laporan praktikum kimia radiasi · pdf filelaporan praktikum kimia radiasi ... ini terjadi...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

1 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI
“DOSIMETRI CERI-CERO”
ABSTRAK
Dosimetri Ceri-cero pada prinsipnya hampir sama dengan dosimetri Fricke, yaitu suatu bahan yang
dapat memberikan tanggapan yang dapat diukur jika dikenai radiasi. Hanya saja pada dosimetri ceri-cero
ini terjadi berdasarkan reaksi reduksi ion ceri (Ce4+
) menjadi ion cero (Ce3+
). Telah dilakukan percobaan
dosimetri ceri-cero menggunakan mesin berkas elektron milik PTAPB-BATAN dengan dosis 57,7 kGy dan
kecepatan konveyor 0,9 cm/detik. Iradiasi dilakukan kira-kira selama 13,33 detik. Larutan yang digunakan
adalah larutan ceri-cero 5 mM yang dibuat dengan menimbang 0,2082 gram Ce(SO4)2 kemudian
melarutkannya dengan H2SO4 0,8 N. Analisis kuantitatif untuk mengukur beda absorbansi sebelum dan
setelah iradiasi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 294 nm.
Dalam percobaan ini juga dilakukan uji pengaruh efek scavenger terhadap larutan dosimeter ceri-cero
dengan menambahkan kitosan ke dalam larutan ceri-cero. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer uv-vis dapat diketahui bahwa terjadi penurunan absorbansi larutan ceri-cero setelah
iradiasi. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh besarnya dosis serap dari larutan Ce(SO4)2 setelah
diiradiasi yaitu untuk larutan Ce(SO4)2 dengan penambahan kitosan sebesar 0,19 kGy, sedangkan untuk
larutan Ce(SO4)2 tanpa kitosan sebesar 1,92 kGy.
TATA KERJA
Alat
Peralatan dan fasilitas yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah : Mesin Berkas Elektron
350 keV/10mA, kecepatan konveyor 0,9 cm/detik. Spektrofotometer dengan perangkat lunak Genesys CTA
Reader, spektrofotometer UV-Vis, berbagai piranti gelas, wadah cuplikan dari kaca berbentuk baki, neraca
analitik, dan vial-vial plastik, spatula.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : Ce(SO4)2.4H2O, H2SO4 0,8 N, aquadest, kitosan.
Cara Kerja
1. Preparasi Sampel
Dibuat larutan dosimeter ceri-cero 5 mM dengan cara melarutkan 0,2082 gram Ce(SO4)2.4H2O ke dalam
H2SO4 0,8 N kemudian ditandabataskan hingga 100mL. Larutan sampel dibagi ke dalam 3 gelas plastik
(sampel tidak diiradiasi, sampel diiradiasi, sampel yang ditambah kitosan dan diiradiasi). Kemudian
ditentukan massa jenisnya.
2. Iradiasi Sampel dan Penentuan Dosis Radiasi

2 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
Larutan sampel disiapkan ke dalam wadah kaca dan diberi label. Sampel diiradiasi dengan dosis iradiasi
sebesar 57,7 kGy dan tegangan 300 kV, arus disesuaikan dengan dosis yang diinginkan dan kecepatan
konveyor 0,9 cm/detik. Waktu iradiasi cuplikan kira-kira 13 detik. Iradiasi film CTA yang telah
diiradiasi didiamkan dalam suhu kamar minimal selama 2 jam, kemudian diukur rapat optiknya
(absorbansinya) menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Rapat optik CTA
tersebut sebanding dengan dosis serap.
3. Analisis cuplikan hasil degradasi
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui perubahan akibat iradiasi berdasarkan perubahan
intensitas atau pengurangan intensitas warna menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran
intensitas warna dilakukan pada panjang gelombang tertentu pada kondisi terjadi penyerapan
maksimum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dosimetri Ceri-cero pada prinsipnya hampir sama dengan dosimetri Fricke, yaitu suatu bahan yang
dapat memberikan tanggapan yang dapat diukur jika dikenai radiasi. Proses iradiasi dapat mereduksi ion
Ce4+
menjadi ion Ce3+
. Terjadinya peristiwa reduksi ion ceri menjadi ion cero ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan rapat optik pada larutan dosimeter sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengukuran
dosis radiasi. Jumlah ion cero (Ce3+
)
yang terbentuk sebanding dengan besar perubahan rapat optik dan
dapat diukur secara teliti dengan metode spektrofotometri.
Pada percobaan ini larutan induk yang mengandung ion ceri (Ce4+
) dibuat dengan konsentrasi
sebesar 5 mM dan menggunakan pelarut H2SO4 0,8 N. Larutan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama tidak diiradiasi, kedua diiradiasi tanpa kitosan, dan yang ketiga diiradiasi menggunakan kitosan.
Kitosan disini berfungsi sebagai scavenger atau pemangsa radikal.
Proses iradiasi dengan MBE ini menghasilkan elektron cepat yang kemudian dapat mengionisasi
atau mengeksitasi sistem di sekitarnya. Akibat terjadinya ionisasi primer, sekunder, dan ionisasi lanjutan
yang mungkin terjadi, maka akan menyebabkan kerusakan molekul air yang terjadi dalam waktu yang
sangat singkat. Ion-ion yang terbentuk akan bereaksi dengan molekul-molekul air lain yang belum
terionisasikan dan menghasilkan ion-ion baru serta dapat terbentuk spesi reaktif yang dapat menimbulkan
reaksi reduksi ion. Spesi reaktif yang dapat menimbulkan reaksi reduksi diantaranya adalah e-aq dan H
•
.
Dalam air, e-aq dan H
•
akan mengubah ion ceri menjadi ion cero seperti reaksi sebagai berikut :
H•
+ Ce4+
H+ + Ce
3+
e-aq + Ce
4+ Ce
3+ + H2O
Cerium (IV) sulfat merupakan zat pengoksid yang sangat kuat dan larutan cerium hanya dapat digunakan
dalam larutan asam, yang paling baik adalah dalam konsentrasi 0,5 N atau lebih tinggi. Oleh karena itu,
dalam percobaan ini digunakan larutan asam (H2SO4) dengan konsentrasi 0,8 N. Pada pelaksanaannya,

3 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
larutan dosimeter ceri-cero tersebut diiradiasi dengan MBE milik PTAPB-BATAN dengan dosis sebesar
57,7 kGy.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui perubahan densitas optik, dalam hal ini absorbansi
dari larutan dosimeter ceri-cero sebelum dan setelah diiradiasi dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 294 nm.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan absorbansi sebelum dan setelah iradiasi.
Absorbansi larutan dosimeter ceri-cero mengalami penurunan setelah diiradiasi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terjadi penurunan jumlah ion ceri (Ce4+
). Penurunan tersebut dikarenakan ion ceri tereduksi menjadi
ion cero (Ce3+
) sehingga absorbansinya menurun. Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut.
Dosis serap untuk larutan Ce(SO4)2 setelah iradiasi sebesar 1,92 kGy.
Dosis serap untuk larutan Ce(SO4)2 + kitosan setelah iradiasi sebesar 0,19 kGy.
Pada percobaan ini dilakukan perlakuan yang berbeda pada larutan Ce(SO4)2 yang diiradiasi yaitu larutan
Ce(SO4)2 yang ditambah dengan kitosan dan larutan Ce(SO4)2 tanpa penambahan kitosan, dimana kedua
larutan tersebut memberikan hasil atau dosis serap yang berbeda. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa dosis serap dari larutan Ce(SO4)2 dengan penambahan kitosan lebih kecil dari
pada larutan Ce(SO4)2 tanpa penambahan kitosan. Hal ini dikarenakan kitosan tersebut berfungsi sebagai
scavenger atau pemangsa radikal yang dihasilkan dari interaksi radiasi MBE dengan larutan Ce(SO4)2.
Kitosan ini memiliki sifat yang lebih reaktif daripada ion ceri, sehingga ketika ada spesi aktif (radikal
bebas) hasil interaksi antara radiasi dengan molekul air, maka spesi aktif tersebut dengan cepat akan
bereaksi terlebih dahulu dengan kitosan. Dengan semakin berkurangnya radikal karena dimangsa (ditarik)
oleh kitosan tersebut, maka akan menyebabkan berkurangnya ion Ce4+
yang tereduksi menjadi ion Ce3+
karena radikal tersebut yang menyebabkan ion ceri tereduksi menjadi ion cero. Semakin berkurangnya ion
ceri yang tereduksi menunjukan dosis radiasi yang diserap oleh larutan Ce(SO4)2 tersebut akan semakin
kecil.
Dari hasil pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer uv-vis diketahui bahwa
absorbansi larutan Ce(SO4)2 sebelum iradiasi justru lebih kecil apabila dibandingkan dengan absorbansi
larutan Ce(SO4)2 setelah iradiasi. Padahal seharusnya absorbansinya justru semakin kecil karena terjadi
pengurangan jumlah ion ceri karena tereduksi menjadi ion cero. Hal tersebut dapat disebabkan karena
kurang tepat dalam pemilihan panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, pada saat pengukuran absorbansi digunakan panjang gelombang 294 nm. Padahal
pengukuran perubahan kerapatan optik (absorbansi) ceri-cero akan optimum ketika dilakukan pada panjang
gelombang 320 nm. Hal ini juga mengakibatkan ketidaksesuaian antara dosis yang terukur pada dosimeter
CTA dengan dosis yang diperoleh dari hasil perhitungan. Selain itu, adanya ketidaksesuaian antara hasil

4 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
pembacaan CTA dengan hasil perhitungan dapat dikarenakan kurang bersih dalam membersihkan kuvet
yang digunakan pada saat analisis menggunakan spektofotometer uv-vis sehingga dapat mempengaruhi
absorbansinya serta ketidakseragaman dosis yang dihasilkan MBE dan hal ini berhubungan dengan
peletakan larutan ketika dilakukan iradiasi.
KESIMPULAN
1. Larutan Ceri-cero dapat digunakan sebagai salah satu dosimeter berdasarkan perubahan absorbansi
larutan sebelum dan sesudah iradiasi akibat terjadinya reduksi ion Ce4+
menjadi ion Ce3+
.
2. Proses yang terjadi saat larutan Ceri diiradiasi adalah terbentuknya spesi aktif yang sebagian bersifat
reduktor kuat yang kemudian akan mereduksi ion Ce4+
menjadi Ce3+
dan pada akhirnya menyebabkan
penurunan absorbansi larutan setelah diirradiasi.
3. Dosis serap untuk larutan Ce(SO4)2 setelah iradiasi sebesar 1,92 kGy.
4. Dosis serap untuk larutan Ce(SO4)2 + kitosan setelah iradiasi sebesar 0,19 kGy.
5. Terdapat perbedaan antara dosis serap CTA (57,7 kGy) dengan dosis serap dosimeter ceri-cero
(3,97.103 kGy) karena adanya ketidakseragaman dosis yang dihasilkan MBE serta ketidaktepatan
dalam pemilihan panjang gelombang pada saat pengukuran menggunakan spektrofotometer uv-vis.
6. Kitosan dapat berperan sebagai scavenger atau pemangsa radikal ketika ditambahkan ke dalam larutan
Ce(SO4)2 dan kemudian diiradiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Christina P,Maria dan Megasari,Kartini.2007.Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan dan
Contoh Aplikasinya.Yogyakarta : STTN-BATAN
Tarwito.2010.Diktat Kuliah Kimia Radiasi.Yogyakarta : STTN-BATAN.
Thamrin, M. Thoyib dkk.2004.Buletin ALARA Volume 5 No. 2 & 3 Halaman 89-96 “Pengukuran Dosis
Serap Dengan Dosimeter Kimia”.Jakarta : Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir –
BATAN
Thamrin, M. Thoyib dan Mukhlis Akhadi.1997. Buletin ALARA 1 (2), 27-33 (1997) “Dosimetri Gamma
Dosis Tinggi Dalam Kegiatan Industri”(pdf).Jakarta : Pusat Standardisasi dan Penelitian
Keselamatan Radiasi – BATAN
Asisten,
Maria Christina P, S.ST
Yogyakarta, 19 Januari 2011
Praktikan,
Dyah Kumala Sari