laporan praktikum fisio aerob-anaerob

Upload: leo-kolong

Post on 16-Jul-2015

1.237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok ilmu dasar Fisiologi dalam Homeostasis dan Metabolisme adalah blok 6 pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan praktikum Fisiologi dengan melihat adanya reaksi aerob dan an-aerob yang terjadi pada tubuh manusia, contohnya pada saat pembentukan ATP yakni pada proses Glikolisis yang terjadi di sitoplasma. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana pengaruh terjadinya gangguan peredaran darah terhadap kerja otot? b. Apa saja faktor yang mempengaruhi steady state? 1.3 Tujuan a. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan, b. Mendemostrasikan pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otototot jari. 1.4 Manfaat a. Mengetahui gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan, b. Mengetahui pengaruh dari gangguan peredaran darah terhadap kerja otototot jari.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otot Otot merupakan bagian tubuh yang penting dalam kehidupan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif. Diperkirakan, 40% dari berat badan manusia berasal dari otot. Secara histologik, otot dapat dibedakan atas : otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Dari ketiga jenis otot tersebut, otot rangka merupakan komponen otot utama yang menyusun tubuh kita. Adapun beberapa karakteristik dari otot rangka adalah sebagai berikut: a. Melekat pada kerangka b. Kerjanya dipengaruhi oleh susunan saraf sadar sehingga disebut sebagai otot sadar. c. Kemampuan berkontraksi lebih cepat namun berkontraksi sangat lambat dan mudah lelah. Bila otot rangka berkontraksi dengan kuat dan lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan pengurangan glikogen otot. Oleh karena itu sebagian besar kelelahan adalah akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Hambatan aliran darah yang menuju otot yang sedang berkontraksi menyebabkan kelelahan otot hampir sempurna dalam satu atau dua menit karena kehilangan suplai makanan, terutama kehilangan oksigen yang menyebabkan pelepasan berbagai zat vasodilator. Dalam percobaan Kelelahan Otot Syaraf pada Manusia, melibatkan peran dari pergerakan otot-otot pada ekstremitas superior khususnya kerja dari otot-otot jari. Adapun otot-otot yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan ialah: a. m. flexor carpii radialis et ulnaris b. m. flexor digitorum superficialis et profundus2

kemampuan untuk kembali

c. m. flexor pollicis longus et brevis d. m. flexor digiti minimi brevis e. m. palmaris longus f. m. adductor pollicis g. m. adductor digiti minimi h. Mm. lumbricales I-IV i. j. Mm. interossei palmares I-III Mm. interossei dorsales I-IV

2.2 Mekanisme Kontraksi Otot Rangka Otot berkontraksi apabila dirangsang oleh impuls-impuls saraf. Rangsangan dapat berasal dari otak maupun sumsum tulang belakang. Selanjutnya, impulsimpuls saraf mengalir melalui saraf motorik menuju serabut-serabut otot. Mekanisme timbul dan berakhirnya kontraksi otot. Serabut otot terdiri atas ribuan miofibril. Miofibril merupakan sebuah ikatan dari mikrofilamen. Di ndalam miofibril terdapat unit-unit kecil yang disebut sarkomer. Setiap sarkomer mengandung filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal. Kedua macam filamen tersusun secara tumpang tindih sehingga membentuk pola terang dan gelap pada otot rangka. Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut:a. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke

ujungnya pada serat otot.b. Pada setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin,

dalam jumlah sedikit. c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot. d. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion Natrium untuk mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot.

3

e. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot, dan juga berjalan secara dalam di dalam serat otot, pada tempat di mana potensial aksi menyababkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion kalsium, yang telah disempan di dalam retikulum, ke dalam miofibril. f. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkannya bergerak bersama-sama, dan menghasilkan proses kontraksi. g. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sebagai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti. 2.3 Mekanisme pembentukan ATP Untuk dapat berkontraksi, sel-sel otot memerlukan energi yang dapat diproleh melalui 3 cara yaitu memlalui penguraian fosfat kreatin, glikolisis dan respirasi seluler. Dua cara pertama dilakukan secara anaerob, sedangkan cara ketiga dilakukan secara aerob. Kontraksi otot bergantung pada energi yang disediakan oleh ATP. Sebagian besar energi ini dibutuhkan untuk menjalakan walk-along mechanism ketika jembatan silang menarik filamen-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energi dibutuhkan untuk : 1. memompa ion kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir. 2. memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membran serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial aksi serabut otot. Sumber energi pertama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah substannsi kreatin fosfat, yang membawa ikatan posfat berenergi tinggi yang serupa dengan ikatan ATP. Ikatan posfat dari kreatin posfat memiliki jumlah energi bebas yang sedikit lebih tinggi yang dimiliki oleh setiap ikatan yang dimiliki oleh ATP. Karena itu, kreatin posfat segera dipecahkan, dan pelepasan enenrginya4

menyebabkan terikatnya sebuah ion posfat baru pada ADP untuk menyususn kembali ATP. Sumber energi penting kedua, yang dugunakan untuk menyususn kembali kreatin posfat dan ATP adalah glikolisis dari glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot. Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung dengan cepat akan membebaskan energi yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP; ATP kemudian dapat digunakan secara langsung untuk memberi energi bagi kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan kreatin posfat. Glikolisis dapat terjadi bahkan bila tidak ada oksigen sehingga kontraksi otot dapat dipertahankan. Namun begitu banyak produka akhir dari glikolisis akan berkumpul pada sel otot sehingga glikolisis juga kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kontraksi otot maksimum. Sumber energi ketiga adalah metabolisme oksidatif. Hal ini berarti mengkombinasikan oksigen dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan sel untuk membebaskan ATP.1. Fosfokreatinin Kreatin + PO3

ATP

Energi Untuk

2. Glikogen Asam laktat

ATP

Kontraksi otot

3. Glukosa FA AA + O2 C02 + H2O + Ureum

ATP

2.4 Iskemik

Apabila suplai darah terhambat maka dapat mengakibatkan iskemik. Iskemik adalah defisiensi darah pada suatu bagian, akibat kontriksi fungsional atau obstruksi aktual pembuluh darah baik gangguan aliran darah arteri atau berkuangnya drainase vena.

5

Bila jaringan mengalami iskemik, maka jaringan akan mengalami hipoksia karena suplai oksigen yang dibawa oleh darah tidak adekuat. Karena jaringan secara kontinu membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, bila iskemik berlangsung dalam durasi lama, maka jaringan tersebut akan mengalami penurunan produksi ATP dan kerusakan mitokondria yang dapat mengakibatkan kematian sel (nekrosis). 2.5 Kelelahan Otot Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata lelah. Setelah bekerja atau melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga, kita akan diserang oleh penyakit yang bernama lelah. Namun dalam realitanya, sebagian besar orang awam belum mengerti tentang arti kata lelah, khususnya kelelahan otot. Kelelahan menurut Tarwaka, dkk (2004:107) adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan berperan dalam menjaga homeostatis tubuh. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan (AM.Sugeng Budiono, 2003: 87). Jadi kelelahan otot adalah suatu keadaan otot, dimana otot tidak dapat berkontraksi secara cepat dan kuat atau bahkan tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot suatu saat pasti akan terjadi pada kita, terutama pada seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang padat setiap harinya. Lama waktu otot quadriceps saat melakukan gerakan maksimal dalam latihan hanya sampai 30 menit.6

Kelelahan otot juga berguna sebagai tanda bahaya, bahwa otot tidak dapat menerima perintah untuk berkontraksi. Selain itu, kelelahan otot juga memberi sinyal bagi tubuh kita agar beristirahat sejenak untuk mengembalikan keadaan otot setelah terjadi kontraksi yang cukup lama. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELELAHAN OTOT Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah pembahasan tentang penyebab-penyebab dari kelelahan otot tersebut: 1. Pengososan ATP-CP ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan penumpukan asam laktat. 2. Pengosongan simpanan glikogen otot Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit 4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat, maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelaha, antara lain: rendahnya tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan glikogen otot, menyebabkan kelelahan otot local, dehidrasi dan kurangnya elektrolit, menyebabkan temperatur meningkat. 3. Akumulasi LACTIC ACID Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di pembuluh darah.Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun.Ion H+ menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfo-fruktokinase. MEKANISME KELELAHAN OTOT

7

Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan sistem penggerak/aktivasi). Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat (Tarwaka. dkk, 2004: 107). 1) Teori kimia Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebabhilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. 2) Teori syaraf pusat Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang (Eko Nurmianto, 2003: 265). Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis.

BAB III8

METODE Alat1.

Handgrip dynamometer

2.

Metronom

3.

Sfigmomanometer

Cara Kerja A. Kondisi Steady State / Pemulihan Segera Pada Kerja Otot Frekuensi Rendah 1.2.

Naracoba meletakkan lengan bawah di atas meja dengan siku fleksi, Metronom dipasang dengan ketukan 60x/menit. Pada ketukan ke 4 tangan meremas bola karet. Perhatikan angka

tangan memegang bola karet. 3.

pada dinamometer dan catat kemudian kembalikan angka dinamometer ke

9

angka nol. Lakukan meremas bola karet setiap ketukan ke 4 sebanyak 25 kali. 4. Catat setiap angka pada dinamometer pada tabel dibawah ini, kemudian buat grafiknya. B. Pengaruh Gangguan Peredaran Darah Terhadap Kerja Otot-otot Jari 1. Pasang manset pada lengan kanana naracoba dan letakkan lengan dalam keadaan fleksi di atas meja, tangan meremas bola karet handgrip dinamometer. 2. Pasang metronom dengan ketukan 60x/menit. 3. Lakukan sama seperti percobaan A sampai 15x tarikan. 4. Pada tarikan ke-13, lakukan oklusi arteri dengan memompakan manset sampai arteri radialis tidak teraba lagi. Kemudian kunci klep karet manset. 5. Terus lakukan tarikan dalam keadaan oklusi setiap 4 detik sampai naracoba merasa tidak sanggup lagi (kelelahan total). Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan. 6. Setelah tercapai kelelahan total, buka klep karet manset. Dan teruskan remasan bola karet handgrip dinamometer setiap 4 detik sampai kekuatan naracoba kembali normal. Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan. 7. Buat grafik angka-angka tersebut.

BAB IV HASIL10

4.1 Tabel A. Kondisi Steady State / Pemulihan Segera Pada Kerja Otot Frekuensi RendahRemasan keLeo kanan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,55 0,5 0,5 0,5 0,5 0,55 0,55 kiri 0,4 0,5 0,45 0,5 0,5 0,45 0,45 0,45 0,5 0,45 0,45 0,4 0,4 0,45 0,45 Angka pada dinamometer Wulan Yosua Lastri kanan 0,35 0,4 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,32 0,35 0,33 0,3 0,28 0,3 0,28 0,31 kiri 0,25 0,35 0,38 0,36 0,37 0,4 0,3 0,34 0,35 0,35 0,34 0,3 0,34 0,37 0,38 kanan 0,65 0,65 0,63 0,62 0,62 0,58 0,57 0,65 0,63 0,55 0,65 0,66 0,63 0,64 0,55 kiri 0,6 0,55 0,64 0,64 0,62 0,62 0,55 0,6 0,6 0,6 0,6 0,63 0,6 0,59 0,56 kanan 0,44 0,44 0,44 0,44 0,4 0,41 0,44 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,39 0,4 kiri 0,37 0,35 0,4 0,38 0,36 0,39 0,39 0,3 0,35 0,37 0,35 0,35 0,36 0,35 0,35 Kevin kanan 0,5 0,55 0,5 0,55 0,6 0,6 0,55 0,55 0,55 0,5 0,5 0,5 0,55 0,5 0,55 kiri 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,5 0,55 0,5 0,5 0,55 0,53 0,53 0,51 0,54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Remasan ke-

Ceyka kanan 0,82 0,7 0,7 0,7 0,65 0,65 0,66 0,67 0,7 0,69 0,69 0,62 0,62 0,52 0,65 kiri 0,5 0,5 0,5 0,6 0,46 0,48 0,4 0,4 0,4 0,35 0,35 0,33 0,33 0,3 0,3

Fakrocev kanan 0,4 0,45 0,45 0,45 0,4 0,45 0,45 0,45 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 kiri 0,45 0,45 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,38 0,4 0,38

Angka pada dinamometer Lia Retno kanan 0,4 0,45 0,42 0,44 0,4 0,4 0,42 0,4 0,45 0,4 0,38 0,35 0,35 0,35 0,3 kiri 0,45 0,4 0,4 0,35 0,35 0,35 0,3 0,35 0,32 0,35 0,3 0,4 0,35 0,25 0,3 kanan 0,63 0,66 0,62 0,58 0,55 0,6 0,56 0,5 0,6 0,55 0,5 0,46 0,44 0,44 0,44 kiri 0,42 0,45 0,42 0,45 0,4 0,41 0,4 0,41 0,4 0,39 0,34 0,35 0,4 0,37 0,35

Christian kanan 0,7 0,85 0,9 0,95 0,95 0,92 0,92 0,92 0,92 0,9 0,83 0,85 0,83 0,82 0,82 kiri 0,85 0,83 0,82 0,8 0,75 0,72 0,7 0,72 0,72 0,62 0,66 0,64 0,64 0,57 0,57

Ayu kanan 0,38 0,35 0,42 0,37 0,4 0,36 0,38 0,38 0,36 0,36 0,36 0,31 0,39 0,3 0,3 kiri 0,25 0,24 0,24 0,26 0,27 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22 0,26 0,22 0,15 0,22 0,16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

B. Gangguan Peredaran Darah Terhadap Kerja Otot-otot JariR Angka pada dinamometer

11

ke-emasan

Fakrocev 0,45 0,45 0,47 0,45 0,48 0,42 0,41 0,46 0,45 0,39 0,39 0,42 0,42 (OKLUSI) 0,41 0,42 0,41 0,38 0,35 0,35 0,36 0,35 0,36 0,32 0,33 0,35 0,31 0,34 0,34 0,35 0,34 0,31 0,3 0,3 0,35 0,35 0,34 0,36 0,33 0,32 0,37 0,36

Ceyka 0,66 0,66 0,65 0,68 0,62 0,62 0,62 0,60 0,55 0,55 0,55 0,53 0,4 (OKLUSI) 0,6 0,5 0,4 0,4 0,38 0,35 0,35 0,4 0,38 0,35 0,35 0,3 0,25 0,3 0,28 0,25 0,2 0,25 0,25 0,21 0,21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

12

42 43

0,35 0,38

4.2 Grafik A. Kondisi Steady State / Pemulihan Segera Pada Kerja Otot Frekuensi Rendah A.1. Tangan Kanan1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 rema a k s n e-

Leo Wulan Y ua os Las tri K evin C eyka F akrocev R etno Lia C tian hris Ayu

A.2. Tangan Kiri

13

1 0 ,9 0 ,8 0 ,7 0 ,6 0 ,5 0 ,4 0 ,3 0 ,2 0 ,1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 rem asan ke10 11 1 13 14 2 15

Leo Wulan Y ua os Las tri K evin C eyka F akrocev R etno Lia C tian hris Ayu

B. Gangguan Peredaran Darah Terhadap Kerja Otot-otot Jari0 ,8 0 ,7 0 ,6 0 ,5 0 ,4 0 ,3 0 ,2 0 ,1 0 1 4 7 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 0 3 6 9 2 5 8 1 4 7 0 3rem asan ke-

Nama Fakrocev Ceyka

Praoklusi

Oklusi

Pasca oklusi

14

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Steady State / Pemulihan Segera Pada Kerja Otot Frekuensi Rendah Dari grafik yang diperoleh, tampak bahwa terdapat garis lurus mendatar yang menandakan terjadinya oksigenisasi pada sel otot. Hal ini terjadi karena adanya selang waktu 4 detik sampai melakukan kontraksi lagi yang memungkinkan perfusi O2 ke jaringan otot jari sehingga tidak terbentuk asam laktat. Kondisi ini memungkinkan otot untuk berkontraksi kembali dengan kekuatan yang sama dengan kekuatan kontraksi sebelumnya. Pada grafik juga tampak ada kecenderungan kemampuan kontraksi otot semakin lama semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa otot semakin lama akan semakin kelelahan dan kekurangan kemampuan untuk kontraksi seperti sebelumnya. Selain itu terdapat garis yang tidak stabil atau naik-turun pada grafik. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh psikologis dari propandus. Propandus15

mungkin terpengaruh dengan angka pada dinamometer yang tampak terlalu rendah atau tidak sesuai dengan keinginannya. 5.2 Gangguan Peredaran Darah Terhadap Kerja Otot-otot Jari Pada percobaan ini dilakukan perhitungan kontraksi otot sebelum dilakukan oklusi, saat dioklusi, dan setelah dilakukan oklusi. Oklusi berarti aliran darah ke jaringan terhambat. Pada saat oklusi, otot memerlukan energi dengan membentuk ATP melalui metabolisme anaerob. Aliran darah yang tersumbat pada saat oklusi menyebabkan perfusi O2 pada jaringan otot yang berkontraksi berkurang sehingga otot berusaha untuk memperoleh ATP melalui respirasi anaerob(tanpa O2). Respirasi ini dilakukan dengan pemecahan glukosa yang pada akhirnya mengubah piruvat menjadi asam laktat. Respirasi anaerob ini menghasilkan ATP lebih rendah daripada respirasi dengan oksigen, maka wajar saja kemampuan otot untuk berkontraksi pada saat oklusi lebih rendah daripada ketika tidak terjadi oklusi. Pada saat dioklusi otot tidak langsung melakukan metabolisme anaerob. Otot terlebih dahulu melakukan metabolisme aerob dengan sisa oksigen jaringan yang masih ada. Setelah oksigen habis barulah metabolisme anaerob terjadi. Keberadaan oksigen yang sedikit sementara kebutuhan akan energi bertambah menyebabkan metabolisme pembentukan ATP secara anaerob terus terjadi. Hasil akhir daripada metabolisme anaerob adalah piruvat tetapi untuk melanjutkan metabolisme anaerob yang baru piruvat harus berubah menjadi asam laktat. Bila metabolisme anaerob terus menerus terjadi akan menyebabkan penumpukan asam laktat. Asam laktat yang menunpuk inilah yang menyebabkan propandus mengalami kelelahan. Pada saat propandus sudah merasa lelah, sumbatan pada pembuluh darah akan dibuka untuk membuka jalannya darah yang membawa oksigen ke jaringan otot. Otot pun melakukan mekanisme untuk memulihkan kondisi lelah dengan mengubah asam laktat kembali menjadi piruvat guna melanjutkannya dengan metabolisme aerob. Mekanisme ini disebut siklus cori. Itulah sebabnya16

mengapa ketika pasca oklusi, kemampuan otot berkontraksi semakin lama akan menanjak naik melebihi kondisi akhir ketika oklusi.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari percobaan pertama ini aliran darah yang cukup yang membawa banyak oksigen memungkinkan terjadinya metabolisme aerob dan pemulihan segera kerja otot atau steady state. Dan pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan kontraksi otot setiap orang berbeda-beda dan juga kemampuan otot seseorang untuk melakukan steady state berbeda dengan seorang yang lain. Tetapi bentuk grafik tiap orang rata-rata sama yaitu dari yang awalnya tinggi kemampuan kontraksinya makin lama akan makin menurun. Selain itu kemampuan kontraksi dan steady otot seseorang antara tangan kanan dan tangan kirinya pun berbeda. Dari percobaan yang kedua, kemampuan kontraksi seorang dengan yang lain berbeda baik itu sebelum oklusi, ketika oklusi, maupun setelah oklusi. Akan tetapi bentuk grafik dapat dikatakan sama karena sebelum oklusi, kontraksi akan terjadi seperti biasa yaitu semakin menurun, kemudian saat oklusi akan terjadi penurunan lagi atau lebih banyak penurunan tekanan daripada kondisi stabil karena kemampuan untuk steady state juga berkurang,17

dan pada akhirnya setelah oklusi dihentikan kemampuan kontraksi akan merangkak ke atas walaupun tidak terlalu signifikan karena ada banyak asam laktat yang harus diubah menjadi piruvat sehingga tidak langsung pulih otot yang berkontraksi tersebut. 6.2 Saran Guna memperoleh hasil perobaan yang adekuat, maka kami menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan percobaan ini. 1. Alat-alat yang digunakan seperti manset, dinamometer, dan sebagainya harus berkualitas baik. 2. Tempo atau selang waktu antara kontraksi pertama dan kontraksi kedua dan seterusnya harus teratur. 3. Propandus yang diuji harus dalam keadaan rileks dan tenang. 4. Posisi tangan ketika melakukan harus tepat dan dalam keadaan rileks. 5. Propandus sebaiknya tidak mengetahui hasil pengukuran tekanan sebelum pengukuran selesai dilakukan agar tidak mempengaruhi psikologis propandus.

18

DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2008. Buku Ajar fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC : Jakarta, Indonesia Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran ( edisi ke-6 ). Terjemahan oleh : Liliana Sugihartono. EGC, Jakarta, Indonesia. www.biocarta.com www.fao.org

19

LAMPIRAN 1. Sebutkan otot-otot (nama latin) yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan! 2. Dimana lokasi meraba A. Radialis? 3. Terangkan dengan singkat mekanisme terjadinya kontraksi! 4. Sebutkan dan terangkan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP! 5. Apa yang dimaksud dengan iskemik? 6. Apa yang terjadi bila jaringan mengalami iskemik? Mengapa demikian? Jawaban 1. Otot-otot yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan. k. m. flexor carpii radialis et ulnaris l. m. flexor digitorum superficialis et profundus m. m. flexor pollicis longus et brevis n. m. flexor digiti minimi brevis o. m. palmaris longus p. m. adductor pollicis q. m. adductor digiti minimi20

r. Mm. lumbricales I-IV s. Mm. interossei palmares I-III t. Mm. interossei dorsales I-IV 2. Lokasi meraba A. Radialis. Di lateral tendo musculi flexor carpii radialis 3. Mekanisme timbul dan berakhirnya kontraksi otot. h. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serat otot.i.

Pada setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit.

j. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekulmolekul protein dalam membran serat otot. k. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion Natrium untuk mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot. l. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot, dan juga berjalan secara dalam di dalam serat otot, pada tempat di mana potensial aksi menyababkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion kalsium, yang telah disempan di dalam retikulum, ke dalam miofibril. m. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkannya bergerak bersama-sama, dan menghasilkan proses kontraksi. n. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sebagai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.

21

4. 3 Mekanisme pembentukan ATP.1. Fosfokreatinin Kreatin + PO3

ATP

Energi Untuk

2. Glikogen Asam laktat

ATP

Kontraksi otot

3. Glukosa FA AA + O2 C02 + H2O +

ATP

5. Iskemik adalah defisiensi darah pada suatu bagian, akibat kontriksi Ureum fungsional atau obstruksi aktual pembuluh darah. 6. Bila jaringan mengalami iskemik, maka jaringan akan mengakami hipoksia karena suplai oksigen yang dibawa oleh darah tidak adekuat. Karena jaringan secara kontinu membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, bila iskemik berlangsung dalam durasi lama, maka jaringan tersebut akan mengalami penurunan produksi ATP dan kerusakan mitokondria yang dapat mengakibatkan kematian sel (nekrosis).

22