap air, tidak cepat menggumpal, mudah didapat, murah harganya dan tidak

menimbulkan polusi udara (debu). Pada umumnya litter yang digunakan adalah

sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu, potongan kayu, jerami dan sebagainya.

Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,

berdasarkan penelitian dan hasil pengalaman dilapangan, bahan yang baik

digunakan di daerah tropis adalah serutan kayu karena serutan kayu memiliki daya

serap air yang baik, tidak cepat menggumpal dan kandungan debunya rendah.

Akan tetapi peternak paling banyak menggunakan sekam padi yang murah dan

mudah mendapatkannya.

Sebelum bahan litter dipasang, terlebih dahulu dipasang tirai alas untuk

kandang slat (kandang litter tidak perlu) yang bisa terbuat dari karung plastic

bekas pakan ayau terpal. Sebaiknya tirai alas dibuat dengan ukuran 1-2 meter x

lebar kandang. Hal ini disebabkan untuk mempermudah dalam pelepasan yang

dilakukan secara bertahap dan berselang-seling. Ketebalan litter diatur sesuai jenis

lantai kandang, pada kandang slate sebaiknya tidak terlalu tebal antara 2-3

cm,karena alas tidak digunakan sampai akhir pemeliharaan (hanya sampai umur

18-21 hari) sehingga penggunaan sekam dapat lebih hemat, 1 karung sekam dapat

digunakan untuk 6m2. Sedangkan untuk kandang litter sebaiknya alas litter agak

tebal sekitar 5-7 cm (Anonymous., 2007 ).

Page 16: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

16

5. Pemasangan tirai

Tirai berfungsi menutup kandang untuk meminimalkan pengaruh angina

dari luar kandang dan mempertahankan suhu dalam kandang agar optimal

terutama pada masa brooding sehingga pemanas dapat bekerja secara optimal.

Bahan tirai dapat berasal dari karung plastik bekas pakan, terpal atau goni, yang

penting dapat digunakan untuk menahan angin dan dapat digunakan lebih dari

sekali. Pemasangan tirai pada dinding luar, dinding dalam dan diatas brooder.

Tirai pada dinding luar kandang pemasangannya dengan membuat rol (gulungan)

agar mudah dinaikan dan diturunkan (efisien tenaga).

a. Penambahan tirai bagian dalam (inner curtain) sangat dianjurkan, sehingga

ruang yang dipanaskan lebih kecil dan gas lebih hemat, tetapi suhu brooder

yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Pada daerah dingin, tirai bagian dalam ditambahkan pada bagian atapnya,

sehingga tirai dalam terdiri dari tirai dalam dan tirai atas. Jarak antara tirai

atas dan samping kurang lebih 20 cm, sehingga memungkinkann pertukaran

udara.

c. Pemasangan tirai luar sebaiknya difiksasi/diaku bagian bawahnya.

Pembukaan tirai dimulai dari bagian bawah dan disesuaikan dengan

kebutuhan.

d. Tirai bagian luar dapat dipakai hingga umur 18 – 21 hari (kandang

slate/panggung), sedangkan kandang postal/litter cukup pada umur 15 – 21

hari.

e. Untuk menambah ventilasi, alas litter dapat mulai dikurangi ataupun dilepas

pada umur 15 – 21 hari untuk kandang slate.

Pada waktu malam hari, tetap harus ada sedikit rongga udara untuk membuang

sisa-sisa hasil pembakaran seperti gas monoksida dan ammonia. Rongga udara

sebaiknya sedikit lebih tinggi dari pemanas (30 cm).

Page 17: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

17

6. Pembuatan Brooder

Brooder merupakan induk buatan untuk memberikan lingkungan yang

sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder. Suhu berperan

penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu menyesuaikan

diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk memanaskan brooder

dapat menggunakan elpiji, minyak tanah, batu bara dan sekam. Hal- hal yang

harus diperhatikan dalam pemasangan brooder yaitu :

1. bahan broder dapat mengguanakan seng, dengan penahan dari bambu.

Brooder kotak dapat menggunakan bambu. Brooder lingkaran

memungkinkan ayam menyebar secara merata sedangkan bentuk kotak ada

kecenderungan anak ayam mengumpul ditengah. Letak brooder dapat di

tengah maupun tepi di dalam kandang.

2. bahan tirai bagian dalam dapat menggunakan plastik transparan maupun

karung bekas pakan.

3. pemanas dapat menggunakan gasolek, cimawar maupun kompor biasa,

namun biasanya peternak banyak menggunakan pemanas cimawar.

4. lama brooding 10 – 12 hari (musim panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim

hujan).

5. tiapa kandang sebaiknya tersedia minimal 1 thermometer (ditengah

kandang) dan diberi standar suhu yang dikehendaki pada umur tertentu

(maksimal dan minimal), bila suhu aktual dibawah suhu minimal, maka

pemanas harus dinyalakan, bila suhu aktual diatas suhu maksimal maka

pemanas harus dimatikan.

Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi,

dkk., 2000 ). Saat praktikum broder yang digunakan di kandang satu yaitu 1 buah

gasolek dan 1 cimawar, dimana 1 gasolek dapat mewakili 2 cimawar.

Page 18: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

18

Pemeliharaan

Pemeliharaan ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC di

peternakan. Menurut Abidin, Z ( 2002 ) ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam penerimaan DOC, yaitu :

a. pemanas yang sudah ada dinyalakan 1 – 2 jam sebelum DOC datang.

b. Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 33ºC

c. Alas koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat

satu lapis tiap hari (sampai hari ketiga)

d. Menyiapkan air minumdari larutan gula 2% (1kg gula merah dalam 10 liter air

minum) atau dapat menggunakan larutan sorbitol yaitu campuran antara

larutan gula dan antibiotik.

e. Penyiapan batu kerikil bersih dan diletakan dalam piringan galon air minum

ukuran 7 liter (2 galon). Bila galon yang diginakan ukuran 2 liter ,piringan

tidak perlu diberi kerikil.

f. Pada saat DOC tiba catat jumlahnya, jam kedatangan, kondisi DOC dan

kondisi boks, kemudian buka semua tutup boks dan biarkan sampai 15 menit

supaya DOC dapat menyesuaikan dengan lingkungan setempat.

g. Timbang sampel DOC,hitung jumlahnya dan masukan DOC ke dalam brooder

dengan hati-hati.

h. Biarkan DOC minum selama ± 2 jam, siapkan pakan yang telah diayak dan

ditaburkan tipis kedalam feeder tray.

i. Setelah 2 jam dan pastikan DOC telah minum semuanya, ganti air minum

dengan air vitamin anti stres.

Setelah penerimaan DOC maka hal yang dilakukan yaitu pemberian pakan

dan minum secara berkala. Manajemen pakan yang harus dilakukan yaitu :

a. Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan

kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu

pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan

dilakukan secara bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu).

Pemberian pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.

Page 19: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

19

b. Pakan pada periode finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein

minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada

periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan

dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% :

50%, 25% : 75%, finisher total.

c. Pemakaian feeder tary (baki), dianjurkan satu tray untuk 70-80 ekor (1-3

hari) sehingga masih tersedia tempat kosong untuk tidur ayam (beeding

space).

d. Penambahan alas tabung pakan 10 kg sebanyak 10 buah dapat dilakukan

pada umur 3hari sehingga kapasitas feeder space untuk 50 ekor dan pada

umur 5 hari (20 buah) dengan feeder space untuk 40 ekor.

e. Feeder tray yang digunakan harus dalam keadaan kering dan bersih. Jumlah

feeder tray sebaiknya dua kali yang diperlukan per kandangnya, sehingga

feeder tray sempat dibersihkan setiap hari dan dijemur di sinar matahari.

f. Feeder tray bisa dipakai sampai umur ±10 hari (asalkan jumlah pakan di

dalamnya tidak terlalu banyak/tidak tumpah (maksimal 300gr/tray).

g. Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena

panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 – 10 hari,

penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder

space 1:25 – 30 ekor. Umur 13 – 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning

bisa digantung. Umur 15 – 16 hari tabung kuning digantung semua.

h. Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung.

Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat),

tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum

sesuai dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 – 08.00) dan sore hari

(jam 17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan

ketersediaan pakannya.

i. Bentuk pakan yang terlalu besar/pelet harus diayak dahulu supaya menjadi

lebih kecil (crumble). Pengayakan ini juga untuk memisahkan kotoran

(Anonymous, 2007).

Page 20: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

20

Sedangkan pemberian minum dilakukan dengan cara :

a. Pemberian air minum dapat menggunakan galon biasa, galon otomatis

(plasson) dan nipple. Air minum yang diberikan harus sesuai standar

kebutuhan harian (dibagi beberapa kali pemberian).

b. Kapasitas tempat minum (galon/plasson) 1:80-90 ekor (1-4 hari pertama).

Penambahan tempat minum dapat dilakukan umur 5-6 hari, menjadi 1:60

ekor.

c. Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar,

layak minum, diklorinasi (3 ppm) dan tempat minum terjangkau dengan

mudah oleh ayam. Klorinasi ini adalah untuk mencegah pencemaran dan

penularan bibit penyakit. Kualitas air minum sangat penting karena ayam

minum 2 kali jumlah pakan yang dikonsumsinya.

d. Pemberian antibiotik umur 1-3 hari sebaiknya dapat habis dalam 4-6 jam.

Karena konsumsi minum untuk 4-6 jam relatif masih sangat sedikit,

sebaiknya dituang langsung ke plasson (sadle conector ditutup). Tetapi

vitamin yang diberikan 6-12 jam dapat dicampur ke dalam tangki kandang.

e. Sangatlah penting bahwa air minum tersedia setiap saat untuk broiler karena

kekurangan pasokan air minum baik dalam jumlah penyebaran serta tempat

air minum dan konsumsinya dapat mengurangi laju pertumbuhan.

f. Tempat air minum harus selalu diperiksa ketinggianya setiap hari dan

disesuaikan agara tepi tempat air minum sejajar dengan tembolok ayam

broiler sejak hari ke-18 dan seterusnya. Ketinggian nipple disesuaikan secara

sentral menggunakan kerekan sehingga ayam dapat minum dengan

mendongakan kepalanya 45º terhadap nipple.

g. Pada temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali dari

konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman, sehingga

penyimpangan konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperatur

dan kesehatan ayam dapat segera diketahui.

Page 21: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

21

Pemberian pakan saat praktikum dilakukan secara bertahap. Minggu

pertama setiap 2 jam sekali, minggu kedua 4 jam sekali serta minggu ketiga dan

keempat 6 jam sekali. Maksud dari cara bertahap ini untuk membantu

pertumbuhan organ dan tubuh broiler agar sempurna dan mencegah penimbunan

lemak yang berlebihan. Air minum yang diberikan pada ayam biasanya dicampur

dengan antibiotik dan vitamin. Misalnya saja saat praktikum antibiotik yang

diberikan yaitu doxterin, sulfamonothoxin, dan cyprogrin. Sedangkan vitamin

yang diberikan misalnya agriminovit, minovit dan supralit. Pemberian

sulfamonothoxin ditujukan untuk pencegahan penyakit malaria pada ayam dan

cyprogrin untuk mencegah penyakit SNOT ( coryza ).

Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan dengan

sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum dilakukan

yaitu vaksin ND 1, gumboro dan ND 2. Sauvani ( 2007 ) mengatakan bahwa ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin, metode

vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara

penyimpanan vaksin tersebut.

Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada minggu pertama. Pada saat

praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari dengan cara tetes

mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan juga dengan cara

intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka

divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ),

karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama

dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.

Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin

(kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar

vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin

diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media

pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan

ayam ( Alferd, 2005 ). Saat praktikum, ternyata ayam yang telah divaksin ND 1

dan IBD mengalami kelumpuhan sebagian (tidak bisa berjalan) bahkan ada yang

mati. Menurut Alferd (2005) Kelumpuhan pada ayam setelah vaksinasi umumnya

Page 22: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

22

merupakan reaksi post vaksinal akibat pengaruh vaksin yang cukup keras,atau

pada saat di vaksin terdapat sejumlah ayam yang kondisinya lemah. Untuk

menghindari hal itu sebaiknya pastikan ayam benar- benar sehat saat divaksin dan

jangan mengganti- ganti vaksin dengan konsentrasi atau jenis yang lain.

Selama pemeliharaan hendaknya litter yang digunakan sering dibolak-

balik atau kalau perlu diganti. Tujuannya yaitu untuk menghindari penumpukan

kotoran yang akan menimbulkan amoniak yang menganggu kesehatan broiler itu

sendiri. Selain itu, biasanya di alas juga sering tumbuh cacing yang berbahaya jika

dimakan oleh DOC. Pada awal pemeliharaan kandang yang digunakan ukurannya

kecil, semakin lama ayam semakin besar sehingga perlu adanya pelebaran

kandang. Biasanya pelebaran kandang dilakukan pada hari- hari ganjil.

Fumigasi perlu tetap dilakukan selama pemeliharaan. Pada saat praktikum

pemeliharaan, penyemprotan kandang dilakukan setiap 2 hari sekali. Bagian yang

disemprot tidak hanya dalam kandang saja tetapi juga luar kandang. Untuk

mencegah penularan penyakit setiap pagi dan sore tempat minum dicuci dan

tempat pakan dibersihkan. Selain itu, ayam yang diduga sakit dipisahkan dengan

ayam yang sehat.

Hasil yang didapat saat praktikum yaitu jumlah ayam masuk atau chick in

820 ekor. Sampai akhir pemeliharaan ayam mati sebanyak 32 ekor. Setiap minggu

bobot badan ayam terus meningkat mulai dari 40 gr, 162.5 gr, 450 gr, 850 gr,

1400gr dan 2020 gr. Peningkatan berat badan ini menunjukan adanya

pertumbuhan tubuh ayam.

Page 23: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

23

Pasca Pemeliharaan

Pasca pemeliharaan pada usaha peternakan ayam broiler bisa berupa

perhitungan hasil rekording dan juga kegiatan yang bersifat fisik lainnya. Berikut

ini hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pasca pemeliharaan yaitu :

1. Pengosongan kandang

Kandang yang telah dipakai hendaknya dilakukan pengosongan setelah

digunakan. Kandang yang telah dipakai jangan langsung digunakan kembali tetapi

harus di istirahatkan terlebih dahulu. Biasanya kandang dikosongkan setiap 4

bulan sekali, namun bisa juga dilakukan minimal 1 bulan sebelum di gunakan

lagi. Maksud dari pengosongan kandang ini adalah untuk mempersiapkan

kandang dan agar mikroorganisme dapat dihilangkan ( Abidin, Z., 2002 ).

2. Fumigasi kandang

Fumigasi kandang perlu dilakukan setelah kandang dipakai. Kandang yang

telah dipakai sangat berpotensi sebagai sumber penyakit. Dengan fumigasi ini,

diharapkan mikroorganisme atau bibit penyakit yang ada dapat dibasmi sehingga

kandang bebas dari bibit penyakit dari pemeliharaan sebelumnya.

3. Pembersihan tempat pakan dan minum

Tempat pakan dan minum yang telah dipakai harus dicuci bersih jika

memungkinkan harus dicucihamakan terlebih dahulu. Ada beberapa penyakit

yang dapat menular lewat tempat pakan dan minum seperti SNOT, dengan adanya

pembersihan tempat pakan dan minum maka penularan penyakit dapat

diminimalisir.

4. Pembersihan Kotoran dan pencucian tirai

Sebenarnya pembersihan kotoran tidak hanya dilakukan saat pasca

pemeliharaa saja. Penumpukan kotoran dapat menimbulkan penumpukan amonia

yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Kotoran yang dibuang tidak hanya

yang dibawah kandang saja tetapi juga didalam kandang. Kotoran juga merupakan

media pertumbuhan penyakit sehingga harus sering dibersihkan. Tirai kandang

pun sebaiknya dicuci dan dijemur untuk menghindari pertumbuhan bibit penyakit.

Page 24: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

24

Selain melakukan kegiatan diatas, kegiatan pasca pemeliharaan yang

lainnya yaitua menghitung hasil pemeliharaan berdasarkan catatan rekording. Hal-

hal yang dihitung yaitu deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.

Manfaat yang dapat diambil dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ternak dan mengetahui kemajuan suatu usaha peternakan (laba rugi).

a. Menghitung deflesi ( tingkat kematian )

Deflesi adalah presentasi kematian ayam yang dipelihara dengan

jumlah ayam yang masuk. Deflesi dapat dihitung dengan rumus :

D = jumlah ayam mati x 100 %

total ayam masuk

Semakin tinggi nilai deflesi, maka angka kematian ayam tinggi pula

sehingga jumlah ayam yang hidup semakin sedikit. Angka deflesi yang

tinggi bisa diakibatkan penyakit maupun manajemen yang tidak sesuai.

b. Menghitung Feed Consumption Ratio ( FCR )

Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion

Ratio). Nilai FCR dapat dihitung dengan rumus :

pakan rata-rata / BB rata-rata

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih

efisien dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi

(Prabowo, 2007). Misalnya FCR 1 ini berarti untuk menghasilkan

kenaikan berat badan 1kg dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg/ ekor.

c. Menghitung efisiensi pakan

Efisiensi pakan yaitu banyaknya pakan yang diperlukan untuk

menghasilkan produksi. Rumusnya terbalik dengan rumus FCR, yaitu :

= bobot rata- rata x 100%

Pakan rata- rata

Beda halnya dengan FCR semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan

semakin bagus, karena dengan pakan yang sedikit dapat menghasilkan

produksi daging yang tinggi.

Page 25: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

25

d. Menghitung indeks produksi ( IP )

Indeks produksi merupakan suatu angka yang menunjukan tingkat

kemajuan produksi ayam, semakin tinggi IP maka hal ini berarti produksi

ayam semakin bagus dan sebaliknya. Biasanya standar IP tiap perusahaan

berbeda- beda , namun pada intinya IP diatas 300 sudah menunjukan

produksi yang baik.

Rumus IP :

= BB (kg) x sisa ayam hidup (100 - deplesi)x 100%

FCR x lama pemeliharaan

Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum diperoleh data produksi

yaitu bobot ayam akhir 2020 gr, deflesi 5.26% ; FCR 1,507 ; efisiensi

pakan 66.33% dan IP 370.55 %. Bisa dilihat bahwa deflesi cukup tinggi,

hal ini bisa diakibatkan karena banyak ayam yang terserang penyakit,

terjepit kandang dan terinjak praktikan. FCR yang tinggi diakibatkan

karena pemberian pakan yang tidak terkendaki selain itu banyak pakan

yang terbuang percuma, sehingga FCR tinggi.FCR yang tinggi akan

menyebabkan efisiensi pakan dan IP menjadi rendah, sehingga produksi

bisa dikatakan rendah.

Page 26: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

26

Praktikum Laboratorium

Daging ayam merupakan salah satu jenis daging unggas yang paling

banayk dijua. Penjualan bisa dalam bentuk ayam utuh, karkas ayam, ataupun

dijual terpisah- pisah. Daging unggas mempunyai komposisi protein 16% -

31.5%, abu 1.1% dan air 71.9%. komposisi tersebut bervariasi karena dipengaruhi

factor interistik ( umur, jenis ) dan ekstrinstik.

Untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, ternak unggas sebaiknya

diistirahatkan sebelum dipotong. Cara pemotongan ternak unggas yang lazim

digunakan di Indonesia adalah kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena

jugularis, dan oesphagus. Saat penyembelihan darah harus keluar sebanyak

mungkin, jika darah dapat keluar sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot

tubuh (Soeparno, 1992). Saat praktikum bobot darah ayam 41,29 gram,

seharusnya jika mengacu pada litelatur 4% daro bobot badan adalah 62 gram (

1650 gr x 4%).

Setelah dipotong, maka ayam dicabuti bulunya. Untuk mempernudah

pencabutan bulu, unggas dicelup dalam air hangat antara 50 - 80ºC selama

beberapa detik. Pencabutan bulu ( defeathering ) dapat dilakukan dengan scalding

( air panas ), dengan tangan atau mesin pencabut bulu halus dengan tangan.

Mulyowati (2002) menerangkan bahwa pencelupan dengan air panas

diklasifikasikan menjadi:

a. Hard scalding, suhu air 65- 85 ºC selama 5-30 detik

b. Sub scalding, suhu air 55- 60 ºC selama 45-50 detik

c. Semi scalding, suhu air 50- 54 ºC selama 20-120 detik

Pencabutan bulu juga dapat dilakukan dengan mesin pencabut bulu ( picker ).

Mesin pencabut bulu terdiri dari dua buah silinder karet yang permukaannya

terdiri dari duri- duri lunak dari karet, arahnya berlawanan. Saat praktikum

pencabutan bulu menggunakan metode semi scalding lalu dimasukan dalam

picker. Hasil picker ternyata tidak hanya merontokan bulu saja tetapi juga kulit

dan kepalanya lepas dan terdapat sobekan daging di dada. Hal ini dikarenakan

pada saat scalding terlalu lama ( lebih dari 30 detik ).

Page 27: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

27

Langkah selanjutnya yaitu eviscerasi atau pengeluaran jeroan termasuk

memisahkan kaki, kepala, ujung sayap dan ekor. Menurut Winarno ( 1996 ) berat

karkas rata- rata sangat bervariasi, berkisar antara 65% - 75% dari berat hidupnya.

Berat karkas saat praktikum yaitu 1202,81 gram, hal ini telah sesuai dengan

pernyataan diatas bahwa berat karkas antara 65% - 75% ( berat utuh 1650 gram ).

Mulywati (2002), menerangkan bahwa setelah proses evicerasi lalu di

dapat karkas utuh. Langkah selanjutnya yaitu pemotongan karkas menjadi daging

( parting ). Karkas dipotong menjadi 9 potong yaitu 2 paha bawah (drumstick), 2

paha atas (thigh), 2 sayap (wing), 2 dada tulang (side breast/rib) dan 1 dada

tengah ( keel ). Bagian atau proporsi dari karkas yaitu 2 paha ± 25.33%, punggung

± 25.425%, dada ± 28.489% dan 2 sayap ± 11.46%. Berdasarkan praktikum bobot

2 paha 304.73 gr, punggung 305.82 gr, dada 342.68 gr dan 2 sayap 137.88 gr, hal

ini menunjukan bahwa bobot karkas telah sesuai dengan pernyataan diatas.

Karkas yang telah dipotong lalu disimpan dalam mesin pendingin agar

tahan lama. Karkas yang telah dipotong dapat dilihat kualitas dari berbagai sudut.

Ada beberapa faktor penentu kualitas karkas yaitu :

1. Confirmation ( keserasian tubuh )

2. fleshing

3. fat covering

4. portending dan non portending

5. banyaknya tulang terpotong dan lepas

6. perubahan warna kulit dan daging

7. tingkatakn kesobekan pada kulit dan daging.

Berikut ini tabel indikasi kualitas karkas unggas:

Tabel 2. indikasi kualitas karkas unggas

Factor Kualitas A Kualitas B Kualitas C

Konformasi

- tulang dada

- punggung

- kaki sayap

Normal

0.3cm lengkung

Normal

Normal

Hampir normal

Agak bengkok

Lekukan sedikit

Agak abnormal

Abnormal

Bengkok nyata

Lekukan besar

Abnormal

Page 28: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

28

- fleshing Daging penuh Daging agak

penuh

Daging tipis

Fat covering Seluruh karkas

ditutupi lapisan

lemak dibawah

kulit

Lemak subcutan

hanya di dada dan

paha

Kurang menutupi

bagian karkas

Pin feathers

- non portunding

- protunding

- kesobekan

- persendian lepas

- tulang patah

Hampir tidak ada

-

Dada& paha tidak

ada, bagian lain

3.8cm

Kurang 1 cm

-

Sedikit & tersebar

-

Dada & paha 3.8 –

7.6 cm

2 cm

1

Tersebar

-

Tidak terbatas

Tidak terbatas

Tidak terbatas

Discoloration,

memar kulit

Tidak ada Dada tidak ada Tidak terbatas

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari

bobot karkas ayam yang digunakan telah memenuhi standar, namun sayangnya

jika dilihat dari luar kualitas karkasnya jelek, karena kulit ayam sobek dan daging

dada ada yang robek. Hal ini dikarenakan kesalahan pada saat prosesing.

Page 29: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

29

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan pra pemeliharaan terdiri dari cuci kandang, pengapuran,

penyemprotan desinfektan, pemasangan litter, cuci tirai, pemasangan brodeer dan

mengistirahatkan kandang sebelum digunakan selama ± 7 hari. Pengapuran

dilakukan dengan melarutkan air dan kapur, sedangkan fumigasi dengan

penyemprotan desinfektan (formaldehyde).

Pemeliharaan meliputi penerimaan DOC, kegiatan rutin ( pemberian pakan

dan minum ), fumigasi, vaksinasi, pelebaran kandang dan culling ayam sakit.

Vaksinasi yang dilakukan saat praktikum sebanyak 3 kali yaitu ND 1 umur 4 hari,

IBD umur 11 hari dan ND 2 umur 21 hari.

Pasca pemeliharaan terdiri dari kegiatan pengosongan kandang, fumigasi,

cuci tempat pakana dan minum serta pembersihan kotoran dan cuci tirai. Selain

itu, dilakukan perhitungan deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.

Nilai yang didapat dari praktikum yaitu deflesi 3.9% ; FCR 1,634 ; efisiensi pakan

59 % dan IP 323,47 %.

Menjaga kualitas dari produsen sampai ketangan konsumen merupakan

langkah akhir setelah dilakukan pemanenan, kegiatan ini melalui berbagai

prosesing pengolahan produk unggas. Tahapan dalam proses pengolahan produk

unggas: penyembelihan, bleeding, pencabutan bulu, eviscerating, pemotongan

karkas dan penyimpanan. Bobot karkas saat praktikum 1150 gr hal ini telah sesuai

dengan litelatur yaitu bobot karkas 65%-75% dari bobot badan. Berat karkas saat

praktikum : 2 paha 339,44 gram, punggung 434,28 gram, dada 334,77 gram dan 2

sayap 112,27 gram

Saran

Praktikum lebih baik lagi, masih banyak yang perlu di benahi baik dari

segi peralatan yang mendukung pemeliharaan maupun kandang. Terakhir, jangan

pernah menyerah untuk mencari dan berbagi ilmu, Smangat!!!

Page 30: Laporan Praktikum Manajemen Peruanggasan

30

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Alfred. 2005. Vaksin Ayam. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www.

Google.co.id

Anonymous. 2007. Budidaya Ayam Ras Pedaging. Pustaka Umum. www. Google.co.id

Mulyowati, dkk. 2002. Lecture Note Ilmu Produksi Ternak Unggas. Fapet –

UNSOED. Purwokerto.

Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging atau Potong Dengan Teknologi Nasa. Poultry Indonesia Farm Indeks Unggas. www. Goole.co.id

Sauvani. 2007. Vaksinasi dan Penyakit. www. Google.co.id.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM- Press. Jogjakarta.

Winarno, F.G,. 1996. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar

Swadaya. Jakarta.