laporan praktikum farmakologi 1.docx

20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1 PENGENALAN HEWAN COBA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT TANGGAL PERCOBAAN: 17 April 2012 Di susun oleh Kelompok 4 1. Lingga Widayana ( 0661 10 055) 2. Andi mawwadah (0661 10 9062) 3. Putri Nuraini (0661 10 046) 4. Syifa Fauziah (0661 10 064 ) Dosen pembimbing : Drh. Mien R.,M.c.,ph.D E.mulyati Effendi,.MS Yulianita,.S.Farm Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR TAHUN 2012

Upload: bonafid-nalendra-atmaja

Post on 19-Jan-2016

185 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PENGENALAN HEWAN COBA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT

TANGGAL PERCOBAAN:  17 April 2012

Di susun oleh Kelompok 4

1.      Lingga Widayana  ( 0661 10 055)

2.      Andi mawwadah  (0661 10 9062)

3.      Putri Nuraini  (0661 10 046)

4.      Syifa Fauziah  (0661 10 064 )

Dosen pembimbing :

Drh. Mien R.,M.c.,ph.D

E.mulyati Effendi,.MS

Yulianita,.S.Farm

Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

TAHUN 2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt karema telah member kemudahan untuk menyelesaikan

makalah ini. Makalah ini disusun unutk memenuhi tugas farmakolgi .Makalah ini memuat

tentang “Antikonvulsan”

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Semoga makalah

ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini

memiliki kelebihan dan kekurangan.

        Terima kasih.

                                                                                                           PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL          :           pengenalan hewan coba dan rute pemberian obat

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

Dosen  pembimbing  :           Drh. Mien Rachminiwati

                                                E. Mulyati Effendi. Ms., Ir

(Lingga Widayana)                                                                           (Andi Mawaddah)

(Putri Nuraini)                                                                                              (Syifa Fauziah)

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan

dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi

farmakologi. Kali ini kami akan membahas dalam bab farmakologi obat dengan sub-bab rute

pemberian obat. Addpun yang melatar belakangi pengangkatan materi adalah agar kita dapat

mengetahui kaitan antara rute pemberian obat dengan waktu cepatnya reaksi obat yang

ditampakkan pertama kali.

B.     Tujuan percobaan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah :

  Mahasiswa mengetahui beberapa hewan yang dapat digunakan untuk pengujian obat

  Mahasiswa dilatih untuk mengetahui cara pemberian obat

  Mahasiswa dilatih untuk mengetahui bagaimana pengaruh obat yang diberikan secara berbeda rute

pemberian

C.    HIPOTESIS

         Metode yang paling baik di gunkan adalah peroral karna dapar di peroleh efek yang sistemik

yaitu obat beredar ke seluruh tubuh

         Urethan menimbulkan efek anaestasi, menurunkan aktifitas, dan membuat mengantuk

          Menurut literatur, pemberian obar secara oral merupakan cara pemberian obar secara umum

dilakukan karena mudah, aman, dan murah.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor

keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik hewan

percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu

1). Hewan liar.

2). Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka.

3). Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan

sistim   barrier (tertutup).

4). Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem

isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan

macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan,

semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu

percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila

menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman

(Sulaksonono, M.E., 1987).

D.    Dasar teori

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

            Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang

berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah

yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut

berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya

dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).

            Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi

pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:

a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik

b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama

c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus

d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute

e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter

f. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-macam rute

           

Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang

diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk

sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika

obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang

bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1990).

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:

a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal

b. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan

c. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:

a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga

b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru

c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing dan

kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan badan

Rute penggunaan obat dapat dengan cara:

a. Melalui rute oral

b. Melalui rute parenteral

c. Melalui rute inhalasi

d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainya

e. Melalui rute kulit

(Anief, 1990).

            Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan

parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial,

melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain,

seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses

penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor

(receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat

melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas

farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan

memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono dan

Soekardjo, B., 1995).

            Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan

lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya

diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia

(Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).

           

Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara

memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh

sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan

dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan

dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang

memegangnya (Katzug, B.G, 1989).

            Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik pertama yang

digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan

dan menaikkan ambang rangsang. Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat

depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma, sampai

dengan kematian. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis

hipnotik. Tidurnya merupakan tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu

(Ganiswara, 1995).

            Barbiturat secara oral diabsorbsi cepat dan sempurna. Bentuk garam natrium lebih cepat

diabsorbsi dari bentuk asamnya. Mula kerja bervariasi antara 10-60 menit, bergantung kepada zat

serta formula sediaan dan dihambat oleh adanya makanan didalam lambung. Barbiturat

didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta, ikatan dengan PP sesuai dengan kelarutannya

dalam lemak, thiopental yang terbesar, terikat lebih dari 65%. Kira-kira 25% fenobarbital dan

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

hampir semua aprobarbital diekskresi kedalam urin dalam bentuk utuh (Ganiswara, 1995).

            Resorpinya di usus baik (70-90%) dan lebih kurang 50% terikat pada protein; plasma-t

½-nya panjang, lebih kurang 3-4 hari, maka dosisnya dapat diberikan sehari sekaligus. Kurang

lebih 50% dipecah menjadi p-hidrokdifenobarbitat yang diekskresikan lewat urin dan hanya 10-

30% dalam kedaan utuh. Efek sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya, yakni pusing,

mengantuk, ataksia dan pada anak-anak mudah terangsang. Bersifat menginduksi enzim dan

antara lain mempercepat penguraian kalsiferol (vitamin D2) dengan kemungkinan timbulnya

rachitis pada anak kecil. Pengunaannya bersama valproat harus hati-hati, karena kadar darah

fenobarbital dapat ditingkatkan. Di lain pihak kadar darah fenitoin dan karbamazepin serta

efeknya dapat diturunkan oleh fenobarbital. Dosisnya 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg

(dalam 2 kali); pada anak-anak 2-12 bulan 4 mg/kg berat badan sehari; pada status epilepticus

dewasa 200-300 mg (Tjay dan Rahardja, 2006).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.              Perhitungan dan Hasil

Hewan Coba

Kelinci Mencit Tikus

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

pengamatan

Bobot Badan  1kg 30 gr 30 gram 178 gram

Frekuensi

Jantung

 200/menit 199/menit 189/menit

Laju nafas + + + + + + + + +

Refleks + + + + + + + + +

Tonus otot + + + + + + + + +

Kesadaran + + + + + + + + +

Rasa nyeri + + + + + + + + +

Perhitungan Dosis:

-          Oral pada mencit  :                        v = BB (gr) x Dosis

                                                                  Konsentrasi obat

                                                           v = 30     x 1.8                      = 0,05

gram                                                                                                         

                                                                    1000

-Oral pada Tikus:                             v = BB (gr) x Dosis

                                                                  Konsentrasi obat

                                                             v= 178x1.8     = 0,32 gram

        1000

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

Mencit BB (Gram)

Rute Pemberian

Dosis T (waktu)

Respon

Kel I 36 Oral 0,6 ml 50detik mati

Kel 2 27 Subkutan 0,486 1 menit

30detik

Lemas

Kel 3 31 Intra vena 0,58 1 menit

20 detik

Lemas

Kel 4 30 oral 0,5 ml 10 detik mati

Kel 5 29 subkutan 0,522 30 menit

1 detik

Lemas

Kel 6 31 Intra vena 0,58l 18 menit

14 detik

Aktifitas

melemah

Kel 7 34 oral 0,6ml 2 menit 40 detik

lemah

Kel 8 31 subkutan 0,55 4 menit 26 detik

lemah

B.            Pembahasan

Pada praktikum ini, di lakukan berbagai macam cara pemberian obat urethan kepada 8

mencit. Pada awalnya mencit  bersifat normal (aktif berlari, memanjat, dll). Kemudian

disuntikkan obat urethan ke masing-masing mencit  dengan berbagai macam cara pemberian

obat, yaitu oral, intra vena, intra peritoneal, intra muscular, dan subcutan. Dosis yang diberikan

kepada masing-masing mencit berbeda-beda, sesuai dengan berat badan mencit masing-masing.

Setelah pemberian urethan, perubahan mulai terjadi pada mencit, namun ada 1 perbedaan pada

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

hasilnya, yaitu perbedaan pada waktu obat mulai bereaksi terhadap masing-masing mencit.

Injeksi melalui vena dilihat paling cepat memberikan efek obatnya. Itu disebabkan obat langsung

diinjeksikan ke dalam pembuluh darah vena , sehingga distribusi dan absorpsi obat lebih cepat.

Sedangkan oral sangat lama kerjanya, dikarenakan obat harus diabsorpsi melalui saluran cerna

terlebih dahulu.dan juga hewan percobaan rentan sekali mati dikarnakan adanya kesalahan pada

teknis pemberian obat

 kali ini yaitu perhitungan dosis, dimana dosis yang diberikan harus sesuai dengan bobot

hewan coba, yang berarti setiap hewan coba memiliki dosis yang berbeda-beda.Percobaan

pertama diberikan pada jalur peroral dan intravena. Pemberian obat secaraoral tidak

memperlihatkan efek obat yang diinginkan, rata-rata memerlukan waktu yanglama untuk dapat

mencapai onsetnya. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yangmempengaruhi bioavailabilitas

obat, yaitu jumlah obat dalam persen terhadap dosis yangmencapai sirkulasi sistemik dalam

bentuk utuh atau aktif. Salah satu faktor yangmempengaruhi yaitu faktor obat itu sendiri,

misalnya sifat-sifat fisikokimia obat.Sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi, antara lain

1.Stabilitas pada pH lambung,

2.stabilitas terhadap enzim-enzim pencernaan,

3.stabilitas terhadap flora usus

4.kelarutan dalam air atau cairan saluran cerna

5.ukuran molekul,6.derajat ionisasi pada pH salauran cerna,

7.kelarutan bentuk non-ion dalam lemak,

8.stabilitas terhadap enzim-enzim dalam dinding saluran cerna, dan

9.stabilitas terhadap enzim-enzim di dalam hati.

Keterangan :

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

         Poin nomor 1—3 menentukan jumlah obat yang tersedia untuk diabsorpsi.

         Poin nomor 4—7 menentukan kecepatan absorpsi obat.

         Poin nomor 8 dan 9 menentukan kecepatandisintegrasi dan disolusi obat.

Percobaan pengaruh obat, terhadap jenis kelamin yang berbeda ternyata

tidak menunjukkan efek yang berbeda. Efek yang ditimbulkan obat adalah tidur tidak

bereaksi.Perbedaan cara pemberian obat ke dalam tubuh akan mempengaruhi onset dan durasi

dariobat. Dengan kata lain, perbedaan cara pemberian obat akan memberikan efek yang

yang berbeda-beda. Pada pemberian secara oral, akan memberikan onset paling lambat

karenamelalui saluran cerna dan lambat di absorbsi oleh tubuh. Selain itu banyak faktor

yangdapat mempengaruhi bioavaibilitas obat sehingga mempengaruhi efek yang

ditimbulkan.Pemberian secara intravena seharusnya menunjukkan onset paling cepat karena

kadar obat langsung terdistribusi dan dibawa oleh darah dalam pembuluh.

 Kesalahan hasil percobaan ini dikarenakan antara lain :

1.      Mekanisme injeksi yang kurang benar. Hal ini dikarenakan setiap hewan ujidiperlakukan oleh

praktikan yang berbeda-beda dengan skill

2.       Injeksi yang salah dapat mengakibatkan obat terakumulasi dalam jaringan yang salah sehingga

absorbsi dan distribusi obat menjadi berbeda dari yangseharusnya. Injeksi yang salah juga bisa

mengakibatkan dosis obat yang masuk tidak sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan obat

tidak masuk ke sirkualsi sistemik.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

3.      Tingkat resistensi dari hewan percobaan yang berbeda-beda. Hewan percobaan yang lebih

resisten tentu mengakibatkan onset dan durasi obat menjadi lebihcepat dari pada seharusnya atau

tidak timbul efek pada hewan percobaan walaupundiberikan injeksi sesuai dosis yang telah

ditentukan.

4.      4.Kondisi hewan coba

5.      Kesimpulan

         Pada penandaan hewan percobaan dibuat pada ekor dengan garis-garis

yang                      disesuaikan dengan urutan mencit.

         Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian abdomen

mencit dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah masukknya obat

kedalam mulut mencit yang sempit dan langsung ke kerongkongan.

         Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara

Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi tapi langsung

ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan mengalami absorpsi

terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan memberikan efek.

         Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat

         Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada rute pemberian

obat secara oral.

         Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama) dibandingkan rute

pemberian obat secara oral.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

6.         Saran

         Lebih berhati-hati dalam penanganan hewan percobaan dan dalam pembacaan skala spuit  agar

dosis yang diberikan tepat dan tercapai efek yang dikehendaki.

         Lebih berhati-hati dalam pemberian obat secara interperitonial agar tidak mengalami kerusakan

pada abdomen maupun tusukan pada organ-organ dalam yang vital.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1.docx

7.      DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hal. 42-43.

Anonim I, 2008.Farmakologi-1.

Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 351.

Reksohadiprodjo, M.S., 1994. Pusat Penelitian Obat Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Hal. 3.

Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995. Pengantar Farmakologi Dalam “Farmakologi dan Terapi”.

Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 3-5.

Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik Hewan

Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_FaktorKeturunandanLingkungan.pdf/

15_FaktorKeturunandanLingkungan.html