laporan praktikum keramik modul analisa besar butiran metode pipet andreasen
DESCRIPTION
praktikum keramikTRANSCRIPT
I. Judul
Analisa Besar Butiran Metode Pengendapan dengan Pipet Andreasen
II. Prinsip
Analisa besar butir- butir < 60 mm dilakukan dengan analisa pengendapan
menurut Andreasen. Semakin kecil ukuran butiran bahan maka akan semakin lama
butiran tersebut mengendap di dalam suspense. Sehingga distribusi massa besar
butiran ukuran tertentu dapat diukur berdasarkan waktu pengendapannya dalam
pipet andreasen.
III. Dasar Teori
Pada pesawat Andreasen terdapat sebuah pipet 10 ml, yang dilebur dalam
sumbat asah, yang menutup silindernya dari atas. Ujung bawah pipa pipet ada 20-
30 mm di atas dasar silinder. Silindemya juga diberi pembagian dalam mm, yang
titik 0- nya ada pada bidang, yang sama dengan ujung bawah pipa pipet. Pipet
terdiri dari pipa isap, yang masuk dalam silinder, sebuah kran jalan 3 dan di
atasnya sebuah bejana berisi 10 ml. Kran jalan 3 dapat menghubungkan bagian
dalam silinder dengan pipet atau menghubungkan pipet dengan luar silinder
sehingga isi pipet dapat ditampung dalam sebuah cawan. Sebelum alat dipakai,
supaya ditentukan dulu: Isi cairan, bila permukaannya ada pada garis
pembagian skala 200 mm, Turunnya permukaan cairan dengan tiap pengisapan
10 ml. Untuk penentuan ini dapat digunakan air.
Penyiapan percobaan.
Penentuan berat-berat jenis bahan yang harus diperiksa. Berat jenis bahan
ditentukan denganmenggunakan piknometer dan minyak tanah, setelah
dikeringkan dan dihaluskan, sehingga melalui ayakan 0,2 mm.
Penentuan bahan peptisasi.
Sebagai zat pendispersi dipakai air suling, supaya zat-zat yang dapat larut
dalam air - bukan air suling, tidak menyebabkan kesalahan-kesalahan. Pipa
reaksi-pipa reaksi yang sama diisi dengan bahan dan air yang sama
banyak-nya dan suatu zat peptisasi tertentu, yang banyaknya dinaikkan secara
bertingkat. Pendispersian yang terbaik ialah bila setelah pipa reaksi beserta
isinya dikocok-kocok dan didiamkan, bahan dengan air merupakan suspensi
yang merata dan bila dibiarkan, butir-butir tidak memperlihatkan batas pe-
misahan yang tajam dengan air sebagai zat pendispersinya, dari atas ke
bawah pemba-gian bahan dalam air makin rapat. Percobaan ini sesudah itu
dikerjakan dengan zat peptisasi lain, sehingga dapat diketahui pada akhimya
zat mana yang terbaik dan untuk kepekatan yang berapa. Sebagai zat peptisasi
dapat dipakai natriumkarbonat atau natriumoksalat atau natriumpirofosfat
(Na4P7O2.10 H2O) atau zat lain.
- Penentuan jarak pengendapan dan penghitungan waktu pengendapan.
Jarak
pengendapan ialah jarak dari permukaan suspersi dalam pesawat Andreasen
sampai mulut di ujung bawah pipet. Sebaiknya pada setiap permulaan percobaan
pesawat diisi sampai tanda 200 mm.
- Karena pada pengisapan cairan dengan pipet-nya permukaannya turun,
sebelum alat dipakai, ditentukan dulu berapa turunnya permukaan padatiap
pengisapan 10 ml. Waktu pengendapan butir-butir dengan garis tengah tertentu
dihitung dengan mengguna-kan rumus Stokes
t = 18 x q x s
g x d2 x (D 1−D 2)
dimana : t = waktu pengendapan (detik)
q = kekentalan (viskositas) air pada suhu percobaan
s = jarak pengandapan butiran dari permukaan sampai ujung pipa
penghisap (cm)
g = percepatan gravitasi = 978 cm/detik2
D1 = Kerapatan bahan terdispersi (2,6 untuk tanah-tanah)
D2 = Kerapatan bahan endispersi (air), dapat diambil 1
q tergantung kepada suhu air dan untuk:
15°C = 0,0114 poise
20°C = 0,0100 poise
25°C = 0,009 poise
30°C = 0,008 poise
Dalam daftar di bawah diberikan waktu-waktu pengendapan pada suhu-suhu
20°C, 25 C, 30 C (t20, t25, t50) untuk jarak pengendapan s = 1 cm bagi
D1 = 2,50, 2,55, 2,60, 2,65. D2 diambil = 1.
d
D1 = 2,50
2,5052,50
D1= 2,55
t20 t25 t30 t20 t
25
t30
1 P 12270 11043 9816 11874 10687 9499
2 P 3060 2760 2454 2968 2672 2375
5 P 491 441 392,6 475 428 380
10 P 123 110 98,2 119 107 95
20 P 31 27,6 24,5 29,7 26,7 23,7
30 P 14 12,3 10,9 13,2 11,9 10,5
40 P 8 6,9 6,1 7,4 6,7 5,9
50 P 5 4,4 3,9 4,7 4,3 3,8
d
D1 = 2,60 D1 = 2,65
t20 t
25
t30 t20 t
25
t
30IP 11500 10350 9200 11154 10039 8924
2 P 2875 2588 2300 2789 2510 2231
5 P 460 414 368 446 402 357
10 P 115 103,5 92 111,5 100,4 89,2
20 P 28,8 25,9 23 27,9 25 22,3
30 P 12,8 11,5 10,2 12,0 11,2 9,9
40 P 7,2 6,5 5,S 7,0 6,2 5,6
50 P 4,6 4,1 3,7 4,4 4,0 3,6
Gambar Pipet Andreasen
Diameter Stokes didefinisikan sebagai diameter butiran yang memiliki
kepadatan yang sama dan kecepatan yang sama seperti pengendapan partikel di
dalam cairan dengan densitas yang sama dan viskositas dalam kondisi aliran
laminar. Koreksi untuk penyimpangan dari hukum Stokes 'mungkin diperlukan
pada akhir kasar dari berbagai ukuran. Sedimentasi kecepatan acc. Untuk equ. 1
dibatasi untuk ukuran di atas 1 µm. Untuk ukuran yang lebih kecil timbulnya
difusi termal (gerak Brown) harus diperbaiki.
Masalah dalam eksperimen adalah untuk memperoleh dispersi yang memadai
dari partikel sebelum analisis sedimentasi. Untuk bubuk yang sulit terdispersi,
penambahan bahan pendispersi diperlukan, bersama dengan ultrasonik. Penting
untuk memeriksa sampel terdispersi bawah mikroskop untuk memastikan bahwa
sampel sepenuhnya terdispersi.
Persamaan untuk menghitung distribusi ukuran dari data sedimentasi
didasarkan pada asumsi bahwa partikel tenggelam bebas di suspensi. Dalam
rangka untuk memastikan bahwa interaksi partikel-partikel dapat diabaikan,
konsentrasi volume yang di bawah 0,2% dianjurkan.
IV. Alat dan Bahan
a. Alat Pesawat Andreasen, (lihat Gambar).
Ayakan standar dengan lobang-lobang
Neraca analitik ketepatan sampai mg.
Termometer,
Cawan-cawan penguap meridian ± cm.
Piala-piala gelas/porselen ±700 ml,
Batang-batang pengaduk gelas/ porselen,
Pipa-pipa reaksi yang sama,
Dapur pengering (sampai ± 200°C),
Alat Pengukur waktu.
b. Bahan Natrium feldspar
Air
Natrium Karbonat
V. Prosedur Percobaan
1. Menentukan massa jenis sampel Natrium feldspar menggunakan piknometer 50
ml.
2. Membuat bahan peptisasi, Natrium Karbonat masing-masing 2N, 3N dan 4N
dalam 300 ml
3. Tambahkan 50 g Natrium feldspar ke dalam masing-masing larutan peptisasi.
4. Panaskan masing-masing larutan dalam waterbath sambil diaduk sampai
mendidih.
5. Pilih larutan yang paling tersuspensi di antara ketiga larutan. Dinginkan.
6. Tuang larutan yang dipilih ke dalam saringan 200 mesh.
7. Residu pada saringan dikeringkan dalam oven suhu 105 °C, dalam waktu ±1
jam. Tiimbang massa residu.
8. Filtrat yang dihasilkan dimasukkan ke dalam pipet Andreasen.
9. Tambahkan air hingga volume mencapai 800ml. Tutup.
10. Untuk percobaan waktu 0. Kocok selama 2 menit, kemudian tempatkan pipet di
meja datar. Dengan cepat diisap 10 ml suspensi, melalui kran jalan 3 alirkan
suspensi ke dalam cawan untuk dikeringkan dalam oven 105 °C.
11. Ukur jarak pengandapan butiran dari permukaan sampai ujung pipa penghisap
dalam cm sebagai nilai “s”.
12. Hitung waktu pengendapan t1.
13. Kocok pipet selam 2 menit, diamkan selama t1.
14. Isap 10 ml suspensi, lalu denan kran jalan 3 alirkan ke dalam cawan penguap
untuk dikeringkan dalam oven 105 °C.
15. Ukur kembali jarak pengendapan dan hitung t2. Lakukan langkah-langkah
tersebut sampai didapat massa suspense untuk t4.
VI. Data Pengamatan dan Hasil
Penentuan massa jenis Natrium Feldspar
Karena hasil penentuan massa jenis menggunakan piknometer tidak menunjukan
hasil yang logis. Maka diputuskan untuk massa jenis bahan mengunakan acuan dari
modul yaitu sebesar 2,6 g/ml.
Pembuatan Larutan Peptisasi Na2CO3
Massa Na2CO3 dibutuhkan = C x BE xV
1000
Untuk Na2CO3 2N
Massa Na2CO3 dibutuhkan = 2x 75,495x 300
1000 = 31,80 g
Untuk Na2CO3 3N
Massa Na2CO3 dibutuhkan = 3x 75,495 x300
1000 = 47,70 g
Untuk Na2CO3 4N
Massa Na2CO3 dibutuhkan = 4 x 75,495x 300
1000 = 63,60 g
Massa bahan Natrium Feldspar yang digunakan sebesar 50,10g
Larutan paling tersuspensi adalah larutan dengan zat pepstisasi Na2CO3 2N.
Perhitungan waktu Pengendapan
t = 18 x q x s
g x d2 x (D 1−D 2)
dimana : t = waktu pengendapan (detik)
q = kekentalan (viskositas) air pada suhu percobaan
s = jarak pengandapan butiran dari permukaan sampai ujung pipa
penghisap (cm)
g = percepatan gravitasi = 978 cm/detik2
D1 = Kerapatan bahan terdispersi (2,6 untuk tanah-tanah)
D2 = Kerapatan bahan endispersi (air), dapat diambil 1
Untuk t0
t = 18x 0,008 x21,8
980 x¿¿ = 55,61 detik
Untuk t1
t = 18x 0,008 x21,8
980 x¿¿ = 122,83 detik
Untuk t2
t = 18x 0,008 x21
980 x¿¿ = 482,14 detik
Untuk t3
t = 18x 0,008 x18,5
980 x¿¿ = 1515,306 detik
Untuk t4
t = 18x 0,008 x9,3
980 x¿¿ = 3639,13 detik
Massa Suspensi yang telah dikeringkan
Untuk t0 sebesar 0,77 g
Untuk t1 sebesar 0,75 g
Untuk t2 sebesar 0,79 g
Untuk t3 sebesar 1,52 g
Untuk t4 sebesar 1,90 g
Perhitungan
Berat bahan kering yang ditimbang = 50,10 g Berat zat peptisasi yang ditambahkan = 31,70 g Berat sisa pada ayakan 60 m = 1,11 g. Berat zat kering dalam pengisapan 10 ml pada waktu 0 = 0,77 g Berat zat kering dalam pengisapan 10 ml untuk pengendapan:butir-butir 40 m = 0,75 g, butir-butir 20 m = 0,79 g, butir-butir 10 m = 1,52 g, butir-butir 5 m = 1,90 g,
Volume suspensi sampai tanda garis paling atas dalam silinder Andreasen = 800 ml. Zat peptisasi dalam 10 ml suspensi = (10 : 800) x 31,70 = 0,39625 g.Butir-butir > 60 m = (1,11 : 50,10) x 100% = 2,22%. Butir-butir < 60 m = 100 – 2,22 = 97,78%.Berat butir-butir dalam 10 ml suspensi pada waktu t0 = (0,77 – 0,39625) g = 0,37375 g.
Berat butir-butir dalam 10 ml suspensi pada pengisapanbutir-butir 40 m = (0,75 – 0,39625) g = 0,35375 g butir-butir 20 m = (0,79 – 0,39625) g = 0,39375 g butir-butir 10 m = (1,52 – 0,39625) g = 1,12375 g butir-butir 5 m = (1,90 – 0,39625) g = 1,50375 g
Banyak butir-butir antara:1,50375 – 1,12375
5 – 10 m =
10 – 20 m =
20 – 40 m =
40 – 60 m =
1,50375
1,12375 0,39375
1,50375
0,39375 0,35375
1,50375
0,37375 0,35375
1,50375
x 100% 25,27 %
x 100% 48,55
% x 100% 2,66
% x 100% 1, 33
%
Butir-butir > 60 m 2,22%40 – 60 m 1,33%20 – 40 m 2,66%10 – 20 m 48,55%
5 – 10 m 25,27%