laporan praktikum kimia analisis p2
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISISPERCOBAAN 2
ASIDI-ALKALIMETRI
Disusun Oleh :
1. Thea Widi Indiani G1F0110112. Iin Solihati G1F0110133. Kurnia Puspa H. G1F0110154. Imroatul Kanza A.A. G1F0110175. Wigati Nuraeni G1F011019
Nama Asisten : Ayu Fitrianita & SartikaHari/tanggal praktikum : Selasa, 16 Oktober 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASI
PURWOKERTO2012
I. JUDUL PERCOBAAN
Asidi Alkalimetri
II. TUJUAN
Menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel menggunakan prinsip reaksi asam-
basa.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu labu ukur 50 mL, buret 50 mL, 3
buah labu erlenmeyer, 3 buah pipet tetes, pipet volume, beaker glass, gelas ukur, spatula,
batang pengaduk, statif dan klem, gelas arloji, corong, gelas piala, tissue, penjepit dan
timbangan.
Bahan yang digunakan yaitu HCl pekat, akuades, natrium karbonat anhidrat, indikator
PP, natrium hidroksida, asam oksalat dihidrat, NaOH, asam salisilat, etanol 95%, asam
sitrat, natrium karbonat dan indikator metal jingga.
IV. DATA PENGAMATANI. LARUTAN BAKU
A. LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA 0,1 N1) Vo . No = VNaOH . NNaOH
10 . 0,1 = 9,87 . NNaOH
NNaOH = 10 .0,19,87
= 0,1 N2) Vo . No = VNaOH . NNaOH
10 . 0,1 = 9,87 . NNaOH
NNaOH = 10 .0,19,87
= 0,1 N3) Vo . No = VNaOH . NNaOH
10 . 0,1 = 9,9 . NNaOH
NNaOH = 10 .0,1
9,9= 0,1 N
NNaOH = N 1+N 2+N 3
N
= 0,1+0,1+0,1
3
= 0,1 N
B. LARUTAN ASAM KLORIDA 0,1 N
1) NHCl = 2 x mg Na 2 CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x 200
106 x 39,3= 0,0960 N
2) NHCl = 2 x mg Na 2 CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x200
106 x 39,4= 0,0957 N
3) NHCl = 2 x mg Na 2 CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x 200
106 x 39,6= 0,0952 N
NHCl = N 1+N 2+N 3
3
= 0,096+0,0957+0.0952
3
= 0,0956 N
II. PENETAPAN KA`1DARA. PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
REPLIKASI VOLUME TITRAN N NaOH1 7,5 ml 0,1 N2 9,4 ml 0,1 N3 5 ml 0,1 N
Kadar ( X ) = (ml titran x N titran x BE zatmg sampel )x 100 %
X1 = 7,5 x 0,1 x138
250x 100 %
= 41,4 %
X2 = 9,4 x 0,1 x 138
250x100 %
= 51,8 %
X3 = 5 x 0,1 x138
250x 100 %
= 27,6 %
x x d [ ( x−x )] d2
41,4 40,26 1,14 1,3
51,8 40,26 11,54 133
27,6 40,26 12,56 157,7
∑ d=25 , 24 ∑ d2=292
d=∑ d
n=
25,243
=8,41
SD=√∑ d2
n−1=√ 292
2=12,08
Harga ditolak jika |x−xd |> 2,5
Dicari x1 ,x 2,x3 x1 = |41,4−40,268,41 |< 2,5 0,13 < 2,5
x 2=|51,8−40,268,41 |< 2,5 1,37 < 2,5
x 3=|27,6−40,268,41 |< 2,5 1,49 < 2,5
kadar = x ± t . SD /√N t = 1,96
=40,26 ± 1,96 x12,08
√3
= 40,26 ± 13,68 %
B. PENETAPAN KADAR ASAM SITRAT
REPLIKASI VOLUME TITRAN N NaOH1 37,5 ml 0,1 N2 36,8 ml 0,1 N3 37,1 ml 0,1 N
Kadar ( X ) = (ml titran x N titran x BE zatmg sampel )x 100 %
X1 = 37,5 x 0,1 x64
250x100 %
= 96 %
X2 = 36,8 x 0,1 x64
250x100 %
= 94,2 %
X3 = 37,1 x 0,1 x 64
250x100 %
= 94,9 %
x x d [ ( x−x )] d2
9695,0
30,97 0,94
94,295,0
30,83 0,68
94,995,0
30,13 0,0169
∑ d=1,93 ∑ d2=1,673
d=∑ d
n=
1,933
=0,64
SD=√∑ d2
n−1=√ 1,673
2=0,91
Harga ditolak jika |x−xd |> 2,5
Dicari x1 ,x 2,x3 x1 = |0,970,64|< 2,5 1,51 < 2,5
x 2=|0,830,64|< 2,5 1,29 < 2,5
x 3=|0,130,64|< 2,5 0,2 < 2,5
kadar = x ± t . SD /√N t = 1,96
= 95,03 ± 1,96 x0,9
√3
= 95,03 ± 1,01 %
C. PENETAPAN KADAR NATRIUM BIKARBONAT
REPLIKASI VOLUME TITRAN N HCl1 33,7 ml 0,096 N
2 30,7 ml 0,096 N3 32,2 ml 0,096 N
Kadar ( X ) = (ml titran x N titran x BE zatmg sampel )x 100 %
X1 = 33,7 x0,096 x 84
250x 100 %
= 108,7 %
X2 = 30,7 x0,096 x 84
250x 100 %
= 99,2 %
X3 = 32,2 x 0,096 x84
250x100 %
= 103,86 %
x x d [ ( x−x )] d2
108,7 103,86 4,84 23,42
99,02 103,86 4,84 23,42
103,8
6103,86 0 0
∑ d=9,68 ∑ d2=46,84
d=∑ d
n=
9,683
=3,22
SD=√∑ d2
n−1=√ 46,84
2=4,83
Harga ditolak jika |x−xd |> 2,5
Dicari x1 ,x 2,x3 x1 = |4,843,22|< 2,5 1,5 < 2,5
x 2=|4,843,22|< 2,5 1,5 < 2,5
x 3=| 03,22|< 2,5 0 < 2,5
kadar = x ± t . SD /√N t = 1,96
= 103,86 ± 1,96 x4,83
√3
= 103,86 ± 5,47 %
V. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah percobaan asidi alkalimetri yang digunakan
untuk menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel menggunakan prinsip reaksi asam
basa. Percobaan ini dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya (Underwood,1999).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titran
adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam berdasarkan reaksi
penetralan dengan kadar larutan asam ditentukan meggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya
secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereasi). Keadaan ini disebut ‘titik ekivalen’.
Setelah mencapai titik ekivalen ini maka proses tirasi dihentikan. Penghentian titrasi dengan
cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi (waktunya titrasi
dihentikan, situasinya berupa kondisi setelah titik equivalen terlewati sehingga suda terdapat
sedikit titran berada dalam Erlenmeyer yang ditandai dengan perubahan warna indikator) dan
diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen (kondisi dimana analit yang ada di
Erlenmeyer tepat habis bereaksi dengan titran yang diburet). Semakin jauh titik akhir titrasi
dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi oleh karena itu, pemilihan
indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercaapi.
Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH nya 7 (Underwood, 1999).
Asidi dan Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antar ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa) (Gandjar, 2007).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).
Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH.
Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan
selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada
awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi
dimulai.
Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar
tidak terjadi kesalahan titrasi.
2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan.
Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik
ekivalen, atau sangat mendekatinya (Wahyuni, 2012).
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam
lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari
indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut
warna basa.
Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang
atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari
trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan.
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada
range pH yang berbeda. (Khopkar. 2003).
Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah
dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas.
(Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
Titrasi yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah titrasi asam kuat dan basa
kuat. Indicator yang digunakan metil jingga dan phenoftalein (pp).
Indikator untuk asam dan basa
Nama Jangka pH dalam
mana terjadi
perubahan warna
Warna asam Warna basa
Kuning metil 2 – 3 Merah Kuning
Dinitrofenol 2,4 - 4,0 Tak berwarna Kuning
Jingga metil 3 – 4,5 Merah Kuning
Merah metil 4,4 – 6,6 Merah Kuning
Lakmus 6 -8 Merah Biru
Fenophtalein 8 – 10 Tak berwarna Merah
Timolftalein 10 -12 Kuning Ungu
Trinitrobenzena 12 -13 Tak berwarna jingga
Sumber :James, E, 1999.
MONOGRAFI BAHAN
1. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak lebih dari 38,0% HCl.
Pemerian cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan dua
bagian air, asap dan bau hilang. Bobot per mL lebih kurang 1,18 gram. Keasaman-kebasaan
larutan yang sangat encer masih bereaksi asam kuat terhadap kertas lakmus P. Penyimpanan
dalam wadah tertutup rapat. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979)
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung
sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3. Pemerian bentuk batang, butiran, massa
hablur atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh, basah. Sangat alkalis dan korosif segera menyerap karbon dioksida.Kelarutan sangat
mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% P. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat dan penggunaan zat tambahan (Anonim, 1979)
3. Akuades
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan
menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain. Pemeriannya cairan
jernih, tidak berwarna dan tidak berbau (Anonim, 1979).
Massa molar : 18.0153 g/mol
Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan
a.0.92 g/cm³, padatan
Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF)
Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
Penampilan : Cairan tak berwarna, Tidak berbau. (Mulyono, 2009)
4. Natrium Karbonat
Natrium karbonat mengandung tidak kurang dari 99,5 % Na2CO3, dihitung terhadap
zat anhidrat. Memiliki berat molekul 124,00. Bentuknya hablur tidak berwarna atau serbuk
hablur putih. Kelarutan mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan ;
keratolitikum ( Anonim, 1979 ).
5. Asam Oksalat Dihidrat
(CO2H)2.2H2O. mengandung tidak kurang dari 99,5% C2H2O4.2H2O. pemerian hablur
tidak berwarna. Larut dalam air dan dalam etanol 95%.Singkatnya, kita harus memilih
indicator yang berubah warna disekitar titik ekivalensi dari titrasi.Untuk asam lemah.pH pada
titik ekivalen di atas 7 dan fenolftalein merupakan indikator yang lazim. Untuk basa lemah,
yang memiliki pH di bawah 7, indikator yang sering digunakan adalah metil merah atau metil
orange. Untuk asam dan basa kuat, indikator yang sesuai adalah , metil merah,
bromtimolbiru, dan fenolftalein (Anonim, 1979).
6. Phenolftalein
Phenolftalein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C20H14O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur, putih atau
putih kekuningan lemah, tidak berbau dan stabil diudara.Kelarutan praktis tidak larut dalam
air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. (anonym,1995). Phenolftalein tergolong
asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indicator tersebut tidak
berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolptalein akan terionisasi lebih banyak dan
memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981)
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda
terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah
indikator menjadi merah muda.Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3.Karena pencampuran
warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini
sulit untuk mendeteksinya dengan akurat.
7. Metil Jingga
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu
larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning,
sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion
H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Anonym,
2009).
Pada saat penambahann asam, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada
ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti
berikut ini:
8. Asam Salisilat (C7 H 6 O3)
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7 H 6 O3.Pemerian hablur ringan
tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan
tajam.Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah
larut dalam kloroform P dan eter P; larut dalam amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat
P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Identifikasi :
A. Menunjukkan reaksi Salisilat yang tertera pada reaksi identifikasi.
B. Larutkan bereaksi asam terhadap larutan merah metil P. Suhu lebur antara 158,5odan 161o.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi
(Anonim, 1979).
9. Asam Sitrat
Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.
Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O7 dihitung terhadap
zat anhidrat. Pemeriannya hablur bening, tidak berwarna, atau serbuk hablur granul sampai
halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau.Rasa sangat asam.Bentuk hidrat mekar
dalam udara kering. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar
larut dalam eter. Baiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979)
10. Natrium Bikarbonat
(NaHCO3)
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99, 0% dan tidak lebih dari
100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur,
putih. Stabil dalam udara kering, tetapi dalam udara lembap secara perlahan-lahan terurai.
Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan
bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat atau dipanaskan. Kelarutan larut dalam air,
tidak larut dalam etanol. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik ( Anonim,
1995 ).
A. Penetapan Kadar Asam Salisilat
Penetapan kadar asam salisilat ini dilakukan dengan cara melarutkan serbuk asam
salisilat yang telah ditimbang sebanyak 250 mg ke dalam etanol 95% netral, kemudian
ditambahkan air sebanyak 20 ml. Penentuan kadar asam salisilat ini menggunakan metode
alkalimetri dimana larutan asam salisilat tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 N yang
sebelumnya telah diteteskan indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Titrasi dilakukan
hingga warna larutan menjadi merah muda. Percobaan ini dilakukan 3 kali, volume yang
diperlukan untuk mentitrasi asam salisilat 250 mg adalah 7,5 ml; 9,4 ml dan 5 ml. Dari data
tersebut didapatkan kadar masing-masing sebesar 41,4% ; 51,8% dan 27,6%. Data ini tidak
sesuai dengan literature ( Anonim,1995) bahwa asam salisilat mengandung tidak kurang dari
99,5%.
Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan baku NaOH, seperti pada saat
penimbangannya.
2. Kurang ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator
3. Penetesan titran yang berlebihan
Reaksi yang terjadi adalah:
C.Penetapan kadar Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat yang digunakan dalam percobaan ini sebanyak lebih kurang 250 mg
sampel yang ditimbang seksama, kemudian dilarutkan dalam 50 mL aquades pada labu ukur.
Selanjutnya larutan tersebut dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
untuk kemudian dititrasi dengan HCl 0,096 N dengan menggunakan indicator metil jingga hingga
larutan berwarna jingga. Setelah di titrasi larutan dipanaskan hingga mendidih lalu didinginkan dan
setelah itu di titrasi kembali. Natrium bikarbonat efektif memberikan manfaat terhadap peningkatan
performa olahraga terutama untuk kegiatan intensitas tinggi dengan waktu yang singkat antara 60
detik hingga 10 menit seperti lari 400 m, 800 m, 1.5 km, sepeda time trial 1 km dan juga renang 100-
400 m.
Natrium bikarbonat adala senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap
disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan sejak lama.
Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue), Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat,
dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Natrium
bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau
tukak lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga digunakan sebagai obat penetral
asam bagi penderita asidosis tubulus renalis (ATR). Lalu NaHCO3 mengendap sesuai persamaan
berikut :
NaHCO3 + HCL --> H2O + NaCl + CO2
Setelah pemanasan, larutan didinginkan kemudian dilakukan titrasi kembali atau titrasi kedua.
Titrasi dilakukan sampai warna jingga tetap atau tidak hilang. Tujuannya adalah untuk memastikan
titik akhir. Volume titran yang diperlukan adalah volume titrasi pertama ditambah dengan volume
pada titrasi kedua. Dengan perhitungan, didapatkan :
A. PENETAPAN KADAR NATRIUM BIKARBONAT
REPLIKASI VOLUME TITRAN N HCl1 33,7 ml 0,1 N2 30,7 ml 0,1 N3 32,2 ml 0,1 N
Kadar ( X ) = (ml titran x N titran x BE zatmg sampel )x 100 %
X1 = 33,7 x0,096 x 84
250x 100 %
= 108,7 %
X2 = 30,7 x0,096 x 84
250x 100 %
= 99,2 %
X3 = 32,2 x 0,096 x84
250x100 %
= 103,86 %
x x d [ ( x−x )] d2
108,7 103,86 4,84 23,42
99,02 103,86 4,84 23,42
103,8
6103,86 0 0
∑ d=9,68 ∑ d2=46,84
d=∑ d
n=
9,683
=3,22
SD=√∑ d2
n−1=√ 46,84
2=4,83
Harga ditolak jika |x−xd |> 2,5
Dicari x1 ,x 2,x3 x1 = |4,843,22|> 2,5 1,5 < 2,5
x 2=|4,843,22|> 2,5 1,5 < 2,5
x 3=| 03,22|> 2,5 0 < 2,5
kadar = x ± t . SD /√N t = 1,96
= 103,86 ± 1,96 x4,83
√3
= 103,86 ± 5,47 %
Dibandingkan dengan literatur (Farmakope Indonesia edisi IV), hasil terssebut tidak
sesuai, seharusnya kadar NaHCO3 adalah tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5%.
Sedangkan hasil yang didapat adalah 103,86 ± 5,47 %, hampir mendekati dari 100,5%.
Ketidaksesuaian hasil dapat disebabkan karena kesalahan dalam pembacaan volume titran
serta tidak samanya warna yang dijadikan acuan sebagai titik ekivalen atau titik akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : Jogjakarta
Day, R.A dan A.L Underwood. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.