laporan praktikum farmakologi blok 14 analgesik

16
Laporan Praktikum Farmakologi ANALGESIK Nama pembuat laporan Kelompok C 8 - Lidya Saptenno 102010319 - Richard Leonardo 102010324 - Yossie Firmanyah 102010328 - Dionisius Batubara 102010330 - Elia Veronika 102010335 - Angelyn Christabella 102010324 - Annisa Nur Fitriani 102010347 - Sella Aprilyan 102010348

Upload: enrico-esbianto-syahputra

Post on 11-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jjbjkbkjbjkhc,h

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Farmakologi

ANALGESIK

Nama pembuat laporanKelompok C 8 Lidya Saptenno102010319 Richard Leonardo102010324 Yossie Firmanyah102010328 Dionisius Batubara102010330 Elia Veronika102010335 Angelyn Christabella102010324 Annisa Nur Fitriani102010347 Sella Aprilyan102010348

PendahuluanAnalgesik, baik nonnarkotik maupun narkotik, diresepkan untuk meredakan nyeri; pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang ringan sampai sedang dari otot rangka dan sendi seringkali diredakan dengan pemakain analgesik nonnarkotik. Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos, organ, dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik.

A. TujuanSasaran belajar1. Mampu melakukan praktikum tersamar ganda atau double blind clinical trial.2. Mampu melakukan observasi analgesic dari beberapa jenis analgesic.3. Mempu melakukan observasi pada efek samping yang mungkin timbul pada masing-masing analgesik.4. Mampu mencatat hasil praktikum dan membuat laporan yang baik.

B. Landasan TeoriParacetamol merupakan derivate para amino fenol dan merupaka metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893.Farmakodinamik: efek analgesic paracetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Analgesik Opioid dam AntagonisnyaMorfin, suatu prototipe agonis opioid, sudah sejak lama dikenal sangat efektif meredakan nyeri hebat. Opium IpoppyI merupakan sumber opium mentah yang dipakai oleh Sert-urner pada tahun 1803 untuk mengisolasi morfin, suatu alkaloid murni yang dinamakan menurut Morpheus, dewa mimpi Yunani. Morfin tetap menjadi standar pembanding bagi obat-obat yang mempunyai efek analgesik kuat. Obat-obat ini secara kolektif dikenal sebagai opioid analgesik dan tidak hanya meliputi turunan alkaloid alamiah dan semi-sintetik dari opium saja, tapi juga pengganti sintetiknya, yakni obat mirip opioid yang efeknya diblokade oleh antagonis non-selektif Nalokson, serta beberapa peptida endogen yang berinteraksi dengan beberapa subtipe reseptor opioid.FarmakodinamikA. Mekanisme KerjaOpioid agonis menghasilkan analgesia melalui ikatannya dengan reseptor tertentu terkopel-protein G dalam daerah-daerah di otak dan medula spinalis yang terlibat dalam transmisi dan modulasi nyeri.1. Tipe reseptorSeperti telah dituliskan tiga golongan reseptor opioid yang utama (mu, delta, dan kappa) telah dikenali pada berbagai tempat dalam sistem saraf dan jaringan lainnya. Tiap reseptor dari ketiga reseptor utama tersebut telah berhasil di clone. Semuanya adalah anggota keluarga reseptor terkopel-protein G dan menunjukkan sequence asam amino yang sangat homolog.Karena suatu opioid berpotensi memiliki berbagai fungsi sebagai agonis, agonis parsial, antagonis pada lebih dari satu golongan reseptor atau subtipe, tidak mengherankan jika agen-agen ini memiliki berbagai efek farmakologi.2. Efek selularPada tingkat molekuler, reseptor-reseptor opioid merupakan sekeluarga protein yang secara fisik berkopel dengan protein G, dan melalui mekanisme ini, mempengaruhi gerbang kanal ion, memodulasi disposisi Ca2+ intrasel, dan mengubah fosforilasi protein. Opioid memiliki dua efek langsung terkopel protein G pada saraf: (1) opioid menutup kanal Ca2+ bergerbang tegangan di ujung saraf prasinaptik sehinggak menurunkan pembebasan transmitter, dan (2) opioid menghiperpolarisasi sehingga menghambat neuron pasca-sinaptik melalui pembukaan kanal K+. Efek prasinaptik opioidmenekan pembebasan transmittertelah didemonstrasikan pada pembebasan neurotransmitter yang biasanya berjumlah banyak seperti glutamat, suatu asam amino eksitatorik utama yang dibebaskan dari ujung saraf nosiseptik, begitu juga dengan asetilkolin, norepinefrin, serotonin, dan substansi P.3. Hubungan efek fisiologik dengan jenis reseptorKebanyakan opioid analgesik yang saat ini ada di pasaran bekerja terutama pada reseptor mu. Berbagai efek morfin seperti analgesia, euforian, mendepresi pernafasan, dan menimbulkan ketergantungan fisik, terutama timbul akibatkerjanya pada reseptor mu. Bahkan reseptor mu pertama kali ditemukan menggunakan efek analgesia klinis relatif dari serangkaian opioid alkaloid. Akan tetapi, efek analgesik milik opioid sangat kompleks dan melibatkan interaksi morfin dengan reseptor delta dan kappa.Pernyataan ini didukung oleh studi perusakan (knockout)genetik pada gen mu, delta dan kappa dalam mencit. Agonis reseptor delta memberikan efek analgesik pada mencit yang reseptor mu-nya telah dirusak. Pengembangan agonis selektif reseptor delta dapat saja bermanfaat secara klinis jika efek sampingnya (depresi pernafasan, risiko ketergantungan) lebih sedikit daripada efek samping agonis reseptor mu yang saat ini ada di pasaran, seperti morfin. B. Efek Morfin dan Substitutenya Pada Sistem OrganBerbagai efek morfin, prototip agonis opioid, yang dijelaskan di bawah ini juga dapat diamati pada semua agonis opioid, agonis parsial opioid, dan obat lain yang memiliki efek terhadap berbagai reseptor.1. Efek pada SSPEfek-efek opioid analgesik dengan afinitas reseptor mu tertama terjadi di SSP, yang terpenting ialah analgesia, euphoria, sedasi, dan depresi pernafasan. Pemakaian berulang menimbulkan toleransi tingkat tinggi terhadap semua efek-efek ini.2. a. AnalgesiaNyeri tersusun atas komponen sensoris dan efektif (emosional). Analgesik opioid merupakan

C. Alat dan Bahan1. Tensimeter, stetoskop, thermometer kulit, thermometer kimia, penggaris.2. Baskom plastic berisi bongkahan es + air dengan suhu 3 derajat Celcius.3. Obat-obat analgesic:Paracetamol600 mgKodein30 mgIbuprofen600 mgTramadol50 mg Plaseboyang dikemas dalam kapsul yang sama bentuk, besar dan warnanya.

D. Langkah KerjaPersiapan 1. Tiap kelompok mahasiswa menyediakan 2 orang percobaan (o.p.) yang siap dalam keadaan puasa 4 jam sebelum percobaan.2. Instruktur telah mempersiapkan obat-obat di atas dengan kemasan (kapsul) yang sama bentuk, besar dan warnanya, dan telah diberi kode tertentu, dicata dan disimpan oleh salah satu instruktur.3. Tiap kelompok telah menyediakan alat-alat yang diperlukan di atas.Tatalaksana1. Mintalah orang percobaan yang telah dipilih masing-masing kelompok untuk berbaring di meja praktikum.2. Lakukan pengukuran tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, suhu kulit dan diameter pupil mata, serta gejala subjektif: seperti pusing, demam, mual, dll)Pengukutan pupil mata dilakukan dengan penggaris dalam keadaan mata orang percobaan menatap lurus ke atas, pada saat berbaring.Lakukan pengukuran di atas 2 kali, dan ambil rata-ratanya, dan catat sebagai parameter dasar.3. Untuk membangkitkan rasa sakit makan dilakukan:a. Untuk orang percobaan pertama, dalam keadaan duduk, celupkan tangan kanan sampai pergelangan tangan dan dalam keadaan jari-jari terkepal ke dalam baskom plastic berisi air es dengan suhu 2-3 derajat Celcius. Catatlah waktu tangan dimasukkan sampai terasa sakit yang tidak dapat ditahan lagi.Lakukan dengan tangan kiri, ambillah rata-rata waktu antara tangan kanan dan kiri sebagai parameter dasar.b. Untuk orang percobaan lain, dalam keadaan berbaring, pasanglah manset tensimeter pada lengan kanan atas, pompalah sampai 180 mmHg, lalu tutuplah kunci air raksanya. Mintalah orang percobaan melakukan gerakan membuka dan menutup jari-jari (mengepal) tiap detik sampai rasa nyeri yang tak tertahankan lagi. Catatlah waktu saat mulai gerakan sampai rasa sakit yang tak tertahankan. Lakukan pada lengan yang satu dan ambil rata-rata kedua lengan sebagai parameter dasar.4. Mintalah obat pada instruktur, dan tiap orang percobaan minum obatnya setelah kawannya mencatat kode obat yang diminumnya.5. Orang percobaan berbaring tenang selama 60 menit, sedang kawan-kawanya tetap berada di sisinya dan mendiskusikan tentang obat analgesic.6. Setelah 60 menit, lakukan kembali pengkuran parameter; tanda vital, suhu kulit, diameter pupil mata, dan waktu timbulnya rasa nyeri.7. Berdasarkan hasil observasi Anda, diskusikan dan tentukan obat apa yang diminum teman anda tadi, dan cocokan dengan instruktur yang memegang kode obat tadi. Bila Anda melakukan semua tatalaksana dengan baik maka tebakan obat yang diminum kawan Anda sama dengan yang tertera di kodenya.8. Tanyakan dan catatlah gejala-gejala lain yang dirasakan orang percobaan misalnya: ngantuk, demam, gatal-gatal, sakit kepala, perih uluh hati, berkeringat, mual, muntah, dll. Mintalah orang percobaan juga melaporkan gejal-gejala yang timbul salama 24 jam setelahnya: misalnya konstipasi, dll.9. Akhirnya diskusikan dalam kelompok apakah hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan sifat-sifat analgesic yang diminum orang percobaan. Kalau tidak sesuai kenapa hal itu terjadi?10. Buatlah laporan mengenai praktikum ini sesuai dengan percobaan yang telah dikemukakan dalam buku ini.

E. HasilNama OP: Elia veronicaKode obat: 158Nama obat: PlaseboRangsang nyeri: Tensimeter 180 mmHgHasil observasi:

ParameterSebelum minum obatSetelah minum obat

Tekanan Darah120/70 mmHg110/ 70 mmHg

Frekuensi Nadi74 x / menit69 x / menit

Frekuensi Napas21 x / menit18 x/ menit

Suhu34, 75C35, 57C

Diameter Pupil0,5 cm0, 5 cm

KulitNormalNormal

Waktu Reaksi35 detik21 detik

Gejala Subjektif-Nyeri ulu hati, pusing, mengantuk

Keluhan subjektif OP selama 24 jam: tidak ada keluhan.Analisa dan kesimpulan:Kode 158, nama obat: Placebountuk OP 1 (Percobaan Tensimeter).Placebo merupakan zat kimia yang tidak mempunyai efek farmakodinamik dan digunakan sebagai kontro l negative.Efek pada OP 1:1. Tekanan darah OP sebelum minum obat lebih tinggi dan ada perubahan setelah OP berbaring tenang selama 1 jam..2. Frekuensi nadi dan napas sebelum dan sesudah minum obat tidak mengalami perubahan berarti.3. Suhu tubuh, diameter pupil, dan warna kulit semuanya normal.4. Terdapat gejala subjektif setelah minum obat merupakan efek psikologis (sugesti).5. Rangsang nyeri lengan kanan dan kiri sebelum minum obat 35 detik dan setelah minum obat 21 detik.

Nama OP: Richard LeonardoKode obat: 162Nama obat: ParacetamolRangsang nyeri: Es batuHasil observasi: ParameterSebelum minum obatSetelah minum obat

Tekanan Darah110/80 mmHg110/ 80 mmHg

Frekuensi Nadi72 x / menit73 x / menit

Frekuensi Napas17 x / menit18 x/ menit

Suhu35, 17C35, 95C

Diameter Pupil0,4 cm0, 4 cm

KulitNormalNormal

Waktu Reaksi97 detik57,5 detik

Gejala Subjektif-Mengantuk

Keluhan subjektif OP selama 24 jam: tidak ada keluhan.Analisa dan Kesimpulan:1. Tekanan darah, frekuensi nadi dan napas meningkat setelah minum obat.2. Suhu dan diameter pupil tidak mengalami perubahan yang berarti.3. Efek sampung setelah minum obat adalah mengantuk.4. Rasa nyeri berkurang ketika dimasukkan ke dalam es setelah minum obat.5. Tidak terdapat gejala subjektif.

F. PembahasanPada orang percobaan IPada praktikum yang dilakukan pada OP dengan tangan dalam manset sebagai salah satu cara menimbulkan nyeri, terdapat beberap gejala klinis yang khas. Sebelum diberikan obat, OP terlebih dahulu diperiksa keadaan basalnya, di mana didapatkan data-data seperti tabel di atas.Selanjutnya, setelah ditimbulkan rasa nyeri pada OP, OP langsung diberikan obat dan berbaring selama 60 menit. Pada 30 menit pertama setelah diberikan, OP mengeluhkan gejala pusing, nyeri di ulu hati dan mengantuk. Tidak ada pengeluaran keringat, suhu tubuh, diameter pupil, dan warna kulit normal. Pada waktu ini, kami mencoba mendiskusikan obat apa yang telah diminum oleh OP dan kami menduga OP meminum obat Paracetamol ataupun Ibuprofen.Setelah kami menunggu 60 menit, kami melanjutkan tatalaksana praktikum dengan mengukur kembali tanda-tanda vital dari OP disertai memberikan rasa nyeri kembali. Karena gejala subjektif yang masih dirasakan oleh OP kami menyimpulkan bahwa obat yang diminum OP ialah Paracetamol. Namun, pada saat dicocokan dengan kode obat kami mendapat bahwa obat yang diminum OP ialah Plasebo. Pada orang percobaan IIPada praktukum yang dilakukan OP dengan memasukkan tangan ke dalam es sebagai salah saru cara menimbulkan nyeri, teradapa beberapa gejala klinis yang khas. Sebelum diberikan obat, OP terlebih dahulu diperiksa keadaan basalnya, di mana didapatkan data-data seperti tabel di atas. Selanjutnya, setelah ditimbulkan rasa nyeri pada OP. OP lansung diberikan obat dan berbaring selama 60 menit. Pada 30 menit pertama setelah diberikan, OP tidak mengeluhkan gejala pusing dan sedikit sakit di lambung seperti/ ulu hati seperti OP lainnya. Tidak juga terdapat gejala mengeluarkan keringat. Pada waktu ini, kami mencoba mendiskusikan obat apa yang telah diminum oleh OP. didapatkan dugaan oleh kami bahwa OP minum Plasebo atau Paracetamol selanjutnya kami tunggu hingga 60 menit kemudian.Setelah 60 menit berlalu, kami akhirnya melanjutkan tatalaksana praktikum tersebut dengan mengukur kemabali tanda-tanda vital dari OP deisrtai memberikan rasa nyeri kembali. Namun, pada OP kami tidak melihat tanda-tanda yang khas pada suatu jenis obat, oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa obat yang diminum OP adalah Plasebo. Namun. Pada saat dicocokan dengan kode obat kami mendapat bahwa obat yang diminum OP ialah Paracetamol.Paracetamol merupakan obat yang mempunyai efek analgesic pada nyeri ringan sedang. Obat ini diserap dalam organ pencernaan secara sempurna dan efek samping dalam mengiritasi lambung sangat kecil sehingga OP tidak merasakan adanya masalah dengan lambungnya setelah meminum obat ini, kecuali ada rasa mengantuk setelah beberapa jam. Namun, pada pemeriksaan yang kami lakukan, gejala-gejala parasetamol sering keliru dengan gejala-gejala obat placebo. Hal ini mungkin dikarenakan efek Paracetamol yang aman sehingga tidak memberikan efek samping apa-apa pada diri OP sehingga sering dikelirukan dengan efek obat placebo.Secara umum, dari semua data kelompok yang ada menunjukkan bahwa setelah minum obat golongan analgesic antipiretik, efek yang ditimbulkan juga sama. Efek tersebut antara lain dilihat pada peningkatan frekuensi napas dan penurunan frekuensi nadi. Obat tersebut merangsang napas, mempertinggi konsumsi oksigen dan produksi CO2.Sedangkan perbedaan yang mencolok pada pengguna obat analgesic antipiretik dan analgesic opioid pada obat lainnya adalah waktu tumbulnya nyeri. Waktu timbulnya rasa nyeri OP yang meminum paracetamol sedikit bertambah, tapi tidak lebih dari OP yang meminum codein. Ini berarti bahwa obat golongan opioid bekerja menahan rasa nyeri lebih lama dari golongan analgesik antipiretik. Hal ini membuktikan bahwa indikasi penggunaan obat analgesic antipiretik adalah untuk rasa nyeri ringan-sedang, tidak untuk nyeri berat seperti nyeri keganasan karena rasa nyeri yang direndam tidak terlalu lama. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari efek samping dari obat golongan analgetik antipiretik dan golongan opiod, seperti efek kahas miosis, di mana pupil mengecil, serta efek ringan lainnya seperti lemas dan ngantuk. Sedangkan untuk obat plasebo merupakan zat inert yang dibuat serupa dan identik bentuknya dengan obat yang sebernarnya sehingga tidak menimbulkan efek. Penggunaan placebo hanyalah untuk menghindari terjadinya bias dan pengaruh subjektif pada penilaian obat.

G. KesimpulanAnalgesik antipiretik hanya menghilangkan rasa nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang, sedangkan golongan Opiod menghilangkan nyeri yang hebat.Efek samping pada lambung akibat pemberian analgesik jenis AINS sukar dihindarkan karena pada dasarnya obat golongan AINS adalah derivat dari asam. Obat ini selain menghambat prostaglandin yang terbentuk karena adanya inflamasi juga menghambat prostaglandin yang ada di lambung yang berfungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mucus usus halus yang bersifat sitoprotektif. Hal ini yang menyebabkan mukosa lambung tidak terlindung dari asam lambunf dan menimbulkan rasa perih pada lambung.Praktikum tersamar ganda adalah, rancangan sistem kerja pada uji klinik, di mana para instruktur dan para orang percobaan tidak dapat memilih sendiri obat yang akan diberi/ diminum, dengan tujuan untuk menghindari faktor subjektivitas yang akan memperngaruhi keabsahan hasil pengamatan.