laporan praktikum kimia fisika ii uv.docx
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Kimia Fisika II
PENENTUAN KONSTANTA LAJU REAKSI DENGAN METODA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Oleh
Kelompok 5
Fitria Wijayanti
Illona Putri
Meli Menia
Reza Rahmat Putra
Dosen
Deski Beri, S.Si, M.Si
Hari Sanjaya M.Si
Asisten Dosen
Indri Gus Permata Sari
Lisa Aulia Ikhsani
Wawan Kurniawan
Jurusan Kimia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2012
PENENTUAN KONSTANTA LAJU REAKSI DENGAN METODA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Melatih penggunaan alat spektrofotometer UV-Vis
2. Menentukan serapan maksimum ( λ )
3. Menentukan konstanta laju rekasi larutan sampel karbamat
B. TEORI DASAR
Ester karbamat akan terhidrolisa pada kondisi basa, dimana hasil reaksinya
adalah senyawa hidroksi, amin, dan CO2, mengikuti reaksi sebagai berikut :
O O
ArOCNHCH3 + OH- ArOCN-CH3 → ArO-CH3NCO
CH3NCO + H2O→ CH3HNCOH → CH3NH2 + CO2
O
Kesetimbangan reaksi pertama terjadi sangat cepat dan k1 jauh lebih kecil
dibandingkan dengan k2 dan k3, sehingga k1 merupakan langkah penentu kecepatan
reaksi. Dilihat dari struktur, antara reaktan dan produk mempunyai gugus substituent
yang berbeda, yaitu gugus ester pada reaktan dan gugus hidroksi pada produk. Kedua
senyawa ini dapat diperkirakan mempunyai serapan dalam spektrofotometer pada
panjang gelombang yang berbeda, sehingga untuk mengamati kecepatan reaksinya
dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Dengan spektrofotometer UV-Vis diamati sifat fisika zat tersebut yaitu
absorban ( A ) dari sampel karbamat. Secara kinetika hubungan absorban ( A ) dengan
konsentrasi adalah :
xa= A−A0A∾−A 0
.........................................................................................( 1 )
aa−x
= A∾−A 0A∾−A ....................................................................................( 2 )
Dimana : x = zat yang bereaksi
a-x = konsentarsi pada waktu
A = absorban pada waktu t
A∾ = absorban pada waktu tak hingga ( akhir reaksi )
a = konsentarsi awal
A0 = absorban pada awal
Berdasarkan reaksi orde pertama ( 1 ) didapatkan hubungan :
k = 1t ln
aa−x ..........................................................................................( 3 )
maka persamaan ( 3 ) ini dapat dinyatakan dalam bentuk :
k = 1t ln A∾−A0A∾−A ....................................................................................( 4 )
Atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan linear :
ln ( A∾-A ) = -kt + ln ( A∾-A0 ) .............................................................. ( 5 )
dari persamaan ini dibuat kurva ln ( A∾-A ) Vs t sehingga didapatkan harga
konstanta laju reaksi ( k ) dari slopnya dan sebagai intersepnya ln ( A∾-A0 )
Berdasarkan teori laju reaksi yaitu teori tumbukan, laju reaksi antara molekul
A dan B dalam tiap meter kubik persatuan waktu dinyatakan dalam persamaan :
ZAB = πσ2 AB NA NB (8kTπµ
¿ ¹ �̸ ₂ .................................................................
( 6 )
Dengan σAB = (σA+σB)
2 dan
1µ=( 1mA )+( 1
mB) ,dimana σA dan σB adalah diameter
molekul, mA dan mB adalah massa molekul NA dan NB adalah jumlah molekul A dan B
permeter kubik serta k adalah konstanta Boltzman. Tetapi tidak setiap tumbukan
menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi jika tumbukan mempunyai energy
lebih besar dari Ea. Fraksi tumbukan yang mempunyai energy lebih besar dari Ea
sebanding dengan eksp. ( -Ea / RT ), sehingga laju reaksi setiap mol menjadi :
_ dcA ¿ πσ2 AB NA cAcB (
8kTπµ
¿ ¹̸� ₂ e (Ea/RT )..........................( 7 )
dt
dimana N = c NA, karena rumus empiris laju reaksi elementer adalah −dCAdt
=kcAcB
maka konstanta kecepatan reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
k = πσ2 AB NA (
8kTπµ
¿ ¹̸� ₂ e -(Ea/RT ).........................................( 8 )
k = NA ZAB e -(Ea/RT )................................................................( 9 )
Persamaan Arrhenius mempunyai bentuk yang sama dengan persamaan di
atas, sehingga teori tumbukan dapat menduga factor frekuensi A :
A = πσ2 AB NA (
8kTπµ
¿ ¹ �̸ ₂ ........................................................( 10 )
Ketergantungan A terhadap suhu tidak sangat kuat karena T ada dalam bentuk akar,
sehingga untuk jangkauan suhu yang tidak terlalu besar, A bisa dianggap konstan.
Pada suhu normal, kecepatan molekul sekitar 400 m/dt. Harga σ sekitar 3 x 10-10 m,
sehingga harga A adalah :
A = ( 6 x 1023/ mol ) π (3 x 10-10 ) 2 ( 400 m/dt ) ≈ 7 x 107 m3/ mol dt...( 11)
Bila konsentrasi diubah dalam satuan mol/ L, maka harga A menjadi 7 x 1010 L/ mol
dt. Harga factor frekuensi untuk reaksi bimolekuler pada suhu 300K berkisar antara
109 – 1010 L/ mol dt.
Untuk molekul sederhana, nilai A yang dihitung secar teoritis hamper sama
dengan nilai A hasil eksperimen. Tetapi untuk molekul yang lebih komplek terjadi
penyimpangan yang cukup nyata. Kecepatan reaksi cenderung lebih kecil dari yang
lebih diduga oleh teori tumbukan. Dalam banyak hal lebih kecil dengan factor 105
atau lebih. Untuk memperhitungkan factor ini, dimasukkan tambahan P, yang disebut
factor probabilitas atau factor sterik, yang dimasukkan dalam persamaan k :
k = P e-Ea/RT .............................................................................................( 12 )
Faktor sterik, P dapat ditentukan dengan membandingkan harga A hasil eksperimen
dengan harga A yang didapat dari teori tumbukan,
P = A eksperimenA tumbukan
atau P = k eksperimenk tumbukan
...............................( 13 )
Harga konstanta laju reaksi pada beberapa suhu menurut persamaan Arrhenius dapat
dinyatakan :
ln k 2k 1
=EaR
( 1T 1
− 1T 2
¿ ....................................................................( 14 )
Dimana k1 dan k2 adalah konstanta laju pada suhu T1 dan T2. Jika k1 dan k2 sudah
didapat, maka Ea dapat ditentukan.
C. Alat dan bahan
Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer UV-
Vis, shering, dan peralatan gelas.
Bahan
Bahan yang dipakai adalah sampel karbamat, larutan NaOH 0,01 M yang
mengandung 40% MeOH
D. Cara Kerja
1. Hubungkan alat spektrofotometer UV-Vis dengan arus listrik
2. Hidupkan alat dan biarkan ± 15 menit sebelum dipakai
3. Penentuan panjang gelombang maksimum ( mak) :
a. Atur panjang gelombang pada alat
b. Masukkan tabung kuvet yang telah berisi larutan blanko ± ¾ bagian
kedalam tempat tabunng kuvet bagian dalam (gunakan larutan blanko yang
cocok)
c. Masukkan tabung kuvet yang berisi larutan sampel karbamat ke dalam
tempat tabung kuvet bagian luar. Larutan sampel adalah 80µL larutan
sampel karbamat (0,1 mg/mL) dilarutkan dalam 8 mL solven (0,01 M
NaOH mengandung 40% MeOH)
Perhatikan ! jangan sekali-kali memasukkan tabung kuvet yang kosong ke
dalam alat apabila alat sudah dihidupkan dan sebelum dimasukkan ke
dalam alat, dinding tabung kuvet harus dibersihkan / dikeringkan dulu
dengan tissue
d. Tutup tempat tabung kuvet
e. Kalibrasi alat sehingga absorban nol (A=0,0), lalu ukur absorban dari
sampel, baca dan catat data nilai absorban (A) pada alat
f. Ulangi prosedur (e) pada panjang gelombang yang lain sehingga
didapatkan panjang gelombang yang palinf sensitive (panjang gelombang
maksimum / mak).
4. Set alat pada panjang gelombang maksimum ( maks) tersebut.
5. Ulangi prosedur (3b s.d 3d)
6. Amati serapan dari sampel secara terus menerus pada berbagai variasi waktu
(pada t=0 sampai t=∞), misalnya range waktu dibuat 5 menit, sampai didapatkan
serapan pada waktu tak hingga (A∞)
7. Buat kurva ln (A∞ - A) versus t, sehingga didapatkan harga k1 dari slopnya
sebagai intersep ln(A∞ - A0)
8. Ulangi prosedur diatas pada temperatur (T) yang lain sehingga didaptkan harga k2,
lalu tentukan energi aktivasi Arrhenius dengan menggunakan persamaan 4