laporan praktikum kimia fisika bab 3
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
1/12
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN III
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
Cahyo Fajar Handayani, Aries Setyo Wibowo, Sasih Martiani
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju
reaksi dan menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius. Praktikum ini dilakukan menggunakan larutan H2O25 ml dan 5 ml
air dalam tabung 1 serta larutan KI 10 ml, Na2S2O3 1 ml dan 1 ml amilum
dalam tabung 2, kemudian kedua tabung reaksi tersebut diletakkan dalam
gelas piala 600 ml yang berisi air yang disesuaikan dengan suhu pengamatan,
sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan
suhu pengamatan yaitu 20oC, 25oC, 30oC, 35oC, dan 40oC (untuk suhu
pengamatan 20oC dan 25oC dilakukan dengan bantuan es). Pada praktikum ini
didapatkan harga energi aktivasi sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu -
4.7397 sehingga diperoleh nilai A sebesar 8.7413 x . Dan juga hasilpraktikum menunjukkan bahwa temperatur atau suhu berpengaruh pada laju
reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi juga akan semakin cepat. Hal
ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k yang lebih besar pada suhu yang
lebih tinggi.
Abstract
The lab aims to study the effect of temperature on reaction rate and calculate
the activation energy (Ea) using the Arrhenius equation. This lab is done using
5 ml H2O2 solution and 5 ml of water in one tube and 10 ml of KI solution,
Na2S2O31 ml and 1 ml of starch in tube 2, then the second test tube is placed in
a beaker containing 600 ml of water, adjusted to the temperature observations,
to each tube 1 and tube 2 at the temperature corresponding to the temperature
of observation is 20oC, 25oC, 30oC, 35oC, and 40oC (for temperatures of 20oC
and 25oC observations performed with the help of ice). At this lab activation
energy prices obtained by 2.311292 J / mol and ln A value is -4.7397 to obtaina value of 8.7413 x . And lab results also indicate that the temperature orthe temperature effect on the reaction rate, if the temperature is too high then
the reaction rate will be faster. This is evidenced by the production of a larger
value of k at higher temperatures.
Keywords: Activation Energy; Arrhenius equation; Rate of reaction
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
2/12
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat tumbukan antar molekul terjadi, sejumlah energi kinetik akan digunakan
untuk memutuskan ikatan. Jika energi kinetik molekul besar, tumbukan yang terjadi
mampu memutuskan sejumlah ikatan. Selanjutnya, akan terjadi pembentukan
kembali ikatan baru. Sebaliknya, jika energi kinetik molekul kecil, tidak akan terjadi
tumbukan dan pemutusan ikatan. Untuk memulai suatu reaksi kimia, tumbukan
antarmolekul harus memiliki total energi kinetik minimum sama dengan atau lebih
dari energi aktivasi(Ea). Saat molekul bertumbukan, terbentuk spesi kompleks
teraktifkan(keadaan transisi), yaitu spesi yang terbentuk sementara sebagai hasil
tumbukan antar molekul sebelum pembentukan produk.
A + B -> AB* -> C + D
reaktan keadaan transisi produk
1.2 Landasan Teori
Istilah energi aktifasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan
dinyatakan dalam satuan kilojule per mol. Terkadang suatu reaksi kimia
membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar, maka dari itu dibutuhkan
suatukatalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan energi yang lebih
rendah. Jika terdapat suatu reaksi reaktan menjadi produk, maka jika reaksi diatas
berlangsung secara eksoterm. Persamaan Arrhenius mendefisinkan secara kuantitatif
hubungan antara energi aktivasi dengan konstantalaju reaksi, dimana A adalah
faktor frekuensi dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T adalah temperatur
dalam Kelvin dan k adalah konstanta laju reaksi. Dari persamaan diatas dapat
diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperatur (Atkins PW. 1999).
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang
berbeda ( membentuk senyawa produk ). (Castellan GW. 1982).
Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang
baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan
beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem
terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi
kompleks. Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Katalishttp://belajarkimia.com/pengenalan-kinetika-kimia-%E2%80%93-laju-reaksi/http://belajarkimia.com/pengenalan-kinetika-kimia-%E2%80%93-laju-reaksi/http://id.wikipedia.org/wiki/Katalis -
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
3/12
reaktan yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat
membentuk reaktan kembali. Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena
sistem tidak stabil (Vogel. 1994)
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Konstanta laju reaksi
(k) bergantung pada temperatur (T) reaksi dan besarnya energi aktivasi(Ea).
Hubungan k, T, dan Eadinyatakan dalam persamaan Arrheniussebagai berikut:
k = A eEa / RT (Sukarjo : 1997)
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
atau
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang seringdisimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju
reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien (Ea/RT) dan
intersep ln A. (Tim Dosen Kimia Fisik : 2013)
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan
suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari
energi aktivasi
Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi
yang lebih rendah. (Castellan : 1982)
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
b.Bagaimana cara energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius
1.4 Tujuan Praktikum
a. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b.Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
4/12
2. METODE
2.1Alat
a. Rak tabung reaksi (terbuat dari kayu, berbentuk seperti balok) 1 buah
b.Tabung reaksi (ukuran 15 x 150mm, terbuat dari kaca borosilikat tahan panas) 4
buah
c. Gelas piala 600 ml (Terbuat dari gela (polipropilen) atau plastik yang tahan panas
dan mempunyai volume 600 mL) 1 buah
d.Pipet ukur 10 ml (berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung
bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet)
e. Stopwatch
2.2Bahan
Bahan Spesifikasi Perusahaan Pembuat
H2O20,04 M Bahan kimia oksidator PT Peroksida Indonesia Pratama
KI 0,1 M garam putih PT. Smart Lab Indonesia
Na2S2O3 satusebatianhablur yang jernih PT. Smart Lab Indonesia
Amilum karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air,
PT. GP Farmasi
Es Batu air yang membeku, berbentuk
kristal
2.3Cara Kerja
Pertama siapkan tabung 1 berisi 5 ml H2O2dan 5 ml air serta tabung 2 berisi 10
ml KI, 1 ml Na2S2O3dan 1 ml amilum. Kemuadian kedua tabung reaksi diletakkan
dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai dengan suhu pengamatan, sampai
masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu
pengamatan yaitu 20oC, 25oC 30oC, 35oC, dan 40oC untuk suhu pengamatan 20o-
25oC dilakukan dengan bantuan es.
2.4Variabel Pengamatan
- Variabel bebas : suhu
- Variabel terikat : waktu reaksi
http://ms.wikipedia.org/wiki/Hablurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://ms.wikipedia.org/wiki/Hablur -
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
5/12
2.5Cara Analisis Data
Mgrek H2O2 = M.V.val (mgrek)
Mgrek KI = M.V.val (mgrek)
Mgrek Na2S2O3 = M.V.val (mgrek) pereaksi pembatas
Mgrek H2O2yang bereaksi = mgrek tio
[H2O2]awal =
(M)
[H2O2]bereaksi =d [M]
Menghitung k
k = | | Menghitung ln K
Menghitung 1/T
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
6/12
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data
Setelah praktikan melakukan percobaan diperoleh waktu reaksi saat mulai
pencampuran sampai saat pertama kali larutan berubah warna menjadi biru
keunguan. Data tersebut dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan dalam Proses Praktikum
No
Suhu Awal (C)Suhu Akhir
Campuran (C)
Rata-rata Suhu
(C)
Waktu
Reaksi
(detik)
Tabung
1
Tabung
2Campuran
1 40 40 40 39 38.5 16
2 35 35 35 34 34.5 20
3 30 30 30 28 29.0 24
4 25 25 25 26 25.5 33
5 20 20 20 23 21.5 50
Mgrek H2O2 = M.V.val = 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek
Mgrek KI = M.V.val = 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek
Mgrek Na2S2O3 = M.V.val = 0,001 x 1 x 1 = 0,001 mgrekpereaksi pembatas
Mgrek H2O2yang bereaksi = mgrek tio
[H2O2]awal =
= 225.04,0
= 0,009091 M
[H2O2]bereaksi =d [M] = = 0,000909 M
Menghitung k
k =
|
|
Dari data 1 (t = 16 detik):
k1=
= 0.00625
Dari data 2 (t = 20 detik):
k2=
= 0.005
Dari data 3 (t = 24 detik):
k3= = 0.004166667
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
7/12
Dari data 4 (t = 33 detik):
k4=
= 0.003030303Dari data 5 (t = 50 detik):
k5 = = 0.002
Menghitung ln K
Dari data 1 (k1 = 0.00625):
Ln k1 = -5.075173815
Dari data 2 (k2= 0.005):
Ln k2= -5.298317367
Dari data 3 (k3= 0.004166667):
Ln k3 = -5.480638923
Dari data 4 (k4= 0.003030303):
Ln k4 =-5.799092654
Dari data 5 (k5 = 0.002):
Ln k5 =
Menghitung 1/T
Dari data 1:
1/T = = 0,025974Dari data 2:
1/T =
= 0.028986
Dari data 3:
1/T =
= 0.034483
Dari data 4:
1/T =
= 0.039216
Dari data 5:
1/T =
= 0.046512
Dari data perhitugan diatas maka diperoleh table dengan rata-rata suhu yang
sebagai variable bebas dan waktu reaksi sebagai variable terikat yang telah
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
8/12
ditentukan diawal. Dari data tersebut maka diperoleh hasil perhitungan nilai 1/T, K,
dan ln K. Sehingga dari data dan perhitungan yang telah ada dapat dibuat table
sebagai berikut :
Tabel 2. Sumbu X (1/T) dan Sumbu Y (ln K)
Melalui proses perhitungan (analisa data pada lampiran) dapat digambarkan
grafik ln k vs 1/T sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Ln K vs TPerhitungan Ea
Dari kurva diperoleh persamaan: y = -0.278x4.7397 ( y = mx + b )
a. m = - 0.278, maka m = -
Ea = - ( m x R ) = - (-0.278 x 8,314) = 2.311292 J/mol
b. B = intercept = ln A = - 4.7397A = 8.7413 x
-5.075173815-5.298317367 -5.480638923
-5.799092654-6.214608098
y = -0.278x - 4.7397
R = 0.9724
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
0.025974026 0.028985507 0.034482759 0.039215686 0.046511628
lnK
1/T
ln K vs 1/T
ln K vs 1/TLinear (ln K vs 1/T)
No.Rerata suhu
(oC)
1/T
(sumbu x)
waktu
(detik)K
Ln K
(sumbu y)
1. 38.50.025974
160.00625 -5.075173815
2. 34.50.028986
200.005 -5.298317367
3. 29.00.034483
240.004166667 -5.480638923
4. 25.50.039216
330.003030303 -5.799092654
5. 21.50.046512
500.002 -6.214608098
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
9/12
3.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
yang sistemnya terdiri dari dua tabung yaitu tabung 1 dan tabung 2. Pertama- tama
suhu kedua tabung reaksi harus disamakan . Hal ini dilakukan karena kita akan
mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Percobaan ini juga bertujuan untuk
menghitung energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius. Untuk mengetahui
hal tersebut, energi aktivasi ditentukan nilainya dengan mengolah data dari grafik
hubungan ln K dan 1/T berdasarkan persamaan Arrhenius.
Dalam percobaan ini reaksi yang diukur adalah reaksi hidrogen peroksida
dengan ion iodida. Dalam hal ini, hidrogen peroksida dicampurkan bersamaan
dengan iodide, ion tiosulfat dan amilum. Setelah dicampurkan, larutan yang
terbentuk akan berubah warna menjadi biru. Waktu yang diperlukan dari ketika
larutan dicampurkan sampai mulai berwarna biru dinyatakan sebagai waktu reaksi.
Penambahan larutan H2O2 berfungsi sebagai oksidator, yaitu mengubah I-
menjadi I2. I-kemudian berikatan dengan Na2S2O3yang berfungsi sebagai reduktor,
I2berubah kembali menjadi I-yang selanjutnya berikatan dengan larutan kanji. Ion
iodida dan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I2, gas tersebut akan
bereaksi kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodida. Namun,
dalam reaksi ini, tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat
habis bereaksi. Dengan tambahan amilum, ion iodida yang terbentuk kembali akan
bereaksi dengan amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang
digunakan haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat
memiliki kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar. Oleh karena itu,
sesaat setelah larutan amilum dibuat sebaiknya larutan dipanaskan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
Pada temperature yang relative tinggi yaitu pada percobaan ini 40oC perubahan
warna yang terjadi sangatlah cepat hanya membutuhkan waktu 16 detik, dan untuk
temperature dibawah 40oC atau temperature rendah waktu reaksi yang dibutuhkan
semakin lama. Hal ini membuktikan bahwa pada temperatur yang lebih tinggi, ion-
ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Berdasarkan teori
tumbukan, energi kinetik yang lebih besar akan membuat tumbukan antar partikel
akan menjadi lebih sering, sehingga reaksi akan lebih cepat berlangsung. Sehingga
berdasarkan hasil percobaan terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel
yang dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
10/12
dari luar sistem untuk mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan teori. Energi
tersebut akan diukur besarnya ( energi aktivasi ). Oleh karena itu semakin tinggi
suhu maka waktu yang diperlukan untuk bereksi semakin cepat
Pada percobaan ini, didapatkan nila Ea sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A
yaitu - 4.7397 serta nilai A = 8.7413 x .Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2H2O2 2H2O + O2
I2+ 2S2O32- 2I- + S4O6
2-
2H2O2+ 2I-+ S4O6
2- I2+ 2H2S2O3 + 2O2
4. SIMPULANBerdasarkan data percobaan, diperoleh grafik yang linier sehingga percobaan yang
kami lakukan sesuai dengan persamaan Arrhenius. Dari analisis data yang terdapat pada
bab hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa energi aktivasi dari percobaan ini
adalah 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu -4.7397, nilai A = 8.7413 x Dan jugadapat disimpulkan bahwa temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin
tinggi maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya
harga k yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi.
5. DAFTAR PUSTAKAAtkins PW. 1999. Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto
Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal
Chemistry.
Castellan GW. 1982.Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General
Graphic Services.
Sukarjo.1997.Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Vogel. 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
11/12
Semarang, 24 September 2013
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Cahyo Fajar Handayani
NIM. 4301411113
-
8/13/2019 Laporan Praktikum Kimia Fisika Bab 3
12/12
JAWABAN PERTANYAAN
1. Alasan yang mungkin menyebabkan terjadinya penyimpangan jika suhu diatas 40oC
adalah jika suhunya lebih dari 40oC maka larutan amilum akan rusak atau rusak
sebagian , sehingga ion iodida yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat
terdeteksi dengan baik.
2. Ya, karena Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik.
Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi
minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Semakin kecil harga ln K maka harga 1/T
rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka
energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan
sehingga akan memperbesar harga laju reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dimana
energi aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaksi.
3. Ya, karena temperatur berbanding terbalik dengan waktu. Semakin tinggi suhu,
kecepatan gerak partikel-partikel pereaksi dan energi kinetik partikel ikut meningkat.
Hal ini menyebabkan tumbukan akan lebih sering terjadi dan reaksi akan lebih cepat
berlangsung.Perubahan suhu umumnya mempengaruhi harga tetapan laju K. Jika suhu
dinaikan maka harga K akan meningkat dan begitu sebaliknya. Sehingga kurva energy
aktifasi selalu linier.