laporan praktikum kesuburan tanah

75
1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia. Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemumupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus ditingkatkan melalui program pemupukan berimbang, namun sejak sekitar tahun 1986 terjadi gejala pelandaian produktivitas ( leveling off ), suatu petunjuk terjadi penurunan efesiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati. Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah, memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efesiensi dalam pemupukan antara lain : jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk tersebut, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan. Dengan tingginya hasil tanaman yang dipanen, berarti jumlah unsure hara yang diambil oleh tanaman dari dalam tanah akan banyak pula karena pengambilan unsur hara dari dalam tanah berlangsung secara pararel terhadap pembentukan bahan kering atau produksi tanaman. Sehingga untuk tahun-tahun pertanaman berikutnya unsure hara yang berada didalam tanah lambat laun akan terus berkurang. Proses pengomposan merupakan suatu proses biologi secara alami dalam melakukan dekomposisi bahan organik yang mengandung karbon , mineral

Upload: arif-nor-fauzi

Post on 13-Jul-2015

1.025 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan praktikum kesuburan tanah

1

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas

areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin

beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para

ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal

dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh

juga terhadap kesehatan manusia.

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja

dan modal. Pemumupukan memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus ditingkatkan melalui

program pemupukan berimbang, namun sejak sekitar tahun 1986 terjadi gejala

pelandaian produktivitas ( leveling off ), suatu petunjuk terjadi penurunan

efesiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus

dicermati.

Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan

berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap

jenis tanah, memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda.

Beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efesiensi dalam

pemupukan antara lain : jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk tersebut,

waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode

pemupukan.

Dengan tingginya hasil tanaman yang dipanen, berarti jumlah unsure hara

yang diambil oleh tanaman dari dalam tanah akan banyak pula karena

pengambilan unsur hara dari dalam tanah berlangsung secara pararel terhadap

pembentukan bahan kering atau produksi tanaman. Sehingga untuk tahun-tahun

pertanaman berikutnya unsure hara yang berada didalam tanah lambat laun akan

terus berkurang.

Proses pengomposan merupakan suatu proses biologi secara alami dalam

melakukan dekomposisi bahan organik yang mengandung karbon , mineral

Page 2: Laporan praktikum kesuburan tanah

2

meliputi nitrogen dan nutrisi lainnya, serta air dengan dikendalikan oleh

mikroorganisme dengan dukungan ketersediaan oksigen.

Dari proses tersebut maka terjadilah peningkatan temperatur sehingga

menghasilkan CO2, penguapan dan energi panas. Pada akhir proses tersebut

menghasilkan bahan organik dengan kandungan carbon, energi kimia, nitrogen,

protesin , humus, mineral, air dan adanya mikroorganisme.

B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan probiotik

2. Mengetahui cara membuat kompos dari bahan organik

3. Mengamati suhu dan keasaman kompos dalam pengomposan

4. Mengamati kadar C organik kompos pada proses pengomposan

5. Mengamati kadar N kompos pada proses pengomposan

6.Mengamati rasio C/N pada proses pengomposan

7. Mengamati kemampuan pupuk dalam menyerap air pada kondisi suhu kamar

8. mengamati kemampuan pupuk untuk larut dalam air

C. MANFAAT DAN KEGUNAAN

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui carapembuatan

Probiotik,mengetahui cara dan dapat melakukan Pengomposan,Pengukuran Suhu

Dan Keasaman,serta dapat melakuan pengukuran dan menghitung Kadar C

Organik,KadarN Total,Rasio C/N pada kompos.Mengetahui Higroskopisitas Dan

Tingkat Kelarutan Pupuk Anorganik.

Page 3: Laporan praktikum kesuburan tanah

3

II.TINJAUAN PUSTAKA

ACARA I.PROBIOTIK

Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang ketika dikonsumsi

dalam jumlah memadai, dapat memberikan manfaat kesehatan pada host nya

(Pineiro dan Stanton, 2007). Mikroorganisme tersebut dipercaya mampu

meningkatkan atau menjaga rasio antara mikrobiota yang bermanfaat dengan

komponen yang tidak diinginkan di dalam kompleks mikrobiota gastrointestinal

(GI) (O’Hara dan Shanahan, 2007). Probiotik yang banyak digunakan saat ini

termasuk dalam spesies bakteri asam laktat (BAL), diantaranya adalah:

laktobacilli, bifidobacteria, Escherichia coli non-patogenik, bacilli, serta spesies

yeast seperti Saccharomyces boulardii.

Beberapa mekanisme kerja probiotik telah di deskripsikan, mekanisme yang

paling umum adalah berhubungan dengan kemampuannya dalam memperkuat

pembatas intestinal, memodulasi sistem kekebalan host, serta menghasilkan

senyawa antimikrobia (Corr et al., 2009). Hingga saat ini, kemampuan produksi

senyawa antimikrobia sering dijadikan sebagai penanda yang utama dalam

konteks kesehatan bakteri serta efektifitas probiotik. Beberapa bekteri probiotik

memiliki kemampuan produksi senyawa antimikrobia bervariasi (misal: asam

lemak rantai pendek, hydrogen peroksida, nitrit oksida, dan bakteriosin) yang

dapat meningkatkan kemampuannya dalam berkompetisi melawan mikrobia GI

lain serta berpotensi dalam menghambat bakteri patogenik (Atassi dan Servin,

2010; Chenoll et al., 2010).

Penggunaan probiotik akan mempercepat proses pengomposan, sebagaimana

pernyataan Suharsono (1997) bahwa probiotik mengandung mikroorganisme yang

dapat merangsang pertumbuhan. Beberapa mikroba yang terdapat dalam probiotik

yaitu bakteri proteilitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik, dan nitrogen non fiksasi.

Kandungan mekroorganisme yang beragam mengakibatkan rangkaian proses

antara satu jenis biakan dengan lainnya, serta kemungkinan besar hasil sampingan

Page 4: Laporan praktikum kesuburan tanah

4

yang membahayakan akan termanfaatkan, sehingga pada pembuatan kompos

penggunaan polikultur dianggap paling memadai dan menguntungkan (Suriawiria,

1981).

Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari

mikroba untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya

sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substratorganik dengan

menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976) dan menyebabkan terjadinya

perubahan sifat bahan tersebut (Winamo, dkk.,1980).

Mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum fermentasi adalah

kapang, bakteri, khamir dan ganggang. Pemilihan inokulum yang akan digunakan

lebih berdasarkan pada komposisi media, teknik proses, aspek gizi, dan aspek

ekonomi (Tannanbeum, dll., 1975). Bahkan deasa ini mikroba sebagai probiotik

dengan berbagai merk dagang dapat diperoleh dengan mudah.

Teknologi untuk mempercepat proses dekomposisi mulai diperkenalkan kepada

petani indonesia awal tahun 90-an. Prinsip percepatan dekomposisi adalah

pengkayaan nutrisi dan stimulus jasad renik pengurai serta menciptakan kondisi

lingkungan sekitar yang mendukung, seperti kelembaban, aerasi, dan dan

keasaman (pH). Dengan upaya ini juga jumlah jasad yang bekerja untuk proses

dekomposisi dapat mencapai lebih dari 20% jumlah biomas yang diuraikan. Jasad

renik pengurai umumnya adalah jasad renik probiotik yang dapat ditemukan di

sekitar kita. Kebutuhan hidup jasad renik pengurai biasanya juga sangat

sederhana, berupa mineral dan nutrisi dengan kandungan karbohidrat yang cukup.

Percepatan proses dekomposisi dengan metode pengkayaan nutrisi dan stimulus

jasad renik pengurai ini menjadi teknik pengomposan yang terus berkembang dari

tahunketahun.

Teknik mengisolasi dan memperbanyak jasad renik pengurai diterapkan untuk

menyediakan perombak bahan organik dalam jumlah yang cukup banyak. Teknik

ini sebenarnya sangat sederhana dengan tiga prinsip yang harus dijalankan, yaitu;

Page 5: Laporan praktikum kesuburan tanah

5

(1) membuat media isolasi atau perbanyakan yang steril, (2) menyediakan

makanan dengan komposisi yang pas seperti kandungan gula antara 3-5%, dan (3)

mengambil sumber jasad renik yang sudah teradaptasi dengan lingkungan kita.

Jasad renik pengurai sebenarnya secara alamiah ada di sekitar kita dan

berkembang ketika ada makanan dan kondisi yang cocok. Sisa panen atau

makanan yang membusuk adalah tempat di mana jasad renik pengurai berada.

Jenis jasad renik tergantung jenis bahan organik yang diurai, seperti pembusukan

buah pisang oleh Bakteri Lakto, sedangkan pembusukan buah nanas oleh Bakteri

Anona. Pembusukan umbi-umbian seperti bawang merah, talas, dan empon-

empon juga mempunyai jasad renik jenis tersendiri. Dari bahan makanan yang

merupakan hasil proses fermentasi, kita juga dapat menemukan jenis jasad renik

khusus, seperti pada tempe,tape,ataucuka.Akan tetapi, jika kita membutuhkan

jasad renik dengan berbagai jenis dan aktif bekerja, rumen (kotoran ternak di

dalamperut).

Secara umum Biang kompos atau biota pengurai mengandung lima kelompok

mikro-oganisme utama yaitu (1) bakteri fotosintetik, (2) bakteri asam laktat, (3)

Ragi (yeast), (4) Actinomycetes dan (5) jamur fermentasi. Meskipun tiap

kelompok mikro-organisme ini mempunyai fungsi masing-masing dalam proses

dekomposisi. Akan tetapi Bakteri Fotosintetik adalah pelaksana terpenting karena

mendukung fungsi mikroorganisme lain dan memanfatkan zat-zat yang dihasilkan

oleh mikroorganisme lainnya.

Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan mengandung

mikroba proteolitik, lignolitik, selululitik, lipolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen

non simbiotik (contohnya : starbio, starbioplus, EM-4, dan lain-lain).

Page 6: Laporan praktikum kesuburan tanah

6

ACARA II.PENGOMPOSAN

Dalam pengertian modern, pengomposan didefinisikan sebagai proses penguraian

materi organik secara biologis menjadi material seperti humus dalam kondisi

aerobik yang terkendali. Jadi, proses pengomposan adalah proses penguraian

materi organik (seperti sampah daun-daunan, rumput, sisa makanan, kotoran

ternak, serbuk gergaji dsb.) oleh mikroorganisma (bakteri, fungi, aktinomicetes,

dsb.) yang bekerja dalam suasana kebutuhan oksegennya terpenuhi menjadi

material yang lebih sederhana, sifatnya relatif stabil (seperti humus) atau disebut

sebagai kompos.

Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh

berbagai jenis mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur, aktinomicetes, dsb.

Proses peruraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti ketersediaan nutrisi

yang memadai, udara yang cukup, kelembapan yang tepat, dsb. Makin sesuai

kondisi lingkungannya, makin cepat prosesnya dan makin tinggi pula mutu

komposnya. Dalam pengomposan, mula-mula sejumlah mikroba aerobik (yaitu

mikroba yang tidak bisa hidup bila tidak ada udara) akan menguraikan senyawa

kimia rantai panjang yang dikandung sampah seperti selulosa, karbohidrat, lemak,

protein, dsb. menjadi senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air.

Penguraian terjadi di selaput air yang terdapat di permukaan bahan yang

dikomposkan. Dalam medium air tersebut, mikroorganisma mengeluarkan enzim

ke habitat tersebut yang kemudian membantu reaksi senyawa-senyawa kimia yang

terdapat di permukaan bahan. Senyawa-senyawa sederhana hasil penguraian

tersebut merupakan nutrisi yang dapat diserap oleh mikroorganisma untuk

keperluan hidupnya. Mikroba yang berperan dalam penguraian tersebut adalah

mikroorganisma mesofilik (hidup pada suhu di bawah 45 oC). Dengan

ketersediaan nutrisi yang melimpah, mikroba tumbuh dan berkembang biak secara

cepat sehingga jumlahnya berlipat ganda. Akibatnya, reaksi penguraian juga

berjalan cepat.

Page 7: Laporan praktikum kesuburan tanah

7

Reaksi antara senyawa kimia dengan oksigen dalam medium selaput air dengan

difasilitasi oleh enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisma selain

menghasilkan karbondioksida dan air juga menghasilkan energi panas. Akibatnya,

tumpukan secara cepat menjadi panas di atas 55 oC atau hingga mencapai 70 oC.

Dengan kondisi panas tersebut, habitat bahan tidak sesuai lagi untuk

mikroorganisma mesofilik. Mikroorganisma mesofilik sebagian mati, sebagian

lainnya masih dapat bertahan hidup di bagian tepian tumpukan. Dominasi

kehidupan mikroorganisma mesofilik akhirnya digantikan oleh mikroorganisma

termofilik (mikroorganisma yang hidupnya di atas 45 oC). Dominasi mesofilik

berlangsung 2 – 3 hari, digantikan oleh termofilik yang berlangsung lebih dari 14

hari.

Pencapaian suhu yang tinggi dalam proses pengomposan sangat penting untuk

menjamin produk kompos yang dihasilkannya agar bebas dari bibit gulma (yang

terbawa dari potongan rumput) dan bakteri patogen (seperti e.coli dan

salmonella). Untuk menjaga kelangsungan hidup mikroba yang berperan dalam

proses pengomposan, dalam waktu-waktu tertentu, sampah diaduk agar udara

dapat masuk ke dalamnya. Sampah juga harus disiram jika kelembapannya

kurang. Penyiraman tidak boleh berlebihan karena akan menutup pori-pori

sampah sehingga udara tidak bisa masuk. Pada fase selanjutnya, senyawa-

senyawa kimia sampah tahap demi tahap diuraikan menjadi berbagai macam

senyawa yang lebih sederhana lagi, sampai akhirnya senyawa kimia yang menjadi

makanan mikroba berangsur-angsur menjadi terbatas.

Sejalan dengan menipisnya ketersediaan makanan, pertumbuhan dan

perkembanganbiakan mikroba menurun. Oleh karena itu, pada fase tersebut suhu

akan turun perlahan-lahan menjadi sekitar 40 oC. Pada fase ini, koalisi mikroba

yang hidup di dalamnya dominasinya kembali digantikan oleh kelompok mikroba

mesofilik. Pada minggu kelima dan keenam suhu menurun menuju suhu udara

yaitu 30-32 oC. Pada saat itulah hasil peruraian sampah akhirnya menjadi materi

yang relatif stabil yang disebut sebagai kompos.

Page 8: Laporan praktikum kesuburan tanah

8

MENGENAL SAMPAH

Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian yang relatif berbeda

dan bersifat subjektif. Sampah bagi kalangan tertentu bisa menjadi harta berharga.

Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan suatu

bahan yang dibuang atau terbuang dari sumber hasill aktivitas manusia maupun

alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah

dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik ialah sampah

yang berasal dari mahluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah

jenis ini sangat mudah terurai secara alami. Sementara itu sampah anorganik

adalah sampah yang tidak dapat terurai seperti plastic dan kelereng.

Pengumpulan sampah organik yang mudah mengurai oleh mikroba dan

membusuk yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos akan tetapi tidak

semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam pembuatan kompos. Jenis yang

dipakai ialah sampah organik yang mudah sekali membusuk. Pemilahan dan

penyelesaian sampah merupakan tahapan penting dalam pengolahan sampah

menjadi kompos.

MENGENAL KOMPOS

Menurut Dalzell (1991) kompos adalah hasil penguraian bahan organik oleh

sejumlah mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara

dengan hasil akhir sebagai humus.

Menurut Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah

mengalami penguraian sehingga bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya,

berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.

Menurut Murbandono (2006) kompos adalah bahan organik yang telah

mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang

bekerja di dalamnya, bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput

jerami, sisa-sisa ranting dan dahan.

Menurut Hadiwiyoto (2000). Kadar unsure hara dalam kompleks sangat

rendah, sehingga penggunaannya lebih bersifat sebagai pengubah sifat tanah.

Page 9: Laporan praktikum kesuburan tanah

9

Kompos mengandung unsure N sebanyak 2%, unsure P sebanyak 0,1-1% dan

unsure K sebanyak 1-2%.

Menurut Murbandono (2006) kompos dikatakan sudah matang apabila bahan

berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk, berstruktur remah dan

gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk, menyusut dan tidak menggumpal),

mempunyai kandungan C/N rasio rendah. Dibawah 20, tidak berbau ( kalau

berbau, baunya seperti tanah ), suhu ruangan kurang lebih 30ºC, kelembapan

dibawah 40 %.

Di dalam timbunan bahan-bahan organik. Pada pembuatan kompos, terjadi aneka

perubahan hayati dilakukan oleh jasad-jasad renik. Hal-hal yang perlu

diperhatikan yaitu penguraian hidratarong, selulosa menjadi CO2 dan air,terjadi

pengikatan beberapa jenis unsure hara di dalam jasad-jasad renik, terutama

nitrogen, fosfor dan kalium. Unsure-unsure tersebut akan terlepas kembali bila

jasad-jasad tersebut mati.

Banyaknya perubahan yang terjadi dalam timbunan bahan kompos,oleh

karena itu perlu diperhatikan hal-hal dalam pembuatan kompos yaitu

persenyawaan zat arang (C ) yang mudah diubah harus secepat mungkin diubah

secara menyeluruh. Untuk itu, diperlukan banyak udara dalam timbunan bahan

kompos. Proses ini dapat dipercepat dengan campuran kapur dan fosfat atau

campuran zat lemas secukupnya. Zat lemas yang digunakan harus mempunyai

perbandingan C/N kecil. Persenyawaan zat lemas sebagian besar harus diubah

menjadi persenyawaan amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur di tubuh

bakteri. Oleh karena itu dibutuhkan perbandingan C/N yang baik. Jika

perbandingan C/N kecil, akan banyak amoniak yang dibebaskan oleh bakteri.

Nitrat di dalam tanah segera diubah menjadi niat yang mudah diserap tanaman.

Pengomposan dikatakan bagus apabila zat lemas yang hilang tidak terlalu banyak.

Sisa pupuk sebagai bunga tanah harus diusahakan sebanyak mungkin. Agar

kadar bunga tanah bertambah, diperlukan bahan baku kompos yang banyak

mengandung lignin, misalnya jerami yang berkadar 16-18%. Selain itu

persenyawaan kalium dan fosfor yang berubah menjadi zat yang mudah diserap

oleh tanaman merupakan proses yang baik dalam pengomposan. Dalam proses

Page 10: Laporan praktikum kesuburan tanah

10

pengomposan, sebagian besar kalium. Kalium mudah diserap tanaman. Selain itu

fosfor sebanyak 50-60% yang berbentuk larutan akan mudah diserap tanaman.

Menurut Yuwono ( 2002 ) proses pengomposan dapat berjalan dengan baik

apabila perbandingan antara komposisi C dengan N berkisar antara 25:1 sampai

30:1

PERMASALAHAN SAMPAH

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas

manusia. Bagi setiap orang sampah memiliki pengertian yang relative berbeda dan

bersifat subjektif. Bagi beberapa kalangan masyarakat sampah bisa menjadi

barang kaya manfaat. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki standar hidup dan

kebutuhan yang tidak sama.

Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang dibuang atau

terbuang dari hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai

ekonomis. Berdasarkan sifatnya sampah dipilah menjadi sampah organik dan

sampah anorganik.

Oleh sebab itu sampah selalu menjadi persoalan rumit terutama masyarakat

yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Sampah tidak hanya

terdapat di perkotaan yang padat penduduk, pedesaan lokasi lain pun tidak akan

terlepas dari masalah-masalah sampah.

Sumber permasalahan sampah selalu hadir bukan saja di tempat pembuangan

sampah sementara (TPS) selain itu di tempat pembuangan akhir pun juga (TPA).

Penyebab penumpukan sampah dipengaruhi oleh:

1. Volume Sampah yang sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung

tempat pembuangan akhir sehingga melebihi kapasitasnya.

2. Lahan pembuangan akhir menjadi semakin sempit akibat tergusur untuk

penggunaan lain

3. Jarak pembuangan akhir dan pusat sampah relative jauh hingga waktu untuk

mengangkut sampah kurang efektif.

Page 11: Laporan praktikum kesuburan tanah

11

4. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh

sampah. Sisa sampah di pembuangan sementara akan berpotensi menjadi

tumpukan sampah

5. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk

6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos, tidak segera

dikeluarkan dari tempat penampungan. Sehingga semakin menggunung

7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah masyarakat

sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.

8. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan

pengolahan sampah serta produknya

9. Minimnya pengolahan ataupun edukasi mengenai sampah secara tepat.

10. Manajemen sampah yang tidak efektif yang dapat menimbulkan kesalahpahaman,

terutama bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah

anorganik, yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak diperbarui

seperti mineral dan minyak bumi. Beberapa dari lahan ini tidak terdapat di alam

seperti plastic dan alumunium. Sebagai zat anorganik secara keseluruhan tidak

dapat diuraikan oleh alam, sedangkan yang lainnya hanya dapat diuraikan melalui

proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya

botol kaca, botol plastik, tas plastik dan kaleng. Kertas, koran dan karton termasuk

sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton dapat di daur ulang

seperti sampah anorganik lainnya, maka dimasukkan ke dalam kelompok-

kelompok sampah anorganik.

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun timbunan dan hewan yang

berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,rumah tangga.

Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga

sebagian besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik,

misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. Sampah

organik tersebut apabila telah mengalami proses pelapukan karena adanya

interaksi mikroorganisme akan menjadi pupuk

Page 12: Laporan praktikum kesuburan tanah

12

ACARA III. SUHU DAN KEASAMAN

Pada proses pengomposan dimulai sebagian energi yang dihasilkan akan

meningkatkan suhu. Peningkatan suhu merupakan indikator adanya proses

dekomposisi sebagai akibat hubungan kadar air dan kerja mikroorganisme. Pada

saat bahan organik dirombak oleh mikroorganisme maka dibebaskanlah sejumlah

energi berupa panas. Pada tahap awal pengomposan mikroorganisme

memperbanyak diri secara cepat dan menaikkan suhu (Dalzell et al., 1987).

Pada pengomposan aerobik, diawal suhu meningkat pesat mulai dari 60OF hingga

hingga mencapai 160OF dimana aktifitas mikroorganisme adalah mesophilic dan

berikutnya thermophilic , setelah suhu mulai menurun maka mikroorganisme

mesophilic kembali aktif. Dan setelah suhu stabil prosespematangan kompos

mulai terjadi.Temperaturdantinggitumpukan mempengaruhiMetabolisme

mikroorganisme dalamtumpukanmenimbulkan energi dalam bentuk panas. Panas

yang ditimbulkan sebagian akantersimpan di dalam tumpukan dan sebagian lagi

terlepas pada proses penguapan atau aerasi. Panas yang terperangkap di dalam

tumpukan akan meningkatkan temperatur tumpukan.

Padaprinsipnyabahan organicdengannilaipHantara3dan11dapatdikomposkan,pH

optimumberkisarantara5,5dan 8.Bakteri lebih senang pada pH netral.Fungi

berkembang cukup baik pada kondisi pHagak masam.KondisiAlkalin

kuat menyebabkan kehilangannitrogen,halini kemungkinan terjadi

apabiladitambahkankapurpadasaatpengomposanberlangsung.Kondisisangatasampa

daawalprosesdekomposisimenunjukanprosesdekomposisi berlangsungtanpaterjadi

peningkatansuhu.BiasanyapHagakturun pada awal proses pengomposan karena

aktivitasbakteriyangmenghasilkanasam.Denganmunculnya mikroorganisme

lain dari bahan yang didekomposisi makapHbahankembalinaiksetelahbeberapahari

danpH beradapadakondisinetral( Sutanto,2002)

Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 – 8,0 derajat keasaman bahan pada

permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral (pH 6,0 – 7,0)

Page 13: Laporan praktikum kesuburan tanah

13

derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan

karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah

bahan organik menjadi asam organic. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme,

dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organic yang telah terbentuk

sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.

Seperti faktor lainnya derajat keasaman perlu dikontrol selama proses

pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau terlalu basa

konsumsi oksigen akan semakin naik dan akan memberikan hasil yang buruk

bagilingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan

unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia (NH3)

sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan menyebabkan

sebagian mikroorganisme mati. Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat

diturunkan dengan menambahkan kotoran hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika

derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur

dan abu dapur kedalam bahan kompos. 6.

Mikroorganisme yang Terlibat dalam Pengomposan Mikroorganisme merupakan

faktor terpenting dalam proses pengomposan karena mikroorganisme ini yang

merombak bahan organic menjadi kompos. Beberapa ratus spesies

mikroorganisme,terutama bakteri,jamur dan actinoycetes berperan dalam proses

dekomposisi bahan organik. Sebagian besar dari mikroorganisme yang melakukan

dekomposisi berasal dari bahan organic yang digunakan dan sebagian lagi berasal

dari tanah. Pengomposan akan berlangsung lama jika jumlah mikroorganisme

pada awalnya sedikit. Populasi mikroorganisme selama berlangsungnya

perombakan bahan organik akan terus berubah.

Mikroorganisme ini dapat diperbanyak dengan menambahkan starter atau

activator. Pada proses pengomposan dikenal adanya inokulan (starter atau

activator) yaitu bahan yang terdiri dari enzim, asam humat bahan dan

mikroorganisme seperti kultur bakteri. Berdasarkan kondisi habitatnya, terutama

temperature, mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan terdiri dari 2

Page 14: Laporan praktikum kesuburan tanah

14

golongan, yaitu mesofilik dan termofilik. Mikroorganisme mesofilik adalah

mikroorganisme yang hidup pada temperature rendah (10 – 45 oC)

mikroorganismetermofilik adalah mikroorganisme yang hidup pada temperature

tinggi (45 – 65 oC) pada temperature tumpukan kompos kurang dari 45 proses

pengomposan dibantu oleh mesofilik sedangkan ketika temperature tumpukan

berada pada 65 organisme yang berperan adalah termofilik.

Dilihat dari fungsinya mikroorganisme mesofilik berfungsi untuk memperkecil

ukuran partikel bahan organik sehingga luas permukaan bahan bertambah dan

mepercepat pengomposan. Sementara itu, bakteri termofilik yang tumbuh dalam

waktu terbatas berfungsi untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein sehingga

bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.

ACARA IV. KADAR C – ORGANIK

Kandungan C-organik pada kompos (29,92 %) dan POG (26,03%) telah

memenuhi standar Permentan No. 28 tahun 2009 yaitu >12 %. Kandungan C

organik merupakan unsur penting bagi pupuk organik karena tujuannya untuk

meningkatkan kandungan C-organik tanah yang pada umumnya sudah sangat

rendah yaitu di bawah 2 %.

Standar kandungan C menurut SNI kompos adalah 9,8-32 %, sehingga

kandungan C dari kompos ataupun POG yang diteliti berada pada level C yang

tinggi. Tingginya kandungan nilai C-organik mengindikasikan pula tingginya

kandungan bahan organik, yang mengindikasikan bahan yang tidak diinginkan

(impurities) rendah, atau dengan kata lain kemurnian dari kompos atau POG yang

dihasilkan cukup tinggi.

Perbandingan karbon dan nitrogen (rasio C/N) merupakan salah satu parameter

yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kematangan kompos. Hasil penelitian

Page 15: Laporan praktikum kesuburan tanah

15

yang menunjukkan rasio C/N untuk kompos biasa sebesar 18 dan untuk POG

sebesar 14, berarti bahwa kedua pupuk organik tersebut telah matang secara rasio

C/N, dan memenuhi standar Permentan dan SNI. Kompos dikatakan matang bila

rasio C/N nya dibawah 20 begitu juga menurut SNI No 19-7030-2004 .

Sedangkan standar Permentan sebesar 15-25.

ACARA V. KADAR N TOTAL

Destilasi Kjedahl berfungsi untuk menentukan kadar nitrogen total yang

terkandung dalam cuplikan. Material atau bahan yang mengandung senyawa N

seperti pupuk (urea, NPK, nitrat, ZA), bahan makanan, sayuran, buah-buahan, dan

lain sebagainya dapat ditentukan kadar nitrogen atau proteinnya. Penentuan kadar

nitrogen total ini melalui tiga tahapan proses pengerjaan yaitu destruksi, destilasi,

dan titrasi.

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen

total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel

didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai

sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali

kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan

penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami

modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya

memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang

pendek. Metode ini kurang akurat bila diperlukan pada senyawa yang

mengandung atom nitrogen yang terikat secara langsung ke oksigen atau nitrogen.

Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan

didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida

atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan

indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara

makro dan semimakro.

Page 16: Laporan praktikum kesuburan tanah

16

1. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi

dan besar contoh 1-3 g

2. Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang

dari 300 mg dari bahan yang homogen.

Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam

bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang

besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-

vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur

sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan

dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.

Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

1.Tahap destruksi

Destruksi merupakan suatu proses penghancuran senyawa organik seperti

protein (berikatan kovalen) diubah menjadi senyawa anorganik. Material yang

digunakan sebagai destruktor adalah asam sulfat pekat ditambah garam Kjedahl

(tembaga sulfat : natrium sulfat = 1 : 9) sebgai katalis.

Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga

terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi

menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi

(NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator

berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan

K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat

akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang

telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat

mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga

mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau

sebaliknya.

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:

Page 17: Laporan praktikum kesuburan tanah

17

H destruksi

R-C-COOH NH3 + CO2 + H2O

NH2 H2SO4

Asam amino CuSO4

(protein) Na2SO4

NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4

Hasil Destruksi

2. Tahap destilasi

Destilasi adalah suatu proses pemisahan senyawa berdasarkan titik didih. Pada

kasus ini, amonium sulfat ditambah larutan NaOH 30 % bertujuan untuk

membebaskan gas amonia (NH3) dan dengan pemanasan atau destilasi akan

dibebaskan sebgai destilat. Destilat (gas amonia) yang terbentuk ditampung

dalam larutan asam misalnya asam borat (H3BO3) 2% atau asam sulfat encer

(H2SO4) yang telah diberi indikator campuran (mixed indikator). Larutan

penampung ini berwarna merah muda (pink) dan akan berubah warna menjadi

hijau muda karena terjadi reaksi asam borat dengan gas NH3.

Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)

dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama

destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya

gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia

yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4

% dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia

lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin

dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi

indikator misalnya BCG + MR atau PP.

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:

(NH4)2SO4 + NaOH NH3 + H2O + Na2SO4

NH3 + HCl 0,1 N NH4Cl

Berlebihan

Page 18: Laporan praktikum kesuburan tanah

18

3. Tahap titrasi

Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam

khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N).

Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda

dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:

HCl 0,1 N + NaOH 0,1 N NaCl + H2O

Kelebihan

Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:

%N = ml NaOH blanko – ml NaOH sampel × N. NaOH × 14,008 × 100%

Gram bahan x 1000

Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya

asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi

menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi

ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.

Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:

%N = ml NaOH blanko – ml NaOH sampel × N. HCl × 14,008 × 100%

Gram bahan x 1000

Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan

suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada

persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

Kadar protein (%) = % N x faktor konversi

ACARA VI . RASIO C/N

Rasio C/N Rasio C/N merupakan factor paling penting dalam proses

pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan terantung dari kegiatan

Page 19: Laporan praktikum kesuburan tanah

19

mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan

pembentuk sel, dan nitrogen untuk membentuk sel. Besarnya nilai C/N tergantung

dari jenis sampah. Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan rsio C/N

yang ideal sebesar 20 – 40, tetapi rasio paling baik adalah 30. Jika rasio C/N

tinggi, aktivitas mikroorganisme akan berkurang. Selain itu diperlukan beberapa

siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga

waktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan bermutu

rendah. Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30) kelebihan nitrogen (N) yang

tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang

memlaui volatisasi sebagai ammonia atau terdenitrifikasi.

Nisbah C/Nsangatpenting untukmemasok

harayangdiperlukanmikroorganismeselamaprosespengomposanberlangsung. Karb

ondiperlukanolehmikroorganismesebagaisumber energi

dannitrogenuntukmembentukprotein.Bahanyangmengandungkarbonmempunyai

30:1.Bahan dasar kompos yang mempunyai nisbahC/N 20:1

sampai35:1menguntungkanprosespengomposan.Organismeyang mendekomposi

materi organik menggunakan karbon sebagai sumber energi dan

nitrogenuntukpembentukan struktur sel.Mereka membutuhkan karbon lebih

banyak daripadanitrogen.Jikaterlalu

banyakkarbondekomposisimelambatsaatnitrogenterpakaihabisdanbeberapaorganis

memati.

(gambar 3).

Page 20: Laporan praktikum kesuburan tanah

20

Sumber :

Compost Fundamentals Compost Needs - Carbon Nitrogen Relationships.htm,

akses 2007)

Organismelainmembentukmaterialselbarudenganmenggunakannitrogen yang

tersimpan.Dalam proses ini lebih banyak karbon terbakar.Sehinggajumlah karbon

berkurang sementaranitrogen didaur ulang.Dekomposisimenjadilebih

lama,bagaimanapun, disaat C:N rasionya lebih besar dari 30.Kecepatan

dekomposisi bahan organik ditujukan oleh perubahan imbangan C/N.Selama

proses mineralisasi,imbangan C/N bahan-bahan yang banyak mengandung N akan

berkurang menurut waktu.Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N

sehingga diperoleh imbangan C/N yang lebih rendah (10-20).

ApabilaimbanganC/N sudah mencapai angka tersebut,artinya prosesdekomposisi

sudahmencapaitingkatakhir.

Page 21: Laporan praktikum kesuburan tanah

21

ACARA VII . HIGROSKOPSITAS

Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau

biologis. pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam

pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan.

Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat

dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis

adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis

semakin cepat pupuk mencair.

a.Pupuk Urea

[(CO (NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4

(ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan

merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara

45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang

merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar

tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N

yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman

(Anonim, 2012).

b.Pupuk ZA

Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi

tambahan haranitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan

dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat

(NH4SO4) (Anonim, 2012).

Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan

nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya

dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang

miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea

sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami

keracunan bila diberi pupuk urea (Anonim, 2012).

Page 22: Laporan praktikum kesuburan tanah

22

c.Pupuk SP 36 (Superphospat 36)

SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang

ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 %

yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan

ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun

kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,

lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).

d.Pupuk KCl (Kalium Klorida)

Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang

kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk

menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis

pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation

monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai

aktivator berbagai enzim (Anonim2, 2012).

Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit

K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti

kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya

mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek

negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan

pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman

terhadap penyakit (Anonim2, 2012).

Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak

tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada

akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat

menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang

menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu (Anonim,

2012).

Page 23: Laporan praktikum kesuburan tanah

23

ACARA VIII . TINGKAT KELARUTAN

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu

yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven

telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu

zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like

senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang

penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan

dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der

waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012).

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen

dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol

momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air.

Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang

jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol,

alkohol, aldehida, keton, dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat

membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi

gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan

dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan

kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk

dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen

dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau

hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut

dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak

larut dalam pelarut nonpolar (Martin, 1993).

Pupuk Urea sangat mudah larut dalam air, nitrogen dalam bentuk amida pada

umumnya terdapat dalam pupuk Urea mudah larut dalam air. Dalam tanah amida

segera berubah menjadi ammonium karbonat. Karena memiliki konversi

(perubahan) tersebut nitrogen mudah hilang tercuci. Pupuk Urea juga memiliki

sifat higroskopis, sudah mulai menarik uap air pada kelembaban nisbi udara 73 %.

Page 24: Laporan praktikum kesuburan tanah

24

Pengaruhnya terhadap tanah yaitu bila diberikan pada lahan yang miskin hara

akan berubah ke wujud atau bahan awalnya yaitu ammonia dan karbondioksida

yang mudah tercuci oleh air hujan atau irigasi dan mudah terbakar sinar matahari.

Pengaruhnya bagi tanaman yaitu sangat penting dalam pertumbuhan awal karena

pada urea terdapat kandungan N yang tinggi.

Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan

baik. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik. Dalam

pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar

tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu

banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan

lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.

Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga

sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk

kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki

satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara

lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara

N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, Kcl atau MOP untuk hara K.

Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk

tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan

komoditasnya.

Page 25: Laporan praktikum kesuburan tanah

25

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan pada tanggal 9 April 2013 sampai 29

Mei 2013 pada hari rabu pukul 14.00 s/d selesai di Laboratorium Tanah

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

B.Alat dan Bahan

1.Alat

a.Ember plastik

b.Autoklaf

c.Gelas ukur 1 liter

d.Gelas ukur 100 ml

e.Timbangan plastik

f.Thermometer

g.Pengukur keasamaan ( pH meter )

h.Gelas ukur 1000 ml

i.Beker glass

j.Labu takar 50 ml

k.Pipet ukur 10 ml dan 5ml

l.Gelas ukur 10 ml

m.Labu erlenmeyer 250 ml

n.Buret 50 ml

o.Botol pemancar air

p. Botol timbangan

q. Gelas piala 100 ml

r. Gelas ukur 50 ml

s. Gelas arloji

t. oven

u. Labu kjeldal 100 ml

v. kalkulator

w. Alat tulis

x. Sendok

y. Bak plastik

z.Kertas saring

Page 26: Laporan praktikum kesuburan tanah

26

2.Bahan

a.Urin sapi (pupuk kandang)

b.Bekatul

c.terasi

d.Tetes tebu (gula jawa)

e.air

f.Probiotik

g.Sampah Organik

h.Abu dapur

i.Sampah organik ( dalam proses

pengomposan )

j.Air suling ( akuades )

k.K2 Cr2 O7 1N

l.H2 SO4 pekat 1 N

m.H3 PO4 85%

n.Indikator Diphenylamine

o. Serbuk CuSO4

p. K2SO4

q. Indikator Methyin red

r. NaOH pekat 1 N

s.Data hasil pengukuran C – organik

t. Data hasil pengukuran N total

u.Pupuk anorganik

v. Kantong plastik

Page 27: Laporan praktikum kesuburan tanah

27

C.CARA KERJA

A.PEMBUATAN PROBIOTIK

1.Bekatul 0,75 kg,terasi 0,125kg dan tetes tebu 50 ml (gula jawa 5 ons ) direbus

dengan air 5 liter sampai mendidih (± 15 menit ) atau disterilisasi menggunakan

autoklaf ( 1 atm selama 15 – 20 menit)

2.Hasil rebusan ( sterilisasi ) didinginkan.

3.Menyiapkan urin sapi sebanyak 500 ml ( pupuk kandang 500 gr )

4.Setelah hasil rebusan ( sterilisasi ) dingin , kemudian masukkan kedalam ember

plastik dan tambahkan 500 ml urine sapi ( pupuk kandang 500 gr) sambil diaduk

sampai rata.

5.Campuran selanjutnya dibiarkan selama 3 hari dan setiap harinya dilakukan

pengadukan.

6.Probiotik siap digunaka

B.PENGOMPOSAN

1.Mengambil sampah organik sebanyak 5 kg yang telah dipisahkan dari bahan –

bahan anorganik.

2.Sampah organik dipotong – potong dengan ukuran kurang lebih 5 cm.

3.Potongan sampah dicampur secara merata dengan probiotik sebanyak 0 ,5 liter.

4.Sambil diaduk – aduk ditambahkan air sampai dicacapi kelembaban kurang

lebih 30% ( jika dikepal tidak keluar air tetapi jika kepalan dibuka akan berurai

lagi )

5.Selanjutnya dimasukan kedalan ember dibagi 3 lapis.

6.Masing – masing lapisan ditaburi dengan abu dapur ( total yang diperlukan 0,5

kg ) kemudian ember ditutup.

7.Setiap hari dilakukan pengukuran pH dan suhu pengomposan sampai sampah

menjadi kompos (C/N ≤ 20).

Page 28: Laporan praktikum kesuburan tanah

28

C.SUHU DAN KEASAMAN

Pengamatan Temperatur dan derajat keasaman ( pH ) dilakukan setiap hari sampai

sampah menjadi kompos ( C/N ≤ 20 ).

1.Pengukuran Temperatur

a.Menyiapkan alat pengukur temperatur ( thermometer )

b.Memasukkan ( menancapkan ) thermometer ke bagian tengah – tengah

pengomposan ( ± 15 cm dari permukaan ).

c.Setelah 5 menit thermometer diambil dan dicatat temperaturnya.

d.Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama pada bagian tengah antara tepi

dan tengah gundukan ( diambil 2 tempat )

e.Tiga hasil pengukuran dibuat rata – rata

2.Derajad Keasaman ( pH)

a.Mengambil contoh kompos 10 g dimasukkan ke dalam beker glass 50 ml

b.Menambahkan air suling sebanyak 25 ml kedalam beker glass

c.Mengaduk air dalam beker glass sampai kompos menjadi larut

d.Larutan dibiarkan mengendap selama kurang lebih 30 menit.

e.Setelah mengendap dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter ( kertas

lakmus )

f.Menyambung elektroa pada meteranya

g.Elektroda dicelupkan pada larutan penyangga pH 7 dan ditekan tombol pada

tanda ‘ON’ disesuaikan dengan keadaan tombol ‘ TEMP ‘ pada angka temperatur

larutan penyangga pH 7 , dan diatur tombol ‘CALIB ‘ hingga terbaca pada angka

7,00 pada layar pH meter.

h.Elektroda dicuci pada pancaran air suling dibagian bawahnya sampai bersih.

Page 29: Laporan praktikum kesuburan tanah

29

i.Elektroda dicelupkan pada larutan penyangga pH 4 dan ditekan tombol pada

tanda ‘ON’ disesuaikan dengan keadaan tombol ‘TEMP’ pada angka temperatur

larutan penyangga pH 4 dan diatur tombol ‘ SLOPE’ hingga terbaca angka 4,00

pada layar pH meter.

j.Elektoda dicuci dengan air pancaran air suling sampai bersih.

k.Dengan mengikuti langkah f – j maka pH yang diteliti siap diamati.

l.Elektroda dicelupkan pada larutan kompos,kemudian diamati dan dicatat angka

pada mnitor menunjukkan pada pH berapa.

m.Pengukuran diulang sebanyak tiga kali , dan hasilnya dirata - rata

D.KADAR C - ORGANIK

1.Ditimbang bahan kompos kering 0 ,1 g dimasukkan ke dalam labu takar.

2.Ditambahkan K2Cr2O7 1N sebanyak 10 ml dengan pipet ukur

3.Ditambah H2SO4 pekat 10 ml dengan gelas ukur, dan dikocok dengan gerakan

memutar

4.Warna harus tetap merah jingga , apabila warna menjadi hijau atau biru

ditambah lagi K2Cr2O7 1N dan H2SO4 pekat ( jumlah penambahan dicatat ) ,

didiamkan kurang lebih 30 menit sampai larutanya dingin.

5.Ditambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator Diphenylamine

6.Ditambahkan air suling sampai volumenya 50 ml.

7.Dikocok dengan membolak balikkan sampai homogen dan mengendap.

8.Diambil dengan pipet ukur 5 ml jernih , kemudian dimasukkan ke dalam labu

erlenmeyer dan ditambahkan air suling 15 ml

9.Larutan dititrasi dengan FeSO4 1 n , sehingga warna menjadi kehijau – hijauan

Page 30: Laporan praktikum kesuburan tanah

30

10.Langkah ini diulang tanpa sampel untuk keperluan blangko

E.KADAR N TOTAL

1.Destruksi

a. Ditimbang kompos dengan gelas arloji ( kertas ) yang bersih dan kering seberat

250 mg. Ditimbang juga untuk analisa kadar air.

b. Dimasukkan ke dalam labu kjeldal 100 ml dan tambahkan H2SO4 pekal 2,5 ml.

c. Dikocok sampai merata dan setelah itu dipanaskan dengan hati – hati sampai

asapnya hilang dan warna larutan menjadi putih kehijau – hijauan atau tidak

berwarna ( pemanasan didalam almari asam ) kemudian didinginkan.

2. Destilasi

a.Setelah larutan di dalam tabung kjeldal dingin ditambahkan air suling 25 – 50

ml,kemudian larutan ditambahkan ke dalam labu destilasi. Cara memasukkan

larutan dengan menuangkan berulang – ulang dengan air ( dalam hal ini usahakan

agar butir – butir tanah tida masuk ).

b. Diambil gelas piala 100 – 150 ml dan diisi dengan H2SO4 0,1 N 10 ml,diberi 2

tetes indikator methil hingga warna menjadi merah.

c.Gelas piala ini (b) ditempatkan di bawah alat pendingin destilasi sedemikian

rupa hingga ujung alat pendingin tersebut tercelup di bawah permukaan asam.

d.Ditambahkan dengan hati – hati ( dengan gelas ukur ) 20 ml NaOH pekat (

penambahan NaOH ini diusahakan melalui dinding labu destilasi ).Pekerjaan ini

dilakukan menjelang saat ( sebelum ) destilasi dimulai ( tidak boleh lama.

e. Setelah itu destilasi dimulai dan dijaga supaya larutan di dalam gelas tetap

berwarna merah, kalau warna berubah ( hilang ) segera tambah lagi H2SO4 0,1 N

Page 31: Laporan praktikum kesuburan tanah

31

dengan jumlah yang diketahui.Detilasi berlangsung selama sekitar 30 menit (

dilihat nilai larutan itu mendidih ).

f. Setelah larutan didestilasi,gelas piala diambil ( ingat api baru boleh dipadamkan

kalau gelas piala sudah diambil).

g. Bilas air suling ujung atas bawah alat pendingin ( air suling ini dimasukkan

juga dalam gelas piala ).

3.Titrasi

a. Larutan dalam gelas piala dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna hampir

hilang.

b. Pekerjaan 1 s/d 3 dilakukan juga untuk blanko,yaitu tanpa pemakaian sampel.

F. RASIO C/N

1.Menghitung perbandingan antara C – organik dengan N total

2.Apabila Nilai C/N sudah memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai pupuk

( rasio C/N kompos ≤ 20 ),maka proses pengomposan dihentikan.

H. HIGROSKOPISITAS

1. Menimbang sampel pupu sebanyak 10 gram

2. Menimbang kantong plastik tempat pupuk

3. Pupuk dimasikkan ke dalam kantong plastik yang terbuka

4. Kantong plastik berisi pupuk ditaruh ditempat yang aman dan dibiarkan tetap

terbuka

Page 32: Laporan praktikum kesuburan tanah

32

5. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu satu kali dengan cara menimbang

pupuk bersama kantong plastiknya.

6.Pengamatan dilakukan selama empat minggu ( satu bulan ).

I.TINGKAT KELARUTAN

1. Menimbang sampel pupuk sebanyak 10 gram

2. Memasukkan pupuk kedalam gelas ukur

3. Menambahkan air ke dalam gelas ukur dengan volume dua kali lipat volume

pupuk

4. Setelah satu jam larutan pupuk disaring dengan kertas saring

5. Kertas saring dan endapan pupuk diangin – anginkan

6. Setelah kering pupuk dan kertas saring ditimbang

7. Endapan pupuk dibersihkan dan kertas saring ditimbang

8. Dari hasil penimbangan kita bisa mengetahui berapa endapan yang diperoleh

9. Menghitung presentase kelarutan

Page 33: Laporan praktikum kesuburan tanah

33

I V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

1.PROBIOTIK

Dari kegiatan praktikum kesuburan tanah dalam pembuatan probiotik diperoleh

hasil sebagai berikut :

Gambar 1. probiotik

2.PENGOMPOSAN

Dari kegiatan praktikum kesuburan tanah dalam pembuatan kompos diperoleh

hasil sebagai berikut:

Gambar 2. kompos

Page 34: Laporan praktikum kesuburan tanah

34

3.SUHU DAN KEASAMAN

a.Tabel pengamatan (kel 1.)

Hari Ke - pH Suhu

1. 6.26 35

2. 7.12 34

3. 6.90 34

4. 7.70 34

5. 7.80 33.3

6. 8.28 33

7. 8.80 29

8. 8.54 32

9. 8.40 30

10. 8.40 28

11. 8.22 27.3

12. 8.23 29

13. 8.38 39

14. 8.52 30

15. 8.67 29.67

b.Tabel pengamatan ( kel.2)

Hari Ke - pH Suhu

1. 7.08 36

2. 6.92 34

3. 7.17 34

4. 7.74 34

5. 7.83 34

6. 8.05 31.33

7. 8.80 31.33

8. 8.08 31

9. 8.06 30

10. 8.20 29

11. 8.19 29.67

12. 8.50 29.3

13. 8.20 28.66

14. 8.60 30

15. 8.81 29.67

Page 35: Laporan praktikum kesuburan tanah

35

c.Tabel pengamatan ( kel.3)

Hari Ke - pH Suhu

1. 7.43 29

2. 7.09 28

3. 7.59 31.3

4. 7.34 32

5. 7.51 33

6. 8.04 28

7. 8.11 30.7

8. 8.05 32

9. 8.36 30

10. 8.20 30

11. 8.29 33.3

12. 8.15 28.3

13. 8.42 27

14. 8.27 26.6

15. 8.33 29.33

d.Tabel pengamatan ( kel.4)

Hari Ke - pH Suhu

1. 6.83 29

2. 7.67 28

3. 7.19 31.3

4. 7.57 32

5. 7.77 33

6. 7.97 28

7. 7.87 30.7

8. 8.14 32.3

9. 8.40 31

10. 8.37 27

11. 8.51 29.3

12. 8.76 27.3

13. 8.79 27.6

14. 8.33 27

15. 8.35 27.33

Page 36: Laporan praktikum kesuburan tanah

36

A.Tabel pengamatan ( pH )

B.Tabel pengamatan suhu ( C )

Pengamatan suhu

Hari ke - Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

1. 35 36 29 29

2. 34 34 28 28

3. 34 34 31,3 31,3

4. 34 34 32 32

5. 33,3 34 33 33

6. 33 31,33 28 28

7. 29 31,33 30,7 30,7

8. 32 31 32 32,3

9. 30 30 30 31

10. 28 29 30 27

11. 27,3 29,67 33,3 29,3

12. 29 29,3 28,3 27,3

13. 39 28,66 27 27,6

14. 30 30 26,6 27

15. 29,67 29,67 29,33 27,33

Pengamatan keasaman ( pH )

Hari ke - Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

1. 6,26 7,08 7,43 6,83

2. 7,12 6,92 7,09 7,67

3. 6,9 7,17 7,59 7,19

4. 7,7 7,74 7,34 7,57

5. 7,8 7,83 7,51 7,77

6. 8,28 8,05 8,04 7,79

7. 8,21 8,8 8,11 7,87

8. 8,54 8,08 8,05 8,14

9. 8,4 8,06 8,36 8,4

10. 8,4 8,2 8,2 8,37

11. 8,22 8,19 8,29 8,51

12. 8,23 8,5 8,15 8,76

13. 8,38 8,2 8,42 8,79

14. 8,52 8,6 8,27 8,33

15. 8,67 8,81 8,33 8,55

Page 37: Laporan praktikum kesuburan tanah

37

D.Grafik pengamatan keasaman ( pH)

Gambar 3.grafik pH

D.Grafik pengamatan suhu

Gambar 4. Grafik suhu

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

pH

Grafik pengamatan pH

KEL 1

KEL 2

KEL 3

KEL 4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Suh

u

Grafik pengamatan suhu

KEL 1

KEL 2

Kel 3

KEL 4

Page 38: Laporan praktikum kesuburan tanah

38

4.KADAR C – ORGANIK

a.Tabel hasil titrasi

No. Hasil

titrasi

Kelompok

1.

Kelompok

2.

Kelompok 3. Kelompok

4.

1. Blanko 6.6 ml 6.6 ml 6.6 ml 6.6 ml

2. Sampel 1.0 ml 2.5 ml 3.7 ml 1.7 ml

3. Berat 100 mg 100 mg 100 mg 100 mg

Kelompok 1 :

Hasil titrasi : Sampel : 1,0 ml (A)

Blanko : 6,6 ml (B)

Berat sampel : 100 mg

= 38,96 %

Kelompok 2 :

Hasil titrasi : Sampel : 2,5 ml

Blanko : 6,6 ml

Berat sampel : 100 mg

= 32,48 %

Kelompok 3 :

Page 39: Laporan praktikum kesuburan tanah

39

Hasil titrasi : Sampel : 3,7 ml (A)

Blanko : 6,6 ml (B)

Berat sampel : 100 mg

= 25,98 %

Kelompok 4 :

Hasil titrasi : Sampel : 1,7 ml (A)

Blanko : 6,6 ml (B)

Berat sampel : 100 mg

= 37,67 %

5.KADAR NTOTAL

Acara V. Kadar N Total

No. Hasil

destilasi

Kelompok 1. Kelompok 2. Kelompok 3. Kelompok

4.

1. Penambahan

HCL 0.1 N

34 ml - 15 ml 15 ml

No. Hasil

titrasi

Kelompok 1. Kelompok 2. Kelompok 3. Kelompok

4.

1. Blanko 0.1 ml 78.4 ml 0.5 ml 0.5 ml

2. Sampel 0.01ml 52.5 ml 0.3 ml 0.4 ml

3. Berat 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg

4. Volume 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml

a. Kadar N total

Kelompok 1 :

Page 40: Laporan praktikum kesuburan tanah

40

Destilasi : Penambahan HCL 0,01N 34 ml

Titrasi : Sampel : 0,1 ml

Blanko : 0,1 ml

Berat sampel : 250 mg

N =

=0,19 %

Kelompok 2 :

Destilasi : Penambahan HCL 0,01N .... ml

Titrasi : Sampel : 52,5 ml

Blanko : 78,4 ml

Berat sampel : 250 mg

N =

= 14,61 %

Kelompok 3 :

Destilasi : Penambahan HCL 0,01N 15ml

Titrasi : Sampel : 0,3 ml

Blanko : 1,25 ml

Berat sampel : 250 mg

N =

= 0,54 %

Kelompok 4 :

Destilasi : Penambahan HCL 0,01N 15ml

Page 41: Laporan praktikum kesuburan tanah

41

Titrasi : Sampel : 0,4 ml

Blanko : 0,5 ml

Berat sampel : 250 mg

N =

= 0,11 %

Kadar Lengas Kompos

a.Kelompok 1.

Sam

pel

Ber

at

boto

l

Bot

ol +

sam

pel

Berat setelah dioven ( g )

Hari/tanggal 16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5 29/5

1. 26.1

32

37.7

06

30.7

54

29.2

72

29.2

65

29.2

43

29.2

43

29.2

80

29.2

34

29.2

36

Kons

tan

2. 25.2

79

36.9

70

30.1

39

28.6

53

28.5

56

28.6

60

28.6

37

28.6

76

28.6

31

28.6

30

Kons

tan

b.kelompok 2

Boto

Page 42: Laporan praktikum kesuburan tanah

42

Samp

el

Bera

t

botol

l +

samp

el

Berat setelah dioven ( g )

Hari/tanggal 16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5

1. 31.8

08

41.3

76

34.3

25

34.3

32

34.3

15

34.2

87

34.2

87

konst

an

-

2. 32.3

71

43.5

22

38.2

49

35.4

69

35.4

81

35.4

61

35.4

61

35.4

98

35.45

3

Konst

an

c. Kelompok 3

Sam

pel

Ber

at

boto

l

Bot

ol +

sam

pel

Berat setelah dioven ( g )

Hari/tanggal 16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5 29/5

1. 25.8

44

41.4

96

35.1

61

30.4

16

30.4

15

kons

tan

- - - - Kons

tan

2. 25.6

69

41.0

45

34.2

68

29.6

13

29.6

03

29.5

64

29.4

64

29.1

90

29.1

42

29.1

41

Kons

tan

d.Kelompok 4

Sam

pel

Ber

at

bot

ol

Boto

l +

sam

pel

Berat setelah dioven ( g )

Hari/tanggal 16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5 29/5

1. 30.8

46

26.1

97

26.8

6

26.1

83

26.1

81

26.1

73

26.1

83

26.1

67

26.1

66

Kons

tan

2. 32.9

53

28.4

07

28.3

64

28.3

66

28.2

65

kons

tan

- - - -

a.Destruksi

Page 43: Laporan praktikum kesuburan tanah

43

Gambar 5. desttruksi

b.Destilasi

Page 44: Laporan praktikum kesuburan tanah

44

Gambar 7. destilasi

c.Titrasi

Gambar 8. titrasi

6.RASIO C/N

a. Rasio C/N

Kelompok 1

C/N = = 205,1 %

Page 45: Laporan praktikum kesuburan tanah

45

Kelompok 2

C/N = = 2,22 %

Kelompok 3

C/N = = 48,11 %

Kelompok 4

C/N = = 342,5 %

Gambar 9.C/N rasio

Page 46: Laporan praktikum kesuburan tanah

46

7.HIGROSKOPISITAS

Dari hasil praktikum diperoeh hasil sebagai berikut:

a.Kelompok 1

Berat plastik = 0.5 g

Berat awal = 10 g

No. Jenis

pupuk

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

1. ZA 10.04 9.09 10.04 9.85 10.3 10.2 10.6 10.1

2. SP 36 10.03 11.01 10.24 11.01 10.5 11.0 10.3 11.1

3. Urea 10.07 10.09 11.01 10.09 11.7 11.5 12.8 12.2

4. Phonska 12.01 12.05 13.13 13.06 13.7 14.9 14.9 16.1

5. KCL 10.04 11.04 10.26 11.06 10.8 11.7 11.1 12.3

b.Kelompok 2

No. Jenis

pupuk

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

1. ZA 10.9 13.3 10.8 13 10 13.3 10.14 10.35

2. SP 36 10.9 10.8 10.7 10.7 11 10.9 10.11 10.09

3. Urea 11.3 11.2 11.5 11.2 12.5 12 10.31 10.23

4. Phonska 12.5 12.3 13.5 13.4 15.4 15.5 10.64 10.66

5. KCL 11.3 11.5 11.5 11.5 12 12.2 10.25 10.25

ZA

SP 36

Urea

Ponska

KCl

Page 47: Laporan praktikum kesuburan tanah

47

c.Kelompok 3

No. Jenis

pupuk

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

1. ZA 12 12.1 11.2 11.2 10.8 11.1 11 11.2

2. SP 36 11.5 11.8 11.3 11.2 10.6 10.5 10.6 10.6

3. Urea 12 12.2 12 12.2 12.5 12.4 13 13.1

4. Phonska 13 13.2 13.5 13.7 14.7 14.9 15.9 16.2

5. KCL 12.5 12.5 11.4 11.7 11.8 11.9 12.1 12.1

d.Kelompok 4

No. Jenis

pupuk

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

1. ZA 10.6 10.74 10.7 10.9 10.81 11.03 10.91 11.05

2. SP 36 10.5 10.7 10.6 10.8 10.64 10.71 10.66 10.74

3. Urea 11.4 11.4 11.6 11.6 1.04 13.01 13.94 13.69

4. Phonska 13.15 12.3 14.15 13.5 13.57 13.62 16.27 15.38

5. KCL 11.5 11.17 11.7 11.18 12.02 11.97 12.33 12.21

Page 48: Laporan praktikum kesuburan tanah

48

Gambar .10 higroskopisitas

Page 49: Laporan praktikum kesuburan tanah

49

8.TINGKAT KELARUTAN

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:

Berat awal = 10 g

a.Kelompok 1

No.

Jenis pupuk

Berat

pupuk+kertas (

A )

Berat

kertas

A – B

( C )

%

Kelarutan

1. ZA 1.8 1.2 0.6 94%

2. SP 36 9.5 1.9 7.6 24%

3. Urea 2.2 2 0.2 98%

4. Phonska 5.3 2.4 2.9 71%

5. KCL 4.6 2.2 2.4 76%

b.Kelompok 2

No.

Jenis pupuk

Berat

pupuk+kertas (

A )

Berat

kertas

A – B

( C )

%

Kelarutan

1. ZA 2.7 2.3 0.4

2. SP 36 2.4 2 0.4

3. Urea 5.45 2.94 2.51

4. Phonska 10.9 2.68 8.22

5. KCL 2.39 2.05 0.34

ZA

SP 36

Urea

Ponska

KCl

Page 50: Laporan praktikum kesuburan tanah

50

c.Kelompok 3

No.

Jenis pupuk

Berat

pupuk+kertas (

A )

Berat

kertas

A – B

( C )

%

Kelarutan

1. ZA 2.4 2 0.4 96%

2. SP 36 11.5 3 8.5 15%

3. Urea 2.1 2 0.1 99%

4. Phonska 5.9 2.5 3.4 66%

5. KCL 5.2 2 3.3 68%

d.Kelompok 4

No.

Jenis pupuk

Berat

pupuk+kertas (

A )

Berat

kertas

A – B

( C )

%

Kelarutan

1. ZA 2.8 2.6 0.2

2. SP 36 2.68 1.72 0.96

3. Urea 3.83 2.51 1.32

4. Phonska 11.46 3.01 1.45

5. KCL 2.49 2.33 0.16

Gambar 11.tingkat kelarutan

Page 51: Laporan praktikum kesuburan tanah

51

B.PEMBAHASAN

Dalam melakukan pengomposanyangbaikdancepatdiperlukanteknologi

mempercepat

pengomposansepertimenambahmikrobauntukmenguraikanmenjadikompossempur

na.Dalam pembuatan kompos dari pupuk kandang dan sampah organik hanya

membutuhkan waktu 10-15 hari untuk menjadi kompos. Akan tetapi tidak bisa

terdekomposer cepat begitu saja tanpa input dari luar, seperti bantuan mikroba.

Maka untuk mempercepat penguraian maka ditambahkan probiotik.

Mikroorganisme lokal ( MOL ) merupakan kultur campuran berbagai jenis

mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,

aktinomisetes dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan

untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Rock pospat meningkatkan

ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan aktivitas

mikroorganisme yang menguntungkan.

Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organik dan

membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang

rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).

Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat

langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus

didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12

(Rinsemo, 1993).

Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri

(mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang

dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain.Proses yang terjadi adalah

dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar menjadi

molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O serta penguraian

lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi

anorganik.Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam

senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik yang larut sehingga

dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Membuat kompos adalah mengatur dan

Page 52: Laporan praktikum kesuburan tanah

52

mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.Proses

pengomposan oleh bahan organik mengalami penguraian secara

biologis,khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik

sebagai sumber energi.Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses

alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi

membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan

aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur

hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan

unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai

fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran kompos

pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas

pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang

terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan,

(Dipoyuwono, 2007).

Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh

proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat

dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk

menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses

pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh

kompos yang memiliki standar tertentu. Setelah standar campuran bahan baku

kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai

perbandingan C / N bahan baku 30 :terdapat hal lain yang harus sangat

diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus

dilakukan pengawasan terhadap:

1. Temperatur

2. Kelembaban

3. Odor atau Aroma, dan

4. pH

Page 53: Laporan praktikum kesuburan tanah

53

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :

A.Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara

30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan

menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40

mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila

rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein

sehingga dekomposisi berjalan lambat.

B.Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.

Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba

dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel

juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan

luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan

tersebut.

C.Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup

oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan

suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk

ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air

bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob

yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan

melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

D.Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas

dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-

rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk

proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen

akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

E.Kelembaban (Moisture content)Kelembaban memegang peranan yang sangat

penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung

berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban 40 – 60 % adalah kisaran optimum

untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas

mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban

15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara

Page 54: Laporan praktikum kesuburan tanah

54

berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi

anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

F.Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.

Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan

semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan

cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 60oC

menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari

60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang

akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-

mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

G.pH,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang

optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5

H.Lama pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang

dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa

penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan

berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-

benar matang.(Jakmi,2009)

Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu :

1. Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum.

Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi

anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin

berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan

mentahnya berarti kompos masih belum matang.

2. Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika

dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya,

tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur.

3. Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam –

hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip

dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama

Page 55: Laporan praktikum kesuburan tanah

55

proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat

miselium jamur yang berwarna putih.

4. Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan

kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik

bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar

antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit,

kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum

matang.

5. Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal

pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti

proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup

matang.

Sifat khusus dari pupuk organik antara lain kandungan hara rendah dan sangat

beragam, pelepasan hara terjadi secara lambat, penyediaan hara dengan jumlah

terbatas. Keunggulan dalam pemanfaatan pupuk organik antara lain adalah

perbaikan pada sifat fisik tanah, perkayaan kandungan kimiawi tanah lebih

berimbang, meningkatkan biodiversitas kehidupan biologi tanah, dan aman bagi

lingkungan. Walaupun demikian pupuk organik juga memiliki kelemahan antara

lain memerlukan jumlah besar bagi satu musim tanaman, jumlah dan jenis hara

sangat beragam, voluminous/bulky dalam transportasi dan dosisi lapangan,

berdampak negatif jika diberikan belum matang benar.

Dalam praktikum pengomposan yang kami laksanakan berdasarkan

pengamatan suhu dan pH atau keasaman,suhu hanya berkisar 300C dan pH

berkisar 7- 8.5,Suhu yang rendah ini menandakan kurangnya aktivitas

mikroorganisme yang melakukan penguraian terhadap bahan organik yang

dikomposting,Hal ini disebabkan karena pengomposan dilakukan diluar ruangan

yang tidak ternaungi secara maksimal,selain itu dimungkinkan arena aktivator

atau probiotik yang digunakan belum siap sehingga mikroba pengurai belum

berkembang dengan baik.Tingkat kepadatan atau pemamatan saat pengomposan

kurang,sehingga suhu tidak dapat meningkat.pH yang tinggi diakibatkan dari

Page 56: Laporan praktikum kesuburan tanah

56

bahan tambahan yaitu abu yang belum tercampur secara merata sehingga saat

melakukan pengambilan sampel dan kemudian dilakukan pengukuran dengan

pHmeter derajat keasaman tidak optimal yaitu pH kompos tinggi dari awal

pengamatan sampai selesai kadar pH terus naik hal ini menandakan bahwa

kompos tersebut bersifat basa.Untuk menurunkan kebasaan tersebut dilakukan

pengadukkan dan pembalikan serta penambahan air agar bahan – bahan organik

dapat tercampur rata sehigga pH dapat turun,penambahan air dilakukan

secukupnya hanya agar kompos tetap terjaga kelembabanya sehingga bahan –

bahan yang ada didalamnya cepat terurai,selain itu dilakukan pemampatan

kompos agar suhu saat komposting tetap terjaga.Pengamatan terhadap suhu dan

pH keasaman dihentikan apabila kadar C/N rasio telah sesuai standar yaitu rasio

C/N kompos ≤ 20,untuk analisa C/N rasio ini dilakukan destruksi,titrasi dan

destilasi.

Pada praktikum Higroskopisitas pupuk anorganik yang dilakukan pengamatan

selama 4 minggu diperoleh hasil penimbangan berat pupuk yang terus

meningkat,bentuk dan ukuran pupuk juga mulai berubah hai ini dikarenakan

karena pupuk yang diletakkan didalam tempat bersuhu kamar dan dalam keadaan

terbuka ternyata menyerap air di udara hal ini membuktikan bahwa pupuk

mempunyai tingkat higroskopisitas.Dari bermacam – macam yang digunakan

mempunyai tingkat higroskopisits yang berbeda – beda,pada praktikum yang kami

lakukan pupuk urea mempunyai tingkat higroskopisitas yang tinggi karena lebih

cepat mencair dibandingan dengan Z,.KCL,KCL SP 36 hal ini diakibatkan karena

bahan pembentuk dan struktur kimia pupuk urea yang mudah menyerap

air.Setelah dilakukan higroskopisitas pupuk anorganik,selanjutnya dilakukan uji

tingkat kelarutan pupuk,pada tingkat kelarutan ini pupuk urea juga memiliki

tingkat kelarutan yang tinggi dibandingan dengan pupuk yang lain hal ini

dibuktikan pupuk urea yang diletakkan didalam beker glass,di beri air selanjutnya

didiamkan tanpa diaduk ternyata lebih cepat larut,sedangkan SP 36 memiliki

tingkat kelarutan yang sangat rendah karena bentuk dan ukuranya seta tekstur

yang lebih keras akan lama terdegradasi oleh air,sehingga memerlukan waktu

yang lama untuk larut.

Page 57: Laporan praktikum kesuburan tanah

57

IV. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum kesuburan tanah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara

biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik

sebagai sumber energi.

2. Penggunaan probiotik akan mempercepat proses pengomposan, Kompos yang

dibuat membutuhkan waktu hanya 10-15 hari karena dengan bantuan probiotik

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas hasil pengomposan

adalah struktur bahan baku, ukuran bahan baku,suhu,nilai C/N bahan dan

Keasaman (pH),Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 – 8,0

4. Tingginya kandungan nilai C-organik mengindikasikan pula tingginya kandungan

bahan organik, yang mengindikasikan bahan yang tidak diinginkan (impurities)

rendah, atau dengan kata lain kemurnian dari kompos atau POG yang dihasilkan

cukup tinggi.

5. Besarnya N total dalam pupuk dapat kita analalisis sengan cara destuksi,destilasi

dan titrasi dengan menggunakan metode mikro kejdhal

6. Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah. Proses pengomposan yang baik

akan menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20 – 40, tetapi rasio paling baik

adalah 30.

7.Tingkat kelarutan pupuk anorganik dipengaruhi oleh jenis pupuk,ukuran pupuk dan

bahan pembuat pupuk.

8.Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah

kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin

cepat pupuk mencair.

Page 58: Laporan praktikum kesuburan tanah

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2007.Biocycle, Journal of Composting and Organics

Recycling (online).http://www.jgpress.com/biocycle.htm, diakses 29 Juni 2013

Anonimous. 2007. Standard specifications for compost for erosion/sediment

control(online).http://www.compostingcouncil.org/pdf/Erosion_Specs.pdf,

diakses 29Juni2013

Anonimous. 2007. BioCycle, Advancing Composting, Organics Recycling &

Renewable Energy (online) http://www.jgpress.com/archives/_free/001428.html,

diakses 29Juni 2013

Anonimous. Tanpa tahun. Compost Fundamentals Compost

EPA. Tanpa tahun. Municipal Solid Waste - Reduce, Reuse, and Recycle (online)

http://www.epa.gov/msw/reduce.htm, diakses 29Juni 2013

Choiriah, S. 2006. Inokulasi Mikroba Selulotik Untuk Mempercepat Proses

Pengomposan Sampah Pasar dan Pengaruh Kompos Terhadap Produksi dan

Usaha Tani Sayuran. Tesis. Bogor: Pascasarjana PSLP IPB

Dallzell, H.W..AJ.Riddlestone, K.R. Gray and K Thurairajan. 1987. Soil

management : compost production and use in tropical and subtropical

environments. FAO. Rome. Soil Bull 56:175-177

Djuarnani, N, Kriskan dan BS, Setyawan.2005. Cara Cepat Membuat Kompos.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sosrosoedirdjo, Soeroto, R, dkk. Ilmu Memupuk I. C.V. Yasaguna. Jakarta.

Yoky, Edy, Saputra. 2009. Pupuk Kompos, Keniscayaan Bagi

Tanaman.http://www.chem-is-try.org. Diakses online 8 Maret 2009.

Page 59: Laporan praktikum kesuburan tanah

59

LAMPIRAN

1.Kadar lengas

DATA KADAR LENGAS KELOMPOK 1

16 Mei 2013 I 30,754

II 30,139

17 Mei 2013 I 29,272

II 28,653

22 Mei 2013 I 29,265 Bobot botol+tutup I =

26,132

Bobot botol+isi I =

37,706

II 28,556

23 Mei 2013 I 29,266

II 28,660

23 Mei 2013 I 29,243 Bobot botol+tutup II =

25,279

Bobot botol+isi II =

36,970

II 28,637

24 Mei 2013 I 29,280

II 28,676

24 Mei 2013 I 29,234

II 28,631

28 Mei 2013 I 29,236

II 28,630

29 Mei 2013 I KONSTAN

II KONSTAN

o Ka I

Page 60: Laporan praktikum kesuburan tanah

60

o Ka II

o Nilai Ka total

DATA KADAR LENGAS KELOMPOK 2

16 Mei 2013 I 36,584

II 38,249

17 Mei 2013 I 34,325

II 35,469

22 Mei 2013 I 34,332 Bobot botol+tutup I =

31,808

Bobot botol+isi I =

41,376

II 35,481

23 Mei 2013 I 34,315

II 35,479

23 Mei 2013 I 34,287 Bobot botol+tutup II =

32,371

Bobot botol+isi II =

43,522

II 35,461

24 Mei 2013 I 34,287

II 35,498

24 Mei 2013 I KONSTAN

II 35,453

28 Mei 2013 I KONSTAN

II KONSTAN

Page 61: Laporan praktikum kesuburan tanah

61

o Ka I

o Ka II

o Nilai Ka total

Page 62: Laporan praktikum kesuburan tanah

62

DATA KADAR LENGAS KELOMPOK 3

16 Mei 2013 I 35,161

II 34,268

17 Mei 2013 I 30,416

II 29,268

22 Mei 2013 I 30,415 Bobot botol+tutup I =

25,844

Bobot botol+isi I =

41,496

II 29,603

23 Mei 2013 I KONSTAN

II 29,564

23 Mei 2013 I KONSTAN Bobot botol+tutup II =

25,669

Bobot botol+isi II =

41,045

II 29,464

24 Mei 2013 I KONSTAN

II 29,190

24 Mei 2013 I KONSTAN

II 29,142

28 Mei 2013 I KONSTAN

II 29,141

29 Mei 2013 I KONSTAN

II KONSTAN

Page 63: Laporan praktikum kesuburan tanah

63

o Ka I

o Ka II

o Nilai Ka total

Page 64: Laporan praktikum kesuburan tanah

64

DATA KADAR LENGAS KELOMPOK 4

1 I 26,197

II 28,407

2 I 26,86

II 28,364

3 I 26,183 Bobot

botol+tutup I =

24,791

Bobot botol+isi

I = 30,846

II 28,366

4

I 26,181

II 28,365

5 I 26,173 Bobot

botol+tutup II =

26,910

Bobot botol+isi

II = 32,953

II KONSTAN

6

I 26,183

II KONSTAN

7 I 26,167

II KONSTAN

8 I 26,166

II KONSTAN

9 I KONSTAN

II KONSTAN

o Ka I

Page 65: Laporan praktikum kesuburan tanah

65

o Ka II

o Nilai Ka total

Kadar C organik

KELOMPOK 1

Volume titrasi blangko : 6,6 ml

Volume titrasi sampel : 1,0 ml

Page 66: Laporan praktikum kesuburan tanah

66

KELOMPOK 2

Volume titrasi blangko : 6,6 ml

Volume titrasi sampel : 2,5 ml

KELOMPOK 3

Volume titrasi blangko : 6,6 ml

Volume titrasi sampel : 3,7 ml

Page 67: Laporan praktikum kesuburan tanah

67

KELOMPOK 4

Volume titrasi blangko : 6,6 ml

Volume titrasi sampel : 1,7 ml

KADAR N TOTAL

KELOMPOK 1

Berat sampel : 250 mg

Page 68: Laporan praktikum kesuburan tanah

68

Destilasi : Penambahan HCl 0,01 NPenambahan HCl 0,01 N 34 mL

Titrasi : Blanko 0,1 mL

Sampel 0,1 mL

KELOMPOK 2

Berat sampel : 250 mg

Destilasi : Tanpa penambahan

Titrasi : Blanko (H2SO4) 78,4 mL

Sampel 52,5 mL

Page 69: Laporan praktikum kesuburan tanah

69

KELOMPOK 3

Berat sampel : 250 mg

Destilasi : Penambahan HCl 0,01 N 15 mL

Titrasi : Blanko 0,5 mL

Sampel 0,3 mL

KELOMPOK 4

Berat sampel : 250 mg

Destilasi : Penambahan HCl 0,01 N 15 mL

Titrasi : Blanko 0,915 mL

Page 70: Laporan praktikum kesuburan tanah

70

Sampel 0,4 mL

1. KEASAMAN

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

hari ke- pH hari ke- pH hari ke- pH hari ke- pH

1 6,26 1 7,08 1 7,43 1 6,83

Page 71: Laporan praktikum kesuburan tanah

71

2 7,12 2 6,92 2 7,09 2 7,67

3 6,9 3 7,17 3 7,59 3 7,19

4 7,7 4 7,74 4 7,34 4 7,57

5 7,8 5 7,83 5 7,51 5 7,77

6 8,28 6 8,05 6 8,04 6 7,97

7 8,21 7 8,8 7 8,11 7 7,87

8 8,54 8 8,08 8 8,05 8 8,14

9 8,4 9 8,06 9 8,36 9 8,4

10 8,4 10 8,2 10 8,2 10 8,37

11 8,22 11 8,19 11 8,29 11 8,51

12 8,23 12 8,5 12 8,15 12 8,76

13 8,38 13 8,2 13 8,42 13 8,79

14 8,52 14 8,6 14 8,27 14 8,33

15 8,67 15 8,81 15 8,33 15 8,55

2. TEMPERATUR

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

hari ke- suhu hari ke- suhu hari ke- suhu hari ke- suhu

1 35 1 36 1 29 1 32

2 34 2 34 2 28 2 33,2

3 34 3 34 3 31,3 3 33,3

4 34 4 34 4 32 4 33

5 33,3 5 34 5 33 5 33

6 33 6 31,33 6 28 6 32

7 29 7 31,33 7 30,7 7 32,3

8 32 8 31 8 32 8 32,3

9 30 9 30 9 30 9 31

10 28 10 29 10 30 10 27

11 27,3 11 29,67 11 33,3 11 29,3

12 29 12 29,3 12 28,3 12 27,3

13 39 13 28,66 13 27 13 27,6

14 30 14 30 14 26,6 14 27

15 29,67 15 29,67 15 29,33 15 27,33

3. IDENTIFIKASI PUPUK AN ORGANIK

HIGROSKOPISITAS

Data Higroskopisitas Kelompok 1

Page 72: Laporan praktikum kesuburan tanah

72

Pupuk

ZA SP 36 Urea Pondska Kcl

01-Mei-13 ul 1 10,04 10,03 10,07 12,01 10,04

ul 2 9,09 11,01 10,09 12,05 11,04

08-Mei-13 ul 1 10,04 10,24 11,01 13,13 10,62

ul 2 9,85 11,01 10,09 13,06 11,06

15-Mei-13 ul 1 10,3 10,5 11,7 13,7 10,8

ul 2 10,2 11 11,5 14,9 11,7

24-Mei-13 ul 1 10,6 10,3 12,8 14,9 11,1

ul 2 10,1 11,1 12,2 16,1 12,3

Rata-rata 10,02 10,6488 11,1825 13,73125 11,0825

Data Higroskopisitas Kelompok 2

Pupuk

ZA SP 36 Urea Pondska Kcl

01-Mei-13 ul 1 10,9 10,9 11,3 12,5 11,3

ul 2 13,3 10,8 11,5 13,5 11,5

08-Mei-13 ul 1 10,8 10,7 11,5 13,5 11,5

ul 2 13 10,7 11,2 13,4 11,5

15-Mei-13 ul 1 10 11 12,5 15,4 12

ul 2 13,3 10,9 12 15,5 12,2

24-Mei-13 ul 1 10,14 10,11 10,31 10,64 10,25

ul 2 10,35 10,09 10,23 10,66 10,25

Rata-rata 11,4738 10,65 11,3175 13,1375 11,3125

Data Higroskopisitas Kelompok 3

Pupuk

ZA SP 36 Urea Pondska Kcl

Page 73: Laporan praktikum kesuburan tanah

73

01-Mei-13 ul 1 12 11,5 12 13 12,5

ul 2 12,1 11,8 12,2 13,2 12,5

08-Mei-13 ul 1 11,2 11,3 12 13,5 11,4

ul 2 11,2 11,2 12,2 13,7 11,7

15-Mei-13 ul 1 10,8 10,6 12,5 14,7 11,8

ul 2 11,1 10,5 12,4 14,9 11,9

24-Mei-13 ul 1 11 10,6 13 15,9 12,1

ul 2 11,2 10,6 13,1 16,2 12,1

Rata-rata 11,325 11,0125 12,425 14,3875 12

Data Higroskopisitas Kelompok 4

Pupuk

ZA SP 36 Urea Pondska Kcl

01-Mei-13 ul 1 10,6 10,5 11,4 13,15 11,5

ul 2 10,74 10,7 11,4 12,3 11,17

08-Mei-13 ul 1 10,7 10,6 11,6 14,15 11,7

ul 2 10,9 10,8 11,6 13,5 11,18

15-Mei-13 ul 1 10,81 10,64 13,04 15,57 12,02

ul 2 11,03 10,71 13,01 13,62 11,97

24-Mei-13 ul 1 10,91 10,66 13,94 16,27 12,33

ul 2 11,05 10,74 13,69 15,38 12,21

Rata-rata 10,8425 10,6688 12,46 14,2425 11,76

TINGKAT KELARUTAN

Data Tingkat Kelarutan Kelompok 1

Page 74: Laporan praktikum kesuburan tanah

74

Data Tingkat Kelarutan Kelompok 2

Data Tingkat Kelarutan Kelompok 3

Page 75: Laporan praktikum kesuburan tanah

75

Data Tingkat Kelarutan Kelompok 4