laporan praktikum farmako diuretik

30
Laporan Praktikum Farmako Blok 20 Obat Diuretik Disusun oleh: Kelompok AF 11 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat 24 September 2012 Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta OBAT DIURETIK TUJUAN PRAKTIKUM

Upload: andre-a-pause

Post on 21-Oct-2015

504 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Laporan Praktikum Farmako Blok 20

Obat Diuretik

Disusun oleh:

Kelompok AF 11

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta Barat

24 September 2012

Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta

OBAT DIURETIK

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mampu menjelaskan berbagai macam obat diuretik dan indikasinya.

2. Mampu melakukan observasi perbandingan kekuatan diuresis dari berbagai diuretik.

3. Mampu melakukan dan memahami uji “tersamar ganda”.

Page 2: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

PERSIAPAN

1. Orang percobaan

Tiap kelompok menyiapkan 2 orang percobaan, yang berpuasa 4 jam sebelum

percobaan dimulai.

2. Alat-alat

- tensimeter dan stetoskop

- gelas beaker ukuran 500cc

- gelas ukur ukuran 100cc

3. obat-obat

- Hidroklorotiazid (HCT) 25 mg

- Furosemid 40 mg

- Spironolakton

- Plasebo

TATALAKSANA

1. Orang percobaan yang telah puasa 4 jam sebelumnya, berbaring dengan tenang.

2. Lakukan pengukuran tekanan darah dan frekuensi nadi.

3. Kosongkan kandung kemih dengan seksama.

4. Segera minum obat diuretik dengan segelas air (200mL), setelah kandung kemih

kosong dan catat kodenya. Selama percobaan orang percobaan tidak boleh minum lagi

cairan dalam bentuk air, air teh, juice, dll.

5. Tampung urin yang keluar pada 30’, 60’, 90’, dan 120’ dalam gelas beaker 500 cc dan

ukur jumlahnya dengan menggunakan gelas ukur, serta catat waktu pertama kali

berkemih.

6. Ukurlah tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit sampai percobaan selesai.

7. Catat seluruh volume urin yang dikeluarkan selama 1 jam.

8. Bandingkan jumlah urin yang dihasilkan selama 1 jam dari berbagai jenis diuretik.

DASAR TEORI OBAT DIURETIK

Pengertian Diuretik

Page 3: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin disebut

diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+

dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam

keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan

keseimbangan osmotik. Perubahan osmotik dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena

natrium lebih banyak dalam urin, dan mengikat air lebih banyak di dalam tubulus ginjal. Dan

produksi urin menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretik meningkatkan volume urin

dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion didalam urin dan darah.

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah

diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin

yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah

keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi

normal.

Pengaruh diuretik terhadap sekresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan

tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.

Mekanisme Kerja Diuretik

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja

diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan

memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah

yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi

jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda

terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor.

Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga

pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap

tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:

1. Tubuli proksimal.

Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif

untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena

reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan

tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan

merintangi rabsorpsi air dan natrium.

2. Lengkungan Henle.

Page 4: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Di bagian menaiknya Ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi

secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga

filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan

merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan

K+diperbanyak.

3. Tubuli distal.

Dibagian pertamanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi

lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini

dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion

Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak

ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini

dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.

4. Saluran Pengumpul.

Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi

permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

Berdasarkan cara bekerja diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotik

Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan

cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik

apabila memenuhi 4 syarat: (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. (2) tidak atau

hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal. (3) secara farmakologis merupakan zat

yang inert, dan (4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.

Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotik dapat diberikan dalam jumlah cukup

besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan

cairan tubuli.

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

A. Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.

B. Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

C. Duktus Koligentes

Page 5: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran

filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas.

Efeknya diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah

diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat

diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin

dan isisorbid.

Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan

getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat dan dapat melintasi glomeruli

secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali

air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk

menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma.

Beberapa mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:

a. Menurunkan viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting

untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan

aliran darahj keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh

darah arteriola dan menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan

cepat (menit).

b. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak

yang mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak

yang yang tidak mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih

untuk bagian otak yang injuri untuk pembengkakan (membesar).

c. Cepatnya pemberian dengan bolus intravena lebih efektif dari pada infuse

lambat dalam menurunkan peningkatan tekanan intra kranial.

d. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal.

ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus

dalam mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal.

e. Pemberian Manitol bersama lasik (Furosemid) mengalami efek yang sinergis

dalam menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol

diberikan 15 menit sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan

perawatan managemen status volume cairan dan elektrolit selama terapi

diuretik.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Page 6: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Diuretik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi

bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga

disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan

air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu

digunakan secara berselang-seling. Asetozolamid diturunkan sulfanilamid. Efek

diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi

berikut:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+

Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk

ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan

air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai

bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah

3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.

Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan

meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium klorida.

Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi

pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar

yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah)

tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,

hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,

siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

Hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang

dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih

ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak

digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya

hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan

waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya

adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide.

4. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah

korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan

Page 7: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan

amilorida).

Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya

untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses

ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah

spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip

dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai

beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga

dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada

gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%.

Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini

diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan

tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek

sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan

potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten:

Aldacton, Letonal.

5. Diuretik kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel

tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.

Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan

dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-

efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya

adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk

obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di

bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal,

mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air,

Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk

diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

Masalah yang Timbul pada Pemberian Diuretik

1. Hipokalemia

50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsi di tubulus proksimal

dan sebagian besar dari sisanya di- reabsorbsi di ascending limb loop dari Henle.

Hanya 10% yang mencapai tubulus konvolutus distal. Kalium ada yang disekresi di

Page 8: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

pars recta tubulus distal. Terjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik

disebabkanoleh: Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan

sekresi kalium di tubulus distal. Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip

meningkat) dalam tubulus distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh

penghambat karbonik anhidrase akan meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal.

Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium ditubulus proksimal. Diuretik

loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thickascending limb.Hipokalemia akibat

pemberian diuretik dapat menyebabkan:

a. Gangguan toleransi glukosa. Hipokalemia menghambat pengeluaran insulin

endogen.

b. Hepatik ensefalopati. Pemberian diuretik harus hati-hati pada keadaan hati yang

dekompensasi.

c. Artimia. Bila penderita sedang mendapat digitalis, hipokalemia dapat merangsang

terjadinya aritmia. Penambahan kalium hanya diberikan bila: Kadar kalium darah

kurang dari 3 meq/1. Dekompensasi hati yang mendapat diuretik (bukan

Spironolakton). Penderita yang mendapat digitalis.

2. Hiperkalemia

Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkan kadar kalum darah.

Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spironolakton,. Amiloride, Triamterene. Kerja

Spironolakton ber gantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride dan

Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya menghambat sekresi

kalium di tubulus distal. Kita harus berhati-hati atau sebaiknya diuretik jenis ini tidak

diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes mellitus, dehidrasi berat atau diberikan

bersama preparat yang mengandung kalium tinggi.

3. Hiponatremia

Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin > 20 mq/L,

kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terdapat alkalosis metabolik.

Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian. Cepatnya penurunan

kadar natrium (kurang dari 12 jam).

4. Deplesi Cairan

Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pemakaian diuretik.

Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paru akibat payah jantung. Pada

keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoalbuminemi yang berat, pemberian

Page 9: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

diuretik dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan

penurunanberat badan lebih dari 1 kg sehari.

5. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Alkalosis metabolik terjadi akibat:

Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar HCO3 dalam darah.

Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan HCO3. Deplesi asam

hidroklorida. Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalahtiasid dan

diuretik loop. Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai pengu- rangan

ekskresi klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebablain seperti muntah-muntah,

kehilangan asam lambung akibat pemasangan sonde lambung.

Asidosis metabolik terjadi akibat:

Sekresi ion H dihambat. Reabsorbsi HCO3 dihambat. Diuretik penghambat karbonik

anhidrase dapat menyebabkan asidosis metabolik akibat dua proses di atas. Diuretik

potassium sparing menghambat sekresi ion H sehingga dapat menyebabkan asidosis

metabolik. Asidosis metabolik yang diakibatkan diuretik biasanya tidak disertai

peninggian anion.

6. Gangguan Metabolik

a. Hiperglikemi 

Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (hiperglikemi).

Hipokalemia akibat pemberian diuretik dibuktikan sebagai penyebab gangguan

toleransi ini (respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase II terganggu).

Diuretikpotassium sparing tidak menyebabkan gangguan toleransi glukosa.

b. Hiperlipidemia 

Trigliserida, kolesterol, Chol HDL, Chol VLDL akan meningkat dan Chol HDL

akan berkurang pada pemberian diuretik jangka lama (> 4 minggu).

c. Antagonis Aldosteron

Akan menghambat ACTH, mengganggu hormon androgen (anti androgen).

Mengakibatkan terjadinya ginekomastia atau gangguan menstruasi.

d. Hiperurikemia 

Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Karena

terjadi pengurangan volume plasma maka filtrasi melalui glomerulus berkurang

dan absorbsi oleh tubulus meningkat. Dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya

hiponatremi. Bila natrium dikoreksi, kliren asam urat akan diperbaiki.

Page 10: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

e. Hiperkalsemia 

Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium darah. Ekskresi

kalsium melalui urin akan berkurang. Peninggian kalsium darah ini disebutkan

juga mempunyai hu-n bungan dengan keadaan hiperparatiroid. Dari penelitian

epidemiologi di Stockholm dilaporkan bahwa 70% dari orang yang hiperkalsemi

setelah mendapat diuretik, menderita adenoma paratiroid.

f. Hipokalsemia 

Diuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan ekskresi kalsium

melalui urin.

7. Toksisitas

a. Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksi hipersensitifitas.

b. Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran batu asam urat pada

penderita dengan riwayat gout.

c. Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat menimbulkan nefropati

hipokalemi.

d. Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan ototoksisiti. Lebih nyata

lagi bila ada gagal ginjal. Gabungan dengan aminoglikosida dapat menyebabkan

gangguan menetap pada pendengaran.

Interaksi

Kombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat menimbulkan interaksi yang

tidak dikehendaki, seperti:

Penghambat ACE, dapat menimbulkan hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru

diberikan setelah penggunaan diuretikum dihentikan selama 3 hari.

Obat-obat rema (NSAID’s) dapat agak memperlemah efek diuretis dan antihipertensif

akibat retensi natrium dan airnya.

Kortikosteroida dapat memperkuat kehilangan kalium.

Aminoglikosida: ototoksisitas diperkuat berhubung diuretika sendiri dapat

menyebabkan ketulian (reversibel).

Antidiabetika oral dikurangi efeknya bila terjadi hiperglikemia. Litiumklorida

dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi.

DASAR TEORI OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT PRAKTIKUM

Page 11: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Hidroklorotiazid (HCT)

Cara Kerja Obat

Selain dengan filtrasi glomerular, diuretic tiazid terutama disekresikan secara aktif

kedalam lumen tubulus melalui sistem transport anion yang terlokalisir ditubulus proksimal.

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang

menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang

boros kalium. 

Indikasi

Terapi jangka pendek dan panjang pada keadaan sakit dengan peningkatan persediaan

Na dan air, udem kardial yang disebabkan oleh ginjal dan hepatic (terutama Asites),

insufisiensi jantung kronis, hipertensi arterial, edema, diabetes insipidus, profilaksis dan

terapi batu ginjal yang mengandung Ca.

Kontraindikasi

Gangguan fungsi ginjal yang berat (anuria), gangguan fungsi hati yang berat

(prakoma dan koma hepatikum, peningkatan bahaya hipokalemia yang refraktur),

hiponatremia, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison, hipersensitifitas terhadap

sulfonamide dan antidiabetik oral tipe sulfonylurea : bahaya alergi silang (diuretic tiazid

analog dengan sulfonamid).

Dosis

- Edema: dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis

pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.

- Hipertensi: 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari

Peringatan dan Perhatian

- Berkontraindikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV block yang

dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai;

- Mungkin memperburuk SLE (eritema lupus sistemik);

- Usia lanjut;

- Kehamilan dan menyusui;

Page 12: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

- Gangguan hati dan ginjal yang berat;

- Porfiria. 

Efek Samping

Sakit kepala, pusing, hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan;

impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipokloremis, hipomagnesemia, 

hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, toleransi glukosa yang berkurang,

gangguan metabolisme lemak, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar

kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk

neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis,

kolestasis intrahepatik, reaksi hipersensitivitas, parestesia, impotensi, dan penglihatan

menjadi kuning. Efek samping yang jarang eksantema alergi, anemia, granulositopenia,

trombositopeniadan pancreatitis hemoragi.hati-hati jangan mengendarai kendaraan.

Interaksi Obat

Dapat meningkatkan toksisitas glikosida digitalis, efek hambatan neuromuskuler dari

pelemas otot, efek antihipertensi.Peningkatan resiko hipotensi postural dengan alcohol,

barbiturat, opioid.Efek menekan K ditingkatkan oleh kortikosteroid, ACTH, dan

karbenoksolon.1

Plasebo

Plasebo adalah sebuah pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu yang

bertujuan untuk mengontrol efek dari pengharapan. Istilah plasebo diambil dari bahasa latin

yang berarti "I shall please" (saya akan senang) yang mengacu pada fakta bahwa keyakinan

akan efektivitas dari suatu penanganan akan dapat membangkitkan harapan yang membantu

mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk menyelesaikan problem - tanpa melihat

apakah substansi yang mereka terima adalah aktif secara kimiawi atau tidak aktif. Dalam

penelitian medis tentang kemoterapi, sebuah plasebo -disebut juga "pil gula"- merupakan zat

yang secara fisik menyerupai obat aktif tetapi sebetulnya tidak memiliki kandungan obat

yang sesungguhnya.Dengan membandingkan efek dari obat aktif dan plasebo, peneliti dapat

menentukan apakah obat memiliki efek khusus di luar yang diharapkan.

Page 13: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Efek plasebo

Efek plasebo adalah sembuhnya pasien dari penyakitnya ketika mengonsumsi obat

kosong atau plasebo dan terjadi walaupun terdapat bukti yang berkebalikan. Plasebo biasanya

hanya berisi serbuk laktosa yang tidak memiliki khasiat apapun sebagai obat. Efek ini muncul

karena pasien yang mendapat plasebo tidak tahu apa yang diminumnya, namun sugesti bisa

membuat obat itu benar-benar manjur layaknya obat asli.

Plasebo adalah suatu obat semu tanpa kandungan zat berkhasiat, yang digunakan

dalam studi yang bersifat acak dan tersamar ganda (randomized, double blind) dalam

pembuktian suatu verum (bahan obat yang dicoba).

Plasebo merupakan istilah yang merujuk pada pengobatan yang oleh pasien dianggap

bersifat terapeutik (menyembuhkan) namun sebenarnya tidak memiliki efek terhadap

tubuh.Plasebo ini bisa berupa gula atau tepung saja yang menjadi komposisi obat.Sering,

pasien yang diberikan plasebo justru mengalami peningkatan kesehatan. Hal ini menunjukkan

bahwa sikap kita dalam suatu pengobatan berperan penting dalam proses penyembuhan.

Berbagai percobaan memperlihatkan bahwa keyakinan pasien terhadap suatu obat bisa

memperbaiki keadaan sehingga timbul efek yang diharapkan sekalipun obat yang

dikonsumsinya ‘palsu’.Secara teori, efek plasebo ini diberikan untuk merangsang keluarnya

endorfin, zat kimia dalam tubuh yang mengurangi nyeri.

Di Amerika, suatu tes dilaksanakan untuk melihat apakah pasien penderita artritis di

lutut dapat ditolong dengan menjalani ‘operasi plasebo’. Dalam operasi plasebo, prosedur

bedah yang sebenarnya tidak dilakukan, tetapi pasien dibuat percaya bahwa operasi telah

dilangsungkan.Sepuluh pasien dijadwalkan menjalani operasi standar, tetapi separuh dari

mereka hanya menjalani operasi plasebo.

Dalam lima kasus ini, ahli bedah hanya mengiris lutut pasien sebanyak tiga kali untuk

mendapatkan luka dan torehan yang diharapkan. Setelah enam bulan, seluruh pasien,

termasuk kelompok plasebo, melaporkan berkurangnya rasa nyeri dalam area yang dioperasi

itu.

Dalam suatu studi terhadap penderita asma, peneliti menemukan bahwa saluran udara

bisa diperlebar hanya dengan memberitahu pasien bahwa mereka sedang menghirup

bronkhodilator, meski sebenarnya tidak. Dokter bahkan telah berhasil mengobati kutil hanya

Page 14: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

dengan mengecatnya dengan warna terang dan berjanji kepada pasien bahwa kutil itu akan

hilang ketika warnanya luntur.

Sebagian pasien cenderung memberikan respons yang positif terhadap tiap tindakan

terapeutik yang dilakukan oleh petugas medfis yang penuh perhatian. Manifestasi fenomena

ini pada subjek disebut respons plasebo dan melibatkan perubahan biokimiawi dan fisiologik

yang objektif seperti halnya perubahan pada keluhan subjektif yang berhubungan dengan

penyakit. Respons plasebo biasanya dinilai dengan cara memberikan suatu materi inert, yang

memiliki wujud fisik, bau, konsistensi, dan lainnya, yang sama persis dengan bentuk obat

aktif. Respons yang dihasilkan oleh tiap pasien amatlah beragam dan mungkin juga

dipengaruhi oleh lamanya penelitian. Berbagai efek samping dan toksisitas plasebo juga

dapat terjadi tetapi biasanya melibatkan berbagai efek subjektif: nyeri perut, insomnia,

sedasi, dan lainnya.

Efek bias subjek dapat diukur dan relatif diperkercil menurut respons yang dinilai

selama terapi aktif dengan menggunakan desain tersamar tunggal (single blind). Desain ini

melibatkan penggunaan plasebo, seperti telah dijelaskan di atas, yang diberikan kepada

sejumlah subjek yang sama dengan subjek pada desain silang, jika memungkinkan, atau pada

kelompok kontrol subjek yang berbeda. Bias pada pengamat dapat dipertimbangkan dengan

cara menyembunyikan identitas obat yang diberikan plasebo atau obat aktif dari subjek dan

dari petugas yang mengevaluasi respons subjek (double blind design). Pada desain ini,

terdapat kelompok ketiga yang memegang kode tiap pake obat, dan kode ini tidak akan

memberitahukan kepada siapa pun sampai semua data klinis berhasil dikumpulkan.2-3

Spironolakton

Merupakan salah satu diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis

tanpa kehilangan kalium dalam urine. Diuretik hemat kalium yang lain antara lain aldosteron,

traimteren dan amilorid.

Antagonis Aldosteron

Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama

aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar

ekskresi kalium.

Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan

reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan

peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik

Page 15: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada

duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan

memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan

dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada

sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.

Mekanisme kerja

Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk

menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.

Farmakokinetik

70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik

dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami

interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering

terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi

efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan

reversibel diantranya  ginekomastia, dan  gejala saluran cerna

Indikasi

Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem

yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi

ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.

Sediaan dan dosis

Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar

antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.

Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid

25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

Page 16: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

Furosemide

Furosemida adalah diuretik derivat asam antranilat. Aktivitas diuretik furosemida

terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus

proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Tempat kerja yang spesifik ini

menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemida ditingkatkan dengan

efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah

ke ginjal. Furosemida juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat

penurunan volume plasma.

Komposisi

Tiap tablet mengandung 40 mg furosemida.

Indikasi

Pengobatan edema yang menyertai payah jantung kongestif, sirosis hati dan gangguan

ginjal termasuk sindrom nefrotik.Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau

kombinasi dengan obat antihipertensi. Furosemida sangat berguna untuk keadaan-keadaan

yang membutuhkan diuretik kuat. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.

Dosis

- Dewasa: Sehari  1 - 2 kali, 1 - 2 tablet.         

Dosis pemeliharaan, sehari 1 tablet.

Dosis maksimum, sehari 5 tablet.

Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg (1 ampul) tiap

interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang memuaskan.

- Dosis individual: 20 mg (1 ampul), 1 - 2 kali sehari.

- Edema paru-paru akut

Dosis awal : 40 mg (2 ampul) i.v

Bila dibutuhkan dapat diberikan dosis lanjutan 20 - 40 mg (1 - 2 ampul ) setelah 20

menit.

- Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan).   

Page 17: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

20 - 40 mg furosemida (1 - 2 ampul ) diberikan sebagai tambahan

dalam infus elektrolit. Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin,

termasuk penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Pada

keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi dapat

ditingkatkan dengan meningkatkan keasaman atau kebasaan urin.

- Anak-anak: Sehari 1 - 3 mg/kg BB.

Cara Kerja Obat

Furosemide merupakan senyawa diuretik dengan senyawa uretik yang kuat efeknya

terutama menghambat reabsorbsi ion Na oleh sel pars asenden ansa Henle Selain efeknya

sebagai penghambat  transpor ion Na, Furosemide   menurunkan resistensi vaskuler  intra

renal dan menaikkan aliran darah ginjal.

Peringatan dan Perhatian

- Hindari pemakaian yang berlebihan karena dapat menyebabkan diuresis  yang

berlanjut dengan dehidrasi, hipokalemia, alkalosis, hipokloremik dan hipotensi.

- Penderita yang sensitif terhadap Sulfonamida, dapat menunjukkan reaksi alergi

terhadap Furosemide.

- Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap elektrolit serum untuk menqetahui

kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan.

- Tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil dan menyusui.

Efek Samping

Dapat terjadi setelah pemakaian jangka lama dan dosis tinggi berupa muntah

anoreksia, diare, azotemia, hiperglikemia. Gangguan hematologi berupa trombositopenia,

anemia, arganulositosis Reaksi pada kulit berupa urtikaria, eritema multiformis.

Kontraindikasi

- Hipersensitivitas terhadap Furosemide.

- Anuria, nefritis akut.

- Dapat meningkatkan efek nephrotoksisitas antibiotik cephalosporin seperti cepha-

Page 18: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

- Dapat meningkatkan efek ototoksisitas antibiotik aminoglikosida dan dapat

meningkatkan efek hipotensi dari obat-obat antihipertensi.

HASIL PENGAMATAN

OP 1 : Sagase Apthayasa

Kode obat : 60

Tebakan obat : plasebo

Obat sebenarnya : spironalokton

TD basal : 110/80 mmHg

Nadi : 71/ menit

Tabel 1. Hasil Pengamatan Efek Obat Diuretik pada OP 1

Menit ke TD Nadi Vol. Urin

15 120/90 66 -

30 110/80 63 25,5 cc

45 110/90 62 -

60 110/90 78 50 cc

75 130/80 60 -

90 120/80 65 54 cc

Pembahasan

Sebelum meminum obat, OP di ukur TD dan nadi basalnya, didapatkan TD 110/80

mmHg dan nadi 71/menit. Setelah meminum obat, 15 kemudian kami mengukur kembali TD

dan nadinya, didapatkan TD 120/90 dan nadi 66. Terjadi kenaikan TD dan penurunan nadi

disini. 15 menit kemudian OP berkemih dan mendapatkan volume urin 25,5 cc. Volume urin

normal adalah + 1cc/menit. Pada menit ini pun didapatkan TD 110/80 dan nadi 63. Nadi terus

menurun hingga menit ke 45. TD tetap stabil pada menit ke 45 dan 60. Pada menit ke 60

volume urin OP menjadi 50 cc. Terjadi kenaikan sekitar 2 kali lipatnya dari menit ke 30. Pada

menit ke 60 terjadi kenaikan nadi yang cukup drastis yaitu dari 62/menit menjadi 78/menit.

Tetapi ini semua masih dalam nilai normal. Setelah itu pada menit ke 75 terjadi kenaikan

sistol dan penurunan diastol menjadi 130/80 dan penurunan nadi yang cukup drastis yaitu

60/menit. Selanjutnya pada menit ke 90 terjadi penurunan sistol menjadi 120/80 dan kenaikan

nadi menjadi 65/menit. Volume urin pada menit ini pun naik sedikit yaitu menjadi 54cc.

Page 19: Laporan Praktikum Farmako Diuretik

OP tidak merasakan keluhan apapun setelah meminum obat. Efek samping dari

spironolakton tidak ditemukan dalam diri OP. Tidak ada efek samping yang OP rasakan

seperti beberapa OP di kelompok lain. Ada beberapa OP di kelompok lain yang merasakan

miksi yang berlebihan padahal belum waktunya untuk berkemih. Efek samping itu timbul

karena OP tersebut mendapatkan furosemid (diuretik kuat).

OP 2 : Raymond Arianto

Kode obat : 91

Tebakan obat : plasebo

Obat sebenarnya : spironalokton

TD basal : 130/80 mmHg

Nadi : 71/ menit

Tabel 1. Hasil Pengamatan Efek Obat Diuretik pada OP 2

Menit ke TD Nadi Vol. Urin

15 120/70 72 -

30 110/70 74 118 cc

45 120/70 76 -

60 120/80 74 158 cc

75 120/70 75 -

90 120/80 74 80 cc

Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI. 2000. h. 47-74, 83-90.

2. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Kumpulan kuliah farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2009. h. 561.

3. Schmitz G. Farmakologi dan toksikologi Ed. 3. Jakarta: EGC. 2009. h.2.