laporan praktikum hidah
TRANSCRIPT
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengling merupakan pengetahuan yang mengkaji hubungan makhluk
hidup dengan lingkungannya dalam hubungannya dengan dampak kehidupan
manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Sementara ada ahli yang memasukkan pengetahuan lingkungan ini ke
dalam lingkup ilmu pengetahuan (science) namun ada pula yang
memasukkan ke dalam lingkup pengetahuan (knowledge), masing-masing
memiliki alasan tersendiri.
Sebagaimana diketahui, ilmu pengetahuan adalah suatu kegiatan
mencari kebenaran dengan objek tertentu yang konkret dengan bidang kajian
yang khas yang memiliki metod ilmiah yang sistematis, obyektif, konsisten
dan berlaku umum/universal. Sedangkan pengetahuan adalah pencarian
kebenaran berdasarkan pengalaman dan bidang kajian yang belum jelas serta
belum menggunakan metode yang sistematis, cenderung subyektif dan
kurang konsisten. Pengetahuan juga dapat melalui intuisi, prasangka dan trial
and error. Pada kegiatan yang semula digolongkan pengetahuan dimasukkan
ke dalam kegiatan ilmiah.
Ruang lingkup pengling meliputi segala permasalahan yang
melingkupi umat manusia yang terdiri dari lingkungan biotik, abiotik, sosial,
budaya, ekonomi dan sebagainya. Menurut St. Munajat Danu Saputra dalam
Darsono, lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya
manusia dan tingkat perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana
1
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad hidup lainnya.
Ilmu pengetahuan (science) adalah suatu kegiatan mencari kebenaran
dengan obyek tertentu yang konkret dengan kajian bidang yang khas dan
memiliki metode yang sistematis, obyektif, konsiten dan berlaku umum atau
universal. Sedangkan pengetahuan adalah pencarian kebenaran berdasarkan
pengalaman (experience) dan bidang kajian yang belum jelas serta belum
mengunakan metode yang sistematis, cendrung subyektif dan kurang
kosisten. Pengetahuan juga didapatkan juga melalui penafsiran atau
prasangka. Pada perjalanan waktu, setelah persyaratan-persyaratan dipenuhi,
kegiatan semula yang digolongkan pengetahuan bisa dimsukkan ke dalam
kegiatan ilmiah.
Permasalahan lingkungan bukan merupakan permasalahan yang baru,
melainkan muncul sejak lahirnya bumi, hanya saja karena berbagai sebab
maka permasalahan ini tidak mencuat ke atas. Ada anggapan bahwa masalah
lingkungan hidup menjadi besar karena kemajuan teknologi. Sebenarnya
anggapan ini tidak seluruhnya benar karena pada dasarnya teknologi bukan
hanya dapat merusak lingkungan, tetapi teknologi juga dapat di gunakan
untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang menghawatirkan saat ini,
sebenarnya diakibatkan oleh kepadatan penduduk, terutama pada abad 20
ini. Dengan semaki besarnya populasi manusia, kebutuhan makin meningkat,
dan untuk memenuhi kebutuhan itu umat manusia mengeksploitasi
lingkungannya. Dampak yang bisa ditimbulkan adalah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan, sebagai akibat adanya hubungan
timbale balik antara komponen biotik dan abiotik di dalam lingkungan,
adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan itu kemudian menjadi sebab
lain baik dalam skala regional maupun global.
2
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
B. Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk kepentingan kita
sebagai mahasiswa sendiri dalam mempelajari ilmu pengetahuan lingkungan.
Tujuan ini juga dilaksanakan sebagai latihan untuk memperdalam ilmu,
melatih, membina kita sebagai mahasiswa atau para praktikan agar mampu
bekerja dengan baik dan bertanggungjawab sehingga nanti, memperoleh
gambaran tentang masalah yang akan datang sesuai dengan tuntutan tugas
yang diberikan kepada kita dan sesuai dengan disiplin ilmu yang kita miliki.
C. Pelaksana
1.3.1 Hari/Tanggal
Pelaksanaan praktikum pada hari Minggu, 24 Juni 2012
1.3.2 Tempat
Pantai Induk Desa Kebun Ayu Kecamatan Gerung.
1.3.3 Waktu
Dari pukul 09.00 – Selesai
3
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
BAB II
ACARA – ACARA
A. Rantai Makanan dan Jaring - jaring makanan
2.1.1 Tujuan
Mengenal dan memehami proses terjadinya rantai makanan sederhana
yang terdapat di ekosistem buatan
2.1.2 Kajian teori
Rantai makanan
Peristiwa makan dan di makan antar ank era dalam suatu
ekosistem membentuk struktur trofik. Setiap tingkat trofik merupakan
kumpulan berbagai ank era dengan sumber makanan tertentu. Dalam
struktur trofik yang autotrof disebut produsen. Tingkat trofik II ditempati
oleh berbagai yank tidak dapat membuat bahan yank sendiri (heterotrof
adalah konsumen). Konsumen terdiri dari konsumen (Yang keras) pada
tingkat trofik kedua, konsumen sekunder (karnivora) pada tingkat trofik
ketiga, dan konsumen tersier (karnivora besar) pada tingkat trofik
keempat. Rantai makanan adalah jalur makan dan dimakan dari suatu
tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah
tertentu.
Rantai makanan perumput adalah rantai makanan yang dimulai dari
produsen.
contoh : Padi → Tikus → Ular → Elang
Rantai makanan detritus adalah rantai makanan yang dimulai dari
detritus (hancuran daun-cacing-tanah-ayam-manusia).
4
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Jaring-jaring makanan
Jaring – jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang
saling berhubungan satu sama lain. Di dalam ekosistem, rantai makanan
tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berkaitan antara satu dengan yang
lain sehingga membentuk jaring –jaring makanan.
Secara umum dalam suatu ekosistem produsen lebih banyak dari
pada konsumen tingkat pertama (primer), konsumen tingkat pertama lebih
banyak dari pada konsumen tingkat kedua (sekunder), dan seterusnya.
Apabila keadaan ini digambarkan akan membentuk suatu piramida
makanan.
Di dalam suatu ekosistem, setiap kelompok organisme menempati
tingkat tertentu dari sumber makanan atau sumber energi. Tingkat -
tingkat itu disebut sebagai tingkat trofik. Produsen sebagai tingkat trofik
pertama, konsumen pertama sebagai tingkat trofik kedua, konsumen kedua
sebagai tingkat trofik ketiga, dan seterusnya. Makin rendah tingkat
trofiknya, makin besar kandungan energi atau biomasanya.
Rantai makanan merupakan perpindahan maetri dan energi dari
mahluk hidup yang satu ke mahluk hidup yang lain dengan peristiwa
makan memakan dengan urutan tertentu.
Rantai makan ada dua, yaitu rantai makan perumput dan rantai
makanan detritus. Rantai makanan perumput dimulai dari produsen →
herbivora → karnivora I → karnivora II, dan seterusnya. Rantai makanan
detritus dimulai dari organisme yang sudah mati (bahan organik) →
cacing → belut dan seterusntya.
Di ekosistem terdapat lebih dari satu rantai makana. Antara rantai
makanan yang satu dengan rantai makanan yang lainnya saling
terkait.Artinya, jika salah satu mata rantai rusak (tidak berfungsi), akan
5
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
berpenaruh terhadap mata rantai yang lain. Untuk itu, Eksistensi tiap mata
rantai dalam rantai makanan harus selalu di perhatikan agar ekosistem
dapat berperan secara optimal. Di Ekosistem alami, rantai makanan
biasanya lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan rantai
makanan yang terdapat di ekosistem buatan, sehingga jarang terjadi
ledakan populasi, terutama populasi organisme pengangkut tanaman
(OPT).
Sebaliknya, di ekosistem buatan, misalnya ekosistenm pertanian
(agroekosistem), terutama untuk tanaman-tanaman semusim, rantai
makanannya relatif sederhana sehngga mudah terjadi guncangan
ekosistem, di tandai oleh seringnya terjadi serangan OPT.
2.1.3 Alat dan Bahan
2.1.3.1 Alat
Alat tulis menulis
Kantung plastic dan stoples plastic untuk koleksi tumbuhan dan
hewan
Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan
Alat tulis menulis
2.1.3.2 Bahan
Lokasi pengamatan (daratan)
2.1.4 Hasil pengamatan
6
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
2.1.3.3 Tabel 1.1 hasil pengamatan
No. Nama Spesies
Tumbuhan Hewan
Singkong (Manihot
utillisima) Belalang (Valanga Sp)
Jagung (Zeamays)Cacing Tanah
(Lumbricus Terrestris)
Padi (Oriza Sativa) Sapi (Bos Taurus)
Putri Malu (Mimosa Pudica) Rana Sp
Pisang (Musa Paradisciaca)
Anjing (Kanis
Pamirialis)
Capsikum Anum Kupu-kupu (Appilion
Sp)
Bawang (Alliumsepa) Linnea
Petei cina (Leokaena
Leosapala) Javanica
Pepaya (Carica Papaya) Biawak
Kangkung Cainis pami aris
Kacang panjang Ayam (Gallus-Gallus)
Rumput Teki (Chyperus
rotundus)
Lalat (Gosopilla)
Kacang panjang Ulat
Rantai makanan
7
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
a). perumput
Oriza Sativa → Valanga Sp → Gallus → Manusia → Dekomposer
Rumput teki → Boss Taurus → Manusia → Dekomposer
kangkung → ulat → Gallus → manusia → Dekomposer
kangkung → ikan → manusia → Dekomposer
Oriza Sativa → ulat → Gallus → manusia → decomposer
kacang panjan → kambing → manusia → decomposer
Mimassa Pudica → kupu-kupu → laba-laba
b). destritus
sampah → cacing tanah → Gallus → manusia
kotoran sapi → Rang-rang
8
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Jarring- jarring makanan
a). perumput
decomposer
manusia
sapi
kambing ayam laba-laba
kupu-kupu
ulat belalang
rumput
padi kangkung singkong putri malu
kacang panjang
b). destritus
decomposer
manusia
ayam ikan burung
cacing semut
sampah organic
2.1.5 Pembahasan
9
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Rantai makanan merupakan perpindahan materi dan energy dari
mahkluk hidup yang satu ke mahkluk hidup yang lain melalui peristiwa
makan memakan dengan urutan tertentu, rantai makanan ada dua, yaitu rantai
makanan perumput (mahkluk hidup yang bersifat auotrop “dapat
menghasilkan makanan sendiri” ), seperti pada data hasil pengamatan rantai
makanan perumput, disana ada padi, rumput teki, kangkung, kacang panjang,
singkong, putrid malu, pisang. Dimana padi dimakan oleh belalang
(konsumen I), belalang dimakan oleh ayam (konsumen II), ayam dimakan
oleh manusia (konsumen III), kemudian sisa manusia “hasil BAB” diuraikan
lagi oleh Dekomposer. Begitu juga dengan rantai makanan perumput lainnya,
dimana terjadinya peristiwa makan dan dimakan.
Rantai makanan yang kedua adalah rantai makanan destritus (Rantai makanan
yang dimulai dari bahan organic yang sudah mati dan diuraikan oleh
Dekomposer “jamur, bakteri”). Seperti yang terlihat pada hasil pengamatan
kelompok kami, di peroleh data seperti “ sampah diuraikan oleh cacing tanah,
cicing tanah di makan oleh ayam kemudian ayam di konsumsi oleh manusia
dan hasil pembuangan dari manusia diuraikan lagi oleh decomposer”.
Selain rantai makanan yang akan kami bahas di acara I, kita juga akan
membahas tentang jarring-jaring makanan. Dimana jarring-jaring makanan itu
merupakan kumpulan dari rantai makanan. Pada pembahasan jarring-jaring
makanan ini kita dapat melihat bahwapada jarring-jaring makanan perumput
manusia dan dekomposer mendominasi dari mahkluk hidup lainnya. Dimana
semua mahkluk hidup (hewan dan tumbuh-tumbuhan) dikonsumsi oleh
manusia. Mengapa demikian?
Karena manusia merupakan mahkluk hidup pemakan segala ( omnivora).
B. Populasi Dekomposer
2.2.1 Tujuan
10
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Mengatahui populasi decomposer ( cacing tanah ) yang membantu
proses pelapukan didalam tanah.
2.2.2 Kajian Teori
Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan
makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat
diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis
cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis
cacing tanah ini menyukai bahan yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-
sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu
menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu
tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk
penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan
untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi
manusia
Cacing tanah merupakan hewan verteberata yang hidup di tempat yang
lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk
mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang
dikehendaki sekitar 60 – 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah
juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah, ank erase, aerasi,
CO2, bahan ank er, jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh ank e
tersebut, pH dan bahan ank er merupakan dua ank e yang sangat ank era.
Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 – 8,5. Adapun suhu ideal menurut
beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius. Cacing tanah
ini merupakan ank eras utama pada ekosistem tanah. Berdasarkan tempat
hidupnya, cacing tanah dibedakan menjadi:
(1) Tipe Epigeik: hidup di permukaan tanah,
(2) Tipe Endogeik: hidup di dalam tanah
11
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
(3) Tipe Anecigeik: hidup di dalam tanah dan sekresi di permukaan
tanah.
Apabila dikaitkan dengan kedalaman perakaran tanaman, tipe epigeik
dan anecigeik berperan pada kesuburan tanaman semusim atau berakar
dangkal. Sedangkan tipe endogeik berperan pada produktifitas tanaman
keras dan tanaman kehutanan yang berakar dalam.
Secara stuktural cacing tanah mempunyai rongga basar coelomoc yang
mengandung coelomicytes (pembuluh-pembuluh micro) yang merupakan
system vaskuler atau bejana tertutup, saluran makanan berupa tabung
anterior dan posterior, eksresi atau kotoran da keluarkan melalui anus, atau
peranti khusus yang disebut nephridia.
Kulit cacing tanah (lumbricus terrestris) terdiri dari:
Ktikula luar
Epidermis
Lapisan jaringan syaraf
Kecepatan decomposer dipengaruhi oleh banyak factor, antaranya
temperature dan kelembaban. Di kawasan tropic misalnya, karena
temperature dan kelembabannya yang relative tinggi sehingga serasah yang
digugurkan oleh tumbuhan itu tidak tertimbun terlalu lama dilantai hutan,
tetapi sgera mengalami dekomposisi. Hal sebaliknya terjadi dihutan-hutan
beriklim sedang dan dingin.
Proses penguraian organism mati (sisa-sisa tumbuhan maupun hewan)
disebut dekomposisi. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh decomposer.
Dekomposer merupakan organism heterotrof, artinya tidak dapat membuat
makanan sendiri sehingga harus mendapatkan makanan dari orang lain.
Dekomposer utama di alam adalah jamur dan bakteri, namun ada juga
organism lain yang ikut berperan dalam proses tersebut, diantaranya
serangga tanah dan larvanya, semut, rayap, dan cacing tanah.
12
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Dekomposisi merupakan akibat dari proses dekomposisi memperoleh
energy untuk keperluan hidupnya. Peran proses ini sangat vital, sebab jika
tidak ada proses dekomposisi, dipermukaan bumi ini akan tertimbun.
Serasah, kayu mati dan bangkai hewan sehingga tidak ada tempat
kehidupan baru. Decomposer, terutama jamur dan bakteri, mengeluarkan
berbagai Enzim yang di perlukan untuk proses kimia spesifik. Berbagai
enzim ini di masukan kedalam organism mati dan sebagai, hasil dekomposisi
diserap oleh decomposer sendiri sebagai makanannya, sebagian lagi
tertinggal di dalam tanah.
Sebanarnya tidak ada satu jenis decomposer yang mampu
melaksanakan dekomposisi secara total. Namun, populasi decomposer yang
beranekaragam jenisnya dialam mempunyai kemampuan yang
beranekaragam pula sehingga dapat menyelesaikan proses dekomposisi
secara tuntas. Antara berbagai decomposer, tampaknya terdpat pembagian
tugas dalam melakukan proses dekomposisi. Serangga tanah, semut dan
rayap, berfungsi pada proses awal, yaitu menghancurkan hbahan-bahan yang
ukurannya besar menjadi bagian-bagian yang ukurannya lebih kecil untuk
diuraikan lebih lanjut. Cacing beperan dalam percampuran lapisan tanah dan
penyediaan udara untuk pernapasan jasad renik (mikrobia) melalui lubang-
lubang yang dibuatnya didalam tanah. Bakteri berperan lebih banyak dalam
dekomposisi dagig hewan, sedangkan jamur lebih banyak berperan dalam
penguraian kayu. Tidak semua sebagai organism mati dapat diuraikan
dengan kecepatan yang sama. Lemak, gula dan protein mudah diuraikan,
sedangkan selulosa, lignin, dalam kayu serta rambut dan tulang hewan
2.2.3 Alat dan Bahan
2.2.3.1Alat
Pinset
Penggaris
13
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Alat tulis menulis
Botol koleksi
Kayu
2.2.3.1.1 Bahan
Komunitas tumbuhan yang kaya dengan pegetasipenutup tanah
Air
Sabun (deterjen) dan Air pelarut
2.2.4.1 Tabel 1.2 hasil pengamatan
No
.Plot Jumlah
Warna cacingKet
Coklat Hitam Merah Putih
1. I 1 1 - - -
2. II 1 1 - - -
3. III 3 3 - - -
4. IV 4 2 1 1 -
5. V 8 6 2 - -
6. VI 3 1 2 - -
7. VII 2 2 - - -
8. VIII 2 1 - 1 -
9. IX - - - - -
10. X - - - - -
Jumlah 17 5 2
14
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
2.2.3 Analisa data
Luas area = 30×30 cm
= 900 cm2 = 0.09 m2
= 0.09 m (luas plot) → jumlah seluruh plot = 10
∑Luas plot = 0.09 m2×10
= 0.9 m2
Densitas atau kerapatan
Dcoklat = ∑ x∑ y
= 170.9
= 18,89 m2
Dhitam = ∑ x∑ y
= 5
0.9 = 5.56 m2
Dmerah = ∑ x∑ y
= 2
0.9 = 2.22 m2
Dputih = ∑ x∑ y
= 0
0.9 = 0 m2
Mencari Densitas relative
15
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Dr coklat = D
∑ D ×100 %
= 18,89
18,89+5,56+2,22+0× 100 %
= 18,8926,67
× 100 %
= 18,8926,67
%
= 70,82 %
Dr hitam = D
∑ D ×100 %
= 5,56
18,89+5,56+2,22+0× 100 %
= 5,56
26,67× 100 %
= 556
26,67 %
= 20,84 %
Dr merah = D
∑ D ×100 %
= 2,22
18,89+5,56+2,22+0× 100 %
= 2,22
26,67× 100 %
= 222
26,67 %
= 8,32 %
2.2.4 Pembahasan
16
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Pada praktikum acara II (populasi decomposer), disini kita
menghitung jumlah cacing tanah (Lumbricus Terrestris) dalam
masing-masing plot, dimana setiap plot berukuran 30×30 cm, dengan
jumlah plot sama dengan 10. Dalam paraktikum ini, ada empat
macam warna cacing yang telah di cari, yaitu cacing merah, coklat,
putih dan hitam.
Pada plot pertama, hanya ditemukan (1)cacing coklat,
sedangkan cacing hitam, merah dan putih tidak ada (0). Pada plot
kedua, ditemukan (1) cacing coklat, sedangkan cacing hitam, merah,
dan putih tidak ada (0) yang kita temukan. Plot ketiga, terdapat (3)
cacing coklat, sedangkan cacing hitam, merah, dan putih tidak
ditemukan. Plot keempat, terdapat (2) cacing colat, (1) cacing hitam,
(1) cacing merah dan (0) cacing putih. Plot kelima, terdapat (6)cacing
coklat, (2)cacing hitam, sedangkan cacing merah dan putih. Plot
keenam terdapat (1) cacing coklat, (2) cacing hitam, sedangkan
cacing merah dan putih tidak ada (0). Plot ketujuh, terdapat (2)
cacing coklat, sedangkan cacing hitam, merah dan putih tidak ada
(0), Plot kedelapan ditemukan hanya 1 cacing coklat dan 1cacing
merah saja. Plot kesembilan, tidak terdapat satu cacingpun yang
ditemukan. Dan begitupun pada plot kesepuluh, tidak ditemukan satu
cacingpun.
Dari hasil yang kita dapat, ternyata jumlah keseluruhan cacing
yang kita dapat sangat sedikit,itu disebabkan karena tekstur tanah
yang sangat padat sehingga susah untuk digemburkan dan
mempersulit kita untuk mendapatkan cacing dalam jumlah banyak
yang walaupun tanahnya sudah di siram dengan air diterjen.
C. Ekosistem kolam/sawah
2.3.1 Tujuan
17
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Mengenal komponen-komponen yang terdapat didalam ekosistem
kolam/sawah dan kedudukannya dalam ekosistem tersebut.
2.3.2 Kajian Teori
Ekosistem merupakan suatu system dialam, yang di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik antara komponen penyusunnya dan factor lingkungan.
Berdasarkan habitatnya, ekosistem di bagi menjadi dua, yaitu ekosistem
daratan dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan perairan di bagi lagi
menjadi perairan air tawar dan perairan air asin. Perairan air tawar contohnya
danau, sungai, kolam dan lain-lain.
Kolam merupakan salah satu contoh ekosistem perairan air tawar. Di dalam
kolam dapat di temukan berbagai komponen ekosistem sebagai berikut:
a Komponen Biotik
1. Produsen, yaitu organism yang mampu menghasilkan makanan sendiri karena
mempunyai klorofil. Glongan produsen dikolam yang akan dijumpai mulai
dari Macrophyta seperti Phytoplankton sampai Macrophyta. Phytoplankton
terdiri atas, Clorophyceae, Myxophyceae, Diatomae dan sebagainya.
Macrophyta yang terdapat didalam kolam digolongkan didalam tumbuhan
Hydrophytes:
a. Hidrofit yang mengapung ipermukaan air. Contoh: Marsilea Sp, Salvinia
ranales, Eicchornia crassipes
b. Hidrofit yang melayang di air. Contoh: Phytoplankton
c. Hidrofit yang bagian daun mengapung dan muncul di permukaan tetapi
akarnya tertanam didasar perairan (kolam). Contoh: Nymphae Sp,
Hanguaa malayana, Sagitaria Sp.
18
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
2. Konsumen, yaitu organism yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri
sehingga harus mengambil makanan dari produsen. Golongan konsumen
terdiri atas:
Zooplankton (Mikroorganisme yang bebas mengapung/mengambang
atau bias bergerak sesuai dengan arus air).
Perifiton (organism yang hidup pada batang, daun atau akar tanaman
yang hidup di air).
Bonthos (organisms yang hidup di dasar kolam). Contoh: Chironomus
Sp, Diagoniostoma Sp.
Nekton (organism yang dapat berenang da melawan arus air). Contoh:
Ikan (Pisces)
Neuston (organism yang istiahat, atau berenan dipermukaan air).
Contoh: jentik nyamuk (Larva)
Nemotoda. Contohnya: Cacing pipih (Plathyhelminthes).
b. Komponen Abiotik
Komponen abiotik yang dapat dijumpai dikolam diantaranya air,
lumpur (tanah), batu-batuan, sampah organism yang mati dan unsure-unsur
abiotik lainnya
1.3.3 Hasil pengamatan
Tabel 1.3 hasil pengamatan
N
o
Komponen
yang
diamati
Nama
Komponen
Jumlah Satuan Peranan dalam Ekosistem Ke
tPopulasi Individ Produsen Konsumen Dekomposer
19
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
u II
I
I
I
1 BIOTIK
Padi √ √
Rumput √ √
Kangkung √ √
Eceng
Gondok3
√ √
Keong √ √ √
Lalat 2 √
Laba-laba 3 √ √ √
Capung 3 √
Terong
Putri Malu
Belalang √ √
Kupu-kupu √ √
Cacing 3 √ √
Semut √
2 ABIOTIK
Tanah ˜
Air ˜
Udara/Angin ˜
Batu ˜
Cahaya
Matahari˜
2.3.4 Pembahasan
20
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Dari praktikum acara III (ekosistem kolam/sawah) dapat si jelaskan
bahwa ekosistem merupakan suatu system alam yang di dalamnya terjadi
hubungan timbal-balik antara komponen penyusunnya dengan faktor
lingkungan.
Disini pada praktikum ini, kami telah meneliti komponen ekosistem
perairan air tawar (kolam). Disana kita telah meneliti dua macam komponen,
yaitu komponen biotik (hidup) dan komponen abiotik (tak hidup/mati).
Pertama, kami mengamati komponen biotic (hidup) dan hasil yang kami
dapat diantaranya adalah padi, rumput teki,eceng gondok, keong, lalat, laba-
laba, capung, terung, putri malu, belalang, kupu-kupu dan semut. Satuan dati
komponen yang kami dapat adalah populasi (padi, rumput teki, kangkung,
eceng gondok, keong, lalat, laba-laba, capung, cacing dan semut). Sedangkan
untuk satuan individu (belalang dan kupu-kupu). Kemudian peranannya dalam
ekosistem yang berperan sebagai produsen (penghasil) adalah padi, rumput
teki, kangkung dan eceng gondok, yang berperan sebagai konsumen (I) adalah
keong, capung, belalang, dan kupu-kupu, konsumen (II) hanya laba-laba saja,
sedangkan yang berperan sebagai decomposer (pengurai) adalah lalat, cacing
dan semut.
Kedua, kami mengamati komponen Abiotik (tak hidup/mati)
Hasil yang kami dapat adalah tanah (~), air (~), udara/angin (~), batu (~) dan
cahaya matahari (~).
21
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Rantai makanan ada dua macam, yaitu rantai makanan prumput (mahkluk
hidup yang bersifat autotrop dapat membuat makanan sendiri se[erti
tumbuhan dengan cara Fotosintesis) dan rantai makanan detritus (dimulai
dari bahan organic yang sudah mati). Dan dari hasil pengamatan kami
yang mendominasi yaitu rantai makanan perumput, karena dalam
mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan lebih
banyak di temukan sebagai produsen dibandingkan dengan rantai
makanan detritus dimana bahan organic yang telah mati berpran sebagai
produsen dan bersifat heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri).
Jaring-jaring makanan merupakan kumpulan dari rantai makanan yang
bersinambungan.
b. Pada setiap plot menghasilkan cacing tanah (Lumbricus Terrestris) dalam
jumlah yang sedikit dengan ukuran yang kcil pula. Cacing yang banyak
kita temukan adalah cacing berwarna merah. Hal yang menyebabkan
jumlah cacing yang di dapat sedikit adalah karena kondisi tanah yang
terlalu kering ank eras sehingga tanah sulit untuk digemburkan meskipun
sudah di siram dengan air diterjen.
c. Dalam ekosistem terdapat beberapa komponen yaitu komponen biotic
(hidup) dan komponen Abiotik (tak hidup). Dimana komponen biotic
terdiri dari padi, rumput, kangkung, dan eceng gondok (produsen), lalat,
semut dan cacing tanah (decomposer) dan belalang, kupu-kupu
(konsumen). Dan komponen Abiotik seperti tanah, air, udar, batu, yang
jumlahnya tak terhingga.
22
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
B. Saran-saran
Dalam melaksanakan praktikum Pengetahuan Lingkungan saya hanya
ingin menyarankan sedikit kepada kakak-kakak Co. Ass, bahwa
kakak-kakak kurang memberikan penjelasan lebih detail terhadap
masing-masing acara pada praktikum, terutama pada acar dua. Semoga
praktikum berikutnya akan labih baik. Dan saya minta maaf apabila saran saya
ini kurang berkenan di hati kakak-kakak Co.Ass semua. Hidup Biologi.
DAFTAR PUSTAKA
23
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan
Budiarti, Asni. 1990 . Cacing Tanah. Jakarta : Swadaya.
Drs. Sumarjan, M.Si, dkk. 2008 . Panduan Praktikum. Mataram: IKIP
Mataram.
Drs. Sunarto, dkk. 2000 . Terampil Menerapkan Konsep dan Prinsip IPI
BIOLOGI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Kimball, Jhon W. 1990 . Biologi Jilid 1,2,3. Edisi
24