laporan praktikum kesuburan tanah

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Teori Dasar Tanah Inceptisol Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organic yang tinggi (Resman dkk.,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 – 1 atm (Resman dkk., 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, 1

Upload: novitasari-natalia-sitanggang

Post on 23-Nov-2015

289 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

laporan praktikum kesuburan tana dan nutrisi tanaman

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Teori Dasar Tanah InceptisolInceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organic yang tinggi (Resman dkk.,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 1 atm (Resman dkk., 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Resman dkk., 2006).

1.2Deskripsi Tanaman JagungJagung sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu, diduga berasal dari benua Amerika. Berawal dari Peru dan Meksiko, jagung berkembang terutama di daerah Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-16 jagung sampai ke India dan Cina. Di Indonesia, jagung sudah di kenal sejak 400 tahun lalu, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pada abad ke-16 melalui Eropa, India dan Cina (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan genotipe yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik lingkungan. Banyak masyarakat di daerah Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Pantai Selatan Jawa Barat, Sulawesi Selatan bagian Timur, Kendari, Gorontalo, Karo, Dairi, NTT, dan NTB (Suprapto dan Marzuki,2002).Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Nilai ekonomi jagung semakin tinggi karena digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku Industri. Biji jagung sebagai sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun non-pangan. Produksi sampingan berupa batang, daun, dan kelobot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun pupuk kompos. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack), dan brondong (pop corn). Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah menjadi jagung pipilan, beras jagung ataupun jagung giling (Rukmana, 1997).

Jagung memiliki daya adaptasi yang luas, karena dapat ditanam di daerah berbagai iklim yang berbeda, dan pada berbagai jenis tanah. Jagung dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, baik pada tegalan, sawah tadah hujan, maupun irigasi. Namun untuk pertumbuhan yang baik, sebaiknya ditanam pada tanah yang subur dengan pH 5.5 8.0 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Suhu antara 21 320 C sangat ideal untuk pertumbuhan jagung. Juga daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun, dengan curah hujan rata-rata bulanan 100 125 mm. Kemampuan tumbuhan jagung untuk tumbuh secara normal dan menghasilkan di suatu daerah disebut kemampuan beradaptasi. Wilayah yang cocok untuk tanaman jagung disebut agroekosistem (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 580 LU 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 1300 mdpl dengan curah hujan tahunan 250 10,000 mm. jagung dapat hidup dengan baik di daerah yang beriklim panas dan daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperature 23 2700 C (Suprapto dan Marzuki, 2002). Jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat bobot. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH sekitar 5.5 7.0. tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik bila ditanam jagung, karena dapat menghambat pertumbuhan akarnya, bahkan membusuk akarnya. Untuk tanah yang bobot perlu dibuat saluran drainase di dekat tanaman karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan air. Tanah miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 8%, masih dapat ditanam jagung. Pada tanah miring, jagung ditanam dengan arah barisan melintang searah kemiringan tanah. Hal ini untuk mencegah erosi bila turun hujan (Suprapto dan Marzuki, 2002).

1.3ParameterPenetapan Kadar Air Kering MutlakKadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000C 1100C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah.Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105C hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.Penetapan Kemasaman Tanah (pH)Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,510 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Penetapan C Organik Metode Walkley & BlackAdapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.

Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.

Penetapan N Total Metode KjeldahlNitrogen dalam tanah berasal dari (1.) Bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah; dan bahan organik, kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber N yang utama di dalam tanah.); (2.) Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara (Simbiose dengan tanaman legumenose, yaitu oleh bakteri bintil akar atau Rhizobium; Bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik) yaitu Azotobacter (aerobik) dan Clostridium (anaerobik)); (3.) Pupuk, misalnya ZA, Urea, dan lain-lain; dan (4.) Air hujan.Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning dan gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat (NO3-).Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim, dkk., 1986).

Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray IFosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-anorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P (Handayanto dan Hairiyah,2007). Posfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50% dari P total tanah dan bervariasi sekitar 15-80% pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fospat ini berasal dari sisa tanaman, hewan dan mikrobia. Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari asam orthofospat yaitu inositol , fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, dan gula posfat. Tiga senyawa yaitu inositol fospolopid dan asam nukleat amat dominan dalam tanah.Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap unitnya, dan senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang dibentuk secara enzimatik. Asam nukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% P-organik total.Adanya K tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Selanjutnya membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar (Soepardi 1983). K dikenal sebagai hara penentu mutu produksi tanaman (Janke 1992).

BAB IIBAHAN DAN METODE

2.1Penetapan Kadar Air Kering MutlakContoh tanah dipanaskan pada suhu 105oC selama tiga jam untuk menghilangkan air. Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembaban dihitung dari kadar air contoh.

Peralatan :1. Cawan Aluminium2. Penjepit tahan karat3. Oven4. Eksikator5. Neraca analitikBahan:Contoh tanahCara Kerja:1. Timbang cawan aluminium dengan timbangan analitik (W0).2. Masukkan 5 gr contoh tanah kering udara (KU) ke dalam cawan aluminium tadi, kemudian ditimbang kembali (W1).3. Keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam.4. Angkat cawan yang berisi tanah dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.5. Setelah dingin ( 15 menit), kemudian ditimbang kembali (W2), disebut bobot kering mutlak (KM).6. Bobot air / kehilangan bobot adalah W1 W2.

2.2 Penetapan Kemasaman Tanah (pH)Dasar Penetapan :Nilai pH adalah indikator kemasaman tanah (reaksi tanah) yang dicirikan oleh nilai log H+ (pH). Semakin tinggi konsentrasi H+ dalam larutan tanah maka tanah bereaksi kea rah masam atau nilai pH semakin rendah. Tanah tanah yang bereaksi basa akan mempunyai nilai pH lebih besar dari 7.

Konsentrasi H+ di dalamlarutan tanah diukur oleh pH meter dan dikonversi dalam skala pH dengan electrode gelas yang selektif khusus mengukur [H+], sehingga memungkinkan hanya mengukur potensial yang disebabkan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial electrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan electrode gelas (electrode kombinasi).

Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).

Peralatan :1. Neraca analitik2. Botol kocok3. Dispenser 50 ml gelas ukur4. Mesin kocok5. Labu semprot6. pH meterPereaksi :1. Air bebas ion2. Larutan buffer pH 4,03. Larutan buffer 7,0

Cara kerja :1. Timbang 10 g contoh tanah sebanyak dua buah, satu untuk penetapan pH H2O dan satu lagi untuk penetapan pH KCl.2. Masing masing dimasukkan ke dalam botol kocok 100 ml.3. Untuk pH H2O, tambahkan 25 ml air bebas ion; dan untuk pH KCl, tambahkan 25 ml KCl 1 N4. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Kalau tidak ada mesin pengocok dapat diaduk dengan batang pengaduk dari gelas atau digoncang dengan tangan. Biarkan sebentar atau paling lama satu jam.5. Ukur dengan pH meter yang telah dikaliberasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan 4,0.6. Nilai pH dicatat dalam satu desimal.Catatan :1. Prosedur di atas menggunakann rasio 1 : 2,5.2. Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan.

2.3 Penetapan C Organik Metode Walkley & BlackDasar Penetapan :Oksidasi bahan organik oleh K2Cr2O7 dalam suasana asam kuat menjadi gas CO2 dan pembentukan Cr2(SO4)3 yang berwarna hijau. Intensitas warna hijau yang terbentuk menyatakan kadar karbon.Reaksi :C organik + 2K2Cr2O7 + 8H2SO4 2Cr(SO4)3 + 2K2SO4 + 8H2O + 3 CO2Peralatan :1. Labu Erlenmeyr 250 ml2. Pipet 10 ml3. Gelas ukur 25 ml4. BuretBahan :1. K2Cr2O7 1 N2. H2 SO4 pekat3. Indikator Feroin 0,025 N4. FeSO4 0,5 NCara Kerja :1. Timbang 0.5 g tanah diameter 0,5 mm tempatkan dalam labu Erlenmeyer 250 mL. 2. Tambahkan 5 mL K2Cr2O7 1 N sambil digoyangkan perlahan lahan agar berlangsung penrcampuran dengan tanah.3. Tambahkan 10 mL H2SO4 pekat dengan gelas ukur dalam ruang asam sambil digoyangkan sehingga tercampur rata. Usahakan tidak ada arah tanah yang terlempar ke dinding labu.4. Biarkan campuran tersebut selama 30 menit dalam ruangan asam hingga dingin. 5. Encerkan dengan aquadest sampai 100 mL, kemudian dinginkan dan disaring. 6. Tambahkan 810 tetes indikator ferroin 0,025 N. 7. Segera titrasi dengan larutan FeSO4 0.5 N hingga larutan berwarna merah anggur.8. Lakukan juga penetapan blanko sama seperti di atas tanpa menggunakan contoh tanah. 2.4 Penetapan N Total Metode KjeldahlDasar Penetapan :Senyawa nitrogen dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4. Kadar amonium dalam ekstrak ditetapkan dengan cara destilasi. Selanjutnya, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH, dan NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat, kemudian dititrasi dengan larutan baku HCl 0,05 N.

Peralatan :1. Labu Kjedahl 100 ml2. Labu Erlenmeyer 250 ml3. Labu didih 1000 ml4. Pemanas destruksi Kjedahl5. Alat destilasi N-Kjedahl6. Ruang asam7. BuretBahan :1. H2SO4 pekat p.a2. NaOH 40%3. H3BO3 4%4. Indikator campuran selenium5. HCl 0,05 NCara Kerja :1. Timbang 500 mg atau 0,5 g tanah diameter 0,5 mm, masukkan ke dalam labu Kjedahl. 2. Tambahkan 1-2 g campuran selen (satu ujung spatula). 3. Tambahkan 3 ml H2SO4 pekat, goyangkan perlahan agar tercampur rata dan terbasahi oleh H2SO4. 4. Panaskan labu di ruang asam, dari panas rendah (3-5 menit), panas ditinggikan ( - 1 jam) hingga larutan jernih, kemudian didinginkan. 5. Pindahkan ke dalam labu didih (labu destilasi) secara kualitatif, tambahkan 25 ml NaOH 40%. 6. Lakukan Destilasi, tampung destilat dengan erlenmeyer 250 ml yang terisi 10 ml H3BO3 4% dan 3-5 tetes indikator campuran, isi destilat sampai 100 ml. 7. Titrasi destilat dengan HCl 0,05 N yang normalitasnya telah dibakukan terlebih dahulu sampai terjadi perubahan warna dari hijau ke merah muda. 8. Lakukan juga penetapan blanko.

2.5 Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray IDasar Penetapan :Fosfat dalam suasana asam akan diikat sebagai senyawa Fe, Al-fosfat yang sukar larut. NH4F yang terkandung dalam pengekstrak bray akan membentuk senyawa rangkai dengan Fe dan Al yang membebaskan ion PO43-. Pengekstrak ini biasanya digunakan pada tanah dengan pH < 5,5.

Peralatan :1. Meraca analitik dengan ketelitian 3 desimal2. Dispenser 25 ml, 10 ml3. Tabung reaksi4. Pipet 2 ml, botol kocok 50 ml5. Kertas saring6. Mesin pengocok7. SpektrofotometerPereaksi :1. HCl 5 N2. Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan 0,025 N HCl + NH4F 0,003 N)3. Pereaksi P pekat4. Pereaksi pewarna P5. Standar induk 1000 ppm PO46. Standar 100 ppm PO43-7. Deret standar PO4 (0-20 ppm)Cara Kerja :1. Timbang 2,5 g contoh tanah ukuran , 2 mm, ditambah pengekstrak Bray dan Kurt I sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit.2. Saring dan bila larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula. (Proses penyaringanmaksimum 5 menit).3. Dipipet 2 ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi.4. Contoh dan deret standar masing-masing tambah pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, kocok dan biarkan 30 menit.5. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.6. Untuk kalium, ekstrak contoh encer dan deret standar K diukur langsung dengan alat AAS (Atomic Absortion Spektrofotometric).

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil PengamatanKadar Air Kering MutlakSampel Tanah : K0T2P2W0 (bobot cawan aluminium)= 11,8132 gramW1 (bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah)= 16,8211 gramW2 (bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah setelah di oven)= 16,3919 gramPerhitungan :a.

b. 1,09

Perhitungan Kemasaman Tanah (pH)Tabel perhitungan pH tanah12345

H2O6,536,496,466,426,43

KCl5,305,345,355,385,36

NoContoh TanahpH H2OpH KCl

1.K0T2P26,46605,346

Perhitungan C-Organik Metode Walkey & Black Sampel tanah = K0T2P2 V awal= 30 ml V akhir= 33,8 ml Vc = 3,8 ml Vb= 5,5 ml [FeSO4] = 0,4712 N FKA = 1,09 Berat sampel tanah= 0,5 g = 500 mg Perhitungan :

%N-Total Metode Kjedahl Sampel tanah = K0T2P2 V awal= 0 ml V akhir= 1,4 ml Vc = 1,4 ml Vb = 0,1 ml [H2SO4]= 0,0513 N FKA = 1,09 Berat sampel tanah= 0,5 g = 500 mgPerhitungan :

Perhitungan P-Tersedia Metode Bray IPersamaan Regresi LinearN[std] (x)Abs. (y)x.y

10000

21,250,1030,128751,05625

32,50,2240,56625

450,5032,51525

5100,9199,19100

6201,70534,1400

= 638,753,45446,49375532,8124

Persamaan Regresi Lineary = a + bxketerangan :y = absorban samplex = ppm kurva

Maka persamaannya menjadi :y = a + bxy = 0,4651 + 0,01712x

Diketahui : Data absorban sampel tanah K0T2P2 (y) = 1,327 Dengan menggunakan persamaan y = 0,4651 + 0,01712x

Perhitungan :y= 0,4651 + 0,01712x1,327 = 0,4651 + 0,01712x0,8619= 0,01712xx = 50,3446 ppm kurva Kadar P2O5 tersedia (ppm)

Perhitungan K-Tersedia Metode Bray IData absorban sampel tanah K0T2P2 = 5,1521Perhitungan :

Hasil TanamanHasil Tanaman dari tanah inceptisolKomponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MSTPengamatanK0t2P0K0t2p1K0t2p2

Tanaman 1Tanaman 2Tanaman 1Tanaman 2Tanaman 1Tanaman 2

Umur Tanaman14 HST21 HST14 HST21 HST14 HST21 HST

Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)28,2547----

Rata-Rata Jumlah Daun3,55,5----

GejalaTerdapat penyakit karat daunTerdapat penyakit karat daun----

KeteranganTumbuh dengan baikTidak Tumbuh (dilakukan penyulaman)Tidak Tumbuh (dilakukan penyulaman)

Berat basah atau berat segarPerlakuanBerat Tanaman Utuh (g)Tanpa Tanaman Tanpa Akar (g)Berat Akar (g)

K0t2p0Tanaman 111.469.741.37

Tanaman 211.089.451.93

Rata - Rata11.279.601.65

Berat KeringPerlakuanBerat Tanaman Utuh (g)Tanpa Tanaman Tanpa Akar (g)Berat Akar (g)

K0t2p0Tanaman 11.561.260.3

Tanaman 21.120.910.21

Rata - Rata1.341.090.26

Keterangan : Jagung tumbuh hanya pada perlakuan kontrol (K0t2p0)

Hasil Tanaman tanah ultisolKomponen Pertumbuhan dan keadaan tanamanPengamatanPerlakuan

K0T1P0K0T1P1K0T1P2

14 HST21 HST14 HST21 HST14 HST21 HST

Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)17.832417.521.6729.124.67

Rata-rata Jumlah Daun33.6733.6744.3

Gejala DefisiensiTerdapat gigitan hamaTerdapat gigitan serangga, dan di ujung daun dan pinggir-pinggirnya warnanya coklat kekuninganTerdapat gigitan serangga Terdapat gigitan serangga, dan di ujung daun dan pinggir-pinggirnya warnanya coklat kekuninganTerdapat gigitan seranggaTerdapat gigitan serangga, dan di ujung daun dan pinggir-pinggirnya warnanya coklat kekuningan

Berat basah atau berat segarPengamatanPerlakuan

K0T1P0K0T1P1K0T1P2

Rata-rata Berat Tanaman Utuh (g)1.745.635.4

Rata-rata Berat Akar (g)0.370.361.97

Rata-rata Berat Batang dan Daun (g)1.375.273.43

Berat keringPengamatanPerlakuan

K0T1P0K0T1P1K0T1P2

Berat Bobot Tanaman Utuh0.601.501.94

Hasil Tanaman dari pasirKomponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MSTPengamatanPerlakuan

K0T3P0K0T3P1K0T3P2

14 HST21 HST14 HST21 HST14 HST21 HST

Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)0813.53132.554

Rata-rata Jumlah Daun042.5555

Gejala Defisiensi---ada bekas gigitan hama , daun keritingTerdapat gigitan seranggabercak kuning pada daun

Berat basah atau berat segarPengamatanPerlakuan

K0T3P0K0T3P1K0T3P2

Rata-rata Berat Tanaman Utuh (g)3.6714.8658.39

Rata-rata Berat Batang dan Daun (g)1.745.4712.44

Berat keringPengamatanPerlakuan

K0T3P0K0T3P1K0T3P2

Berat Bobot Tanaman Utuh -1.35.78

3.2 Pembahasan

Sample tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol tanpa perlakuan (kontrol) dari hasil penanaman jagung yang kemudian dianalisis. Hasil praktikum dengan tanah inseptisol didapat kadar air sebesar 8, 57% dengan FKA sebesar 1,09. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tekstur tanah inceptisol adalah liat yang umumnya tidak mudah kering. Manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi, mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas tanah (Soviani, 2012).Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran pH. Pada percobaan penetapan pH yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrometrik, yaitu metode yang digunakan di laboratorium dengan menggunakan pH tanah yang diukur dengan pH meter. Berdasarkan percobaan didapat rata-rata pH pada tanah yang yang dicampur KCl adalah 5,35 termasuk masam, sedangkan untuk tanah yang dicampur dengan H2O didapat rata-rata pH sebesar 6,47. Pada pH tanah yang diberi air (H2O) lebih besar, disebabkan karena air cenderung mengandung H+atau OH-yang berbeda dengan pelarut KCl. Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5--1,5 satuan pH dibanding jika menggunakan pelarut H2O. Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial). Dengan mengetahui pH tanah yang dilarutkan H2O, maka dapat ditentukan metode untuk penetapan P dan K tersedia untuk praktikum selanjutnya.

Untuk tanah inceptisol tanpa perlakuan ini hasil C - organiknya sebesar 2,09%, termasuk kriteria tanah dengan kandungan C organik sedang. Dari hasil yang didapat, diketahui hubungan antara C-Organik dan bahan Organik berbanding lurus (semakin tinggi C -organik semakin tinggi juga bahan organik yang terkandung di dalam tanah tersebut). Hal tersebut karena bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari tanah inceptisol ini, memiliki nilai N total 0,20 % dengan kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena rendahnya bahan organik yang terdapat pada sempel tanah Alfisol, sedangkan bahan organik merupakan sumber bahan N yang paling utama. Sesuai dengan pernyataanLopulisa (2004)yang menyatakan bahwa Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Kriteria yang rendah pada N-Total mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman bahkan dapat mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemas (2005) yang menyatakan bahwa kekurangan N menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur. Hal tersebut sama dengan tanaman jagung kelompok kami yang tumbuhnya tidak tinggi.Kemudian analisis dilanjutkan dengan penetapan fosfor dan kalium dengan cara metode Bray I, hal ini ditujukan untuk mengetahui jumlah P dan K yang tersedia di dalam tanah. Didapat data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan hasil pengukuran P-tersedia . Sedangkan data absorban untuk K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia .Dari hasil pengamatan hasil tanaman untuk tanah inceptisol, jagung yang tumbuh hanya pada perlakuan control yaitu K0t2P0, pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 tidak tumbuh sama sekali padahal sudah dilakukan penyulaman berulang kali. Bahkan tanah relihat sangat lembek. Dari hasil analisis tanah dapat disimpulkan sample tanah inceptisol ini mengalami degradasi kualitas dan berefek pada tanaman yang ditumbuhkan. Sedangkan pada tanah ultisol dari perlakuan K0t1P0 sampai K0t1P2 semua jagung tumbuh, bahkan pertumbuhan jagung pada perlakuan dengan pupuk organic ditambah anorganik sangat baik. Begitu juga dengan tanah pasir, pada perlakuan control (K0t3P0) tidak ada jagung yang tumbuh, hal ini dikarenakanan pasir tidak menjadi tanah dengan criteria yang memadai untuk jangung tumbuh. Namun, pada perlakuan K0t3P1 dan K0t3P2 jagung dapat tumbuh karena dibantu dengan adanya pupuk organic dan anorganik guna mencukupi unsur hara yang dibutuhkan jagung untuk hidup dan bertumbuh. Seharusnya tanah inceptisol lah yang terbaik baik pertumbuhan jagung, namun pada praktikum ini kemungkinan terjadi kesalahan sehingga jagung pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 tidak tumbuh dan dari hasil analisis sampel tanah ini mengalami penurunan kualitas.

BAB IVKESIMPULAN

4.1 KesimpulanDari praktikum ini didapat data analisis tanah :1. Kadar air sebesar 8,57% dengan FKA senilai 1,092. Nilai pH dengan KCl 5,35 dengan criteria masam, yang lebih rendah dari nilai pH dengan H2O yang senilai 6,47. 3. Penetapan C - organiknya sebesar 2,09% yang berkriteria sedang.4. Penetapan N totalnya sebesar 0,20% dengan kriteria rendah. 5. Data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan hasil pengukuran P-tersedia . Sedangkan data absorban untuk K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia .Berdasarkan data hasil tanaman, tanah yang menunjukkan perkembangan yang baik dari setiap perlakuannya adalah tanah ultisol. Walaupun yang berperan baik dalam pertumbuhan tanaman jagung ini seharusnya adalah tanah inceptisol, namun karena terjadi kesalahan dan dari data analisis sample tanah mengalami penurunan kualitas maka pertumbuhan jagung tidak baik bahkan untuk perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 jagung sama sekali tidak tumbuh.

DOKUMENTASIAlat dan bahan yang dipakai serta proses kerja

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti,Mety.2012.Penetapan Kadar Air Tanahat http://mety-apriyanti.blogspot.com/2012/05/penetapan-kadar-air-tanah.html.online (diakses tanggal12 Juni2013)Hakim, N., Y.M. Nyakpa, M.A. Lubis, G.S. Nogroho, Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Anonim. 2011. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Tanah Inceptisol. Online at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20347/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 13 Juni 2013Lopulisa. 2004.Tanah-Tanah Utama Dunia Ciri, Genesa, dan Klasifikasinya. Lembanga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.Soviani.2012.Kadar Air Tanah. Online at http://soviasonia.blogspot.com/2012/12/laporan-kadar-air-tanah.html (diakses12 Juni2013)28